Demokrasi Di Tingkat Lokal

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    1/28

    PERANAN DEMOKRASI DI TINGKAT LOKAL

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Dasar dan cita-cita demokrasi adalah sebagian dari perjuangan dua ideologi yang berjalan

    seiring dan saling memperkuat, yaitu Nasionlisme dan Liberlisme. Kalau pembicaraan ini

    diarahkan kepada pengalaman historis Tanah Air kita, dalam suasana yang bagaimanakah konsep

    ini berpengaruh?. Dalam retorika politik kita sudah terlalu biasa dengan penjelasan akan

    kehidupan demokrasi di desa-desa. alaupun, yang dilakukan sesungguhnya adalah penanaman

    modern terhadap gejala tradisional. !iri-ciri yang dianggap demokratis di masyarakat desa

    mempunyai "ungsi riil dan simbolik yang lain.

    Demokrasi merupakan suatu konsep politik yang sejak a#al perjuangan kemerdekaan

    merupakan salah satu landasan ideologi. $ejak a#al sejarah politik pergerakan nasional

    %demokrasi& merupakan salah satu unsur terpenting dari salah satu partai kebangsaan. 'ahkan,

    dalam (aman perang kemerdekaan dan apalagi dalam periode sesudahnya, sampai

    dibubarkannya D)* hasil )emilu + dan dibentuknya D)* otong *oyong, Demokrasi

    adalah  Flatform utama dari praktis semua partai-partai politik meskipun mereka mempunyai

    landasan ideologi yang berbeda-beda. /leh karena itu, demokrasi juga merupakan salah satu

    landasan ideologi negara yang sangat penting. 0aka, mudahlah dipahami mengapa baik secarakonstitusional maupun institusional, seperti pejabat Negara yang dipilih, pemilihan umum,

    kemerdekaan berserikat, badan-badan )er#akilan, dan sebagainya demokrasi merupakan suatu

    hal yang riil dalam kehidupan politik di 1ndonesia.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Demokrasi Lokal

    Arus pemikiran yang menghendaki penguatan dan percepatan proses demokrasi lokal

    semakin mengkristal. Dalam sebuah artikel yang berjudul %)endalaman Arah Demokrasi Lokal&

    karya 1ndra 2. )iliang 312)4 menulis bah#a model demokrasi nasional ini kian busuk dan

     bangkrut. $iapapun pemenang )emilu Nasional tahun 5667 tentulah bagian-bagian dari elite

    yang bertugas

    selama 7 tahun. 12) mengartikan demokrasi lokal sebagai kedaulan rakyat di tingkat lokat le#at

    mekanisme )emilu Lokal dan )arpol Lokal untuk mendudukkan #akil-#akilnya dalam lembaga

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    2/28

    legilati" baik lokal maupun nasional. $ecara konseptual ide dari 12) merupakan trobosan penting

    dalam kha(anah politik dan administrati" publik di 1ndonesia, namun untuk dapat

    dioperasionalkan banyak aspek yang perlu dikaji dan dipertimbangkan, terutama8

    +. 0engikuti pola pikir 12), model demokrasi nasional telah busuk dan bangkrut tidak hanya

    menyangkut sistem dan praktek demokrasi saja tetapi termasuk aktor politisinya. 9al ini, tidak 

    ada jaminan sama sekali bah#a model demokrasi lokal jauh lebih bersih, aspirati" dan e"ekti" 

    dibanding demokrasi tingkat pusat. $eorang pengamat 1ndonesia di 2epang justru melihat, bah#a

     politisi lokal sebagai kendala utama bagi proses demokratisasi, sebab poltisi lokal kebanyakan

    lebih bersi"at tradisional, otoriter dan didominasi oleh kelas elite daerah yang ber#a#asan

    sempit serta kurang terbiasa dengan proses demokratisasi dan keterbukaan in"ormasi dibanding

     politisi nasional. Disisi lain dari berbagai sumber melihat semakin merebaknya korupsi di tingkat

    daerah sejak otonomi. Apabila gagasan )emilu:)arpol lokal dipaksakan, justru dikha#atirkan

    hanya memindahkan sekaligus menyebarkan kebusukan di tingkat nasional ke tingkat daerah.

    5. )ara penganut demokrasi lokal sering memakai argumen, bah#a dalam ukuran kecil negara

    kota potensi demokrasi lebih besar dibandingkan dengan pemerintahan rakyat dalam ukuran

     besar.

    ;. Dorongan terhadap demokrasi lokal juga bersumber dari keraguan terhadap e"ekti"itas

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    3/28

     pertanggungja#aban KD9, tata laksana hubungan KD9 dengan D)*D, serta e"ekti"itas jalannya

     pemerintahan.

    . Demokrasi lokal agar tidak memperburuk semangat ke daerahan dan egoisme regional. Dalam

    konsep negara kesatuan rakyat tidaklah terkotakkotak bardasarkan batas-batas teritorial, sehingga

    rakyat )apua semestinya memiliki hak untuk ikut menentukan "ormat pemerintahan DK1 dan

    sebaliknya.

    B. Kehidua! Damasus E"o# Sa!$ Keala Desa% Se"uah A!ekdo# ada &ama! Orde Baru.

    Damasus =bot Kepala Desa 'angka Ara, Kecamatan !ibal, Kabupaten 0anggarai,

    )ro>insi NTT, pernah bercerita tentang pengalamannya yang pernah menjadi )enguasa. bahwa

    menjadi kepala desa di zaman Orde Baru sangat enak" . Kepala desa bisa berbuat apa saja

    kepada rakyat, sekalipun menggunakan kekerasan untuk membuat #arga patuh dan tunduk, tidak 

    masalah. 9anya dengan cara seperti itu, rakyat bisa melaksanakan program yang ditetapkan

     pemerintah. 0enurutnya, situasi tersebut berubah total ketika $oeharto turun. Apapun yang

    dikatakan pemerintah, sulit sekali didengar oleh rakyat, apalagi untuk benar-benar 

    menjalankannya. 0ungkin apa yang diceritakan Damasus =bot tersebut merupakan gambaran

    umum tentang krisis kepemimpinan lokal yang sedang terjadi sekarang ini, terutama ketika

    sebuah re"ormasi politik diharapkan melahirkan perubahan yang menyentuh kehidupan

    masyarakat pedesaan secara menyeluruh.

    )erubahan tidak hanya menyebabkan terjadinya degradasi kepatuhan terhadap aparat

     pemerintah desa, tetapi juga berakibat pada penolakan terhadap berbagai program dan kebijakan

    yang ditetapkan pemerintah secara top down, tanpa melibatkan partisipasi #arga. 1ni memang

     beralasan, mengingat selama tiga dekade lebih, masyarakat pedesaan dijadikan sebagai objek 

     pembangunan yang dikonstruksi oleh pemerintah pusat. 0atinya inisiati" dan prakarsa

    masyarakat sendiri dengan bottom up-nya, terutama hilangnya partisipasi dan peran serta

    masyarakat dalam proses pengambilan keputusan 3decision making) yang berkaitan dengan

     pelaksanaan pembangunan di tingkat lokal, ini yang menjadi ciri khas model pembangunan

    *e(im /rde 'aru. Kini, masyarakat desa telah mengalami kebebasan. )engalaman ketidakadilan

    di masa lalu membuat mereka menjadi kritis dan tidak tunduk begitu saja terhadap keinginan

     pemerintah. Tuntutan, partisipasi dan keinginan untuk mengambil peran penting dalam proses

    3

     JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FISIP UNIVERSITAS WARMADEWA TA.2016

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    4/28

     pembangunan di tingkat lokal, menjadi kebutuhan dasar rakyat pedesaan pasca *e(im /rde

    'aru.

    Kadang-kadang perluasan partisipasi ini justru tidak disertai oleh kelembagaan politik.

    Tindakan anarki dan perla#anan total 3total class4 antara pemerintah lokal dengan masyarakat

     pedesaan seringkali berseberangan jalan dengan keinginan pemerintah pusat, dalam

    memperjuangkan berbagai kepentingan masyarakat, bahkan menimbulkan instabilitas politik 

     baru di tingkat desa. )erubahan itu begitu cepat terjadi akibat yang lebih serius mungkin yang

    dialami oleh beberapa desa di 2a#a. Terbukanya peran demokratisasi dan dikeluarkannya

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    5/28

    masa /rde 'aru. 0embaca $ariendah, kita bisa mengerti apa yang terjadi di desa-desa lain di

    2a#a dan di luar 2a#a pada masa itu dan mengerti bagaimana semua itu bias terjadi. 0enurut

    9ans Antlo> jika hubungan patronase /rde 'aru tidak segera diperbaiki, maka kekuasaannya

    tidak akan lama lagi.

