25
ACARA II PERBANDINGAN ANTAR KULTIVAR I. TUJUAN Mengamati dan mengetahui perbedaan keragaan fisiologis antara dua varietas jagung (Zea mays). II. TINJAUAN PUSTAKA Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi (Anonim, 2010). Jenis jagung dapat diklasifkasikan berdasarkan : i). sifat biji dan endosperm, ii). Warna biji, iii). Lingkungan tempat tumbuh, iv). Umur panen, dan v). dan kegunaan. Jenis

FISTAN ACARA 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PERBANDINGAN ANTAR KULTIVAR

Citation preview

Page 1: FISTAN ACARA 2

ACARA II

PERBANDINGAN ANTAR KULTIVAR

I. TUJUAN

Mengamati dan mengetahui perbedaan keragaan fisiologis antara dua varietas jagung

(Zea mays).

II. TINJAUAN PUSTAKA

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,

selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan

Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk

beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan

jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam

sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat

tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku

industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang

dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga

sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi (Anonim, 2010).

Jenis jagung dapat diklasifkasikan berdasarkan : i). sifat biji dan endosperm, ii).

Warna biji, iii). Lingkungan tempat tumbuh, iv). Umur panen, dan v). dan kegunaan. Jenis

jagung berdasarkan lingkungan tempat tumbuh meliputi : dataran rendah tropik, dataran

rendah sub tropik dan mid altittude, dan dataran tinggi tropik. Jenis jagung berdasarkan

umur panen dikelompokan menjadi dua yaitu jagung umur genjah dan umur dalam.

Berdasarkan komposisi genetiknya jagung dapat dibedakan menjadi dua yaitu jagung

hibrida(hibrida) dan jagung bersari bebas (Hardman dan Gunsolus, 1998).

Perkembangan tanaman dan pembungaan tanaman dipengaruhi oleh panjang hari

dan suhu, pada hari pendek tanaman lebih cepat berbunga. Banyak kultivar tropika tidak

akan berbunga di wilayah iklim sedang sampai panjang hari berkurang hingga kurang dari

13 atau 12 jam. Pada hari panjang, jagung tropika ini tetap vegetatif dan kadang-kadang

Page 2: FISTAN ACARA 2

dapat mencapai tinggi 5-6 m sebelum tumbuh bunga jantan (Rubatzky dan Yamaguchi,

1998).

Untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi adalah dengan menggunakan kultivar

yang mampu beradaptasi di beberapa daerah. Kultivar-kultivar akan menunjukkan hasil

yang berbeda tergantung dengan kondisi tanah dan iklim pada wilayah satu dengan yang

lain, sehingga dapat disimpulkan kultivar yang mampu beradaptasi di berbagai wilayah

(Saruhan et al., 2007).

Salah satu faktor pembatas utama terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

khususnya tanaman jagung pada lahan kering yang tidak bereaksi masam di daerah tropis

basah adalah keracunan Al. Keracunan Al dapat menyebabkan kerusakan dan terhambatnya

pertumbuhan akar tanaman. Salah satu pilihan untuk mengatasi keracunan Al adalah

penggunaan varieatas yang teggang. Sampai saat ini baru varietas Artasena yang telah

dilepas sebagai varietas yang beradaptasi baik pada tanah masam. Oleh karena itu

dibutuhkan varietas baru yang dapat dijadikan pilihan dalam mengembangkan tanaman

jagung di lahan kering masam (Syafrudin dan Trikoesoemaningtyas, 2006).

Kalium adalah unsur yang sangat berperan dalam proses fotosintesis maupun

translokasi hasil fotosintesis (fotosintat) keluar daun. Pada tanaman jagung hibrida ternyata

peningkatan bobot tongkol dan kandungan gula dalam biji seiring dengan meningkatnya

efisiensi proses fotosintesis maupun laju translokasi fotosintat ke bagian tongkol. Laju

pertumbuhan tongkol sebagai dasar kekuatan organ pengguna dan penampung hasil

fotosintat sangat ditentukan oleh unsur kalium (Wijaya dan Wahyuni, 2007).

Page 3: FISTAN ACARA 2

III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum Fisiologi Tanaman Acara 2 yang berjudul Perbandingan antar Kultivar ini

dilaksanakan pada hari Selasa, 23 Oktober 2012, di lahan milik petani di daerah Kotagede,

Yogyakarta. Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah hamparan

pertanaman jagung (Zea mays). Sedangkan, alat-alat yang digunakan adalah timbangan,

penggaris, gunting, oven, hand counter, dan alat tulis. Perlakuan yang dilakukan pada

praktikum ini adalah perbedaan dua kultivar jagung, yaitu jagung lokal dan jagung hibrida.

