28
I. PENDAHULUAN Jenis izin usaha pertambangan menurut UU No. 4 Tahun 2009, lebih sederhana dari pada jenis izin menurut UU No. 11 Tahun 1967, yaitu hanya terdiri dari tiga macam izin. Sebagaimana diatur dalam Ps. 35, bahwa usaha pertambangan dilaksanakan dalam bentuk : Izin Usaha Pertambangan, disingkat IUP; Izin Pertambangan Rakyat, disingkat IPR; dan Izin Usaha Pertambangan Khusus, disingkat IUPK. Selain adanya penyederhanaan jenis izin sebagaimana diuraikan di atas, UU ini juga menyederhanakan izin tahapan kegiatan penyelidikan, yaitu untuk melakukan kegiatan penyelidikan bahan galian, cukup memperoleh satu kali izin, misalnya IUP Eksplorasi. [1] Izin Usaha Pertambangan (IUP) adalah legalitas pengelolaan dan pengusahaan bahan galian yang diperuntukkan bagi; badan usaha baik swasta nasional, maupun badan usaha asing, koperasi, dan perseorangan. Selanjutnya menurut Pasal 36 ayat (1) UU No. 4 Tahun 2009, IUP terdiri dari atas dua tahap, yaitu : IUP Eksplorasi IUP Operasi Produksi. IUP Ekplorasi secara teknis meliputi kegitan-kegiatan sebagai berikut : Penyelidikan umum; Eksplorasi; Studi kelayakan. IUP Operasi Produksi, [2] meliputi kegiatan usaha pertambangan, sebagai-berikut : Konstruksi atau pekerjaan persiapan

data iup

Embed Size (px)

DESCRIPTION

agus

Citation preview

Page 1: data iup

I.               PENDAHULUAN

Jenis izin usaha pertambangan menurut UU No. 4 Tahun 2009, lebih sederhana dari pada jenis izin menurut UU No. 11 Tahun 1967, yaitu hanya terdiri dari tiga macam izin. Sebagaimana diatur dalam Ps. 35, bahwa usaha pertambangan dilaksanakan dalam bentuk :

                Izin Usaha Pertambangan, disingkat IUP;                Izin Pertambangan Rakyat, disingkat IPR; dan                Izin Usaha Pertambangan Khusus, disingkat IUPK.

Selain adanya penyederhanaan jenis izin sebagaimana diuraikan di atas, UU ini juga menyederhanakan izin tahapan kegiatan penyelidikan, yaitu untuk melakukan kegiatan penyelidikan bahan galian, cukup memperoleh satu kali izin, misalnya IUP Eksplorasi. [1]

Izin Usaha Pertambangan (IUP) adalah legalitas pengelolaan dan pengusahaan bahan galian yang diperuntukkan bagi; badan usaha baik swasta nasional, maupun badan usaha asing, koperasi, dan perseorangan.

Selanjutnya menurut Pasal 36 ayat (1) UU No. 4 Tahun 2009, IUP terdiri dari atas dua tahap, yaitu :

                IUP Eksplorasi                IUP Operasi Produksi.

IUP Ekplorasi secara teknis meliputi kegitan-kegiatan sebagai berikut    :

                Penyelidikan umum;                Eksplorasi;                Studi kelayakan.

IUP Operasi Produksi, [2]meliputi kegiatan usaha pertambangan, sebagai-berikut :

                Konstruksi atau pekerjaan persiapan                Penambangan                Pengolahan dan Pemurnian                Pengangkutan dan Penjualan

Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (“PP 23/2010”) diatur dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 , di dalamnya disebutkan bahwa IUP diberikan oleh Menteri, gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. 

Page 2: data iup

II.             PERSYARATAN PENGURUSAN IUP EKSPLORASI MINERAL LOGAM DAN BATUBARA UNTUK BADAN USAHA

1.             Persyaratan Administratif :

a.             Surat Permohonanb.             Susunan Dewan Komisaris, Dewan Direksi dan Susunan Pemegang Saham.c.             Profil Badan Usaha (Company Profile) dan Perizinannyad.             Surat keterangan domisili.

2.             Persyaratan Teknis :

a.             Daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun.

b.             Peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi Geografi yang berlaku secara nasional.

3.             Persyaratan Lingkungan :

Surat pernyataan untuk mematuhi ketentuan peraturan Perundang-undangan dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

4.             Persyaratan Finansial :

a.             Bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi.

b.             Bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil lelang WIUP mineral logam atau BATUBARA sesuai dengan nilai penawaran lelang atau bukti pembayaran biaya pencadangan wilayah dan pembayaran pencetakan peta WIUP mineral bukan logam atau batuan atas permohonan wilayah.

5.             KETERANGAN PENDUKUNG

a.             Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (“PP 23/2010”) diatur dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 , di dalamnya disebutkan bahwa IUP diberikan oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. 

b.             Pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) akan dilakukan setelah diperolehnya WIUP (Wilayah Izin Usaha Pertambangan). Dalam satu WIUP dimungkinkan untuk diberikan 1 IUP maupun beberapa IUP (untuk perusahaan yang telah Go Public).

c.             Pasal 39 UU Minerba mengatur bahwa Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi wajib memuat ketentuan sekurang-kurangnya :

1)             Nama perusahaan ;2)             Lokasi dan luas wilayah ;3)             Rencana umum tata ruang ;4)             Jaminan kesungguhan ;5)             Modal investasi ;6)             Perpanjangan waktu tahap kegiatan ;

Page 3: data iup

7)             Hak dan kewajiban pemegang IUP ;8)             Jangka waktu berlakunya tahap kegiatan ;9)             Jenis usaha yang diberikan ;

10)             Rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan ;11)             Perpajakan ;12)             Penyelesaian perselisihan ;13)             Iuran tetap dan iuran eksplorasi; dan14)             Amdal.

6.             KEWAJIBAN PEMEGANG IUP EKSPLORASI DAN IUP (KHUSUS)

Pasal 95 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU Minerba”) mengatur beberapa kewajiban secara umum yang harus ditaati oleh pemegang IUP dan IUPK, yakni:

a.             Menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik, yang mewajibkan pemegang IUP dan IUPK untuk :

1)             Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan ;2)             Keselamatan operasi pertambangan ;

3)             Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan pasca tambang;

4)             Upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara ;5)             pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk padat,

cair, atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke media lingkungan;

b.             Mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia;

c.     Meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara;

d.             Melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat; dan;

e.    Mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan.

f.      Reklamasi dan Pasca Tambang

Menurut Pasal 99 UU Minerba, setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pasca tambang pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi. Pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan pasca tambang. Hal ini dicantumkan dalam perjanjian penggunaan tanah antara pemegang IUP atau IUPK dengan pemegang hak atas tanah. Pemegang wajib menyediakan dana jaminan reklamasi dan pasca tambang. Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya dapat menetapkan pihak ketiga dengan dana jaminan yang telah disediakan pemegang.Di dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang (“PP 78/2010”), Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib melaksanakan reklamasi dan pascatambang. Reklamasi dilakukan terhadap lahan terganggu pada kegiatan eksplorasi. Reklamasi dan pascatambang dilakukan terhadap lahan terganggu

