Desain penelitian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Enjoy it

Citation preview

Desain penelitian epidemiologi Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu epidemiologi deskriptif dan analitik.Epidemiologi deskriptif mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi, berdasarkan karakteristik dasar individu, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kelas sosial, status perkawinan, tempat tinggal dan sebagainya, serta waktu. Epidemiologi deskriptif juga dapat digunakan untuk mempelajari perjalanan alamiah penyakit. Dari komponen penting yang ada dalam epidemiologi yang termasuk kedalam desain studi epidemiologi deskriptif yaitu frekuensi masalah Penyebaran masalah kesehatan.

Berdasarkan unit pengamatan/analisis epidemiologi deskriptif dibagi 2 kategori :a) Populasi : Studi Korelasi Populasi, Rangkaian Berkala (time series).b) Individu : Laporan Kasus (case report), Rangkaian Kasus (case series), Studi Potong Lintang (Cross-sectional).Laporan Kasus (case report)Laporan kasus merupakan mata rantai yang esesnsial antara kedokteran klinis dan kesehatan masyarakat. Pendidikan kedokteran klinis yang berkesinambungan sering menggunakan format laporan kasus untuk memudahkan komunikasi diantara penyedia layanan kesehatan atau untuk pengajaran mahasiswa. Namun laporan kasus pada pendidikan kedokteran klinis sedikit berbeda dengan laporan kasus di dalam epidemiologi deskriptif. Studi ini bersifat observasional.Pada metode epidemiologi, klinisi yang lihai mencatat yang ganjil dalam kemunculan pasien tertentu atau adanya kalster kejadian yang tifak biasa. Namun, apa yang mebuat sesuatu menjadi ganjil atau tidak biasa? Ada beberapa petunjuk yang dapat menarik perhatian seseorang, yaitu : Kehadiran penyakit pada populasi yang tidak biasa. Misalnya, PCP yang menjangkit lansia, pasien luluh imun, tetapi jarang terlihat pada populasi anak muda yang sehat Kehadiran gejala atau penyakit yang tidak dikenal sebelumnya Kehadiran penyakit yang lebih atau kurang para dari kejadian sebelumnya, atau penyakit dengan karakteristik yang berbeda dari sebelumnya ( seperti resistensi genetik terhadap obat, kegagalan penanganan dengan standar terapi, perawatan, dll). Kehadiran penyakit yang ditularkan dengan cara yang tidak umum atau tidak diperkirakan sebelumnya Klaster (temporal atau geospasial) penderita penyaikit yang tidak biasaLaporan kasus sering dikomunikasikan dalam satu fasilitas, tetapi dapat juga disebarluaskan melalui jurnal yang ditinjau oleh para ahli, Badan-badan pemerintah yang mengawasi pelajanan klinis (miss; badan peninjauan rumah sakit), atau lembaga pemerintah (mis; Centers for Disaese Control and Prevention, depertemen kesehatan). Laporan disebarkan, tergantung kebutuhan, dalam praktisi kedokteran dan lembaga kesehatan masyarakat lain. Dari laporan kasus, dapat dilakukan penelusuran kasus-kasus yang serupa dan rekomendasikan prosedur diagnosisnya jika penyedia jasa pelayanan menemukan kasus tersebut dikemudian hari. Hal itu membantu penyelenggaraan aksi kesehatan masyarakat, jika diperlukan.2.1.1 Kelebihan dan KelemahanKelebihana) langkah awal untuk mempelajari suatu penyakitb) jembatan antara penelitian klinis dan penelitian epidemilogic) Dasar penelitian lebih lanjut - degan melihat kelompok yang berisiko tinggi- degan membuktikan hipotesis yang dibangunKelemahana) Hanya berdasarkan kasus-kasus yang dilaporkan saja.b) Gambaran distribusi, frekuensi yang diperoleh tidak dapat mewakili populasi2.1.2 Tujuan :a) Diperoleh informasi tentang distribusi frekuensi penyakit/masalah kesehatan yang diteliti.b) Diperoleh informasi tentag kelompok yang berisiko tinggi terhadap penyakitc) Dapat dipakai untuk membangun hipotesis baru

2.1.3 Ciri khas:a) Satu kasus diteliti oleh beberapa pengamat, digali informasi secara mendalam meliputi berbagai aspek yang cukup luas degan menggunakan berbagai tehnik untuk mendapatkan karakteristik kasusb) Biasanya dilakukan terhad kasus penyakit yang baru atau jarangc) Hasil yang diharapkan berupa definisi kasus2.1.3 Contoh Kasus laporan kasus (Case Report)sebuah publikasi melaporkan seorang wanita muda mengkonsumsi kontrasepsi oral dan menderita embolisme paru.