Cara kerja pada praktikum ini adalah lahan pertanaman jagung (Zea mays) yang akan

diamati disiapkan. Lahan pertanaman jagung yang harus disiapkan meliputi lahan

pertanaman jagung hibrida dan jagung lokal. Kemudian, diambil 6 tanaman sampel dari

kedua lahan tersebut untuk diamati lebih lanjut yang meliputi 3 tanaman sampel jagung

hibrida dan 3 tanaman sampel jagung lokal. Variabel pengamatan meliputi tinggi tanaman,

jumlah daun per tanaman, luas daun per tanaman, bobot kering total, jumlah tongkol per

tanaman, jumlah biji per tongkol, dan bobot kering biji per tanaman. Dari hasil

pengamatan,kemudian dihitung LAI, NAR, RGR, dan HI. Kemudian, dilakukan analisis

dengan uji t dengan α=5% pada setiap variabel dan analisis pertumbuhan. Selanjutnya,

dibuat persamaan regresi antara LAI dengan NAR, LAI dengan RGR, dan LAI dengan HI.

Setelah itu, dibuat grafik tinggi tanaman, luas daun, jumlah daun, serta histogram berat

kering total dan bobot kering biji per tanaman.

Page 4: FISTAN ACARA 2

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Jagung. <http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung.html>. Diakses pada 20 Oktober 2012.

Hardman dan Gunsolus, 1998. Corn Growth and Development. University of Minesota.

Rubatzky, V. E., dan M, Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia I. Prinsip Produksi dan Gizi. Institut Teknologi Bandung – Press. Bandung.

Syafrudin, Soepandi Dyadi, dan Trikoesoemaningtyas, 2006. Ketenggangan genotip jagung (zea mays) terhadap cekaman alumunium. Buletin Agronomi. 34 :1-10.

Saruhan, V., I. Gul, dan C. Akinci. 2007. A study of adaptation of some corn cultivars as grown second crop. Asian J. Plant Sci. 6: 326-331.

Wijaya dan S. Wahyuni. 2007. Respon tanaman jagung manis (Zea mays Var. saccharata Sturt) kultivar hawaian super manis pada berbagai takaran pupuk kalium. Jurnal Agrijati6:42-47.

Page 5: FISTAN ACARA 2

IV. HASIL PENGAMATAN

Tabel hasil pengamatan pertumbuhan tananam antar kultivar tanaman jagung

Variabel

jenisketeranganJagung

hibridaJagung Lokal

Tinggi tanaman(cm) 276,556 148,878 *Jumlah daun 9,889 6,889 *luas daun (dm2) 43,637 9,136 *sudut daun 34,387 46,953 *

jumlah tongkol 1 1 NS

Baris per tongkol 13,556 6,667 *Jumlah biji per tongkol 254 65,667 *Berat kering total (gr) 178,676 44,137 *

Berat kering biji gr) 26,732 0,938 *

Tabel analisis pertumbuhan jagung hibrida korban dua

variabelJagung hibrida

korban 2

LAI 276,556

NAR 9,889

CGR 43,637

HI 34,387

Page 6: FISTAN ACARA 2

V. PEMBAHASAN

Kultivar adalah tanaman yang telah diseleksi kemudian dibudidayakan dan diberi nama

yang unik berdasarkan perbedaan karakteristik, biasanya digunakan untuk menjelaskan

beberapa tanaman ketika dipropagasi menahan karakternya. Kultivar adalah bagian dari

tanaman (spesies, hasil perkawinan, dll) yang dibudidayakan.

Jagung merupakan tanaman semusim, yang tinggi, teap, biasanya dengan batang

tunggal yang dominan, walaupun mungkin ada beberapa cabang pangkal (anakan) pada

beberapa genotipa dan lingkunga. Kedudukan daunnya distik (dua baris daun tunggal yang

keluar dalam kedudukan berselang), dengan pelepah-pelepah daun yang saling bertumpang

tindih dan daun-daunnya lebar yang relatif panjang. Jagung merupakan salah satu spesies

pertama yang ditunjukkan memiliki lintasa fotosintesis asam dikarboksilat C4. Epidermis

bdaun bagian atas biasanya berambut halus dan mempunyai baris-baris sel mmbuyar

berbentuk gelembung (buliform) yang, dengan perubahan turgor, menyebabkan daun-daun

menggulung atau membuka. Permukaan daun bagian bawah glabrus (tanpa rambut-rambut)

dan biasanya mempunyai agak lebih banyak stomata daripada permukaan bagian atas.

