difterinih

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 difterinih

    1/16

    Penyakit Difteri yang Menyerang Saluran Nafas Atas

    I Gede Karyasa

     Fakultas Kedokteran

    Universitas Kristen Krida Wacana

     Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat 11470

     Email i!ede"kar#asa$#a%oo.com

    Pendahuluan

    Difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya yang terutama menyerang

    daerah saluran nafas atas pada manusia. Penularannya biasanya terjadi melalui percikan ludah

    dari orang yang membawa kuman penyebab penyakit tersebut dan bisa juga ditularkan

    melalui benda ataupun makanan yang telah terkontaminasi. Penyakit ini ditemukan diseluruh

    dunia dan saat ini insiden penyakitnyapun menurun seiring penggunaan vaksin difteri.

    Insiden difteri biasanya terjadi pada penduduk dikalangan miskin dan tingkat pendidikan

    yang rendah. Kematian oleh karena difteripun terjadi akibat individu yang tidak mendapat

    imunisasi.1,

    !bstruksi saluran nafas atas karena difteri merupakan keadaan darurat karena dapat

    menyebabkan kematian. "ejala seperti sesak nafas sampai retraksi pada otot pernafasan dapat

    terjadi dan apabila tidak mendapat terapi yang adekuat pasien akan gelisah dan sianosis

    karena hipoksia. Penyumbatan mekanik karena difteri laring #$ullneck% dan miokarditis

     paling sering menyebabkan kematian.

    Anamnesis adalah komunikasi ua arah yang dilakukan oleh dokter

    dengan pasien atau dengan keluarga pasien untuk mengetahui keluhan

    riwayat penyakit pasien sekarang, dahulu dan riwayat penyakit dalam

    keluarganya sendiri. Hal ini penting untuk diketahui dalam penegakan

    diagnosa penyakit pasien dan menentukan terapi yang terbaik serta

    meramalkan prognosisnya. Hal-hal yang penting untuk ditanyakan :

    1. Identitas pasien seperti nama, umur, jenis kelamin alamat, suku

    bangsa, status pernikahan, agama dan pekerjaan pasien.

    1

  • 8/18/2019 difterinih

    2/16

    2. Keluhan utama, yaitu keluhan yang menyebaban pasien datang

    untuk berobat. !iwayat perjalanan penyakit, dengan menanyakan keluhan

    pertama kali yang timbul sampai penderita datang berobat. Hal ini

    perlu ditanyakan untuk mengetahui perjalanan penyait dari awal

    sampai dengan ke dokter untuk menyingkirkan diagnosis banding

    yang dipikirkan dari keluhan utama. "eberapa petunjuk anamnesis

    yang mungkin dapat membantu diagnosis#. !iwayat kesehatan keluarga, disini akan ditanyakan apakah ada

    anggota keluargayang menderita penyakit tertentu yang mungkin

    bisa memberatkan sakit yang diderita oleh pasien.

    Etiologi

    Cornybacterium Dihteriae

    Corynebacterium diphtheriae adalah bakteri patogen yang menyebabkan difteri.

    $akteri ini dikenal juga sebagai basillus Klebs!"#ffler karena ditemukan pada 1&&' oleh

     bakteriolog (erman, )dwin Klebs #1&*'+11% dan -riedrich /ffler  #1&0+110%.

    &. di'%t%eriae adalah makhluk  anaerobik  fakultatif dan "ram positif , ditandai dengan

    tidak berkapsul, tidak berspora, tak bergerak, dan berbentuk batang 1 hingga & m dan lebar 

    2,* hingga 2,& m. Pada kultur, kelompok bakteri ini akan berhubungan satu sama lain.

    $anyak strain &. di'%t%eriae yang memproduksi racun difteri, sebuah eksotoksin protein

    dengan ciri khasnya memproduksi eksotoksin baik in vivo maupun in vitro, dengan berat

    molekul 3 kilodalton yang tidak tahan panas maupun cahaya dan mempunyai fragmen..

    Ketidakaktifan racun dengan serum antiracun merupakan dasar dalam vaksinasi anti difteri.