2.2 Studi Seri Waktu (case series)Studi seri waktu disebut juga serial kasus, serial kasus sama seperti laporan kasus, namun ada perbedaan dalam jumlah kasus yang diteliti. Serial kasus biasanya meneliti lebih dari satu kasus, sedangkan laporan kasus biasanya hanya mengkaji satu kasus. Serial kasus termasuk penelitian observasional. Selain itu, serial kasus sering kali mengidentifikasikan data denominator saja, meskipun metode untuk mendapatkan data denominator itu terkadang dengan penghitungan secara kasar. Misalnya, penyediaan jasa, yang melihat enam kasus Trichomonas vaginalis (penyakit yang ditularkan secara seksual) yang tidak berespon terhadap metronidazol (terapi umum) setelah pasien patuh mencoba beberapa siklus terapi, mungkin melakukan laporan kasus ke dalam atas keenam pasien itu. Penyedia jasa kemudian mengidentifikasikan berapa banyak kasus T. Vaginalis yang resisten terhadap metronidazol yang terjadi selama kurun waktu tertentu di klinik itu. Jumlah T. Vaginalis yang resisten metronidazol menjadi numerator, dan jumlah orang yang terapi T. Vaginalis dengan metronidazol sebagai denominator. Bila dihitung, kedua data tersebut akan menghasilkan rate (meskipun rate tersebut tidak selalu hanya satu), meskipun berupa angka kasar dengan alasan berikut : Data bersifat retrospektif. Dokumentasi pertanyaan penelitian yang spesifik untuk data yang bersifak retrospektif tidak mungkin dikumpulkan secara sistematis. Pasien lain mungkin memiliki maninfestasi klinis yang sama dan belu di data, atau mereka mungkin tercakup dalam set data tetapi tidak didokumentasikan sebagaiman mestinya. Jadi, informasi tentang setiap pasien yang dimaksud dapat hilang atau pertanyaan yang diajukan dipahami beberapa pasien. Catatan klinis tidak tersedia lengkap. Kemampuan untuk meninjau semua catatan status tentang T. Vaginalis, terapi metronidazol, atau sedikitnya outcome lainnya. Mislanya, catatan ststus tidak ada karena pasien sering sakit, karena mereka tidak pernah sakit, atau alasan lainnya yang tidak diketahui. Artinya, individu yang datanya dikumpulkan, mungkin berbeda dari mereka yang datanya tidak dapat dikumpulkan. Klinik berbasis populasi hanya memberikan individu yang mampu memanfaatkan pelayanan diklinik tertentu. Mungkin ada individu lain yang tidak memiliki akses ke klinik, tidak memiliki asuransi, atau tidak mampu mencari pengobatan. Individu lain mungkin tidak mengalami gejala yang endorong mereka untuk mencari pengobatan, atau mereka sebelumnya telah diobati denga nmetronidazol, tetapi apapun alasannya tidak kembali untuk menjalani perawatan lanjut meskipun perawatan itu sebenarnya diperlukan. Ini berati bahwa rate yang menjadi dasar di klinik tidak ekuivalen dengan jumlah populasi dasarnya.Namun demikian, estimasi rate pasien yang T. Vaginalis yang resistan terhadap metronidazol di klinik, berapapun kasarnya, dapat berguna untuk menilai apakah hal ini merupakan kejadian langka atau tiba-tiba meningkat atau mungkin memang demikian adanya. Lagipula, serial kasus biasanya menggunakan alat pengupulan data yang lebih sistematis daripada laporan kasus, yang meningkatkan reliabilitasi dan validitas data. Studi ini merupakan surveilans yang rutin dilakukan untuk suatu penyakit yang belum jelas diagnosisnya atupun sudah jelas diagnosisnya. Studi ini dapat juga digunakan untuk mendeteksi munculnya penyakit baru dan epidemic.2.2.1 Kelebihan dan KekuranganKelebihana) Langkah awal untuk mempelajari suatu penyakitb) Jembatan antara penelitian klinis dan penelitian epidemilogic) Dasar penelitian lebih lanjut - degan melihat kelompok yang berisiko tinggi- degan membuktikan hipotesis yang dibangunKelemahana) Hanya berdasarkan kasus-kasus yang dilaporkan saja.b) Gambaran distribusi, frekuensi yang diperoleh tidak dapat mewakili populasi