Page 4: data iup

pada kegiatan pertambangan dengan sistem dan metode Penambangan Terbuka dan Penambangan Bawah Tanah.

g.             Kewajiban-Kewajiban lainnya :Pemegang IUP dan IUPK wajib menjamin penerapan standar dan baku mutu lingkungan sesuai dengan karakteristik suatu daerah. Pemegang IUP dan IUPK juga wajib menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7.             HAK PEMEGANG IUP EKSPLORASI DAN IUP KHUSUS

Dalam UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU Minerba”) Bab XIII mengenai Hak dan Kewajiban, Pasal 90, 91,dan 92 pemegang IUP dan IUPK, berhak :

a.             Melakukan sebagian atau seluruh tahapan usaha pertambangan, baik kegiatan eksplorasi maupun kegiatan operasi produksi.

b.             Memanfaatkan prasarana dan sarana umum untuk keperluan pertambangan setelah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.

c.             Memiliki mineral, termasuk mineral ikutannya, atau batubara yang telah diproduksi apabila telah memenuhi iuran eksplorasi atau iuran produksi, kecuali mineral ikutan radioaktif.

Sebagaimana diatur dalam Pasal 93 UU Minerba perlu digaris bawahi bahwa Pemegang IUP dan IUPK tidak boleh memindahkan IUP dan IUPK-nya kepada pihak lain.Untuk pengalihan kepemilikan dan/atau saham di bursa saham Indonesia hanya dapat dilakukan setelah melakukan kegiatan eksplorasi tahapan tertentu. Pengalihan kepemilikan dan/atau saham hanya dapat dilakukan dengan syarat :

a.             Harus memberitahu kepada Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya; dan

b.            Sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

8.             PENGHENTIAN SEMENTARA KEGIATAN IUP DAN IUP KHUSUS

Menurut Pasal 113 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU Minerba”), suatu kegiatan usaha pertambangan yang sedang dilakukan oleh pemegang Ijin Usaha Pertambangan (“IUP”) atau Ijin Usaha Pertambangan Khusus (“IUPK”) dapat diberhentikan sementara, tanpa mengurangi masa berlaku IUP atau IUPK, apabila terjadi :

a.             Keadaan kahar;b.             Keadaan yang menghalangi sehingga menimbulkan penghentian sebagian atau seluruh

kegiatan usaha pertambangan;c.             Keadaan dimana kondisi daya dukung lingkungan wilayah tersebut tidak dapat menanggung

beban kegiatan operasi produksi sumber daya mineral dan/atau batubara yang dilakukan di wilayahnya.

Permohonan penghentian suatu kegiatan disampaikan kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

Page 5: data iup

Pihak yang berwenang lalu wajib mengeluarkan keputusan tertulis diterima atau ditolak disertai alasannya atas permohonan penghentian sementara paling lama 30 hari sejak menerima permohonan tersebut.  Mengenai penghentian kegiatan usaha pertambangan karena kondisi daya dukung lingkungan, hal ini dapat dilakukan oleh inspektur tambang atau berdasarkan permohonan masyarakat kepada pihak yang berwenang.

Jangka Waktu PenghentianPasal 114 UU Minerba mengatur bahwa jangka waktu penghentian sementara karena keadaan kahar dan/atau keadaan yang menghalangi diberikan paling lama 1 tahun dan dapat diperpanjang paling banyak 1 kali untuk 1 tahun. Apabila dalam kurun waktu sebelum habis masa penghentian sementara berakhir pemegang IUP dan IUPK sudah siap melakukan kegiatan operasinya, kegiatan dimaksud wajib dilaporkan kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya mencabut keputusan penghentian sementara setelah menerima laporan.

Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (“PP Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba”), mengatur lebih lanjut mengenai penghentian sementara kegiatan izin usaha pertambangan dan izin usaha pertambangan khusus. Pasal 79 PP Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba mengatur bahwa dalam hal penghentian dilakukan atas dasar keadaan kahar, kewajiban pemegang IUP dan IUPK sesuai dengan peraturan perundang-undangan  tidak berlaku. Namun dalam hal penghentian dilakukan atas dasar keadaan yang menghalangi dan kondisi daya dukung lingkungan yang tidak memadai, pemengang IUP dan IUPK wajib :

a.             Menyampaikan laporan kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya;

b.             Memenuhi kewajiban keuangan; danc.             tetap melaksanakan pengelolaan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja, serta

pemantauan lingkungan.Selanjutnya terkait dengan persetujuan berakhirnya penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan, di dalam pasal 80 diatur bahwa persetujuan tersebut diberikan karena:

a.             Habis masa berlakunya; atau

b.             Permohonan pencabutan dari pemegang IUP atau IUPK.

III.           PERSYARATAN PENGURUSAN IUP OPERASI PRODUKSI MINERAL LOGAM DAN BATUBARA UNTUK BADAN USAHA

IUP Operasi Produksi adalah izin yang diberikan untuk kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan dalam rangka pertambangan. IUP Operasi Produksi diberikan kepada badan usaha, koperasi, atau perseorangan sebagai peningkatan dari kegiatan eksplorasi. Pasal 46 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU Minerba”) mengatur bahwa setiap pemegang IUP Eksplorasi

Page 6: data iup

dijamin untuk memperoleh IUP Operasi Produksi sebagai kelanjutan kegiatan usaha pertambangan nya. Menurut Pasal 22 ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (“PP Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba”),

 IUP Operasi Produksi terdiri atas mineral logam, batubara, mineral bukan logam, dan/atau batuan.

1.             Persyaratan untuk memperoleh IUP Operasi Produksi bagi Badan Usaha untuk Mineral Logam dan Batubara

Pasal 23 PP Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba mengatur bahwa persyaratan untuk memperoleh IUP Operasi Produksi bagi Badan Usaha meliputi persyaratan :

a.             Persyaratan administratif, meliputi :

1)             Surat permohonan;2)             Susunan Dewan Komisaris, Dewan Direksi dan Susunan Pemegang Saham.3)             Profil Badan Usaha (Company Profile) dan Perizinannya

4)             Surat keterangan domisili.

b.      Persyaratan teknis, meliputi :

1)             Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional;

2)             Laporan lengkap eksplorasi;3)             Laporan studi kelayakan;4)             Rencana reklamasi dan pasca tambang;5)             Rencana kerja dan anggaran biaya;6)             Rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi produksi; dan7)             tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3

(tiga) tahun.

c.             Persyaratan lingkungan, meliputi :1)         Pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan     perundang-undangan di

bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan2)         Persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

d.             Persyaratan financial meliputi :

1)        Laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik;2)        Bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir; dan3)        Bukti pembayaran pengganti investasi sesuai dengan nilai penawaran lelang bagi pemenang

lelang Wilayah Ijin Usaha Pertambangan yang telah berakhir.

