12
Diagnosis Diagnosa HIV dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan klinis meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium meliputi uji immunologi dan uji virologi. a) Pemeriksaan klinis Pemeriksaan klinis dimulai dengan anamnesis dengan menanyakan gejala klinis yang dialami pasien. Antara gejala klinis yang sering pada pasien HIV ialah demam yang berlangsung dalam beberpa bulan, sering letih, adanya penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, batuk dan diare yang berlangsung beberapa bulan, adanya pembesaran kelenjar limfa dan lain-lain lagi. Selain itu ditanyakan juga apakah ada faktor resiko HIV pada pasien. WHO menentukan diagnosis HIV dan AIDS berdasarkan gejala klinis dan jenis tes pemeriksaan. Gejala klinis HIV dan AIDS menurut tahapan dari WHO dibagi dalam 4 stadium 1 :

Diagnosis HIV

Embed Size (px)

DESCRIPTION

diagmosis

Citation preview

DIAGNOSIS

Diagnosis

Diagnosa HIV dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan klinis meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium meliputi uji immunologi dan uji virologi.

Pemeriksaan klinis

Pemeriksaan klinis dimulai dengan anamnesis dengan menanyakan gejala klinis yang dialami pasien. Antara gejala klinis yang sering pada pasien HIV ialah demam yang berlangsung dalam beberpa bulan, sering letih, adanya penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, batuk dan diare yang berlangsung beberapa bulan, adanya pembesaran kelenjar limfa dan lain-lain lagi. Selain itu ditanyakan juga apakah ada faktor resiko HIV pada pasien.

WHO menentukan diagnosis HIV dan AIDS berdasarkan gejala klinis dan jenis tes pemeriksaan. Gejala klinis HIV dan AIDS menurut tahapan dari WHO dibagi dalam 4 stadium1 :

Stadium II

Termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernafasan atas yang berulang, pada fase ini belum nampak gejala tetapi virus tetap aktif.

Stadium III

Fase simptomatik, termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.

Stadium IV

AIDS, yang berarti kumpulan penyakit yang disebabkan oleh virus HIV, adalah fase akhir dan biasanya bercirikan suatu jumlah CD4 kurang 200

b)Pemeriksaan laboratorium

i)Pemeriksaan dasar :

FBC (full blood count)

Pem. Fungsi hati

Pem. Fungsi ginjal : ureum dan kreatinin

Analisa urin

Pem. Feses lengkap

ii)Pemeriksaan penunjang :

Tes antibodi terhadap HIV (ELISA, Rapid Test, Western Blot)

Tes antibodi terhadap HIV digunakan sebagai test skrining, meliputi enzyme immunoassays atau enzymelinked immunosorbent assay (ELISA) dan tes serologi cepat (rapid test). Tes Western blot digunakan untuk memperkuat hasil reaktif dari tes skrining.Tes menggunakan bahan whole blood.Antibodi dihasilkan setelah seorang terinfeksi HIV lebih kurang 2-12 minggu.Window periode (tahap jendela), dimana pada saat ini antibodi belum terdeteksi.Pada tahap window periode kemungkinan bisa dilakukan pemeriksaan antigen ataupun pemeriksaan viral load.Beberapa jenis tes antibodi HIV : -Rapid test

-ELISA

-Western Blotting

Pemeriksaan ELISA/EIA

- Sejenis tes penyaring.

- Pada metode ini yang dideteksi adalah antibodi terhadap HIV.

- Bila tes ini dilakukan pada masa jendela, maka hasilnya akan negatif karena antibodi terhadap HIV masih belum terbentuk.

- Pemeriksaan darah tidak hanya dilakukan sekali, tetapi dilakukan dengan menggunakan 3 metode pemeriksaan (ELISA atau EIA) yang berbeda, dengan tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang berbeda.

- Bila hasil ELISA atau EIA positif, perlu dilakukan pemeriksaan konfirmasi dengan metode Western Blot 2.

Western Blot (Tes Konfirmasi)

Uji Western blot menemukan keberadaan antibodi yang melawan protein HIV spesifik (struktural dan enzimatik).

Digunakan untuk konfirmasi hasil reaktif ELISA atau hasil serologi rapid tes sebagai hasil yang benar-benar positif.

Hasil negative Western blot menunjukkan bahwa hasil positif ELISA atau rapid tes dinyatakan sebagai hasil positif palsu, dan pasien tidak mempunyai antibodi HIV. Hasil Western blot positif menunjukkan keberadaan antibodi HIV pada individu tersebut 2.Tes Viral Load

Viral load HIV adalah jumlah partikel virus HIV yang ditemukan dalam setiap mililiter darah. Semakin banyak jumlah partikel virus HIV di dalam darah, semakin cepat sel-sel CD4 dihancurkan dan semakin cepat pasien menuju ke arah AIDS. Viral load (VL) menunjukkan tingginya replikasi HIV dan kecepatan penghancuran CD4 dan tinggi rendahnya VL menunjukkan cepat-lambatnya perjalanan penyakit dan kematian4.

Viral load HIV dapat diukur dengan PCR. Metode PCR menyediakan suatu mekanisme untuk mendeteksi target organisme dengan konsentrasi yang sangat kecil dengan spesifisitas yang tinggi dan dibuat tiruannya berlipat ganda sehingga ada tidaknya virus dan bakteri spesifik serta mutasi materi genetik dapat dideteksi. Hasil pemeriksaan dilaporkan sebagai copies/mL atau dalam perhitungan matematik logaritma atau log4.Pemeriksaan Viral Load bila dikombinasi dengan pemeriksaan jumlah CD4+ dan dipantau dari waktu ke waktu memungkinkan hal-hal sebagai berikut 4:

-Mengetahui bagaimana tubuh memerangi HIV

-Memperkirakan resiko kearah AIDS

-Mengetahui efektifitas dari terapi Pemeriksaan Jumlah Sel CD4+ Limfosit

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai sistem kekebalan tubuh melawan virus. Jumlah sel-sel CD4+ memberikan pedoman dalam menentukan dimulainya pengobatan anti-viral. Tujuannya adalah untuk menjaga agar jumlah CD4+ tinggi dan titer Viral Load rendah. Untuk itu pemantauan jumlah CD4+ sebelum dan selama pengobatan akan menunjukkan bagaimana respon terhadap terapi. Pada penderita AIDS konsentrasi CD4+ menurun secara drastis. Konsentrasi CD4+ dihubungkan dengan konsentrasi CD8 menyebabkan rasio CD4+ / CD8 terbalik pada HIV / AIDS. Nilai normal CD4+ ialah 65 % dan CD8+ ialah35% dari total T-cell.

Pemeriksaan ini dilakukan pada awal diagnosis dan setiap 3-6 bulan seterusnya. Berdasarkan kebanyakan guideline, jumlah CD4+ 25% adalah indikasi untuk penukaran terapi. Bila CD4+ < 200/l, pasien perlu diberikan terapi profilaksis untuk infeksi P. Carinii, dan diindikasikan untuk terapi profilaksis terhadap infeksi Mycobacterium avium complex (MAC) bila jumlah CD4+