2.3 Studi Kolerasi EkologisStudi korelasi ekologis disebut juga penelitian ekologi. Penelitian ekologi berbeda dari jenis epidemiologi deskriptif lainnya karena individu tidak menjadi unit analis. Pada penelitian ekologi, penganalisisan dalam tingkat kelompok. Penelitian ini amat penting karena : Penelitian ekologi sering kali mengemukakan hipotesis penting yang perlu dilanjutkan oleh penelitian analitik. Penelitian ekologi membuat perbandingan antara sekelompok besar orang katakanlah, penghuni negara yang berbeda beda yang terkadang tidak mungkin. Penelitian ekologi dapat dilakukan tanpa menggunkan sumber daya dan substansial; pelaksanaan, analis, dan interpretasi penelitian ekologi terkadang cukup dengan menggunakan informasi yang tersedia secara umum.Perbandingan geografis bisa dilakukan dalam penelitian ekologi, tetapi cara itu bukanlah satu-satunya pendekatan. Perbandingan lain mencakup kelas sosial, sekolah, jenis kelamin, ras, atau berbagai variable kelompok lainnya. Data yang tersedia sering berupa gambaran tentang outcome atau pajanan, dan kemudian data tersebut dihubungkan dengan data deskriptif tambahan penelitian yang berada misalnya, seseorang dapat menghubungkan data tentang seks yang tidak aman dan penjualan kondom untuk menyelidiki keterkaitannya (bukan hubungan sebab akibat).Berikut ini contoh yang lebih mudah. Bayangkan kita memiliki statik tentang jumlah kasus kondom yang dijual oleh wilayah di suatu negara bagian berbeda selama kurun waktu 10 tahun, disamping angka yang dilaporkan (disesuaikan untuk perbedaan usia struktur populasi dasar) tentang tiga penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, gonorhea, klamidia, dan siphilis pada periode waktu yang sama. Hubungan antara variabel independen penjualan kondom (panjanan) dan variabel nindependen setiap jenis penyakit (outcome) dapat dihitung. Ini merupakan informasi yang berharga. Data itu dapat diringkas tentang hubungan penjualan kondom dan outcome PMS (Penyakit Menular Seksual).Namun, penelitian ekologi bukannya tanpa keterbatasan, meskipun penelitian itu sangat penting dan telah merangsang banyak penelitian kesehatan masyarakat yang di signifikan lainnya dalam kesusksesan selanjutnya. Desain ekologis amat penting untuk memahami semua hubungan pada banyak area penelitian. Misalnya, pada kasus HIV, penelitian ekologi menunjukan bahwa sirumisis berhubungan tingkat keterjangkitan HIV.2.3.1 Kegunaan Studi KolerasiStudi korelasi menggunakan data dari seluruh populasi untuk membandingkan:a) Frekuensi penyakit pada kelompok yang berbeda dari suatu populasi pada suatu periode yang samab) Frekuensi dari kelompok yang sama pada periode yg berbedaBerikut beberapa contoh ukuran agregat :a) Mean dan Medianb) Proporsi dari kumpulan nilai-nilai individu di suatu kelompok misal : nilai rate suatu penyakit ; insidens, prevalens nilai rata-rata asupan lemak pada suatu kelompok individu /masyarakat nilai cakupan program nilai median dari penghasilan sekelompok individu Analisis yang dilakukan dapat bersifat:a) deskriptif : melihat distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti (dalam unit agregat)b) analitik : melihat korelasi/hubungan antara variabel-variabel diteliti jika variabel exposure dan variabel outcome diukur sebagai data kontinyu hubungannya secara statistik diuji dengan uji korelasi kekuatan/keeratan hubungan dilihat dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) jika variabel exposure dan variabel outcome diukur sebagai data kategorikal hubungannya secara statistik dapat diuji dengan uji kuadrat, atau regressi logistik kekuatan hubungan dilihat dengan menghitung RR atau OR 2.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Dari Studi Kolerasi ekologisKelebihana) Disain studi yang paling sering digunakan sebagai langkah awal untuk meneliti kemungkinan adanya hubungan antara faktor risiko dan kejadian penyakitb) Dapat dilakukan cepat dan tidak mahal karena data yang diperlukan biasanya telah tersediac) Pemerintah atau instansi swasta biasanya secara rutin mengumpulkan data: demografi, produksi pangan, pencatatan pelaporan mengenai morbiditas dan mortalitas, Industri dan pabrik dsb.Kelemahana) Tidak dapat melihat hubungan ditingkat individu. b) Ada ecologic fallacy, yakni bias dalam menginterpretasikan (keliruan)Contoh: ada hubungan antara angka cakupan imunisasi campak dengan angka insidens campak (hubungan dalam tingkat agregat) belum berarti dalam tingkat idividu ada hubungan antara imunisasi dengan kejadian penyakit campak pada seseorang.Untuk membuktikan adanya hubungan ditingkat individu : perlu memformulasikan hipotesis baru studi epidemiologi analitikKeterbatasan utama penelitian ekologi disebut ecologic fallacy ( keliruan ekologis ). Kekeliruan itu terjadi karena kita tidak mengetahui apa hubungan yang terlihat pada tingkat agregat (kelompok) juga dapat terjadi pada tingkat individu. Misalnya, meskipun kita memiliki statik yang mengelompokan perilaku keompok, kita sama sekali tidak mengetahui karakterstik setiap individu didalam kelompok. Anggaplah wilayah yang penjualan kondomnya paling tinggi memiliki tingkat PMS yang terendah. Hal ini memunculkan hipotesis bahwa penggunaan kondom yang meningkat berhubungan dengan PMS yang menurun. Namun, kita tidak pernah mengetahui apakah orang dalam kelompok dengan angka PMS terendah adalah mereka yang enggunakan kondom. Dapat dikatakan bahwa : Angka PMS yang tinggi di area tertentu. Orang telah mendengar hal ini , belajar dari kampanye pemasaran sosial tentang seks yang lebih aman, dan mulai membeli banyak kondom. Namun, tidak berarti mereka pantas menggunakan kondom tersebut. Angka PMS dapat menurun dengan alasan lain, seperti meningkatknya skrining PMS yang sering dilakukan oleh klinik kesehatan masyarakat lokal. Banyak orang yang menggunakan kondom. Namun, mereka tidak berhubungan dengan pengidap PMS. Mereka yang mengidap PMS melakukan hubungan seks tanpa pelindung, tetapi mereka melakukannya denga orang yang baru saja sembuh dari PMS, jadi kemunculan PMS yang rendah bersifat tiak alami dan tidak ada hubungannya denga penggunaannya dengan kondom. Kita tidak mengetahui mana yang terjaid lebih dahulu : penjualan kondom yang tinggi atau tingkat PMS yang rendah. Mungkin tigkat PMS yang rendah telah ada sebelum tingkat penjualan kondom yang tinggi, yang terjadi karena alasan yang tidak berkaitan.Yang disebut diatas hanya merupakan penjelasan potensial; mungkin banyak penjelasan lain yang tidak diungkapkan oleh data kerena keliruan ekologis. Masalah lain pada peneliti ekologi adalah bahwa peneliti ini menjamin temporalitas data. Mengetahui tentang kejadian variabel independen atau dependen mana yang terjadi lebih dahulu, biasanya tetap tidak diketahui sampai desain penelitian yang lebih kuat dapat mengevaluasikan pertanyaan penelitian pada tingkat individu. Akan tetapi, penelitian eologi merupakan penelitian yang membuahkan hipertesis yang sangat penting, dan dapat menjadi sangat berharga dalam menunjukan hubungan yang memerlukan studi lebih jauh.2.3.3 Contoh Kasus Studi korelasi tersebut mempelajari korelasi antara konsumsi daging perkapita dan frekuensi penyakit Kanker Usus di negara tertentua) Terlihat bahwa ada hubungan/korelasi yang +b) Negara dengan tingkat konsumsi daging perkapita yang rendah memiliki frekuensi Kanker Usus yg rendah.c) Negara-negara degan tingkat konsumsi daging perkapita yg tinggi memiliki Kanker Usus yang tinggi.

