Upload
neng-ajijah
View
97
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien demensia
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh setiap mahluk
hidup dan meninggal dengan tenang adalah dambaan setiap insan. Namun sering kali
harapan dan dambaan tersebut tidak tercapai. Dalam masyarakat kita, umur harapan
hidup semakin bertambah dan kematian semakin banyak disebabkan oleh penyakit-
penyakit kronis seperti penyakit diabetes militus, penyakit cordpulmonaldeases,
penyakit arthritis.
Pasien dengan penyakit kronis seperti ini akan melalui suatu proses pengobatan
dan perawatan yang panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat akan dicapai
stadium terminal yang ditandai dengan oleh kelemahan umum, penderitaan, ketidak
berdayaan, dan akhirnya kematian.
Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami
berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan
aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada
stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun
juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang
dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif
atau palliative care.
Dalam perawatan paliatif maka peran perawat adalah memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien kronis untuk membantu pasien menghadapi penyakitnya.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep penyakit kronis
2. Mengetahui asuhan keperawatan jiwa pada pasien penyakit kronis
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian penyakit kronik
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung
lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh.
(Purwaningsih dan Karbina, 2009)
Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala
tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu
kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
(Purwaningsih dan Karbina, 2009).
Berdasarkan pengertian diatas kelompok menyimpulkan bahwa penyakit kronik
yang dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan seorang klien mengalami ketidakmampuan contohnya saja kurang
dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. Contoh :
penyakit diabetes militus, penyakit cordpulmonaldeases, penyakit arthritis.
2.2 Sifat penyakit kronik
Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai
beberapa sifat diantaranya adalah :
a. Progresif : Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah.
Contoh penyakit jantung.
b. Menetap : Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut
akan menetap pada individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.
c. Kambuh : Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu
dengan kondisi yang sama atau berbeda. Contoh penyakit arthritis
2
2.3 Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien
diantaranya (Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :
a. Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :
1. Klien menjadi pasif
2. Tergantung
3. Kekanak-kanakan
4. Merasa tidak nyaman
5. Bingung
6. Merasa menderita
b. Dampak somatic
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan
penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya. Contoh : DM
adanya Trias P
c. Dampak terhadap gangguan seksual
Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan
perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual).
d. Dampak gangguan aktivitas
Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social dapat
terganggu baik secara total maupun sebagian.
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit kronik
1. Persepsi klien terhadap situasi
2. Beratnya penyakit
3. Tersedianya support social
4. Temperamen dan kepribadian
5. Sikap dan tindakan lingkungan
6. Tersedianya fasilitas kesehatan
3
2.5 Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-
Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan kartina,
2009).
a. Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa
takut, cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.
b. Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan
melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan
c. Kehilangan situasi
Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga
dan kelompoknya
d. Kehilangan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti
panas, nyeri, dll
e. Kehilangan fungsi fisik
Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal
harus dibantu melalui hemodialisa
f. Kehilangan fungsi mental
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien
mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
g. Kehilangan konsep diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan
fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image), peran serta
identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealisme diri dan harga diri rendah
h. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga
4
i. Klien menarik diri dari lingkungan
Hubungan sosial klien dapat terganggu sebagian maupun yang total.
Contohnya hubungan terganggu sebagian, klien masih berhubungan dengan
lingkungan sekitar, tetapi klien malu-malu dan tidak percaya diri untuk bergaul
dengan orang secara berkelompok. Apabila terganggu total, klien sudah tidak ingin
berinteraksi lagi dengan lingkungan sekitar, klien hanya ingin menyendiri (menarik
diri dari lingkungan).
