164
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user CERITA RAKYAT KABUPATEN BLORA (SUATU KAJIAN STRUKTURALISME DAN NILAI EDUKATIF) TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratanmencapai derajat MagisterProgram Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Oleh : DyanNovitaRatriani S841102006 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

CERITA RAKYAT KABUPATEN BLORA

(SUATU KAJIAN STRUKTURALISME DAN NILAI EDUKATIF)

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratanmencapai derajat

MagisterProgram Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh :

DyanNovitaRatriani

S841102006

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

CERITA RAKYAT KABUPATEN BLORA

(SUATU KAJIAN STRUKTURALISME DAN NILAI EDUKATIF)

Oleh

DyanNovitaRatriani

S841102006

TESIS

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Magister

Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul “Cerita Rakyat Kabupaten Blora Suatu Kajian

Strukturalisme dan Nilai Edukatif” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan

bebas plagiat, tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain

untuk memperoleh gelar akademik, serta tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis

digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan

serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam

karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan

perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010).

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain

harus seizin dan menyertakan pembimbing sebagai author dan PPs UNS

sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester

(enam bulan sejak pengesahan tesis) saya tidak melakukan publikasi dari

sebagian atau keseluruhan tesis ini, maka Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia

PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh

Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia PPs-UNS. Apabila saya melakukan

pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapat sanksi

akedemik yang berlaku.

Surakarta, Juli 2012

Mahasiswa,

DyanNovitaRatriani S841102006

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi

kenikmatan hidup dan kemudahan kepada hamba-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini guna memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan

gelar Magister Pendidikan.

Penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr.Ir. Ahmad Yunus, M.S., DirekturProgram Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret yang telah memberikan izin penulisan tesis;

2. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M. Pd., Ketua Program Pendidikan Bahasa

Indonesia PPs-UNS yang telah memberikan izin penulisan tesis;

3. Prof. Dr. ST. Y. Slamet, M. Pd., selaku pembimbing I danDr. Nugraheni E.

Wardhani, M.Hum., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,

arahan, dan dorongan kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan

dengan lancar;

4. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Bahasa Indonesia PPs-UNS yang

telah membantu penulis selama menimba ilmu di Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret;

5. Bapak Supangkat, Bapak Prawiro, Bapak Soegiyanto, Bapak Sumarno, Bapak

Samsirin, yang berkenan menjadi informan dalam penelitian ini;

6. Ibu, Bapak, Dyan Ayu, Dyan Bagus dan keluarga di rumah yang senantiasa

mampu memotivasi penulis untuk menghadirkan karya yang lebih baik; dan

7. Teman-teman S2 PBI UNS yang mampu menjadi mitra belajar yang baik.

Penulis menyadari bahwa tesis ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran

dan kritik yang membangun penulis harapkan untuk perbaikan. Penelitian lain

yang berkaitan dengan kajian yang sama juga diperlukan sebagai rujukan dan

perluasan wilayah kajian sejenis. Akhirnya, penulis berharap tesis ini dapat

bermanfaat dan menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DyanNovitaRatriani. S841102006. 2012. CERITA RAKYAT KABUPATEN BLORA SUATU KAJIAN STRUKTURALISME DAN NILAI EDUKATIF.TESIS.Pembimbing 1: Prof. Dr. ST. Y. Slamet, M. Pd., II: Dr. Nugraheni E. Wardhani, M.Hum. Program StudiPendidikanBahasa Indonesia, Program PascasarjanaUniversitasSebelasMaret Surakarta.

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan jenis-jenis cerita rakyat

Kabupaten Blora, (2) membahas struktur cerita rakyat Kabupaten Blora, (3) menjelaskan nilai edukatif yang terkandung dalam cerita rakyat Kabupaten Blora.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini informasi dideskripsikan secara teliti dan analisis. Strategi penelitian yang yang digunakan adalah studi kasus tunggal yang dilakukan pada satu karakteristik dan satu sasaran (subjek), yaitu cerita rakyat Kabupaten Blora. Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa sumber yaitu, informan, tempat benda-benda fisik, dan dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi langsung, perekaman, wawancara dan analisis dokumen. Teknik cuplikan (sampling) yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik validasi data yang digunakan adalah triangulasi data/sumber dan triangulasi metode. Teknik validasi data lain yang digunakan adalah review informan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis model interaktif (interactive model of analysis).

Cerita rakyat Kabupaten Blora yang dihimpun dan dianalisis dalam penelitian ini berjumlah lima, yaitu (1) cerita rakyat “Punden Janjang”, (2) cerita rakya “Desa Watu Brem dan Desa Pojok Watu”, (3) cerita rakyat “Terjadinya Desa Gersi”, (4) cerita rakyat “Maling Kentiri”, dan (5) cerita rakyat “Kiai Anggayuda dan Keramat Sambong”. Cerita rakyat Kabupaten Blora tersebut diklasifikasikan legenda, yaitu dalam kelompok legenda perorangan dan legenda setempat.Secara umum cerita rakyat Kabupaten Blora tersebut berisi dan bertema asal-usul terjadinya suatu tempat. Alur cerita yang digunakan dalam cerita rakyat Kabupaten Blora tersebut adalah alur maju atau alur lurus. Tokoh yang dominan dalam cerita rakyat Kabupaten Blora adalah manusia yang digambarkan sebagai manusia yang memiliki kesaktian tertentu dan berwatak baik. Latar tempat dan latar sosial lebih banyak digunakan dalam cerita rakyat Kabupaten Blora daripada latar lainnya. Dalam cerita rakyat Kabupaten Blora juga terkandung amanat yang cukup bervariasi. Nilai edukatif yang terkandung di dalam cerita rakyat Kabupaten Blora meliputi nilai pendidikan moral, nilai pendidikan adat, nilai pendidikan agama, dan nilai pendidikan kepahlawanan.

Kata kunci: cerita rakyat, strukturalisme, nilai didik.

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DyanNovitaRatriani. 2012. FOLKLORE OF BLORA DISTRICT : A STUDY OF STRUCTURALISM AND EDUCATIONAL VALUES. THESIS. Supervisor I: Prof. Dr. ST. Y. Slamet, M. Pd., II: Dr. Nugraheni E. Wardhani, M.Hum.Indonesian Education Department of Postgraduate Program of SebelasMaretUniversity.Thesis.

ABSTRACT This study aims to (1) describe the types of folklore in Blora district, (2)

discuss the structure of folklore in Blora district, (3) explain the educational value contained in folklore of Blora District. Explanation of folklore’s types in Blora district that are classified into legend.

This research is a qualitative descriptive study. In this research, informations are described in meticulous and analysis. Research strategy used here is a single case study conducted on one characteristic and one target (subject), e.g. the District Blora folklore. The research’s data are gathered through several sources, namely, the informant, physical objects places, and documents. Data collection techniques used included direct observation, recording, interviews and document analysis. Technique that is used in taking samples (sampling) is purposive sampling. Data validation techniques used is triangulation of data / sources and methods triangulation. Other data validation techniques used arethe informants review. Analysis technique used is an interactive model analysis (interactive models of analysis).

Blora District folklore collected and analyzed in this research are five, namely (1) folklore “punden Janjang”, (2) Folklore “Desa Watu Brem dan Desa Pojok Watu”, (3) folklore “TerjadinyaDesaGersi” , (4) folklore “MalingKentiri”, and (5) folklore “KiaiAnggayudadanKeramatSambong”. Folklores in Blora district are classified into legends, especially the legend of individuals and local legends.In general, the Blora District folklore themed and showed the origins of a place. The plot type used in Blora district folklore is a straight or forward plot. The dominant figure in folklore Blora District is a human who is described as a man who has a certain magic power and good character. Place and social background are more widely used in Blora district folklore, than the other background. In Blora district folklores also contain various messages. Educational value contained in the folklore of Blora district includes the value of moral education, the value of custom education, the value of religious education, and educational value of heroism. Keywords:folklore, structuralism, educational value.

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

MOTTO

“Semakin tinggi sekolah, bukan berarti semakin menghabiskan makanan

orang lain. Harus semakin mengenal batas.”

(Pramudya Ananta Toer)

“Jangan pernah meremehkan kemampuan seorang manusia

karena Tuhan pun tidak pernah.”

(Donny Dirgantara)

“Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai,

dapat iba hati, dan dapat merasai kedukaan.”

(Soe Hok Gie)

“Kesadaran adalah matahari. Kesabaran adalah bumi. Keberanian menjadi

cakrawala. Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.”

(WS. Rendra)

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Kusuntingkan tesis ini untuk anugerah dan

harta karun luar biasa yang Allah titipkan di awal perjalanan hidupku:

Ibu, Bapak,

DyanAyu, DyanBagus,

Mas TokohWijoyo.

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii

PENGESAHAN PENGUJI .............................................................................. iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN HAK PUBLIKASI ......................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

ABSTRACT ..................................................................................................... viii

MOTTO ........................................................................................................... ix

PERSEMBAHAN ............................................................................................ x

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. LatarBelajarMasalah ...................................................................... 1

B. RumusanMasalah ........................................................................... 5

C. TujuanMasalah ............................................................................... 5

D. ManfaatPenelitian .......................................................................... 6

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,

KERANGKA BERPIKIR

A. KajianTeori .................................................................................... 8

1. HakikatCeritar Rakyat ............................................................. 8

2. HakikatStrukturCerita............................................................... 25

3. NilaiEdukatifdalamKaryaSastra ............................................... 36

B. Penelitian yang Relevan ................................................................. 42

C. KerangkaBerpikir ........................................................................... 45

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

BAB III METODE PENELITIAN

A. TempatdanWaktuPenelitian ........................................................... 48

B. Bentuk/StrategiPenelitian ............................................................... 50

C. Data Sumber Data .......................................................................... 49

D. TeknikPengumpulan Data .............................................................. 51

E. TeknikCuplikan/Sampling ............................................................. 52

F. TeknikValidasi Data....................................................................... 52

G. TeknikAnalisis Data ....................................................................... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DeskripsiLatarPenelitian ................................................................ 54

1. DeskripsiLetakGeografis.......................................................... 54

2. Luas Wilayah KabupatenBlora ................................................ 55

3. PendudukdanAdatIstiadatMasyarakatKabupatenBlora............ 56

4. KondisiSosialdanEkonomiMasyarakatKabupatenBlora .......... 57

5. Agama danKepercayaanMasyarakatKabupatenBlora .............. 60

6. BahasaPendudukKabupaten ..................................................... 61

7. KedudukandanFungsiCerita Rakyat KabupatenBlora ............. 62

B. HasilPenelitian ...............................................................................

1. Jenis-JenisCerita Rakyat KabupatenBlora ............................... 64

2. StrukturCerita Rakyat KabupatenBlora ................................... 71

3. NilaiEdukatifDalamCerita Rakyat KabupatenBlora ................ 115

C. Pembahasan .................................................................................... 129

1. Jenis-JenisCerita Rakyat KabupatenBlora ............................... 130

2. StrukturCerita Rakyat KabupatenBlora ................................... 136

3. NilaiEdukatifCerita Rakyat KabupatenBlora ........................... 140

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................... 143

B. Implikasi ......................................................................................... 144

C. Saran .............................................................................................. 148

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 150

LAMPIRAN .................................................................................................... 153

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.RincianWaktudanJadwalKegiatanPenelitian.......................... ............ 49

Tabel 2.PenggunaanLahanKabupatenBlora……………………........... .......... 55

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.KerangkaBerpikir…………………………………………… ........ 47

Gambar 2.Analisis Model Interaktif…………………………................ ........ 53

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.CatatanLapanganHasilWawancara…………………...... ............. 154

Lampiran 2.CatatanLapanganHasilWawancara…………………...... ............. 161

Lampiran 3.CatatanLapanganHasilWawancara…………………...... ............. 167

Lampiran 4.CatatanLapanganHasilWawancara…………………...... ............. 173

Lampiran 5.CatatanLapanganHasilWawancara ............................................... 180

Lampiran 6.Foto ............................................................................................... 187

PermohonanIjinPenelitian……………………………………………. ........... 197

SuratRekomendasiRiset / Survey ..................................................................... 198

SuratIjinRiset / Survey ..................................................................................... 199

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia terdapat banyak produk kebudayaan baik yang berupa

kebudayaan materi yang kasat mata maupun budaya nonmateri yang berupa adat

istiadat, norma, aturan tradisi serta budaya-budaya lisan yang berkembang di

masyarakat, salah satu aspek penting dari produk budaya tersebut adalah cerita

rakyat. Cerita rakyat merupakan bagian dari bentuk budaya lisan yang

berkembang di masyarakat sejak dahulu.

Sastra-sastra lisan banyak menggambarkan kondisi masyarakat pada masa

dahulu. Sastra lisan memiliki ketertarikan dengan realitas sosial dalam kehidupan

masyarakat, sebagai cerminan yang dapat digunakan untuk melihat realitas

tersebut. Banyak hal yang bermanfaat yang dapat diperoleh dari sebuah cipta

sastra ketika apresiasi itu dilakukan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, menyebabkan daya apresiasi masyarakat menipis dan terkikis. Cerita-

cerita rakyat sebagai salah satu bentuk karya sastra sekan-akan tergeser. Cerita-

cerita rakyat yang sebenarnya banyak mengandung falsafah hidup dan nilai-nilai

yang positif yang relevan dengan kehidupan masyarakat kurang dikenali oleh

kaum muda.

Kaum muda sekarang seakan-akan asing dan terkesan tidak mau tahu

tentang cerita rakyat di lingkungannya, dan untuk sekedar mendengarkan cerita

dari orang tuanya juga enggan dilakukan kaum muda. Berbeda dengan masa lalu,

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

cerita rakyat diturunkan dari orang tua kepada anak-anaknya dengan cara

dituturkan atau didongengkan menjelang tidur atau ketika sedang bersantai penuh

keakraban antara orang tua dan anaknya. Situasi yang demikian ini sekarang

sudah sangat jarang ditemui.

Tradisi dongeng ataupun tradisi tutur lisan hendaknya tetap melekat pada

anak-anak, meskipun penyampaiannya hanya sebatas cerita pengantar tidur.

Tradisi ini akan membekas dalam memori anak-anak dalam kehidupannya. Orang

tua, guru, lingkungan masyarakat sebagai pendidik seharusnya lebih mengenalkan

cerita-cerita rakyat atau yang berupa dongeng yang dapat ditemukan dan berada di

daerah masing-masing di seluruh Indonesia, yang sebenarnya banyak

mengandung falsafah dan nilai-nilai positif pendidikan budi pekerti yang sangat

relevan dengan budaya dan kehidupan bangsa Indonesia.

Sebenarnya banyak manfaat penting yang bisa diambil dari berbagai cerita

rakyat yang ada dan masih hidup di masyarakat. Melalui cerita rakyat, bisa kita

ketahui bagaimana kondisi sosial budaya masyarakat di masa itu. Selain itu kisah

para tokoh dalam cerita rakyat seringkali mencerminkan sikap-sikap tertentu

seperti keteladanan, kehebatan, kebaikan, kebajikan yang perlu dicontoh, maupun

sikap-sikap keburukan, kelicikan, kedustaan, kejahatan yang harus ditinggalkan

dan dijauhi. Dalam cerita rakyat ada pesan moral tertentu yang ingin disampaikan

kepada masyarakat. Namun demikian, karena penyampaiannya secara lisan, maka

tak jarang kita mendapatkan cerita yang tidak utuh atau tidak lengkap. Di sana-

sini terjadi penambahan maupun pengurangan alur cerita, tergantung siapa

penuturnya, sehingga kadang-kadang keaslian cerita sering kabur.