2.4 Studi Cross-SectionalMerupakan studi yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan, penyakit, atau karakteristik terkait kesehatan lainnya secara serentak pada individu-individu dari populasi pada satu saat. Dalam penelitian kedokteran dan kesehatan, studi cross sectional merupakan salah satu bentuk studi observasional (non eksperimental) yang paling sering dilakukan. Kira-kira sepertiga artikel orisinil dalam jurnal kedokteran merupakan laporan studi cross sectional.2.4.1 Jenis Studi Cross Sectional :1. Studi Cross Sectional DiskriptifMeneliti prevalen penyakit atau paparan, atau kedua-duanya pada suatu populasi tertentu. Prevalensi adalah proporsi kasus pada populasi pada suatu saat.Studi prevalensi periode biasanya dilakukan untuk penyakit-penyakit kronis yang gejalanya intermiten. Bukan studi longitudinal karena tidak melakukan follow up.2. Studi Cross Sectional AnalitikMengumpulkan data prevalens paparan dan penyakit untuk tujuan perbandingan perbedaan-perbedaan penyakit antara kelompok terpapar dan kelompok tak terpapar dalam rangka meneliti hubungan antara paparan dan penyakit.Studi cross-sectional adalah metode penelitian yang menarik dan berharga. Studi cross-sectional merupakan suatu gambaran penyakit, kesehatan, medis dan fenomena psikososial yang terjadi pada satu kurun waktu. Dari sudut pandang praktis, satu kurun waktu dapat berlangsung beberapa menit sampai maksimal dua sampai tiga bulan. Kerangka waktu pada kurun waktu didasarkan pada kecepatan dan efesiensi pengumpulan data. Penelitian studi cross-sectional mencangkup lingkup wilayah dan merupakan metode yang penting bagi para epidemiologi. Desain ini termasuk desain yang paling dikenal oleh kebanyakan oran dan paling sering dilakukan dalam bentuk survey.Studi cross-sectional juga disebut sebagai studi observasi. Studi observasi tidak menggunakan metode klinis atau desain eksprimental. Hubungan, perbedaan variable, dan perubahan karakteristik dan populasi penelitian yang intervensi atau penyebabnya berasal dari ahli epidemiologi menjadi ciri studi observasi. Perubahan pada salah satu karakteristik studi dibandingkan dan dikaji dalam hubungannya dengan perubahan yang timbul pada karakter lain.Studi cross-sectional dapat mengkaji satu atau beberapa variable sekaligus pada waktu yang sama. Asosiasi dan hubungan antarvariabel dapat dengan mudah dievaluasi dalam studi ini. Studi ini juga dapat mengkaji hubungan antar (atau diantara) kesehatan, penyakit, kondisi, cidera, atau fenomena lain sebagaimana yang terjadi atau yang menang ada dalam populasi pada satu kurun waktu tertentu.Analisis dari studi ini yang dilakukan dapat bersifat:a) distribusi frekuensi kejadian penyakit/ masalah kesehatan b) berdasarkan orang - tempat - waktuc) distribusi frekuensi variabel exposure dan outcome (angka prevalens)Penelitian cross-sectional yang terperinci dapat tampak berbeda dari penelitian cross-sectional biasa, karena pengambilan sampelnya tidak dilakukan secara acak yang seadanya. Sampel seadanya (convenience sampling) adalah sampel yang terdiri atas individu yang berada dilokasi tertentu pada saat pengambilan sampel berlangsung, jenis pengambilan sampel ini merupakan jenis sampling yang tidak representative. Namun, pendekatan pengambilan sampel seadanya berguna ketika mengamati perilaku atau penggunaan jasa layanan. Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan mengukur para individu mengenai pengetahuan yang mereka miliki, perilaku, dan presepsi mereka atau setiap jenis perilaku lainnya atau dengan menggunakan mekanisme pelaporan sendiri lainnya, pengklasifikasian resiko, yang bertempat di kantor praktik dokter. Akan tetapi penilaian sikap sangat berguna, bahkan jika mereka berfungsi dengan cara yang berbeda. Penelitian yang terperinci dengan pengukuran dan pengambilan sampel yang tepat memberikan informasi penting mengenai populasi. Penelitian sikap berdasarkan sampel seandainya dapat membantu merumuskan hipotesis dan membantu penelitian untuk lebih memahami tentang populasi klinik yang dijadikan sampel. Keduanya merupakan penunjang yang penting padea kesehatan masyarakat serat dalam membangun hipotesis untuk penelitian masa datang.2.4.2 Cara Melakukan Penelitian Cross-SectionalMetode umum yang diperlukan untuk melakukan penelitian cross-sectional sulit untuk diragukan karena metode tersebut sangat bervariasi dari segi tujuan spesifik penelitian dan metode yang dipilih. Namun, untuk semua tipe metode, prinsip dasar yang telah didiskusikan tetap berlaku: menggunakan definisi kasus yang solid, skema pengambilan sampel yang jelas, pengumpulan data yang sistematik, dan melakukan metode tersamar pada staff penelitian jika metode tersebut memang tepat dan mudah dilakukan. Untuk semua penelitian, pengumpulan semua informasi yang detail mengenai perancu, dan perancu potensial harus dilakukan pada saat pengumpulan data primer. Pada penelitian cross-sectional, pengumpulan perancu dan perancu potensial lebih penting untuk dilakukan dibandingkan dalam penelitian lainnya ( tentu saja, meskipun hal itu juga penting didesain penelitian lainnya) karena tidak mungkin kita memiliki kesempatan kedua untuk mengajukan pertanyaan kepada para partisipan untuk memberikan data mengenai perancu yang ingin diteliti. Seluruh informasi harus diperoleh pada saat melakukan kontak dengan klien atau sumber data, jika tidak, akan terjadi kehilangan data dan pertanyaan yang penting serta hubungan yang terjadi dapat terlewat. 