2.6 Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis
Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis
yang dideritanya oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu:
2.6.1 Respon Pasien
a. Penolakan (Denial)
`Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis seperti
jantung, stroke dan kanker. Atas penyakit yang dideritanya ini, pasien akan
memperlihatkan sikap seolah-olah penyakit yang diderita tidak terlalu berat (menolak
untuk mengakui bahwa penyakit yang diderita sebenarnya berat) dan menyakini
bahwa penyakit kronis ini akan segera sembuh dan hanya akan memberi efek jangka
pendek (menolak untuk mengakui bahwa penyakit kronis ini belum tentu dapat
disembuhkan secara total dan menolak untuk mengakui bahwa ada efek jangka
panjang atas penyakit ini, misalnya perubahan body image).
b. Cemas
Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan sesuatu
yang umum terjadi. Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan perubahan yang
terjadi pada dirinya bahkan membayangkan kematian yang akan terjadi padanya.
Bagi individu yang telah menjalani operasi jantung, rasa nyeri yang muncul di
daerah dada, akan memberikan reaksi emosional tersendiri. Perubahan fisik yang
terjadi dengan cepat akan memicu reaksi cemas pada individu dengan penyakit
kanker.
5
c. Depresi
Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit
kronis. Kurang lebih sepertiga dari individu penderita stroke, kanker dan penyakit
jantung mengalami depresi.
2.6.2 Respon keluarga
Keluarga juga mengalami respons yang sama dengan pasien atas penyakit
yang diderita oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu :
a. Penolakan (Denial)
Sama halnya dengan pasien atau individu, keluarga yang tidak siap atau tidak
menerima dengan kondisi yang ada pada pasien. Keluarga mengangap penyakit yang
diderita tidak terlalu berat dan menyakini bahwa penyakit kronis ini akan segera
sembuh dan hanya akan memberi efek jangka pendek.
b. Cemas
Keluarga akan memperlihakan ekspresi cemas akan diagnose yang telah divonis
oleh pihak medis. Pihak keluarga cemas akan tidak bisa sembuh penyakit tersebut dan
takut ditinggalkan dalam jangka waktu dekat oleh pesien.
c. Depresi
Keluarga yang terkejut dan tidak bisa menerima keadaan terhadap situasi yang
dialami pasien akan mengalami depresi.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang optimal pada klien dengan kondisi kronis adalah sangat
penting. Penatalaksanan harus melibatkan kesehatan mental, memantau
perkembangan klien, dan melibatkan keluarga. Pengobatan sederhana tidak cukup.
Klien harus bekerja sama dengan tim kesehatan, percaya terhadap pengobatan
yang diberikan, dan mempunyai keluarga yang mendukung dan membantu dalam
rencana pengobatan. Beberapa prinsip penatalaksanaan klien dengan kondisi kronis
adalah sebagai berikut:
6
a. Pendidikan kesehatan
Menjelaskan kepada klien tentang perjalanan penyakitnya dan keterbatasan
pengobatan. Pendidikan kesehatan harus langsung pada penderita dan keluarganya
dan harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
b. Merespons terhadap emosi
Dengarkan baik-baik, berikan waktu yang cukup bagi klien dan keluarganya
untuk mengemukakan perasaannya, kekhawatirannya, dan harapannya.
c. Melibatkan keluarga
Dukungan pada keluarga dan petunjuk penatalaksanaan sangat penting. Keluarga
harus dibantu agar tidak melakukan sikap yang berlebihan terhadap anak, seperti
terlalu melindungi, terlalu khawatir dan memberikan perhatian berlebihan.
d. Melibatkan pasien
Bila klien dilibatkan dalam penatalaksaan penyakitnya, maka mereka akan lebih
patuh dan bertanggungjawab
e. Melibatkan tim multidisiplin
Beberapa ahli diperlukan dalam menatalaksana remaja dengan kondisi kronis,
seperti dokter, psikolog, pekerja sosial, okupasi-terapis, fisioterapis, ahli gizi, dan ahli
lain yang terkait.
f. Menyediakan perawatan yang berkelanjutan
Klien dengan kondisi kronis membutuhkan seseorang yang bisa dipercaya.
