Upload
al-fauzi-hanifudin
View
77
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
HAM
Citation preview
Makalah Agama Islam
Ham dan Demokrasi Dalam Islam
Disusun Oleh :
Agary Fahrurrozy (211001131200
Deasy Gitasari (21100113120040)
Hafids Galant Amirrul (21100113120044)
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
SEPTEMBER 2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puja dan puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena
atas rahmat, taufik serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “HAM dan Demokrasi Dalam Islam”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Agama Islam di Universitas Diponegoro Semarang.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami juga menyadari bahwa, penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang
hati, untuk menyempurnakan penyusunan. Dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Semarang, 12 September 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
HAM dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal.
Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh
diabaikan. Rasulullah saw pernah bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan
kehormatanmu haram atas kamu." Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh
hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak
ini.
Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin perlindungan sosial bagi setiap
individu tanpa ada perbedaan jenis kelamin, tidak juga perbedaan muslim dan non-
muslim. Islam tidak hanya menjadikan itu kewajiban negara, melainkan negara
diperintahkan untuk berperang demi melindungi hak-hak ini.
Umat Islam seringkali kebingungan dengan istilah demokrasi. Di saat yang sama,
demokrasi bagi sebagian umat Islam sampai dengan hari ini masih belum diterima secara
bulat. Sebagian kalangan memang bisa menerima tanpa reserve, sementara yang lain,
justru bersikap ekstrem. Menolak bahkan mengharamkannya sama sekali. Tak sedikit
sebenarnya yang tidak bersikap sebagaimana keduanya. Artinya, banyak yang tidak mau
bersikap apapun. Kondisi ini dipicu dengan banyak dari kalangan umat Islam sendiri yang
kurang memahami bagaimana Islam memandang demokrasi. Untuk itu, kami akan
membahas mengenai bagaimana sebenarnya HAM dan Demokrasi menurut ajaran islam.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dari Hak Asasi Manusia dan bagaimanakah prinsip HAM dalam
Islam?
2. Bagaimanakah bentuk HAM dalam Islam?
3. Apa pengertian dari Demokrasi dan bagaimanakah konsep demokrasi dalam Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hak Asasi Manusia
2.1.1 Pengertian Hak Asasi Manusia
Secara etimologi hak merupakan unsur normative yang berfungsi sebagai
pedoman perilaku, melindungi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya
peluang bagi manusia dalam menjadi harkat dan martabatnya. Sedangkan asasi
berarti yang bersifat paling mendasar yang dimiliki manusia sebagai fitrah,
sehingga tak satupun makhluk mengintervensinya apalagi mencabutnya.
Secara istilah HAM dapat dirumuskan dengan beberapa pendapat yang salah satu
diantaranya:
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan
kodratnya (Kaelan: 2002).
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching
Human Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa
menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia,
yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia
Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang di miliki oleh
setiap umat manusia sejak lahir sebagai Anugrah Tuhan YME kepada hambanya,
yaitu umat manusia tanpa terkecuali.
2.1.2 Prinsip HAM dalam Islam
1. Martabat manusia
Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa manusia mempunyai kedudukan atau martabat
yang tinggi. Kemulian martabat yang dimiliki manusia itu sama sekali tidak ada
pada makhluk lain. Martabat yang tinggi yang dianugerahkan Allah kepada
manusia, pada hakekatnya merupakan fitrah yang tidak dapat dipisahkan dari diri
manusia.
Q.S Al Isra’ (17) ayat 70. Artinya : “ Dan sesungguhnya telah Kami muliakan
anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan…”
Q.S Al Maidah (5) ayat 32. Artinya : “ …Barang siapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh
manusia seluruhnya…”
Mengenai martabat manusia ini telah digariskan dalam Universal declaration of
Human Rights dalam Pasal 1 dan Pasal 3.
Pasal 1 menyebutkan, ”...Semua makhluk manusia dilahirkan merdeka dan
mempunyai hak-hak serta maratabat yang sama …”
Pasal 3 menyebutkan, “...Setiap orang berhak untuk hidup, berhak akan
kemerdekaan dan jaminan pribadi...”
2. Persamaan
Pada dasarnya semua manusia sama, karena semuanya adalah hamba Allah. Hanya
satu ukuran yang dapat membuat seseorang lebih tinggi derajatnya dari yang lain,
yakni ketaqwaannya.
Q.S Al Hujurat (49) ayat 13. Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari jenis laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.”
Prinsip persamaan ini dalam Universal Declaration of Human Rights terdapat
dalam Pasal 6 dan Pasal 7.
Pasal 6 menyebutkan, “...Setiap orang berhak mendapat pengakuan di mana saja
sebagai seorang pribadi di muka hukum...”