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Bertolak dari kondisi tersebut, maka inventarisasi serta pendokumentasian

sebuah cerita rakyat sangat penting dilakukan. Apalagi tradisi tutur

mendongengdalam kehidupan masyarakat kali ini semakin berkurang bahkan

cenderung menghilang. Hilangnya sebuah cerita rakyat dalam memori seseorang

berarti akan hilang pula sebagian nilai budaya yang cukup penting bagi kehidupan

masyarakat. Keberadaan penutur cerita juga semakin langka dan dengan

hilangnya cerita rakyat mengakibatkan akan hilangnya sumber-sumber

kebudayaan yang mengandung nilai moral, pendidikan, sejarah, agama, dan

sebagainya.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka cerita rakyat perlu dilestarikan

sebagai warisan budaya bangsa dan kekayaan budaya. Sudah seharusnya kita mau

belajar memahami, gemar, dan berani memulai untuk menginventarisasikan dan

membukukan cerita rakyat di lingkungan kita, sekaligus mempopulerkannya.

Seperti yang juga telah diuraikan di atas, dewasa ini narasumber cerita rakyat

sangat minim jumlahnya disebabkan telah meninggal dan tidak menggenerasikan

cerita itu pada keturunannya. Masyarakat masa kini juga tidak peduli lagi terhadap

cerita-cerita rakyat yang ada di lingkungannya. Untuk itu diperlukan usaha

mendokumentasikan untuk melestarikan cerita-cerita rakyat yang hidup di

masyarakat setempat agar tetap terjaga keberadaannya.

Penelitian tentang cerita rakyat ini dilakukan dengan alasaningin

mendokumentasikan cerita rakyat yang ada di Kabupaten Blora, membukukan dan

menginventarisasikan serta mempopulerkan keberadaannya, menggali nilai-nilai

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

edukatifnya untuk dapat digunakan sebagai salah satu sumber pengetahuan sastra

daerah, khususnya sebagai unsur kekayaan budaya Indonesia pada umumnya.

Keanekaragaman jenis cerita rakyat yang tersebar di seluruh Indonesia

khususnya di Kabupaten Blora sangat banyak dan sebagian besar memiliki

bentuk, isi, struktur, serta muatan yang terkandung dalam cerita rakyat tersebut

dapat digali dan ditemukan nilai-nlai edukatifnya, misalnya nilai sejarah, nilai

sosial budaya, nilai semangat kepahlawanan, nilai moralitas, dan nilai-nilai positif

lainnya.

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi agar penelitian ini lebih terarah

dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu antara lain: (1) jumlah cerita rakyat

di Kabupaten Blora sangat banyak, (2) secara geografis letak wilayah Kabupaten

Blora luas, (3) hampir setiap kecamatan di Kabupaten Blora terdapat cerita rakyat

bahkan satu kecamatan memiliki bermacam-macam cerita rakyat.

Lokasi penelitian cerita rakyat Kabupaten Blora berada di Desa Jajang

Kecamata Jiken yaitu Legenda Punden Janjang, Desa Sambong Kecamatan

Sambong yaitu Legenda Kyai Anggayuda dan Kramat Sambong, Legenda Maling

Genthiri di Desa Kawengan Jepon, Terjadinya Desa Gersi di Desa Gersi Jepon

dan Legenda Watu Brem/Desa Pojok di Desa Pojok.

Dipilihnya lokasi penelitian cerita rakyat tersebut didasari pertimbangan

bahwa dilokasi-lokasi tersebut terdapat atau memlilki cerita-cerita yang dikenal

oleh masyarakat setempat berupa peninggalan-peninggalan benda fisik, makam,

tempat-tempat yang dikeramatkan, semuanya berkaitan erat dengan tokoh sejarah

yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negara, prasasti, petilasan,

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

penemuan arca-arca purkakala, dan lain-lain. Kajian strukturalisme dan nilai

edukatif cerita rakyat Kabupaten Blora diharapkan nantinya dapat member

manfaat positif bagi masyarakat di Kabupaten Blora Khususnya dan menambah

kekayaan budaya.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Berupa apa sajakah jenis-jenis cerita rakyat di Kabupaten Blora?

2. Bagaimanakah struktur cerita rakyat di Kabupaten Blora?

3. Bagaimanakah nilai edukatif yang terkandung dalam cerita rakyat di

Kabupaten Blora?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menginventariskan, mendokumentasikan

serta mempopulerkan cerita rakyat yang ada di Kabupaten Blora,

mendeskripsikan struktur cerita rakyat di Kabupaten Blora, serta

mendeskripsikan nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam cerita rakyat di

Kabupaten Blora.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

a. Mendeskripsikan dan menjelaskan jenis-jenis cerita rakyat di Kabupaten

Blora.

b. Mendeskripsikan dan menganalisis struktur cerita rakyat di Kabupaten

Blora meliputi isi cerita, tema, alur cerita/plot, tokoh, latar/setting, dan

amanat yang terdapat dalam cerita rakyat di Kabupaten Blora.

c. Mendeskripsikan muatan nilai edukatif yang terkandung dalam cerita

rakyat Kabupaten Blora meliputi nilai pendidikan, pendidikan adat,

pendidikan agama/religi, dan nilai pendidikan kepahlawanan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk memperkaya

khasanah pengetahuan sastra, khususnya sastra lisan dan kesusastraan

Indonesia.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dan pembanding bagi

peneliti peminat dan pemerhati cerita rakyat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah Kabupaten Blora

Sebagai bahan acuan untuk menentukan kebijakan pemerintak dalam

usaha melestarikan dan memasyarakatkan sekaligus mempopulerkan

cerita-cerita rakyat yang ad di Kabupaten Blora, meningkatkan potensi

pariwisata, utamanya objek-objek wisata budaya yang ada di Kabupaten

Blora.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

b. Bagi Masyarakat Blora

Sebagai sumber informasi dan pengetahuanmengenai kekayaan budaya

Blora berupa cerita rakyat berwujud prasasti, monumen, benda-benda

pusaka (senjata perang masa lampau), makam yang dikeramatkan, sebagai

warisan budaya bangsa.

c. Bagi Sekolah-Sekolah di Kabupaten Blora

Sebagai bahan materi pelajaran bahasa Indonesia, bahan pembinaan

pengembangan pengajaran apresiasi sastra Indonesia, meningkatkan minat

baca pelajar untuk lebih mengenali dan memahami keragaman budaya

lingkungan sendiri, memperkaya wawasan budaya nusantara pada

umumnya dan melestarikan budaya daerah berupa adat dan istiadat

khususnya di Kabupaten Blora.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,

DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Hakikat Cerita Rakyat

a. Pengertian Cerita Rakyat

Cerita rakyat disamakan pengertiannya dengan folklor yang merupakan

pengindonesiaan dari kata Inggris folklore yang berasal dari kata folk dan lore.

Folk berarti masyarakat, yaitu sekelompok orang yang mempunyai ciri-ciri

pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok

lainnya, sedangkan lore merupakan tradisi folk, yaitu kebudayaan.

Cerita rakyat bagian dari folklore, yang mempunyai satu pengertian lebih

luas. Folklore adalah suatu istilah yang diadaptasi untuk menyebutkan istilah

cerita rakyat. Folklore merupakan suatu istilah dari abad kesembilanbelas untuk

menunjuk lisan tradisional dan pepatah-pepatah petani Eropa, dan kemudian

diperlukan sehingga meliputi tradisi lisan yang terdapat di semua masyarakat

(Haviland, 1993: 229).

Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi suatu masyarakat melalui

bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya, seperti

agama dan kepercayaan, undang-undang, kegiatan ekonomi, sistem kekeluargaan,

dan sususnan nilai sosial masyarakat tersebut.

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Cerita rakyat diwariskan secara secara turun temurun dari satu generasi ke

generasi berikutnya dalam masyarakat tertentu, tradisi lisan (oral tradision) ini

hampir sering disamakan dengan folklore, karena didalamnya tercakup pula

tradisi lisan (Suwardi Endraswara, 2005:3). Cerita rakyat adalah tubuh ekspresif

budaya, termasuk cerita, musik, tari legenda, sejarah lisan, peribahasa, lelucon,

kepercayaan. Adat istiadat, dan sebagainya dalam kurun waktu tertentu penduduk

yang terdiri dari tradisi (termasuk tradisi lisan) itu budaya, subkultur anak muda,

atau kelompok.

Sesuai pendapat dan pengertian dan ciri tradisi lisan dari Told dan

Prudentia (1995: 2), “Oral traditional do not only contains folktales, myths, and

legends, but store complete indigenous cognate system, to name a few: histories,

legal practices, adat law, mediacations.” Dari pendapat tersebut dapat diartikan

bawasannya tradisi lisan tidak terbatas pada cerita rakyat, mite dan legenda saja,

tetapi berupa sistem kognasi kekerabatan lengkap, misalnya sejarah, hokum adat,

praktik hukum, dan pengobatan tradisional.

Berdasarkan pendapat Haviland, Told an Prudentia tersebut dapat

diketahui bahwa pengertian folklore sangat luas. Hal ini sesuai dengan pernyataan

James Dananjaya (1997: 14) bahwa koleksi folklore Indonesia terdiri dari

kepercayaan rakyat, upacara, cerita prosa rakyat (mite, legenda, dan dongeng),

nyanyian kanak-kanak, olahraga bertanding, hasta karya, logat, dan lain-lain.

Keluasan pengertian folklore dibandingkan dengan cerita rakyat (folk literature)

Juga tercermin dalam pernyataan berikut ini: Folklore maybe defined as those

materials in culture that circulate traditionally among member of any group in

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

diffirent versions, whether in oral or by means of customary example (Brunvand,

1968: 5). Folklor dapat didefinisikan sebagai materi-materi budaya yang tersebar

secara tradisional keseluruh anggota dan beberapa kelompok dalam versi-versi

yang berbeda, disampaikan secara lisan melalui contoh budaya yang berarti.

Brunvand (dalam James Dananjaya. 1991: 21) cerita rakyat atau folklore

memiliki tiga bentuk yang berbeda. Folklore digolongkan ke dalam tiga kelompok

besar berdasarkan tipenya, yaitu folklore bukan lisan (non verbal folklor), folklore

sebagian besar lisan (partly verbal folklore), dan folklor lisan (verbal folklore).

Yang dimaksud folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan

walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Folklore sebagian lisan

adalah folklor yang merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. Dan

folklore lisan adalah sebagai folklore yang disampaikan dari mulut ke mulut

secara tradisional dan turun temurun (James Dananjaya. 1991: 21-22).

Sejalan dengan pendapat James Dananjaya tersebut di atas, Salamon

Hagar dalam artikelnya dalam Jurnal of Folklore Research yang berjudul

Blackness in Transition: Decoding Radical Constructs through Stories of

Ethiopian Jews. Dia mengemukakan this research has uncovered a system of

racial hierarachies among the beta Israel, including asecret system of master and

slaves (chewa and barya), and this system challenges conventions of control and

racist ideology. Dalam artikel tersebut riset folklore digunakan untuk

membongkar sistem hierarki rasial para guru dan budak (chewa dan barya) di

masyarakat Etiopia sistem ini menghadapi tantangan konvensi dan kendali

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

ideologi. Menyoroti masyarakat Etiopia yang berusaha membongkar sistem rasial

dalam budayanya (Salamon Hagar, 2003)

Cerita rakyat atau folklore merupakan salah satu hasil budaya masyarakat

yang termasuk dalam karya sastra lisan. Disebut demikian, karena sifat-sifat cerita

rakyatantara lain (1) cara persebaran folklor yang biasanya dilakukan secara lisan

dari mulut ke mulut dari generasi ke genarasi berikutnya, (2) bersifat tradisional,

yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap (standar), (3) folklore berada dalam

berbagai versi dan varia, (4)bersifat anonym, (5) mempunyai bentuk rumus dalam

banyak dan berpola, (6) mempunyai kegunaan atau fungsi di dalam folk

pendukungnya, (7) bersifat pralogis, (8) folklor menjadi milik bersama (kolektif),

(9) folklore biasanya bersifat polos dan lugu (James Dananjaya, 1997: 3-4).

Di Indonesia sastra lisan masih sangat kurang mendapatkan perhatian jika

dibandingkan dengan sastra tulis. Suripan Sadi Hutomo (1991: 1-2) berpendapat

bahwa sastra lisan dimaksudkan sebagai kesusastraan yang mencakup ekspresi

kesusastraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan dan diturunkan secara lisan

(dari mulut ke mulut). Namun sebenarnya kesusastraan lisan maupun kesusastraan

tulis adalah dunia cipataan pengarang dengan menggunakan medium bahasa.

Sastra lisan lebih pesat perkembangannya di masyarakat tradisional dan

sastra tulis berkembang di masyarakat modern. Sastra lisan bersifat komunal,

artinya milik bersama sedangkan sastra tulis bersifat individual/perseorangan

(Suripan Sadi Hutomo, 1991: 3).

Michael Brown (2007) berpendapat dalam artikelnya, the New Zealand

folklore society was a small organization that emerged from the folk revival scene

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

in Wellington, New Zealand, in 1996. Members ainet to collect folklore (mainly

songs). Dalam pendapatnya Brown, terdapat kebangkitan kembalinya sastra

rakyat di Wellington, Selandia Baru tahun 1966. Dia mengarahkan anggota dan

mengumpulkan dongeng-dongeng yang bersifat nyanyian rakyat.

Sejalan dengan pendapat tersebut Timothy R. Tangherlini (2008)

menyampaikan pendapatnya Collestion of century Danish Folklore is an

amusing…dalam uraian tersebut pada abad ke Sembilan belas di Denmark,

dongeng-dongeng merupakan suatu yang menghibur rakyat. Dongeng-dongeng

tersebut berisi sesuatu yang menghibur dan terdapat kebenaran di dalamnya.

Koenraad Kuiper dalam artikelnya menyampaikan the article proposes a

research programme in folklore studies and cultural anthropology to investigate

those part of pakehe (non-Maori) cultural continuity that can be traced to a set of

largely working class and rural ritual and practices from Britain… dalam

pendapat tersebut mengusulkan dongeng-dongeng seperti Pakehe yang di

dalamnya berisi kelas-kelas pekerjaan dan upacara agama pedesaan di Britain

(Koenraad Kuiper, 2007).

Meider Wolfgang (2003) dalam artikelnya, “Now I Sit Lake a Rabbit in the

Pepper”. Proverbial Language in the Letter of Wolfgang Amadeus Mozard. Dia

berpendapat the stylistic and biographical discussion of the traditional folk

rhetoric is grouped under eight subheadings: Incatations and curses as proverbial

formulas, animal phrases as social commentary, sometic expressions as emotional

indicator. Dia berpendapat bahwa dalam penelitian folklornya berkaitan dengan

mantra dan kutukan yang dirumuskan menjadi pepatah, termasuk binatang yang

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

berbicara yang berkomentar tentang sosial. Folklor yang diambil untuk pengertian

tersebut tokoh binatang yang berbicara, sama halnya dengan cerita “Si Kancil”.