2.4.3 Langkah-langkah Studi Cross SectionalUntuk melakukan penelitian dengan pendekatan cross sectional dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut.a) Identifikasi dan perumusan masalah dari variabel-variabel yang akan diteliti dan kedudukkannnya masing-masingMasalah yang akan diteliti harus diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas agar dapat ditentukan tujuan penelitian dengan jelasIdentifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengadakan penelaahan terhadap insidensi dan prevalensi berdasarkan catatan yang lalu untuk mengetahui secara jelas bahwa masalah yang sedang dihadapi merupakan masalah yang penting untuk diatasi melalui suatu penelitian. Dari masalah tersebut dapat diketahui lokasi masalah tersebut berada.b) Menetukan tujuan penelitian untuk menetapakan studi penelitian atau populasi dan sampelnyaTujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas agar orang dapat mengetahui apa yang akan dicari, dimana akan dicari, sasaran, berapa banyak dan kapan dilakukan serta siapa yang melaksanakannya.Sebelum tujuan dapat dinyatakan dengan jelas, hendaknya tidak melakukan tindakan lebih lanjut. Tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian karena dari tujuan ini dapat ditentukan metode yang akan digunakan.c) Menentukan lokasi dan populasi, studi melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran terhadap variabel dependen dan independen (dalam waktu yang sama)Dari tujuan penelitian dapat diketahui lokasi penelitian dan ditentukan pula populasi studinya. Biiasanya, penelitian cross sectional tdak dilakukan terhadap semua subjek studi, tetapi dilakukan kepada sebagian populasi dan hasilnya dapat diekstrapolasi pada populasi studi tersebut.Populasi studi dapat berupa populasi umum dan dapat berupa kelompok populasi tertentu tergantung dari apa yang diteliti dan di mana penelitian dilakukanAgar tidak terjadi kesalahan dalam pengumpulan data, sasaran yang dituju yang disebut subjek studi harus diberi criteria yang jelas, misalnya jenis kelamin, umur, domisili, dan penyakit yang diderita. Hal ini penting untuk mengadakan ekstrapolasi hasil penelitian yaitu kepada siapa hasil penelitian ini dilakukand) Menentukan cara dan besar sampel mengolah dan menganalisis data dengan cara membandingkanPada penelitian cross sectional diperlukan perkiraan besarnya sampel dan cara pengambilan sampel. Perkiraan besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus Snedecor dan Cochran berikut.Untuk data deskrit n= besar sampelp= proporsi yang diinginkanq= 1-pZ= simpangan dari rata- rata distribusi normal standardL= besarnya selisih antara hasil sampel dengan populasi yang masihh dapat diterimaUntuk data kontinyuS2= varian sampelCara pengambilan sampel sebaiknya dilakukan acak dan disesuaikan dengan kondisi populasi studi, besarnya sampel, dan tersediannya sampling frame yaitu daftar subjek studi pada populasi studi.Instrument yang akan digunakan dalam penelitian harus disusun dan dilakukan uji coba. Instrument ini dimaksudkan agar tidak terdapat variable yang terlewat karena dalam instrument tersebut berisi semua variable yang hendak ditelitiInstrument dapat berupa daftar pertanyaan atau pemeriksaan fisik atau laboratorium atau radiologi dan lain- lain disesuaikan dengan tujuan penelitianAnalisis data yang diperoleh harus sudah dirrencanakan sebelum penelitian dilaksanakan agar diketahui perhitungan yang akan digunakan. Rancangan analisis harus disesuaikan dengan tujuan penelitian agar hasil penelitian dapat digunakan untuk menjawab tujuan tersebut.2.4.4 Kelebihan dan Kelemahan Studi Cross-Sectionala) Kelebihan Studi Cross-Sectional1) Merupakan pengumpulan data sekali dalam satu waktu (wawanacara/pemeriksaan/survey).2) Lebih murah dan lebih praktis untuk dilaksanakan.3) Memberikan banyak informasi dan data yang terbukti bermanfaat untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan program medis.4) Memberikan gambaran sekilas tentang populasi studi, memperlibatkan distribusi relative dari kondisi, penyakit, cidera, ketidakmampuan dalam kelompok dan populasi . (dari konteks inilah studi cross-sectional dipandang sebagai studi prevalensi).5) Memberikan keterkaitan antar-atribut penyakit dan kondisi dalam kelompok atau polpulasi missal umur, sex, ras maupun social ekonomi.6) Bermanfaat untuk memprediksi penyebaran penyakit tertentu, seperti kolera, di masa depan dalam populasi.7) Memiliki satu kelebihan pokok, yaitu bahwa studi dilaksanakan pada sampel populasi utama dan tidak bergantung pada individu yang ngajukan diri untuk mendapat perlakuaan medis.8) Memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya pasien yang mencari pengobatan, hingga generalisasinya cukup memadai.9) Sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan di bidang kesehatan masyarakat dalam:a) Mengukur status kesehatanb) Kebutuhan atas pelayanan kesehatan10) Karena data dari studi cross-sectional kebanyakan merupakan kasus-kasus prevalence dari pada kasus-kasus insidens maka memberikan informasi prevalens dari suatu terjadinya penyakitKelebihan lain yang dimiliki studi cross sectional adalah dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat lebih konklusif. Misalnya suatu laporan cross sectional tentang hubungan antara kadar HDL kolesterol dan konsumsi alcohol dapat memastikan adanya hubungan sebab dan efek.b) Kelemahan Studi Cross-Sectional1) Tidak dapat memperlihatkan hubungan sebab akibat yang kuat jika jumlah sampelnya yang sedikit.2) Hanya mewakili individu yang mengisi kuesioner, mengisi survey, dan berpatisipasi dalam studi.3) Seperti yang dipakai dalam studi penyakit, hanya mewakili orang yang survey dan/ terjangkit penyakit.4) Jika digunakan sebagai suatu prevalensi dari pengkajian penyakit, tidakterlalu efektif jika angka kasus penyakit sangat kecil. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam studi cross-sectional dan studi prevalensi penyakit suatu populasi harus lebih akurat daripada yang dihasilkan teknik pengambilan sampel lain. Metode lain untuk prevalensi penyakit digunakan secara lebih efektif, seperti pelaporan setiap kasus tunggal penyakit pada penyakit yang harus dilaporkan, terutama penyakit yang membahayakan jiwa seperti rabies. Survey tertutup juga efektif untuk mengkaji prevalensi penyakit atau kondisi dalam populasi. Prevalensi beberapa penyakit dalam populasi tidak diketahui karena hanya sedikit upaya yang dilakukan untuk mengkajinya, seperti penyakit cocksackie (infeksi virus jangka pendek yang menyebakan iritasi pada mulut dan paling umum terjadi pada anak usia kurang dari 10 tahun).5) Kondisi atau penyakit kambuhan atau variasi musiman penyakit itu tidak terwakili dengan baik dalam studi cross-sectional karena saat studi dilakukan, kondisi berada pada keadaan tetap atau tidak aktif atau pada puncaknya. Studi insidensi lebih bermanfaat.6) Seperti kebanyakan studi, studi ini kurang berguna jika dipakai untuk memprediksi kejadian kondisi atau penyakit dimasa mendatang.7) Lebih efektif pada penyakit kronis dan kondisi yang berkaitan dengan perilaku, serta kurang efektif pada penyakit menular dengan masa inkubasi dan durasi yang singkat.8) Menunjukan presentasi tinggi suatu kondisi atau penyakit yang durasinya panjang, seklaigus berpotensi untuk tidak memperlihatkan atau mempunyai efek yang terbatas dari suatu penyakit dari serangkaian kasus insidensi.

