37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh setiap mahluk hidup dan meninggal dengan tenang adalah dambaan setiap insan. Namun sering kali harapan dan dambaan tersebut tidak tercapai. Dalam masyarakat kita, umur harapan hidup semakin bertambah dan kematian semakin banyak disebabkan oleh penyakit-penyakit kronis seperti penyakit diabetes militus, penyakit cordpulmonaldeases, penyakit arthritis. Pasien dengan penyakit kronis seperti ini akan melalui suatu proses pengobatan dan perawatan yang panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat akan dicapai stadium terminal yang ditandai dengan oleh kelemahan umum, penderitaan, ketidak berdayaan, dan akhirnya kematian. Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut 1

demensia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien demensia

Citation preview

Page 1: demensia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh setiap mahluk

hidup dan meninggal dengan tenang adalah dambaan setiap insan. Namun sering kali

harapan dan dambaan tersebut tidak tercapai. Dalam masyarakat kita, umur harapan

hidup semakin bertambah dan kematian semakin banyak disebabkan oleh penyakit-

penyakit kronis seperti penyakit diabetes militus, penyakit cordpulmonaldeases,

penyakit arthritis.

Pasien dengan penyakit kronis seperti ini akan melalui suatu proses pengobatan

dan perawatan yang panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat akan dicapai

stadium terminal yang ditandai dengan oleh kelemahan umum, penderitaan, ketidak

berdayaan, dan akhirnya kematian.

Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami

berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan

aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang

mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada

stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun

juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang

dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif

atau palliative care.

Dalam perawatan paliatif maka peran perawat adalah memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien kronis untuk membantu pasien menghadapi penyakitnya.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui konsep penyakit kronis

2. Mengetahui asuhan keperawatan jiwa pada pasien penyakit kronis

1

Page 2: demensia

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian penyakit kronik

Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung

lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh.

(Purwaningsih dan Karbina, 2009)

Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala

tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu

kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.

(Purwaningsih dan Karbina, 2009).

Berdasarkan pengertian diatas kelompok menyimpulkan bahwa penyakit kronik

yang dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat

menyebabkan seorang klien mengalami ketidakmampuan contohnya saja kurang

dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. Contoh :

penyakit diabetes militus, penyakit cordpulmonaldeases, penyakit arthritis.

2.2 Sifat penyakit kronik

Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai

beberapa sifat diantaranya adalah :

a. Progresif : Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah.

Contoh penyakit jantung.

b. Menetap : Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut

akan menetap pada individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.

c. Kambuh : Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu

dengan kondisi yang sama atau berbeda. Contoh penyakit arthritis

 

2

Page 3: demensia

2.3 Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien

Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien

diantaranya (Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :

a. Dampak psikologis

Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :

1. Klien menjadi pasif

2. Tergantung

3. Kekanak-kanakan

4. Merasa tidak nyaman

5. Bingung

6. Merasa menderita

b. Dampak somatic

Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan

penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya. Contoh : DM

adanya Trias P

c. Dampak terhadap gangguan seksual

Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan

perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual).

d. Dampak gangguan aktivitas

Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social dapat

terganggu baik secara total maupun sebagian.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit kronik

1. Persepsi klien terhadap situasi

2. Beratnya penyakit

3. Tersedianya support social

4. Temperamen dan kepribadian

5. Sikap dan tindakan lingkungan

6. Tersedianya fasilitas kesehatan

3

Page 4: demensia

2.5 Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik

Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-

Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan kartina,

2009).

a. Kehilangan kesehatan

Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa

takut, cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.

b. Kehilangan kemandirian

Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan

melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan

c. Kehilangan situasi

Klien merasa kehilangan  situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga

dan kelompoknya

d. Kehilangan rasa nyaman

Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti

panas, nyeri, dll

e. Kehilangan fungsi fisik

Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal

harus dibantu melalui hemodialisa

f. Kehilangan fungsi mental

Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien

mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien

sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional

g. Kehilangan konsep diri

Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan

fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image), peran serta

identitasnya. Hal ini dapat  akan mempengaruhi idealisme diri dan harga diri rendah

h. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga

4

Page 5: demensia

i. Klien menarik diri dari lingkungan

Hubungan sosial klien dapat terganggu sebagian maupun yang total.