Page 7: data iup

Pasal 103 UU Minerba mengatur bahwa pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri. Dalam hal ini, pemegang dapat bekerjasama dengan badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah mendapatkan IUP atau IUPK untuk pengolahan dan pemurnian yang dikeluarkan oleh Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 105 UU Minerba mengatakan bahwa badan usaha yang tidak bergerak di usaha pertambangan yang bermaksud menjual mineral dan/atau batu bara wajib terlebih dahulu memiliki IUP Operasi Produksi untuk penjualan. IUP jenis ini hanya dapat diberikan untuk 1 kali penjualan oleh pihak yang berwenang. Badan usaha tersebut wajib melaporkan hasil penjualan mineral dan/atau batubara yang tergali kepada pihak yang berwenang.

Selain itu di dalam Pasal 106 UU Minerba diatur bahwa pemegang IUP dan IUPK harus mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang, dan jasa dalam negeri. Dalam melakukan kegiatan operasi produksi, badan usaha pemegang IUP dan IUPK wajib mengikut sertakan pengusaha lokal yang ada di daerah tersebut. Adalah kewajiban bagi pemegang IUP dan IUPK untuk menyusun program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.

Tahap-tahap Permohonan Izin Usaha Pertambangan di Provinsi Sumatera Utara.Tahap-tahap yang dilalui dalam permohonan Izin Usaha di Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 37 tahun 2011Tentang Pendelegasian Kewenangan Pelayanan Perijinan Kepada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu sampai diterbitkannya IUP tersebut adalah :

1. Pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada Gubernur Sumatera Utara melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu dengan melampirkan syarat-syarat yang telah ditetapkan.

2. Setelah permohonan tertulis diterima oleh Badan Pelayanan Perijinan Terpadu maka Badan Pelayanan Perijinan Terpadu mengundang tim teknis Dinas pertambangan dan Energi dan beberapa tim teknis dari Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kehutanan dan Dinas Lingkungan Hidup yang tergabung di dalamnya, untuk rapat dan kemudian akan melakukan peninjauan lokasi pertambangan untuk memastikan keadaan di lokasi tersebut layak atau tidak layak untuk melakukan usaha pertambangan.

3. Kemudian izin akan segera diolah / diproses dan dapat diterbitkan selambat – lambatnya 1 (satu) sampai 3 (tiga) bulan sejak diterimanya permohonan.

4. Gubernur melalui Badan Pelayanan Perijinan terpadu dapat mengabulkan atau menolak permohonan izin setelah mendapatkan pertimbangan dari Tim dari Dinas Pertambangan dan Energi serta beberapa tim teknis dari Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kehutanan dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara yang telah melakukan peninjauan lokasi.

Izin diterbitkan berupa Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara dan tidak dapat dipindah tangankan kepada pihak lain.Jangka Waktu Izin Usaha Pertambangan

Page 8: data iup

Izin Usaha Pertambangan di Provinsi Sumatera Utara sesuai Undang-undang nomor 4 tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara untuk IUP Eksplorasi pertambangan untuk mineral logam dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 8 (delapan) tahun, untuk mineral bukan logam diberikan dalam jangka waktu 3(tiga) tahun, sedangkan mineral bukan logam tertentu dalam jangka waktu 7(tujuh) tahun, untuk batuan dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun.Sedangkan IUP Operasi Produksi pertambangan untuk mineral logam diterbitkan dan berlaku selama sampai dengan 20 (dua puluh) tahun, dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 10 (sepuluh) tahun, untuk mineral bukan logam berlaku selama 10 (sepuluh) tahun dan diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima) tahun, sedangkan untuk bukan logam jenis tertentu diberikan waktu sama dengan logam, dan untuk batuan diterbitkan dan berlaku selama sampai dengan 5 (lima) tahun diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima) tahun dengan kewajiban daftar ulang setiap 1 (satu) tahun sekali dan apabila selama dalam jangka waktu diperkirakan lahan masih berpotensi pemohonan harus mengajukan permohonan diperpanjang paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu IUP.Kewajiban Pemegang Izin.Sesuai yang tercantum di dalam Izin Usaha Pertambangan bahan galian Provinsi Sumatera Utara, maka pemegang izin dalam melaksanakan kegiatan penambangan bahan galian diwajibkan :

1. Menyampaikan laporan produksi setiap bulan tentang pelaksanaan kegiatan usaha penambangan bahan galian batuan. jika selama 3(tiga) bulan terhitung sejak terbitnya IUP ini tidak melakukan kegiatan dan tidak melapor, maka IUP ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

2. Setiap bulan membayar pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian.3. Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak

tanggal ditetapkan keputusan ini, sudah melaksanakan pematokan batas-batas wilayah izin untuk melakukan usaha penambangan bahan galian batuan.

4. Memberikan keluasan memakai jalan tambang yang sudah ada termasuk pembuatan jalan tambang baru bagi pemegang IUP pada lokasi berikutnya.

5. Penambangan tidak diperkenankan dibantaran sungai melainkan hanya pada palung sungai sedalam maksimal 1 (satu) meter.

6. Mereklamasikan bantaran sungai yang sudah terganggu.7. Mengamankan, melestarikan fungsi sungai dan lingkunganya termasuk

bangunan-bangunan pengairan dan bangunan – bangunan umum lainnya yang ada disekitarnya.

Page 9: data iup

8. Memperhatikan morfologi sungai, bantaran sungai, palung sungai, tebing sebagai akibat penggalian bahan galian batuan yang dapat menimbulkan gangguan bagi masyarakat.

9. Mencegah terjadinya pencemaran/erosi sebagai akibat penggalian bahan galian batuan yang dapat menimbulkan gangguan bagi masyarakat.

10.Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).11.Menaati semua peraturan Perundang-undangan yang berlaku, khususnya

sungai serta lahan kiri kanan sungai. Mencegah terjadinya pencemaran/erosi berkaitan dengan bidang Pertambangan dan Energi.

Kegiatan pertambangan diatur dalam Undang-undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba). Untuk lebih merinci pelaksanaan dari Undang-undang ini diturunkan kembali dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) yang salah satunya adalah PP No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Berdasarkan PP ini komoditas pertambangan dikelompokkan dalam 5 golongan yaitu :1.    Mineral radioaktif antara lain: radium, thorium, uranium2.    Mineral logam antara lain: emas, tembaga3.    Mineral bukan logam antara lain: intan, bentonit4.    Batuan antara lain: andesit, tanah liat, tanah urug, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, pasir urug5.    Batubara antara lain: batuan aspal, batubara, gambut

Saat ini kegiatan pertambangan yang lebih dikenal adalah pertambangan untuk komoditas mineral logam antara lain: emas, tembaga, nikel, bauksit dan komoditas batubara. Selain komoditas mineral utama dan batubara ini, komoditas batuan memiliki peran yang sama pentingnya terutama dalam memberikan dukungan material untuk pembangunan infrastruktur antara lain: pendirian sarana infrastruktur jalan, pembangunan perumahan, dan gedung perkantoran. Terminologi bahan galian golongan C yang sebelumnya diatur dalam UU No 11 Tahun 1967 telah diubah berdasarkan UU No 4 Tahun 2009, menjadi batuan, sehingga penggunaan istilah bahan galian golongan C sudah tidak tepat lagi dan diganti menjadi batuan. Untuk memberikan gambaran tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pertambangan Batuan, berikut akan diuraikan dalam artikel ini.

