32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Demam tifoid merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit mrnular yang tercantum dalam undang-undang nomor 6 Tahun 1962. Kelompok penykit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah. Insidens demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi lingkungan. Perbedaan insidens di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air bersih yang belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan lingkungan. 1 1

Demam Typhoid

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Refarat

Citation preview

Page 1: Demam Typhoid

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Demam tifoid merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk

penyakit mrnular yang tercantum dalam undang-undang nomor 6 Tahun 1962. Kelompok

penykit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak

orang sehingga dapat menimbulkan wabah.

Insidens demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi

lingkungan. Perbedaan insidens di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air bersih

yang belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan pembuangan sampah yang kurang

memenuhi syarat kesehatan lingkungan.1

1

Page 2: Demam Typhoid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi

Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang disebabkan leh bakteri yang di tandai

oleh demam insidious yang berlangsung lama, sakit kepala, badan lemas, anoreksia,

bradikardi relative serta splenomegali.3

Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella

typhi (s.typhi) atau Salmonella paratyphi (S.paratyphi) yang masuk dalam tubuh manusia.4

Demam tifoid adalah infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan

gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran.4

Dari defenisi di atas maka disimpulakan bahwa demam tifoid adalah penyakit

sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi (s.typhi) atau Salmonella paratyphi

(S.paratyphi) yang masuk dalam tubuh manusia (saluran pencernaan) dengan ditandai oleh

demam lebih dari 7 hari, sakit kepala, badan lemas, anoreksia, bradikardi relative serta

splenomegali dan juga merupakan kelompok penyakit yang mudah menular serta menyerang

banyak orang sehingga menimbulkan wabah.4

2.2 Etiologi

Adapun penyebab dari penyakit Demam tifoid ini adalah Bakteri Salmonella typhi

(s.typhi) atau Salmonella paratyphi (S.paratyphi).3

Demam tifoid disebabkan oleh jenis salmonella tertentu yaitu Salmonella typhi,

Salmonella paratyphi A dan Salmonella Partyphi B dan kadang-kadang jenis salmonella yang

lain. Demam yang disebabkan oleh S.typhi cenderung untuk menjadi berat daripada bentuk

infeksi salmonella yang lain.3

2

Page 3: Demam Typhoid

Kuman ini hidup baik sekali pada suhu manusia maupun suhu yang lebih rendah

sedikit serta mati pada suhu 70oC maupun antiseptic. Bakteri ini memiliki 3 komponen

antigen, yaitu :

1. Antigen O (somotik)

2. Antigen H (flagel)

3. Anti Vi (virulen)

4. Protein membran heloin.3

2.3 Patofisiologi

2.3.1 Proses perjalanan penyakit

Salmonella typhi masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar.

Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus.

Setelah mencapai usus, Salmonella Typhosa menembus ileum di tangkap oleh sel

mononeklear, disusul bakteremi I. bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang

baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel (terutama sel M) dan selanjutnya ke lamina

propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh terutama oleh makrofag.

Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya di bawa ke

plague Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening Mesenterika. Selanjutnya

melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke sirkulasi

darah sehingga mengakibtkan bakteramia pertama yang simtomatik) dan menebar ke seluruh

organ retikuloendotetial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman

meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembangbiak di luar sel atau ruang sinusoid

dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi sehingga mengakibatkan bakteremia

yang keduadengan disertai tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik.1

Di dalam hati kuman akan masuk ke dalam empedu, berkembangbiak dan bersama

cairan empedu di ekskresikan secara “intermittent” ke dalam lumen usus. Sebagian kuman

dikeluarkan melalui feses dan sebagian lagi masuk ke dalam sirkulasi darah setelah

menembus usus. Proses yang sama berulang kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi

dan hiperaktif maka saat fagositosis Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator

imflamasi yang selanjutnyaakan menimbulkan gejala reaksi imflamasi sistemik seperti

3

Page 4: Demam Typhoid

demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, intabilitas vascular, gangguan mental dan

koagulasi.

Di dalam plague Peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan hyperplasia jaringan pada

organ. Perdarhan salran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plague Peyeri

yang sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuclear di

dinding usus. Proses patologis jaringan limfoid ini akan berkembng hingga ke lapisan otot,

serosa usus, dan dapat mengakibatkan perforasi.