Pasal 7 menyebutkan, “...Semua orang sama di muka hukum dan berhak atas
perlindungan yang sama di muka hukum tanpa perbedaan…”
3. Kebebasan menyatakan pendapat
Al Qur’an memerintahkan kepada manusia agar berani menggunakan akal pikiran
mereka terutama untuk menyatakan pendapat mereka yang benar. Perintah ini
secara khusus ditujukan kepada manusia yang beriman agar berani menyatakan
kebenaran. Agama Islam sangat menghargai akal pikiran. Oleh karena itu, setiap
manusia sesuai dengan martabat dan fitrahnya sebagai makhluk yang berfikir
mempunyai hak untuk menyatakan pendapatnya dengan bebas, asal tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam dan dapat dipertanggungjawabkan.
Q.S Ali Imran (3) ayat 110. Artinya : “...Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar…”
Hak untuk menyatakan pendapat dengan bebas dinyatakan dalam Universal
Declaration of Human Rights Pasal 19 “...Semua orang berhak atas kemerdekaan
mempunyai dan melahirkan pendapat…”
4. Kebebasan beragama
Prinsip kebebasan beragama ini dengan jelas disebutkan dalam Al Qur’an surat Al-
Baqarah (2) ayat 256. Artinya : “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama
Islam…” Dan Q.S Al Kafirun (109) ayat 6. Artinya : “Untukmulah agamamu dan
untukkulah agamaku.”
Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa agama Islam sangat menjunjung
tinggi kebebasan beragama. Hal ini sejalan dengan Pasal 18 dari Universal
Declaration of Human Rights, yang menyatakan “...Setiap orang mempunyai hak
untuk merdeka berfikir, berperasaan, dan beragama …”
5. Hak jaminan sosial
Di dalam Al Qur’an banyak dijumpai ayat-ayat yang menjamin tingkat dan kualitas
hidup bagi seluruh masyarakat. Ajaran tersebut antara lain adalah kehidupan fakir
miskin harus diperhatikan oleh masyarakat, terutama oleh mereka yang punya.
Kekayaan tidak boleh dinikmati dan hanya berputar di antara orang-orang yang
kaya saja. Seperti dinyatakan Allah dalam Al Qur’an surat Az-Zariyat (51) ayat
19. Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak meminta.”
Q.S Al Ma’arij (70) ayat 24. Artinya : “ Dan orang-orang yang dalam hartanya
tersedia bagian tertentu.”
Dalam Al Qur’an juga disebutkan dengan jelas perintah bagi umat Islam untuk
menunaikan zakat. Tujuan zakat antara lain adalah untuk melenyapkan kemiskinan
dan menciptakan pemerataan pendapatan bagi segenap anggota masyarakat.
Apabila jaminan sosial yang ada dalam Al Qur’an diperhatikan dengan jelas sesuai
dengan Pasal 22 dari Universal Declaration of Human Rights, yang menyebutkan
“Sebagai anggota masyarakat, setiap orang mempunyai hak atas jaminan
sosial…”
6. Hak atas harta benda
Dalam hukum Islam hak milik seseorang sangat dijunjung tinggi. Sesuai dengan
harkat dan martabat, jaminan dan perlindungan terhadap milik seseorang
merupakan kewajiban penguasa. Oleh karena itu, siapapun juga bahkan penguasa
sekalipun, tidak diperbolehkan merampas hak milik orang lain, kecuali untuk
kepentingan umum, menurut tatacara yang telah ditentukan lebih dahulu. Allah
telah memberikan sanksi yang berat terhadap mereka yang telah merampas hak
orang lain, sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Maidah (5) ayat 38. Artinya :
“Laki-laki yang mecuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
Allah …”
Hal ini sesuai dengan Pasal 17 dari Universal Declaration of Human Rights
menyebutkan:
Ayat (1) Setiap orang berhak mempunyai hak milik, baik sendiri maupun bersama
orang lain.
Ayat (2) Tidak seorangpun hak miliknya boleh dirampas dengan sewenang-
wenang.
2.1.3 Bentuk HAM dalam Islam
1. Hak atas hidup, dan menghargai hidup manusia. Islam menegaskan bahwa
pembunuhan terhadap seorang manusia ibarat membunuh seluruh umat manusia.
