Upload
nixonsinurat
View
79
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Dbd Pada Anak
Citation preview
Demam Berdarah Dengue yang Menyerang Anak Laki- laki Usia 6 Tahun
Dian Tri Putri
102012257, Skenario 1
Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Pendahuluan
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan
salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan kematiaan dalam waktu singkat dan
sering menimbulkan wabah. Pada zaman yang sudah maju ini, pertumbuhan ekonomi
Indonesia berkembang pesat, ditandai dengan iklim bisnis yang semakin kondusif dan positif
serta munculnya kota – kota besar selain Jakarta. Masyarakat yang tinggal di kota besar
memiliki segudang masalah, sama seperti masyarakat yang berada di pedesaan/daerah. Kasus
yang akan kita bahas kali ini mengenai anak laki- laki usia 6 tahun, dibawa oleh ibunya ke
IGD RS dengan keluhan panas mendadak sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga sudah berobat ke
dokter dan diberi obat panas tetapi demam tetap tidak turun. Dalam makalah ini akan
dijabarkan bagaimana proses terjadinya penyakit yang mengenai anak tersebut, mulai dari
anamnesis hingga sampai pencegahannya.
Anamnesis
Menanyakan riwayat penyakit disebut ‘Anamnesa’. Anamnesa berarti ‘tahu
lagi’,‘kenangan’. Jadi anamnesa merupakan suatu percakapan antara penderita dan dokter,
peminta bantuan dan pemberi bantuan. Tujuan anamnesa pertama- tama mengumpulkan
keterangan yang berkaitan dengan penyakitnya dan yang dapat menjadi dasar penentuan
diagnosis. Mencatat (merekam) riwayat penyakit, sejak gejala pertama dan kemudian
perkembangan gejala serta keluhan, sangatlah penting. Perjalanan penyakit hampir selalu
khas untuk penyakit bersangkutan.Selain itu tujuan melakukan anamnesa dan pemeriksaan
fisik adalah mengembangkan pemahaman mengenai masalah medis pasien dan membuat
diagnosis banding.
Selain itu, proses ini juga memungkinkan dokter untuk mengenal pasiennya, juga sebaliknya,
serta memahami masalah medis dalam konteks kepribadian dan latar belakang sosial pasien.
1
Di dalam anamnesis akan menanyai apa yang dirasakan pasien, jenis keluhannya seperti apa,
sudah berapa lama pasien mengalami keluhan ini.
Selanjutnya menanyai pasien mengenai riwayat penyakit sekarang beserta keluhan
penyerta, keluhan sampingan lainnya yang dirasakan pasien selain keluhan utamanya. Jenis
keluhannya dan sudah berapa lama keluhan penyerta ini muncul. Lalu menanyai pasien
mengenai obat apa saja yang sudah dikonsumsinya beserta hasilnya. Selanjutnya akan
dilanjutkan dengan riwayat penyakit dahulu pasien, apakah pasien pernah mengalami sakit
seperti ini, kapan, dan hasil akhirnya seperti apa. Menanyai mengenai lingkungan tempat
tinggal pasien dan aktivitas sehari – hari pasien, kegiatan apa saja yang pasien sudah lakukan
yang mungkin dapat menyebabkan terkenanya penyakit ini, dan juga makanan/minuman apa
yang pasien konsumsi yang mungkin dapat menyebabkan penyakit ini. Terakhir akan
menanyakan mengenai keadaan kesehatan anggota keluarga pasien, karena mungkin saja
penyakit pasien didapat dari anggota keluarganya, lalu riwayat penyakit menahun keluarga,
penyakit – penyakit yang pernah atau sedang diderita keluarga pasien yang mungkin ada
kaitannya dengan sakit pasien sekarang ini.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pada pasien yang dicurigai menderita demam berdarah dengue (DBD)
adalah pemeriksaan fisik dan penunjang. Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pertama
kali mengecek tanda – tanda vital pasien yang meliputi, suhu tubuh, tekanan darah, frekuensi
nadi, dan frekuensi pernafasan pasien. Pada pemeriksaan, didapatkan suhu tubuh pasien 39oC,
tekanan darah pasien 100/70 mmHg, frekuensi nadi pasien 110 kali per menit, dan
