24
DEFISIT PERAWATAN DIRI 1. Definisi Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan diri. Defisit Perawatan Diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri. Defisit perawatan diri adalah keadaan individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing dari kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi atau higiene, berpakaian atau berhias, toileting, instrumental) (Carpenito, 2007). Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009). Defisit Perawatan Diri (Personal Hygiene) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

Defisit Perawatan Diri

  • Upload
    fenti

  • View
    47

  • Download
    6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Defisit perawatan diri adalah keadaan individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing dari kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi atau higiene, berpakaian atau berhias, toileting, instrumental) (Carpenito, 2007).

Citation preview

Page 1: Defisit Perawatan Diri

DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. Definisi

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan

untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan

fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak

mampu melakukan perawatan diri. Defisit Perawatan Diri adalah suatu

kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam

melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.

Defisit perawatan diri adalah keadaan individu mengalami kerusakan

fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunan

kemampuan untuk melakukan masing-masing dari kelima aktivitas perawatan

diri (makan, mandi atau higiene, berpakaian atau berhias, toileting,

instrumental) (Carpenito, 2007).

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang

mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi

aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene),

berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).

Defisit Perawatan Diri (Personal Hygiene) adalah suatu keadaan

dimana seseorang mengalami kerusakan kemampuan untuk melakukan atau

menyelesaikan (kegiatan hidup sendiri). Defisit Perawatan Diri merupakan

akibat dari ketidak mampuan seseorang dalam perawatan dirinya karena lupa

akan caranya maupun ketidak tahuan dalam perawatan diri. Kurang

perawatan diri tampak dari ketidak mampuan merawat kebersihan diri, makan

secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting {Buang Air Besar

(BAB)/Buang Air Kecil(BAK)} secara mandiri.

2. Klasifikasi

Adapun jenis dan karakteristik kurang perawatan diri menurut Nanda

(2006) meliputi :

Page 2: Defisit Perawatan Diri

a. Kurang perawatan diri mandi atau hygiene

Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas mandi atau

kebersihan diri secara mandiri, dengan batasan karakteristik

ketidakmampuan klien dalam memperoleh atau mendapatkan sumber air,

mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi,

mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.

b. Kurang perawatan diri berpakaian atau berhias

Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas berpakaian dan

berhias untuk diri sendiri, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan

klien dalam meletakkan atau mengambil pakaian, menukar pakaian,

mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat

tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,

menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang

memuaskan, dan mengenakan sepatu.

c. Kurang perawatan diri makan

Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas makan, dengan

batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam mempersiapkan

makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat

tambahan, mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi

makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu

memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan

menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas,

serta mencerna cukup makanan dengan aman.

d. Kurang perawatan diri toileting

Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas toileting, dengan

batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam pergi ke toilet atau

menggunakan pispot, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi

pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB atau BAK dengan

tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

Page 3: Defisit Perawatan Diri

3. Etiologi

Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut (Tarwoto dan

Wartonah, 2000; Depkes, 2000 dan Wartonah, 2006):

a. Kelelahan fisik

b. Penurunan kesadaran

Faktor Predisposisi

a. Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga

perkembangan inisiatif terganggu.

b. Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan

perawatan diri.

c. Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan

diri.

d. Sosial :

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.

Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan

diri.

Faktor presipitasi

a. Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri

misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli

terhadap kebersihannya.

b. Praktik sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan

akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

c. Status sosioekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,

sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk

menyediakannya.

Page 4: Defisit Perawatan Diri

d. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang

baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita

diabetes mellitus dia harus menjaga kebersihan kakinya. Yang merupakan

faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,

kerusakan kognisi atau perseptual, hambatan lingkungan, cemas, lelah atau

lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang

mampu melakukan perawatan diri (Nanda, 2006).

e. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh

dimandikan.

f. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan

diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

g. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang

dan perlu bantuan untuk melakukannya.

4. Tanda dan Gejala

a. Mandi/Hygiene

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan

Memperoleh/mendapatkan sumber air

Mengatur suhu atau aliran air mandi

Mendapatkan peralatan mandi

Mengeringkan tubuh serta keluar masuk kamar mandi

b. Berpakaian / berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil

potonggan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau

menukar pakaian

Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian

dalam, dan memilih pakaian, menggunakan alat tambahan,

Page 5: Defisit Perawatan Diri

mengenakan kancing tarik, menggunakan kaos kaki, melepas pakaian,

mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan.

c. Makan

Klien mempunyai ketidak mampuan dalam menelan makanan,

mempersiapkan makanan , menangani perkakas, mengunyah makanan,

menguunakan alat tambahan, medapatkan makanan, membuka

contrainer, memanipulasi makanna dalam mulut, mengambil makanan

dari wadah lalu memasukkan ke mulut, melengkapi makanan,

mencernamakanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil

cangkir atau gelas,serta mencerna makanan secara cukup aman.

d. BAB/BAK

Klien memiliki keterbatasan / ketidakmampuan dalam mendapatkan

jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban,

memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB

dan BAK secara tepat, menyiram toilet atau kamar kecil.

Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit

perawatan diri adalah:

a. Fisik

Badan bau, pakaian kotor

Rambut dan kulit kotor

Kuku panjang dan kotor

Gigi kotor disertai mulut bau

penampilan tidak rapi

b. Psikologis

Malas, tidak ada inisiatif

Menarik diri, isolasi diri

Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina

c. Sosial

Interaksi kurang

Kegiatan kurang

Tidak mampu berperilaku sesuai norma

Page 6: Defisit Perawatan Diri

Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok

gigi dan mandi tidak mampu mandiri

Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :

a. Data subyektif

1) Pasien merasa lemah

2) Malas untuk beraktivitas

3) Merasa tidak berdaya.

b. Data obyektif

1) Rambut kotor, acak – acakan

2) Badan dan pakaian kotor dan bau

3) Mulut dan gigi bau.

4) Kulit kusam dan kotor

5) Kuku panjang dan tidak terawatt

5. Dampak

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene menurut

Wartonah (2006) yaitu :

a. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang

sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran

mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada

kuku.

b. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah

gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,

kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

Page 7: Defisit Perawatan Diri

6. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan Kadang perawatan Tidak melakukan

diri seimbang diri kadang tidak perawatan saat stress

Keterangan :

Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stressor dan mampu

berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang,

klien masih melakukan perawatan diri.

Kadang perawatan diri kadang tidak, saat klien mendapatkan stressor

kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.

Tidak melakukan perawatan diri, klien menyatakan dia tidak peduli dan

tidak bias melakukan perawatan saat stressor.

7. Diagnosa Keperawatan

Defisit Perawatan Diri : - kebersihan diri/mandi

- berdandan/berhias

- makan

- BAB/BAK

8. Rencana Intervensi

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat

merawat diri sendiri adalah :

a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri

1) Bina hubungan saling percaya.

2) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.

3) Kuatkan kemampuan klien merawat diri.

b. Membimbing dan menolong klien merawat diri.

1) Bantu klien merawat diri

2) Ajarkan ketrampilan secara bertahap

Page 8: Defisit Perawatan Diri

3) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari

c. Ciptakan lingkungan yang mendukung

1) Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.

2) Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.

3) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya,

kamar mandi yang dekat dan tertutup.

9. Asuhan Keperawatan

Berikut ini rencana asuhan keperawatan dari defisit perawatan diri

(Keliat, 2006) :

Diagnosa

Keperawatan

Perencanaan Intervensi

Tujuan Kriteria evaluasi

Defisit

Perawatan

Diri

TUM:

klien dapat

mandiri dalam

perawatan diri

TUK 1 :

Klien dapat

membina

hubungan saling

percaya dengan

perawat

Dalam berinteraksi

klien menunjukan

tanda-tanda percaya

pada perawat:

a. Wajah cerah,

tersenyum

b. Mau berkenalan

c. Ada kontak mata

d. Menerima

kehadiran perawat

e. Bersedia

menceritakan

perasaannya

a. Berikan salam setiap

berinteraksi.

b. Perkenalkan nama, nama

panggilan perawat dan

tujuan perawat berkenalan.

c. Tanyakan nama dan

panggilan kesukaan klien.

d. Tunjukan sikap jujur dan

menepati janji setiap kali

berinteraksi.

e. Tanyakan perasaan dan

masalah yang dihadapi

klien.

f. Buat kontrak interaksi

Page 9: Defisit Perawatan Diri

yang jelas.

g. Dengarkan ungkapan

perasaan klien dengan

empati.

h. Penuhi kebutuhan dasar

klien.

TUK 2 :

Klien

mengetahui

pentingnya

perawatan diri

2.

Dalam 2 kali

interaksi klien

menyebutkan:

a. Penyebab tidak

merawat diri

b. Manfaat menjaga

perawatan diri

c. Tanda-tanda

bersih dan rapi

d. Gangguan yang

dialami jika

perawatan diri

tidak diperhatikan

a. Bina hubungan saling

percaya dengan

menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik.

b. Dorong klien

mengungkapkan perasaan

tentang keadaan dan

kebersihan dirinya.

c. Dengarkan ungkapan klien

dengan empati.

d. Diskusikan bersama klien

pentingnya kebersihan diri

dengan cara menjelaskan

pengertian tentang arti

bersih dan tanda- tanda

bersih.

e. Diskusikan fungsi

kebersihan diri dengan

menggali pengetahuan

klien terhadap hal yang

berhubungan dengan

kebersihan diri.

f. Bantu klien

mengungkapkan arti

kebersihan diri dan tujuan

Page 10: Defisit Perawatan Diri

memelihara kebersihan

diri.

g. Beri reinforcement positif

setelah klien mampu

mengungkapkan arti

kebersihan diri.