Contohnya hubungan terganggu sebagian, klien masih berhubungan dengan

lingkungan sekitar, tetapi klien malu-malu dan tidak percaya diri untuk bergaul

dengan orang secara berkelompok. Apabila terganggu total, klien sudah tidak ingin

berinteraksi lagi dengan lingkungan sekitar, klien hanya ingin menyendiri (menarik

diri dari lingkungan).

 

2.6 Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis

Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis

yang dideritanya oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu:

2.6.1 Respon Pasien

a. Penolakan (Denial)

`Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis seperti

jantung, stroke dan kanker. Atas penyakit yang dideritanya ini, pasien akan

memperlihatkan sikap seolah-olah penyakit yang diderita tidak terlalu berat (menolak

untuk mengakui bahwa penyakit yang diderita sebenarnya berat) dan menyakini

bahwa penyakit kronis ini akan segera sembuh dan hanya akan memberi efek jangka

pendek (menolak untuk mengakui bahwa penyakit kronis ini belum tentu dapat

disembuhkan secara total dan menolak untuk mengakui bahwa ada efek jangka

panjang atas penyakit ini, misalnya perubahan body image).

b. Cemas

Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan sesuatu

yang umum terjadi. Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan perubahan yang

terjadi pada dirinya bahkan membayangkan kematian yang akan terjadi padanya.

Bagi individu yang telah menjalani  operasi jantung, rasa nyeri yang muncul di

daerah dada, akan memberikan reaksi emosional tersendiri. Perubahan fisik yang

terjadi dengan cepat akan memicu reaksi cemas pada individu dengan penyakit

kanker.

5

Page 6: demensia

c. Depresi

Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit

kronis. Kurang lebih sepertiga dari individu penderita stroke, kanker dan penyakit

jantung mengalami depresi.

2.6.2 Respon keluarga

Keluarga juga mengalami respons yang sama dengan pasien atas penyakit

yang diderita oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu :

a. Penolakan (Denial)

Sama halnya dengan pasien atau individu, keluarga yang tidak siap atau tidak

menerima dengan kondisi yang ada pada pasien. Keluarga mengangap penyakit yang

diderita tidak terlalu berat dan menyakini bahwa penyakit kronis ini akan segera

sembuh dan hanya akan memberi efek jangka pendek.

b. Cemas

Keluarga akan memperlihakan ekspresi cemas akan diagnose yang telah divonis

oleh pihak medis. Pihak keluarga cemas akan tidak bisa sembuh penyakit tersebut dan

takut ditinggalkan dalam jangka waktu dekat oleh pesien.

c. Depresi

Keluarga yang terkejut dan tidak bisa menerima keadaan terhadap situasi yang

dialami pasien akan mengalami depresi.

2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang optimal pada klien dengan kondisi kronis adalah sangat

penting. Penatalaksanan harus melibatkan kesehatan mental, memantau

perkembangan klien, dan melibatkan keluarga. Pengobatan sederhana tidak cukup.

Klien harus bekerja sama dengan tim kesehatan, percaya terhadap pengobatan

yang diberikan, dan mempunyai keluarga yang mendukung dan membantu dalam

rencana pengobatan. Beberapa prinsip penatalaksanaan klien dengan kondisi kronis

adalah sebagai berikut:

6

Page 7: demensia

a. Pendidikan kesehatan

Menjelaskan kepada klien tentang perjalanan penyakitnya dan keterbatasan

pengobatan. Pendidikan kesehatan harus langsung pada penderita dan keluarganya

dan harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.

b. Merespons terhadap emosi

Dengarkan baik-baik, berikan waktu yang cukup bagi klien dan keluarganya

untuk mengemukakan perasaannya, kekhawatirannya, dan harapannya.

c. Melibatkan keluarga

Dukungan pada keluarga dan petunjuk penatalaksanaan sangat penting. Keluarga

harus dibantu agar tidak melakukan sikap yang berlebihan terhadap anak, seperti

terlalu melindungi, terlalu khawatir dan memberikan perhatian berlebihan.

d. Melibatkan pasien

Bila klien dilibatkan dalam penatalaksaan penyakitnya, maka mereka akan lebih

patuh dan bertanggungjawab

e. Melibatkan tim multidisiplin

Beberapa ahli diperlukan dalam menatalaksana remaja dengan kondisi kronis,

seperti dokter, psikolog, pekerja sosial, okupasi-terapis, fisioterapis, ahli gizi, dan ahli

lain yang terkait.

f. Menyediakan perawatan yang berkelanjutan

Klien dengan kondisi kronis membutuhkan seseorang yang bisa dipercaya.