Hak ini terkandung dalam surah Al-Maidah ayat 63 yang berbunyi :
“Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi bani israil, bahwa: barang siapa
yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain,
atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memlihara kehidupan
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami
dengan (membawa) keternagan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantar
amereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan
dimuka bumi.” (QS 5;63)
2. Hak untuk mendapat perlindungan dari hukuman yang sewenarg wenang. yaitu
dalam surat Al An’am : 164 dan surat Fathir 18 yang masing masing berbunyi :
“Katakanlah: “Apakah aku mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah tuhan
bagi segala sesuatu. Dan tidaklah sesorang membuat dosa melainkan
kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak
akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan
akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan”. (QS 6;164)
“Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika sesorang
yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah
akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum
kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang
yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan
mereka mendirikan sembahyang. Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya,
sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada
Allah-lah kembali(mu).” (QS 35;18)
3. Hak atas keamanan dan kemerdekaan pribadi terdapat dalam surat An Nisa ayat
58 dan surat Al-Hujurat : 6 yang berbunyi seperti ini:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.”(QS 4;58)
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang yang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaanya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS 49;6)
4. Hak atas kebebasan beragama memilih keyakinan berdasar hati nurani. Yang
bisa kita lihat secara tersirat dalam surat Al Baqarah ayat 256 dan surat Al Ankabut
ayat 46 yang berbunyi:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar
kepada yang thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS 2;256)
“Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang
paling baik, kecuali dengan orang-orang zhalim di antara mereka, dan katakanlah:
“kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang
diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya
kepada-Nya berserah diri.” (QS 29;46)
5. Hak atas persamaan hak didepan hukum secara tersirat terdapat dalam surat An-
Nisa ayat 1 dan 135 dan Al Hujurat ayat13:
“Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciotakan dari
diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)hubungan silaturahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (QS 4;1)
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa
dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tau
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala
apa yang kamu kerjakan.” (QS 4;135)
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjdaikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS 49;13)
6. Dalam hal kebebasan berserikat Islam juga memberikan dalam surat Ali Imran
ayat 104-105 yang berbunyi:
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ;
merekalah orang yang beruntung.”(QS 3;104)
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih
sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang
yang mendapat siksa yang berat.” (QS 3;105)
7. Dalam memberikan suatu protes terhadap pemerintahan yang zhalim dan bersifat
tiran. Islam memberikan hak untuk memprotes pemerintahan yang zhalim, secara
tersirat dapat diambil dari surat An-Nisa ayat 148, surat Al Maidah 78-79, surat Al
A’raf ayat 165, Surat Ali Imran ayat 110 yang masing masing berbunyi:
“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali
oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS 4;148)
“Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan ‘Isa
Putera Maryam. Yang demikian itu. Disebabkan mereka durhaka dan selalu
melampaui batas.” (QS 5;78)
“Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan yang munkar yang mereka
perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS
5;79)
“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami
selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan
kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu
berbuat fasik.” (QS 7;165)
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab Beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara
mereka yang ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik.” (QS 3;110)
8. Dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti bentuk hak positif dalam hak
ekonomi sosial dan Islam pun mengandung secara tersirat mengenai hak ini.
Hak mendapatkan kebutuhan dasar hidup manusia secara tersirat terdapat dalam
surat Al Baqarah ayat 29, surat Ad-Dzariyat ayat 19, surat Al Jumu’ah ayat 10,
yang berbunyi:
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada dimuka bumi untuk kamu dan
Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (QS 2;29)
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan
orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (QS 51;19)
“Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.” (QS 62;10)
9. Dalam hak mendapatkan pendidikan Islam juga memiliki pengaturan secara
tersirat dalam surat Yunus ayat 101, surat Al-Alaq ayat 1-5, surat Al Mujadilah
ayat 11 dan surat Az-Zumar ayat 9 yang masing-masing berbunyi berbunyi:
“Katakanlah: “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah
bermanfa’at tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi
orang-orang yang tidak beriman.”(QS 10;101)
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “berlapang-
lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:berdirilah kamu, maka berdirilah
kamu, niscaya Allah akan meninggikan orang orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS 58;11)
2.2 Demokrasi
2.2.1 Pengertian Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, Demos berarti rakyat, dan kratein
bermakna kekuasaan. Karena kekuasaan itu ada di rakyat, maka rakyatlah yang
berdaulat, oleh karena itu demokrasi diartikan dengan kedaulatan rakyat.
Kedaulatan mutlak dan Ke-Esaan Tuhan yang terkandung dalam konsep
tauhid dan peranan manusia yang terkandung dalam konsep khilafah memberikan
kerangka yang dengannya para cendekiawan belakangan ini mengembangkan teori
politik tertentu yang dapat dianggap demokratis. Di dalamnya tercakup definisi
khusus dan pengakuan terhadap kadaulatan rakyat, tekanan pada kesamaan derajat
manusia, dan kewajiban rakyat sebagai pengemban pemerintah.
2.2.2 Konsep Demokrasi Dalam Islam
1. Musyawarah (syura)
Perlunya musyawarah merupakan konsekuensi politik kekhalifahan manusia.