Pemberian Izin Usaha Pertambangan  BatuanPemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) batuan berdasarkan PP No 23 Tahun 2010 dilakukan dengan cara permohonan wilayah. Permohonan wilayah maksudnya adalah setiap pihak badan usaha, koperasi atau perseorangan yang ingin memiliki IUP harus menyampaikan permohonan kepada Menteri, gubernur atau bupati walikota sesuai kewenangannya. Pembagian kewenangan Menteri, gubernur dan bupati/walikota adalah:?    Menteri ESDM, untuk permohonan wilayah yang berada lintas wilayah

Page 10: data iup

provinsi atau wilayah laut lebih dari 12 mil dari garis pantai?    gubernur, untuk permohonan wilayah yang berada lintas wilayah kabupaten/kota dalam 1  provinsi atau wilayah laut 4 sampai dengan 12 mil?    bupati/walikota, untuk permohonan wilayah yang berada di dalam 1 wilayah kabupaten/kota atau wilayah laut sampai dengan 4 mil.

IUP mineral batuan diberikan oleh Menteri ESDM (selanjutnya disebut Menteri), gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan permohonan yang diajukan oleh: badan usaha, koperasi, dan perseorangan. IUP diberikan melalui 2 tahapan yaitu:I.    Pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)II.    Pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP)

I.    Pemberian WIUP batuan1.    Badan usaha, koperasi atau perseorangan mengajukan permohonan wilayah untuk mendapatkan WIUP batuan kepada Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangannya2.    Sebelum memberikan WIUP, Menteri harus mendapat rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota dan oleh gubernur harus mendapat rekomendasi dari bupati/walikota 3.    Permohonan WIUP yang terlebih dahulu telah memenuhi persyaratan koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional dan membayar biaya pencadangan wilayah dan pencetakan peta, memperoleh prioritas pertama untuk mendapatkan WIUP4.    Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dalam paling lama 10 hari kerja setelah diterima permohonan wajib memberikan keputusan menerima atau menolak atas permohonan WIUP5.    Keputusan menerima disampaikan kepada pemohon WIUP disertai dengan penyerahan peta WIUP berikut batas dan koordinat WIUP. Keputusan menolak harus disampaikan secara tertulis kepada pemohon WIUP disertai dengan alasan penolakan.

II.     Pemberian IUP batuan1.    IUP terdiri atas : IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi 2.    Persyaratan IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi meliputi persyaratan: administratif, teknis, lingkungan dan finansial

II.a Pemberian IUP Eksplorasi batuan1.    IUP Eksplorasi diberikan oleh :a.    Menteri, untuk WIUP yang berada dalam lintas wilayah provinsi atau wilayah laut lebih dari 12 mil dari garis pantaib.    gubernur, untuk WIUP yang berada dalam lintas kabupaten/kota dalam 1 provinsi atau wilayah laut 4 - 12 mil dari garis pantaic.    bupati/walikota, untuk WIUP yang berada dalam 1 wilayah kabupaten/kota atau wilayah laut sampai dengan 4 mil dari garis pantai2.    IUP Eksplorasi diberikan berdasarkan permohonan dari badan usaha,

Page 11: data iup

koperasi, dan perseorangan yang telah mendapatkan WIUP dan memenuhi persyaratan3.    Menteri atau guberrnur menyampaikan penerbitan peta WIUP batuan yang diajukan oleh badan usaha, koperasi, atau perseorangan kepada gubernur atau bupati/walikota untuk mendapatkan rekomendasi dalam rangka penerbitan IUP Eksplorasi. Gubernur atau bupati/walikota memberikan rekomendasi paling lama 5 hari kerja sejak diterimanya tanda bukti penyampaian peta WIUP mineral batuan4.    Badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah mendapatkan peta WIUP beserta batas dan koordinat dalam waktu paling lambat 5 hari kerja setelah penerbitan peta WIUP mineral batuan harus menyampaikan permohonan IUP Eksplorasi kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dan wajib memenuhi persyaratan5.    Bila badan usaha, koperasi, atau perseorangan dalam waktu 5 hari kerja tidak menyampaikan permohonan IUP, dianggap mengundurkan diri dan uang pencadangan wilayah menjadi milik Pemerintah atau pemerintah daerah dan WIUP menjadi wilayah terbuka

II.b Pemberian IUP Operasi Produksi batuan1.    IUP Operasi Produksi diberikan oleh :a.    bupati/walikota, apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam 1 wilayah kabupaten/kota atau wilayah laut sampai dengan 4 mil dari garis pantaib.    gubernur, apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam wilayah kabupaten/kota yang berbeda dalam 1 provinsi atau wilayah laut sampai dengan 12 mil dari garis pantai setelah mendapat rekomendasi dari bupati/walikotac.    Menteri, apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam wilayah provinsi yang berbeda atau wilayah laut lebih dari 12 mil dari garis pantai setelah mendapat rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota setempat 2.    IUP Operasi Produksi diberikan kepada badan usaha, koperasi, dan perseorangan sebagai peningkatan dari kegiatan eksplorasi yang memenuhi persyaratan dimana pemegang IUP Eksplorasi dijamin untuk memperoleh IUP Operasi Produksi sebagai peningkatan dengan mengajukan permohonan dan memenuhi persyaratan peningkatan operasi produksi 3.    Pemegang IUP Operasi Produksi dapat mengajukan permohonan wilayah di luar WIUP kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota untuk menunjang usaha pertambangannya4.    Dalam jangka waktu 6 bulan sejak diperolehnya IUP Operasi Produksi, pemegang IUP Operasi Produksi wajib memberikan tanda batas wilayah pada WIUP 5.    Bila pada lokasi WIUP ditemukan komoditas tambang lainnya yang bukan asosiasi mineral yang diberikan dalam IUP, pemegang IUP Operasi Produksi memperoleh keutamaan mengusahakannya dengan membentuk badan usaha baru6.    Permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi diajukan kepada Menteri,

Page 12: data iup

gubernur, atau bupati/walikota paling cepat 2 tahun dan paling lambat 6 bulan sebelum berakhirnya IUP7.    Pemegang IUP Operasi Produksi hanya dapat diberikan perpanjangan 2 kali dan harus mengembalikan WIUP Operasi Produksi dan menyampaikan keberadaan potensi dan cadangan mineral batuan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota8.    Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat menolak permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi apabila pemegang IUP Operasi Produksi berdasarkan hasil evaluasi tidak menunjukkan kinerja operasi produksi yang baikKetentuan pidana  pelanggaran ketentuan dalam UU No 4 Tahun 2009 :a)    Setiap orang yang melakukan usaha penambangan tanpa IUP dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).b)    Setiap orang atau pemegang IUP Operasi Produksi yang menampung, memanfaatkan, melakukan pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral dan batubara yang bukan dari pemegang IUP dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)c)    Setiap orang yang merintangi atau mengganggu kegiatan usaha pertambangan dari pemegang IUP yang telah memenuhi syarat-syarat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).d)    Setiap orang yang rnengeluarkan IUP yang bertentangan dengan Undang-Undang ini dan menyalahgunakan kewenangannya diberi sanksi pidana paling lama 2 tahun penjara dan denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)

Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berhak memberikan sanksi administratif' kepada pemegang IUP atas pelanggaran ketentuan dalam undang-undang ini berupa: peringatan tertulis, penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan eksplorasi atau operasi produksi, atau pencabutan IUP.