Paling sedikit salah satu dari anggota tim, lebih baik dokter dari pusat kesehatan

primer (seperti Puskesmas), yang membina hubungan jangka panjang dengan

penderita dan keluarganya. Peran dokter disini adalah mengkoordinasi perawatan

berbagai spesialis (multidisiplin), memantau tumbuh kembangnya, memberikan

petunjuk yang mungkin diperlukan, dan lain sebagainya.

g. Menyediakan pelayanan rawat jalan yang komprehensif

Diperlukan pelayanan psikologikal, belajar bersosialisasi, pendidikan,

penelitian, dikatakan bahwa klien yang mendapatkan pelayanan yang komprehensif,

7

Page 8: demensia

dapat menurunkan frekuensi rawat inap, lama dirawat, biaya di rumah sakit, dan

menurunkan kemungkinan dirawat kembali.

h. Merujuk ke kelompok pendukung (kelompok sebaya atau kelompok penyakit

sejenis).

Ikut dalam kelompok pendukung dapat saling tukar pengalaman dan informasi

antara penderita dan keluarga lain dengan masalah yang sama.

i. Mengembangkan teknik menolong diri sendiri Pelatihan (terapi perilaku)

Terhadap klien dalam teknik mengatasi stres atau rasa sakit, dapat membantu

klien mengurangi stres terhadap penyakit dan pengobatan yang diberikan.

j. Pembatasan

Bila kepatuhan atau perilaku yang menjadi masalah, remaja harus dibuat disiplin,

dan tim yang merawat serta keluarganya harus setuju dan mendukung.

k. Perawatan di rumah sakit

Bila diperlukan perawatan remaja di rumah sakit, terbaik bila ditangani dalam

lingkungan yang kondusif untuk kebutuhan perkembangan remaja. 

2.8 Konsep Dasar Teoritis Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyakit

Kronis

Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit kronis meliputi proses

keperawatan dari pengkajian, diagnosa dan perencanaan (Purwaningsih dan kartina,

2009).

2.81 Pengkajian

a. Pengkajian terhadap klien

Hal-hal yang perlu dikaji adalah :

1. Respon emosi klien terhadap diagnosa

2. Kemampuan mengekspresikan perasaan sedih terhadap situasi

3. Upaya klien dalam mengatasi situasi

4. Kemampuan dalam mengambil dan memilih pengobatan

5. Persepsi dan harapan klien

8

Page 9: demensia

6. Kemampuan mengingat masa lalu

b. Pengkajian terhadap keluarga

` Hal-hal yang perlu dikaji adalah :

1. Respon keluarga terhadap klien

2. Ekspresi emosi keluarga dan toleransinya

3. Kemampuan dan kekuatan keluarga yang diketahui

4. Kapasitas dan system pendukung yang ada

5. Pengertian oleh pasangan sehubungan dengan gangguan fungsional

6. Identifikasi keluarga terhadap perasaan sedih akibat kehilangan dan

perubahan yang terjadi

c. Pengkajian terhadap lingkungan

1. Sumber daya yang ada

2. Stigma masyarakat terhadap keadaan normal dan penyakit

3. Kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan

4. Ketersediaan fasilitas partisifasi dalam asuhan keperawatan kesempatan

kerja 

2.82 Diagnosa keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang dapat ditimbulkan dari proses pengkajian

klien dengan penyakit kronis adalah (Purwaningsih dan kartina, 2009) :

1. Respon pengingkaran yang tidak kuat berhubungan dengan kehilangan dan

perubahan

2. ketidakberdayaan

3. depresi

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan dampak penyakit yang dialami

5. Defisit perawatan diri personal Hygine berhubungan dengan ketidakmampuan dan

ketidak pedulian karena stress

6. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan persepsi kurang di hargai