Paling sedikit salah satu dari anggota tim, lebih baik dokter dari pusat kesehatan
primer (seperti Puskesmas), yang membina hubungan jangka panjang dengan
penderita dan keluarganya. Peran dokter disini adalah mengkoordinasi perawatan
berbagai spesialis (multidisiplin), memantau tumbuh kembangnya, memberikan
petunjuk yang mungkin diperlukan, dan lain sebagainya.
g. Menyediakan pelayanan rawat jalan yang komprehensif
Diperlukan pelayanan psikologikal, belajar bersosialisasi, pendidikan,
penelitian, dikatakan bahwa klien yang mendapatkan pelayanan yang komprehensif,
7
dapat menurunkan frekuensi rawat inap, lama dirawat, biaya di rumah sakit, dan
menurunkan kemungkinan dirawat kembali.
h. Merujuk ke kelompok pendukung (kelompok sebaya atau kelompok penyakit
sejenis).
Ikut dalam kelompok pendukung dapat saling tukar pengalaman dan informasi
antara penderita dan keluarga lain dengan masalah yang sama.
i. Mengembangkan teknik menolong diri sendiri Pelatihan (terapi perilaku)
Terhadap klien dalam teknik mengatasi stres atau rasa sakit, dapat membantu
klien mengurangi stres terhadap penyakit dan pengobatan yang diberikan.
j. Pembatasan
Bila kepatuhan atau perilaku yang menjadi masalah, remaja harus dibuat disiplin,
dan tim yang merawat serta keluarganya harus setuju dan mendukung.
k. Perawatan di rumah sakit
Bila diperlukan perawatan remaja di rumah sakit, terbaik bila ditangani dalam
lingkungan yang kondusif untuk kebutuhan perkembangan remaja.
2.8 Konsep Dasar Teoritis Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyakit
Kronis
Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit kronis meliputi proses
keperawatan dari pengkajian, diagnosa dan perencanaan (Purwaningsih dan kartina,
2009).
2.81 Pengkajian
a. Pengkajian terhadap klien
Hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1. Respon emosi klien terhadap diagnosa
2. Kemampuan mengekspresikan perasaan sedih terhadap situasi
3. Upaya klien dalam mengatasi situasi
4. Kemampuan dalam mengambil dan memilih pengobatan
5. Persepsi dan harapan klien
8
6. Kemampuan mengingat masa lalu
b. Pengkajian terhadap keluarga
` Hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1. Respon keluarga terhadap klien
2. Ekspresi emosi keluarga dan toleransinya
3. Kemampuan dan kekuatan keluarga yang diketahui
4. Kapasitas dan system pendukung yang ada
5. Pengertian oleh pasangan sehubungan dengan gangguan fungsional
6. Identifikasi keluarga terhadap perasaan sedih akibat kehilangan dan
perubahan yang terjadi
c. Pengkajian terhadap lingkungan
1. Sumber daya yang ada
2. Stigma masyarakat terhadap keadaan normal dan penyakit
3. Kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan
4. Ketersediaan fasilitas partisifasi dalam asuhan keperawatan kesempatan
kerja
2.82 Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang dapat ditimbulkan dari proses pengkajian
klien dengan penyakit kronis adalah (Purwaningsih dan kartina, 2009) :
1. Respon pengingkaran yang tidak kuat berhubungan dengan kehilangan dan
perubahan
2. ketidakberdayaan
3. depresi
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan dampak penyakit yang dialami
5. Defisit perawatan diri personal Hygine berhubungan dengan ketidakmampuan dan
ketidak pedulian karena stress
6. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan persepsi kurang di hargai
9
2.83 Tindakan keperawatan :
1. Menerima perasaan pasien
2. Membantu menghadapi kehilangan
3. Mendorng ekspresi perasaan
4. Membantu mencari laternatif pemecahan masalah
5. Klarifikasi situasi : harapan yang realistis
6. Meningkatkan harga diri
2.84 Tindakan pada keluarga