respiratory rate (RR) 24 kali per menit. Lalu melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi normal pada pasien. Dari inspeksidi dapatkan lidah kering dan putih. Dapat
dilanjutkan dengan uji bendung/uji torniquet/tes Rumpel Leed. Cara melakukannya cukup
mudah, dengan tahapan sebagai berikut:
1. Siapkan alat tensimeter
2. Bebatkan alat tensimeter pada lengan atas dengan perhitungan, tekanan atas ditambah
tekanan bawah dibagi dua, lalu tunggu selama 5 menit
3. Setelah 5 menit, perhatikan apakah di daerah kulit lipatan siku di bawah bebatan
terdapat bintik – bintik merah seperti bekas gigitan nyamuk
4. Jika jumlah bintiknya lebih dari 20 buah, berarti pasien positif terinfeksi virus dengue
5. Mengingat pemeriksaan ini masih tergantung kepada pemeriksa, maka ada beberapa
pihak yang mengatakan tetap dianggap positif terinfeksi virus dengue jika kurang dari
2
20 jumlah bintiknya dan tidak hanya dilihat di daerah lipatan siku, namun boleh
dilihat di bagian lengan bawah dimana saja
Jika pemeriksa tidak memiliki tensimeter, uji torniquet ini tetap dapat dilakukan dengan
membebat lengan atas dengan sapu tangan dengan tekanan secukupnya, dan diobeservasi
setelah 5 menit apakah ditemukan bintik – bintik merah.1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang juga penting dalam memberikan kepastian diagnosa kerja dan
mematahkan diagnosa banding. Pada penderita DBD, pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan serologi. Pemeriksaan
laboratorium dilakukan dengan menganalisa darah pasien. Pasien akan diperiksa sel darahnya
secara lengkap untuk mengetahui kadar eritrosit, kadar leukosit, kadar trombosit, laju endap
darah (LED), dan sediaan apus darah tepi (SADT). Parameter penting pada penderita DBD
adalah, kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah trombosit, dan SADT untuk melihat
adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru. Hasil pemeriksaan
laboratorium darah pasien yang menderita DBD pada umumnya adalah:
1. Leukosit bisa normal atau menurun. Mulai hari ketiga dapat ditemui limfositosis
relatif (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >15%
dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat
2. Trombosit, umumnya terdapat trombositopenia pada hari ketiga dan kedelapan
3. Hematokrit. Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit >= 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ketiga demam
4. Hemostasis ditemukan menurun, sehingga kemampuan pembekuan darahnya juga
menurun, maka mudah terjadi pendarahan spontan
5. Protein/albumin, dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
6. SGOT dan SGPT dapat meningkat
7. Akan ditemukan ureum dan kreatinin jika terdapat gangguan fungsi ginjal
8. Elektrolit, sebagai parameter pemantauan pemberian cairan
Pada pemeriksaan sel darah pasien di laboratorium, didapatkan hasil sebagai berikut,
kadar hemoglobin pasien 14 g/dL, kadar hematokrit 42%, leukosit 3000/uL, dan trombosit
90.000/uL. Hematokrit pasien dinyatakan meningkat, bila melebihi kadar normalnya adalah
40 – 48%, hal ini menandakan terdapat kebocoran plasma, dimana kebocoran plasma
menunjukkan pasien terkena DBD. Selanjutnya juga dilakukan pemeriksaan serologi,
pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya antibodi terhadap virus dengue di
3
tubuh pasien dan menghitung titer antibodi terhadap virus dengue. Pemeriksaan serologi
melalui uji IgG dan IgM. Pada penderita DBD, IgM akan terdeteksi mulai hari ketiga sampai
hari kelima, yang akan meningkat pada minggu ketiga dan menghilang kembali setelah 60 –
90 hari. Pada IgG dibedakan jenis infeksinya, jika infeksi primer maka IgG mulai terdeteksi
pada hari keempat belas sedangkan pada infeksi sekunder, IgG mulai terdeteksi pada hari
kedua.2
Pembahasan
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
DHF adalah penyakit yang bisa menyerang hampir seluruh kalangan usia dengan