Fank mengemukakan bahwa kesusastraan rakyat adalah sastra yang hidup

di tengah-tengah rakyat. Sastra rakyat dituturkan oleh ibu kepada anaknya dalam

buaian, atau tukang cerita kepada penduduk kampung yang tidak bisa membaca

dan menulis. Atas kehendak pihak istana, adabeberapa cerita yang ditulis dan

dibukukan. Dengan demikian sastra lisan berkembang terlebih dahulu daripada

sastra tulis yang berkembang di istana, (Liaw Yock. Fank, 1982: 12). Suatu

contoh sastra lisan yang berkembang sebelum sastra ditulis, seperti cerita-cerita

tentang kebesaran istana yang banyak diceritakan dan disebarkan kepada rakyat,

contoh lain seperti yang sudah disebutkan di atas yaitu cerita tentang “Si Kancil”,

Kancil dan Seruling Nabi Sulaiman, Kancil dan Buaya, Kancil dengan Keong,

Kancil dan Pak Tani, dan lain-lain.

John Bendix (2003: 5), artikelnya “A Lost Track: On the Unconscious in

Folklor” dalam penelitian mengemukakan Psychoanalysis and Folklore. Jeggle

describes the opportunities that may have been lost for exploring the bridges

between fokloristic and psychoanalytic scholarship. Using examples from folk

belief and dream, from the realm of mental illness and oracle interpretation. John

Bendix menyampaikan dalam artikel folklornya bahwa oportunitas yang mungkin

telah hilang untuk menyelidiki jembatan antara psikoanalitik dan folkoloistik.

Menggunaan contoh dari kepercayaan rakyat dan mimpi dari dunia sakit ingatan

dan penafsiran ramalan.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Cerita sebagai peristiwa-peristiwa yang terjadi berdasarkan urutan waktu,

peristiwa yang satu berlangsung sesudah terjadinya peristiwa yang lain. Dengan

demikian hakikat cerita akan melibatkan 2 unsur, yakni bentuk dan substansi.

Jelasnya, cerita hakikatnya merupakan pembeberan dan pengurutan gagasan yang

mempunyai urutan awal, tengah, dan akhir (Burhan Nurgiyantoro, 1995: 92).

Cerita rakyat merupakan bagian dari sastra daerah yang dalam

pengungkapannya menggunakan bahasa setempat, berkembang dari masa lalu

sejak bahasa-bahasa tulis belum dikenal. Cerita rakyat diwariskan secara lisan,

sehingga banyak tambahan yang disisipkan atau dikembangkan dan bervariasi

tergantung si pencerita, sehingga muncul beberapan versi berbeda meskipun

ceritanya sama.

Sama seperti sastra lisan, cerita rakyat biasanya disebarkan secara lisan

(dari mulut ke mulut) bersifat tradisional, dari satu generasi ke generasi, dapat

terdiri dari berbagai versi cerita, dan biasanya tidak diketahui pengarangnya.

Kadang-kadang penuturannya disertai dengan perbuatan misalnya melalui gerakan

tari-tarian, tradisi mendalang dan sebagainya. Ini juga menjadi ciri-ciri cerita

rakyat yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia

b. Jenis-Jenis Cerita Rakyat

Para ahli sastra menggolongkan cerita rakyat secara berbeda-beda namun

ditemukan banyak kesamaan. Penelitian ini mengambil cerita rakyat dari tiga

kelompok yaitu mite/mitos, legenda, dan dongeng, tetapi peneliti hanya

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

mengambil kelompok legenda, yakni legenda setempat dan legenda perseorangan.

Hal ini dimaksudkan mempertimbangkan keberadaan cerita rakyat.

Cerita rakyat memiliki beberapa perbedaan tentang penggolongannya.

Namun, perbedaan penggolongan cerita rakyat tersebut bukanlah sesuatu yang

penting. Hal-hal yang berbeda tersebut, akhirnya akan ditemukan adanya

kesamaan, unsur edukatifnya, maupun unsur religinya dll. Fank membagi cerita

atau sastra rakyat menjadi lima golongan, yaitu: (1) cerita asal-usul, (2) cerita

binatang, (3) cerita jenaka, (4) ceria pelipur lara, (5) pantun, Liaw Yock Fank

(2002: 1).

James Dananjaya (1997: 30) menyebutkan bahwa cerita rakyat yang

tergolong dalam sastra lisan, di dalamnya dibagi menjadi (1) mite (myth), (2)

legenda (legend) serta (3) dongeng (folktale). Mite adalah cerita rakyat yang

dianggap benar-benar terjadi oleh masyarakat pendukungnya, legenda adalah

cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi oleh pendukungnya tetapi

tidak dianggap suci seringkali mengambil tokoh manusia, kadang kala

mempunyai sifat yang luar biasa dan dibantu oleh makhluk halus, tempat

kejadiannya bisa masa sekarang maupun masa lampau, sedangkan dongeng

(folktale) merupakan cerita prosa rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi,

tidak terikat oleh waktu maupun tempat.

Lie Yock Fank (dalam Herman J. Waluyo, 2008: 2, 16, 20), menyatakan

ada lima jenis cerita rakyat yaitu: mite, legenda, fabel, cerita jenaka, dan cerita

pelipur lara. Mite dan legenda secara bersama-sama disebut dongeng etiologi/asal

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

usul. Fabel adalah cerita binatang. Cerita jenaka disebut juga cerita lucu. Cerita

pelipur lara adalah kisah muda-mudi.

Selanjutnya Herman J Waluyo, (2008: 1-20) memberikan contoh masing-

masing cerita rakyat antar lain:

1) Mite contohnya dongeng Nyai Roro Kidul, dongeng Aji Saka, dongeng Hantu

dan Roh Halus.

2) Legenda contohnya dongeng Asal Usul Desa/Kota/daerah, Terjadinya Kota

Banyuwangi, Terjadinya Gunung Tangkuban Perahu.

3) Fabel contohnya Kancil dengan Harimau, Kancil dengan Pak Tani.

4) Cerita jenaka contohnya Pak Pandir dan Musang Berjanggut.

5) Cerita pelipur lara contohnya Sri Rama, Roro Mendut-Pronocitro.

Berikut penuturan Hernan J Waluyo dalam Cerita Rakyat dari Berbagai

Daerah. (2008: 1)

“ Cerita rakyat bukanlah folk-lore, namun folk-literature yang merupakan bagian dari folk-lore. Di berbagai daerah ada cerita rakyat. Sering kali cerita rakyat dari berbagai daerah yang satu ada persamaannya dengan cerita rakyat daerah lain, karena dulunya terjadi penyebaran itu secara lisan.”

Berbeda dengan pendapat Liaw Yock Fang di atas, secara umum, Bascom

(1965:4) membagi cerita rakyat/cerita prosa rakyat (folk literature) ke dalam tiga

kelompok, yaitu: mite (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale). Senada

dengan Bascom, Haviland (1993: 230) juga membagi cerita rakyat ke dalam tiga

kelompok, yaitu: mitos, legenda, dan dogeng.

Untuk menghindari perbedaan pendapat dalam masyarakat mengenai

cerita rakyat, maka dalam penelitian ini membagi cerita rakyat (folklore) menjadi

tiga kelompok, yaitu: (1) mite, (2) legenda dan (3) dongeng. Selain itu juga

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

mempertimbangkan bahwa cerita rakyat yang diangkat dalam penelitian ini masuk

dalam kategori pendapat William R. Van Bascom dan Haviland. Ketiga bentuk

cerita rakyat tersebut dapat diuraikan secara teoritis sebagai berikut:

1) Mite atau Mitos

Mite atau mitos cerita yang bersifat dongeng tentang asal-usul suatu

tempat, tentang kejadian alam, manusia binatang, dan penempatan. Apabila

ditinjau dar segi peristilahan mite berasal dari kata “mythos” (Yunani) yang berarti

cerita para dewa-dewa dan pahlawan perkasa yang dipuja-puja. Bascom dalam

Dananjaya menyatakan pendapatnya bahwa mite (mitos) adalah prosa rakyat yang

dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite

ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia

lain atau di dunia yang tidak dikenal sekarang, karena terjadi pada masa yang

telah lampau (Bascom dalam James Dananjaya, 1997: 50).

Lebih lanjut James Dananjaya (1997: 50) menjelaskan bahwa mite pada

umumnya mengisahkan terjadinya alam semesta, dunia manusia pertama,

terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam dan

sebagainya. Mite juga mengisahkan tentang petualangan tentang para dewa, kisah

percintaan mereka, hubungan kekerabatan mereka, kisah perang mereka dan

sebagainya. Suripan Sadi Hutomo berpendapat bahwa mite atau mitos adalah

cerita-cerita suci yang mendukung sistem kepercayaan atau agama. Yang

termasuk mitos adalah cerita-cerita yang menerangkan asal-usul dunia, kehidupan

manusia dan kegiatan-kegitan hidup seperti bercocok tanam, kepercayaan Dewi

Sri atau adat-istiadat lainnya (Suripan Sadi Hutomo, 1991: 63).

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Stainberg berpendapat bahwa mite adalah cerita rakyat yang bersifat suci,

penuh dengan kegaiban dan kesaktian, dan mempunyai dasar sejarah (dalam

Djarmanis, 2003: 98). Hidayat dan Navis, (2003: 87) menyatakan bahwa mitos

merupakan gambaran tenang suatu dalam bentuk simbol agar memudahkan orang-

orang memahaminya. Dengan demikian, mitos sebenarnya merupakan suatu

realitas yang terlalu kompleks dan sulit dipahami, karena mitos merupakan

ekspresi berbagai makna dan cara.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mitos

adalah cerita tradisi tentang binatang, kejadian alam, dan penempatan. Cerita

tradisi tersebut yang dianggap benar-benar terjadi dan bersifat suci penuh dengan

kegaiban dan kesaktian dan mempunyai dasar sejarah cerita, cerita tentang

peristiwa-peristiwa yang semihistoris yang menerangkan masalah-masalah

tentang kehidupan manusia, dan asal mula terjadi dunia.

2) Legenda

Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya

cerita sebagai suatu yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Legenda adalah cerita

yang mengisahkan sejarah satu tempat atau peristiwa zaman silam. Ia mungkin

berkisah tentang seorang tokoh, keramat, dan sebagiannya. Setiap penempatan

yang bersejarah lama mempunyai legendanya sendiri.

Haviland (2003: 230-231) menyatakan bahwa legenda adalah cerita-cerita

semihistoris yang memaparkan perbuatan para pahlawan, perpindahan penduduk,

dan terciptanya adat kebiasaan lokal, selalu berupa campuran antara yang realis

dan yang supranatural dan luar biasa. Sebagai cerita rakyat legenda tidak harus

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

dipercaya atau dipercaya, tetapi fungsinya untuk menghibur dan untuk memberi

pelajaran serta untuk membangkitkan atau untuk menambahkan kebanggakan

orang atas keluarga, suku, atau bangsa (nation). Legenda dapat memuat tentang

keterangan-keterangan langsung atau tidak langsung tentang sejarah,

kelembagaan, hubungan nilai, dan gagasan-gagasan. Legenda juga memuat cerita

omong kosong dan sebagainya.

William R. Van Bascom (dalam Djamaris, 2003: 98) Legenda adalah

cerita yang mempunyai cirri-ciri mirip mite yang dianggap benar-benar terjadi,

akan tetapi tidak dianggap suci. Berlainan dengan mite. Legenda ditokohi oleh

manusia biasa walaupun ada kalanya sifat-sifat luar biasa atau sering juga dibantu

oleh makhluk gaib.

Legenda dapat mengandung rincian-rincian mitologis, khususnya kalau

berkaitan dengan masalah supranatural dan oleh karena itu tidak selalu dapat

dibedakan dengan mitos. Secara lebih terperinci, Brunvand menggolongkan

legenda ke dalam empat kelompok, yaitu: (1) legenda keagamaan (religious

legend), (2) legenda alam gaib (supernatural legend), (3) legenda perseorangan

(personal legend), dan (4) legenda setempat (local legend), (James Dananjaya,

1997: 67-71).

1) Legenda Keagamaan

Legenda keagamaan (religious legends) misalnya, bisa diketahui dari

adanya beberapa tokoh keagamaan yang berperan dalam pemberontakan maupun

penumpasan terhadap peristiwa tertentu. Selain itu setelah mengetahui beberapa

legenda yang ada, menunjukkan bahwa di dalam cerita mengisahkan tentang

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

tokoh-tokoh keagamaan yang juga berperan di dalamnya, misalnya peran modin

dalam legenda sunan, kiai, dan sebagainya.

2) Legenda Alam Gaib

Legenda alam gaib (supernatural legends), legenda seperti biasanya

berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang.

Fungsi legenda seperti ini untuk meneguhkan kebenaran sifat “ketahayulan” atau

kepercayaan masyarakat. Dari hal-hal seperti itulah akan menambah kepercayaan

masyarakat terhadap kesaktian sang tokoh di dalam cerita tersebut, sehingga pada

akhirnya legenda tersebut lebih dipercayai oleh masyarakat pendukungnya.

3) Legenda Perseorangan

Legenda perseorangan (personal legends), adalah cerita mengenai tokoh-

tokoh tertentu yang dianggap oleh pemilik cerita benar-benar terjadi (James

Dananjaya, 1997: 73-75). Legenda perseorangan ini banyak dijumpai di

Indonesia, di daerah Jawa khususnya kita mengenal legenda perseorangan, seperti

“Pangeran Samodra” dari Sragen, legenda “Joko Buduk” dari Sragen, legenda

“Raja Mala” dari Surakarta dll (Bakdi Sumanto, 2001).

4) Legenda Setempat

Legenda Setempat (local legends) adalah legenda atau cerita yang

berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat dan berbentuk topografi suatu

tempat (James Dananjaya, 1997: 75-83). Legenda yang berhubunga dengan nama

suatu tempat contohnya, asal mula nama kota Salatiga, Banyuwangi, asal mula

nama daerah Rawa Pening, dan sebagainya. Sementara itu legenda yang

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

berhubungan dengan bentuk topografi suatu tempat yaitu legenda Sangkuriang,

legenda Gunung Tangkuban Perahu, legenda Gunung Mardido, dan lain-lain.

3) Dongeng

Dongeng (folktale) dalam bahasa Belanda disebut dengan “sprokje” dalam

bahasa Jerman disebut degan “marchen”. Hartoko dan Rahmanto, (1999: 34)

mengemukakan dongeng adalah cerita tradisi yang secara lisan turun temurun

disampaikan kepada kita, pengarangnya tidak dikenal. Dunianya khayalan.

Bascom (dalam James Dananjaya, 1994: 50) berpendapat dongeng merupakan

cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang mempunyai

cerita, tidak terikat oleh waktu dan tempat. Lebih lanjut (Haviland, 1993: 233)

juga menyampaikan pendapatnya bahwa dongeng adalah cerita kreatif yang diakui

sebagai khayalan untuk hiburan. Pengertian lain disampaikan oleh Idat

Abdulwahid, Min Rukmini, dan Kalsum, (1998: 14-16) bahwa dongeng adalah

cerita pendek kolektif kasusastraan lisan yang merupakan cerita prosa rakyat dan

dianggap tidak benar-benar terjadi.

Dongeng adalah cerita rakyat yang secara lisan turun temurun disampaikan

pada kita, dan pengarangnya tidak dikenal. Dongeng biasanya tidak ada catatan

mengenai tempat dan waktu, biasanya tamat dengan happy ending, atau berarkhir

dengan suatu kebahagiaan, susunan kalimat, struktur dan penokohan sederhana,

serta sering terjadi pengulangan (Diek Hartono dan Bernardus Rahmanto, 1986:

34). Sejalan dengan definisi tersebut dinyatakan bahwa dongeng adalah cerita

kreatif yang diakui sebagai khayalan, untuk hiburan (Haviland, 1993: 233).