    /leh karena itu, tumbangnya /rde 'aru tahun + karena relasi kekuasaan patronase

    yang diciptakannya melahirkan banyak kelemahan, antara lain korupsi, kolusi dan nepotisme

    yang menumpuk. Akhir dari re(im otoriter ini benar-benar berlangsung, seperti gambaran yang

    dibuat $amuel ). 9untington mengenai proses transisi menuju demokrasiB kemerosotan di dalam

    diri re(im, mobilisasi kelas menengah, tekanan dari luar, perpecahan elite dan 0ei +

    merupakan puncak dari transisi yang persis mengikuti gambaran tersebut. $etelah enam bulan

     penuh kekacauan dengan ekonomi yang terus merosot, demonstrasi mahasis#a, tekanan

    domestik, dan internasional yang terus meningkat, kebrutalan negara, dan akhirnya perpecahan

    elite, $oeharto tidak memiliki pilihan lain kecuali meletakkan masa depan 1ndonesia mengikuti

    "ase replacement 3pergantian4 dan memberikan kekuasaannya kepada 9abibie, orang

    kepercayaannya. $oeharto yang tidak bisa diserang, sangat berkuasa dan tidak pernah bisa

    diganggu gugat, dipaksa mundur. )eristi#a ini sangat mengejutkan, terutama bagi rakyat

     pedesaan.

    Di 1ndonesia selama tiga dekade, mustahil bagi rakyat untuk mengganti kepala desa yang

    tidak disukai oleh #arganya. Kini, dampak kejatuhan $oeharto sangat berpengaruh terhadap

    eksistensi kepala desa. *akyat dengan begitu mudah menjatuhkan kepala desa dari kursi

    kekuasaannya apabila bertentangan dengan kepentingan #arga desa. Kebijakan mere"ormasi

    sistem pemerintahan desa dengan memasukkan elemen 'adan )er#akilan Desa 3')D4,

    menggantikan Lembaga 0usya#arah Desa 3L0D4, karena baru mengalirnya kontrol masyarakat

    terhadap kekuasaan kepala desa. )erubahan ini tentu saja menjadi cambuk bagi kepala desa

    untuk tidak lagi mengambil tindakan sepihak, terutama menerapakan 9ukum !arrot and $tick 

    3hadiah dan hukuman4 seperti yang diterapkan oleh /rde 'aru. $ecara ideal demokrasi

    seharusnya menjadi acuan kehidupan kebangsaan di le>el manapun, baik dalam tingkat

    masyarakat maupun pemerintah. Demokratisasi dalam ide, perumusan, pelaksanaan maupun

    e>aluasi kebijakan publik di tingkat lokal akan menjadi representasi sejauh mana tingkat dan

    kuali"ikasi demokrasi pada pemerintah bersangkutan. $ejauh mana pemerintah membuka ruang

    5

     JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FISIP UNIVERSITAS WARMADEWA TA.2016

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    6/28

     partisipasi publik, sejauh mana gagasan diolah bersama dan implementasi kebijakan dia#asi oleh

    masyarakat, merupakan serangkaian dari proses demokratisasi itu sendiri.

    Kebijakan publik tidak lain merupakan akti>itas pemerintah yang pada akhirnya berujung

     pada bagaimana publik menjalankan kehidupannya seharihari. $ecara spesi"ik, demokratisasi di

    aras kebijakan publik merupakan tuntutan yang sudah tak bisa ditolak, mengingat serangkaian

     proses demokrasi secara umum. Kebijakan desentralisasi, re"ormasi birokrasi, peran serta

    masyarakat, pemberdayaan legislati" dan seterusnya merupakan langkah-langkah penting untuk 

    me#ujudkan demokrasi di daerah.

    Demokrasi bagaimanapun akan kembali pada masyarakat. Demokrasi mempersyaratkan

    keterlibatan akti" masyarakat #arga untuk menentukan keadaan kehidupan yang sesuai dengan

     pilihan-pilihannya. Karena demikian, tidak dapat dimungkinkan sama sekali jika kebijakan

     publik dalam perpekti" desentralisasi tidak memuat nilai-nilai luhur demokrasi. Tidak ada ruang

    dan alasan yang bisa dibenarkan dalam perspekti" apapun, kebijakan public direncanakan,

    dirumuskan, diimplementasikan tanpa mengikutsertakan pertimbangan masyarakat #arga. Di

    titik inilah persisnya kebijakan publik harus dirancang secara demokratis. $etelah itu, kebijakan

     publik juga harus diterapkan secara demokratis dan die>aluasi bersama secara demokratis pula,

    untuk menghasilkan rumusan baru kebijakan yang lebih sesuai dengan (aman, tuntutan,

    kebutuhan dan konteks di mana masyarakat berkehidupan.

    Tujuan politik otonomi daerah 3desentralisasi4 adalah untuk menciptakan hubungan yang

    lebih adil dan terbuka antara )usat dengan Daerah dalam kerangka Negara Kesatuan. Kesatuan

    dapat direkatkan dalam suasana politik desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

    dengan memberi kesempatan dan keleluasaan kepada Daerah untuk melaksanakan

    emerintahannya. !ita-cita ideal seperti ini bukan sesuatu yang mudah dikerjakan. 1ndonesia

    sendiri berpengalaman dalam menentukan corak desentralisasi dengan bermacam-macam

    undang-undang. Target dan capaiannya adalah penataan hubungan kepemerintahan dan

    kemasyarakatan yang sesuai dengan ciri khas 1ndonesia sebagai bangsa dan negara.

    )emerintahan lokal yang otonom dan mandiri memiliki mensyaratkan halhal seperti berikut,

     bah#a pemerintah lokal mempunyai teritorium yang jelas, memiliki status hukum yang kuat

    untuk mengelola sumberdaya dan mengembangkan lokal sebagai lembaga yang mandiri dan

    independen. 1ni tentu harus didukung oleh kebijakan yang menyiratkan bah#a ke#enangan

     pemerintah pusat sangat kecil dan penga#asan yang dilakukannya lebih bersi"at tak langsung.

    6

     JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FISIP UNIVERSITAS WARMADEWA TA.2016

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    7/28

    Dennis *ondinelli 3++4 mengatakan bah#a desentralisasi politik adalah peralihan

    kekuatan ke unit-unit geogra"is pemerintah lokal yang terletak di luar struktur komando secara

    "ormal dari pemerintahan pusat. Dengan demikian, desentralisasi politik menyatakan bah#a

    konsep-konsep pemisahan, dari berbagai struktur dalam sistem politik secara keseluruhan.

    )emerintah local harus diberi otonomi dan kebebasan serta dianggap sebagai le>el terpisah yang

    tidak memperoleh kontrol langsung dari pemerintah pusat. )ada saat yang sama, pemerintah

    lokal harus memiliki batas-batas geogra"is yang ditetapkan secara hukum dan jelas di mana

    mereka 3unit-unit tersebut4 menerapkan #e#enangnya dan melaksanakan "ungsi-"ungsi publik.

    Dalam desentralisasi politik, pemerintah lokal juga harus mencerminkan kebutuhan untuk 

    menciptakan diri sebagai lembaga. )engertiannya adalah bah#a lembaga ini dianggap rakyat

    local sebagai organisasi yang menyediakan layanan yang memenuhi kebutuhannya dan sebagai

    unit-unit pemerintah yang berpengaruh. /leh sebab tujuan desentralisasi adalah untuk 

    melakukan demokratisasi pemerintahan lokal, maka desentralisasi itu sendiri harus diterapkan

    dengan cara-cara yang menjunjung tinggi nilai hakiki demokrasi. 1ni perlu digarisba#ahi karena

    kenyataan kehidupan pemerintahan kita tidak jarang menunjukkan kenyataan, desentralisasi

    diterapkan dengan terlalu sering mengabaikan nilainilai demokrasi. Kalau tidak begitu, proses

    demokratisasi di daerah seringkali memperoleh hambatan justru dari pihak-pihak yang

    mengemban amanat desentralisasi itu sendiri. ada undang-undang yang paling terakhir yang

    mengatur hubungan pusat dan daerah ini, arus utama sudah lumayan terlihat. Demokratisasi

    sudah memperoleh ruang cukup lebar dalam skema teoritis maupun praktisnya. )roblemnya kini

    tinggal bagaimana mengisi ruang kehidupan daerah ini dengan tujuan, proses dan gagasan-

    gagasan demokratis.

