24

Demokrasi Dan HAM Dalam Pandangan Islam

Embed Size (px)

Citation preview

Demokrasi dan HAM dalam Pandangan Islam

Disusun Oleh :Aedo Radewa Nayapada 21010110120004Fachrial Ikram A. 21010110120002Farid Izzan A. 21010110110082Imam Pesuwaryantoro 21010110120003Reynata Kusuma 21010110120005Wahyu Nurhutomo 21010110110090Yasser Burhani 21010110110066

Demokrasi dalam

Perspektif Islam

Bab 1

Konsep Demokrasi dalam Islam 

Dalam agama Islam, sejatinya tidak dikenal istilah demokrasi. Orang-orang Islam

hanya mengenal kebebasan (al hurriyah) yang merupakan pilar utama demokrasi yang

diwarisi semenjak jaman Nabi Muhammad Saw., termasuk di dalamnya kebebasan memilih

pemimpin, mengelola negara secara bersama-sama (syura), kebebasan mengkritik penguasa,

kebebasan berpendapat. Basis empiriknya demokrasi dan agama memiliki perbedaan yang

mendasar. Demokrasi berasal dari pergumulan pemikiran filosofis manusia, sedangkan agama

berasal dari wahyu. Meskipun keduanya dikatakan berbeda dalam basis empirik, namun

dalam kaitan berbasis dialektis, agama dapat memberiakan dukungan positif terhadap

demokrasi dan demokrasi sendiri dapat memberikan peluang bagi proses pendewasaan

kehidupan bernegara.

Makna demokrasi adalah dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat,

kemudian melindungi semua kepentingan rakyat. Jadi, Islam

sebenarnya identik dengan demokrasi, namun demokrasi dalam

Islam memiliki perbedaan-perbedaan dengan demokrasi yg

dicetuskan. Demokrasi dalam Islam berangkat dari al-Quran dan

Hadits. Sementara demokrasi Barat dari pemikiran-pemikiran

kelompok-kelompok tertentu, bahkan mereka berangkat dari

konsep- konsep Injil atau Bible.

Makna Demokrasi

Konsep demokrasi yang dikenal dan sangat dapat dikaitkan dengan konsep musyawarah (syura), persetujuan (ijma), dan penilaian interpretatif mandiri (ijtihad). Sesuai firman Allah :

Artinya :“Dan orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Asy-syura: 38). Dengan ayat itu, kita memahami bahwa Islam telah memposisikan musyawarah pada tempat yang agung. Ayat itu memandang sikap komitmen kepada hukum-hukum syura dan menghiasi diri dengan adab syura sebagai salah satu faktor pembentuk kepribadian Islam, dan termasuk sifat-sifat mukmin sejati. Dan lebih menegaskan urgensi syura, ayat di atas menyebutkannya secara berdampingan dengan satu ibadah fardhu µain yang tidaklah Islam sempurna dan tidak pula iman lengkap kecuali dengan ibadah itu, yakni shalat, infak, dan menjauhi perbuatan keji.

Sistem demokrasi yang sesuai dengan ajaran Islam. Yaitu di antaranya:

1. Demokrasi tersebut harus berada di bawah payung agama.2. Rakyat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya.3. Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan dengan

musyawarah.4. Suara mayoritas tidaklah bersifat mutlak meskipun tetap

menjadi pertimbangan utama dalam musyawarah. Contohnya kasus Abu Bakr ketika mengambil suara minoritas yang menghendaki untuk memerangi kaum yang tidak mau membayar zakat. Juga ketika Umar tidak mau membagi-bagikan tanah hasil rampasan perang dengan mengambil pendapat minoritas agar tanah itu dibiarkan kepada pemiliknya dengan cukup mengambil pajaknya.

5. Musyawarah atau voting hanya berlaku pada persoalan ijtihadi; bukan pada persoalan yang sudah ditetapkan secara jelas oleh Alquran dan Sunah.

6. Produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari nilai-nilai agama.

7. Hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oleh semua warga

Sistem demokrasi yang sesuai dengan ajaran Islam

Dampak Demokrasi terhadap Dunia Islam

Positif :

1. Aspirasi dalam kebebasan berpendapat

2. Kesetaraan Gender

Negatif :

3. Mengancam akidah umat Islam.

4. Menjauhkan kaum Muslim dari aturan-aturan Islam

5. Demokrasi menyuburkan liberalisasi Islam dan kebebasan

Demokrasi pada Masyarakat muslim Indonesia

Jika berbicara tentang kesesuaian antara demokrasi dan agama Islam, akan muncul berbagai pandangan yang berbeda-beda. Ada yang berpandangan keduanya tidak kompatibel (cocok/sesuai). Ada pula pendapat bahwa demokrasi dan Islam bisa seiring sejalan tanpa persoalan.