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa dongeng tidak

mengandung aspek historis. Selain itu diakui bahwa dongeng hanya sebagai

khayalan belaka. Walaupun dipandang untuk keperluan hiburan dongeng juga

member atau dapat digunakan sebagai wejangan atau member pelajaran praktis.

Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga cerita yang

menggambarkan kebenaran, berisikan pelajaran (moral) atau bahkan sindiran.

Dongeng biasanya berisikan petualangan tokoh cerita yang penuh

pengalaman ajaib dan akhirnya mendapatkan kebahagiaan. Kejadian-kejadian

yang dialami tokohnya sering merupakan sesuatu yang tidak mungkin terjadi

dalam kehidupan nyata.

Dongeng biasanya berisi kisah petualangan tokoh cerita yang penuh

dengan pengalaman gaib dan berbagai macam tantangan yang akhirnya mendapat

kebahagiaan. Kejadian-kejadian yang dialami oleh tokoh cerita berupa hal-hal

yang tidak mungkin terjadi dalam kehidupan nyata. Liew Yock Fank dalam

Herman J. Waluyo (2009: 23) mengemukakan dongeng termasuk klasifikasi cerita

rakyat (folk literatur). Cerita rakyat tersebut merupakan bagian dari kebudayaan

rakyat (folklore) yang meliputi mite, legenda, fabel, cerita jenaka, dan cerita

pelipur lara.

Dalam kebudayaan tertentu atau yang berkembang di daerah tertentu,

orang akan dapat mengelompokan tipe-tipe dongeng lokal, misalnya: dongeng

hewan, dongeng pengalaman manusia, tipu muslihat, dilema, moral, hantu, cerita

omong kosong, cerita cabul, dan sebagainya. Namun, seperti halnya legenda,

dongeng seringkali menggambarkan suatu pemecahan-pemecahan local, masalah-

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

masalah etis yang terdapat secara menyeluruh (universal) pada umat manusia.

Dalam arti tertentu dongeng dapat mengemukakan suatu filsafat tentang moral.

Oleh karena itu, pelajaran atau nilai-nilai yang terkandung dalam suatu dongeng

dapat menggambarkan sampai manakah seseorang memiliki kepercayaan kepada

diri sendiri dalam menghadapi berbagai persoalan dan berbagai masalah-masalah

di dalam masyarakat itu sendiri.

c. Fungsi Cerita Rakyat

Cerita rakyat yang ada dalam suatu daerah biasanya tidak hanya

mengungkapkan hal-hal yang bersifat permukaan. Cerita rakyat merupakan

meruoakan sendi-sendi kehidupan secara lebih mendalam. Kehadira atau

keberadaannya sering merupakan tanggung jawab atau teka-teki alam yang

terdapat di seputar kita. Namun, saat ini penutur cerita rakyat sudah jarang

dijumpai atau sudah langka. Hai itu menuntut adanya penginventarisasian cerita

rakyat agar isi ceritanya dapat kita nikmati. Nilai-nilai yang ada di dalamnya dapat

kita tenamkan kepada generasi muda serta dapat dilestarikan keberadaannya.

Pandangan secara umum tentang isi cerita rakyat atau folklore merupakan

suatu gambaran masyarakat pemiliknya. Artinya folklore atau cerita rakyat dapat

dijumpai di seluruh daerah atau suku di Indonesia dengan segala jenis dan

variasinya.

Cerita rakyat berfungsi mengungkapkan hal-hal atau sendi-sendi

kehidupan masyarakat secara lebih mendalam. Kebenarannya merupakan jawaban

atas teka-teki alam yang terdapat di sekitar kita. Secara nyata, cerita rakyat

mampu memberi sumbangan nilai-nilai pendidikan yang kadang kita kurang

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

menyadarinya. Padahal, cerita rakyat dapat berperan dalam pengembangan

kepribadian manusia, terbukti cerita yang dibawakan oleh orang tua akan

mempengaruhi jiwa anaknya sehingga pada kelanjutannya dapat membentuk

pribadi si anak di kelak kemudian hari sebagai generasi penerus yang mengerti

asal-usul nenek moyangnya, dan meneladani kehidupan para pendahulu, serta

menghindari hal-hal yang kurang terpuji.

Menurut James Dananjaya (1997: 19) pengkajian sastra lisan yang di

dalamnya termuat cerita rakyat (folk literature) memiliki fungsi antara lain: (1)

sebagai sistem proyeksi (projective system), (2) sebagai alat pengesahan pranata-

pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan, (3) sebagai alat pendidik anak

(pedagogical device) (4) sebagai alat pemeriksa dan pengawas agar norma-norma

masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.

Secara ringkas, satra lisan di masyarakat memiliki empat fungsi, yaitu: (1)

sebagai sistem proyeksi, (2) sebagai alat pengesahan sosial, (3) sebagai alat

pemaksa berlakunya norma-norma sosial, dan (4) sebagai alat pendidik anak

(Suripan Sadi Hutomo, 1991: 69).

Keempat fungsi inilah yang juga mendorong perlu dan pentingnya kajian

secara mendalam mengenai cerita rakyat. Cerita rakyat, selain merupakan

hiburan, juga merupakan sarana untuk mengetahui (1) asal-usul nenek moyang,

(2) jasa atau teladan kehidupan para pendahulu, (3) hubungan kekerabatan

(silsilah), (4) asal mula tempat, (5) adat-istiadat, dan (6) sejarah benda pusaka

(Dendy Sugono, 2003: 126). Selain itu, cerita rakyat juga dapat berfungsi sebagai

penghubung kebudayaan masa silam dengan kebudayaan yang akan datang.

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Dalam arti luas, sastra lisan (cerita rakyat) dapat juga berfungsi sebagai

sarana untuk menanamkan benih-benih kesadaran akan keangungan budaya yang

menjadi pendukung kehidupan suatu bangsa.

2. Hakikat Struktur Cerita

Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan

gambaran ari semua bahan dan bagian yang menjadikan komponennya secara

bersama membentuk suatu kebulatan (Burhan Nurgiyantoro, 2002: 36). Faruk

(2003: 16) mengemukakan bahwa struktur karya sastra juga mengacu pada suatu

pengertian hubungan antarunsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling

menentukan, saling mempengaruhi, dan secara bersama membentuk suatu

kesatuan yang utuh.

Sejalan dengan pernyataan Burhan Nurgiyantoro, Panuti Sudjiman (1988:

13) menyatakan bahwa melalui kegiatan analisis, kita akan menjadi paham akan

duduk perkara suatu cerita. Pembaca akan dapat lebih menikmati dan memahami

cerita, tema, pesan-pesan, penokohan, gaya dan hal-hal yang diungkapkan dalam

karya itu.

Untuk mengetahui struktur sebuah cerita perlu mengadakan sebuah

analisis. Analisis strukturan dilakukan untuk membongkar dan memaparkan

secara cermat, teliti dan detail dan mendalam atas keterjalianan semua unsur dan

aspek semua karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh

(Teeuw, 2003: 112). Pendapat lain disampaikan oleh Zaenudin Fananie bahwa

karya sastra bisa disebut bernilai apabila masing-masing unsur pembentuknya

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

tercermin dalam strukturnya, seperti tema, karakter, plot, setting dan bahasa yang

merupakan satu kesatuan utuh (Zainudin Fananie, 2001: 76).

Sastra mengenal istilah strukturalisme sebagai salah satu pendekatan dan

penelitian kesastraan yang menekankan pada kajian, hubungan antarunsur

pembangun suatu karya. Jadi strukturalisme disebut juga sebagai pendekatan

objektif yang dipertentangkan dengan pendekatan lain misalnya pendekatan

mimetik, ekspresi, dan pragmatik (Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995:

37).

Analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi,

mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik, keadaan

peristiwa, plot, tokoh, dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Analisis

struktural bertujuan memaknakan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan

antarberbagai unsur karya sastra dan sumbangan apa yang diberikan terhadap

tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai oleh sebuah struktur

yang komplek dan unik (Burhan Nurgiyantoro, 1995: 37-38).

Cerita tradisi sebagai bagian dari karya sastra dipandang sebagai kebulatan

dan keterjalinan makna yang diakibatkan oleh adanya perpaduan isi dengan

pemanfaatan bahasa sebagai alatnya. Dengan kata lain kajian intrinsik struktur

cerita juga memandang dan menelaah cerita tradisi itu dari segi yang membangun

karya sastra, yaitu tema, alur, latar, dan penokohan (Atar Semi, 1993: 13).

Kajian struktural sebuah karya sastra tidak dapat dipisahkan dari latar

belakang sosial, budaya kesejarahannya, karena akan menyebabkan karya itu

menjadi amat terbatas dan kurang bermanfaat bagi kehidupan. Oleh karena itu

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

analisis struktural dilengkapi dengan analisis lain yang dikaitkan dengan keadaan

sosial budaya secara lebih luas (Burhan Nurgiyantoro, 1995: 39).

a. Tema

Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup yang melatarbelakangi

penciptaan karya sastra. Karena karya sastra merupakan refleksi kehidupan

masyarakat, tema yang diungkapkan dalam karya sastra sangat beragam. Tema

dapat berupa persoalan moral, etika, sosial budaya, agama, teknologi, dan tradisi

yang terkait erat dengan masalah kehidupan. Tema dapat juga berupa pandangan

pengarang dalam menyiasati persoalan yang muncul. Tema dapat dipandang

sebagai dasar cerita dan gagasan dasar umum tersebut digunakan untuk

mengembangkan cerita. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita dan

menjiwai seluruh bagian cerita tersebut (Burhan Nurgiyantoro, 1995: 70).

Panuti Sudjiman memberi batasan dengan istilah tema sebagai gagasan

ide, yaitupokokpersoalah yang mendominasi suatu karya sastra (1998: 50).

Sementara itu, Burhan Nurgiyantoro (1994: 70) membatasi istilah tema sebagai

gagasan dasar cerita, gagasan dasar umum sebuah karya novel. Berdasarkan

definisi tema tersebut dapat ditarik kesimpulan tema adalah gagasan pokok yang

mendasari suatu cerita dan mendominasi suatu karya sastra.

Suminto A. Sayuti menyatakan bahwa dalam pengertian yang paling

sederhana, tema adalah makna cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita (Suminto

A. Sayuti, 1998: 97). Sejalan dengan pendapat tersebut, Fananie menyampaikan

pendapatnya tentang tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang

melatarbelakangi ciptaan karya sastra (Zaenudin Fananie, 2001: 84). Karena sastra

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam

karya sastra bisa sangat beragam. Tema dapat berupa persoalan moral, etika,

agama, sosial budaya, perjuangan, teknologi, tradisi yang berkaitan erat dengan

masalah kehidupan.

Tema selalu berkaitan dengan pengalaman kehidupan, melalui karyanya

itu, pengarang menawarkan makna tertentu dalam kehidupan, mengajak pembaca

untuk melihat merasakan dan menghayati makna kehidupan. Mungkin kita akan

merasakan suatu keharuan, penderitaan atau kebahagiaan seperti yang dialami

tokohnya, atau sifat emotif yang dapat menyebabkan kita mengalami perubahan

dalam menjalani hidup dan kehidupan ini (Burhan Nurgiyantoro, 1995: 71).

Tema merupakan refleksi fiksional tentang kehendakmanusia untuk

memberi makna terhadap pengelaman-pengalamannya. Tema merefleksikan

kehendak manusiayang mendasar dan bersifat universal. Tema merupakan salah

satu dari daya tarik sebuah fiksi yang juga paling mendasar dan universal. Dapat

disimpulkan bahwa tema merupakan gagasan sentral pengarang yang akan

disampaikan kepada pembaca. Tema adalah masalah hakiki manusia yang ingin

dipecahkan dalam karya yang diwujudkan oleh pengarang.

b. Plot/Alur Cerita

Alur cerita merupakan rangkaian peristiwa yang merupakan susunan

kejadian-kejadian yang satu sama lain saling berhubungan. Alur disebut juga plot.

Alur atau plot adalah rangkaian kejadian dalam ceritayang disusun sebagai

interelasi fungsional kejadian dalam cerita yang sekaligus menandai urutan

bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi (Atar Semi, 1993: 43).

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, tetapi tiap kejadian itu

hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau

menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Kejelasan plot/alur cerita adalah

kejelasan tentang kaitan antarperistiwa yang dikisahkan secara linier, akan

mempermudah pemahaman terhadap cerita yang ditampilkan. Kejelasan plot

berarti kejelasan cerita, kesederhanaan plot berarti kemudahan cerita dimengerti,

sebaliknya plot yang rumit dan komplek menyebabkan cerita sulit dipahami

(Burhan Nurgiyantoro, 1995: 110).

Kaidah Pemplotan

1) Plausibilitas

Plausibilitas diartikan sebagai suatu hal yang dapat dipercaya sesuai

dengan logika cerita. Plot sebuah cerita harus memiliki sifat plausible, dapat

dipercaya oleh pembaca. Pengembangan plot cerita yang tidak plausible dapat

membingungkan dan meragukan pembaca, misalnya karena tidak ada atau tidak

jelasnya unsur kausalitas. Lebih dari itu mungkin orang akan menganggap bahwa

karya tersebut kurang bernilai (literer) (Burhan Nurgiyantoro, 1995: 130).

2) Suspense

Suspense adalah cerita yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu di hati

pembacanya dan pembaca akan terdorong keinginannya untuk membacanya

sampai selesai. Menurut Kenny (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995: 134),

Suspense adalah harapan yang belum pasti pada pembaca terhadap akhir cerita.

Jelasnya unsur suspense akan mendorong, mengelitik, dan memotivasi pembaca

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

untuk setia mengikuti cerita mencari jawab rasa ingin tahu terhadap kelanjutan

dan akhir cerita.

Unsur suspense yang terus-menerus terjaga secara kuat melingkupi

perkembangan plot, pembaca akan merasa penasaran jika belum

menyelesaikannya. Cara membangkitkan suspense dalam sebuah cerita adalah

menampilkan foreshadowing yakni menampilkan peristiwa tertentu yang bersifat

mendahului mungkin saja berupa pertanda atau firasat (Burhan Nurgiyantoro,

1995: 135).

3) Surprise

Surprise adalah sesuatu yang bersifat mengejutkan atau kejutan yang

menampilkan sesuatu yang menyimpang atau bahkan bertentangan dengan

harapan pembaca (Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995: 136). Jadi bisa

dikatakan dalam karya itu terdapat penyimpangan, pelanggaran, atau penentangan

dalam cerita dengan apa yang telah menjadi biasanya.

Plot yang baik suspense, surprise, dan plausibility berjalinan sangat erat

dan saling menunjang, saling mempengaruhi serta membentuk satu kesatuan yang

padu (Burhan Nurgiyantoro, 1995: 138).

4) Kesatupaduan

Kesatupaduan menyaran pada pengertian bahwa berbagai unsur yang

ditampilkan khususnya peristiwa-peristiwa fungsional, berkaitan dengan acuan

yang mengandung konflik atau seluruh pengalaman yang hendak

dikomunikasikan memiliki keterkaitan (ada benang merah yang menghubungkan)

aspek cerita (Burhan Nurgiyantoro, 1995: 138).

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Plot atau alur cerita meliputi: (1) paparan awal cerita (expotition), (2)

masuk problem (inciting moment), (3) penanjakan konflik (rising action), (4)

konflik makin ruwet (komplication), (5) menurunnya konflik (talking action), (6)

penyelesaian (denouement) (Herman J. Waluyo, 1995: 148).