Endotoksin dapat menempel do reseptor sel endotel kapiler dengan akibat timbulnya

komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskular, pernapasan dan gangguan organ

lain.1,2

2.4 Manifestasi Klinis

Demam merupakan keluhan klinis yang terpenting pada semua penderita demam

typhoid. Demam dapat muncul secara tiba-tiba, dalam 1-2 hari menjadi parah dengan gejala

yang menyerupai septisemia oleh karena Streptococcus atau Pneumococcus daripada S.typhi.

menggigil tidak bisa didapatkan pada demam typhoid tetapi pada penderita yang hidup di

daerah endemis malaria, menggigil lebih mungkin karena di sebabkan oleh malaria. Namun

demikian demam tyfoid dan malaria dapat timbul bersamaan pada satu penderita. Sakit

kepala hebat yang menyertai demam tinggi dapat menyerupai gejala meningitis, di sisi lain

S.typhi juga dapat menembus sawar darah otak dan menyebabkan meningitis.3

Manifestasi gejala mental kadang mendominasi gambaran klinis, yaitu konfusi,

stupor, psikotik, atau koma,nyeri perut kadang tidak dapat dibedakan dengan apendisitis.

Pada tahap lanjut dapat muncul gambaran peritonitis akibat perforasi usus.1

Masa tunas demam typoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala klinis yang di

timbul sangat bervarisi dariringan hingga berat, dari asimtomatik hingga gambaran penyakit

yang khas di sertai komplikasi.1

4

Page 5: Demam Typhoid

- Pada minggu pertama ditemukan gejala klinis dan keluhan demam typhoid seperti

demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi, atau

diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis.

Pada pemeriksaan fisik biasanya hanya ditemukan peningkatan suhu tubuh, sifat

demam adalah miningkat perlahan-lahan dan terutama pada soere dan malam hari.

- Pada minggu ke dua ditemukan gejala-gejala yang lebih jelas seperti demam,

bradikardi, lidah berselaput (kotor di bagian tengah tepid an ujung merah),

hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan mental berupa :stuporkoma,

delirium, atau psikosis.4

2.5 Pemeriksaan Penunjang

2.5.1 Pemeriksaan Laboratorium

a. Darah Rutin

Walaupun pada pemeriksaan darah perifer sering ditemukan leucopenia, dapat pula

terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa

disertai oleh infeksi sekunder. Selain itu pula ditemukn anemia ringan dan trombositopenia.

Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun limfopenia. Laju

endap darah pada demam tifoid dapat meningkat.1

b. Uji Serologi

Uji widal

Uji widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman S.typhi. pada uji widal

terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman S.typhi dengan antibody yang disebut

aglunitin. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspense Salmonella yang sudah

dimatikan dan di olah di laboratorium. Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya

aglutinin dalam serum penderita tersangka demam typhoid yaitu :

a. Aglutinin O : dari tubuh kuman

b. Aglutini H : flagella kuman

c. Aglutinin Vi : simpai kuman

5

Page 6: Demam Typhoid

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk

diagnosis demam tyfoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi

kuman ini.

Pembentukan aglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama demam, kemudian

akan meningkat secara cepat dan mencapai punjak pada minggu ke empat dan tetap tinggi

selama beberapa minggu. Pada fase akut mula-mula timbul aglutinin O, kemudian di ikuti

oleh aglutinin H. pada orang yang sudah sembuh aglutinin O masih tetap dijumpai setelah 4-6

bulan, sedangkan aglutinin H menetap lebih lama antara 9-12 bulan. Oleh karena itu uji

Widal untuk menentukan kesembuhan penyakit.1

Ada beberapa factor yang mempengaruhi uji Widal yaitu:

- Pengobatan dini dengan antibiotik

- Gangguan pembentukan antibody dan pemberian kortikosteroid

- Waktu pengambilan darah

- Daerah endemic atau non-endemik

- Riwayat vaksinasi

- Reaksi anamnestik, yaitu peningkatan titer aglutinin pada infeksi bukan demam tifoid

akibat infeksi demam typhoid masa lalu atau vaksinasi

- Factor teknik pemeriksaan antar laboratorium, akibat aglutinasi silang dan strain

Salmonella yang digunakan untuk suspense antigen.

