22
PENGAJUAN PROPOSAL SKRIPSI DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA DI KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU FAHRIZAL 2050951022 JURUSAN TEATER FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN 1

Deskripsi Teater Tradisi Lang Lang Buana

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skripsi seni teater - IKJ

Citation preview

Page 1: Deskripsi Teater Tradisi Lang Lang Buana

PENGAJUAN PROPOSAL SKRIPSI

DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

DI KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

FAHRIZAL

2050951022

JURUSAN TEATER

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT KESENIAN JAKARTA

2010

1

Page 2: Deskripsi Teater Tradisi Lang Lang Buana

BAB I

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu pulau

besar dan kecil. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pada

tahun 2002 berdasarkan hasil kajian citra satelit menyatakan bahwa jumlah pulau

di Indonesia adalah sebanyak 18.306 buah.1 Hal ini menyebabkan terjadinya

berbagai sub-kultur budaya dari suku bangsa yang berbeda-beda. Keragaman itu

disatukan dalam semboyan Negara Indonesia yaitu “ Bhinneka Tunggal Ika” –

berbeda-beda tetapi tetap satu. Pengertian dari semboyan ini bukan berarti bahwa

kebudayaan di Indonesia disetarakan/disentralisasi oleh satu sistem. Justru

semakin banyaknya perbedaan yang ada, maka semakin banyak perbendaharaan

khazanah kebudayaan yang terdapat di Indonesia.

Sejak zaman dahulu, Indonesia merupakan akes jalur perdagangan dunia.

Jalur perdagangan laut antara Indonesia, Tiongkok, India dan daerah-daerah di

Barat (kekaisaran Romawi) telah dimulai dari abad pertama sesudah masehi.

Hubungan yang terjalin ini akhirnya bukan hanya sekadar hubungan perdagangan

saja, tetapi terjadi juga persinggungan terhadap unsur-unsur kebudayaannya,

khususnya kesenian.

Kesenian merupakan salah satu dari unsur kebudayaan. Menurut

Koentjaraningrat terdapat tujuh unsur-unsur kebudayaan, yaitu : bahasa, sistem

pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata

1 http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_pulau_di_Indonesia

2

Page 3: Deskripsi Teater Tradisi Lang Lang Buana

pencaharian hidup, sistem religi dan kesenian. Sedangkan menurut E. B. Taylor,

unsur-unsur kebudayaan ada delapan yaitu : knowledge (pengetahuan), belief

(kepercayaan), art (kesenian), morals (moral), law (hukum), customs (adat

istiadat), capabilities (kemampuan) dan habbits (kebiasaan).

Kesenian memiliki peran penting di dalam kebudayaaan. Oleh sebab itu,

kesenian dalam wujudnya menampakkan pesan-pesan budaya dari masyarakat

pendukungnya melalui hasil karya yang tercipta. Pesan-pesan ini didapat dari

peninggalan-peninggalan leluhur yang terwujud dalam tata cara adat istiadat, baik

melalui visual (artefak, relief, bangunan dan lain-lain), verbal (petuah, pantun,

dongeng, legenda dan lain-lain) maupun yang berbentuk naskah tertulis. Umar

Kayam dalam bukunya Seni, Tradisi, Masyarakat mengatakan :

Kesenian tidak pernah berdiri lepas dari masyarakat. Sebagai salah satu bagian yang penting dari kebudayaan, kesenian adalah ungkapan kreativitas dari kebudayaan itu sendiri. Masyarakat yang menyangga kebudayaan – dan dengan demikian juga kesenian – mencipta, memberi peluang untuk bergerak, memelihara, menularkan, mengembangkan untuk kemudian menciptakan kebudayaan baru lagi. (Umar Kayam, 1981)

Hal senada juga diungkapkan oleh Edi Sedyawati yang mengatakan : “…di mana

pun, kesenian merupakan salah satu perwujudan kebudayaan. Kesenian juga

selalu mempunyai peranan tertentu di dalam masyarakat yang menjadi ajangnya.

Demikian pula di Indonesia, kesenian dapat ditinjau dalam konteks kebudayaan

maupun kemasyarakatannya.” (Edi Sedyawati, 1983).