Masyarakat Muslim Indonesia, dalam pandangan Vignal, memiliki tingkat toleransi yang sangat tinggi. Meski sering berunjuk rasa sebagai wujud solidaritas terhadap penderitaan rakyat Palestina atau Lebanon dan menentang invasi AS ke Irak, mereka tetap bisa bersikap obyektif dan tetap bisa menerima kehadiran AS atau negara-negara Barat lain. Padahal, setelah invasi AS ke Irak, sentimen negatif Muslim dunia terhadap AS dan negara Barat semakin meningkat.

Sebenarnya dalam Islam walaupun tidak mengenal kata demokrasi´ namun prinsip-prinsip dasar demokrasi sendiri tersebut ada. Islam pun tidak seluruhnya menolak konsep yang ada pada demokrasi (yang dicetuskan dunia barat) walaupun tidak semuanya sesuai. Sehingga mungkin dibutuhkan berbagai penyesuaian jika hal itu akan diterapkan untuk umat Islam. Seperti musyawarah atau voting hanya berlaku pada persoalan ijtihadi, bukan pada persoalan yang sudah ditetapkan secara jelas oleh Al Quran dan Sunah, produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari nilai - nilai agama, dan hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oleh semua warga, dan mungkin masih banyak penyesuaian lain tentang demokrasi yang ada (di negara kita khususnya yang masih berkiblat ke barat) dengan demokrasi menurut konsep Islam.

Kesimpulan

HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF

ISLAM

Bab 2

Sadarkah kamu...?

Ketika kita melangkah untuk memahami Islam dalam perspektif HAM, kita selalu akan dihadapkan pada pertanyaan akademis: apakah Islam memang memberikan pengajaran di bidang ini? Secara umum, kita tentu dapat menjawab bahwa Islam adalah agama komprehensif, karena al-Qur'an yang merupakan himpunan wahyu Ilahi yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw adalah kitab yang berfungsi "memberikan petujuk dan penjelas atas petunjuk itu (al-bayan) serta pembeda" antara kebenaran dengan kesalahan (al-furqan).

Hak Asasi Manusia:Makna dan Historisitas

Makna

Dari membandingkan beberapa definisi tentang hak, ia dapat dimaknai sebagai sesuatu nilai yang diinginkan seseorang untuk melindungi dirinya, agar ia dapat memelihara dan meningkatkan kehidupannya dan mengembangkan kepribadiannya. Hak itu mengimplisitkan kewajiban, karena pada umumnya seseorang berbicara tentang hak manakala ia mempunyai tuntutan yang harus dipenuhi pihak lain. Dalam pergaulan masyarakat, adalah mustahil membicarakan tanpa secara langsung mengaitkan hak itu dengan kewajiban orang atau pihak lain. M.Timur.1987. Sebuah Dialog tentang Islam dan Hak Asasi Manusia.hal 20.

Kesadaran akan hak asasi dalam peradaban Barat timbul pada abad ke-17 dan ke 18 Masehi sebagai reaksi terhadap keabsolutan raja-raja kaum feodal terhadap rakyat yang mereka perintah atau manusia yang mereka pekerjakan. Sebagaimana dapat diketahui dalam sejarah, masayarakat manusia pada zaman dahulu terdiri dari dua lapisan besar : lapisan atas, minoritas, yang mempunyai hak-hak; dan lapisan bawah, yang tidak mempunyai hak-hak tetapi hanya mempunyai kewajiban-kewajiban, sehingga mereka diperlakukan sewenang-sewenang oleh lapisan atas

Historis

Setelah berakhirnya perang dunia I dan II dibentuk PBB dan dikeluarkan pernyataan HAM internasional : Universal Declaration of Human Rights pada tanggal 10 Desember 1948, dan disusul dengan Covenant on Civil and Political Rights tahun 1966 dan Covenant on Economic, Social and Cultur Rights tahun 1966 dan Optional Protocol to he Covenant on Civil and Political Rights tahun 1966. Kempat dokumen HAM internasional sering disebut The International Bill Of Human Rights.

