14
Diagnosis, Tatalaksana, Prognosis, Komplikasi, Pencegahan Rubeola Dewi Larasati

Diagnosis, Tatalaksana, Prognosis, Komplikasi,

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Morbili

Citation preview

Page 1: Diagnosis, Tatalaksana, Prognosis, Komplikasi,

Diagnosis, Tatalaksana, Prognosis, Komplikasi, Pencegahan Rubeola

Dewi Larasati

Page 2: Diagnosis, Tatalaksana, Prognosis, Komplikasi,

Diagnosis : Anamnesis dan PF• Pengamatan faktor risiko

– Riwayat terpapar campak– Usia– Musim– Epidemiologi– Vaksinasi

• Pengamatan klinis– Batuk kering– Sakit tenggorokan– Konjungtivitis– Demam– Ruam merah

Page 3: Diagnosis, Tatalaksana, Prognosis, Komplikasi,

Diagnosis Penunjang

• IgM– Sensitivitas >95%

• IgG– Infeksi baru atau pernah terinfeksi– Spesimen diambil 10 hari dari sebelumnya

• RT PCR– Melihat variasi genomik– Dapat mendeteksi virus yang tidak aktif

• Kultur Virus– Jarang digunakan

Page 4: Diagnosis, Tatalaksana, Prognosis, Komplikasi,
Page 5: Diagnosis, Tatalaksana, Prognosis, Komplikasi,

Tatalaksana

• Self Limiting• Simptomatik– Istirahat– Antipiretik– Nutrisi– Menekan batuk– Cairan tubuh

• Vitamin A oral untuk semua anak (memperbaiki epitel saluran pernapasan yang erupsi akibat infeksi Morbili)– Dosis:– <6 bln: 50.000– 6 bln – 1 thn: 100.000– >1 thn: 200.000

Page 6: Diagnosis, Tatalaksana, Prognosis, Komplikasi,

• Sesuai Komplikasi– Ensefalitis: antibiotik– Dehidrasi berat, diare: antibiotik, cairan rehidrasi– Konjungtivitis: tidak perlu diobati, jika ada pus, bersihkan

mata dengan kain bersih yang dibasahi air bersih dan berikan salep mata tetrasiklin 3 kali sehari selama 7 hari.

– Luka pada mulut: gunakan NGT jika mengganggu masuknya makanan, berikan gentian violet 0.25% pada luka di mulut setelah dibersihkan.

– Kejang: diberikan antikonvulsi

Page 7: Diagnosis, Tatalaksana, Prognosis, Komplikasi,

Prognosis

• Campak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai penyulit maka prognosisnya baik.

Page 8: Diagnosis, Tatalaksana, Prognosis, Komplikasi,

Komplikasi

• Bronkopneumonia– Infeksi morbili / sekunder oleh bakteri

pneumococcus, streptococcus, staphylococcus, haemophillus influenza

– Ronki basah halus, batuk, meningkatnya RR• Ensefalitis– Muncul pada stadium erupsi 8 hari setelah onset

penyakit (prodromal)– Kejang, letargi, koma, nyeri kepala, disorientasi

Page 9: Diagnosis, Tatalaksana, Prognosis, Komplikasi,

• Subacute Sclerosing Panencephalitis– Degenerasi susunan saraf pusat– Desteririsasi tingkah laku dan intelektual– Muncul 7 tahun setelah infeksi campak pertama

• Diare– Invasi virus ke mukosa saluran cerna– Infeksi sekunder bakteri akibat sistem imun yang

sedang lemah• Konjungtivitis– Infeksi sekunder bakteri– Dapat menyebabkan kebutaan

Page 10: Diagnosis, Tatalaksana, Prognosis, Komplikasi,
Page 11: Diagnosis, Tatalaksana, Prognosis, Komplikasi,

Pencegahan

• Imunisasi• Aktif– Virus hidup yang dilemahkan– Virus mati sudah tidak digunakan– Proteksi 20 tahun– Antibodi hanya 20% dari infeksi alamiah– 0.5 mL injeksi subkutan– Anak usia 12-15 bulan– Kontraindikasi: hamil, demam tinggi, terapi

imunosupresi, alergi

Page 12: Diagnosis, Tatalaksana, Prognosis, Komplikasi,

• Pasif Profilaksis– Pencegahan dan meringankan infeksi morbili– 0,25 mL/KgBB– Maksimal diberikan 5 hari setelah terinfeksi

Page 13: Diagnosis, Tatalaksana, Prognosis, Komplikasi,

• Jadwal Pemberian

Page 14: Diagnosis, Tatalaksana, Prognosis, Komplikasi,

Referensi• Talaro KP, Chess B. Foundations in microbiology. 8th ed. New York:

McGraw-Hill Inc; 2012.• World Health Organization. Manual for the laboratory diagnosis of

measles and rubella virus infection. 2nd ed. Switzerland: WHO; 2007.• Centers for Disease Control and Prevention. Measles (rubeola) [Internet].

[Cited: Jan 17 2016] [Reviewed: Nov 2015]. Available from: http://www.cdc.gov/measles/hcp/index.html