Upload
sekar-nur-insani
View
349
Download
46
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PENGAMATAN POLEN DAN KANTUNG EMBRIO
Citation preview
ACARA II
PENGAMATAN POLEN DAN KANTUNG EMBRIO
A. Hasil Pengamatan
1. Viabilitas Polen
a. Polen Bunga Jagung (Zea mays)
tv
Keterangan: Viabel (v) / tidak (tv)
Persentase viabel = 0/3 x 100% = 0 %
b. Polen Bunga Cabai (Capsicum annum)
tv v
Keterangan: Viabel (v) / tidak (tv)
Persentase viabel = 6/7 + 6/8 + 6/6 +8/11 + 10/12 x 100%
5
= 83,35 %
c. Polen Bunga Stroberi (Fragaria vesca)
tv v
Keterangan: Viabel (v) / tidak (tv)
Persentase viabel = 5/5 + 14/14 + 5/5 + 15/15 + 15/21 x 100%
5
= 91,43 %
d. Polen Bunga Sepatu (Hibiscus rosa sinensis)
v tv
Keterangan: Viabel (v) / tidak (tv)
Persentase viabel = 19/20 + 10/22 + 20/23 + 14/20 + 21/21 x 100%
5
= 79,48 %
e. Polen Bunga Pepaya (Carica papaya)
tv
Keterangan: Viabel (v) / tidak (tv)
Persentase viabel = 0%
2. Perkecambahan Polen
a. Perkecambahan Polen Stroberi
B
Keterangan : Berkecambah (B) / Tidak Berkecambah (TB)
Persentase berkecambah = 1/1 x 100 %
= 100 %
b. Perkecambahan Polen Cabai
B
Keterangan : Berkecambah (B) / Tidak Berkecambah (TB)
Persentase berkecambah = 1/1 x 100 %
= 100 %
c. Perkecambahan Polen Jagung
B TB
Keterangan : Berkecambah (B) / Tidak Berkecambah (TB)
Persentase berkecambah = 1/7 x 100 %
= 14,29 %
d. Perkecambahan Polen Bunga Sepatu
B TB
Keterangan : Berkecambah (B) / Tidak Berkecambah (TB)
Persentase berkecambah = 3/5 x 100 %
= 60 %
e. Perkecambahan Polen Bunga Pepaya
B TB
Keterangan : Berkecambah (B) / Tidak Berkecambah (TB)
Persentase berkecambah = 1/2 x 100 %
= 50 %
3. Hasil Pengamatan Kantung Embrio Torenia spp.
B. Pembahasan
Viabilitas polen didefinisikan sebagai kemampuan polen untuk hidup, berkembang, dan
berkecambah jika berada dalam kondisi yang menguntungkan. Anita-Sari & Susilo (2011),
menyatakan bahwa viabilitas polen dapat dihitung dengan cara, jumlah polen berkecambah
dibagi dengan total polen yang diamati dikalikan 100 %.
Viabilitas polen dapat diamati dengan cara pewarnaan menggunakan larutan yang
mengandung pewarna seperti acetocarmin. Menurut Sari et al. (2010), serbuk sari (polen)
dikatakan viabel apabila buluh serbuk sari yang terbentuk sama atau lebih panjang dari
diameter serbuk sari dan mampu menyerap warna acetocarmin dengan baik.
Pada pengamatan viabilitas polen, polen yang digunakan adalah polen bunga cabai
(Capsicum annum), polen bunga jagung (Zea mays), polen bunga sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis), polen bunga pepaya (Carica papaya), dan polen bunga stroberi (Fragaria vesca).
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa bentuk polen setiap tanaman berbeda-beda.
Pada bunga sepatu, permukaan polen tampak bergerigi.
Berdasarkan hasil pengamatan viabilitas polen dapat diketahui bahwa polen bunga
pepaya dan bunga jagung memiliki viabilitas polen yang rendah atau tidak viabel. Hal
tersebut ditunjukkan dengan polen yang diamati tidak menyerap warna acetocarmin.
Sedangkan pada polen bunga stroberi, bunga sepatu, dan cabai polennya viabel.
Polen yang viabel dicirikan dengan warna kuning dan berbentuk bulat, serta apabila
diberi pewarna acetocarmin, polen tersebut akan menyerap warna. Sedangkan untuk polen
yang tidak viabel dicirikan dengan bentuk polen lebih kecil, keriput, dan berwarna gelap.
Apabila diberi pewarna acetocarmin, polen tidak menyerap warna.
1
1
2
3
4
5
Keterangan
1. Egg cell2. Synergids3. Polar nuclei4. Antipodals 5. Embrio sac
Polen dapat kehilangan viabilitasnya pada suatu periode waktu tertentu. Hilangnya
viabilitas tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, terutama suhu dan
kelembaban relative. Serbuk sari segar menunjukkan kemampuan berkecambah 85-90%
(Issirep et al, 1995). Kedua faktor lingkungan tersebut apabila terdapat pada kondisi yang
optimum menurut Perveen (2007), akan mengakibatakan kenaikan viabilitas polen.