Sesuai dengan beberapa pendapat mengenai alur cerita tersebut, Herman J.

Waluyo membagi alur/plot sebuah cerita menjadi enam tahapan, yaitu:

(1) Paparan awal cerita (expotion), yaitu tahap yang berisi pelukisan dan

pengenalan situasi latar serta tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupkan tahap

pembukaan cerita atau pemberian informasi awal yang berfungsi sebagai

landasan cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.

(2) Mulai ada problem (generaying ciricumstances), yaitu tahap memunculkan

masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik

mulai dimunculkan. Jadi, tahap ini merupakan tahap awal muncul konflik.

Konflik itu akan dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap

berikutnya.

(3) Penanjakan konflik (rising action), yaitu tahap pemunculan konflik yang

semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Peristiwa-

peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita bersifat semakin mencekam dan

menegangkan. Konflik-konflik yang terjadi mulai mengarah ke klimaks dan

semakin tak terhindarkan.

(4) Konflik yang semakin ruet (complication), yaitu tahap penyampaian konflik

atau puncak ketegangan. Pertentangan-pertentangan yang terjadi pada diri atau

antartokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita

terjadinya konflik utama. Sebuah fiksi yang panjang mungkin saja memiliki

lebih satu klimaks.

(5) Konflik menurun (falling action), yaitu tahap klimaks mulai menurun.

Artinya, klimaks sudah mulai kendor. Konflik sudah hampir berakhir dan

sudah mulai ada titik tentu.

(6) Tahap penyelesaian (denouement), tahap pemberian solusi atau jalan keluar.

Konflik-konflik yang ada diberi jalan keluar, lalu cerita diakhiri.

Dari beberapa pendapat di atas, plot merupakan jalinan cerita dari awal

sampai akhir, berkesinambungan, dinamis, berhubungan dengan sebab akibat

(kausalitas), berperan sangat penting dalam cerita, berfungsi untuk membaca ke

arah pemahaman secara rinci. Plot yang baik adalah sebuah alur cerita yang

mudah dipahami pembacanya.

c. Tokoh dan Karakter

Istilah “Tokoh” merujuk pada orangnya atau pelaku cerita, misal pelaku

utama, atau tokoh pemeran protagonis, antagonis, dan sebagainya. Karakter

adalah watak atau perwatakan menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang

ditafsirkan oleh pembaca atau lebih pada kualitas pribadi seorang tokoh (Burhan

Nurgiyantoro, 1995: 165).

Teknik Penokohan dan Penggambaran Watak:

1) Teknik Penokohan

Seorang tokoh cerita ciptaan pengarang itu jika disukai banyak orang dalam

kehidupan nyata apalagi sampai dipuja dan digandrungi berarti merupakan tokoh

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

yang mempunyai relevansi. Salah satu bentuk kerelevansian tokoh sering

dihubungkan dengan kesepertihidupan (lifelikeness) (Kenny dalam Burhan

Nurgiyantoro, 1995: 175).

2) Teknik Penggambaran Watak

Teknik penggambaran/pelukisan watak tokoh dalam suatu karya yakni

pelukisan/penggambaran sikap, sifat, watak, tingkah laku, dan berbagai hal lain

yang berhubungan dengan jati diri tokoh dibedakan kedalam dua cara atau teknik,

yaitu teknik uraian (telling) dan teknik ragaan (showing). Kedua teknik ini hanya

berbeda istilah namun secara esensial sama, yakni menyarankan pada

penggambaran secara langsung dan penggambaran secara tidak langsung. Kedua

teknik tersebut masing-masing memiliki kelamahan dan kelebihan yang dalam

penggunaannya tergantung pada selera pengarang dan kebutuhan penceritaan.

Pada umumnya pengarang menggunakan campuran dengan mempergunakan dua-

duanya, hal itu dirasa lebih menguntungkan karena kelemahan masing-masing

dapat ditutup (Burhan Nurgiyantoro, 1995: 195).

Tokoh cerita menurut Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995: 165),

adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif yang ditafsirkan

pembaca memiliki kualitas moral tertentu yang diekspresikan dalam ucapan dan

tindakan. Jadi istilah penokohan pengertiannya lebih luas daripada tokoh dan

perwatakan. Singkatnya, pengarang bebas untuk menampilkan dan

memperlakukan tokoh meskipun hal itu berbeda dengan dunianya sendiri di dunia

nyata (Burhan Nurgiyantoro, 1995: 166).

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

d. Latar/Setting.

W.H. Hudson (dalam Herman J. Waluyo, 2002: 198), mengatakan bahwa

setting adalah keseluruhan lingkungan cerita meliputi adat istiadat, kebiasaan, dan

pandangan hidup tokohnya yang berkaitan dengan waktu, tempat penceritaan,

tempat terjadinya cerita, misalnya siang, malam atau pagi, hari, bulan, atau tahun,

di desa, kota atau wilayah tertentu, di pantai, gunung, danau, sungai atau

lingkungan masyarakat tertentu, dan sebagainya.

Unsur latar data dibedakan menjadi tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu,

dan sosial. Ketiga unsur tersebut menawarkan permasalahan berbeda, tetapi saling

berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Unsur-unsur latar

tersebut yaitu:

1) Latar Tempat

Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diciptakan dalam sebuah karya fiksi. Tempat-tempat yang bernama adalah tempat

yang dijumpai dalam dunia nyata. Latar tempat tanpa nama jelas biasanya hanya

penyebutan jenis yang bersifat umum yakni sungai, jalan, kota, desa, hutan dan

sebagainya. Keberhasilan latar tempat lebih ditentukan oleh ketepatan deskripsi,

fungsi, dan keterpaduannya dengan unsur latar yang lain sehingga semuanya

bersifat saling mengisi dan keberhasilan penampilan unsur latar dapat dilihat dari

segi koherensinya dengan unsur fiksi lain dan dengan tuntutan cerita secara

keseluruhan (Burhan Nurgiyantoro, 1995: 227-228).

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

2) Latar Waktu

Latar waktu sangat berhubungan dengan masalah kapan terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Biasanya

dihubungkan dengan waktu faktual untuk memberi kesan pada pembaca seolah-

olah cerita itu sungguh ada dan terjadi sehingga sangat berpengaruh terhadap

perkembangan plot dan cerita secara keseluruhan dan bersifat fungsional (Burhan

Nurgiyantoro, 1995: 230).

3) Latar Sosial

Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi,

mencakup berbagai masalah dalam ruang lingkup yang cukup komplek meliputi

kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir

dan bersikap, latar spiritual, dan status sosial tokoh-tokoh yang bersangkutan

(Burhan Nurgiyantoro, 1995: 233).

e. Amanat

Amanat dapat disajikan secara eksplisit (tersurat) dan imptlisit (tersirat),

melalui dialog atau percakapan antartokoh akan mudah ditangkap maknanya oleh

pembaca, atau dapat pula dengan melalui perenungan atau pemikiran atas apa

yang terjadi dalam cerita. Amanat dapat bersifat interpretatif artinya setiap orang

mempunyai penafsiran makna yang berbeda dengan yang lain (Herman J.

Waluyo, 2008: 151).

Cerita yang dikatakan baik, yakni cerita yang dapat diteladani bagi

manusia dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Dengan mengenali dan

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

gemar membaca cerita rakyat akan termotivasi menjadi manusia yang kaya akan

wawasan budaya, berkepribadian baik, dan mampu bertanggung jawab terhadap

diri sendiri maupun lingkungan. Dengan kata lain pembaca akan mampu memetik

pesan di balik tokoh cerita dan memilih yang dapat diteladaninya.

3. Nilai Edukatif dalam Karya Sastra

a. Hakikat Nilai

Darsono Wisadirana (2004: 31), nilai adalah gagasan yang berpegang pada

suatu kelompok individu dan menandaka pilihan di dalam suatu situasi. Nilai

selalu dikaitkan dengan kebaikan, kemaslahatan, dan keluhuran. Nilai merupakan

sesuatu yang dihargai, dijunjung tinggi oleh manusia untuk memperoleh

kebahagiaan hidup. Dengan nilai manusia dapat merasakan kepuasan lahir dan

batin.

Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, sulit dirumuskan, kriterianya

beragam, tidak dapat diukur oleh sifat-sifat lahiriyah tetapi bersifat batiniah.

Tingkat kepuasan nilai tiap-tiap orang berbeda karena nilai berhubungan dengan

perasaan hati dan bersifat relatif.

Cerita rakyat menyumbangkan nilai positif dalam kehidupan masyarakat.

Cerita rakyat dapat pula berperan dalam pengembangan kepribadian manusia.

Cerita rakyat yang dituturkan oleh orang tua atau guru akan mempengaruhi jiwa

anak atau siswa sehingga kelanjutannya dapat membentuk pribadi yang luhur

dengan mencontoh pada pelaku-pelaku utama.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

b. Nilai dalam Karya Sastra

Karya sastra yang baik harus memiliki beberapa nilai yaitu nilai estetika,

nilai moral, nilai konsepsional, nilai sosial budaya dan lain-lain yang pada

dasarnya bermuatan positif yang perlu ditanankan pada generasi muda. Mudji

Sutrisno (1997: 63), menyatakan bahwa nilai-nilai dari sebuah karya sastra dapat

tergambar melalui tema besar mengenai siapa manusia, kebenaran di dunia dan

dalam masyarakat, apa kebudayaannya, dan bagaimana proses pendidikannya.

c. Hakikat Pendidikan

Pendidikan berarti pengaruh, bantuan atau tuntunan yang diberikan oleh

orang yang bertanggungjawab kepada seseorang yang dididik. Jadi pendidikan

memiliki dua pengertian yaitu: (1) tugas dan fungsi mendidik, (2) tujuan

mendidik. Pendidikan menyiratkan adanya tugas pembentukan terhadap pribadi

anak didik juga tersirat adanya usaha penyerahan kebudayaan kepada generasi

berikutnya (Soedomo Hadi, 2003: 18).

Dengan demikian pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan

manusia yang artinya pendidikan yang dilakukan dalam bentuk aktualisasi

potensi diri diubah menjadi kemampuan/kompetensi. Pendidikan berperan sangat

strategis dalam segala aktivitas di masyarakat dan berfungsi maksimal dalam

hubungannya dengan aspek-aspek kehidupan yang lain. Pendidikan masyarakat

berubah, kebudayaan yang ada juga berubah, perubahan tersebut sangat

dipengaruhi oleh keadaan kualitas pendidikan masyarakat.

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

d. Nilai Edukatif dalam Cerita Rakyat

Karya satra yang baik (termasuk cerita rakyat) mengungkapkan nilai-nilai

luhur yang bermanfaat bagi pembacanya. Nilai-nilai tersebut bersifat mendidik

serta menggugah hati pembacanya yang mencakup nilai pendidikan moral, nilai

adat, nilai agama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Herman J. Waluyo (1990: 27),

bahwa nilai sastra berarti kebaikan yang ada dalam makna karya sastra bagi

kehidupan yakni makna medial (menjadi sasaran) dari makna final (yang dicari

seseorang), nilai cultural, nilai kesusilaan dan nilai agama.

1. Nilai Pendidikan Moral

Dalam karya sastra moral mencerminkan pandangan hidup pengarang

tentang nilai-nilai hidup pengarang yang disampaikan kepada pembaca. Moral

sebagai salah satu sarana yang berhubungan dengan ajaran tertentu yang bersifat

praktis, dapat ditafsiran oleh pembaca (Burhan Nurgiyantoro, 1995: 322). Moral

sebagai petunjuk pengarang kepada pembaca tentang masalah kehidupan, sikap,

tingkah laku dan pergaulan melalui tokoh-tokohnya. Moral selalu mengacu pada

perilaku manusia, baik dan buruk yang mengarah pada budi pekerti yang

ditanamkan dengan tujuan pembentukan moral baik kepada para pembaca

terutama generasi penerus.

2. Nilai Pendidikan Adat/Tradisi

Adat bisa disebut juga tradisi sudah bisa menjadi kebiasaan turun temurun

dalam suatu masyarakat. Tata cara hidup mencakup lingkup sosial berupa

kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

dan bersikap termasuk spiritual. Selain itu latar belakang sosial berhubungan

dengan status sosial tokoh yang bersangkutan (Burhan Nurgiyantoro, 1995: 233).

Di dalam tradisi terkandung banyak kearifan, acuan paling dekat dalam

berkebudayaan bagi bangsa dan negara. Globalisasi bukan suatu hal yang baru

namun kita harus memperhatikan nilai-nilai tradisi yang diwariskan oleh nenek

moyang kita.

3. Nilai Pendidikan Agama/Religi

Religi atau kepercayaan mengandung segala keyakinan bayangan manusia

tentang sifat-sifat Tuhan, tentang alam gaib, tentang segala nilai, norma dan ajaran

religi, yang bersangkutan. Sedangkan tata cara ritual dan upacara merupakan

usaha manusia untuk menjalin hubungan dengan Sang Pencipta, dewa-dewa,

makhluk-makhluk halus yang mendiami alam gaib (Koentjaraningrat, 1984: 145).

Masyarakat percaya bahwa agama telah menjadi kekuatan untuk kebaikan.

Hal inilah yang membuktikan bahwa cerita rakyat sarat akan nilai-nilai

pendidikan agama yang tetap memiliki relevansi dengan kehidpan zaman dahulu,

sekarang dan yang akan datang.

4. Nilai Pendidikan Kepahlawanan

Pahlawan dapat diartikan sebagai seorang yang berani mengorbankan jiwa

raga, harta benda untuk membela negaranya. Dari kata pahlawan terbentuk kata

kepahlawanan yang berarti sifat yang berhubungan dengan keberanian seseorang

terhadap siapapun yang akan mengusik. Kepahlawanan seseorang dalam setiap

peristiwa dikaitkan dengan tokoh atau pelaku cerita termasuk di dalamnya cerita

rakyat. Tokoh cerita yang dikagumi biasanya memilki sifat jiwa kepahlawanan,

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

penuh keberanian, membela kebenaran, semangat perjuangan yang tinggi untuk

memperjuangkan segala hal yang baik dan benar.

e. Cerita Rakyat dalam Pengajaran Sastra

Cerita rakyat merupakan bagian dari karya sastra yang memiliki fungsi

dan kegunaan dalam pengajaran sastra, dapat digunakan untuk menafsirkan dan

memahami problematika dalam kehidupan nyata. Melalui cerita rakyat dapat

ditunjukan bahwa karya sastra memiliki relevansi dengan kehidupan masa lalu,

masa sekarang dan masa yang akan datang.

Rahmanto (1998: 15-16) mengatakan, jika pengajaran sastra dilakukan

dengan cara yang tepat, dapat memberikan sumbangan yang besar untuk

memecahkan masalah-masalah cukup sulit di dalam masyarakat. Melalui

pengajaran sastra di sekolah dapat diketahui tradisi, budaya, perjuangan, dan

sejarah kehidupan masa lampau. Secara lebih terperinci pengajaran sastra pilihan

cerita rakyat memiliki banyak manfaat dan dapat membantu pendidikan secara

utuh. Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila

cakupannya meliputi: (1) membantu keterampilan berbahasa, (2) meningkatkan

pengetahuan budaya, (3) mengembangkan cipta rasa, (4) menunjang pembentukan

watak.