Biasanya klien datang sendiri : masalah akut yang ringan yaitu hal yang rutin
smp keterbatasan diri sendiri
Pertemuan keluarga mulai diperlukan
1. Terapi untuk kegagalan atau sakit yang berulang
2. Pencegahan yang rutin atau pendidikan kesehatan
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT KRONIS
3.1 KASUS
Ny. N berumur 42 tahun, seorang ibu rumah tangga, di rawat di rumah sakit
umum daerah dengan diagnosa medis Diabetes Miletus, dan sudah dirawat selama 3
bulan. Sebelumnya klien juga pernah di rawat di rumah sakit dengan penyakit yang
sama, namun tidak separah yang sekarang. Dari hasil pengkajian, klien mengatakan
tidak menyangka penyakitnya bertambah parah, klien juga malu dengan keluarga dan
teman-temannya karena kondisi tubuh yang sekarang, merasa tidak berguna lagi
untuk keluarganya (suami dan anak-anaknya), klien merasa ingin mati saja, klien
mengatakan tidak nyaman berada di dekat orang lain karena takut tidak diterima, dan
lebih senang jika sendiri, klien juga takut tidak diterima oleh keluarga terdekatnya,
klien sulit untuk tidur karena merasa cemas dengan keluarganya di rumah. Dari hasil
observasi, tampak luka gangren pada kaki kiri klien sudah mengalami nekrotik yang
membuat klien sulit untuk beraktivitas dan semakin parah, dan sudah mulai
mengeluarkan bau tidak sedap, klien tampak menyendiri dan hanya mau
berkomunikasi dengan perawat yang merawatnya, klien pun tampak tidak merawat
kebersihan diri, dan keluarga klien hanya sesekali menjenguk klien. Pengkajian
keluarga, respon keluarga seperti tidak peduli dengan keadaan klien, keluarga
menyerahkan penuh prosedur perawatan kepada rumah sakit, keluarga terdekat klien
(suami) mengatakan sudah pasrah dengan kondisi yang dialami klien. Klien tampak
bernafsu untuk makan, setiap makanan yang di saji kan selalu di habiskan, BB klien
70 kg.
3.2 PENGKAJIAN
11
3.2.1 Pengkajian Pola Gordon
1 Persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan
Klien mengatakan kurang mengetahui semua tentang penyakitnya
Klien tampak pasrah dengan penyakitnya, dan hanya mengikuti prosedur
keperawatan rumah sakit
2 Pola nutrisi metabolic
Nafsu makan klien meningkat.
Peningkatan berat badan 5 kg
Klien dilarang mengkonsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung
gula
3 Pola eliminasi
Klien sering BAK
Karakteristik warna urine klien kuning, baunya khas.
4 Pola aktivitas dan latihan
Klien tidak nyeri/sesak nafas saat beraktivitas
Klien merasa lemah, dan merasa sakit pada kakinya saat beraktivitas
sehari-hari
5 Pola tidur dan istirahat
Klien mengalami gangguan pola tidur, karena cemas dan takut, dan klien
juga merasa depresi.
6 Pola kognitif/perseptual
Terjadi penurunan pada fungsi penglihatan, daya ingat klien masih bagus,
dan klien tanggap terhadap semua pertanyaan yang diajukan, hanya klien
banyak menunduk dan kontak mata klien tidak baik.
7 Pola persepsi diri/konsep diri
o Klien merasa sedih dan lebih banyak murung
o Klien menjadi depresi
12
o Klien tampak pasrah dan hanya berserah pada prosedur keperawatan
rumah sakit
8 Pola peran/hubungan
Tidak ada upaya yang berarti dari klien untuk mengatasi masalahnya
Klien seorang ibu rumah tangga
Interaksi kliendengan orang terdekatnya (suami dan anak-anak) kurang
baik, dan orang terdekat klien pun hanya sesekali menjenguk klien.
9 Pola seksualitas/reproduksi
Selama klien sakit, klien jarang berhubungan intim dengan suaminya, dan
klien merasa malu.
Terjadi perubahan perhatian dari keluarga terdekat terutama suami dan anak-
anaknya
10 Pola koping/toleransi stress
Jika klien mengalami stress, klien berbagi dengan suaminya namun lebih
sering untuk memendam masalahnya.