Semoga pembahasan tata cara pemberian IUP serta ketentuan pidana dan sanksi administratif dalam kegiatan pertambangan batuan ini dapat memberikan gambaran dan mendorong pelaksanaan kegiatan pertambangan yang baik dan benar serta penerapan penegakan hukum sehingga dapat mengurangi dampak negatif pertambangan dan meningkatkan dampak positif melalui penyerapan tenaga kerja, penyediaan bahan baku pembangunan infrastruktur, pendapatan asli daerah, serta penggerak kegiatan perekonomian di sekitar lokasi pertambangan.

15 25. 2.6 Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pertambangan Adapun Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pertambangan Umumsebagaimana terdapat pada Peraturan Gubernur Nomor 35 Tahun 2011 TentangOrganisasi, Tugas, Fungsi dan Uraian Tugas Dinas Pertambangan dan EnergiProvinsi Sumatera Utara, pada Bagian Ketiga Pasal 5 Ayat 1 s/d 4 yaitu:1) Kepala Bidang Pertambangan Umum menyelenggarakan urusan Pemerintah di bidang pelayanan

Page 13: data iup

perijinan, pembinaan usaha dan pengawasan pertambangan umum dan panas bumi.2) Kepala Bidang Pertambangan Umum menyelenggarakan fungsi :a. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup Bidang Pertambangan Umum;b. Penyelenggaraan arahan bimbingan kepada pejabat struktural pada lingkup Bidang Pertambangan Umum;c. Penyelenggaraan instruksi pelaksanaan tugas lingkup Bidang Pertambangan Umum;d. Penyelenggaraan penyusunan program kegiatan lingkup Bidang Pertambangan Umum;e. Penyelenggaraan pelaksanaan perijinan, pembinaan usaha dan pengawasan pertambangan umum panas bumi;f. Penyelenggaraan pengelolaan data dan informasi mineral, batubara dan panas bumi serta pengusahaan sistem informasi geografis wilayah kerja pertambangan; 16 26. g. Penyelenggaraan evaluasi pelayanan perijinan, pembinaan usaha dan pengawasan pertambangan umum dan panas bumi;h. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas, sesusai bidang tugas dan fungsinya;i. Penyelengraan pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Dinas, sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;j. Penyelenggaraan pelaporan dan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas dan fungsinya, sesuai Stadar yang ditetapkan.3) Kepala Bidang Pertambangan Umum, mempunyai uraian tugas:a. Menyelenggarakan penyusunan kebijakan di bidang mineral, batubara dan panas bumi;b. Menyelenggarakan penyusunan data dan informasi usaha pertambangan mineral dan batubara serta panas bumi lintas Kabupaten/Kota;c. Menyelenggarakan pemberian ijin usaha pertambangan mineral, batubara dan panas bumi pada wilayah lintas Kabupaten/Kota dan paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan;d. Menyelenggarakan pemberian ijin usaha pertambangan mineral, batubara untuk produk yang berdampak lingkungan langsung lintas Kabupaten/Kota dan paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai kearah laut lepas dan/atau kearah perairan kepulauan;e. Menyelenggarakan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan ijin usaha pertambangan mineral, batubara dan panas bumi pada wilayah lintas 17 27. Kabupaten/Koata dan paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai kearah laut lepas dan/atau kearah perairan kepulauan;f. Menyelenggarakan pemberian ijin badan usaha jasa pertambangan mineral, batubara dan panas bumi dalam rangka PMA dan PMDN lintas Kabupaten/Kota;g. Menyelenggarakan pengelolaan, pembinaan dan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan pertambangan termasuk reklamasi dan pasca tambang konservasi dan peningkatan nilai tambah terhadap usaha pertambangan mineral, batubara dan panas bumi pada wilayah Kabupaten/Kota atau yang berdampak regional;h. Menyelenggarakan pengelolaan, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan ijin usaha jasa pertambangan mineral, baubara dan panas bumi dalam rangka penanaman modal lintas Kabupaten/Kota;i. Menyelenggarakan pembinaan dan pengawasan pengusahaan KP ( Kuasa Pertambangan) lintas Kabupaten/Kota;j. Menyelenggarakan pembinaan dan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan pertambangan termasuk reklamasi dan pasca tambang, konservasi dan peningkatan nilai tambah terhadap KP lintas Kabupaten/Kota;k. Menyelenggarakan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan ijin usaha pertambangan mineral dan batubara untuk operasi produksi, serta yang berdampak lingkungan langsung lintas Kabupaten/Kota; 18 28. l. Menyelenggarakan pengelolaan data dan informasi mineral, batubara dan panas bumi serta pengusahaan dan SIG wilayah kerja pertambangan di wilayah provinsi;m. Menyelenggarakan penetapan potensi panaas bumi serta neraca sumber daya dan cadangan mineral dan batubara di wilayah provinsi;n. Menyelenggarakan pengangkatan dan pembinaan Inspektur Tambang serta pembinaan jabatan fungsional;o. Menyelenggarakan evaluasi rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan serta analisa mengenai dampak lingkungan;p. Menyelenggarakan pengkoordinasian perijinan dan pengawasan penggunaan bahan peledak di wilayah tambang sesuai dengan kewenangannya;q. Menyelenggarakan pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi terhadap pemegang IUP,

