Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DESKRIPSI PENGHAYATAN HIDUP MENGGEREJA
ORANG MUDA KATOLIK PAROKI SANTO YUSUP BINTARAN,
YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Disusun oleh:
Linda Risnawati Sinaga
NIM: 131124030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada Para Suster Charitas (FCh) yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, para Romo Paroki dan Orang Muda Katolik (OMK) yang ada di
Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina
hikmat dan didikan (Amsal 1: 7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul: DESKRIPSI PENGHAYATAN HIDUP MENGGEREJA
ORANG MUDA KATOLIK PAROKI SANTO YUSUP BINTARAN,
YOGYAKARTA. Penulis memilih judul ini berdasarkan fenomena kehidupan
orang muda Katolik dewasa ini. Sekarang ini banyak orang muda semakin jarang
mewujudkan hidup menggereja, padahal orang muda memiliki banyak potensi
yang dapat disumbangkan untuk kemajuan Gereja. Penelitian ini berupaya untuk
mengetahui penghayatan hidup menggereja orang muda Katolik di Paroki Santo
Yusup Bintaran, Yogyakarta. Penghayatan hidup menggereja yang dimaksudkan
adalah perwujudan hidup sebagai anggota Gereja dalam pesekutuan dengan umat
beriman bersama-sama menerima dan meneruskan cahaya Kristus yang
diwujudkan dalam perbuatan baik bagi sesama. Penghayatan Hidup menggereja
berarti iman yang dihayati diwujudkan lewat seluruh lingkup hidup Gereja
sebagaimana telah dilakukan oleh Jemaat Perdana.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Sumber data
dalam penelitian ini adalah orang muda Katolik di Paroki Santo Yusup Bintaran,
Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Teknik
pengembangan validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi teknik yaitu dengan melakukan member check. Adapun teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif yang
memiliki tiga komponen yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan gambaran orang muda Katolik di
Paroki Santo Yusup Bintaran. Penghayatan hidup menggereja orang muda Katolik
baru diwujudkan di bidang pewartaan yaitu pendampingan iman anak dan di
bidang liturgi menjadi petugas liturgi. Hal ini secara nyata menunjukkan bahwa
penghayatan hidup menggereja orang muda Katolik belum diwujudkan lewat
seluruh lingkup hidup Gereja.
Berdasarkan fakta ini, penulis merekomendasikan kepada Romo Paroki
dan dewannya memberikan perhatian, dukungan, dan membantu orang muda
dengan pendampingan dan pembekalan agar orang muda terlatih. Mengajak
mereka berdialog sekaligus menjadikan orang muda sebagai rekan kerja dalam
mengembangkan pelayanan Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This study entitled “Description of the Ecclesial Life of Catholic Young People in
Saint Joseph Parish, Bintaran, Yogyakarta”. Is chosen based on the phenomenon
of today's young Catholic life. Nowadays, many young people are increasingly
rarely living a church life, whereas young people have many potentials to
contribute to the Church's progress. This research seeks to know the appreciation
of the Catholic young people living in St. Yusup Bintaran Parish, Yogyakarta.
The appreciation of the life in church is meant to the embodiment of life as the
member of the church in to the community of the faithful who receive and pass
the light of Christ embodied in good deeds for others. The embodiment of life in
church means that the living faith is manifested through the whole sphere of life
of the Church as has been done by the First Church.
The type of this research is one with a qualitative and descriptive
method. The data were collected by way of in-depth interviews and observation
combined with documentary study. To assess the validity of the obtained data, this
research employs the technique of triangulation by doing member check. The
technique of data interpretation employs an interactive model of data analysis that
includes some components: data collection, data display, data reduction, all of
these leading to verification as conclusion.
Based on the data obtained, it is found the image of Catholic young
people in Saint Joseph, Bintaran Parish. The appreciation of life in church of the
young people is only embodied in the proclamation field, which is the
accompaniment of children faith and the liturgical field becomes the liturgical
functionary. This clearly shows that the appreciaton of life in the church of
Catholic young people has not been manifested yet through the whole sphere of
life of the Church.
Based on this fact, the writer recommends to the Parish Priest and his
council to give attention, support, and help thatholic young people by mentoring
and debriefing to make them to be more skillful. The church must also invite the
young people to have a dialogue while also making them as colleagues in
developing Church ministry.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan karena kasih karunia dan bimbingan-Nya,
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun dalam
rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik.
Judul skripsi ini adalah DESKRIPSI PENGHAYATAN HIDUP
MENGGEREJA ORANG MUDA KATOLIK PAROKI SANTO YUSUP
BINTARAN, YOGYAKARTA.
Orang muda pada zaman ini sedang berada pada arus zaman yang serba
instan, dan cenderung individualis. Situasi seperti ini tidak sedikit membawa
dampak merugikan bagi orang muda. Mereka semakin jauh dari kehidupan
menggereja. Oleh karena itu, selain menjadi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Agama Katolik.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
skripsi ini juga dapat menjadi salah satu referensi bagi Gereja Katolik untuk
membangkitkan semangat dan partisipasi orang muda dalam hidup menggereja.
Selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis merasakan kasih
dan kebaikan Tuhan melalui dukungan dan perhatian dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
1. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ selaku Kaprodi PAK Universitas Sanata Dharma
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis menempuh pendidikan di
lembaga ini, sekaligus telah bersedia menjadi dosen penguji kedua.
2. F.X. Dapiyanta, S.FK. M. Pd, selaku dosen akademik sekaligus dosen
pembimbing utama, yang telah membantu, mengarahkan, dan membimbing
selama studi di Program Studi Pendidikan Agama Katolik hingga penulisan
ini selesai.
3. Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd, selaku dosen penguji ketiga yang telah
merelakan waktu, pikiran, dan tenaga dalam membimbing dan mengoreksi
tulisan ini.
4. Seluruh staf dosen dan karyawan yang juga telah memberikan dukungan
berupa perhatian membantu penulis untuk kelancaran studi.
5. Romo Stephanus Heruyanto Widiatmaja, Pr dan Romo Yustinus Agus
Purwadi, Pr sebagai Pastor Paroki Santo Yusup Bintaran Yogyakarta, yang
telah memperkenankan penulis berjumpa dan berdinamika dengan Orang
Muda Katolik untuk diteliti. Sekaligus telah bersedia memberikan informasi
dan dukungan kepada penulis.
6. Bapak Darmo sebagai pendamping OMK yang telah memberikan dukungan
dan informasi tentang dinamika dan gejolak orang muda kepada penulis.
7. Orang Muda Katolik di Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta, yang telah
bersedia memberikan data yang dibutuhkan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... v
PERSYARATAN KEASLIAN KARYA ...................................................... vi
PERSYARATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................... viii
ABSTRACK ................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xvi
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 7
C. Batasan Masalah................................................................................ 7
D. Rumusan Masalah ............................................................................. 7
E. Tujuan Penulisan ............................................................................... 8
F. Manfaat Penulisan ............................................................................. 8
1. Manfaat Praktis ........................................................................... 8
2. Manfaat Teoritis .......................................................................... 9
G. Sistematika Penulisan ........................................................................ 9
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 11
A. Hidup Menggereja ............................................................................. 12
1. Pengertian Gereja ........................................................................ 12
2. Sejarah Perkembangan Hidup Menggereja ................................... 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3. Dinamika Hidup Menggereja ....................................................... 18
a. Bidang Pewartaan (Kerygma) ................................................ 19
b. Bidang Liturgi (Liturgia) ....................................................... 27
c. Bidang Persekutuan (Koinonia) ............................................. 32
d. Bidang Pelayanan (Diakonia) ................................................ 36
B. Orang Muda ...................................................................................... 43
1. Pengertian Orang Muda ............................................................... 43
2. Dinamika Hidup Orang Muda Zaman Sekarang ........................... 44
a. Orang Muda Zaman Sekarang ................................................ 44
b. Karakteristik Orang Muda Zaman Sekarang ........................... 44
c. Harapan Gereja Terhadap Orang Muda Katolik ..................... 47
1) Bidang Pewartaan (Kerygma) ........................................... 49
2) Bidang Liturgi (Liturgia).................................................. 51
3) Bidang Persekutuan (Koinonia) ........................................ 53
4) Bidang Pelayanan (Diakonia) ........................................... 54
d. Perhatian Gereja Terhadap Orang Muda ................................ 56
C. Fokus Penelitian ................................................................................ 58
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................... 59
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 59
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 61
1. Tempat Penelitian ........................................................................ 61
2. Waktu Penelitian ......................................................................... 61
C. Responden Penelitian ........................................................................ 61
D. Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 62
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 62
1. Wawancara .................................................................................. 63
2. Observasi Sebagai Alat Triangulasi Data ..................................... 63
3. Studi Dokumentasi Sebagai Alat Triangulasi Data ...................... 64
F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 64
1. Pedoman Wawancara................................................................... 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2. Pedoman Observasi ..................................................................... 67
3. Pedoman Studi Dokumentasi ....................................................... 68
G. Teknik Keabsahan Data ..................................................................... 69
H. Teknik Analisis Data ......................................................................... 71
1. Reduksi ....................................................................................... 71
2. Display ........................................................................................ 71
3. Verification/Conclusion Drawing ................................................ 72
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 73
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 73
1. Profil Responden ......................................................................... 73
2. Hasil Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumen ....................... 78
B. Pembahasan ...................................................................................... 109
C. Usulan Program Meningkatkan Penghayatan Hidup Menggereja
Orang Muda Katolik Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta ........ 133
1. Latar Belakang ............................................................................ 134
2. Sekilas Pengertian Rekoleksi ....................................................... 134
3. Tujuan Program ........................................................................... 135
4. Usulan Kegiatan Rekoleksi .......................................................... 135
BAB V. PENUTUP ...................................................................................... 154
A. Kesimpulan ....................................................................................... 154
B. Saran ................................................................................................. 156
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 159
LAMPIRAN ................................................................................................. 162
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian ............................................... ( 1)
Lampiran 2 Surat Telah Melakukan Penelitian .............................................. ( 2)
Lampiran 3 Data Wawancara ....................................................................... ( 3)
Lampiran 4 Doa Kepada Santo Aloysius Gonzaga ........................................ (24)
Lampiran 5 Lagu-lagu Rekoleksi .................................................................. (25)
Lampiran 6 Kegiatan Keterlibatan OMK dalam Hidup Menggereja .............. (26)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Semua singkatan dalam skripsi ini mengikuti singkatan Kitab Suci sesuai
daftar singkatan dalam Perjanjian Baru dan Alkitab Katolik Deuterokanonik yang
diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia.
Kej : Kejadian
Ayb : Ayub
Mzm : Mazmur
Mat : Matius
Luk : Lukas
Yoh : Yohanes
Kis Kisah Para Rasul
Kor : Korintus
Ef : Efesus
Gal : Galatia
Yak : Yakobus
Pet : Petrus
Fil : Filipi
B. Singkatan Resmi Dokumen Gereja
D V : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
Wahyu Ilahi, 18 Nopember 1965
AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang
Kerasulan Awam, 7 Desember 1965/ 18 Nopember 1965
LG : Lumen Gentium. Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II
tentang Gereja, 21 Nopember 1964
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
UR Unitatis Redintegratio, Dekrit Konsili Vatikan II tentang
Ekumenisme, 21 Nopember 1964
GS : Gaudium Et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II
tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965
EN : Evangelii Nuntiandi, Anjuran Apostolik Paus Paulus VI
Pasca-Sinode, 18 Desember 1975
CT : Catechesi Trandendae, Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II
kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang
katekese masa kini, 16 Oktober 1979
AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan
Misioner Gereja, 7 Desember 1965
CD : Christus Dominus, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Tugas
Pastoral Para Uskup dalam Gereja, 28 Oktober 1965
IM : Inter Mirifika, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Upaya-Upaya
Komunikasi Sosial, 4 Desember 1963
GE : Gravissium educationis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang
Pendidikan, 28 Oktober 1965
NA : Nostra Aetate, Pernyataan Konsili Vatikan II tentang Hubungan
Gereja dengan Agama-agama bukan Kristen, 28 Oktober 1965
PP : Populorum Progressio, Ensiklik Paus Paulus VI tentang
Perkembangan Bangsa-Bangsa, 26 Maret 1967
PT : Pacem in Terris, Ensiklik Paus Yohanes XXIII tentang
Perdamaian Dunia, 11 April 1963
RM Redemptoris Missio, Ensiklik Yohanes Paulus II tentang
Misioner Gereja, 7 Desember 1990
E G : Evangelii Gaudium, Seruan Apostolik Paus Fransiskus, 24
Nopember 2013
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan
oleh Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983
KGK : Katekismus Gereja Katolik, uraian tentang ajaran iman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
moral Gereja Katolik, 11 Oktober 1992
C. Singkatan Umum
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
Kan : Kanon
KBG : Kelompok Basis Gerejawi
BKSN : Bulan Kitab Suci Nasional
BKL : Bulan Katekes Liturgi
APP : Aksi Puasa Pembangunan
PIUD : Pembinaan Iman Usia Dini
PIA : Pembinaan Iman Anak
PIR : Pembinaan Iman Remaja
OMK : Orang Muda Katolik
PIUL : Pembinaan Iman Usia Lanjut
EKM : Ekaristi Kaum Muda
AYD : Asian Youth Day
PPA : Putra-putri Altar
UUD : Undang-Undang Dasar
SMA : Sekolah Menengah Atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang muda adalah harapan keluarga, Gereja, nusa, dan bangsa. Orang
muda merupakan penggerak suatu perubahan yang lebih baik, menjadi pemberi
harapan dan pembangun perdamaian bagi masyarakat maupun Gereja. Dengan
potensi yang dimiliki orang muda dapat menjadi pelaku perubahan dalam
masyarakat dan pelaku pembaruan bagi Gereja (Komisi Kepemudaan KWI,
2014:70). Ciri khas yang pantas dimiliki OMK adalah katolisitas yaitu sikap iman
sebagai pengikut Kristus yang mampu menyadari sebagai orang yang
diselamatkan dan sekaligus menjadi saluran keselamatan bagi sesama, dengan itu
orang muda memperjuangkannya sebagai bentuk penghayatan dalam hidup
sehari-hari (Aris Purnomo, 2015:31).
Saat ini peran aktif orang muda dalam Gereja semakin sulit ditemukan,
akibat perkembangan zaman yang semakin canggih dan modern. Gereja
kehilangan generasi yang bisa diandalkan guna merancang kegiatan yang lebih
semangat, dan menghidupkan Gereja. Romo Heru sebagai pastor paroki melihat
dan menyadari bahwa pola pikir dan cara pandang orang muda mengalami
perubahan seiring perkembangan zaman. Orang muda beranggapan Gereja
parokinya tidak dapat memenuhi gejolak dan harapannya, karena itu mereka
mencari Gereja lain untuk dapat memenuhi kesenangan, mimpi dan harapannya,
atau karena sudah terbiasa pergi ke Gereja itu sehingga lebih nyaman di Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
lain daripada di Gereja parokinya sendiri. Diakui bahwa adanya kesenjangan
antara orang dewasa dan orang muda. Perbedaan pola pikir dan cara pandang
membuat orang muda sulit menerima kenyataan di parokinya. Demikian
sebaliknya, orang dewasa menuntut orang muda ikut kegiatan-kegiatan
kerohanian yang diadakan orang dewasa, padahal bagi orang muda, kegiatan
orang dewasa adalah sesuatu yang membosankan, sehingga orang muda tidak
pernah terlihat pada kegiatan-kegiatan yang diadakan baik di Paroki khususnya di
lingkungan seperti misalnya misa kudus dan pendalaman iman.
Billy ketua OMK juga mengalami kenyataan ini, orang muda sekarang ini
cenderung hidup pada dunianya sendiri, mereka kurang melibatkan diri pada
kegiatan bersama orang lain khususnya pada kegiatan Gereja, nampak bahwa dari
±200 orang muda yang ada di Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta. Namun,
yang hadir pada kesempatan kegiatan yang diselenggarakan orang muda Katolik
hanya sedikit. Padatnya kegiatan orang muda di sekolah, kampus maupun di
tempat kerja membuat sulit untuk berkumpul. Situasi orang muda sekarang ini
memang sangat kompleks akan dunia yang semakin sekuler, sikap tak mau tahu,
individualisme, sikap yang selalu mencari keuntungan bagi dirinya semata, kurang
rela berkorban dan budaya instan.
Melihat kenyataan ini, tentu tidak sepenuhnya orang dewasa menyalahkan
orang muda yang tidak mau terlibat dalam kehidupan menggereja sebab orang
muda sekarang termasuk generasi Y yang lahir tahun 1981-1994 yang dikenal
dengan generasi millennium di mana mereka hidup dalam budaya instan dan
sering menggunakan media teknologi. Mereka sangat fanatik dalam menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
media sosial dalam kehidupannya sehingga sangat terpengaruh dengan
perkembangan teknologi, itulah sebabnya mereka semakin acuh tak acuh.
Meskipun generasi ini acuh tetapi mereka lebih terbuka dengan pandangan politik
dan ekonomi, sehingga mereka sangat reaktif terhadap perubahan lingkungan
yang terjadi disekelilingnya (https://www.femina.co.id/article/ciri-khas-gen-y-
diakses 18 Maret 2017).
Dengan keberadaan orang muda zaman ini, tentu tidaklah mengherankan
kalau orang muda ingin sesuatu yang baru. Mereka ingin perubahan seperti situasi
pada zamannya. Salah satu bentuk penolakan dan keinginan akan pembaruan yang
dilakukan orang muda yaitu memilih mengikuti kegiatan-kegiatan kerohanian di
Gereja lain, bahkan menikahpun demikian. Perubahan pada pola pikir misalnya,
banyak diantara orang muda memandang Gereja hanya sebagai bangunan yang
tak berarti, mereka bahkan mengabaikan kesakralan Gerejanya sendiri, mudah
tergiur dengan hal-hal duniawi dan menempatkan kebutuhan jasmani paling tinggi
dibanding kebutuhan rohani. Terbukti bahwa sering dijumpai mental orang muda
yang dengan mudah mengalihkan perhatiannya pada hal-hal yang negatif,
misalnya mereka lebih memilih ke mal dan menghabiskan waktu bahkan uang di
banding ke Gereja (Septi Widhiyudana, 2017: 29).
Sekitar awal bulan Maret lalu, seorang Romo paroki Santo Yusup Bintaran
mengatakan; orang muda kurang menggeliat, selama ini orang muda hilang dari
pergulatan dan perjuangan Gereja, mereka terkadang hanya sebagai penonton dan
tidak melakukan apa-apa. Sulit diajak berkumpul apalagi melakukan kegiatan
untuk kemajuan Gereja. Sikap orang muda yang demikian tentu tidak punya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
alasan, diamati bahwa ternyata pendampingan, kepercayaan dan dukungan dari
Gereja serta keteladanan orang tua dirasa kurang, akibatnya orang muda kurang
memahami peran dan tanggungjawabnya sebagai anggota Gereja. Penyebab lain
orang muda kurang terlibat adalah lemahnya pendidikan nilai kehidupan dan
keteladanan yang diberikan dalam keluarga sebagai wadah orang muda pertama
sekali mendapatkan pendidikan iman. Salah satu teladan orang tua yang ditiru
orang muda adalah misa kudus di Gereja lain sehingga membuat orang muda
tidak merasa bertanggung jawab dan peduli pada Gerejanya sendiri.
Gereja tentu merindukan sosok orang muda yang mau merelakan dirinya
untuk berperan aktif dengan terlibat dalam karya-karya Gereja. Sebagai orang
muda Katolik diharapkan mereka lebih peduli untuk perkembangan dan kemajuan
Gereja sesuai semangat muda yang dimilikinya serta mengarahkan seluruh talenta
yang dikaruniakan Allah kepadanya untuk menyalurkan rahmat pada sesama dan
melakukan inovasi-inovasi baru untuk kemajuan Gerejanya. Orang muda tidak
boleh tinggal diam begitu saja, tetapi mereka dituntut menjaga dan melestarikan
Gereja agar berkembang sesuai zamannya.
Gereja tidak mau kehilangan orang muda sebagai generasi penerus, maka
sebagai bentuk perhatian Gereja terhadap orang muda beberapa kali telah
diadakan pertemuan orang muda Katolik se-dunia yang baru-baru ini di
selenggarakan di Polandia. Pada pertemuan itu Paus Fransiskus mengajak orang
muda Katolik keluar dari zona nyaman dan mulai memasuki dunia pergaulan
hidup yang lebih luas dengan menciptakan jejak yang dapat menghadirkan Kabar
Gembira. Paus meminta orang-orang muda, untuk menciptakan jejak dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
menjadi murid-murid Yesus pada zaman sekarang tanpa rasa takut mendorong
perubahan setiap hati orang muda untuk sanggup menanggapi mimpi Allah pada
sesama (http://www.kompasiana.com/gordi/pesan-paus-fransiskus-di-hari-orang-
muda-katolik-sedunia-2016-di-krakow-polandia-, diakses 18 Maret 2017).
Gereja juga menaruh perhatian terhadap orang muda dengan memberikan
dukungan sekaligus ajakan kepada orang dewasa agar membantu orang muda
dalam menghadapi beban-beban baru di zaman ini mengingat orang muda dituntut
adanya kegiatan merasul sebagaimana dinyatakan dalam Konsili (AA 12). Pada
persiapan Yubileum Agung Tahun 2000 Paus Yohanes Paulus II dalam suratnya
kepada kaum muda, berpesan bahwa Gereja tidak melihat orang muda hanya
sebagai sekelompok orang dari sebuah tahapan usia tertentu sekaligus agar orang
muda mencintai Gereja, menerima keterbatasannya, dan berpartisipasi aktif di
dalamnya (Komisi Kepemudaan KWI, 2014:48)
Maka, untuk membantu orang muda mengemban tugas sebagai generasi
penerus, Gereja sudah melakukan pembinaan melalui berbagai paguyuban seperti:
Mudika (Muda-mudi Katolik) bagi kaum muda Katolik, lewat PMKRI (Persatuan
Mahasiswa Katolik) atau KMK (Kelompok Mahasiswa Katolik) bagi para
mahasiswa. Baru-baru ini juga telah dirancang suatu kegiatan yang diberi nama
KGM (Katekis Generasi Muda) yang sudah terealisasi di Keuskupan Medan,
lewat kegiatan ini diharapkan dapat menggerakkan, mendampingi, dan
menganimasi orang muda agar lebih mengenal ajaran Gereja Katolik dengan
harapan dapat terlibat aktif dalam kegiatan Gereja (Wuarmanuk, 2017:24).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Walaupun situasi orang muda seperti yang diuraikan di atas namun
beberapa Orang Muda Katolik juga ada yang terlibat menjadi lektor, dan organis
pada perayaan Ekaristi di Gereja yang merupakan bentuk penghayatan hidup
menggerejanya. Dengan menjadi lektor dan organis, orang muda telah
memberikan pelayanan (diakonia) pada saat perayaan ekaristi, juga memberikan
pewartaan (kerygma) sebagai wujud dari penghayatan hidup menggereja.
Gereja sangat berharap agar orang muda terlibat dalam karya-karya
Gereja. Pada kesempatan rekoleksi orang muda, Romo Constantinus Eko Wahyu
Djoko mengatakan; orang muda tidak perlu menunggu mapan untuk bisa
melayani, karena pelayanan bisa dilakukan kapan, dan di mana saja yang penting
dibutuhkan kerendahan hati dan mau meluangkan waktu serta tenaga (potensi)
untuk Tuhan, sehingga tidak ada alasan untuk tidak terlibat dalam hidup
menggereja. Hidup matinya Gereja Katolik tergantung pada orang muda, karena
mereka adalah “jantung hati Gereja” dan “harapan Gereja” (Nugroho
Budisantoso, 2016: 42-43).
Disadari bahwa sebagai Orang Muda Katolik, mereka kurang aktif dalam
tugas-tugas Gereja sebagai bentuk penghayatan dalam hidup menggerejanya
padahal mereka punya talenta, potensi, dan kreativitas. Untuk itulah penulis ingin
membantu Pastor Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta, untuk menggali
bagaimana Orang Muda Katolik menghayati hidup menggerejanya. Penulis
mengangkat judul skripsi:
“DESKRIPSI PENGHAYATAN HIDUP MENGGEREJA ORANG MUDA
KATOLIK PAROKI SANTO YUSUP BINTARAN, YOGYAKARTA”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasikan
permasalahan penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan orang muda tentang Gereja?
2. Bagaimana pandangan Gereja terhadap orang muda?
3. Bagaimana pandangan orang muda tentang hidup menggereja?
4. Bagaimana Gereja memberikan perhatian pada orang muda Katolik sebagai
generasi Gereja?
5. Bagaimana orang muda Katolik mewujudkan keterlibatannya sebagai anggota
Gereja di Paroki dan di lingkungannya?
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari bias dalam pembahasan hasil penelitian ini, maka
ruang lingkup penulisan ini dibatasi pada deskripsi penghayatan hidup menggereja
Orang Muda Katolik Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta. Dengan
demikian, pembahasan ini lebih fokus pada obyek dan permasalahan yang diteliti.
D. Rumusan Masalah
Dari beberapa masalah yang di identifikasikan di atas, maka rumusan
masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana Orang Muda Katolik Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta
menghayati hidup menggereja?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
E. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:
Menggali penghayatan hidup menggereja orang muda Katolik Paroki Santo
Yusup Bintaran, Yogyakarta.
F. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Orang Muda Katolik Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta.
Menjadi sarana guna membantu orang muda agar dapat lebih memahami
tugas-tugas Gereja sehingga dapat memberikan diri dalam pelayanan
sebagai bentuk penghayatan hidup menggereja.
b. Bagi Paroki dan Gereja Pada Umumnya
Sebagai refleksi yang berguna dalam pengembangan program
pendampingan terhadap orang muda Katolik dengan harapan agar orang
muda Katolik memiliki semangat untuk ambil bagian dalam tugas-tugas
Gereja sebagai wujud penghayatan hidup menggereja.
c. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penghayatan hidup
menggereja orang muda Katolik Paroki Santo Yusup Bintaran,
Yogyakarta, tentunya sangat bermanfaat kelak dalam memberikan
pendampingan bagi orang muda di tempat perutusan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2. Manfaat Teoretis
Tulisan ini diharapkan memberi sumbangan gagasan tentang gambaran
yang lebih ilmiah tentang orang muda bagi lembaga pendidikan, Gereja, dan
masyarakat.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulis dalam penulisan ini, maka dibuat kerangka
atau sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN : Berisi latar belakang penulisan, identifikasi masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA: Berisi uraian tentang hidup menggereja di
dalamnya dijelaskan pengertian Gereja, sejarah perkembangan hidup menggereja,
dan dinamika hidup menggereja. Kemudian menguraikan tentang orang muda
yang di dalamnya dipaparkan tentang pengertian orang muda dan dinamika hidup
orang muda zaman sekarang mencakup di dalamnya siapa orang muda zaman
sekarang, karakteristi orang muda, harapan Gereja terhadap OMK, dan perhatian
Gereja terhadap OMK.
BAB III METODE PENELITIAN: Berisi gambaran tentang metode penelitian
yang digunakan mencakup: jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,
penentuan reponden, pertanyaan penelitian, tehnik pengumpulan data,instrument
penelitian, tehnik keabsahan data, dan tehnik analisis data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN: Berisi hasil penelitian
yang di dalamnya mencakup profil responden, hasil wawancara, dan hasil
penelitian berupa kata perkata dari hasil wawancara dengan responden dan hasil
observasi serta dokumentasi yang berkaitan dengan deskripsi penghayatan hidup
menggereja Orang Muda Katolik Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta.
Kemudian hasil penelitian tersebut dikelompokkan ke tema-tema yang sama untuk
memudahkan penulis dalam membahasnya. Hasil penelitian tersebut menjadi
acuan bagi penulis dalam menganalisis deskripsi penghayatan hidup menggereja
orang muda Katolik di Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta di tengah
perkembangan zaman yang semakin modern. Pada akhir bagian ini penulis
menyertakan usulan kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan semangat
Orang Muda Katolik dalam hidup menggereja. Melalui kegiatan ini diharapkan
Orang Muda Katolik semakin sadar akan tanggungjawabnya sebagai anggota
Gereja sekaligus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari Gereja bahkan
Gereja itu sendiri.
BAB V PENUTUP: Berisi kesimpulan atas hasil pembahasan penulisan. Selain
itu, penulis juga memberi saran atau rekomendasi kepada Pastor Paroki, dewan
paroki, pengurus lingkungan dan keluarga-keluarga Katolik agar menindaklanjuti
penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Iman Katolik sejati sesungguhnya adalah iman yang berdasarkan pada
Kitab Suci dan Tradisi Gereja yang telah dihidupi oleh Jemaat Perdana sejak
dahulu. Jemaat Perdana telah mewarisi iman akan Yesus Kristus dengan bertekun
dalam pengajaran dan dalam persekutuan (Kis 2: 41-47). Mereka selalu
berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Mereka bersekutu dan saling
berbagi. Inilah bagian dari iman orang Kristen sampai saat ini. Dengan beriman
berarti manusia menyerahkan dirinya kepada Allah (DV 5). Penyerahan diri ini
mengandung konsekuensi nyata bahwa manusia terlibat penuh dalam segala aspek
hidup demi tercapai tujuan hidupnya. Orang beriman tidak cukup pergi ke gereja,
iman perlu diwujudkan lewat perbuatan-perbuatan baik, sebab iman tanpa
perbuatan pada hakekatnya mati (Yak 2: 14-26).
Kemajuan zaman yang semakin pesat dapat membuat iman Kristen
semakin pudar, banyak dijumpai orang dewasa kurang menghayati imannya
sebagaimana telah dilakukan oleh Jemaat Perdana, terlebih orang muda. Iman
orang muda terkadang mudah terombang-ambing karena banyaknya tawaran
dunia yang membuatnya pada suatu pilihan yang sulit, antara memilih ajaran
Gereja atau kenikmatan dunia. Perkembangan arus informasi juga telah
membentuk kecenderungan sosial kaum muda, seperti yang terjadi pada generasi
Y yang lahir tahun 1981-1994 (https://dosen.perbanas.id/teori-generasi/, diakses
7 April 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Selanjutnya penulis akan menguraikan pengertian orang muda pada
umumnya, dinamika Orang Muda zaman sekarang, harapan Gereja terhadap
OMK, dan upaya yang dilakukan Gereja sebagai bentuk perhatiannya pada OMK.
A. Hidup Menggereja
1. Pengertian Gereja
Asal Usul dan arti kata Gereja. Kata “Gereja” berasal dari kata igreja yang
dibawa ke Indonesia oleh para misionaris Portugis. Kata tersebut adalah ejaan
Portugis untuk kata Latin ecclesia, yang ternyata berasal dari bahasa Yunani,
ekklesia. Kata Yunani itu berarti „kumpulan‟ atau „pertemuan‟, „rapat‟. Namun
Gereja atau ekklesia bukan sembarang kumpulan, melainkan kelompok orang
yang sangat khusus. Untuk menonjolkan kekhususan, dipakai kata ekklesia.
Kadang-kadang dipakai kata “jemaat” atau “umat”. Namun pemakaian kata
jemaat dirasa sangat istimewa, sehingga lebih baik menggunakan kata “Gereja”,
yakni ekklesia. Kata Yunani itu berasal dari kata yang berarti „memanggil‟. Gereja
adalah umat yang dipanggil Tuhan. Itulah arti sesungguhnya kata “Gereja” (Iman
Katolik, 1996: 332).
Kitab Suci dan Ajaran Gereja mendefinisikan “Gereja” bukanlah semacam
batasan atau definisi. Ekklesia adalah kata yang biasa pada zaman para rasul. Dari
cara memakainya nampak bagaimana Jemaat Perdana memahami diri dan
merumuskan karya keselamatan Tuhan diantara mereka kadang-kadang dikatakan
jemaat Allah (1Kor 10:32). Dalam suratnya Paulus mengatakan jemaat berkumpul
untuk merayakan ekaristi (1Kor 11:17-22). Mereka menjadi “jemaat” atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
“Gereja” karena imannya akan Yesus Kristus, kususnya akan wafat dan
kebangkitan-Nya. Gereja adalah “jemaat yang dikuduskan dalam Kristus Yesus”
(1Kor 1:2) dengan demikian ada tiga nama yang dipakai untuk Gereja dalam
Perjanjian Baru: “Umat Allah”, “Tubuh Kristus”, dan “bait Roh Kudus” ketiganya
saling berkaitan (Iman Katolik, 1996:333).
Dokumen Konsili Vatikan II menggambarkan Gereja bukan sebagai suatu
institusi duniawi melainkan sebagai suatu persekutuan ataupun paguyuban umat
beriman yang menerima dan meneruskan cahaya Kristus yang diwujudkan dalam
perbuatan yang baik dan berguna bagi sesama. Gereja disebut sebagai sakramen
yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan dalam kesatuan dengan
seluruh umat manusia dihantar kepada segala kebenaran, dipersatukan dalam
persekutuan serta pelayanan, dilengkapi dan dibimbing dengan aneka karunia
hierarkis dan karismatis serta disemarakkan dengan buah-buah-Nya. Seluruh
Gereja tampak sebagai “umat yang disatukan berdasarkan kesatuan Bapa dan
Putera dan Roh Kudus” (LG 4).
Rukiyanto, B.A. (2009: 35-36) menambahkan dalam tulisannya Hidup
Menggereja dalam Millennium Ketiga mengatakan bahwa menurut Konsili
Vatikan II, Gereja bukan lagi dilihat sebagai institusi hirarkis, sebagaimana
ditekankan sebelumnya, melainkan pertama-tama dipahami sebagai misteri. Kata
“misteri” tidak menunjuk pada sesuatu yang tidak dapat dimengerti atau yang
tersembunyi, tetapi menunjuk pada realitas Ilahi yang transenden dan
menyelamatkan yang diwahyukan kepada manusia. Melalui Gereja, Allah
memanggil manusia untuk ambil bagian di dalam kehidupan Allah Tritunggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Dengan demikian, Gereja merupakan perwujudan karya keselamatan Allah.
Gereja merupakan sakramen yang kelihatan dari karya keselamatan Allah,
kesatuan antar umat manusia dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia
sekaligus sarana untuk mencapai kesatuan itu (LG 1).
Kitab Hukum Kanonik memberi arti Gereja sebagai:
“Kaum beriman Kristiani ialah mereka yang, karena melalui baptis
diinkorporasi pada Kristus, dibentuk menjadi umat Allah dan karena itu
dengan caranya sendiri mengambil bagian dalam tugas imami, kenabian
dan rajawi Kristus, dan sesuai dengan kedudukan masing-masing,
dipanggil untuk menjalankan perutusan yang dipercayakan Allah kepada
Gereja untuk dilaksanakan di dunia”(KHK Kan 204).
KGK 777 merumuskan Gereja sebagai “himpunan orang-orang yang
digerakkan untuk berkumpul oleh Firman Allah, yakni, berhimpun bersama untuk
membentuk umat Allah dan yang diberi santapan dengan Tubuh Kristus, menjadi
Tubuh Kristus”. Himpunan umat Allah ini diwujudkan (secara lokal) dalam hidup
berparoki. Di dalam Paroki inilah himpunan umat Allah mengambil bagian dan
terlibat dalam mengembangkan pewartaan Kabar Gembira (kerygma),
menghidupkan peribadatan yang menguduskan (liturgia), membangun
persekutuan (koinonia), memajukan karya cintakasih/pelayanan (diakonia)
sebagai murid-murid Tuhan. Paulus dalam suratnya menegaskan bahwa Gereja
yang dimaksudkan bukanlah gedungnya tetapi kumpulan orang-orang yang
percaya. Gereja juga disebut tubuh Kristus, “Dan segala sesuatu telah diletakkan-
Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai
Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan
Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu” (Ef 1: 22-23). Karena Kristus
adalah kepala maka semua umat beriman adalah anggota tubuh-Nya. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
demikian orang Kristen diharapkan dapat bekerjasama dengan Allah mewujudkan
Kerajaan Allah ditengah dunia lewat hidup menggereja. Jemaat Perdana telah
lebih dahulu melakukan ini sebagai bagian dari tubuh Kristus mengemban tugas
dari Allah lewat empat tugas Gereja yakni dengan bertekun dalam pengajaran
rasul-rasul (kerygma) , selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa
(liturgia). Semua orang yang telah percaya tetap bersatu (koinonia), dan menjual
harta miliknya, lalu membagi-bagikannya (diakonia) kepada semua orang sesuai
dengan keperluan masing-masing.
Menurut Tom Jacobs (1979: 14), Gereja adalah tempat dimana dorongan
rahmat diyakinkan, bahwa orang sungguh-sungguh sadar akan karya keselamatan,
sehingga dengan kesadaran itu seseorang dapat mengenal Kristus. Bila iman
sudah ada dorongan rahmat akan dimulai. Gereja menurut Tom Jacobs adalah
umat yang percaya kepada Kristus.
Dalam LG 14 juga dikatakan bahwa orang yang memiliki Roh Kristus
menerima baik seluruh organisasi serta segala upaya keselamatan yang diberikan
kepadanya sehingga dia tergabung sepenuhnya dalam masyarakat Gereja. Gereja
adalah himpunan umat orang yang percaya akan Kristus. Paulus dan Yohanes
mengatakan bahwa Gereja adalah “communion” dari mereka yang percaya akan
karya keselamatan Allah dalam Kristus. Kesatuan yang dikerjakan Allah dalam
diri Kristus bertujuan untuk mempersatukan umat manusia dengan Allah dan antar
umat sendiri oleh karena iman, karena iman itu pula seluruh umat beriman
mengambil bagian dalam hubungan Kristus dengan Bapa. Persatuan tidak hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
diantara Gereja itu sendiri, tetapi kesatuan Gereja sekaligus menjadi sakramen
kesatuan dunia, sebab dalam Gereja sudah terungkap dan terwujud iman dunia.
Gereja bukan hanya sebuah institusi hirarkis, tetapi umat Allah yang
merasakan dan mengalami rahmat Allah. Menjadi Gereja berarti menjadi umat
Allah, sesuai dengan rencana besar dari cinta kebapaan Allah. Gereja harus
menjadi ruang kemurahan hati yang secara bebas dianugerahkan, di mana setiap
orang dapat merasa diterima, dicintai, dimaafkan, dan didorong untuk menghidupi
Injil.
2. Sejarah Perkembangan Hidup Menggereja
Kehidupan umat kristiani sesudah Yesus naik ke surga, merupakan buah
didikan Yesus selama aktif di tengah masyarakat sebelum wafat. Kehidupan
menggereja Jemaat Perdana telah mengungkapkan tugas Gereja, yang dikisahkan
dalam Kitab Suci berikut:
Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan
pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka
bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.
Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka
ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak
mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap
bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-
bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari
dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing
secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus
hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap
hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan
(Kis 2:41-47).
Ibadah yang dilakukan Jemaat Perdana sungguh-sungguh, bertekun di
dalam pengajaran para rasul, mengadakan perjamuan kudus, dan berdoa kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Tuhan. Dengan cara ini Jemaat Perdana terus menambah pengetahuan akan Allah
dan mendapatkan kekuatan agar bertahan dalam penganiayaan. Dalam Kitab Suci
dicatat bahwa mereka terus-menerus memberitakan Injil kepada orang lain,
meskipun mengalami penganiayaan namun mereka bergembira karena boleh
menderita bagi Tuhan dan akhirnya jumlah mereka bertambah banyak.
Setelah Jemaat Perdana, muncul KBG dengan tujuan untuk menciptakan
cara hidup menggereja. Kehadiran KBG tidak sepenuhnya diterima baik oleh
kalangan pemerintahan maupun hierarki Gereja karena kelompok ini melakukan
cara hidup menggerejanya sangat ekstrim. Berkat Konsili Vatikan II KBG mulai
merefleksikan kembali jati dirinya dalam semangat eklesiologi Gereja Communio.
Lambat laun, KBG bukan lagi menjadi gerakan perlawanan atau suatu gerakan
ideologis tertentu, KBG bertumbuh menjadi sebuah “cara hidup menggereja yang
baru”. Paus Paulus VI mengakui keberadaan KBG yang dibangun oleh Gereja
sebagai ungkapan keinginan mewujudkan dan menghayati hidup Gereja yang
lebih intensif yakni dengan mendengarkan sabda, menerima sakramen-sakramen,
hidup dalam persaudaraan kasih, saling menolong terutama mereka yang miskin,
yang tertindas, dan yang hidup dalam ketidakadilan (Bernard. S. Balun, 2012:
71).
Paus Yohanes Paulus II juga mendiskripsikan kelompok KBG yaitu
Sekelompok orang kristiani pada tingkat keluarga/lingkungan terbatas; dalam
komunitas anggota berkumpul bersama untuk berdoa, membaca Kitab Suci,
mengadakan katekese dan masalah-masalah manusiawi gerejawi. Tujuannya
untuk melihat komitmen bersama dalam komunitas, yang mana setiap anggota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
mengalami kebersamaan dan ambil bagian secara aktif dalam tugas bersama.
Komunitas menjadi sumber munculnya pelayanan baru, komunitas menjadi sarana
pembinaan dan pewartaan evangelisasi (RM 51).
Paul Suparno SJ (2007: 33) dalam bukunya Saat Jubah Bikin Gerah
menjelaskan bahwa kehidupan menggereja mengalami perubahan besar pada
zaman ini yang ditandai dengan pesatnya jumlah umat beriman aktif dalam
kehidupan menggereja. Partisipasi umat dalam hidup menggereja dan juga dalam
perutusan Gereja. Banyak umat rela bekerja dan berkarya bagi perkembangan
kerajaan Allah dan bersedia dikirim menjadi misi.
Hidup menggereja ini dihidupi oleh keluarga kristen. Persekutuan Gereja
melakukan tugasnya sebagai pewarta (kerygma), liturgi (liturgia), persekutuan
(koinonia), dan pelayanan (diakonia) secara konkrit dihidupi dan diaktualisasikan
lewat hidup menggereja (LG 25-27).
3. Dinamika Hidup Menggereja
Dalam sejarah Gereja dapat dilihat adanya perubahan pemahaman tentang
diri dan misinya. Perubahan pemahaman Gereja tentang dirinya secara
konsekwensi membawa perubahan pada pemahaman tentang misi dan sikap
Gereja terhadap dunia dan agama-agama lain. Kisah hidup Jemaat Perdana dalam
Kis 2: 41-47, di sana dapat dilihat kehidupan komunitas beriman yang ditandai
dengan kerukunan dalam persekutuan, berdoa bersama, saling memperhatikan,
adanya solidaritas, kepemilikan bersama, hubungan yang penuh kasih
persaudaraan diantara anggota. Maka jelaslah bahwa di sana dapat ditemukan
corak hidup menggereja yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan menggereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
seperti pewartaan (kerygma), liturgi (liturgia), persekutuan (koinonia), dan
pelayanan (diakonia).