9

Page 10: demensia

2.83 Tindakan keperawatan :

1. Menerima perasaan pasien

2. Membantu menghadapi kehilangan

3. Mendorng ekspresi perasaan

4. Membantu mencari laternatif pemecahan masalah

5. Klarifikasi situasi : harapan yang realistis

6. Meningkatkan harga diri

2.84 Tindakan pada keluarga

Biasanya klien datang sendiri : masalah akut yang ringan yaitu hal yang rutin

smp keterbatasan diri sendiri

Pertemuan keluarga mulai diperlukan

1. Terapi untuk kegagalan atau sakit yang berulang

2. Pencegahan yang rutin atau pendidikan kesehatan

 

10

Page 11: demensia

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT KRONIS

3.1 KASUS

Ny. N berumur 42 tahun, seorang ibu rumah tangga, di rawat di rumah sakit

umum daerah dengan diagnosa medis Diabetes Miletus, dan sudah dirawat selama 3

bulan. Sebelumnya klien juga pernah di rawat di rumah sakit dengan penyakit yang

sama, namun tidak separah yang sekarang. Dari hasil pengkajian, klien mengatakan

tidak menyangka penyakitnya bertambah parah, klien juga malu dengan keluarga dan

teman-temannya karena kondisi tubuh yang sekarang, merasa tidak berguna lagi

untuk keluarganya (suami dan anak-anaknya), klien merasa ingin mati saja, klien

mengatakan tidak nyaman berada di dekat orang lain karena takut tidak diterima, dan

lebih senang jika sendiri, klien juga takut tidak diterima oleh keluarga terdekatnya,

klien sulit untuk tidur karena merasa cemas dengan keluarganya di rumah. Dari hasil

observasi, tampak luka gangren pada kaki kiri klien sudah mengalami nekrotik yang

membuat klien sulit untuk beraktivitas dan semakin parah, dan sudah mulai

mengeluarkan bau tidak sedap, klien tampak menyendiri dan hanya mau

berkomunikasi dengan perawat yang merawatnya, klien pun tampak tidak merawat

kebersihan diri, dan keluarga klien hanya sesekali menjenguk klien. Pengkajian

keluarga, respon keluarga seperti tidak peduli dengan keadaan klien, keluarga

menyerahkan penuh prosedur perawatan kepada rumah sakit, keluarga terdekat klien

(suami) mengatakan sudah pasrah dengan kondisi yang dialami klien. Klien tampak

bernafsu untuk makan, setiap makanan yang di saji kan selalu di habiskan, BB klien

70 kg.

      

3.2 PENGKAJIAN

11

Page 12: demensia

3.2.1 Pengkajian Pola Gordon

1 Persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan

Klien mengatakan kurang mengetahui semua tentang penyakitnya

Klien tampak pasrah dengan penyakitnya, dan hanya mengikuti prosedur

keperawatan rumah sakit

2 Pola nutrisi metabolic

Nafsu makan klien meningkat.

Peningkatan berat badan 5 kg

Klien dilarang mengkonsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung

gula

3 Pola eliminasi

Klien sering BAK

Karakteristik warna urine klien kuning, baunya khas.

4 Pola aktivitas dan latihan

Klien tidak nyeri/sesak nafas saat beraktivitas

Klien merasa lemah, dan merasa sakit pada kakinya saat beraktivitas

sehari-hari

5 Pola tidur dan istirahat

Klien mengalami gangguan pola tidur, karena cemas dan takut, dan klien

juga merasa depresi.

6 Pola kognitif/perseptual

Terjadi penurunan pada fungsi penglihatan, daya ingat klien masih bagus,

dan klien tanggap terhadap semua pertanyaan yang diajukan, hanya klien

banyak menunduk dan kontak mata klien tidak baik.

7 Pola persepsi diri/konsep diri

o Klien merasa sedih dan lebih banyak murung

o Klien menjadi depresi

12

Page 13: demensia

o Klien tampak pasrah dan hanya berserah pada prosedur keperawatan

rumah sakit

8 Pola peran/hubungan

Tidak ada upaya yang berarti dari klien untuk mengatasi masalahnya

Klien seorang ibu rumah tangga

Interaksi kliendengan orang terdekatnya (suami dan anak-anak) kurang

baik, dan orang terdekat klien pun hanya sesekali menjenguk klien.

9 Pola seksualitas/reproduksi

Selama klien sakit, klien jarang berhubungan intim dengan suaminya, dan

klien merasa malu.