Page 14: data iup

IPR, atau IPK lintas Kabupaten/Kota;r. Menyelenggarakan proses pengesahan Kepala Teknik Tambang yang diangkat oleh perusahaan sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap semua kegiatan dilapangan;s. Menyelenggarakan proses pemberian ijin Kartu Ijin Meledakkan (KIM);t. Menyelenggarakan proses perijinan gudang bahan peledak untuk kegiatan usaha pertambangan mineral, batubara dan panas bumi.4) Untuk melaksanakan Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Kepala Bidang Pertambangan Umum dibantu oleh : a. Seksi perijinan; b. Seksi Pembinaan Usaha; c. Seksi Pertambangan Umum. 19 29. 2.7 Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Perizinan Dan PengawasanA. Seksi Perijinan mempunyai tugas : a. Melaksanakan pembinaan pegawai pada lingkup Seksi Perijinan; b. Melaksanakan arahan dan bimbingan kepada pegawai pada lingkp Seksi Perijinan; c. Melaksanakan Instruksi pelaksanaan tugas lingkuo Seksi perijinan; d. Melaksanakan penyusunan dan peyempurnaan standard Operasional Prosedur (SOP); e. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan penyusunan data informasi usaha pertambangan mineral dan batubara serta panas bumi lintas Kabupaten/Kota; f. Melaksanakan pengkajian dan pemeriksaan berkas, dan koordinasi dalam rangka pemberian ijin usaha pertambangan mineral, batubara dan panas bumi pada wilayah lintas Kabupaten/Kota paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai kearah laut lepas; g. Melaksanakan pengkajian dan pemeriksaan berkas, evaluasi standar nasional pengolahan lingkungan, pengkoordinasian, pemberian ijin usaha pertambangan mineral dan batubara untuk operasi produksi, yang berdampak lingkungan langsung lintas Kabupaten/Kota; h. Melaksanakan pengkajian dan pemeriksaan berkas, pengkoordinasian, pemberian ijin badan usaha jasa pertambangan 20 30. mineral, batubara dan panas bumi dalam rangka PMA dan PMDN lintas Kabupaten/Kota; i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pertambangan Umum, sesuai dengan bidang tugasnya; j. Melaksanakan pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Bidang Pertambangan Umum, seusai dengan bidang tugasnya; k. Melaksanakan pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Kepala Bidang Pertambangan Umum, sesuai standar yang ditetapkan.B. Seksi Pengawasan mempunyai tugas ; a. Membantu dan bertangung jawab kepada Kepala Bidang; b. Melakukan Pengawasan dan Pembinaan terhadap semua kegiatan yang dikenakan Pajak dan Retribusi dibidang Pertambangan, Energi dan Sumber Daya Mineral; c. Melakukan Pengawasan dan Pembinaan terhadap Usaha Pertambangan, Energi dan Sumber Daya Mineral; 21 31. III. TINJAUAN PUSTAKA3.1 Bahan Galian3.1.1 Pengertian Bahan Galian Bahan galian adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yangmemiliki sifat fisik dan kimia tertentu serrta susunan kristal teratur ataugabungannya yang membentuk batuan, logam, non logam, maupun radio aktifserta endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa-sisa tumbuh-tumbuhan. Bahan galian merupakan sumber daya alam yang tidakdapat diperbaharui. Hal tersebut dikarenakan proses pembentukan yangmembutuhkan waktu yang sangat lama dan untuk memperolehnya punmembutuhkan ilmu dan cara khusus. Bahan galian terjadi dan dapat ditemukan didalam kerak bumi atau lapisan – lapisan batuan yang dimensi dan penyebarannyatidak teratur dan tidak mengenal batas wilayah administratif. Pengelolaan danpemanfaatan bahan galian terutama dalam proses pengambilannya beresiko tinggidan dapat merusak lingkungan apabila cara dan teknologi yang digunakan tidaktepat. Akan tetapi, karena mempunyai nilai ekonomi yang cukup menjanjikanmaka penambangan bahan galian tetap berlangsung.3.1.2 Penggolongan Bahan Galian Dalam Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambanganmineral dan batubara. yang dijabarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 23tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral danBatubara, bahwa Komoditas Tambang dibagi dalam 5 (lima) golongan yaitu; 22

Page 15: data iup

32. a. Mineral Radio Aktif meliputi radium, thorium, uranium, monasit, dan bahan galian radio aktif lainya;b. Mineral Logam Meliputi litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium, emas, tembaga, perak, timbal, seng, timah, nikel, mangaan, platina, bismut, molibdenum, bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit, vanadium, kromit, antimoni, kobalt, tantalum, cadmium, galium, indium, yitrium, magnetit, besi, galena, alumina, niobium, zirkonnium, ilmenit, khorm, erbium, ytterbium, dysprosium, thorium, cesium, lanthanum, niobium, neodymium, hafnium, scandium, aluminium, palladium, rhodium, osmium, ruthenium, iridium, selenium, telluride, stronium, germanium, dan zenotin;c. Mineral Bukan Logam meliputi intan, korondum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu clay, dan batu gamping untuk semen;d. Batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert cristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkesikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanah merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut,dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral 23 33. logam atau usur mineral bukan logam dalam jumlah yang berati ditinjau dari segi ekonomi pertambangan dan;e. Batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara, dan gambut3.2 Cadangan Cadangan adalah jumlah berat atau volume endapan mineral atau batubara yang mempunyai nilai ekonamis untuk ditambang.Istilah cadangan pada pertambangan antara lain : a) Cadangan hipotetik adalah cadangan yang belum ditemukan tetapi beralasan untuk ditemukan pada suatu wilayah pertambangan. b) Cadangan terkira adalah cadangan yang secara geologi keberadaannya mempunyai tingkat kayakinan rendah. c) Cadangan terduga adalah cadangan hasil penafsiran berdasarkan sebagian besar dari informasi geologi dilengkapi dengan beberapa contoh singkapan secara kuantitatif. d) Cadangan tertambang adalah bagian cadangan mineral atau batubara yang layak ditambang dengan teknologi saat ini.3.3 Pertambangan3.3.1 Pengertian Pertambangan Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalamrangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yangmeliputi penyelidikan umum, eksplorasi, study kelayakan, konstruksi, 24 34. penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, sertakegiatan pasca tambang.Wilayah Pertarnbangan adalah wilayah yang memiliki potensi mineral ataubatubara dan tidak terikat dengan, batasan administrasi pemerintahan yangmerupakan bagian dari tata ruang nasional.Wilayah Pertambangan ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi denganpemerintah daerah dan berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat RepublikIndonesia. Penetapan Wilayah Pertambangan dilaksanakan dengan:a. Secara transparan, partisipatif, dan bertanggung jawab;b. Secara terpadu dengan rnemperhatikan pendapat dari Instansi Pemerintahterkait, masyarakat, dan dengan mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi, dansosial budaya, serta berwawasan lingkungan; danc. Dengan rnemperhatikan aspirasi daerah. Pemerintah pusat dan pemerintahdaerah wajib melakukan penyelidikan dan penelitian pertambangan dalam rangkapenyiapan Wilayah Pertambangan.Ketentuan lebih lanjut mengenai batas, luas, dan rnekanisme penetapan WilayahPenambangan diatur dengan peraturan pemerintah.Wilayah Pertambangan terdiri atas:a. WUP (Wilayah Usaha Pertambangan).b. WPR (Wilayah Pertambangan Rakyat).c. WPN (Wilayah Pencadangan Negara). 25 35. 3.3.2 Tahapan kegiatan dalam Pertambangan Tahapan kegiatan pertambangan meliputi kegiatan Penyelidikan umum,Eksplorasi, Studi Kelayakan, Konstruksi, Penambangan,