Kesenian di suatu etnik tertentu biasanya berpedoman kepada sistem

budayanya. Kesenian itu berpedoman kepada sistem pengetahuan, kepercayaan,

nilai, norma-norma yang hidup dalam budaya masyarakat pemilik kesenian

3

Page 4: Deskripsi Teater Tradisi Lang Lang Buana

tersebut. Namun tidak dapat dipungkiri dengan berkembangnya zaman maka

kesenian di suatu etnik tertentu bisa saja berubah dan disesuaikan berdasarkan

tuntutan zaman. Bachtiar mengatakan : “Pada saat ini suatu jenis kesenian

tertentu mungkin sekali masih murni mengandung pesan budaya etniknya. Akan

tetapi ada pula kesenian etnik yang telah mendapat pengaruh dari unsur sistem

budaya yang berasal dari agama (Hindu, Budha, Islam, Kristen) atau sistem

budaya asing.” (Bachtiar, 1985).

Hal di atas bisa terjadi disebabkan oleh adanya penetrasi kebudayaan -

masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi

kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara yaitu penetrasi damai (penetration

pasifique) dan penetrasi kekerasan (penetration violante)2. Penyebaran

kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi3, Asimilasi4, atau

Sintesis5. Sementara itu penetrasi kekerasan dapat menimbulkan goncangan-

goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat.

Penetrasi kebudayaan di Indonesia terjadi di dalam dua cara tersebut dan

perubahan yang sangat signifikan dapat dilihat dari perkembangan seni

pertunjukan di Indonesia. Secara garis besarnya, sekarang ini seni pertunjukan di

Indonesia memiliki tiga bentuk – seni konvensional/modern, seni tradisional dan

perpaduan di antara keduanya. Drs. Jabatin S. Bangun mengatakan :

2 http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya#Perubahan_Sosial_Budaya

3 bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli.

4 bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru.

5 bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.

4

Page 5: Deskripsi Teater Tradisi Lang Lang Buana

Seni pertunjukan Indonesia memiliki ciri-ciri umum :

1. Holistik, mencakup keseluruhan dari unsur-unsur yang ada di dalamnya; teater, tari, musik.

2. Kontekstual, penyajiannya berdasarkan kebutuhan. Seperti ritual agama, pernikahan dan lain-lain.

3. Berkembang/berubah, seni pertunjukan itu mengalami perkembangan dan perubahan karena persinggungan dengan kebudayaan lain.

4. Oral tradisi, penyebarannya melalui mulut dari generasi ke generasi….”6

Teater tradisi merupakan salah satu jenis dari seni pertunjukan. Seni

pertunjukan (bahasa Inggris: performance art) adalah karya seni yang melibatkan

aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. Seni pertunjukan

biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan

seniman dengan penonton.7

Dengan memahami ciri-ciri dan unsur-unsur di atas, maka akan lebih

memudahkan untuk memahami bagaimana suatu teater tradisi itu tercipta dan

siklus perkembangannya. Selain itu, untuk memahami teater tradisi dapat

dipelajari dari beberapa aspek. Menurut James Danandjaja :

Aspek tersebut adalah aspek identitas dan aspek fungsinya (function). Aspek identitas adalah umpamanya: apa yang dimaksudkan, bagaimana cara penyebarannya, berapa usianya, dan sebagainya. Aspek fungsi adalah umpamanya: apa guna teater rakyat bagi kehidupan masyarakat penduduknya (folk-nya), mengapa ada orang senang berperan di dalamnya, mengapa ada orang senang menontonnya, dan sebagainya. (Danandjaja : 80).

Hal ini juga yang menjadi alasan bagi penulis untuk mengangkat karya

tulis tentang salah satu kesenian tradisional yang terdapat di Indonesia dan hampir

punah disebabkan oleh perkembangan zaman, yaitu teater tradisi Lang Lang

6 Bahan mata kuliah Seni Pertunjukan Indonesia I pada tahun ajaran 2010/2011. Dosen Drs. Jabatin S. Bangun.

7 http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_pertunjukan

5

Page 6: Deskripsi Teater Tradisi Lang Lang Buana

Buana yang tumbuh dan berkembang di pulau Ranai8 Kabupaten Natuna. Tulisan

ini berkaitan dengan sejarah kemunculannya, persinggungan kebudayaan yang

mempengaruhinya dan bentuk penyajian di dalam pementasannya..