gejala utama berupa demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya makin memburuh setelah
hari kedua. Kriteria klinis DHF menurut WHO 1986 adalah: demam akut yang tetap tinggi
selama 2-7 hari kemudian turun secara lisis, demam disertai gejala tidak spesifik (anoreksia;
malaise; nyeri pada punggung-tulang-persendian-kepala), manifestasi perdarahan positif (uji
turniket; petekie; purpura; ekimosis; epitaksis; perdarahan gusi; hematemesis dan melena),
pembesaran hati tanpa nyeri tekan dan ikterus, dengan atau tanpa renjatan, dan kenaikan nilai
Ht/hemokonsentrasi sedikitnya 20%.3
Pada skenario yang diberikan, pasien didiagnosa menderita demam berdarah dengue
(DBD) derajat kedua. Alasan pasien didiagnosa DBD karena pasien mengalami penyakit
infeksi dengan gejala demam tinggi dengan panas yang tak menentu, badan pegal, sendi
ngilu, batuk pilek, sakit perut di epigastrium, mimisan, BAK dan BAB normal, tidak ada
riwayat berpergian keluar kota. Demam tinggi dengan panas yang tak menentu merupakan
ciri khas DBD dengan grafik seperti pelana kuda. Mimisan pada DBD juga bukanlah gejala
umum, namun merupakan penanda terjadinya perdarahan spontan. Ciri khas inilah yang
membedakan DBD dengan DD, karena pada DD tidak terjadi pendarahan spontan, sekaligus
juga menunjukkan derajat DBD. Derajat DBD dibedakan menjadi 4 yaitu derajat 1, derajat 2,
derajat 3, dan derajat 4. Derajat 2 adalah derajat dimana ditemukan perdarahan kulit dan
manifestasi perdarahan lain, pada skenario ini pasien sempat mengalami mimisan
(perdarahan spontan) maka dari itu pasien dikategorikan DBD derajat kedua. Terdapat bintik
kemerahan pada penderita DBD memang belum spesifik, namun jika sudah diuji torniquet
yang hasilnya positif, pasien dapat didiagnosa DBD karena uji torniquet spesifik untuk
pemeriksaan DBD dan juga ditemukannya petekie sebagai manifestasi perdarahan, semakin
meyakinkan diagnosa bahwa pasien ini menderita DBD derajat kedua.
4
Diagnosis Diferensial/Pembanding
Tabel 1. Perbandingan antar diagnosa diferensial
Penyakit Penyebab Gejala Klinis Khas Pemeriksaan
Laboratorium Khas
Malaria Protozoa genus
plasmodium. P.
vivax, P. ovale, P.
malariae, P.
Falciparum.
Hospes definitive
Anopheles.
Demam periodic yang berkaitan
dengan pecahnya skizon matang
(sporulasi). Demam khas yang
terdiri dari 3 stadium, yaitu:
menggigil (15-1 jam). Puncak
Demam (2- 6 jam). Berkeringat (2-
4 jam).
Pemeriksaan darah
tepi, pembuatan
preparat darah tebal
dan tipis untuk melihat
keberadaan parasit
dalam darah tepi,
seperti trofozoid yang
berbentuk cincin.
Pemeriksaan cepat bisa
menggunakan rapid
test, PCR, ELISA.
Demam
tifoid
Bakteri
Salmonella typhi
& Salmonella
paratyphi yang
dihantarkan
melalui makanan
yang
terkontaminasi
Demam dengan grafik meningkat
dan muncul terutama pada sore &
malam hari, bradikardia relatif,
lidah yang berselaput (kotor di
tengah, tepi dan ujung merah serta
tremor)2
Anemia ringan,
trombositopenia,
aneosinofilia,
limfopenia, dan LED
meningkat.2 IgM
terdeteksi pada saat
awal infeksi sedangkan
pendeteksian IgM dan
IgG secara bersamaan
akan berada pada saat
tengah – tengah
infeksi. IgG dapat
bertahan selama 2
tahun, dan dapat
terdeteksi saat terjadi
infeksi kembali, IgM
5
tidak terdeteksi saat
infeksi terjadi kembali
karena IgG meningkat
pesat
Chikung
unya
Virus
chikungunya dari
vektor nyamuk
Aedes aegypti
Demam mendadak pada suhu 39oC
– 40oC, nyeri sendi hebat
(athralgia), dan ruam pada kulit
(petekie)
IgM akan terdeteksi
saat 3 sampai 5
minggu setelah onset
dan bertahan selama 2
bulan
Leptospi
rosis
Mikroorganisme
Leptospira
interogans
Demam tinggi, menggigil, sakit
kepala, meningismus, anoreksia,
mialgia, fotofobia, nyeri otot, nyeri
abdomen, ikterus, hemoragik di
kulit & membran mukus, mual,
muntah, diare, hepatomegali,