    'elajar dari pengalaman masa lalu semasa /rde 'aru, secara ideal dan "aktual

    masyarakat tidak memiliki ruang gerak selebar sekarang untuk ikut serta dalam proses

     pembangunan daerah secara umum. Kini setelah re"ormasi datang, daerah sudah mempunyai

    ke#enangan dan kebebasan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa

    maupun aspirasi masyarakat setempat. 1mplikasinya adalah secara politik, diskresi alias

    keleluasaan, lingkup dan >olume politik lokal semakin luas. )ada aspek lain secara manajerial

    hal ini menjadikan tugas dan tanggung ja#ab pemerintah daerah semakin luas, ketat dan berat

     pula. Tapi inilah capaian yang akan dikerjakan. Artinya, tidak boleh ada kata Cmundur hanya

    karena keterbatasan kemampuan mencapai >isi ideal yang telah digariskan. Agenda beratnya

    7

     JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FISIP UNIVERSITAS WARMADEWA TA.2016

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    8/28

    sudah tergambar di depan mata, yakni bagaimana meman"aatkannya secara baik dan

     berdayaguna bagi pengembangan dan pemberdayaan masyarakat secara luas. $ecara teoritis dan

     praktis desentralisasi tak bisa dilepaskan dari demokrasi secara luas. Abdul#ahab 356674 tegas

    menyatakan dalam kepustakaan politik, khususnya yang menyangkut perbincangan dinamika

    kehidupan politik dan pemerintahan lokal, #acana mengenai konsep otonomi daerah yang

    dikaitkan dengan konsep desentralisasiEpada galibnya akan ditempatkan dalam koridor tradisi

     pemikiran politik yang poliarkis.

    Tradisi pemikiran politik yang poliarkis adalah tradisi pemikiran yang memberikan

    apresiasi tinggi terhadap adanya ruang kebebasan bagi masyarakat, bagi tumbuh kembangnya

     pemikiran alternati" dan bagi hadirnya unit-unit politik yang relati" independen di luar kompleks

    negara. Tradisi poliarkis itu memungkinkan tumbuhkembangnya desentralisasi kekuasaan

    3decentralized power 4 dalam masyarakat. Dengan pemahaman seperti itu, maka akan terlihat

    ganjil, bahkan boleh jadi terkesan tidak masuk akal, manakala konsep otonomi daerah itu

    dibicarakan dalam sebuah bingkai kekuasaan dengan sistem politik yang monolitik. Dari

     penjelasan tersebut sudah dapat kita tebak secara cepat, bah#a dalam sistem politik monolitik 

    adalah sistem yang justru sengaja didesain untuk mengagungkan tegaknya sentralisme

    kekuasaan, mena"sirkan makna partisipasi politik dan arti penting keberadaan desentralisasi

    kekuasaan politik. $ebuah habitat sosial dan tradisi politik yang lebih mengagungkan kekuasaan

    serba sentralistis itu, dalam pandangan Abdul#ahab 356674, maka kebijakan desentralisasi dan

    otonomi daerah tidak akan beroleh lahan subur yang memungkinkannya tumbuh dengan baik.

    2elas bah#a secara politik, dalam struktur kekuasaan yang monolitik tersebut konsep

    desentralisasi memang tidak dikehendaki untuk dapat berkembang secara optimal dan

    diimplementasikan dengan semestinya.

    Tapi harus pula diingat bah#a konsep desentralisasi, betapapun bagusnya, jelas akan

    tidak bermakna sama sekali 3meaningless4 bagi kehidupan sosial, ekonomi dan politik 

    masyarakat daerah jika ia tidak pernah diupayakan secara serius untuk bisa mengakar dalam

    kultur birokrasi lokal dan diimplementasikan dengan baik. $elain itu, konsep desentralisasi tidak 

     bermakna apabila tidak didukung dengan penciptaan suasana demokratis yang memadai bagi

    masyarakat untuk terlibat dalam proses dan dinamika daerah. Lalu kini penting diajukan

     penilaian singkat sejauh mana kita telah berada dalam pencapaian kondisi ideal dalam kerangka

    demokrasi dan desentralisasi ini. $emenjak diterapkannya

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    9/28

    ;5:5667, banyak masalah lahir. Di antara ketidaksiapan menjalankan prinsip-prinsip

    desentralisasi yang memuat nilai demokrasi. =>aluasi singkat atas pelaksanaan program otonomi

    daerah sepanjang re"ormasi ini nampaknya masih banyak ditemui adanya penyimpangan dan

     penyempitan makna. !ita-cita ideal dari otonomi daerah belum sepenuhnya tegas, dan

    dampkanya penyimpangan dan penyempitan makna dalam pelaksanaan otonomi daerah itu

    sering sekali terjadi sepanjang re"ormasi ini tidak lekang ingatan kita ketika otonomi daerah

    hanya dipandang dari sisi keuangan saja. /tonomi daerah dianggap sebagai ajang eksplorasi

     pendapatan asli daerah 3)AD4 semata.

    Tidak disadari dengan adanya otonomi daerah masyarakat justru makin terjepit dalam

    kondisi biaya ekonomi tinggi 3high cost economy4. 9al ini dapat dilihat dengan adanya gerakan

    yang besar dari pemerintah daerah untuk menaikkan pajak dan retribusi yang ada dalam segala

    komoditas #ilayah-#olayah piblik di masyarakat. Tak kalah ironis pula ketika otonomi daerah

     justru ditanggapi oleh daerah-daerah sebagai penyekatan secara tegas #ilayah-#ilayah

    antardaerah secara horisontal dan penyekatan hirarki organisasi secara >ertikal. Kabupaten atau

    kota satu menganggap dirinya sangat otonom dan lepas dari keberadaan kabupaten atau kota di

    sekitarnya. Kecenderungan ini menunjukkan kabupaten dan kota tidak lagi memandang posisi

     penting pemerintah propinsi dan bahkan pemerintah pusat. 2elas bah#a kondisi ini bila dibiarkan

     berlarut-larut tentu akan membahayakan bagi kelangsungan integrasi bangsa sendiri. Dapat

    dimengerti bah#a persoalan yang muncul di tengah perjalanan otonomi daerah selama ini lebih

    disebabkan pada aspek implementasi. 0enanggapi hal ini kita tentu perlu untuk melakukan

    tinjauan dan e>aluasi kritis terhadap otonomi daerah, utamanya dalam kaitan bagaimana

    demokrasi lebih prospekti" dijalankan.

    '. Ke"i(aka! Dese!#ralisasi se"a$ai Ba"ak Baru dalam Berdemokrasi di I!do!esia

    $emenjak kebijakan desentralisasi digulirkan, masyarakat 1ndonesia memasuki babak 

     baru dalam berdemokrasi. Kebijakan ini diyakini mampu memba#a perubahan yang lebih baik.

    $ebab, #arga daerah kini bebas untuk mengatur kehidupannya setelah sekian lama tak berkutik 

    di ba#ah re(im tiranik. Kalau dulu selalu dikontrol dan dia#asi, sekarang mereka ditantang

    untuk mandiri. 0uncullah slogan8 kini era lokal, bukan lagi era global. $ekilas, kondisi ini

    memang meyakinkan. )ergeseran kekuasaan dari pusat ke daerah telah memberikan peluang

    yang besar bagi #arga daerah untuk membangun daerahnya sendiri. Dalam hal ekonomi, mereka

    9

     JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FISIP UNIVERSITAS WARMADEWA TA.2016

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    10/28

     bisa menikmati hasil jerih payah mereka sendiri tanpa harus FdibagiF dengan daerah lain. Dalam

     berpolitik, #arga daerah juga bebas menyalurkan aspirasi politiknya. 1ming-iming kesejahteraan

    memang terpampang di depan mata. Tapi, benarkah desentralisasi mampu me#ujudkan asa

    masyarakat yang demikian besar? $ecara teoritik memang demikian. $ebab, kebijakan ini

    diberlakukan sebagai ganti kebijakan sentralistik yang sekian lama memakan korban dan hanya

    menguntungkan segelintir orang. /rang daerah hanya menikmati sebagian kecil hasil

    keringatnya, sedang sebagian besar lain dinikmati penguasa.

