DHF

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah tentang dengue hemorrhagic fever

Citation preview

Revitalisasi Program Pemberantasan Dengue Haemorrhagic FeverFernia Stevani10.2009.127Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No.6, Jakarta [email protected]

PendahuluanDemam berdarah dengue menjadi masalah kesehatan yang sangat serius di Indonesia. Kejadian demam berdarah tidak kunjung berhenti walaupun telah banyak program dilakukan oleh pemerintah. Keluarga dan petugas kesehatan memegang peranan yang sangat penting dalam penanggulangan demam berdarah sehingga dengan melihat upaya-upaya yang mereka lakukan untuk mencegah demam berdarah dapat mengurangi terjadinya (KLB) di masyarakat pada saat ini. Kejadian Luar Biasa(KLB) Demam berdarah Denggi(DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever(DHF) dapat terjadi akibat ketidakseimbangan antara host, agen, dan lingkungan. Faktor agen yaitu virus dengue dan nyamuk Ae.aetypti , dipengaruhi faktor lingkungan yang padat, banyak tempat penampungan air yang terbuka, dan faktor musim pancaroba yang menyebabkan vektor nyamuk dapat banyak berkembang biak, serta faktor host yang kurang menjaga kebersihan lingkungan dan pencegahan terhadap DBD serta imunitas yang rendah. Rumusan Masalah1. Evalusi program, didapatkan prevalensi penyakit DHF berkisar 18% dan tingkat CFR 4%

Analisis Masalah

EpidemiologiDemam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis.Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes (terutama A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan iar lainnya). 1Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat kompleks, yaitu : pertumbuhan penduduk yang tinggi urbanisasi yang tidak berencana dan tidak terkendali tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis1

Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi berbagai faktor antara lain status imunitas pejamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue, keganasan (virulensi) virus dengue, dan kondisi geografis setempat. Dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta, baik dalam jumlah penderita maupun daerah penyebaran penyakit terjadi peningkatan yang pesat. Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh propinsi di indonesia, dan 200 kota telah melaporkan adanya kejadian luar biasa. Incidance rate meningkat dari 0,005 per 100,000 penduduk tahun 1968 menjadi berkisar antara 627 per 100,000 penduduk. Pola berjangkit infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-32C) dengan kelembaban tinggi, nyamuk aedes akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat, maka pola waktu terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekita bulan April-Mei setiap tahun.1Penyebaran penyakit DBD di Jawa biasanya terjadi mulai bulan januari sampai April dan Mei. Faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas penyakit DBD antara lain : imunitas pejamu kepadatan populasi dengue transmisi virus dengue virulensi virus keadaan geografis setempat1Timbulnya suatu penyakit dapat diterangkan melalui konsep segitiga epidemiologik, yaitu adanya agen (agent), host dan lingkungan (environment).1. Agent (virus dengue)Agen penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari Genus Flavivirus (Arbovirus Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae. Dikenal ada empat serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tersebut penderita merupakan sumber penular penyakit DBD.2

2. HostHost adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor yang mempengaruhi manusia adalah:a. UmurUmur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir. Saat pertama kali terjadi epdemi dengue di Gorontalo kebanyakan anakanak berumur 1-5 tahun. Di Indonesia, Filipina dan Malaysia pada awal tahun terjadi epidemi DBD penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tersebut menyerang terutama pada anak-anak berumur antara 5-9 tahun, dan selama tahun 1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD menyerang anak-anak di bawah 15 tahun.2

b. Jenis kelaminSejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philippines dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di Thailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD antara laki-laki dan perempuan, meskipun ditemukan angka kematian yang lebih tinggi pada anak perempuan namun perbedaan angka tersebut tidak signifikan. Singapura menyatakan bahwa insiden DBD pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan.2

c. NutrisiTeori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi dan karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi virus dengue yang berat.

d. PopulasiKepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut.2

e. Mobilitas pendudukMobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari Queensland ke New South Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer dan angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalul penyebaran virus dengue .2