Gereja sebagai umat Allah berkat sakramen baptis yang diterima
menyadari diri akan tanggungjawabnya menunaikan tugas dan panggilannya
dalam pelayanan Gereja di dunia (LG 31). Pelayanan Gereja seperti yang
dilakukan Jemaat Perdana menjadi tolok ukur pelayanan Gereja untuk
menunaikan tugas dan kewajiban secara nyata di dunia (GS 43). Pelayanan
Gereja ini merupakan perwujudan dari Tri tugas Yesus Kristus sendiri. Pelayanan
Gereja yang dimaksudkan ialah pewartaan (kerygma), liturgi (liturgia),
persekutuan (koinonia), dan pelayanan (diakonia) (LG 25-27). Empat bidang
pelayanan Gereja akan di bahas berikut ini.
a. Bidang Pewartaan (kerygma)
“Kerygma” berarti pewartaan, mengatakan tentang Kabar Gembira bahwa
dalam diri Yesus Kristus, Allah menyelamatkan manusia. Pewartaan akan Yesus
Kristus harus dilaksanakan tanpa henti agar umat beriman dapat senantiasa
berjumpa dengan Yesus Kristus dan mengenal-Nya (Ardhisubagyo, 1987: 27).
Melalui bidang karya ini, umat beriman Kristiani diberi kepercayaan, dipanggil
dan diutus Yesus untuk mengambil bagian dalam tugas pewartaan Kabar Gembira
(LG 35). Yesus mengutus manusia dengan bersabda: “Pergilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh
Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu“ (Mat 28: 19-20). Pewartaan ini dapat dilakukan lewat berbagai cara
seperti berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
1) Melayani Sabda
Kabar Baik yang diwartakan dengan kesaksian hidup cepat atau lambat
haruslah diwartakan dengan Sabda Kehidupan. Hal penting dari pewartaan Sabda
Kehidupan adalah kotbah dan katekese (EN 22). Gereja melayani Sabda dapat di
lakukan lewat kotbah, evangelisasi, katekese, dan media sosial.
a) Kotbah
Gereja dalam menunaikan tugasnya sebagai pewarta dapat melakukannya
lewat kotbah/homili. Khotbah merupakan salah satu sarana pewartaan sabda Allah
dan pewartaan iman kristiani karena kotbah bertolak dari pengalaman iman dan
tidak selalu menjelaskan teks Kitab Suci. Umat beriman yang mendengar khotbah
diharapkan mengalami pertobatan. Kotbah merupakan sarana pewartaan untuk
mengenalkan Kristus kepada orang-orang yang belum mengenal dan belum
beriman kepada Kristus, sehingga setelah mendengarnya mereka menjadi percaya.
Di dalam Gereja khotbah mempunyai tempat yang sentral, mewartakan
firman Tuhan di dunia. Selain pewartaan dari mimbar, umat beriman juga dapat
mewartakan lewat kesaksian (martyria) yakni lewat hidup setiap hari.
b) Evangelisasi
Evangelisasi adalah salah satu usaha untuk memperkembangkan iman
manusia karena manusia perlu berkembang dalam Kristus (EG 160). Evangelisasi
adalah rahmat dan panggilan khas Gereja, karena merupakan jati dirinya yang
paling dasar. Sebab Gereja ada untuk mewartakan Injil (EN 14). Bagi Gereja
evangelisasi berarti membawa Kabar Baik kepada segala tingkat kemanusiaan,
dan melalui pengaruhnya Injil mengubah umat manusia dari dalam dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
membuatnya menjadi manusia baru (EN 18). Injil harus diwartakan melalui
kesaksian hidup (EN 21).
Evangelisasi adalah tugas Gereja sebagai umat Allah. Gereja adalah
pelaku evangelisasi yakni umat Allah yang sedang bergerak maju dalam
perjalanan menuju Allah (EG 111). Gereja diutus Allah sebagai sakramen
keselamatan, “disini Gereja bekerjasama sebagai sarana rahmat ilahi yang bekerja
tanpa henti” (EG 112). Kabar gembira yang di wartakan Gereja tidak hanya
diperuntukkan kepada kelompok kristen saja melainkan kepada setiap orang (EG
113), agar semakin banyak orang mengenal Kristus, sebab keselamatan tidak
hanya diperuntukkan kepada kelompok, suku, dan bangsa tertentu, tetapi
diperuntukkan bagi semua orang sehingga, benarlah bahwa evangelisasi tidak
hanya memikirkan kelompok atau golongan tertentu namun memiliki dimensi
sosial (EG 176-179).
c) Katekese
Dalam melaksanakan tugas perutusan Gereja khususnya bidang pewartaan
dipakai istilah katekese. Katekese adalah pengajaran, pendalaman iman demi
pengembangan iman agar orang Kristen semakin dewasa dalam iman (Marinus,
1.1:4). Sejak zaman Bapa-bapa Gereja, katekese dimengerti sebagai pengajaran
sekaligus latihan bagi para calon baptis.
Paus Yohanes Paulus II menegaskan:
Katekese adalah pembinaan iman anak-anak, kaum muda, dan orang-orang
dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran
Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis,
dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup
Kristen (CT 18).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Dasar katekese adalah “penugasan Kristus kepada para rasul dan
pengganti-pengganti mereka”. Dalam Kitab Suci dikisahkan, Yesus mengutus
para rasul, Ia bersabda “pergilah”, “jadikanlah semua bangsa murid-Ku”,
“baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”, dan “ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat
28:19-20). Gereja terus berusaha mewujudkan kesetiaannya kepada Allah dan
kepada manusia, yang dilaksanakan melalui katekese (DV 24).
Katekese merupakan tanggungjawab seluruh komunitas Kristiani (Komisi
Kateketik, 2000: 220-221). Sesungguhnya, inisiasi Kristen, tidak menjadi karya
para katekis dan imam semata, melainkan karya seluruh komunitas beriman (AG
14). Lewat katekese setiap orang diharapkan menghayati imannya secara
mendalam dalam situasi konkret hidupnya, maka katekese perlu dikembangkan
atas dasar wahyu dan iman. Dalam berkatekese hendaknya menggunakan bahasa
peserta agar pesan yang disampaikan lewat pewartaan mudah dihayati (CD 14).
Bentuk pengajaran dan katekese ini dapat dilakukan di Paroki dan di Sekolah.
i) Paroki
Salah satu tugas yang amat penting yang disadari berasal dari tugas
perutusan Yesus sendiri kepada para murid-Nya (Gereja) adalah
menyelenggarakan katekese (CT 1). Paroki adalah sebagai wujud yang
menghadirkan Kerajaan Allah biarpun terbatas ikut terlibat menyelenggarakan
katekese. Dalam kaitannya dengan Sakramen inisiasi, katekese adalah suatu
langkah dalam proses evangelisasi (CT 18). Semua kegiatan evangelisasi (baik
dengan perkataan dan perbuatan), mempunyai nilai-nilai katekese karena di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
katekese, seseorang diajarkan seluruh misteri iman secara terstruktur. Pewartaan
yang dilaksanakan di Paroki bertujuan untuk memperdalam dan mematangkan
iman umat beriman, baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok sesuai
tingkat usia seperti PIA, REMAKA, OMK dan orang dewasa.
Pada tingkat usia PIA, Paroki mengusahan pendampingan iman, tanpa
mengabaikan peran orang tua. Pada dasarnya pendampingan anak adalah
tanggungjawab orang tua. Mengingat keterbatasan orang tua dalam hal waktu dan
pengetahuan, Gereja kemudian memberikan pendampingan sebagai perwujudkan
dari tugas Yesus sebagai imam, nabi dan raja. Demikian halnya dengan remaja
Katolik, orang muda dan orang dewasa. Katekese bertujuan untuk melayani
pembinaan lanjut yang diarahkan kepada komunitas Kristiani agar matang dalam
hidup batin dari cinta Allah dan saudara-saudara serta terbuka kepada dunia
sebagai komunitas missioner.
Kelompok PIA, REMAKA, OMK, dan orang dewasa bukanlah suatu
sekedar berkumpul setiap hari Minggu, tetapi di dalamnya diberikan katekese
sesuai dengan tingkat usia mereka. Materi katekese, metode dan sarana yang
dipakaipun sesuai dengan tingkat pemahaman mereka, dengan maksud agar
pewartaan mudah diterima sehingga mudah pula untuk dihayati dalam hidup
hariannya sebagai umat beriman.
ii) Sekolah
Katekese sekolah merupakan karya pelayanan dalam pembinaan iman
orang katolik di sekolah-sekolah, baik di sekolah swasta maupun di sekolah
negeri. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan perlu memperhatikan pelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
agama agar bersifat ekumenis dan memiliki kesadaran antar agama yang lebih
besar.
Lewat katekese di sekolah, hidup beriman setiap siswa yang menerima
pelajaran agama di sekolah harus mengalami perubahan terus menerus. Belajar
agama di sekolah bagi siswa yang percaya pada Tuhan harus dapat membantu
mereka untuk memahami lebih baik pesan kristiani dalam hubungannya dengan
keprihatinan umum pada segala agama dan manusia. Sedangkan bagi siswa yang
sedang mencari atau ragu-ragu akan imannya dapat menemukan dalam pelajaran
agama kemungkinan menemukan arti iman yang tepat kepada Yesus Kristus
(Komisi Kateketik, 2000: 74-75).
d) Media Komunikasi
Dewasa ini media komunikasi mempunyai tempat yang istimewa dalam
karya pewartaan. Konsili Vatikan II mengajak umat beriman memanfaatkan
sarana komunikasi modern untuk karya pewartaan, penggembalaan Gereja dan
pendidikan Kristen (IM 13). Dalam ensiklik Communio et Progressio 128, Paus
Paulus VI menegaskan bahwa media modern telah menawarkan cara-cara baru
untuk menghadapkan manusia dengan pesan Injil. Paus mendukung pemanfaatan
media massa sebagai sarana berkatekese. Paus menegaskan bahwa "Gereja
belumlah cukup untuk menggunakan media sekedar untuk menyebarkan pesan
Injil dan ajaran otentik Gereja. Namun juga perlu mengintegrasikan pesan Injil ke
dalam kebudayaan baru yang diciptakan oleh komunikasi modern” (RM 37).
Paus Benediktus XVI pada hari komunikasi ke 44 bertepatan tahun Imam,
mengangkat tema imam dan pelayanan pastoral di dunia digital sebagai media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
baru demi pelayanan sabda. Pada zaman ini penggunaan teknologi komunikasi
sangat perlu, khususnya untuk menjawab secara tepat tantangan yang dihadapi
orang muda di tengah dunia. Para imam selaku pewarta sabda Allah, diharapkan
dapat menjadi saksi setia terhadap Injil dalam dunia komunikasi digital dengan
menunaikan perannya sebagai pemimpin komunitas yang menampilkan 'suara
berbeda' dalam pasaraya digital. Maka para imam, ditantang untuk mewartakan
Injil dengan menggunakan teknologi audiovisual yang paling mutakhir seperti
gambar, video, animasi, blog dan website, sehingga dapat membuka wawasan
baru dan luas demi dialog, evangelisasi, dan katekese”. Melalui sarana multimedia
pewartaan bisa ditujukan kepada semua umat Katolik, sehingga umat bisa tetap
berkontak satu sama lain, saling menguatkan, dan memperluas pengalaman iman
(http://www.mirifica.net/2010/03/17/pesan-bapa-suci-pada-hari-komunikasi-ke-
44/, diakses 7 April 2017).
Kaum beriman awam yang berkompeten dalam bidang komunikasi sosial
diharapkan dapat menyumbangkan potensi membantu bidang pewartaan. Gereja
mengakui peran dan keterlibatan umat beriman awam dalam pewartaan (LG 37).
Mereka yang terlibat dalam karya bidang komsos dapat menolong sesama agar
lewat dunia digital mereka juga turut merasakan kehadiran Tuhan, menumbuhkan
kerinduan dan harapan serta mendekatkan diri pada Sabda Allah yang
menganugerahkan keselamatan dan membangun manusia secara utuh.
Lewat media komunikasi umat beriman dapat terhubung dengan orang-
orang di dalam keluarga, sekolah, pergaulan, pekerjaan, dan kehidupan sehari-
harinya, sebagai kesempatan baik untuk menaburkan benih Injil, yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dilakukan melalui: Telpon, BBM, SMS, E-mail, Facebook, Twitter, Website atau
Blog.
Pada hakekatnya pewartaan Injil dilakukan oleh semua umat lewat hidup
yang total (EG 111). Berkat baptisan yang diterima, semua orang Kristen menjadi
"murid missioner" (EG 120). Pewartaan adalah tugas dan panggilan setiap orang
yang percaya kepada Kristus. Secara khusus tugas ini dipercayakan kepada
mereka yang termasuk golongan imam atau biarawan-biarawati yang dengan
status hidup, mereka memberi kesaksian tentang kebenaran Injil. Lebih khusus
lagi “barisan para katekis, baik pria maupun wanita, yang dijiwai semangat
merasul dan dengan banyak jerih payah memberi bantuan istimewa yang sungguh
perlu demi penyebarluasan iman Gereja” (AG 17). Tugas pewartaan ini tidak
hanya lewat pewartaan verbal namun terlebih pewartaan melalui kesaksian hidup
yang diwujudkan melalui kegiatan rohani dan pendalaman iman di Paroki dan di
lingkungan sehingga dapat mendorong dan memotivasi orang lain untuk terlibat.
Ajaran tentang Kristus harus dikenalkan agar diterima oleh seluruh
manusia di dunia. Lewat majalah, program-program televisi dan situs-situs
internet yang bersifat kerohanian dapat dipakai sebagai sarana pewartaan agar
orang dapat mengaksesnya dengan mudah.
2) Melayani Sakramen
Sakramen adalah tanda rahmat/keselamatan yang kelihatan, untuk
menghadirkan rahmat yang tidak kelihatan. Sebagai tanda, sakramen juga
dimaksudkan untuk mendidik. Sakramen tidak hanya mengandaikan iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
melainkan juga memupuk, meneguhkan dan mengungkapkannya dengan kata-kata
dan benda (SC 59).
Misteri penyelamatan Tuhan, dihadirkan oleh Gereja lewat perayaan-
perayaan sakramen. Dalam Gereja Katolik ditetapkan tujuh sakramen. Setiap
perayaan sakramen selalu menghadirkan Tuhan.
b. Bidang Liturgi (liturgia)
Kata “liturgi” pada mulanya berarti "karya publik", "pelayanan dari rakyat
dan untuk rakyat". Dalam tradisi Kristen, kata itu berarti bahwa Umat Allah
mengambil bagian dalam "karya Allah". Melalui liturgi, Kristus Penebus dan
Imam Agung kita, melanjutkan karya penebusan-Nya di dalam Gereja-Nya,
bersama dia dan oleh dia (KGK 1069). Dalam Perjanjian Baru kata liturgi tidak
hanya berarti "perayaan ibadat", tetapi juga pewartaan Injil dan cinta kasih yang
melayani.
Liturgi sering dipandang sebagai pelaksana tugas imamat Yesus Kristus;
sebab lewat liturgi manusia dikuduskan yang dilambangkan dengan tanda-tanda
lahir serta dilaksanakan dengan cara yang khas bagi masing-masing. Dalam liturgi
dilaksanakan ibadat umum yang seutuhnya oleh Tubuh Mistik Yesus Kristus,
yakni kepala beserta para anggota-Nya. “Oleh karena itu setiap perayaan liturgis,
sebagai karya Kristus Sang Imam serta Tubuh-Nya yakni Gereja, merupakan
kegiatan suci yang sangat istimewa. Tidak ada tindakan Gereja lainnya yang
menandingi daya dampaknya dengan dasar yang sama serta dalam tingkatan yang
sama" (SC 7).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Sebagai karya Kristus, liturgi merupakan tindakan Gereja. Liturgi
melaksanakan dan menyatakan Gereja sebagai tanda persekutuan antara Allah dan
manusia melalui Kristus. Ia mendorong umat beriman ke dalam persekutuan
hidup baru. Mengandaikan bahwa semua orang mengambil bagian dalam liturgi
kudus dengan "sadar, aktif, dan penuh makna" (SC 11). Lewat liturgi nampak
keikutsertaan dalam doa yang disampaikan Kristus kepada Bapa dalam Roh
Kudus. Di dalamnya segala doa Kristen menemukan sumber dan penyelesaiannya
(KGK 1073).
Umat beriman, dipanggil ikut serta dalam perjamuan suci perayaan liturgi.
Dengan merayakan liturgi umat beriman dapat membantu umat beriman lain
menghayati iman untuk mengungkapkan misteri Kristus serta hakikat asli
pelayanan Gereja yang sejati (Suwita, 2003:1-2). Sehingga umat beriman yang
merayakan liturgi memperkuat imannya untuk mewartakan Kristus dan terpanggil
untuk mewartakannya kepada mereka yang berada di luar Gareja (Suwita,
2003:3-19). Umat beriman yang ikut terlibat dalam liturgi setelah dipuaskan
dengan sakramen-sakramen, merekapun menjadi sehati sejiwa dalam kasih pada
sesama. Liturgi adalah perayaan resmi Gereja. Liturgi Gereja dapat diwujudkan
dengan berbagai kegiatan berikut ini:
1) Ibadat Resmi Gereja
Misteri Kristus Inkarnasi dan Paska-Nya kita rayakan di dalam Ekaristi,
terutama dalam himpunan pada hari Minggu. Misteri yang sama meresapi dan
menyinari jam-jam setiap hari oleh perayaan Ibadat Harian, "ofisi ilahi". Sambil
mengikuti nasihat-nasihat apostolik, agar berdoa tanpa henti-hentinya, perayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
ini "disusun sedemikian rupa, sehingga seluruh kurun hari dan malam disucikan
dengan pujian kepada Allah" (SC 84). Doa Gereja merupakan doa resmi atau
“liturgi”, yang disebut “kebaktian” atau “ibadat resmi Gereja”. Doa resmi bukan
sekedar mendaraskan rumus-rumus hafalan melainkan mengarahkan hati kepada
Tuhan.
2) Perayaan Liturgi Sakramen
Sakramen-sakramen Gereja merupakan perayaan misteri keselamatan
Allah melalui Kristus dalam Roh Kudus, yang dihadirkan Gereja pada peristiwa-
peristwa dasar kehidupan konkret manusia. Tujuh sakramen sama tingkatannya
dalam liturgi resmi Gereja, namun dari tujuh sakremen, Ekaristi menjadi puncak
dan pusat dari seluruh perayaan sakramen (SC 10).
Dalam perayaan sakramen-sakramen, tindakan Gereja sebenarnya menjadi
ungkapan dan pelaksanaan dirinya sendiri. Artinya, melalui perayaan sakramen-
sakramen ditampilkan dan terlaksana yang disebut dengan Gereja (SC 2).
Perayaan sakramen-sakramen merupakan perayaan kehadiran Kristus dan misteri
penebusan-Nya pada situasi dan kondisi hidup.
3) Ibadat Harian
Konsili Vatikan II menganjurkan agar doa ofisi/ibadat didoakan oleh para
imam maupun anggota Gereja lainnya. Dengan mendoakan ibadat harian semua
yang mendoakannya terbagung dalam kesatuan doa Gereja di seluruh dunia dalam
kesatuan dengan Kristus sang kepala. Konsili mengajak semua umat ambil bagian
dalam doa resmi Gereja, terutama mereka yang tergabung dalam karya-karya
kerasulan Gereja (SC 83).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Dengan mendoakan ibadat harian, Gereja tiada putusnya memuji Tuhan
dan memohonkan keselamatan seluruh dunia, dengan merayakan ekaristi, dan
juga dengan cara-cara lain (SC 83). Dengan mendoakan ibadat harian umat
beriman telah ambil bagian dalam tugas Gereja (SC 85). Sebagai anggota Gereja,
umat beriman menyadari bahwa ia tidak bisa lepas dari kepalanya yaitu Kristus
sebagaimana dikatakan, “tanpa Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:
5), karena itulah umat beriman perlu menjalin relasi dengan Tuhan lewat doa dan
memohon pertolongan untuk berbuat sesuatu.
4) Ibadat hari Minggu
Pada hari Minggu dan pada hari raya wajib lain umat beriman
berkewajiban untuk ambil bagian dalam misa. Selain itu, mereka tidak melakukan
pekerjaan dan urusan-urusan yang merintangi ibadat yang harus dipersembahkan
kepada Allah atau merintangi kegembiraan hari Tuhan atau istirahat yang
dibutuhkan bagi jiwa dan raga (KHK 1247). Perintah untuk ambil bagian dalam
Misa dipenuhi oleh orang yang menghadiri misa di manapun misa itu dirayakan
menurut ritus Katolik, entah pada hari raya itu sendiri atau pada sore hari
sebelumnya (KHK 1248 § 1).
5) Sakramentali
Dalam bidang liturgi Gereja tidak terbatas pada sakramen dan ibadat
harian saja. “Bunda Gereja telah mengadakan sakramentali, yakni tanda-tanda
suci yang memiliki kemiripan dengan sakramen-sakramen. Sakramentali juga
menandakan karunia-karunia, khususnya yang bersifat rohani, yang
diperoleh berkat doa permohonan Gereja” (SC 60).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Sakramentali ini bersifat khusus, karena merupakan perwujudan doa
Gereja bagi orang tertentu, baik secara pribadi maupun kelompok. Sakramentali
bukan perwujudan kehadiran Kristus di dalam Gereja melainkan bentuk doa
permohonan Gereja yang konkret (Iman Katolik, 1996: 443-444).
Ada banyak upacara atau simbol-simbol yang disebut sakramentali, seperti
doa-doa tertentu, tanda salib, jalan salib, segala macam berkat, pengusiran setan,
juga patung, khususnya salib, medali, air suci, abu (pada Rabu abu), palma (pada
Minggu Palma). Beberapa sakramentali yang berhubungan langsung dengan
perayaan sakramen, seperti pemberkatan air baptis, juga pemberian lilin baptis
dan pakaian putih, dan pengurapan sesudah permandian. Intinya adalah segala
situasi kehidupan yang penting dan disertai doa permohonan Gereja di sana ada
sakramentali. Sebab “bila manusia menggunakan benda-benda dengan pantas,
boleh dikatakan tidak ada satu pun yang dapat dimanfaatkan untuk menguduskan
manusia dan memuliakan Allah” (SC 61).
6) Devosi
Devosi berasal dari kata Latin “Devotio” yang berarti kebaktian,
pengorbanan, penyerahan, sumpah, kesalehan, cinta bakti. Devosi adalah suatu
sikap bakti berupa penyerahan seluruh pribadi kepada Allah dan kehendak-Nya
sebagai perwujudan cinta kasih, atau kebaktian khusus kepada berbagai misteri
iman yang dikaitkan dengan pribadi tertentu seperti; devosi kepada sengsara
Yesus, devosi kepada Hati Yesus, devosi kepada Sakramen Mahakudus, devosi
kepada Maria, dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Dalam sebuah dokumen dikatakan:
Devosi harus selaras dengan liturgi kudus, bersumber pada liturgi dan
mengantar umat kepada perayaan liturgi. Semua kegiatan devosional harus
memuncak pada perjumpaan dengan Allah dalam perayaan liturgis. Devosi
yang benar mestinya sesuai dengan kehendak Allah dalam kesatuan Gereja
Katolik. Devosi harus didasarkan pada perjumpaan orang beriman dengan
Allah, melalui Kitab Suci, sakramen-sakramen, dan karya kasih, serta
dalam hati nurani umat beriman. Macam-macam devosi seperti: adorasi
sakramen maha kudus, jalan salib, novena, ziarah, dan devosi kepada Bunda Maria (SC 13).
c. Bidang Persekutuan (koinonia)
Kata koinonia pada dasarnya berarti persekutuan. Koinonia juga berarti
anglikisasi dari kata Yunani (κοινωνία) yang berarti persekutuan dengan
partisipasi intim. Kata ini sering digunakan dalam Perjanjian Baru untuk
menggambarkan hubungan dalam Gereja Kristen Perdana serta tindakan
memecahkan roti dalam cara yang ditentukan Kristus selama perjamuan
paskah (Yoh 6:48-69), kemudian digunakan dalam Gereja Kristen untuk
berpartisipasi. Gereja sebagai koinonia adalah tubuh Kristus, di dalam tubuh
Kristus, semua orang menjadi satu di dalam Kristus (1Kor 12:26).
Pola dasar koinonia adalah pengalaman jemaat perdana yang menanamkan
hidup sehati sejiwa, milik bersama, dan hidup dalam kasih (Ardhisubagyo,
1987:24). Persekutuan (koinonia) didasarkan pada firman Allah, baptisan dan
perjamuan kudus. Dengan dasar itu anggota Gereja dapat saling peduli dan
dikumpulkan bersama dalam perjamuan kudus sebagai komunitas yang kudus
secara nyata.
Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru kata “koinonia”, mempunyai beberapa
pengertian seperti mengambil bagian bersama-sama dengan orang lain. Waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Yesus menyuruh murid-murid menjala ikan, mereka melaksanakan perintah
Tuhan. Mereka mendapat banyak ikan. Karena banyak ikan mereka mengambil
bagian menarik jala (Luk 5: 10). Koinonia adalah persekutuan Jemaat di dalam
Kristus, walaupun banyak anggota namun membentuk satu tubuh Kristus. Di
dalam koinonia kita tidak hanya sekedar bersekutu, tetapi juga mewartakan Injil
Kerajaan Allah melalui perkataan/kesaksian (martyria) dan perbuatan/pelayanan
(diakonia) di mana saja.
Konsili Vatikan II menyebut Gereja sebagai “persekutuan iman, harapan,
dan cinta” (LG 8), Kesatuan Gereja bukan hanya karya Roh Kudus, tetapi juga
hasil komunikasi antar manusia, khususnya perwujudan komunikasi iman di
antara para anggota Gereja.
Sebagai orang beriman, kita dipanggil dalam persekutuan erat dengan
Allah Bapa dan sesama manusia melalui Yesus Kristus. Bidang karya ini dapat
menjadi sarana untuk membentuk jemaat yang menampakkan kehadiran Kristus
untuk menyatukan jemaat sebagai Tubuh Mistik Kristus. Oleh karena itu,
diharapkan dapat menciptakan kesatuan antar umat, kesatuan umat dengan Paroki,
dan umat dengan masyarakat. Paguyuban ini diwujudkan untuk menghayati hidup
menggereja baik secara teritorial seperti Keuskupan, Paroki, stasi/lingkungan,
keluarga, maupun dalam kelompok-kelompok kategorial yang ada dalam Gereja.
Berikut akan diuraikan beberapa perwujudan persekutuan (koinonia) yang ada
dalam Gereja Katolik.
1) Persekutuan Internal Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Persekutuan dalam Gereja secara internal untuk di beberapa Paroki
berbeda-beda, namun pada umumnya setiap Paroki memiliki persekutuan seperti
PIA, OMK, PPA, prodiakon, kelompok lektor dan organis, komunitas Tritunggal
Mahakudus, karismatik, kelompok ibu-ibu Katolik, dan kelompok lainnya. Setiap
persekutuan mempunyai tugas melayani Gereja dan sesama dengan berbagai
macam kegiatan sesuai tingkat umur dan kelompoknya. Selain melayani Gereja,
persekutuan dapat menjadi sarana mengumpulkan umat beriman agar bersama-
sama mengemban tugas Yesus sebagai awam sebagaimana telah dilakukan oleh
Jemaat Perdana.
2) Persaudaraan dengan Alam
Allah menciptakan manusia dan segala makhluk dengan kasih-Nya.
Keyakinan ini menyadarkan kita bahwa dunia dan segala isinya sungguh
dikehendaki oleh Allah. Gereja mewujudkan diri sebagai sakramen keselamatan
universal adalah dengan peduli dan ikut serta dalam usaha pelestarian lingkungan
hidup. Sebagai perwujudan persaudaraan dengan alam manusia bertanggungjawab
terhadap alam karena alam merupakan tempat tinggal makhluk hidup, termasuk
manusia. Semua yang ada dalam alam saling terikat dan saling mempengaruhi.
Belajar dari spirit ekologis yang dihidupi Santo Fransiskus Asisi, semasa
hidupnya Fransiskus menyebut semua ciptaan sebagai “saudara dan saudari” (Leo
Ladjar,1988:81). Sapaan tersebut mengalir dari pandangan iman bahwa segala
sesuatu berasal dari Allah dan kembali kepada Allah. Bagi Fransiskus, ciptaan lain
adalah saudara dan saudarinya. Maka, manusia perlu menyadari misi dan
tanggung jawabnya untuk hidup bersaudara dengan ciptaan lain. Sebagai sesama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
ciptaan Tuhan, sebaiknya manusia hidup penuh perhatian dan ramah terhadap
lingkungan hidup.
3) Persaudaraan dengan Agama Lain
Setiap agama menanggapi kegelisahan hati dengan berbagai cara seperti
lewat ajaran-ajaran, kaidah-kaidah hidup, dan upacara-upacara suci. Gereja
Katolik tidak pernah menolak apapun yang ada dalam agama-agama lain, Gereja
menaruh sikap hormat yang tulus terhadap perbedaan keyakinan dan ajaran.
Karena itu Gereja mendorong para puteranya, supaya bijaksana dan penuh kasih
melalui dialog dan kerjasama dengan para penganut agama-agama lain dapat
memberikan kesaksian imannya, mengakui dan mengembangkan nilai-nilai sosial-
budaya, yang terdapat pada agama lain” (NA 2).
Gereja Katolik mengajak umatnya untuk menghormati agama-agama dan
tradisi-tradisi iman yang ada. Secara khusus dikatakan Gereja Katolik tidak
menolak sesuatu pun yang benar dan kudus dalam agama-agama lain. Dengan
penghormatan yang tulus Gereja memandang cara-cara bertindak dan hidup,
norma-norma dan ajaran yang meskipun dalam banyak hal berbeda dengan yang
dianutnya (NA 2). Bahkan Gereja menolak diskriminasi atau penindasan terhadap
manusia karena alasan ras atau warna kulit, status atau agama yang bertentangan
dengan semangat Kristus (NA 5). Konsili berharap agar Gereja Katolik mampu
berdialog kepada umat beragama lain bersama-sama menciptakan,
mempertahankan dan mengembangkan persahabatan, persaudaraan, perdamaian,
keharmonisan, saling memahami, dan menghormati.
4) Persaudaraan dengan Dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Dunia yang damai merupakan wujud persaudaraan antar bangsa. Gereja
tidak tinggal di luar dunia melainkan tinggal di dunia dengan ambil bagian
menciptakan perdamaian lewat persaudaraan yang dibangun terhadap berbagai
bangsa di bumi. Keberadaan Gereja di dunia adalah untuk mengemban tugas
sebagaimana diserukan oleh Konsili:
Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman
sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita,
merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid
Kristus juga. Tiada sesuatu pun yang sungguh manusiawi, yang tak
bergema di hati mereka. Sebab persekutuan mereka terdiri dari orang-
orang, yang dipersatukan dalam Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus dalam
peziarahan mereka menuju Kerajaan Bapa, dan telah menerima warta
keselamatan untuk disampaikan kepada semua orang. Maka persekutuan
mereka itu mengalami dirinya sungguh erat berhubungan dengan umat
manusia serta sejarahnya (LG 22).
Maka Gereja menolak segala bentuk kekerasan, perang dan pelanggaran
hak asasi manusia yang mengakibatkan kemiskinan (PT 109). Gereja
menginginkan perdamaian bukan perang yang mana telah membuat manusia
dihantui oleh rasa sakit, cemas dan kuatir yang tak kunjung berakhir (PT 111).
d. Bidang Pelayanan (diakonia)
Secara harafiah, kata diakonia berarti memberi pertolongan atau
pelayanan. Diakonia dalam bahasa Ibrani disebut syeret yang artinya melayani.
Dan dalam terjemahan bahasa Yunani, kata diakonia disebutkan pelayanan.
Iman akan Yesus Kristus merupakan dasar pengabdian Gereja. Barang
siapa menyatakan diri murid, ia wajib hidup sama seperti hidup Kristus.
Perwujudan Iman Kristiani adalah pelayanan. Yesus berkata "apabila kamu selalu
melakukan segala sesuatu yang ditugaskan padamu, hendaklah kamu berkata:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna, kami hanya melakukan apa yang
harus kami lakukan" (Luk 17:10). Sebagai pelayan, Yesus menyuruh para murid-
Nya untuk selalu bersikap "yang paling rendah dari semua dan sebagai pelayan
dari semua" (Mrk 9:35). Yesus sendiri telah memberi teladan sebagai pelayan
dengan berkata: “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya
kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh 13:13-15).
Pelayanan Gereja selalu menimba kekuatan dari teladan Yesus. Adapun
tujuan utama pelayanan Yesus adalah kaum miskin dengan bersikap rendah hati.
Pelayanan Gereja didasari oleh Yesus Kristus sang kepala, Gereja yang
menyembuhkan, memperhatikan orang-orang kecil dan mengampuni dosa
(Ardhisubagyo, 1987: 30). Pelayanan yang diberikan oleh Gereja tidak hanya
sebatas dalam lingkup Gereja saja tetapi terbuka bagi masyarakat luas karena
Gereja bukan sebuah lingkungan tertutup yang kuatir akan pengaruh luar yang
kemudian mengasingkan diri dari masalah-masalah kehidupan masyarakat
(Ardhisubagyo, 1987: 31).
Orang Kristen dituntut agar mengembangkan sikap pelayanan,
sebagaimana diteladankan Yesus, bukan hanya dalam orang yang melayani,
melainkan juga dalam dia yang dilayani. Dalam kehidupan bersama di masyarakat
Gereja dipanggil menjadi pelopor pelayanan dan hadir pada orang lain sebagai
sesamanya.
Kesaksian (martyria) tidak selalu dilaksanakan dengan kata-kata tetapi
juga dengan perbuatan atau pelayanan (diakonia), sebab ada kalanya suara
perbuatan lebih nyaring gaungnya dari pada perkataan. Gereja, baru menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Gereja sesungguhnya bila melakukan pelayanan. Maka pelayanan sangat penting
dalam rangka menunjukkan eksistensi Gereja.
Misi Gereja adalah mewartakan Firman Allah dalam rangka mewujudkan
kerajaan Allah di dunia. Misi tersebut tidak dapat dilakukan tanpa pelayanan
karena pelayanan adalah fungsi Gereja yang sebenarnya. Tugas Gereja melayani
dapat diwujudkan lewat beberapa kegiatan berikut:
1) Pelayanan Bidang Paroki (Gereja Setempat)
Keterlibatan umat beriman sebagai bentuk pelayanan dapat dilakukan
melalui tugas-tugas berikut:
a) Pengurus Dewan Paroki. Dengan menjadi pengurus dewan Paroki, membantu
perkembangan dan kemajuan Gereja dengan sumbangsih pemikiran, waktu
dan tenaga.
b) Ketua lingkungan. Dengan menjadi ketua lingkungan umat beriman dapat
memberikan diri dalam bidang ini.
c) Ambil bagian pada tugas-tugas liturgi Gereja seperti menjadi lektor, organis,
pemazmur, dirigen, kor, tatalaksana, dan prodiakon. Diwujudkan dengan
menjadi petugas disekitar altar, dengan demikian umat beriman memberikan
pelayanan terhadap Tuhan dan sesama umat lainnya.
d) Menjadi Pembina. Umat beriman dapat ambil bagian sebagai tenaga pengajar
dan pendampingan iman, seperti pengajar katekumen, calon komuni, calon
krisma, dan mistagogi.
2) Pelayanan Pada Orang Miskin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Menjadi saksi Kristus adalah tugas Gereja dan warganya yang berlaku
sepanjang masa. Seperti Kristus berkeliling ke semua kota dan desa melakukan
perbuatan baik (Mat 9:35). Demikian juga umat beriman dapat keluar melakukan
perbuatan baik dengan membangun relasi pada semua orang, khususnya mereka
yang miskin dan tertimpa kemalangan serta dengan sukarela mengorbankan diri
untuk mereka (2Kor 12:15).
Pelayanan Gereja pertama-tama harus menjadi tanda kasih Allah bagi
manusia. Umat beriman yang percaya kepada Yesus, berarti ikut serta dengan
gerakan Yesus, khususnya dalam sikap-Nya terhadap kaum miskin. Allah
memiliki tempat khusus untuk orang miskin, dengan menjadikan diri-Nya
"menjadi miskin" (2Kor 8: 9).
3) Pelayanan di Tengah Masyarakat
Melalui bidang karya ini, umat beriman menyadari tanggungjawabnya
sebagai pribadi demi kesejahteraan sesamanya. Oleh karenanya dibutuhkan
kerjasama, empati, partisipasi, dan keiklasan hati untuk berbagi satu dengan
lainnya demi kepentingan seluruh jemaat. Landasan pelayanan Gereja di tengah
masyarakat berpola pada pelayanan Yesus yang mengambil rupa Allah dengan
mengosongkan diri dan mengambil rupa sebagai pelayan dan hamba (Fil 2:5-7).
Gereja memiliki dua mandat yang diterimanya dari Allah yaitu mandat
rohani dan mandat sosial. Dalam hubungannya dengan masyarakat, Gereja
melaksanakan perutusannya untuk berpartisipasi secara bertanggung jawab pada
masyarakat, demi kesejahteraan manusia dan keadilan. Di sini Gereja menjadi
ilham bagi keadilan sosial di masyarakat sebagai bentuk kesaksian kemuridan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
akan Yesus Kristus. Sebagai sakramen yang kelihatan, Gereja dapat menjadi alat
Kristus, dan menjadi tangan Tuhan menyelamatkan semua orang (LG 9).
Bentuk pelayanan yang dapat dilakukan umat beriman (Gereja) di tengah
masyarakat antara lain:
a) Terlibat di Bidang Politik
Konsili Vatikan II menganjurkan bahwa sebenarnya politik itu baik karena
lewat politik dapat mengantar segenap umat manusia kepada kebaikan bersama.
Bagi orang Kristen, terlibat dalam dunia politik adalah suatu kesempatan untuk
berpartisipasi dengan kehidupan manusia dan menjadi bagian masyarakat
sehingga dapat terlibat untuk peduli terhadap persoalan-persoalan dan cita-cita
hidup bermasyarakat (GS 74).
b) Pelayanan Bidang Sosial dan Ekonomi
Umat Kristen dapat melibatkan diri dalam perkembangan sosial ekonomi
zaman sekarang, serta membela keadilan dan cinta kasih untuk kesejahteraan umat
manusia dan perdamaian dunia. Umat Kristen secara pribadi maupun
berkelompok dapat memberi teladan dengan kemahiran dan pengalaman yang
diperoleh, dapat mempertahankan tata nilai yang sebenarnya di tengah kegiatan
mereka di dunia (GS 72).
Umat beriman dapat membantu lewat kerjasama internasional mengatasi
ketimpangan ekonomi yang tidak wajar. Dalam hal ini umat beriman menjadi
tanda nyata kehadiran Kristus di dunia dengan mengabaikan ambisi demi
keuntungan pribadi (GS 85). Orang Kristen terutama orang muda dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
memberikan pelayanan dengan sukarela meringankan penderitaan zaman sekarang
(GS 88).
c) Pelayanan Bidang Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu bidang dimana Gereja dapat mewujudkan
peran pelayananya. Gereja mendirikan rumah sakit dan poliklinik untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat. Pelayanan medis merupakan tugas Gereja
untuk semua orang. Pelayanan medis yang dilakukan para tenaga medis adalah
merupakan alat di tangan Tuhan dalam rangka pemeliharaan-Nya atas kehidupan.
Sebab Tuhanlah Sang Penguasa mutlak atas kehidupan.
Pelayanan Gereja di bidang kesehatan merupakan cermin dari keprihatinan
dan pelayanan Yesus terhadap penderitaan manusia. Dedikasi yang tinggi dari
para pelayan-pelayan medis dituntut agar mereka yang berkecimpung dalam
pelayanan kesehatan melakukan tugasnya seperti teladan Yesus.
d) Pelayanan Bidang Pendidikan
Tugas Gereja melayani masyarakat di bidang pendidikan pertama-tama
adalah untuk melaksanakan perintah yang Ilahi yaitu untuk mewartakan misteri
keselamatan kepada semua orang. Gereja berperanserta dalam pengembangan dan
perluasan pendidikan (GE 1). Pendidikan dipandang penting dalam hidup
manusia, karena situasi zaman yang mendesak, maka setiap orang perlu
mengalami pendidikan. Konsili Ekumenis memandang pentingnya pendidikan,
sehingga konsili mengharapkan agar meningkatkan mutu pendidikan supaya
setiap orang dapat belajar karena belajar adalah hak semua manusia khususnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
anak-anak serta orang muda. Pada kenyataannya masih banyak anak-anak dan
orang muda belum menikmati pendidikan yang memadai.
Tugas Gereja melayani dunia diselenggarakan lewat bidang ini, dalam hal
ini Gereja memberikan pendampingan pada anak-anak dan kaum muda.
Pendidikan Kristen bukan pertama-tama diperuntukkan kepada kelompok kristen
semata tetapi pendidikan diberikan kepada semua manusia. Tugas pendidikan
pertama-tama memang tanggung jawab keluarga, namun karena keluarga
memiliki keterbatasan, keluarga dibantu oleh seluruh masyarakat untuk mendidik
sejauh merupakan tugas dan wewenangnya mengatur segala sesuatu yang
diperlukan bagi kesejahteraan umum di dunia. Pendidikan memang tugas Gereja,
meskipun masyarakat diakui kemampuannya dapat menyelenggarakan
pendidikan, tetapi karena Gereja bertugas mewartakan keselamatan kepada semua
orang, untuk menyalurkan kehidupan Kristus kepada umat beriman.
Maka dari itu Gereja selaku Bunda wajib menyelenggarakan pendidikan ,
supaya seluruh hidup mereka diresapi oleh semangat Kristus. Di sinilah Gereja
memberikan bantuannya kepada semua bangsa, untuk mendukung
penyempurnaan pribadi manusia seutuhnya, juga demi kesejahteraan masyarakat
di dunia, dan demi pembangunan dunia sehingga menjadi semakin manusiawi
(GE 3).
Penghayatan hidup menggereja artinya pengalaman/penjiwaan hidup umat
beriman sebagai bagian dari Gereja yang diwujudkan lewat 4 bidang tugas Gereja
yakni bidang pewartaan (kerygma), bidang liturgi (liturgia), bidang persekutuan
(koinonia), dan bidang pelayanan (diakonia). Penghayatan hidup menggereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
tentunya perlu diwujudkan sehingga menjadi nyata. Penghayatan hidup
menggereja sama halnya dengan penghayatan iman. Seorang yang beriman perlu
mewujudkan imannya lewat perwujudan hidup sehari-hari, sebab “jika iman itu
tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yak 2: 17)
B. Orang Muda
1. Pengertian Orang Muda
Sebelum menjelaskan pengertian orang muda, kiranya perlu dijelaskan
istilah pemuda, anak muda, mahasiswa, dan remaja, karena keempat istilah ini
sering bersilangan. Sebutan pemuda atau “muda” pada umumnya tidak memiliki
batasan yang jelas. Dari segi usia, secara legal tampak adanya semacam perluasan
batasan. PBB mendefinisikan usia youth (pemuda) antara 15-24 tahun, tetapi
Undang-undang Kepemudaan mendefinisikan pemuda sebagai “warga negara
Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang
berusia 16-30 tahun” UU No 40/2009, pasal 1.1. Perlu disadari bahwa tren
perpanjangan usia pemuda juga dilakukan banyak pemerintah di negara-negara
berkembang yang sekarang didefinisikan batas usia muda hingga 35 atau bahkan
40 tahun (Mangunhardjana, 1986: 11).