Page 16: data iup

Pengolahan/Pemurnian,Pengangkutan, Penjualan dan Reklamasi serta Kegiatan Pascatambang. penyelidikan secara geologi umum atau geofisika, di daratan, perairan dan foto udara terhadap segala sesuatu yang ada di bumi dengan maksud untuk membuat peta geologi secara umum atau untuk menetapkan tanda-tanda adanya kandungan bahan galian di suatu wilyah, penyelidikan umum dilaksankan dengan cara ; sumur uji, pemboran uji, parit uji, mendulang dan foto udara. Data yang diperoleh dari penyelidikan umum masih kasar yang meliputi ; lokasi endapan, jenis endapan, nama endapan dan taksiran Eksplorasi adalah segala penyelidikankualitas atau kadar. pertambangan untuk mengetahui secara teliti tentang penyebaran endapan bahan galian, besar cadangan dan nilai cadangan, eksplorasi dilaksanakan dengan cara ; pemboran, sumur uji, trowongan dan shaft, data yang diperoleh antara lain ; kualitas atau kadar, penyebaran kadar, bentuk Studi Kelayakan adalahdan letak serta ukuran dan sifat cadangan. tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan ekonomis dan teknis usaha pertambangan, termasuk analisis mengenai dampak lingkungan serta perencanaan pascatamnbang. 26 36. Konstruksi adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan pembangunan seluruh fasilitas operasi produksi, termasuk pengendalian Penambangan adalah bagian kegiatan usahadampak lingkungan. pertambangan untuk memproduksi mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannya, ada dua sistem penambangan yaitu : a) sistem tambang terbuka Pengolahan/Pemurnian adalahdan ; b) sistem tambang bawah tanah. kegiatan usaha pertambangan untuk meningkatkan mutu mineral dan/atau batubara serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutan, ada beberapa cara dalam melakukan pengolahan/pemurnian antara lain : a) Commminution adalah penghancuran atau pengecilan ukuran, alat yang digunakan : Crusher dan Grainder. b) Sizing adalah proses pemisahan mineral berdasarkan ukuran butir, sizing dilakukan dengan cara : Screening dan Classifying. c) Concetration dilakukan dengan cara : pemisahan dengan pencucian, pemisahan berdasarkan perbedaan berat isi, Pemisahan berdasarkan sifat fisik permukaan butiran, Pemisahan berdasarkan sifat magnit mineral, electrostatik Separator. d) Dewatering adalah proses pengurangan air dari hasil konsentrasi, prosesnya dilakukan dengan cara : pengentalan, penyaringan dan pengeringan. 27 37. Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan mineral dan/atau batubara dari daerah tambang dan/atau tempat pengolahan dan pemurnian sampai tempat penyerahan atau dipasarkan, a) pengangkutan laut menggunakan : tug boat dan tongkang serta kapal laut. b) pengangkutan didarat memnggunakan : Dump truck dan belt conveyor. c) Penjualan adalahPengankutan udara menggunakan : pesawat udara. kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil pertambangan mineral Reklamasiatau batubara baik di dalam negeri atau di luar negeri. adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan Kegiatanekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. Pascatambang, yang selanjutnya disebut pascatambang, adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan.3.3.3 Wilayah Usaha Pertambangan. Wilayah Usaha Pertambangan adalah bagian dari Wilayah Pertambanganyang telah memiliki ketersediaan data potensi, atau informasi geologi. WilayahPertambangan sebagai bagian dari tata ruang nasional merupakan landasan bagipenetapan kegiatan pertambangan. Penetapan Wilayah Usaha Pertambangan dilakukan oleh Pemerintahsetelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan disampaikan secara tertulis 28 38. kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dengan berkoordinasidengan pemerintah daerah yang bersangkutan berdasarkan data dan informasiyang dimiliki

Page 17: data iup

Pemerintah dan pemerintah daerah. Pemerintah dapat melimpahkansebagian kewenangannya dalam penetapan Wilayah Usaha Pertambangan kepadapemerintah provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.Wilayah Izin Usaha Pertambangan adalah wilayah yang diberikan kepadapemegang Izin Usaha Pertambangan.Satu Wilayah Usaha Pertambangan terdiri atas satu atau beberapa Wilayah IzinUsaha Pertambangan yang berada pada lintas wilayah provinsi, lintas wilayahkabupaten / kota atau dalam satu wilayah kabupaten atau kota.Luas dan batas Wilayah Izin Usaha Pertambangan mineral logam dan batubaraditetapkan oleh Pemerintah berkoordinasi dengan pemerintah daerah berdasarkankriteria yang dimiliki oleh Pemerintah. Kriteria untuk menetapkan satu ataubeberapa Wilayah Izin Usaha Pertambangan dalam satu Wilayah UsahaPertambangan adalah sebagai berikut:a. Letak geografis;b. Kaidah konservasi;c. Daya dukung lindungan lingkungan;d. Optimalisasi sumber daya mineral atau batubara;e. Tingkat kepadatan penduduk.Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan batas dan luas Wilayah IzinUsaha Pertambangan diatur dengan peraturan pemerintah. 29 39. 3.3.4 Wilayah Pertambangan Rakyat. Wilayah Pertambangan Rakyat adalah bagian dari Wilayah Pertambangantempat di lakukan kegiatan.Usaha Pertambangan Rakyat kegiatan pertambangan rakyat dilaksanakan dalamsuatu Wilayah Pertambangan Rakyat. Wilayah Pertambangan Rakyat ditetapkanoleh Bupati / walikota setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan RakyatDaerah kabupaten / kota.Kriteria untuk menetapkan Wilayah Pertambangan Rakyat adalah. sebagaiberikut:a. Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan / atau diantara tepi dan tepi sungai.b. Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman maksimal2l5 meter.c. Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba.d. Luas maksimal wilayah pertambangan rakyat adalah 25 hektare.e. Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang.f. Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tarnbang rakyat yang sudah dikerjakansekurang – kurangnya 15 tahun.Dalam menetapkan Wilayah Pertambangan Rakyat Bupati / Walikotaberkewajiban melakukan pengumuman mengenai rencana Wilayah PertambanganRakyat kepada masyarakat secara terbuka. Wilayah atau tempat kegiatan tambangrakyat yang sudah dikerjakan tetapi belum ditetapkan sebagai Wilayah 30 40. Pertambangan Rakyat diprioritaskan untuk ditetapkan sebagai WilayahPertambangan Rakyat.Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman, prosedur, dan penetapan WilayahPertambangan Rakyat diatur dengan peraturan pemerintah.Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan mekanisme penetapan WilayahPertambangan Rakyat diatur dengan peraturan daerah kabupaten / kota.3.3.5 Wilayah Pencadangan Negara Wilayah Pencadangan Negara adalah bagian dari Wilayah Pertambanganyang dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional. Untuk kepentinganstrategis nasional, Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan RakyatRepublik Indonesia dan dengan memperhatikan aspirasi daerah menetapkanWilayah Pencadangan Nasional sebagai daerah yang dicadangkan untukkomoditas tertentu dan daerah konservasi dalam rangka menjaga keseimbanganekosistem dan lingkungan.Wilayah Pencadangan Nasional yang ditetapkan untuk komoditas tertentu dapatdiusahakan sebagian luas wilayahnya dengan persetujuan Dewan PerwakilanRakyat Republik Indonesia.Wilayah Pencadangan Nasional yang ditetapkan untuk konservasi ditentukanbatasan waktu dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.Wilayah yang akan diusahakan menjadi Wilayah Percadangan Nasional harusberubah statusnya menjadi Wilayah Usaha Pertambangan Khusus. 31 41. Perubahan status Wilayah Pencadangan Nasional menjadi Wilayah UsahaPertambangan Khusus, dapat dilakukan dengan mempertimbangkan:a. Pemenuhan bahan baku industri dan energi dalam negeri.b. Sumber devisa Negara.c. Kondisi wilayah didasarkan pada keterbatasan sarana dan prasarana.d. Berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.e. Daya dukung lingkungan.f. Penggunaan teknologi