    Desentralisasi diharapkan bisa mempromosikan demokrasi lokal, memba#a negara lebih

    dekat kepada masyarakat, menghargai identitas yang beragam, memperbaiki kualitas layanan

     publik yang rele>an, membangkitkan potensi, prakarsa dan partisipasi masyarakat lokal. namun,

    transisi desentralisasi juga memba#a dampak yang tidak enak. $ebagian besar daerah ternyata

    tidak siap dengan kebijakan ini. Akibatnya, #arga daerah terjerembab dalam masalah yang akut.

    0inimnya pendapatan daerah, pengelolaan sumber daya alam yang tidak memadahi, sumber 

    daya manusia yang rendah dan sebagainya. 'elum lagi pengalaman ketergantungan kepada pusat

    yang masih kuat menancap. Ketika FdipaksaF mandiri, mereka malah kelimpungan. 9arapan

    untuk membangun daerah dengan potensi local hanya menjadi impian. Desentralisasi

    memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat daerah untuk menentukan nasibnya sendiri

    tanpa interupsi pusat. Tapi, desentralisasi juga membuka selubung hitam. Diam-diam, ia juga

    menjadi aktor pendorong munculnya re(im tirani baru yang kejam. 'ukan hanya menggeser 

    re(im dari pusat ke daerah, tapi juga 3terkadang4 menciptakannya. )ertarungan politik di

    daerahpun kian tajam. 'eragam kasus kontro>ersi politik muncul.

    Di sinilah, beban politik masyarakat daerah menjadi tambah runyam. 'ukannya

    menikmati iklim demokrasi lokal, malah terjebak pada kon"lik kepentingan. Apalagi ketika

     persoalan kontro>ersial itu dilembagakan. !ontoh riil adalah )eraturan Daerah berdasarkan

    $yariat 1slam 3disingkat )erda $yariat 1slam4 yang tengah dicanangkan di berbagai daerah.

    0eski didebat berkali-kali karena mengusung sektarianisme baru atas nama agama, tetap saja

    kelompok pro )erda tak bergeming. 0ereka justru menganggap bah#a )erda tersebut sangat

    demokratis karena sesuai dengan aspirasi #arga. Tak jelas, apakah benar bah#a )erda tersebut

    diberlakukan sesuai dengan aspirasi #arga. Toh banyak yang menolaknya. Nampak sekali #arga

    hanya menjadi tameng semata. $oal lain adalah bangkitnya identitas lokal sebagai bentuk 

    Fperla#ananF pemerintahan ala /rde 'aru yang cenderung 2a#a sentris. $etelah sekian lama

    10

     JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FISIP UNIVERSITAS WARMADEWA TA.2016

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    11/28

    terbungkam atas nama penyeragaman, identitas ini menyeruak ke permukaan. $ebagai contoh

    adalah kembalinya $umatra 'arat ke Nagari, Kabupaten Tana Toraja yang kembali ke lembang,

    dan beberapa daerah di Kalimantan 'arat yang tengah berjuang kembali ke pemerintahan 'inua

    3hal 7+4.

    'angkitnya identitas lokal ini menimbulkan keha#atiran akan bangkitnya "eodalisme

    lokal di 1ndonesia yang nantinya menghambat laju demokrasi lokal. 'erbagai kenyataan terus

    mendera masyarakat lokal. 0eski berbeda-beda, toh masalah yang muncul tak kalah akut.

    Akibatnya, segregasi sosialpun tak terhindarkan. )enegasan eksistensi kelas sosial tak 

    terbendung lagi. Kasus 0adura tepat untuk menggambarkan "enomena ini. Di 0adura, kelas

    menengah yang selama re(im /rde 'aru tidur nyenyak mulai menggeliat. )emainnya adalah

    kaum pedagang, intelektual dan kiai. $emenjak otonomidiberlakukan, kelas menengah ini saling

     bergulat. Kelas yang tadinya berkutat pada akti>itas masing-masing, kini manjadi re(im politik 

    yang haus kekuasaan. Gaktanya, desentralisasi memang telah menggeser arena pertarungan dari

     pusat ke daerah. Lokal menjadi lokus pertempuran baru bagi antar #arga local sendiri maupun

    elit nasional yang menggeser kepentingannya ke daerah. 2elas, kon"lik kekuasaan di tingkat lokal

    tak terhindarkan sebagai konsekuensi logis kian mengendurnya FcengekeramanF pusat atas

    daerah. )ada kondisi carut marut seperti ini, ter#ujudnya re(im otoriter di daerah tak terbendung.

    FKerajaan lokalF sebagai basis re(im diciptakan untuk menopang kekuasaan tiran. )ada aras

    inilah, demokrasi lokal sedang dipertaruhkan.

    'erbagai kekuatan 3idelogis4 ramai-ramai berebut lokal untuk menegaskan identitas

    ideologisnya tanpa mempedulikan semangat desentralisasi. 0asyarakat lokal sebagai agen

    demokrasi lokal pun kian terlantar. Desentralisasi yang diharapkan menyembulkan iklim

     perubahan justru memunculkan berbagai soal yang runyam. Tentunya, masalah ini kian pelik 

    ketika dibiarkan berlarut-larut. 9arus diakui, desentralisasi memang hanyalah alat. 9asil yang

    dicapai sangat tergantung pada siapa yang menggunakan alat tersebut. 9asilnya akan baik dan

    maksimal ketika diarahkan untuk menciptakan masyarakat demokratis di tingkat lokal.

    $ebaliknya, ia menjadi bumerang ketika tidak mampu diman"aatkan dan hanya menyulut perang.

    Karena itu, hendaknya partisipasi masyarakat lokal untuk mengisi desentralisasi ini perlu

    dilakukan. )endampingan dan penga#alan me#ujudkan demokrasi lokal ini juga perlu

    diupayakan.

    11

     JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FISIP UNIVERSITAS WARMADEWA TA.2016

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    12/28

    D. Dari Lo)al *isdom Me!u(u Good Go+er!a!)e

    1ndonesia merupakan negara yang memiliki ragam budaya. Keanekaragaman tersebut

    sangat dipengaruhi oleh keadaan geogra"isnya, negara kepulauan. $angat penting bagi 1ndonesia

    untuk menjaga keutuhan negaranya, baik keutuhan #ilayah maupun keutuhan elemen-elemen

     penyusun negara lainnya. )emerataan kesejahteraan merupakan tugas negara untuk menjaga

    stabilitas negaranya dan menjalankan "ungsinya sebagai per#ujudan keinginan rakyat. Apabila

    terjadi kesenjangan antara daerah satu dengan daerah yang lain, maka kon"lik akan sangat rentan

    terjadi. 'elajar dari pengalaman pemerintahan /rde 'aru, kesenjangan di bidang politik,

    ekonomi, dan social menghasilkan disintegrasi bangsa yang menyebabkan beberapa daerah yang

     berada dalam kedaulatan *epublik 1ndonesia berusaha melepaskan diri dari Negara Kesatuan

    *epublik 1ndonesia.

    )ara politisi dan akti>is politik berusaha mencari jalan keluar dari permasalahan politik 

    yang dialami 1ndonesia pasca re"ormasi. )elaksanaan pemerintahan pasca re"ormasi dinilai

     belum demokratis. *akyat 1ndonesia masih belajar menjadi negara demokrasi dengan

    melaksanakan pemilihan umum secara langsung untuk memilih #akil rakyat yang duduk di

     parlemen. )artaipartai politik bersaing dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat untuk 

    menciptakan pemerintahan rakyat yang dicita-citakan. Namun pada perkembangan selanjutnya,

     politik menjadi arena perebutan kekuasaan para elite politik dan melupakan kepentingan rakyat.

    Keadaan negara tidak menjadi lebih baik bagi rakyat kecil dan penduduk 1ndonesia yang jauh

    dari pemerintahan pusat.

