32
Dosen: 1. Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT 2. Prima Gandhi, SP; MSi DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN (ESL-FEM), IPB EKONOMI KELEMBAGAAN Topik: Kelembagaan Pengelolaan SD Mineral dan Energi Regulasi

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Dosen: 1. Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT 2. Prima Gandhi, SP; MSi

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN (ESL-FEM), IPB

EKONOMI KELEMBAGAAN

Topik: Kelembagaan Pengelolaan SD Mineral dan Energi

Regulasi

Page 2: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

1. Kondisi Keenergian Saat Ini

2. Kebijakan Energi Nasional

3. Membangun Kedaulatan ESDM

4. Kebijakan Pengembangan EBTKE

5. Kebijakan Terobosan

6. Kerangka Kelembagaan

Isi

Page 3: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Kondisi Keenergian Saat Ini

3

Page 4: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Situasi Energi Kita Hari Ini

1. Sejak 2001 cadangan migas kita terus menurun, tingkat pengembalian cadangan tak sampai 60%.

2. Sejak 1997 produksi dan lifting migas terus menurun, 5 tahun terakhir tidak pernah mencapai target.

3. Indonesia merupakan importir BBM nomor dua terbesar di dunia, jika tidak melakukan langkah-langkah serius, akan menjadi importir BBM terbesar.

4. Kilang pengolahan minyak kita mengalami penuaan, dan tidak efisien. Lima tahun terakhir kerugian kilang mencapai 50 triliun (10 triliun/tahun).

5. Indonesia belum punya cadangan strategis (strategic reserve) BBM.

6. Pembangunan infrastruktur gas amat lambat, sehingga ketergantungan pada BBM begitu besar.

7. Kita hanya memiliki 5,7% cadangan dunia batubara*, namun menjadi pengekspor terbesar.

8. Dari 24 sistem kelistrikan kita, hanya 5 sistem dalam keadaan normal sementara 14 sistem defisit bahkan 5 sistem mengalami krisis.

9. Saat ini, energy mix masih didominasi oleh minyak bumi (46%), EBT hanya 5%.

*BP Statistical Review 2014

Page 5: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Paradoks Energi Indonesia – Bukan Lagi Pengekspor Migas

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

'80

'81

'82

'83

'84

'85

'86

'87

'88

'89

'90

'91

'92

'93

'94

'95

'96

'97

'98

'99

'00

'01

'02

'03

'04

'05

'06

'07

'08

'09

'10

'11

'12

'13

Produksi minyak

Konsumsi minyak

Masa kejayaan minyak Indonesia

Thn

Thsd bpd

Sumber: IEA dan EIA/AS

Era Impor

Perubahan Sejarah Energi Indonesia, dari Anggota OPEC menjadi Pengimpor Minyak

“Cadangan terbukti minyak bumi dikhawatirkan akan habis dalam 10-13 tahun.” ~ RPJMN 2015-2019, 7 Januari 2015 ~

Page 6: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Aceh Sumut (SBU) 1.806 MW

2,64%

Bangka 104 MW 6,05%

Sumbar Riau Jambi (SBT) 1.530 MW

1,28%

Sumsel Bengkulu Lampung (SBS)

2.028 MW -0,67%

Kalselteng 533 MW 5,08 %

Jawa Bali 22.410 MW

5,66%

Sulutgo 291 MW -4,32 %

Kaltim 454 MW 3,76 %

Ambon 54 MW 4,67 %

Kupang 48 MW

0 %

STATUS:

: 5 Normal (Cadangan cukup) : 14 Siaga (Cadangan lebih kecil dari pembangkit terbesar) : 5 Defisit (Pemadaman sebagian bergilir)

Belitung 27 MW 7,12%

Tj. Pinang 52 MW 9,78% Batam

293 MW 28,85%

Palu 90 MW 5,36 %

Poso-Tentena 20 MW 145,6 %

Sulsel 846 MW 34,66 %

Kendari 71 MW

-15,04 %

NTT Isolated 87 MW 9,46 %

Sorong + Papua Isolated

136 MW 16,99 %

Jayapura 71 MW -1,25%

Kalbar 358 MW -2,35%

Ternate + Maluku Isolated

83 MW 21,93%

Lombok 189 MW 4,41 % Bima Sumbawa

69 MW 9,32 %

Situasi Kelistrikan Nasional

Page 7: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Kebijakan Energi Nasional

Page 8: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Mendukung Implementasi Nawacita

ke-3: Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka NKRI;

ke-5: Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;

Ke-6: Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional;

Ke-7: Kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor domestik;