Kemiringan daun dangat bervariasi antar genotipa dan kedudukan daun, yang berkisar dari

hampi datar sampai tegak dalam satu mutan (tanpa lidah daun).

Pengujian kultivar ini mutlak dilakukan untuk mengamati dan mengetahui

perbedaan keragaan fisiologis antara beberapa kultivar tanaman, dan untuk membantu

dalam proses pemilihan suatu kultivar yang sesuai serta dipandang dapat meningkatkan

hasil secara nyata baik kualitatif maupun kuantitatif. Pemilihan kultivar hibrida dapat

dilakukan apabila kita mengetahui sifat-sifat dari kultivar-kultivar hibrida tersebut. Untuk

mengetahui sifat-sifat yang ada pada suatu kultivar, maka perlu dilakukan tes kultivar pada

beberapa kultivar, sehingga nantinya kita dapat membandingkan dan memilih kultivar

mana yang akan digunakan dalam budidaya pertanian. Dalam budidaya pertanian, salah

satu aspek yang dipertimbangkan adalah penggunaan kultivat-kultivar hibrida yang akan

memberi jaminan atau kepastian untuk mendapatkan produksi serta hasil yang tertinggi.

Dalam praktikum ini dianalisis sifat morfologi dari kutivar hibrida dan kultivar

lokal sehingga dapat diketahui pengaruh sifat morfologi dari kedua kultivar itu terhadap

hasil. Perbedaan seperti apakah yang menyebabkan kultivar hibrida bisa memberikan hasil

yang optimal. Selain itu dengan mengetahui perbedaan morfologi tersebut dapat dijadikan

Page 7: FISTAN ACARA 2

acuan untuk mendapatkan kultivar yang lebih baik lagi dengan memperoleh kultivar yang

mempunyai morfologi yang mendukung.

Pertama dilihat perbedaan tinggi tanamannya, dari hasil analisis varian dan uji

DMRT diperoleh perbedaan nyata yang signifikan. Kultivar hibrida jauh lebih tinggi

dibandingkan kultivar lokal. Dengan mempunyai tinggi tanaman yang lebih besar

memberikan keuntungan tersendiri bagi jagung hibrida. Apabila batang pendek maka akan

menyebabkan penutupan yang dilakukan daun paling atas terhadap daun dibawahnya

sehingga daun yang berada di bawah tersebut tidak dapat melakukan fotointesis secara

optimal. Sehingga menyebabkan penimbunan asimilat untuk tongkol ataupun untuk organ-

organ yang lain akan berkurang. Jadi, untuk sampai saat ini tanaman jagung dibuat

tanaman yang kekar dan tinggi.

Kultivar hibrida mempunyai diameter batang yang lebih besar sehingga pada

analisis diperoleh hasil beda nyata anatar kultivar hibrida dan lokal. Batang dengan

diameter yang lebih besar akan meneyebabka jaringan pengangkutan lebih besar sehingga

penyerapan air bisa lebih banyak. Dengan diameter yang lebih besar juga menyebabkan

tanaman kokoh dan tidak mudah tumbang ketika ada keadaan cuaca yang tidak

menguntungkan. Dan juga dengan diameter batang yang lebih besar akan menyebabkan

tinggi tanaman lebih besar dan dapat menopang tongkol jagung yang lebih besar pula.

Besar tongkol ini disebakan oleh hara dan air yang banyak dengan didukung fotosintesis

daun yang optimal.

Jika diamati dari sudut daun masing-masing kultivar jagung, maka dapat dilihat

bahwa sudut daun jagung lokal lebih besar dibandingkan dengan jagung hibrida. Ini

berdampak pada jumlah sinar matahari yang akan didapat oleh daun-daun sebelah bawah

pada tajuk tanaman. Jumlah daun pada jagung lokal lebih sedikit dan anakannya pun

tumbuh lebih sedikit karena cahaya matahari yang diterima dalam suatu tajuk tidak merata.