Menurut Komisi Kepemudaan KWI (1998) orang muda Katolik ialah
lajang berusia 13-35 tahun, dan sudah di baptis. Rentang usia 13-35 tahun dalam
hal ini masuk akal dalam pastoral OMK karena alasan perkembangan psikologis
serta situasi Indonesia yang beragam (Komisi Kepemudaan KWI, 2014:17).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Dari definisi di atas, penulis dalam skripsi ini menentukan bahwa yang
termasuk usia muda adalah yang berusia antara 13-35 tahun sebagaimana
dirumuskan dalam buku Pedoman Karya Pastoral Orang Muda Katolik Indonesia.
2. Dinamika Hidup Orang Muda Zaman Sekarang
a. Orang Muda Zaman Sekarang.
Orang muda zaman ini adalah termasuk generasi Y, sering disebut
millennial, lahir tahun 1981-1994. Tujuan utama hidup mereka adalah diri sendiri
(individualistik) dan mandiri. Ungkapan generasi Y mulai dipakai pada editorial
koran besar Amerika Serikat pada Agustus 1993. Generasi ini banyak
menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email, SMS, instan messaging
dan media sosial seperti facebook dan twitter. Lebih terbuka dengan pandangan
politik dan ekonomi dan terlihat reaktif terhadap perubahan lingkungan yang
terjadi di sekelilingnya (https://dosen.perbanas.id/teori-generasi, diakses 7 April
2014).
b. Karakteristik Orang Muda Zaman Sekarang
Orang muda zaman sekarang atau generasi Y memiliki karakteristik
seperti berikut ini:
1) Tidak sabar, tak mau rugi, dan banyak menuntut. Generasi ini terbiasa
dengan segala hal yang sifatnya instan, cenderung tidak sabar, jika memiliki
keinginan harus segera terlaksana.
2) Percaya diri dan optimis. Generasi ini cenderung lebih mudah menerima
perubahan, karena lebih open minded dan berkeinginan tinggi untuk belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
segala hal baru. Mereka lebih percaya diri tampil di depan forum dan
mengemukakan pendapatnya.
3) Family centric. Generasi yang mandiri, tetapi cenderung dekat, bahkan masih
manja dengan orang tua.
4) Suka berinovasi dan memunculkan ide baru. Mereka selalu mengikuti trend
terbaru dan tak sabar untuk menciptakan trendnya sendiri.
5) Memiliki semangat yang luar biasa. Mereka mengerjakan tugas dengan lebih
bersemangat dan cepat karena kebanyakan lebih melek teknologi. Mereka
cenderung mudah beradaptasi dengan teknologi baru.
6) Tidak menyukai jadwal yang detail. Generasi ini adalah koordinator, bertemu
dengan klien atau teman misalnya, tanpa perlu perjanjian yang rumit dan
direncanakan, bertemu di tempat yang disetujui secara mendadak pun
dilakukan, seperti kapal mengikuti radar.
7) Anytime-anywhere. Generasi ini kurang memperdulikan aturan baku. Bagi
mereka, bekerja dari cafe atau toko merupakan hal lumrah. Namun, mereka
dianggap kurang baik dalam menjalin komunikasi dengan sesama. Mereka
menggunakan teknologi tingkat lebih tinggi dari generasi lain. Mayoritas
menggunakan komputer, memiliki ponsel, menggunakan pesan instan untuk
berkomunikasi, televisi dan internet untuk mendapatkan berita/informasi.
(http://www.kompasiana.com/erna.fatmasari/eksistensi-generasi-digital-gen-
y, diakses 7 April 2017).
Di atas telah diuraikan karakteristik orang muda generasi Y, dengan jelas
tampak kelakuan orang muda yang dirasa aneh, tetapi banyak juga menganggap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
wajar “penyimpangan” orang muda. Perkembangan zaman tentu tidak luput dari
masalah. Memasuki era kehidupan dengan sistem komunikasi global, dengan
kemudahan mengakses informasi baik melalui media cetak, TV, internet, komik,
dan media ponsel, telah memberikan manfaat yang besar. Namun setiap teknologi
pasti memberikan efek positif dan negatif. Salah satu dampak komunikasi global
adalah telah merusak moral anak muda zaman sekarang. Nusantara News pernah
memuat kisah pengakuan Neila (nama samaran), pelajar kelas 3 sebuah SMA di
Jakarta Timur tidak lagi perawan karena sering melakukan hubungan seks
pranikah, baginya itu biasa sehingga tidak takut dosa sebab melakukannya bukan
karena paksaan tetapi sama-sama mau. Baginya dosa terjadi kalau ada paksaaan.
Menurutnya hubungan seks pranikah di kalangan orang muda sekarang bukan hal
yang terlalu asing (https://nusantaranews.wordpress.com-keprihatinan-gaya-
hidup-bebas-remaja/, diakses 7 April 2017).
Orang muda zaman sekarang memahami Gereja hanya sekedar sebagai
bangunan bukan komunitas tempat pembelajaran. Adanya rasa memiliki dan
dimiliki oleh Gereja Katolik belum sebagai kesadaran namun lebih karena terlahir
sebagai orang Katolik. Orang muda tidak puas dengan kegiatan berupa proyek
yang diorganisir untuk mereka. Hanya sedikit saja yang rajin pergi ke Gereja di
hari Minggu. Bagi OMK belajar agama hanya berdampak sedikit bagi mereka.
Meskipun mereka hadir pada perayaan ekaristi pada hari Minggu namun belum
banyak yang mau terlibat (Komisi Kepemudaan KWI, 2014: 39).
Gejala sekularisme telah membuat orang muda hanya mementingkan
kebutuhan materinya saja daripada kehidupan rohani, bahkan di antara mereka ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
yang menolak Allah. Kegiatan yang bersifat rohani, termasuk berdoa dianggap
kurang bermanfaat.
Salah satu contoh realitas orang muda zaman ini terungkap lewat surat
seorang ibu, berikut ini:
Anak saya saat ini usianya 17 tahun, laki-laki, berwatak keras, tapi
perasaannya sangat halus, yang berakibat saya jadi sangat hati-hati kalau
bicara kawatir tersinggung. Sebab kerap kali jika berbicara dengan
ayahnya, sering beda pendapat dan berakibat perang mulut, akhirnya
marah, pernah anaknya kabur. Anaknya pintar bicara dan setia kawan, jika
sudah kumpul sama teman-temannya lupa waktu, meskipun tempat di
mana dia ngumpul/nongkrong, orangtua tahu, termasuk nomor hand phone
teman-temannya. Menurut dia ke Gereja cukup setor muka saja, maka
kerap tidak mau komuni. Sepertinya dia mengalami kehampaan. Pernah
suatu kali dia mengatakan Tuhan tidak pernah mendengar doanya, jadi
percuma berdoa (http://www.katolisitas.org/orang-muda-katolik-omk-dan-
penghayatan imannya, diakses 7 April 2017).
Surat di atas adalah salah satu dari sekian banyak peristiwa kehidupan
orang muda zaman ini yang mana menjadi kekhawatiran orang dewasa. Orang
dewasa mengeluhkan tentang iman orang muda, karena orang muda terkadang
bingung dan ragu akan imannya, sehingga orang dewasa menjadi ragu
memberikan kepercayaan kepada orang muda mengemban tugas Gereja sebagai
pewarta Kabar Gembira. Tentu tidak semua orang muda mudah bingung dan
kecewa pada Tuhan, masih ada yang setia mendengarkan ajakan dan ajaran Tuhan
lewat Gereja-Nya.
c. Harapan Gereja Terhadap Orang Muda Katolik
Gereja memiliki harapan besar terhadap orang muda karena mereka adalah
generasi yang akan meneruskan pewartaan Yesus. Dalam Kitab Suci Perjanjian
Lama diungkapkan, Allah menaruh harapan besar kepada orang muda, Ia sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
mengapresiasi orang muda dengan memanggil orang muda sebagai rekan kerja-
Nya seperti nabi Yeremia (Komisi Kepemudaan KWI, 2014: 42).
Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru ditemukan bahwa Yesus memanggil
murid-murid-Nya, mereka yang dipanggil termasuk dari kalangan orang muda.
Yesus mengapresiasi potensi orang muda dan menjadikan mereka sebagai
pemimpin Gereja-Nya. Perhatian Yesus kepada orang muda tidak hanya berupa
pemberian tugas memimpin Gereja, tetapi juga memberi nasihat agar orang muda
hidup seperti yang dikehendaki-Nya. Yesus mengakui pentingnya peran serta dan
sumbangsih orang muda betapapun kecilnya agar bermakna bagi banyak orang.
Dihadapan Yesus, orang muda adalah pribadi istimewa karena mereka adalah
generasi Gereja khususnya bagi generasi sekarang (Komisi Kepemudaan KWI,
2014: 42-43).
Gereja melakukan pembinaan secara serius kepada orang muda karena
Gereja tidak membiarkannya hidup sesuai dengan perkembangan zaman, sebab
tidak semua perkembangan zaman memberikan pelajaran berharga kepada orang
muda sebagai generasi Gereja. Tujuan pembinaan dimaksudkan agar orang muda
kuat dan tangguh di tengah dunia yang penuh dengan persaingan.
Sebagai generasi Gereja, orang muda tidak boleh tinggal diam. Orang
muda harus mampu memainkan perannya dalam hidup bernegara dengan hidup
jujur dan wajar, dengan cinta kasih dan ketegasan politik, membaktikan diri bagi
kesejahteraan semua orang (GS 75).
Paus Yohanes Paulus II dalam suratnya kepada orang muda mengatakan,
dunia dan Gereja membutuhkan orang muda, tak satupun dari orang muda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dianggap orang asing dalam Gereja. Dalam Gereja ada tempat untuk semua orang
muda, bahkan jika orang muda mau memberikan kritik-kritik karena tetap
merupakan kritik yang konstruktif. Paus mengajak orang muda mencintai Gereja,
menerima keterbatasannya, dan berpartisipasi aktif dalam misinya (Komisi
Kepemudaan KWI, 2014: 48).
Paus Yohanes Paulus II mengatakan: orang muda, kalian adalah harapan
Gereja, dunia dan harapanku. Harapan Paus ini hendak mendorong orang muda
untuk terlibat baik dalam komunitasnya maupun di luar komunitasnya. Orang
muda tidak lagi selalu memikirkan “saya” atau “pendapat saya” tetapi menjadi
memikirkan orang lain. OMK harus bermakna bagi orang lain sebagaimana Yesus
pun telah wafat bukan untuk diri-Nya sendiri melainkan untuk manusia (Komisi
Kepemudaan KWI, 2014: 69).
Gereja mengharapkan agar orang muda menjadikan diri bermakna bagi
orang lain yang diwujudkan lewat tugas-tugas Gereja berikut:
1) Bidang Pewartaan (kerygma)
Pewartaan adalah tugas setiap orang yang percaya dan mengimani Yesus.
Perintah mewartakan injil merupakan satu dari empat tugas pokok Gereja.
Perintah itu merupakan tugas yang langsung diberikan sendiri oleh Yesus.
Perintah mewartakan Injil, menyadarkan umat Kristen, bahwa Injil, kabar baik
dari Allah, ditujukan kepada semua bangsa. Dengan kata lain, perintah
memberitakan Injil adalah keinginan Allah. Umat Kristen yang mengenal dan
mengimani Yesus, memiliki keharusan mewartakan Injil dengan caranya masing-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
masing. Tugas mewartakan Injil bukan suatu pilihan, boleh atau tidak, tetapi
menjadi tugas yang harus dilakukan.
Kebanyakan orang muda pada zaman ini di baptis sejak bayi, mereka
mengalami yang disebut dengan ”re-inisiasi” hanya dalam masa persiapan komuni
pertama, dan sakramen penguatan. Persiapan diberikan ketika pada masa kanak-
kanak dan menjelang masa akhir remaja. Kesempatan belajar hanya formalitas
atau suatu keharusan tanpa pembatinan. Maka tidak heran bila orang muda
imannya belum mantap, dan belum sunggung menaruh cinta pada ajaran Yesus.
Itulah sebabnya mereka belum sanggup menjadi saksi iman bagi teman-temannya
yang sebaya (Komisi Kepemudaan KWI, 2014: 83).
Orang muda dapat terlibat dalam tugas pewartaan (kerygma) melalui
penginjilan (evangelisasi) dengan membawa kabar baik kepada segala tingkat
kemanusiaan agar dapat merubah umat manusia dari dalam dan membuatnya
menjadi baru (EN 18). Paus Paulus II menekankan kepada orang muda bahwa
hidup mereka harus memiliki makna dan menjadi anugerah cuma-cuma bagi
sesama yang lebih luas (Komisi Kepemudaan KWI, 2014: 87). Orang muda yang
telah menjalin relasi dengan Kristus dan komunitasnya harus bergerak keluar
untuk bermisi. Tanda relasi iman kepada Kristus adalah bersedia menerima
perutusan untuk menyampaikan kabar gembira pada sesama.
Gereja mengajak orang muda berefleksi tentang keterlibatannya dalam
hidup menggereja. Maka, pada acara Asian Youth Day 7 KWI mengangkat
tema“Joyful Asian Youth. Living the Gospel in Multicultural Asia” (Sukacita
Orang Muda. Menghidupi Injil dalam Konteks Asia yang Multikultur). Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Katolik Asia mengajak orang muda sebagai penerima sekaligus pembawa kabar
gembira. Orang muda harus memahami bahwa kegiatan pewartaan adalah sebuah
proses mewartakan kabar gembira lewat perjumpaan dengan sesama. Isi
pewartaan adalah memberikan kesaksian mengenai kasih Bapa, mewartakan
penebusan Yesus Kristus, mewartakan kasih persaudaraan terhadap semua orang,
saling berbagi dan mengampuni, dan menghayati hidup di tengah masyarakat
dengan menciptakan perdamaian dan keadilan (http://www. suarawajarfm.
com/2016/10/29/19393/surat-sapaan-sumpah-pemuda-untuk-omk.html, diakses 7
April 2017).
2) Bidang Liturgi (liturgia)
Liturgi merupakan perayaan iman. Perayaan iman adalah merupakan
ungkapan iman Gereja, di mana orang yang ikut dalam perayaan iman mengambil
bagian dalam misteri yang dirayakan. Berpartisipasi bukan saja secara lahiriah
tetapi yang paling penting adalah hati yang ikut menghayati apa yang dirayakan.
Liturgi berarti melaksanakan dan menyatakan Gereja sebagai tanda persekutuan
antara Allah dan manusia melalui Kristus. Ia mendorong umat beriman ke dalam
persekutuan hidup baru. Ia mengandaikan bahwa semua orang mengambil bagian
dalam liturgi kudus dengan "sadar, aktif, dan penuh makna" (SC 11).
Pada zaman ini sering terdengar istilah “Katolik Natal-Paskah” atau
“Katolik KTP”. Hal ini pula terjadi di kalangan orang muda, mereka pergi ke
Gereja mengikuti misa hanya karena alasan tradisi Gereja dan keluarga namun
tidak mengetahui landasan ajaran iman Katolik. Banyak orang muda di baptis
dalam Gereja Katolik namun tidak tumbuh dalam Gereja Katolik (Komisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Kepemudaan KWI, 2014: 66). Sikap bebas merdeka, datang kepada Kristus
sebagai penyelamatan, mengalami kasih-Nya, bertobat, dan memantapkan
imannya pada Kristus secara pribadi belum menjadi suatu kesadaran. Orang muda
kurang menjalin relasi dengan Allah dan sesamanya demi pertumbuhan iman.
Banyak pula orang muda memandang liturgi sekedar ritual dan rutinitas
setiap hari Minggu. Liturgi bagi mereka adalah sesuatu yang kering dan mungkin
tidak bermakna. Ketika orang muda mendesain liturgi ekaristi untuk orang muda
tidak lagi sakral, nampak dari lagu-lagu profan dan non-liturgis yang dipilih. Bagi
orang muda liturgi tidak lagi berpusat pada Kristus sebagaimana hakekat dari
liturgi itu sendiri melainkan berbalik dengan pusatnya adalah manusia. Mereka
tidak bersemangat merayakan liturgi karena tidak sesuai dengan semangat muda.
Bagi mereka liturgi sangat kaku sebab tidak sesuai dengan jiwa muda mereka.
Hubungan pribadi antar manusia dengan Allah dalam Gereja dapat
diwujudkan melalui perayaan liturgi. Dalam liturgi umat mengungkapkan
imannya dan menanggapi karya keselamatan Allah dengan bersyukur memuji dan
berdoa. Sebagai generasi Gereja, orang muda harus membangun hidup di dalam
iman yang kokoh kuat lewat kegiatan-kegiatan liturgi yang ada dalam Gereja.
Iman akan Yesus Kristus harus dibangun dan berakar agar siap membarui,
meremajakan, dan memberikan energi baru bagi Gereja. Kegiatan liturgi yang
dapat dilakukan orang muda adalah dengan ambil bagian menjadi petugas liturgi
seperti lektor, pemazmur, dan lainya. Terlibat menjadi tim liturgi agar dapat
merancang doa dan lagu yang bervariasi untuk menyemangati umat dan orang
muda. Lebih dari itu, orang muda dengan segala daya kreativitasnya dan gelora
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
kemudaan dapat membuat liturgi dirayakan dengan bersemangat. Sebab liturgi
tanpa keterlibatan orang muda merupakan tanda nyata kematian Gereja.
3) Bidang Persekutuan (koinonia)
Hakekat persekutuan dalam Gereja adalah persekutuan dengan partisipasi
aktif. Kumpulan umat Allah yang hidup bersekutu, bersatu dalam nama Tuhan.
Dalam semangat kebersamaan berusaha menolong anggota Gereja yang
mengalami kesulitan atau sesusahan. Koinonia adalah persekutuan umat dalam
Kristus, walaupun banyak anggota namun membentuk satu tubuh. Di dalam
koinonia tidak hanya sekedar berkumpul tetapi bersama mewartakan Kerajaan
Allah melalui perkataan (martyria) dan perbuatan (diakonia).
Perwujudan hidup menggereja orang muda zaman ini, sangat kurang.
Mereka sangat interpersonal, terkadang kurang bersosialisasi, dimensi “kekitaan”
berhenti pada tingkat tertentu. Pada umumnya orang muda hanya memikirkan
kelompoknya saja dan mengabaikan kelompok yang lebih besar yaitu masyarakat
atau Gereja (Komisi Kepemudaan KWI, 2014:70). Orang muda memilih
membangun persekutuan bersama kelompoknya, dan tidak tertarik melibatkan diri
dalam kegiatan dan proyek yang penting secara kemasyarakatan dan Gerejawi
(Komisi Kepemudaan KWI, 2014: 70). Mereka tenggelam dengan kegiatan yang
menyita waktu dan perhatiannya. Mereka menarik diri dari dunia dengan
menghabiskan waktu menonton TV, atau asyik dengan permainan elektronik.
Bahkan ada yang meninggalkan keluarga dan teman-temannya dan menutup diri
dari orang-orang tersebut. Ada pula yang terjebak dengan aliran keagamaan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
aneh. Diantara orang muda ada pula yang terpuruk karena kasus narkotika
(Komisi Kepemudaan KWI, 2014: 100).
Memang tidak semua orang muda menutup diri dan tidak mau bergaul.
Masih ada orang muda berusaha menjalin relasi dengan teman sebayanya, sebab
tidak tahan sendirian. Mereka butuh tempat untuk berkumpul. Mereka
menginginkan hidup berkomunitas, ingin bersama-sama dengan orang lain
(Komisi Kepemudaan KWI, 2014:101-102). Maka dari itu orang muda sering
dijumpai membangun kelompok atau grup. Kelompok yang lagi sedang
menggejala pada zaman ini adalah membuat grup di media sosial.
Gereja menghendaki agar orang muda membangun persekutuan dengan
sesamanya. Persekutuan ini dimaksudkan untuk mempersatukan orang muda agar
saling melayani sebagai umat Kristiani. Agar mereka hidup dalam persekutuan
dan persaudaraan sesuai dengan imannya akan Yesus Kristus. Agar dalam
kebersamaan dengan yang lain, mereka mengusahakan perdamaian dan kerukunan
baik dalam komunitas itu sendiri maupun komunitas lain.
Sebagai koinonia, mereka tentunya tidak hanya duduk dan berdiam diri,
tetapi dapat melakukan kegiatan-kegiatan seperti kegiatan rohani maupun profan.
Keterlibatan yang diharapkan dari orang muda yakni melibatkan diri dalam
keluarga manusia, bersama bumi dan semua ciptaan yang membentuk lingkungan
hidup yang saling terkait (Komisi Kepemudaan KWI, 2014: 72).
4) Bidang Pelayanan (diakonia)
Diakonia merupakan salah satu segi hidup Gereja yang membidangi
pelayanan kepada masyarakat. Tindakan pelayanan didasari oleh sikap Yesus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
yang datang ke dunia bukan untuk dilayani melainkan melayani. Iman yang
dimiliki akan mati bila tanpa tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Diakonia merupakan suatu bentuk tindakan pelayanan kasih untuk mewujudkan
iman dalam masyarakat (2 Kor 8: 1-7).
Orang muda zaman ini banyak yang ingin dilayani, dan lambat untuk
melayani. Meskipun mereka punya waktu luang biasanya diisi dengan berkumpul,
nongkrong, dan jalan-jalan (Komisi Kepemudaan KWI, 2014:37). Orang muda
setuju dengan sikap Gereja dalam permasalahan sosial namun banyak yang tidak
terlibat.
Mgr. Pius Riana Prapdi Ketua Komisi Kepemudaan KWI dalam suratnya
kepada orang muda se-Indonesia, mengajak orang muda menghadirkan jejak
keterlibatan nyata ditengah suka dan duka masyarakat. Orang muda harus
mengambil peran sebagai murid Yesus di bumi Indonesia, tidak menutup mata
dan teliga terhadap penderitaan orang lain, tetapi melakukan sesuatu dengan
segala talenta, potensi, dan kreativitasnya untuk membawa kesegaran baru bagi
Gereja Katolik Indonesia. Gereja berharap orang muda dapat berbagi kisah-kisah
hidupnya supaya terjadi Pentekosta yakni kelahiran Gereja Katolik masa kini
karena orang muda sebagai tulang punggung yang compassionate, committed,
dan connected; yang kreatif dan tahan banting mengikuti Yesus dalam perjalanan
yang tidak mudah (http://www.suarawajarfm.com/2016/10/29/19393/surat-
sapaan-sumpah-pemuda-untuk-omk.html/, diakses 7 April 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
d. Perhatian Gereja Terhadap Orang Muda Katolik
Perhatian Gereja terhadap orang muda terungkap lewat Konsili Vatikan II yang
menyatakan bahwa:
Kaum muda merupakan kekuatan yang amat penting dalam masyarakat
zaman sekarang. Situasi hidup, sikap-sikap batin serta hubungan-
hubungan mereka dengan keluarga mereka sendiri telah amat banyak
berubah. Seringkali mereka terlalu cepat beralih kepada kondisi sosial
ekonomis yang baru. Dari hari ke hari peran mereka di bidang sosial dan
juga politik semakin penting. Padahal agaknya mereka kurang mampu
menanggung beban-beban baru dengan baik (AA 12).
Orang muda adalah kekuatan yang amat penting dalam masyarakat dan
Gereja, karena itulah Gereja tidak pernah mengabaikan orang muda dan berupaya
mengembangkan mereka lewat kegiatan dan pendampingan yang sangat
bermanfaat. Tujuannya untuk memajukan dan mematangkan orang muda sebagai
generasi Gereja. Berikut ini bentuk perhatian Gereja yang pernah dilaksanakan.
1) Pertemuan Orang Muda Katolik
Gereja merancang kegiatan pembinaan bagi orang muda seperti
kaderisasi, rekoleksi, kemping rohani, dan lainnya. Setiap kegiatan yang
dilakukan bagi orang muda merupakan wadah dan kesempatan untuk membangun
komunio. Dalam perjumpaan diharapkan orang muda dapat melakukan sharing
iman dan saling meneguhkan. Melalui sharing iman, mereka memperoleh inspirasi
sehingga memiliki keberanian menjalani ajaran Kristus dalam hidup sehari-hari.
Perjumpaan orang muda disebut World Youth Day untuk tingkat dunia, Asian
Youth Day untuk tingkat regional dan Diocese Youth Day untuk tingkat
Keuskupan (Komisi Kepemudaan KWI, 2014:30).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Gereja melihat orang Muda memiliki kekuatan pendorong pada masa
sekarang maupun masa depan baik bagi Gereja maupun masyarakat, oleh karena
itu orang muda memerlukan wawasan luas. Maka Gereja memberikan perhatian
kepada orang muda melalui kegiatan AYD, agar orang muda diberi peluang untuk
membuka perspektif yang lebih luas sehingga tidak melulu di lingkup Paroki dan
Keuskupannya. Selain itu, agar orang muda dapat mempertebal solidaritas,
jejaring, dan kesatuan iman Katolik (Komisi Kepemudaan KWI, 2014: 47).
2) Menerbitkan Buku Pegangan dan Program Pendampingan OMK
Usaha lain sebagai bentuk perhatian Gereja terhadap orang muda yaitu
dengan menerbitkan buku-buku yang dapat dibaca orang muda demi
perkembangan iman dan pengetahuannya, yaitu buku Oase Rohani, Youcat, dan
Docat. Semuanya bertujuan agar meskipun di tengah kesibukan studi menyiapkan
masa depan, mereka tak jauh dari Yesus. Dengan demikian orang muda berani
menyiapkan diri menjadi harapan Gereja.
3) Terlibat Menjadi Dewan Paroki
Gereja tidak melihat orang muda hanya sebagai sekelompok orang dari
sebuah tahapan usia tertentu. Orang muda memiliki keberanian dan semangat
tinggi walau penuh risiko. Mereka memiliki komitmen radikal, dan kemampuan
kreatif untuk memberikan tanggapan baru terhadap perubahan dunia. Karena itu,
segenap unsur Gereja Katolik Indonesia secara khusus dewan Paroki di bawah
pimpinan Pastor Paroki, melibatkan orang muda dalam pengambilan keputusan
khususnya menyangkut karya sosial kemasyarakatan Paroki (Komisi Kepemudaan
KWI, 2014: 98).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
C. Fokus Penelitian
Sugiyono (2014:32) mengungkapkan fokus penelitian kualitatif bersifat
holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan) sehingga penelitian kualitatif
menetapkan penelitiannya berdasarkan keseluruhan situasi sosial yang diteliti
yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktifitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergis. Pada penelitian ini fokus penelitian adalah mengenai
penghayatan hidup menggereja OMK Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta.
Di mana hidup menggereja sebagai aktifitas (activity), orang muda Katolik
sebagai pelaku (actor), dan Paroki Santo Yusup Bintaran sebagai tempat (place)
nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini penulis menguraikan metode penelitian yang meliputi jenis
penelitian, waktu dan tempat penelitian, responden penelitian, pertanyaan
penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik keabsahan data,
dan teknik analisis data. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mendiskripsikan
penghayatan hidup menggereja Orang Muda Katolik Santo Yusup Bintaran,
Yogyakarta.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif atau naturalistik karena
dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) (Sugiyono, 2014:1).
Sugiyono (2014: 1-2) mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah. Obyek alamiah yang dimaksudkan adalah obyek yang alamiah, tidak
dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki obyek,
setelah berada di obyek, dan keluar dari obyek relatif tidak berubah. Jadi selama
melakukan penelitian mengenai penghayatan hidup menggereja OMK Paroki
Santo Yusup Bintaran, peneliti sama sekali tidak mengatur kondisi tempat
penelitian berlangsung maupun melakukan manipulasi.
Karakteristik pokok yang menjadi perhatian dalam penelitian kualitatif
adalah terhadap makna. Dalam hal ini penelitian naturalistik tidak peduli terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
persamaan dari obyek penelitian melainkan sebaliknya mengungkapkan
pandangan tentang kehidupan dari orang yang berbeda-beda. Pemikiran ini
didasari pula oleh kenyataan bahwa makna yang ada dalam setiap orang berbeda-
beda. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk mengungkap kenyataan yang ada
dalam diri orang yang unik menggunakan alat lain kecuali manusia sebagai
instrumen.
Dalam penelitian kualitatif terdapat 5 jenis penelitian, diantaranya adalah
penelitian historis, fenomenologi, grounded theory, etrnografi, dan studi kasus.
Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan untuk menggali penghayatan
hidup menggereja Orang Muda Katolik Paroki Santo Yusup Bintaran Yogyakarta
adalah metode fenomenologi. Istilah fenomenologi sering digunakan sebagai
anggapan umum untuk menunjukkan pada pengalaman subyektif dari berbagai
jenis dan tipe subyek yang ditemui. Peneliti melakukan penelitian mengenai
penghayatan hidup menggereja OMK, menggunakan pendekatan fenomenologi.
peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan
kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada pada situasi tertentu
(Moleong, 2008:14).
Jenis penelitian fenomenologi ini dipilih karena pengalaman OMK dalam
menghayati hidup menggereja berbeda-beda. Oleh karena proses pembentukan
konsep diri dipengaruhi banyak faktor, sehingga menyebabkan pembentukan
konsep diri masing-masing OMK dalam menghayati hidup menggereja menjadi
berbeda pula. Dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, peneliti berusaha
menggali nilai-nilai dan pengalaman OMK menghayati hidup menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini mengambil lokasi di Paroki Santo Yusup Bintaran
Yogyakarta. Alasan penetapan tempat karena peneliti berdomisili di Paroki Santo
Yusup Bintaran, Yogyakarya, yang memudahkan peneliti mengamati dan mencari
informasi yang dibutuhkan untuk penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu selama satu bulan
setengah, yakni pada bulan Mei akhir sampai dengan Juni 2017. Penetapan
penelitian dibuat berdasarkan pada pertimbangan penulisan bahwa data-data yang
diperoleh sudah mencapai validitas, bila jawaban orang muda yang bukan
responden cenderung sama dengan apa yang dikatakan responden. Selain itu, para
responden merupakan orang kunci yang dijadikan sebagai representasi dari
seluruh OMK yang ada di Paroki Santo Yusup Bintaran Yogyakarta. Maka dari
itu penetapan waktu penelitian pada prinsipnya sesuai dengan target waktu yang
direncanakan sebelumnya oleh penulis.
C. Responden Penelitian
Pemilihan responden sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah
berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data, dan
bersedia memberikan informasi lengkap dan akurat.
Penelitian kualitatif tidak mempersoalkan jumlah responden, tetapi bisa
tergantung dari tepat tidaknya pemilihan responden. Pengambilan responden
yang digunakan adalah teknik Snowball Sampling. Snowball Sampling adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
teknik penentuan sampel yang mulanya jumlahnya kecil kemudian membesar
ibarat bola salju yang menggelinding lama menjadi besar. Dalam penentuan
sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang yang ditunjuk oleh orang
sebelumnya untuk melengkapi (Sugiyono, 2015:125). Responden adalah OMK
berusia 13-35 tahun, dan sudah dibaptis. Dengan pertimbangan bahwa mereka
yang ditunjuk telah memiliki pengetahuan tentang Gereja dan pengalaman terlibat
dalam dinamika hidup menggereja.
D. Pertanyaan Penelitian
Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan pada bab I yakni
deskripsi penghayatan hidup menggereja Orang Muda Katolik Paroki Santo
Yusup Bintaran, Yogyakarta, maka akan dibantu dengan pertanyaan berikut:
1. Bagaimana OMK terlibat dalam tugas Gereja di bidang pewartaan?
2. Apa peran serta OMK dalam tugas Gereja di bidang liturgi?
3. Bagaimana OMK terlibat dalam membangun persekutuan di Paroki?
4. Apa saja bentuk pelayanan yang telah dilakukan OMK di Paroki?
E. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2015:309) menyatakan bahwa secara umum terdapat 4 macam
teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan
triangulasi. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu
dengan menggabungkan 3 teknik pengumpulan data (wawancara, observasi, dan
dokumentasi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
1. Wawancara
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam (in depth
interview) berupa wawancara semiterstruktur. Wawancara semiterstruktur
menurut Sugiyono (2015:320) di dalam pelaksanaanya lebih bebas dibandingkan
dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara,
peneliti menggunakan bantuan pedoman wawancara untuk memudahkan dan
memfokuskan pertanyaan yang akan diutarakan. Peneliti juga menggunakan alat
bantu rekam untuk memudahkan dalam proses pengolahan data. Tehnik ini
dilakukan untuk menggali pemahaman OMK tentang Gereja, pemahaman tentang
hidup menggereja, dan penghayatan hidup menggereja di bidang pewartaan dan di
bidang liturgi.
2. Observasi Sebagai Alat Triangulasi Data
Pada penelitian ini, teknik observasi yang digunakan adalah observasi
terus terang atau tersamar. Menurut Sugiyono (2015:312) peneliti dalam
pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti
sedang melakukan penelitian. Sehingga sejak awal subjek yang diteliti
mengetahui dari awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi suatu saat
peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk
menghindari jika suatu saat data yang dicari merupakan data yang masih
dirahasiakan. Kemungkinan jika dilakukan dengan terus terang, maka peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
tidak diijinkan untuk melakukan observasi. Teknik ini dilakukan untuk mengamati
penghayatan hidup menggereja OMK.
3. Studi Dokumentasi Sebagai Alat Triangulasi Data
Menurut Sugiyono (2015:329) dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila
didukung oleh foto-foto yang telah ada untuk menunjang pengumpulan data
dokumentasi subjek dengan menggunakan alat bantu berupa kamera untuk
memudahkan paneliti dalam mengumpulkan beberapa dokumentasi. Teknik ini
dilakukan untuk mengamati penghayatan hidup menggereja OMK.
F. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2015:305) menyebutkan yang menjadi instrument atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti harus paham terhadap metode
kualitatif, menguasai teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta
memiliki kesiapan untuk memasuki lapangan. Ciri khas penelitian kualitatif tidak
dapat dipisahkan dari pengamatan, di mana pengamat memungkinkan melihat dan
mengamati sendiri situasi yang mungkin terjadi.
Dalam pengambilan data di lapangan, peneliti dibantu dengan pedoman
wawancara, pedoman observasi, studi dokumen, alat rekam, dan alat dokumentasi.
Hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam pengambilan dan
pengumpulan data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
1. Pedoman Wawancara
Penelitian dengan pendekatan kualitatif menggunakan instrumen berupa
pedoman wawancara karena dalam proses pengumpulan data menekankan pada
wawancara terhadap narasumber/responden untuk menggali pemahaman OMK
tentang Gereja, pengertian tentang hidup menggereja, dan keterlibatannya dalam
bidang pewartaan dan bidang liturgi. Responden adalah pemberi informasi yang
berhubungan dengan permasalahan penelitian dalam kualitatif. Berikut pedoman
wawancara yang digunakan.
Pedoman Wawancara
Nama Responden : ………………………………….
Jenis Kelamin : ………………………………….
Tanggal Wawancara : ………………………………….
Tempat Wawancara : ………………………………….
Wawancara ke : ………………………………….
1. Pemahaman tentang Gereja dan hidup menggereja
a. Apa yang anda ketahui tentang Gereja?
b. Apa yang anda mengerti tentang hidup menggereja?
c. Apa dasar hidup menggereja?
d. Menurut anda, terlibat dalam hidup menggereja itu seperti apa?
e. Apa harapan anda sebagai OMK terhadap Gereja?
f. Menurut anda, apa harapan Gereja terhadap OMK?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
2. Penghayatan Hidup Menggereja OMK lewat 4 bidang tugas Gereja (kerygma,
liturgia, koinonia, dan diakonia).
Bidang Pewartaan (Kerygma)
a. Apa yang anda ketahui tentang pewartaan!
b. Apa saja bentuk pewartaan yang dilakukan oleh Gereja Paroki anda?
c. Apakah anda terlibat dalam kegiatan pewartaan di Paroki, lingkungan, dan
masyarakat? Bila (ya/tidak) berilah penjelasan! Bentuknya apa!
d. Mengapa anda terlibat?
Bidang Liturgi (Liturgia)
a. Apa yang anda ketahui tentang liturgi?
b. Apa saja bentuk liturgi yang dilakukan oleh Gereja Paroki anda?
c. Apakah anda terlibat dalam kegiatan liturgi di Paroki, lingkungan, dan
masyarakat? Bila (ya/tidak) berilah penjelasan! Bentuknya apa!
d. Mengapa anda terlibat dalam kegiatan liturgi?
Bidang Persekutuan (Koinonia)
a. Apa yang anda ketahui tentang koinonia.
b. Apa saja bentuk koinonia yang ada dalam Gereja Paroki anda!
c. Apakah anda terlibat dalam kegiatan koinonia di Paroki/lingkungan,
masyarakat? Bila (ya/tidak) berilah penjelasan! Bentuknya apa!
d. Mengapa anda terlibat dalam kegiatan koinonia?
Bidang Pelayanan (Diakonia)
a. Apa yang anda ketahui tentang diakonia?
b. Apa saja bentuk pelayananan yang ada dalam Gereja Paroki anda!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
c. Bagaimana anda terlibat dalam kegiatan diakonia di Paroki/lingkungan,
masyarakat? Bila (ya/tidak) berilah penjelasan! Bentuknya apa?
d. Mengapa anda terlibat dalam kegiatan diakonia?
3. Faktor Pendorong dan Penghambat Aktif Dalam Hidup Menggereja
Faktor Pendorong:
a. Apa yang mendorong anda untuk terlibat dalam kegiatan menggereja?
b. Apakah anda senang terlibat dalam hidup menggereja? Bila ya/tidak
berilah alasan!
Faktor Penghambat:
a. Apa kesulitan anda untuk terlibat dalam kegiatan di Paroki/lingkungan?
b. Apakah anda berusaha mengatasi kesulitan untuk terlibat dalam hidup
menggereja? Bila ya/tidak berilah alasan!
2. Pedoman observasi
Observasi yang dilakukan peneliti meliputi keterlibatan OMK dalam hidup
menggereja pada dua bidang tugas Gereja yaitu bidang pewartaan dan bidang
liturgi. Berikut pedoman observasi.
Pedoman Observasi
a. Nama OMK : ……………………………….
b. Hari/Tanggal Observasi : ……………………………….
c. Aspek yang diteliti.
1) Jenis kegiatan yang diikuti subyek
a) bidang pewartaan seperti: timja inisiasi, PIUD, PIA, PIR,
OMK/PIOM, PIUL, Katekis, Pemandu dan Kitab Suci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
b) bidang liturgi seperti: timja putra altar, paduan suara (kor, dirigen, dan
pemazmur), lektor, prodiakon, paramenta, panduan misa, dekorasi
altar, dan tatalaksana ibadat dan devosi.
2) Konteks/suasana
3) Subyek melakukan apa dan dengan siapa
4) Kegiatan subyek
5) Perkataan subyek
3. Pedoman Studi Dokumentasi
Untuk mendukung keabsahan sebuah data, dokumentasi yang dipakai
adalah berupa foto kegiatan-kegiatan yang diikuti oleh subyek. Dokumentasi yang
dipakai berkisar satu tahun terakhir. Dokumentasi diperoleh dari sumber yang
dapat dipercaya yaitu pendamping OMK, dan ketua OMK. Pedoman studi
dokumen meliputi keterlibatan dan peranserta OMK di bidang pewartaan dan
bidang liturgi.
Pedoman Studi Dokumentasi
Sumber Data : ……………………………
NO Aspek Jenis Kegiatan Peran
1 Bidang
Pewartaan
a. timja Inisiasi,
b. PIUD,
c. PIA,
d. PIR,
e. OMK/PIOM,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
f. PIUL,
g. Katekis,
h. Pemandu dan Kitab Suci.
2 Bidang Liturgi
a. timja putra altar,
b. timja paduan suara (kor,
dirigen, dan pemazmur),
c. timja lektor,
d. prodiakon,
e. paramenta dan koster,
f. panduan misa,
g. timja dekorasi altar,
h. timja tatalaksana ibadat dan
devosi.
G. Teknik Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono
(2015:366) meliputi uji kredibilitas data, uji transferability, uji depedability, dan
uji confirmability. Pada penelitian ini digunakan uji kredibilitas untuk menguji
keabsahan data. Uji kredibilitas data dilakukan dengan triangulasi.
Triangulasi data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Terdapat 3 triangulasi dalam
keabsahan data, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu
(Sugiyono, 2014:125).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi teknik. Triangulasi
teknik adalah menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2015:
373).
Sugiyono (2015:368) juga mengemukakan beberapa cara melakukan uji
kredibilitas data, diantaranya perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan,
triangulasi, diskusi dengan teman, analisis kasus negatif, dan member check.
Dalam penelitian ini pengujian kredibilitas data penelitian dilakukan
dengan cara member check. Member check adalah, proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk
mengecek informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan
sesuai dengan apa yang dimaksudkan sumber atau responden (Sugiyono,
2015:375).
Dengan melakukan member check, peneliti dapat mengetahui seberapa
jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jika
data yang ditemukan kemudian disepakati oleh para pemberi data, maka data
tersebut dinyatakan valid sehingga semakin kredibel atau dipercaya. Sebaliknya,
apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak
disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu diskusi dengan pemberi data.
Apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya dan harus
menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data (Sugiyono, 2015:
375-376).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
H. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2015:334) analisis data adalah proses mencari dan
menyusun data secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Miles and
Huberman (Sugiyono, 2015:337) mengemukakan terdapat 3 langkah dalam
analisis data, yaitu reduksi data, display data, dan conclusion drawing/verification
data.
1. Reduksi
Menurut Sugiyono (2015:338) mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya. Data yang telah ada direduksi sehingga akan memberikan gambaran
yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
2. Display
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya dalam analisi data ini
adalah display data atau penyajian data. Miles and Huberman (Sugiyono,
2015:341) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan
data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
3. Verification/Conclusion Drawing
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman (dalam Sugiyono, 2015:345) adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Mengingat kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi bila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal, di dukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab IV ini akan dibahas hasil penelitian yang diperoleh dengan
metode wawancara kepada beberapa responden. Hasil penelitian ini berupa
rangkuman atas jawaban dari responden mengenai pertanyaan penelitian yakni
penghayatan hidup menggereja OMK Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta.
Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan penelitian tersebut, penulis berusaha
memunculkan melalui tiga aspek yakni pemahaman tentang Gereja dan hidup
menggereja, penghayatan hidup menggereja yang diwujudkan lewat 4 bidang
tugas Gereja yaitu kerygma, liturgia, koinonia, dan diakonia, dan faktor
pendorong dan penghambat untuk terlibat dalam hidup menggereja. Dari tiga
aspek tersebut penulis menjabarkannya melalui 16 pertanyaan, sehingga
ditemukan fakta-fakta dari responden tentang penghayatan hidup menggereja
OMK Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta.