Skema dasar penelitian

Pada studi cross sectional, pengukuran pada variabel bebas (factor risiko) dan variabel tergantung (efek thypoid) dilakukan pada saat yang sama, dan hanya satu kali. Tidak ada follow-up pada studi cross sectional. Dengan studi ini akan diperoleh prevalens penyakit thypoid atau efek pada anak sekolah. Untuk mencari prevalens dapat diketahui menggunakan tabel di bawah ini :

Dari tabel di atas menunjukkan hasil pengamatan pada studi cross sectionalA = subyek dengan factor risiko (+) (memiliki kebiasaan jajan di sekolah dan tidak mencuci tangan sebelum makan) yang mengalami thypoid (thypoid (+))B = subyek dengan factor risiko (+) (memiliki kebiasaan jajan di sekolah dan tidak mencuci tangan sebelum makan) yang tidak mengalami thypoid (thypoid (-))C = subyek dengan factor risiko (-) (memiliki kebiasaan tidak jajan di sekolah dan mencuci tangan sebelum makan) yang mengalami thypoid (thypoid (+))D = subyek dengan factor risiko (-) (memiliki kebiasaan tidak jajan di sekolah dan mencuci tangan sebelum makan) yang tidak mengalami thypoid (thypoid (-))Rasio prevalensi dapat dihitung dengan membagi prevalens efek pada kelompok dengan factor risiko (factor risiko (+)) dengan prefalens efek pada kelompok tanpa factor risiko (factor risiko (-)). RP = A/(A+B):C/(C+D).

PENELITIAN ANALITIK

STUDI KASUS KONTROLPenelitian Case Control adalah suatu penelitian (survey) analitik yangmenyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatanretrospektif. Dengan kata lain, efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu. Rancangan penelitian Case Control dapat digambarkan sebagai berikut:

Epidemiologi analitik berkaitan dengan upaya epidemiologi untuk menganalisis faktor penyebab (determinant) masalah kesehatan dan pengembangan data baru.Titik tolak suatu penelitian analitik sering berupa hasil deskriptif yang menimbulkan pertanyaan tertentu atau menunjukkan hipotesis tertentu sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut. Misalnya, setelah ditemukan secara deskriptif bahwa banyak perokok yang menderita kanker paru, maka perlu dianalisis lebih lanjut apakah memang rokok itu merupakan faktor determinan atau penyebab terjadinya kanker.1. Studi ObservasionalDalam penelitian observasional, prosesnya dibiarkan berjalan secara alami dan jika ada perubahan atau perbedaan pada satu ciri maka kemudian dikaji hubungannya dengan perubahan atau perbedaan pada ciri lainnya.a. Cross Sectional AnalitikPenelitian Analitik Cross Sectional adalah penelitian observasional dimana cara pengambilan data variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan sekali waktu pada saat yang bersamaan. Populasinya adalah semua responden baik yang mempunyai kriteria variabel bebas dan variabel tergantung maupun tidak. Tujuan dari perbandingan perbedaan-perbedaan penyakit antara kelompok terpapar dan kelompk tidak terpapar, yaitu untuk meneliti Hubungan antara paparan dan penyakit. Contoh: Hubungan antara Depo Provera dengan Obesitas pada Wanita Usia Subur, jika penelitian menggunakan pendekatan Cross Sectional, maka populasinya adalah semua Wanita Usia Subur (baik yang ikut depo provera maupun tidak, serta baik yang obesitas maupun tidak). Cara pengambilan data, setiap responden dengan mengambil data untuk dua variabel sekaligus sehingga setiap responden dilakukan pengambilan dua data sekaligus, yaitu data tentang memakai depo propera atau tidak, sekaligus diukur sedang mengalami obesitas atau tidak.b. Case ControlCase control disebut juga penelitian retrospektif merupakan suatu rancangan pengamatan epidemiologis untuk mempelajari hubungan tingkat keterpaparan dengan kejadian penyakit atau masalah kesehatan lainnya. Penelitian retrospektif didasarkan pada kejadian kasus yang sudah ada pada saat penelitian sehingga memungkinkan untuk menganalisis dua kelompok tertentu, yakni kelompok kasus yaitu kelompok yang menderita penyakit atau terkena terkena akibat yang diteliti dan kelompok kontrol (kelompok kelola) yaitu mereka yang tidak menderita atau terkena akibat yang diteliti. Jadi pada penelitian kasus kelola (Case control), kelompok individu dengan penyakit atau kondisi kesehatan tertentu (kasus) dipilih untuk dibandingkan dengan kelompok individu yang bebas dari penyakit atau kondisi kesehatan tersebut (control atau pembanding) dengan melakukan pengamatan terhadap sifat atau pemaparan yang ada atau telah lalu, yang dianggap relevan dengan sifat pengembangan, sifat kejadian penyakit maupun kondisi yang akan diteliti.Penelitian Case control ini memiliki kelebihan maupun kekurangan. Kelebihannya, yaitu:1. Kasus biasanya tersedia dan mudah didapatkan, karena jenis penelitian ini cocok untuk penyakit yang jarang atau untuk mempelajari perihal klinik.2. Dapat dilakukan dengan cepat dan murah dan dapat dilakukan di tempat fasilitas klinik.3. Hasil penelitian sudah menunjang kea rah dukungan hipotesis kausal dengan menegakkan adanya asosiasi.4. Data historis biasanya tersedia pada catatan medis pasien sehingga memungkinkan memakai data sekunder.5. Jumlah subjek lebih kecil di banding kebutuhan sampel untuk penelitian Cross sectional dan kohor.Kelemahannya, yaitu:1. Peka terhadap recall bias, karena informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang lalu tergantung kepada memori (daya ingat) subjek.2. Data yang diperoleh secara sekunder dari rumah sakit sering tidak lengkap atau tidak dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan.3. Kriteria diagnosis yang dipakai berbeda antar petugas kesehatan sehingga terjadi perbedaan dalam hasil diagnosis kasus maupun control.4. Kasus yang diperoleh adalah kasus yang selamat karena tidak bisa menemukan kasus yang telah meninggal. Dengan demikian kasus yang diperoleh mungkin tidak representatif.5. Kasus yang diperoleh di rumah sakit mungkin tidak representatif dari populasi sakit.