    4idak semua strain berbahaya. Produksi racun akan terjadi bila bakteri dinfeksi oleh

    sebuah bakteriofaga #bakteriofag yang mengandung toksigen%. 4oksin ini dapat diperlihatkan

    dengan uji netralisasi toksin in vivo pada marmut, yaitu uji kematian atau dengan teknik 

    imunopresiptin agar atau disebut juga uji Elek yang merupakan suatu uji reaksi polimerase.1

    4erdapat tiga subspesies yang dikenal yakni5 &. di'%t%eriae mitis, &. di'%t%eriae

    intermedius, dan &. di'%t%eriae !ravis. Ketiganya berbeda pada kemampuan untuk mengolah

    6at gi6i tertentu. 7emuanya dapat menjadi berbahaya yang menyebabkan difteri atau tidak 

     berbahaya sama sekali pada manusia.$akteri ini peka pada sebagian besar antibiotika,

    2

    http://id.wikipedia.org/wiki/Bakterihttp://id.wikipedia.org/wiki/Difterihttp://id.wikipedia.org/wiki/Difterihttp://id.wikipedia.org/wiki/1884http://id.wikipedia.org/wiki/Jermanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jermanhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Edwin_Klebs&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Friedrich_L%C3%B6ffler&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Anaerobikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Anaerobikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gram_positifhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Racun_difteri&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Racun_difteri&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Dalton_(satuan)http://id.wikipedia.org/wiki/Vaksinasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Vaksinasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bakteriofagahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bakteriofagahttp://id.wikipedia.org/wiki/Antibiotikahttp://id.wikipedia.org/wiki/Antibiotikahttp://id.wikipedia.org/wiki/Difterihttp://id.wikipedia.org/wiki/1884http://id.wikipedia.org/wiki/Jermanhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Edwin_Klebs&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Friedrich_L%C3%B6ffler&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Anaerobikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gram_positifhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Racun_difteri&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Dalton_(satuan)http://id.wikipedia.org/wiki/Vaksinasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bakteriofagahttp://id.wikipedia.org/wiki/Antibiotikahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri

  • 8/18/2019 difterinih

    3/16

    seperti penisilin, ampisilin, sefalosporin, kuinolon, kloramfenikol, tetrasiklin, sefuroksim dan

    trimetrofim.1,,*

    Eidemiologi

    Di Indonesia, dari data lima rumah sakit di (akarta, $andung, 8akassar, 7emarang, dan

    Palembang, Parwati 7.$asuki melaporkan angka yang berbeda. 7elama tahun 11+13, dari

    '9* pasien difteria, terdapat '0: usia balita, 9: usia kurang dari 1 tahun, ': usia 0+

    tahun, dan ': usia diatas 12 tahun. $erdasarkan suatu K$ difteria di kota 7emarang pada

    tahun 22*, dilaporakan bahwa dari ** pasien sebanyak '3: berusia 10+'' tahun serta *2:

     berusia 0+1' tahun.1 Khusus provinsi 7umatera 7elatan, selama tahun 22*+22 penemuan

    kasus difteri cenderung terjadi penurunan, kasus terbanyak pada tahun 229 #1 kasus% dan

    terendah pada tahun 22* # kasus%, meskipun demikian 7umatera 7elatan merupakan

     provinsi terbesar kedua untuk kasus difteri pada tahun 22&.

    Di Indonesia penyakit ini muncul kembali sejak tahun 221 di ;ianjur, 7emarang,

    4asikmalaya, "arut, dan (awa 4imur dengan case fatality rate #;-

  • 8/18/2019 difterinih

    4/16

    $ambar %o.1 &.diphteriae

    'edia sistin agar darah akan menghambat pertumbuhan

    organisme lain dan bila media direduksi oleh (ornyba(terium

    di)teri maka akan terbentuk koloni abu-abu kehitaman.1

    $ambar %o.2 "iakan &.*iphteriae

    $aktor %isiko

    Imunisasi

    Pada bayi yang tidak mendapat imunisasi DP4 dan D4 secara lengkap akan sangat

     berisiko terkena difteri. >aksin DP4 adalah vaksin * in 1 yang diberika n biasanya dalam

     bentuk suntikan pada otot lengan ataupun paha. Imunisasi DP4 diberikan sebanyak * kali,

    dimulai dari umur bulan , * bulan dan ' bulan. 7elang waktu tidak lebih dari ' minggu.