1. Profil Responden
Sebagaimana diuraikan pada bab III, responden sebagai sumber data
adalah OMK Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta dengan menggunakan
tehnik snowball sampling. Responden ini dipilih oleh peneliti atas petunjuk dari
kordinator dan ketua OMK yang mana mereka dianggap telah memiliki
pengetahuan tentang Gereja dan pengalaman terlibat dalam dinamika hidup
menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
a. Responden 1
Subjek pertama berinisial BT. Perempuan lahir 8 Maret 98, merupakan anak
sulung dari 3 bersaudara, tinggal di jalan Prawirotaman no 279. Pendidikan
terakhir SMA 9 Yogyakarta jurusan IPS. Wawancara dilaksanakan pada hari
Sabtu 28 Mei 2017 pukul 17.00-18.15 bertempat di Paroki ruang Yerusalem. BT
adalah pribadi yang supel, senang bekerja, berpenampilan rapih dan ramah. Hoby
bernyanyi, dan senang terlibat pada kegiatan. Pada waktu duduk di bangku
sekolah SMA BT pernah terlibat TONTI (Peleton Inti), ikut ekstra Karawitan
dengan peran sebagai sinden. Pernah menjadi panitia pada event yang diadakan
oleh sekolah seperti pensi. Ia masuk menjadi anggota OMK pada usia remaja.
Berkat kerjasama dari teman OMK BT belajar dari teman-temannya
terutama dalam kepengurusan. Diantara para pengurus BT termasuk usia paling
muda, sehingga ia merasa teman-temannya OMK memperhatikan, membimbing
dan memberi teladan kepadanya sehingga sampai saat ini tetap setia melakukan
tugas pelayanan untuk Gereja.
b. Responden 2
Subjek kedua berinisial Ben. Laki-laki lahir tanggal 13 April 1996 anak
kedua dari dua bersaudara. Mahasiswa semester 6 di salah satu perguruan tinggi di
Yogyakarta. Tinggal di jalan Glagahsari no 27 masuk lingkungan Fransiskus
Xaverius. Lahir dari keluarga perkawinan beda agama. Kakak perempuannya
sudah menjadi Katolik sejak kecil diajak oleh ibunya ke Gereja, sedangkan Ben
tidak dibaptis karena permintaan ayahnya sebab ayahnya beragama Islam. Atas
kesepakatan keluarga akhirnya Ben dimasukkan di TPA untuk belajar agama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Islam. Selama menganut agama Islam Ben rajin berlajar di TPA bersama teman
bermain di sekitar rumahnya. Berjalannya waktu tepat ketika Ben duduk di
bangku kelas 3 SD, ayah Ben meninggalkan rumah (istri dan anak-anaknya) tidak
tahu kemana, lama kemudian baru diketahui kalau ayahnya menikah lagi.
Awal ketertarikannya menjadi Katolik ketika Ben melihat kakaknya
menjadi Putra Altar. Dalam keluarga, Ben sendiri yang beragama Islam sementara
ibu dan saudaranya beragama Katolik. Ben meminta kepada ibunya untuk belajar
agama Katolik. Ben akhirnya di baptis menjadi Katolik ketika ia duduk di kelas 4
Sekolah Dasar.
Setelah dibaptis, Ben aktif menjadi Putra Altar dan kemudian ikut
bergabung menjadi anggota OMK. Dalam struktur organisasi dewan Paroki, Ben
adalah kordinator Komsos. Tim ini bertugas mengambil dokumentasi kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan oleh Paroki seperti Misa Natal, Paskah, hari-hari
besar Gereja, dan event-event penting Gereja. Selain menjadi tim KOMSOS, juga
menjadi devisi perlengkapan untuk Timja PIA. Dalam timja PIA Ben termasuk
anggota dari salah satu tim. Tugas yang sering dilakukan sebagai timja PIA adalah
sebagai devisi konsumsi, mulai dari belanja snack, mengemas dan
membagikannya kepada anak-anak PIA pada akhir kegiatan. Konsekwensi dari
suatu pilihan tetap dipegang teguh oleh Ben. Selalu hadir dan konsisten dengan
tugas yang diberikan tim kepadanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
c. Responden 3
Subyek ke tiga berinisial YS adalah mahasiswa semester 2 jurusan
Managemen. Lahir 19 Agustus 1996, merupakan anak ke dua dari dua bersaudara,
tinggal di Kelurahan Margangsan, termasuk lingkungan Maria. Dulu ibu YS
beragama Kristen sedangkan bapak beragama Katolik. Sebelum di baptis, YS
selalu ikut sekolah Minggu di Gereja Baptis diantar oleh ibunya, tetapi ayahnya
juga sering mengajak ke Gereja Katolik.
Pada saat kelas 4 SD, ibunya menyuruh YS ikut pelajaran agama Katolik
supaya dibaptis. Setelah dibaptis, YS diikutkan menjadi putra Alltar dan berlanjut
menjadi anggota PIR. Setelah YS dibaptis, ibu juga menjadi Katolik pada tahun
2006. Ben adalah lulusan SMA Martoyudan Magelang. Pilihan sekolah di SMA
Martoyudan semata-mata ingin menjadi imam diosesan Semarang. Memasuki
tahun ketiga di SMA Martoyudan, keinginan menjadi imam mulai memudar.
Sempat mengikuti pembinaan calon imam di Semarang, namun pada bulan Juni
2016 YS memutuskan tidak melanjutkan menjadi imam.
Kembali ke rumah membuat YS minder dan tidak punya teman. Awalnya
YS tidak mau mengikuti misa kudus di Gereja Santo Yusup Bintaran. Malu
karena keluar dari seminari, YS memilih misa kudus di Gereja Kidoloji. Sesekali
misa kudus di Gereja Bintaran tetapi duduk sendiri di pojok Gereja pada bagian
belakang. Kurang lebih lima bulan YS merasa kesepian dan hampa. Sebagai orang
muda menganggap diri tidak berguna karena tidak ada kegiatan. Kerinduannya
punya banyak teman belum juga tercapai, mau bergabung dengan OMK di Gereja
Bintaran takut ditolak. Akhirnya pada awal bulan Desember YS mendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
undangan dari OMK Bintaran untuk dekorasi natal di Gereja. Ajakan dari OMK
ini merupakan kesempatan awal kiprah bergabungnya YS di OMK.
d. Responden 4
Subyek ke empat berinisial UT, berjenis kelamin laki-laki dan merupakan
anak tunggal. Tinggal di jalan Surokarsan 21, termasuk lingkungan Santa Theresia
Lisieux. Pribadi yang ramah dan rendah hati, sopan, setia dan berdedikasi tinggi,
serta rajin beribadah.
Selama ini UT belum pernah bergabung dan terlibat dalam kegiatan OMK.
alasan UT tidak mau bergabung di OMK karena tidak ada kegiatan. Menurut UT,
dulu pengurus OMK tidak merangkul OMK yang lain, sehingga kegiatan di
Paroki tidak banyak OMK yang mengetahui dan mau terlibat. Ditambah lagi
dalam kepengurusan OMK ada konflik yang akhirnya membuat OMK vakum
cukup lama. Sampai saat ini UT juga tidak bergabung dengan OMK karena
merasa sudah cukup tua dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. Untuk
saat ini ia lebih memilih terlibat di paguyuban lektor dan tidak mau terlibat
kegiatan lain karena menjadi kordinator lektor merasa cukup kelelahan.
e. Responden 5
Subyek ke lima berinisial Rth, seorang perempuan yang merupakan anak
kedua dari dua bersaudara. Tinggal di Kelurahan Margansang Lor MG II,
termasuk lingkungan Maria. Berpenampilan sederhana namun anggun, lemah
lembut serta berdedikasi tinggi pada tugas. Rendah hati dan ringan tangan
membantu sesama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Sakramen Baptis dan komuni pertama di terima di Gereja Santo Yusup
Bintaran namun Rth tidak aktif di Gereja Bintaran. Sebelum aktif di Gereja
Bintaran, Rth selalu diajak oleh ibunya misa di Gereja Santo Antonius Kota Baru
sehingga kegiatan di Gereja Bintaran praktis tidak pernah di ikuti dan tidak tahu
apa kegiatannya. Beberapa kegiatan OMK diikuti di Gereja Kota Baru seperti
misa EKM, penggalangan dana, dan doa taize.
Rth baru masuk persekutuan OMK di Gereja Bintaran pada tahun 2015
dengan kepengurusan OMK yang lama. Berhubung ketua OMK sudah bekerja di
Jakarta, romo kordinator OMK meminta Rth untuk menggerakkan OMK, dan
akhirnya sampai sekarang aktif di kegiatan OMK. Pada periode kepengurusan
dewan Paroki yang baru, dibentuk kepengurusan OMK dengan masa bakti periode
2016-2018 tetapi Rth tidak masuk dalam kepengurusan OMK, tetapi masuk timja
pewartaan PIA. Sampai sekarang Rth terlibat di pewartaan PIA sebagai kordinator
timja PIA.
2. Hasil Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumentasi
Seperti yang telah dikemukakan pada bab III, data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tiga teknik yaitu wawancara,
observasi, dan studi dokumentasi. Data yang tidak terungkap melalui wawancara,
dilengkapi dengan data hasil observasi langsung oleh peneliti. Untuk memperkuat
data hasil wawancara dan observasi, maka dilakukan penelusuran terhadap
dokumen yang ada. Semua data hasil penelitian diuraikan berdasarkan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
a. Apa yang Anda Ketahui tentang Gereja?
Pada pertanyaan apa arti Gereja diperoleh jawaban dari responden 1
mengatakan:
“Bagi saya Gereja memiliki dua arti. Arti pertama secara fisik adalah
bangunan, arti kedua adalah manusia. Bangunan, maksudnya di dalam
Gereja itu ada umat yang menjadi satu keluarga, beribadah bersama, hidup
bersama menjadi satu keluarga” (wawancara Sabtu, 28 Mei 2017).
“Menurutku sih, Gereja itu ya selain arti fisik bangunan begitu, tetapi juga
orang-orang yang berkumpul untuk bersama-sama berdoa dan membangun
persaudaraan satu dengan lainnya, itu saja sih yang saya tahu”(wawancara
Kamis, 13 Juli 2017).
Sementara responden 2 memberikan jawaban sangat singkat yaitu
“persekutuan orang-orang beriman. Ya…beriman pada Kristus, itu yang saya tahu
sus” (wawancara Sabtu, 3 Juni 2017).
Responden 3 mengatakan:
“Gereja adalah persekutuan orang beriman yang percaya pada Tuhan.
Dalam diri setiap orang Tuhan hadir. Hehe…menurutku sih itu.
Bagaimana ya sus… manusia itu adalah secitra dengan Allah, sehingga
dalam diri manusia selalu ada yang berharga. Meskipun pada
kenyataannya ada kekurangan tetapi bahwa manusia itu sangat berharga”
(wawancara Minggu, 4 Juni 2017).
Senada dengan yang diungkapkan responden 3, responden 4 juga
mengatakan bahwa Gereja adalah tempat berkumpulnya umat beriman. Beriman
kepada Yesus, umat beriman yang berkumpul dalam satu wilayah yang percaya
kepada Yesus (wawancara Kamis, 6 Juli 2017). Sementara responden 5
mengungkapkan pernyataan yang sama dengan responden 1 bahwa Gereja adalah
tempat atau rumah secara fisik, atau rumah Tuhan (wawancara Sabtu, 8 Juli2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, peneliti telah melakukan
member check terhadap responden, sehingga jawaban responden sungguh benar
dapat dipercaya.
Dari hasil wawancara ditemukan bahwa arti Gereja berbeda menurut
masing-masing responden. Gereja dapat memiliki dua arti yang pertama Gereja
dalam arti fisik atau bangunan yang di dalamnya ada umat yang menjadi satu
keluarga, hidup bersama sebagai satu keluarga. Dan Gereja dalam arti umat Allah
yang bersama-sama mengimani Kristus, berkumpul untuk memuliakan Tuhan.
Dari hasil observasi yang lakukan oleh peneliti ditemukan fakta bahwa
memang pengertian mereka tentang Gereja belum mendalam, nampak dari
penghayatan mereka yang menganggap bahwa Gereja adalah sebagai bangunan
fisik, tetapi juga Gereja sebagai persekutuan. Responden memandang Gereja
sebagai persekutuan, tetapi sesungguhnya mereka belum juga mewujudkan
persekutuan itu sebagai satu saudara yang saling membutuhkan. Gereja sebagai
persekutuan yang dimaksudkan oleh mereka terlebih pada persatuan antar OMK
sendiri, belum menyeluruh dengan semua umat beriman yang ada di Paroki Santo
Yusup Bintaran. Nampak bahwa mereka baru pada awal tahun 2016 yang lalu
terlibat dalam kegiatan-kegiatan Gereja. Sebelumnya mereka tidak aktif, artinya
mereka belum mewujudkan diri sebagai bagian dari Gereja. Sebagai anggota
Gereja mereka belum aktif dalam kehidupan bersama sebagai Gereja.
Pada pengertian Gereja ini ditemukan bahwa responden belum mengerti
secara mendasar arti Gereja yang sesungguhnya. Kesadaran bahwa ia adalah
orang pilihan Allah, dipanggil secara khusus yang terhimpun dalam suatu Paroki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
terlibat sebagai pewartaan Kabar Gembira (kerygma), menghidupkan peribadatan
yang menguduskan (liturgia), membangun persekutuan (koinonia), memajukan
karya cintakasih/pelayanan (diakonia) sebagai murid-murid Tuhan.
b. Apa yang Anda Mengerti Tentang Hidup Menggereja?
Dari pertanyaan apa arti hidup menggereja diperoleh jawaban dari
responden 1 yang mengatakan:
“Hidup menggereja seperti hidup bermasyarakat. Kehidupan bersama
dalam lingkup Gereja, yang terorganisir seperti keterlibatan dalam
organisasi Gereja. Non organisasi seperti salah satu bentuk kehidupan
menggereja yakni peduli dengan sesama umat” (wawancara Sabtu, 28 Mei
2017).
Adapun responden 2 mengatakan:
“Bingung sus… kurang lebihnya (karang taruna) untuk mengaktifkan,
menghidupkan karang taruna. Anak muda di lingkup RT sangat sedikit
sus. Selain itu supaya saya juga ada peran di masyarakt, supaya tetangga-
tetangga, tahu meskipun saya punya kesibukan lain tetap masih membantu
masyarakat” (wawancara Sabtu, 3 Juni 2017).
Berbeda dengan responden 3 yang mengatakan:
“Hidup menggereja tidak hanya sekedar ke Gereja tetapi benar-benar
terlibat dalam Gereja. Hidup menggereja itu adalah bahwa setiap orang
tidak hanya sekedar umat, tetapi sebagai umat ia harus mengabdikan diri
pada Gereja, berpartisipasi, berusaha mengenal Gereja, mau berdiskusi,
menemukan dan menyelesaikan masalah dan tantangan yang dihadapi oleh
Gereja” (wawancara Minggu, 4 Juni 2017).
Senada dengan pendapat responden 3, menurut responden 4, hidup
menggereja itu berkumpul merayakan ekaristi, beramal kasih, terlibat dalam
kegiatan umat seperti rosario di lingkungan, pendalaman kitab suci, dan terlibat
dalam kehidupan masyarakat (wawancara Kamis, 6 Juli 2017). Demikian pula
diungkapkan oleh responden 5, saya terlibat untuk melayani apa yang dibutuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Gereja, seperti kegiatan AYD, atau Gereja butuh pendampingan anak,
pendampingan remaja (wawancara Sabtu, 8 Juli 2017).
Untuk menguji kebenaran data yang diperoleh, peneliti telah mengadakan
member check kepada masing-masing responden atas jawaban yang diungkapkan,
sehingga jawaban responden sungguh benar dan dapat dipercaya.
Dari hasil wawancara ditemukan, hidup menggereja menurut orang muda
berarti terlibat dalam kehidupan bersama, tidak hanya sekedar ke Gereja tetapi
sungguh terlibat dalam keprihatinan dan gerak Gereja itu sendiri. Karena Gereja
itu satu keluarga, maka semua orang berpartisipasi menyelesaikan tantangan yang
dihadapi oleh Gereja.
Dari hasil observasi ditemukan fakta bahwa penghayatan hidup
menggereja sudah diwujudkan oleh beberapa responden. Responden 1 terlibat
dalam lingkup Gereja yang terorganisir sebagai wujud hidup menggereja, berarti
ia sudah terlibat dalam struktur kepengurusan OMK sebagai sekretaris. Di bidang
pewartaan responden 1 sudah terlibat namun baru di lingkup Paroki, sementara di
lingkungan belum terlibat. Hidup menggereja responden 2 tidak lagi terlibat
membangkitkan semangat orang muda di Karang Taruna. Adapun responden 3, ia
belum sungguh terlibat, sumbangan pemikiran dan pengorbanan belum juga
terwujud karena terlalu sibuk di kampus. Sedangkan responden 4 dan 5 sudah
mulai memahami dan menghayati panggilannya dalam hidup menggereja,
responden 4 rajin berkumpul bersama umat separoki untuk merayakan ekaristi
setiap hari, dan responden 5 juga selalu melaksanakan tugas mengajar PIA di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Paroki. Namun demikian penghayatan hidup menggereja orang muda masih pada
batas pewartaan.
Pada pertanyaan apa arti hidup menggereja ditemukan bahwa hampir
semua responden memberikan jawaban senada bahwa hidup menggereja tidak
hanya sekedar ke Gereja tetapi benar-benar terlibat dalam Gereja. Sebagai umat
ia harus mengabdikan diri pada Gereja, berpartisipasi, terlibat dalam kegiatan
Gereja, terlibat dalam suatu organisasi Gereja, dan terlibat dalam kehidupan
masyarakat.
c. Apa Dasar Hidup Menggereja?
Pada pertanyaan apa dasar hidup menggereja, diperoleh jawaban dari
responden 1 yang mengatakan:
“Dasar hidup menggereja adalah Injil. Dalam injil dikatakan meskipun kita
semua berbeda tetapi satu tubuh. OMK dan PIA tidak perlu konflik”
(wawancara Sabtu, 28 Mei 2017).
Sementara responden 2, 3, dan 5 mengatakan tidak tahu dasar hidup
menggereja. Menurut responden 4, dasar hidup menggereja adalah Kitab Suci
Kisah Para Rasul yaitu hidup Gereja Perdana, mereka berkumpul berdoa,
membaca Kitab Suci, memecahkan roti melakukan pelayanan, dan berkotbah. Apa
yang dilakukan oleh Gereja Perdana, Gereja ini juga melakukannya sekarang,
seperti dalam liturgi, pewartaan, dan paguyuban (wawancara Kamis, 6 Juli 2017).
Peneliti telah mengadakan member check kepada masing-masing
responden tentang kebenaran data yang diperoleh atas jawaban yang diungkapkan,
sehingga jawaban responden sungguh benar dan dapat dipercaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Dari hasil wawancara ditemukan bahwa responden 4 dapat memberikan
jawaban dengan baik yaitu kehidupan Jemaat Perdana adalah pola dan dasar dari
hidup menggereja sekarang ini, sebagaimana yang dikisahkan dalam Kisah Para
Rasul. Sementara responden 1 mengungkapkan lebih pada praktek hidup di mana
setiap orang adalah saudara sehingga tidak perlu ada konflik satu dengan lainnya,
dan responden lain tidak mengetahui dasar hidup menggereja.
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti juga ditemukan fakta
bahwa responden 1 cukup terampil dan aktif bila ada kegiatan di Paroki, namun
penhayatan hidup menggereja belum menyeluruh, masih sebatas melaksanakan
tugas. Kehadirannya di bidang pewartaan membawa suasana baru, pergaulannya
menyenangkan dan dapat diterima oleh semua kalangan OMK dan anak-anak.
Responden 4 juga mewujudkan apa yang dikatakan, setidaknya sudah
mewujudkan seperti apa yang dihayati oleh Jemaat Perdana yakni ikut ekaristi
setiap hari. Adapun responden 2, 3, dan 5, sebagaimana pemahaman mereka
tentang dasar hidup menggereja demikian juga dalam penghayatan hidup setiap
hari. Walaupun tidak tahu dasar hidup menggereja namun responden 5 sudah bisa
mewujudkannya lewat partisipasinya di bidang pewartaan sebagai timja PIA.
Melaksanakan tugas dengan pengorbanan, meskipun capek dari kerja namun tetap
memberikan prioritas melayani Gereja.
Pada pertanyaan yang menjadi dasar hidup menggereja ditemukan bahwa
hampir semua responden tidak dapat memberikan jawaban. Sedangkan responden
4 ia dapat memberikan jawaban yang tepat. Menurutnya dasar hidup menggereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
belajar dari cara hidup Gereja Perdana, dimana mereka berkumpul berdoa,
membaca Kitab Suci, memecahkan roti melakukan pelayanan, dan berkotbah.
d. Menurut anda, Terlibat dalam Hidup Menggereja itu seperti apa?
Pada pertanyaan mengenai pandangannya tentang keterlibatan dalam
hidup menggereja, diperoleh pernyataan dari responden 1 mengatakan:
“… keterlibatan itu artinya ikut berperan dan ambil bagian dalam tugas
Gereja seperti ikut membantu kegiatan yang dilaksanakan oleh Gereja,
ambil bagian dalam organisasi Gereja, dan peduli pada sesama …”
(wawancara Sabtu, 28 Mei 2017).
Responden 4 mengatakan:
“… terlibat dalam kegiatan-kegiatan Gereja misalnya terlibat menjadi
putra Altar, lektor, atau organis, baik yang liturgis maupun non liturgis
yang termasuk pengembangan iman, ada PIR, OMK, dan ada
pendampingan umat dewasa…” (wawancara Kamis, 6 Juli 2017).
Senada dengan itu responden 3 dan 5 juga mengatakan bahwa hidup
menggereja itu tidak hanya sekedar menjadi umat tetapi harus ambil bagian dan
berusaha bersama menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam Gereja.
Sedangkan responden 2, mengatakan:
“Kurang lebihnya seperti (karang taruna) untuk mengaktifkan,
menghidupkan karang taruna, karena anak muda di lingkup RT sangat
sedikit sus. Selain itu supaya saya juga ada peran di masyarakat, supaya
tetangga-tetangga, tahu meskipun saya punya kesibukan lain tetap masih
membantu masyarakat” (wawancara Sabtu, 3 Juni 2017).
Untuk mengetahui kebenaran data yang diperoleh, peneliti telah
mengadakan member check kepada masing-masing responden atas jawaban yang
diungkapkan, sehingga pernyataan responden sungguh benar dan dapat dipercaya.
Dari hasil wawancara ditemukan bahwa terlibat dalam hidup menggereja
itu seperti ikut berperan dan ambil bagian dalam tugas Gereja seperti ikut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
membantu kegiatan yang dilaksanakan oleh Gereja, ambil bagian dalam
organisasi Gereja, dan peduli pada sesama. Menjadi putra Altar, lektor, atau
organis. Terlibat dalam pengembangan iman di PIR, OMK, dan pendampingan
umat dewasa.
Dari hasil observasi ditemukan fakta bahwa hidup menggereja responden 1
sudah mulai terlibat dalam hidup menggereja namun baru sebatas lingkup Paroki
dan di bagian pewartaan, sementara responden 2, tidak lagi aktif di Karang Taruna
dan jarang aktif di PIA. Adapun responden 3 juga belum banyak terlibat,
sumbangan pemikiran dan pengorbanan belum terwujud masih sebatas pemikiran.
Sedangkan responden 4 dan 5 sudah mulai memahami dan menghayati
panggilannya dalam hidup menggereja. Responden 4 rajin berkumpul bersama
umat separoki merayakan ekaristi setiap hari, dan responden 5 selalu
melaksanakan tugas mengajar PIA di Paroki.
Pada pertanyaan ini ditemukan bahwa seseorang dikatakan terlibat apabila
ikut berperan dan ambil bagian dalam tugas Gereja seperti ikut membantu
kegiatan yang dilaksanakan oleh Gereja, ambil bagian dalam organisasi Gereja,
dan peduli pada sesama.
e. Apa Harapan Anda Sebagai OMK Terhadap Gereja?
Harapan OMK terhadap Gereja diperoleh pernyataan dari responden 1
mengatakan:
“Agar Gereja lebih praktis, lebih terbuka terhadap kehidupan di luar
Gereja (masyarakat luar ) contohnya mengadakan kegiatan sosial seperti
bakti sosial, kunjungan panti jompo, (hal ini dirasa kurang)” (wawancara
Sabtu, 28 Mei 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Responden 2 mengatakan:
“… pandangan saya di Gereja Bintaran ya sus. He…he…harapan saya
terhadap Gereja itu ya… di orang-orangnya itu lho sus. Orang-orang yang
terlibat di situ em… em… orangnya supaya diberi pemahaman yang sama,
kalau kita di Gereja ini sama-sama melayani jangan saling menjatuhkan,
soalnya itu terjadi di Gereja ini. Model disini masih sikut-sikutan gitu sus..
kayak di OMK masih ada kayak gitu, OMK dan PIA sikut-sikutan,
pengennya diberi pemahaman yang sama supaya enak, jangan sampai
nyacat dan ada omongan yang tidak enak. Jadi, kordinasinya lebih baik
lagi” (wawancara Sabtu, 3 Juni 2017).
Responden 3 mengatakan:
“… lebih banyak ini sus…ah…lebih banyak menjamah lingkungan,
memperbanyak kunjungan dari romo, menyapa umat dan OMK di
lingkungan. Romo Paroki lebih menyapa umat, karena kalau kita dekat
dengan romo Paroki, kita lebih mudah dan enak menyampaian ide-ide
untuk kemajuan Gereja. Sapaan Pastor Paroki pada OMK sangat penting,
kalau Pastor Paroki tidak mau menyapa, OMK ketakutan untuk
menyampaikan ide-ide” (wawancara Minggu, 4 Juni 2017).
Menurut responden 4,”…Gereja harus membuka diri dan mengajak OMK
dalam kegiatan-kegiatan Gereja seperti; misalnya kegiatan liturgi atau apapun itu,
OMK disapa sampai pada masing-masing personal…” (wawancara Kamis, 6 Juli
2017). Berbeda dengan yang lain, responden 5 mengatakan: “… agar Gereja
mengajak umatnya mulai dari tingkat usia dini sampai usia lanjut mengikuti
pembinaan terus menerus secara berkelanjutan…” (wawancara Sabtu, 8 Juli
2017).
Untuk mengetahui kebenaran data yang diperoleh, peneliti telah
mengadakan member check kepada masing-masing responden atas jawaban yang
diungkapkan, sehingga pernyataan responden sungguh benar dan dapat dipercaya.
Dari hasil wawacara ditemukan bahwa Gereja harus lebih terbuka baik
keluar maupun ke dalam, lebih merangkul orang muda agar semakin aktif dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
kegiatan Gereja. Para romo dan ketua lingkungan agar menyapa orang muda.
Gereja lebih peduli pada pendampingan berjenjang supaya orang-orang muda
tidak hilang dari Gereja karena tidak ada kegiatan.
Dari hasil observasi ditemukan fakta bahwa, kegiatan sosial yang diadakan
Gereja baru sedikit dan kurang melibatkan orang muda, relasi antara orang muda
dengan Romo Paroki belum nampak akrab, demikian halnya relasi antara orang
tua dengan orang muda masih nampak kaku, sehingga komunikasi tidak terjadi.
Di beberapa lingkungan orang muda nyaris tidak kelihatan. Orang tua yang
mempunyai anak usia muda juga kurang memberikan dukungan pada anaknya
ikut berkegiatan di Gereja, tidak sedikit orang tua marah bila anaknya sering pergi
ke Gereja. Dijumpai pula, banyak orang tua mengajak anaknya untuk misa di
Gereja Santo Antonius Kota Baru sehingga Gerejanya sendiri tidak dikenal. Salah
satu contoh orang tua kurang mendukung anak adalah ketika ada kegiatan estafet
Salib AYD di Gereja. Dari data yang diperoleh jumlah OMK di Paroki Santo
Yusup Bintaran sekitar ± 200 jiwa, sementara yang aktif dan hadir pada kegiatan
estafet Salib AYD hanya pengurus dan panitia. Bahkan pada saat PENSI di
Gereja, tidak banyak orang tua yang datang. Orang tua kurang memberikan
apresiasi pada orang muda, sebab dengan orang tua hadir saja, orang muda sudah
merasa di dukung. Kunjungan pastoral yang dilakukan pastor Paroki ke setiap
lingkungan juga tidak dapat menjadi kesempatan berdialog dengan orang muda
karena orang muda tidak pernah hadir pada setiap kegiatan.
Hasil observasi yang dilakukan peneliti juga diperkuat dengan data yang
diperoleh dari pendamping OMK Paroki yang mengatakan, Gereja masih belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
mampu membangun dialog dengan orang muda, komunikasi sering kurang lancar,
orang tua enggan memberikan kepercayaan kepada orang muda untuk maju, orang
tua tidak menghimbau dan mendukung anak-anaknya untuk ikut berkegiatan di
Gereja bersama teman OMK lainnya. Fakta lain ditemukan bahwa relasi orang tua
dan orang muda tidak harmonis, dampaknya orang muda berjalan sendiri tanpa
pendampingan orang tua, padahal orang muda ingin di rangkul, ingin di dampingi
dan diberi kepercayaan, dan tanggungjawab. Demikian halnya dengan para ketua
lingkungan mereka kurang memberikan perhatian, dukungan dan kesempatan
kepada orang muda terlibat aktif di lingkungan.
Pada pertanyaan tentang harapan orang muda terhadap Gereja ditemukan
bahwa, Gereja harus lebih terbuka terhadap umat lain di luar Gereja. Gereja perlu
mengajak orang muda ikut ambil bagian pada tugas-tugas Gereja.
f. Menurut Anda, Apa Harapan Gereja Terhadap OMK?
Jawaban yang diperoleh dari responden tentang pendapatnya sehubungan
dengan harapan Gereja terhadap OMK, responden 1 mengatakan:
“OMK diharapkan bisa menjadi kader pemimpin Gereja dengan pola pikir
yang lebih fres (baru) dengan adanya ide-ide baru. Kaderisasi untuk suatu
pembaruan dan inovasi bagi kehidupan menggereja. Orang muda
melakukan sesuatu untuk membuka ruang bagi remaja. Karena selama ini
remaja kurang pendampingan. Agar OMK menyadari potensi diri, dan
yakin bahwa OMK punya potensi menjadi wadah bagi remaja”
(wawancara Sabtu, 28 Mei 2017).
Sementara responden 2 mengatakan: “Apa ya sus… bingung sus, kan ini
ada tahun orang muda… ya Gereja berarti berharap orang muda makin aktif di
Gereja” (wawancara Sabtu, 3 Juni 2017). Responden 3 mengatakan: “Orang
muda harus lebih bisa mengayomi yang lebih muda. OMK lebih berani tampil,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
karena pada kenyataannya ada banyak OMK yang memiliki kelebihan, tetapi
mereka tidak berani. Banyak OMK di Paroki tetapi yang tampil cuma orang-orang
itu aja” (wawancara Sabtu, 3 Juni 2017). Adapun responden 4 dan 5 memiliki
pemahaman yang sama yaitu agar OMK lebih berani tampil, lebih aktif di
lingkungan, dan bertanggung jawab dalam tugas-tugas yang diberikan oleh
Gereja.
Untuk menguji kebenaran data yang diperoleh, peneliti telah mengadakan
member check kepada masing-masing responden atas jawaban yang diungkapkan,
sehingga jawaban responden ini sungguh benar dan dapat dipercaya.
Dari hasil wawancara ditemukan bahwa OMK harus bisa menjadi kader
pemimpin, berinovasi, berani tampil dan lebih aktif terlibat di lingkungan. OMK
bisa menjadi kakak sulung dan tempat curhat anggota PIR. Orang muda
menyadari diri dengan potensi yang dimiliki agar dikembangkan untuk membantu
dan melayani Gereja.
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti, ditemukan fakta bahwa
harapan Gereja nampak senada dengan apa yang diungkapkan oleh responden.
Responden melihat dan merasakan apa yang menjadi harapan Gereja kepada
orang muda. Harapan Gereja ini sudah sedikit mereka realisasikan misalnya
menjadi pemimpin, mengkader diri dengan mulai berani memimpin di suatu
organisasi, dan berani tampil pada acara-acara Gereja. Orang muda mulai
menampilkan ide-ide baru pada saat misa orang muda dan misa PIA. Mereka
bertanggungjawab pada tugasnya masing-masing. Hal ini dibenarkan oleh romo
paroki dan pendamping OMK. Dalam wawancara dengan romo paroki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
mengatakan bahwa orang muda hendaknya lebih aktif di Gereja dengan tetap
melaksanakan tugas hariannya agar sejak muda mereka belajar terlibat dalam
hidup menggereja sehingga kelak mereka dewasa akan lebih aktif. OMK harus
bisa menjadi pelopor dan penggerak bagi teman-temannya, di Paroki, lingkungan,
dan di masyarakat. Tidak hanya penggerak di lingkup Paroki tetapi juga bergerak
ke tempat yang lebih luas seperti terlibat di bidang politik.
Kordinator OMK juga menghendaki agar OMK memiliki militansi, berani
menjadi perombak. Gereja sudah membuka kesempatan untuk orang muda agar
mengembangkan diri lewat kegiatan-kegiatan tujuannya agar orang muda
mengembangkan minat seperti di bidang politik. Mereka juga di harapkan menjadi
pelopor toleransi, dan memanfaatkan peluang untuk maju dengan bersedia di
kepanitiaan event-event Gereja.
Pada pertanyaan ini ditemukan bahwa baik responden, pastor paroki, dan
pendamping OMK mempunyai harapan yang sama yakni agar orang muda lebih
berani tampil, belajar mengkader diri dengan mulai aktif dalam kegiatan-kegiatan
di Gereja, agar orang muda berani tampil karena kelak masa depan Gereja ada
pada orang muda. Bila sejak awal orang muda aktif, maka kelak mereka dewasa
akan lebih aktif.
g. Apa yang Anda Ketahui Tentang Pewartaan?
Pada pertanyaan tentang pemahaman responden tentang pewartaan
diperoleh jawaban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Responden 1 mengatakan:
“Pewartaan adalah tim kerja yang mewartakan Injil atau Kabar Gembira
lewat berbagai cara. Lewat berbagai cara menyampaikan nilai-nilai injil
lewat PIOM, dengan sasaran usia yang berbeda-beda” (wawancara Sabtu,
28 Mei 2017).
Adapun responden 2 mengatakan “tidak tahu apa itu pewartaan, saya
bingung menjawabnya” (wawancara Sabtu, 3 Juni 2017). Demikian pula
responden 3 juga tidak tahu, malah menjawab sarana, sebagai wadah pewartaan
seperti PIA, PIR, OMK (wawancara Minggu, 4 Juni 2017). Sedangkan responden
4 mengatakan “Apa ya, pewartaan adalah mewartakan sukacita Injil kepada semua
orang dan mengajak umat untuk menjadi pewarta sabdaNya. Yang diwartakan
adalah sukacita Kristus, itu saja yang saya tahu” (wawancara Kamis, 7 Juli 2017)
dan responden 5 mengatakan: ”… mewartakan kabar sukacita kepada sesama
yang dijumpai …” (wawancara Sabtu, 8 Juli 2017).
Kebenaran data yang diperoleh, peneliti telah menguji data dengan
mengadakan member check kepada masing-masing responden atas jawaban yang
diungkapkan, sehingga jawaban responden ini sungguh benar dan dapat dipercaya.
Dari hasil wawancara ditemukan bahwa pemahaman orang muda tentang
pewartaan belum tepat, sebab mereka bingung memberikan jawaban, ada yang
mengatakan sarana, ada yang mengatakan tim kerja, dan ada yang tidak tahu sama
sekali.
Dari hasil observasi yang dilakukan, ditemukan fakta bahwa secara konsep
responden tidak tahu arti pewartaan. Mereka hanya melaksanakan tugas di bidang
pewartaan. Apa yang diwartakan mereka juga belum memahaminya dengan baik.
Mereka yang mendampingi PIA juga masih bingung apa yang diwartakan. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
pertanyaan apa arti pewartaan, ditemukan bahwa jawaban responden belum tepat.
Hampir semua responden tidak dapat memberikan jawaban.
h. Apa Bentuk Pewartaan yang Dilakukan oleh Gereja Paroki Anda?
Pada pertanyaan ini diperoleh jawaban dari responden 1 mengatakan
bentuk pewartaan adalah “EKM, Sekolah Minggu, rekoleksi OMK, Rekoleksi
PIR” (wawancara Sabtu, 28 Mei 2017), sementara responden 2 dan 3 mengatakan
tidak tahu.
Responden 4 mengatakan:
“Ada pendampingan iman kepada anak-anak, remaja, OMK, lalu dewasa,
usia lanjut terus juga ada e…apa ya…pendampingan bagi mereka yang
akan menerima sakramen inisiasi, jadi kalau yang di Bintaran ini selain
pendampingan pada calon baptis, krisma juga ada di sini. Terus lainnya
ada juga bidang APP, dan mendampingi katekese, yah… itu saja”
(wawancara Kamis, 6 Juli 2017).
Responden 5 mengatakan:
“Sosialisasi PIA, BKSN, BKL,APP, dan adven yang saya tahu itu sih. Itu
ada ke anak-anak, orang muda juga untuk lingkungan. Kalau untuk remaja
saya tidak tahu. Musti yang dilakukan selama ini untuk anak-anak dan di
lingkungan, terus pengkaderan untuk para katekis setau ku ada”
(wawancara Sabtu, 8 Juli 2017).
Kebenaran data yang diperoleh, telah diuji oleh peneliti dengan
mengadakan member check kepada masing-masing responden atas jawaban yang
diungkapkan, sehingga jawaban responden sungguh benar dan dapat dipercaya.
Dari hasil wawancara diperoleh bahwa bentuk pewartaan yang ada di
Paroki diberikan lewat EKM, PIA, dan OMK. Bentuk lain diberikan lewat
sosialisai BKSN, BKL, dan APP.
Dari hasil observasi yang dilakukan ditemukan fakta bahwa belum semua
orang muda terlibat di bidang pewartaan. Ada responden yang tidak tahu bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
pewartaan maka ia tidak terlibat. Responden 4 tahu bentuk pewartaan yang
dilakukan oleh Gereja namun ia memilih untuk tidak aktif karena kurang percaya
diri. Responden 1 dan 5 cukup giat dalam tugas pewartaan yang ada di Paroki
yang diwujudkan lewat kegiatan PIA. Pewartaan disampaikan lewat kegiatan PIA
yang didalamnya terkadang disampaikan materi MKSN, BKL atau APP. Peneliti
juga telah mempelajari dokumen yang didapat dari sumber yang dapat dipercaya,
ditemukan fakta bahwa Gereja melakukan tugas pewartaan yakni lewat beberapa
bidang seperti timja Inisiasi, PIUD, PIA, PIR, OMK/PIOM, PIUL, Katekis,
Pemandu dan Kitab Suci.
Pada pertanyaan apa bentuk pewartaan yang ada di Paroki, ditemukan
bahwa beberapa responden belum memahami bentuk-bentuk pewartaan yang ada
di Paroki, tetapi dua diantara responden sudah dapat memberikan jawaban yang
tepat.
i. Apakah Anda Terlibat dalam Kegiatan Pewartaan di Paroki,
Lingkungan, dan Masyarakat? Bila (Ya/Tidak) Bentuknya apa,
berilah penjelasan dan mengapa anda terlibat?
Pada pertanyaan ini, penulis mencoba menggali jawaban tentang bentuk
kegiatan dan keterlibatan yang dilakukan OMK di Paroki, lingkungan, dan di
masyarakat sebagai wujud keterlibatannya di bidang pewartaan. Sekaligus
menggali alasan terlibat atau mengapa tidak bisa terlibat.
Responden 1 mengatakan:
“Ya, di Paroki terlibat sebagai pengurus PIA, PIOM, dan PIR. Bentuk
keterlibatan di PIR sebagai pendamping tugasnya menjadi jembatan antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
dewan dan pengurus, memantau event yang diadakan pengurus PIR tugas
mereka mengelola event, menjadi dewan penasehat bila ada kesulitan
membantu. Di PIA mengajar sekolah Minggu, terlibat dalam kepanitiaan
kalau ada acara ekaristi anak pada masa Natal, Paskah dan pesta, terlibat
juga menjadi panitia misa se-Kevikepan DIY. PIOM sebagai pengurus,
terkadang juga sebagai panitia pada event-event tertentu. Contoh sebagai
devisi acara pada rekoleksi di gua Maria Pereng dan Leadershep camp
sebagai devisi acara. Sebagai sekretaris pada misa OMK. Dalam rangka
kegiatan AYD juga sebagai devisi acara. Di lingkungan pernah menjadi
panitia natal, juga sebagai ketua OMK dan menjadi jembatan antara OMK
lingkungan dengan OMK Paroki pada event-event di Gereja.
Dimasyarakat belum pernah terlibat, hanya menjadi warga masyarakat yag
baik saja” (wawancara Sabtu, 28 Mei 2017).
Responden 2 mengatakan:
“Peran saya menjadi anggota tim PIA. Saya ditugaskan menjadi sie
perlengkapan dan biasanya setiap kali mau bertugas timja membagi tugas,
tetapi saya memilih sie konsumsi yang paling aman sus. Saya pernah
memimpin doa tapi kalau saya disuruh memberi materi saya bingung sus.
Yang paling sering jadi konsumsi, datang membawa makanan, disobeki,
lalu dibagikan satu-satu” (wawancara Sabtu, 3 Juni 2017).
Sementara responden 3 mengatakan; “saya tidak aktif di Paroki, di
lingkungan, dan di masyarakat”. (wawancara Minggu, 4 Juni 2017). Demikian
juga responden 4 mengatakan: “… di Paroki tidak aktif tetapi di lingkungan
kadang-kadang aktif, perannya lebih banyak menjadi pemandu seperti pemandu
APP, adven, dan BKSN …” (wawancara Kamis, 6 Juli 2017). Sementara
responden 5 mengatakan: “ …Saya terlibat sebagai pemberi materi untuk PIA
menyampaikan materi APP, BKSN, adven, dan mengkader pemberi materi untuk
PIA di lingkungan …” (wawancara Sabtu, 8 Juli 2017).
Kebenaran data yang diperoleh, telah diuji oleh peneliti dengan
mengadakan member check kepada masing-masing responden atas jawaban yang
diungkapkan, sehingga pernyataan responden sungguh benar dan dapat dipercaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Pada pertanyaan ini, ditemukan bahwa wujud penghayatan yang dilakukan
setiap responden berbeda sesuai bakat dan kemampuannya. Orang muda sudah
terlibat di timja pewartaan PIA, mengajar dan mendampingi PIA yang
dilaksanakan setiap hari Minggu 1 sampai Minggu ke tiga, tidak setiap Minggu
tetapi sesuai jadwal yang telah diatur oleh timja PIA sebagai pengajar (pemberi
materi), menjadi animator, memimpin doa, atau memimpin lagu. Ada juga yang
terlibat sebagai konsumsi. Tetapi pada kesempatan lain atau bila ada kegiatan PIA
sebagai perlengkapan dan dekorasi. Namun ada juga yang tidak terlibat karena
baru bergabung di OMK dan lainnya minder karena kurang pengetahuan.