    Desentralisasi kekuasaan dengan otonomi daerah muncul sebagai jalan bagi pemerataan

    kesejahteraan antara pusat dan daerah. /tonomi daerah diharapkan mampu meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat di daerah-daerah karena sebelumnya masyarakat di daerah-daerah

    hanya mendapatkan sedikit %kue& dari pemerintahan pusat. Kekayaan daerah diba#a ke

     pemerintahan pusat dan kemudian baru dibagi ke daerah. 0asyarakat 1ndonesia yang hidup

    sebelum terbentuk Negara Kesatuan *epublik 1ndonesia hidup dalam pluralitas budaya dengan

     berlandaskan pada local #isdom masing-masing. 0aka disusunlah suatu konsep pemerintahan

     per#akilan yang mampu me#akili pluralitas tersebut. )erdebatan mengenai model demokrasi

    yang sesuai dengan bangsa 1ndonesia terus berlanjut. )engambilan keputusan dalam sistem

    demokrasi per#akilan yang dianut 1ndonesia harus sesuai untuk tingkat lokal dan tingkat

    12

     JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FISIP UNIVERSITAS WARMADEWA TA.2016

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    13/28

    nasional, dan mampu mendorong ter#ujudnya good go>ernance. )enekanannya adalah pada

     pembenahan institusi secara umum, sesuai dengan istilahnya yang berarti tata kelola yang baik.

    acana good go>ernance yang muncul pada masa krisis di 1ndonesia tidak hanya

    menjadi kehendak 'ank Dunia untuk mengontrol dan menga#asi pemerintah 1ndonesia yang

    telah mendapatkan dana pinjaman dari lembaga tersebut. Namun, good go>ernance menjadi

    kebutuhan masyarakat 1ndonesia di era re"ormasi untuk keluar dari krisis multi dimensi. *ealitas

     politik di 1ndonesia belum mencerminkan konsep ideal demokrasi prosedural. Demokrasi

     per#akilan yang diterapkan dengan memilih #akil rakyat melalui pemilu belum mampu

    menghasilkan pemerintahan yang bertanggung ja#ab, sehingga model demokrasi tersebut

    mengalami krisis kepercayaan dari rakyat. Krisis kepercayaan tersebut berdampak pada

    ketidakpercayaan rakyat terhadap institusi politik dan hukum. )adahal sistem demokrasi

    1ndonesia berdiri di atas konstitusi yang dibentuk pada a#al berdirinya negara 1ndonesia. Nilai-

    nilai demokratis secara normati" menjadi landasan regulasi dan tindakan aparatur negara dalam

    mengatur kepentingan pemerintah. *egulasi tersebut harus berlaku luas dan mampu melingkupi

    seluruh pluralitas masyarakat. 2ika tidak, maka yang terjadi adalah kon"lik >ertikal maupun

    hori(ontal.

    0asyarakat akan lebih memilih menggunakan kekerasan untuk mencapai keinginannya,

    karena #akil yang mereka pilih tidak dapat mengemban amanah rakyat yang telah memilihnya.

    )rinsip dasar pemerintahan demokratis adalah adanya partisipasi rakyat. )artisipasi rakyat

    tersebut disertai dengan diakuinya hak asasi manusia, kebebasan, solidaritas, dan kesamaan.

    Dalam masyarakat diperlukan kontrak sosial yang menjamin hak asasi setiap indi>idu yang ada

    di dalamnya. 2ohn Locke menyebut hak asasi tersebut sebagai hak-hak alamiah, yaitu hak hidup,

    kebebasan, dan kepemilikan. )enguasa harus memerintah dengan persetujuan rakyat. Demokrasi

    yang diterapkan di 1ndonesia secara prosedural tidak dapat berlandaskan pada kebebasan

    indi>idu sebagaimana dalam pandangan 'ertrand *ussell mengenai demokrasi liberal. 9al ini

    disebabkan oleh struktur komunal masyarakat 1ndonesia sangat menjunjung tinggi kebaikan

     bersama yang terdapat dalam budaya gotong-royong. Apabila demokrasi yang berbasis pada

    kebebasan indi>idu diterapkan, maka akan merusak struktur komunal masyarakat 1ndonesia yang

    merupakan kepribadian bangsa. 'erdasarkan kepribadian bangsa 1ndonesia yang menjunjung

    tinggi nilai-nilai gotong-royong dan kekeluargaan, maka dibentuk negara 1ndonesia yang

     berdasar pada kekeluargaan, gotongroyong, dan keadilan sosial. $oekarno berpendapat,

    13

     JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FISIP UNIVERSITAS WARMADEWA TA.2016

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    14/28

    mengenai hak asasi dalam negara demokrasi, bah#a indi>idualisme harus disingkirkan karena

    tidak sesuai dengan asas kekeluargaan dan gotong-royong. 30iriam 'udiarjo, +78 +H- +@64.

    Ketidakpercayaan rakyat terhadap #akil rakyat yang duduk di parlemen membuat

     beberapa kalangan menuntut diadakannya pemilihan #akil rakyat secara langsung. )emilihan

    secara langsung tersebut juga berimplikasi pada terjadinya kon"lik, karena melalui pemilihan ini

    suara mayoritaslah yang akan menang. !ara seperti ini berarti tidak sesusai dengan demokrasi

    )ancasila yang belandaskan musya#arah untuk mencapai mu"akat. 0eskipun demikian,

    demokrasi masih merupakan bentuk pemerintahan yang paling sedikit kelemahannya jika

    dibandingkan dengan bentuk pemerintahan lainnya. Dalam demokrasi, partisipasi rakyat menjadi

     basis pelaksanaan pemerintahan. )artisipasi rakyat merupakan elemen >ital sebuah sistem

    demokrasi untuk mengeje#antahkan prinsip-prinsip demokrasi. Namun partisipasi tersebut tidak 

    hanya dimaknai sebagai partisipasi akti" dalam pemilihan #akil rakyat atau sekedar partisipasi

     prosedural, tetapi juga partisipasi rakyat yang memiliki kultur dan personal demokratis

    3demokrasi substanti"4.

    Demokrasi per#akilan memang sesuai untuk pemerintahan tingkat lokal, tetapi untuk 

     pemerintahan tingkat lokal, demokrasi prosedural tidak harus dijalankan. Demokrasi pada tingkat

    lokal dapat menggunakan model demokrasi yang berdasarkan local #isdom daerah yang

     bersangkutan. Local isdom sebagai 0odal $osial 0asyarakat komunal, terlepas dari negara,

    sebenarnya sudah memiliki suatu tatanan pemerintahan yang ideal dan mampu merumuskan

     jalan keluar dari persoalan-persoalan yang mereka hadapi, serta mencari jalan keluar bersama.

    Tatanan tersebut disusun berdasarkan suatu konsep ideal atau pandangan hidup yang

    dieja#antahkan dalam kehidupan praktis mereka. Namun, masyarakat komunal ini berada dalam

    sebuah #ilayah negara. $ehingga kedudukan pemerintah komunal berada di ba#ah pemerintahan

    tingkat negara. Agar terjadi koordinasi yang harmonis dan tidak terjadi kon"lik antara

     pemerintahan pusat dan lokal maka perlu dijalin komunikasi dalam sebuah ruang publik.

    Komunikasi tersebut juga berlaku bagi setiap #arga masyarakat dengan pemerintah lokal dan

    setiap #arga masyarakat dengan negara. Namun, sering terjadi keterputusan komunikasi di

    antara hubungan-hubungan ini. )adahal masyarakat merupakan modal sosial yang sangat

    menentukan hidupnya demokrasi.

    'ardasarkan konsep dasar demokrasi %pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk 

    rakyat& , maka semua keputusan haruslah untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Namun

    14

     JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FISIP UNIVERSITAS WARMADEWA TA.2016

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    15/28

     jika dilihat pelaksanaan pemerintahan di 1ndonesia, pengambilan keputusan-keputusan yang

    menyangkut kehidupan rakyat tidak melibatkan rakyat. !ontoh sederhana dari demokrasi adalah

    mendengarkan, menghargai, menghormati pendapat orang lain, dan tidak memaksakan pendapat

    terhadap orang lain. 2ika pemerintah tidak mendengarkan pendapat rakyatnya dalam mengambil

    keputusan, maka keputusan yang diambil oleh pemerintah tentu tidak dapat menjadi solusi

    e"ekti" bagi persoalan yang dihadapi rakyat, karena pemerintah tidak mengetahui persoalan yang

    sebenarnya. Agar partisipasi masyarakat berjalan, maka diperlukan dialog atau yang disebut

    9abermas sebagai ruang publik. Di dalam ruang publik tersebut harus terjadi tindakan

    komunikati". Kunci komunikasi adalah pemahaman. 3eorge 0ierson, 566;8 54. )emahaman

    sangat diperlukan pemerintah untuk pengambilan keputusan di tingkat negara. Di pemerintahan

    lokal diperlukan pembangunan demokrasi dari ba#ah, yang sebenarnya sudah ditunjukkan

    masyarakat 1ndonesia.