    #

  • 8/18/2019 difterinih

    5/16

    Kemudian dilakukan imunisasi ulang 1 tahun setelah DP4 III dan pada usia ra sekolah 0+3

    tahun.*,'

    (ika anak mengalami raksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka dibrikan D4. DP4

    memberi perlindungan selama 12 tahun, maka dari itu perlu diberikan booster pada usia1'+13

    tahun.

    "ambar ?o.* ;ara Pemeberian >aksin

    Kualitas &aksin 'ang tidak (agus

    =rtinya pada saat proses pemberian vaksinasi kurang menjaga coldcain secara

    sempurna sehingga mempengaruhi kualitas vaksin.

    $aktor lingkungan tidak sehat

    ingkungan dengan sanitasi yang rendah dapat menunjang terjadinya penyakit difteri.

    )ingkat Pengetahuan Ibu %endah

    Dimana peranan seorang ibu sangat penting untuk mengetahui perkembangan sang

    anak dan bahkan kebutuhan sang anak akan imunisasi. Pengetahuan ibu utuk mengenali

    secara dini akan timbulnya penyakitpun menjadi sangat penting.

    Akses Pelayanan Kesehatan

    Kurangnya akses pelayanan kesehatan dapat dilihat dari cakupan imunisasi di tiap

    daerah.

    +

  • 8/18/2019 difterinih

    6/16

    Patogenesis

    7umber penularan penyakit difteri adalah manusia, baik sebagai penderita ataupun

    carrier. ;ara penularan melalui kontak denga penderita lain pada masa inkubasi dan kontak 

    dengan carrier melalui pernafasan atau dropet infection secara langsung maupun dari benda

    atau makanan yang terkontaminasi.

    ;orynebacterium Difteri adalah organisme yang minimal melakukan invasif, secara

    umum jarang memasuki aliran darah tetapi berkembang lokal pada membran mukosa atau

     pada jaringan rusak dan menghasilkan eksotoksin paten yang menyebar ke seluruh tubuh

    melalui aliran darah dan sistim limfatik. )fek toksin pada jaringan tubuh ialah hambatan

     pembentukan protein dalam sel.

    Pembentukan protein dalam sel dimulai dari penggabungan asam amino yang terikat

    transfer

  • 8/18/2019 difterinih

    7/16

    "ambar ?o. ' ;ara Penularan Difteri

    7ecara garis besar Patogenisitas ;orynebacterium difteri mncakup dua fenomena,

    yaitu 5

    1. Invasi dari jaringan lokal tenggorokan, kemudian terjadi kolonisasi dan proliferasi

     bakteri.

    . 4oksin difteri menyebabkan kematian sel dan jaringan eukaryotik karena terjadi

    hambatan sintesa protein dalam sel yang merupakan efek toksik pada jaringan

    tubuh.

    Penyakit ini dibagi menjai tiga derajat berdasarkan berat ataupun ringanna penyakit.

    1. Infeksi ringan bila pseudomembran hanya terdapat pada mukosa hidung dengan gejala

    hanya nyeri menelan.

    . Infeksi sedang bila pseudmembran telah menyerang sampai faring dan menimbulkan

     bengkak pada laring.

    *. Infeksi berat bila terjadi obstuksi nafas yang berat disertai dengan gejala komplikasi

    seperti miokarditis, neuritis dan nefritis.

    Manifestasi Klinis

    7angat bergantung pada berbagai faktor dan bervariasi. 7ebagai faktor primer adalah

    imunitas pasien terhadap toksin difteri, virulensi serta kemampuan kuman membentuk toksin

    dan lokasi penyakit secara anatomis. -aktor lain termasuk umur, penyakit sisitemik penyerta

    dan penyakit nasofaring yang sudah ada sebelumnya. Difteri bisa memberikan gejala demam

  • 8/18/2019 difterinih

    8/16

    namun jarang melebihi *&, derajat celcius, malaise, kongesti vaskular sampai pembentukan

     pseudomembran.,*

    Klasifikasi Difteri

    Difteri *idung

     =walnya menyerupai common cold, dengan gejala pilek ringan dan pengeluaran sekret.

    Pengeluaran sekret tersebut bisa terjadi hanya pada satu lubang hidung maupun keduanya,

     bisa menjadi mukopurulen dan dijumpai eksoriasi pada lubang hidung luar dan bibir bagian

    atas sehingga terlihat seperti impetigo. Pada pemeriksaan rinoskopi dijumpai membran putih

     pada septum nasi. 7ekret hidung kadang mengaburkan membran tersebut.

    "ambar ?o.0 Difteri Aidung

    =bsorbsi toksin pada hidung sangat lambat sehingga membutuhkan waktu lama untuk 

    menegakkan diagnosis. Pada penderita yang tidak diobati pengeluaran sekret akan

     berlangsung cukup lama bisa sampai hitungan minggu dan ini merupakan sumber penularan.

    Infeksi dapat diatasi dengan pemberian antibiotik.1,

    Difteri )onsil $aring

    Pada saat akut akan memberikan gambaran berupa nyeri tenggorokan, demam *&,0

    derajat celcius, nadi cepat, tampak lemah, nafas berbau, anoreksia dan malaise. Dalam 1+

    hari timbul membran berwarna putih kelabu menutup tonsil, dinding faring, meluas ke uvula

    dan palatum molle atau ke laring dan trakea.

  • 8/18/2019 difterinih

    9/16

    "ambar ?o.3 Infeksi -aring

    Bsaha melepas membran tersebut akan mengakibatkan pendarahan, limfadenitis

    servikalis dan submandibular bila terjadi bersamaan dengan udem pada jaringan lunak leher 

    akan mengakibatkan timbulnya Bullneck. Pada kasus berat akan terjadi kegagalan pernafasan

    atau sirkulasi. 7elain itu penyakit ini dapat menyebabkan lisis palatum molle yang disertai

    kesukaran menelan dan regurgitasi. $erat ringannya penyakit ini sangat tergantung pada

    derajat penetrasi toksin dan luas membran yang terkena.1,,*

    "ambar ?o.9 $ullneck 

    /

  • 8/18/2019 difterinih

    10/16

    Difteri "aring

    $iasanya merupakan perluasan difteri faring, jarang sekali dijumpai berdiri sendiri.

    "ejalanya sukar dibedakan dengan tridor progresif dan batuk kering. $ila terjadi pelepasan

    membran yang menutupi jalan nafas akan menyebabkan kematian mendadak. Pada kasus

     berat dapat meluas ke percabangan trakeobronkial. Difteri jenis ini merupakan kasus paling

     berat karena mengancam nyawa penderita akibat gagal nafas.1,'

    Diagnosis Difteri

    Diagnosis disini menjadi sangat penting karena keterlambatan pemberian antitoksin

    sangat mempengaruhi prognosis pada penderita. Diagnosis harus sesegera mungkin

    ditegakkan dari gejala klinis sambil menunggu hasil tes dari mikrobiologi. =danya membran

     pada bagian tenggorokan sebenarnya tidak terlalu spesifik bagi difteri, karena beberapa

     penyakit lain juga dapat menimbulkan membran pada tenggorokan. ?amun membran yan

    timbul pada difteri berbeda dengan membran penyakit lain, yaitu pada difteri berwarna lebih

    gelap dan disertai lebih banyak fibrin yang melekat pada mukosa dibawahnya dan apabila

    diangkat akan menimbulkan perdarahan.

    Bntuk pemeriksaan bakteriologis dapat dilakukan dengan pengambilan preparat

    langsung dari membran dan bahan dibawah membran. Dapat dilakukan kultur dengan

    medium oeffler, tellurite dan media agar darah. Pada difteri yang lebih berat pemeriksaan

    );" atau electrocardio!ram dapat digunakan untuk mengetahui apakah sudah terjadi

    miokarditis atau belum.

    Pada test 7chick #imunitas% tes ini berguna untuk menentukan kerentanan penderita,

    diagnosis serta penatalaksanaan pada difisiensi kekebalan. Bji ini dilakukan dengan cara

    menyuntikan toksin difteri dosis kecil secara intradermal. Bji ini dianggap positif apabila

    didapatkan adanya reaksi inflamasi pada tempat injeksi yang terjadi dalam '+*3 jam. Aal

    ini menandakan tidak ada kekebalan, demikian sebaliknya. CA! menyatakan pemeriksaan

    ini sudah jarang dilakukan karena adanya kesulitan dalam teknik injeksi intradermal dan

    adanya rasa ketidaknyamanan bila hasilnya positif.

    10

  • 8/18/2019 difterinih

    11/16

    "ambar ?o. & Bji 7hick 

     Bntuk pembiakan yang akurat dilakuan dengan cara -lourescent antibody techniue.

    Diagnosis pasti dengan isolasi ;orynebacterium Difteri pada media oeffler dan dilanjutkan

    dengan tes toksinogenitas secara in+vivo dan in+vitro dengan tes )lek.3

    Abses Peritonsiler

    =bses peritonsiler dapat terjadi pada umur 12+32 tahun, namun paling sering terjadi

     pada umur 2+'2 tahun. Pada anak+anak jarang terjadi kecuali pada mereka yang menurun

    sistem immunnya, tapi infeksi bisa menyebabkan obstruksi jalan napas yang signifikan pada

    anak+anak. Infeksi ini memiliki proporsi yang sama antara laki+laki dan perempuan. $ukti

    menunjukkan bahwa tonsilitis kronik atau percobaan multipel penggunaan antibiotik oral

    untuk tonsilitis akut merupakan predisposisi pada orang untuk berkembangnya abses

     peritonsiler. Di =merika insiden tersebut kadang+kadang berkisar *2 kasus per 122.222 orang

     per tahun, dipertimbangkan hampir '0.222 kasus setiap tahun'.

    =bses leher dalam terbentuk dalam ruang potensial diantara fasia leher dalam sebagai

    akibat dari penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus

     paranasal, telinga tengah dan leher tergantung ruang mana yang terlibat. "ejala dan tanda

    klinik dapat berupa nyeri dan pembengkakan. =bses peritonsiler #Euinsy% merupakan salah

    satu dari =bses leher dalam dimana selain itu abses leher dalam dapat juga abses retrofaring,

    abses parafaring, abses submanidibula dan angina ludovici #udwig =ngina% *.

    =bses peritonsiler adalah penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada bagian

    kepala dan leher. "abungan dari bakteri aerobic dan anaerobic di daerah peritonsilar. 4empat

    yang bisa berpotensi terjadinya abses adalah adalah didaerah pillar tonsil anteroposterior,

    fossa piriform inferior, dan palatum superior '.

    =bses peritonsil terbentuk oleh karena penyebaran organisme bakteri penginfeksi

    tenggorokan kesalah satu ruangan aereolar yang longgar disekitar faring menyebabkan

     pembentukan abses, dimana infeksi telah menembus kapsul tonsil tetapi tetap dalam batasotot konstriktor faring. =bses peritonsil terjadi sebagai akibat komplikasi tonsilitis akut atau

    11

  • 8/18/2019 difterinih

    12/16

    infeksi yang bersumber dari kelenjar mucus Ceber di kutub atas tonsil. $iasanya kuman

     penyebabnya sama dengan kuman penyebab tonsilitis. $iasanya unilateral dan lebih sering

     pada anak+anak yang lebih tua dan dewasa muda.

    =bses peritonsiler disebabkan oleh organisme yang bersifat aerob maupun yang

     bersifat anaerob. !rganisme aerob yang paling sering menyebabkan abses peritonsiler 

    adalah (tre'tococcus '#o!enes#"roup = $eta+hemolitik streptoccus%, (ta'%#lococcus aureus,

    dan  )aemo'%ilus in*luen+ae. 7edangkan organisme anaerob yang berperan

    adalah Fuso,acterium. -revotella -or'%#romonas Fuso,acteriumdan -e'tostre'tococcus

     s''. Bntuk kebanyakan abses peritonsiler diduga disebabkan karena kombinasi antara

    organisme aerobik dan anaerobik 3.

    Abses %etrofaring

    =bses retrofaring adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan pus pada daerah

    retrofaring. Keadaan ini merupakan salah satu infeksi pada leher bagian dalam #deep neck 

    infection %. Pada umumnya sumber infeksi pada ruang retrofaring berasal dari proses infeksi

    di hidung, adenoid, nasofaring dan sinus paranasal, yang menyebar ke kelenjar limfe

    retrofaring. !leh karena kelenjar ini biasanya atrofi pada umur ' F 0 tahun, maka sebagian

     besar abses retrofaring terjadi pada anak+anak dan relatif jarang pada orang dewasa. =bses

     pada ruang ini merupakan kegawatdaruratan yang mengancam kehidupan dengan segera,

     baik dalam hal menyumbat saluran napas maupun komplikasi bahaya lainnya.

    =khir F akhir ini abses retrofaring sudah semakin jarang dijumpai. Aal ini disebabkan

     penggunaan antibiotik yang luas terhadap infeksi saluran nafas atas. Pemeriksaan

    mikrobiologi berupa isolasi bakteri dan uji kepekaan kuman sangat membantu dalam

     pemilihan antibiotik yang tepat. Calaupun demikian, angka mortalitas dari komplikasi yang

    timbul akibat abses retrofaring masih cukup tinggi sehingga diagnosis dan penanganan yang

    cepat dan tepat sangat dibutuhkan. Penatalaksanaan abses retrofaring dilakukan secara

    medikamentosa dan operatif . Insisi abses retrofaring dapat dilakukan secara intra oral atau

     pendekatan eksternal bergantung dari luasnya abses. Pada umumnya abses retrofaring

    mempunyai prognosis yang baik apabila didiagnosis secara dini dan dengan penanganan yang

    tepat sehingga komplikasi tidak terjadi.

    12

  • 8/18/2019 difterinih

    13/16

    Komlikasi

    Dipengaruhi oleh virulensi kuman, luas membran, jumlah toksin, waktu antara

    timbulnya penyakit dengan pemberian antitoksin.

    1.Komplikasi sekunder biasanya terjadi oleh kuman streptokokus da stafilokokus yang

    ikut menginvasi dan memperberat gejal difteri.

    .Infeksi lokal obstruksi jalan nafas akibat membran ataupun udem jalan nafas.

    *.Infeksi sistemik efek eksotoksin.

    Komplikasi yang terjadi antara lain kerusakan jantung yang dapat berlanjut menjadi

    gagal jantung. Kerusakan sistem saraf berupa kelumpuhan yang menyebabkan gerakan

    tak terkoordinasi bahkan bisa berakibat kelumpuhan total. Dan dapat menimbulkan

    kematian mendadak oleh karena obstruksi jalan nafas.

    Prognosis

    Prognosis penyakit difteri dipengaruhi beberapa hal.

    1.Bsia

    8akin rendah usia penderita prognosis akan semakin buruk. Kematian sering

    ditemukan pada anak yang berusia kurang dari ' tahun dan terjadi akibat sumbatan

    oleh membran difteri

    . Caktu pemberian antitoksin, semakin cepat antitoksin itu diberikan maka prognosis

    akan semakin baik, tentunya hal ini juga dipengaruhi penegakan diagnosis oleh

    dokter.

    *.4ipe klinis Difteri

    8ortalitas tertinggi terdapat pada difteri aring+faring, ?asofaring dan faring.

    '.Keadaan umum penderita, penderita dengan gi6i dan status imunisasi yang baik 

    tentunya akan memberi prognosis yang lebih baik pula.

    Difteri yang disebabkan oleh strain gravis biasanya memberikan prognosis buruk.

    7emakin luas daerah yang diliputi membran difteri maka semakin berat pula penyakit yang

    diderita. Difteri laring lebih mudh menimbulkan efek fatal pada bayi atau pada penderita

    tanpa pemantauan yang ketat. 4erjadinya megakariositik atau miokarditis yang disertai

    kelainan atrioventikuler menggambarkan prognosis yang jauh lebih buruk.1,3

    Pengobatan dan Penatalasanaan

    4ujuannya adalah menginaktivasi toksin yang belum terikat secepatnya. 8encegah dan

    mengusahakan agar tidak ada faktor penyulit penyakit, mengeliminasai ;orynebacter difteri

    untuk mencegah penularan serta mengobati infeksi penyerta yang dapat mempersulit

     penyembuhan penyakit.

    1

  • 8/18/2019 difterinih

    14/16

    Pengobatan +mum

    Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan biakan hapusan tenggorok negatif dua

    kali berturut+turut. Pada umunya pasien tetap diisolasi +* minggu #tirah baring% serta

    diberikan cairan dan nutrisi lain secara adekuat, makan lunak dan mudah dicerna. Penderita

    diawasi ketat selama isolasi.