3. Lingkungan (environment)Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah:

a. Letak geografisPenyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletakantara 30 Lintang Utara dan 40 Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya .Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari kadang-kadang disebut demam sendi. Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain.2

b. MusimNegara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas,meskipun ditemukan kasus DBD sporadis pada musim dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan. Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi.2KriteriaKejadian Luar Biasa, Wabah dan EndemisKejadian Luar Biasa adalah kondisi yang ditandai dengan meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis di suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus untuk terjadinya wabah. Sementara, Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan mencabut daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah. 3Penyakit demam berdarah dengue telah menyebar luas ke seluruh wilayah propinsi. Penyakit ini sering muncul sebagai klb dengan angka kesakitan dan kematian relatif tinggi. Angka insiden dbd secara nasional berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada awalnya pola epidemik terjadi setiap lima tahunan, namun kurun waktu lima belas tahun terakhir mengalami perubahan dengan periode 2-5 tahunan sedangkan angka kematian cenderung menurun. 3Jumlah kasus KLB DBD yang dilaporkan pada tahun 1998 2009 tampak berfluktuasi. Demikian juga dengan jumlah provinsi dan kabupaten yang melaporkan klb dbd dari tahun 1998 2009 tampak berfluktuasi. Tampak pada tahun 1998 dan 2004 jumlah kab/kota melaporkan kejadian klb dbd paling tinggi yaitu 104 kab/kota dan 75 kab/kota. Pada tahun tersebut juga dilaporkan jumlah kasus DBD mengalami peningkatan. Tahun 1998 kasus KLB menyumbang 58% dari total laporan kasus DBD, sedangkan tahun 2004 kasus KLB hanya menyumbang 9,5% dari kasus DBD. Setelah tahun 2004 AI dan kasus absolut DBD terus meningkat namun laporan kasus KLB dan jumlah kab/kota yang melaporkan KLB terus menurun. Hal ini apakah karena adanya keengganan melaporkan terjadinya KLB DBD oleh pemerintah daerah atau karena lemahnya sistem pelaporan KLB, untuk mengetahuinya perlu diteliti lebih lanjut. 3Untuk menentukan KLB, kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai klasifikasi daerah (kelurahan) endemis DBD : Desa rawan I (endemis) yaitu desa yang dalam 3 tahun terakhir selalu ada kasus DBD Desa rawan II (sporadic) yaitu desa yang dalam 3 tahun terakhir ada kasus DBD Desa rawan III (potensial) yaitu dalam 3 tahun tidak ada kasus, tetapi berpenduduk padat, transportasi rawan, dan ditemukan jentik >5% Desa bebas yaitu desa yang tidak pernah ada kasus3Kriteria penetapan suatu daerah sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa), sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI disebutkan bahwa timbulnya kasus yang sebelumnya tidak ada, atau tidak dikenal pada suatu daerah. Jumlah kasus dalam periode 1 bulan menunjukkan, kenaikan 2 kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata kasus perbulan tahun sebelumnya. 3Kriteria penetapan KLB Demam Berdarah Dengue:1. Timbulnya penyakit demam berdarah dengue yang sebelumnya tidak ada di suatu daerah tingkat II2. Adanya peningkatan kejadian kesakitan DBD dua kali atau lebih dibandingkan jumlah kesakitan yang biasa terjadi pada kurun waktu yang sama tahun sebelumnya.PreventifPemberantasan penyakit demam berdarah seperti juga pada penyakit menular lainnya didasarkan atas pemutusan rantai penularan. Komponen penularan penyakit demam berdarah terdiri dari virus didalam darah penderita saat viremia, vektor penyakit yaitu larva dan nyamuk Aedes aegypti, dan manusia. Untuk mencegah dan membatasipenyebaran penyakit Demam Berdarah, setiap keluarga perlu melakukan pengendalian spesies nyamuk ini dilakukan dengan berbagai cara:4,5a. Perlindungan perseorangan untuk mencegah terjadinya gigitan Aedes aegypti yaitu dengan memasang kawat kasa di lubang-lubang angin di atas jendela atau pintu, tidur dengan kelambu, penyemprotan dinding rumah dengan insektisida dan penggunaan repellent pada saat berkebunb. Pembuangan atau penguburan benda-benda di pekarangan atau di kebun yang dapat menampung air hujan seperti kaleng, botol, ban mobil, dan tempat-tempat lain yang menjadi tempat perindukan Ae.aegypti (man made breeding places)c. Mengganti air atau membersihkan tempat-tempat air secara teratur tiap minggu sekali, pot bunga, tempayan dan bak mandid. Pemberian abate ke dalam tempat penampungan air/penyimpanan air bersih (abatisasi)e. Melakukan fogging dengan malathion setidak-tidaknya 2 kali dengan jarak waktu 10 hari di daerah yang terkena wabah di daerah endemi DHFf. Pendidikan kesehatan masyarakat melalui ceramah agar rakyat dapat memelihara kebersihan lingkungan dan turut secara perseorangan memusnahkan tempat-tempat perlindungan Ae.aaegypti di sekitar rumah.4,5Sehingga dari itu cara yang untuk menurunkan populasi nyamuk Aedes aegypti adalah melalui cara yang telah dikenal oleh masyarakat yakni melalui 3 M, yakni :1. Menutup TPA2. Menguras TPA seminggu sekali dan terus menerus3. Mengubur barang-barang bekas yang menjadi TPA4,5Akhir-akhir ini pencegahan dan pemberantasan DBD tidak hanya dapat ditempuh melalui 3M, cara terefektif adalah melalui PSJN (Pemberantasan Sarang Jentik dan Nyamuk). PSJN merupakan cara paling mujarab untuk menekan angka kasus DBD. Selain karena tempat jentiknya yang jelas, yakni di Tempat Penampungan Air (TPA), juga karena jentik merupakan awal fase hidup nyamuk. Dan upaya dalam menerapkan PSJN ini ditempuh dengan beberapa cara diantaranya adalah melalui :1. Pemberdayaan masyarakat dengan pembinaan ratusan Kader Wamantik (Siswa Pemantau Jentik) dan Bumantik (Ibu Pemantau Jentik), yang bertugas memantau 10 rumah di sekitarnya menyangkut keberadaan jentik di rumah mereka. Tidak lupa juga memberikan penyuluhan42. Ikanisasi3. Abatesasi (temephos)4. Fogging