conjuctival suffusion, dan ruam2
Leukosit meningkat,
neutrofil meningkat,
LED meningkat,
trombositopenia,
hiperbilirubinemia,
meningkatnya serum
kinase, kreatinin, dan
kreatinin kinase.2 IgG
bervariasi, terkadang
dapat terdeteksi namun
hanya dalam jangka
waktu yang pendek
atau terkadang bisa
tetap terdeteksi dalam
beberapa tahun
Etiologi
Etiologi atau penyebab dari DBD derajat kedua ini adalah virus dengue yang
disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Virus dengue yang terdapat pada nyamuk ini
termasuk ke dalam genus flavivirus, famili flaviviridae. Flavivirus adalah virus dengan
diameter 30 nm yang terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul
4x106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu, DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, dimana
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue dan terdapat di
Indonesia dengan DEN-3 yang terbanyak.2
6
Virion dengue merupakan partikel sferis dengan diameter nukelokapsid 30 nm dan
memiliki ketebalan selubung 10 nm, sehingga diameter virion kira – kira 50 nm. Virion
terdiri dari protein dan lipid. Protein pada virion terdiri dari 4 jenis yaitu, protein kapsid dan
core (C), protein membran (M), protein selubung (E), dan protein non-struktural (NS). Di
samping itu, pada virion intraseluler ditemukan protein prM (pre M) yang merupakan
prekursor protein M. Selain terdiri atas protein, virion juga mengandung lipid, yang terdapat
dalam selubungnya. Gen yang mengatur sintesis protein struktural virus terdapat pada kira –
kira seperempat bagian genom, sedangkan pada ujung lainnya terletak gen yang mengatur
sintesis berbagai protein non-struktural.
Vektor dari DHF adaah nyamuk Aedes aegypti ataupun spesies Aedes (Stegomyia)
lainnya. Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran
nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus), mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik-
bintik putih pada bagian-bagian badannya terutama pada kakinya dan dikenal dari bentuk
morfologinya yang khas sebagai nyamuk yang mempunyai gambaran lyre yang putih pada
punggungnya. Telurnya mempunyai dinding yang bergaris-garis dan membentuk bangunan
menyerupai gambaran kain kasa. Larva A. aegyptu mempunyai pelana terbuka dan gigi sisir
yang berduri lateral. Nyamuk betina meletakkan telurnya di atas permukaan air dalam
keadaan menempel pada dinding tempat perindukannya. Seekor nyamuk betina dapat
meletakkan rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali berterlur. Setelah kira-kira 2 hari telur
menetas menjadi larva lalu mengadakan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali, tumbuh menjadi
pupa dan akhirnya menjadi dewasa. Pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa
memerlukan waktu kira-kira 9 hari.
Tempat perindukan utama A. aegypti adalah tempat-tempat berisi air bersih yang
berdekatan letaknya dengan rumah penduduk, biasanya tidak melebihi jarak 500m dari
rumah. Tempat perindukan tersebut berupa tempat perindukan buatan manusia (seperti
tempayan/gentong tempat penyimpanan air minum, bak mandi, jambangan pot bunga, kaleng,
botol, drum, ban mobil yang berisi air hujan), juga berupa tempat perindukan alamiah (seperti
kelopak daun tanaman, tempurung kelapa, tonggak bamboo dan lubang pohon yang berisi air
hujan). Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan baik
di dalam rumah ataupun di luar rumah. Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang
dengan dua puncak waktu yaitu setelah matahari terbit (8.00-10.00) dan sebelum matahari
terbenam (15.00-17.00). Tempat istirahat A. aegypti berupa semak-semak atau tanaman
rendah termasuk rerumputan yang terdapat di halaman/kebun/perkarangan rumah, juga
7
berupa benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti pakaian, sarung, kopiah dan
lain-lain.
