Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERANCANGAN ULANG LAYOUT RUANG
PENYIMPANAN SAMPEL STABILITAS
IMPERMEABLE BERDASARKAN KONSEP
SIMILARITY DAN POPULARITY SERTA PRINSIP 5S
(Studi Kasus di PT FPP)
Oleh
Atika Nul Hakim
004201405005
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik
Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu
pada Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Industri
2018
i
DAFTAR ISTILAH
API : API (Active Pharmaceutical Ingredients) yaitu bahan aktif
atau bahan baku utama dari suatu sediaan farmasi yang
memiliki fungsi atau khasiat sesuai dengan yang
diklaimnya.
Bentuk Sediaan : Bentuk formulasi obat hingga didapat suatu produk yang
siap untuk diminum atau dipakai oleh penderita supaya
tercapai efek terapi yang diinginkan.
Chamber : Suatu alat sebagai tempst penyimpanan sampel yang telah
diatur suhu dan kelembabannya sedemikian rupa sesuai
dengan literatur.
CPOB : Pedoman yang berisi pelaksanaan cara pembuatan obat
yang baik yang dibuat oleh Badan Pengawasan Obat dan
Makanan Indonesia.
Database : Kumpulan informasi yang disimpan di dalam komputer
secara sistematik sehingga dapat diperiksa menggunakan
suatu program komputer untuk memperoleh informasi dari
basis data tersebut.
Efektif : Pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan
yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan
menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.
Efisiensi : Ukuran tingkat penggunaan sumber daya dalam suatu
proses.
FDA : Food and Drug Administration atau Badan Pengawas Obat
dan Makanan yang bertugas mengatur tentang aturan
pembuatan serta segala sesuatu yang berhubungan dengan
makanan, suplemen makanan, obat-obatan, produk
biofarmasi, transfusi darah, peranti medis, peranti untuk
terapi dengan radiasi, produk kedokteran hewan, dan
kosmetik di Amerika Serikat.
ii
ICH : International Counchil of Harmonisation yaitu organisasi
yang terbentuk berawal dari pertemuan untuk melakukan
perbaikan terhadap produk-produk farmasi. Pertemuan
diinisiasi dari belahan Eropa, mempertemukan tiga
kelompok besar (triparti), yaitu dari pihak regulatori,
kemudian dari pihak asosiasi industri, dan pihak yang
dianggap sebagai tenaga ahli.
Impermeable : Wadah yang digunakan yang tidak memungkinkan adanya
cairan dan gas untuk melewatinya.
Injeksi Cair : Obat dengan sediaan cair yang diinjeksikan ke dalam
darah.
Kemasan Primer : Kemasan yang digunakan yang kontak langsung dengan
produk. Sebagai contoh yaitu botol, ampul, vial, dan lain-
lain
Kemasan Sekunder : Kemasan yang digunakan yang tidak kontak langsung
dengan produk. Biasanya berupa dus, container, dan lain-
lain
Studi Stabilitas : Serangkaian uji yang didesain untuk mendapatkan jaminan
stabilitas suatu produk, yaitu pemeliharaan spesifikasi suatu
produk yang dikemas dalam bahan pengemas yang telah
ditentukan dan disimpan dalam kondisi penyimpanan yang
telah ditetapkan pada rentang waktu tertentu.
ABSTRAK
PT FPP merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang farmasi, yang
memproduksi obat-obatan dengan berbagai macam sediaan. Setiap produk obat-
obatan yang telah dipasarkan, perlu diujikan stabilitas. Tujuan dari pengujian
stabilitas obat yaitu untuk menjamin bahwa obat yang telah dipasarkan masih
dalam batas spesifikasi yang dianjurkan hingga produk tersebut kadaluwarsa.
Ruang penyimpanan sampel stabilitas impermeable di PT FPP sangat berantakan,
penyimpanan sampel tidak rapi, desain tata letak sampel tidak beraturan, tidak
adanya penjaminan bahwa kapasitas ruangan mencukupi, semua itu menyulitkan
user dalam pencarian, pengambilan dan pemusnahan sampel. Hal-hal tersebut
tidak sesuai dengan yang tercantum pada pedoman Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB) tentang area penyimpanan. Perbaikan dilakukan dengan melakukan
perancangan layout ruang penyimpanan sampel stabilitas impermeable dengan
menggunakan konsep similarity, popularity, melakukan penyusunan sampel
berdasarkan abjad dan nomer batch, lalu mengimplementasikan prinsip 5S. Dalam
perancangan layout dilakukan pengkodean rak, shelves, dan partisi, pemberian
wadah pada sampel, perhitungan kapasitas, space requirement, jarak, dan
pembuatan lokator sampel. Dari penelitian yang telah dilakukan, berhasil
dirancang layout ruang penyimpanan sampel stabilitas yang menurunkan waktu
dan biaya pencarian sampel sebanyak 63.81%, jarak pengambilan sampel
sebanyak 20.94%, serta penurunan utilisasi ruang sebanyak 4.44%. Selain itu,
terdapat 24,44% kapasitas ruangan yang dapat digunakan untuk pengembangan
produk dan penambahan sampel stabilitas.
Kata Kunci : Sampel, Stabilitas, Impermeable, Popularity, Similarity
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stabilitas suatu obat merupakan faktor yang sangat penting dalam industri farmasi
yang memproduksi obat-obatan. Hal ini sangat perlu diperhatikan, karena suatu
obat atau sediaan farmasi memiliki spesifikasi yang perlu dijaga hingga
kadaluwarsa. Obat atau sediaan farmasi yang disimpan dalam jangka waktu yang
lama dapat mengalami penguraian yang mengakibatkan perubahan yang bersifat
toksik pada obat tersebut sehingga dapat membahayakan dan berdampak negatif
bagi jiwa pasien.
Mengingat pentingnya kestabilan obat selama masa shelf life, maka setelah
dipasarkan, stabilitas produk jadi dipantau dengan studi berkesinambungan yang
sesuai, yang memungkinkan adanya pendeteksian semua masalah stabilitas yang
berkaitan dengan kandungan zat (formula) dalam kemasan pada produk yang
dipasarkan (Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, 2012). Tujuan dari
studi stabilitas adalah untuk memantau produk selama masa edar dan untuk
menentukan bahwa produk tetap dan memenuhi spesifikasinya selama dijaga
dalam kondisi penyimpanan yang tertera dalam label.
Sesuai dengan pedoman CPOB, semua produk obat yang akan diujikan untuk
studi stabilitas, akan disimpan pada kondisi penyimpanan yang sesuai dengan
label dan area dimana produk itu dipasarkan. Produk yang akan diujikan studi
stabilitas disimpan hingga masa shelf life produk tersebut, atau sesuai dengan
yang dibutuhkan. Selama masa penyimpanan, produk akan diuji berdasarkan
parameter-parameter tertentu sesuai dengan interval yang telah ditentukan.
Di PT FPP sendiri, terdapat tempat penyimpanan sampel-sampel stabilitas berupa
climatic chamber. Namun, karena banyaknya produk yang di uji stabilitas, maka
climatic chamber tidak lagi mencukupi untuk penyimpanan sampel. Sampel-
sampel dengan kondisi penyimpanan pada suhu 30°C tidak lagi ditempatkan pada
chamber tersebut, melainkan pada ruangan penyimpanan yang telah diatur suhu
dan kelembaban sedemikian rupa.
Area penyimpanan harus memiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan
berbagai macam bahan dan produk dengan rapi dan teratur. Area penyimpanan
perlu didesain atau disesuaikan untuk menjamin kondisi penyimpanan yang baik.
Apabila terdapat kondisi penyimpanan khusus (contoh: suhu dan kelembaban)
dibutuhkan, kondisi tersebut perlu disiapkan, dikendalikan, dipantau, dan dicatat
bilamana diperlukan (Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, 2012).
Permasalahan yang dihadapi oleh bagian stabilitas PT FPP yaitu kurang baiknya
prosedur penyimpanan dan penataan sampel yang menimbulkan masalah pada
ruang penyimpanan tersebut. Selain penyimpanan, sampel-sampel yang sangat
variatif, banyaknya sampel yang diujikan stabilitas, serta tata letak yang tidak
beraturan, membuat ruang penyimpanan menjadi berantakan. Hal ini
menyebabkan kesulitannya user dalam pencarian, pengambilan dan pemusnahan
sampel yang menimbulkan pemborosan waktu, yaitu sekitar 18,68 menit per hari
atau 4.931,52 menit per tahun. User yang seharusnya dapat mengerjakan
pekerjaan lainnya, namun waktu habis terbuang untuk pencarian sampel setiap
harinya. Energi user banyak terbuang percuma karena mencari sampel yang
belum jelas dimana letaknya. Semua itu pada akhirnya berujung pada pemborosan
biaya. Biaya pencarian sampel berdasarkan gaji user yang dikalikan dengan waktu
pencarian sampel yaitu sekitar Rp 1.869.046 per tahun.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelasakan, maka rumusan masalah
penelitian ini yaitu:
“Bagaimana penyimpanan dan penataan sampel yang dapat memudahkan user
dalam pencarian, pengambilan, serta pemusnahan sampel?”
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk: merancang sistem penyimpanan dan
penataan sampel, agar memudahkan user dalam pencarian, pengambilan dan
pemusnahan sampel stabilitas, serta sesuai dengan yang tertera pada Pedoman
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) tahun 2012 mengenai area
penyimpanan.
1.4 Batasan Masalah
Dengan keterbatasan waktu dan sumber daya, penelitian ini memiliki batasan
diantaranya yaitu:
1. Area penelitian yaitu departemen Quality Assurance, bagian Compliance,
stabilitas obat.
2. Objek yang diteliti yaitu ruang penyimpanan sampel stabilitas suhu 30°C.
3. Aktivitas penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu
periode 1 September - 30 Desember 2017.
4. Tidak melakukan perhitungan biaya relokasi dan pengaturan rak.
1.5 Asumsi
Asumsi dari perancangan sistem ini adalah:
1. Semua sampel memiliki kadaluwarsa 24 bulan (2 tahun).
2. Jumlah pengambilan sampel sesuai dengan sediaannya.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah dari improvement
yang dilakukan, rumusan masalah berdasarkan latar belakang,
tujuan penelitian, batasan masalah serta asumsi yang digunakan.
BAB II Kajian Pustaka
Bab ini berisikan teori yang dilihat dari 2 sisi, yaitu dari segi
farmasi dan segi teknik industri. Dari segi farmasi yaitu teori
tentang pelaksanaan studi stabilitas obat, yang tercantum dalam
beberapa guidelines farmasi, seperti sampel stabilitas, interval
pengujian, area penyimpanan, dan kondisi penyimpanan. Dalam
segi teknik industri yaitu teori tentang tata letak, tujuan
perencanaan tata letak, storage dan warehousing, tipe-tipe gudang,
perancangan gudang, yang mencakup prinsip-prinsip seperti
prinsip popularity, similarity, ukuran, karakteristik, pemanfaatan
ruang, serta prinsip 5S.
BAB III Metodologi Penelitian
Bab yang berisikan kerangka dari penelitian yang dilakukan,
kemudian diperinci dengan langkah-langkah yang dilakukan
sebelum, selama dan sesudah penelitian dan perbaikan, serta
tempat dilakukannya penelitian.
BAB IV Data dan Analisis
Terdiri dari kondisi awal gudang yaitu penyimpanan dan penataan
sampel, dan data observasi yang diperoleh dari sampel-sampel
yang ada pada gudang stabilita, data pengambilan sampel stabilita
suhu 30°C, data waktu pencarian sampel, dan biaya pencarian
sampel stabilitas. Kondisi awal gudang serta data-data yang
diperoleh menjadi acuan dalam pembuatan desain baru untuk
penyimpanan dan penataan sampel.
BAB VI Simpulan dan Saran
Berisikan simpulan dari hasil penelitian dan juga saran baik untuk
perusahaan maupun pembaca secara umum.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pelaksanaan Studi Stabilitas Obat
2.1.1 Studi Stabilitas
Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) (2012 hal. 59-60),
menerangkan bahwa:
1. Setelah produk dipasarkan, stabilitas produk jadi perlu dipantau dengan studi
berkesinambungan yang sesuai, yang memungkinkan untuk pendeteksian
semua masalah dalam stabilitas produk yang berkaitan dengan kandungan zat
(formula) dalam kemasan yang dipasarkan.
2. Tujuan studi stabilitas yaitu untuk memantau produk selama masa edar dan
untuk menentukan bahwa produk tetap dan memenuhi spesifikasinya selama
dalam kondisi penyimpanan yang tertera pada label kemasan.
3. Selain produk yang telah dipasarkan, produk ruahan perlu dipertimbangkan
untuk dilakukan pengujian stabilitas. Sebagai contoh, apabila produk ruahan
disimpan dalam jangka waktu yang lama sebelum dilakukan pengemasan atau
dikirim dari tempat produksi ke tempat pengemasan, dampak terhadap
stabilitas produk yang dikemas dalam kondisi lingkungan sekeliling perlu
dikaji dan diuji. Selain itu, perlu adanya pertimbangan untuk produk antara
yang digunakan dan disimpan setelah perperpanjangan waktu. Untuk studi
stabilitas produk pasca rekonstitusi dilakukan selama produk tersebut
dikembangkan dan tidak memerlukan pemantauan yang berbasis on-going.
Namun, jika memungkinkan, stabilitas produk pasca rekonstitusi dapat juga
diujikan.
2.1.2 Sampel Stabilitas
Berdasarkan U.S. Department of Health and Human Services Food and Drug
Administration, Drug Stability Guidelines (2008) sampel stabilitas hendaklah
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Sampel
Sampel dari produksi sangat diutamakan dan harus digunakan untuk studi
stabilitas. Sampel ini memberikan perkiraan yang mendekati kondisi
pemakaian yang aktual. Pemohon harus menggunakan kondisi aktual
sebanyak mungkin. Jika sampel skala pilot digunakan, maka harus dilaporkan.
Sampel skala laboratorium memberikan kontrol optimum untuk semua faktor.
Oleh karena itu, harus diingat bahwa perubahan mungkin diperlukan dalam
spesifikasi setelah obat disetujui untuk digunakan dan situasi penggunaan
"sebenarnya" atau "aktual" dipantau dan dievaluasi. Perubahan tersebut dapat
diberikan oleh pemohon atau diminta oleh pihak yang berwenang.
2. Rencana Sampling
Deskripsi rencana sampling harus diserahkan untuk menunjukkan bagaimana
sampel mewakili tempat atau jumlah sampel. Selain itu, frekuensi
pengambilan sampel dan jumlah sampel yang diambil per periode waktu harus
dilaporkan. Informasi tertentu untuk membuat keputusan ini harus diberikan,
misalnya, variabilitas metode uji pada konsentrasi yang ditentukan harus
dipertimbangkan. Variabilitas yang lebih besar mungkin memerlukan
peningkatan jumlah sampel yang dibutuhkan pada setiap periode waktu.
3. Penanganan dan Analisis Sampel
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa:
Untuk menetapkan titik data awal, sampel harus dianalisis sesegera mungkin
setelah diproduksi. Hal ini direkomendasikan untuk membuat kesimpulan
yang valid tentang stabilitas bahan obat aktif dan persiapannya. Jika analisis
awal tidak dapat dilakukan pada hari yang sama, sampel harus ditempatkan
dalam kontainer tahan air dan tahan udara dan disegel dengan sesedikit
mungkin udara di dalamnya. Sampel yang dikirim untuk pengujian stabilitas
harus dikemas dan diberi label dengan benar. Sampel ini harus diuji setelah
diterima sebelum diperkenalkan ke program stabilitas masing-masing.
Analisis awal harus dilakukan sesegera mungkin, saat dilepaskan atau setelah
diterima.
2.1.3 Interval Pengujian
Berdasarkan ICH Harmonised Tripartite Guideline, Stability Testing of New
Drug Substances and Products Q1A (R2) (2003) interval pegujian untuk studi
stabilitas produk obat dilakukan pada frekuensi sebagai berikut:
Frekuensi pengujian untuk penyimpanan jangka panjang, normalnya dilakukan
setiap 3 bulan selama tahun pertama, setiap 6 bulan di tahun kedua, dan kemudian
setiap tahunnya. Untuk kondisi dipercepat, minimal frekuensi pengujian yaitu 3
kali uji, yaitu pada pengujian awal, pada bulan ke 3, dan bulan ke 6.
2.1.4 Area Kondisi Penyimpanan
Dalam Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Pedoman
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) (2012 hal. 17), menerangkan bahwa:
1. Area penyimpanan harus memiliki kapasitas penyimpan yang cukup untuk
menyimpan berbagai macam bahan dan produk dengan rapi dan teratur.
2. Area penyimpanan perlu di desain dan disesuaikan sedemikian rupa untuk
menjamin kondisi penyimpanan berbagai macam bahan dan produk dengan
baik. Area penyimpanan harus bersih, kering, memiliki pencahayaan yang
cukup, dan dipelihara dengan suhu yang telah ditetapkan.
3. Bila area penyimpanan memiliki kriteria khusus seperti suhu dan kelembaban,
maka area penyimpanan perlu dikendalikan, dipantau, dan dicatat.
Kondisi penyimpanan pada area penyimpanan sampel stabilitas memiliki kriteria
yang berbeda-beda, tergantung pada jenis studi stabilitas pada sampel yang akan
diujikan. Selain jenis studi stabilitas, area pemasaran produk yang akan
dipasarkan menjadi salah satu fokus dalam penyimpanan sampel stabilitas.