Upaya Percepatan Pembangunan Daerah Perbatasan, Daerah Tertinggal, Daerah Terpencil, Daerah Terluar, dan Daerah Pesisir/Kepulauan

Page 9: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Ruang Lingkup Pembangunan Sektor ESDM

Minyak bumi

Batubara

Gas Bumi

Tenaga Surya

Tenaga Air

Bioenergi

Panas Bumi

Logam

Non Logam

Konversi

Transportasi

Industri & Pupuk

Rumah Tangga

Pemanfaatan

Kerajinan

Pengolahan & Pemurnian

Industri

Komersial

Sumber Daya

Ene

rgi

Min

era

l

Pembangkit Listrik

Kilang

Page 10: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Kebijakan (Prioritas) Pengembangan Energi (1/2)

Prioritas pengembangan Energi dilakukan melalui:

1. Pengembangan Energi dengan mempertimbangkan keseimbangan keekonomian energi, keamanan pasokan energi, dan pelestarian fungsi lingkungan hidup;

2. Memprioritaskan penyediaan energi bagi masyarakat yang belum memiliki akses terhadap energi listrik, gas rumah tangga, dan energi untuk transportasi, industri, dan pertanian;

3. Pengembangan energi dengan mengutamakan sumber daya energi setempat;

4. Pengembangan energi dan sumber daya energi diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri; dan

5. Pengembangan industri dengan kebutuhan energi yang tinggi diprioritaskan di daerah yang kaya sumber daya energi.

Ayat (1) Pasal 11 PP Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN)

Page 11: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Kebijakan (Prioritas) Pengembangan Energi (2/2)

Prioritas pengembangan energi nasional didasarkan pada prinsip:

1. Memaksimalkan penggunaan energi terbarukan dengan memperhatikan tingkat keekonomian;

2. Mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi dan energi baru;

3. Menggunakan batubara sebagai andalan pasokan energi nasional.;

4. Meminimalkan penggunaan minyak bumi.

Ayat (2) Pasal 11 PP Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN)

Page 12: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Membangun Kedaulatan Energi

Page 13: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

23%

25% 30%

22% 5%

46% 31%

18%

194 MTOE

~ 400 MTOE

Energi Baru dan Terbarukan

Minyak Bumi Gas Bumi

Batubara Tahun 2025 Kondisi Saat ini

Target Bauran Energi Nasional Tahun 2025 – Amanat KEN

Saat ini Tahun 2025

Pembangkit Listrik 51 GW 115 GW

Konsumsi Energi 0,8 ToOE/kapita 1,4 TOE/kapita

Konsumsi Listrik 776 KWh/kapita 2.500 KWh/kapita

EBT

Minyak

Gas

Batubara

TOE : Tons Oil Equivalen = 41,850,000,000 joule energi = 11.626 kWh = 39.680.000 btu =1.270 meter kubik gas alam

Page 14: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Mandatori Bauran Penggunaan Energi Primer

Pembangkit Tenaga Listrik (KEN)

Minyak Bumi 25% ~ 96 MTOE (juta)

Gas Bumi 22% ~ 76,75 MTOE

Batubara 22% ~ 113,45 MTOE

EBT 23% ~ 84,15 MTOE B

aura

n E

nerg

i Pri

mer

(PP 7

9/2014)

Komposisi Kapasitas Pembangkit

60% Fosil 40% EBT

46,8 GW

2025: 115 GW

68,2 GW

Page 15: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Telah dilakukan

opimalisasi sumber daya

dan percepatan

pengembangan EBT

46,75 Kekurangan kapasitas ± 5GW, masih

dikoordinasikan cara pemenuhannya

20,74 GW

41,89 GW

Optimalisasi Pembangkit EBT

Page 16: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Peran EBT dalam Program Listrik 35.000 MW

Batubara,

50%

Gas, 25%

EBT, 25%

Kontribusi PLT berbasis EBT adalah 25%, atau sebesar 8.750 MW, yaitu dari :

PLT Panas Bumi (1.751 MW, 20%),

PLT Air (2.438 MW, 28%),

PLT Bioenergi (1.156 MW, 13%),

PLT Surya , PLT Angin, PLT Arus laut dan EBT lainnya sebesar (3.405 MW, 39%).

Diperlukan investasi sebesar 29,8 milyar USD atau sekitar Rp. 402 T.