c. Historical CohortPendekatan nonconcurrent (kohort historis) banyak hal yang tidak menguntungkan pada rancangan prospektif dapat dihindari. Hal ini terjadi karena kohort historis secara keseluruhan atau secara parsial dilakukan menggunakan data yang tersedia atau dilakukan dengan menggunakan data yang telah dikumpulkan pada waktu yang lalu dan tersimpan dalam bentuk arsip atau bentuk penyimpanan data lainnya. Contohnya, seorang peneliti yang tertarik pada risiko penyakit kanker paru yang terkait dengan pajanan suatu zat kimia tertentu dapat menggunakan data pekerja di tahun 1950-an yang lalu untuk mengidentifikasi para pekerja sebanding antara yang menangani dan yang tidak menangani zat kimia tersebut. Dengan menghubungkan data personal dan data medis pekerja serta data vital, subjek-subjek di kalangan terpajan dan tidak terpajan yang menderita kanker paru selama 30 tahun lebih yang lalu dapat diidentifikasi.Prinsip studi kohor retrospektif tetap sama dengan kohor biasa, namun pada bentuk ini pengamatan dimulai pada saat akibat (efek) sudah terjadi. Yang terpenting dalam bentuk ini adalah populasi yang diamati adalah faktor risiko masa lalu yang diperoleh melalui pencatatan data yang lengkap. Dengan demikian, bentuk penelitian retrospektif kohor hanya dapat dilakukan bila data tentang faktor risiko tercatat dengan baik sejak terjadinya keterpaparan pada populasi yang sama dengan efek yang ditemukan pada awal pengamatan.Pada dasarnya keunggulan studi kohor prospektif dijumpai pula pada kohor rertrospektif, namun kohor retrospektif membutuhkan biaya yang lebih rendah. Kelemahannya terletak pada kualitas pengukuran dan pencatatan faktor risiko yang telah berlalu sehingga sangat ditentukan oleh kualitas data yang telah dikumpulkan pada waktu yang lalu.

d. Prospective CohortPenelitian prospektif kohor merupakan penelitian epidemiologi analitis noneksperimental yang didasarkan pada pengamatan sekelompok penduduk tertentu dalam satu jangka waktu tertentu.Dalam epidemiologi, subjek dalam studi kohor dipilih berdasarkan beberapa karakteristik tertentu yang dianggap sebagai faktor risiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan tertentu.Penelitian ini didasarkan pada pengamatan terhadap kelompok terpapar dengan yang tidak terpapar pada awal penelitian, kemudian di amati sampai timbulnya penyakit. Bentuk penelitian ini ada dua macam, yaitu kohor prospektif dengan pembanding internal, dimana kelompok yang terpapar dan yang tidak terpapar (sebagai kelompok pembanding atau control) berasal dari satu populasi yang sama dan kohor prospektif dengan pembanding eksternal, dimana kelompok terpapar dan kelompok pembanding tidak berasal dari satu populasi yang sama.Pada bentuk pertama, populasi kohor dibagi dalam dua kelompok yakni yang terpapar dan yang tidak terpapar sebagai kelompok pembanding. Kedua kelompok tersebut diikuti secara prospektif sampai batas waktu penelitian, dimana akan muncul dari kelompok terpapar dua subkelompok yakni subkelompok yang mengalami akibat/efek dan yang tidak mengalami akibat. Sedangkan dari kelompok yang tidak terpapar akan muncul juga dua subkelompok yakni yang mengalami akibat dan yang tidak mengalami akibat. Dari hasil pengamatan kohor tersebut peneliti dapat menghitung insiden kejadian dari kelompok yang terpapar dan insiden kejadia dari kelompok yang tidak terpapar dan kemudian dapat dihitung angka resiko relatif hasil pengamatan.Pada bentuk kedua dari kohor prospektif adalah populasi kohor terdiri dari dua populasi yang berbeda, dengan satu populasi mengalami keterpaparan (ada faktor risiko) dan populasi lainnya tanpa faktor risiko. Bentuk studi kohor dengan pembanding eksternal ini harus memperhatikan sifat kedua populasi awal (populasi yang terpapar dan pembanding) yakni sifat-sifat populasi diluar faktor keterpaparan atau faktor risiko yang diteliti. Hasil luaran, terjadinya efek yang diamati pada kedua populasi yang terpapar dan rate inseiden populasi yang tidak terpapar.Penelitian prospektif memiliki kelebihan maupun kekurangan. Kelebihannya, yaitu:1. Informasi yang dikumpulkan lebih lengkap dan akurat.2. Ada kesempatan bagi subjek untuk mengalami faktor risiko, proses penuaan atau kondisi yang diteliti atau sebaliknya menghindari kondisi tersebut. 3. Ada kesempatan untuk melakukan kontrol, dan tindakan pencegahan dapat diuji dan disetujui atau ditolak.4. Ada kesempatan untuk membuktikan intervensi klinis atau keefektifan imunisasi.5. Mutu data cukup tinggi karena data tidak didapat dari panjanan sekali waktu seperti pada studi cross sectional.6. Variasi atau fluktuasi musiman atau perubahan lain yang mempengaruhi data ikut dipertimbangkan karena hal ini tidak termasuk masalah dalam jangka panjang.7. Efek alami dari proses penuaan dapat dilacak dan dikaji.Kelemahannya, yaitu:1. Hilangnya subjek selama berlangsungnya penelitian karena meninggal, berhenti berpatisipasi dalam studi, pindah area atau pindah tempat dan tidak memberikan informasi pada penelitian atau ahli epidemiologi.2. Biaya dapat menjadi penghalang karena mahalnya uji dan uji ulang yang dilakukan sepajang waktu penelitian.3. Koordinasi lengkap untuk melacak subjek, mengembangkan sistem pelacakan, dan merancang proses pengujian, serta pemeriksaan secar berulang dapat kemungkinan sulit untuk dilakukan.4. Mempertahankan mutu, validitas, dan reliabilitas dalam proses pengujian dan pengujian ulang mungkin sulit untuk dilakukan.5. Kematian, perpindahan lokasi, perubahan pekerjaan, atau hilangnya minat terhadap penelitian menjadi masalah bagi peneliti.