Sudut daun yang besar menyebabkan daun sebelah bawah dari tajuk akan tenaungi. Ini

berdampak negatif bagi daun disebelah bawah karena tidak mendapatkan energi cahaya

matahari yang cukup untuk melakukan fotosintesis. Jika dibandingkan dengan jagung

hibrida yang memiliki sudut daun yang lebih sedikit, maka proses fotosintesis pada jagung

hibrida akan berlangsung secara baik dan merata diseluruh tajuk tanaman karena daun

sebelah atas tidak menaungi daun dibawahnya.

Page 8: FISTAN ACARA 2

Ukuran tongkol yang lebih besar pada jagung lokal secara langsung mempengaruhi

jumlah biji dalam tongkolnya. Jagung hibrida mempunyai kemampuan yang lebih dalam

menyimpan asimilat. Dengan mempunyai jumlah biji per tongkolnya lebih banyak akan

menambah nilai ekonomisnya. Perbedaan jumlah biji per tongkol tersebut secara otomatis

akan menyebabkan perbedaan jumlah biji pertanaman karena juga diperoleh bahwa jumlah

tongkolnya sama untuk kedua tanaman tersebut.

Terdapat perbedaan yang nyata pada berat kering total tanaman. Hal ini disebabkan

karena fotosintesis pada tanaman jagung hibrida lebih optimal dengan dukungan kondisi

morfologi tanaman yang mendukung seperti tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, dan

kedudukan daun.

Luas daun kedua tanaman jagung tersebut juga menunjukkan perbedaan nyata

dengan lebih luasnya daun jagung hibrida. Hal ini terjadi karena memang tanaman hibrida

mempunyai morfologi daun yang panjang dan lebar Luas daun ini berbanding lurus dengan

laju fotosintesis dari tanaman.

Pada percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap beberapa variabel primer

tanaman, yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, sudut daun, luas daun, jumlah tongkol, jumlah

baris pada tongkol, berat kering total, berat kering biji dan jumlah biji per tongkol. Selain

itu juga diamati LAI, NAR, CGR, dan HI.

Gambar 2.1. Histogram tinggi tanaman jagung dua varietas

Page 9: FISTAN ACARA 2

Dapat dilihat dari histogram diatas, bahwa terlihat tinggi tanaman jagung hibrida

memiliki tinggi yang lebih dibandingkan jagung lokalan, jagung hibrida memiliki panjang

275,56 cm dan jagung varietas lokal mmiliki tinggi 148,8 cm. Hal ini memberikan

keuntungan bagi tanaman jagung varietas hibrida. Jagung hibrida mampu mengootimalkan

tinggi tanamannya terhadap penyerapan intensitas cahaya matahari dalam membantunya di

proses fotosintesis. Dengan kata lain jagung hibrida memiliki jumlah daun yang lebih

banyak dari pada jagung lokal, jagung lokal yang memiliki tinggi tanaman tidak begitu

tinggi, maka jarak antar daunnya semakin pendek, sehingga kemungkinan besar terjadi

penutupan daun yang atas terhadap daun yang bawah, hal ini mutual shading. Penutupan

daun yang atas terhadap daun yang bawah ini menyebabkan fotosintesis tidak terjadi secara

optimal, dan pertumbuhan tanaman tidak sebaik tanaman hibrida yang fotosintesisnya

berjalan dengan optimal.

.

Gambar 2.2. Histogram jumlah daun tanaman jagung dua varietas

Dari histogram diatas jumlah daun jagung hibrida berjumlah lebih banyak daripada

jumlah daun jagung lokal. Jumlah daun pada jagung hibrida adalah 9,89 sedangkan pada

jagung lokal 6,89. Perbedaan jumlah daun ini akan sangat berpengaruh pada produktivitas

tanaman jagung. Jumlah daun yang banyak akan mengakibatkan kapasitas sumber yang

banyak sehingga proses fotosintesis akan memiliki laju lebih baik daripada tanaman dengan

Page 10: FISTAN ACARA 2

jumlah daun yang lebih sedikit. Dengan jumlah daun yang lebih banyak maka fotosintat

yang akan dihasilkan akan lebih banyak pula, selama belum mencapai LAI optimum.

.