Page 17: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Potensi EBT – Masa Depan (yang terabaikan)

Sumber: Ditjen EBTKE, 2014

Energi Fosil Cadangan terbukti: • Minyak Bumi : 3,6 miliar barel • Gas Bumi : 100,3 TSCF Produksi: • Minyak Bumi : 288 Juta barel • Gas Bumi : 2,97 TSCF Diperkirakan akan habis: • Minyak Bumi : 13 tahun • Gas Bumi : 34 tahun

Panas Bumi 29 GW

PLTA/Hydro 75 GW

Surya 112 GWp

Energi Laut 61 GW

Angin 950 MW

Kapasitas terpasang Pembangkit saat ini

Rencana Pembangunan Pembangkit

53.585 MW

35.000 MW +7.500 MW

New project

Bioenergi 32 GW

On going project

Page 18: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Kebijakan Pengembangan EBTKE

Page 19: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

1. Menambah kapasitas pembangkit/produksi energi; Pertumbuhan energi berkisar 8% per tahun, perlu ada penambahan kapasitas untuk memenuhi kebutuhan energi melalui PLTP dan PLTA

2. Menambah penyediaan akses terhadap energi modern untuk daerah terisolir jaringan PLN, khususnya di daerah – daerah terpencil dan pulau kecil; Program yang berjalan: Listrik/energi pedesaan dengan mikrohidro, surya, biomassa, biogas

3. Mengurangi subsidi BBM/listrik (energi) PLTD PLTS, PLTMH, Biomassa; Biaya produksi listrik dari energi terbarukan sudah bersaing dengan BPP PLTD. Substitusi PLTD dengan pembangkit energi terbarukan dapat mengurangi subsidi.

4. Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK); Peningkatan efisiensi energi dan pemanfaatan energi terbarukan meminimalkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

5. Menghemat energi Menghemat 1 kWh jauh lebih murah dan mudah, dibandingkan dengan memproduksi 1 kWh.

Kebijakan Pengembangan EBTKE

Page 20: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Kebijakan Terobosan

Page 21: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Kebijakan Terobosan

No Kebijakan Keterangan

1. Feed in Tariff Penerapan harga beli listrik dari pembangkit EBT oleh PT PLN (Persero)

2. Peningkatan Porsi Biofuel Penerapan mandatori BBN dan menghimpun dana dari investor melalui Badan Layanan Umum

3. Peningkatan Rasio Elektrifikasi

Peningkatan rasio elektrifikasi di wilayah off grid melalui pembangunan PLT dari energi terbarukan

4. Audit energi Audit energi melalui program kemitraan

5. Negosiasi harga setelah eksplorasi dan FS untuk proyek mangkrak

Mangkrak karena harga listrik hasil lelang rendah atau tidak ekonomis, maka dikeluarkan Permen No. 17/2014 dengan memberikan kepastian bahwa setelah eksplorasi dan FS dapat melakukan negosiasi untuk mencapai keekonomian

6. Penugasan kepada BUMN/BLU

Untuk frontier area atau WKP Panas Bumi yang tidak menarik dapat dioptimalkan/dimanfaatkan dengan menugaskan BUMN atau BLU (UU No. 21/2014)

7. Sentralisasi perijinan Penarikan kewenangan pengelolaan Panas Bumi untuk listrik (perijinan, pengawasan, pembinaan pengawasan ditarik dari Pemerintah Daerah ke Pemerintah Pusat)

Page 22: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Kerangka Kelembagaan

Page 23: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

EBTKE

GOVERNMENT

BUSSINESS

COMMUNITY

ACADEMY

• Menyusun regulasi dan kebijakan • Fasilitator • Memberikan pembinaan dan pengawasan • Melaksanakan program di bidang EBTKE • Diseminasi informasi program EBTKE

• Mengembangkan sektor litbang • Inovasi teknologi (mengurangi ketergantungan

asing) • Rekomendasi regulasi teknis/standard • Capacity building

• Melakukan pengusahaan EBTKE • Memproduksi EBTKE • Berkontribusi dalam penerimaan

negara dan kegiatan ekonomi

• Berperan aktif dalam mendorong pemanfaatan EBTKE • Sebagai penerima manfaat • Ikut berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan EBTKE • Ikut berkontribusi dalam diseminasi informasi EBTKE

Kerangka Kelembagaan

Dukungan dalam peningkatan TKDN

Page 24: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Kebijakan Energi Indonesia

Peningkatan

Aktifitas

Economi

Ketahanan

Nasioinal

Pe

ran

En

erg

i

Ke

tah

an

an

En

erg

i

Eksplorasi

Produksi

Konservasi (Optimalisasi

Produksi)

Diverfisikasi

Konservasi

(Efisiensi)

Kebijakan Sisi

Penawaran

Kebijakan Sisi

Permintaan

Keterjaminan

Pasokan

Kesadaran

Masyarakat

Harga

Pe

rub

ah

an

Pa

rad

igm

a

Subsidi

Langsung

Berhadapan Dengan

Nilai Harga Ekonomis

Page 25: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Energi Bersih

25

Page 26: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Energi Bersih

26

BALI: KAWASAN

NASIONAL ENERGI

BERSIH

MEMBANGUN 1000 MW (100%) BERBASIS PEMBANGKIT ENERGI BERSIH DALAM 3 TAHUN. UNTUK FASE PERTAMA 18 BULAN, FOKUS MENGGANTI 3 PLTD MENJADI PLTG DAN PADA SAAT YANG SAMA MULAI MENGEMBANGKAN ENERGI SURYA, ANGIN DAN AIR DENGAN SISTEM OFF GRID.