Terjadi perubahan perhatian dari keluarga terdekat terutama suami dan anak-

anaknya

10 Pola koping/toleransi stress

Jika klien mengalami stress, klien berbagi dengan suaminya namun lebih

sering untuk memendam masalahnya.

11 Pola nilai/kepercayaan

Klien tetap melaksanakan keagamaan dengan tetap shalat tepat pada

waktunya

13

Page 14: demensia

14

Page 15: demensia

3.3 DIAGNOSA DAN RENCANA KEPERAWATAN

NODIAGNOSA

KEPERAWATANNOC NIC

1 Harga diri rendah

berhubungan dengan

persepsi kurang di hargai

yang ditandai dengan :

DS :

- Klien mengatakan

merasa tidak berguna

lagi

- Klien juga malu

dengan keluarga dan

teman-temannya

- Klien merasa ingin

mati saja

- Klien takut tidak

diterima oleh orang-

orang terdekatnya

1. Harga diri

Defenisi : kemampuan

untuk membedakan pribadi

awal dan akhir dan

mengkarakteristikkannya

Indikator:

Mengatakan penerimaan

diri

Menerima keterbatasan

diri

Menjaga postur yang

terbuka

1. Peningkatan Harga Diri

Defenisi : membantu pasien untuk meningkatkan penilaian pribadi

tentang harga dirinya

Aktivitas :

Monitor pernyataan pasien tentang harga dirinya

Menentukan kepercayaan diri pasien

Mendorong pasien untuk menguatkan identitasnya

Membantu pasien untuk mengidentifikasi respon positif dari

orang lain

Menahan diri terhadap kritikan negative

Menahan diri dari godaan

Menyampaikan kepercyaan pasien dalam menghadapi situasi

Mendorong meningkatkan tanggung jawab

Mendorong pasien untuk untuk menerima tantangan baru

15

Page 16: demensia

DO :

- Klien tampak sulit

bergaul

- Bicara klien lambat

dan nada suara lemah

Menjaga kontak mata

Mampu mendeskripsikan

keadaan dirinya

Komunikasi terbuka

Menghormati orang lain

Secara seimbang dapat

berpartisipasi dan

mendengarkan dalam

kelompok

Menerima kritik yang

konstruktif

Menggambarkan

keberhasilan dalam

bekerja

Menggambarkan

keberhasilan dalam

Monitor tingkat perbaikan diri setiap waktu

2. Modifikasi Perilaku

Defenisi : meningkatkan perubaha prilaku.

Aktivitas :

Menentukan motivasi pasien untuk berubah.

Membantu pasien untuk mengidentifikasi kekuatan dan

kelebihannya.

Memperkenalkan pasien ke orang (kelompok) yang telah

berhasil mengatasi masalah dengan pengalaman yang sama

Memberikan umpan balik

Mengidentifikasi masalah pasien dalam prilaku

Mengidentifikasi perubahan sikap ( target prilaku)

Membantu pasien untuk mengidentifikasi kesuksesan yang

diperoleh sekecil apapun

Mengevaluasi perubahan dalam perilaku dengan

membandingkan kejadian awal dengan kejadian pasca

intervensi.

16

Page 17: demensia

kelompok sosial

Menggambarkan

kebanggaan terhadap diri

2. Motivasi

Indikator :

Rencana di masa depan

Mendapatkan dukungan

yang dibutuhkan

Mempertahankan harga

diri yang positiv

Menunjukkan

kepercayaan diri dalam

melakukan aktivitas

Dokumentasikan proses modifikasi yang diperlukan

2 Isolasi sosial Kehadiran

17

Page 18: demensia

berhubungan dengan

gangguan kondisi

kesehatan yang ditandai

dengan :

DS :

- Klien mengatakan

tidak nyaman jika

berada didekat orang

lain, karena kondisinya

sekarang

- Lebih senang sendiri

DO :