Dokumen-dokumen tersebut merupakan instrumen normatif HAM internasional yang harus dihormati dan dipatuhi oleh setiap negara anggota PBB.

Adanya pengakuan dan perlindungan kedudukan pribadi dalam instrumen HAM tersebut menunjukkan adanya kemajuan dalam nilai dan norma yang mendasari hubungan antar negara. HAM yang dulu lebih merupakan urusan dalam negri masing-masing negara telah bergeser menjadi nilai dan hubungan internasional, yaitu dibuktikan dengan adanya persetujuan semua negara, setidak-tidaknya negara-negara anggota PBB terhadap deklarasi, konvensi dan konvenan HAM internasional.

Pandangan Al Quran Terhadap HAM

HAM yang dijamin oleh Islam seperti yang diatur dalam al-Qur'an sebagai sumber dan dasar ajaran Islam bagi manusia. HAM dasar terdapat dalam al-Quran terdiri dari :

a. Hak atas keselamatan jiwa. Dalam Islam jiwa seseorang sangat dihormati dan keberadaannya harus dipelihara (hifd al-nafs), sebagaiman firman Allah dalam al-Qur'an Surat (Q.S Al-Isra'/15 :33) yaitu membunuh orang hanya dibolehkan karena ada alasan yang benar, misalnya qishas bagi orang yang terbukti membunuh orang lain dengan sengaja.

b. Pengamanan hak milik pribadi (Q.S. Al-Baqarah/2 :181).c. Keamanan dan kesucian kehidupan pribadi (Q.S. An-nur/24 :27)d. Hak untuk menolak kezhaliman (Q.S. An-Nisa'/4 :148)e. Hak untuk melakukan al-amru bi al-ma'ruf wa al-nahyu 'an al-munkar,

yang didalamnya juga mencakup hak-hak kebebasan memberikan kritik (Q.S. Al-A'raf/7 :165 dan Q.S. Al-Baqarah/2 :110).

f. Hak memperoleh perlakuan yang sama dari negara dan tidak melebihkan seseorang atas orang lain (Q.S. Al-Qashash/28 :4).

Implementasi HAM dalam Islam

Ajaran Islam tentang HAM di atas telah diaktualisasikan dalam kehidupan bermasayarakat pada zaman Nabi Muhammad saw dan Khulafaur Rasyidin (empat khalifah pertama) seperti tersirat dalam beberapa Sunnah dan tradisi sahabat berikut ini :

Persetujuan Rasulullah SAW kepada para sahabatnya:

"Dalam peristiwa perang badar, Nabi memilih suatu tempat khusus yang dianggap pantas untuk menyerang musuh. Salah seorang sahabatnya, Hubab bin Mandhar, bertanya kepada Nabi, apakah yang menyebabkannya memilih tempat khusus itu karena berasal dari wahyu Tuhan. Nabi menjawab tidak. Dengan ucapan itu Hubab bin Mandhar lantas mengajukan suatu tempat alternatif untuk memberikan serangan terhadap musuh, karena menurut anggapannya, tempat itu secara strategis lebih baik tempatnya. Nabi menyetujuinya"

Kesimpulan :

Hak dapat dimaknai sebagai suatu nilai yang diinginkan seseorang untuk melindungi dirinya, agar ia dapat ia memelihara dan meningkatkan kehidupannya dan mengembangkan kepribadiannya. Ketika diberi imbuhan asasi, maka ia sedemikian penting, mendasar, diakui oleh semua peradaban, dan mutlak pemenuhannya.

Hak-hak asasi manusia memperoleh landasan dalam Islam melalui ajarannya yang paling utama, yaitu Tauhid (mengesakan Tuhan). Karena itu, hak-hak asasi manusia dalam Islam lebih dipandang dalam perspektif theosentris. Walau demikian, ajaran tauhid tersebut berimplikasi pada keharusan prinsip persamaan, persaudaraan dan keadilan antar sesama manusia, dan prinsip kebebasan manusia. Prinsip tersebut telah menjadi landasan bagi pembentukan peradaban masyarakat Muslim awal, sehingga menempatkan dunia Islam beberapa abad di depan barat.

Sekian Presentasi dari Kami……

Wassalamualaikum wr.

wb….