11 Pola nilai/kepercayaan
Klien tetap melaksanakan keagamaan dengan tetap shalat tepat pada
waktunya
13
14
3.3 DIAGNOSA DAN RENCANA KEPERAWATAN
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Harga diri rendah
berhubungan dengan
persepsi kurang di hargai
yang ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan
merasa tidak berguna
lagi
- Klien juga malu
dengan keluarga dan
teman-temannya
- Klien merasa ingin
mati saja
- Klien takut tidak
diterima oleh orang-
orang terdekatnya
1. Harga diri
Defenisi : kemampuan
untuk membedakan pribadi
awal dan akhir dan
mengkarakteristikkannya
Indikator:
Mengatakan penerimaan
diri
Menerima keterbatasan
diri
Menjaga postur yang
terbuka
1. Peningkatan Harga Diri
Defenisi : membantu pasien untuk meningkatkan penilaian pribadi
tentang harga dirinya
Aktivitas :
Monitor pernyataan pasien tentang harga dirinya
Menentukan kepercayaan diri pasien
Mendorong pasien untuk menguatkan identitasnya
Membantu pasien untuk mengidentifikasi respon positif dari
orang lain
Menahan diri terhadap kritikan negative
Menahan diri dari godaan
Menyampaikan kepercyaan pasien dalam menghadapi situasi
Mendorong meningkatkan tanggung jawab
Mendorong pasien untuk untuk menerima tantangan baru
15
DO :
- Klien tampak sulit
bergaul
- Bicara klien lambat
dan nada suara lemah
Menjaga kontak mata
Mampu mendeskripsikan
keadaan dirinya
Komunikasi terbuka
Menghormati orang lain
Secara seimbang dapat
berpartisipasi dan
mendengarkan dalam
kelompok
Menerima kritik yang
konstruktif
Menggambarkan
keberhasilan dalam
bekerja
Menggambarkan
keberhasilan dalam
Monitor tingkat perbaikan diri setiap waktu
2. Modifikasi Perilaku
Defenisi : meningkatkan perubaha prilaku.
Aktivitas :
Menentukan motivasi pasien untuk berubah.
Membantu pasien untuk mengidentifikasi kekuatan dan
kelebihannya.
Memperkenalkan pasien ke orang (kelompok) yang telah
berhasil mengatasi masalah dengan pengalaman yang sama
Memberikan umpan balik
Mengidentifikasi masalah pasien dalam prilaku
Mengidentifikasi perubahan sikap ( target prilaku)
Membantu pasien untuk mengidentifikasi kesuksesan yang
diperoleh sekecil apapun
Mengevaluasi perubahan dalam perilaku dengan
membandingkan kejadian awal dengan kejadian pasca
intervensi.
16
kelompok sosial
Menggambarkan
kebanggaan terhadap diri
2. Motivasi
Indikator :
Rencana di masa depan
Mendapatkan dukungan
yang dibutuhkan
Mempertahankan harga
diri yang positiv
Menunjukkan
kepercayaan diri dalam
melakukan aktivitas
Dokumentasikan proses modifikasi yang diperlukan
2 Isolasi sosial Kehadiran
17
berhubungan dengan
gangguan kondisi
kesehatan yang ditandai
dengan :
DS :
- Klien mengatakan
tidak nyaman jika
berada didekat orang
lain, karena kondisinya
sekarang
- Lebih senang sendiri
DO :
- Klien banyak diam dan
kurang mau berbicara
- - Klien tampak
sedih, ekspresi datar
dan dangkal
Keterlibatan Sosial
Interaksi sosial dengan
orang-orang,
kelompok, atau
organisasi
- berinteraksi dengan
teman-teman dekat
- berinteraksi dengan
tetangga
- berinteraksi dengan
anggota keluarga
- berpartisipasi
dalam kegiatan
santai dengan
orang lain
Dukungan Sosial
Definisi : berada bersama yang lain baik secara
fisik dan psikologis, pada saat kebutuhan
- Tunjukkan sikap menerima
- Komunikasi secara verbal, merasa empati atau