CENTRE OF

EXCELLENCE

ENERGI BERSIH

KEBUN

ENERGI INISIATIF INI SUDAH DIMULAI DIATAS LAHAN TERLANTAR SELUAS 65 RIBU HA DI KALTENG DAN

AKAN DIIKUTI DENGAN KALTIM, PAPUA, PAPUA BARAT, NTT DAN SULSEL.

INVESTASI

SWASTA

PEMERINTAH AKAN MENERBITKAN PERATURAN YANG MEMBERIKAN KEMUDAHAN LAYANAN BAGI INVESTASI DI ENERGI BARU DAN ENERGI TERBARUKAN.

PERATURAN TERSEBUT AKAN MEMFASILITASI LAYANAN PENGADAAN, FASILITASI PERIJINAN, FASILITASI PENDANAAN, FASILITASI PELEPAS SUMBATAN, PENGEMBANGAN KAPASITAS LOKAL MELALUI FASILITATOR ENERGI.

EFISIENSI

ENERGI

AKAN DITETAPKAN RENCANA INDUK KONSERVASI ENERGI NASIONAL. KEGIATAN INI AKAN DIIKUTI KAMPANYE MASIF KONSERVASI ENERGI YANG DIIKUTI DENGAN ENERGI, LABELLING DAN PENYIAPAN MANAJER ENERGI.

DIRENCANAKAN SAYEMBARA DESAIN CoE. FEASIBILITY STUDY, DAN PELAKSANAAN DESAIN AKAN DILAKUKAN PADA TAHUN INI, DENGAN PEMBANGUNAN DILAKSANAKAN AWAL TAHUN 2016.

PERSIAPAN DESAIN AKAN DILAKSANAKAN DENGAN KERJASAMA BERSAMA NREL

Page 27: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

NO REGULASI (SEBELUM) REGULASI (SETELAH)

PLTS

1. Permen ESDM Nomor 31 Tahun 2009 Rp. 656/kWh: tegangan menengah Rp. 1.004/kWh: tegangan rendah

Permen ESDM Nomor 17 Tahun 2013 25 sen USD/kWh 30 sen USD/kWh (TKDN sekurangnya 40%)

PLT BIOGAS DAN BIOMASSA

2 Permen ESDM Nomor 31 Tahun 2009 Rp. 656/kWh: tegangan menengah Rp. 1.004/kWh: tegangan rendah

Permen ESDM Nomor 27 Tahun 2014 Biomassa: Rp. 1.150/kWh: tegangan menengah Rp. 1.500/kWh: tegangan rendah Biogas: Rp. 1.050/kWh: tegangan menengah Rp. 1.400/kWh: tegangan rendah

PLT SAMPAH KOTA

3. Permen ESDM Nomor 31 Tahun 2009 Rp. 656/kWh: tegangan menengah Rp. 1.004/kWh: tegangan rendah

Permen ESDM Nomor 19 Tahun 2013 Zero Waste : Rp. 1.450/kWh: tegangan menengah Rp. 1.798/kWh: tegangan rendah Landfill : Rp. 1.250/kWh: tegangan menengah Rp. 1.598/kWh: tegangan rendah

Feed-In Tariff

Page 28: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

NO REGULASI (SEBELUM) REGULASI (SETELAH)

PLTA

4. Permen ESDM Nomor 31 Tahun 2009 Rp. 656/kWh: tegangan menengah Rp. 1.004/kWh: tegangan rendah

Permen ESDM Nomor 19 Tahun 2015 Aliran/Terjunan Air Sungai: Tegangan Menengah: 12 sen USD (tahun ke 1 s.d 8) 7,5 sen USD (tahun ke 9 s.d 20) Tegangan Rendah: 14,4 sen USD (tahun ke 1 s.d 8) 9 sen USD (tahun ke 9 s.d 20)