Berdasarkan Stability Guidelines WHO (World Health Organization) Technical
Report Series (No.953, 2009 Annex 2 hal. 117) untuk sampel long term
condition, sampel disimpan berdasarkan pada area dimana produk tersebut akan
dipasarkan. Dari berbagai belahan dunia, terdapat 5 climatic zone dengan berbagi
kriteria, sebagaimana yang tertera pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Climatic Zone
Climatic
Zone Definisi Kriteria (*)
Kondisi
Penyimpanan
(Long Term
Study)
I Temperature Climate ≤15°C / ≤ 11 hPa 21°C / 45% RH
II Subtropical &
Mediterranean Climate
>15°C - 22°C / >11 to
18 hPa 25°C / 60% RH
III Hot & Dry Climate >22°C / ≤15 hPa 30°C / 35% RH
IVA Hot & Humid Climate >22°C / >15 to 27 hPa 30°C / 65% RH
IVB Hot & Very Humid Climate >22°C / >27 hPa 30°C / 75% RH *)
merupakan nilai yang diperoleh dari rata-rata temperatur dalam setahun, yang
diukur dari udara terbuka atau rata-rata tekanan parsial uap air.
Climatic zone adalah zona yang membagi dunia berdasarkan kondisi iklim
tahunan. Indonesia termasuk ke dalam zona IVB karena memiliki rata-rata
temperatur 30°C dengan kelembaban 75%. Berdasarkan ASEAN Guideline on
Stability Of Drug Product (2005 hal. 8), kondisi penyimpanan sampel pada studi
stabilitas zona IVB, tercantum pada Tabel 2.2 dibawah ini.
Tabel 2.2 Kondisi Penyimpanan Studi Stabilita Zona IVB
Type of Container/ Study Storage Condition
Products in primary containers
permeable to water vapour 30°C ± 2°C / 75% RH ± 5% RH
Products in primary containers
impermeable to water vapour 30°C ± 2°C / RH not specified
Accerelated Studies 40°C ± 2°C / 75% RH ± 5% RH
Stress Studies *) 40°C ± 2°C / 75% RH ± 5% RH
*)Studi stres diperlukan untuk validasi proses pada metode analisis, formulasi
farmasi, identifikasi dan pemantauan potensi degradasi selama pengujian
stabilitas.
Selain kondisi diatas, memungkinan untuk penambahan kondisi penyimpanan jika
produk atau sediaan akan dipasarkan pada belahan dunia yang memiliki climatic
zone yang berbeda.
2.2 Tata Letak
2.2.1 Definisi Tata Letak
Menurut Heizer dan Render (2009, hal. 532), tata letak merupakan desain dari
bagian-bagian, pusat kerja dan peralatan yang menentukan efisiensi sebuah
operasi dalam jangka panjang. Tata letak memiliki sejumlah implikasi yang
strategis dikarenakan hal tersebut dapat digunakan untuk menyusun prioritas
persaingan perusahaan yang berkaitan dengan proses, kapasitas, biaya, dan
fleksibilitas.
2.2.2 Tujuan Perencanaan Tata Letak
Tujuan strategi tata letak yaitu untuk membangun tata letak yang lebih ekonomis
yang dapat memenuhi kebutuhan persaingan perusahaan. Sebisa mungkin, desain
tata letak harus mencapai hal–hal berikut ini:
1. Layout yang Baik
Layout yang baik yaitu bagaimana memperoleh utilisasi yang tinggi pada
masing-masing ruangan. Sehingga tidak ada satupun ruangan yang tidak
terpakai.
2. Memperbaiki Bahan Baku, Arus Informasi dan Manusia.
Desain tata letak harus dapat memperbaiki arus informasi, bahan baku, dan
manusia. Maka dari itu, hal-hal yang saling berkaitan akan dibuat berdekatan
untuk menghindari ketidakefisienan.
3. Menciptakan Kondisi Kerja yang Lebih Kondusif, serta Memperbaiki Moral
Pekerja
Desain tata letak perlu dioptimalkan dengan meminimalkan ruangan yang
tidak produktif untuk pekerja. Sebagai contoh yaitu ruangan-ruangan yang
dapat dijadikan untuk tidur, main, dan lain-lain.
4. Memperbaiki Interaksi antara Klien dan Pelanggan
Desain tata letak harus dapat memperbaiki interaksi antara klien dan
pelanggan, terutama perusahaan yang bergerak di bidang jasa dan yang
bergerak di depan layar. Seperti, perusahaan konsultan, apotek, rumah sakit,
dan perusahaan-perusahaan atau instansi yang bergerak di bidang jasa lainnya.
5. Fleksibilitas.
Tata letak perlu di desain lebih fleksibel, untuk menghindari kekakuan dan
ketidaknyamanan pekerja.
2.3 Storage dan Warehousing
2.3.1 Pengertian Gudang
Gudang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah rumah atau
bangsal tempat menyimpan barang-barang. Sedangkan menurut Apple (1990),
gudang merupakan tempat yang bertugas untuk menyimpan barang-barang yang
akan digunakan dalam produksi hingga barang diproduksi.
2.3.2 Fungsi Gudang
Menurut Yunarto & Santika (2005), Gudang memiliki tiga fungsi utama yaitu
movement (perpindahan), storage (penyimpanan) dan information transfer
(transfer informasi).
1. Movement (perpindahan)
Fungsi movement merupakan fungsi yang dapat memperbaiki keluar
masuknya persediaan dan mempercepat alur proses barang dari mulai
produksi, finished goods, hingga pengiriman terakhir. Dalam fungsi movement
terdapat beberapa aktivitas yaitu, aktivitas receiving, customer order
picking/order selection, putaway, packing, shipping, dan cross docking.
a. Receiving
Receiving (penerimaan) yaitu proses penerimaan barang yang didalamnya
terdapat beberapa aktivitas, seperti pembongkaran muatan dari kendaraan
pengangkut, penghitungan kuantitas barang yang diterima, pemeriksaan
kualitas, kerusakan, dokumen pengiriman, serta melakukan update data
stok gudang.
b. Putaway
Putaway yaitu proses perpindahan barang dari bagian penerimaan ke
bagian gudang penyimpanan. Aktivitas putaway disebut juga sebagai
storing (penyimpanan), keeping, dan transfer. Ada tiga proses dalam
putaway, yaitu:
1. Putaway request
Putaway request dibuat ketika barang sudah selesai di produksi.
Putaway request berisi tentang informasi barang, diantaranya yaitu
kode barang, nomer barang, jumlah barang, keterangan barang, dan
informasi lainnya. Informasi-informasi tersebut digunakan sebagai
saran lokasi penyimpanan barang di gudang.
2. Putaway suggestion
Putaway suggestion merupakan tahapan setelah putaway request,
dimana pada tahap ini terdapat informasi-informasi (report) yang
berisi urutan saran lokasi penyimpanan dengan space yang cukup dan
memiliki karakteristik yang sesuai dengan barang yang akan disimpan
dan barang yang ada sudah ada di gudang, selain itu terdapat perintah
kerja (instruksi) yang perlu dilakukan oleh petugas gudang.
3. Confirm putaway suggestion
Confirm putaway suggestion merupakan langkah terakhir dalam
aktivitas putaway. Confirm putaway suggestion dapat dijalankan
apabila putaway suggestion disetujui dan dilaksanakan oleh pihak
gudang. Pada tahapan ini, barang dari lokasi penerimaan akan
berpindah ke lokasi penyimpanan barang, sehingga di dalam data stok
di lokasi penerimaan akan berkurang, sedangkan pada data stok di
lokasi penyimpanan akan bertambah sesuai dengan jumlah barang
yang dipindahkan.
c. Customer order picking / order selection
Customer order picking atau order selection adalah aktivitas pengambilan
barang dari lokasi penyimpanan, kemudian disiapkan oleh bagian gudang
untuk proses selanjutnya, yaitu proses pengiriman. Proses picking terdiri
dari tiga tahapan yaitu, (1) picking request, (2) picking suggestion dan (3)
confirm suggestion.
1) Picking request
Picking request adalah suatu proses jika bagian produksi akan
melakukan pengambilan barang atau material yang ada di gudang. Di
dalam picking request terdapat informasi-informasi terkait barang yang
akan diambil, seperti kode barang, nomor dokumen, deskripsi barang,
jumlah barang, dan satuan barang. Picking request digunakan untuk
memberikan saran lokasi pengambilan barang atau material yang
terbaik yang ada di gudang.
2) Picking suggestion
Picking suggestion adalah saran untuk lokasi pengambilan material
atau barang yang ada pada sistem sesuai dengan parameter-parameter
pergudangan. Pada picking suggestion sistem dapat menghasilkan
laporan yang berisi perintah (prosedur) kerja berupa urutan picking
suggestion yang perlu dilaksanakan oleh bagian gudang.
3) Confirm picking suggestion
Confirm picking suggestion merupakan aktivitas yang dilakukan
apabila picking suggestion disetujui dan dilaksanakan oleh pihak
gudang. Pada tahap ini barang akan berpindah dari lokasi pengambilan
barang ke lokasi pengiriman barang sehingga data stok di kedua lokasi
akan berubah sesuai barang yang dipindahkan.
d. Packing
Packing adalah proses pengepakan barang yang akan dikirim. Pada proses
packing biasanya digunakan kemasan berupa dus, kotak, container, atau
peti untuk mengemas barang-barang yang akan dikirim.
e. Cross-docking
Cross-docking merupakan suatu proses yang tidak mempergunakan
gudang atau area penyimpanan barang. Pada proses ini, pemindahan
barang dilakukan secara langsung dari lokasi penerimaan ke lokasi
pengiriman. Sehingga dengan adanya proses cross-docking, akan lebih
menghemat waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk penyimpanan barang.
f. Shipping
Shipping merupakan serangkaian aktivitas pengiriman material atau
barang yang meliputi aktivitas pembuatan dokumen pengiriman, pemuatan
barang ke truk dan pengecekan data barang yang sudah di muat ke truk.
2. Storage
Salah satu fungsi gudang yang utama dan sangat penting yaitu storage
(penyimpanan). Di dalam gudang akan disimpan berbagai macam material
dan barang, baik itu yang masih berupa bahan baku, bahan setengah jadi,
ataupun barang jadi. Penyimpanan material atau barang yang berupa bahan
baku, bahan setengah jadi, ataupun produk jadi dapat dipisahkan pada gudang
yang berbeda, ataupun di simpan dalam gudang yang sama.
3. Information Transfer
Selain berfungsi sebagai perpindahan dan area penyimpanan barang, gudang
juga berfungsi untuk transfer informasi mengenai barang yang ada di gudang,
seperti informasi data stok, informasi deskripsi barang, dan lain-lain,.
Informasi ini berguna untuk pihak internal maupuan eksternal perusahaan.
2.3.3 Tipe-tipe gudang
Menurut Yunarto & Santika (2005), terdapat empat macam tipe gudang, yaitu :
1. Manufacturing Plant Warehouse
Manufacturing plant warehouse merupakan gudang yang ada di plant
(pabrik). Aktivitas-aktivitas yang ada pada gudang ini yaitu untuk penerimaan
barang, penyimpanan barang baik berupa bahan baku atau bahan jadi,
perpindahan barang, pengambilan barang, dan pengiriman barang ke gudang
distribusi, gudang sentral, ataupun langsung ke tangan konsumen.
2. Gudang Sentral
Gudang sentral merupakan gudang utama atau gudang pokok. Pada gudang
sentral ini dilakukan berbagai macam aktivitas, seperti aktivitas penerimaan
barang jadi dari gudang pabrik, atau dari supplier, penyimpanan produk jadi,
dan pengiriman produk jadi ke gudang distribusi.
3. Gudang Distribusi
Selain gudang pabrik dan gudang sentral, terdapat juga gudang distribusi.
Gudang distribusi merupakan gudang yang digunakan untuk penerimaan
barang dari gudang sentral, pabrik, maupun supplier, penyimpanan barang,
persiapan barang yang akan dikirim, serta pengiriman barang ke konsumen.
4. Gudang Retail
Gudang retail merupakan gudang pengecer. Gudang ini biasanya terdapat di
toko-toko, barang yang ada di gudang langsung ke tangan konsumen.
Berdasarkan karakteristik material yang disimpan dalam gudang, gudang dapat
dibedakan menjadi:
1. Raw Material Storage
Raw material storage atau gudang bahan baku digunakan untuk menyimpan
material atau bahan yang akan digunakan untuk proses produksi. Material
yang ada di gudang ini pada umumnya merupakan barang yang diterima dari
supplier yang akan diolah sehingga menghasilkan produk tertentu. Gudang
bahan baku disebut juga sebagai ruangan stok karena sesuai fungsinya yaitu
sebagai tempat penyimpanan persediaan. Gudang bahan baku ada yang
terletak di dalam ruangan, namun ada pula yang terletak di luar ruangan,
tergantung kebutuhannya.
2. Work In Process Storage
Gudang WIP (Work in process) yaitu gudang yang digunakan untuk
menyimpan bahan setengah jadi. Maksud dari bahan setengah jadi adalah
inventory yang telah diolah namun bahan tersebut masih akan digunakan
untuk diolah lagi menjadi produk jadi. Pada umumnya, gudang WIP terdiri
dari dua macam, yaitu:
Small Amount Materials
Material dengan jumlah kecil akan diletakan pada lokasi yang berdekatan
dengan proses operasi atau poses produksi selanjutnya. Penyimpanannya
biasanya diantara mesin atau stasiun kerja.
Large Amount Materials
Material dengan jumlah besar akan diletakan di area produksi. Biasanya
barang ini akan disimpan dalam waktu yang relatif cukup lama.
3. Finished Goods Storage
Bahan jadi atau finished goods merupakan barang yang telah selesai
diproduksi dan siap untuk dijual atau dipasarkan kepada konsumen.
Finished good diperoleh dari serangkaian proses pengolahan, mulai dari
bahan baku dan diberi nilai tambah sehingga menghasilkan suatu produk
yang bernilai guna. Fungsi gudang bahan jadi ini yaitu untuk menyimpan
produk yang sudah selesai proses produksinya. Bagian ini mempunyai
tugas dan bertanggung jawab untuk :
1) Penerimaan produk jadi dari bagian produksi.
2) Penyimpanan dengan baik dan mempersiapkan produk jadi jika ada
permintaan masuk.
3) Melakukan pengepakan agar produk dapat dikirim dengan aman.
4) Membuat administrasi pergudangan menjadi lebih efesien dengan
menjadikan lokasi penyimpanan bahan jadi dengan area pengiriman
barang berdekatan dengan fasilitas transportasi, sama halnya dengan
penerimaan barang dengan gudang bahan baku.
4. Storage for Supplies
Storage for supplies adalah gudang untuk menyimpan barang-barang yang
menunjang proses produksi, membantu kelancaran proses produksi
(supporting supplies) seperti office supplies, parts, maintenance supplies,
packaging materials, dan lain-lain
5. Finished Parts Storage
Finished parts storage adalah gudang atau area yang digunakan untuk
menyimpan part-part yang siap untuk dirakit. Biasanya area penyimpanan
ini berdekatan dengan area perakitan atau diletakkan terpisah di dalam
gudang bahan setengah jadi.
6. Salvage Storage
Salvage storage adalah gudang untuk menyimpan barang-barang atau
benda kerja yang salah dalam pengerjaannya (miss-processed). Barang-
barang tersebut disimpan dalam salvage storage sebelum dilakukan
pengerjaan kembali untuk memperbaikinya (reprocess).
7. Scrap & Waste Storage
Scrap yaitu material atau bahan yang salah pengerjaannya dan tidak bisa
diperbaiki lagi atau bisa diperbaiki dengan ketentuan-ketentuan tertentu.
Waste adalah material atau komponen sisa, yang sudah tidak bisa dipakai
lagi. Scrap atau waste pada perusahaan akan dikumpulkan dan diletakkan
dalam area penyimpanan yang terpisah dari pabrik yang kemudian
harapannya bisa dijual ke pihak ketiga atau pihak lain yang membutuhkan.
2.3.4 Perencanaan Storage dan Warehouse
Menurut Tompkins, White, Bozer, & Tanchoco (2010) tujuan dari perancangan
tata letak storage dan warehouse yaitu sebagai berikut:
1. Memanfaatkan ruang agar dapat digunakan secara efektif.
2. Efisiensi material handling yang digunakan.
3. Meminimasi biaya penyimpanan pada level yang dibutuhkan dari servis.
4. Menyediakan fleksibilitas ruangan yang maksimum.
5. Menyediakan ruang penyimpanan yang baik dan teratur.
Menurut Tompkins, White, Bozer, & Tanchoco (2010) untuk dapat memenuhi
tujuan dari perancangan tata letak dan warehouse, beberapa prinsip penyimpanan
harus diintegrasikan pada perancangan. Prinsip-prinsip yang berhubungan adalah
sebagai berikut:
1) Popularity
Popularity merupakan prinsip pengelompokkan produk atau barang
berdasarkan frekuensi perputaran barang atau material. Kecepatan frekuensi
perputaran suatu barang dibedakan menjadi tiga, yaitu perputaran cepat (fast
moving), perputaran sedang (medium moving), dan perputaran lambat (slow
moving). Berdasarkan prinsip popularity, barang yang memiliki tingkat rasio
kuantitas perputaran yang tertinggi akan ditempatkan pada area yang dekat
dengan input/output barang.
2) Similarity
Similarity merupakan prinsip penyimpanan berdasarkan pengelompokkan
barang yang memiliki kesamaan atau kemiripan. Penyimpanan barang dengan
memperhatikan kesamaan atau kemiripan barang pada area yang sama akan
membuat waktu pencarian, perjalanan, dan pengambilan barang menjadi lebih
minimum.
3) Ukuran
Ukuran barang menjadi salah satu prinsip penyimpanan barang dalam gudang.