2. Studi EksperimentalDalam penelitian eksperimental peneliti secara aktif melakukan perlakuan yang diharapkan dapat menimbulkan perubahan salah satu variabel, untuk melihat perubahan apa yang terjadi pada variabel lainnya dalam melakukan hal tersebut, peneliti akan berusaha sekuat mungkin untuk mencegah agar variabel-variabel penting lainnya tidak mempengaruhi hasil penelitian. Melalui cara pengendalian seperti situasi eksperimental ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa perlakuan atau perubahan pada variabel bebas benar-benar mempengaruhi atau menyebabkan perubahan pada variabel tergantung.a. Before and After StudyStudi sebelum dan sesudah dengan Kontrol (before after with control) merupakan salah satu studi intervensi tergolong Kuasi Eksperimen yang berarti eksperimen yang palsu, dimana tidak dilakukan alokasi random atau randomisasi. Biasanya Kuasi Eksperimen dilakukan bila tak mungkin melakukan randomisasi seperti pada Eksperimen. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui efektifitas dari suatu program intervensi, untuk itu dibandingkan hasil (outcome) dari Intervensi diantara 2 kelompok.Jenis disain studi sebelum dan sesudah dengan control terlihat pada gambar di bawah ini, dimana terlihat kelompok intervensi dengan tanda panah X dan kelompok control dengan tanda panah C.O1 O2O3 O4Keterangan :Kelompok intevensiO1 : frekuensi masalah sebelum intervensi pada kelompok intervensiO2 : frekuensi masalah sesudah intervensi pada kelompok intervensiX : intervensi pencegahanKelompok kontrolO3 : frekuensi masalah sebelum intervensi pada kelompok kontrolO2 : frekuensi masalah sesudah intervensi pada kelompok kontrolC : kontrol = tanpa intervensi

b. Trial Clinic with RandomizedTujuan dari Trial dan Klinik yang Dirandomisasi (RCT) pada umumnya adalah untuk menilai efikasi dari suatu obat terhadap suatu penyakit, suatu keberhasilan tindakan medis, program pencegahan, program promosi, dan program rahabilitasi.Unit analisis dari jenis disain ini adalah individu. Dapat dilihat dalam satu contoh pada gambar dibawah ini: Sekelompok individu dengan masalah penderita carcinoma mammae dialokasikan secara random (Alokasi Random atau Randomisas) ke kelompok intervensi. Dalam contoh ini Intervensi Mastektomi Radikal (MR) dan non-Intervensi Mastektomi Radikal dengan Reseksi Terbatas (MRT). Selama priode waktu tertentu ditunggu hasil masing-masing dari kedua intervensi tersebut dalam bentuk Outcome + yaitu Carcinoma Mammae kambuh dan Outcome - yaitu Carcinoma Mammae Tak Kambuh.

Sesuai dengan jenis disain RCT tersebut diatas, data dikumpulkan, diolah dan dianalisis seperti terlihat dalam table dibawah ini.

IntervensiKekambuhan Carcinoma MammaeTotal

Mastektomi radikal (MR)aba + b

Mastektomi dengan reseksi terbatas (MRT)cdc + d

Totala + cb + da + b + c + d

Ca mammae yang kambuh untuk MR = = eCa mammae yang kambuh untuk MRT= = f

Intervensi MRT dianggap berhasi kalau f < e atau f=e, jadi dapat direkomendasikan penggunaan prosedur MRT yang disukai oleh wanita yang bersangkutan.Contoh lain dari RCT adalah untuk mengetahui efikasi dari pengobatan terhadap Penderita TBC yang mendapat Obat Jangka Pendek dan Obat Jangka Panjang, yang hasilnya diukur dengan apakah sembuh + atau sembuh -, seperti terlihat dalam gambar berikut ini.

c. Trial Community with RandomizedUnit analisis dari Trial Komunitas yang Dirandomisasi (TKD) adalah kelompok individu dan tujuannya untuk mengetahui efektifitas suatu program kesehatan masyarakat, yang dilaksanakan di komunitas yang terdiri atas sekelompok orang.Salah satu contoh TKD adalah untuk menilai efektifitas Puskesmas Mengobati TBC Jangka Pendek, seperti terlihat dalam gambar berikut ini.Populasi dalam contoh ini adalah sejumlah Puskesmas yang dirandomisasi untuk masuk kedalam kelompok puskesmas yang mengobati TBC dengan jangka pendek dan puskesmas yang mengobati TBC dengan jangka panjang.Indikator keberhasilan yang dibandingkan diantara kedua kelompok itu adalah efikasi obat, efek samping, drop out, cangkupan pengobatan, dan biaya pengobatan.Penelitian epidemiologi berguna unutuk menentukan penyebab penyakit melalui penyelidikan faktor risiko dengan studi observasional.Hasil dari studi observasional mungkin dapat digunakan untuk merumuskan intervensi, yang harus diuji melaluai dengan Trial Klinik, selanjutnya Trial Komunitas.Bila penelitian epidemiologi untuk evaluasi membuktikan keberhasilan interversi yang bersangkutan, maka dilanjutkan dengan perencanaan dan pelaksanaan program kesehatan bersangkutan Surveilens digunakan untuk memantau dan menilai program kesehatan tersebut.