Gambar 1 . Mengubur,Menutup dan MengurasSumber : http://oppieacr.blogspot.com/2012/03/cegah-dbd-sekarang-juga.htmlUmumnya kebanyakan orang terparadigma dengan pemberantasan DBD melalui fogging atau penyemprotan. Ketika dilakukan fogging, nyamuk dewasa akan mati bila terkena asap fogging tersebut tetapi telur, larva atau jentik yang ada di dalam air tidak mati. Sehingga kalau suatu ketika dilakukan fogging maka nyamuk bisa jadi akan mati semua ( dengan syarat fogging dilakukan dengan benar) tetapi selang 1 10 hari kemudian akan muncul nyamuk Aides aegyti yang baru dari hasil menetasnya telur-telur tadi.4,5 Dari penjelasan di atas mestinya sudah bisa diambil kesimpulan bahwa penanggulangan demam berdarah dengan cara fogging memang tidak effektif apabila tidak diikuti dengan Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) atau dengan ABATISASI. Selain tidak begitu effektif penanggulangan dengan cara ini juga membutuhkan biaya yang mahal. Oleh karenanya fogging tidak perlu dilakukan kalau memang tidak sangat mendesak. Berdasarkan alasan inilah Dinas Kesehatan memberlakukan persyaratan khusus untuk wilayah yang akan dilakukan fogging. Persyaratan tersebut antara lain; sebelum dilakukan fogging masyarakat sekitar harus dilakukan penyuluhan dan Penyelidikan Epidemologi (PE). Penyelidikan epidemilogi adalah kegiatan pencarian penderita DBD atau tersangka DBD lainya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tempat tinggal penderita dan rumah/ bangunan sekitarnya. Termasuk tempat-tempat umum di dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter. Tindaklanjut hasil PE tersebut bila ditemukan penderita DBD lainya ( 1 atau lebih) atau ditemukan 3 atau lebih tersangka DBD dan ditemukan jentik (>5%) dari rumah/ bangunan yang diperiksa, maka dilakukan penggerakan masyarakat dalam PSN DBD, Larvasidasi, Penyuluhan dan pengasapan (Fogging) dengan insektisida di rumah penderita DBD dan rumah/ bangunan sekitar dengan radius 200 meter, 2 siklus dengan interval 1 minggu. Apabila tidak ditemukan jentik maka yang dilakukan hanya PSN DBD, Larvasidasi dan penyuluhan. 4,5Proteksi diri sendiri dan keluarga dapat dilakukan dengan cara :- Menggunakan obat nyamuk / anti nyamuk.6- Menggunakan kelambu saat tidur.6- Menanam pohon & binatang yang dapat mengusir/memakan nyamuk dan jentik nyamuk.- Menghindari daerah gelap di dalam rumah agar tidak ditempati nyamuk dengan mengatur ventilasi dan pencahayaan.- Memberi bubuk larvasida pada tempat air yang sulit dibersihkan.6- Tidak menggantung pakaian di dalam rumah atau dibalik pintu serta tidak menggunakan hordeng dan perabot gelap yang bisa jadi sarang nyamuk.6Health PromotionPenyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PNS (pemberantasan sarang nyamuk), penyuluhan tentang informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur informasi yang ada :a. Penyuluhan kelompok : PKK, organisasi social masyarakat lain, kelmpok agama, guru, murid di sekolah, pengelola tempat umum/instansi.7b. Penyuluha perorangan : kepada ibu-ibu pengunjung posyandu, kepada penderita/keluarganya di puskesmas7c. Kunjungan rumah oleh kader/petugas puskesmas.7d. Penyuluhan melalu media massa : TV, radio dan lain-lain (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I, Pusat)7Menggerakam masyarakat untuk melaksanankan PSN penting terutama sebelum musim penularan (musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasi oleh kepala wilayah setempat. Di tingkat puskesmas, usaha pemberantasan sarang nyamuk seyogyanya diintegrasikan dalam program sanitasi lingkungan.7Pemberdayaan MasyarakatPemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau kekuatan (strength) kepada masyarakat, peningkatan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengendalikan kelembagaan masyarakat secara bertanggung gugat demi perbaikan kehidupannya. 8Seperti kita ketahui bersama bahwa peran serta masyarakat sangat penting dalam menanggulangi dbd. Salah satu bentuk langsung peran serta masyarakat adalah kegiatan Pemantauan Jentik Berkala yang dilakukan oleh masyarakat melalui jumantik, jumantik adalah petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk malakukan pemantauan jentik nyamuk DBD aedes aegypti di wilayahnya serta melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin dan berkesinambungan.7,8Kegiatan atau tugas Jumantik Dalam Memantau Wilayah :1. Mengecek tempat penampungan air dan tempat yang dapat tergenang air bersih apakah ada jentik dan apakah sudah tertutup rapat. Untuk tempat air yang sulit dikuras diberi bubuk larvasida seperti abate.2. Membasmi keberadaan kain atau pakaian yang tergantung di dalam rumah.3. Mengecek kolam renang dan kolam ikan agar bebas dari jentik nyamuk.4. Menyambangi rumah kosong atau tidak berpenghuni untuk cek jentik.7Jumantik harus mendapatkan pelatihan khusus jumantik dan tinggal di dekat wilayah pantau jentik nyamuk dbd. Pemantauan dilakukan satu kali dalam seminggu (biasanya jumat) pada pukul pagi hari. Jika ditemukan jentik nyamuk maka petugas berhak memberi peringatan kepada penghuni / pemilik untuk membersihkan atau menguras agar bersih dari jentik. Jumantik lalu membuat catatan dan laporan yang diperlukan untuk dilaporkan ke kelurahan dan kemudian dari kelurahan dilaporkan ke instansi terkait atau vertikal.7Selain petugas jumantik (juru pemantau jentik), orang yang tinggal di sekitar suatu wilayah wajib juga melakukan pengawasan/pemantauan jentik di wilayahnya (self jumantik) dengan tehnik dasar minimal 3M.7,8Angka Bebas Jentik (ABJ)Merupakan salah satu indicator keberhasilan program pemberantasan vector penularDBD. Angka Bubas Jentik kubagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui gerakan PSN-3M menunjukan tingkat partisipaki masyarakat dalam mencegah DBD. Apabila angka bebas jentik suatu daerah rendah, maka kemungkinan penduduk daerah tersebut untuk terkena demam berdarah adalah lebih besar dibanding daerah lain yang angka bebas jentiknya lebih besar. ABJ yang diharapkan adalah >95%. Cara menghitung Angka Bebas Jentik (ABJ): 8-10