Gambar 2.3. Histogram sudut daun tanaman jagung dua varietas

Pada histogram diatas sudut daun pada jagung lokal lebih besar dibandingkan

dengan sudut daun pada tanaman jagung hibrida. Sudut daun memiliki pengaruh terhadap

distribusi cahaya matahari pada tiap daun di tanaman tersebut. Pada jagung lokal, dengan

besarnya sudut daun, maka akan terjadi mutual shading, yaitu daun yang berada dibagian

bawah akan tertutupi oleh daun yang diatasnya, sehingga tidak dapat menerima intensitas

cahaya matahari yang optimal untuk melakukan fotosintesis. Sedangkan pada jagung

hibrida, kecilnya sudut daun akan menyebabkan penerimaan energi cahaya matahari pada

setiap daun akan lebih maksimal, sehingga laju fotosintesis lebih tinggi dan produktivitas

tanaman akan lebih baik.

Page 11: FISTAN ACARA 2

Gambar 2.4. Histogram luas daun tanaman jagung dua varietas

Dapat dilihat dari histogram diatas, bahwa luas daun pada tanaman jagung hibrida

lebih luas dibanding jagung varietas lokal, pada jagung manis varietas hibrida luas daunnya

adalah 43,64 dm2, sedangkan luas daun jagung varietas lokal adalah 9,14 dm2. Menurut

teori luas daun mempengaruhi hasil fotosintat dari hasil fotosintesis tanaman,yang mana

luas daun yang lebih lebar akan mampu mendapatkan intensitas matahari yang optimal dan

laju fotosintesis berjalan dengan baik. Sedangkan pada tanaman jagung varietas lokal, luas

daunnya kecil, sehingga penyerapan energi dari matahari hanya berjumlah sedikit maka laju

fotosintesisnya sedikit lambat dari pada jagung varietas hibrida, dampaknya produktivitas

jagung lokal tidak optimal.

Page 12: FISTAN ACARA 2

Gambar 2.5. Histogram jumlah tongkol tanaman jagung dua varietas

Dari histogram diatas, jumlah tongkol pada varietas jagung lokal dan hibrida

berjumlah sama, yaitu 1 tongkol per batang jagung. Walaupun jumlah tongkolnya sama,

jagung hibrida memiliki ukuran tongkol, berat, dan jumlah biji serta baris dalam tongkol

yang lebih banyak dibanding jagung lokal.

Gambar 2.6. Histogram jumlah baris per tongkol jagung dua varietas

Dapat dilihat dari histogram diatas, bahwa jumlah biji dalam tongkol tanaman

jagung hibrida memiliki jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan pada tanaman jagung

Page 13: FISTAN ACARA 2

lokal, yaitu berjumlah 254 biji, sedangkan pada jagung lokal berjumlah 65,67 biji. Hal ini

disebabkan oleh luas dan banyaknya daun yang merupakan sumber pada tanaman untuk

melakukan fotosintesis kemudian kemampuan penyimpanan fotosintatnya disimpan di

lubuk yang dalam hal ini adalah biji pada tongkol. Artinya nilai ekonomi pada tanaman

jagung hibrida ini memiliki nili yang lebih tinggi bila dibandingkan tanman jagung varietas

lokal.

Gambar 2.7. Histogram jumlah biji per tongkol jagung dua varietas

Berdasarkan histogram diatas, dapat diamati bahwa jumlah biji dalam tongkol

tanaman jagung hibrida memiliki jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan pada

tanaman jagung lokal, yaitu berjumlah 254 biji, sedangkan pada jagung lokal berjumlah

65,67 biji. Dengan banyaknya jumlah biji ini maka akan meningkatkan nilai ekonomi

tanaman jagung hibrida dibandingkan jagung lokal. Banyaknya jumlah biji ini juga

didukung oleh luas dan banyaknya daun yang merupakan sumber/source pada tanaman

untuk melakukan fotosintesis dan fotosintatnya disimpan di lubuk yaitu biji pada tongkol.

Page 14: FISTAN ACARA 2

Gambar 2.8. Histogram berat kering total tanaman jagung dua varietas

Berat kering total jagung hibrida juga menunjukkan hasil yang lebih baik daripada

varietas jagung lokal. Berat keringnya adalah 178,68 gr . Sedangkan berat kering jagung

lokal adalah 44,14 gr. Beratnya berat kering pada tanaman jagung hibrida disebabkan

jumlah biji per tongkol dan ukuran tongkol yang lebih besar. Berat kering mengindikasikan

bahwa penimbunan asimilat yang terjadi cukup baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa

jagung hirida mempunyai kemampuan untuk menimbum fotosintat pada tongkol lebih

besar, kemampuan ini juga didukung dengan tanaman yang tinggi sehingga daun

mendapatkan distribusi cahaya yang lebih merata.