Kabupaten Natuna adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan

Riau, Indonesia. Natuna merupakan kepulauan paling utara di selat Karimata. Di

sebelah utara, Natuna berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja, di selatan

berbatasan dengan Sumatera Selatan dan Jambi, di bagian barat dengan

Singapura, Malaysia, Riau, dan di bagian timur dengan Malaysia Timur dan

Kalimantan Barat. Natuna berada pada jalur pelayaran internasional Hongkong,

Jepang, Korea dan Taiwan. Sejarah Kabupaten Natuna tidak dapat dipisahkan dari

sejarah Kabupaten Kepulauan Riau, karena sebelum berdiri sendiri sebagai daerah

otonomi, Kabupaten Natuna merupakan bahagian dan wilayah Kepulauan Riau.

Kabupaten Natuna dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 53 Tahun 1999

yang disahkan pada tanggal 12 Oktober 1999, dengan dilantiknya Bupati Natuna

Drs. H. Andi Rivai Siregar oleh Menteri Dalam Negeri ad intrem Jenderal TNI

Faisal Tanjung di Jakarta.9

Perkembangan kesenian di Kabupaten Natuna tidak bisa terlepas dari

provinsi induknya – Provinsi Riau. Di Provinsi Riau terdapat dua jenis teater

tradisi, yaitu teater tradisi Mak Yong dan teater Bangsawan. Mak Yong adalah

seni teater tradisional masyarakat Melayu yang tumbuh dan berkembang di

negara-negara bagian Malaysia dan di Kepulauan Riau. Hal ini disebabkan karena

letak geografis dan kultur kebudayaan antara dua daerah yang berbeda negara itu

8 sekarang menjadi ibukota dari Kabupaten Natuna.9 http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Natuna

6

Page 7: Deskripsi Teater Tradisi Lang Lang Buana

saling berdekatan dan memiliki persamaan. Pementasan Mak Yong di Kepulauan

Riau dengan memakai topeng, berbeda dengan Malaysia yang tanpa memakai

topeng.

Pertunjukan Mak Yong menggabungkan berbagai unsur upacara

keagamaan, sandiwara, tari, musik dengan vokal atau instrumen dan naskah yang

sederhana. Tokoh utama pria dan wanita keduanya dibawakan oleh penari wanita.

Tokoh-tokoh lain yang muncul dalam cerita misalnya pelawak, dewa, jin, pegawai

istana, dan binatang. Pertunjukan mak yong diiringi alat musik seperti rebab,

gendang, dan tetawak10.

Sementara itu, teater Bangsawan lebih mudah dipahami sebagai perintis

dari perkembangan teater Indonesia ke arah teater modern. Hanya saja Teater

Bangsawan belum menggunakan naskah tertulis seperti naskah well made play

pada teater konvensional. Naskahnya hanya menceritakan garis besar/plot dari

sebuah cerita yang akan dipentaskan. Teater Bangsawan atau Waayang

Bangsawan adalah teater rakyat tradisional yang hidup di Kepulauan Riau dan

Kepulauan Lingga, Indonesia, serta berkembang pula di kawasan Malaysia dan

Brunei Darussalam. Teater ini dapat dimainkan semua lapisan masyarakat.

Pertunjukan Teater Bangsawan menggabungkan unsur musik, drama dan tari serta

mengangkat kisah-kisah di lingkungan istana. Cerita-cerita yang sering diangkat

adalah kisah tentang Hang Tuah Lima Bersaudara, Sultan Mahmud Mangkat

Dijulang dan Laksamana Bintan.

Menurut sejarah, teater ini dikembangkan oleh masyarakat Persia atau

Parsi yang pindah ke India karena pertentangan ideologi di tanah airnya. Teater ini 10 alat musik seperti gong, tetapi bentuknya lebih kecil.