TUK 3:

Klien

mengetahui cara

– cara melakukan

perawatan diri

Klien dapat

menyebutkan

frekwensi dan

menjelaskan cara

menjaga perawatan

diri (mandi, gosok

gigi, keramas, ganti

pakaian, berhias,

gunting kuku)

a. Diskusikan dengan klien

frekwensi memelihara

kebersihan diri seperti:

mandi 2 kali pagi dan

sore, sikat gigi minimal 2

kali sehari (sesudah makan

dan sebelum tidur),

keramas dan menyisir

rambut, gunting kuku jika

panjang

b. Diskusikan cara praktek

perawatan diri dengan

baik dan benar.

c. Berikan pujian untuk

setiap respon klien yang

positif.

TUK 4 :

Klien dapat

melakukan

kebersihan diri

dengan bantuan

perawat.

Klien berusaha untuk

memelihara

kebersihan diri

seperti:

a. mandi pakai

sabun dan disiram

pakai air sampai

bersih

b. mengganti

pakaian bersih

a. Motivasi klien untuk

mandi.

b. Beri kesempatan untuk

mandi, beri kesempatan

klien untuk

mendemonstrasikan cara

memelihara kebersihan

diri yang benar.

c. Anjurkan klien untuk

mengganti baju setiap hari.

Page 11: Defisit Perawatan Diri

sehari–hari

c. merapikan

penampilan.

d. Kaji keinginan klien untuk

memotong kuku dan

merapikan rambut.

e. Kolaborasi dengan

perawat ruangan untuk

pengelolaan fasilitas

perawatan kebersihan diri,

seperti mandi dan

kebersihan kamar mandi.

f. Bekerjasama dengan

keluarga untuk

mengadakan fasilitas

kebersihan diri seperti

odol, sikat gigi, shampoo,

pakaian ganti, handuk dan

sandal.

g. Berikan pujian untuk

setiap respon klien yang

positif.

TUK 5 :

Klien dapat

melakukan

kebersihan

perawatan diri

secara mandiri.

Setelah satu minggu

klien dapat

melakukan perawatan

kebersihan diri secara

rutin dan teratur

tanpa anjuran, seperti

mandi pagi dan sore,

gosok gigi setelah

makan, keramas 2x

seminggu, ganti baju

setiap hari,

penampilan bersih

dan rapi,

a. Monitor klien dalam

melakukan kebersihan diri

secara teratur, ingatkan

untuk mandi, menggosok

gigi, mencuci rambut,

menyisir, gosok gigi, ganti

baju, menggunting kuku

dan pakai sandal.

b. Berikan pujian untuk

setiap respon klien yang

positif.

Page 12: Defisit Perawatan Diri

menggunting kuku

jika sudah panjang.

TUK 6 :

Klien dapat

dukungan

keluarga dalam

meningkatkan

kebersihan diri.

Kriteria evaluasi

a. Keluarga selalu

mengingatkan

hal–hal yang

berhubungan

dengan

kebersihan diri

b. keluarga

menyiapkan

sarana untuk

membantu klien

dalam menjaga

kebersihan diri

c. keluarga

membantu dan

membimbing

klien dalam

menjaga

kebersihan diri.

a. Jelaskan pada keluarga

tentang penyebab kurang

minatnya klien menjaga

kebersihan diri.

b. Diskusikan bersama

keluarga tentang

tindakanyang telah

dilakukan klien selama di

RS dalam menjaga

kebersihan dan kemajuan

yang telah dialami di RS.

c. Anjurkan keluarga untuk

memutuskan memberi

stimulasi terhadap

kemajuan yang telah

dialami di RS.

d. Jelaskan pada keluarga

tentang manfaat sarana

yang lengkap dalam

menjaga kebersihan diri

klien.

e. Anjurkan keluarga untuk

menyiapkan sarana dalam

menjaga kebersihan diri.

f. Diskusikan bersama

keluarga cara membantu

klien dalam menjaga

kebersihan diri.

g. Diskusikan dengan

keluarga mengenai hal

Page 13: Defisit Perawatan Diri

yang dilakukan misalnya:

mengingatkan pada waktu

mandi, sikat gigi, mandi,

keramas, dan lain-lain.