Dengan membaca cerita rakyat dapat diketahui pula masa lampau,

memahami isi, menyerap dan mengambil nilai-nilai positifnya. Keteladanan para

tokoh cerita pada peristiwa dalam cerita rakyat dapat dijadikan inspirasi

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

membentuk dan mengembangkan cipta rasa yang pada akhirnya membentuk

karakter siswa termotivasi oleh karakter tokoh cerita.

Menurut Sarwiji Suwandi (2008: 11-12) cerita rakyat memiliki implikasi

penting dalam kurikulum. Implikasi tersebut adalah: (1) cerita rakyat sebagai

bahan ajar yang mencakup struktur, isi, dan nilai edukatif; (2) guru menentukan

pilihn cerita rakyat yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan;

(3) sekolah bersama dengan pemerintah mempersiapkan buku-buku cerita rakyat

di perpustakaan sekolah sebagai bahan bacaan yang memadai.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka cerita rakyat sangat relevan

diajarkan melalui pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah sedini

mungkin sesuai tingkat kelasnya. Keuntungan lain dari pembelajaran cerita rakyat,

siswa mampu meneladani dengan mencontoh perwatakan tokoh-tokoh cerita yang

pada akhirnya siswa mampu memilih yang baik untuk diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa usaha membukukan cerita rakyat dan beberapa penelitian yang

relevan dengan penelitian tentang cerita rakyat antara lain:

Penelitian dengan judul “Cerita Rakyat Kabupaten Sukoharjo: Suatu

Kajian Struktural dan Nilai Edukatif “ (Dudung Andriyanto, tahun 2006). Dari

hasil penelitian dapat diketahui bahwa kabupaten Sukoharjo memiliki sejumlah

cerita Rakyat yang masih hidup dan berkembang sampai saat ini. Cerita rakyat

yang ada antara lain: (1) Ki Ageng Balak, (2) Kyai Ageng Banyubiru, (3) Kyai

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Ageng Banjaransari, (4) Kyai Ageng Sutowijaya, dan (5) PesanggrahanLangen

Haro. Kelima cerita rakyat tersebut memiliki struktur cerita yang terdiri dari tema,

alur, tokoh, latar dan amanat

Mieder Wolfgang dalam artikelnya, “Now I Sit Lake a Rabbit in the

Pepper”. Proverbial Language in the Letters of Wolfgang Amadeus Mozart. Dia

berpendapat the stylistic and biographical discussion of the traditional folk

rhetoric is grouped under eight subheadings: Incatations and curses as proverbial

formulas, animal phrases as social commentary, sometic expressions as emotional

indicators(http://muse.jhu.edu/journals/journal_of_folklore_research/toc/jfr40.1.ht

.ml.) Dia berpendapat bahwa dalam penelitian folklornya berkaitan dengan mantra

dan kutukan yang dirumuskan menjadi pepatah, termasuk binatang yang berbicara

berkomentar tentang sosial. Folklor yang diambil untuk penelitian terserah tokoh

binatang yang berbicara, sama halnya dengan cerita “Si Kancil”.

Salamon Hagar dalam artikelnya dalam Jurnal of folklore research yang

berjudul Blackness in Transition: Decoding Radical Constructs through Stories of

Ethiopian Jews. Dia mengemukakan This research has uncovered a system of

radical hierarchies among the beta Israel, including a secret system of master and

slaves (chewa and barya), and this system challenges conventions of control and

racist ideology. Dalam artikel tersebut riset folklor digunakan untuk membongkar

sistem ini menghadapi tantangan konvensi dan kendali ideologi. Menyoroti

masyarakat kulit hitam Etiopia yang berusaha membongkar system rasial dalam

budayanya.(http://musc.jhu.edu/journals/journal_of_folklore_research/toc/jfr40.1.

ht.ml)

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Mitos dan cerita rakyat ini dimulai pada awal abad-19 ketika Jacob dan

Wilhelm berusaha menerbitkan koleksinya tentang cerita rakyat pada edisi yang

ke-2. Pada kata pengantar dan catatan tentang karya mereka. Dalam buku tersebut

memberikan banyak persoalan tentang cerita rakyat yang ada pada saat itu. Seperti

metodologi pengumpulan dan penerbitan cerita yang berisi tentang tradisi,

pertanyaan tentang berapa lama cerita tersebut ada, mempertanyakan tentang jenis

cerita dan permasalahannya. Grimms mengadakan pembelajaran tentang cerita

rakyat internasional, mereka memberi sebuah penyelidikan dengan menyertakan

bukti tentang dongeng rakyat yang berada di Yunani kuno dan Romawi. Sebelas

tahun kemudian penelitian pertama muncul dengan mengedepankan dongeng

moderen yang dibuat oleh Jacob bersaudara jumlah terbanyak tentang dongeng

terjadi pada abad-20 yang dinamakan sebagai sistem yang diterima berdasarkan

klasifikasi dari jenis dongeng tersebut. Pengklasifikasian jenis dongeng yang

berawal dari tradisi sangatlah mempengaruhi para peneliti pada saat itu. Terlebih

tidak adanya penelitian yang difokuskan pada kisah tertentu dimana jenis dongeng

tersebut harus diseleksi, pada salah satu sisi, kisah binatang atau cerita binatang,

cerita masjid, cerita agama, novel, cerita lucu, dan cerita bersambung telah

didokumentasikan dengan baik. (William Hansen, 1997, Mythology and Folktale

Typologi: Chronicle of a Failed Scholarly Revolution, Journal Of Folklore

Research, vol 34, hal 275)

Seorang anak dari New Zealand mengingatkan pada Sina yang lain,

seorang yang mempunyai watak yang jelek, seorang perempuan yang membawa

botol air ketika bulan sedang tergelincir di balik awan. Sina yang berada di

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

kegelapan, kemudian menumpahkan airnya, dan menyakiti kakinya. Dia marah

dan mengutuk bulan. Dan ini adalah salah satu budaya Maori sebagai

hukumannya dibawa ke bulan. Dimana dia masih memiliki temperamen yang

buruk. Orang-orang Polinesia jaman dahulu sangat dekat dengan alam. Alam

adalah ukuran, dimana alam mempunyai pengaruh yang utama pada kehidupan

mereka. Konsekuensinya banyak legenda dan dongeng dari Polinesia yang

memperhatikan pada pencipta alam dan kejadiannya. (Sharon Black, 1999, Using

Polynesian Legends And Folktales to Encourage Culture Vision and Creativity,

Journal Of Cultur Education, vol 75).

Selanjutnya yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan ialah

jurnal yang berjudul Gramsci Good Sense and Critical Folklore yang ditulis oleh

Stephen Olbrys Gencarella (2009). Penelitian ini membahas kekosongan ilmiah

kontribusi Antonio Gramsci untuk studi cerita rakyat di dunia yang berbahasa

Inggris. Menurutnya kritik Gramsci, cerita rakyat telah sering disalahpahami

karena belum dibaca bersama-sama dan diberi komentar pada bahasa yang

menggunkan akal sehat dan agama, dan juga belum ada konteks diskusi tentang

perbedaan diantara cerita rakyat, filsafat, dan ilmu pengetahuan. Penelitian ini

juga menarik perbandingan singkat dengan karya Hans George Gadamer dalam

rangka untuk mengatasi ide-ide untuk penelitian kontemporer dan merebut

kembali legimitasi politik cerita rakyatkritis yang terang-terangan akan menjadi

dilema politik dan penderitaan manusia.

Amy Gazin Schwartz (2010) dalam jurnal yang berjudul Archaeology and

Folklore of Material Cultur, Ritual, and Everyday Life. Penelitian tersebut

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

meneliti tentang arkeolog yang sering membuat perbedaan antara budaya material

dan ritual budaya material sehari-hari dan utilitarian. Memahami hubungan yang

komplek, antara budaya yang material, ritual, dan kehidupan sehari-hari. Dengan

menggunakan cerita rakyat yang tercatat di Skotlandia pada abad ke tujuh belas

untuk abad ke dua puluh diperlukan kontinue berbasis model. Model itu dapat

memperkaya pemahaman arkeologi makna dan keyakinan yang membentuk

konteks budaya untuk artefak, fitur, situs, dan lanskap belajar.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan pendahuluan dan kajian teori tentang cerita rakyat, struktur

karya sastra, serta nilai edukatif cerita rakyat dapat dibuat suatu kerangka berpikir

sebagai berikut:

Kebudayaan Nasional berasal dan didukung oleh kebudayaan daerah.

Kebudayaan daerah berpotensi menjadi unsur kebudayaan Nasional. Kebudayaan

daerah yang merupakan bagian kebudayaan Nasional berkaitan erat dengan

kesusastraan dalam arti luas. Kebudayaan daerah disebut juga folklor merupakan

bagian dari kebudayaan daerah tertentu, di antaranya adalah kebudayaan di

Kabupaten Blora.

Folklor selalu berkaitan dengan sastra lisan di dalamnya termasuk cerita

rakyat, yang menjadi bagian dari folklor dan telah lama ada dalam mesyarakat

tertentu termasuk di Kabupaten Blora, tersebar secara lisan, turun temurun dari

generasi ke generasi berikutnya.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Setiap kejadian atau peristiwa pada masa silam dapat ditemukan hikmah

dan nilai-nilai yang relevan dengan kehidupan masyarakat. Nilai-nilai tersebut

juga dapat ditemukan melalui karakter tokoh dan tindakan yang dilakukan oleh

tokoh dalam cerita rakyat. Cara pemilik cerita rakyat mengambil nilai-nilai yang

ada di dalamnya adalah dengan menyakini bahwa cerita-cerita yang ada dan

dimilikinya banyak mengandung nilai-nilai positif sebagai pedoman hidup

bermasyarakat. Nilai edukatif atau pendidikan ternyata memilikicakupan yang

sangat luas bagi kehidupan bermasyarakat, pembaca, dan pendengar cerita. Nilai

edukatif yang dapat dikaji dan ditemukan dalam cerita rakyat antara lain: (1) nilai

pendidikan moral, (2) nilai pendidikan adat/tradisi, (3) nilai pendidikan agama, (4)

nilai pendidikan kepahlawanan/semangat perjuangan.

Cerita rakyat di Kabupaten Blora dapat dijadikan sebagai koleksi budaya

daerah yang memuat sejumlah nilai edukatif/pendidikan untuk mendukung

perkembangan sektor lain. Dalam hal ini cerita rakyat dapat dipilih sebagai bahan

pengajaran di sekolah sehingga dapat ditingkatkan usaha pembinaan dan

pengembangan pengajaran apresiasi sastra. Cerita rakyat di Kabupaten Blora

memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat Blora, seakan menampilkan

gambaran hidup masyarakat sehari-hari dengan segala permasalahan dan dapat

juga dikatakan sebagai cerminan warga masyarakat yang berada di wilayah

Kabupaten Blora.

Faktor strategis lain dari cerita rakyat dapat dijadikan koleksi budaya

daerah, dapat pula sebagai bahan pengajaran sastra untuk meningkatkan

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

pembinaan, pengembangan, pengajaran, sastra daerah dan diterapkan di sekolah

khususnya di Kabupaten Blora.

Uraian kerangka berpikir di atas dapat disajikan dalam bentuk gambar

berikut ini: (lihat gambar 1 di bawah ini).

Kebudayaan Daerah

Folklor Blora

Cerita Rakyat Blora

Nilai Edukatif

1. Moral 2. Adat 3. Agama 4. kepahlawanan

Struktur Cerita

1. Tema 2. Plot 3. Tokoh 4. Latar 5. Amanat

Jenis

1. Mite 2. Legenda 3. Dongeng

Bahan Pembinaan dan Pengembangan Pengajaran Apresiasi Sastra Indonesian dan Daerah di Wilayah

Kabupaten Blora

Gambar 1 Kerangka Berpikir

Kebudayaan Nasional

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitan cerita rakyat Kabupaten Blora ini dilaksanakan pada beberapa

desa yang memiliki cerita rakyat yang menonjol dan memiliki bukti-bukti fisik

berupa peninggalan-peninggalan yang mendukung penelitian. Desa yang

dimaksud antara lain: Desa Janjang Kecamatan Jiken, Desa Sambong dan Desa

Pojok Kecamatan Sambong, Desa Kawengan dan Desa Gersi Kecamatan Jepon.

Beberapa tempat atau lokasi penelitian tersebut ditetapkan dengan

pertimbangan yaitu memiliki cerita rakyat yang relevan dengan penelitian ini dan

desa tersebut memiliki sisi peningglan yang berfungsi sebagai bukti fisik cerita

rakyat yang sedang diteliti dan dikaji. Adapun objek penelitian tersebut antara lain

yaitu: Legenda Punden Janjang di Desa Janjang Kecamatan Jiken, Legenda Kiai

Anggayuda dan Kramat Sambong di Desa Sambong Kecamatan Sambong,

Legenda Desa Watu Brem di Desa Pojok Watu Kecamatan Sambong, Legenda

Maling Kentiri di Desa Kawengan Jepon, dan Terjadinya Desa Gersi di Desa

Gersi Kecamatan Jepon.

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2012 hingga bulan Juli

2012. Kegitan penelitian meliputi observasi langsung, persiapan instrumen dan

izin penelitian, pengumpulan data, analisis dan verifikasi data, dan penyususnan

laporan penelitian. Sesuai dengan karakter peneltian kualitatif, waktu dan kegiatan

bersifat fleksibel. Secara rinci kegiatan penelitian ini dapat dilaksanakan seperti

pada jadwal berikut

No Bulan Januari Februari April Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan awal,

observasi, penyususnan laporan

x

x

X

x

2 Seleksi informan, per-siapa instru-ment dan data

X

x

x

x

x

x

3 Pengumpulan data

x x x x x x x

4 Analisis data

x x x x x x x x

5 Pengumpulan data dan laporan penelitian

x

x

x

x

x

6 Ujian dan revisi

x x x x

B. Bentuk/Strategi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, hal ini disesuaikan

dengan rumusan masalah penelitian yang telah ditetapkan. Penelitian lebih

menekankan proses dan makna dan dalam penelitian ini informasi yang bersifat

kualitatif dideskripsikan secara teliti dan analitis.

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Pendeskripsian penelitian ini meliputi isi cerita, struktur cerita yang

meliputi tema, alur, tokoh, latar, dan amanat, serta nilai edukatif dalam cerita.

Nilai edukatif dalam cerita meliputi nilai pendidikan moral, nilai pendidikan adat,

nilai pendidikan agama, dan nilai pendidikan kepahlawanan.

Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus

tunggal. Hal ini didasarkan bahwa penelitian hanya terarah pada satu

karakteristik,artinya penelitian ini hanya dilaksanankan pada satu sasaran/subjek,

yaitu cerita rakyat Kabbupaten Blora, sehingga meskipun penelitian dilaksanakan

di berbagai tempat, tetapi sasaran penelitian memiliki karakteristik yang sama dan

seragam.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data atau informasi penting yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian

ini berupa data kualitatif. Data yang ada lebih banyak berupa kata-kata, diperoleh

melalui informasi lisan dari para narasumber selanjutnya ditranskripkan ke dalam

cerita secara tertulis.

2. Sumber data

Sumber data dalam penelitian cerita rakyat Kabupaten Blora ini digali

melalui beberapa sumber berikut ini:

a. Informan

Informan penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah seseorang

yang dapat memberikan informasi-informasi secara lengkap dan akurat, informan

yang relevan dengan penelitian ini.