    Pengobatan Khusus

    ADS ,Anti Difteri Serum-

    =ntitoksin harus segera diberikan apabila telah terdiagnosis Difteri. Dengan pemberian

    antitoksin pada hari pertama diharapkan kemungkinan kematian pada penderita menurun.

    "ambar ?o. 4abel Dosis =D7

    7ebelum dilakukan pemberian =D7 harus diuji kulit atau mata terlebih dahulu karena

     pada pemberian =D7 dapat terjadi reakasi anafilaktik sehingga harus disediakan 151222

    larutan adrenalin dalam spuit. Bji kulit dilakukan dengan penyuntikan 2,1ml =D7 dalam

    larutan garam fisiologis secara intrakutan. Aasil positif bila dalam 2 menit tarjadi indurasi

    G12mm. 7edangkan untuk uji mata dilakukan dengan meneteskan larutan serum 1512 dalam

    garam fisiologis. Aasil positif bila dalam 2 menit tampak gejala hiperemis pada konjungtiva.

    $ila uji mata atau kulit positif, maka =D7 diberikan secara desentasi apabila negatif =D7

    diberikan sekaligus secara intravena. Dosis ditentukan oleh lama dan beratnya penyakit, tidak 

     bergantung pada berat badan pasien yang berkisar 2.222+12.222.

    Antibiotik

    Diberikan bukan sebagai pengganti antitoksin melainkan untuk membunuh bakteri,

    menghentikan produksi toksin dan mencegah penularan organisme pada kontak.

    ;orynebacterium Diphteriae biasanya rentan terhadap penisilin, eritromisin, klindamisin,

    rifampisin dan tetrasiklin. Penisilin dapat diberikan dengan dosis 0222+02222 B@kg$$@hari

    i.m tiap jam selama 1' hari atau bila hasil biakan pada * hari berturut+turut negatif. Bntuk 

    )ritromisin diberikan '2+02 mg@kg$$@hari dengan dosis maksimal gram@hari tiap 3 jamselama 1' hari.

    1#

  • 8/18/2019 difterinih

    15/16

    Pencegahan

    Pencegahan penyakit Difteri terutama pada anak dapat dilakukan dengan memberikan

    imunisasi DP4 #Diphteria, Pertusis, 4etanus%. 8enurut rekomendasi Ikatan Dokter =nak 

    Indonesia #ID=I% vaksin DP4 diberikan pada anak usia , ' dan 3 bulan kemudian

    dilanjutkan kembali saat anak berusia 1& dan ' bulan. Dan diulang saat usia pra+sekolah.

    Imunisasi DP4 merupakan vaksin mati untuk memertahankan kadar antibodi menetap tinggi

    di atas ambang pencegahan. Pada anak dibawah usia 1 tahun vaksin DP4 mengakibatkan

     panas sedang. Panas menandakan bahwa tubuh sedang bekerja terhadap vaksin tersebut.1,'

    Panas dapat turun jika anak diberkan parasetamol atau =7I.

    Kesimulan

    ;orynebacterium diphteriae adalah kuman batang Hgada gram positif , dapat

    menimblkan infeksi pada faring, laring dan hidung. Infeksi ini menyebabkan gejala+gejala

    lokal maupun sistemik yang terutama disebabkan oleh ekstoksin yang dikeluarkan pada

    tempat infeksi. Infeksi dapat terjadi melalui drplet maupun benda dan makanan yang telah

    terkontaminasi oleh carrier maupun oleh orang yang sedang menderita. Pengobatan yang

    efektif untuk penyakit ini didapat dengan cara teknik pemberian =D7.

    Daftar Pustaka

    1. "uilfole P". -uture prospects of diphteria. Deadly disease and epidemics diphteria.

    B7= 5 22.p.9+120.

    . Deterding

  • 8/18/2019 difterinih

    16/16

    '. 4hompson D. Pharyngitis. Aeads and neck surgery. Philadelphia 5 ippincot

    company. 211.p0'*+3.

    0. $anvoet6 (D. "angguan laring dalam. $uku ajar penyakit 4A4. )disi 3. (akarta 5

    )";. 1'.p*9&+&0.

    . Koufman (=, $elafsky P;. Infectius and inflamatory disease of the larynL.

    !torhynolaryngology head and neck surgery. $; decker inc 5 22.p11&0+3.

    1