Manajemen ProgramKebanyakan negara memiliki rencana kesehatn nasional atau sejumlah program nasional, misalnya program kesehatan ibu dan anak. Pengendalian penyakit menular (lepra, TBC, dll). Departemen Kesehatan menetapkan kebijakan umum dan merinci tujuan umum program yang harus diterapkan pada tingkat madya dan dasat. Tujuan umum ini harus diperinci menjadi tujuan dan sasaran menengah, misalnya tujuan nasional adalah memberantas poliomyelitis. Tujuan program mungkin adalah menurunkan insidensi (angka kejadian kasus baru). Kelumpuhan akibat poliomyeiltis sampai 50%, dan sasarannya mungkin mengimunisasi semua anak berusia < 2tahun. 11Merencanakan Kegiatan KesehatanFungsi perencanaan dalam manajemen adalah usaha untuk menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan itu benar - benar timbul, mengantisipasi sebanyak mungkin keputusan pelaksanaan dengan meramalkan masalah yang mungkin timbul, dan menerapkan prinsip serta meletakan aturan untuk memecahkannya. Dengan demikian, perencanaan mencakup kriteria evaluasi, aturan, norma, dsb; yang akan dipakai dalam keputusan penerapan. 11Dengan cara serupa, seorang perencana harus memutuskan: Tujuan rencana Pendekatan / strategi untuk mencapai tujuan Kegiatan-kegiatan (pelayanan) yang diperlukan untuk mencapai tujuan Hambatan yang dapat merintangi kegiatan Sumber daya yang akan digunakan Biaya kegiatan Jadwal pelaksanaan yang terinci11Untuk menentukan dengan lebih tepat jenis-jenis keputusan yang akan diambil dalam masing-masing bidang itu, pertanyaan yang harus dijawab yaitu: mengapa, apa , yang mana, siapa, dimana, bagaimana , berapa banyak, dan kapan serta menerapkannya ke dalam 3 dasar perencanaan. 11Langkah-langkah merencanakan kegiatan kesehatan:1. Mengamati keadaanUntuk tujuan perencanaan perawatan kesehatan primer, diperlukan informasi mengenai: Masyarakat (jumlah penduduk, kelahiran, kematian, kelompok umur, perumahan, sekolah, pemimpin, organisasi, dsb) Kesehatan, penyakit, dan kesakitan Organisasi pelayanan kesehatan Staff kesehatan Sumber daya masyarakatUntuk memperoleh informasi, dapat secara tidak resmi dari masyarakat (langsung) ataupun dari informasi resmi. 11