Vektor potensial DHF selain yang telah disebut di atas adalah A. albopictus.Spesies
ini sepintas tampak seperti A. aegypti, yaitu mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-
bintik utih pada bagian-bagian badannya, tetapi pada mesonotumnya terdapat gambaran
menyerupai garis tebal putih yang berjalan vertical. Walaupun kadang-kadang larva A.
albopictus ditemukan hidup bersama dalam satu tempat perindukan dengan larva A. aegypti
tetapi larva nyamuk ini lebih menyukai tempat-tempat perindukan alamiah. Perilaku nyamuk
dewasa A. albopictus boleh dikatakan sama dengan perilaku nyamuk dewasa A. aegypti
meskipun nyamuk ini lebih suka beristirahat di luar rumah.4
Epidemiologi
Epidemiologi pada penyakit DBD dibagi menjadi 3 faktor yaitu, faktor pejamu/target
penyakit/host, faktor agen/vektor, dan faktor lingkungan. DBD memang dapat menyerang
semua kalangan dari berbagai daerah dan umur, namun berdasarkan data dan penelitian yang
ada, menunjukkan bahwa anak – anak berusia 15 tahun ke bawah lebih sering terkena DBD,
terlebih jika anak tersebut berada di daerah endemik. Di Indonesia sendiri, penderita penyakit
DBD terbanyak berusia 5 – 11 tahun, dimana cenderung anak perempuan memiliki angka
kematian yang lebih tinggi dari pada anak laki – laki. Anak – anak lebih rentan dibandingkan
kelompok usia lain, salah satu faktornya adalah karena daya tahan/imunitas/kekebalan tubuh
mereka relatif masih lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Selain itu, pada kasus – kasus
berat yakni DBD derajat 3 dan 4, komplikasi terberat yang kerap muncul adalah syok, relatif
lebih banyak dijumpai pada anak – anak dan sering kali tidak tertangani dan berakhir dengan
kematian penderita.5 Menurut data WHO 1 Januari sampai 30 April tahun 2004 di Indonesia,
ditemukan 58.301 kasus DB dan DBD dengan 658 kematian yang terdaftar di Menteri
Kesehatan Republik Indonesia. Dari angka yang masih cukup besar tersebut, terdapat 3
provinsi yang menyumbang angka kasus terbesar yaitu, Jakarta, Bali, dan Nusa Tenggara
Timur. Namun setelah bulan April, kasus DB dan DBD akan menurun kembali ke level
rendah.6 DBD merupakan masalah kesehatan tahunan khususnya di Indonesia, DBD kembali
lagi pada tahun 2007 dengan ditemukannya 150.000 kasus DBD di Indonesia (angka tertinggi
saat itu) dengan 25.000 kasus dilaporkan dari Jakarta dan Jawa Barat.6
Vektor pada penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Nyamuk Aedes aegypti adalah penyebab tersering, dibandingkan Aedes albopictus. Nyamuk
Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan ukuran
8
nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus), mempunyai warna dasar hitam dengan bintik –
bintik putih terutama pada kakinya. Morfologi khasnya yaitu mempunyai gambaran lira yang
putih pada punggungnya (mesonotum). Telur dari nyamuk Aedes aegypti ini mempunyai
dinding yang bergaris – garis dan menyerupai gambaran kain kasa, sedangkan larvanya
mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang berduri lateral. Nyamuk Aedes aegypti ini
memiliki tempat perindukan utama yaitu tempat – tempat buatan (gentong, bak mandi, kaleng
bekas, kaleng, botol, dan lain – lain) maupun alami (kelopak daun, tempurung kelapa,
tonggak bambu, dan lubang pohon yang berisi air hujan) yang berisi air bersih/jernih yang
berdekatan letaknya dengan rumah penduduk. Nyamuk Aedes aegypti yang sering ditemui
adalah yang betina dikarenakan hanya yang betinalah yang dapat menularkan virus dengue.
Nyamuk Aedes aegypti betina mengisap darah manusia pada pagi sampai petang dengan dua
puncak waktu yaitu setelah matahari terbit (08:00 – 10:00) dan sebelum matahari terbenam
(15:00 – 17:00). Tempat istirahat nyamuk Aedes aegypti adalah di semak – semak atau
tanaman rendah termasuk rerumputan di pekarangan rumah dan jika di dalam rumah juga
terdapat di benda – benda yang tergantung seperti, pakaian, sarung, kopiah, dan lain
sebagainya. Umur nyamuk dewasa betina memang tergolong pendek, karena nyamuk ini
hanya hidup kira – kira 10 hari di alam bebas, namun dapat menularkan virus dengue yang
masa inkubasinya antara 3 – 10 hari.7
Nyamuk Aedes aegypti dalam proses menularkan virus dengue, tidaklah langsung
mengandung virus dengue, namun mengalami metamorfosis sempurna, dari telur, larva,
pupa, dan dewasa. Stadium telur, larva, dan pupa hidup di air sedangkan stadium dewasa
hidup di darat atau udara. Pada awalnya terjadi kopulasi antara nyamuk Aedes aegypti jantan
dan nyamuk Aedes aegypti betina, lalu sekitar 100 telur akan dikeluarkan oleh nyamuk Aedes
aegypti betina secara satu per satu terpisah tetapi telur diletakkan di dinding wadah air. Telur
yang baru keluar ini akan berwarna putih, tetapi sesudah 1 – 2 jam akan berubah menjadi
warna hitam. Setelah 2 sampai 4 hari, telur akan menetas menjadi larva yang selalu hidup di
dalam air. Pada stadium larva sendiri dibedakan menjadi 4 stadium, yaitu stadium larva I,
stadium larva II, stadium larva III, dan stadium larva IV. Stadium larva I akan menjadi
stadium larva IV dalam waktu 6 – 8 hari. Lalu larva akan berubah menjadi pupa yang tidak
makan, tetapi masih memerlukan oksigen yang diambilnya melalui tabung pernafasan.