Dari hasil obeservasi yang dilakukan selama bulan Juni, peneliti
menemukan fakta bahwa responden 1, 2, dan 5 memang terlibat di bidang
pewartaan yakni kegiatan PIA, tetapi yang aktif dan sungguh-sungguh
bertanggungjawab dengan tugasnya adalah responden 1 dan 5. Responden 2, 3,
dan 4 menurut pengamatan peneliti tidak ditemukan partisipasinya. Sementara
responden 2 belum melaksanakan tugas pendampingan PIA setiap hari Minggu.
Fakta yang ditemukan peneliti di lapangan dibenarkan oleh pendamping OMK
yang mengatakan bahwa responden 1 dan 5 aktif dan selalu melaksanakan tugas
mendampingi PIA. Sedangkan responden 2 jarang melaksanakan tugas
pendampingan PIA. Untuk responden 3 selama ini memang belum pernah terlibat
di bidang pewartaan. Adapun responden 4 aktif di lingkungan tetapi tidak aktif di
Paroki.
Pada pertanyaan ini ditemukan bahwa, hampir semua i responden teribat
dalam kegiatan pewartaan di Paroki dan di lingkungan. Responden 3 tidak terlibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
di Paroki dan di lingkungan. Responden 1, 2, 5 terlibat di Paroki tetapi tidak
terlibat di lingkungan, sedangkan responden 4 terlibat di lingkungan namun tidak
aktif di Paroki.
j. Apa Alasan Anda Aktif di Bidang Pewartaan?
Dari pertanyaan yang diajukan kepada responden mengenai alasan terlibat
di bidang pewartaan, peneliti mendapatkan pernyataan dari responden 1
mengatakan: “Karena senang ikut terlibat apalagi menjadi panitia. Untuk kegiatan
kepanitiaan paling senang kalau menjadi devisi acara” (wawancara Sabtu, 28 Mei
2017).
Responden 2 mengatakan:
“Ya senang-senang saja sih. Saya tidak mau terlibat terlalu banyak.
Senang melihat anak kecil apalagi melihat anak polos-polos gitu. Setiap
hari Minggu saya ikut mendampingi PIA, di PIA saya juga bisa ketemu
dengan sepupu” (wawancara Sabtu, 3 Juni 2017).
Demikian pula responden 5 mengatakan “saya senang ikut terlibat
membantu Gereja karena ada kepuasan tersendiri bila bisa melayani” (wawancara
Sabtu, 8 Juli 2017). Sementara responden 3 dan 4 mereka tidak terlibat di bidang
pewartaan ini. Responden 3 mengatakan:”saya baru bergabung di OMK sehingga
belum bisa terlalu banyak berbuat, lagi pula saya sibuk kuliah” (wawancara
Minggu, 4 Juni 2017). Sedangkan responden 4 mengatakan “saya cukup di
bidang liturgi saja, saya menyadari sedikit pemahaman, di bidang pewartaan,
menjadi pewarta berarti perlu memiliki pengalaman dan juga pendidikan”
(Wawancara Kamis, 6 Juli 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Kebenaran data yang diperoleh, telah diuji oleh peneliti dengan
mengadakan member check kepada masing-masing responden atas jawaban yang
diungkapkan, sehingga pernyataan responden sungguh benar dan dapat dipercaya.
Pada pertanyaan apa yang menjadi alasan aktif di bidang pewartaan,
ditemukan bahwa responden senang terlibat apalagi ada event-event menjadi
panitia dan bertugas di devisi acara. Dengan melayani merasakan ada suatu
kebahagiaan lebih mendalam. Rasa senang nampak ketikan responden konsisten
pada tugas dan tanggungjawabnya, juga bahwa hampir tidak pernah absen
mendampingi PIA setiap Minggunya.
Dari hasil observasi ditemukan fakta bahwa responden telah melakukan
tugas pelayanan di bidang pewartaan PIA. Responden 1, dan 5 melakukan
tugasnya dengan gembira, nampak mereka berdua mendampingi PIA di aula
Paroki setiap hari Minggu pertama dan kedua pada bulan Juni 2017. Responden 1
membuat contoh prakarya dan mengajak gerak dan lagu, sedangkan responden 5
menyampaikan materi PIA dan memberikan pengarahan. Untuk responden 2, 3,
dan 4 tidak nampak partisipasinya di bidang pewartaan. Hal ini di benarkan oleh
pendamping OMK yang mengatakan bahwa responden 1 memang senang terlibat.
Hampir semua event PIA dia berperan sebagai devisi acara yang diamini oleh
responden 5 yang juga rekan kerjanya di timja PIA. sedangkan responden 2
memang tidak banyak terlibat di PIA, kalau ada kegiatan PIA ia sebagai devisi
dekorasi, perlengkapan, dan konsumsi. Tentang keterlibatan mereka di lingkungan
diakui orang muda sangat jarang. Romo paroki juga mengatakan bahwa orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
muda belum aktif di lingkungan sebab dari pengalaman, orang muda sangat sulit
untuk ikut berkegiatan di lingkungan, demikian halnya di masyarakat.
Pada pertanyaan ini ditemukan bahwa, semua responden menyatakan
senang ikut terlibat di bidang pewartaan. Membantu dan melayani orang lain
merupakan suatu kepuasan tersendiri bagi mereka.
k. Apa yang Anda Mengerti Tentang Liturgi?
Dari pertanyaan yang diajukan kepada responden mengenai apa arti liturgi,
peneliti menemukan jawaban dari responden 1 mengatakan; “Tim kerja yang
menangani hal-hal liturgis dalam Gereja seperti panduan misa, pemazmur,
organis” (wawancara Sabtu, 28 Mei 2017). Responden 2 mengatakan: “Setau
saya sih merayakan ekaristi yang didalamnya ada sabda dan ekaristi, itu sih sus.
Pengetahuan saya sih kurang mendalam” (wawancara Sabtu, 3 Juni 2017).
Sedangkan responden 3 mengatakan; “Perayaan iman bersama semua umat
beriman” (wawancara Minggu, 4 Juni 2017). Responden 4 mengatakan: “liturgi
itu adalah suatu perayaan iman Gereja yang dilakukan dengan partisipasi seluruh
warga Gereja umat Allah, yaitu Gereja Bintaran, umat Allah yang mengimani
Kristus” (wawancara Kamis, 6 Juli 2017). Sedangkan responden 5 mengatakan:
“saya bingung, tidak tahu. Ini saya jujur, saya bingung menjawab …” (wawancara
Sabtu, 8 Juli 2017)
Kebenaran data yang diperoleh dari responden telah diuji oleh peneliti
dengan mengadakan member check kepada masing-masing responden atas
jawaban yang diungkapkan, sehingga pernyataan responden sungguh benar dan
dapat dipercaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Pada pertanyaan ini, ditemukan bahwa arti liturgi adalah tim kerja yang
menangani hal-hal liturgis dalam Gereja. Merayakan ekaristi yang di dalamnya
ada sabda dan ekaristi. Suatu perayaan iman Gereja yang dilakukan dengan
partisipasi seluruh warga Gereja umat Allah yang mengimani Kristus dan ada
yang tidak tahu.
Dari hasil observasi ditemukan fakta bahwa,pengetahuan responden
tentang liturgi masih sebatas terlibat dalam timja liturgi sebagaimana yang
dilakukan selama ini yakni menjadi timja yang menangani hal-hal yang liturgi
seperti pengadaan buku panduan misa. Sementara beberapa orang muda lainnya
sudah sedikit menghayati liturgi sebagai perayaan iman yang wujudkan dalam
suatu persekutuan yang diwujudkan dengan mengikuti ekaristi setiap hari Minggu.
Pada pertanyaan ini ditemukan bahwa hampir semua responden tidak
dapat memberikan jawaban yang benar. Responden 3 dapat memberikan jawaban
lebih baik daripada responden lain.
l. Apa Saja Bentuk Liturgi yang Dilakukan oleh Gereja Paroki Anda?
Dari pertanyaan yang diajukan kepada responden, peneliti menemukan
jawaban tentang bentuk-bentuk liturgi yang dilakukan oleh Gereja di Parokinya.
Responden 1 mengatakan: “Lewat timja lektor, PPA, paramenta, padus, organis,
tatalaksana, dan prodiakon” (wawancara Sabtu, 28 Mei 2017). Responden 2
mengatakan: “Liturgi terdiri dari dua bagian yaitu liturgi sabda dan liturgi
ekaristi” (wawancara Sabtu, 3 Juni 2017). Sedangkan responden 3 tidak dapat
memberikan jawaban dengan mengatakan ”saya tidak tahu sus” (wawancara
Minggu, 4 Juni 2017). Adapun responden 4 dan 5 mengatakan senada bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
dalam liturgi ada perayaan ekaristi harian, mingguan, hari raya, penerimaan
sakramen-sakramen, ibadat adorasi, dan devosi-devosi.
Untuk menguji kebenaran data yang diperoleh, peneliti telah mengadakan
member check kepada masing-masing responden atas jawaban yang diungkapkan,
sehingga jawaban responden sungguh benar dan dapat dipercaya.
Pada pertanyaan ini, ditemukan bahwa responden belum memahami betul
bentuk-bentuk liturgi yang dilakukan oleh Parokinya. Ada yang mengatakan lewat
timja yang ada di Paroki. Ada pula yang mengatakan bentuknya liturgi sabda dan
ekaristi, namun ada juga yang tidak tahu.
Dari hasil observasi ditemukan fakta bahwa beberapa responden sangat
jarang ditemukan partisipasinya di bidang liturgi misalnya menjadi lektor,
organis, dan tatalaksana. Bagi orang muda, merayakan ekaristi setiap hari Minggu
dirasa sudah cukup. Selebihnya orang muda lebih banyak melakukan kegiatan-
kegiatan yang bersifat non liturgis seperti melakukan bakti sosial. Kegiatan ini
pun baru terlaksana menjelang kegiatan AYD 2017, sebelumnya orang muda
belum aktif.
Pada pertanyaan ini ditenukan bahwa hampir semua responden belum tahu
dengan pasti bentuk-bentuk liturgi yang dilakukan oleh Gereja Parokinya. Ada
jawaban responden baru pada petugas liturgi saja tetapi ada juga yang baru pada
pehamanan ikut merayakan ekaristi dan devosi.
m. Bagaimana Anda Aktif Dalam Kegiatan Liturgi di Paroki, dan di
Lingkungan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Pada pertanyaan ini, penulis mencoba menggali pernyataan tentang bentuk
kegiatan yang dilakukan orang muda di Paroki, dan di lingkungan sebagai wujud
keterlibatannya di bidang liturgi. Sekaligus menggali alasan ia terlibat atau alasan
tidak terlibat. Jawaban atau pernyataan responden atas pertanyaan di atas
diperoleh seperti berikut:
Responden 1 mengatakan:
“Terlibat sebagai putra Altar sejak 2008-2012 dan ikut Padus Fidelis sejak
tahun 2015. Menjadi lektor hanya pada saat dibutuhkan. Pernah lektor di
Paroki dan di lingkungan pada saat-saat tertentu. Pernah juga menjadi
pemazmur juga pernah namun tidak menjadi anggota. Di lingkungan saya
tidak terlibat, di masyarakat saya cukup menjadi masyarakat yang baik
saja” (wawancara Sabtu, 28 Mei 2017).
Responden 2 mengatakan:
“Ikut bernyanyi, saya bernyanyi sus….apalagi kalau romo bernyanyi
Tuhan datang padaku, bersabdalah saja hambamu kan sembuh (sambil
dinyanyikan). Tapi kalau misa bahasa jawa seperti lagu bapa kami saya
tidak bisa sus…..saya pakai bahasa Indonesia saja”. Kalau ada amin-amin
gitu ya saya jawab gitu. Peranserta lain saya yah… kalau ada kolekte ya
saya kolekte. Peran saya sebagai umat saja, dulu waktu PPA membantu
imam, sekarang yah….jarang-jarang ikut kor, setelah dikatain suara jelek
jadi tidak mau ikut kor. Soalnya pernah ada teman yang ngatain saya, pada
waktu latihan dikatain….kamu not saja yang lain kata-kata, jadi saya desih
dan sakit hati sus. Sekarang saya tidak mau lagi latihan kalau ada pelatih
itu. Tetapi kalau tidak ada, saya mau ikut meskipun suara jelek dan kurang
enak dengan teman-teman. Ada sus pernah jadi lektor. Pertama kali
menjadi lektor degdegan sus….grogi…apalagi bacaannya panjang”
(wawancara Sabtu, 3 Juni 2017).
Responden 3 mengatakan:
“Setiap Minggu sore selalu misa, mendengarkan dan menyimak homili
romo dan melakukannya dalam hidup sehari-hari. Meskipun suara tidak
bagus tetapi ikut anggota kor OMK, kor lingkungan belum pernah. Pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
juga menjadi mesdinar, menjawab/menanggapi dialog dari romo, sebagai
umat ikut bernyanyi, dan menyambut komuni” (wawancara Minggu, 4
Juni 2017).
Adapun responden 4 dan 5 juga mengatakan bahwa mereka berpartisipasi
bila merayakan liturgi di Gereja. Di Paroki saya terlibat menjadi lektor bahkan
menjadi kordinator lektor, ikut kor meskipun suara tidak bagus, ikut rosario di
lingkungan dan di Paroki terkadang diminta memimpin rosario dan adorasi. Ikut
bernyanyi, kolekte dan bertugas tatalaksana pada saat perayaan ekaristi demikian
dikatakan responden 4 (wawancara Kamis, 6 Juli 2017). Sedangkan responden 5,
ia mengatakan ikut kor bila tidak ada yang tugas. Keterlibatan lain ikut bernyanyi
dan petugas tatalaksana (wawancara Sabtu, 8 Juli 2017).
Kebenaran data yang diperoleh, telah diuji dengan mengadakan member
check kepada masing-masing responden sehingga pernyataan responden sungguh
benar dan dapat dipercaya.
Dari hasil wawancara diperoleh bahwa orang muda sudah terlibat di
bidang liturgi, terlebih pada saat merayakan ekaristi. Peranserta pada saat ekaristi
misalnya dilakukan dengan ikut bernyanyi, kolekte, lektor bila dibutuhkan, kor
pada saat hari besar Gereja dan menggantikan petugas kor yang tidak datang.
Dari hasil observasi ditemukan fakta bahwa responden rajin mengikuti
ekaristi di Gereja Santo Yusup Bintaran pada hari Minggu sore. Dari pengamatan
peneliti selama bulan Juni sampai awal bulan Juli, responden selalu duduk
bersama satu kelompok dan selalu misa pada Minggu sore. Mereka mengikuti
ekaristi dengan aktif. Minggu tanggal 25 Juni mereka duduk dibangku kor karena
petugas tidak datang. Mereka bertugas secara spontan sehingga lagu-lagu
disiapkan secara mendadak dan dinyanyikan bersama umat. Berbeda dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
responden 4, ke Gereja selalu sendiri, hampir setiap misa harian maupun Minggu
bertugas lektor. Hasil observasi ini juga dibenarkan oleh pendamping OMK yang
mengatakan bahwa mereka rajin mengikuti ekaristi dan terlibat aktif. Mereka
selalu duduk bersama-sama dengan temannya.
Pada pertanyaan ini ditemukan bahwa keterlibatan di bidang liturgi baru
sampai pemahaman terlibat menjadi petugas liturgi. Mengikuti ekaristi dan
berpartisipasi pada saat ekaristi merupakan wujud keterlibatan dalam liturgi.
n. Apa Alasan Anda Aktif di Bidang Liturgi?
Dari pertanyaan yang diajukan kepada responden mengenai alasan terlibat
di bidang liturgi, peneliti mendapatkan pernyataan dari responden 1 mengatakan:
“Karena senang bernyanyi. Menjadi putra Altar karena ikut berpartisipasi sebab
waktu itu baru ikut komuni” (wawancara Sabtu, 28 Mei 2017). Responden 2, 3, 4,
dan 5 juga memberikan jawaban senada dimana mereka senang ikut bernyanyi
meskipun suara tidak bagus. Di bidang liturgi saya juga terlibat merancang misa
PIA pada hari-hari raya demikian dikatakan oleh responden 1 dan 5.
Untuk menguji kebenaran data yang diperoleh, peneliti telah mengadakan
member check kepada masing-masing responden atas jawaban yang diungkapkan.,
sehingga pernyataan responden sungguh benar dan dapat dipercaya.
Pada pertanyaan ini, ditemukan bahwa alasan responden mau terlibat di
bidang liturgi karena senang bernyanyi. Keterlibatannya di liturgi karena rasa
tanggungjawab sebagai kordinator PIA dan timja Pewartaan PIA.
Dari hasil observasi ditemukan fakta bahwa pada saat merayakan ekaristi
responden mengikutinya dengan aktif. Mereka ikut benyanyi meskipun tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
bertugas kor. Mereka pernah kor pada saat petugas tidak datang. Hasil observasi
ini dibenarkan oleh pendamping OMK, yang mana telah menyaksikan dan
mengamati gerak OMK selama mengikuti ekaristi. Sedangkan responden 4, ia
rajin bertugas lektor pada saat perayaan ekaristi pagi hari maupun ekaristi pada
Minggu pagi.
Pada pertanyaan ini ditemukan bahwa hampir semua responden
mengatakan senang terlibat di bidang liturgi tetapi secara khusus pada saat ikut
kor. Rasa senang juga diungkapkan lewat keterlibatan pada saat merayakan
ekaristi. mengikuti misa dengan sukacita, ikut bernyanyi dan ambil bagian
menjadi petugas liturgi.
o. Apa Kesulitan Anda untuk Terlibat Kegiatan di Paroki dan di Lingkungan?
Dari pertanyaan yang diajukan kepada responden mengenai kesulitan yang
dihadapi untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja peneliti mendapatkan
jawaban bahwa hampir semua responden mengatakan kesulitan yang dialami
adalah soal waktu. Sebagaimana dikatakan oleh responden 1, “… ketika SMA
aktif di sekolah sehingga sulit mengatur waktu…” (wawancara Sabtu, 28 Mei
2017). Responden 2 mengatakan: sekarang sudah sibuk banyak pekerjaan di
tempat kerja dan sering pulang malam. Sedangkan responden 3 mengatakan:”saya
masih fokus kuliah, dan kuliahnya padat sampai malam sehingga tidak bisa ikut
kegiatan di lingkungan (wawancara Minggu, 4 Juni 2017). Demikian pula
responden 4 mengatakan, kesulitan yang dialami misalnya pada saat ada lembur di
tempat kerja (wawancara Kamis, 6 Juli 2017). Responden 5 mengatakan kendala
yang dihadapi adalah waktu, karena kebanyakan kegiatan di lingkungan diadakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
pada malam hari. Terkadang juga kegiatan di Paroki dan di lingkungan bersamaan
sehingga saya harus prioritas memilih mana yang lebih di dahulukan (wawancara
Sabtu, 8 Juli 2017).
Untuk menguji kebenaran data yang diperoleh, peneliti telah mengadakan
member check kepada masing-masing responden atas jawaban yang diungkapkan.,
sehingga jawaban responden sungguh benar dan dapat dipercaya.
Dari hasil wawancara diperoleh bahwa orang muda mengalami kesulitan
pada waktu. Kesempatan untuk terlibat di Paroki dan di lingkungan terhalang
karena waktu. Banyak orang muda yang masih kuliah dan sudah bekerja. Jam
kuliah yang padat dan kerja lembur membuat mereka pulang sampai malam. Juga
banyak kegiatan yang mau diikuti tetapi waktunya kadang-kadang bersamaan
sehingga harus membuat prioritas.
Dari hasil observasi ditemukan fakta bahwa meskipun padat jadwal
kegiatan, responden 1 dan 5 selalu konsisten mendampingi PIA. Jadwal padat
tidak menghalangi mereka melayani bahkan responden 4 rela mengorbankan
pekerjaan di kantor untuk mengurus keperluan kegiatan AYD. Sedangkan
responden 2 dan 3 mereka jarang hadir pada kegiatan di Paroki, tetapi ketika ada
kegiatan penerimaan salib AYD di Gereja Bintaran mereka bisa memberikan
waktunya. Responden 4 memang tidak nampak pada kegiatan AYD, tetapi setiap
pagi ia ikut misa kudus dan sering bertugas lektor.
Pada pertanyaan ini ditemukan bahwa semua responden mengatakan
kesulitan untuk dapat terlibat di Paroki maupun di lingkungan adalah waktu.
Semua responden memiliki kesibukan diantaranya sebagai pekerja maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
sebagai mahasiswa. Letih menjalani rutinitas sebagai pekerja dan mahasiswa
membuat orang muda enggan ikut kegiatan di Paroki dan di Lingkungan.
p. Apakah Anda Berusaha Mengatasi Kesulitan untuk aktif dalam
Hidup Menggereja? Bila ya/tidak berilah alasan!
Dari pertanyaan yang diajukan kepada responden mengenai usaha yang
dilakukan mengatasi kesulitan untuk aktif kegiatan hidup menggereja di Paroki
dan di Lingkungan, peneliti mendapatkan pernyataan dari responden 1 yang
mengatakan: “… caranya dengan berusaha untuk pintar-pintar bagi waktu, tidak
usah malas-malas, berusaha mengatur waktu …” (wawancara Kamis, 28 Mei
2017).
Responden 2 mengatakan:
“Untuk sekarang ini saya tidak bisa banyak aktif karena terdang hari
Minggu pun saya masuk kerja. Tetapi ya…pintar-pintar bagi waktu saja.
Paling kalau saya datang kegiatan OMK di Paroki saja, di lingkungan
tidak pernah lagi” (wawancara Sabtu, 3 Juni 2017).
Responden 3 mengatakan “biasanya sih Mengatur waktu supaya bisa
membantu di Gereja (wawancara Minggu, 4 Juni 2017).
Responden 4 mengatakan:
“…Mengatasinya ya…namanya lembur tidak bisa toleran, terpaksa saya
tidak bisa datang ke lingkungan, tetapi ini kan tidak sering ada lembur.
Sebisa mungkin saya pasti ikut kegiatan di lingkungan. Untuk di Paroki
tugas saya sebagai kordinator lektor ya…saya selalu mngusahakan datang
setiap hari ke Gereja untuk misa kudus dan juga untuk memantau petugas.
Bila ada yang tidak datang, saya siap menggantikannya (wawancara
Kamis, 6 Juli 2017).
Sedangkan responden 5 mengatakan: “…Ya..saya lebih memilih, misalnya
saya tidak terlibat di lingkungan tapi saya harus prioritas, misalnya di Gereja ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
kegiatan yah…Gereja lebih membutuhkan aku ya saya lebih memilih di Gereja,
itu kalau menurut waktu …” (wawancara Sabtu, 8 Juli 2017).
Untuk menguji kebenaran data yang diperoleh, peneliti telah mengadakan
member check kepada masing-masing responden atas jawaban yang diungkapkan
sehingga jawaban atau pernyataan responden sungguh benar dan dapat dipercaya.
Dari hasil wawancara diperoleh bahwa orang muda tetap mengusahakan
untuk terlibat di Paroki maupun di lingkungan. Berbagai cara diupayakan seperti
injin di tempat kerja, membagi-bagi waktu, memilih mana kegiatan yang lebih
membutuhkan untuk di kerjakan, bahkan mengorbankan waktu dengan setiap hari
ke Gereja memantau petugas lektor misa harian dan misa Minggu.
Dari hasil observasi ditemukan fakta bahwa orang muda lebih
memprioritaskan kegiatan di Paroki untuk keterlibatannya sementara di
lingkungan dan di masyarakat hampir tidak pernah diusahakan. Untuk Paroki
memang diakui orang muda mengusahakan untuk terlibat di berbagai kegiatan
yang diadakan di Paroki, meskipun jadwal les prifat padat seperti yang dialami
responden 1, ia selalu hadir pada setiap kegiatan yang diadakan di Paroki, namun
di lingkungan tidak pernah hadir. Dari pengamatan peneliti, dengan adanya
kegiatan menyambut Salib AYD di Keuskupan Agung Semarang, orang muda
yang tadinya tidak pernah hadir pada kegiatan Gereja sekarang sudah mulai ikut
kegiatan di Paroki, meskipun jumlahnya sedikit tetapi ini sudah diapresiasi oleh
pastor paroki dan kordinator OMK.
Pada pertanyaan ini ditemukan bahwa semua responden mengatakan
mereka berusaha mengatasi kesulitan yang dihadapi. Setiap responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
mengusahakan sendiri dengan kondisi dan situasi yang dihadapi agar dapat aktif
di Paroki maupun di lingkungan. Setiap responden tetap berupaya agar dapat
terlibat meskipun baru di Paroki.
B. Pembahasan
Pada bagian ini penulis akan membahas dan mendeskripsikan secara
kualitatif penghayatan hidup menggereja OMK di Paroki Santo Yusup Bintaran,
Yogyakarta. Deskripsi kualitatif hidup menggereja orang muda diuraikan pada
setiap pertanyaan wawancara.
1. Arti Gereja
Menurut buku Iman Katolik, arti Gereja dilihat dari arti kata. Kata
“Gereja” berasal dari kata igreja yang merupakan ejaan Portugis, untuk kata Latin
ecclesia, yang berasal dari bahasa Yunani. Arti Gereja menurut kata Yunani
berarti “kumpulan” atau “pertemuan” atau “rapat”. Kumpulan yang dimaksud
adalah kelompok orang yang sangat khusus. Untuk menunjukkan kekhususan itu
maka dipakai kata “jemaat”atau “umat”. Jadi Gereja adalah umat yang dipanggil
Tuhan (Iman Katolik, 1996:332).
Menurut Kitab Suci, Gereja diartikan sebagai jemaat Allah, sebagaimana
pada zaman Para Rasul, Jemaat Perdana memahami diri dan merumuskan karya
keselamatan Tuhan diantara mereka. Mereka berkata “Gereja Allah” atau “jemaat
Allah”. Paulus dalam suratnya mengatakan Gereja adalah jemaat Allah yang
dikuduskan dalam Kristus Yesus (1 Kor 1:2). Oleh Konsili Vatikan II sebutan
“Umat Allah” ini amat penting yaitu untuk menekankan bahwa Gereja bukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
pertama-tama suatu organisasi manusiawi melainkan perwujudan karya Allah
yang konkret. Dalam Kitab suci Perjanjian Lama dikatakan: “jika kamu sungguh-
sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka
kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa” (Kel
19:5). Gereja juga disebut Tubuh Kristus. Paulus dalam suratnya dikatakan bahwa
“sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, namum sekalipun
banyak merupakan satu tubuh …” (1 Kor 12: 12-13). Ini mau mengungkapkan
kesatuan jemaat, kendatipun ada aneka karunia dan pelayanan namun Gereja itu
satu. Sama seperti tubuh dimana setiap anggota tubuh saling membutuhkan.
kesatuan itu bukan hanya kesatuan antara manusia dengan jemaat lain tetapi juga
kesatuan antara jemaat dengan Allah. Sebab Kristus adalah kepala dan jemaat
adalah anggota tubuh-Nya. Gereja juga diartikan sebagai sakramen, yaitu tanda
dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia (LG
1). Gereja dapat dipandang dari dua sisi, pertama Gereja dari segi lahiriah yaitu
“kelompok yang tampak” yang dilengkapi dengan jabatan hierarkis karena hidup
di dunia. Yang kedua adalah Gereja bermakna “ilahi” karena merupakan “tubuh
mistik Kristus” dan adalah “persekutuan rohani” yang diperkaya dengan karunia-
karunia surgawi (Iman Katolik, 1996:339). Konsili merumuskan arti Gereja yakni
sebagai communion atau persekutuan.
Gereja disebut “himpunan orang-orang yang digerakkan untuk berkumpul
oleh Firman Allah, yakni, berhimpun bersama untuk membentuk umat Allah dan
yang diberi santapan dengan Tubuh Kristus, menjadi Tubuh Kristus” (KGK 777).
Himpunan umat Allah ini diwujudkan (secara lokal) dalam hidup berparoki. Di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
dalam Paroki himpunan umat Allah mengambil bagian dan terlibat dalam
mengembangkan pewartaan Kabar Gembira (kerygma), menghidupkan
peribadatan yang menguduskan (liturgia), membangun persekutuan (koinonia),
memajukan karya cintakasih/pelayanan (diakonia) sebagai murid-murid Tuhan.
Paulus dalam suratnya menegaskan bahwa Gereja yang dimaksudkan bukanlah
gedungnya tetapi kumpulan orang-orang yang percaya. Gereja juga disebut tubuh
Kristus, “Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia
telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada.
Dengan melihat keterangan yang disampaikan oleh responden dapat
diperoleh gambaran arti Gereja menurut orang muda. Hampir semua responden
mengatakan arti Gereja adalah tempat berkumpulnya umat beriman yang percaya
kepada Yesus. Menarik bahwa responden 1 mengatakan di dalam Gereja itu ada
umat yang menjadi satu keluarga, beribadah bersama, hidup bersama menjadi satu
keluarga, tetapi juga dikatakan bahwa Gereja merupakan suatu organisasi. Dalam
hal ini Konsili Vatikan II sudah menekankan bahwa Gereja bukan pertama-tama
suatu organisasi manusiawi melainkan perwujudan karya Allah yang konkret (LG
9). Maka dari itu diperoleh gambaran bahwa responden belum sesungguhnya
memahami dan mengerti arti Gereja. Jawaban responden baru pada arti Gereja
berupa bangunan fisik yang kelihatan dan suatu organisasi manusiawi, dan
persekutuan yang berkumpul dan percaya kepada Tuhan. Penghayatan sebagai
bagian dari Gereja dengan ambil bagian pada Tugas Yesus belum nampak dari
jawaban peserta. Arti persekutuan sebagai umat beriman juga belum dipahami
oleh responden.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Bila dilihat dari pendampingan iman yang diadakan oleh Gereja mula dari
PIA sampai pada OMK, kiranya pengertian Gereja sudah seharusnya dipahami
oleh responden. Namun kesadaran dan tanggungjawabnya sebagai orang muda
untuk memiliki pengetahuan tentang Gereja dirasa sangat minim. Itulah sebabnya
ketika ditanya lebih mendalam apa arti Gereja, hampir semua responden tidak
dapat memberikan jawaban yang baik.
2. Arti Hidup Menggereja
Hidup menggereja dapat diartikan sebuah tindakan atau aksi yang
dilakukan sebagai perwujudkan iman yang dihayati. Sebagaimana yang dilakukan
oleh Jemaat Perdana yang kisahkan dalam Kis 2:41-47. Berkat imannya pada
Yesus mereka memberi diri di baptis dan bertekun dalam pengajaran rasul.
Mereka selalu berkumpul memecahkan roti dan berdoa. Mereka yang telah
percaya bersatu, mereka menjual harta miliknya kemudian membagikannya
kepada semua orang yang membutuhkan. Cara hidup Jemaat Perdana ini juga
dihidupi oleh keluarga Kristen. Setiap persekutuan Gereja hendaknya melakukan
tugasnya sebagai pewarta (kerygma), bersama-sama memecahkan roti (liturgia),
masuk dalam suatu persekutuan (koinonia), dan bersedia memberikan pelayanan
pada semua orang yang membutuhkan (diakonia).
Dengan melihat keterangan yang disampaikan oleh responden dapat
diperoleh gambaran arti hidup menggereja menurut orang muda. Hampir semua
responden sudah dapat memberikan gambaran arti hidup menggereja. Menurut
responden 1, 3, 4, dan 5, hidup menggereja itu berarti dituntut peranserta setiap
orang beriman mengembangkan Gereja sesuai kemampuan masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Sebagai anggota Gereja, secara bersama menanggung dan menyelesaikan
permasalahan yang ada dalam Gereja. Pertisipasi yang dapat dilakukan dalam
hidup menggereja adalah menjadi salah satu pengurus di organisasi yang ada
dalam Gereja misalnya pengurus/timja Paroki. Sementara responden 2 belum
dapat memberikan jawaban yang tepat, namun ia memberikan gambaran cara
hidup menggereja yaitu seperti kelompok Karang Taruna, di sana seseorang dapat
ambil bagian dan terlibat membangkitkan Karang Taruna yang sudah lama
meredup.
Sebagai persekutuan Gereja, pemahaman orang muda tentang arti hidup
menggereja baru pada partisipasi melayani Gereja, yakni keterlibatan pada suatu
organisasi, peduli pada sesama, dan saling membantu. Responden belum sampai
pada pemahaman bahwa dalam hidup menggereja harus sampai pada keempat
bidang pelayanan Gereja sebagaimana telah dilakukan oleh Jemaat Perdana.
Hidup menggereja orang beriman harus diwujudkan dengan melakukan tugasnya
sebagai pewarta (kerygma), bersama-sama umat yang lain berhimpun pada hari
Minggu dan hari-hari Raya Gereja, berdoa dan memecahkan roti (liturgia),
terlibat dalam suatu persekutuan (koinonia), dan bersedia melayani semua orang
yang membutuhkan (diakonia).
3. Dasar Hidup Menggereja
Kisah hidup Jemaat Perdana dalam Kis 2: 41-47 adalah dasar hidup
menggereja. Kehidupan komunitas beriman ditandai dengan kerukunan dalam
persekutuan, berdoa bersama, saling memperhatikan, adanya solidaritas,
kepemilikan bersama, hubungan yang penuh kasih persaudaraan diantara anggota.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Maka jelaslah bahwa disana dapat ditemukan corak hidup menggereja yang
diwarnai dengan kegiatan-kegiatan menggereja seperti pewartaan (kerygma),
liturgi (liturgia), persekutuan (koinonia), dan pelayanan (diakonia).
Dengan melihat keterangan yang disampaikan oleh responden dapat
diperoleh gambaran tentang dasar hidup menggereja menurut orang muda.
Hampir semua responden belum mengetahui dasar hidup menggereja. Seperti
halnya dengan responden 2, 3, dan 5 yang mengatakan tidak tahu dasar hidup
menggereja. Menurut responden 1 dasar hidup menggereja adalah Injil,
pernyataan ini menarik karena menurut pemahamannya di dalam Injil dikatakan
meskipun manusia berbeda tetapi merupakan satu tubuh, tidak perlu adanya
konflik, harus sama-sama saling membantu dan memperhatikan. Dari jawaban
responden 1 ini menarik karena pemahamannya tentang hidup menggereja mulai
jelas. Hidup menggereja harus nampak dalam kehidupan komunitas beriman yang
ditandai dengan kerukunan dalam persekutuan. Dalam hidup menggereja harus
saling memperhatikan dan tidak membedakan satu dengan lainnya.
Sedangkan pemahaman beberapa responden lain tentang hidup menggereja
baru pada satu wujud tugas Gereja yakni di bidang pelayanan. Adapun bidang lain
seperti kesadaran sebagai umat beriman dalam hidup menggereja untuk bersama-
sama merayakan ekaristi, membangun persekutuan dan bertekun dalam pewartaan
belum nampak dari jawaban responden. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa responden belum memiliki pemahaman secara utuh tentang arti hidup
menggereja. Dengan pemahaman yang sempit, maka penghayatan hidup
menggereja orang muda juga terbatas. Besar kemungkinan apabila orang muda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
mengetahui dengan tepat dasar hidup menggereja, mereka dapat menghayati
hidup menggerejanya lebih baik.
4. Bentuk Penghayatan Hidup Menggereja yang dilakukan di Paroki,
Lingkungan, dan di Masyarakat.
Bentuk penghayatan hidup menggereja dapat diwujudkan seperti cara
hidup Jemaat Perdana. Gereja mengemban tugas Yesus sebagai imam nabi dan
guru. Untuk melaksanakan tugas ini Gereja merancang beberapa kegiatan yang
dilakukan untuk melayani umat yakni di bidang pewartaan, bidang liturgi, bidang
persekutuan, dan bidang pelayanan.
Gereja Santo Yusup Bintaran melaksanakan tugas Yesus sebagai imam,
nabi, dan guru diwujudkan lewat tim kerja di bidang pewartaan, bidang liturgi,
bidang persekutuan, dan bidang pelayanan. Setiap orang beriman sebagai wujud
kesatuannya dengan Gereja berpartisipasi mengembang tugas Gereja di dunia.
Masing-masing anggota Gereja dapat melayani Gereja lewat karunia yang
dimiliki. Tidak seorangpun dari antara anggota Gereja yang dapat mengabaikan
tugas ini, dan tidak seorangpun dapat mengatakan bahwa ia tidak mau terlibat.
Untuk itu orang muda sebagai generasi Gereja dapat terlibat aktif dalam
pelayanan atau kegiatan yang ada dalam Gereja.
Dengan melihat keterangan yang disampaikan oleh responden dapat
diperoleh gambaran tentang bentuk keterlibatan dalam hidup menggereja yang
dilakukan oleh orang muda di Paroki, Lingkungan, dan Masyarakat. Hampir
semua responden mengatakan mereka sudah mewujudkan hidup menggereja.
Namun keterlibatan orang muda baru terwujud pada bidang pewartaan di lingkup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Paroki. Pelayanan secara menyeluruh belum menjadi kesadaran orang muda,
mereka baru menghayati hidup menggereja dengan terlibat di Paroki sedangkan di
lingkungan mereka kurang memberikan diri. Dari semua jawaban responden
menunjukkan bahwa orang muda sudah ambil bagian dalam hidup menggereja
meskipun pada kenyataan mereka baru terlibat pada pelayanan pewartaan
pendampingan PIA. Mereka cenderung hanya melaksanakan tugas di Paroki
karena termasuk dalam timja Paroki. Hal ini menandakan bahwa hampir semua
orang muda di Paroki Santo Yusup Bintaran belum memiliki pemahaman yang
utuh tentang hidup menggereja.
Semangat hidup Jemaat Perdana dengan bertekun pada empat bidang,
yaitu pewartaan, liturgi, persekutuan, dan pelayanan belum menjadi semangat
hidup menggereja orang muda. Jemaat Perdana mewujudkan hidup
menggerejanya secara utuh dan tidak mengabaikan salah satu diantaranya,
sedangkan orang muda baru sampai bidang pewartaan dan liturgi. Minimnya
waktu dan pemahaman/pengetahuan membuat orang muda baru mewujudkan
hidup menggereja pada pendampingan PIA dan menjadi timja liturgi dan bertugas
sebagai lektor di Paroki.
5. Harapan OMK terhadap Gereja
Orang muda zaman sekarang adalah termasuk generasi Y, mereka lebih
terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi dan terlihat reaktif terhadap
perubahan lingkungan yang terjadi di sekelilingnya Salah satu karakteristiknya
adalah Percaya diri dan optimis. Lebih mudah menerima perubahan, karena lebih
open minded dan berkeinginan tinggi untuk belajar segala hal baru. Mereka lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
percaya diri tampil di depan forum dan mengemukakan pendapatnya
(https://dosen.perbanas.id/teori-generasi, diakses 7 April 2014).
Dengan melihat keterangan yang disampaikan oleh responden dapat
diperoleh gambaran harapan OMK terhadap Gereja. OMK merindukan agar
Gereja lebih terbuka kepada dunia luar, tidak hanya disekitar Gereja. Gereja perlu
melayani keluar misalnya dengan mengadakan bakti sosial. Gereja perlu
mengunjungi dan mengenal umatnya lebih mendalam, supaya terjalin relasi yang
akrab antara gembala (pastor paroki) dan umatnya, khususnya kaum muda. Gereja
perlu menyapa orang muda secara personal. Informasi dari Gereja harus sampai
kepada orang muda sehingga tidak hanya sebagian orang muda saja yang
menerima informasi sedangkan yang lain terabaikan. Pentingnya dialog antara
orang tua dengan orang muda khususnya ketua-ketua lingkungan agar giat
menjalin relasi dengan orang muda dan menjadikan mereka rekan kerja.
Umumnya responden menghendaki agar Gereja mengajak orang muda
berdialog dan merangkul mereka dengan demikian banyak orang muda yang akan
terlibat dalam hidup menggereja. Peneliti menemukan sesuatu yang menarik dari
responden 4 yang mengatakan agar Gereja mengadakan pendekatan secara
personal kepada orang muda. Beberapa orang muda ingin terlibat, namun karena
kurangnya pendekatan baik dari Paroki, ketua lingkungan dan pengurus OMK
membuat orang muda pasif dalam hidup menggereja. Selain itu banyak orang
muda malas dan enggan terlibat di Gereja dengan alasan kesibukan pribadi.
6. Harapan Gereja terhadap OMK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Orang muda adalah generasi yang akan meneruskan pewartaan Yesus,
oleh karena itu dalam Kitab Suci Perjanjian Lama diungkapkan , Allah menaruh
harapan besar kepada orang muda. Allah sangat mengapresiasi orang muda dan
memanggil mereka sebagai rekan kerja-Nya (Komisi Kepemudaan KWI, 2014:
42).
Dalam kitab suci Perjanjian Baru, Yesus juga menaruh perhatian dan
memberikan kepercayaan kepada orang muda. Yesus memberikan mereka tugas
sebagai pemimpin Gereja. Yesus mengakui pentingnya peranserta dan
sumbangsih orang muda bagi Gereja (Komisi Kepemudaan KWI, 2014: 42-43).
Dengan melihat keterangan yang disampaikan oleh responden dapat
diperoleh gambaran pendapat orang muda tentang harapan Gereja terhadap orang
muda. Dari jawaban ditemukan bahwa hampir semua responden menghendaki
agar OMK lebih banyak aktif di Gereja. Keterlibatan itu dapat diwujudkan lewat
tugas-tugas yang dipercayakan kepada mereka misalnya sebagai timja
pendampingan PIA, devisi acara, devisi dokumentasi, dekorasi dan lain-lain. Paus
Yohanes Paulus II mengatakan; dunia dan Gereja sangat membutuhkan orang
muda dan mengajak orang muda untuk mencintai Gerejanya dengan mulai
berpartisipasi aktif dalam misinya (Komisi Kepemudaan KWI, 2014: 48). Untuk
itulah Paus mengharapkan agar orang muda mencintai Gereja dengan peduli dan
ambil bagian pada tugas-tugas yang diemban Gereja. Orang muda juga harus aktif
di dalam komunitas maupun di luar komunitasnya. Orang muda tidak lagi hanya
memikirkan diri sendiri tetapi mulai memikirkan orang lain, hidupnya harus lebih
bermakna bagi sesamanya (Komisi Kepemudaan KWI, 2014: 69).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Kebermaknaan hidup bagi orang lain setidaknya sudah menggema dalam
diri orang muda meskipun pada kenyataannya mereka masih berbenturan pada
kepentingan pribadi. Gejolak mementingkan diri sendiri masih kuat dalam diri
orang muda. Banyak orang muda belum memiliki kesadaran untuk menjadikan
dirinya bermakna bagi orang lain. Kalau orang muda mencintai Gerejanya
setidaknya kesadaran untuk terlibat mengembangkan Gereja sudah mulai tertanam
dalam dirinya. Tetapi jika rasa cinta pada Gereja kurang atau bahkan tidak ada,
maka dengan sendirinya kesadaran itu akan redup dan bahkan mati.
Dari pendapat responden jelas terlihat bahwa harapan Gereja sudah senada
dengan harapan orang muda. untuk itu perlu komunikasi antar kedua belah pihak,
yakni orang tua dan orang muda. Orang muda tidak harus menunggu Gereja untuk
merangkul dan mengajak terlibat, tetapi mulai ada kesadaran keluar dari diri
sendiri dan memberikan perhatian pada yang lain. Selain itu, Gereja juga perlu
memberikan kepercayaan kepada orang muda, mengajak mereka untuk lebih
banyak terlibat, memberikan kesempatan kepada orang muda mengembangkan
potensi diri agar lebih banyak tampil, dan belajar bersosialisasi, sehingga mereka
memiliki keberanian menjadi pemimpin dikemudian hari.