2. Mengenali masalah2 batasan masalah yaitu:a. Masalah adalah kesulitan atau hambatan yang timbul diantara keadaan sekarang dan tujuan yang diinginkan di masa datangb. Masalah adalah kesenjangan yang dirasakan antara apa yang ada dan apa yang seharusnya ada11Harus dipahami bahwa orang yang berbeda, dapat melihat suatu masalah secara berbeda. Dalam memecahkan masalah:a. Analisis dan definisikan apa masalahnyab. Temukan semua penyebab yang mungkinc. Cari jalan untuk menghilangkan penyebab11Dalam memilih masalah yang penting, akan bermanfaat bila semua masalah dikelompokkan sesuai bagiannya:a. Masalah kesehatan atau penyakitb. Masalah pelayanan kesehatanc. Masalah masyarakatBeri prioritas untuk tiap masalah saat menghadapai sejumlah masalah. Salah satu cara untuk memberikan prioritas yakni dengan menetapkan dan menerapkan kriteria seleksi. Sebuah masalah juga didahulukan bila terdapat cara yang sederhana untuk memecahkannya. 113. Menetapkan tujuanSetelah masalah-masalah prioritas dipilih, langkah berikut adalah menentukan seberapa jauh/besar masalah dapat dikurangi atau dapat dituntaskan. Sebuah tujuan menyatakan hasil yang ingin dicapai dengan tepat. 11Dengan menetapkan tujuan, apa yang telah dikerjakan dapat terus menerus dinilai dan pada akhir jangka waktu yang telah ditentukan, dapat dievaluasi, yakni pencapaian program dapat diukur dan dilakukan penilain mengenai kemaknaannya untuk dapat dilakukan perubahan-perubahan untuk memperbaikinya. 11Tujuan jangka panjang, misalnya untuk mengendalikan atau memberantas penyakit menular (poliomielitis, campak, dsb). Tujuan jangka pendek yang akan dicapai dalam waktu tertentu sebagai suatu langkah mencapai tujuan jangka panjang, disebut target operasional.Tujuan biasa dibatasi oleh waktu,yakni harus dicapai dalam sejumlah minggu, bulan, atau tahun. Ciri tujuan yang bermanfaat:a. Relevan, sesuai dengan kebijakan kesehatan secara umum dan berkaitan dengan masalah yang akan diselesaikanb. Feasible (dapat dilaksanakan), bila dapat dicapai dan sumber daya yang diperlukan tersedia dan hambatan dapat diatasic. Dapat diamati, bila pencapaiannya dapat dilihat jelas atau diukurd. Terukur, bila hasil akhir dapat dinyatakan dalam angka. 114. Mengkaji hambatanHambatan dapat berupa keterbatasan kegiatan dan hambatan lingkungan. Yang termasuk keterbatasan kegiatan yaitu penduduk, peralatan,informasi, uang, waktu. Yang termasuk hambatan lingkungan yaitu keadaan geografis, iklim, kendala tekhnis, faktor sosial.Untuk mengatasi hambatan, perlu dilakukan analisis hambatan. Cara sederhana untuk manganalisis hambatan adalah dengan membuat daftar tujuan, tuliskan hambatan dan keterbatasan untuk masing-masing dan masukkan ke dalam jenis:a. Hambatan yang dapat diatasib. Hambatan yang dapat dimodifikasi/dikurangic. Hambatan yang tidak dapat dimodifikasi/dikurangi115. Menjadwalkan kegiatanSetelah tujuan dan target ditetapkan dan hambatan telah dibahas, tim kesehatan bersama masyarakat harus merencanakan bagaimana target ini dapat dicapai.Rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan dan target, disebut juga strategi. Sebelum merencanakan kegiatan secara rinci, kita perlu:a. Memikirkan cara-cara alternatif untuk mengatasi hambatan dan mencapai tujuanb. Menyeimbangkan sumber daya dan kebutuhanc. Memilih rangkaian tindakan terbaikd. Menjelaskan dengan rinci segala aktivitas yang dibutuhkan, berdasarkan rangkaian kegiatan yang telah dipilih. 