Selanjutnya, untuk tumbuh menjadi dewasa diperlukan waktu 1 – 3 hari sampai beberapa
minggu. Pupa jantan akan menetas lebih dahulu, lalu nyamuk jantan tidak akan berada jauh –
jauh dari pupa betina untuk menunggu kopulasi berikutnya dengan nyamuk betina.
9
Selanjutnya, nyamuk betina akan mengisap darah untuk membantu pembentukan telur, dan
siklus akan berulang kembali.7
Nyamuk Aedes aegypti akan menyebabkan penyakit DBD, yang umumnya akan
meningkat pada awal musim hujan yaitu antara September hingga Februari, dimana banyak
terdapat genangan air bersih hasil tampungan dari air hujan. Nyamuk Aedes aegypti sangat
senang tinggal dan berkembang biak di genangan air bersih yang tidak berkontak langsung
dengan tanah. Beda halnya jika di daerah urban berpenduduk padat, puncak penderita
penyakit DBD adalah bulan Juni atau Juli, bertepatan dengan awal musim kemarau. Maka
dari itu, kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya sangatlah penting untuk
mencegah dan memberantas vektor penyakit DBD sehingga dapat menekan laju penularan
penyakit DBD.5
Patofisiologi
Penularan penyakit DHF memiliki tiga faktor yang memegang peranan pada
penularan infeksi virus, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Seseorang yang di dalam
darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penular DHF. Virus dengue berada
dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita DHF digigit
nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung
nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh
nyamuk, termasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah menghisap darah
penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi
ekstrinsik). Virus ini akan berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu,
nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi penular sepanjang
hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelumnya
menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis), agar darah
yang dihisap tidak membeku. Bersamaan air liur tersebut virus dengue dipindahkan dari
nyamuk ke orang lain.8
Penularan DHF dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya.
Tempat yang potensial untuk terjadi penularan DHF antara lain di wilayah yang banyak kasus
DHF (rawan/endemis), tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orang-
orang yang datang dari berbagai wilayah (seperti sekolah, RS/Puskesmas dan sarana
pelayanan kesehatan lainnya, hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat ibadah, dll), dan
pemukiman baru di pinggir kota.8
10
Gejala Klinis
Pada infeksi virus dengue, dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu, asimtomatik dan
simtomatik. Asimtomatik adalah tipe infeksi yang tidak muncul gejala – gejala klinis
sehingga pasien tidak menyadarinya bahwa dirinya sedang sakit. Simtomatik adalah tipe
infeksi yang memunculkan gejala – gejala klinis. Simtomatik sendiri dibagi menjadi demam
yang tidak terdiferensiasi, demam dengue, dan demam berdarah dengue. Pada demam yang
tidak terdiferensiasi, pasien akan merasakan demam dengan gejala yang belum spesifik yang
bisa mengarah kepada banyak fase akut demam dimulai. Pada demam yang tidak
terdiferensiasi ini, dikarenakan gejala klinisnya belum spesifik, maka tidak bisa dimasukkan
ke dalam golongan demam dengue. Pasien yang menderita demam yang tidak terdiferensiasi
ini umumnya adalah anak kecil atau mereka yang sudah pernah mengalami infeksi, dimana
mereka akan sembuh dengan sepenuhnya tanpa perawatan rumah sakit.