Polen merupakan tahap kritis dalam siklus hidup tanaman dan viabilitas polen juga
merupakan parameter penting, karena polen harus hidup dan mampu berkecambah setelah
penyerbukan agar terjadi pembuahan. Ketersediaan polen dengan viabilitas yang tinggi
merupakan salah satu komponen yang menentukan keberhasilan persilangan tanaman (Anita-
Sari & Susilo, 2011).
Berdasarkan pengamatan perkecambahan polen, dapat diketahui bahwa semua polen
setiap bunga yang diamati mampu berkecambah. Akan tetapi perkecambahannya tidak 100%,
karena ada polen yang tidak viabel, sehingga polen yang tidak viabel tersebut tidak dapat
berkecambah. Perkecambahan polen ditandai dengan terbentuknya pollen tube (tabung polen)
yang memanjang.
Perkecambahan polen dimulai dari jatuhnya serbuk sari di atas kepala putik, kemudian
terjadi penyerapan air dan zat-zat lain yang terdapat pada permukaan kepala putik, sehingga
dapat mengembang. Dengan jalan menuju salah satu pori dari dinding luar (exine) yang telah
pecah, maka lapisan dalam (intine) bersama protoplasma dapat tumbuh memajang keluar
menjadi tabung serbuk sari (pollen tube) yang mengandung 1 inti vegetatif (tube nucleus) dan
2 inti generatif (sperm nucleus). Terhambatnya pembentukan tabung polen akan berakibat
pembuahan tidak terjadi karena sperma tidak bisa sampai ke bakal buah. (Anita-Sari &
Susilo, 2011).
Setelah polen berkecambah, kemudian akan terjadi proses pembuahan. Pembuahan
(fertilization) adalah bertemunya gamet jantan dengan gamet betina yang kemudian melebur
menjadi zigot. Tabung sari yang terbentuk akan tumbuh melalui jaringan tangkai putik
menuju ke bakal biji. Kemudian buluh sari memasuki kantung embrio melalui mikrofil dan
menempatkan dua buah inti gamet jantan padanya. Satu inti bersatu dengan inti sel telur,
sedang inti lainnya bersatu dengan dua polar (inti sekunder). Pembuahan ini disebut
pembuahan ganda. Penyatuan gamet jantan dengan sel telur menghasilkan zigot yang tumbuh
menjadi embrio. Penyatuan inti yang lain dari gamet jantan dengan kedua inti polar
menghasilkan sel endosperm pertama yang akan mengalami pembelahan menghasilkan
jaringan endosperma. Dengan demikian zigot adalah diploid sedang endosperma adalah
triploid (Anita-Sari & Susilo, 2011).
Pada tanaman Torenia spp. Kantung embrionya memiliki struktur dengan bagian-
bagian Egg cell, Synergids, Polar nuclei, dan Antipodals seperti kantung embrio pada
umumnya.
Kesimpulan
1. Setiap jenis tanaman memiliki bentuk polen yang berbeda-beda. Misalkan pada bunga
sepatu, polennya berbentuk bulat dan permukaannya bergerigi. Sedangkan pada cabai
polennya bulat tidak bergerigi.
2. Viabilitas polen dapat diamati dengan cara pewarnaan dan menghitung secara
langsung jumlah polen yang viabel di bawah mikroskop. Viabilitas polen dapat
dihitung dengan cara, jumlah polen berkecambah dibagi dengan total polen yang
diamati dikalikan 100 %. Polen dikatakan viabel apabila buluh serbuk sari yang
terbentuk sama atau lebih panjang dari diameter serbuk sari dan mampu menyerap
warna acetocarmin dengan baik.
3. Setiap jenis tanaman memiliki viabilitas dan daya berkecambah yang berbeda-beda.
Viabilitas polen dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yaitu terutama suhu dan
kelembaban.
DAFTAR PUSTAKA
Anita-Sari, I. dan Susilo, A. W.. 2011. Indikasi pengaruh xenia pada tanaman kakao (Theobroma cacao L.). Pelita perkebunan 3: 183-190.
Issirep, S., Sumardi dan Siti, S. 1995. Pengawetan serbuk sari salak secara In-Vivo. Jurusan Botani Fakultas Biologi Vol 1.
Perveen, A. 2007. Pollen germination capacity, viability and maintanence of Pisium sativum L papilionaceae). Middle-East Journal of Scientific Research 2: 79-81.
Sari, Y., Ni Kadek, Eniek, Kriswiyanti, dan Astarini, I. A.. 2010. Uji viabilitas dan perkembangan serbuk sari buah naga putih (Hylocereus undatus (Haw.) Britton & Rose), merah (Hyocereus polyrhicus (Web.) Britton & Rose), dan super merah (hylocereus costaricensis (Web.) Britton & Rose) setelah penyimpanan. Jurnal Biologi 1: 39-44.
LAMPIRAN
Viabilitas jagung
0 0
Viabilitas pepaya
0
Viabilitas Bunga Sepatu
10/22 20/23
14/20 21/21
Viabilitas Cabai
6/8 6/6
8/11 10/12
Viabilitas Stroberi
5/5 12/14
5/5 15/15