11Bila sumber daya terbatas, maka dipakai dua prinsip umum: Gunakan sumber daya yang ada sebaik-baiknya sebelum meminta yang lain Sumber daya yang paling siap, digunakan semaksimal mungkin sebelum sumber yang lain dimobilisasi11Prinsip dasar dalam merancang strategi-strategi alternatif untuk mengatasi hambatan diluar sumber daya adalah dengan menyesuaikan diri pada lingkungan fisik (iklim, permukaan tanah), dan dengan memilih metode yang dapat dimengerti dan diterima oleh masyarakat serta sesuai dengan praktek administratif dan politik negara dan pembangunan ekonomi daerah. Dengan demikian, strategi pusat kesehatan primer akan sesuai dengan keadaan setempat. Hal ini dicapai dengan menghindari beberapa faktor yang (atau yang akan) menjadi hambatan dalam pelaksanaannya, dan dengan mengambil keuntungan dari faktor lain untuk memperkenalkan perubahan-perubahan dalam pelayanan. 11Untuk membantu memutuskan rencana tindakan atau strategi, sebaiknya dibuat suatu daftar atau tabel tentang sumber daya yang diperlukan untuk berbagai strategi, dan daftar mengenai berbagai kemungkinan, dengna memperhatikan apakah semua sumber daya yang tersedia atau dapat diadakan. 11Manfaat perencanaan dalam hal ini adalah untuk memastikan bahwa akan terjadi beberapa perubahan. Akan terjadi kemajuan menuju target. Hanya bila semua sumber daya setempat yang tersedia telah habis terpakai, permintaan untuk sumber daya lain diajukan. 11Untuk membuat perencanaan, definisikan secara rinci kegiatan yang diperlukan untuk strategi yang telah dipilih juga mengikutsertakan tim kesehatan dan para wakil masyarakat. Tulis rencana secara garis besar, dengan membuat time table. Hal ini berguna untuk memastikan bahwa semua sumber daya tersedia pada waktunya.11KesimpulanPenyakit Demam Berdarah Dengue/Demam Hemorrhagic Fever merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh keadaan sanitasi lingkungan yang buruk. Setiap penyakit dilihat dari segi epidemiologi terdiri dari faktor host, agent, lingkungan. Dalam hal ini yang berperan menjadi host adalah manusia, sebagai agent yaitu vector melalui nyamuk. Manajemen dalam menanggulangi DBD tentunya harus berdasarkan atas POAC (Planning, Organisating, Actuating, Controlling). Menajemen tersebut tentunya dibuat oleh PUSKESMAS sebagai pelayanan kesehatan strata pertama yang memiliki program. Telah banyak diketahui upaya PUSKESMAS dalam menanggulangi penyakit DBD berupa pemberian penyuluhan, pemberdayaan masyarakat, kuratif, rehabilitative, dsb. Untuk itu, kerjasama yang baik antara petugas kesehatan dan peran serta masyarakat adalah sebuah kesatuan yang amat penting dalam menanggulangi DBD.Daftar Pustaka1. Widoyono. Penyakit tropis : epidemiologi, penularan, pencegahan & pemberantasannya. Jakarta : Erlangga. 20082. Fadjari TH. Apa yang dokter anda tidak katakana tentang demam berdarah. Bandung: Konsulen spesialis penyakit dalam R.S. Hasan Sadikin FK UNPAD, 2010. h. 5-99.3. Achmadi UF. Buletin jendela epidemiologi berbasis wilayah. Diunduh dari www.depkes.go.id, 16 Juni 20124. Siregar, F.A, 2004, Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah DengueIndonesia, Digitized by USU Digital Library.5. Chahaya, I, 2003, Pemberantasan Vektor Demam Berdarah di Indonesia,Digitized by USU Digital Library, Medan.6. Cara Jumantik Memberantas Nyamuk Demam Berdarah Dengue. Di unduh dari :http://organisasi.org/cara-jumantik-memberantas-nyamuk-demam-berdarah-dengue-dbd-pengertian-juru-pemantau-jentik. 18 juni 20127. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. Tatalaksanan demam berdarah dengue. Jakarta. Depertemen Kesehatan;2001.hal.28. Demam berdarah dan kesehatan masyarakat. Diunduh dari www.anneahira.com, 15 Juni 2012.9. Departemen Kesehatan RI. Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue oleh jumantik. Edisi ke-3. Jakarta. Departemen Kesehatan;2007.hal.710. Diunduh dari : http://www.litbang.depkes.go.id/download/seminar/desentralisasi6-80606/MakalahFarid.pdf. 15 juni 201211. McMahon R. Manajemen pelayanan kesehatan primer. Kumala P, alih Bahasa. Pendit BU, editor. Jakarta : EGC ; 1999.

Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta [email protected] 20