Saat ini belum ada kesamaan pendapat mengenai titer agglutinin yang bermakna

diagnostic untuk demam typoid. Batas titer yang sering di gunakan hanya kesempakatan

saja., hanya berlaku setempat dan batas ini bahkan dapat berbeda di berbagai laboratorium

setempat.1

d. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

Pada pemeriksaan SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan kembali

menjadi normal setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan penanganan

khusus.1

6

Page 7: Demam Typhoid

e. Kultur darah

Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan tetapi hasil negative

tidak menyikirkan demam tyfoid, karena mungkin disebabkan beberapa hal berikut:

- Telah mendapat terapi antibiotic.

Bila pasien sebelum dilakukan kultur darah telah mendapat antibiotik, pertumbuhan

kuman dalam media biakan terhambat dan hasil mungkin negatif.

- Volume darah yang kurang (diperlukan kurang lebih 5 cc).

Bila darah yang dibiakkan terlalu sedikit hasil biakan akan negatif. Darah yang di

ambil sebaiknya secara bedside langsung dimasukkan ke dalam media cair empedu

(oxgall) untuk pertumbuhan kuman.

- Riwayat vaksinasi.

Vaksinasi di masa lampau menimbulkan antibody dalam darah pasien. Antibodi

(aglutinin) ini dapat menekan bakteremia hingga biakan darah dapat negatif.

- Saat pengambilan darah setelah minggu pertama, pada saat aglutinin semakin

meningkat.1,5

2.6 Diagnosis

Penegakan diagnosis sedini mungkin sangat bermanfaat agar bisa diberikan terapi

yang tepat dan meminimalkan komplikasi. Pengetahuan gambaran klinis penyakit ini sangat

penting untuk membantu mendeteksi secara dini. Walaupun pada kasus tertentu di butuhkan

pemeriksaan tambahan untuk membantu menegakkan diagnosa.1

2.7 Penatalaksanaan

2.7.1 Pengobatan

Sampai saat ini masih dianut trilogy penatalaksanaan demam tifoid, yaitu:

a. Istirahat dan Perawatan

Dengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.

b. Diet dan terapi penunjang (simtomatik dan suportif)

7

Page 8: Demam Typhoid

Dengan tujuan mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal.

c. Istirahat dan perawatan

Tirah baring dan perawatan professional bertujuan untuk mencegah komplikasi. Tirah

baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, buang

air kecil dan buang air besar akan membantu dan mempercepat masa penyembuhan.

Dalam perawatan perlu sekali di jaga kebersihan tempat tidur, pakaian dan

perlengkapan yang di pakai. Posisi pasien perlu di awasi untuk mencegah dekubitus

dan pneumonia ortostatik sehingga hiene perorangan tetap perlu di perhatikan dan di

jaga.

d. Diet dan terapi penunjang

Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan peyakit demam

tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan uum dan gizi

penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama.

Di masa lampau penderita demam tifoid di beri iet bubur saring, kemudian di

tingkatkan menjadi bubur kasar, dan akhirnya diberikan nasi, yang perubahan diet

tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring

tersebut ditunjukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau

perforasi usus. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini

yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (menghindari sementara sayuran yang

berserat) dapat diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid.

e. Pemberian antimikroba

Dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran kuman.

Obat-obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demam tifoid adalah

sebagai berikut:

- Kloramfenikol

Di inidonesi klorampenikol masih merupakan obat pilihan utama untuk

mengobai demam tifoid. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari dapat

diberikan secara oral atau intravena. Diberikan sampa dengan 7 hari bebas panas.

Penyuntikan intramuskuar tidak di anjurkan oleh karena hidrolisis ester ini tidak

dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri. Dari pengalaman penggunaan

obat ini dapat menurunkan demam rata-rata 7 hari.

- Tiamfenikol

Dosis dan efektivitas tiamfeikol pada demam tyfoid hampir sama dengan

klorampenikol, akan tetapi komplikasi hematologi seperti kemungkinan

8

Page 9: Demam Typhoid

terjadianya anemia aplastik lebih rendah di bandingkan kloramfenikol. Dosis

tiamfenikol adalah 4 x 500 mg, demam rata-rata menurun pada hari ke 5.

- Kotrimoksazol

Efektivitas obat ini di laporkan hampir sama dengan kloramfenikol. Dosis untuk

orang dewasa adalah 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung sulfametoksazol 400 mg

dan 80 mg trimetoprim) di berikan selama 2 minggu.

- Ampisilin dan amoksisilin

Kemapmpuan obat ini untuk menurunkan demam lebih redah di bandingkan

dengan kloramfenikol, dosis yang di ajnurkan berkiar 50-150mg/kgBB di

gunakan selam 2 minggu.