- Klien banyak diam dan

kurang mau berbicara

- -       Klien tampak

sedih, ekspresi datar

dan dangkal

Keterlibatan Sosial

Interaksi sosial dengan

orang-orang,

kelompok, atau

organisasi

- berinteraksi dengan

teman-teman dekat

- berinteraksi dengan

tetangga

- berinteraksi dengan

anggota keluarga

- berpartisipasi

dalam kegiatan

santai dengan

orang lain

Dukungan Sosial

Definisi : berada bersama yang lain baik secara

fisik dan psikologis, pada saat kebutuhan

- Tunjukkan sikap menerima

- Komunikasi secara verbal, merasa empati atau

pahami pengalaman pasien

- Dengarkan kekhawatiran pasien

- Tawarkan untuk menghubungi dukungan lain,

seperti ustadz

- Bangun kepercayaan dan hal positif

- Yakinkan dan membantu orang tua dalam peran

pendukung mereka dengan anak mereka

Konseling

Definisi: berHubungan dengan proses

membantu yang interaktif berfokus pada

kebutuhan, masalah, atau perasaan lain dari

pasien dan signifikan untuk meningkatkan

atau mendukung koping, pemecahan masalah,

18

Page 19: demensia

Mempercayai

bantuan orang lain

- disediakannya

waktu oleh orang

lain

- tersedianya

informasi oleh

orang lain

- adanya orang-orang

yang bisa

membantu sesuai

kebutuhan

- adanya kontak

sosial yang

mendukung

- jaringan sosial stabil

dan interpersonal

- Tetapkan hubungan terapi didasarkan pada

kepercayaan dan rasa hormat

- Tunjukkan empati, kehangatan, dan ketulusan

- Tetapkan kontrak waktu atau panjang nya

konseling

- Berikan privasi dan menjamin kerahasiaan pasien

- Dorong ekspresi perasaan pasien

- Bantu pasien untuk mengidentifikasi masalah atau

situasi yang menyebabkan marabahaya

- Tentukan bagaimana perilaku keluarga

mempengaruhi pasien

- verbalisasi perbedaan antara perasaan pasien dan

perilaku

Terapi rekreasi

Definisi: penggunaan tujuan rekreasi untuk

mempromosikan relaksasi dan peningkatan

19

Page 20: demensia

keterampilan sosial

- Bantu pasien / keluarga untuk mengidentifikasi

defisit dalam mobilisasi

- Bantu pasien untuk memilih aktivitas rekreasi

sesuai dengan kemampuan fisik, psikologis, dan

sosial

- Bantu pasien untuk mengidentifikasi kegiatan

rekreasi bermakna

- Pantau emosional, respon fisik, dan sosial untuk

kegiatan rekreasi

- Berikan penguatan positif untuk berpartisipasi

dalam setiap kegiatan

Keinginan untuk hidup

Definisi : keinginan, tekad, dan usaha untuk

bertahan hidup

- Berikan ekspresi tekad untuk hidup

20

Page 21: demensia

- Berikan ekspresi rasa kontrol

- Gunakan strategi untuk mengkompensasi

masalah yang terkait dengan penyakit

- Gunakan strategi untuk meningkatkan kesehatan

- Gunakan strategi untuk memperpanjang hidup

- Gunakan pengobatan untuk memperpanjang

hidup

Gangguan citra tubuh

DS :

- Klien mengatakan

malu dengan

keadaanya sekarang

- Klien mengatakan

tidak menyangka

penyakitnya

bertambah parah

DO :

- Perubahan aktual

Citra Tubuh

Defenisi: Persepsi positif

terhadap penampilan dan

fungsi pribadi tubuh

Indikator:

Mengenal diri secara

mendalam

Kesesuaian antara

keadaan tubuh yang

         Perbaikan Citra Tubuh

Defenisi : Peningkatan persepsi sadar dan ketidaksadaran dan

sikap ke depan terhadap tubuhnya

Aktivitas:

Menentukan dugaan citra tubuh pasien, sesuai dengan

perkembangannya

Membantu pasien untuk mendiskusikan perubahan yang terjadi

akibat penyakit dan pembedahan

Membantu pasien memelihara perubahan tubuh

Membantu pasien untuk membedakan penampilan fisik dari

21

Page 22: demensia

pada fungsi

- -       Luka gangren

klien bertambah

parah dan mulai

mengeluarkan bau

tidak sedap

sebenarnya dan tubuh

yang ideal

Menggambarkan bagian

tubuh yang dipengaruhi

Kepuasan terhadap

penampilan tubuh

Kepuasan terhadap

fungsi tubuh

Penyesuaian terhadap

perubahan penampilan

fisik

Penyesuaian terhadap

perubahan fungsi tubuh

Penyesuaian terhadap

perubahan status kesehatan

perasaan yang beharga

Membantu pasien untuk menentukan akibat dari persepsi yang

sama penampilan tubuh.