Oleh karena itu perwakilan rakyat dalam sebuah negara Islam tercermin
terutama dalam doktrin musyawarah. Hal ini disebabkan menurut ajaran Islam,
setiap muslim yang dewasa dan berakal sehat, baik pria mauoun wanita adalah
khalifah Allah di bumi. Dalam bidang politik, umat Islam mendelegasikan
kekuasaan mereka kepada penguasa dan pendapat mereka harus diperhatikan
dalam menangani masalah negara. Kemestian bermusyawarah dalam
menyelesaikan masalah-masalah ijtihadiyyah, dalam surat Al-syura ayat 3 :
“Dan orang-orang yang menerima seruan Tuhannya dan mendirikan shalat,
sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan
mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”.
(QS Asy-Syura : 38).
2. Persetujuan (ijma)
Ijma atau konsensus telah lama diterima sebagai konsep pengesahan resmi
dalam hukum Islam. Konsensus memainkan peranan yang menentukan dalam
perkembangan hukum Islam dan memberikan sumbangan pemikiran sangat
besar pada korpus hukum atau tafsir hukum.
Konsensus dan musyawarah sering dipandang sebagai landasan yang efektif
bagi demokrasi Islam modern. Konsep konsensus memberikan dasar bagi
penerimaan sistem yang mengakui suara mayoritas. Atas dasar inilah konsensus
dapat menjadi legitimasi sekaligus prosedur dalam suatu demokrasi Islam.
3. Penilaian interpretative yang mandiri (itjihad)
Upaya ini merupakan langkah kunci menuju penerapan perintah Tuhan di suatu
tempat atau waktu. Tuhan hanya mewahyukan prinsip-prinsip utama dan
memberi manusia kebebasan untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut dengan
arah yang sesuai dengan semangat dan keadaan zamannya. Itjihad dapat
berbentuk seruan untuk melakukan pembaharuan, karena prinsip-prinsip Islam
itu bersifat dinamis, pendekatan kitalah yang telah menjadi statis. Oleh karena
itu sudah selayaknya dilakukan pemikiran ulang yang mendasar untuk
membuka jalan bagi munculnya eksplorasi, inovasi dan kreativitas.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa musyawarah, konsensus dan itjihad
merupakan konsep-konsep yang sangat penting bagi artikulasi demokrasi Islam
dalam kerangka Keesaan Tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia sebagai
khalifah-Nya. Sehingga antara hukum, Hak Asasi Manusia dan demokrasi
merupakan tiga konsep yang tidak dapat dipisahkan.
Hal ini disebabkan karena salah satu syarat utama terwujudnya demokrasi
adalah adanya penegakan hukum dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM).
Demokrasi akan selalu rapuh apabila HAM setiap warga masyarakat tidak
terpenuhi. Sedangkan pemeunuhan dan perlindungan HAM akan terwujud
apabila hukum ditegakkan, karena Al-Qur’an sebagai sumber ajaran utama dan
pertama agama Islam mengandung ajaran tentang nilai-nilai dasar yang harus
diaplikasikan dalam pengembangan sistem politik Islam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hak Asasi Manusia menurut pemikiran barat semata-mata bersifat antroposentris,
artinya segala sesuatu berpusat kepada manusia, sehingga manusia sangat
dipentingkan. Sedangkan ditilik dari sudut pandang Islam bersifat teosentris, artinya,
segala sesuatu berpusat kepada Tuhan, sehingga Tuhan sangat dipentingkan.
2. Hak Asasi Manusia dan demokrasi merupakan konsep yang tidak dapat dipisahkan.
Hal ini disebabkan karena salah satu syarat utama terwujudnya demokrasi adalah
adanya penegakan hukum dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). Demokrasi
akan selalu rapuh apabila HAM setiap warga masyarakat tidak terpenuhi. Sedangkan
pemenuhan dan perlindungan HAM akan terwujud apabila hukum ditegakkan.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Setiap manusia hendaknya menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, karena hak ini
sebagai dasar yang melekat pada diri tiap manusia.
2. Dalam mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh, baik dibidang hukum, hak dan
kewajiban asasi manusia, serta kehidupan berdemokrasi hendaknya berdasarkan
prinsip-prinsip yang diajarkan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
http://tugasku-4u.blogspot.com/2013/07/makalah-hukum-ham-dan-demokrasi-dalam-
islam.html (Diakses tanggal 12 September 2013, pukul 09.30 WIB)
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/12/hak-asasi-manusia-menurut-islam.html
(Diakses tanggal 12 September 2013, pukul 09.35 WIB)
http://needmoreintelligent.blogspot.com/2013/05/memahami-demokrasi-dalam-islam.html
(Diakses tanggal 12 September 2013, pukul 10.00 WIB)
http://politik.kompasiana.com/2012/04/23/demokrasi-dalam-islam-456769.html (Diakses
tanggal 12 September 2013, pukul 13.00 WIB)
http://www.islamquest.net/id/archive/question/fa1629 (Diakses tanggal 12 September
2013, pukul 13.30 WIB)