7. Arti Pewartaan
Pewartaan artinya mengatakan tentang Kabar Gembira bahwa dalam diri
Yesus Kristus, Allah menyelamatkan manusia. Pewartaan tentang Yesus Kristus
harus dilaksanakan tanpa henti agar umat beriman dapat berjumpa dengan Yesus
Kristus dan mengenal-Nya (Ardhisubagyo, 1087: 27).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Melalui bidang karya ini, umat beriman Kristiani diberi kepercayaan,
dipanggil dan diutus Yesus untuk mengambil bagian dalam tugas pewartaan
Kabar Gembira (LG 35). Pewartaan (kerygma) ini dapat dilakukan lewat berbagai
cara seperti melayani sabda lewat kotbah, evagelisasi, katekese, media
komunikasi, dan melayani sakramen melalui tujuh sakramen.
Dengan melihat keterangan yang disampaikan oleh responden dapat
diperoleh gambaran arti pewartaan menurut orang muda. Pengetahuan orang
muda tentang pewartaaan baru sebatas tim kerja yang mewartakan Injil lewat
berbagai cara seperti lewat PIA, PIOM, dan sebagai sarana. Jawaban responden
ini menunjukkan bahwa orang muda belum memiliki pengetahuan secara
mendalam tentang arti pewartaan. Ketika peneliti menanyakan apa yang
diwartakan, responden 5 mengatakan, yang diwartakan adalah kabar sukacita
kepada sesama yang dijumpai. Tetapi kemudian dia bingung karena menurutnya
yang diwartakan tidak hanya sukacita sebab Yesus nyatanya menderita di salib,
tidak mungkin disebut sukacita.
Dari pernyataan responden ini jelas bahwa orang muda belum memiliki
pengetahuan yang mendalam tentang apa yang diwartakan. Padahal kebanyakan
responden adalah pendamping iman untuk PIA. Pendampingan iman anak adalah
awal kunci pengetahuan anak-anak tentang Yesus Kristus yang akan di imani.
Melihat jawaban responden ini jelaslah bahwa orang muda belum sungguh
menghayati imannya sebagai seorang pewarta. Padahal sebagai pewarta, ia sendiri
harus tahu dan menghayati sekaligus mengimani apa yang diwartakan supaya
tidak menyesatkan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
8. Bentuk Pewartaan yang dilakukan Gereja Paroki Santo Yusup Bintaran.
Dalam susunan pengurus dewan Paroki periode 2016-2018, bentuk
pelayanan Gereja di bidang pewartaan terlaksana lewat timja inisiasi, PIUD, PIA,
PIR, OMK/PIOM, PIUL, Katekis, Pemandu dan Kitab Suci. Bentuk pewartaan ini
diberikan sesuai tingkat usia peserta. Setiap pewartaan melaksanakan tugas sesuai
tugas dan fungsi masing-masing. Tujuan timja yaitu agar masing-masing kegiatan
terkordinasi dengan baik sehingga pelayanan Gereja tercapai.
Setiap timja pewartaan membuat program kerja dalam kurun waktu yang
sudah ditetapkan. Demikian pula timja bertanggungjawab merealisasikan program
kerja dilapangan sekaligus bertanggungjawab penuh kepada pastor paroki dan
dewannya.
Dengan melihat keterangan yang disampaikan oleh responden dapat
diperoleh gambaran pengetahuan orang muda tentang bentuk-bentuk pewartaan
yang dilakukan Gereja Paroki Santo Yusup Bintaran. Hampir semua responden
mengatakan bentuk-bentuk pewartaan yang dilakukan oleh Gereja Paroki Santo
Yusup Bintaran adalah berupa pendampingan iman yang diberikan kepada PIA,
PIR, dan OMK. Ada juga sosialisasi materi BKSN, BKL, dan APP. Pernyataan
responden ini menunjukkan bahwa mereka sudah memiliki pemahaman yang baik
tentang pelayanan yang dilakukan Gereja di Paroki lewat bidang pewartaan.
Namun demikian, pengetahuan orang muda tentang tugas pewartaan yang
dilakukan Gereja baru sebatas tahu tetapi belum terlibat secara penuh dalam
pewartaan. Keterlibatan orang muda di bidang pewartaan baru pada katekese dan
pendampingan PIA, keterlibatan pada pewartaan untuk PIR, sedangkan terlibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
menjadi pemandu bahan BKSN, BKL, dan APP masih sangat sedikit. Kurangnya
pengetahuan tentang pewartaan membuat orang muda hanya sebagai pelaksana.
Pewartaan tidak hanya dilakukan lewat kegiatan pendampingan PIA. Sebagai
orang muda tentu dapat memanfaatkan media sebagai sarana pewartaan. Masih
banyak orang muda di Paroki Santo Yusup Bintaran tidak tahu apa yang
dilakukan Gereja, padahal Gereja telah mencoba mengkomunikasikan setiap
kegiatan lewat media sebagai sarana menjalin relasi dengan umat beriman
khususnya orang muda. Hal ini menunjukkan bahwa media belum digunakan
orang muda sebagai sarana untuk mewartakan kabar gembira.
Kurangnya pergaulan dan jarang ikut misa di Gereja Santo Yusup
Bintaran, menyebabkan orang muda putus komunikasi dan informasi dari Gereja.
Gereja telah memakai facebook sebagai sarana komunikasi antar orang muda,
namun tidak banyak orang muda menanggapinya, jadi jelaslah bahwa orang muda
kurang pergaulan, dan tidak mau membuka diri untuk orang lain. Di satu sisi,
orang tua kurang percaya kepada orang muda, tugas mereka dibatasi. Komunikasi
juga kurang terbuka antara orang tua dan orang muda.
9. Bentuk Penghayatan Hidup Menggereja OMK di Bidang Pewartaan di
Paroki, Lingkungan, dan di Masyarakat.
Pewartaan adalah tugas setiap orang yang percaya dan mengimani Yesus.
Mewartakan Injil merupakan satu dari empat tugas pokok Gereja. Perintah
mewartakan Injil merupakan tugas yang langsung diberikan sendiri oleh Yesus.
Perintah mewartakan Injil, menyadarkan umat Kristen, bahwa Injil, kabar baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
dari Allah, ditujukan kepada semua bangsa. Allah ingin melihat semua manusia
tanpa kecuali hidup sebagai saudara dan beriman kepada Allah yang sama.
Orang muda dapat menghayati tugas pewartaan (kerygma) melalui
penginjilan (evangelisasi) dengan membawa kabar baik kepada segala tingkat
kemanusiaan agar dapat merubah umat manusia dari dalam dan membuatnya
menjadi baru (EN 18). Gereja mengajak OMK berefleksi dan menegaskan
kembali keterlibatannya dalam hidup menggereja khususnya di bidang pewartaan
agar orang muda menghidupi Injil dalam konteks Asia yang multikultural. Gereja
memandang bahwa orang muda adalah sebagai penerima sekaligus pembawa
kabar gembira Injil.
Dengan melihat keterangan yang disampaikan oleh responden dapat
diperoleh gambaran bentuk penghayatan OMK dalam kegiatan pewartaan di
Paroki, lingkungan, dan di masyarakat. Ditemukan bahwa penghayatan hidup
menggereja orang muda di bidang pewartaan sudah mulai sebagai pendamping
PIA, namun penghayatannya di bidang pewartaan ini masih sekitar lingkup
Paroki, sedangkan di lingkungan orang muda belum, demikian halnya di lingkup
masyarakat.
Secara organisasi beberapa orang muda mulai terlibat di bidang pewartaan.
Kehadiran dan perilaku yang baik dari responden sudah merupakan pewartaan di
tengah masyarakat. Namun kesadaran sebagai pelaksana dan pewarta Sabda
belum menjadi miliknya. Itulah sebabnya masih banyak orang muda belum
terlibat dalam hidup menggereja karena sebagian orang muda belum membawa
kabar baik kepada segala tingkat kemanusiaan. Sukacita yang mereka wartakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
baru dikalangan orang muda dan diantara kelompoknya sendiri. Ada banyak orang
muda membuat grupnya masing-masing sehingga orang lain tidak dapat
merasakan sukacita itu. Setidaknya kehadiran orang muda harus mampu
membawa perubahan bagi umat manusia dari dalam dan membuatnya baru karena
mereka memang diharapkan dapat menjadi pelopor perubahan.
10. Alasan Aktif di Bidang Pewartaan
Keterlibatan di bidang pewartaan semata-mata karena tugas dari Yesus
yang tertulis dalam Injil. Perintah itu merupakan tugas yang diberikan oleh Yesus,
pergilah ke seluruh dunia dan wartakanlah Injil. Dengan kata lain, perintah
memberitakan Injil adalah keinginan Allah untuk menyelamatkan semua manusia.
Umat Kristiani yang sudah mengenal dan mengimani Yesus, memiliki keharusan
untuk mewartakan Injil dengan caranya masing-masing. Tugas mewartakan Injil
bukan suatu pilihan, boleh atau tidak, tetapi menjadi tugas yang harus dilakukan
Dengan melihat keterangan yang disampaikan oleh responden dapat
diperoleh gambaran alasan orang muda terlibat di bidang pewartaan. Hampir
semua responden mengatakan senang terlibat di bidang pewartaan. Tugas
pewartaan sesungguhnya bukan soal senang atau tidak senang, tetapi pertama-
tama karena perintah Tuhan (Mrk 16:15). Tidak seorang pun di antara umat
beriman berhak menolak tugas ini, karena itu setiap orang wajib
melaksanakannya. Dari jawaban responden ini dapat disimpulkan bahwa, ketika
orang muda senang melakukan tugas, maka ia akan melakukannya dengan senang
hati, apalagi ketika responden mengatakan senang terlibat bila ada kegiatan-
kegiatan dan terlibat di salah satu devisi, seperti devisi acara. Menarik lagi bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
ada responden yang mengatakan mau terlibat di lingkungan karena umatnya
sedikit dan tidak banyak protes. Melihat jawaban responden ini, ada kemungkinan
bila tidak ada kegiatan dan tidak menjadi devisi acara mereka tidak akan terlibat.
Demikian halnya bila ada umat yang sedikit berani dan terpelajar orang muda
akan memilih tidak aktif karena merasa terancam.
Kristus mengutus kita menjadi pewarta, namun panggilan ini belum
menggema di hati orang muda, bahkan beberapa responden belum menghayati
tugas ini sebagai panggilan. Sebab mereka melaksanakan tugas karena alasan
senang dan ikut-ikutan dengan teman.
11. Arti Liturgi
Liturgi merupakan perayaan iman. Melalui liturgi Gereja mengenang
karya penyelamatan Yesus kepada manusia. lewat liturgi, Gereja melaksanakan
dan menyatakan Gereja sebagai tanda persekutuan antara Allah dan manusia
melalui Kristus. dengan itu diharapkan dapat membentuk persekutuan hidup baru
dimana orang yang ikut dalam perayaan iman mengambil bagian dalam misteri
yang dirayakan dengan “sadar, aktif, dan penuh makna” (SC 11).
Dengan melihat pernyataan yang disampaikan oleh responden dapat
diperoleh gambaran arti liturgi menurut orang muda. Ditemukan bahwa hampir
semua orang muda belum memahami betul arti liturgi. Meskipun sudah ditanya
dengan pertanyaan sederhana, responden kurang mampu memberikan jawaban
dengan baik. Pengetahuan responden sebatas pada tim kerja yang menangani hal-
hal liturgi dalam Gereja seperti membuat panduan misa, menjadi pemazmur dan
organis. Sedangkan responden 3 dan 4 sudah mulai memahami arti liturgi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
mengatakan liturgi adalah perayaan iman Gereja yang dilakukan dengan
partisipasi seluruh warga Gereja umat Allah. Dari pernyataan responden 3 dan 4
ini menunjukkan bahwa sebagian responden telah memahami arti liturgi yakni
perayaan iman yang merupakan ungkapan iman Gereja, di mana orang yang ikut
dalam perayaan iman mengambil bagian dalam misteri yang dirayakan. Partisipasi
yang dimaksudkan bukan hanya berpartisipasi secara lahiriah saja, tetapi yang
paling penting adalah hati yang ikut menghayati apa yang diwartakan. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian orang muda sudah memahami arti liturgi tetapi
belum sungguh-sungguh menghayati apa yang dirayakan. Partisipasi mereka baru
pada partisipasi secara lahiriah seperti misalnya menjadi petugas lektor, kor,
tatalaksana, dan lain-lain.
Selain itu responden 2 dan 5 juga tidak tahu dan bingung apa arti liturgi
padahal mereka salah satu dari pengurus dewan harian Paroki dan menjadi
kordinator PIA. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang muda baru
memiliki sedikit pengetahuan tentang liturgi karena itu keterlibatan mereka juga
baru sebatas pelayanan pewartaan PIA.
12. Bentuk Liturgi yang Dilakukan oleh Gereja Paroki Santo Yusup Bintaran.
Dalam susunan pengurus dewan Paroki periode 2016-2018, bentuk
pelayanan Gereja di bidang liturgi terlaksana lewat timja putra altar, paduan suara
(kor, dirigen, dan pemazmur), lektor, prodiakon, paramenta, panduan misa,
dekorasi altar, tatalaksana dan ibadat devosi.
Sebagai karya Kristus, liturgi merupakan tindakan Gereja-Nya. Liturgi
melaksanakan dan menyatakan Gereja sebagai tanda persekutuan antara Allah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
manusia melalui Kristus. Ia mendorong umat beriman ke dalam persekutuan
hidup baru. Ia mengandaikan bahwa semua orang mengambil bagian dalam liturgi
kudus dengan "sadar, aktif, dan penuh makna" (SC 11). Lewat liturgi nampak
keikutsertaan dalam doa yang Kristus sampaikan kepada Bapa dalam Roh Kudus.
Di dalamnya segala doa Kristen menemukan sumber dan penyelesaiannya (KGK
1073).
Dengan melihat keterangan yang disampaikan oleh responden dapat
diperoleh gambaran bentuk-bentuk liturgi yang dilakukan Gereja Paroki Santo
Yusup Bintaran. Ditemukan bahwa sebagian responden belum mengetahui bentuk
pelayanan liturgi yang dilakukan oleh Gereja. Tetapi beberapa responden dapat
memberikan jawaban hampir sama dengan apa yang ada dalam buku pedoman
pelayanan Paroki. Sebagaimana dikatakan responden 1 bentuk pelayanan di
bidang liturgi diwujudkan lewat timja lektor, PPA, paramenta, padus, organis,
tatalaksana, dan prodiakon.
Banyak orang muda memandang liturgi sekedar ritual dan rutinitas setiap
hari Minggu yang penting ke Gereja. Mengikuti semua tata aturan liturgi
sebagaimana yang umat lain lakukan di Gereja seperti ikut bernyanyi dan lain-
lain. Kesadaran sebagai umat dengan berperanserta dan sadar aktif sebagaimana
dikatakan dalam Sacrosanctum Concilium no 11 belum dihayati sungguh, bagi
orang muda yang penting ikut saja dengan umat lainnya.
Paus Benedictus XVI mengajak orang muda untuk membangun hidup di
dalam iman yang kokoh kuat lewat kegiatan-kegiatan liturgi yang ada dalam
Gereja. Namun hanya sedikit saja orang muda yang mau terlibat untuk kegiatan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
kegiatan liturgi yang ada dalam Gereja. Orang muda juga kurang membangun
iman akan Yesus Kristus. Iman mereka kurang berakar sehingga mereka kurang
memiliki energi untuk terlibat bagi Gereja.
13. Bentuk Keterlibatan OMK Dalam Kegiatan Liturgi di Paroki, dan di
Lingkungan.
Dalam Konsili Vatikan II dikatakan Gereja adalah persekutuan iman,
harapan, dan cinta (LG 8). Persekutuan yang dimaksud adalah persekutuan orang
yang menerima Yesus dengan iman dan cinta. Keterlibatan yang dapat dilakukan
di bidang liturgi sebagai ungkapan persekutuan yakni menjadi petugas liturgi
seperti lektor, pemazmur, kor atau petugas lainnya. Partisipasi ini bukan karena
ditunjuk oleh orang lain tetapi terlebih merupakan suatu dorongan dari dalam diri
untuk turut serta mengembangkan Gereja. Sebagai wujud keterlibatan, orang
muda dapat berpartisipasi secara penuh dalam aneka tugas liturgi sesuai
kemampuannya. Mereka dapat menjadi pembaru di bidang liturgi dengan ide dan
kreasi baru untuk menghidupkan perayaan liturgi.
Dengan melihat keterangan yang disampaikan oleh responden dapat
diperoleh gambaran bentuk keterlibatan orang muda di bidang liturgi. Ditemukan
bahwa keterlibatan OMK di bidang liturgi yakni pada saat perayaan ekaristi
dengan menjadi lektor, ikut bernyanyi, kolekte, petugas tatalaksana dan menjawab
dialog antara imam dan umat. Hampir semua responden terlibat di bidang liturgi
tetapi di Paroki, sementara di lingkungan orang muda belum melakukan tugas ini
dengan baik karena mereka sangat jarang ikut kegiatan liturgi di lingkungan.
Bahkan responden 3 mengatakan kor di lingkungan belum pernah, ibadat harian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
tidak pernah, Rosario dan devosi lainya juga tidak pernah diikuti di lingkungan.
Demikian juga dengan responden 1, 2, 4, dan 5, perayaan liturgi, doa harian dan
devosi seperti doa Rosario, jalan salib, dan adorasi sangat jarang di ikuti. Dari
pernyataan responden tersebut dapat disimpulkan bahwa bentuk keterlibatan
orang muda di bidang liturgi baru diwujudkan di Paroki seperti mengikuti ekaristi.
Orang muda sudah terlibat merancang kegiatan liturgi Gereja tetapi tetap
dalam pengawasan para senior. Dalam hal ini orang muda belum diberi
kesempatan berkreasi. Kegiatan liturgi merupakan wujud keterlibatan orang muda
untuk berinovasi membuat perayaan liturgi lebih baik. Kepercayaan diberikan
sebatas merancang liturgi untuk ekaristi kaum muda dan ekaristi anak. Terlibat
menjadi tim liturgi sebagai penanggungjawab merancang doa dan lagu variasi
belum terwujud. Lebih dari itu, orang muda dengan segala daya kreativitasnya dan
gelora kemudaan dapat membuat liturgi dirayakan lebih bersemangat. Sebab
liturgi tanpa keterlibatan orang muda merupakan tanda nyata kematian Gereja.
14. Alasan Aktif di Bidang Liturgi.
Liturgi adalah puncak yang dituju oleh kegiatan Gereja dan sumber segala
daya kekuatannya. Melalui liturgi terutama ekaristi mengalir rahmat Allah kepada
kita dengan demikian memperoleh pengudusan (SC 10).
Dengan melihat keterangan yang disampaikan oleh responden dapat
diperoleh gambaran alasan orang muda terlibat di bidang liturgi. Pada umumnya
orang muda terlibat di bidang liturgi oleh karena senang terlibat. Meskipun
memiliki keterbatasan orang muda tetap mau memberikan diri melayani Gereja
khusunya kor. Saya ikut bergabung dengan kor Fidelis meskipun sering dioloh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
karena suara jelek demikian dikatakan oleh responden 2, 3, 4, dan 5. Memang
beberapa orang muda (pengurus OMK) sudah peka dan tanggap dengan situasi.
Mereka rajin mengikuti ekaristi, kalau tidak ada yang kor mereka bersedia
mengambil alih tugas kor. Mereka juga ambil bagian menjadi lektor dan petugas
tatalaksana.
Dari pernyataan responden ini dapat disimpulkan bahwa liturgi sebagai
puncak dan perayaan iman Gereja belum dihayati oleh orang muda. mengikuti
ekaristi setiap hari Minggu dirasa cukup, yang penting ikut dengan teman-teman
ke Gereja. Menjadi lektor karena terdaftar dalam paguyuban lektor, ikut kor hanya
karena senang dan lain sebagainya. Liturgi bukan dihayati sebagai pengudusan
jiwa tetapi terlebih untuk kesenangan diri dan kesempatan kumpul dengan teman-
teman muda.
15. Kesulitan untuk Aktif Kegiatan di Paroki, Lingkungan dan Masyarakat
Konsili Suci dengan penuh keprihatinan menyapa umat beriman awam
yang perannya khas di dunia. Kerasulan awam untuk terlibat merupakan
panggilan (SC 1). Panggilan kaum awam adalah menjalankan tugas pengutusan
Gereja dengan meresapi seluruh tata hidup kemanusiaan dengan iman Kristiani.
Kaum awam sangat berperan dengan segala kemampuan dan profesionalismenya.
maka mereka dipanggil oleh Allah untuk menunaikan tugasnya sebagai ragi di
dalam dunia dengan semangat Kristen yang berkobar-kobar (AA 2). Panggilan
kaum awam untuk menguduskan Gereja dilihat sebagai suatu bentuk kerasulan,
berangkat dari status awam sebagai kalangan yang hidup di tengah-tengah dunia
(LG 31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Dengan melihat keterangan yang disampaikan oleh responden dapat
diperoleh gambaran kesulitan yang dihadapi orang muda untuk terlibat dalam
kegiatan di Paroki, lingkungan, dan di masyarakat. Pada umumnya responden
memberikan alasan waktu dengan jadwal kuliah dan kerja yang padat sampai
malam hari, sehingga tidak memungkinkan ikut kegiatan di Paroki di lingkungan
atau di masyarakat. Sebagai awam mereka memang melaksanakan tugas sesuai
profesinya masing-masing. Namun dalam hal ini orang muda terlalu fokus pada
yang duniawi. Orang muda terjebak pada tugasnya masing-masing, kehadirannya
belum memberi dampak di lingkungan terlebih di masyarakat. Sedangkan di
Paroki, orang muda sudah mulai memberi warna baru dengan memberikan
pelayanan untuk PIA.
Dari jawaban responden dapat disimpulkan bahwa kegiatan di dunia telah
menyita perhatian orang muda dengan mengutamakan kepentingan diri dan bukan
karena panggilan untuk ambil bagian menguduskan dunia dengan kemampuan
yang dimiliki.
16. Usaha OMK Mengatasi Kesulitan untuk Aktif Dalam Hidup Menggereja.
Setiap orang beriman dengan caranya masing-masing menguduskan dunia.
Sebagai awam mereka menjalankan segala tugas dan pekerjaan duniawi. Di dunia
inilah Allah memanggil kaum awam menunaikan tugas dengan semangat injil.
(LG 31).
Dengan melihat keterangan yang disampaikan oleh responden dapat
diperoleh gambaran usaha yang dilakukan orang muda mengatasi kesulitan aktif
di Paroki, di lingkungan dan di masyarakat. Hampir semua responden mengatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
sudah berusaha mengatasi kesulitan sesuai dengan kondisi tugas dan
pekerjaannya. Perlunya pengorbanan agar dapat aktif melayani Gereja telah
diwujudkan oleh responden. Kaum awam dalam hal ini orang muda dipanggil
melaksanakan tugas perutusan Yesus di tengah dunia. Gereja berada di dunia
sehingga dengan demikian, orang muda tidak hanya aktif di Paroki, melainkan
juga di lingkungan terlebih dapat menjadi ragi di tengah masyarakat.
Namun pada kenyataannya, banyak orang muda belum berjuang untuk
mengatasi kesulitan aktif di Paroki dan di lingkungan terlebih di tengah
masyarakat. Orang muda cenderung menutup diri pada masyarakat, mereka jarang
mau tampil ikut kegiatan di tengah masyarakat.
Dengan melihat hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat ditarik
kesimpulan bahwa penghayatan hidup menggereja orang muda yang ada di Paroki
Santo Yusup Bintaran Yogyakarta belum mendalam. Dari segi pemahaman, orang
muda belum memiliki pengetahuan tentang arti hidup menggereja. Memang bila
dilihat dari segi penghayatan nampaknya mereka ikut aktif mengemban tugas
Gereja, namun hidup menggereja baru diwujudkan di lingkup Paroki. Mereka
yang aktif kebanyakan hanya karena merupakan tugas dan tanggungjawabnya.
Penghayatan hidup menggereja orang muda terlebih di bidang pewartaan
baru pada sebatas karena rasa tanggungjawab pada tugas. Kesadaran pentingnya
menjalin relasi yang intim dengan Tuhan lewat doa dan sakramen-sakramen yang
dirayakan Gereja belum dihayati. Kebanyakan orang muda terlibat dalam hidup
menggereja hanya ikut-ikutan dengan teman dan karena tradisi. Pergi ke Gereja di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
rasa cukup, sehingga tidak perlu ikut kegiatan-kegiatan rohani di Paroki maupun
di lingkungan.
C. Usulan Program Meningkatkan Penghayatan Hidup Menggereja Bagi
Orang Muda Katolik Paroki Santo Yusup Bintaran Yogyakarta
Pada bagian ini, penulis menindaklanjuti bab sebelumnya. Penulis
menyertakan usulan kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
keterlibatan Orang Muda Katolik dalam hidup menggereja. Melalui kegiatan ini
diharapkan Orang Muda Katolik semakin sadar akan tanggung jawabnya sebagai
generasi Gereja sekaligus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari Gereja
bahkan Gereja itu sendiri.
1. Latar Belakang
Orang muda adalah harapan dan masa depan Gereja. Dari hasil penelitian
yang dilakukan, beberapa orang muda di Paroki Santo Yusup Bintaran, sudah
mulai terlibat dalam hidup menggereja. Penghayatan hidup menggereja orang
muda nampak secara khusus di bidang pewartaan pada pendampingan PIA. Selain
pewartaan, orang muda juga sudah mulai ambil bagian menjadi petugas liturgi
pada saat ekaristi kudus.
Di sisi lain, orang muda belum memahami secara utuh cara hidup
menggereja. Hidup menggereja baru dipahami sebatas ambil bagian pada tugas-
tugas liturgi, dan pada pewartaan pendampingan PIA, kebanyakan orang muda
aktif hanya karena tugas dan ikut-ikutan dengan teman. Semangat hidup
menggereja orang muda masih sangat sulit dijumpai di Gereja Santo Yusup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Bintaran, bahkan untuk berkumpul menjadi sesuatu hal yang sulit diwujudkan.
Beberapa kali diadakan kegiatan untuk mengumpulkan orang muda namun hanya
beberapa orang saja yang menanggapi undangan. Mereka yang datang juga adalah
orang-orang tertentu saja. Karena keterbatasan pengetahuan tentang tugas dan
tanggungjawabnya sebagai anggota Gereja, membuat orang muda kurang
penghayatan dalam hidup menggereja. Padatnya pekerjaan dan tanggungjawab
studi yang di ikuti juga membuat orang muda memiliki sedikit waktu untuk
Gereja.
Berangkat dari kondisi tersebut, maka penulis menyusun program untuk
meningkatkan penghayatan hidup menggereja orang muda, juga sebagai sarana
mengumpulkan orang muda. Usulan program yang dimaksudkan berupa rekoleksi
bagi orang muda. Melalui rekoleksi ini, diharapkan orang muda semakin
memahami peransertanya dalam mengembangkan Gereja secara menyeluruh.
Dengan demikian penghayatan hidup menggereja orang muda di Paroki, di
lingkungan, dan di masyarakat semakin nampak. Agar mulai sejak muda mereka
peduli dengan Gereja sehingga kelak mereka dewasa semakin aktif.
2. Sekilas Pengertian Rekoleksi
Program rekoleksi yang diusulkan ini sebagai usaha untuk meningkatkan
kualitas hidup beriman dan pengetahuan orang muda Katolik tentang hidup
menggereja sehingga kehadirannya semakin bermakna bagi orang lain.
Melalui kegiatan rekoleksi ini, orang muda diajak untuk memeriksa diri,
mempertegas identitas diri kepribadian dan keunikan setiap individu sebagai
pribadi yang utuh. Artinya rekoleksi ini ibarat penyegaran kembali imannya. Agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
imannya semakin tangguh dalam menghadapi dunia yang semakin berkembang.
Sebab arus zaman dapat memudarkan iman seseorang akan Kristus yang dapat
membuatnya menjauh dari Gereja. Dalam membuat usulan rekoleksi ini, penulis
menyusun langkah-langkah yang dapat membantu pelaksanaan rekoleksi.
3. Tujuan Program
Program yang diusulkan penulis memiliki beberapa tujuan, yakni:
a. Membantu OMK dalam memahami arti Gereja.
b. Meningkatkan penghayatan hidup menggereja OMK, yang pada akhirnya
semakin banyak OMK terlibat dalam Gereja.
c. Menjadi wadah bagi OMK agar dapat saling mengenal sehingga tidak merasa
asing dengan teman OMK lainnya, dengan mengenal akan memudahkan
OMK bergabung dalam persekutuan OMK.
d. Meningkatkan kesadaran OMK akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai
warga Gereja.
e. Semakin mengenal diri secara utuh dan berani mengadakan pertobatan.
f. Menyadari kasih Tuhan dalam hidupnya sehari-hari.
4. Usulan Kegiatan Rekoleksi
a. Tujuan Umum
Kegiatan rekoleksi ini mengangkat tema: “Meningkatkan kepedulian dan
peranserta orang muda Katolik dalam hidup menggereja”. Tema ini diambil untuk
membantu orang muda Katolik agar memiliki semangat juang dan kepedulian
pada Gereja serta menghayatinya dalam hidup bersama dengan umat beriman
lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
b. Susunan Acara Rekoleksi
No Waktu Acara Petugas
1 07.00-07.30 Presensi Pendamping
2 07.30-08.30 Pembukaan
a. Salam
b. Ice Breaking (OMK masa Kini)
c. Doa Pembuka
d. Pengantar
Pendamping
dan peserta
SESI I
3 08.30–10.00 Menggali Pengalaman Peserta
a. Menyaksikan video berjudul
“Banggakah aku menjadi orang
Katolik?”
b. Diskusi/sharing
c. Pleno
Pendamping
dan peserta
4 10.00-10.20
10.20-10.30
Snack
Ice Breaking (Games in door)
Petugas dan
peserta
SESI II
5 10.30-12.00 Realitas Orang Muda Katolik Pendamping
6 12.00-14.00 Istirahat
a. Makan siang
b. Ice Breaking (OMK Slalu di Hati)
Pendamping
SESI III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
7 14.00-15.30 Tugas dan pelayanan Gereja di Dunia Pendamping
8 15.30-15.50 Ice Breaking Pendamping
9 15.50-17.00 Harapan Gereja terhadap Orang Muda
(tanggapan dan sharing pengalaman
hidup menggereja)
Pendamping
dan Peserta
10 17.00-17.30 Refleksi dan merumuskan niat
(pribadi/bersama)
Pendamping
dan Peserta
11 17.30-18.00 Penutup
a. Doa penutup
b. Lagu Penutup (OMK Remix)
c. Ucapan terimakasih
Peserta dan
Pendamping
12 18.00 Sayonara Peserta dan
Pendamping
c. Tujuan Rekoleksi
Tujuan rekoleksi adalah bersama pendamping peserta semakin memahami
tugas dan tanggungjawabnya sebagai anggota Gereja sehingga terdorong untuk
ambil bagian dalam hidup menggereja di lingkup Paroki, di lingkungan dan di
masyarakat.
d. Peserta
Peserta adalah OMK Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta.
e. Tempat dan Waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Rekoleksi akan dilaksanakan pada bulan Desember 2017, bertempat di
aula Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta.
f. Bentuk Kegiatan
Kegiatan rekoleksi dilaksanakan dengan dinamika kelompok,
penyampaian materi, tanggapan dan sharing pengalaman, refleksi, penyusunan
niat, dan diakhiri dengan doa penutup.
g. Sumber Bahan
Rekoleksi dirancang dengan menggunakan berbagai sumber bahan yang
memperkaya dan menunjang. Sumber bahan yang dipakai berupa kutipan Kitab
Suci Kis Kis 2:41-47, buku berjudul “Pedoman Karya Pastoral Orang Muda
Katolik Indonesia” dan Buku Dokumen Konsili Vatikan II.
h. Metode Rekoleksi
Metode yang digunakan dalam rekoleksi ini yaitu ceramah/informasi,
pemutaran video, refleksi berbagi pengalaman, diskusi dan pleno.
i. Sarana
Sarana pendukung untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan adalah
laptop, LCD, hand out, dan speaker.
j. Langkah-Langkah Pelaksanaan
1) Salam dan Pengantar
Pendamping menyampaikan selamat pagi dan selamat datang kepada
OMK, selanjutnya mengucapkan terimakasih atas kehadirannya berkumpul
bersama melaksanakan rekoleksi. Pendamping juga menyampaikan tujuan
pelaksanaan rekoleksi agar berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
peserta. Secara umum, kegiatan rekoleksi diadakan untuk mengajak OMK
meninjau kembali penghayatan OMK dalam hidup menggereja di Paroki,
lingkungan, dan masyarakat. Sekaligus mengajak peserta untuk mensyukuri karya
Allah yang ada padanya. Tujuan khususnya, mengajak OMK untuk semakin
memahami dan mendalami tugas-tugas Gereja sehingga peserta terdorong untuk
mewujudkan hidup menggereja di Paroki, lingkungan, dan masyarakat.
2) Lagu Pembuka: Judul Lagu Marcurius Perjalanan OMK.
3) Pembukaan ini berisi hal-hal berikut:
Pendamping: Marilah kita hening sejenak untuk menyiapkan hati, pikiran
dan budi kita sebelum mengikuti rekoleksi ini. Silahkan teman-teman OMK
mengambil posisi duduk yang nyaman, hening sejenak, kita membuka hati di
hadapan Tuhan dan mengundang Tuhan hadir bersama kita sepanjang kegiatan
ini.
Doa Pembuka:
Allah yang mahabaik, kami bersyukur dan berterima kasih kepada-Mu
karena pada hari ini Engkau hadir di tengah-tengah kami. Bapa, pada hari ini kami
berkumpul di tempat ini ingin bersama-sama berbagi pengalaman, saling
memotivasi, menjalin relasi dengan teman yang lain, dengan demikian kami bisa
bersama-sama bergandengan tangan mengemban tugas Gereja. Ya Bapa,
bimbinglah kami agar OMK semakin giat terlibat dalam kehidupan menggereja,
sehingga kami sebagai generasi Gereja semakin menampakkan diri sebagai bagian
dari Gereja dengan terlibat di Paroki, di lingkungan, dan di masyarakat. Kami
mohon penyertaanmu untuk seluruh acara hari ini sehingga pada akhir rekoleksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
nanti kami dapat membuka hati kepadaMu. Demi Kristus Tuhan dan pengantara
kami, yang hidup dan berkuasa sepanjang segala abad. Amin.
4) Sesi I : Penggalian Pengalaman
a) Tujuan: Peserta bersama pendamping dapat berbagi pengalaman hidup
terlibat dalam menggereja yang sangat berguna untuk menghayati
keterlibatan OMK dalam hidup menggereja.
b) Bahan : Video “ Banggakah Jadi Orang Katolik?”
c) Metode : Menonton Video dan Sharing Pengalaman.
d) Langkah-Langkah :
Pendamping mengajak peserta untuk menonton video “Banggakah Jadi
Orang Katolik?”. Setelah selesai, pendamping meminta peserta untuk membentuk
kelompok 4-5 orang untuk menjawab pertanyaan dengan panduan sebagai berikut:
Video tersebut menggambarkan apa?
Menurut anda, inspirasi apa yang tercermin dari kisah tadi?
Bagaimana pengalaman anda menjadi orang Katolik?
Setelah selesai, pendamping meminta masing-masing kelompok
mengungkapkan hasil sharing kelompok secara pleno. Berikutnya, pendamping
membahas hasil sharing.
e) Ice Breaking. Pendamping mengajak peserta untuk mencairkan suasana
dengan mengikuti games indoor “ Cari Teman”.
5) Sesi II : Tugas Gereja di Dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Pelayanan Gereja di dunia merupakan perwujudan dari Tri tugas Yesus
Kristus. Pelayanan Gereja yang dimaksudkan ialah pewartaan (kerygma), liturgi
(liturgia), persekutuan (koinonia), dan pelayanan (diakonia) (LG 25-27).
a) Pewartaan (kerygma)
Melalui bidang karya ini, umat beriman Kristiani diberi kepercayaan, di
panggil dan di utus Yesus untuk mengambil bagian dalam tugas pewartaan Kabar
Gembira (LG 35). Yesus mengutus manusia dengan bersabda: “Pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan
Putera dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu“ (Mat 28: 19-20). Pewartaan ini dapat dilakukan lewat
berbagai cara seperti berikut:
3) Melayani Sabda
Kabar Baik yang diwartakan dengan kesaksian hidup cepat atau lambat
haruslah diwartakan dengan Sabda Kehidupan. Segi yang penting dari pewartaan
Sabda Kehidupan adalah kotbah dan katekese (EN 22). Gereja melayani Sabda
dapat di lakukan lewat kotbah, evangelisasi, katekese dan media sosial.
e) Kotbah
Gereja dalam menunaikan tugasnya sebagai pewarta dapat melakukannya
lewat kotbah/homili. Khotbah merupakan salah satu sarana pewartaan sabda Allah
dan pewartaan iman kristiani karena kotbah bertolak dari pengalaman iman dan
tidak selalu menjelaskan teks Kitab Suci. Umat beriman yang mendengar khotbah
diharapkan mengalami pertobatan. Kotbah merupakan sarana pewartaan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
mengenalkan Kristus kepada orang-orang yang belum mengenal dan belum
beriman kepada Kristus, sehingga setelah mendengarnya mereka menjadi percaya.
f) Evangelisasi
Evangelisasi adalah salah satu usaha untuk memperkembangkan iman
manusia, karena manusia perlu berkembang dalam Kristus (EG 160).
Evangelisasi adalah rahmat dan panggilan khas Gereja, karena merupakan jati
dirinya yang paling dasar. Sebab Gereja ada untuk mewartakan Injil (EN 14).
Bagi Gereja evangelisasi berarti membawa Kabar Baik kepada segala tingkat
kemanusiaan, dan melalui pengaruhnya Injil mengubah umat manusia dari dalam
dan membuatnya menjadi manusia baru (EN 18). Injil harus diwartakan melalui
kesaksian hidup (EN 21).
j) Paroki
Salah satu tugas amat penting, yang disadari berasal dari tugas perutusan
Yesus sendiri kepada para murid-Nya adalah menyelenggarakan katekese (CT 1).
Paroki adalah sebagai wujud yang menghadirkan Kerajaan Allah biarpun terbatas
ikut terlibat menyelenggarakan katekese. Dalam kaitannya dengan sakramen
inisiasi, katekese adalah suatu langkah atau momen dalam proses evangelisasi (CT
18).
iii) Sekolah
Katekese sekolah merupakan karya pelayanan dalam pembinaan iman
orang katolik di sekolah-sekolah, baik di sekolah swasta maupun di sekolah
negeri. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan perlu memperhatikan pelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
agama agar bersifat ekumenis dan memiliki kesadaran antar agama yang lebih
besar.
Lewat katekese di sekolah, hidup beriman setiap siswa yang menerima
pelajaran agama di sekolah harus mengalami perubahan terus menerus. Belajar
agama di sekolah bagi siswa yang percaya pada Tuhan harus dapat membantu
mereka untuk memahami lebih baik pesan kristiani dalam hubungannya dengan
keprihatinan umum pada segala agama dan manusia. Sedangkan bagi siswa yang
sedang mencari atau ragu-ragu akan imannya dapat menemukan dalam pelajaran
agama kemungkinan menemukan arti iman yang tepat kepada Yesus Kristus
(Komisi Katekese, 2000. 74-75:57-58).
g) Media Komunikasi
Dewasa ini media komunikasi mempunyai tempat yang istimewa dalam
karya pewartaan. Konsili Vatikan II mengajak umat beriman memanfaatkan
sarana komunikasi modern untuk karya pewartaan, penggembalaan Gereja dan
pendidikan Kristen (IM 13). Paus Paulus VI menegaskan bahwa media modern
telah menawarkan cara-cara baru untuk menghadapkan manusia dengan pesan
Injil. Paus mendukung pemanfaatan media massa sebagai sarana berkatekese.
Paus Benediktus XVI pada hari komunikasi ke 44 bertepatan tahun Imam,
mengangkat tema imam dan pelayanan pastoral di dunia digital sebagai media
baru demi pelayanan sabda. Pada zaman ini penggunaan teknologi komunikasi
sangat perlu, khususnya untuk menjawab secara tepat tantangan yang dihadapi
orang muda di tengah dunia. Para imam selaku pewarta sabda Allah, diharapkan
dapat menjadi saksi setia terhadap Injil dalam dunia komunikasi digital dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
menunaikan perannya sebagai pemimpin komunitas yang menampilkan 'suara
berbeda' dalam pasaraya digital. Maka para imam, ditantang untuk mewartakan
Injil dengan menggunakan teknologi audiovisual yang paling mutakhir seperti
gambar, video, animasi, blog dan website, sehingga dapat membuka wawasan
baru dan luas demi dialog, evangelisasi, dan katekese”. Melalui saran multimedia
pewartaan bisa ditujukan kepada semua umat Katolik, sehingga umat bisa tetap
berkontak satu sama lain, saling menguatkan, dan memperluas pengalaman iman
(http://www.mirifica.net/2010/03/17/pesan-bapa-suci-pada-hari-komunikasi-ke-
44/, diakses 7 April 2017).
Kaum beriman awam yang berkompeten dalam bidang komunikasi sosial
diharapkan dapat menyumbangkan potensi dan kemampuannya untuk membantu
bidang pewartaan sebab “Gereja mengakui peran dan keterlibatan umat beriman
awam dalam pewartaan” (LG 37). Mereka yang terlibat dalam karya bidang
komsos dapat menolong sesama agar lewat dunia digital mereka juga turut
"merasakan kehadiran Tuhan, menumbuhkan kerinduan dan harapan serta
mendekatkan diri pada Sabda Allah yang menganugerahkan keselamatan dan
membangun manusia secara utuh.
4) Melayani Sakramen
Sakramen adalah tanda rahmat/keselamatan yang kelihatan, untuk
menghadirkan rahmat yang tidak kelihatan. Sebagai tanda, sakramen juga
dimaksudkan untuk mendidik. Sakramen tidak hanya mengandaikan iman
melainkan juga memupuk, meneguhkan dan mengungkapkannya dengan kata-kata
dan benda (SC 59).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
b) Liturgi (liturgia)
Sebagai karya Kristus, liturgi merupakan tindakan Gereja-Nya. Liturgi
melaksanakan dan menyatakan Gereja sebagai tanda persekutuan antara Allah dan
manusia melalui Kristus. Ia mendorong umat beriman ke dalam persekutuan
hidup baru. Ia mengandaikan bahwa semua orang mengambil bagian dalam liturgi
kudus dengan "sadar, aktif, dan penuh makna" (SC 11). Lewat liturgi nampak
keikutsertaan dalam doa yang Kristus sampaikan kepada Bapa dalam Roh Kudus.
Di dalamnya segala doa Kristen menemukan sumber dan penyelesaiannya (KGK
1073). Liturgi Gereja dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan Ibadat Resmi
Gereja.