Monitoring pandangan diri secara berkala

Montoring pernyataan tentang persepsi identitas diri

sehubungan dengan bagian tubuh dan berat badan

Menentukan apakah perubahan citra tubuh berkontribusi dalam

isolasi social

Membantu pasien dalam mengidentifikasi penampilan yang

akan meningkat

2.Dukungan Emosional

Aktivitas :

Diskusikan dengan pasien pengalaman emotional

Membuat pernyataan dukungan atau empati

Rangkul atau sentuh pasien dengan penuh dukungan

Mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaan

takut,marah atau sedih

Mendiskusikan akibat dari rasa bersalah dan malu

22

Page 23: demensia

Memberikan dukungan sepanjang fase

menolak,marah,menawar,dan penerimaan dari duka cita

Mendorong klien berbicara atau menangis dengan maksud

mengurangi respon emosi

Memberikan bantuan dalam pembuatan keputusan

3.Pengurangan Cemas

Definisi: rasa takut, cemas, merasa dalam bahaya atau

ketidaknyamanan terhadap sumber yang tidak diketahui

Intervensi :

gunakan pendekatan yang menenangkan

pahami perspektif pasien terhadap situasi stres

temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi

takut

berikan informasi mengenai diagnosis, tindakan, prognosis

dengarkan dengan penuh perhatian

identifikasi tingkat kecemasan

bantu pasien mengenai situasi yang menimbulkan kecemasan

dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,

persepsi

23

Page 24: demensia

instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

berikan obat untuk mengurangi kecemasan

24

Page 25: demensia

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung

lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh.

(Purwaningsih dan Karbina, 2009)

Respon pasien pada penyakit kronis dipengaruhi :

• Persepsi pasien terhadap situasi

• Kepribadian pasien

• Persepsi keluarga terhadap situasi

• Beratnya patofisiologi atau ketidakmampuan

• Sikap dan tindakan lingkungan

• Tersedianya fasilitas kesehatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien penyakit kronik yaitu :

1. Menerima perasaan pasien

2. Membantu menghadapi kehilangan

3. Mendorng ekspresi perasaan

4. Membantu mencari laternatif pemecahan masalah

5. Klarifikasi situasi : harapan yang realistis

6. Meningkatkan harga diri

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa

saran sebagai pertimbangan dalam meningkatkan asuhan

keperawatan, ksususnya pada pasien denganpenyakit kronik.

1. Pendidikan Keperawatan

25

Page 26: demensia

Pendidikan keperawatan merupakan pencetak perawat-

perawat dimasa depan, hendaknya pihak pendidikan dapat

memberikan banyak materi pembelajaran dan praktik terkait

perkembangan keperawatan jiwa yang dirasakan semakin menjadi

msalah kesehatan jiwa. Begitu juga dengan literatur yang

disediakan, agar buku-buku yang disediakan diperpustakaan selalu

diupgrade, sehingga sumber yang disediakan merupakan sumber

terbaru. Dalam hal pembuatan laporan kasus ini diharapkan

menjadi pertimbangan agar waktu pembuatan laporan kasus ini

dapat diperpanjang, agar pembuatan laporan kasus ini dapat

dimanfaatkan secara maksimal dengan hasil yang juga maksimal.

2. Keluarga dan Masyarakat

Keluarga dan masyarakat hendaknya dapat mengenal

gangguan jiwa bukan sebagai suatu penyakit yang sangat

meresahkan masyarakat. Khususnya kepada keluarga agar

memberikan dukungan bagi proses penyembuhan pasien, baik

berupa materil maupun berupa support dalam hal kecil seperti

kunjungan terhadap keluarganya yang ada dirumah sakit khusus.

26

Page 27: demensia

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart.2002.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC

Yosep,Iyus.2007.Keperawatan Jiwa.Bandung:Refika Aditama

Herdman, Heather.2010.Diagnosa Keperawatan NANDA Internasional.Jakarta:EGC

Stuart, Gail Wiscarz dan Sandra J. Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa.

Jakarta : EGC

27