pahami pengalaman pasien
- Dengarkan kekhawatiran pasien
- Tawarkan untuk menghubungi dukungan lain,
seperti ustadz
- Bangun kepercayaan dan hal positif
- Yakinkan dan membantu orang tua dalam peran
pendukung mereka dengan anak mereka
Konseling
Definisi: berHubungan dengan proses
membantu yang interaktif berfokus pada
kebutuhan, masalah, atau perasaan lain dari
pasien dan signifikan untuk meningkatkan
atau mendukung koping, pemecahan masalah,
18
Mempercayai
bantuan orang lain
- disediakannya
waktu oleh orang
lain
- tersedianya
informasi oleh
orang lain
- adanya orang-orang
yang bisa
membantu sesuai
kebutuhan
- adanya kontak
sosial yang
mendukung
- jaringan sosial stabil
dan interpersonal
- Tetapkan hubungan terapi didasarkan pada
kepercayaan dan rasa hormat
- Tunjukkan empati, kehangatan, dan ketulusan
- Tetapkan kontrak waktu atau panjang nya
konseling
- Berikan privasi dan menjamin kerahasiaan pasien
- Dorong ekspresi perasaan pasien
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi masalah atau
situasi yang menyebabkan marabahaya
- Tentukan bagaimana perilaku keluarga
mempengaruhi pasien
- verbalisasi perbedaan antara perasaan pasien dan
perilaku
Terapi rekreasi
Definisi: penggunaan tujuan rekreasi untuk
mempromosikan relaksasi dan peningkatan
19
keterampilan sosial
- Bantu pasien / keluarga untuk mengidentifikasi
defisit dalam mobilisasi
- Bantu pasien untuk memilih aktivitas rekreasi
sesuai dengan kemampuan fisik, psikologis, dan
sosial
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi kegiatan
rekreasi bermakna
- Pantau emosional, respon fisik, dan sosial untuk
kegiatan rekreasi
- Berikan penguatan positif untuk berpartisipasi
dalam setiap kegiatan
Keinginan untuk hidup
Definisi : keinginan, tekad, dan usaha untuk
bertahan hidup
- Berikan ekspresi tekad untuk hidup
20
- Berikan ekspresi rasa kontrol
- Gunakan strategi untuk mengkompensasi
masalah yang terkait dengan penyakit
- Gunakan strategi untuk meningkatkan kesehatan
- Gunakan strategi untuk memperpanjang hidup
- Gunakan pengobatan untuk memperpanjang
hidup
Gangguan citra tubuh
DS :
- Klien mengatakan
malu dengan
keadaanya sekarang
- Klien mengatakan
tidak menyangka
penyakitnya
bertambah parah
DO :
- Perubahan aktual
Citra Tubuh
Defenisi: Persepsi positif
terhadap penampilan dan
fungsi pribadi tubuh
Indikator:
Mengenal diri secara
mendalam
Kesesuaian antara
keadaan tubuh yang
Perbaikan Citra Tubuh
Defenisi : Peningkatan persepsi sadar dan ketidaksadaran dan
sikap ke depan terhadap tubuhnya
Aktivitas:
Menentukan dugaan citra tubuh pasien, sesuai dengan
perkembangannya
Membantu pasien untuk mendiskusikan perubahan yang terjadi
akibat penyakit dan pembedahan
Membantu pasien memelihara perubahan tubuh
Membantu pasien untuk membedakan penampilan fisik dari
21
pada fungsi
- - Luka gangren
klien bertambah
parah dan mulai
mengeluarkan bau
tidak sedap
sebenarnya dan tubuh
yang ideal
Menggambarkan bagian
tubuh yang dipengaruhi
Kepuasan terhadap
penampilan tubuh
Kepuasan terhadap
fungsi tubuh
Penyesuaian terhadap
perubahan penampilan
fisik
Penyesuaian terhadap
perubahan fungsi tubuh
Penyesuaian terhadap
perubahan status kesehatan
perasaan yang beharga
Membantu pasien untuk menentukan akibat dari persepsi yang
sama penampilan tubuh.