Misteri Kristus Inkarnasi dan Paska-Nya dirayakan di dalam Ekaristi,
terutama dalam himpunan pada hari Minggu. Misteri yang sama meresapi dan
menyinari jam-jam setiap hari oleh perayaan Ibadat Harian, "ofisi ilahi". Sambil
mengikuti nasihat-nasihat apostolik, agar berdoa tanpa henti-hentinya, perayaan
ini "disusun sedemikian rupa, sehingga seluruh kurun hari dan malam disucikan
dengan pujian kepada Allah" (SC 84). Ia adalah "doa resmi Gereja" (SC 98).
c) Persekutuan (koinonia)
Pola dasar koinonia adalah pengalaman jemaat perdana yang menanamkan
hidup sehati dan sejiwa, milik bersama, hidup dalam kasih (Ardhisubagyo,
1987:24). Persekutuan (koinonia) didasarkan pada firman Allah, Baptisan dan
Perjamuan Kudus. Dengan dasar itu pula anggota Gereja dapat saling peduli dan
dikumpulkan bersama dalam perjamuan kudus sebagai komunitas yang kudus
secara nyata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
d) Pelayanan (diakonia)
Pelayanan Gereja selalu menimba kekuatan dari teladan Yesus. Tujuan
utama pelayanan Yesus adalah kaum miskin dengan bersikap rendah hati dan
melihat dirinya sebagai “hamba yang tak berguna” (Luk 17:10). Pelayanan Gereja
didasari oleh Yesus Kristus, sang kepala Gereja yang menyembuhkan,
memperhatikan orang-orang kecil dan mengampuni dosa (Ardhisubagyo, 1987:
30). Pelayanan yang diberikan oleh Gereja tidak hanya sebatas dalam lingkup
Gereja saja tetapi terbuka bagi masyarakat luas karena Gereja bukan sebuah
lingkungan tertutup yang kuatir akan pengaruh luar yang kemudian mengasingkan
diri dari masalah-masalah kehidupan masyarakat (Ardhisubagyo, 1987: 31).
Pelayanan Gereja di dunia dapat diwujudkan lewat pelayanan secara
internal maupun eksternal. Secara internal misalnya melayani lewat suatu
kepengurusan dan non kepengurusan Gereja. Sedangkan yang eksternal pelayanan
pada orang miskin, pelayanan di tengah masyarakat seperti terlibat di politik,
pelayanan di bidang sosial dan ekonomi, pelayanan di bidang kesehatan, dan
pelayanan bidang pendidikan.
6) Sesi III : Realitas Orang Muda Katolik Zaman Sekarang
a. Orang Muda Zaman Sekarang
Orang muda zaman ini adalah termasuk generasi Y yang sering disebut
millennial, lahir tahun 1981-1994. Tujuan utama hidup mereka adalah diri sendiri
(individualistik) dan mandiri. Ungkapan generasi Y mulai dipakai pada editorial
koran besar Amerika Serikat pada Agustus 1993. Generasi ini banyak
menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email, SMS, instan messaging
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
dan media sosial seperti facebook dan twitter. Suka main game online, lebih
terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi, mereka terlihat reaktif terhadap
perubahan lingkungan yang terjadi di sekelilingnya. Memiliki perhatian yang
lebih terhadap „wealth‟ atau kekayaan. (https://dosen.perbanas.id/teori-generasi,
diakses 7 April 2017).
b. Karakteristik Orang Muda Zaman Sekarang
Orang muda zaman sekarang atau generasi Y memiliki karakteristik idak
sabar, tak mau rugi, dan banyak menuntut. Percaya diri dan optimis. Family
centric. Generasi yang mandiri, Suka berinovasi dan memunculkan ide baru.
Memiliki semangat yang luar biasa. Tidak menyukai jadwal yang detail. Anytime-
anywhere (http://www.kompasiana.com/erna.fatmasari/eksistensi-generasi-digital-
gen-y, diakses 7 April 2017).
Orang muda zaman sekarang memahami Gereja hanya sekedar sebagai
bangunan bukan komunitas tempat pembelajaran. Adanya rasa memiliki dan
dimiliki oleh Gereja belum sebagai kesadaran namun lebih karena terlahir sebagai
orang Katolik. Orang muda tidak puas dengan kegiatan berupa proyek yang
diorganisir untuk mereka. Hanya sedikit saja yang rajin pergi ke Gereja di hari
Minggu. Bagi orang muda belajar agama hanya berdampak sedikit bagi mereka.
Meskipun mereka hadir pada perayaan ekaristi pada hari Minggu namun belum
banyak yang mau terlibat (Komisi Kepemudaan KWI, 2014:39).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
7) Sesi IV: Harapan Gereja Terhadap Orang Muda Katolik
Tujuan: membangun pemahaman agar orang muda bangga sebagai Generasi yang
memiliki banyak potensi sehingga dapat digunakan untuk terlibat dalam karya-
karya Gereja.
a) Yesus Kristus
Gereja memiliki harapan besar terhadap orang muda karena mereka adalah
generasi yang akan meneruskan pewartaan Yesus. Dalam Kitab Suci Perjanjian
Lama diungkapkan bahwa Allah menaruh harapan besar kepada orang muda, Ia
sangat mengapresiasi orang muda dengan memanggil orang muda sebagai rekan
kerja-Nya seperti nabi Yeremia (Komisi Kepemudaan KWI, 2014:42). Dalam
Kitab Suci Perjanjian Baru juga ditemukan Yesus menaruh harapan besar kepada
orang muda yakni dengan memanggil murid-murid-Nya. Yesus mengapresiasi
potensi orang muda dengan menjadikan mereka sebagai pemimpin Gereja-Nya.
Perhatian Yesus diungkapkan dengan memberi nasihat agar orang muda dapat
hidup seperti yang dikehendaki-Nya. Yesus mengakui pentingnya peran serta dan
sumbangsih orang muda betapapun kecilnya dan menjadikannya bermakna bagi
banyak orang. Dihadapan Yesus, orang muda adalah pribadi istimewa karena
mereka adalah generasi Gereja khususnya bagi generasi sekarang, Yesus menaruh
perhatian pada orang muda dan tetap menyertai perjuangan orang muda (Komisi
Kepemudaan KWI, 2014:42-43).
b) Para Bapa Gereja
Paus Yohanes Paulus II dalam suratnya kepada orang muda mengatakan,
dunia dan Gereja membutuhkan orang muda, tak satupun dari orang muda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
dianggap orang asing dalam Gereja... . Dalam Gereja ada tempat untuk semua
orang, bahkan jika mereka memberikan kritik-kritik karena kritik mereka tetap
merupakan kritik yang konstruktif. Paus mengajak orang muda untuk mencintai
Gereja, menerima keterbatasannya, dan berpartisipasi aktif dalam misinya
(Komisi Kepemudaan KWI, 2014:48).
Paus Yohanes Paulus II juga mengatakan: “… orang muda, kalian adalah
harapan Gereja, dunia dan harapanku”. Harapan Paus ini hendak mendorong
orang muda untuk terlibat baik dalam komunitasnya maupun di luar
komunitasnya. Orang muda tidak lagi selalu memikirkan “saya” atau “pendapat
saya” tetapi menjadi memikirkan orang lain. OMK harus bermakna bagi orang
lain sebagaimana Yesus pun telah wafat bukan untuk diri-Nya sendiri melainkan
untuk manusia (Komisi Kepemudaan KWI, 2014:69).
Gereja mengharapkan agar OMK tidak lagi hanya memikirkan diri sendiri
tetapi mau keluar dari dirinya mulai memikirkan orang lain dan Gereja serta mau
memberikan diri agar menjadi bermakna bagi orang lain yang diwujudkan lewat
tugas-tugas Gereja.
1. Bidang Pewartaan (kerygma)
Orang muda dapat terlibat dalam karya tugas pewartaan (kerygma) melalui
penginjilan (evangelisasi) dengan membawa kabar baik kepada segala tingkat
kemanusiaan agar dapat merubah umat manusia dari dalam dan membuatnya
menjadi baru (EN 18). Paus Paulus II menekankan kepada orang muda bahwa
hidup mereka harus memiliki makna dan menjadi anugerah cuma-cuma bagi
sesama yang lebih luas (Komisi Kepemudaan KWI, 2014:87). Orang muda yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
telah menjalin relasi dengan Kristus dan komunitasnya mau tidak mau harus
bergerak keluar untuk bermisi. Tanda relasi iman kepada Kristus adalah bersedia
menerima perutusan untuk menyampaikan kabar gembira pada sesama.
2. Bidang Liturgi (liturgia)
Paus Benedictus XVI mengajak orang muda untuk membangun hidup di
dalam iman yang kokoh kuat lewat kegiatan-kegiatan liturgi yang ada dalam
Gereja. Orang Muda harus "berakar dan dibangun dalam Yesus Kristus, berteguh
dalam iman" (Kol 2:7) agar siap membarui, meremajakan, dan memberikan energi
baru bagi Gereja (http://www.mirifica.net/2010/03/17/pesan-bapa-suci-pada-hari-
komunikasi-ke-44/, diakses 7 April 2017).
Hubungan pribadi antar manusia dengan Allah dalam Gereja dapat
diwujudkan melalui perayaan liturgi. Dalam liturgi umat mengungkapkan
imannya dan menanggapi karya keselamatan Allah dengan bersyukur memuji dan
berdoa. Sebagai orang muda sudah selayaknya terlibat dalam kegiatan liturgi.
Aktif dalam kegiatan liturgi merupakan wujud keterlibatan orang muda untuk
ambil bagian dalam tugas imamat Yesus Kristus. Partisipasi orang muda dalam
bidang liturgi dapat diwujudkan dengan ambil bagian menjadi petugas liturgi
seperti lektor dan pemazmur. Aktif menjadi tim liturgi sebagai penanggungjawab
agar perencanan doa-doa dan lagu variasi lainnya bisa menyemangati umat dan
OMK sendiri. Lebih dari itu, orang muda dengan segala daya kreativitasnya dan
gelora kemudaan OMK dapat membuat liturgi dirayakan dengan bersemangat.
Sebab liturgi tanpa keterlibatan orang muda merupakan tanda nyata kematian
Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
3. Bidang Persekutuan (koinonia)
Gereja menghendaki agar orang muda membangun persekutuan (koinonia)
dengan sesamanya. Persekutuan ini dimaksudkan untuk mempersatukan orang
muda agar saling melayani sebagai umat Kristiani. Agar mereka hidup dalam
persekutuan dan persaudaraan sesuai dengan imannya akan Yesus Kristus. Agar
dalam kebersamaan dengan yang lain, mereka mengusahakan perdamaian dan
kerukunan baik dalam komunitas itu sendiri maupun kelompok komunitas lain.
Sebagai koinonia, orang muda tentunya tidak hanya duduk dan berdiam
diri saja tetapi dapat melakukan kegiatan-kegiatan seperti kegiatan rohani maupun
profan. Keterlibatan yang diharapkan dari orang muda yakni melibatkan diri
dalam keluarga manusia, bersama bumi dan semua ciptaan yang membentuk
lingkungan hidup yang saling terkait (Komisi Kepemudaan KWI, 2014:72).
4. Bidang Pelayanan (diakonia)
Mgr. Pius Riana Prapdi Ketua Komisi Kepemudaan KWI dalam suratnya
kepada OMK se-Indonesia dalam rangka peringatan Sumpah Pemuda 2016
mengajak OMK`untuk menghadirkan jejak keterlibatan nyata di tengah suka dan
duka masyarakat karena mereka juga bagian dari pemuda-pemudi Indonesia.
Orang muda harus mengambil peran sebagai murid Yesus di bumi Indonesia,
tidak menutup mata dan teliga terhadap penderitaan orang lain, tetapi melakukan
sesuatu dengan segala talenta, potensi, dan kreativitasnya untuk membawa
kesegaran baru bagi Gereja Katolik Indonesia. Sekaligus turut membangun wajah
Gereja Katolik di Indonesia yang tinggal bersama saudara-saudarinya di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
kepulauan Nusantara ini (http ://www.suarawajarfm.com/2016/10/29/19393/surat-
sapaan-sumpah-pemuda-untuk-omk.html, diakses 7 April 2017).
Gereja berharap orang muda dapat berbagi kisah-kisah hidupnya supaya
terjadi Pentekosta yakni kelahiran Gereja Katolik masa kini karena orang muda
sebagai tulang punggung yang compassionate, committed, dan connected; yang
kreatif dan tahan banting mengikuti Yesus dalam perjalanan yang tidak mudah.
Dengan demikian, dalam doa dan karya sebagai OMK dapat tersambung dengan
spirit generasi Sumpah Pemuda 1928 yang membebaskan. Keterlibatan orang
muda dalam bidang pelayanan ini diwujudkan dengan aksi sosial sebagai bentuk
kepedulian pada Gereja. Berjuang mengatasi berbagai persoalan yang mengancam
kemanusiaan, kebersamaan bermasyarakat, kualitas hidup, dan keutuhan ciptaan
(http://www.suarawajarfm.com/2016/10/29/19393/surat-sapaan-sumpah-pemuda-
untuk-omk.html), diakses 7 April 2017).
8) Refleksi Pribadi
Tujuan: Agar orang muda Katolik menjadikan dirinya pribadi yang
beriman tangguh sehingga kuat menghadapi tantangan zaman untuk siap sedia
melayani Gereja.
a) Niat-niat apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan peransertanya dalam
hidup menggereja.
b) Pendamping membagikan kertas dan pena kepada peserta untuk menuliskan
aksi konkit yang akan dilakukan di Paroki, lingkungan, dan di masyarakat.
c) Pendamping membagikan doa kepada peserta dengan harapan sebagai orang
muda dapat meneladan Santo Aloysius Gonzaga dalam hidup menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
9) Penutup
a) Doa Penutup: Doa Kepada Santo Aloysius Gonzaga (lampiran)
b) Lagu Penutup: Gerak dan Lagu “Remix OMK” (lampiran)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini penulis membuat kesimpulan mengenai hal-hal yang telah
dibahas pada bab-bab sebelumnya. Penulis akan menyampaikan saran bagi Pastor
Paroki bersama dewannya, pendamping orang muda dan keluarga-keluarga
Katolik agar membantu orang muda untuk meningkatkan penghayatan hidup
menggereja sebagai generasi Gereja.
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang didapatkan gambaran orang muda Katolik di Paroki
Santo Yusup Bintaran Yogyakarta. Secara konsep Gereja dipahami sebagai
bangunan dan Umat Allah yang bersama-sama mengimani Kristus berkumpul
untuk memuliakan Tuhan. Hidup menggereja menurut orang muda berarti terlibat
dalam kehidupan bersama, tidak hanya sekedar ke Gereja tetapi sungguh terlibat
dalam keprihatinan dan gerak Gereja.
Menurut orang muda dasar hidup menggereja adalah hidup Jemaat
Perdana seperti yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul. Penghayatan hidup
menggereja orang muda diwujudkan lewat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
oleh Gereja seperti menjadi putra Altar, lektor, organis, dan pengembangan iman
di PIR, OMK dan pendampingan umat dewasa. Orang muda berharap agar Gereja
lebih terbuka baik keluar maupun ke dalam Gereja, merangkul dan menyapa
orang muda agar semakin aktif dalam kegiatan Gereja. Demikian pula bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
menurut orang muda, harapan Gereja adalah agar orang muda menjadi pemimpin,
berani tampil, dan lebih aktif terlibat dalam kehidupan menggereja.
Secara konsep pemahaman orang muda tentang pewartaan belum tepat,
sebab ada yang mengatakan sarana, sebagai tim kerja, dan ada yang tidak tahu.
Menurut orang muda bentuk pewartaan yang dilakukan oleh Gereja diberikan
lewat EKM, PIA, dan OMK. Bentuk lain diberikan lewat sosialisai BKSN, BKL,
dan APP. Hidup menggereja orang muda diwujudkan di bidang pewartaan
misalnya terlibat di timja pewartaan PIA. Alasan orang muda aktif di bidang
pewartaan terlebih karena senang terlibat.
Pemahaman orang muda tentang liturgi adalah tim kerja yang menangani
hal-hal liturgis dalam Gereja dan suatu perayaan iman Gereja yang dilakukan
dengan partisipasi seluruh warga Gereja umat Allah yang mengimani Kristus.
Orang muda belum memahami bentuk liturgi yang dilakukan oleh Gereja karena
ada yang mengatakan timja, liturgi sabda dan ekaristi, dan ada juga yang tidak
tahu. Hidup menggereja orang muda di bidang liturgi diwujudkan lewat
peransertanya pada saat ekaristi seperti menjadi lektor. Alasan aktif di bidang
liturgi adalah karena rasa tanggungjawab sebagai kordinator.
Secara konsep orang muda tidak tahu arti persekutuan (koinonia).
Persekutuan yang dihayati oleh orang muda yaitu bergabung dalam persekutuan
OMK. Persekutuan ini baru dimulai pada awal tahun 2016. Orang muda tidak
tahu bentuk persekutuan yang ada di Paroki. Demikian halnya dengan
penghayatan hidup menggereja orang muda di bidang diakonia. Secara konsep
orang muda tidak paham tentang diakonia. Dari pengalaman orang muda selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
ini Gereja sudah melakukan pelayanan seperti kunjungan lansia dan mengantar
komuni untuk orang sakit. Penghayatan hidup menggereja orang muda di bidang
pelayanan (diakonia) diwujudkan dengan berpartisipasi dalam devisi acara, devisi
perlengkapan, dan devisi dekorasi untuk event-event Gereja.
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa penghayatan hidup menggereja
orang muda Paroki Santo Yusup Bintaran Yogyakarta belum diwujudkan lewat 4
bidang tugas Gereja yaitu; pewartaan (kerygma), liturgi (liturgia), persekutuan
(koinonia), dan pelayanan (diakonia). Penghayatan hidup menggereja orang muda
baru diwujudkan di bidang pewartaan yaitu pendampingan iman anak dan di
bidang liturgi menjadi kordinator dan petugas lektor. Namun ada juga yang
menghayatinya dengan ambil bagian sebagai devisi acara, dekorasi, perlengkapan,
dokumentasi, dan KOMSOS untuk kegiatan tertentu. Penghayatan hidup
menggereja orang muda juga baru terwujud di lingkup Paroki, sementara di
lingkungan orang muda jarang dilihat kehadiran dan partisipasinya.
B. Saran
Untuk meningkatkan hidup menggereja OMK di Paroki Santo Yusup
Bintaran, penulis akan menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Perlunya perhatian dan dukungan dari Pastor Paroki dan dewan Paroki.
Agar membantu orang muda dengan pendampingan dan pembekalan
sehingga orang muda terlatih. Pembinaan iman dan mental kiranya sangat
tepat untuk orang muda, mengingat tantangan zaman semakin kompleks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Orang muda perlu diberikan dorongan dan dukungan, mengajak berdialog
sekaligus menjadikan orang muda sebagai rekan kerja dalam
mengembangkan pelayanan Gereja.
2. Keluarga-keluarga Katolik yang ada di Paroki Santo Yusup Bintaran.
Agar memberikan keteladanan dalam hal beriman kepada anak-anaknya
dengan mengajak dan memberikan dukungan serta dorongan kepada orang
muda. Sejak dini mengajak anak-anaknya ikut kegiatan di Gereja dan ikut
pembinaan iman mulai dari PIA, PIR, dan OMK, sehingga Gereja bukanlah
sesuatu yang asing bagi orang muda.
3. Bagi Orang Muda Katolik di Paroki Santo Yusup Bintaran.
Hidup di zaman sekarang ini semakin ditandai dengan berbagai tantangan dan
tawaran-tawaran yang dapat menggoda orang muda. Maraknya tawaran dunia
seringkali membuat orang muda bingung, bahkan terkadang bisa tersesat.
Oleh karena itu, iman perlu kuat agar tidak mudah ikut semua tawaran dunia
dan akhirnya bisa aktif dalam hidup menggereja. Untuk itu orang muda
diharapkan harus memiliki daya juang yang tinggi dalam meningkatkan
ketekunan agar lebih peduli pada keprihatinan orang lain (dunia).
4. Bagi Orang Muda Katolik Pada Umumnya.
Orang muda zaman ini adalah termasuk generasi Y yang memiliki banyak
talenta, punya keberanian, mampu mencipta dengan kejutan-kejutan brilian.
Gereja membutuhkan orang muda dengan segala kreativitas yang dimiliki
dan keberanianya untuk membuat perubahan-perubahan baru demi kemajuan
Gereja. Maka dari itu, hendaknya orang muda Katolik mulai belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
meninggalkan zona nyaman dan menuju zona yang lebih bersemangat untuk
memperbaiki situasi karena banyak orang yang membutuhkan bantuan baik
untuk kemajuan Gereja maupun masyarakat luas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Ardisubagyo, Y. (1987). Menggereja di Kota. Seri Pastoral No.136. Yogyakarta:
Pusat Pastoral Yogyakarta
Balun, Bernard. S. (2012). Komunitas Basis Gerejawi Paroki. Jogyakarta:
Lamalera
Fransiskus Paus. (2015). Evagelii Gaudium (Sukacita Injil). Seruan Apostolik
Paus Fransikus (Seri dokumen Gerejawi N0. 94). (F.X. Adisusanto, SJ
dan Bernadeta Hartini Tri Prasati., Penerjemah). Bogor: Grafika
Mardi Yuana bekerjasama dengan: Departemen Dokumentasi dan
Penerangan KWI
Congregation For The Clergy. (2000). Petunjuk Umum Katekese. (General
Directory For Catechesis., Penerjemah). Bogor: SMK Grafika Mardi
Yuana bekerjasama dengan Departemen Dokumentasi dan Penerangan
KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1997)
In Nugroho, Budisantoso. R. SJ. (2016). OMK Hembuskan Kesegaran Baru.
Majalah Hidup No. 52, Tahun ke-70. 25 Desember. Hlm. 43. Jakarta:
Gramedia
Jacobs, Tom. SJ. (1979). Gereja. Seri Pastoral No.4. Yogyakarta: Pusat Pastoral
Yogyakarta
Kajetan, Esser. OFM. (1988). Fransiskus Asisi Karya-Karya. ( Leo Laba Ladjar
OFM., Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius
Konferensi Waligereja Indonesia, (1996). Iman Katolik. Buku Informasi dan
Referensi. Yogyakarta: Kanisius bekerjasama dengan Penerbit Obor
________.(1999). Kumpulan Dokumen Ajaran Sosial Gereja Tahun 1891-1991
dari Rerum Novarum sampai Centesimus Annus (R. Hardawiryana,
Penerjemah). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI
Konferensi Waligereja Regio Nusa Tenggara. (2007). Katekismus Gereja Katolik.
Ende: Arnoldus
Komisi Kepemudaan, KWI. (2014). Sahabat Sepeziarahan. Pedoman Karya
Pastoral Orang Muda Katolik Indonesia. Jakarta: Komisi Kepemudaan
KWI
Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana, SJ.,
Penerjemah). Jakarta: Obor bekerjasaman dengan Departemen
Dokumentasi dan Penerangan KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun
1993)
Lembaga Alkitab Indonesia. (1992). Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia
Mangunhardjana, A.M. (1986). Pendampingan Kaum Muda. Yogyakarta:
Kanisius
Moleong, Lexy. J. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Punomo, Aris. ( 2015). Jatidiri Orang Muda. Majalah Praba. Opini thn 67 - No.
20. Oktober- II. Yogyakarta: PT Muria Baru Offset
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Rukiyanto, B. A. (2009). Hidup Menggereja dalam Milenium Ketiga. Suatu
Pencarian Bentuk Baru Menggereja. Dalam buku Menerobos Pintu
Sempit. Yogyakarta: Kanisius. Hal 31- 56
Suparno, Paul. SJ. (2007). Saat Jubah Bikin Gerah. Yogyakarta: Kanisius
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif,
kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
________.(2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suwita. Pr. (2003). Seri Panca Tugas Gereja. Malang: Dioma
Septi, Widhiyudana, T. SJ. (2017). Harapan Gereja, Gereja Berharap. Majalah
Hidup No. 03, Tahun ke-7. 15 Pebruari. Hlm. 28-29. Jakarta:
Gramedia
Telaumbanua, Marinus OFMCap. (1999). Ilmu Katekeketik. Jakarta: Obor
Wuarmanuk, Yusti, H. (2017). Menjadi Teman Bagi OMK. Majalah Hidup No.
07, Tahun ke -71 12 Pebruari. Hlm. 4. Jakarta: Gramedia
Yohanes Paulus II. (1979). Catechesi Trandendae. Anjuran Apostolik Sri Paus
Yohanes Paulus II (Seri Dokumen Gerejawi N0. 28). (R.
Hardawiryana SJ., Penerjemah). Bogor: SMT Mardi Yuana
bekerjasama dengan: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.
________. (1990). Redemptoris Missio. Ensiklik Bapa Suci Yohanes Paulus II
(Dokumen Gerejani No.14). (Frans Borgias dan Alfons S. Suhardi,
OFM., Penerjemah). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan
Penerangan KWI. Cetakan Pertama 1991
________. (2006). Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), Bogor: Grafika
Mardi Yuana
Pustaka dari Internet:
Anonim. (2013). Ciri Khas Generasi Y. (Majalah Femina). (https://www. femina.
co.id/article/ciri-khas-gen-y-, diakses 18 Maret 2017)
Benediktus, Paus XVI. (2010). Pesan Bapa Suci pada Hari Komunikasi ke-
44. (Mirifika News). (http://www.mirifica.net/2010/03/17/pesan-
bapa-suci-pada-hari-komunikasi-ke-44/), diakses 7 April 2017
Erna, Agustin. (2015). Eksistensi Generasi Digital (Gen-Y).
(http://www.kompasiana.com/erna.fatmasari/eksistensi-generasi-
digital-gen-y_552f9e3e6ea834847d8b45c7), diakses 7 April 2017
Echwan. (2008). Gaya Hidup Bebas Remaja - Seks, Rokok, Konsumerisme.
(Nusantaranews).
(https://nusantaranews.wordpress.com/2008/12/13/keprihatinan-
gaya-hidup-bebas-remaja/, diakses 7 April 2017)
Gordi. (2016). Pesan Paus Fransiskus di Hari Orang Muda Katolik Sedunia 2016
di Krakow Polandia. (www.kompasiana.com/gordi/pesan-paus-
fransiskus-di-hari-orang-muda-katolik-sedunia-2016-di-krakow-
polandia, diakses 18 Maret 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Harsanto, Dwi. Y. (2014). Orang Muda Katolik (OMK) dan penghayatan
imannya. (http://www.katolisitas.org/orang-muda-katolik-omk-dan-
penghayatan-imannya/, diakses 7 April 2017
Riana Prapdi, P. (2016). Surat Sapaan Sumpah Pemuda Untuk OMK.
(Radio Suara Wajar 96,8 FM). (http://www.suarawajarfm.
com/2016/10/29/19393/surat-sapaan-sumpah-pemuda-untuk-omk.
html, diakses 7 April 2017
Yustisia, Natali. (2016). Teori Generasi. (http://dosen.perbanas.id/teori-generasi/,
diakses 8 April 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[1]
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[2]
Lampiran 2 Surat Telah Melakukan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[3]
Hasil Wawancara Responden 1
a. Identitas
Inisial : BT (20 tahun)
Hari/Tanggal : Sabtu, 28 Mei 2017
Waktu : Pukul 17.00 – 18.15
Tempat : Paroki Ruang Yerusalem
b. Hasil Wawancara
Peneliti : Menurut anda apa arti Gereja?
Responden : Bagi saya Gereja memiliki dua arti. Arti pertama secara fisik
adalah bagunan, arti kedua adalah manusia. Bangunan,
maksudnya di dalam Gereja itu ada umat yang menjadi satu
keluarga, beribadah bersama, hidup bersama menjadi satu
keluarga.
Peneliti : Apa yang anda mengerti tentang hidup menggereja?
Responden : Hidup menggereja seperti hidup bermasyarakat. Kehidupan
bersama dalam lingkup Gereja. Yang terorganisir seperti
keterlibatan dalam organisasi Gereja. Non organisasi seperti
salah satu bentuk kehidupan menggereja yakni peduli dengan
sesama umat.
Peneliti : Menurut anda, apa dasar hidup menggereja? Bagaimana wujud
hidup menggereja?
Responden : Dasar hidup menggereja adalah Injil. Dalam injil dikatakan
meskipun kita semua berbeda tetapi satu tubuh. OMK dan PIA
tidak perlu konflik. Contoh hidup menggereja itu, seperti
misalnya aktif dalam organisasi Gereja dan menunjukkan
kepedulian pada sesama.
Peneliti : Menurut anda, terlibat dalam hidup menggereja itu seperti apa?
Responden : Tidak tahu.
Peneliti : Apa harapan anda sebagai OMK terhadap Gereja?
Responden : Gereja harus lebih praktis, lebih terbuka terhadap kehidupan di
luar Gereja (masyarakat luar ) contohnya mengadakan kegiatan
sosial seperti bakti sosial, kunjungan panti jompo, (hal ini dirasa
kurang). Orang muda melakukan sesuatu untuk membuka ruang
bagi remaja. Karena selama ini remaja kurang pendampingan.
Dengan demikian OMK semakin menyadari potensi diri, dan
yakin bahwa OMK punya potensi menjadi wadah bagi remaja.
Peneliti : Menurut anda kira-kira apa harapan Gereja terhadap OMK!
Responden : OMK diharapkan bisa menjadi kader pemimpin Gereja dengan
pola pikir yang lebih fres (baru) dengan adanya ide-ide baru.
Kaderisasi untuk suatu pembaruan dan inovasi bagi kehidupan
menggereja.
Peneliti : Apa yang anda ketahui tentang pewartaan?
Lampiran 3 Data Wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[4]
Responden : Pewartaan adalah tim kerja yang mewartakan Injil atau Kabar
Gembira lewat berbagai cara. Lewat berbagai cara
menyampaikan nilai-nilai Injil contohnya lewat PIO, dengan
sasaran usia yang berbeda-beda.
Peneliti : Apa bentuk pewartaan yang dilakukan oleh Gereja Paroki anda!
Responden : EKM, Sekolah Minggu, rekoleksi OMK, Rekoleksi PIR.
Peneliti : Apakah anda terlibat dalam kegiatan pewartaan di Paroki,
lingkungan, dan masyarakat? Bagaimana wujud dari keterlibatan
anda? Apa peran anda?
Responden : Ya, saya terlibat sebagai pengurus PIA, PIOM, dan PIR. Bentuk
keterlibatan di PIR sebagai pendamping, tugasnya menjadi
jembatan antara dewan dan pengurus, memantau iven yang
diadakan pengurus PIR tugas mereka mengelola iven, menjadi
dewan penasehat bila ada kesulitan membantu. Di PIA mengajar
sekolah Minggu, terlibat dalam kepanitiaan kalau ada acara
ekaristi anak pada masa natal, paskah dan pesta, terlibat juga
menjadi panitia misa raya se-Kevikepan DIY. Di PIOM sebagai
pengurus, terkadang juga sebagai panitia pada event-event
tertentu. Contoh rekoleksi di Gua Maria Pereng sebagai devisi
acara. Pada misa OMK sebagai sekretaris. Dalam rangka
kegiatan AYD juga sebagai devisi acara. Di lingkungan pernah
menjadi panitia natal, dan ketua OMK yang menjadi jembatan
antara OMK lingkungan dan OMK Paroki pada event-event di
Gereja. Di masyarakat belum berbuat apa-apa.
Peneliti : Apa alasan anda terlibat di bidang pewartaan?
Responden : Karena senang ikut terlibat apalagi menjadi panitia. Untuk
kegiatan kepanitiaan paling senang kalau menjadi devisi acara.
Peneliti : Menurut anda, apa itu liturgi?
Responden : Tim kerja yang menangani hal-hal liturgis dalam Gereja seperti
panduan misa, pemazmur, dan organis.
Peneliti : Apa saja bentuk liturgi yang dilakukan oleh Gereja Paroki anda?
Responden : Lewat timja lektor, PPA, paramenta, padus, organis, tatalaksana,
dan prodiakon.
Peneliti : Apakah anda terlibat dalam kegiatan liturgi di Paroki dan di
lingkungan?
Responden : Terlibat suster… yaitu sebagai putra Altar sejak tahun 2008-
2012, ikut padus Fidelis sejak tahun 2015. Pernah lektor pada
saat dibutuhkan di Paroki maupun di lingkungan pada saat-saat
tertentu. Pernah juga menjadi pemazmur namun tidak menjadi
anggota.
Peneliti : Apa alasan anda terlibat di bidang liturgi?
Responden : Di padus karena senang bernyanyi. Menjadi putra altar, ikut
berpartisipasi saja karena baru ikut komuni pertama.
Peneliti : Apa yang membuat anda mau terlibat dalam hidup menggereja?
Apakah anda senang terlibat dalam hidup menggereja?
Responden : Pertama kepribadian saya itu ingin terlibat dan keinginan terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[5]
berpartisipasi. Kedua saya suka event-event. Ketiga aku merasa
ada talenta lalu mengapa tidak saya membagikannya dengan
terlibat dalam dinamika hidup Gereja. Keempat karena
lingkungan OMK nyaman, merasa diterima sehingga merasa
saudara sehingga nyaman untuk terlibat aktif. Ya … senang.
Saya senang melayani dengan iklas.
Peneliti : Adakah kesulitan anda untuk terlibat dalam kegiatan di Paroki di
lingkungan dan di masyarakat? Apakah anda berusaha mengatasi
kesulitan untuk terlibat dalam hidup menggereja?
Responden : Ya… ada, ketika SMA, karena di sekolah aktif sehingga sulit
mengatur waktu. Caranya ya… dengan berusaha untuk pintar-
pintar bagi waktu, tidak usah malas-malas, berusaha mengatur
waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[6]
a. Identitas
Inisial : Ben (21 tahun)
Hari/Tanggal : Sabtu, 3 Juni 2017
Waktu : Pukul 10.00 – 11.30
Tempat : Biara Charitas Jl Tamansiswa No 110 Yogyakarta
b. Hasil Wawancara
Peneliti : Apa yang anda ketahui tentang Gereja?
Responden : Persekutuan orang-orang beriman kepada Tuhan.
Peneliti : Apa yang anda mengerti tentang hidup menggereja?
Responden : Bingung, kurang lebihnya (karang taruna) untuk mengaktifkan,
menghidupkan karang taruna, karena anak muda di lingkup RT
sangat sedikit. Selain itu supaya saya juga ada peran di
masyarakt, supaya tetangga-tetangga, tahu meskipun saya punya
kesibukan lain tetap masih membantu masyarakat.
Peneliti : Apa dasar hidup menggereja?
Responden : Saya tidak tahu e sus.
Peneliti : Menurut anda, terlibat dalam hidup menggereja itu seperti apa?
Responden : Kurang lebihnya seperti (karang taruna) untuk mengaktifkan,
menghidupkan karang taruna. Anak muda di lingkup RT sangat
sedikit sus. Ambil bagian dalam hidup bersama.
Peneliti : Menurut anda, apa itu pewartaan? Apakah anda tahu bentuk-
bentuk pewartaan, yang ada di Gereja Paroki anda?
Responden : Bingung e sus. Tidak tahu. Kalau dilihat dari pewartaan.
Pewartaan…bingung sus… hehe…hehe…hehe…(tertawa lepas),
apa ya...hehe…hehe.. apa ya… wah… bingung sus. Bentuk
pewartaan ya tidak tahu juga.
Peneliti : Apakah anda terlibat di bidang pewartaan? Apa peran anda?
Apakah anda senang terlibat?
Responden : Ya, di pewartaan saya menjadi timja PIA. Peran saya pernah
memimpin doa, tetapi yang lebih sering menjadi konsumsi. saya
juga ditugasi sebagai devisi perlengkapan. Saya senang terlibat
karena senang melihat anak kecil yang polos dan bisa ketemu
dengan sepupu.
Peneliti : Apa yang anda pahami tentang liturgi?
Responden : Setau saya sih merayakan ekaristi yang di dalamnya ada sabda
dan ekaristi, itu sih sus. Pengetahuan saya sih kurang mendalam.
Peneliti : Apa saja bentuk-bentuk pelayanan liturgi yang ada di Paroki
anda?
Responden : Litugi terdiri dari dua bagian yaitu liturgi sabda dan liturgi
ekaristi. Itu yang saya tahu sus.
Peneliti : Apakah anda terlibat di bidang liturgi? Bagaimana keterlibatan
anda ketika merayakan liturgi? Mengapa anda mau terlibat?
Responden : Terlibat sus, ikut bernyanyi, saya bernyanyi sus….apalagi kalau
romo bernyanyi seperti inilah sabda, um..um..um…Tuhan datang
Hasil Wawancara Responden 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[7]
padaku, bersabdalah saja hambamu kan sembuh (sambil
dinyanyikan). Tapi kalau misa bahasa jawa seperti lagu bapa
kami saya tidak bisa sus…saya pakai bahasa Indonesia saja.
Kalau ada amin-amin gitu ya saya jawab gitu. Peran yang lain
yah….kalau ada kolekte ya saya kolekte. Sebagai umat saja, dulu
waktu PPA membantu imam, sekarang yah….jarang-jarang ikut
kor, setelah dikatain suara jelek jadi tidak mau ikut kor. Soalnya
pernah ada teman yang ngatain saya, pada waktu latihan dikatain
kamu not saja yang lain kata-kata, jadi saya sakit hati sus.
Sekarang saya tidak mau lagi latihan kalau ada pelatih itu. Tetapi
kalau tidak ada, saya mau ikut meskipun suara jelek dan kurang
enak dengan teman-teman. Soalnya kalau misa hari raya besar
sering dia itu pelatih jadi saya tidak bisa ikut berpatisipasi kor
pada hari-hari besar, itu sus. Pernah jadi lektor. Pertama kali
menjadi lektor degdegan sus…grogi…apalagi bacaannya
panjang. Di kor Fidelis ikut karena senang ikut bernyanyi
meskipun suara tidak bagus
Peneliti : Bagaimana anda mewujudkan iman di tengah masyarakat dan di
lingkungan kerja?
Responden : Di lingkup kampus dan di tempat kerja teman-teman sering
menanyakan saya. Mereka tidak lihat nama Andreas di nama
saya, pada umumnya mereka menganggap saya islam karena ada
nama Muhammad. Di tempat kerja teman-teman sering
mengajak saya solat. Ya… saya santai saja. Setelah mereka
selesai solat baru saya beritahu kalau saya Katolik.
Peneliti : Apakah anda terlibat di bidang pelayanan Gereja? Bagaimana
wujud keterlibatan anda? Apakah anda senang terlibat menjadi
tim PIA?
Responden : Ya…di PIA saya terlibat melayani kalau ada event-event sebagai
perlengkapan, dekorasi, dan dokumentasi. Ya senang-senang saja
sih. Saya tidak mau terlibat terlalu banyak. Setiap hari Minggu
saya ikut mendampingi PIA, di PIA saya juga bisa ketemu
dengan sepupu. Dalam struktur organisasi PIA hanya saya laki-
laki dan dipilih sebagai perlengkapan dan dekorasi hanya untuk
event-event tertentu kalau ada perayaan-perayaan. Di sekolah
Minggu ada grup-grup yaitu grup A, B, dan C, anggotanya
kurang lebih 7 orang. Setiap grup sudah diatur tugasnya sus.
Saya biasanya aktif di grup B sebagai konsumsi. selain melayani
di PIA saya juga menjadi Tim di KOMSOS sus.
Peneliti : Bagaimana pembagian tugas dalam grup?
Responden : Biasanya setiap kali mau bertugas timja membagi tugas, tetapi
saya memilih sie konsumsi yang paling aman sus. Saya pernah
memimpin doa tapi kalau saya disuruh memberi materi saya
bingung sus. Yang paling sering jadi konsumsi, datang
membawa makanan, disobeki, lalu dibagikan satu-satu. Dengan
uang 40 ribu setiap Minggu, saya mengatur membelikannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[8]
Kadang saya meminta ibu membuatkan snack kebetulan ibu saya
juga buka pesanan kue atau membelinya di pasar. Kalau minum
sudah disediakan di Gereja.
Peneliti : Apakah PIA diadakan setiap Minggu?
Responden : Ia sus, setiap Minggu kecuali Minggu ke 4, mulai pukul 07.30-
08.30 sesuai jadwal misa kedua. Setelah selesai PIA lalu bersih-
bersih dan merapikan semua peralatan PIA.
Peneliti : Apakah pernah mendengar tentang diakonia?
Responden : Belum sus.
Peneliti : Apakah anda pernah terlibat di masyarakat? Apa peran anda?
Responden : Pernah sus, sebagai panitia lomba tujuhbelasan di sana sebagai
pelaksana. Paling mentok dibagian surat-surat. Peran saya
selama ini sebagai pelaksana seperti dekorasi. Dulu sebelum
bekerja di Dagadu, saya aktif ronda setiap hari Rabu. Tetapi
karena sudah bekerja dan jadwal bentrok juga dengan kegiatan
futsal kemudian jadi jarang ikut ronda. Ronda hari Rabu ini
jadwal orang muda.
Peneliti : Mengapa anda memilih ikut ronda?
Responden : Yah…soalnya dari rumah saya itu supaya ada perwakilan, di
rumah saya laki-laki kan hanya saya. Jadi saya mewakili
keluarga gitu sus.
Peneliti : Menurut anda, apa arti persekutuan?
Responden : Apa yah namanya itu tidak hafal ya sus. Itu ada yang berdoa
Rosario itu. Apa namanya…yah… saya tidak tahu namanya sus.
Itu persekutuan sus, ya… kumpulan orang sus. Kalau di Kristen
kumpul itu disebut persekutuan. Itu yang saya tahu sus.
Peneliti : Apakah anda masuk dalam salah satu persekutuan yang ada di
Gereja Paroki anda? Apakah anda senang terlibat dalam
persekutuan itu?
Responden : Masuk dalam persekutuan OMK dan timja PIA. Senang sus,
karena di sana saya bisa membantu orang.
Peneliti : Menurut anda, apakah Gereja Paroki anda hidup menggerejanya
baik? Apakah umatnya dan OMK berpartisipasi dalam tugas
Gereja?
Responden : Menurut saya sih… Gereja di sini hidup. Begini sus…, di sini (di
Gereja ini) masih ada umat yang mau mengurus Gereja, misalnya
proker yang dibuat terlaksana, misalnya gitu, berarti Gereja itu
masih hidup, dan dari presentasi setiap timja masih ada yang
terlaksana.
Peneliti : Apa harapan anda terhadap Gereja?
Responden : He….he…ini pandangan saya di Gereja Bintaran ya sus.
He…he…harapan saya terhadap Gereja itu ya… di orang-
orangnya itu lho sus. Orang-orang yang terlibat di situ
em…em… orangnya supaya diberi pemahaman yang sama,
kalau kita di Gereja ini sama-sama melayani jangan saling
menjatuhkan, soalnya itu terjadi di Gereja ini. Model disini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[9]
masih sikut-sikutan gitu sus.. kayak di OMK masih ada kayak
gitu, OMK dan PIA sikut-sikutan, pengennya diberi pemahaman
yang sama supaya enak, jangan sampai nyacat dan ada omongan
yang tidak enak. Jadi…kordinasinya lebih baik lagi.
