3

Click here to load reader

DEMOKRASI DALAM KONSEP ISLAM

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DEMOKRASI DALAM KONSEP ISLAM

DEMOKRASI DALAM KONSEP ISLAM

Dalam agama Islam, sejatinya tidak dikenal istilah “demokrasi”. Orang-orang Islam hanya mengenal kebebasan (al hurriyah) yang merupakan pilar utama demokrasi yang diwarisi semenjak jaman Nabi Muhammad Saw., termasuk di dalamnya kebebasan memilih pemimpin, mengelola negara secara bersama-sama (syura), kebebasan mengkritik penguasa, kebebasan berpendapat. Basis empiriknya demokrasi dan agama memiliki perbedaan yang mendasar. Demokrasi berasal dari pergumulan pemikiran filosofis manusia, sedangkan agama berasal dari wahyu. Meskipun keduanya dikatakan berbeda dalam basis empirik, namun dalam kaitan berbasis dialektis, agama dapat memberiakan dukungan positif terhadap demokrasi dan demokrasi sendiri dapat memberikan peluang bagi proses pendewasaan kehidupan bernegara.

Dukungan positif yang diberikan bukan berarti mutlak bahwa semua menurut demokrasi adalah benar. Islam juga mencerminkan demokrasi. Namun, Islam tidak mengenal paham “demokasi” yang memberikan kekuasaan besar kepada rakyat untuk menetapkan segala hal. Apa yang kita kenal dengan Piagam Madinah yang dimunculkan oleh Nabi Muhammad Saw. dan umat Islam di Madinah merupakan konsep pertama di dalam dunia Islam mengenai demokrasi.

Makna demokrasi adalah dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat, kemudian melindungi semua kepentingan rakyat. Jadi, Islam sebenarnya identik dengan demokrasi, namun demokrasi dalam Islam memiliki perbedaan-perbedaan dengan demokrasi yg dicetuskan. Demokrasi dalam Islam berangkat dari al-Quran dan Hadits. Sementara demokrasi Barat dari pemikiran-pemikiran kelompok-kelompok tertentu, bahkan mereka berangkat dari konsep-konsep Injil atau Bible. Bahkan sebagian besar berpendapat demokrasi dipahami sebagai warisan kemanusiaan yang tiada ternilai harganya yang untuk sampai sekarang belum ditemukan alternatif yang lebih unggul. Demokrasi terus bertahan dan begitu digandrungi karena dianggap menghasilkan kebijakan yang bijak, suatu masyarakat yang adil, suatu masyarakat yang bebas, keputusan yang memajukan kepentingan rakyat atau manfaat bersama. Semua hal tersebut bisa dianggap benar jika demokrasi yang ditetapkan kurang lebih dapat mencakup hal-hal yang sesuai syariat, dalam arti demokrasi tersebut keputusan-keputusan yang dibuat tidak menentang keputusan Allah SWT. Konsep demokrasi yang dikenal dan sangat dapat dikaitkan dengan konsep musyawarah (syura), persetujuan (ijma’), dan penilaian interpretatif mandiri (ijtihad). Sesuai firman Allah

“Dan orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Asy-syura: 38)

Page 2: DEMOKRASI DALAM KONSEP ISLAM

Dengan ayat itu, kita memahami bahwa Islam telah memposisikan musyawarah pada tempat yang agung. Ayat itu memandang sikap komitmen kepada hukum-hukum syura dan menghiasi diri dengan adab syura sebagai salah satu faktor pembentuk kepribadian Islam, dan termasuk sifat-sifat mukmin sejati. Dan lebih menegaskan urgensi syura, ayat di atas menyebutkannya secara berdampingan dengan satu ibadah fardhu ‘ain yang tidaklah Islam sempurna dan tidak pula iman lengkap kecuali dengan ibadah itu, yakni shalat, infak, dan menjauhi perbuatan keji.

Hal tersebut menunjukan bahwa, Islam secara langsung menerapkan prinsip pengambilan keputusan, musyawarah yang menjadi sendi utama dalam demokrasi modern (dari, oleh dan untuk kepentingan rakyat). dalam sistem syura (Islam) kekuasaan tersebut merupakan wewenang Allah. Dialah pemegang kekuasaan hukum tertinggi. Wewenang manusia hanyalah menjabarkan dan merumuskan hukum sesuai dengan prinsip yang digariskan Tuhan.

Selain itu konsep konsensus atau ijma’ merupakan dasar bagi penerimaan sistem yang mengakui suara mayoritas. Dalam suatu negara, legitimasi pranata-pranata negara tidak berasal dari sumber tekstual namun berdasar prinsip ijma’. Atas dasar inilah konsensus dapat menjadi legitimasi sekaligus prosedur dalam suatu demokrasi Islam. Konsep yang terakhir adalah konsep Ijtihad. Ijtihad dapat berbentuk seruan untuk melakukan pembaruan radikal, namun sekali lagi pembaruan apapun tetap harus berpedoman pada Al Quran jika itu merujuk kepada cerminan demokrasi dalam Islam, serta berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur oleh ketentuan Allah.

Jadi kesimpulannya sebenarnya dalam Islam walaupun tidak mengenal kata “demokrasi” namun prinsip-prinsip dasar demokrasi sendiri tersebut ada. Islam pun tidak seluruhnya menolak konsep yang ada pada demokrasi (yang dicetuskan dunia barat) walaupun tidak semua juga sesuai. Sehingga mungkin dibutuhkan berbagai penyesuaian jika hal itu akan diterapkan untuk umat Islam. Seperti musyawarah atau voting hanya berlaku pada persoalan ijtihadi, bukan pada persoalan yang sudah ditetapkan secara jelas oleh Al Quran dan Sunah, produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari nilai-nilai agama, dan hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oleh semua warga, dan mungkin masih banyak penyesuaian lain tentang demokrasi yang ada (di negara kita khususnya yang masih berkiblat ke barat) dengan demokrasi menurut konsep Islam.