7

Page 8: Deskripsi Teater Tradisi Lang Lang Buana

lalu berkembang di Pulau Penang, Malaysia dan menyebar pula ke Indonesia,

termasuk Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Tetapi teater

ini lebih lekat dengan kebudayaan Riau. Di Malaysia, teater ini pada awalnya

dinamakan Wayang Parsi. Lalu, kelompok wayang asal Persia ini pulang ke India

dan menjual peralatan pertunjukan kepada seorang Malaysia, Mohamad Pushi.

Mohamad menganti nama teater itu menjadi Teater Bangsawan.

Di Kabupaten Natuna sendiri sebenarnya memiliki dua jenis teater tradisi,

yaitu teater tradisi Mendu dan Lang Lang Buana. Teater tradisi Mendu cukup

dikenal oleh masyarakat di gugusan kepulauan ini dan telah dibukukan serta

dijadikan bahan penelitian ilmiah. Istilah ‘Mendu’ berasal dari kata ‘menghibur

rindu’. Pada zaman dahulu para saudagar, nelayan dan petani sangat senang

menghibur diri pada malam hari sebagai pelepas lelah setelah mereka bekerja

berat pada siang hari. Mereka memainkan musik, nyanyian, berpantun sebagai

pelepas rindu pada kampung halaman. Lama-kelamaan kata menghibur rindu

mereka singkat dengan sebutan mendu yang akhirnya menjadi tontotan yang

sangat digemari oleh masyarakat Kepulauan Natuna. Permainan Mendu

merupakan pemaparan cerita pentas (panggung) yang dilakukan di lapangan

terbuka dan menggabungkan unsur-unsur akting, tarian, nyanyian dan musik. Para

pemainnya bermain dengan dialog yang disertakan dengan gerakan dan sewaktu-

waktu dapat menjadi tarian. Walaupun demikian unsur tari dalam seni

pertunjukkan Mendu bukan sekadar tempelan atau selingan saja, melainkan

sebagai unsur yang saling berhubungan dengan unsur-unsur seni lainnya yang

utuh pada pertunjukkan Mendu.

8

Page 9: Deskripsi Teater Tradisi Lang Lang Buana

Sementara itu, teater tradisi Lang Lang Buana didirikan oleh almarhum

Datok Kaya Wan Mohammad Benteng yang sekaligus merangkap sebagai Syeh11.

Ia merupakan keturunan kaum Bangsawan yang zaman dahulu memerintah di

pulau Ranai. Pada masa hidupnya, teater tradisi Lang Lang Buana sangat populer

di kalangan masyarakat Ranai. Bahkan kepopulerannya sampai ke pulau Midai,

Sedanau, Pulau Laut dan pulau-pulau lainnya yang termasuk dalam gugusan

Pulau Tujuh12.

Teater tradisi Lang Lang Buana memiliki salah satu keunikan yang

sekaligus menjadi syarat utama di dalam pementasannya. Teater tradisi ini harus

bermain di atas panggung. Dengan kata lain, para pemainnya selama pertunjukan

berlangsung tidak boleh menginjakkan kakinya di atas tanah. Salah seorang

pemerhati kesenian ini mengatakan :

Sewaktu saya kecil, saya pernah melihat pertunjukan Lang Lang Buana. Pada saat itu tanpa sengaja seorang pemain menginjakkan kakinya ke tanah. Seketika saja angin ribut langsung melanda panggung pertunjukan itu dan pemain yang menginjakkan kainya tadi langsung jatuh pingsan.13

Kejadian seperti ini bisa dimaklumi karena pada umumnya teater tradisi Indonesia

memang tidak bisa terlepas dari unsur-unsur mistis yang terdapat di dalamnya.

Seperti halnya dengan seni teater tradisi lain di Indonesia yang cara

penyampaiannya menggunakan multi media ekspresi terpadu (Integrated multy

11 Orang yang memiliki kekuatan magis untuk menangkal kekuatan gaib yang dapat mencelakan pemain.12 Dahulu merupakan sebutan untuk tujuh kecamatan, yaitu Tambelan, Letung, Tarempa, Bunguran Timur (Ranai), Bunguran Barat (Sedanau), Midai dan Serasan.13 Hasil wawancara dengan Wan Suhardi – cucu dari Datok Kaya Wan Mohammad Benteng.