- Sefalosforin generasi ke tiga

Hingga saat ini golongan sefalosporin generasi ke 3 yang terbukti efektif untuk

demam tifoid adalah seftriakson, dosis yang di anjurkan adalah antara 3-4 gr

salam dextrosa 100 cc diberikan selama ½ jam perinfus sekai sehari, di berikan

selama 3 hingga 5 hari.

- Golongan Flurokuinolon

Golongan ini beberapa jenis bahan sediaan dan atura pemberiannya :

(1) Norfloksasin, dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari

(2) Siprofloksasin, dosis 2 x 500 mg/hariselama 6 hari

(3) Ofloksasin, dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari

(4) Fleroksasin, dosis 400 mg/hari selama 7 hari

(5) Peflokssin, dosis 400 mg/hari selama 7 hari

- Kombinasi obat antimikroba

Kombinasi 2 antibiotik atau lebih diindikasikan hanya pada keadaan tertentu saja

antara lain toksik tifoid peritonitis atau perforasi serta syok septic, yang pernah

terbukti ditemukan 2 macam organism dalam kultur darah selain kuman

salmonella.

- Kortikosteroid

Penggunaan steroid di indikasikan pada toksik tifoid atau demam tifoid yang

mengalami syok septic dengan dosis 3 x 5 mg.

9

Page 10: Demam Typhoid

2.7.2 Pengobatan Demam Tifoid Pada Wanita Hamil

Klorampenikol tidak di anjurkan pada trimester ke-3 kehamilan karena dikhawatirkan

dapat terjadi partus premature, kematian fetus intrauterine, dan grey syndrome pada neonates.

Tiamfenikol juga tidak dianjurkan di gunakan pada trimester pertama kehamilan karena

kemungkinan efek teratogenik terhadap fetus pada manusia belum dapat disingkirkan. Pada

kehamilan lebih lanjut tiamfenikol dapat digunkan. Demikian juga obat golongan

fluorokuinolon maupun kotrimoksazol tidak boleh digunakan untuk mengobati demam tifoid.

Obat yang di anjurkan adalah ampisilin, amoksisilin, dan seftriakson.1,4,5

2.8 Komplikasi Demam Tifoid

Sebagai suatu penyakit iskemik maka hampir semua organ terutama tubuh dapat

diserang dan berbagai komplikasi serius dapat terjadi. Beberapa komplikasi yang dapat

terjadi pada demam tifoid, yaitu:

- Komplikasi instestinal : perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik, dan

pancreatitis.

- Komplikasi ekstra-intestinal

(1) Komplikasi kardiovaskular : gagal sirkulasi perifer, miokarditis, tromboflebitis.

(2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, KID, thrombosis, dan trombositopenia.

(3) Komplikasi paru : pneumonia, epiema, pleuritis.

(4) Komplikasi hepatobilier : hepatitis, kolesistitis.

(5) Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, perinefritis.

(6) Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, arthritis.

(7) Komplikasi neuropsikiatrik atau tifoid toksik.1,5

2.9 Pencegahan Demam Tifoid

Pencegahan demam tifoid melalui gerakan nasional sangat diperlukan karena akan

berdampak cukup besar terhadap penurunan kesakitan an kematian akibt demam tifoid ,

menurunkan anggaran pengobatan pribadi maupun Negara, mendatangkan visa Negara yang

berasal dari wisatawan mancanegara karena telah hilangnya predikat Negara endemic dan

10

Page 11: Demam Typhoid

hiperendemik sehingga mereka tidak takut lagi terserang tifoid saat berada di daerah

kunjungan wisata.1,3

2.9.1 Vaksinasi

Vaksin pertama kali ditemukan pada tahun 1896 dan setelah tahun 1960mefektivitas

vaksinasi telah ditegakkan, keberhasiln proteksi sebesar 51-88% (WHO) dan sebesar 67%

(universitas Maryland) bila terpapar 105 bakteri tetapi tidak mampu proteksi bila terpapar

107 bakteri.

Vaksinasi tisoid belum dianjurkn secara rutin di USA, demikian juga di daerah lain.

Indkasi vaksinasi adalah bila:

- Bila hendak mengujungi daerah endemic, risiko terserang demam tifoid semakin

tinggi untuk daerah berkembang (Amerika Latin, Asia, Afrika)

- Orang yang terpapar dengan penderita karier tifoid

- Petugas laboratorium/mikrobiologi kesehatan.