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

b. Tempat dan Benda-Benda Fisik

Beberapa tempat atau lokasi yang ditetapkan dalam penelitian ini antara

lain : Legenda Punden Janjang di Desa Janjang Jiken, Legenda Kiai Aggayuda

dan Kramat Sambong di Sambong, Legenda Desa Watu Brem di Desa Pojok

Watu, Legenda Maling Kentiri di Desa Kawengan Jepon dan Terjadinya Desa

Gersi di Desa Gersi Jepon.

c. Dokumen

Dokumen yang akan digunakan dalam penlitian ini sebagai pendukung

utama adalah narasumber atau informan, buku-buku tentang cerita rakyat yang

dihimpun oleh beberapa penulis atau budayawan, artikel-artikel yang

relevan,keterangan para pejabat yang berkompeten pada Dinas Pariwisata,

Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Blora.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi:

1. Observasi langsung, adalah observasi yang dilakukan dengan mengunjungi

lokasi penelitin yang dipilih, ke kantor-kantor atau lembaga tempat arsip-arsip

dan dokumen disimpan.

2. Wawancara, adalah menggali informasi dari para juru kunci atau petugas untuk

mendata dan mencatat hal-hal yang perlu untuk dianalisis sebagai bahan

laporan penelitian.

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

3. Analisis Dokumen, menganalisis dokumen-dokumen, arsip-arsip, makalah-

makalah dari buku-buku karya beberapa pengarang, petugas pada Dinas dan

instansi terkait.

E. Teknik Cuplikan/Sampling

Teknik cuplikan (sampling) yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik pengambilan sampel penelitian secara purposive (purposive sampling).

Informan yang dipilih adalah orang yang diyakini mengetahui informasi dan

permasalahan secara mendalam sehingga dapat dipercaya menjadi sumber data

yang mantap. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah cerita rakyat

Kabupaten Blora, maka informan yang ditetapkan adalah juru kunci di tiap-tiap

tempat penelitian. Kefleksibelan dalam penelitian diartikan bahwa dalam

pengumpulan data, pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan

dan kemantaban paneliti dalam memperoleh data.

F. Teknik Validasi Data

Teknik validasi data penelitian yang digunakan yaitu (1) triangulasi data

atau sumber data sejenis dari berbagai sumber data yang berbeda. Jelasnya

triangulasi data/sumber dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau

data yang diperoleh dari informan yang satu dengan informan yag lain, (2)

triangulasi metode yakni menggali data yang sama dengan menggunakan metode

berbeda, (3) review informan yaitu data yang sudah diperoleh mulai disusun,

kemudian dikomunikasikan dengan informan khususnya informan pokok.

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

G. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini proses analisis akan dilakukan dengan menggunakan

model analisis interaktif. Menurut Miles dan Huberman (dalam Sutopo,

2002:186), dalam model analisis interaktif terdiri dari tiga kemampuan yaitu

reduksi data, sajian data , dan penarikan simpulan / verifikasinya. Aktivitasnya

dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu

proses siklus. Dalam proses ini peneliti aktivitasnya tetap bergerakdi antara

analisis dan pengumpulan datanya selama masih proses pengumpulan data masih

berlangsung. Kemudian peneliti hanya bergerak di antara tiga komponen analisis

tersebut setelah pengumpulan data selesai pada setiap unitnya dengan

menggunakan waktu yang masih tersisa dalampenelitian ini. Proses analisis

interaktif dapat digambarkan skema sebagai berikut (Miles dan Huberman dalam

Sutopo, 2002: 189).

Gambar 2. Analisis Model Interaktif

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan Kesimpulan

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Latar Penelitian

1. Letak Geografis dan Keadaan Alam Kabupaten Blora

Kabupaten Blora merupakan salah satu dari 35 Kabupaten di Provinsi

Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Blora terlatak di ujung Timur Laut dari ibukota

Provinsi Jawa Tengah. Dari sudut astronomi ini terletak di antara 60 525’ sampai

dengan 70 248’ Lintang Selatan. Bentangan wilayah Kabupaten Blora dari barat ke

timur sepanjang 87km dan utara ke selatan sejauh 58 km. Adapun batas-batas

wilayah Kabupaten Blora adalah sebagai berikut. Bagian Timur dan Selatan

berbatasan dengan wilayah Propinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Bojonegoro dan

Kabupaten Ngawi. Bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Rembang dan Pati.

Jarak Kabupaten Blora dengan kota Semarang kurang lebih 127 Km. wilayah

Kabupaten Blora hanya seluas 5.59% dari luas wiayah Propinsi Jawa Tengah,

secara administratif terbagi menjadi 16 kecamatan, 24 kelurahan dan 295 desa,

serta 1.204 RW dan 5.429 RT (BPS, 2009: 29-30).

Berdasarkan sudut geologinya Kabupaten Blora terletak pada Pegunungan

Kendeng atau Pegunungan Rembang. Oleh karena itu daerah Blora mempunyai

morfologi yang sangat bervariasi yaitu ketinggian antara 25 m hingga 500 m dari

permukaan laut. Keadaan daerah sebagian besar berupa gunung atau pegunungan

dan lereng-lereng gunung, jurang, dan sebagian lagi merupakan tanah datar dan

lembah. Daerah tertinggi di kabupaten ini adalah Bogorejo. Ketinggiannya rata-

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

rata antara 100-500 m dari permukaan air laut. Adapun rata-rata terendahnya

terletak pada 100 m di atas permukaan air laut.

2. Luas Wilayah Kabupaten Blora

Luas wilayah Kabupaten Blora pada tahun 2009 tercatat 182.058,797 ha,

terdiri dari tanah sawah seluas 46.129,921 ha (25,33 %)dan bukan sawah

135.728,876 ha (74,67 %). Adapun rincian penggunaan lahan dapat dilihat pada

tabel berikut:

TABEL PENGGUNAAN LAHAN KAB. BLORA 2009

NO Jenis Lahan Luas %

1 Sawah 46.129,921 25,34 % 2 Tegalan 26.278,277 14,43 % 3 Pekarangan/bangunan 16.791,858 9,22 % 4 Hutan 90.416,520 49,66 % 5 Perkebunan rakyat 4,000 0,01 % 6 Waduk 56,962 0,03 % 7 Lain-lain 2.381,259 1,31 % 182.058,797 100,00 %

Sumber: BPS Kab. Blora Tahun 2009

Sesuai dengan keadaan morfologi tanahnya, lahan sawah di wilayah

Kabupaten Blora jenis pengairannya juga bermacam-macam dan sebagian besar

merupakan sawah tadah hujan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut:

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

TABEL SAWAH DAN PENGAIRANNYA DI KAB. BLORA 2009

No

Jenis Pengairan Luas %

1 Pengairan teknis 7.449,000 4,09 % 2 Pengairan setengah teknis 967,000 0,53 % 3 Pengairan sederhana 4.114,000 2,26 % 4 Pengairan desa 1.640,000 0,90 % 5 Tadah hujan 29.703,921 16,31 % 6 P2AT 2.259,000 1,24 % Total 46.129,921 25,33 %

Sumber: BPS Kab. Blora Tahun 2009

Keadaan morfologi yang bervariasi di atas dan Pegunungan Rembang

yang relatif tinggi ini, menyebabkan wilayah Kabupaten Blora banyak terdapat

waduk. Ada 3 waduk terbesar di Kabupaten Blora yaitu yang terbesar adalah

Waduk Tunjungan dengan luas area 35,537 ha, kemudian Waduk Blora 18,300 ha

dan Waduk Todanan 3,125 ha. Adapun tanah di wilayah Kabupaten Blora

didominasi oleh tiga golongan yaitu tanah gromosal 56 %, mediteran 39 %, dan

alluvial 5 %.

3. Penduduk dan Adat Istiadat Masyarakat Kabupaten Blora

Jumlah penduduk Kabupaten Blora berdasarkan data tahun 2009 sebanyak

842.624 jiwa, dan jumlah wanita lebih banyak yaitu 426.465 jiwa atau 50,61 %,

sedangkan penduduk laiki-laki 416.209 jiwa atau 49,39 %. Dari jumlah tersebut

terdiri dari 228.519 KK, sehingga rata-rata KK mempunyai 3 sampai 4 anggota

keluarga. Mengenai pertambahan penduduknya, BPS (2009: 69-72) mencatat

bahwa pertambahan penduduk secara alami lebih tinggi daripada pertambahan

penduduk secara migrasi. Tingkat kelahiran tercatat 8,48 dan tingkat kematian

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

4,02. Sedang tingkat kedatangan tercatat 4,48 dan tingkat kepergian 4,0. Dengan

keadaan yang demikian menyebabkan jumlah penduduk Kabupaten Blora

mengalami pertambahan dan ini tentu saja akan mempengaruhi kepadatan.

Kepadatan penduduk rata-rata mencapai 463 jiwa setiap km. Kepadatan

penduduk tertinggi di Kecamatan Cepu yaitu 1.543 jiwa, Kecamatan Jati 567 jiwa,

dan Kecamatan Sambong 301. Kepadatan penduduk yang tidak merata ini jelas

dipengaruhi oleh keadaan geografis yang ada. Mengenai komposisi penduduk

Kabupaten Blora termasuk struktur muda di bawah umur 15 tahun berjumlah

235.211 jiwa atau 27,91 %, umur produktif 15 tahun sampai dengan 64 tahun ada

547,384 jiwa atau 64,96 % dan golongan lanjut usia atau umur lebih dari 65 tahun

ada 60.079 jiwa atau 7,13 %.

4. Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Blora

Kondisi pendidikan penduduk Kabupaten Blora sangat bervariasi. Menurut

catatan BPS (2009: 126) jenjang pendidikan SD/MI memiliki jumlah murid yang

paling banyak yaitu 96.901, SLTP sebanyak 37.109 kemudian SLTA sebanyak

22.972 dan TK 14.674, sedang jumlah guru yang paling banyak tentunya pada

jenjang SD/MI ada 5.531 orang.

Sarana pendidikan yang dimiliki tingkat perguruan tinggi di Kabupaten

Blora ada 4 yaitu Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe Cepu, Sekolah Tinggi

Energi dan Mineral Cepu, Sekolah Tinggi Al Muhammad Cepu, Sekolah Tinggi

Agama Islam Muhammadiyah Blora. Penduduk Kabupaten Blora cenderung

berminat pada sekolah yang berbasis agama Islam. Oleh Karena itu hampir setiap

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

kecamatan terdapat pondok pesantren, bahkan satu kecamatan ada yang memiliki

7 pondok pesantren atau bahkan 9 pondok pesantren.

Mata pencaharian penduduk Kabupaten Blora sebagian besar adalah di

bidang pertanian (54,19 %). Keadaan alam sekitar memang sangat mempengaruhi

terhadap masyarakat dimana mereka tinggal. Keadaan alam dan lingkungan 25,34

% berupa sawah, hutan 49,66 % dan tegalan 4,43 % (BPS, 2009: 90). Pekerjaan

lain yang dilakukan adalah di bidang perdagangan, tukang kayu dan jasa lainnya

di bidang penggalian dan pertambangan.

Tanah pertanian umumnya kurang subur karena tanahnya mengandung

kapur dan gamping. Untuk meningkatkan hasil pertanian, Pemda membangun

beberapa dam, waduk, dan cekdam, antara lain: Waduk Brentolo di Todanan,

Dam Tunggal Bhakti Pramuka di Kajangan, Dam Induk Kedung Waru di

Kecamatan Kunduran, Dam Murah Sandang Pangan di Sambong, Dam Watu

Lumbung di Jiken, dan lain-lain. Hasil pertanian berupa padi, jagung, kedelai,

ketela, kacang hijau, kacang tanah, cabai, kapas dan lain-lain. Hasil cabai atau

Lombok dari Kecamatan Jepon sangat terkenal dan diekspor. Penghasil cabai

lainnya adalah Kecamatan Jiken, Tunjungan, Ngawen, Banjarejo dan Kunduran.

Penghasil padi terbanyak adalah Kedung Tuban. Oleh karena itu

kecamatan ini disebut gudang pangan bagi Kabupaten Blora. Penanaman padi

selain diusahakan dengan melaksanakan Panca Usaha Tani juga dengan membuat

sumur Pantek.

Blora dikenal sebagai perkebunan kayu jati. Hutan yang mempunyai luas

hampir separuh dari luas kabupaten, menghasilkan kayu jati untuk bahan

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

bangunan perumahan dan diekspor ke luar negeri. Kecamatan penghasil kayu jati

adalah: Sambong, Cepu, Kedung Tuban, Randublatung, Jati, Ngawen, Todanan,

dan lain-lain. Kayu jati di Blora sangat terkenal karena kualitasnya sangat baik.

Soko Guru Joglo, “Sasono Utomo” Taman Mini, berupa kayu jati yang berasal

dari Kecamatan Randublatung Blora.

Penduduk Kabupaten Blora banyak yang bermata pencaharian di bidang

penggalian dan pertambangan, karena daerah ini banyak terdapat tambang. Hasil

tambang utamanya adalah minyak tanah yang terdapat di Cepu Desa Ledok

(Sambong), Semanggi, Nglobo, Pilangbogo, Banyak Ijo (Sono Kidul), Kawengan

Desa Nglencong Botorejo, dan lain-lain. Barang galian lainnya di Perbukitan

Jurangjero terdapat pasir kwarsa (sabagai bahan semen, kalsit, batu gips, dammar

selo bahan plitur). Desa Batu dan Gayam merupakan gudang batu. Batu gamping

terdapat di Ngampel, sedang batu merah dan genting dihasilkan Karangjati, Desa

Jimbung Kedung Tuban. Sumber garam yang oleh masyarakat setempat disebut

“pablengan” terdapat di Delok Pojo Watu Kecamatan Sambong.

Dalam meningkatkan kehidupan ekonomi penduduk Kabupaten Blora

banyak yang mengusahakan kerajinan. Kegiatan kerajinan ini ada yang

merupakan usaha pokok, ada yang merupakan usaha sampingan ataupun hanya

sebagai buruh. Kerajinan anyaman bambu seperti caping, rinjing bambu terdapat

di Desa Bojo Kedung Tuban, Bangking (Blora), kerajinan kepang terdapat di Desa

Got Putuk (Ngawen), tampar-dadung di Desa Sambongrejo, Desa Japah

(Ngawen), besek dari Desa Kedungngaren dan Kedungelo (Kedungrejo), sangkar

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

burung di Desa Tambakrejo. Kerajinan dari tanah liat seperti periuk, belanga

terdapat di Desa Mendenrejo, Mendalem.

5. Agama dan Kepercayaan Masyarakat Kabupaten Blora

Kerukunan hidup antarumat pemeluk agama dan penganut kepercayaan

Tuhan Yang Maha Esa di Kabupaten Blora cukup baik, terbukti sampai saat ini

belum pernah terjadi perselisihan antarpemeluk agama atau penganut kepercayaan

baik secara terbuka maupun secara tertutup. Beragam tempat-tempat ibadah dan

peribadatan merupakan salah satu bukti kerukunan hidup beragama yang ada di

Kabupaten Blora dapat hidup damai dan berkembang secara berdampingan dalam

kebersamaan.

Mayoritas penduduk Kabupaten Blora memeluk agama Islam. Sejumlah

versi sejarah menyebutkan bahwa Islam pertama kali di Blora disebarkan oleh

Sunan Pojok. Selain keturunan dari para Walisongo, Sunan Pojok juga

mempunyai hubungan kedekatan dengan budaya dan kesenian Yogyakarta.

Semasa hidupnya Sunan Pojok dikenal dengan nama Pangeran Surabahu atau

Syaikh Amirullah Abdulrahim, yang masih mempunyai hubungan dengan Sunan

Muria, Sunan Kudus, Sunan Bonang, Sunan Ampel dan Dewi Chandrawati binti

Arya Teja Bupati Tuban.