     Demokrasi tingkat local inilah yang sebenarnya menjadi modal dasar negara 1ndonesia

     pada masa transisi dari masa pemerintahan /rde 'aru yang otoriter menuju pemerintahan

    demokratis. Demokrasi yang berdasarkan local #isdom mendorong ter#ujudnya demokrasi yang

    tidak hanya berasal dari para elite polik saja, tetapi juga dari rakyat yang sungguh-sungguh

    mencerminkan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Tugas masyarakat

    1ndonesia bersama untuk menggali potensi lokal untuk membangun tata kelola negara yang baik 

    dan menciptakan iklim demokrasi yang seharusnya. )emberdayaan Local isdom sebagaimana

    yang telah dikemukakan di atas, demokrasi yang berlandaskan local #isdom sangat diperlukan

    untuk system demokrasi. )embangunan good go>ernance dari ba#ah (bottom up4 dilakukan

    dengan memberdayakan keari"an-keari"an lokal masyarakat. Demokrasi dimulai dari hal paling

    kecil, hanya masyarakat sendiri yang mampu merumuskan masalah yang paling dekat dengan

    masyarakat itu. Kesejahteraan masyarakat dimulai dari masyarakat komunal yang kemudian

    meningkat menjadi kesejahteraan negara pada umumnya.

    )ertanyaan yang muncul adalah8 bagaimana cara memberdayakan keari"an-keari"an lokal

    tersebut? Apakah yang harus dilakukan agar demokrasi tidak terjebak dalam etnokrasi?

    )elaksanaan demokrasi secara prosedural harus mampu memberikan bargaining positition pada

     pemerintahan lokal, sebut saja pemerintahan desa. Agar posisi desa tersebut jelas dan

    mempunyai kekuatan hukum, maka disusunlah aturan hukum yang jelas. 'iasanya di tingkat

    desa, mayarakat sudah memiliki bentuk pemerintahan yang sesuai dengan tatanan sosial budaya

    15

     JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FISIP UNIVERSITAS WARMADEWA TA.2016

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    16/28

    masyarakatnya. 1nstitusi lokal yang terbentuk di masyarakat berdasarkan adanya rasa

    kebersamaan dan senasib sepenanggungan merupakan organisasi social yang perlu diperhatikan.

    $ebab, jika pemerintah tidak dapat mem"asilitasi institusi lokal dalam #adah negara, maka yang

    terjadi adalah crash dengan pemerintah pusat dan dapat berujung pada disintegrasi sebagaimana

    yang terjadi di Aceh dengan pemberontakan erakan Aceh 0erdeka atau merdekanya Timor 

    Leste dari Negara Kesatuan *epublik 1ndonesia. $truktur masyarakat lokal dilandasi oleh nilai

    dan norma yang dijunjung tinggi, serta rasa kebanggaan kedaerahan yang sangat tinggi. /leh

    karena itu, sangat rentan terjadi etnokrasi. =tnokrasi adalah kebalikan dari demokrasi, seperti

    yang dikutip dari )os Kupang 3###.indomedia.com48 %Iuali"ied rights to citi(enship yang

     bera"iliasi kepada 3ras, keluarga, agama, golongan atau bahasa4 sebagai prinsip utama

     pembagian:pembedaan kekuasaan dalam penyelenggaraan pemerintahan itu sendiri&. 'entuk ini

    nantinya mengacu pada status superioritas pada struktur pemerintahan.

    E. Par#ai Poli#ik Lokal% Demokrasi a#au Disi!#e$rasi

    )ada #aktu yang hampir bersamaan di tahun 566 ini, )emerintahan $'JKalla

    mendulang dua hal yang saling bertolak belakang, yakni8

    Per#ama,  prestasi yang membanggakan )emerintahan $'J-Kalla dalam upaya

    menyelesaikan kon"lik politik di Nanggroe Aceh Darussalam 3NAD4 dengan damai. 'encana

    alam tsunami yang memporak-porandakan 'umi $erambi 0ekah ini dijadikan satu momentum

    untuk sama-sama duduk satu meja dalam perundingan yang damai. )enandatanganan Nota

    Kesepahaman 30oinsi

    dari ruang lingkup NK*1 dibayar dengan sedikit perjudian politik, membolehkan partai politik 

    lokal berdiri dan ikut dalam kontestasi pilkada, baik di tingkat pro>insi maupun kabupaten:kota.

    )artai politik lokal yang diperbolehkan didirikan di NAD ini diasumsikan untuk menampung

    aspirasi politik eks A0 yang menganggap bah#a partai politik yang ada tidak cukup mampu

    menampung aspirasi politiknya.

    16

     JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FISIP UNIVERSITAS WARMADEWA TA.2016

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    17/28

    Kedua, adanya sejumlah senator dan per#akilan politik di )arlemen Amerika $erikat

    yang berasal dari ilayah )asi"ik berupaya memba#a isi kemerdekaan dan hak untuk 

    menentukan nasib sendiri bagi )ro>insi )apua ke $idang Kongres. Langkah tersebut telah

    memanaskan suhu politik di )apua, yang tengah mempersiapkan diri untuk pelaksanaan )ilkada

    di pro>insi, maupun kabupaten:kota. 0eski telah diklari"ikasi oleh 'ush sendiri bah#a Amerika

    $erikat menghormati dan mendukung keutuhan NK*1, namun sejatinya hal tersebut telah

    mengundang kekuatiran politik banyak kalangan akan kemungkinan terjadinya gejolak yang

    mengarah kepada upaya untuk memisahkan diri dari NK*1.

    Dua peristi#a politik tersebut mengingatkan kita kembali pada langkahlangkah politik 

     pemerintah sejak era /rde 'aru hingga sekarang ini. Langkah politik (ig-(ag, sporadis, hingga

    sistematis yang bermuara kepada lahirnya

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    18/28

    masyarakat setiap kunjungan. $ementara itu, ekses politik dari pembangunan kembali NAD

     pasca tsunami dan bencana gempa bumi menjadi salah satu ekses negati" bagi eksistensi NK*1 di

    #ilayah $erambih 0ekah tersebut Kedua, harus dipahami bah#a keberadaan partai politik lokal

    merupakan satu terobosan yang signi"ikan bagi upaya memperkuat partisipasi dan demokrasi.

    Keberadaan partai lokal menjadi jembatan politik antara masyarakat dengan elit politik, yang

    selama ini dapat dikatakan senjang. Keberadaan partai lokal pun bukan sesuatu yang baru di

    1ndonesia, setidaknya pada )emilu tahun + tercatat sedikitnya ada enam partai politik lokal

    yang berpartisipasi, yakni8 )artai *akyat Desa 3)*D4, )artai *akyat 1ndonesia 0erdeka 3)*104,

    )artai Tani 1ndonesia, erakan 'anteng, dan )artai )ersatuan Daya.

    0enariknya, ada dari partai politik lokal tersebut mendapatkan kursi di parlemen

    nasional, yakni )artai )ersatuan Daya. 1ni artinya bah#a langkah untuk mendorong

     perkembangan partai politik lokal di banyak daerah merupakan langkah strategis bagi penguatan

    eksistensi daerah terhadap pusat, yang ujungnya akan makin membangun kaitan tali-temali

     politik yang berkesinambungan antara kepentingan politik pusat dan daerah. =ksperimentasi

    )olitik meski pelaksanaan )ilkada di NAD baru April 566H nanti, namun langkah untuk 

    mengujimaterikan partai politik lokal harus menjadi salah satu agenda penting bagi penguatan

     partisipasi dan penguatan demokrasi lokal.

    9al ini harus diasumsikan bah#a partai politik lokal menjadi salah satu barang politik 

    yang harus dikemas agar menarik untuk dita#arkan kepada daerah-daerah lain di ruang lingkup

     NK*1. Dengan kata lain, menegasikan asumsi bah#a partai politik lokal membuka pintu peluang

     bagi "ederalisme, ataupun disintegrasi bangsa. 1ni artinya bah#a keberadaan partai politik local

    tidak hanya ada di NAD, tapi juga mungkin akan meramaikan )ilkada di )apua, yang dalam

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    19/28

    2ika di NAD setidaknya #acana keikutsertaan partai politik lokal dalam )ilkada sudah

     berkembang, maka di )apua, bahkan pelaksanaan )ilkada di )apua terus diundur, dan berlarut-

    larut, karena adanya pemahaman yang tidak sama dan tuntas perihal keberadaan partai politik 

    lokal, dan #akil masyarakat di 0ajelis *akyat )apua. Ada empat alasan politik yang

    mengemuka perihal perbedaan pemahaman dan implementasi dalam melihat eksistensi partai

     politik lokal di kedua pro>insi tersebut.