Jenis-jenis vaksin

- Vaksin oral : Ty21a (vivotif Berna). Vaksin ini belum beredar di Indonesia

- Vaksin parenteral : ViCPS (typhim Vi/Pasteur Merieux), vaksin kapsul polisakarida.

Indikasi vaksin

a. Populasi : anak usia sekolah di daerah endemic, personil militer, petugas rumah sakit

laboratorium kesehatan industry makanan dan minuman.

b. Individual : pengunjung atau wisatawan ke daerah endemik, orang yang kontak erat

dengan pengidap demam tifoid (karier)

Kontraindikasi

Vaksin hidup oral Ty21a secara teoritis dikontraindikasikan pada sasaran yang alergi

atau reaksi efek samping berat, penurunan imunitas, dan kehamilan. Bila diberikan

bersamaan dengan obat anti-malaria (klorokuin, meflokuin) dianjurkan minimal setelah 24

jam pemberian obat baru dilakukan vaksinasi. Dianjurkan tidak memberikan vaksinasi

bersamaan dengan obat sulfonamide atau antimikroba lainnya.1,3,5

11

Page 12: Demam Typhoid

BAB III

PENUTUP

1.1 KESIMPULAN

Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella

typhi (s.typhi) atau Salmonella paratyphi (S.paratyphi) yang masuk dalam tubuh manusia

(saluran pencernaan) dengan ditandai oleh demam lebih dari 7 hari, sakit kepala, badan

lemas, anoreksia, bradikardi relative serta splenomegali dan juga merupakan kelompok

penyakit yang mudah menular serta menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah.

Adapun penyebab dari penyakit Demam tifoid ini adalah Bakteri Salmonella typhi

(s.typhi) atau Salmonella paratyphi (S.paratyphi).

Manifestasi gejala mental kadang mendominasi gambaran klinis, yaitu konfusi,

stupor, psikotik, atau koma,nyeri perut kadang tidak dapat dibedakan dengan apendisitis.

Pada tahap lanjut dapat muncul gambaran peritonitis akibat perforasi usus.

Masa tunas demam typoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala klinis yang di

timbul sangat bervarisi dariringan hingga berat, dari asimtomatik hingga gambaran penyakit

yang khas di sertai komplikasi.

Pada minggu pertama ditemukan gejala klinis dan keluhan demam typhoid seperti

demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi, atau diare,

perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik biasanya hanya

ditemukan peningkatan suhu tubuh, sifat demam adalah miningkat perlahan-lahan dan

terutama pada soere dan malam hari.

Pada minggu ke dua ditemukan gejala-gejala yang lebih jelas seperti demam,

bradikardi, lidah berselaput (kotor di bagian tengah tepid an ujung merah), hepatomegali,

splenomegali, meteorismus, gangguan mental berupa :stuporkoma, delirium, atau psikosis.

Pengidap tifoid (karier) adalah seseorang yang kotorannya (feses atau urin)

mengandung S.typhi setelah 1 tahun pasca-demam tifoid, tanpa disertai gejala klinis. Kasus

tifoid dengan kuman S.typhi masih dapat ditemukan di feses atau urin selama 2-3 bulan

disebut karier pasca-penyembuhan.

12

Page 13: Demam Typhoid

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo W Aru.20011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. FKUI. Jakarta

2. Price A Sylvia. 2006. Patofisiologi. EGC. Jakarta

3. Behrman, dkk. 2000. Nelson : Ilmu Penyakit Anak. Jakarta: EGC.

4. Sudoyo, Aru W., dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: FKUI.

5. . 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: FKUI.

6. www.sribd.com/typhoid

7. www.docstoc.com

13

Page 14: Demam Typhoid

STATUS PASIEN

I. Anamnesa Pasien

Nama : Nabila Ramizah

Umur : 5 tahun

J. Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Tanggal masuk : 20 Maret 2013

Jam masuk : 09.30 WIB

BB masuk : 16 kg

II. Anamnesa Orang Tua

Nama Ayah : Heri Wahyudi Nama Ibu : Yenita

Umur : 34 tahun Umur : 31 tahun

Pekerjaan : PNS Pekerjaan : IRT

Agama : Islam Agama : Islam

Alamat : Jl. Kelapa Binjai

RPT :

III. Riwayat Kelahiran

14

Page 15: Demam Typhoid

Tanggal Lahir : 25 Juli 2012

Cara Lahir : SC

BB Lahir : 3000 gram

Tempat Lahir : Rumah Sakit

Penolong : Dokter Spesialis Kandungan

Keadaan Lahir : Menangis spontan

IV. Riwayat Imunisasi

BCG : 1x

DPT :5x

Polio : 5x

Hepatitis : 3x

Campak : 1x

V. Riwayat Perkembangan Anak

Lahir 0 Bulan = Langsung menangis

0-3 Bulan = Belajar mengangkat kepala, mengikuti objek dengan mata.