Demam dengue dengan atau tanpa hemoragik memiliki pasien yang pada umumnya
adalah anak yang lebih tua atau dewasa dan dimulai dengan demam tinggi selama 2 sampai 7
hari dengan 2 atau lebih gejala sebagai berikut, sakit kepala yang hebat, nyeri pada retro-
orbital mata, myalgia, arthralgia, ruam berupa makulopapular, dan manifestasi hemoragik
yang ringan. Dapat ditemukan juga petekie pada ekstremitas bawah (namun dapat juga
muncul pada mukosa mulut dalam bagian pipi, palatum keras dan lunak, dan
subkonjungtiva), mudah memar pada kulit, dan pada uji torniquet akan positif. Jika gejala –
gejala tersebut terlihat mirip dengan DBD, mungkin saja dikarenakan demam dengue dengan
hemoragik secara keseluruhan mirip dengan demam berdarah dengue pada tahap awal,
namun terdapat perbedaan yang sangat menentukan yaitu, pada DB tidak ditemukan
kebocoran plasma.
Pada golongan DBD, dibedakan menjadi 3 tahapan yaitu:
1. Febrile atau fase awal demam
2. Critical atau fase kritis
3. Convalescence atau fase penyembuhan/pemulihan
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita DD atau DBD tanpa penyulit adalah:
1. Tirah baring (bed rest)
2. Makan makanan lunak. Apabila pasien tidak nafsu makan, maka harus diberi minum
1,5 – 2 liter dalam 24 jam, dapat berupa susu, air dengan gula, sirup, atau air tawar
ditambah garam
11
3. Pada penatalaksanaan secara medikamentosa, dapat diberikan obat yang bersifat
simtomatis. Obat – obat simtomatis adalah obat yang hanya menyembuhkan gejala –
gejala klinis yang muncul, sehingga bukan pengobatan secara menyeluruh. Untuk
hiperpireksia dapat diberikan kompres, antipiretik golongan asetaminofen, eukinin,
atau dipiron dan jangan diberikan asetosal, karena bahaya perdarahan. Obat – obat ini
bertujuan untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam
4. Antibiotik dapat diberikan apabila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.1
Tabel 4. Penatalaksanaan pasien kasus dengue menurut WHO6
12
Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada penderita DBD adalah timbulnya sindrom
renjatan dengue atau dengue shock syndrome (DSS), ensefalitis, dan komplikasi iatrogenik.
DSS akan muncul pada banyak kasus pada anak – anak diakibatkan daya tahan tubuh yang
masih rendah atau dapat muncul pada fase akut. Pada penderita DBD dengan DSS,
kondisinya dengan segera akan memburuk, hal ini ditandai dengan nadi cepat dan lemah,
tekanan darah menyempit sampai kurang dari 20 mmHg atau terjadi hipotensi. Kulit dingin
dan lembab, penderita mula – mula terlihat mengantuk kemudian gelisah adalah ciri lainnya.
Bila tidak segera ditangani, maka penderita akan meninggal dalam 12 – 24 jam. Pemberian
cairan pengganti pada pasien akan membuatnya segera membaik. Pada syok yang berat
sekalipun, penderita akan membaik dalam 2 – 3 hari, ditandai dengan jumlah urine yang
cukup dan kembalinya nafsu makan. Syok yang tidak dapat diatasi biasanya berhubungan
dengan keadaan yang lain seperti asidosis metabolik, perdarahan hebat di saluran cerna atau
organ lain. Perdarahan yang terjadi di otak akan menyebabkan penderita kejang dan jatuh
dalam keadaan koma. Ensefalitis dapat muncul pada penderita DBD akibat intoksikasi air
akibat dari pemberian cairan isotonik yang berlebihan untuk mengatasi pasien DBD dengan
hiponatremia atau bisa juga berasal dari koagulasi intravaskular diseminata. Komplikasi
iatrogenik terdiri dari sepsis, pneumonia, infeksi luka, dan hidrasi berlebihan. Penggunaan
jalur intravena terkontaminasi dapat mengakibatkan sepsis bakteri gram negatif yang disertai
dengan demam, syok, dan perdarahan berat. Pneumonia dan infeksi lain dapat menyebabkan
demam dan menyulitkan pemulihan. Hidrasi berlebihan dapat menyebabkan gagal jantung
atau pernapasan. Selain itu juga masih terdapat komplikasi lainnya seperti gagal ginjal,
sindrom uraemik hemolitik yang ditemukan pada pasien dengan defisiensi glukosa 6P DH
(G6PD) dan hemoglobinopati, terdapat pula infeksi bersamaan seperti leptospirosis, hepatitis
B, demam tifoid, cacar, dan melioidosis.6
Prognosis
Kematian akibat kasus DBD ini telah terjadi pada 40 – 50% penderita dengan syok,
tetapi dengan perawatan intensif yang cukup, kematian akan menjadi kurang dari 2%.