Monitoring pandangan diri secara berkala
Montoring pernyataan tentang persepsi identitas diri
sehubungan dengan bagian tubuh dan berat badan
Menentukan apakah perubahan citra tubuh berkontribusi dalam
isolasi social
Membantu pasien dalam mengidentifikasi penampilan yang
akan meningkat
2.Dukungan Emosional
Aktivitas :
Diskusikan dengan pasien pengalaman emotional
Membuat pernyataan dukungan atau empati
Rangkul atau sentuh pasien dengan penuh dukungan
Mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaan
takut,marah atau sedih
Mendiskusikan akibat dari rasa bersalah dan malu
22
Memberikan dukungan sepanjang fase
menolak,marah,menawar,dan penerimaan dari duka cita
Mendorong klien berbicara atau menangis dengan maksud
mengurangi respon emosi
Memberikan bantuan dalam pembuatan keputusan
3.Pengurangan Cemas
Definisi: rasa takut, cemas, merasa dalam bahaya atau
ketidaknyamanan terhadap sumber yang tidak diketahui
Intervensi :
gunakan pendekatan yang menenangkan
pahami perspektif pasien terhadap situasi stres
temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
takut
berikan informasi mengenai diagnosis, tindakan, prognosis
dengarkan dengan penuh perhatian
identifikasi tingkat kecemasan
bantu pasien mengenai situasi yang menimbulkan kecemasan
dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
23
instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
berikan obat untuk mengurangi kecemasan
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung
lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh.
(Purwaningsih dan Karbina, 2009)
Respon pasien pada penyakit kronis dipengaruhi :
• Persepsi pasien terhadap situasi
• Kepribadian pasien
• Persepsi keluarga terhadap situasi
• Beratnya patofisiologi atau ketidakmampuan
• Sikap dan tindakan lingkungan
• Tersedianya fasilitas kesehatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien penyakit kronik yaitu :
1. Menerima perasaan pasien
2. Membantu menghadapi kehilangan
3. Mendorng ekspresi perasaan
4. Membantu mencari laternatif pemecahan masalah
5. Klarifikasi situasi : harapan yang realistis
6. Meningkatkan harga diri
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa
saran sebagai pertimbangan dalam meningkatkan asuhan
keperawatan, ksususnya pada pasien denganpenyakit kronik.
1. Pendidikan Keperawatan
25
Pendidikan keperawatan merupakan pencetak perawat-
perawat dimasa depan, hendaknya pihak pendidikan dapat
memberikan banyak materi pembelajaran dan praktik terkait
perkembangan keperawatan jiwa yang dirasakan semakin menjadi
msalah kesehatan jiwa. Begitu juga dengan literatur yang
disediakan, agar buku-buku yang disediakan diperpustakaan selalu
diupgrade, sehingga sumber yang disediakan merupakan sumber
terbaru. Dalam hal pembuatan laporan kasus ini diharapkan
menjadi pertimbangan agar waktu pembuatan laporan kasus ini
dapat diperpanjang, agar pembuatan laporan kasus ini dapat
dimanfaatkan secara maksimal dengan hasil yang juga maksimal.
2. Keluarga dan Masyarakat
Keluarga dan masyarakat hendaknya dapat mengenal
gangguan jiwa bukan sebagai suatu penyakit yang sangat
meresahkan masyarakat. Khususnya kepada keluarga agar
memberikan dukungan bagi proses penyembuhan pasien, baik
berupa materil maupun berupa support dalam hal kecil seperti
kunjungan terhadap keluarganya yang ada dirumah sakit khusus.
26
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.2002.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC
Yosep,Iyus.2007.Keperawatan Jiwa.Bandung:Refika Aditama
Herdman, Heather.2010.Diagnosa Keperawatan NANDA Internasional.Jakarta:EGC
Stuart, Gail Wiscarz dan Sandra J. Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Jakarta : EGC
27