3-6 Bulan = Berusaha meraih benda, menaruh benda ke mulut.

6-8 Bulan = Dapat tengkurap

9-12 Bulan = Dapat berdiri sendiri tanpa bantuan

12-14 Bulan = Bisa berjalan, belajar makan sendiri.

2-3 Tahun = Bisa melompat dan berjalan lancer

3-5 Tahun = Mulai berinteraksi dengan teman seumuran.

15

Page 16: Demam Typhoid

VI. Riwayat Pemberian Makan

0-4 Bulan : ASI Semaunya

4-6 Bulan : ASI Semaunya + Bubur Susu

6-10 Bulan : ASI Semaunya + Nasi Tim

10-12 Bulan : ASI Semaunya + Nasi Tim + Biskuit + Buah

12-14 Bulan : ASI Semaunya + Nasi + Telur + Buah

2 Tahun s/d Sekarang : Menu keluarga

VII. Anamnesa Penyakit

KU : Demam

T :

Pasien Datang ke RSUD DR. RM. Djoelham Binjai pada tanggal 20-03-2013 pukul 09.30

diantar oleh orang tua pasien dengan keluhan demam. Hal ini dialami pasien sejak 7 hari

yang lalu sebelum pasien masuk rumah sakit. Demam yang dirasakan pasien naik turun, naik

pada sore hari dan turun menjelang pagi. Selain demam pasien juga mengeluh sakit kepala,

nafsu makan berkurang sejak 2 hari sebelum masuk ke rumah sakit, mual dan muntah, orang

tua pasien mengatakan bahwa pasien muntah bila diberi makan. Pasien juga mengeluh sakit

perut.

RPT : -

RPO : -

VIII. Pemeriksaan fisik

Vital Signs

Sensorium : Compos Mentis

16

Page 17: Demam Typhoid

HR ` : 100x/i

RR : 28 x/i

T :39,5oC

BB Masuk :16 kg

Sianosis : (-)

Edema : (-)

Ikterus : (-)

Ptekie : (-)

Status Gizi

BB = 16 kg

Umur = 5 tahun

BBN = 2N + 8

= 2 x 5 + 8

= 10 + 8

= 18

Status gizi = BB SekarangBB Normal

x 100

=1618

x 100

= 88, 88 (Status gizi baik)

Status Generalisata

Kepala

17

Page 18: Demam Typhoid

Rambut : Berwarna hitam, tidak mudah dicabut

Mata : Conjuntiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), cekung (-/-)

Telinga : Serumen (-)

Hidung : Septum Deviasi (-). Sekret (-)

Mulut : Mukosa bibir kering (+), lidah kotor (+)

Leher : Pembesaran KGB (-), Peningkatan JVP (-)

Thorax

Paru-paru I : Simetris ki=ka

P : Vocal Fremitus ki=ka

P : Sonor seluruh lapang paru

A : Vesiculer seluruh lapang paru

Jantung I : Ictus cordis terlihat (-)

P : Ictus cordis teraba (-)

P : Redup

A : BJ I, BJ II normal, regular

Abdomen

I : Datar

A : Peristaltik meningkat (-)

P : Nyeri tekan (-)

P : Tymphani

18

Page 19: Demam Typhoid

Genitalia

Perempuan, tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

Superior : Edema (-), sianosis (-), akral dingin (-)

Inferior : Edema (-), Sianosis (-), akral dingin (-)

Pemeriksaan Penunjang

Tanggal 21 Maret 2013

Darah Lengkap Normal

Leukosit : 8,4 x 103 /uL 5,00 – 12, 0

Eritrosit : 4, 42 x 10 6 /uL 4, 00 – 5, 20

Haemoglobin : 10,2 g/dl 12, 0 – 15, 5

Trombosit : 172 x 103 /uL 150 – 450

Hematokrit : 32,5 % 35,0 - 49,0

Tes Widal

Salmonella Typhi Salmonella Para Typhi

O : 1

401

80

140

140

H : 1

801

401

40

140

19

Page 20: Demam Typhoid

IX. Resume

KU : Demam

T :