Barang-barang yang memiliki ukuran-ukuran yang sama dapat dikelompokkan
dan disimpan pada area yang sama. Barang-barang kecil yang disimpan pada
area penyimpanan yang di rancang untuk bagian-bagian besar akan
memboroskan ruangan. Untuk mengurangi hal seperti itu, variasi ukuran pada
lokasi penyimpanan perlu disediakan. Penggunanaan adjustable rack dapat
dijadikan alternatif untuk menghindari ketidakpastian mengenai ukuran barang
yang akan disimpan. Pada umumnya, material yang besar, berat dan sulit
untuk ditangani hendaklah disimpan pada area yang dekat dengan lokasi
penggunaan. Pada penggunaan ruang penyimpanan sebaiknya didasarkan pada
kemudahan penanganan dan popularitas dari barang tersebut. Jika kedua
barang memiliki kasus yang sama (sulit ditangani dan paling popular), maka
yang diprioritaskan adalah yang terbesar dan paling sulit di tangani akan
diletakkan pada posisi yang lebih dekat dengan lokasi penggunaan. Barang
yang berat harus disimpan pada suatu penyimpanan yang mempunyai tinggi
tumpukan paling rendah, sedangkan barang yang lebih ringan dan mudah
ditangani akan disimpan pada tumpukan yang lebih tinggi.
4) Karakteristik
Karakteristik barang yang perlu dibedakan dalam penyimpanan barang,
diantaranya yaitu:
a. Bahan yang mudah rusak. Bahan yang mudah rusak perlu disimpan pada
area yang dipantau sedemikian rupa.
b. Barang yang mempunyai bentuk tidak biasa dan mudah untuk hancur.
Barang-barang yang memiliki ukuran tidak pas untuk diletakkan dan
disimpan pada area penyimpanan dan mudah untuk hancur, dibutuhkan
ruangan terbuka untuk penyimpanannya.
c. Material yang berbahaya. Material yang berbahaya seperti pernis, cat dan
bahan-bahan kimia yang mudah meledak dan terbakar perlu disimpan pada
area yang terpisah. Keamanan dan penjagaan yang ketat perlu diikuti dan
dilaksanakan dengan baik untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan.
d. Barang keamanan. Barang-barang yang memungkinkan untuk dapat
hilang/dicuri perlu diberi proteksi tambahan pada ruang penyimpan.
Seperti, disimpan pada kotak terkunci atau ruangan penyimpanan selalu
terkunci dan dijaga sebaik mungkin.
e. Kompatibilitas. Beberapa bahan kimia tidak berbahaya jika disimpan
sendiri, namun dapat menjadi volatil bila terjadi kontak dengan bahan
kimia lain. Beberapa bahan tidak memerlukan penyimpanan khusus,
namun menjadi mudah terkontaminasi jika terjadi kontak dengan beberapa
bahan lain. Maka dari itu, barang tersebut memerlukan area penyimpanan
yang perlu dipertimbangkan dengan matang.
5) Pemanfaatan Ruang
Perencanaan tata letak ruang termasuk penentuan kebutuhan ruang (kapasitas)
untuk penyimpanan material. Saat mempertimbangkan prinsip popularity,
similarity, ukuran, dan karakteristik material, maka perancangan tata letak
perlu dikembangkan dengan memaksimalkan pemanfaatan ruang serta
memaksimalkan tingkat pelayanan. Beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan saat mengembangkan tata letak:
a. Konservasi Ruang. Konservasi ruang termasuk juga memaksimalkan
pemanfaatan kubus dan meminimalisir adanya honeycombing.
Memaksimalkan pemanfaatan ruang untuk meningkatkan fleksibilitas dan
kemampuan dalam penanganan penerimaan yang besar.
b. Keterbatasan ruang. Pemanfaatan ruang akan terbatas dengan adanya
batasan-batasan pada ruang, seperti penopang, pipa air, APAR, dan lain-
lain.
c. Aksesibilitas. Aksesibilitas ruang ataupun barang yang disimpan perlu
diperhatikan. Pemanfaatan ruang yang berlebihan akan membuat
aksesibilitas menjadi buruk, karena tidak adanya akses untuk aktivitas-
aktivitas yang dilakukan pada area penyimpanan. Diperlukan perhitungan
untuk memperhitungkan kebutuhan serta allowance pada suatu ruangan
penyimpanan. Untuk aksesibilitas barang, aksesibilitas baik jika tidak ada
barang yang bertumpukan, sehingga perlu pemindahan barang pada saat
pengambilan material.
d. Keteraturan. Dalam ruang penyimpanan barang, semua hal yang ada pada
ruangan tersebut perlu diatur dilakukan penjagaan gudang dimulai dengan
housekeeping. Penandaan dan pemberian kode perlu dilakukan untuk
memperketat penyimpanan dan menghindari pelanggaran atas kesalahan
penyimpanan..
2.4 Prinsip 5S
Menurut Osada (2004) perusahaan-perusahaan memulai program peningkatan
terus menerus secara mendasar melalui perbaikan housekeeping menggunakan
prinsip 5S untuk memelihara dan menciptakan tempat kerja menjadi lebih bersih,
aman, teratur dan memiliki efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Dengan konsep
5S, memungkinkan setiap orang untuk memisahkan kondisi-kondisi yang tidak
normal dan kondisi normal, merupakan landasan untuk meningkatkan kinerja
perusahaan terus menerus, dengan mereduksi biaya, meningkatkan zero defect,
dan untuk menciptakan area kerja yang aman dan nyaman. 5S adalah program
peningkatan terus menerus yang memiliki kepanjangan sebagai berikut :
1. Seiri (Sort)
Seiri memiliki arti yaitu memisahkan barang yang dibutuhkan dari barang
yang tidak dibutuhkan, kemudian menghilangkan atau membuang barang yang
tidak diperlukan dari tempat kerja. Seiri merupakan tahapan awal yang
dilakukan dalam pengimplementasian konsep 5S, tahapan ini perlu dilakukan
terlebih dahulu sebelum tahap-tahap lainnya. Tujuannya untuk mempermudah
dalam pengaplikasian, karena barang yang ada di ruangan adalah barang yang
sudah optimum perlu ada di ruangan tersebut.
2. Seiton (Stabilize, Straighten, Set in order, Simplify)
Seiton artinya yaitu menyimpan barang-barang yang diperlukan ditempat yang
mudah untuk dijangkau untuk mempermudah pengambilan jika akan
digunakan. Langkah yg harus dilakukan pada tahap ini yaitu mengatur atau
menyusun barang-barang yang diperlukan dalam area kerja, kemudian
mengidentifikasi dan memberikan label atau tanda, sehingga setiap orang
dapat menemukan barang-barang secara mudah, cepat, dan akurat.
3. Seiso (Shine, Sweep)
Seiso berarti membuat dan mempertahankan area kerja agar tetap bersih dan
rapi. Setelah dilakukan peringkasan dan penataan pada barang-barang, maka
ruangan tersebut perlu dibersihkan dan dirapikan sedemikan rupa, untuk
meningkatkan kinerja serta kemanan dan kenyamanan ruang kerja. Hal-hal
berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan :
a. Menntukan target pembersihan area kerja.
b. Menentukan jadwal untuk melakukan house keeping.
c. Membuat prosedur untuk melakukan pembersihan sesuai dengan jadwal
yang diberlakukan.
d. Menetapkan periode inspeksi secara regular.
4. Seiketsu (Standardize)
Seiketsu artinya yaitu melakukan standarisasi terhadap praktek 3S (Seiri,
Seiton, dan Seiso) yang telah dilakukan. Standarisasi merupakan hal yang
sangat penting, dimana dalam perusahaan setiap pekerjaan yang dilakukan
perlu distandarisasi. Standarisasi dapat dilakukan dengan pembutan Standard
Operating Prosedur (SOP). Berikut adalah langkah-langkah yang dapat
dilakukan dalam konsep standarisasi:
a. Meninjau ulang prosedur-prosedur yang dilakukan untuk langkah-langkah
dalam Seiri, Seiton, dan Seiso. Memasukan elemen-elemen dalam 3S itu
ke dalam aktifitas harian
b. Menggunakan petunjuk-petunjuk visual yang dapat membantu personel
untuk mengingat atau memahami tentang hal-hal yang terjadi dan
mempertahankan konsep 3S yang telah dibuat dan ditetapkan.
c. Menciptakan persetujuan dan kelompok 5S untuk menetapkan keputusan-
keputusan tentang tugas-tugas yang diberikan untuk pelaksanaan 5S, serta
siapa saja yang akan penanggung jawabnya. Hal ini diperlukan untuk
mempermudah dalam pelaksanaan terus-menerus konsep 5S, dan membuat
semua orang merasa bertanggung jawab atas apa yang harus dilakukan
untuk kemajuan bersama.
5. Shitsuke (Sustain, self-discipline)
Membuat agar kedisiplinan menjadi suatu kebiasaan melalui mengikuti
prosedur-prosedur yang telah di tetapkan. Hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan audit internal, dan memberikan sanksi terhadap setiap pelanggaran
yang dilakukan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk implementasi
sustain :
a. Membuat tim audit 5S (koordinator dan inspektor).
b. Menetapkan jadwal periodik untuk melakukan audit 5S.
c. Melakukan pembagian tim inspektor, terhadap area-area yang akan
diaudit. Tim inspektor bukan dari bagian department tersebut, harus dari
bagian lain.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan kerangka berfikir secara sistematis yang akan
menggambarkan tahapan-tahapan untuk mengidentifikasi, merumuskan,
menganalisis, memecahkan dan menyimpulkan suatu masalah sehingga peneliti
lebih terarah dan beraturan dalam melakukan penelitian.
3.1. Kerangka Penelitian
Dalam hal ini dilakukan cara untuk berfikir secara sistematis dengan membuat
kerangka penelitian. Adapun tahapan dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
3.1.
Gambar 3.1. Kerangka Penelitian
Pengamatan Awal
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Simpulan dan Saran
Pengumpulan Data
Analisis Data
3.1.1 Pengamatan Awal
Pengamatan awal ini merupakan tahapan awal dalam mengidentifikasi masalah
dalam perusahaan. Tahapan ini diperlukan untuk mendapatkan informasi-
informasi yang mendukung penelitian seperti permasalahan yang ada,
mengidentifikasi gap atau penyimpangan yang terjadi, menentukan tingkat
kepentingan suatu masalah dan menentukan solusinya. Perusahaan yang menjadi
objek penelitian adalah PT FPP.
Penelitian awal dilakukan di bagian Compliance, stabilitas obat. Dari beberapa
proses yang ada, penelitian dipusatkan pada proses penyimpanan dan penataan
sampel stabilitas di ruang stabilitas suhu 30°C, yaitu permasalahan terdapat pada
penyimpanan dan penataan yang tidak beraturan dan tidak tertata dengan baik,
sehingga menyulitkan user dalam serangkaian alur studi stabilitas, yaitu pencarian
dan pengambilan sampel, serta pemusnahan sampel.
Penelitian secara langsung dilakukan dengan menghitung jumlah rak, jumlah
batch, jumlah sampel pada setiap batch, layout ruangan, dan jarak antar rak.
Sedangkan penelitian tidak langsung dilakukan dengan cara meneliti data-data
sampel stabilitas yang masuk ke gudang selama 4 tahun ke belakang, serta
meneliti penyimpanan dan penataan yang tepat untuk sampel yang ada pada ruang
penyimpanan tersebut berdasarkan guidelines farmasi dan ilmu teknik industri.
3.1.1.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sampel stabilitas yang ada di seluruh
penyimpanan, baik itu suhu 25°C, 30°C, 40°C, maupun 5°C. Sedangkan sampel
dalam penelitian ini adalah sampel stabilitas impermeable pada ruang
penyimpanan sampel stabilitas suhu 30°C.
3.1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan tahapan dalam menentukan objek permasalahan.
Setelah dilakukan pengamatan awal di bagian stabilita, permasalahan ditemukan
yaitu user sangat sulit dalam pencarian, pengambilan dan pemusnahan sampel
stabilitas karena kondisi ruang penyimpanan sampel stabilitas yang sangat
berantakan. Sampel tidak tertata dengan baik dan dalam penyimpanan sampel
hanya berdasarkan pada space yang kosong.
3.1.3 Studi Literatur
Studi pustaka ini adalah proses mempelajari konsep dan aktivitas dalam
melakukan penelitian. Studi pustaka ini dilakukan dengan maksud dan tujuan
untuk melengkapi teori yang digunakan sebagai landasan penelitian dan berperan
dalam pengumpulan informasi secara lengkap untuk memecahkan suatu masalah.
Pada laporan ini teori yang digunakan sebagai studi literatur yaitu teori studi
stabilitas obat dan tata letak gudang.
3.1.4 Pengumpulan Data
Pada tahap ini, dilakukan pengambilan data yang dibutuhkan untuk penyelesaian
masalah. Adapun data-data tersebut diantaranya:
1. Data sampel stabilitas yang disimpan di ruang penyimpanan suhu 30°C.
2. Data pengambilan sampel pada ruang penyimpanan suhu 30°C.
3. Data monitoring pengujian stabilitas.
4. Data Master Schedule (MS) dan forecast tahun 2018 dari PPIC.
5. Data jadwal validasi proses dari tim Validasi.
6. Data jadwal trial dari tim Techinal Service (TS).
3.1.5 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah sehingga menghasilkan informasi
yang berguna untuk langkah penelitian selanjutnya, Pengolahan data yang
dilakukan yaitu dengan membandingkan pencapaian sebelum improvement
dengan pencapaian setelah improvement.
3.1.6 Simpulan dan Saran
Merupakan tahap akhir dari penelitian, yaitu memberikan simpulan berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan dan memberikan saran membangun kepada
perusahaan yang berhubungan dengan penelitian.
3.2 Langkah-langkah Penelitian
Gambar 3.2 berikut ini merupakan langkah-langkah penelitian secara terperinci
mengenai perbaikan yang dilakukan di ruang penyimpanan sampel stabilitas
impermeable.
Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah dalam melakukan perbaikan ruang penyimpanan sampel
stabilitas impermeable, yaitu:
1. Analisis Awal Tata Letak Ruang Penyimpanan Sampel
Analisis awal ini yaitu melakukan pengamatan langsung ruang penyimpanan
sampel stabilitas impermeable, seperti isi sampel yang ada di dalam ruang
penyimpanan, sistem penataan sampel, layout ruangan, kapasitas ruangan, dan
lain sebagainya.
2. Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan penganalisisan terhadap ruang penyipanan sampel
impermeable, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi masalah-
masalah yang terjadi dan akan muncul dalam ruang penyimpanan tersebut.
3. Studi Literatur dari segi Farmasi dan Teknik Industri
Setelah diketahui masalah-masalah yang terjadi, maka yang selanjutnya
dilakukan adalah studi literatur dari segi ilmu farmasi dan ilmu teknik industri,
mengingat ruang penyimpanan yang ada di perusahaan farmasi khususnya
bagian stabilitas tidak bisa disamakan dengan ruang penyimpanan biasa,
terdapat perlakuan khusus yang perlu ditinjau dari segi ilmu farmasi, setelah
itu dipayungi oleh ilmu teknik industri.
4. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan setelah diketahui data apa saja
yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian dan perbaikan di ruang lingkup
PT FPP, khususnya yang berhubungan dengan bagian stabilitas. Pengumpulan
data tersebut meliputi data internal di bagian stabilitas, data dari tim PPIC, tim
Validasi, dan tim TS.
Perancangan Tata Letak Sampel
Perancangan tata letak sampel berisi langkah-langkah yang diambil dalam
perancangan tata letak sampel, meliputi:
5. Pengkodean Rak, Shelves, dan Partisi
Pengkodean ini dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan penelitian
dan perbaikan. Semua rak, shelves dan partisi diberi kode, dengan tujuan, pada
saat penentuan tata letak lebih mudah dalam penentuan konsep dan langkah
selanjutnya.
6. Pengelompokan dan Penataan Sampel
Berdasarkan masalah serta studi literatur, pengelompokan dan penataan
sampel dapat dilakukan berdasarkan hal-hal berikut ini:
a. Similarity
Pengelompokan sampel berdasarkan similarity dilakukan untuk
mempermudah dalam pencarian sampel. Konsep similarity digunakan
karena banyak sekali kesamaan yang dimiliki sampel-sampel yang ada di
ruang penyimpanan sampel stabilitas impermeable. Kesamaan-kesamaan
yang ada diantaranya yaitu: kesamaan sediaan, kesamaan Active
Pharmaceutical Ingredient (API), kesamaan kemasan, dan lain-lain.
b. Popularity
Konsep popularity digunakan untuk mempersingkat jarak dan waktu
pencarian sampel. Sampel-sampel yang paling sering diuji (frekuensi
pengujian tinggi) dapat diletakan di rak yang dekat dengan I/O. Sedangkan
sampel-sampel yang sudah jarang diuji dapat diletakan di rak jauh dari
I/O.
c. Penyusunan Sampel Berdasarkan Abjad
Setelah sampel dikelompokkan berdasarkan konsep similarity, lalu
diletakkan di rak berdasarkan konsep popularity, maka langkah
selanjutnya adalah penyusunan sampel dalam rak. Dalam perbaikan ini,
sampel disusun berdasarkan abjad, tujuannya adalah untuk mempermudah
dalam pencarian sampel. Sampel-sampel dengan awalan A akan diletakan
di rak atas, sedangkan Z, di rak paling bawah.
d. Penyusunan Sampel Berdasarkan Nomer Batch
Dikarenakan banyaknya sampel sejenis dengan beberapa nomer batch,
maka setelah disusun berdasarkan abjad, sampel akan disusun berdasarkan
nomer batch. Sampel akan disimpan berurutan berdasarkan produk yang
terlebih dahulu diproduksi.
7. Pemberian Wadah pada Sampel
Sampel-sampel yang tidak memiliki wadah dan berceceran tidak jelas, akan
diberi wadah berupa box atau dus, lalu diberi penandaan untuk
memepermudah pencarian, dan penataan akan lebih rapi dan teratur.
8. Perancangan Layout
Setelah perancangan tata letak sampel sedemikian rupa, maka langkah
selanjutnya adalah mengolah data-data yang ada, yang diolah berdasakan
perancangan tata letak yang telah dibuat. Pengolahan data yang dilakukan
yaitu:
a. Perhitungan Kapasitas
Perhitungan kapasitas merupakan langkah awal dalam pengolahan data.
Perhitungan kapasitas ini dilakukan untuk mengetahui sebeapa banyak
kapasitas yang terpakai untuk sampel-sampel impermeable yang ada pada
ruang penyimpanan sampel impermeable. Selain itu, dihitung pula forecast
kapasitas untuk 3 tahun ke depan, tujuannya untuk mengetahui apakah
kapasitas untuk 3 tahun ke depan masih mencukupi ataukah tidak.
b. Perhitungan Space Requirement
Kebutuhan space diperhitungkan untuk mengetahui kebutuhan space
untuk sampel-sampel berdasarkan kelompoknya. Perhitungan space
requirement berdasarkan pada ukuran kemasan, jumlah sampel dalam
kelompok, ukuran rak dalam partisi, dan lain sebagainya.
c. Perhitungan Jarak
Jarak diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh jarak pada
pengambilan sampel sebelum dilakukannya perbaikan. Konsep popularity
dilakukan untuk memperpendek jarak pengambilan sampel. Setelah
perbaikan, jarak pengambilan sampel akan dihitung untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan terhadap sampel dengan konsep penyimpanan
sampel berdasarkan konsep popularity.
d. Lokator Sampel
Pada perancangan layout perlu dibuat lokator sampel berdasarkan
pengkodean rak, shelves, dan partisi yang telah dibuat serta konsep
pengelompokan dan penataan sampel. Setelah di dapatkan lokator sampel,
maka lokator akan di input pada database monitoring sampel stabilitas
yang ada di PT FPP. Database tersebut merupakan database resmi yang
digunakan untuk memonitoring sampel stabilitas yang ada di chamber atau
ruang penyimpanan sampel stabilitas.
9. Implementasi di Lapangan
Setelah dilakukan perancangan layout, maka langkah selanjutnya adalah
implementasi di lapangan. Implementasi dilakukan mulai dari penyimpan
sampel, penataan sampel, penandaan lokasi penyimpanan, pelabelan rak,
shelves dan partisi, penginputan lokator sampel pada database, serta
implementasi prinsip 5S.
10. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil dari perbaikan yang telah dilakukan berdasarkan pada hal-hal:
a. Accessibility
Accessibility dianggap baik jika tidak ada kesulitan dalam pengambilan
sampel, dalam artian, jika ingin mengambil suatu sampel, tidak perlu
memindahkan sampel lainnya terlebih dahulu.
b. Jarak Pengambilan Sampel
Pada tahap evaluasi ini, akan dibandingkan jarak pengambilan sampel
sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan. Akan diperhitungkan
perbedaan jarak dengan kategori dekat, jauh, dan sedang.
c. Waktu dan Biaya Pencarian Sampel
Pada tahap ini akan dibandingkan waktu dan biaya sebelum dan sesudah
perbaikan, serta berapa persen penurunannya.
d. Layout Tata Letak Sampel
Layout tata letak sampel menjadi salah satu yang perlu di evaluasi. Akan
dibandingkan foto tata letak sebelum dan sesudah perbaikan, yang
diperjelas dengan layout 3D sebelum dan sesudah perbaikan.
e. Utilisasi Ruang Penyimpanan
Utilisasi ruang penyimpanan merupakan hal yang penting dalam
perancangan layout. Perhitungan utilisasi dapat diperoleh dari
penggunanan shelves sebelum dan sesudah perbaikan, kemudian dapat
dievaluasi hasilnya.
f. Prosedur Penanganan Sampel
Dalam sebuah perbaikan, tentu ada beberapa prosedur kerja yang berubah,
maka akan dibandingkan prosedur penanganan sampel stabilitas sebelum
dan sesudah dilakukannya perbaikan.
g. Analisis Standar CPOB
Pada tahap ini, akan dibandingkan ruang penyimpanan berdasarkan
standar CPOB dengan ruang penyimpanan PT FPP setelah perbaikan.
h. Analisis Profit Perusahaan
Profit perusahaan akan meningkat jika seluruh obat yang produksi
memenuhi syarat stabilitasnya hingga produk tersebut Expired Date. Jika
dalam pengujian stabilitas dan pada interval waktu tertentu sebelum
Expired Date produk mengalami perubahan dan di luar batas
spesifikasinya, akibat kesalahan dalam prosedur penyimpanan dan
pengujian sampel, maka perusahaan akan mengalami kerugian yang
berakibat pada penurunan profit perusahaan. Pada tahap ini, akan
dibandingkan profit perusahaan sebelum dilakukannya perbaikan pada
bagian stabilitas dan sesudah dilakukannya perbaikan.
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
4.1 Studi Stabilitas Obat di PT FPP
4.1.1 Pembagian Studi Stabilitas
Studi stabilitas obat di PT FPP terbagi menjadi 2, yaitu On Going Stability dan
Stability Commitment.
1. On Going Stability
On Going Stability merupakan studi stabilitas untuk obat-obat yang secara
rutin telah beredar dipasaran. Setiap produk diambil minimal satu bets
pertahun, produk yang berbeda jenis sediaan, dosis/strength, besar batch,
kemasan primer, dan yang mengalami penyimpangan juga harus
dimasukkan dalam program On Going Stability. Tujuan dari studi
stabilitas On Going yaitu untuk memastikan bahwa produk yang telah
beredar dipasaran masih berada pada spesifikasi yang dianjurkan.
Rencana pengambilan sampel Ongoing Stability/OS dilakukan setiap awal
tahun berdasarkan pada rencana produksi tahunan yang dikeluarkan bagian
Production Planning and Inventory Control (PPIC). Pengambilan sampel
dilakukan setiap bulan berdasarkan jadwal bulanan dan planning
mingguan. Jika ada produk branded, generik, atau produk ekspor maka
dapat dipilih salah satu, setelah dipastikan bahwa proses produksi,
formula, besar bets, kemasan primer, spesifikasi dan metode pengujiannya
sama.
Sampel On Going Stability disimpan dalam satu kondisi penyimpanan
yaitu suhu kamar atau tergantung pada ketentuan penyimpanan obat
tersebut. Interval pengujian untuk sampel On Going Stability sesuai
dengan ketentuan yang berlaku yaitu pada inisial pengujian, bulan ke-3,
ke-6, ke-9, ke-12, ke-18, dan pada bulan ke-24 (expired date).
2. Stability Commitment
Stability Commitment merupakan studi stabilitas untuk obat-obatan yang
memiliki kriteria tertentu. Kriteria produk yang termasuk ke dalam
Stability Commitment (SC) adalah sebagai berikut:
Produk komitmen dengan Badan POM sesuai dengan surat
komitmen.
Produk baru yang sebelumnya belum pernah diproduksi di FPP.
Produk yang sedang dalam tahap validasi proses.
Produk yang mengalami perubahan seperti perubahan mesin,
manufacturer, supplier Active Pharmaceutical Ingredients (API),
kemasan primer, besar bets, formula, dll berdasarkan Change
Control (CC).
Produk trial TS meliputi penambahan alternative supplier Active
Pharmaceutical Ingredients (API) dan kemasan primer.
Sampel SC diambil dari 3 batch produksi yang diproduksi dengan formula,
proses, bentuk sediaan, dan bahan kemas yang sama dengan produk yang
dipasarkan. Sampel SC untuk produk dengan merk dagang yang berbeda
tetapi kandungan zat aktif sama serta memiliki bentuk sediaan, formula,
besar bets, kemasan primer, serta tahapan proses produksi yang sama
dapat dijadikan satu.
Sampel Stability Commitment disimpan dalam 2 kondisi, yaitu kondisi real
time dan accelerated. Kondisi penyimpanan real time yaitu penyimpanan
smpel sesuai dengan masa simpan hingga ED, sedangkan accelerated yaitu
penyimpanan dipercepat dimana suhu chamber akan diatur cukup ekstrim,
dan waktu penyimpanan hanya disimpan selama 6 bulan (2 kali
pengujian), waktu tersebut dianggap sampel sudah kadaluarsa. Interval
pengujian pada sampel Stability Commitment sesuai dengan ketentuan
yang berlaku yaitu pada inisial pengujian, bulan ke-3, ke-6, ke-9, ke-12,
ke-18, dan pada bulan ke-24 (expired date).
4.1.2 Alur Studi Stabilitas PT FPP
Alur Stabilitas di PT FPP secara umum dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah
ini.
Gambar 4.1 Flow Process Chart Studi Stabilitas Obat PT FPP
Alur Studi Stabilitas Obat di PT FPP
1. Penerimaan Data
Tim stabilitas menerima data dari departemen PPIC terkait Master
Schedule Production, data jadwal validasi produk dari departemen
Validasi, dan data trial produk dari departemen Technical Service.
2. Pembuatan Jadwal Pengambilan Sampel Stabilitas
Data-data yang telah diterima digabungkan menjadi satu dalam
penjadwalan pengambilan sampel stabilitas, pengambilan sampel di
breakdown perbulan disesuaikan dengan jadwal yang diterima.
3. Pengambilan Sampel Stabilitas
Jadwal yang telah dibuat diserahkan pada tim In Process Control untuk
dilakukan pengambilan sampel di produksi sesuai dengan jadwal dan
jumlah sampel yang telah diberikan oleh tim stabilitas.
4. Penerimaan Sampel Stabilitas
Sampel yang telah diambil oleh tim In Process Control kemudian
diserahkan pada tim stabilitas.
5. Pembuatan Jadwal Pengujian Sampel
Setiap sampel yang telah diterima akan dibuatkan jadwal pengujiannya
sesuai dengan interval yang telah ditentukan. Contoh: Sampel Paracetamol
diterima pada bulan 3 Agustus 2017, maka pengujian bulan ke-3 sampel
adalah 3 November 2017, pengujian bulan ke-6 adalah 3 Februari 2018,
dan seterusnya.
6. Create Stock di Oracle
Selain pembuatan jadwal pengujian untuk tiap sampel, sampel yang
diterima di create stock di Oracle untuk mengetahui jumlah sampel awal,
pengambilan sampel tiap interval, dan jumlah stok akhir ketika sudah
selesai pengujian.
7. Penanganan Sampel
Penanganan sampel dilakukan setelah selesai create stock di Oracle.
Penanganan ini merupakan kegiatan pelabelan sampel dan pengepakan
sampel.
8. Pemasukan Sampel ke dalam Chamber
Sampel-sampel yang telah dilabeli dan di-pack kemudian dimasukkan ke
dalam chamber atau ruang penyimpanan sesuai dengan jenis studi
stabilitas produk tersebut.
9. Pengujian Sampel
Sampel yang disimpan di dalam chamber akan diuji sesuai dengan interval
tertentu. Pengujian ini meliputi pengujian fisik yang dilakukan oleh
departemen In Process Control, pengujian kimia yang dilakukan oleh
departemen QC Lab Kimia, dan pengujian mikrobiologi yang dilakukan
oleh QC Lab Mikro.
10. Penerimaan Lembar Hasil Uji (LHU)
Setiap pengujian akan dilakukan pendokumentasian dari hasil pengujian
tersebut melalui Lembar Hasil Uji (LHU). LHU dibuat oleh departemen
yang melakukan pengujian. LHU akan diserahkan kepada tim stabilitas
setelah pengujian pada interval tersebut selesai.
11. Trend Analisis Data
LHU yang sudah diterima akan diinput pada database Trend Analysis
Data (TAD). Database tersebut berisi raw data dari LHU dan nantinya
akan dibuat analisis tren jika produk tersebut sudah selesai studi
stabilitasnya.
12. Filing Lembar Hasil Uji (LHU)
Filing LHU dilakukan jika semua dokumentasi LHU sudah diinput di
TAD. Proses filing LHU yaitu meliputi pemasukan LHU ke dalam
bussiness file yang sebelumnya sudah diberi penandaan, kemudian disusun
di dalam rak yang berada di ruang arsip. Dalam satu bussiness file hanya
terdapat 1 produk dan pengujian interval lengkap dari pengujian bulan ke-
3 hingga pengujian bulan ke-24.
13. Pemusnahan Sampel Stabilitas
Sampel stabilitas akan dimusnahkan jika pengujian sudah lengkap atau
sampel sudah ED. Namun sampel akan masih disimpan di ruang
penyimpanan sampel hingga bulan ke-36 sebagai safety factor.
4.1.3 Alur Penanganan Sampel Stabilitas PT FPP
Alur Penanganan Sampel untuk Studi Stabilitas Obat PT FPP ditunjukan pada
Gambar 4.2 di bawah ini.
Gambar 4.2 Flow Process Chart Penanganan Sampel Stabilitas Obat PT FPP
Alur Penanganan Sampel Stabilitas Obat PT FPP
1. Penerimaan Sampel
Sampel diserahkan oleh bagian In Process Control lalu diterima oleh tim
stabilitas.
2. Pemberian Identitas pada Sampel (Labeling)
Sampel yang sudah diterima, sebelum dimasukan ke dalam chamber atau
ruang penyimpanan, perlu diberi label. Contoh pelabelan untuk sampel On
Going Stability (OS) terdapat pada Gambar 4.3
Gambar 4.3 Label untuk Sampel On Going Stability (OS)
Contoh pelabelan untuk sampel Stability Commitment (SC) terdapat Gambar 4.4
Gambar 4.4 Label untuk Sampel Stability Commitment (SC)
3. Pengepakan Sampel
Sampel yang telah di beri label, kemudian per 5 dus sampel (biasanya)
dilakban menjadi satu.
4. Pemasukan Sampel ke dalam Chamber / Ruang Penyimpanan
Sampel dimasukan ke dalam chamber sesuai dengan penyimpanan yang
tertera pada kemasan.
5. Penyimpanan Sampel Hingga Selesai Pengujian / ED
Sampel perlu disimpan hingga sampel tersebut selesai studi stabilitas atau
sampel tersebut telah ED. Jika sampel belum selesai studi stabilitas atau
belum ED, sampel tidak boleh dikeluarkan dari chamber atau ruang
penyimpanan, karena kekhawatiran terpapar suhu dan kelembaban yang
tidak sesuai dengan penyimpanan yang seharusnya.
OS
Nama Sampel
No Batch
SC
Nama Sampel
No Batch
Penyimpanan
6. Pengambilan Sampel Setiap Interval untuk Pengujian
Pengujian sampel dilakukan sesuai interval dan jadwal pengujian yang
telah dibuat. Pengujian tidak boleh melebihi atau kurang dari waktu
interval yang akan diuji. Contoh: pengujian bulan ke-3 Paracetamol adalah
Maret 2018, maka sampel tidak boleh diuji pada bulan Februari 2018 atau
April 2018.
7. Pengeluaran Sampel dari Chamber / Ruang Penyimpanan
Untuk mengurangi kapasitas chamber dan ruang penyimpanan, sampel
yang sudah selesai studi stabilitas, harus segera dikeluarkan. Sampel yang
dikeluarkan perlu di-list dan dihitung jumlahnya.
8. Pemusnahan Sampel
Sampel yang telah siap dimusnahkan akan diserahkan ke departemen
General Affair, yang kemudian tim GA akan membawa ke pihak ketiga
dalam pemusnahan sampel (PPLI, Wastex, dan BPOM)
4.1.4 Sampel yang Diujikan untuk Studi Stabilitas
Semua produk yang diproduksi di PT FPP perlu di uji stabilitasnya. Sampel-
sampel yang di produksi di PT FPP tertera pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Produk yang Diproduksi di PT FPP
Sediaan Jenis Sediaan Kategori Sediaan
Tablet
Padat
Permeable
Kaplet
Kapsul
Powder dalam Vial Steril Padat
Bulk Powder
Krim
Setengah Padat Semi Permeable
Gel
Salep
Ovula
Suppositoria
Prefilled Syringe
Steril Cair
Infus
Impermeable
Injeksi Cair dalam Vial
Inhalasi dalam Ampul
Injeksi Cair dalam Ampul
Suspensi
Likuida Drops
Sirup
Semua sampel yang ada di PT FPP memiliki sediaan yang berbeda-beda, sehingga
jenis sediaaan dan ketegori sediaannya pun berbeda-beda. Setiap obat dengan
jenis sediaan dan kategori sediaan yang berbeda akan memiliki treatment yang
berbeda pula, terlebih pada penyimpanan dan pengujian sampel.
4.1.5 Penyimpanan Sampel Stabilitas
Sampel Stabilitas perlu disimpan di dalam Climatic Chamber agar dapat diatur
suhu dan kelembabannya sedemikian rupa. Berikut ini merupakan climatic
chamber yang dimiliki PT FPP.
Tabel 4.2 Climatic Chamber yang Dimiliki PT FPP
Climatic Chamber Kondisi Penyimpanan Jumlah (unit)
Chamber 30 30°C ± 2°C / 75% ± 5% 2
Chamber 25 25°C ± 2°C / 60% ± 5% 2
Chamber 40 40°C ± 2°C / 75% ± 5% 2
Refrigerator 2°C - 8°C 2
Selain Climatic Chamber, PT FPP memiliki ruangan penyimpanan dengan suhu
30°C. Sampel-sampel dengan kategori impermeable tidak disimpan di dalam
climatic chamber, melainkan di ruangan penyimpanan tersebut. Alasan adanya
ruangan penyimpanan untuk sampel impermeable yaitu karena:
1. Sampel impermeable paling banyak diproduksi dan diujikan dalam studi
stabilitas, sesuai dengan data pada Tabel 4.3 dan persentase pada grafik
Gambar 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.3 Jumlah Sampel Studi Stabilitas
No Sediaan
2013 2014 2015 2016
Jumlah
Batch %
Jumlah
Batch % Jumlah
Batch %
Jumlah
Batch %
1 Semisolid 33 13,75% 25 10,55% 19 8,76% 31 18,67%
2 Likuida 59 24,58% 47 19,83% 48 22,12% 16 9,64%
3 Solida 54 22,50% 33 13,92% 33 15,21% 20 12,05%
4 Steril Cair 94 39,17% 127 53,59% 114 52,53% 93 56,02%
5 Steril
Padat 0 0,00% 5 2,11% 3 1,38% 6 3,61%
Gambar 4.5 Persentase Jumlah Sampel Studi Stabilitas
2. Climatic Chamber hanya berkapasitas maksimum 2.000 liter, sehingga
tidak mencukupi untuk menyimpan seluruh sampel impermeable.
3. Berdasarkan guidelines farmasi tentang penyimpanan sampel, sampel-
sampel yang termasuk dalam kategori impermeable tidak terpengaruh
pada kelembaban, hanya terpengaruh pada suhu (30°C).
Sesuai dengan batasan masalah yang telah dijelaskan pada bab I, penelitian ini
dilakukan pada ruangan penyimpanan sampel stabilitas.
4.2 Kondisi Awal dan Pengumpulan Data
4.2.1 Layout dan Penyimpanan Sampel
1. Layout
Ruang penyimpanan sampel stabilitas impermeable tidak begitu besar,
ruangan tersebut hanya memiliki luas ruangan 19.47 m2. Ruang tersebut
dikondisikan dengan suhu 30°C. Ruangan ini secara operasional hanya
digunakan untuk penyimpanan sampel stabilitas impermeable saja. Aktivitas
di ruangan tersebut hanya penyimpanan dan pengambilan sampel yang akan
diujikan. Dalam satu hari, hanya 2 kali terjadi aktivitas di ruangan tersebut,
yaitu di pagi hari dan di siang hari untuk pengambilan atau penyimpanan
sampel. Ruangan tersebut selalu terkunci dan tertutup untuk menghindari
kontaminasi suhu dan kelembaban di luar ruangan. Di dalam ruang
penyimpanan sampel stabilitas impermeable terdapat 9 rak yang di setiap rak
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
2013 2014 2015 2016
Semisolida
Likuida
Solida
Steril Cair
Steril Padat
terdapat 5 shelves. Layout ruang penyimpanan sampel impermeable dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Skala 1:100
Gambar 4.6 Layout 2D Ruang Penyimpanan Sampel Stabilitas Impermeable
Jika dilihat dari layout diatas, dalam satu deretan rak terdapat 3 rak yang
menempel satu sama lain, dan setiap deretan rak terdapat gang (aishle). Di dalam
ruangan hanya terdapat sampel-sampel stabilitas impermeable dan 1 buah kursi
saja. Ruangan tersebut memiliki 2 buah sensor (controller) yang diletakan pada
pojok ruangan (kanan dan kiri) untuk dapat me-record dan mengontrol bahwa
suhu dalam ruangan penyimpanan terjaga dalam batas spesifikasinya (30°C ±
2°C).
295 cm
66
0 c
m
12
5 c
m
47 cm
77 cm
Rak
aishle
Gambar 4.7 Layout 3D Ruang Penyimpanan Sampel Stabilitas Impermeable
2. Spesifikasi Ruang Peyimpanan
Kapasitas ruang penyimpanan sampel stabilitas impermeable adalah 10.000
liter.
Panjang (p) tiap shelve = 120 cm
Tinggi (t) tiap shelve = 44 cm
Lebar (l) tiap shelve = 47 cm
Working Capacity ruang penyimpanan sampel stabilitas impermeable
berdasarkan pada volume rak yang digunakan untuk menyimpan sampel
tersebut. Perhitungan working capacity berdasarkan pada Persamaan (4-1).
Panjang = 100 cm, tinggi = 30 cm, lebar = 40 cm
( )
(4-1)
( )
3. Kondisi Penataan Sampel Stabilitas
Sampel di ruangan stabilitas belum tertata dengan baik, sampel ditempatkan di
mana saja, sehingga menyulitkan user dalam pencarian sampel. Kondisi
penataan sampel dalam ruang penyimpanan sampel stabilitas impermeable
dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8 Kondisi Penataan Ruang Penyimpanan Sampel Impermeable
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa sampel-sampel terlihat
tidak beraturan, sampel-sampel tersebut banyak yang tidak memiliki
wadah, dan berceceran. Sudah dapat diketahui bahwa user akan
mengalami kesulitan dalam pencarian, pengambilan dan pemusnahan
sampel pada ruang penyimpanan sampel tersebut. Terlebih lagi resiko
adanya sampel yang jatuh dan pecah akibat adanya sampel-sampel yang
tidak memiliki wadah (kardus).
Gambar 4.9 Kondisi Penataan dalam Rak
Gambar 4.10 Kondisi Penataan dalam Rak
4.2.2 Jumlah Sampel yang Terdapat pada Ruang Penyimpanan
Sampel yang terdapat pada ruang penyimpanan impermeable stabilitas disimpan
hingga Expired Date (ED). Masa kadaluwarsa produk di PT Ferron yaitu 2 tahun.
Jumlah sampel (batch) yang terdapat pada ruang penyimpanan sampel
impermeable dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Jumlah Sampel pada Ruang Penyimpanan Impermeable
No Kelompok Family
Produk
2015 2016 2017 Total
(batch) SC OS SC OS SC OS
1 Steril cair dalam ampul 24 13 16 19 32 16 120
2 Steril cair dalam vial 0 3 0 1 0 1 5
3 Infus 24 6 20 7 7 1 65
4 Syrup 25 0 28 7 23 5 88
5 Suspensi 6 0 11 1 9 0 27
6 Drops 6 0 7 1 5 0 19
Total Sampel Impermeable 324
4.2.3 Ukuran Kemasan Produk
Ukuran kemasan produk yang ada gudang sampel impermeable di PT FPP tertera
pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Ukuran Kemasan Produk Impermeable
No Sediaan Kemasan Primer Kemasan Sekunder Ukuran
Kemasan (cm)
1 Drops Botol 10 ml Dus, botol 1 pcs 10 ml 6 x 3,5 x 9,5
2 Suspensi Botol 60 ml Dus, botol 1 pcs 60 ml 5,5 x 4,5 x 10,5
3 Sirup 60 ml Botol 60 ml Dus, botol 1 pcs 60 ml 5,5 x 4,5 x 10,5
4 Sirup 100 ml Botol 100 ml Dus, botol 1 pcs 100 ml 6 x 5 x 13
5 Sirup Stick
Packs Stick Packs
Dus, stick packs 5 pcs
@10 ml 6 x 2,5 x 13
6 Infus 100 ml Botol infus 100 ml Inner box, 16 pcs @100
ml 23 x 23 x 12
7 Infus 100 ml Botol infus 100 ml Dus, botol 1 pcs 100 ml 5,5 x 5,2 x 11,5
8 Infus 150 ml Botol Infus 500 ml Dus, botol 1 pcs 500 ml 7 x 7 x 15
9 Infus 250 ml Botol Infus 500 ml Dus, botol 1 pcs 500 ml 7 x 7 x 15
10 Injeksi 2 ml Vial 5 ml Dus, ampul 1 pcs 2 ml 3 x 3 x 6
10 Injeksi 1 ml Ampul 1 ml Dus, ampul 5 pcs @1 ml 8,3 x 1,8 x 8
11 Injeksi 1 ml Ampul 1 ml Dus, ampul 10 pcs @1 ml 6 x 2,5 x 5
12 Injeksi 2 ml Ampul 2 ml Dus, ampul 5 pcs @2 ml 8,3 x 2 x 8
13 Injeksi 2 ml Ampul 2 ml Dus, ampul 10 pcs @2 ml 8,5 x 3 x 8
14 Injeksi 2 ml Ampul 2 ml Dus, ampul 10 pcs @2 ml 6 x 2,5 x 6
15 Injeksi 2 ml Ampul 2 ml Dus, ampul 25 pcs @2 ml 6,3 x 6,3 x 6,3
16 Injeksi 2,5 ml Ampul 2,5 ml Dus, ampul 10 pcs @2,5
ml 10,5 x 4 x 9
17 Injeksi 3 ml Ampul 5 ml Dus, ampul 5 pcs @3 ml 10,5 x 2 x 9
18 Injeksi 4 ml Ampul 5 ml Dus, ampul 5 pcs @4 ml 10,5 x 2 x 9
19 Injeksi 5 ml Ampul 5 ml Dus, ampul 5 pcs @5 ml 10,5 x 2 x 9
20 Injeksi 5 ml Ampul 5 ml Dus, ampul 10 pcs @5 ml 10,5 x 4 x 9
21 Injeksi 8 ml Ampul 10 ml Dus, ampul 5 pcs @8 ml 14 x 2,5 x 10,5
22 Injeksi 10 ml Ampul 10 ml Dus, ampul 5 pcs @10 ml 15,5 x 2,5 x
11,5
23 Injeksi 10 ml Ampul 10 ml Dus, ampul 10 pcs @10
ml 14 x 4,5 x 10,5
24 Injeksi 15 ml Ampul 15 ml Dus, ampul 4 pcs @15 ml 14 x 2,5 x 12
Banyaknya varian serta ukuran kemasan produk dari sampel-sampel yang ada
pada ruang penyimpanan sampel impermeable menyulitkan untuk adanya
penataan sampel. Semua produk dengan wadah (dus) diukur kemasannya untuk
mempermudah penataan dan perhitungan kapasitas serta space requirement.
Produk-produk yang tidak memiliki wadah, nantinya akan diberi wadah dan diberi
penandaan agar lebih rapi dan mudah diakses.
4.2.4 Jumlah Pengambilan Sampel
Sampel yang sudah dijadwalkan untuk dilakukan studi stabilitas diambil dari
batch produksi. Jumlah pengambilan sampel stabilitas (impermeable) per tahun
dapat dilihat pada Tabel 4.6
Tabel 4.6 Jumlah Pengambilan Sampel Impermeable per Tahun
No Kelompok Family
Produk
Rata-rata
pengambilan
sampel per tahun
(batch)
Jumlah
Pengambilan
sampel per batch
(pcs)
1 Steril cair dalam ampul 40 125
2 Steril cair dalam vial 1 120
3 Infus 22 75
4 Syrup 30 35
5 Suspensi 9 35
6 Drops 7 70
Total 109 360
4.2.5 Waktu dan Biaya Pencarian Sampel
Data waktu pencarian dan pengambilan sampel berdasarkan pada log book buka
tutup chamber atau ruang penyimpanan. Sampling data waktu dilakukan pada
bulan Juni 2017 – September 2017. Waktu yang dibutuhkan user dalam pencarian
dan pengambilan sampel stabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Waktu dan Biaya Pencarian Sampel Impermeable
Rata-rata
pencarian sampel
per hari (menit)
Biaya pencarian
sampel per menit
(Rp)
Biaya pencarian
sampel per
tahun (Rp)
18,68 379 1.869.046
Biaya pencarian sampel diperoleh berdasarkan perhitungan dengan Persamaan
(4-2) berikut ini.
(4-2)
≈ Rp 379
4.2.6 Analisis Kondisi Penyimpanan Berdasarkan Literatur Farmasi
Sampel-sampel yang ada di ruangan penyimpanan yang menjadi tempat penelitian
adalah sampel-sampel kategori impermeable dengan sediaan cair, dan kondisi
ruangan diatur pada suhu 30°C dan dijaga dengan spesifikasi 30°C ± 2°C, serta
kelembaban tidak di spesifikasikan. Hal tersebut menunjukan bahwa kondisi
ruangan sudah sesuai dengan ASEAN Guideline on Stability Of Drug Product
(2005, hal. 8), yang menyebutkan bahwa sampel impermeable cair memiliki
storage condition 30°C ± 2°C / RH not specified. Namun jika dari segi kondisi
penataan sampel yang ada di ruangan, kondisi tersebut memiliki beberapa
ketidaksesuaian dengan yang tercantum pada peraturan yang dikeluarkan oleh
Badan Pengawasan Obat dan Makanan dalam pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik (2012, hal 17) tentang area penyimpanan poin 3.29 – 3.31.
Pada CPOB disebutkan bahwa area penyimpanan harus memiliki kapasitas yang
cukup untuk menyimpan berbagai bahan dan produk dengan rapi dan teratur (poin
3.29), sedangkan pada ruang penyimpanan saat ini, belum adanya perhitungan
kapasitas, apakah untuk beberapa tahun ke depan atau jika ada pengembangan
produk, kapasitas ruang penyimpanan memadai ataukah tidak, selain itu
penyimpanan sampel sangat tidak rapi dan teratur. Poin selanjutnya (poin 3.30)
bahwa area penyimpanan perlu di desain untuk menjamin kondisi penyimpanan
produk dengan baik, sedangkan pada kondisi ruang penyimpanan, tidak ada
desain khusus untuk penyimpanan dan penataan sampel, sehingga tidak sesuai
dengan aturan yang ada.
Pada poin terakhir (poin 3.31), disebutkan bahwa area penyimpanan hendaklah
dikondisikan bersih, kering, dan memiliki pencahayaan yang cukup, serta
dipelihara dengan suhu yang telah ditetapkan. Jika area tersebut memiliki kriteria
khusus seperti suhu dan kelembaban, maka area tersebut perlu dikendalikan,
dipantau, dan dicatat. Berdasarkan poin terakhir tersebut, kondisi penyimpanan
sudah sesuai, karena suhu pada ruang penyimpanan setiap harinya dipantau dan
di-record dalam sebuah alat controlling yang berfungsi untuk mengontrol suhu
dan kelembaban ruangan. Jika ruangan tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah
diatur dalam controller tersebut, maka alat tersebut akan mengeluarkan alarm
yang connecting pada mobile phone serta PC yang ada di ruangan staf monitoring.
Hal tersebut sudah sangat cukup untuk mengontrol suhu dan kelembaban di ruang
penyimpanan.
Berdasarkan kondisi awal, pengumpulan data, serta analisis kondisi penyimpanan,
maka masalah yang terjadi serta perbaikan yang dilakukan terangkum dalam
Tabel 4.8 di bawah ini.
Tabel 4.8 Masalah dan Perbaikan Ruang Peyimpanan Sampel Impermeable
Masalah Perbaikan
Ketidaksesuaian dengan aturan
penyimpanan sampel berdasarkan
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB) tahun 2012, Bab 3 Poin
3.29 dan 3.30
Perhitungan kapasitas dan space requirement
Perancangan ulang layout gudang sampel
stabilita serta pembuatan aturan
penyimpanan
User sulit dalam pencarian sampel
Penataan sampel berdasarkan similarity,
popularity, abjad, dan nomer batch
Pemberian penandaan kelompok sampel dan
lokasi sampel
User sulit dalam pengambilan sampel
Penataan sampel berdasarkan no batch untuk
mempermudah accessibility
Pengosongan shelves atas agar pengambilan
tidak perlu memakai alat bantu
User sulit dalam pemusnahan sampel
Desain tata letak dengan memperhatikan
jarak dan frekuensi pengambilan sehingga
sampel yang akan dimusnahakan (sisa safety
factor) dipisahkan di rak terjauh
4.3 Usulan Perbaikan
4.3.1 Pengkodean Rak, Shelves, dan Partisi
Di dalam ruang penyimpanan sampel impermeable terdapat 9 buah rak, dimana
dalam 1 rak terdapat 5 shelves, dan dalam 1 shelves terdapat partisi-partisi yang
terdiri dari 8 buah partisi. Partisi yang ada di ruang penyimpanan sampel stabilitas
berbentuk seperti plat dengan jumlah 8 pcs setiap shelves-nya. Plat tersebut
dijadikan partisi dalam penyimpanan sampel. Setiap rak, shelves dan partisi perlu
diberi kode, sebagai lokator sampel. Lokator sampel berfungsi sebagai ‘alamat’
keberadaan sampel tersebut. Pengkodean dilakukan agar setelah dilakukan
12345678
Shelves 1
Shelves 2
Shelves 3
Shelves 4
Shelves 5
perancangan layout, dapat dibuat lokator sampel yang akan memudahkan user
dalam pencarian sampel, sehingga akan mengurangi waktu pencarian serta biaya
pencraian sampel. Gambar 4.11 berikut ini merupakan konsep pengkodean rak,
shelves dan partisi.
Gambar 4.11 Pengkodean Rak, Shelves, dan Partisi
Sesuai dengan Gambar 4.11, setiap rak diberi kode sesuai abjad. Sedangkan untuk
shelves diberikan penomoran sesuai urutan dari atas. Untuk partisi, setiap partisi
diberi penomoran dari kanan ke kiri. Pemberikan lokator sampel dimulai dari
lokator rak, shelves, lalu partisi. Contoh: Lokator Paracetamol yaitu, B.3.6-8.
Artinya lokasi sampel berada di rak B, shelves 3, menempati partisi ke 6-8.
4.3.2 Pengelompokan dan Penataan Sampel
Langkah yang dilakukan setelah pengkodean rak, shelves dan partisi yaitu
pengelompokan dan penataan sampel. Pengelompokan dan penataan dilakukan
berdasarkan pada konsep similarity dan popularity sampel, lalu disusun
berdasarkan abjad dan nomer batch.
A
B
C D
E
F G
H
I
Pengkodean Rak
Pengkodean Shelves
Pengkodean Partisi
1. Berdasarkan Similarity
Pengelompokan sampel dapat dilakukan dengan mengelompokkan kesamaan-
kesamaan tiap produk. Kesamaan-kesamaan tersebut yang menjadi dasar
konsep pengelompokan untuk mempermudah user dalam pencarian,
pengambilan dan pemusnahan sampel. Pada penelitian ini, sampel akan
dikelompokan berdasarkan kesamaan sediaan dan kesamaan Active
Pharmaceutical Ingredients (API) Tahapan-tahapan pengelompokan dan
penyusunan sampel dapat dilihat pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12 Tahap Pengelompokan Sampel Berdasarkan Kesamaan
a. Kesamaan Sediaan
Kesamaan sediaan dilakukan dengan mengelompokkan sampel
berdasarkan kesamaan sediaannya. Sampel akan dikelompokan menjadi 3
bagian besar, yaitu kelompok injeksi cair ampul dan vial, likuida
(suspensi, sirup, dan drops), serta kelompok infus.
b. Kesamaan Bahan Aktif
Sampel yang telah dikelompokan sediaannya, akan dikelompokan kembali
menjadi beberapa kelompok yang memiliki kesamaan Active
Pharmaceuticals Ingredients (API), yaitu bahan baku utama dalam suatu
obat, yaitu yang memiliki khasiat sesuai dengan klaim-nya.
2. Berdasarkan Popularity
Popularity untuk sampel stabilitas didasarkan pada frekuensi pengambilan
sampel. Frekuensi pengambilan sampel sebagaimana yang telah diatur dalam
guidelines kefarmasian, berada pada interval waktu bulan ke-3, 6, 9, 12, 18,
dan 24. Setelah dianalisis lebih lanjut, maka di setiap tahun, memiliki
perbedaan frekuensi pengambilan sampel. Di tahun pertama, pengambilan
sampel dilakukan 4 kali, yaitu bulan ke-3, 6, 9, dan 12, sedangkan di tahun
kedua, pengambilan sampel dilakukan selama 2 kali, yaitu bulan ke-18 dan
Kesamaan Sediaan
Kesamaan Bahan Aktif (Raw Material)
24. Berdasarkan frekuensi pengambilan sampel tersebut, maka dapat diketahui
bahwa sampel di tahun pertama adalah sampel yang paling popular dibanding
tahun kedua, maka sampel tersebut perlu ditempatkan pada jarak yang dekat
dengan I/O untuk memperpendek jarak pengambilan sampel. Sampel tahun
kedua ditempatkan setelah tahun pertama, dan selanjutnya.
3. Penyusunan Berdasarkan Abjad
Sampel yang telah dikelompokan berdasarkan konsep similarity lalu disimpan
berdasarkan konsep popularity, akan disusun berdasarkan abjad, mulai dari A
hingga Z dengan susunan dari shelves atas hingga shelves bawah.
4. Penyusunan Berdasarkan Nomer Batch
Setelah sampel disusun berdasarkan abjad, maka akan disusun sesuai nomer
batch-nya. Nomer batch yang paling lama akan diletakan terlebih dahulu,
berlanjut terus ke batch yang paling baru. Sebagai contoh, terdapat 3 batch
sampel Paracetamol tahun 2017, dengan nomer batch XXXXX3, XXXXX2,
XXXXX4, maka sampel akan disimpan berurutan, sesuai angka terakhir
batch, yaitu 2, 3, lalu 4.
4.3.3 Pemberian Wadah pada Sampel
Sampel yang ada di dalam ruang penyimpanan sampel stabilitas harus memiliki
wadah, dengan tujuan agar penataan lebih rapi dan tidak ada sampel yang
berceceran. Selain itu, untuk menghindari pecahnya sampel-sampel dengan
kemasan gelas (kaca) yang tidak memiliki wadah pada saat penyimpanan,
pencarian, pengambilan, ataupun pemusnahan sampel. Wadah yang diusulkan
pada penelitian ini yaitu inner box. Inner box dipilih menjadi kemasan wadah
karena box ini tidak memiliki identitas khusus (polos), memiliki ukuran yang
cocok dengan sampel-sampel, dan mudah didapatkan di lingkungan PT FPP.
Pada penggunaan wadah sesungguhnya, inner box digunakan pada kemasan infus
generik, sehingga penggunaan inner box pada sampel yang tidak berwadah, akan
terlihat lebih seragam dan lebih mudah di tata sesuai dengan space rak. Wadah
yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.13 di bawah ini.
Gambar 4.13 Wadah yang Digunakan dalam Penyimpanan Sampel
Setiap sampel yang telah diberi wadah, akan diberi penandaan di bagian depan
dus berupa nama produk, nomer batch, dan ED produk, untuk mempermudah
dalam pencarian sampel.
4.4 Perancangan Layout
4.4.1 Perhitungan Kapasitas
1. Perhitungan Kapasitas Terpakai
Kapasitas yang digunakan untuk sampel-sampel di ruang penyimpanan
stabilitas saat ini ditunjukan pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Penggunaan Kapasitas Sebelum Perbaikan
Jenis
Stabilitas
Total Penggunaan Kapasitas (cm3)
Total (cm3)
Sisa
Kapasitas
(cm3)
Sampel
tahun
2015
Sampel
tahun
2016
Sampel
tahun
2017
OS 185.922,24 222.059,37 163.787,96 2.347.589,27 3.052.410,73
SC 347.751,63 653.980,73 774.087,35
Jumlah shelves yang digunakan untuk penyimpanan sampel saat ini yaitu
berjumlah 36 shelves, 9 shelves yang berada pada bagian atas rak masih
kosong. Namun dalam penyimpanan sampel, sampel masih tidak jelas
penataannya, selain itu, sampel bertumpuk-tumpuk dan tidak ada allowance.
Jika berdasarkan teoritis sebgaimana yang data yang dihitung pada Tabel 4.9 ,
maka jumlah shelves yang terpakai tanpa ada allowance yaitu 20 shelves,
sehingga masih ada 25 shelves kosong.
2. Kebutuhan Allowance dan Perhitungan Kapasitas Setelah Ditambahkan
Allowance
Allowance yang diusulkan pada improvement ini yaitu sebesar 70%.
Allowance 70% didapatkan dari konsep penyimpanan (penyusunan) sampel
berdasarkan konsep similarity dan popularity, dimana sampel akan
dikelompokan berdasarkan kesamaan, kemudian disusun berdasarkan abjad,
dan kemudian nomer batch, lalu akan di simpan pada rak berdasarkan
frekuensi pengambilan. Penyusunan tersebut, akan tergantung pada jumlah
sampel yang diambil, ukuran wadah, dan pengurangan sampel. Akan ada
allowance pada saat penyusunan tersebut, sebagaimana yang tercantum pada
perhitungan dengan Persamaan (4-3).
(
) (4-3)
( ( )
( ))
Jumlah tumpukan aktual per tahun berdasarkan pada tumpukan yang ada,
yaitu pada tahun ini (jumlah sampel awal) terdapat 3 tumpukan untuk masing-
masing batch, sedangkan 1 tahun sebelumnya tumpukan sampel menjadi 2
tumpukan karena telah ada pengambilan sampel sebanyak 4 interval (3M, 6M,
9M, dan 12M) dan di 2 tahun sebelumnya menjadi 1 tumpukan karena telah
dilakukan pengambilan sampel sebanyak 2 interval (18M dan 24M), 1
tumpukan tersebut dalah safety factor. Untuk jumlah tumpukan yang optimum
berdasarkan working capacity yaitu 3 tumpukan di 3 tahun penyimpanan.
Setelah diperhitungkan, maka allowance yang dibutuhkan pada penyimpanan
sampel berdasarkan konsep similarity dan popularity, yaitu sebanyak 70%.
Maka kapasitas yang dibutuhkan setelah ditambahkan allowance seperti
tercantum pada Persamaan (4-4) dan sisa kapasitas pada Persamaan (4-5).
Kapasitas Terpakai = Total Penggunaan Kapasitas + Allowance (4-4)
Kapasitas Terpakai = 2.347.589,27 cm3 + 0,7(2.347.589,27 cm
3)
= 3.990.901,76 cm3
Sisa Kapasitas = Kapasitas Ruangan – Kapasitas Terpakai (4-5)
Sisa Kapasitas = 5.400.000 cm3 – 3.990.901,76 cm
3
= 1.409.098,24 cm3
Setelah ditambahkan allowance, maka shelves yang terpakai secara teoritis
yaitu berjumlah 34 shelves, dan shelves yang kosong yaitu berjumlah 11
shelves. Shelves kosong tersebut menjadi allowance jika akan ada
pengembangan produk. Perhitungan ini kemudian menjadi acuan untuk
kebutuhan space berdasarkan kelompok sampel.
3. Forecast Kapasitas Sampel 3 Tahun Kedepan
Perhitungan forecast dilakukan dengan metode Single Moving Average (SMA)
dengan menggunakan aplikasi Minitab. Penggunaan metode Single Moving
Average (SMA) dipilih karena forecast ini hanya untuk mengetahui kapasitas
dari ruangan apakah cukup untuk beberapa tahun ke depan ataukah tidak. Data
yang digunakan yaitu data penggunaan kapasitas tahun 2013 – 2017.
Tabel 4.10 Perhitungan Forecast Tahun 2017 - 2020
Tahun Penggunaan Kapasitas
(cm3)
2013 1.983.792,37
2014 2.268.394,74
2015 2.134.695,46
2016 1.752.080,19
2017 937.875,31
2018 1.608.216,99
2019 1.608.216,99
2020 1.608.216,99
ED produk adalah 2 tahun, dan setiap sampel yang diambil memiliki safety
factor sebesar 25% dari jumlah sampel yang akan diuji. Safety factor tersebut
sebagai sampel cadangan jika terjadi kesalahan pengujian laboratorium atau
kondisi yang tidak diharapkan lainnya. Interval periode pengambilan sampel
adalah bulan ke-3, 6, 9, 12, 18, dan 24, dari penyimpanan awal sampel di
ruang penyimpanan, dengan tahun pertama sampel yang masuk pada tahun
tersebut akan diambil 50% dari sample awal, dan di tahun kedua akan diambil
sebanyak 75% (25% safety factor) dari sample awal. Safety factor sampel
akan disimpan selama satu tahun setelah sampel ED. Maka, perhitungan
volume ruang penyimpanan yang dibutuhkan terdapat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Forecast Kebutuhan Kapasitas Penyimpanan Sampel
Tahun
Penggunaan Kapasitas (cm3)
Total (cm3)
Total +
Allowance
(cm3)
Sampel 2
tahun
sebelumnya
Sampel 1
tahun
sebelumnya
Sampel
Sekarang
2018 438.020,05 468.937,66 1.608.216,99 2.515.174,70 4.275.796,99
2019 234.468,83 804.108,50 1.608.216,99 2.646.794,31 4.499.550,33
2020 402.054,25 804.108,50 1.608.216,99 2.814.379,73 4.784.445,54
Berdasarkan forecast, kapasitas ruangan memadai hingga 3 tahun ke depan,
bahkan setelah diperhitungkan 3 tahun ke depan, terdapat allowance 5 shelves
(600.000 cm3) untuk tambahan pengembangan produk atau hal-hal lainnya.
4.4.2 Perhitungan Space Requirement
Space requirement dalam perancangan tata letak sampel stabilitas PT FPP
berdasarkan pada data sampel yang ada di ruang penyimpanan, serta ukuran
wadah (dus) sampel tersebut. Selain itu, patokan penyimpanan berdasarkan partisi
yang terdapat pada tiap shelves. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka rumus
perhitungannya seperti pada Persamaan (4-6) di bawah ini.
(4-6)
Tabel 4.12 berikut ini merupakan tabel space requirement sampel berdasarkan 3
kelompok besar sesuai dengan konsep perbaikan yang telah dibuat.
Tabel 4.12 Tabel Space Requirement Sampel Impermeable
Sediaan Wadah Kebutuhan Partisi Kebutuhan Shelves
2017 2016 2015 2017 2016 2015
Likuid Dus 38 36 21 4,75 4,5 2,625
Infus Dus 15 32 27 1,875 4 3,375
Injeksi Cair Dus 39 28 26 4,875 3,5 3,25
Total 11,5 12 9,25
Berdasarkan Tabel 4.11, maka space requirement untuk produk-produk dengan
sediaan likuida, membutuhkan 11,5 shelves (3 rak). Untuk sediaan infus,
membutuhkan 12 shelves (3 rak), dan untuk sediaan injeksi cari membutuhkan
9,25 shelves (2 rak, 2 shelves).
4.4.3 Perhitungan Jarak Pengambilan Sampel
1. Jarak Sebelum Perbaikan
Berdasarkan layout asli ruang penyimpanan (gambar layout terlampir pada
Lampiran 1. Tata Letak Sampel Sebelum Perbaikan) dan dilakukannya
pengkodean rak sesuai dengan yang telah dikonsepkan, maka jarak rak-rak
dari tempat keluar masuk sampel (pintu) pada ruang penyimpanan sampel
terdapat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Jarak Rak dari Input Output Sebelum Perbaikan
Rak Jarak (cm)
A 170
B 300
C 430
D 525
E 395
F 265
G 265
H 395
I 525
Penyimpanan sampel sebelum dilakukannya perbaikan sangat tidak beraturan,
tidak ada pengelompokan dan penyimpanan sesuai yang paling banyak
diambil. Untuk dapat melakukan penyimpanan sesuai dengan sampel yang
paling popular dan jarak pengambilan sampel, maka dilakukanlah perhitungan
jarak. Perhitungan jarak pengambilan sampel yaitu:
(4-7)
Berdasarkan perhitungan, maka jarak sampel pada rak sebelum dilakukannya
perbaikan tertera pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Jarak Pengambilan Sampel Sebelum Perbaikan
Rak Item Sampel (Batch) Jarak (cm)
2015 2016 2017 2015 2016 2017
A 15 12 7 2.550 4.080 4.760
B 9 14 7 2.700 8.400 8.400
C 19 15 8 8.170 12.900 13.760
D 9 12 20 4.725 12.600 42.000
E 12 12 8 4.740 9.480 12.640
F 17 15 6 4.505 7.950 6.360
G 13 15 8 3.445 7.950 8.480
H 7 8 14 2.765 6.320 22.120
I 7 12 17 3.675 12.600 35.700
Total Jarak 273.775
Jarak pengambilan sampel dengan kondisi penyimpanan sampel saat ini yaitu
273.775 cm atau 2.737,75 m selama sampel tersebut telah selesai masa
simpannya (ED 2 tahun, 1 tahun penyimpanan safety factor).
2. Jarak Usulan Perbaikan
Sampel dikelompokan berdasarkan sediaan, sehingga terbentuklah 3
kelompok besar, yaitu infus, likuida (sirup, suspensi, drops, dll) dan injeksi
cair ampul dan vial. Ke 3 kelompok tersebut, dianalisis berdasarkan bentuk
wadahnya. Berdasarkan analisis, produk infus memiliki wadah berupa inner
box yang rata-rata berukuran cukup besar dibandingan produk yang lainnnya.
Setelah dilakukan pengukuran dan percobaan, produk infus dapat diletakan di
rak tengah, karena inner box memiliki lebar setengah dari lebar shelves,
sehingga produk infus dapat diletakan di dua sisi, yaitu kanan dan kiri. Selain
itu, rak tengah dapat dilihat secara fleksibel dari sisi kiri dan kanan gang. Hal
ini dilakukan untuk mempermudah user dalam pencarian sampel, serta
membuat penataan sampel menjadi lebih rapi.
Karena perbaikan dilakukan sesuai dengan konsep yang telah dijelaskan
diatas, maka jarak pengambilan sampel mengalami perubahan pada rak bagian
tengah. Dimana pada rak bagian tengah (rak D, E, dan F) dibagi menjadi 2
sisi, yaitu sisi kanan dan sisi kiri. Jarak rak dengan input output usulan
terdapat pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15 Jarak Rak dari Input Output Usulan Perbaikan
Rak Jarak (cm)
A 170
B 300
C 430
D sisi kanan 525
E sisi kanan 395
F sisi kanan 265
D sisi kiri 430
E sisi kiri 300
F sisi kiri 170
G 265
H 395
I 525
Penataan sampel akan dilakukan berdasarkan space requirement, popularity
dan similarity. Jika dilihat dari space requirement, maka kebutuhan sudah
sangat mencukupi. Berdasarkan popularity maka rak yang paling dekat
dengan input output adalah sampel tahun 2017, urutan rak kedua yaitu sampel
tahun 2016, dan rak ketiga adalah sampel tahun 2015 (safety factor).
Tabel 4.16 Jarak Pengambilan Sampel Usulan Perbaikan
Rak Item Sampel (Batch) Jarak (cm)
2015 2016 2017 2015 2016 2017
A - - 46 - - 31.280
B - 32 - - 19.200 -
C 38 - - 16.340 - -
D sisi kanan 13 - - 6.825 - -
E sisi kanan - 13 - - 10.270 -
F sisi kanan - - 0 - - 0
D sisi kiri 17 - - 7.310 - -
E sisi kiri - 13 - - 7.800 -
F sisi kiri - - 7 - - 4.760
G - - 44 46.640
H - 57 - - 45.030 -
I 40 - - 21.000 - -
Total Jarak 216.455
Jarak pengambilan sampel pada usulan perbaikan yaitu 216.455 cm atau
2.164,55 m selama sampel tersebut telah selesai masa simpannya (ED 2 tahun,
1 tahun penyimpanan safety factor). Layout tata letak sampel setelah
perbaikan terdapat pada Lampiran 2. Tata Letak Sampel Setelah Perbaikan.
4.4.4 Lokator Sampel
Lokator sampel dibuat untuk mempermudah user dalam pencarian sampel, lokator
sampel ini dibuat setelah adanya pengkodean pada rak, shelves, dan partisi, lalu
sampel telah ditata dan dikelompokkan sesuai dengan konsep yang telah dibuat.
Setelah ada lokasi sampel, lokator akan di-input-kan pada database monitoring
sampel stabilitas. Database ini berisi tentang data-data sampel yang masuk ke
dalam chamber atau ruang penyimpanan sampel stabilitas, seperti tanggal sampel
masuk, periode pengujian, penyimpanan, nama produk, nomer batch, dan
informasi-informasi lainnya. Database monitoring sampel stabilitas yang ada di
PT FPP ditunjukan pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.14 Database Monitoring Sampel Stabilitas
Database pada gambar tersebut adalah database resmi yang ada di PT FPP.
Lokator sampel akan ditambahkan pada database setelah kolom penyimpanan.
Hal ini untuk mempermudah dalam pencaraian sampel, sehingga bukan saja tim
stabilita yang dapat mengambil sampel, tetapi bagian lain pun bisa mengambil
sampel dengan mengecek sendiri lokator sampel pada database dan melakukan
pengambilan sampel tanpa ditemani oleh tim stabilita. Namun tentunya
pengambilan sampel tersebut atas sepengetahuan tim stabilita. Selain itu, data
lokasi sampel tidak akan mudah hilang karena di record dalam suatu database.
4.5 Implementasi
4.5.1 Penataan Sampel dan Penandaan Lokasi Penyimpanan
Implementasi penataan sampel di ruang penyimpanan sampel stabilitas
impermeable berdasarkan similarity dan popularity
1. Berdasarkan Similarity
Penyimpanan dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu injeksi cair ampul dan
vial, infus, serta likuida.
a. Kelompok Injeksi cair ampul dan vial
Sampel injeksi cair ampul dan vial diletakan di deretan rak dekat pintu,
yaitu rak A, B, C. Di depan rak diberi penandaan agar user maupun
orang awam mengerti penyimpanan kelompok sampel tersebut. Gambar
penandaan sampel kelompok injeksi cair vial dan ampul terdapat pada
Gambar 4.15.
Gambar 4.15 Penandaan Penyimpanan Sampel Kelompok Injeksi Cair
Penataan sampel dilakukan berdasarkan kelompok yang telah ditentukan.
Setiap kelompok, sampel disusun berdasarkan abjad, dan nomer batch,
sehingga terdapat banyak allowance seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Penataan sampel injeksi cair terdapat pada Gambar 4.16.
Gambar 4.16 Penataan Sampel Kelompok Injeksi Cair
b. Kelompok Infus
Sampel Infus diletakan di rak tengah, yaitu rak D, E, F. Sesuai dengan
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan peletakan sampel infus
di rak tengah adalah kemasan infus cocok dan mudah ditata dikedua sisi
kanan dan kiri agar pencarian sampel bisa lebih fleksibel di sisi kanan
dan kiri. Seperti pada kelompok injeksi cair, rak untuk kelompok infus
pun diberi penanadaan seperti yang terdapat pada gambar 4.17.
Gambar 4.17 Penandaan Penyimpanan Sampel Kelompok Infus
Penataan sampel kelompok infus sisi kanan dan kiri terdapat pada
Gambar 4.18. Jika sebelumnya terdapat sampel yang berceceran dan
belum diberi kardus, maka pada sampel improvement semua sampel
dimasukan ke dalam wadah (kardus).
Gambar 4.18 Penataan Sampel Kelompok Infus Sisi Kanan dan Kiri
c. Kelompok Likuida
Penyimpanan sampel kelompok likuida diletakkan di rak G, H, I.
Penandaan sampel diletakan di depan deretan rak penyimpanan likuida
seperti yang tertera pada Gambar 4.19.
Gambar 4.19 Penandaan Penyimpanan Sampel Kelompok Likuida
Sedangkan untuk penataan sampel kelompok likuida dapat dilihat pada
Gambar 4.20 dibawah ini.
Kelompok infus sisi kanan Kelompok infus sisi kiri
Gambar 4.20 Penataan Sampel Kelompok Likuida
2. Berdasarkan Popularity
Jika dilihat berdasarkan popularity, sesuai dengan yang telah dijelaskan, maka
sampel tahun 2017 (frekuensi 4 kali pengambilan sampel) akan diletakan di
rak depan dekat pintu, yaitu di rak A, F, G. Sampel tahun 2016 (frekuensi 2
kali pengambilan) diletakan di tengah, yaitu di rak B, E, H. Tahun 2015
(safety factor) diletakan di rak belakang yaitu rak C, D, I. Hal ini tentu akan
memudahkan dalam pemusnahan sampel, karena jika memusnahkan sampel,
hanya perlu mengambil sampel di rak belakang saja.
Penyimpanan sampel berdasarkan popularity diberi tanda pada setiap shelves-
nya. Contoh penandaan sampel tahun 2017 (paling popular), tahun 2016
(medium), dan tahun 2015 (safety factor) tertera berturut-turut pada Gambar
4.21, 4.22, dan 4.23.
Gambar 4.21 Penandaan Penyimpanan Sampel Paling Popular
Gambar 4.22 Penandaan Penyimpanan Sampel Medium
Gambar 4.23 Penandaan Penyimpanan Sampel Low (Safety Factor)
Gambar 4.24 Implementasi Penataan Sampel
Berdasarkan implementasi yang telah selesai dilakukan, isi dari setiap rak dapat
dilihat pada Tabel 4.17 di bawah ini.
Tabel 4.17 Isi Rak Hasil Implementasi Relayout Sampel Impermeable
Rak Isi Rak
A Kelompok injeksi cair vial dan ampul kategori populer (tahun 2017)
B Kelompok injeksi cair vial dan ampul kategori medium (tahun 2016)
C Kelompok injeksi cair kategori low (safety factor) (tahun 2015)
F sisi kanan Kelompok infus kategori paling populer (tahun 2017), A – M
F sisi kiri Kelompok infus kategori paling populer (tahun 2017), N – Z
E sisi kanan Kelompok infus kategori medium (tahun 2016), A – M
E sisi kiri Kelompok infus kategori medium (tahun 2016), N – Z
D sisi kanan Kelompok infus kategori low (safety factor) (tahun 2015), A – M
D sisi kiri Kelompok infus kategori low (safety factor) (tahun 2015), N – Z
G Kelompok likuida kategori paling populer (tahun 2017)
H Kelompok likuida kategori medium (tahun 2016)
I Kelompok likuida kategori low (safety factor) (tahun 2015)
4.5.2 Pelabelan dan Penandaan Lokator
Pelabelan dan penandaan lokator populer, shelves dan partisi bertujuan untuk
memudahkan user dalam pencarian sampel. Gambar di bawah ini merupakan
pelabelan dan penandaan lokator pada rak, shelves, dan partisi.
Gambar 4.25 Pelabelan dan Penandaan Lokator
4.5.3 Input Lokator pada Database
Lokator diinputkan pada database monitoring sampel stabilitas. Sesuai dengan
perencanaan, lokator sampel diinputkan setelah kolom penyimpanan, agar
berdampingan dan mempermudah pembacaan pada database. Lokator sampel
yang telah diinputkan pada database dapat dilhat pada Gambar 4.26 di bawah ini.
Pelabelan Rak dan Shelves
Pelabelan Partisi
Gambar 4.26 Input Lokator Pada Database Monitoring Sampel Stabilitas
4.5.4 5S
Pada dasarnya, perancangan tata letak barang pada gudang tidak terlepas dari
perbaikan housekeeping untuk memelihara dan menciptakan tempat kerja menjadi
lebih bersih, aman, teratur dan memiliki efisiensi dan efektivitas yang tinggi.
Salah satu perbaikan housekeeping yang dilakukan oleh perusahaan sebagai
continuous improvement adalah prinsip 5S. Pada tahap implementasi ini,
dilakukan pula konsep 5S, dimana akan dilakukan proses Seiri, Seiton, Seiso,
Seiketsu dan Shitsuke dalam pengimplementasian perbaikan pada ruang
penyimpanan sampel stabilitas impermeable di PT FPP.
1. Seiri
Pada tahap awal dilakukan pemisahan antara sampel stabilitas yang optimum
akan diuji, dengan sampel yang bukan milik tim stabilitas dan bukan untuk
diujikan stabilitas. Sampel non stabilitas akan dikeluarkan dari ruangan
stabilitas, konsep tersebut dalam konsep 5S dinamakan Seiri atau pemisahan
barang-barang yang tidak diperlukan. Setelah itu barulah dilakukan konsep
penataan sampel dan penandaan lokasi penyimpanan.
2. Seiton
Seiton artinya menata atau penataan. Konsep seiton diimplementasikan dalam
pengelompokan, penataan, penyusunaan, serta penandaan sampel pada ruang
penyimpanan sampel stabilitas impermeable. Seiton dilakukan setelah konsep
seiri selasai, hal ini untuk mempermudah dalam pengelompokan, penataan
serta penyusunan sampel stabilitas impermeable karena sampel yang ada di
ruangan adalah sampel yang telah dipilah dan merupakan sampel yang sudah
pasti akan diuji stabilitasnya. Konsep seiton dilakukan berdasarkan konsep-
konsep dan perhitungan yang telah dijelaskan, yaitu dengan konsep similarity,
dimana sampel dikelompokan berdasarkan sediaannya dan API-nya, lalu
dengan popularity berdasarkan pada interval pegujian sampel, sehingga dapat
dikategorikan sampel yang low, medium, serta popular, dan kemudian disusun
berdasarkan abjad, dan nomer batch. Selain itu, perhitungan dilakukan dengan
menghitung kapasitas, space requirement, serta jarak pengambilan sampel.
Pembuatan dan penandaan lokator pun dilakukan untuk mempermudah dalam
pencarian sampel, dan merupakan salah satu bagian dari konsep seiton.
3. Seiso
Setelah pengimplementasian seiri dan seiton, maka yang perlu dilakukan
setelah itu adalah pembersihan dan penjagaan kebersihan pada ruang
penyimpanan sampel stabilitas. Dalam prinsip 5S, konsep ini dinamakan seiso
atau pembersihan. Jika sebelumnya belum ada jadwal piket untuk
pembersihan ruang penyimpanan ini, maka pada perbaikan ini akan sekaligus
direncanakan jadwal pembersihan dan jadwal personel yang terlibat. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan kebersihan pada ruang penyimpanan agar
ruang penyimpanan selalu bersih, aman, nyaman, serta mengurangi adanya
kerusakan sampel akibat sampel berdebu, selain itu untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab personel atas ruang penyimpanan stabilitas Seiso atau
pembersihan akan dilakukan 1 minggu 1 kali. Tim yang bertanggung jawab
yaitu tim compliance. Setiap minggunya pembersihan akan dilakukan oleh 2
personel tim compliance serta 1 orang PKL. Pembuatan jadwal piket
dilakukan oleh Senior Officer Compliance, serta disetujui oleh Manager
Compliance.
4. Seiketsu
Dalam sebuah perusahaan, Standard Operating Procedur (SOP) merupakan
suatu hal yang sangat penting, sehingga setelah perbaikan ini dilakukan, perlu
adanya pembuatan SOP yang baru, mengingat akan adanya perubahan pada
prosedur kerja tim stabilitas, sehingga SOP yang lama perlu diperbaharui.
Pada prinsip 5S, pembuatan SOP termasuk ke dalam Seiketsu atau
standarisasi. Standarisasi bertujuan untuk menstandarkan semua kegiatan atau
proses yang dilakukan di perusahaan yang dicantumkan dalam sesuatu yang
tertulis, resmi dan mendapat persetujuan dari pihak-pihak terkait atau disebut
juga SOP. Dengan adanya standarisasi ini, semua orang akan melakukan hal
yang sama sesuai dengan standarnya, sehingga produk yang dihasilkan pun
sesuai dengan yang telah dispesifikasikan, dan mengurangi varian-varian dan
kesalahan yang dilakukan bila dilakukan oleh personel yang berbeda.
5. Shitsuke
Shitsuke artinya yaitu pendisiplinan diri. Proses pendisiplinan harus dimulai
dari hal yang kecil, tidak hanya selalu dilakukan dengan cara audit atau
lainnya. Sebenarnya, upaya mepertahankan dan menjaga agar suatu kondisi
yang telah dibangun dapat terus sesuai dengan yang diharapkan adalah dengan
mendisiplinkan semua yang ada pada perusahaan tersebut. Kesadaran diri dan
pemahaman bahwa setiap yang telah dilakukan perlu dijaga dengan baik
dengan tujuan untuk kebaikan perusahaan dan mempermudah personel itu
sendiri dalam bekerja adalah hal yang sangat perlu diperhatikan. Dan hal
tersebut perlu ditanamkan pada semua kalangan dengan salah satu caranya
adalah dilakukannya training untuk seluruh personel di perusahaan.
4.6 Evaluasi Hasil
Berdasarkan perbaikan yang telah dilakukan, maka evaluasi hasil dari perbaikan
yang dilakukan yaitu berdasarkan pada aksesibilitas, perbandingan jarak sebelum
dan sesudah perbandingan waktu pencarian dan biaya pencarian sampel sebelum
dan sesudah perbaikan, serta perbandingan tata letak ruang sebelum dan sesudah
perbaikan.
a. Accessibility
Analisis accessibility merupakan analisis terhadap kemudahan pengambilan
sampel yang dibutuhkan dari tempat penyimpanan. Pengambilan disebut
mudah, jika pada saat mengambil suatu sampel tidak perlu memindahkan
sampel yang lain. Pada layout awal terdapat banyak sampel yang accessibility-
nya buruk, karena banyak terdapat sampel yang penyimpanannya
bertumpukan langsung dengan sampel yang lainnya, sehingga jika ingin
mengambil sampel yang di bawah, harus memindahkan dahulu sampel yang
ada di atasnya. Pada tata letak setelah implementasi tidak terdapat sampel
yang accessibility-nya buruk, karena sampel sudah disusun berdasarkan no
batch, sehingga tidak ada penyusunan dengan nomer batch yang berbeda
dalam 1 penyusunan (tidak ada nomer batch yang berbeda dalam 1
tumpukan).
b. Perbandingan Jarak Sebelum dan Sesudah Perbaikan
Jarak pengambilan sampel sebelum dilakukannya perbaikan yaitu 2.737,75 m,
sedangkan setelah dilakukannya perbaikan, jarak pengambilan sampel menjadi
2.164,55 m. Terdapat penurunan jarak pengambilan sampel sebesar 20,94%.
Penurunan tersebut terjadi dikarenakan adanya klasifikasi tata letak sampel
berdasarkan frekuensi pengambilan sampel. Frekuensi pengambilan sampel
dapat dilihat dari interval pengujian sampel, dimana tahun pertama akan
dilakukan pengujian sebanyak 4 kali, maka pengambilan sampel pun akan
dilakukan sebanyak 4 kali. Tahun kedua, pengujian dan pengambilan sampel
dilakukan 2 kali, di tahun terakhir dilakukan 1 kali pengambilan sampel
(pemusnahan).
Berdasarkan konsep popularity, sampel tahun pertama diletakkan di tempat
yang dekat dengan I/O, sampel di tahun kedua di jarak yang sedang, dan di
tahun ketiga diletakkan di tempat yang jauh dengan I/O. Hal tersebut tentu
akan menurunkan jarak pengambilan sampel. Selain itu, dengan adanya
kategori sampel, maka selain dalam pencarian dan pengambilan sampel, dalam
pemusnahan pun akan lebih mudah, karena sampel yang akan dimusnahkan
diletakan di rak belakang, sehingga pada saat sampel akan dimusnahkan, tidak
perlu merubah susunan untuk sampel yang belum boleh dimusnahkan. Jika
dipersentasekan, maka penurunan jarak berdasarkan kategori dekat, sedang,
dan jauh dengan I/O dapat dilihat pada Tabel 4.18 dan grafik pada Gambar
4.27 di bawah ini.
Tabel 4.18 Perbandingan Jarak Sebelum dan Sesudah Perbaikan
Kategori Rak Sebelum
(cm)
Sesudah
(cm)
Persentase
(%)
Dekat A,F,G 50.080 82.680 39,43
Sedang B,E,H 77.565 82.300 5,75
Jauh C,D,I 146.130 51.475 64,77
Gambar 4.27 Grafik Perbandingan Jarak Sebelum dan Sesudah Perbaikan
Berdasarkan Tabel 4.18 dan Gambar 4.27 dapat dilihat bahwa terdapat
perbandingan jarak antara sebelum dan sesudah perbaikan. Sebelum
perbaikan, jarak pengambilan sampel terbanyak yaitu pada rak dengan
kategori jauh dengan jarak 146.130 cm, sehingga sangat mempengaruhi pada
jarak pengambilan sampel.
Sedangkan sesudah perbaikan untuk kategori jauh menjadi 51.475 cm,
sehingga terdapat penurunan jarak sebanyak 64,77%. Untuk kategori sedang,
sebelum perbaikan jarak yang ditempuh yaitu 77.565 cm, sedangkan setelah
perbaikan mengalami peningkatan menjadi 82.300 cm, sehingga terdapat
peningkatan jarak sebanyak 5,75%. Untuk kategori dekat, semula 50.080 cm,
setelah perbaikan menjadi 82.680 cm, sehingga mengalami peningkatan jarak
sebanyak 39,43%. Dapat diketahui bahwa sebelum dilakukannya perbaikan,
sampel-sampel dengan frekuensi pengambilan sampel yang sering (popular),
dan kategori medium, banyak diletakan di area yang jauh, sehingga jarak
pengambilan sampel menjadi sangat tinggi.
50080
77565
146130
82680 82300
51475
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
Dekat Sedang Jauh
Sebelum
Sesudah
c. Perbandingan Waktu dan Biaya Pencarian Sampel Sebelum dan Sesudah
Perbaikan
Sebelum dilakukan perbaikan, rata-rata waktu pencarian sampel di ruangan
penyimpanan impermeable yaitu 18,68 dengan biaya pencarian sebesar Rp
1.869.046. Sedangkan waktu pencarian sampel sesudah perbaikan yang
diambil berdasarkan data log book pengambilan sampel tanggal 19 Desember
2017 – 29 Desember 2017 yaitu dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.19 Rata-rata Waktu dan Biaya Pencarian Sampel Sesudah Perbaikan
Tabel 4.20 Perbandingan Rata-rata Waktu dan Biaya Pencarian Sampel
Sebelum dan Sesudah Perbaikan
Rata-rata pengambilan
sampel per hari (menit)
Biaya pengambilan sampel
per tahun (Rp)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
18,68 6,76 1.869.046 676.379
Gambar 4.28 Grafik Perbandingan Waktu dan Biaya Pencarian Sampel
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa rata-rata waktu pencarian sampel
sebelum perbaikan yaitu 18,68 menit, sedangkan rata-rata waktu pencarian
sampel sesudah perbaikan yaitu 6,76 menit. Penurunan waktu pencarian
sampel setelah dilakukannya perbaikan yaitu sebesar 63,81%.