9

Page 10: Deskripsi Teater Tradisi Lang Lang Buana

media expression)14, di mana di dalamnya terdapat berbagai unsur yang menyatu.

Teater tradisi Lang Lang Buana juga menggabungkan unsur-unsur ritual, lakon,

tari, nyanyian dan musik yang menjadi satu kesatuan di dalam pementasannya.

Menurut Hoebel :

Bentuk pengutaraan seperti ini tidak berarti bahwa seni tradisi itu ketinggalan zaman, tidak mengunakan pakem-pakem yang ada, dangkal, kasar dan tidak bisa menerima perubahan. Produk-produk kesenian tradisional itu sesungguhnya menunjukkan teknik yang matang, ide-ide yang kompleks dan memperlihatkan gaya yang khas dalam bentuknya yang abstrak merupakan karya yang penuh khayal dan simbolik. (Hoebel, 1966)

Dengan demikian, kesenian tradisi memiliki nilai-nilai yang paling mendasar bagi

manusia untuk memahami latar belakang kebudayaan dan kiat-kiat dalam

menjalani kehidupan melalui pesan-pesan yang ada di dalamnya.

Meski pun belum pernah ada data tertulis tentang teater ini dan saat

sekarang ini sangat jarang dipentaskan, namun para pelaku generasi ketiga dari

kesenian ini masih bisa ditemui di Desa Kelanga, Kecamatan Bunguran Timur

Laut, Kabupaten Natuna. Sehingga teater ini masih cukup layak diteliti untuk

dijadikan bahan skripsi.

II. MASALAH PENELITIAN

14 Diktat dari mata kuliah Teater Asia untuk semester III pada tahun ajaran 2009/2010. Pengertian ini tercantum dalam Bab I tentang Mengenal Timur dan Barat. Dosen A. Kasim Achmad.

10

Page 11: Deskripsi Teater Tradisi Lang Lang Buana

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

penelitian ini akan mengangkat persoalan tentang penggambaran teater tradisi

Lang Lang Buana di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.

Penelitian ini mengidentifikasikan pertanyaan penelitian :

1. Bagaimana sejarah munculnya teater tradisi Lang Lang Buana Di

Kabupaten Natuna.

2. Apakah teater tradisi ini mendapat pengaruh dari budaya lain atau

persinggungannya dengan budaya yang lain.

3. Bagaimana bentuk penyajian/pementasan teater tradisi Lang Lang Buana.

4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangannya.

III. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan teater tradisi Lang Lang

Buana menurut sejarah, bentuk penyajiannya, persinggungannya dengan budaya

yang lain dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan teater tradisi

Lang Lang Buana di Kabupatan Natuna. Faktor-faktor tersebut adalah :

bagaimana pandangan masyarakat Natuna terhadap teater tradisi Lang Lang

Buana, regenarasi para senimannya dan peranan pemerintah daerah setempat

terhadap kesenian tradisi ini.

IV. PENELUSURAN PUSTAKA

11

Page 12: Deskripsi Teater Tradisi Lang Lang Buana

Penulis memakai sejumlah konsep untuk menjawab pertanyaan di atas.

Konsep-konsep tersebut adalah : 1) Kebudayaan; 2) Seni Pertunjukan; 3)

Kesenian Tradisi; dan 4) Mendu (sebagai bahan perbandingan).

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Sehinga segala

sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang

dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Kebudayaan merupakan kesuluruhan yang

kompleks, di mana di dalamnya terdapat unsur-unsur yang menopang kehidupan

bagi kelangsungan umat manusia.

Seni Pertunjukan merupakan bagian dari kesenian yang tidak terpisahkan

dari kehidupan bermasyarakat. Di dalam bermasyarakat dibutuhkan adanya

komunikasi antar individunya. Seni Pertunjukan menjadi salah satu cara

menyampaikan ekspresi seseorang dalam berhubungan dengan orang lain.