Page 18: data iup

tinggi dan modal investasi yang besar.3.4 Izin Usaha Pertambangan3.4.1 Pengertian Izin Usaha Pertambangan Izin usaha pertambangan adalah pemberian izin untuk melakukan usahapertambangan kepada orang pribadi atau badan yang diberikan oleh PemerintahDaerah. Izin Usaha Pertambangan diberikan dalam bentuk surat keputusan IzinUsaha Pertambangan. Izin Usaha Pertambangan terdiri atas dua tahap: 1. Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan. 2. Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan. Pemegang Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi dan pemegang Izin UsahaPertambangan Operasi Produksi dapat melakukan sebagian atau seluruhnya. 32 42. Izin Usaha Pertambangan diberikan oleh: 1. Bupati / Walikota apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangan berada di dalam satu wilayah kabupaten / kota; 2. Gubernur apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangan berada pada lintas wilayah kabupaten / kota dalam 1 provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari Bupati / Walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan. 3. Menteri apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangan berada pada lintas wilayah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari Gubernur dan Bupati / Walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan. Izin Usaha Pertambangan diberikan kepada: a. Badan usaha. b. Koperasi. c. Perseorangan. Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi meliputi kegiatan Penyelidikanumum, Eksplorasi, dan Study kelayakan wajib memuat ketentuan sekurangkurangnya: a. Nama perusahaan. b. Lokasi dan luas wilayah. c. Rencana umum tata ruang. d. Jaminan kesungguhan. e. Modal investasi. 33 43. f. Perpanjangan waktu tahap kegiatan. g. Hak dan kewajiban pemegang Izin Usaha Pertambangan. h. Jangka waktu berlakunya tahap kegiatan. i. Jenis usaha yang diberikan. j. Rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan. k. Perpajakan. l. Penyelesaian perselisihan. m. Iuran tetap dan iuran eksplorasi. n. Amdal. Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi meliputi kegiatan Konstruksi,Penambangan, Pengolahan dan Pemurnian wajib memuat ketentuan sekurang –kurangnya. a. Nama perusahaan. b. Luas wilayah. c. Lokasi penambangan. d. Lokasi pengolahan dan pemurnian. e. Pengangkutan dan penjualan. f. Modal investasi. g. Jangka waktu berlakunya Izin Usaha Pertambangan. h. Jangka waktu tahap kegiatan. i. Penyelesaian masalah pertanahan. j. Lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang. 34 44. k. Dana jaminan reklamasi dan pasca tambang. i. Perpanjangan Izin Usaha Pertambangan. l. Hak dan kewajiban pemegang Izin Usaha Pertambangan. m. Rencana pengembangan dan pernberdayaan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan. n. Perpajakan. o. Penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan iuran produksi. p. Penyelesaian perselisihan. q. Keselamatan dan kesehatan kerja. r. Konservasi mineral atau batubara. s. Pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negeri. t. Penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan yang baik. u. Pengembangan tenaga kerja Indonesia. v. Pengelolaan data mineral atau batubara. w. Penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan mineral atau batubara. Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi meliputi kegiatan Penyelidikanumum, Eksplorasi, dan Study kelayakan Izin Usaha Pertambangan diberikanuntuk satu jenis mineral atau batubara. Pemegang Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi meliputi kegiatanPenyelidikan umum, Eksplorasi, dan Study kelayakan Izin Usaha Pertambangan 35 45. menemukan mineral lain di dalam Wilayah Izin Usaha Pertambangan yangdikelola diberikan prioritas untuk mengusahakannya. Pemegang Izin Usaha Pertambangan mengusahakan mineral adalah IzinUsaha Pertambangan Operasi Produksi meliputi kegiatan Konstruksi,Penambangan, wajib mengajukan permohonan Izin Usaha Pertambangan barukepada Menteri, Gubernur, dan Bupati / Walikota sesuai dengan kewenangannya.

Page 19: data iup

Pemegang Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi meliputi kegiatanKonstruksi, Penambangan, dapat menyatakan tidak berminat untuk mengusahakanmineral lain yang ditemukan tersebut. Pemegang Izin Usaha Pertambangan yang tidak berminat untukmengusahakan mineral lain yang ditemukan wajib menjaga mineral lain tersebutagar tidak dimanfaatkan pihak lain. Izin Usaha Pertambangan untuk mineral lain dapat diberikan kepadapihak lain oleh Menteri, Gubernur, dan Bupati / Walikota sesuai dengankewenangannya.3.4.2 Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi. Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi untuk pertambangan mineral logamdapat diberikan dalam jangka waktu paling lama delapan tahun. Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi untuk pertambangan mineral bukanlogam dapat diberikan paling lama dalam jangka waktu tiga tahun dan mineralbukan logam jenis tertentu dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama tujuhtahun. 36 46. Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi untuk pertambangan batuan dapatdiberikan dalam jangka waktu paling lama tiga tahun. Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi untuk pertambangan batubara dapatdiberikan dalam jangka waktu paling lama tujuh tahun. Dalam hal kegiatan Eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan, pemegangIzin Usaha Pertambangan Eksplorasi yang mendapatkan mineral atau batubarayang tergali wajib melaporkan kepada pemberi Izin Usaha Pertambangan. Pemegang Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi yang ingin menjualmineral atau batubara wajib mengajukan izin sementara untuk melakukanpengangkutan dan penjualan Izin sementara yang diberikan oleh Menteri,Gubernur, atau Bupati / Walikota sesuai dengan kewenangannya. Mineral atau batubara yang tergali dalam hal kegiatan ekpolorasi dankegiatan study kelayakan, pemegang Izin Usaha Pertambangan Ekplorasi yangmendapatkan mineral atau batubara yang tergali wajib melaporkan kepedapemberi Izin Usaha Pertambangan dikenai iuran produksi.3.4.3 Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi. Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi adalah izin usaha yangdiberikan setelah selesai pelaksanaan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi untukmelakukan tahapan kegiatan operasi produksi.Setiap pemegang Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi dijamin untukmemperoleh Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi sebagai kelanjutankegiatan usaha pertambangannya. 37 47. Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi dapat diberikan kepada badan usaha,koperasi, atau perseorangan atas hasil pelelangan. Pertambangan Tanpa Izin adalah usaha pertambangan yang dilakukan olehperseorangan, sekelompok orang, atau perusahaan yayasan berbadan hukum yangdalam operasinya tidak memiliki Izin dari instansi pemerintah sesuai peraturanperundang – undangan yang berlaku. Dengan demikian, izin, rekomendasi, atausurat berbentuk apapun yang diberikan kepada perseorangan, sekelompok orang,perusahaan atau yayasan oleh instansi pemerintah di luar ketentuan peraturanperundang – undangan yang berlaku, dapat dikategorikan sebagai PertambanganTanpa Izin. Izin Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya disebut IPR, adalah izinuntuk melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyatdengan luas wilayah dan investasi terbatas.3.5 Dasar Hukum Dasar hukum perizinan usaha pertambangan bahan galian Batuan diProvinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 ayat 3 ”Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.b) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (LN Tahun 1999 Nomor 4, TLN 4959). 38 48. c) Peraturan pemerintah republik indonesia Nomor 23 tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.d) Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 37 Tahun 2011 Tentang Pendelegasian Kewenangan Pelayanan Perijinan Kepada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara. 39