Peneliti : Apakah sikut-sikutan itu terjadi diantara OMK?
Responden : Ada sus…tapi dikit-dikit. Diantara OMK itu biasanya kalau saya
bekerja nyaman dengan ini, jadinya dia bekerja dengan itu saja.
Diantara OMK saja ada yang membuat kotak-kotak sendiri,
OMK merasa nyaman dengan kotaknya sendiri, sebagian
kelompok (kotak) tadi merasa hanya mereka yang bekerja
sementara yang lain tidak bekerja. Disini sus sebagian orang, ya
namanya orang muda gitu sus, yang pacaran membuat grup,
omongan mereka beda sus, namanya kalau senang yang lain
persetan begitu sus. Tidak semua cuma sebagai yang saya
rasakan. Saya akrab dengan semua orang jadi saya merasakan.
Peneliti : Dari pengalaman anda selama ini, bagaimana perhatian Gereja
terhadap OMK?
Responden : Perhatian terhadap OMK sih menurut saya sekarang berbeda
dengan yang kemaren ketika masih ada romo Wendy (nama
samaran), pada OMK bagus banget sih apalagi dari segi dana dan
ide membantu. Proker OMK semua ide dan tinggalan dari romo
Wendy seperti AYD ini adalah idenya. Jadi setiap bulan OMK
harus ada kegiatan dan semuanya di dukung. Kalau yang
sekarang mah, romonya, romo WIR (nama samaran) juga susah.
Tahun ini Gereja sangat memperhatikan OMK dengan
mengadakan temu orang muda se-Asia, berarti perhatian Gereja
terhadap orang muda bagus to. Gereja mempunyai harapan besar
terhadap orang muda.
Peneliti : Menurut anda, apa harapan Gereja terhadap OMK?
Responden : Apa ya sus… bingung sus. Kan ini ada tahun orang muda… ya
Gereja berarti berharap orang muda makin aktif di Gereja.
Peneliti : Apa yang anda pahami tentang hidup menggereja?
Responden : Bingung sus.
Peneliti : Menurut anda apa arti hidup bermasyarakat? Apakah sama hidup
menggereja dan bermasyarakat?
Responden : Apa yah…hidup bermasyarakat yah…berbaur yah…hidup dalam
masyarakat. Hidup menggereja dan bermasyarakat ya sama sus,
soalnya masyarakt umum juga termasuk masyarakt Gereja.
Peneliti : Apakah anda terlibat di masyarakat? Apa bentuknya?
Responden : Di RT saya ikut panitia lomba-lomba. Di masyarakat itu, kalau
lewat atau melewati orang tua khususnya di Jawa ada sopan
santun ya seperti, permisi … gitu (sambil ditirukan).
Peneliti : Apa motivasi anda terlibat dimasyarakat? Apakah anda senang
terlibat di Paroki dan di masyarakat?
Responden : Kurang lebihnya seperti di Karang Taruna. Saya ingin
mengaktifkannya, menghidupkan karang taruna, karena anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[10]
muda di lingkup RT saya sangat sedikit sus jadi saya ingin
membantu saja agar karang Taruna hidup lagi, itu saja sus.
Selain itu supaya saya juga ada peran di masyarakat, supaya
tetangga-tetangga tahu meskipun saya punya kesibukan lain tetap
masih membantu masyarakat. Senang terlibat sus.
Peneliti : Apakah ada kesulitan untuk terlibat dalam hidup menggereja di
Paroki, di lingkungan dan di masyarakat? Bagaimana
mengatasinya?
Responden : Ada ya sus… sekarang ini kan saya sudah bekerja di Dagadu
terkadang banyak pekerjaan sus. Apalagi saya ini dibagian
rekrutmen karyawan. Pulangnya hampir setiap malam, pulang
kerja sudah capek. Untuk sekarang ini saya tidak bisa banyak
aktif karena terdang hari Minggu pun saya masuk kerja. Tetapi
ya…pintar-pintar bagi waktu saja. Paling kalau saya datang
kegiatan OMK di Paroki saja, di lingkungan tidak pernah lagi.
Tetap berusaha semaksimal mungkin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[11]
a. Identitas
Inisial : YS (21 tahun)
Hari/Tanggal : Minggu 4 Juni 2017
Waktu : Pukul 10.00 – 12.10
Tempat :Biara Jl. Tamansiswa No 110 Yogyakarta
b. Hasil Wawancara
Peneliti : Bagaimana pemahaman anda tentang hidup menggereja
Responden : Hidup menggereja tidak hanya sekedar ke Gereja tetapi benar-
benar terlibat dalam Gereja, wujud dari terlibat itu adalah ikut
dalam kepanitiaan.
Peneliti : Apa bentuk keterlibatan anda dalam hidup menggereja?
Responden : Saya belum berbuat banyak karena masih baru bergabung di
OMK, sekarang ini banyak tugas dan tanggungjawab kuliah,
pulang kadang sudah malam sehingga tidak bisa banyak
membantu Gereja. Tetapi meskipun demikian saya membantu
teman saya CV (nama samaran) membuat panduan misa.
Peneliti : Bagaimana anda mewujudkan hidup menggereja dalam
bermasyarakat.
Responden : Hidup menggereja dapat diaplikasikan dalam hidup
bermasyarakat. Sebagaimana diajarkan oleh Gereja, seperti
cinta kasih, mencintai semua orang dan menghargai setiap
perbedaan. Dulu pernah menjadi pendamping PIR, namun
karena keterbatasan diri, dan tanggungjawab kuliah, akhirnya
pelayanan untuk Gereja berkurang. Namun masih tetap diberi
tanggungjawab kepanitiaan pada acara-acara yang
diselenggarakan oleh OMK. Dalam rangkaian AYD saya
dipercaya menjadi devisi acara.
Peneliti : Menurut anda, apa arti Gereja?
Responden : Gereja adalah persekutuan orang beriman yang percaya pada
Tuhan. Dalam diri setiap orang Tuhan hadir. Hehe…menurutku
sih itu. Bagaimana ya sus…manusia itu adalah secitra dengan
Allah, sehingga dalam diri manusia selalu ada yang berharga.
Meskipun pada kenyataannya ada kekurangan tetapi bahwa
manusia itu sangat berharga.
Peneliti : Apa hubungan manusia sebagai citra Allah dengan Gereja?
Responden : Begini sus… di dalam Gereja kan ada timja seperti timja PIA,
timja PIR, timja OMK, seharusnya setiap timja tidak boleh
menganggap diri paling baik, kalau ada masalah pribadi jangan
menyangkutpautkan dengan kelompok, supaya bersama-sama
saling mendukung, tidak saling menjelekkan. Setiap orang pasti
ada kelemahan namun janganlah kelemahan satu orang terus
diusik sehingga mengganggu suasana antar timja
Peneliti : Menurut anda, apa itu hidup menggereja?
Hasil Wawancara Responden 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[12]
Responden : Hidup menggereja itu adalah bahwa setiap orang tidak hanya
sekedar umat, tetapi sebagai umat ia harus mengabdikan diri
pada Gereja, berpartisipasi, berusaha mengenal Gereja, mau
berdiskusi, menemukan dan menyelesaikan masalah dan
tantangan yang dihadapi oleh Gereja.
Peneliti : Apa dasar hidup menggereja?
Responden : Hehe… tidak tahu sus apa dasar hidup menggereja.
Peneliti : Menurut anda, terlibat dalam hidup menggereja itu seperti apa?
Responden : Tidak tahu
Peneliti : Apa bentuk parsipasi yang sudah anda lakukan pada saat
merayakan misa?
Responden : Setiap Minggu sore selalu misa, mendengarkan dan menyimak
homili romo dan melakukannya dalam hidup sehari-hari.
Meskipun suara tidak bagus tetapi ikut anggota kor OMK, kor
lingkungan belum pernah, pernah juga menjadi mesdinar,
menjawab dialog dari romo, sebagai umat ikut bernyanyi, dan
menyambut komuni.
Peneliti : Munurut anda, apa itu pewartaan? Apakah anda terlibat di
bidang pewartaan? Apa peran anda?
Responden : Hehe…pewartaan…apa itu pewartaan…sarana sus. Wadah
pewartaan…PIA, PIR, itu yang saya tahu. Hehe saya belum
terlibat sus. Saya kan baru masuk anggota OMK. Saya belum
berbuat apa-apa ni sus.
Peneliti : Menurut anda, apa itu persekutuan?
Responden : Persekutuan itu adalah perkumpulan orang yang mempunyai
tujuan yang sama misalnya; mungkin persekutuan orangtua
terpanggil. Persekutuan OMK, PIR, PIA. Hehe….itu yang saya
tahu sus. Belum pernah mendengar persekutuan.
Peneliti : Menurut anda, apa arti pelayanan? Pernahkah anda mendengar
pelayanan yang dilakukan Gereja Paroki anda?
Responden : Arti pelayanan, apa ya sus…mungkin pelayanan lingkup
kunjungan lansia, memberikan komuni pada lansia dan orang
sakit, yang saya tahu itu sus. Saya tidak pernah mendengar
pelayanan yang dilakukan Gereja.
Peneliti : Sejauh yang anda lihat dan rasakan. Apakah Gereja sudah
memberikan pelayanan di luar Gereja? Apakah anda pernah
pernah terlibat?
Responden : Apa ya sus…belum pernah lihat e…. Kami OMK pernah sus
mengadakan bakti sosial, kunjungan ke pantiasuhan di Parakan.
Nanti pada tgl 24 Juni 2017, bagi takzil di perempatan jalan
lampu merah sekitar Bintaran dan Tamansiswa. Dekorasi lampu
Gereja, ikut kor, mesdinar, dan menjadi devisi acara dalam
rangkaian kegiatan AYD.
Peneliti : Pernahkan anda terlibat di lingkungan? Apa peran anda?
Responden : Di lingkungan saya belum berbuat apa-apa sus. Di lingkungan
tidak aktif, tetapi kalau ada misa peringatan arwah pernah juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[13]
datang. Kegiatan doa harian dan devosi Rosario setiap hari di
lingkungan saya tidak datang karena pulang kuliah sudah
malam, waktunya tidak bisa.
Peneliti : Bagaimana perasaan anda terlibat dalam kegiatan di Gereja?
Apa alasan anda terlibat?
Responden : Terlibat di OMK, saya senang karena menambah relasi, kalau
hanya ikut misa kemudian pulang tidak ikut kegiatan di Paroki
merasa kosong. Karena di OMK nyaman dengan dinamika hidup
OMK, di sana saya bisa berkegiatan. Ada kebahagiaan tersendiri
setelah ikut menyumbangkan diri untuk kegiatan Gereja.
Kegiatan Gereja yang paling saya senang adalah ikut kor OMK.
Peneliti : Apa harapan anda sebagai OMK terhadap Gereja?
Responden : Ini sus…lebih banyak ini sus… ah…lebih banyak menjamah
lingkungan, memperbanyak kunjungan dari romo, menyapa
umat dan OMK di lingkungan. Romo Paroki lebih menyapa
umat, karena kalau kita dekat dengan Romo Paroki, kita lebih
mudah dan enak menyampaian ide-ide untuk kemajuan Gereja.
Sapaan Pastor Paroki pada OMK sangat penting, kalau Pastor
Paroki tidak mau menyapa, OMK ketakutan untuk
menyampaikan ide.
Peneliti : Menurut anda, apa harapan Gereja terhadap OMK di Paroki
Santo Yusup Bintaran?
Responden : Orang muda harus lebih bisa mengayomi yang lebih muda.
OMK lebih berani tampil, karena pada kenyataannya ada banyak
OMK yang memiliki kelebihan, tetapi mereka tidak berani.
Banyak OMK di Paroki tetapi yang tampil cuma orang-orang itu
aja.
Peneliti : Apa yang anda ketahui tentang pewartaan?
Responden : Sarana, wadah pewartaan PIA, PIR, OMK. Yang diwartakan
adalah sukacita injil.
Peneliti : Apa bentuk pewartaan yang dilakukan oleh Gereja Paroki anda?
Responden : Tidak tahu.
Peneliti : Apakah anda terlibat dalam kegiatan pewartaan di Paroki,
lingkungan, dan masyarakat? Apa peran anda?
Responden : Di Paroki, lingkungan, masyarakat saya belum terlibat
Peneliti : Apa alasan anda tidak terlibat di bidang pewartaan?
Responden : Karena masih baru bergabung sus. Terus saya masih fokus untuk
kuliah.
Peneliti : Apa yang anda mengerti tentang liturgi?
Responden : Perayaan iman bersama semua umat beriman.
Peneliti : Apa saja bentuk liturgi yang dilakukan oleh Gereja Paroki anda?
Responden : Apa ya sus. Saya tidak tahu e..
Peneliti : Apakah anda terlibat dalam kegiatan liturgi di Paroki dan di
lingkungan? Apa peran anda?
Responden : Terlibat sus, bentuk partisipasinya, setiap Minggu sore selalu
misa. Mendengarkan dan menyimak homili romo dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[14]
melakukannya dalam hidup sehari-hari. Ikut anggota kor OMK .
Menjadi mesdinar, menjawab/menanggapi dialog dari romo.
Sebagai umat ikut bernyanyi, dan menyambut komuni.
Peneliti : Apa alasan anda terlibat di bidang liturgi?
Responden : Senang bernyanyi aja.
Peneliti : Menurut anda, apa arti Persekutuan?
Responden : Persekutuan itu adalah perkumpulan orang yang mempunyai
tujuan yang sama misalnya, mungkin persekutuan orangtua
terpanggil. Persekutuan OMK, PIR, PIA. Hehe….itu yang saya
tahu sus. Belum pernah mendengar persekutuan.
Peneliti : Menurut anda, apa maksudnya diakonia, atau pelayanan?
Responden : Apa ya sus…mungkin pelayanan lingkup kunjungan lansia,
memberikan komuni pada lansia dan orang sakit, yang saya tahu
itu sus.
Peneliti : Menurut pengamatan anda, apa saja bentuk-bentuk pelayanan
yang dilakukan Gereja Paroki anda, baik secara eksternal
maupun internal? Apakah anda terlibat dalam pelayanan?
Responden : Apa ya sus…belum pernah lihat e. yang internal dilakukan
OMK pernah sus…OMK pernah mengadakan bakti sosial,
kunjungan ke pantiasuhan di Parakan. Nanti pada tgl 24 Juni
2017, bagi takzil di perempatan jalan lampu merah sekitar
Bintaran dan Tamansiswa. Pernah sus, dekorasi lampu Gereja.
Devisi acara dalam rangkaian kegiatan AYD.
Peneliti : Bagaimana Partisipasi anda dalam hidup menggereja di
lingkungan, Paroki, dan masyarakat? Bagaimana perasaan anda
bila terlibat dalam hidup menggereja?
Responden : Di Lingkungan ikut misa peringatan arwah. Di Paroki masuk
OMK membantu pengadaan buku panduan misa, ikut kor OMK.
Senang dan bahagia bisa melayani, bisa menyumbangkan diri
untuk Gereja.
Peneliti : Apakah ada kesulitan untuk terlibat dalam kegiatan di Paroki
dan di lingkungan? Apakah anda berusaha mengatasi kesulitan
untuk terlibat dalam hidup menggereja?
Responden : Sibuk kegiatan di kampus, biasanya sih Mengatur waktu supaya
bisa membantu di Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[15]
a. Identitas
Nama : Untung (25 tahun)
Hari/Tanggal : Kamis, 6 Juli 2017
Waktu : Pukul 06.15 – 08.20
Tempat : Pendopo Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta
b. Hasil Wawancara
Penulis : Apa yang anda ketahui tentang Gereja?
Responden : Gereja itu adalah e…tempat berkumpulnya umat beriman.
Beriman kepada Yesus, umat beriman yang berkumpul dalam
satu wilayah yang percaya kepada Yesus, itu saja.
Penulis : Apa yang anda mengerti tentang hidup menggereja?
Responden : Hidup menggereja itu berkumpul merayakan ekaristi, lalu
beramal kasih, lalu…terlibat dalam kegiatan umat seperti kalau
misalnya di lingkungan ikut Rosario, pendalaman kitab suci,
terus juga terlibat dalam kehidupan masyarakat.
Penulis : Menurut anda, apa dasar hidup menggereja?
Responden : E…dari Kitab Suci, dari Kisah Para Rasul. Yang ada kehidupan
Gereja perdana, mereka berkumpul berdoa, membaca Kitab
Suci, memecahkan roti melakukan pelayanan, berkotbah yang
dilakukan oleh Gereja Perdana Gereja juga melakukan itu
sekarang, seperti misalnya dalam liturgi, pewartaan, ada
paguyuban. Lebih banyak pada tiga bidang ini. itu sih sus.
Penulis : Menurut anda, terlibat dalam hidup menggereja itu seperti apa?
Responden : Ya…mungkin juga terlibat dalam kegiatan-kegiatan Gereja
misalnya terlibat menjadi putra Altar, lektor, atau organis, baik
yang liturgis maupun non liturgis yang termasuk
pengembangan iman, ada PIR, OMK, ada pendampingan umat
dewasa.
Penulis : Apa harapan anda sebagai OMK terhadap Gereja?
Responden : Mungkin Gereja membuka diri, untuk keterlibatan OMK,
mengajak OMK dalam kegiatan-kegiatan Gereja seperti;
misalnya kegiatan liturgi atau apapun itu, OMK kalau
dilibatkan, disapa sampai pada masing-masing personal pasti
banyak yang akan terlibat. Tetapi kalau kurang sapaan, kurang
ajakan OMK tidak mau aktif. Gereja yang dimaksud adalah
bisa Pastor Paroki, dewan paroki, ketua lingkungan. Kadang
dengar-dengar ketua lingkungan juga tidak/kurang menyapa
OMK. Kalau misalnya ada informasi dari OMK Paroki kadang
hanya beberapa dari OMK yang menerima informasi. Mungkin
seperti itu. Saya rasa itu cukup untuk ajakan terlibat saja pada
OMK.
Penulis : Menurut anda, apa harapan Gereja terhadap OMK?
Responden : E…(bingung) ya…lebih terlibat aktif, diharapkan lebih terlibat
Hasil Wawancara Responden 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[16]
lagi. Itu saja sih yang saya bisa jawab. Saya tidak tahu harapan
Gereja sesungguhnya, hehe….
Penulis : Apa yang anda ketahui tentang pewartaan?
Responden : Apa ya, pewartaan adalah mewartakan sukacita Injil kepada
semua orang dan mengajak umat untuk menjadi pewarta
sabdanya. Yang diwartakan adalah sukacita Kristus, itu saja
yang saya tahu.
Penulis : Apa saja bentuk pewartaan yang dilakukan oleh Gereja Paroki
anda?
Responden : Ada pendampingan iman kepada anak-anak, remaja, OMK, lalu
dewasa, usia lanjut terus juga ada e…apa ya…pendampingan
bagi mereka yang akan menerima sakramen inisiasi, jadi kalau
yang di Bintaran ini selain pendampingan pada calon baptis,
krisma juga ada di sini. Terus lainnya ada juga bidang APP, dan
mendampingi katekese. Yah… itu saja.
Penulis : Apakah anda terlibat dalam kegiatan pewartaan di Paroki,
lingkungan, dan masyarakat? Bentuknya apa? Apa peran anda?
Mengapa anda terlibat?
Responden : Kalau saya di Paroki tidak aktif tetapi kalau di lingkungan aktif
kalau di minta oleh ketua lingkungan untuk menjadi pemandu
Adven dan APP, selama ini sih peran saya lebih banyak
menjadi pemandu seperti APP, adven, dan BKSN. Di bidang
pewartaan saya cuma melakukan hanya sedikit itu saja tidak
banyak dampaknya, hehe. Kalau di masyarakat saya tidak
terlibat, cuma pernah mengurus salah satu seksi di RT.
Penulis : Mengapa anda terlibat?
Responden : Di Paroki senang melayani. Di lingkungan umatnya sedikit
enak diajak komunikasi, tetapi mungkin juga kalau
kelompoknya besar, orang-orangnya terpelajar berbeda lagi.
Penulis : Apakah ada pastisipasi lain yang anda lakukan dalam
pewartaan?
Responden : Cukup di bidang liturgi saja. Karena saya menyadari sedikit
pemahaman, di bidang pewartaan kan juga dibutuhkan
pengalaman dan juga pendidikan untuk terlibat di pewartaan.
Dulu pernah mendampingi PIA tapi di lingkungan.
Peneliti : Mewartakan tidak hanya lewat kata-kata tetapi juga lewat
perbuatan, bagaimana pengalaman anda memberi kesaksian
hidup di masyarakat?
Responden : Ya.tidak tahu e...mungkin tahu tapi belum tahu merumuskan
kata-kata.
Penulis : Mengapa anda mau terlibat di Paroki, lingkungan, dan di RT?
Responden : Saya senang melayani, dan saya bahagia melayani di
lingkungan karena umatnya sedikit, tidak terlalu sulit
mengadapi umat karena tidak ada yang terlalu mau berdebat.
Tetapi mungkin juga kalau kelompoknya besar, orang-orangnya
terpelajar berbeda lagi ya. Di RT ya ikut saya sebagai warga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[17]
Penulis : Apakah ada pastisipasi lain yang anda lakukan dalam tugas
pewartaan?
Responden : Yah….tidak ada suster, saya cukup di bidang liturgi saja.
Karena saya menyadari sedikit pemahaman. Di bidang
pewartaan kan juga dibutuhkan pengalaman dan juga
pendidikan untuk terlibat. Dulu sih pernah mendampingi PIA
tapi di lingkungan, sekarang ini karena sudah dihendel di
Paroki ya….saya tidak mau aktif di bidang itu lagi saya cukup
di liturgi saja.
Penulis : Menurut anda, apa arti liturgi? Apakah pernah ikut perayaan-
perayaan liturgi di Gereja?
Responden : Pengertian liturginya…, ya…apa ya sus…ya… saya tidak tahu.
O…liturgi itu adalah suatu perayaan iman Gereja yang
dilakukan dengan partisipasi seluruh warga Gereja umat Allah,
yaitu Gereja Bintaran, umat Allah yang mengimani Kristus.
Penulis : Apa saja bentuk liturgi yang dilakukan oleh Gereja Paroki
anda?
Responden : Ada perayaan ekaristi harian, mingguan, hari raya, lalu juga
e…penerimaan sakramen-sakramen, lalu ibadat adorasi, dan
ada devosi-devosi.
Penulis : Apakah anda terlibat dalam kegiatan liturgi di Paroki dan di
lingkungan? Bentuknya apa?
Responden : Kalau di Paroki ya… terlibat di liturgi menjadi lektor dan baru
3 tahun ini. Dulu dari SD sampai SMA menjadi Putra altar.
Saya terlibat menjadi lektor, selain itu ikut kor walaupun tidak
bisa nyanyi, cuma ikut gandul, karena bapak-bapaknya sedikit.
Penjadi pengurus dan kordinator lektor, mengurusi para
kordinator dan semua anggota lektor. Setiap hari mengontrol
teman-teman lektor dan lektris yang hendak bertugas pagi. Jadi
setiap pagi tengok-tengok sakristi, kalau sudah ada ikut misa
biasa, kalau tidak ada ya saya menggantikan.
Peneliti : Bagaimana peran serta anda lewat sakramen-sakramen yang
dilakukan oleh Gereja?
Responden : Lewat sakramen-sakramen Gereja saya hanya terlibat dalam
sakramen ekaristi. Kalau devosi Santo Yusuf kadang datang,
kalau ada kegiatan Rosario kadang datang pada bulan Mei dan
Oktober. Kalau adorasi saya kadang lakukan sendiri tetapi juga
bersama lingkungan, peran saya kadang menjadi pemimpin.
Peran saya ketika Rosario ikut berdoa, ya.. kadang-kadang di
minta untuk memimpin. Partisipasi dalam perayaan ekaristi
ya…e…sebagai umat, peransertanya, ikut mendengarkan sabda
Tuhan, lalu ikut bernyanyi, menanggapi dialog antara imam
dengan umat, kolekte, jadi lektor, terlibat kor kalau sedang
dapat tugas, tata laksana dan kor, udah itu saja. Peran serta
bidang liturgi di lingkungan kalau ada ujub, lalu ada misa
lingkungan, terus kadang juga misa di kapel susteran PIJ.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[18]
Perannya selama ini kebanyakan jadi umat. Pernah sih jadi
lektor, dan kadang kor, kalau misalnya ada kor lingkungan
diundang.
Penulis : Mengapa anda terlibat dalam perayaan liturgi?
Responden : Senang saja sus, ya…senang terlibat. Dan juga merupakan
kesempatan untuk terlibat, terus… ya… udah itu saja. Ada
lagi yaitu mencari berkat untuk hari itu sus.
Penulis : Adakah kesulitan anda untuk terlibat dalam kegiatan di Paroki,
lingkungan dan di masyarakat? Bagaimana mengatasinya?
Responden : Kendala, kalau misalnya ada lembur di tempat kerja, terus juga
misalnya teman-teman lektor rodo-rodo bandel kadang juga
aduh…yang muda-muda kadang kalau misalnya tugas
mingguan sudah diingatkan tetapi rodo ngeyel. Mengatasinya
ya…namanya lembur tidak bisa toleran, terpaksa saya tidak
bisa datang ke lingkungan, tetapi ini kan tidak sering ada
lembur, sebisa mungkin saya pasti ikut kegiatan di lingkungan.
Untuk di Paroki tugas saya sebagai kordinator lektor ya…saya
selalu mengusahakan datang setiap hari ke Gereja untuk misa
kudus dan juga untuk memantau petugas. Bila ada yang tidak
datang, saya siap menggantikannya.
Peneliti : Apakah anda ikut persekutuan OMK?
Responden : Saya tidak ikut persekutuan OMK, karena saya sudah umur.
Saya sudah tua suster jadi ya…, saya di liturgi sebagai OMK
juga sudah terlibat. Dulu juga ajakan untuk terlibat dari OMK
itu kurang. OMK kurang ada sapaan, kurang mengajak teman-
teman OMK lain, jadi yang terlibat ya hanya yang ikut jadi
OMK dan yang mungkin mereka yang lebih bisa bergaul.
Kalau saya sih agak kurang bisa bergaul karena perbedaan usia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[19]
a. Identitas
Nama : Ratih (24 tahun)
Hari/Tanggal : Sabtu, 8 Juli 2017
Waktu : Pukul 10.20 – 11.55
Tempat : Biara Charitas Jl.Tamansiswa No 110 Yogyakarta
b. Hasil Wawancara
Penulis : Anda sebagai kordinator PIA, punya rekan kerja bernama BT
dan Ben. Dari pengalaman selama ini, apakah BT dan Ben aktif
di PIA?
Responden : Kalau BT sih aktif ya…dia aktif dan tanggungjwab, Di PIA dia
sebagai sekretaris. Pernah tidak aktif. Kalau ada event dia selalu
sebagai devisi acara.
Penulis : Kalau Adief bagaimana melaksanakan tugas di PIA?
Responden : Kalau di PIA sih, jarang sih. Ini jujur yah…paling kalau dia di
PIA dia hanya foto-foto, tidak pernah mau omong atau cerita.
Tidak pernah mau memberi materi atau bercerita. Kalau seingat
saya, bulan Mei kemaren dia pernah datang, bulan Juni ini dia
belum pernah datang. Untuk bulan Juli ini kemungkinan
tugasnya Minggu depan tanggal 16 dia dijadwalkan. Sedangkan
BT, dia datang setiap Minggu karena dia adalah wakil saya jadi
dia juga saya minta ikut mendampingi saya, karena selama ini
terkadang ada pendamping tidak datang.
Peneliti : Sudah berapa tahun terlibat di OMK?
Responden : Sudah 3 tahun ini sejak awal sebelumnya di Gereja Kota Baru,
aku tidak terlibat di Bintaran karena di sini tidak tahu
kegiatannya. Dulu kan kalau ke Gereja sama ibu diajaknya ke
Gereja Kota Baru, terus di Bintaran tidak ikut apa-apa. Dulu
cuma di baptis dan komuni saja di situ. Terus SMA itu sama
temanku dia mengajak EKM di Kota Baru dan kemudian saya
ikut sejak awal kuliah sampai selesai kuliah, jadi sekitar 4 tahun
dari tahun 2011-2014.
Peneliti : Sekarang ini apa kegiatan anda? Bagaimana membagi waktu
untuk terlibat dalam Gereja? Apakah ada kesulitan?
Responden : Kerja di Bank Mandiri, Tidak sulit sih, paling kalau kegiatan
Gereja misalnya rapat-rapat gitu kan pasti jam 6 atau jam 7 gitu,
ya biasa aja sih. Kalau memang ada acara pagi dan siang
yah…aku nggak ikut. Tapi jarang kan ada kegiatan pagi atau
siang. Setiap Minggu ya mengajar PIA jadi ya…biasa saja.
Peneliti : Sudah berapa tahun menjadi kordinator PIA?
Responden : Berjalan 2 tahun ini sejak Januari 2016 nanti sampai 2018 ikut
periode dewan Paroki.
Peneliti : Menurut anda apa itu Gereja?
Responden : Apa ya…tempat…tempat hehe…, apa nek, simpelnya sih rumah
secara fisik, yah… rumah Tuhan. Ya…nek gampangnya sih
Hasil Wawancara Responden 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[20]
bangunan sih, hehe…piye yo, kalau yang holy-holy gini susah e
hehe. Gereja umat Allah itu…e…, bingung jelasinya sus…, piye
ya… kayak apa ya… persekutuan orang-orang yang seiman,
yaitu orang-orang nasrani gitu, yaitu pengikut Kristus, itu saja
lah.
Peneliti : Apa yang anda mengerti tentang hidup menggereja?
Responden : Terlibat untuk melayani apa yang dibutuhkan Gereja, entah itu
nanti seperti yang kemaren ada kegiatan AYD, terlibat gitu, atau
Gereja butuh pendampingan anak, nah terlibat disitu, juga
Gereja membutuhkan pendampingan remaja, nah terlibat disitu.
Pokoknya apa yang dibutuhkan Gereja, selain itu, orang kan
kadang mengatakan misa pun sudah di bilang hidup
menggereja, tetapi lebih dari itu, perlu keterlibatan pada apa
yang dibutuhkan oleh Gereja.
Peneliti : Menurut anda apa dasar hidup menggereja? Apakah pernah
mendengar atau membaca di Kitab Suci cara hidup menggereja?
Responden : Panggilan sih kalau yang saya tahu. He he…tidak tahu. Kalau
di Kitab Suci, jujur suster saya tidak tahu he…he …
Peneliti : Kalau menurut anda seperti apa contoh hidup menggereja?
Responden : Seperti masuk dalam tim-tim kerja atau kepanitiaan, tidak harus
sebagai panitia, misalnya kegiatan AYD kemaren dia diundang
jadi bisa terlibat kan sebagai anggota. Terlibat dalam kegiatan
yang diadakan Gereja. Di Gereja kan banyak kegiatannya, tidak
hanya kegiatan anak-anak, misalnya kan kalau ada pergantian
dewan, dan pengurus lingkungan, terlibat dalam pengurus dewan
harian, atau bisa terlibat di sembahyangan lingkungan, ada
Rosario ya ikut gitu.
Peneliti : Menurut anda, hidup menggereja itu bisa diterapkan dimana?
Apakah hanya di Paroki dan lingkungan saja? Apakah bisa
diterapkan di masyarakat?
Responden : Bisa, karena apa yang kita dapatkan, misalnya, aku…biasanya
kan kalau aku ikut kegiatan ini dan kegiatan itu di Gereja, terus
di kampung juga seharusnya seperti itu, misalnya kalau ada
acara tujuhbelasan ya saya terlibat di situ tidak melulu di
Gereja. Tetapi bisa mengambil hal-hal positif dari kegiatan di
Gereja juga diterapkan di masyarakat. Jadi bersosialisasi tidak
hanya di kegiatan Gereja tetapi juga di masyarakat, dengan cara
terlibat dalam kegiatan apa saja sih.
Peneliti : Apa harapan anda sebagai OMK kepada Gereja Bintaran?
Responden : Menurutku di Bintaran ini, pengennya pendidikan berjenjang itu
kelihatan misalnya keterlibatan itu dapat dilihat dari keterlibatan
mulai dari anak-anak, terus setelah nanti dia komuni, dia ikut
kegiatan PIR. Remaja sudah kelar ya ikut pada kegiatan OMK.
Secara gampangnya pengennya ada keterlibatan mulai dari sejak
kecil (PIA), jadi, meskipun dia sudah menikah, yah tetap mau
terlibat dalam hidup menggereja. Karena meskipun tidak lagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[21]
menjadi OMK tetapi harapannya nanti mereka juga tetap mau
terlibat. Soalnya pendidikan berjenjang itu macet di
pendampingan remaja, jadinya sulit menjaring anak-anak yang
sudah selesai remaja terlibat di OMK. Juga supaya selalu ada
kordinasi dari tim pewartaan dengan mengadakan rapat rutin.
Juga seperti di bidang liturgi, tugasnya jangan sampai ada yang
macet agar lancar, jangan lupa penjadwalan petugas liturgi sus.
Peneliti : Sebagai OMK, kira-kira apa harapan Gereja kepada OMK?
Responden : Keaktifan sih, akhir-akhir ini saya merasakan apa-apa
dilimpahkan kepada OMK, seperti adanya kegiatan AYD ini,
tetapi menurutku juga sih tidak apa-apa. Kayak terus besok
pengennya ada misa tujuh belasan, dipasrahin kepada OMK,
agar OMK semakin aktif dalam kehidupan Gereja. Kalau
diminta menjadi panitia ya harusnya bersedia.
Peneliti : Menurut anda apa itu pewartaan?
Responden : Pewartaan itu apa ya, menyampaikan, piye ya…menyampaikan,
menyebarkan dan mewartakan kabar sukacita kepada sesama
yang dijumpai.
Peneliti : Gereja melakukan tugas pewartaan ini lewat cara apa?
Responden : Sosialisasi PIA, BKSN, BKL,APP, dan adven yang saya tahu itu
sih. Itu ada ke anak-anak, orang muda juga untuk lingkungan.
Kalau untuk remaja saya tidak tahu. Musti yang dilakukan
selama ini untuk anak-anak dan di lingkungan, terus
Pengkaderan untuk para katekis setau ku ada.
Peneliti : Dari sekian bentuk pewartaan Gereja, anda terlibat dimana? Apa
peran anda?
Responden : APP, kecuali BKL karena nek BKL itu kemaren secara umum,
jadi hanya dilakukan di lingkungan. Saya tidak ikut pemberi
materi, aku hanya ikut membagikan bukunya ke lingkungan
membantu pak Darmo. Tetapi kalau untuk yang APP, BKSN dan
adven aku memberikan materinya untuk anak-anak juga
menyampaikan materi pada pendamping PIA di lingkungan.
Perannya sebagai memberi materi. Di lingkungan aku tidak
terlibat sih, cuma kalau ada sembahyangan sesekali, tetapi jarang
ikut kegiatan. Tetapi ada natalan atau pesta nama lingkungan
tetap OMK dan anak-anak yang diajak terlibat
Peneliti : Sebagai orang muda, anda senang sebagai pekerja, atau
penggagas atau pelopor? Bagaimana dengan anda?
Responden : Kalau saya senang dua-duanya. Kalau teman-teman OMK dari
pengalaman, teman-teman lebih banyak yang mengatakan apa
yang bisa saya kerjakan? Mereka lebih pasif mungkin mereka
masih baru sehingga belum berani, juga karena yang sekarang
ini banyak yang baru.
Peneliti : Apakah anda terlibat di masyarakat? Mengapa anda terlibat?
Bagaimana kehadiran anda sebagai orang Kristen di tengah
masyarakat?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[22]
Responden : Ya….ngurmangsani (sadar diri) yah….karena tetangga. Sadar
diri aja, karena kalau tidak ikut, yang membantu siapa? Ya…
hadir di masyarakat kalau ada kegiatan. Menjaga kerukunan
terhadap masyarakat dan sopan sama kepada semua orang.
Peneliti : Menurut anda, apa arti litrugi?
Responden : Liturgi itu…apa ya…yang mendalami tentang apa ya…,bingung
ya. Saya tidak tahu. Ini saya jujur saya bingung menjawabnya.
Saya sok bingung menyusun kata-kata .
Peneliti : Gereja melayani liturgi itu bentuknya seperti apa?
Responden : Dengan adanya perayaan ekaristi atau lewat sakramen-sakramen
Gereja yaitu 7 sakramen.
Peneliti : Bagaimana anda terlibat di liturgi? Apa peran anda ketika
merayakan sakramen? Apakah anda rajin mengikuti ekaristi?
Responden : Pernah menyelenggarakan liturgi anak untuk misa Natal dan
Paskah. Peran saya hehe ganti-ganti e sus. Pernah jadi
kordinator, penyusun panduan, menyusun variasi misa misalnya
kalau ada drama atau tari gitu membuat konsep misa, rutinnya
Natal Paskah, tetapi pernah misa peringatan hari anak yang
dilaksanakan bulan Juli tahun 2015, untuk tahun 2017 ini tidak
ada. Keterlibatan lain misalnya Ekaristi setiap Minggu sebagai
umat, kalau lingkungan kor ya ikut juga kalau tidak ada yang
tugas ya bergabung kor, ikut kor Fidelis tapi ini baru yang
pertama. Kalau merayakan ekaristi ikut nyanyi, ikut doa,
komuni, terlibat dialog antara imam dan umat. tatalaksana,
bantu ambil uang panduan, untuk di Paroki itu saja. Kalau di
lingkungan tidak terlibat, karena jamnya malam jadi tidak
pernah, kalau ada Rosario juga tidak pernah datang. Pernah
lektor ketika dulu tugas lingkungan. Saya terus hadir nek misa
Minggu, jarang tidak datang, bisa dihitung jarilah. Kalau harian
tidak, kan misa itu mesti pagi kan.
Peneliti : Mengapa anda terlibat di kor Fidelis dan mau kordinator PIA?
Responden : Nek beda-beda sih. Ada beberapa faktor. Misalnya seperti di kor
Fidelis, aku memang tidak punya besik menyanyi, tetapi karena
memang dibutuhin personil anggota Fidelis. Kalau kordinator
PIA itu karena sebagai rasa tanggungjawab saja. Mau tidak mau
yah…selagi aku masih mampu ya saya akan tetap melakukan.
Kalau di lingkungan ya karena sudah ngerasa istilahnya kan
kayak keluarga sendiri, kalau ada misalnya ada gawean, kan
masak tidak ikut, kan tidak enak, itu saja sih.
Peneliti : Sebagai OMK, apakah ada kendala kesulitan, melayani di PIA
dan terlibat dalam hidup menggereja di lingkungan ?
Responden : Di PIA itu sus, sering kekurangan pendamping dan anaknya
banyak. Sebenarnya dengan jumlah pendamping sebanyak itu
cukup tetapi terkadang orang itu sering banget tidak datang.
Intinya pendamping kurang terlibat. Kalau di lingkungan, waktu
sih…, nek di Paroki itu karena waktu juga. Maksudnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[23]
kegiatan-kegiatan di Gereja kan selalu malam. Saya lebih
memilih, misalnya saya tidak terlibat di lingkungan tapi saya
harus prioritas, misalnya di Gereja ada kegiatan yah…Gereja
lebih membutuhkan aku ya aku lebih memilih di Gereja, itu
kalau menurut waktu. Untuk yang di PIA kekurangan
pendamping rencana mau menjaring rekrutmen. Untuk yang
OMK rencana mau mendatangi OMK yang belum terlibat. Ini
sih sudah di lakukan sejak tahun 2015.
Peneliti : Tadi ikut di bidang pewartaan dan di liturgi. Bagaimana
perasaan anda terlibat di PIA, dan OMK?
Responden : Lebih banyak senangnya, memang tidak mungkin sih tidak ada
sedihnya, tapi masih lebih banyak senangnya. Aku punya lebih
banyak relasi gitu. Jadi terus karena happy. Saya happy karena
dulu kan saya tidak pernah ikut kegiatan, dulu cuma ikut misa
mingguan, habis misa pulang. Ketika aku ikut kegiatan ini,
melayaninya terasa banget. Jadi sok sibuk, dulu kan tidak
pernah ngapa-ngapain.
Peneliti : Apakah tidak ada keinginan melayani di bidang lain?
Responden : Yah…ini cukup. Tapi kalau ada panitia dalam Gereja
yah…terlibat seperti panitia natal dan AYD, itu sih. Waktu di
PIA dan OMK saja sudah segitu banyak kegiatan kan. Saya mau
memaksimalkan yang sekarang ini yang menjadi
tanggungjawab saya. Kemaren ini saya pernah tidak masuk
kerja,gara-gara urus AYD. Yah…mau bagaimana lagi karena
tanggung jawab aku sebagai sekretaris, saya mengurus semua
kemaren ke POLRES, mau tidak mau saya harus selesaikan.
Takutnya nanti tidak lancar, ini kan acara orang banyak jangan
sampai kacau. Tapi bagi saya sih tidak masalah sih, selagi masih
bisa ijin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[24]
Ya Bapa, semoga Kaum Muda yang di kasihi Kristus, terus berjuang untuk
mencapai kesempurnaan hidup dan juga bersikap murah hati untuk melayani
orang-orang yang menderita. Bantulah kaum muda kami untuk dapat melawan
godaan dan kepalsuan dunia. Tunjukkanlah kaum muda kami agar menggunakan
masa muda mereka guna mencapai yang terbaik dalam hidup mereka. Bantulah
juga mereka untuk dapat membantu orang lain demi kemuliaan Allah yang lebih
besar. Amin.
Lampiran 4 Doa Kepada Santo Aloysius Gonzaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[25]
Lagu Pembukaan
Marcurius Perjalanan OMK
Bila cinta takkan jauh ke masa depan
Perjalanan kehidupan Gereja
Kadang hati gelisah, dan jadi cemas
Mungkinkah ada harapan yang cerah. O O
Banyak manusia terperangkap materi
Semakin tak peduli nilai cinta
Damai dan keadilan semakin sirna
Ditelan keegoisan pribadi.
Ref Siapa akan memperbaikinya
Dan menegakkan masa depan cerah
Kita OMK lah jadi harapan
Bunga dan kekuatan Gereja
Gereja mengarungi lautan yang luas
Yang penuh ranjau-ranju kehidupan
Yang siap merobohkan dan menghancurkan
wajah Gereja yang suci dan murni.
Kembali ke Ref: ….
Lagu Penutup
“REMIX OMK “
Zaman edan serba instan dimanakah iman
Di abad yang semau gue inilah jawabku
Jangan ragu langkahkan kakimu
Walau glombang duni menerpamu
Ayo maju Tuhan bersamamu
Kau dan aku adalah satu
Lampiran 5 Lagu-Lagu Rekoleksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[26]
Kamis 25 Mei 2017
Sosialisasi Kegiatan AYD 2017 kepada OMK di Gua Maria Pereng
Responden 3 dan1
Lampiran 6 Kegiatan OMK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[27]
Lektor Misa Harian
Responden 4
Minggu,4 Juni 2017
Kegiatan PIA di Aula Paroki
Responden 5
Minggu, 11 Juni 2017
Kegiatan PIA di Aula Paroki
Responden 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI