39

Dialog Bulan Puasa 4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

H. Bakri Wahid

Citation preview

Page 1: Dialog Bulan Puasa 4
Page 2: Dialog Bulan Puasa 4

1

DIALOG

BULAN PUASA

4

Keterangan :

Selaku Pak Kyai oleh : Haji Bakri Wahid, B.A.

Daeng Naba oleh : Syamsul Marlin, B.A.

Page 3: Dialog Bulan Puasa 4

2

ANTARA

MUSHALLA DANMESJID

DG. NABA : Assalamu‟alaikum

PAK KIAY : Alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Dg. Naba disini kita baca-baca surat itu. Tapi

sudah makan sahur Dg. Naba?

DG. NABA : Sudah Pak Kiay, Tapi disini di RRI Pak Kiay

rupanya disediakan juga makanan ringan dan

minuman ringan. Sengaja untuk Pak Kiay dan Dg.

Naba barang kali.

PAK KIAY : Alhamdulillah Dg. Naba, asal jangan sesudah terbit

fajar baru begini.

DG. NABA : Tidak Pak Kiay, itu setengah empat sudah tersedia

apalagi Fajar itukan sampai jam 4 Pak Kiay. Nah

ini ada surat Piay. Dari Magelang Abd. Jalil Peg

Kantor Pos dan Giro Magelang Jalan Kebon

Dalam I/686A Jateng. Begini Pak Kiay

pertanyaannya sederhana tapi Dg. Naba lebih

sederhanakan lagi mengingat waktu Pak Kiay.

Begini itu biasa sebelum orang membaca Amin,

orang baca lebih dahulu Rabbigrifli Waliwalidaya

kalau sembahyang jamaa, bagaimana masalah ini.

Apakah memang ada sunnah Rasul yang demikian

atau hanya Bid‟a

PAK KIAY : Begitu pertanyaanya? Begini Dg. Naba supaya Sdr.

Abd Jalil dapat memahaminya bahwa persoalan

Page 4: Dialog Bulan Puasa 4

3

semacam itu, itu tidak kita ketemukan dasar hukum

yang sah artinya dari Hasist sah, jadi itulah

jawaban kita.

DG. NABA : Jadi tidak ada dasar hukum yang kita ketemukan

dalam Hadist sah pak Kiay, yang ada kita

ketemukan ialah membaca amin, sesudah imam

baca Walad‟dhaalim maka membaca amin, Itu ada

dalilnya Pak Kiay atau ada Hadistnya.

PAK KIAY : Cukup banyak dasar-dasarnya yang dapat

dipertangungjawabkan Dg. Naba. Baik Hadist

riwayat Abu Daud atau Hadist Mu‟thahatan Alaik,

ada memberikan penjelasan.

Dg. Naba : Bagaimana penjelasannya Pak Kiay?

PAK KIAY : Nabi katakan : Kata Walimin Bin Hajar Shallatun

Shatalanabie Falamma Qala; Wala‟dhaalim, qala

Amien. Wama‟daa Biah shautahu; Sembahyang

dibelakang Nabi, maka ta‟kala Nabi mengucapkan

Wala‟daalim, maka berkatalah beliau Amin dengan

memanjangkan suaranya. Adapun Saimulkam Nabi

lagi Dg. Naba, In Amminas imamu F – Amminuu.

Apabila telah mengaminkan Imam kamu, maka

kamu mengamin.

DG. NABA : O. ia maksudnya tertibnya Pak Kiay. Jadi jangan

Amin sendirian sebelum iman amin.

PAK KIAY : Betul, jangan dahulu dari suara Imam. Dan yang

kedua Dg. Naba, tidak disuruh memaba

Rabbigfirly menurut Muqtahatum ini.

Page 5: Dialog Bulan Puasa 4

4

DG. NABA : Jadi yang disuruh baca Amin, tanpa ada embel-

embel Waliwalidayya sebelum amin.

PAK KIAY : Betul, Banyak lagi hadist Riwayat Nasait dan

seterusnya, tapi cukup sekian Dg. Naba.

DG. NABA : Prakteknya bagaimana kira-kira Pak Kiay Amin

itu.

PAK KIAY : Begini apabila Imamnya mengatakan

Wala‟dhaalim, dia harus bernafas sediti baru dia

sebut Amin.

NG. NABA : Demikianlah Sdr. Abd. Jalil atas jawaban Pak

Kiay.

PAK KIAY : Cuma satu itu pertanyaan Dg Naba?

DG. NABA : Ada dua Pak Kiay, tapi lain yang kedua itu.

PAK KIAY : Baiklah Dg. Naba

DG. NABA : Selanjutnya begini. Pak Kiay dan Dg. Naba ada

pertanyaan dari Darwing Malang.

PAK KIAY : Dari Malang atau Darwing Malang namanya?

DG. NABA : Memang Darwing Malang namanya. Begini Pak

Kiay, ditempat kerja saya, ada mushollah kecil,

biasa ditempati berjamaah. Yang saya tanyakan,

apakah disini berlaku juga sunnah Tahiatul Mesjid

atau mushallah.

PAK KIAY : Jadi apakah tahiyatul mushallah atau Tahiyatul

mesjid.

Page 6: Dialog Bulan Puasa 4

5

DG. NABA : Atau sunnah thayatul lapangan. Jadi pertanyaan

pertama, orang ini punya mushallah ini dipakai

juga tahianamaah. Yang ditanyakan apakah masuk

kedalam mushallah ini dipakai juga tahiyatul

Mesjid atau tidak.

Pak kiay : Jawabnya begini Dg. Naba. Itu mesjid,

pengertiannya tempat sujud.

DG. NABA : Mesjid tempat sujud, kalau mushallah?

PAK KIAY : Mushallah tempat sembahyang. Kira-kira berbeda

Dg. Naba?

DG. NABA : Perbedaan kata ada. Tapi maksudnya itu juga.

PAK KIAY : Jadi jawabannya begini : kalau tempat itu sudah

special untuk dijadikan tempat sembahyang, bila

masuk kedalamnya hendaknya kita melakukan

shalatul Tahiyat. Cuma penggunaan di Indonesia

ini kalau disebut Mushallah, tidak dipakai shalat

Jum‟at. Kalau disebut Mesjid, itu dipakai tempat

sembahyang Jum‟at. Dengan kalimat itulah

mungkin timbul keraguan. Tapi keraguan itu dapat

dihilangkan. Kalau tempat itu sudah special untuk

dipakai menjalankan ibadah shalat, apakah Jum‟at

apakah sekedar berjamaah, bila masuk kedalamnya

kita dapat melakukan shalat Tahiyat.

DG. NABA : Ia. Seab kata-kata Mushallah, tempat sembahyang,

mesjid tempat sujud.

PAK KIAY : Dengan kata lain itu tempat sudah dijadikan

khusus tempat beribadah shalat.

Page 7: Dialog Bulan Puasa 4

6

DG. NABA : Jadi boleh melakukan shalat tahiyatul mesjid.

Kedua Pak Kiay, kalau kita sembahnya gKiamul

lail misalnya 4-4 rekaat apakah setiap permulaan

qiamul lail atau setiap 4 rekaat tersebut memakai

niat ataukah berniat dipermulaan untk sekaligus 8

rekaat.

PAK KIAY : Jawabnya, tentu saudah jelas Dg. Naba bahwa kita

berniat setiap 4 rekaat, jadi tidak 8 rekaat, karena

itu dibatasi olehsalam. Kecuali kalau berniat 8

rekaat, terus dibikin satu salam, sudah benar. Tapi

kalau berniat 8 rekaat lantas dibikin dua salam, jadi

tidak benar.

DG. NABA : Begitu ya, Yang ketiga, misalnya saya shalat

sunnah kemudian diikuti oleh orang lain sebagai

makmum. Disangka saya shalat ferdhu. Apakah

saya dapat mengikuti orang tersebut sebagai imam

setelah saya selesai shalat sunnah. Atas penjelasan

Pak Kiay dan Dg. Naba saya ucapkan banyak

terima kasih.

PAK KIAY : Betul ini Dg. Naba. Memang ini masalah yang

sering menimbulkan perselisihan. Ada pendapat

yang mengatakan bila bersamaan shalatnya imam

dan shalat, makmum, sah mereka berjamaah. Bila

bertentangan, tidak sah. Nah sekarang bagaimana

kalau niat yang bertentangan susunan shalatnya

sama. Umpamanya dia sembahyang sunnah

Tahiyat, orang ini sembahyang ashar, dia ikut.

Apakah sah. Itu sebahagian memandang sah.

Kenapa dipandang sah, susunan sembahyangnya

sama walaupun rekaat berbeda, tetapi susunan

rekaatnya sama. Baru orang pertama berpendirian

Page 8: Dialog Bulan Puasa 4

7

tidak sah sekiranya orang itu sembahyang gerhana

dan yang menjadi makmum, sembahyang ashar, itu

tidak sah, karena sembahyang gerhana, dua kali

rukuknya satu rekaat.

DG. NABA : Nah sekarang bukan sembahyang Gerhana…..

PAK KIAY : Sembahyang biasa,sembahyang sunnat,oleh sebab

itu pendapat ini mengatakan sah. Adapun

perbedaan niat,itu pernah juga terjadi pada diri

Nabi. Nabi melakukan jamaah qasar, ma‟mumnya

tidak melakukan jamaah qasar. Sembahyang untuk

itu sah. Kalau berbeda niat, susunan shalatnya

sama.

DG. NABA : Jadi sekian Pak Kiay

PAK KIAY : Cukup disitu Dg. Naba

DG. NABA : Demikianlah Sdr. Darwing Malang di UP. Pak

Kiay dan Dg. Naba mengucapkan terima kasih

banyak atas perhatian anda.

Sekarang Pak Kiay, kita lanjutkan yang lalu. Itu

dulu suratnya, barangkali besok dating lagi.

Dahulu Pak Kiay menjelaskan tentang Caulusul,

yaitu kata-kata yang tercela, kata-kata yang tidak

baik. Sekarang apayang Pak Kiay harus jelaskan

lagi lebih lanjut tentang hal ini.

PAK KIAY : yang mau saya jelaskan Dg. Naba, ialah bahwa

termasuk Caulusul tadi, ialah berkata dusta,

berjanji dusta, berkata dusta. Ini Dg. Naba, ingin

kita jelaskan lebih dahulu dengan agak lebih luas.

ada faedahnya berkata benar, bahayanya berkata

Page 9: Dialog Bulan Puasa 4

8

dusta. Sekarang kita jelaskan Dg. Naba ini tentang

faedah berkata benar. Didalam Al-Qur‟an Dg.

Naba sudah dijelaskan Tuhan, ini faedah pertama,

Faedah yang pertama kalau orang berkata benar,

semua amal ibadahnya diterima Tuhan, dan semua

dosa diampuni. Jadi kalau seorang meninggal

dunia, orang mengatakan mudah-mudahan si anu

diterima amalnya, diampuni dosanya, jawabannya

bergantung semasa hidupnya. Kalau orang

memang berkata benar tidak pernah mendusta, itu

Tuhan sudah menjamin dalam surat Al Ashhaq.

DG. NABA : Ia, bagaimana bunyinya Pak Kiay?

PAK KIAY : Bunyi surat itu : Yaa Ayyuhal Ladziina

aamanuttaqullaahi Waquulun Qaulan Syadiidi,

Yuslih Lakum a‟maalukum wayangfir : Hai orang-

orang beriman takutlah kamu kepada Allah,

berkatalah kamu dengan kata yang benar, supaya

Allah menerima amal-amal kamu dan mengampuni

semua dosa-dosa kamu.

DG. NABA : Jadi kalau tidak berkata benar, tidak diterima

amalan, tidak diampuni dosa. Yang kedua lagi Pak

Kiay?

PAK KIAY : yang kedua faedah berkata benar,… bahayanya

dulu berkata dusta. Jadi ini dulu kita balik. Kalau

begitu baiknya berkata benar, bagaimana berkata

dusta.

Kebalikandari Qur‟an (makna halafa dari ayat tadi)

yaitu orang yang berkata dusta tidak diterima

amalnya dan tidak akan diampunyi dosanya

Page 10: Dialog Bulan Puasa 4

9

DG. NABA : Jadi kalau mau diampuni dosanya, mau diterima

alam, berkatalah benar. Lalu Pak Kiay.

PAK KIAY : Yang kedua manfaat berkata benar dan bahaya

berkata dusta. Ini kita balik-balik saja Dg. Naba.

Manfaat berkata benar, orang yang selalu berkata

benar, dapat selalu mendapat pentunjuk yang baik,

jalan yang baik membawa petunjuk kepada sorga.

Sebaliknya berkata dusta, petunjuk kepada

kesalahan, kepada berbuat dosa, dan dosa

membawa orang kepada neraka.

DG. NABA : O,ia.. ada petunjuknya ke neraka, itulah berjusta.

PAK KIAY : Betul, itu petunjuk. Jadi siapa yang suka berjusta,

ada petunjuk ke neraka. BegiulahDg. Naba.

DG. NABA : Ia,yangketiga?

PAK KIAY : Yang ketiga, orang yang sudah dapat berkata yang

benar, Dg. Naba, sehingga berkata benar itu sudah

menjadaji darah daging baginya, segala dunia dan

isinya itu tida ada nilainya, lebih tinggi nilai

mengucapkan yang benar dari pada dunia dengan

segala isinya. Begitu benar Dg. Naba.

DG. NABA : O, begitu,itu yang ketiga. Kesimpulan Pak Kiay.

PAK KIAY : yang keempat lagi Dg. Naba, bagaimana buruknya

buruknya berkata salah (Justa). Nabi katakana : La

Yu‟minul ahadulum hattaa – Yatruhal Kadzimba

kullahu. Artinya Dg. Naba, belum dianggap orang

itu mempunyai iman yang sempurna hingga dapat

ia meninggalkan berkata justa.

Page 11: Dialog Bulan Puasa 4

10

DG. NABA : Jadi orang beriman, tidak justa, kalauorang justa,

tidak beriman Apa lagi?

PAK KIAY : Dan dapat meninggalkan perbebatan walaupun

pedebatan itu benar tapi akan menimbulkan

keadaan yang tidak baik.

DG. NABA : O, kegaduhan, kacau.

PAK KIAY : Tidak usah berdebat kalau orangnya tidak bisa

menerima secara baik apa gunanya berdebat.

DG. NABA : O, ia tinggalkan saja itu.

PAK KIAY : Lebih baik tinggalkan.

DG. NABA : Itu bahanya justa sampai Nabi mengatakan tidak

beriman seorang itu kalau tidak bisa meninggalkan

justa.

PAK KIAY : Yang keempat lagi, orang yang berkata benar Dg.

Naba, selalu didalam rahmat Allah dan orang yang

berkata justa selalu dalam kutukan Allah. Didalam

hadist dikatakan : Rahimallahuunraan

Yuzlillisaamihi Artinya Dg. Naba, Mudah-

mudahan Allah akan merahmati orang-orang yang

memperbaiki lidahnya. Maksdunya itu berkata

yang benar dan berkata didalam kebenaran.

Membiasakan anggota-anggotanya berbuat dijalan

yang benar, tidak membiasakan anggota-

anggotanya berbuat yang salah.

DG. NABA : O, begitu, selaludirahmati Allah orang yang begitu,

artinya orang tidak begitu tidak dirahmati Tuhan.

Page 12: Dialog Bulan Puasa 4

11

PAK KIAY : Malah dilaknat, didalam Al-Qur‟an itu Fana‟lama

fala‟natullaahi alal kafiriin ; ketahuilah kata Tuhan,

kutukan Allah itu akan selalu ada pada orang-

orang yang berjusta.

Sekarang Dg. Naba supaya orang juga bisa

mengerti apa itu yang dikatakan justa, apa yang

dikatakan benar. Jangan-jangan orang itu tidak

tahu juga apa itu yang dikatakan justa. Yang

dikatakan justa, ialah memberitakan sesuatu yang

tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Yang

dikatakan benar, mengatakan sesuatu sesuai

dengan yang sebenarnya. Jadi sudah dapat kita

bayangkan itu bahwa orang-orang yang berjusta,

selalu dalam kutukan Tuhan yaitu mengucapkan

sesuatu yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

Di akhirat bahayanya lebih besar, Dg. Naba.

DG. NABA : Di Akhirat lebih besar bahayanya, sedangkan di

dunia sudah besar Pak Kiaya. Orang sudah tidak

bisa percaya sama orang justa.

PAK KIAY : Apala diakhirat, didalam Al-Qur‟an dikatakan :

Ujuu hakum musawwadah ; mukanya hitam pekat

diakhirat nanti. Ini tanda penduduk neraka. Biar

dia putih kuning di dunia tapi penjusta, di akhirat

jadi hitam pekat kalau dia masuk neraka. Adapun

orang yang berkata benar, mukanya putih

cemerlang, walaupun hitam pekat di dunia Dg.

Naba.

DG. NABA : jadi walaupun dia hitam tapi manis.

PAK KIAY : Ia, nanti mengkilat cahanya diakhirat.

Page 13: Dialog Bulan Puasa 4

12

DG. NABA : Ia, bagaimana bunyinya Pak Kiay

PAK KIAY : Didalam Al-Qur‟an itu dg. Naba kebaikan dari ayat

ini Fiiujuuhiwimmusawa adatum alaihaa fii

jahannama mawailil mutakabbirin „ Muka mereka

adalah hitam pekat, adakah tidak bahwa neraka

Jahannam sajalah tempat mereka orang-orang yang

takbur itu. Begitu penjelasan Allah di dalam Al-

Qur‟an

DG. NABA : Selanjutnya Pak Piay, menggelari manusia dengan

gelar-gelar yang buruk

PAK KIAY : Menggelari manusia dengan gelar-gelar yang

buruk termasuk dosa

DG. NABA : Tapi dalil-dalilnya perlu ini Pak Kiay

PAK KIAY : Dalilnya, itu dalam Al-Qur‟an surat Hijra

menjelaskan Dg. Naba berbunyi begini :

Walaatalmizuu ampusakum, Wallatanaabazuubil

Alqaab ; Jangan kamu mencela-cela orang lain

dengan gelar-gelar yang tidak baik.

DG. NABA : O, ya, seperti didalam bahasa makassarnya Dg.

Kaddoro,

PAK KIAY : Tidak boleh ituDg. Naba, o si bodoh; tidak bolh, O

sitama, tidak boleh,

DG. NABA : Baik Pak Kiay, sampai disi dulu, sudah waktu Pak

Kiay.

PAK KIAY : O, sudah waktu Dg. Naba.

DG. NABA : Sudah Pak Kiay, saya mau singga diluar dulu Pak

Kiay. Mau Tanya surat dulu baru ke Mesjid,

Page 14: Dialog Bulan Puasa 4

13

barang kali ada lagi surat datang Pak Kiay. Saya

permisi dulu Pak Kiay Assalamu‟alakum

PAK KIAY : Alaikumussalam warahmatullah Wabarakatuh.

Page 15: Dialog Bulan Puasa 4

14

MENGUMPAT DI DALAM ISLAM

DG. NABA : Assalamu‟alaikum

PAK KIAY : Alaikummussalam, silakan masuk Dg. Naba.

DG. NABA : Saya Pak Kiay. O…. bukan main Pak Kiay.

Dinginnya. Ini ada surat Dari Polmas Kec.

Wonomulyo, tanpa nama. Hanya dia bilang kami

suami istri. Jadi jawabannya, tidak usah juga

dibaca soalnya, silahkan jawab sendiri Pak Kiay.

PAK KIAY : Saya jawab, memang surat ini saya sudah baca-

baca karena Dg. Naba sudah berikan sama saya.

Didalam menjawab surat Saudara suami isteri,

tindakan saudara sudah sesuai dengan agama

islam. Kita tidak usah bacakan Dg. Naba.

DG. NABA : Ia, tindakan Saudara cocok sama suami, tindakan

suami cocok dengan Islam, jadi kedua duanya

cocok. Alasan Pak Kiay bagaimana?

PAK KIAY : Sekarang Dg. Naba sebelum saya bacakan alas an,

kemudian dia minta nasehat bagaimana

hubungannya dengan orang tua isteri. Itulah yang

saya mau bacakan dalilnya. Didalam Al-Qur‟an

surat Lukman dinyatakan “ Falaa Tuti‟huma

Washahibbhumaa Finddunyaa Ma‟ruufaa. Yang

artinya ayat ini, pergaulilah kedua orang tuamu

dalam persoalan-persoalan dunia ini dengan baik,

tapi dalam masalah aqidah keyakinan, jangan

diikuti, itu perintah Tuhan.

Page 16: Dialog Bulan Puasa 4

15

DG. NABA : Ia, perintah Tuhan jangan ikut dalam masalah

aqidah. Tapi harus berbuat baik didalam kehidupan

dunia.

PAK KIAY : Betul. Kalau ada suami istri mendapat, kirimi

orang uta jangan lupa. Tetapi didalam masalah

keyamkinannya, jangan diikuti itu ajaran Agama.

DG. NABA : O, ya, betul-betul Pak Kiay Jadi dengan kata lain,

jangan kita membenci kepada orang yang

membenci kita. Harus dibalas dengan yang baik.

Selesai Pak Kiay

Ini lagi Pak Kiay dari Abdullah Jl. Diponegoro UP.

LR 227 UP Pak Kiay Dg. Naba, kami

mohon/bertanya : 1. Apakah banyak pahalanya

kalau sudah mengikuti sembahyang tarwih di

Mesjid sesudah sembahyang jamaah kemudian tiba

dirumah memperbanyak bacaan al-Qur‟an baru

tidur diluar bulan ramadhan sampai selesai makan

sahur baru tidur.

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, baiklah kita kembali kepada

sunnah Nabi. Nabi baik didalam bulan ramadhan

atau diluar bulan ramadhan telah melaksanakan

ibadah shalat 11 rakaat. Didalam bulan ramadhan

disebut istilahnya di zaman nabi, qiamu ramadhan.

Sesudah nabi meninggal, orang sebut istilahnya

tarawih, diluar ramadhan disebut dengan istilah

qiamullail. Jadi persoalan, sebaiknya dilakukanlah

sembahyang sesuai yang dialukan Nabi ini,

caranya juga kita penuhi yaitu senang-senang.

DG. NABA : Pelan, tidak diburu-buru.

Page 17: Dialog Bulan Puasa 4

16

PAK KIAY : Adapun waktu yang paling baik, memang kalau

kita tidur dahulu. Tapi sesudah berbuka, biarlah

sesudah sembahyang isa, shalat itu dilakukan.

DG. NABA : yang kedua pak Kiay, apakah sebabnya tarakhir-

akhir ini mesjid-mesjid dan mushallah-mushallah

Muhammadiyah tidak terbuka untuk tarwih

sebagiaman mesjid-mesjid danmushallah-

mushallah yang lain dan sembahyang apakah yang

dilakukan tengah malam itu. Apakah itu tarwih

atau nama lainnya. Dan yang manakah sebenarnya

yang biasa dilakukan Rasulullah?

PAK KIAY : Jawabannyaini tidak benar Dg. Naba bahwa

Mesjid-mesjid, Mushallah Muhammadiyah ditutup

bulan puasa, tidak benar, Tetap dibuka kalau toh

ada mungkin satu dua mesjid yang menutup, tetapi

waktunya waktu malam. Selain daripada itu,

seluruh Mesjid Muhammadiyah dibuka sesudah

sembahyang isa untuk shalat tarwih. Adapun ada

satu dua, itu merke buka jam satu, jam dua malam.

Namanya itu apa? Tetap namanya shalatul lail atau

shalatul Tarawihlah, karena rakaatnya tetap 11

Begini Dg. Naba.

DG. NABA : Ketika jam berapakah yang paling baik digunakan

untuk makan sahur?

PAK KIAY : Kalau makan sahur yang paling baik digunakan

adalah jam-jam setengah 4 begitu.

DG. NABA : Jadi cocokmi Pak Kiay. Yang keempat, apakah

sebanya terakhir ini ada tedengan ashan subuh

tidak terdenga diucapkan Assalatu Khairum

Page 18: Dialog Bulan Puasa 4

17

PAK KIAY : Itu ada pendapat, tapi didalam hadist itu ada

diucapkan Assalatu Khairum minanaum

DG. NABA : Begitu Pak Kiay. Selesai pertanyaan atas perhatian

dari Sdr. Abdullah kita ucapkan banyak terima

kasih.

Selanjutnya habis waktu buat ini, barangkali masih

banyak disana. Sekarang saya minta pendelasan

dalil-dalil tentang Caulusul yang seperti Pak Kiay

jelaskan yang lalu.

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, tentang dalil-dalil Caulusul

yanga Dg. Naba minta, alas an-alasan atau

namanya caulusul itu membawa rusak ibadah

puasa kita.

Sekarang yang belum saya jelaskan caulusul ialah

tentang mengumpat. Didalam hadist Dg. Naba,

masalah mengumpat terang sekali Dg. Naba, Nabi

mengatakan begini yang artinya. Artinya Nabi

pernah Tanya sahabatnya. Tahukan tuan-tuan

dengan pengertian mengumpat? Semua sahabatnya

jawab Allah dan Rasul Tau.

DG. NABA : Pinter betul sahabat, dia bilang Allah dan Rasul

Tahu. Jadi andaikata Pak Kiay Tanya, tahukan Dg.

Naba mengumpat, Dg. Naba jawab Pak Kiay lebih

tahu.

PAK KIAY : Ia, terus Nabi memberikan penjelasan, engkau

sebutkan tentang Saudara engkau apa yang tidak

disenanginya itulah yang dikatakan mengumpat.

Berarti kalau disebut tentang sesuatu mengenai

Page 19: Dialog Bulan Puasa 4

18

Saudara kita, tapi menyenangkannya, itu bukan

mengumpat.

DG. NABA : O, jadi menyebut sesuatu baik kelakukannya,

macam-macamnya yang tidak disenanginya, itu

mengumpat.

PAK KIAY : Jadi apabila disebut didepannya yang tidak

disenanginya, menyenanginya, apalagi disebut

dibelakangnya, ini Dg. Naba mengumpat namanya.

Apabila disebut didepannya dia senang, maka

disebut tidak mengumpat.

Terus ada sahabat yang bertanya “Apratta in kaana

fiihi amalakum” bagaimana ya Rasulullah. Kalau

yang saya sebutkan itu memang yang sesuai betul

dengan lakunya, sesuai benar dan saya tidak justa

karena begitulah lakunya orang, saya menceritakan

orang lain memang menurut keadaanya, yang

sebenarnya. Apa jawab Nabi? Inkana fiihi aklaa

mukum fakadistabahu” sekalipun apa yang kau

katakana sudah benar maka itu tetap mengumpat

namanya, karena disebut dibelakang.

DG. NABA : O. begitu. Kalau didepannya, tidak berani memang

marai.

PAK KIAY : Itu, Dg. Naba, karena tidak berna menyebut

dihadapannya, lantas disebut dibelakangnya, itu

mengumpat.

DG. NABA : Pak Kiay tadi menjawab “Qauluzzur….”

PAK KIAY : Fitnah sudah, kita bicarakan Dg. Naba. Sekarang

ini lagi memperbincangkan aib orang lain.

Page 20: Dialog Bulan Puasa 4

19

DG. NABA : Memperbincangkan buruk cacat celanya orang.

PAK KIAY : Ini sudah jelas Dg. Naba, Nabi sudah memberikan

peringatan bahwa memperbincangkan aib orang

lain itu, sekali-kali tidak boleh. Nabi mengatakan

“Wala tata abau auratihim” jangan kamu car-cari

aib atau keburukan orang.

DG. NABA : O, jangan dicari keburukan orang

PAK KYAI : Jangan dicar keburukanorang, karena tidak ada

yang tidak ada buruknya.

DG. NABA : Artinya, biar tidak dicari buruknya orang, akan

ketemu juga. Jadi kalau begitu jangan dicari

buruknya orang, maksudnya carilah baiknya orang.

PAK KIAY : Betul Dg. Naba, Karena buruk pasti ada pada

manusia. Kalau maucari yang baik 100% itu

malaikat

DG. NABA : Ia, itu bukan orang, Malaikat.

PAK KIAY : Kalau mau cari buruknya semua, itu cari setan.

Kalau manusia, adalah antar Malaikut dan setan

DG NABA : Artinya bisa baik, bisa tidak baik.

PAK KIAY : Baiknya ada, buruknya da

DG. NABA : O, Ya jadi manusia itu ada setannya, ada

Malaikatnya.

PAK KIAY : Betul, Karena itu kalau ketemu buruknya, nasehati.

DG. NABA : Kalau ketemu baiknya, puji.

Page 21: Dialog Bulan Puasa 4

20

PAK KIAY : Lantas Dg. Naba dalam menasehati. Jangan

dimaki. Menasehati orang tidak boleh memaki

contohnya Dg. Naba, pernah seorang cucu dengan

neneknya.

Itu nenk selamnya kalau hilang kacamatanya ia

tuduh cucunya.

DG. NABA ; O, ya, selalu cucu yang salah. Bagaimana cerita

cucu dan nenek ini Pak Kiay.

PAK KIAY : Pernah suatu hari Dg. Naba, dia taruh kacamatanya

diatas keningnya, dia lupa bahwa ada kacamata di

kepalanya (si nenek). Dia cari tidak ketemu, dia

cari dilemari tidak ketemu, dia panggil cucunya,

dia ma-maki. Kamu yang selalu ambil kacamata

saya, coba tunjukkan dimana itu, kalau tidak, saya

jewer kau punya telinga. Itu cucu karena kasar

mulutnya, dia bilang nenek ini orang tolol. Itu

kacamatanya diatas kepalanya, kita yang dituduh.

Nenk raba-raba, betul ada. Tapi dia sakit hatinya

karena cucunya, dia bilang nenek orang toto,

padahal bapaknya lahir melalui dia.

Akhirnya nenek car alas an, dia bilang bukan yang

ini, yang satu lagi.

Yang ini saya sudah taruh diatas kepala saya,

padahal memang tidak tahu. Itulah Dg. Naba.

DG. NABA : Padahal memang tidak ada kacamata lain, hanya

yang satu itu.

PAK KIAY : Ia, tapi karena dibilang cucunya nenek totol, sakit

hatinya. Andaikata cucunya pandai, itu nenek salah

Page 22: Dialog Bulan Puasa 4

21

paham, kacamatanya barangkali dikepalanya

nenek. Barangkali itu cucunya dicium semua.

Inilah cara menyampaikan nasehat, jangan dicaci

maki.

DG. NABA : Ia. Cara menyampaikan nasehat. Lalu

menyampaikan sumpah palsu. Ini sekarang

bahanya, dalilnya.

PAK KIAY : Dalilnya, ini memang Dg. Naba, dalam hadist

muttafaqun Alai dikatakan :

MAN HALAFA‟ALA MAALIMRIIN

MUSLIMIN BIAGHAIRI HAQQIHI

LAQIYALLAHU INAHUAALA

GHADHBAANA. Artinya siap-sipa bersumpah

untuk mencekam harta orang muslim dengan tidak

ada haknya. Ia akan menemuai Allah sedangkan

Allah marah terhadapnya.

DG. NABA : O, ia, ia. Jadi bersumpah, karena hubungannya

masalah harata. Kalau dia bersumpah, harta ini

didapat. Maka kalau begitu dai akan menemui

Allah dan Allah marah.

PAK KIAY : Ia, Allah marah.

DG. NABA : O, Tuhan marah juga Pak Kiay

PAK KIAY : Ia, marah terhadap orang yang salah, saying

terhadap orang yang baik, Begitu Dg. Naba.

DG. NABA : Itu sumpah palsu. Sekarang memaki, menista,

mengutuk.

Page 23: Dialog Bulan Puasa 4

22

PAK KIAY : Itu ada peringatan Nabi bawah sifat memaki-maki

orang, mengutuk-ngutuk orang, suatu perkataan

yang membawa dosa. Kalau dilakukan, ibadah

puasanya tidak diterima allah. Didalam hadist

dikatakan; LAISAL MU‟MINU BITTHAANI

WALALLA‟ANI WALAL FAAHISYI WALAL

BADZIY. Bukan orang mukmin (orang beriman)

yang suka mencelah dan suka mengutuk dan suka

berbuat keji dan pencaruk.

DG. NABA : Artinya, orang yang beriman, tidak mencelah,

tidak mengutuk, tidak keji, tidak mencaruk.

PAK KIAY : Betul, karena imannya tidak ada, itulah

perbuatannya Jadi Dg. Naba, semua sifat-sifat yang

buruk yang terdapat pada manusia, kata-kata yang

kotor ini semua (qauluzzur) ini tidak akan terdapat

pada orang yang sempurna imannya.

DG. NABA : O, ya… Nah selanjutnya Pak Kiay, tentang

menghardik anak yatim atau orang miskin, atau

minta-minta. Itu biasa ada orang yang berbuat

begitu Pak Kiay.

PAK KIAY : Tentang menghardik anak yatim, orang miskin,

peminta-minta, itu sudah ada dalam Qur‟an

DG. NABA : Ada dalam Qur‟an?

PAK KIAY : FAAMMAL YATIMA FALATQHAR WA

AMMAS SAAILA FALAATANHAR. Artinya,

maka orang-orang nak yatim jangan kamu hardik,

dan orang yang meminta-minta jangan kamu usir.

Page 24: Dialog Bulan Puasa 4

23

DG. NABA : O, begitu jadi orang minta jangan diusir. Jadi kalau

diusir, salah. Jadi kalau ada orang minta, anak-

anak yatim, orang miskin lalu dihardik, sudah

salah itu.

PAK KIAY : Oleh karena itu Dg. Naba, tetapi harus diingat

pula. Peminta-minta kalu orang itu bisa bekerja,

sebaiknya disalurkan kepada pekerjaan yang bisa

dia kerjakan.

DG. NABA : Itu saya piker ditampung Pak Kiay

PAK KIAY : Ditampung, dibuatkan pekerjaan kemudian

dibentuk panitianya yang bisa memberikan biaya

kepadanya, maka panitia inilah yang meminta

sebagian kerja social sebenarnya suah Dg. Naba

Jawatan Sosial, Cuma Dg. Naba, ini penyakit.

Orang yang meminta-minta ini kalau ditanggung

oleh jabatan, mereka tidak mau mendapat

pembagian sedikit.

DG.NABA : O,tidak sabar dengan yang sedikit

PAK KIAY : Tidak, sebab mereka kalau keliling kota, lebih

banyak dia dapat dari pada disitu

DG. NAB : O, betigukah Pak Kiay

PAK KIAY : Begitu

DG. NABA : Pak Kiay sudah pernah selidiki itu?

PAK KIAY : Sudah Dg. Naba, yang malah mengadakan

pertemuan dengan jawatan social, bagaimana

duduk persoalannya, dijelaskanlah begini. Mereka

lebih senang pergi meminta-minta. Kalau

Page 25: Dialog Bulan Puasa 4

24

masyarakat selalu member-memberi, itu bukan

agama melarang bahkan menyuruh. Tetapi yang

paling bagus, jangan dimanjakan orang. Kalau

memanjakan, berarti kita memupuk sesuatu yang

dicelah oleh Islam.

DG. NABA : Jadi artinya bagaimana orang yang minta itu kalau

kita tidak beri Pak Kiay? Supaya dia jangan datang

lagi.

PAK KIAY : yang disini seharusnya Dg. Naba, badan sosial ini

diberi Panitianya. Panitianya menyalurkan

kebawah, itu yang wajar, Dengan demikian tidak

memburukkan pangan dan orang miskin

tertampung. Ini cara yang baik.

DG. NABA : O, begitu. Jadi Peraturan didalam Islam seharusnya

Pak Kiay kalau datang orang minta-minta, kita

bagaimana?

Pak kiay : Seharusnya Dg. Naba, memang diberi kalau kita

ada. Tetapi alangkah baiknya pemberian itu

melalui Panita lebih bagus. Panitia yang

menghimpun seluruh orang-orang yang miskin.

DG. NABA : Bagaimana kalau itu Panitia yang ambil?

PAK KIAY : Disini celakanya, disini pula sulitnya kalau

Panitianya yang ambil

DG. NABA : A, itu, tidak sampai kebawah.

PAK KIAY : Tidak sampai kebawah, jadi kita serba sulit, Kita

langsung kepada mereka berarti menanyakan,

mengajar kepada yang tidak diajarkan agama.

Padahal agama Islam melarang mengemis. Melalui

Page 26: Dialog Bulan Puasa 4

25

Panitia, kadang-kadang Paitianya yang makan

sendiri. Tetapi Dg. Naba ini ada jalan. Panitianya

tentu ditunjuk yang sabar, yang tidak akan berbuat

curang, dengan demikian kita tidak memupuk

orang atau mengajar mengemis.

DG. NABA : Dengan kata lain itulah antara lain rahasia puasa,

mengajar kita jujur, supaya ditunjuk menjadi

Panitia mengatur orang-orang miskin.

PAK KIAY : Betul Dg. Naba, Itulah yang disebut dalam istilah

amil Islam amil. Amil itu adalah orang yang diatur

oleh Nabi cara kerjanya. Yang menerima lain,

yang menyimpan lain, yang membagi lain.

Sehingga bisa dikontrol itu semua.

DG. NABA : Baiklah Pak Kiay. Jadi tidak dilarang kalau ada

orang meminta-minta kita beri boleh, tetapi jangan

dihardik kalau tidak diberi. Diberi tidak, tapi

hardik yang diberi, itu yang salah. Jadi boleh tidak

diberi juga kalau tidak ada, tetapi jangan dihardik.

PAK KIAY : Katakanlah kata yang baik FLYAUQUULU

QAULAN MA‟RUUFA Kata Tuhan

DG. NABA : Ia, dengan kata-kata maaf yah nanti lain kali.

Baiklah Pak Kiay, sudah waktu, sampai disini

dulu. Dg. Naba agak capek. Cukup sekian dulu Pak

Kiay saya permisi dulu, Assalamu Alaikum

PAK KIAY : Alaikummussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Page 27: Dialog Bulan Puasa 4

26

KAWIN DENGAN GADIS BUKAN PERAWAN

PAK KIAY : Assalamu Alaikum

DG. NABA : Alaikummussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

PAK KIAY : Sudah lama Dg. Naba disini?

DG. NABA : Saya menunggu Pak Kiay, Ini Pak Kiay satu

keranjang, bukan korma, surat-surat

PAK KIAY : Satu keranjang surat-surat, kenapa sebanyak itu.

DG. NABA : Banyak memang Pak Kiay, Ini menunjukkan Pak

Kiay, orang besar perhatian kepada dialog. Artinya

besar perhatian kepada acara dialog inklusip

termasuk didalamnya besar perhatian sama Pak

Kiay dengan Dg. Naba. Ini Pak Kiay, ada surat

pengirim dari Andi Ilyas B.

PAK KIAY : Jadi dibacakan surat-surat ini dulu nama-namanya?

DG. NABA : Dibacakan nama-namanya dulu Pak Kiay.

Jawabannya nanti sekarang kita umumkan bahwa

ini sudah kita terima yaitu Andi Ilyas B di

Sumaling Mare Bone. Ada lagi Pak Kiay dari

Jemaah Mesjid Rahmatul Ummah Pandang-

Pandang UP. Selanjutnya ada lagi surat dari

Baturibe Kabupaten Poso dari Asli Lani. Ini lagi

Sabaruddin Helli Ujung Pandang. Kemudian Adb.

Latief Siswa PGA Neg. 6 tahun Cakke Enrekang.

Lalu lagi Pak Kiay dari Sabah Malysia S.P. Ambo

Alasingle. Ini dariS. Yusuf S. Kios 36. Di

Bokingsini Dati II Jaya Wijaya Irianjaya. Ini dari

Faisal Alie Balikpapan, Kaltim, Kemudian

Sungkilan, Fakultas Hukum Unhas UP. Ada lagi

Page 28: Dialog Bulan Puasa 4

27

Bahtiar H.A. Tadjuddin Malaysia. Kemudian Muh.

Arief. Bulukumba Sulsel. Ini lagi dari Abd. Rasyid

Jl Ince Nurdin UP. Selanjutnya Surady Hapkan UP

Kemudian dari M. Akib Hi. Mallu Jl. Veteran UP.

Ini Ambo Alla Singke Malaysia. Selanjutnya dua

sekawan. Laurfie Abd. Kahar Yusuf PGA

Muhammadiyah, SK 4/7 Luwu, yang kedua Kasim

Laada Kantor Ps Kab. Banggai. Selanjutnya Pak

Kiay, ini lagi Herman Hamara Sabilambe Kolaks

Sultar. Daali dari Kalimantan Timur. Ini dari

Kaltim, A. Muchtar, Abd. Azis M. Guru SDN No.

29 Muara Sabah Jambi. A. Pakasi. Sulteng.

Inilah Pak Kiay surat-surat yang sempat dibacakan.

Barangkali besok ada lagi. Hari ini, ini saja dulu

Pak Kiay. Hari ini, ini saja dulu Pak Kiay. Kita

simpan dulu.

PAK KIAY : Ia, Simpan saja dulu nanti dijawab.

DG. NABA : Kalau begitu Pak Kiay, yang sudahmasuk

yanglalu, kamijawab. Sekarang kita ladeni. Begini

Pak Kiay, Ini pertanyaan dariDonggala Abidin

Pagessa.

1. Kami memohon penjelasan kepada Pak Kiay

tentang Arah Qiblat. Ini orang tidak sebut-

sebut Dg. Nabaini. Yaitu sebuah Mesjid yang

tidak dapat arah Kiblatnya bagaimanakah

hukumya ibadah shalat di Mesjid tersebut

PAK KIAY : Lebih baik dijawab dulu Dg. Naba Begini Dg.

Naba, kalau sudah diketahui bahwa Mesjidnya

tidak tetap mengarah ke kiblat, itu harus dirobah.

Page 29: Dialog Bulan Puasa 4

28

Kalau Mesjid ini tidak bias dirobah, shaf didalam

harus diarahkan ke Kiblat

DG. NABA : Dengan kata lain, orangnya diputar.

PAK KIAY : Ia, tidak usah Mesjidnya dibalik, tapi orangnya

diputar didalam. Begitu menurut ketentuan

didalam al-Qur‟an.

DG. NABA : yang kedua lagi Pak Kiay, Mohon penjelasan pula

tentang persoalan perkawinan yaitu seorang gadis

yang mengandung sebelum nikah, kemudian

dikawinkan dengan laki-laki lain bukan yang

membuntingkannya. Apakah perkawinan tersebut

sah. Haruskah atau wajibkah gadis tersebut

dikawinkan dengan laki-laki membungtingkannya?

Ini pertanyaan Pak Kiay, Jadi soalnya seorang

gadis artinya bukan seorang pemuda, tapi ini ada

keanehannya, Keanehannya ialah mengandung

sebelum nikah.

PAK KIAY : Begini dg. Naba, itu tidak dapat dibenarkan.

Karena pernah Dg. Naba Rasulullah menurut Said

bin Musaiyat dari Basrah bin Tamin menyatakan,

katanya dia mengawini seorang wanita yang

didalam perkainannya itu dinyatakan gadisnya

perawan. Sesudah kawin, rupanya diketahui bahwa

wanita itu hamil.

DG. NABA : Dengan kata lain, sesudah kawain, baru diketahui

bahwa tidak gadis lagi. Malah sudah hamil

PAK KIAY : Berarti kehamilan itu, bulan laki-laki itu, berarti

laki-laki lain. Ternyata WAFARAQBAINHUM.

Nabi menceraikan perkawainannya itu. Didasarkan

Page 30: Dialog Bulan Puasa 4

29

pada ini Dg. Naba, berarti batal suatu perkawinan

seorang laki-laki dengan seorang wanita yang

hamil karena zina dengan laki-laki lain. Ini

pendapat adalah pendapat Jamhur Quraa, termasuk

Imam Akhmad dan pendapat ahli-ahli hukum di

Madinah bahwa tidak sah perkawinan seorang laki-

laki dengan wanita yang hamil dengan laki-laki

lain.

DG. NABA : Tegasnya kalau menurut Dg. Naba, tidak begitu

persoalannya, jangan berzina supaya sah

perkawinannya Cocok tokh Pak Kiay

PAK KIAY : Betul

Dg. Naba : Memang kalau Dg. Naba memang ini lagi yang

ketiga. Seorang Cina agama Konsfuchu yang

berdomisili ditengan-tengah masyarakat Islam.

Orang Cina tersebut membangun rumah baru.

Sudah menjadi kebiasaan ditempat itu apabila

selesai atau naik rumah baru mengadakan pesta

doa selamat (bersanji). Nah orang Cina tersebut,

ikut pula kebiasaan masyarakat Islam ditempati itu,

dengan menyuruh orang Islam menlenggarakan

pesta keselamatan ini, sesuai cara-cara Islam.

Pertanyaanya, boleh kita orang Islam mengadakan

selamatan doa dirumah orang cina tersebut dan apa

pula hukumnya.

PAKKIAY : Begini Dg. Naba, masalah kenduri-kenduri yang

disembelih binatangnya oleh orang Islam, dan

orang Islam yang makan, tidak ada persoalan, yang

jadi persoalan disni Dg. Naba ialah mendoakan

menurut Islam untuk orang yang beragama

Page 31: Dialog Bulan Puasa 4

30

Konfuchu, yang akan tinggal dirumah itu, itu tidak

dibenarkan cara islam Dg. Naba.

DG NABA : O, ia, jadi memakan sembelihan, makanan yang

dilaksanakana secara Islam oleh orang Islam tidak

apa-apa. Kalau menurut Dg. Naba, ada apa-apanya

karena Pak Kiaya tidak diundang.

PAK KIAY : Termasuk Dg. Naba Begini Dg. Naba jadi mereka

itu mengikuti cara-cara yang berlangsung didalam

daerah itu, mungkin ada dua persoalan. Persoalan

pertama ialah untuk tidak menyalahi kebiasaan

masyarakat disitu. Kemungkinan yang kedua,

mungkin ada maksud tertentu dibelakangnya.

Maksud tertentu itu Dg. Naba mungkin langganan,

relasi dan sebagainya. Jadi soalnya makan sajalah

laksanakan, jangan doa-doa. Sebab salah bagi

orang Islam mendoakan yang bukan didalam

Agama Islam, sebab keyakinan Ke-Tuhannya

sudah berbeda.

DG.NABA : yang keempat Pak Kiay a. Bagaimana ukurannya

seseorang mesafir dapat mengqasar

sembahyangnya, b. Seorang musafir yang ikut

berjumat didalam perjalanan, apakah musafir

tersebut qashar Ashar. Kemudian?

PAK KIAY : Begini Dg. Naba seorang yang musafir dibenarkan

qasar shalat beberapa jarak perjalanan mengenai

jarak perjalanan Dg. Naba dikatakan dalam Hadist

kalau berjalan kaki, itu 3 mil atau tiga persah.

DG. NABA : Kalau naik Unta?

Page 32: Dialog Bulan Puasa 4

31

PAK KIAY : Nabi tidak memberikan penjelasan lagi, tetapi

dapat diambil suatu kesimpulan Dg. Naba naik

kendaraan seperti sekarang mobil, pesawat itu

tidak ada penjelasan dari Rasulullah. Tapi kalau

jalan kaki, 3 pasa yang kira-kira ukurannya 30

kilometer, itu sudah dibenarkan untuk jama‟ Qasar.

Nah sekarang Dg. Naba dapat diterima persoalan

itu ialah dengan persoalan adanya kesulitan dalam

perjalanan sudah dapat melakukan jama‟ dan qasar

Shalat.

DG. NABA : O, Begitulah yang ditanyakan. Kemudian yang b.

Pak Kiay seorang musafir yang ikut berjuat

didalam perjalanan artinya dia ikut berjumat.

Apakah musafir tersebut boleh shalat qasar

asharnya dibelakang itu?

PAK KIAY : Boleh Dg. Naba.

DG. NABA : Kalau tidak?

PAK KIAY : kalau si musafir itu tidak melakukan qasar, nanti

dia sembahyang Ashar tersendiri. Sebaliknya dia

ikut Jumat, kemungkinan dia melakuan qasar.

Dengan melakukan sembahyang ashar sesudah itu.

DG. NAB : Sudah menjadi kebiasan di daerah kami yaitu

apabila selesai akad nikah, yaitu mempelai laki-

laki dibawah masuk kemempelai wanita, untuk

dipegangnya, istilahnya membatalkan wuduk,

dalam bahawa daerahnya medusa jenne. Apakah

hal itu ada didialam tata cara perkawinan Islam.

Dan kalau dilakukan bagaimana hukumnya.

Page 33: Dialog Bulan Puasa 4

32

PAK KIAY : Begini Dg. Naba ini tidak termasuk rukunya

Nikah. Yang rukun nikah itu 5 madusa Je‟ne

termasu didalamnya artinya membatalkan wuduk

yaitu bersalaman silaki-laki dan wanita. Tetapi jika

dilakukan sebagai adat, tidak apa-apa, asal jangan

kaitkan sebagai yang diwajibkan oleh agama Sebab

itu tidak diwajibkan oleh Agama. Jadi tidak apa-

apa

DG. NABA : Dengan kata lain baik dilakukan itu.

PAK KIAY : Asal jangan dikatakan kalau tidak dilakukan itu,

seakan-akan perkawinannya tidak sah.

DG. NABA : Begini Pak Kiay ya? Demikianlah Sdr. Abidin

agessa jawaban Pak Kiay melalui Dg. Naba Atas

perhatian anda, kami ucapkan banyak terima kasih.

Nah sekarang Pak Kiay kita kembali…….

PAK KIAY : Kembali kemana…..

DG. NABA : Kembali kepada pelajaran yang lalu

PAK Kiay : Saya kita kita kembali kerumah.

DG. NABA : kembali kepada pelajaran dulu, jadi kita selesaikan

kita punya acara

PAK KIAY : Apa lagi Dg. Naba.

DG. NABA : Dulu Pak kiay menyatakan bahwa dialog kita

tahun ini akan membahas;

1. Puasa kaitannya dengan Ploa hiudp sederhana,

sudah selesai

2. Puasa kaitannya dengan ketahanan Nasional

Alhamdulillah selesai juga.

Page 34: Dialog Bulan Puasa 4

33

3. Nah sekarang puasa kaitannya dengan

pembinaan genera muda. Ini lagi pak Kiay

sangkutpautnya itu, belum disinggung-

singgung. Sekarang itulah yang harus

disinggung

PAK KIAY : Kaitannya ini?

DG. NABA : Ia, puasa kaitannya dengan membina generasi

muda

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, yang perlu dijelaskan disni,

perintah melaksanakan puasa kepada remaja dan

usia berapa sebenarnya remaja itu. Tentu itu akan

kita jelaskan pada penjelasan ini. Begini Dg. Naba,

peralihan antara masa kanak-kanak kepada masa

dewasa. Secara umum Dg. Naba, usianya biasanya

di mulai umur 12 tahun. Itulah merupakan masa

bagi remaja

DG. NABA : O, ya, jadi kalau dibawah itu masih bukan remaja,

tetap masih anak-anak. Kalau sudah tua Bangka,

anak-anak ton.

PAK KIAY : Tidak, tapi anak tua

DG. NABA : Tidak dia kembali seperti anak-anak juga Pak Kiay

ini lagi apa tanda-tanda usia remaja

PAK KIAY : Kalau Dg. Naba bertanya, karena ini ada masa

anak-anak ada masa remaja, ada masa pemuda, ada

masa tua. Sekarang yang ditanyakan apa tanda-

tanda dan ciri-ciri bahwa seseorang itu memasuki

usia remaja.

DG. NABA : Ia, apakah Dg. Naba masuk masa remaja ini?

Page 35: Dialog Bulan Puasa 4

34

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, usia remaja sebagai 20 tahun

terakhir, atau akhir-akhir tahun12 umurnya, itu

juga orang sebut dengan istilah namanya puber

pertama

DG. NABA : Tanda-tanda remaja itu bagaimana pak Kiay

PAK KIAY : Kalau Dg. Naba, tanda-tanda remaja yang

ditanyakan, itu usia remaja sebagai 12 tahun

terakhir itu atau akhir-akhir umur 12, itu orang juta

sebut dengan nama puber pertama. Jadi diantara-

tanda-tandanya perobahan-perobahan pada jasmani

anak-anak itu.

DG. NABA : Ini perlu Dg. Naba Tanya Pak Kiay, apakah kira-

kira Dg. Naba masih masuk remaja?

PAK KIAY : Saya juga mau Tanya, apakah masih ada juga

perobahan-peobahan jasmani bagi tubuh Dg. Naba.

DG. NABA : masih banyak perobahannya Pak Kiay

PAK KIAY : Jangan-jangan beobahan tambah tua

DG. NABA : Itu sudah jelas Pak Kiay

PAK KIAY : Tidak masuk remaja kalau begitu. Ini

perobahannya terhadap perkembangan. Contohnya

Dg. Naba, bajunya, celananya, cepat sempit. Dua

bulan baru sudah selesai dijahit, sudah tidak cocok

lagi dengan badannya.

DG. NABA : Cocok itu, Dg. Naba juga begitu??

PAK KIAY : Mungkin karena bertambah gemuk Dg. Naba, ini

bukan. Sebab Dg. Naba, diantaranya badannya itu

lebih cepat memanjang dari pada melebar. Kakinya

Page 36: Dialog Bulan Puasa 4

35

panjang. Tangannya panjang, tetapi bukan tangan

panjang mencuri, Cuma ruas tangannya panjang,

lehernya juga memanjang, sampai hidungnya juga

memanjang. Lantas Dg. Naba

Dg. Naba : Kanepa sih hidungnya memanjang

PAK KIAY : itulah ganjilnya sampai anak-anak remaja itu

sering-sering bercermin, berkaca berdiri dimuka

kaca, kenapa buruk sekali mukanya. Sebab

hidungnya terlalu memanjang, lantas pipinya tidak

berisi. Lehernya juga memanjang, tidak berisi. Jadi

jangkung tidak karuan badannya. Lantas Dg. Naba

suara juga mulai pecah. Terjadi perobahan suara.

Lantas juga Dg. Naba, ada juga perubahannya

ialah teteknya itu bengkak, lantas terpegang

sedikit, sakit dan punggungnya mulai mengembang

kalau anak wanita, itu tanda remaja. Dan biasanya

Dg. Naba, anak-anak yang macam ini itu gampang

sekali jatuh.

DG. NABA : Gampang jatuh,jatuhapa PakKiay

PAKKIAY : Dia sendiri jatuh, berjalan sedikit dia jatuh.

DG. NABA : O, saya piker jatuh cinta

PAK KIAY : Kadang-kadang juga apa yang dia pedang,

gampang jatuh. Pegang gelas jatuh, Begitu Dg.

Naba

DG. NABA : A. a itu menunjukkan bahwa dia memasuki masa

remaja, Kenapa begitu Pak Kiay?

PAK KIAY : Gampang jatuh. Begini Dg. Naba, itu karena tidak

ada keseimbangan tubuhnya antara panjangnya

Page 37: Dialog Bulan Puasa 4

36

dengan lehernya. Disni Dg. Naba, bisa ibu bapak

yang tidak mengetahui ilmu perkembangan tubuh

anak-anak, selalu memarahinya. Sedikit jatuh,

marah, dia peganggelas jatuh, marah. Ini Dg. Naba.

DG. NABA : o, begitu. Nah kalau tidak dimarahi Pak Kiay, nanti

pecah semua piringnya.

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, jangan dimarahi sebab itu

perkembangan . Tetapi harus dinasehati.

DG. NABA : O, ia,ia, kalau marah itu berisi nasehat, bagaimana

pak Kiay?

PAK KIAY : Lain marah, lain nasehat Dg. Naba. Kalau nasehat

tidak perlu marah. Kalau marah tetapi bernasehat

biasanya kurang mempan. Sebab Dg. Naba kalau

anak-anak didalam perkembangannya, dia pegang

piring jatuh, di pegang gelas jatuh, itu kalau

dimarahi, bahanya akan lebih besar,

DG. NABA : O, begitu, Tapi kalau pegang nasi, biasanya tidak

jatuh Pak Kiay/

PAK KIAY : Biasanya jatuh, tapi masuk mulut

DG. NABA : Kenapa begitu Pak Kiay?

PAK KIAY : Macam remaja semacam itu kenapa bahayanya

lebih besar. Begini Dg. Naba. Masa remaja

semacam itu Dg. Naba, bukan saja pada jasmani

terdapat perobahan-perobahan, tetapi pada

rohanipun tedapat juga perobahan-perobahan

DG. NABA : Kalau begitu, apa yang terjadi pada perobahan-

perobahan rohaninya.

Page 38: Dialog Bulan Puasa 4

37

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, peobahan rohaninya apa ?

Akibat dari pada perobahan tubuh, terjadi pulalah

Dg. Naba perobahan pada kelenjar-kelenjar Sex.

DG. NABA : O, ia famami Pak Kiay

PAK KIAY : Sudah paham, itu membawa akibat kepada wanita

datangnya darah bulanan atau yang dikatakan haid.

DG. NABA : Ini yang wanita, sebab lali-laki tidak haid

PAK KIAY : Betul, kepada laki-laki, timbullah mimpi-mimpi

DG. NABA : Mimpi apa ini Pak Kiay

PAK KIAY : Mimpi masalah hubungannya dengan sex

DG. NABA : o, mimpi gitu-gituan

PAK KIAY : Ia, karena mimpi haid, pertama bagi anak wanita,

mimpi pertama bagi anak laki-laki, itu membawa

alam baru. Meninggalkan masa anak-anaknya

memasuki masa remajanya. Itu Dg. Naba

menimbulkan macam-macam perasaan.

DG. NABA : Menimbulkan macam-macam perasaan

PAK KIAY : Ia dari alam anak-anak, masuk alam baru.

Page 39: Dialog Bulan Puasa 4