Sehingga Seni Pertunjukan merupakan kesenian yang kolektif – membutuhkan

orang lain dalam penyampaiannya.

Seni pertunjukan di Indonesia tidak dapat terpisahkan dari kesenian

tradisional yang tumbuh dan berkembang di masing-masing daerah. Sehingga

kesenian yang muncul mengandung unsur-unsur sistem budaya dari masyarkat

yang bersangkutan. Dengan demikian, masyarakat yang bersangkutan bermaksud

menjawab dan menginterpretasikan permasalahan kehidupan sosialnya, mengisi

kebutuhan, atau mencapai suatu tujuan bersama, seperti kemakmuran, kemuliaan,

persatuan, kebahagian dan rasa aman yang berhubungan dengan yang gaib

(supranatural) dan lain-lain.

12

Page 13: Deskripsi Teater Tradisi Lang Lang Buana

Teater tadisi Mendu memiliki asal usul dan sejarah serta

perkembangannya. Mendu adalah salah satu teater rakyat yang tumbuh dan

berkembang di Kabupaten Natuna, selain teater tradisi Lang Lang Buana.

Sehingga dapat dijadikan bahan perbandingan di dalam penggambaran teater

tradisi Lang Lang Buana disebabkan karena adanya persamaan latar belakang

kebudayaan dan letak geografisnya yang sama.

V. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah

penelitian lapangan dan studi kepustakaan. Penelitian ini bersifat deskritif dan

analitik. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik wawancara dan

observasi serta penggalian literatur yang mendukung dengan informan terpilih

yang notabene adalah penggiat teater tradisi Lang Lang Buana dan masyarakat

yang peduli terhadap teater tradisi ini. Data-data yang terkumpul dianalisis dengan

menggunakan metode deduktif terhadap fakta-fakta emperik yang penulis

temukan di lapangan.

VI. RENCANA ISI

Penelitian ini akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan,

bagian isi dan penutup. Bagian pendahuluan merupakan pra bab yang berisi

halaman judul, halaman pengesahan, kata persembahan, kata pengantar dan daftar

isi.

13

Page 14: Deskripsi Teater Tradisi Lang Lang Buana

Bagian kedua adalah bagian isi yang dibagi dalam empat bab. Bab I berisi

tentang:

1. Latar belakang masalah, sub ini menjelaskan tentang mengapa topik

penelitian masih cukup relevan dan menarik untuk diteliti.

2. Masalah penelitian, mengangkat tentang pertanyaan-pertanyaan yang

menyangkut penelitian ini.

3. Tujuan penelitian, merupakan titik tolak dari penulis untuk menetukan

jawaban dari hasil penelitian ini.

4. Tinjauan pustaka, berisi referensi-referensi yang digunakan penulis. Daftar

referensinya didapat dari buku, koran, majalah, makalah, blog internet, dan

lain-lain.

5. Metode penelitian, menjelaskan metode yang digunakan dalam

pengumpulan data-data untuk penelitian ini.

6. Rencana isi, berisi tentang sistematis penulisan skripsi ini.

Di dalam Bab II membahas mengenai Kabupaten Natuna dilihat dari latar

belakang kebudayannya dan apresiasi masyarakatnya terhadap kesenian.

Bab III membahas mengenai teater tadisi Lang Lang Buana secara

menyeluruh, baik ditinjau dari literatur yang ada maupun berdasarkan hasil

observasi dan wawancara dengan penggiat teater tradisi Lang Lang Buana.

Selanjutnya, penggambaran aspek-aspek yang ada di dalamnya dan

persinggungannya dengan kebudayaan lain yang ada di Kabupaten Natuna.

Bab IV membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan teater tradisi Lang Lang Buana. Faktor-faktor tersebut adalah

14

Page 15: Deskripsi Teater Tradisi Lang Lang Buana

pandangan masyarakat Natuna terhadap teater tradisi ini, regenarasi para

senimannya dan peranan pemerintah daerah setempat terhadap kesenian tradisi

ini.

Bagian terakhir adalah bagian penutup yang di dalamnya terdapat

kesimpulan dan saran-saran terhadap kesenian teater tradisi Lang Lang Buana.

15