    Per#ama, upaya mengulur-ulur #aktu pemerintah diasumsikan akan membuat tuntutan

    akan keberadaan partai politik lokal menjadi bias dan tidak "ocus. )adahal langkah tersebut

    hanya akan menjadi bumerang bagi pemerintah di kemudian hari. $elain akan ada aksi sepihak 

     penolakan terlibat dalam pelaksanaan nota kesepahaman, juga dikuatirkan ada langkah mundur 

    dari upaya mencari solusi damai.

    Kedua, ketidaksiapan pemerintah dalam mengantisipasi tuntutan politik lokal, khususnya

    dari #ilayah kon"lik yang memiliki keinginan yang ekstra dan bersi"at khusus. Ketidaksiapan

    tersebut dapat dilihat bagaimana *isi setidaknya empat undang-undang, yakni8

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    20/28

    ada penyusutan yang signi"ikan. )adahal secara teoretis, dalam "ase demokrasi transisi,

    kurangnya partisipasi politik masyarakat hanya akan mengembalikan sirkulasi dan regulasi

     politik ke lingkaran segelintir elit politik saja.

    Ada e!am keu!#u!$a! oli#ik   apabila partai politik lokal dibiarkan tumbuh subur 

    dalam bingkai Negara Kesatuan *epublik 1ndonesia. 8

    Per#ama, partisipasi politik masyarakat akan tersalurkan dalam #adah dan partai politik 

    yang memiliki #arna yang sesuai dengan karakter dan lokalitas daerah dan #ilayahnya.

    )artisipasi politik semacam ini akan makin mendekatkan pemimpin dengan masyarakatnya,

    sehingga terbangun jembatan politik yang mampu me#ujudkan tata kelola kebijakan yang

     berbasis pada aspirasi politik masyarakat.

    Kedua, keberadaan partai politik lokal secara subtansi memagari keinginan untuk 

    menuntut kemerdekaan dan pemerintahan sendiri. 9al ini dikarenakan masyarakat secara terbuka

    dan akti" terlibat dalam proses pemilihan pemimpinnya, tanpa campur tangan pemerintah pusat.

    Karakteristik kepemimpinan politik yang dihasilkan akan mengikuti selera politik 

    masyarakatnya, sehingga peran pemerintah pusat hanya menjadi penegas dari hasil tersebut.

    Ke#i$a,  rekruitmen politik lebih jelas dan berbasis dari masyarakat sendiri. *ekruitmen

    tersebut menjadi isu yang signi"ikan karena kerap kali calon-calon dalam pilkada tidak berbasis

    di daerah dan #ilayahnya, sehingga dapat dilihat sebagai langkah mundur dalam penguatan

     politik lokal. *ekruitmen politik untuk mengisi posisi-posisi strategis di daerah, akan makin kuat

    legitimasinya apabila diperoleh dari seleksi yang dilakukan di sejumlah partai politik lokal, dan

    hasil dari kontestasi pilkada. Dengan berbasis pada dukungan partai politik lokal, seleksi

    kepemimpinan di #ilayah yang bersangkutan akan lebih selekti" dan e"ekti". 9al ini dikarenakan

     partai politik lokal yang akan menyeleksi calon-calon diasumsikan lebih tahu karakteristik dan

     potensi daerahnya. $ehingga dengan adanya partai politik lokal, saringan terhadap potensi

    kepemimpinan daerah yang bersangkutan akan lebih baik lagi.

    Keema#, partai politik lokal secara prinsip menambah pilihan politik bagi masyarakat

    untuk menentukan pilihan politiknya. 'eragamnya pilihan calon yang diusung dengan berbagai

    kendaraan politik secara inheren melakukan pendidikan politik masyarakat. $ehingga yang

    terbangun tidak hanya sekedar sentimen daerah atau lokal saja yang terbangun, tapi juga

     pembangunan kesadaran dan pendidikan politik bagi masyarakat perihal calon-calon yang ada

    kepada masyarakat. $ebab, harus diakui salah satu peluang yang harus diminimalisir dalam

    20

     JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FISIP UNIVERSITAS WARMADEWA TA.2016

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    21/28

     pembangunan partai politik lokal adalah terbangunnya sentimen kedaerahan yang membabi buta.

    Jang pada akhirnya menghilangkan semangat dan tujuan positi" dari adanya partai politik lokal.

    Kelima,  tereksploitasinya segenap potensi daerah untuk bersama-sama membangun

    daerah dan #ilayahnya secara konstrukti". Keberadaan potensi daerah yang tidak muncul saat

    menggunakan sistem kepartaian nasional, karena adanya campur tangan pusat, maupun de#an

     pimpinan pusat partai bersangkutan dalam pencalonan dan seleksi kandidat akan tereduksi

    dengan diperbolehkannya partai politik lokal. 9al ini menjadi salah satu peluang bagi potensi

    lokal yang selama ini tidak terakomodasi untuk membuktikan kapasitasnya le#at kendaraan

     politik partai politik lokal.

    Kee!am,  dengan adanya partai politik lokal diasumsikan akan memberikan garansi

    regenerasi kepemimpinan politik di daerah yang berkesinambungan. *egenerasi kepemimpinan

     politik di daerah tidak lagi terinterupsi oleh kepentingan pemerintah pusat atau pengurus partai di

    tingkat pusat yang hanya akan memaksakan calon-calon dropping dari de#an pimpinan partai

    atau rekayasa pemerintah pusat. *egenerasi kepemimpinan politik yang berkesinambungan

    memberikan harapan bagi masyarakat untuk secara bersungguh-sungguh memberikan aspirasi

     politiknya agar daerahnya lebih maju, dengan tetap memperhatikan asas tata kelola pemerintahan

    yang baik.

    Dari enam keuntungan politik perihal sebaran partai politik lokal di daerahdaerah tersebut

    secara prinsip bergantung dari pelaksanaan )ilkada di NAD dan )apua, yang mengeksploitasi

    keberadaan partai politik lokal sebagai salah satu kontestan yang menjadi kendaraan politik 

    masing-masing calon. $ehingga dibutuhkan dua syarat bagi penguatan demokrasi lokal, dengan

    salah satunya melakukan eksperementasi politik partai politik local ke daerah lain dengan tetap

    dalam bingkai NK*1.

    $yarat pertama, berhasil tidaknya partai politik lokal yang ikut dalam pelaksanaan

    )ilkada di NAD dan )apua, baik dalam pemilihan gubernur maupun kabupaten:kota.

    Keberhasilan partai politik lokal dalam pelaksanaan )ilkada di NAD dan )apua ini besar 

     pengaruhnya bagi masa depan politik 1ndonesia secara keseluruhan. Artinya bah#a keberadaan

     partai politik lokal bukan lagi hanya sekedar menjadi #acana di NAD ataupun )apua, tapi sudah

    harus diujimaterikan juga di #ilayah dan daerah lain. sehingga tingkat keberhasilan keterlibatan

     partai politik lokal dalam pilkada derajat pengaruhnya sangat besar bagi perkembangan partai

     politik lokal di daerah lain.

    21

     JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FISIP UNIVERSITAS WARMADEWA TA.2016

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    22/28

    $yarat kedua, adanya political #ill dari pemerintah. )olitical #ill ini menjadi satu-

    satunya cela politik bagi eksistensi kepartaian politik lokal, selain pengaruh berhasil atau

    tidaknya kiprah partai politik lokal di NAD dan )apua. $ebab political #ill tersebut berimplikasi

    kepada perubahan perundang-undangan aturan partai politik lokal, penyelenggaraan

     pemerintahan daerah, dan peraturanperaturan pendukung lainnya.

    Dengan adanya syarat-syarat tersebut, kita dapat mendamba bah#a tahun 566 ini

    merupakan titik pijak politik bagi upaya membangun 1ndonesia yang lebih baik, dengan

    memperhatikan segenap potensi daerahnya. Tanpa harus menanggalkan konsepsi Negara

    Kesatuan *epublik 1ndonesia 3NK*14 yang merupakan harga mati bagi penyelenggaraan negara.