10. Pembagian Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Defisit

Perawatan Diri

Pembagian strategi pelaksanaan tindakan keperawatan defisit

perawatan diri menurut Purba (2009) adalah sebagai berikut:

Tindakan Keperawatan Untuk Pasien Tindakan Keperawatan untuk

keluarga

SP 1

1. Menjelaskan pentingnya

kebersihan diri

2. Menjelaskan cara menjaga

kebersihan diri

3. Membantu pasien mempraktekkan

cara menjaga kebersihan diri

4. Menganjurkan pasien memasukkan

dalam jadwal kegiatan

SP 1

1. Menjelaskan masalah yang

dirasakan keluarga dalam

merawat pasien

2. Menjelaskan pengertian, tanda

dan gejala defisit perawatan diri

dan jenis defisit perawatan diri

yang dialami pasien, serta proses

terjadinya

3. Menjelaskan cara merawat pasien

dengan defisit perawatan diri

SP 2

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan

harian pasien

2. Menjelaskan cara makan yang baik

3. Membantu pasien mempraktekkan

cara makan yang baik

4. Menganjurkan pasien memasukkan

dalam jadwal kegiatan harian

SP 2

1. Melatih keluarga mempraktekkan

cara merawat pasien dengan

defisit perawatan diri

2. Melatih keluarga melakukan cara

merawat langsung kepada pasien

defisit perawatan diri

SP 3

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan

SP 3

1. Membantu keluarga membuat

Page 14: Defisit Perawatan Diri

harian pasien

2. Menjelaskan cara eliminasi yang

baik

3. Membantu pasien mempraktekkan

cara eliminasi yang baik

4. Menganjurkan pasien memasukkan

dalam jadwal kegiatan harian

jadwal aktivitas di rumah

termasuk minum obat (dischange

planning)

2. Menjelaskan follow up pasien

setelah pulang

SP 4

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan

harian pasien

2. Menjelaskan cara berdandan

3. Membantu pasien mempraktekkan

cara berdandan

4. Menganjurkan pasien memasukkan

dalam jadwal kegiatan harian

11. Evaluasi Strategi Pelaksanaan Komunikasi Defisit Perawatan Diri

Tanda- tanda strategi pelaksanaan komunikasi yang diberikan kepada

klien defisit perawatan diri berhasil menurut Purba (2009) adalah sebagai

berikut:

a. Klien dapat menyebutkan:

1) Penyebab tidak merawat diri

2) Manfaat menjaga perawatan diri

3) Tanda-tanda bersih dan rapi

4) Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan.

b. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri dalam hal:

1) Kebersihan diri

2) Berdandan

3) Makan

4) BAB/BAK

c. Keluarga memberi dukungan dalam melakukan perawatan diri:

1) Keluarga menyediakan alat-alat untuk perawatan diri

Page 15: Defisit Perawatan Diri

2) Keluarga ikut seta mendampingi klien dalam perawatan diri

No.

Tujuan yang tercapai Klien Keluarga

1. Klien mampu berinteraksi 2. Klien mampu membina hubungan saling

percaya 3. Klien mampu mengidentifikasi secara

mandiri kemampuannya dalam melakukan kebersihan diri, berdandan, makan dan BAK/BAB.

4. Klien mampu menjelaskan pentingnya kebersihan diri, berdandan, makan dan BAK/BAB

5. Klien mampu menjelaskan cara menjaga kebersihan diri, berdandan, makan dan BAK/BAB

6. Klien mamapu menyebutkan peralatan yang dibutuhkan untuk menjaga kebersihan diri, berdandan, makan dan BAK/BAB

7. Klien mampu mempraktekan cara menjaga kebersihan diri, berdandan, makan dan BAK/BAB secara mandiri.

8. Keluaraga mampu dalam merawat klien dengan defisit perawatan diri.

9. Keluarga mampu menjelaskan tentang fasilitas kebersihan diri yang diperlukan oleh klien.

10. Keluarga terlibat untuk membantu klien menjaga kebersihan diri

11. Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki klien

12. Keluarga memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan klien

Page 16: Defisit Perawatan Diri

DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.

Penerjemah Monica Ester. Jakarta : EGC.

2. Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan Jiwa.

3. Fitria, Nita. (2009).  Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan

Pendahuluan  Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP)

Untuk 7  Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S1

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

4. Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC.

5. Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

6. Nanda ( Budi Santosa : editor ). 2006. Panduan Diagnosa Nanda 2005 - 2006

; Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.

7. Potter, P. A., & Perry, A. G. 2006. Buku Ajar Fundamental : konsep, proses,

dan praktik. Jakarta : EGC

8. Purba, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah

Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan : USU Press.

9. Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

10. Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi

3. Jakarta : Salemba Medika.