Waduk existing: Tegangan Menengah: 10,8 sen USD (tahun ke 1 s.d 8) 6,75 sen USD (tahun ke 9 s.d 20) Tegangan Rendah: 13 sen USD (tahun ke 1 s.d 8) 8,1 sen USD (tahun ke 9 s.d 20)

PLTA ( s.d 10 MW): penyesuaian harga dari Permen ESDM No. 22 Tahun 2014 Tegangan Menengah: 9,3 sen USD Tegangan Rendah: 11 sen USD

Feed-In Tariff

Page 29: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

NO REGULASI (SEBELUM) REGULASI (SETELAH)

PLTP

5. Permen ESDM Nomor 32 Tahun 2009 9,7 sen USD/kWh

Permen ESDM Nomor 17 Tahun 2014

Feed-In Tariff

PEMBAGIAN WILAYAH: Wilayah I: Wilayah Sumatera, Jawa dan Bali Wilayah II: Wilayah Sulawesi, NTB, NTT,

Halmahera, Maluku, Papua dan Kalimantan; Wilayah III: Wilayah yang berada pada

Wilayah I atau Wilayah II tetapi sistem transmisinya terisolasi, pemenuhan kebutuhan listriknya sebagian besar diperoleh dari pembangkit listrik dengan bahan bakar minyak.

Page 30: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

NO MANFAAT NILAI MANFAAT B10 NILAI MANFAAT B15

1 Penghematan devisa & pengurangan

ketergantungan terhadap BBM (fosil) 1,63 miliar USD = Rp. 20.4 Triliun 2,54 miliar USD = Rp. 31,71 Triliun

2 Peningkatan nilai tambah industri hilir kelapa

sawit (CPO menjadi biodiesel) Rp 7,0 triliun Rp 10,9 Triliun

3 Peningkatan harga CPO dunia 146,62 USD/ton 309 USD/ton

4 Peningkatan penerimaan negara (pajak, bea

keluar) Bea keluar: Rp 15,19 Triliun; PPN: 23% Bea keluar: Rp 30 Triliun

5 Berkembangnya industri BBN di dalam negeri Penyerapan tenaga kerja: 3.000 orang

Peningkatan pajak penghasilan badan

Penyerapan tenaga kerja: dan

Peningkatan pajak penghasilan

badan

6 Penyerapan tenaga kerja On farm: 375.000 orang

Off farm: 2.840 orang

On farm: 671.250 orang

Off farm: 5.065 orang

7 Peningkatan pendapatan petani kelapa sawit 15,3% 32,2%

8 Pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) &

peningkatan kualitas lingkungan 5.1 juta ton CO2e 7,9 juta ton CO2e

9 Meningkatkan ketahanan energi nasional Penyediaan energi domestik Penyediaan energi domestik

30 Catatan: Perhitungan dengan menggunakan asumsi harga CPO untuk biodiesel tetap

MANFAAT BBN TERHADAP PEREKONOMIAN

Page 31: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Perkiraan Penghematan Devisa 2015

Jenis Biodiesel Penghematan

Devisa (Milyar USD)

Penghematan Devisa

(Triliun Rupiah)

Dicampur pada JBT 0,3206 4,327

Dicampur Non JBT 0,3913 5,282

Total 0,7118 9,609

31

1. Nilai MOPS solar dihitung berdasarkan nilai ICP=50 USD/barrel dan kurs sebesar Rp 13.500,-/USD) 2. Penghematan devisa merupakan nilai devisa yang tidak jadi dibayarkan untuk membayar impor solar. Merupakan fungsi

dari biaya perolehan solar (yang sangat dipengaruhi oleh MOPS). 3. Peningkatan ekspor sebesar 1 juta ton Biodiesel akan meningkatkan harga harga CPO sebesar USD 96/ton (GAPKI, 2015). 4. Asumsi ongkos angkut 400 Rp/liter

Penghematan Devisa B-15

Penghematan Devisa

(Milyar USD)

Penghematan Devisa

(Triliun Rupiah)

0,2359 3,185

0,2359 3,185

Penghematan Devisa Jan s.d Juli

TOTAL Perkiraan Penghematan Th 2015 = $ 0,95 Miliar / Rp. 12,8 Triliun

Page 32: DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN …

Perkiraan Kebutuhan Insentif Harga 2015

Perkiraan Kebutuhan Biodiesel PSO

Ags s.d Des 2015 (kL)

Perkiraan HIP Biodiesel

(Rupiah/liter)

Perkiraan HIP Solar (Rupiah/liter)

Selisih HIP Solar dengan HIP Biodiesel Rp. per liter

765.166 8.080 7.377 703

Jumlah Kebutuhan Insentif oleh BPDPKS Th. 2015 : Rp. 538 Miliar

32