    -. Tra!sormasi Me!u(u Demokrasi Lokal

    )emilihan langsung dalam proses trans"ormasi menuju demokrasi. pencapaian demokrasi

    hendaknya tidak hanya dinikmati pada tingkat nasional, namun juga menyentuh tingkat pro>insi,

    kabupaten, bahkan tingkat desa sekalipun, karenanya perlu pendidikan dan penerapan demokrasi

     pada tingkat lokal. Kajian ini membahas mengenai bagaimana pandangan masyarakat mengenai

     pemilihan kepala daerah secara langsung, kajian akademis mengenai pemilihan langsung kepala

    daerah, dan memberi pengalaman pemilihan kepala daerah di berbagai negara yang diharapkan

    dari sana dapat ditemukan suatu cara pemilihan kepala daerah yang sesuai dengan keadaan dan

     budaya 1ndonesia. Asosiasi D)*D Kota $eluruh 1ndonesia 3AD=K$14 adalah /rganisasi otonom

    dan independen terdiri dari H D)*D Kota dari seluruh 1ndonesia.

    AD=K$1 didirikan pada tanggal 5H 2uni 566+ sebagai bagian dari program desentralisasi

    yang lebih dikenal dengan otonomisasi daerah. AD=K$1 melaksanakan tiga kegiatan utama

    yakni mem"asilitasi penyelenggaraan kegiatan pengembangan kapasitas anggotanya, kegiatan

    ad>okasi dan penyediaan layanan in"ormasi dan publikasi. AD=K$1 melakukan kerjasama dan

    didukung oleh lembaga lain baik dari dalam maupun luar negeri yang memiliki misi dan >isi

    yang sejalan, diantaranya terciptanya tata pemerintahan lokal yang baik 3good local go>ernance4,

     peningkatan kualitas hidup masyarakat di daerah melalui peningkatan kualitas demokrasi di

    tingkat lokal. penebitan buku ini adalah bagian dari kegiatan AD=K$1 dalam menyediakan

    layanan in"ormasi dan publikasi.

    Jayasan Konrad Adenauer 3KA$4 adalah salah satu yayasan 2erman terkemuka yang

    didirikan pada tahun +H7 dan dinamai sesuai Kanselir pertama *epublik Gederal 2erman.

    22

     JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FISIP UNIVERSITAS WARMADEWA TA.2016

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    23/28

    0emiliki program di lebih dari +66 negara, KA$ bertujuan mengembangkan demokrasi,

    menegakkan aturan-aturan hukum dan sistem ekonomi pasar sosial. KA$ tidak memiliki maksud

    menerapkan secara langsung konsep-konsep dan model-model yang telah berhasil digunakan di

    2erman, melainkan mena#arkan kerjasama melalui diskusi dan tukar pengalaman antara mitra-

    mitra dari luar negeri, sehingga tercapai kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak.

    Dalam rangka memberikan kontribusi bagi masa depan 1ndonesia, KA$ menjalin kerjasama baik 

    dengan lembaga pemerintah maupun non-pemerintah, media, dan sebagainya. Gokus kegiatan

    KA$ mencakup civic education dan polic advice, dialog politik dan ekonomi, serta pemahaman

    antar agama dan budaya. )ilkada dan 1mpian Demokrasi Lokal merupakan rencana pemerintah

    untuk melaksanakan pemilihan kepala daerah 3pilkada4 secara langsung mulai bulan 2uni 566,

    memberikan #arna tersendiri bagi perjalanan demokrasi di 1ndonesia. $etelah sukses )emilihan

    )residen:akil )residen tahun lalu, maka pilkada akan menjadi suatu catatan bagi komitmen

     perluasan peran serta rakyat untuk memilih pemimpinnya sesuai dengan kategori

    ke#ilayahannya masing-masing.

    Teknis persiapan memang masih dihadang proses penyiapan peraturan pemerintah 3))4,

    dan adanya upaya  judicial review 3ke 0ahkamah Konstitusi4 yang dilakukan oleh beberapa

    lembaga s#adaya masyarakat 3L$04 dan Komisi )emilihan

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    24/28

    melalui #akil-#akilnya yang duduk di parlemen sangat terbatas. 0eskipun tidak dapat dipukul

    rata, para #akil rakyat di D)*D hanya ber"ikir bagaimana mengembalikan uang yang

    dikeluarkan sesegera mungkin dan kalau perlu justru mencari untung melalui posisinya sebagai

    anggota D)*D. Terlepas dari argumentasi pihak-pihak berpolemik berkenaan ketentuan

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    25/28

     perkuatan iklim pluralitas, ketika #e#enang penentuan calon-calon harus melalui jalur partai

     politik.

    Demokrasi lokal melalui pilkada sangat tergantung pada keputusan elite politik partai.

    Artinya, meskipun calon 3independen4 dimungkinkan, tetapi jadi tidaknya mereka sebagai bakal

    calon yang masuk nominasi partai sangat tergantung partai bersangkutan. Di sini kembali

     berpotensi oligarki partai yang hanya ditentukan oleh kalangan elite partai. 0eskipun pada setiap

     partai dalam tahap penjaringan bakal calon dan nominasi calon mengambil cara-cara berbeda,

    seperti halnya melalui kon>ensi, kon"erensi daerah, atau sekadar kesepakatan antar pengurusnya

    setempat, tetapi kemungkinan oligarki itu dapat terjadi. Namun, sebagaimana yang terjadi di

    tingkat nasional, optimisme tampaknya menjurai.

    'ukan mustahil berdasarkan popularitas yang melambung, calon dari partai minoritas

    dapat tampil sebagai pemenang, meskipun partai bersangkutan kalah pada saat )emilu D)*D.

    Tokoh-tokoh daerah diharapkan dapat muncul dan memba#a suasana segar dalam pemerintahan

    daerah, setelah lama kita hidup dalam iklim pemimpin yang didroping dari pusat.

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    26/28

    Demokrasi di tingkat lokal menjanjikan dua kemungkinan sekaligus, yakni8 kemajuan

    dan kemunduran atau perubahan dan kemandegan. Apabila demokratisasi itu berjalan secara

    substati" maka perubahan menuju tata masyarakat yang maju dapat diharapkan. $ebaliknya jika

     proses demokrasi itu hanya menyentuh aspek-aspek yang super"isial, hanya "ormalitas dan ritual

    demokrasi belaka, maka angan-angan tentang perubahan itu hanya akan menjadi mimpi. $alah

    satu yang menjadi penentu apakah demokratisasi akan mengarahkan masyarakat pada peradaban

    yang luhur atau tidak adalah masyarakat itu sendiri. 0asyarakat yang apatis dan berpartisipasi

    secara pasi" atau oportunistik dalam konteks demokratisasi di #ilayahnya sangat berpotensi

    untuk melahirkan kualitas peradaban yang rendah.

    Di dalamnya tidak ada interpersonal trust 3kepercayaan antar-orang4 dan ci>ic

    engagement 3ketelibatan sosial masyarakat4 juga nihil. )adahal keduanya merupakan "aktor yang

    sangat penting 3crucial 4 bagi kukuhnya bangunan demokrasi. Dengan demikian keruntuhan

    demokrasi tinggal menunggu #aktuny saja. $ebaliknya bila masyarakat memupunyai partisipasi

    kritis dalam konteks demokratisasi itu, maka kekuatan masyarakat kepada kualitas peradaban

    yang luhur bisa mengarahkan peradaban yang lebih baik.

    DA-TAR PUSTAKA

    26

     JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FISIP UNIVERSITAS WARMADEWA TA.2016

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    27/28

    +. Tau"ik Abdullah, 566+. !asionalisme dan ejarah. 'andung8 $atya

    9istorika.9lm +5 dan lihat juga8 !harles G. Andrain, +5. #ehidupan $olitik 

    dan $erubahan osial% Jogyakarta8 )T. Tiara acana. 9lm. 5@-5.

    5. idodo .

  • 8/16/2019 Demokrasi Di Tingkat Lokal

    28/28

    PERANAN DEMOKRASI DI TINGKAT LOKAL

    Disusu! Oleh %

    +. 'ayu L. JudhaN10. +75++5+67;

    5. 1 ayan Arjono N10. +;5++5+6;5

    ;. Adrianus Tenabolo N10.7. J. 1da Dapa#ole N10. 5+5++5+65

    . =rick Tenabolo N10.

    0A9A$1$A 1L0< )=0=*1NTA9AN GAK