Pasien Datang ke RSUD DR. RM. Djoelham Binjai pada tanggal 20-03-2013 pukul 09.30

diantar oleh orang tua pasien dengan keluhan demam. Hal ini dialami pasien sejak 7 hari

yang lalu sebelum pasien masuk rumah sakit. Demam yang dirasakan pasien naik turun, naik

pada sore hari dan turun menjelang pagi. Selain demam pasien juga mengeluh sakit kepala,

nafsu makan berkurang sejak 2 hari sebelum masuk ke rumah sakit, mual dan muntah, orang

tua pasien mengatakan bahwa pasien muntah bila diberi makan. Pasien juga mengeluh sakit

perut.

RPT : -

RPO : -

Vital Signs

Sensorium : Compos Mentis

HR : 100x/i

RR : 28 x/i

T : 39,5oC

BB Masuk :16 kg

Status Gizi : 88, 8 % (Gizi Baik)

Status Lokalisata

Kepala : Mulut : Mukosa bibir kering, lidah kotor

Leher : Dalam Batas Normal

20

Page 21: Demam Typhoid

Thorax : Dalam Batas Normal

Abdomen : Dalam Batas Normal

Ekstremitas : Dalam Batas Normal

Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 21 Maret 2013

Darah Lengkap Normal

Leukosit : 8,4 x 103 /uL 5,00 – 12, 0

Eritrosit : 4, 42 x 10 6 /uL 4, 00 – 5, 20

Haemoglobin : 10,2 g/dl 12, 0 – 15, 5

Trombosit : 172 x 103 /uL 150 – 450

Hematokrit : 32,5 % 35,0 - 49,0

Tes Widal

Salmonella Typhi Salmonella Para Typhi

O : 1

401

80

140

140

H : 1

801

401

40

140

X. Diagnosis Banding

Demam typhoid

Malaria

DHF

21

Page 22: Demam Typhoid

XI. Diagnosis Kerja

Demam typhoid

XI. Penatalaksanaan

Non Farmakologi

Bed rest

Diet MB

Farmakologi

IVFD RL 50 gtt/i → sampai BAK →30 gtt/i

Cefotaxime 500 mg / 12 jam / IV

Ranitidine 25 mg / 8 jam / IV

Novalgin 200 mg / 8 jam / IV

Anjuran

Tes serologi (Tubex)

Kultur Feses

Prognosa : Dubia et Bonam

FOLLOW UP

Rabu, 20 Maret 2013 pukul 13. 00

KU : Demam, perut kembung, mual, muntah

Vital Sign

HR : 100 x /i

RR : 28 x/I

T : 39 0C

BB : 16 kg

22

Page 23: Demam Typhoid

Terapi :

IVFD RL 50 gtt/i → sampai BAK →30 gtt/i

Cefotaxime 500 mg / 12 jam / IV

Ranitidine 25 mg / 8 jam / IV

Novalgin 200 mg / 8 jam / IV

Rabu, 20 Maret 2013 pukul 20. 00

KU : Demam, perut kembung, muntah (-)

Vital Sign

HR : 102 x /i

RR : 26 x/I

T : 38 0C

BB : 16 kg

Kamis, 21 Maret 2013 pukul 06. 00

KU : Perut kembung, mual, muntah

Vital Sign

HR : 100 x /i

RR : 30 x/I

T : 37, 2 0C

BB : 16 kg

Terapi :

IVFD RL 50 gtt/i → sampai BAK →30 gtt/i

23

Page 24: Demam Typhoid

Cefotaxime 500 mg / 12 jam / IV

Ranitidine 25 mg / 8 jam / IV

Novalgin 200 mg / 8 jam / IV

Kamis, 21 Maret 2013 pukul 06. 00

KU : Demam (-), Muntah (-), Sakit Perut (-)

Vital Sign

HR : 104 x /i

RR : 26 x/I

T : 36, 3 0C

BB : 16 kg

Jumat, 21 Maret 2013 pukul 06. 00

KU : Demam (-), Muntah (-)

Vital Sign

HR : 100 x /i

RR : 26 x/I

T : 36, 5 0C

BB : 16 kg

Pasien PBJ

24

Page 25: Demam Typhoid

25