Page 15: FISTAN ACARA 2

Gambar 2.9. Histogram berat kering biji tanaman jagung dua varietas

Sama dengan berat kering total, berat kering biji tanaman jagung hibrida

menunjukkan hasil yang jauh lebih besar dibanding berat kering biji pada jagung lokal.

Berat kering biji tanaman jagung hibrida adalah 26,73 gram, sedangkan berat kering jagung

lokal adalah 0,94 gram. Hal ini menandakan banyaknya penimbunan fotosintat pada

tanaman hibrida yang disebabkan luas dan banyaknya daun, serta penerimaan energi

matahari yang sangat baik dan mendukung untuk proses fotosintesis tanaman.

Berikut grafik regresi antara LAI vs NAR, LAI vs CGR, dan LAI vs HI pada

tanaman jagung hibrida

Gambar 2.10. grafik regresi LAI vs NAR pada tanaman jagung hibrida

Berdasarkan regresi diatas, didapat hubungan antara LAI dengan NAR dari

persamaan regresi y = 12,184x - 2,3655 dan R² = 0,1921. Hal ini menandakan bahwa pada

tanaman jagung hibrida, kenaikan LAI akan menyebabkan semakin tinggi NAR. Dengan

nilai LAI yang tinggi, makan jagung tanaman memiliki luas daun yang besar sehingga akan

mengoptimalkan penyerapan energi cahaya matahari yang akan digunakan untuk proses

fotosintesis. Dengan tingginya laju fotosintesis maka akan terbentuk asimilat yang tinggi

sehingga akan menyebabkan nilai NAR yang tinggi pula.

Page 16: FISTAN ACARA 2

Gambar 2.11. grafik regresi LAI vs CGR pada tanaman jagung hibrida

Berdasarkan grafik regresi diatas, didapat regresi antara LAI dan CGR

persamaannya adalah y = 21,169x - 4,08141. Hal ini berarti pada jagung hibrida, semakin

naik nilai LAI juga akan diikuti oleh kenaikan CGR tanaman tersebut. Hal ini dikarenakan

tingginya nilai LAI yang merupakan cerminan dari luas daun yang tinggi, akan

menyebabkan penyerapan cahaya matahari yang maksimum, sehingga fotosintesis berjalan

semakin cepat. Oleh karena itu laju pertumbuhan tanaman atau CGR juga akan menjadi

semakin besar. Nilai R² = 0,193 masih jauh dari 1, hubungan antara LAI dan HI sangat

lemah atau bahkan hampir tidak ada. Atau bisa juga tidak cocok dianalisis dengan

persamaan regresi linier

Page 17: FISTAN ACARA 2

Gambar 2.12. grafik regresi LAI vs HI pada tanaman jagung hibrida

Berdasarkan grafik regresi antara LAI dengan HI diatas, didapatkan persamaan

regresinya yaitu y = -0,523x + 0,2585. Hal ini berarti penaikan nilai LAI akan diikuti

dengan penurunan nilai HI. Seharusnya penaikan nilai LAI akan diikuti oleh peningkatan

nilai HI, dimana HI adalah perbandingan berat ekonomis dengan berat tanaman seluruhnya.

Hal ini dikarenakan semakin luasnya daun, maka fotosintat yang akan dihasilkan dan

disimpan di lubuk, yang pada tanaman jagung adalah biji didalam tongkol, yang merupakan

nilai ekonomis dari tanaman jagung, harusnya menjadi semakin berat sehingga HI nya

dapat bernilai tinggi pula. Akan tetapi pada hal ini, kenaikan LAI diikuti oleh penurunan HI

dikarenakan. Nilai R² = 0,0403 jauh dari 1 artinya, hubungan antara LAI dan HI sangat

lemah atau bahkan hampir tidak ada. Atau bisa juga tidak cocok dianalisis dengan

persamaan regresi linier

Page 18: FISTAN ACARA 2

IV. KESIMPULAN

1. Kedua kultivar jagung memeperlihatkan perbedaan keragaan fisiologis yang

signifikan.

2. Kultivar hibrida secara umum mempunyai produkstifitas yang tinggi daripada

jagung loKal.

3. Perbedaan yang nyata terletak pada parameter : tinggi tanaman, jumlah daun, berat

kering total, sudut daun, jumlah biji/tongkol, berat kering biji, luas daun, berat

segar total.