18.68
6.76
1.869046
0.676
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Sebelum Sesudah
Waktu Pencarian
Sampel (menit)
Biaya pencarian sampel
(juta)
Rata-rata pengambilan
sampel per hari (menit)
Biaya pengambilan
sampel per menit (Rp)
Biaya pengambilan
sampel per tahun (Rp)
6,76 379 676.378
Biaya pencarian sampel sebelum dilakukannya perbaikan yaitu sebesar Rp
1.869.046, sedangkan sesudah dilakukannya perbaikan, biaya pencarian
menjadi Rp 676.378. Berdasarkan hal tersebut, maka penurunan untuk biaya
pencarian sampel yaitu 63,81%. Nilai presentase penurunan waktu pencarian
dan biaya pencarian sama dikarenakan nilai untuk pencarian sampel pertahun
yaitu sebesar Rp 100.056 sehingga setelah waktu pencarian dikalikan dengan
biaya pencarian sampel angkanya akan sangat mirip, begitupun dengan
presentasenya.
d. Perbandingan Tata Letak Sampel Sebelum dan Sesudah Perbaikan
Sebelum dilakukannya perbaikan, sampel sangat penuh oleh barang-barang
yang sudah ED, dan sangat berantakan. Setelah dilakukannya perbaikan,
sampel-sampel tersusun rapi dengan tata letak dan penandaan yang mudah
dimengerti. Sehingga mempermudah user dalam pencarian, pengambilan,
serta pemusnahan sampel. Gambar 4.29 merupakan perbandingan tata letak
sampel sebelum dan sesudah perbaikan.
Gambar 4.29 Perbandingan Tata Letak Sebelum dan Sesudah Perbaikan
Setelah perbaikan terdapat 2 shelves yang kosong (kecuali shelves atas) sesuai
dengan perhitungan space requirement. 2 Shelves kosong yaitu pada deretan
Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan
rak sampel-sampel tahun 2015. Dimana kebutuhan space untuk tahun 2015
hanya 9,25, sedangkan jika space penuh, maka shelves yang terpakai adalah
12 shelves. Maka sisa shelves pada tahun 2015 adalah 2,75 shelves, dan
shelves yang benar-benar kosong seperti yang tertera pada gambar adalah 2
shelves.
Gambar 4.29 merupakan gambar yang dilihat secara keseluruhan, terdapat
banyak sekali perbedaan, di gambar sebelumnya sampel sangat berantakan
dan terlihat sangat penuh karena kondisi penataan sampel bertumpukan serta
banyak sampel-sampel yang tidak memiliki wadah berceceran tidak jelas, dan
banyak barang-barang yang tidak seharusnya ada di ruang penyimpanan
sampel stabilitas impermeable. Setelah perbaikan, barang-barang yang ada di
ruangan tersebut adalah sampel-sampel impermeable yang akan dilakukan
pengujian.
e. Perbandingan Utilisasi Ruang Penyimpanan
Pemanfaatan ruang penyimpanan sangat penting dalam perancangan tata letak
sampel stabilitas. Tingkat pemanfaatan kapasitas merupakan ukuran yang
penting yang menunjukan seberapa dekat suatu perusahaan dengan tingkat
pengoperasian terbaik. Setelah dirancang layout penyimpanan smpel stabilitas
yang sesuai dengan konsep yang telah dibuat, maka salah satu poin yang perlu
dievaluasi yaitu utilisasi ruang penyimpanan. Pada evaluasi hasil penelitian
ini, akan dihitung utilisasi ruang penyimpanan sampel stabilitas impermeable
sebelum dan sesudah perbaikan. Perhitungan utilisasi dapat dilihat pada
Persamaan (4-8)
(4-8)
Sebelum dilakukannya perbaikan, rak yang terpakai untuk penyimpanan
adalah sebanyak 36 shelves, dengan volume per shelves yaitu 120.000 cm3.
Perhitungan di bawah ini merupakan persentase utilisasi pemanfaatan ruang
sebelum perbaikan:
3
3 𝟖𝟎 𝟎
Sedangkan setelah dilakukannya perbaikan, jumlah shelves yang terpakai yaitu
34 shelves, presentase utilisasi pemanfaatan ruang setelah perbaikan adalah
sebagai berikut:
3
3 𝟕𝟓 𝟓𝟔
Berdasarkan perhitungan, sebelum dilakukannya perbaikan, utilisasi ruang
sebesar 80,0%, sedangkan setelah dilakukannya perbaikan utilisasi ruang
mengalami penurunan menjadi 75,56%, seperti yang terlihat pada grafik di
bawah ini.
Gambar 4.30 Grafik Persentase Kenaikan Utilisasi Ruang Penyimpanan
Penurunan utilisasi setelah adanya perbaikan yaitu sebesar 4.44%. Adanya
penurunan penggunaan shelves yang mempengaruhi terhadap utilisasi ruang
membuktikan bahwa dengan adanya perancangan ulang tata letak sampel
pada ruang penyimpanan dapat mengurangi honeycombing pada ruang, atau
dalam artian jika sebelumnya pada shelves dan rak banyak sekali bolong-
4320000
4080000
80
75.56
3950000
4000000
4050000
4100000
4150000
4200000
4250000
4300000
4350000
73
74
75
76
77
78
79
80
81
Sebelum Sesudah
Volume Rak (cm3)
Persentase Utilisasi (%)
bolong (pemanfaatan tidak maksimal), sehingga mempengaruhi pada
penggunaan shelves yang berlebihan, maka setelah perbaikan yang telah
dilakukan, tidak ada lagi honeycombing, atau pemanfaatan yang tidak
maksimal pada rak dan shelves.
Utilisasi ruang setelah dilakukannya perbaikan belum mencapai angka 100%,
masih tersedia sekitar 24,44% atau 1.320.000 cm3 (11 shelves). Ketersedian
kapasitas tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan perusahaan jika ada
pengembangan produk dan perbesaran jumlah sampel yang diujikan untuk
studi stabilitas.
f. Perbandingan Flow Process Chart Sebelum dan Sesudah Perbaikan
Dalam perbaikan yang telah dilakukan, terdapat beberapa prosedur kerja
yang mengalami perubahan. Perubahan ini berupa adanya penambahan
prosedur kerja dalam penanganan sampel stabilitas. Walaupun terdapat
penambahan prosedur kerja, namun hal ini untuk memudahkan dalam proses
kerja selanjutnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dicantumkan pada
Standard Operating Procedur (SOP), sehingga SOP yang lama, akan
digantikan dengan SOP yang baru.
Sebelum dilakukannya perbaikan, prosedur penanganan sampel stabilitas
hanya mencakup proses penerimaan sampel, pemberian identitas pada sampel
(labeling), pengepakan sampel, pemasukan sampel ke dalam chamber atau
ruang penyimpanan, penyimpanan sampel hingga selesai pengujian (ED),
pengambilan sampel setiap intervalnya, lalu jika sudah selesai studi, maka
sampel akan di keluarkan dari chamber atau ruang penyimpanan, dan
kemudian dimusnahkan oleh bagian GA. Setelah dilakukannya perbaikan,
terdapat penambahan prosedur kerja, seperti penentuan lokator, penginputan
lokator pada database, dan adanya pergeseran sampel setiap tahunnya, dan
pemusnahan sampel. Flow Process Chart sebelum dan sesudah perbaikan
dapat dilihat pada Gambar 4.31.
Gambar 4.31 Perbandingan Flow Process Chart Sebelum dan Sesudah Perbaikan
Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan
g. Analisis Ruang Penyimpanan Berdasarkan CPOB dan Kondisi
Setelah Perbaikan
Setelah dilakukannya perbaikan, ruangan penyimpanan sampel yang
sebelumnya tidak sesuai dengan beberapa poin pada aturan CPOB tentang
area penyimpanan, maka setelah dilakukannya perbaikan, ruangan berubah
dan sesuai dengan standar CPOB. Tabel berikut ini merupakan tabel
analisis ruang penyimpanan pada standar CPOB dan PT FPP.
Tabel 4.21 Analisis Standar Ruang Penyimpanan pada CPOB dan PT FPP
No Ruang Penyimpanan Sampel
Berdasarkan CPOB
Ruang Penyimpanan Sampel Impermeable
PT FPP
1
Area penyimpanan kapasitas
yang cukup untuk menyimpan
berbagai macam bahan dan
produk dengan rapi dan teratur.
Ruang penyimpanan memiliki kapasitas yang
memadai untuk menyimpan sampel dengan rapi
dan teratur. Terdapat 24,44% kapasitas
penyimpanan untuk penambahan sampel
stabilitas.
2
Area penyimpanan memiliki
desain penyimpanan dan
penataan yang dapat menjamin
penyimpana berbagai macam
bahan dan produk dengan baik.
Sampel stabilitas impermeable disimpan dalam
ruang penyimpanan berdasarkan konsep
similarity dan popularity, lalu disusun
berdasarkan abjad dan nomer batch. Sehingga
penyimpanan menjadi rapi dan teratur dan
menjamin bahwa tidak ada sampel yang
bertumpukan yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada sampel.
3
Kondisi penyimpanan yang
memiliki kriteria khusus seperti
suhu dan kelembaban dalam
perlu dikendalikan, dipantau,
dan dicatat.
Suhu dan kelembaban ruang penyimpanan
sampel di pantau setiap harinya dan di-record
pada suatu alat controller yang dipasang pada
ruang penyimpanan tersebut
Kesesuaian ruang penyimpanan sampel impermeable dengan standar
CPOB diverifikasi oleh tim audit PT FPP, dimana sebelumnya memang
dikeluarkan CAPA (Corrective Action and Preventive Action) tentang
temuan ruang penyimpanan sampel stabilitas impermeable yang sangat
berantakan dan tidak dapat diketahui secara teoritis kapasitasnya. CAPA
dari temuan tersebut di-close melalui perbaikan ini, dimana pada saat
proses verifikasi oleh tim audit, hasil perbaikan telah sesuai dengan
standar area penyimpanan. Sebagai langkah preventive action agar tidak
terulang kembali hal yang serupa, maka selain di standarisasi melalui SOP,
tim audit pun akan melakukan audit secara berkala selama 1 bulan 1 kali
untuk melihat secara langsung ruang penyimpanan stabilitas impermeable.
h. Analisis Profit Perusahaan
Pada dasarnya, semua perbaikan yang dilakukan pada perusahaan pada
akhirnya akan berujung pada peningkatan profit perusahaan. Pada
perusahaan farmasi, pengujian stabilitas obat itu sangat penting dan
merupakan salah satu inti dari serangkaian pembuatan hingga pemasaran
produk (obat). Suatu produk yang tidak diketahui pengujian stabilitasnya,
tidak akan bisa dipasarkan. Begitu pula jika produk yang telah dipasarkan
tidak memenuhi spesifikasi hingga masa kadaluwarsanya, maka produk
perlu di Recall. Selain itu, jika sampel yang diujikan stabilitas tidak
memenuhi spesifikasi karena pengujian bias, maka perlu adanya
penelusuran penyimpangan dan pengujian ulang. Hal tersebut
menimbulkan kerugian pada perusahaan, sebab biaya pengujian serta
sampel cukup mahal.
Penyebab dari tidak memenuhinya produk pada spesifikasi yang telah
ditentukan pada saat pengujian stabilitas terdiri dari beberapa faktor,
diantaranya yaitu:
1. Kualitas Produk Tidak Sesuai dengan Klaimnya
Perubahan produk akan terjadi jika produk tersebut memiliki kualitas
yang memang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kualitas produk
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu: bahan baku
produk (kualitas API dari supplier buruk), dan proses selama
pembuatan mulai dari raw material hingga produk jadi.
2. Kesalahan dalam Pengujian Stabilitas
Kesalahan dalam pengujian produk pada masa stabilitas menjadi hal
yang dapat terjadi kapanpun, entah kesalahan dalam metode
pengujiannya, human error, atau kesalahan-kesalahan lainnya yang
dapat mempengaruhi biasnya pengujian pada stabilitas obat.
3. Penyimpanan Sampel Stabilitas
Hal yang paling penting dalam stabilitas produk yaitu penyimpanan
sampel. Sebagimana yang telah disebutkan pada bab-bab sebelumnya,
bahwa tujuan dari pengujian stabilitas itu untuk mengetahui kondisi
produk sesuai dengan yang dipasarkan. Berdasarkan hal tersebut, pada
stabilitas produk, sampel disimpan di kondisi penyimpanan yang
sesuai dengan pemasaran produk tersebut hingga masa kadaluwarsa.
Kesalahan penyimpanan produk atau ketidaksesuaian dengan yang
dipasarkan akan berdampak pada biasnya sampel pada saat pengujian.
Selain itu, tata letak penyimpanan yang buruk, akan mengakibatkan
sampel rusak dan tidak sesuai dengan yang seharusnya dipasaran, hal
tersebut tentunya mengakibatkan kegagalan pada pengujian sampel
stabilitas.
Berdasarkan data deviasi yang diperoleh, kegagalan pengujian akibat
sampel rusak dan pengujian menjadi bias, tertera pada Tabel 4.42.
Tabel 4.22 Deviasi Pengujian Sampel Stabilitas Impermeable
No No. Deviasi Tahun Penelusuran Deviasi Biaya
1
DRF130054
DRF130083
DRF130186
DRF130389
DRF130566
DRF130813
2013
Kerusakan kemasan, sehingga
mengakibatkan udara masuk ke dalam
produk dan menyebabkan biasnya
pengujian. Pengujian dengan
parameter mikrobiologi, fisika, dan
kimia.
Rp 136.843.600
2
DRF140013
DRF140095
DRF140103
DRF140156
DRF140281
DRF140775
DRF140312
DRF140884
2014
Sampel mengendap dan banyaknya
partikel pada sediaan infus, karena
terdapat celah pada kemasan primer.
Bias pengujian pada parameter fisika,
mikrobiologi, dan kimia.
Rp 194.865.735
3
DRF150246
DRF150438
DRF150576
2015
Sampel injeksi cair dan beberapa
sampel infus rusak (pecah), sehingga
untuk pengujian stabilita hanya dapat
dilakukan pada beberapa interval.
Rp 26.484.865
4
DRF160009
DRF160091
DRF160136
DRF160197
DRF160389
DRF160468
DRF160592
DRF160787
2016
Kerusakan kemasan primer sampel,
mengakibatkan kerusakan pada isi
produk, dan biasnya pengujian pada
parameter fisika, kimia, dan
mikrobiologi.
Rp 180.542.340
Sebelum dilakukannya perbaikan pada ruang penyimpanan sampel
impermeable, perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp 538.736.540,-
yang merupakan total biaya pengujian sampel stabilitas dengan deviasi
dari tahun 2013-2015.
Setelah perbaikan, belum terdapat data dari sampel rusak yang berakibat
pada deviasi, dan kerugian perusahaan. Harapannya, setelah perbaikan
yang dilakukan, tidak ada lagi sampel rusak serta deviasi pada pengujian,
sehingga dapat mengurangi resiko kerugian yang dihasilkan oleh
penyimpanan sampel stabilitas yang buruk. Jika diperkirakan, profit
perusahaan akan meningkat sekitar Rp 135.000.000,- dikarenakan tidak
ada lagi penyimpangan tersebut. Angka tersebut diperoleh dari rata-rata
biaya yang dikeluarkan akibat buruknya penyimpanan sampel stabilitas
dan mengalami deviasi pada saat pengujian.
Selain hal tersebut, dengan dibuatnya perbaikan tata letak sampel pada
ruang penyimpanan sampel stabilitas impermeable, diharapkan
mempermudah user dalam pencarian, pengambilan, dan pemusnahan
sampel, serta sesuai dengan standar ruang penyimpanan pada pedoman
Cara Pembuatan Obat yang Baik dan Benar.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1.1 Simpulan
Dalam penelitian ini berhasil dirancang tata letak sampel stabilitas impermeable
berdasarkan konsep similarity dan popularity, sehingga menurunkan waktu dan
biaya pencarian sampel sebanyak 63.81%, jarak pengambilan sampel sebanyak
20.94%, dan penurunan utilisasi ruang sebanyak 4.44%. Selain itu, tersedia
24,44% kapasitas ruangan yang dapat digunakan untuk pengembangan produk
dan penambahan sampel stabilitas, serta kapasitas ruangan penyimpanan sampel
masih mencukupi untuk 3 tahun ke depan.
1.2 Saran
Saran untuk perusahaan yaitu:
1. Lokator dan database sampel stabilitas ditransfer ke dalam sistem ERP
(Oracle), agar seluruh data dapat terintegrasi dengan baik, serta meningkatkan
sistem informasi pada ruang penyimpanan sampel stabilitas impermeable.
2. Penelitian untuk adanya perancangan alat yang dapat mempermudah
pergeseran sampel stabilitas pada ruang penyimpanan sampel impermeable.
3. Perlu adanya penelitian untuk perancangan sistem kontrol alarm suhu dan
kelembaban ruangan yang terkoneksi pada user tanpa menggunakan simcard
pada alat.
DAFTAR PUSTAKA
ASEAN Guideline. Stability Testing of New Drug Substances and Product. 2013
Apple, James M. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga.
Bandung: ITB. 1990.
BPOM RI. Pedoman Pelaksanaan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan
Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. 2012.
Food and Drug Administration. Drug Stability Guideline. U.S. Department of
Health and Human Services Center for Veterinary Medicine (CVM). United
Kingdom. 2008.
Heizer, Jay dan Barry, Render. Manajemen Operasi. Edisi 9. Jakarta: Salemba
Empat. 2009
Holy Icun Yunarto dan Martinus Getty Santika. Business Concept Implementation
Series in Inventory Management. Jakarta: Elek Media. 2005
ICH Harmonisation Tripartite Guideline. Stability Testing of New Drug
Substances and Product Q1A (R2). 2003
Osada, Takashi. Sikap Kerja 5S. Jakarta. 2004
Tompkins, J. A., J. A. White., Y. A. Bozer dan J. M. A. Thanchoco. Facilities
Planning. Fourth Edition. United States of America. 2010.
World Health Organization Guideline. Stability Testing of Active Pharmaceutical
Ingredients and Finished Pharmaceutical Products. 2009