Dasar Teori Usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan dan penyerapan Untuk mendukung fungsinya sewaktu pencernaan makanan, mencampur dan mend kimus secara perlahan, usus halus mempunyai metode motilitas utama yait Segmentasi terdiri dari kontraksi otot polos sirkular yang berulang dan berbentu sepanjang usus halus. Di antara segmen-segmen yang berkontraksi terdapat rileks mengandung sedikit bolus. Daerah yang rileks ini kemudian berkon dengan cara ini kimus dipotong, digiling, dan dicampur secara merata. Kontraksi segmentasi dimulai oleh sel pemacu usus halus yang menghasilkan listrik basal (BER) membawa lapisan otot polos sirkular ke ambang. Tingkat kepek polos sirkular dan intensitas kontraksi segmentasi dapat dipengaruhi oleh per hormon gastrin, dan aktivitas sarafekstrinsik. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi eksitabilitas sel otot polos usus halus dengan menggeser potensial awal BER. Saraf ekstrinsik adalah serat-serat saraf dari kedua cabang sistem saraf o sarafsimpatis dan sarafparasimpatis. Seratpraganglion simpatis dan parasimpatis mengeluarkan neurotransmitter yang sama yaitu asetilkolin (ACh). Namun k pascaganglion kedua saraf otonom ini berbeda. Serat pascaganglion simpatis yang disebutserat adrenergik mengeluarkan noradrenalin atau norepinefrin. Noradrenalin/norepinefrin secara kimiawisangat mirip dengan adrenalin/epinefrin. Terdapat dua kelas utama reseptor adrenergik: resept reseptor beta, yang dibagi lebih lanjut menjadi α1 dan α2, serta β1 dan β2. Pada otot polos usus halus terdapat reseptor α 2. Pengaktifan reseptor α 2 menyebabkan respon inhibitorik sehingga menyebabkan berkurangnya kontraksi segmentasi usus halus. Seratpascaganglion parasimpatis yang disebut serat kolinergik mengeluarkan asetilkolin, sama dengan neurotransmiter yang dikeluarkan serat praganglion-nya. cenderung meningkatkan kontraksi segmentasi usus halus. Usus halus dan semua mem sel efektor (otot polos, otot jantung, dan kelenjar) mempunyai reseptor muskarin ini berikatan dengan asetilkolin, berkaitan dengan protein G yang menga pembawa pesan kedua dan memicu respon sel sasaran.
Pengaruh asetilkolin dan epinefrin pada praktikum kerutan usus
Citation preview
Usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan dan penyerapan
berlangsung.
Untuk mendukung fungsinya sewaktu pencernaan makanan, mencampur dan
mendorong
kimus secara perlahan, usus halus mempunyai metode motilitas utama
yaitu segmentasi.
Segmentasi terdiri dari kontraksi otot polos sirkular yang berulang
dan berbentuk cincin di
sepanjang usus halus. Di antara segmen-segmen yang berkontraksi
terdapat daerah yang
rileks mengandung sedikit bolus. Daerah yang rileks ini kemudian
berkontraksi sehingga
dengan cara ini kimus dipotong, digiling, dan dicampur secara
merata.
Kontraksi segmentasi dimulai oleh sel pemacu usus halus yang
menghasilkan irama
listrik basal (BER) membawa lapisan otot polos sirkular ke ambang.
Tingkat kepekaan otot
polos sirkular dan intensitas kontraksi segmentasi dapat
dipengaruhi oleh peregangan usus,
hormon gastrin, dan aktivitas saraf ekstrinsik. Faktor-faktor
tersebut mempengaruhi
eksitabilitas sel otot polos usus halus dengan menggeser potensial
awal BER.
Saraf ekstrinsik adalah serat-serat saraf dari kedua cabang sistem
saraf otonom yaitu
saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Serat praganglion simpatis
dan parasimpatis
mengeluarkan neurotransmitter yang sama yaitu asetilkolin (ACh).
Namun kedua ujung
pascaganglion kedua saraf otonom ini berbeda.
Serat pascaganglion simpatis yang disebut serat adrenergik
mengeluarkan
noradrenalin atau norepinefrin. Noradrenalin/norepinefrin secara
kimiawi sangat mirip
dengan adrenalin/epinefrin. Terdapat dua kelas utama reseptor
adrenergik: reseptor alfa dan
reseptor beta, yang dibagi lebih lanjut menjadi α1 dan α2, serta β1
dan β2. Pada otot polos
usus halus terdapat reseptor α2. Pengaktifan reseptor α2
menyebabkan respon inhibitorik
sehingga menyebabkan berkurangnya kontraksi segmentasi usus
halus.
Serat pascaganglion parasimpatis yang disebut serat kolinergik
mengeluarkan
asetilkolin, sama dengan neurotransmiter yang dikeluarkan serat
praganglion-nya. Asetilkolin
cenderung meningkatkan kontraksi segmentasi usus halus. Usus halus
dan semua membran
sel efektor (otot polos, otot jantung, dan kelenjar) mempunyai
reseptor muskarinik. Reseptor
ini berikatan dengan asetilkolin, berkaitan dengan protein G yang
mengaktifkan sistem
pembawa pesan kedua dan memicu respon sel sasaran.