Ketahanan hidup dan seberapa buruk gejala dan akibat yang ditimbulkan oleh DBD
dipengaruhi oleh manajemen awal dan intensif serta langkah awal yang tepat sebelum DBD
menjadi lebih buruk.
13
Pencegahan
Sampai saat ini vaksin untuk demam berdarah belum ada, begitu juga dengan obat
antiviral untuk virus dengue juga belum ditemukan. Obat – obatan yang tersedia pun tidak
ada yang spesifik mengobati demam berdarah dengue (DBD), obat – obat yang tersedia
hanya untuk mengobati gejala – gejala klinis yang muncul secara satu per satu, bukan
menyeluruh. Maka dari itu, perlu tindakan preventif/pencegahan untuk membasmi penyakit
DBD. Langkah – langkah pencegahan dapat dimulai dari membasmi atau meminimalisir
temapt perindukan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor, dengan cara 3M pada negara
Indonesia yaitu menutup tempat – tempat penampungan air, menguras tempat penampungan
air secara berkala, dan menimbun barang – barang atau sampah – sampah yang dapat
menampung air. Selain gerakan 3M tersebut, perlu juga dilakukan langkah – langkah lainnya
yaitu, memakai pakaian yang cukup tebal dan longgar, sebisa mungkin memakai pakaian
yang menutupi seluruh tubuh, menambahkan zat kimia permetrin pada baju untuk mencegah
gigitan nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik di kolam agar kolam terbebas dari nyamuk
sumber penyebab DB, menyebarkan bubuk abate pada tempat penampungan air, memasang
kasa nyamuk di rumah agar nyamuk tidak leluasa masuk ke dalam rumah, menggunakan
kelambu pada saat tidur, menggunakan obat oles pencegah nyamuk atau penyemprot
nyamuk, melakukan pemeriksaan jentik secara berkala, dan melakukan fogging (pengasapan)
jika dalam jarak tertentu ditemukan kasus DBD.2
Penutup
Pada skenario anak laki- laki usia 6 tahun, dibawa oleh ibunya ke IGD RS dengan keluhan
panas mendadak sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga sudah berobat ke dokter dan diberi obat
panas tetapi demam tetap tidak turun didiagnosa menderita demam berdarah dengue derajat
kedua, karena memiliki gejala khas demam berdarah dengue yaitu terdapat petekie, uji
torniquet positif, dan pada hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan kebocoran plasma.
Pasien berada pada derajat kedua yaitu terjadi perdarahan spontan yaitu mimisan yang
dialaminya, sehingga pasien sangatlah tepat didiagnosa menderita demam berdarah dengue
derajat kedua. Pengobatan yang dapat diberikan adalah memberikan obat simtomatik untuk
mengobati gejala – gejala klinis yang muncul pada diri pasien dan juga memberikan cairan
pengganti tubuh apabila pasien kekurangan cairan tubuh. Maka langkah terbaik untuk
mengatasi hal ini untuk di lain waktu adalah mencegahnya muncul kembali dengan
membasmi vektor dan menjaga diri dari gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi.
14
Daftar Pustaka
1. Nadesul H. Cara mudah mengalahkan demam berdarah. Edisi kesatu. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas; 2007. h. 22, 36.
2. Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Interna Publishing; 2009. h. 2773-5, 2797-8,
dan 2807-10.
3. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, dkk. Kapita selekta kedokteran. Ed 4. Jakarta: Media
Aesculapius; 2014.
4. Staf pengajar bagian mikrobiologi fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Buku
ajar mikrobiologi kedokteran. Edisi revisi. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher;
2010. h. 424-39.
5. Ginanjar G. Apa yang dokter anda tidak katakan tentang demam berdarah. Jakarta: B-
First; 2007. h. 14-27.
6. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Demam berdarah dengue: diagnosis,
pengobatan, pencegahan dan pengendalian. Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 1999. h. 24-6.
7. Staf pengajar bagian parasitologi fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Buku
ajar parasitologi kedokteran. Edisi keempat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. h.
251-2 dan 265-6.
15