Menurut catatan Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Blora pada tahun

2009, jumlah pemeluk Agam Islam mencapai 861.198 jiwa dari total 879.732 jiwa

penduduk. Hal ini berarti bahwa 97,83 % penduduk Blora beragama Islam, yang

dilayani oleh 1.065 tempat ibadah, yang terdiri dari 630 masjid dan 435 musholla.

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Jumlah terbanyak terdapat di Kecamatan Banjarejodengan 63 masjid dan 83

musholla. Disusul oleh Kecamatan Ngawen dengan 56 masjid dan 65 musholla,

serta kecamatan Todanan dengan 91 masjid dan 28 musholla. Sedangkan apabila

dilihat dari tanah yang diwakafkan yang terbesar terdapat di Kecamatan Cepu,

Sambong, dan Banjarejo. Hal ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Blora

pembangunan infrastruktur fasilitas masyarakat berbasis perkembangan Islam

cukup baik. Selain agama Islam, sebagian penduduk Kabupaten Blora juga ada

yang memeluk agama Kristen Protestan yaitu sebanyak 1,25%, pemeluk agama

Katolik sebanyak 1,09 %, pemeluk agama Hindu 0,007 %.

Penduduk di Kabupaten Blora meski telah memeluk salah satu agama

tertentu masih bisa ditemui sebagian masyarakat kecil yang percaya akan adanya

kekuatan-kekuatan gaib dari benda-benda tertentu atau dari tempat-tempat tertentu

yang biasa disebut dengan keparcayaan animisme. Terbukti sebagian masyarakat

masih ada kepercayaan bahwa meraka harus menghormati arwah-arwah leluhur,

tokoh-tokoh tertentu yang dimakamkan di suatu tempat, tempat-tempat yang

dikeramatkan dan dianggap bertuah, peninggalan-peninggalan berwujud benda-

benda atau alat-alat yang memiliki daya magis tertentu yang jika dilanggar

aturannya akan berpengaruh buruk bagi si pelanggar.

6. Bahasa Penduduk Kabupaten Blora

Bahasa yang dipergunakan oleh penduduk Kabupaten Blora mayoritas

adalah bahasa Indonesia. Bahasa Daerah atau bahasa Jawa digunakan dalam

kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Kabupaten Blora untuk berkomunikasi

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

secara akrab dan familiar. Adapun bahasa Jawa yang digunakan terdiri dari tiga

tingkatan variasi bahasa yaitu: bahasa ngoko, bahasa karma madya, dan bahasa

karma inggil.

Bahasa Jawa sebagai bahasa daerah tetap dipertahankan pemakainya

terutama penduduk di pedesaan. Sementara penduduk yang tinggal di perkotaan

menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Pada acara-acara resmi

atau kegiatan-kegitan resmi atau semi resmi bahasa Indonesia selalu menjadi

pilihan.

7. Kedudukan dan Fungsi Cerita Rakyat Kabupaten Blora

Cerita rakyat Kabupaten Blora merupakan cerita yang masih hidup dan

berkembang di tengah masyarakat. Cerita Rakyat Kabupaten Blora disebarluaskan

secara lisan dan didasarkan pada kemampuan mengingat para penuturnya. Besar

kemungkinan cerita rakyat Kabupaten Blora mengalami pembelokan dari bentuk

dan cerita aslinya. Cerita rakyat Kabupaten Blora bersumber dari nenek moyang

atau para pendahulunya secara turun temurun. Nenek moyang atau para pendahulu

mewariskan cerita tersebut kepada generasi muda atau keturunannya secara lisan

dan hanya didasarkan pada kemampuan mengingat, ada sebagian kecil secara

tertulis dan itupun masih sangat sederhana dan tidak dikemas secara modern.

Tetapi tidak sedikit pula para orang tua yang enggan mewariskan cerita yang

dimilikinya kepada anak cucunya, dengan alasan kaum muda kurang berminat

mendalami hal cerita itu atau merasa tidak cocok dengan keadaan kehidupan

sekarang.

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Di masyarakat Kabupaten Blora didapati cerita rakyat yang berbeda versi

dalam suatu tempat/lokasi dalam satu cerita. Cerita yang terpenggal-penggal atau

hanya sebatas yang diingat saja dan kurangnya keutuhan cerita juga masih ada.

Pengungkapan cerita yang tidak utuh dan tidak diketahui secara keseluruhan

isinya sangat memungkinkan hilangnya sebagian nilai yang terkandung di

dalamnya.

Cerita rakyat Kabupaten Blora merupakan cerita-cerita yang berlatar

belakang adat/kebiasaan hidup di lingkungan tersebut yang merupakan

pengalaman hidup masyarakat pemiliknya. Cerita-cerita rakyat yang ada diserap

dan dimanfaatkan sebagai pembentuk watak masyarakatnya. Pada masa dahulu

cerita-cerita rakyat digunakan oleh para orang tua untuk pembentuk watak anak

cucu dan keturunannya lewat tutur lisan yang digunakan di saat senggang atau

pengisi waktu menjelang tidur dengan cara mendongeng. Pada saat mendongeng

para orang tua menggunakan isi cerita untuk mendidik agar anak cucu dan

keturunannya menjadi manusia yang hidup sesuai dengan norma-norma yang

berlaku dalam masyarakat seperti tokoh dalam cerita dengan segala perilaku dan

perannya.

Isi cerita rakyat yang disampaikan kepada anak cucu dan keturunannya

diserap dan disampaikan untuk dapat memberikan petunjuk perilaku yang benar

agar dapat diikuti, dan perilaku yang kurang benar agar dihindari atau dengan kata

lain orang tua menekankan pada perilaku mana yang boleh dan perilaku mana

yang tidak boleh. Melalui cerita rakyat dapat ditumbuhkan rasa penghargaan

kepada para pendahulu dan rasa menghormati leluhur dengan kesadaran sendiri.

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Cerita rakyat dapat pula digunakan sebagai alat penghibur dengan dibuat

pementasan-pementasan ala kadarnya yang ditonton masyarakat setempat untuk

menumbuhkan rasa patriotik, cinta bangsa dan tanah air sekaligus pengobat rindu

bagi kerabat yang ditinggalkan serta kebanggaan masyarakat pemiliknya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, kondisi seperti di atas jarang

dijumpai bahkan di Kabupaten Blora kondisi seperti ini hampir langka dapat

ditemui di daerah pedesaan, terlebih lagi di wilayah perkotaan. Tradisi atau adat

kebiasaan bercerita yang lebih dikenal dengan istilah mendongeng yang pada

zaman dahulu sering dilakukan para orang tua, di masa sekarang tidak lagi

dijumpai. Banyak dari mereka berpandapat bahwa mendongeng sekarang sudah

bukan zamannya.

B. Hasil Penelitian

1. Jenis-Jenis Cerita Rakyat Kabupaten Blora

Ditinjau dari beberapa ketentuan, batasan serta definisi menurut James

Dananjaya, cerita rakyat di Kabupaten Blora sebagian besar dapat digolongkan

sebagai legenda, karena memiliki beberapa kriteria maupun sifat-sifat tertentu

antara lain: dianggap benar-benar terjadi, dianggap tidak suci lagi, sebagian besar

mengambil tokoh manusia, Tokoh-tokohnya mempunyai sifat yang luar bias,

Dalam kisahnya dibantu oleh makhluk halus, Mencerminkan tempat kejadian di

masa lalu dan masa sekarang.

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

a. Dianggap Benar-Benar Terjadi

Beberapa Legenda yang ada di Kabupaten Blora dapat dikatakan

menceritakan kisah kejadian sebuah tempat, desa, tempat-tempat tertentu yang

hingga kini masih digunakan oleh masyarakat Blora, bahkan asal mula nama

Blora pun dianggap diperoleh berdasarkan dari cerita rakyat yang berkembang

saat itu. Tempat, desa-desa tersebut antara lain asal mula Desa Balun, asal mula

Desa Cepu, asal mula Desa Sawur, asal mula Desa Tegaldawa, asal usul Desa

Brabowan, asal mula Desa Biting, asal mula Desa Gagaan dan sebagainya.

Selain dianggap benar-benar terjadi beberapa legenda yang terdapat di

Kabupaten Blora mengidentifikasikan bahwa pada prinsipnya leganda asal mula

desa yang terdapat di Kabupaten Blora sangat bersifat lokal. Atau dapat dikatakan

sebagai legenda yang menceritakan tentang asal mula sebuah tempat berdasarkan

serangkaian peristiwa yang terdapat dalam sebuah cerita. terjadinya nama sebuah

tempat pun juga didasarkan kepada suatu kejadian dari sang tokoh di dalam cerita.

misalnya, asal mula Desa Watu Brem dan Pojok Watu.

Namun demikian karena sifat persebaran legenda yang mudah menyebar,

maka legenda-legenda tersebut sangat mudah tersebar menuju keberbagai tempat,

sehingga dengan mudah diketahui oleh masyarakat luas. Dari beberapa peristiwa

tercantum dalam cerita, banyak legenda yang terdapat di Kabupaten Blora yang

menceritakan suatu keajaiban yang dibalut dengan sifat “ketakhayulan” yang

sangat tinggi, apalagi sifat ketakhayulan tersebut mengandung unsur-unsur

larangan yang pernah dirasakan oleh sang tokoh. Hal itu dapat diketahui dari

beberapa legenda seperti Legenda Maling Kentiri yang menabukan bagi

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

masyarakat setempat untuk menanam talas. Legenda Kiai Anggayuda dan keramat

Sambong dimana warga masyarakat sekitarnya dilarang untuk memeluk Agama

Islam.

b. Dianggap Tidak Suci

Beberapa cerita rakyat yang ada di Kabupaten Blora, memang tidak

dianggap suci oleh masyarakat Blora. Mereka hanya sekadar mengetahui bahwa

nama tempat atau nama desa mereka diperoleh dari cerita-cerita rakyat yang

berkembang saat itu. Dengan demikian sebenarnya dengan adanya cerita rakyat

sesungguhnya sebagai sarana pengingat bagi masyarakat pendukungnya.

Walaupun pada akhirnya di dalam cerita tersebut banyak diceritakan tokohnya

yang seringkali melakukan tindakan-tindakan ‘kesucian’ yang ditunjukan dari

beberapa tempat yang hingga kini masih dianggap suci dan keramat bagi

masyarakat, namun posisi cerita rakyat dianggap suci, karena siapa pun boleh

menceritakan secara bebas, tanpa ada aturan-aturan apapun.

Selain itu, memang sangat jelas bahwa yang disebut dengan legenda

merupakan “sejarah kolektif” (folk history) suatu masyarakat, walaupun sejarah

tersebut seringkali mengalami distorsi, sehingga acapkali berbeda jauh dengan

sejarah aslinya (Dananjaya, 1997: 66) . sejalan dengan itu, maka memang wajar

jika sebuah legendabisa dan boleh diketahui oleh siapapun, termasuk para

pendukung legenda tersebut. Oleh sebab itu sangat logis bila legenda seringkali

tidak dianggap suci oleh para pendukungnya. Dengan dimilikinya legenda

tersebut, pada akhirnya akan menumbuhkan kebanggaan tersendiri dalam diri

warga pendukung legenda tersebut.

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

c. Sebagian Besar Mengambil Tokoh Manusia

Tokoh-tokoh utama dalam semua cerita rakyat Blora dalam kajian ini

selalu mengambil tokoh manusia sebagai sentralnya. Tokoh-tokoh yang

diperankan di dalam cerita merupakan tokoh-tokoh yang berhubungan dengan

suatu posisi di dalam kerajaan. Kerajaan-kerajaan maupun kadipaten yang

berperan hampir melingkupi semua cerita rakyat Blora antara lain kerajaan

Demak, Kerajaan Semarang, Kerajaan Pajang, Kerajaan Mataram, Kerajaan

Jipang, Kadipaten Bengir, dan sebagainya.

Untuk posisi-posisi atau kedudukan dalam kerajaan yang sering digunakan

dalam cerita rakyat Blora adalah raja, adipati, pengawal raja, pengikut raja, patih,

hulubalang, tokoh spiritual kerajaan dan sebagainya. Selain itu, tokoh-tokoh

sentral yang mempunyai kekeuasaan terhadap sebuah kerajaan. Andaikata, ia

bukan tokoh sentral dalam cerita rakyat Blora ini juga merupakan tokoh-tokoh

tertentu yang mempunyai pengaruh besar di masyarakatnya.

Sebagian besar, tokoh utama yang mendominasi dalam setiap legenda

yang berkembang di Kabupaten Blora adalah manusia. Tokoh manusia tersebut

baik yang berlatar belakang tokoh agama (modin, penghulu), tokoh kerajaan (raja,

adipati, prajurit), tokoh masyarakat maupun rakyat biasa. Meskipun sebagian

besar tokoh sentral yang berperan dalam legenda merupakan tokoh-tokoh yang

bisa dijadikan panutan di dalam masyarakat, namun adapula legenda yang yang

ada di Kabupaten Blora menceritakan tokoh manusia yang kurang disenangi oleh

masyarakat. Misalnya cerita Maling Kentiri yang menceritakan seorang manusia

yang mempunyai pekerjaan sebagai pencuri, tetapi ia masih mempunyai sifat yang

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

dermawan dan sosial, karena hasil curiannya selalu dibagi-bagikan kepada rakyat

miskin.

Di dalam legenda yang berkembang di Kabupaten Blora mereka berperan

sesuai status dan peran yang diembannya. Misalnya dalam Legenda Desa Watu

Brem dan Pojok Watu yang mengisahkan asal mula Desa Watu Brem didasarkan

pada tahapan-tahapan dalam proses perkawinan atau peralatan dalam proses

perkawinan.

d. Tokoh-Tokohnya Mempunyai Sifat yang Luar Biasa

Sudah jelas jika di dalam sebagian besar cerita rakyat Blora seringkali

dibubui dengan peristiwa-peristiwa luar biasa yang melingkupi kehidupan sang

tokoh. Peristiwa-peristiwa tersebut kadang tidak masuk akal, ajaib, dan sulit

diterima akal sehat. Dari beberapa contoh tentang kejadian luar biasa yang dialami

atau dilakukan oleh sang tokoh cerita selain menunjukkan bagaimana kehebatan

sang tokoh dalam cerita, juga menunjukkan bahwa legenda sangat menarik untuk

diketahui oleh para pendukungnya. Dan di setiap legenda itu disampaikan kepada

orang lain selalu mengalami penambahan-penambahan tertentu, dan penambahan

cerita tersebut biasanya hal-hal yang bersifat kehebatan dari sang tokoh cerita.

Memang, di satu sisi kehebatan yang dilakukan oleh sang tokoh sering kali

tidak masuk akal. Dari beberapa kehebatan yang dimiliki sang tokoh tersebut

mengindikasikan bahwa tokoh dalam cerita bukanlah manusia biasa. Mereka

punya kelebihan-kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh manusia biasa.

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

e. Dalam Kisahnya dibantu oleh Makhluk Halus

Legenda merupakan cerita yang dianggap benar-benar terjadi, tetapi

kadangkala dalam kejadian-kejadian tersebut banyak diselipi dengan hal-hal

keanehan, sehingga seringkali tidak masuk akal. Di dalam legenda seringkali

muncul peran makhluk halus yang ikut serta memperlancar maupun mengganggu

seorang tokoh.

Memang tidak bisa dipungkiri, bahwa legenda seringkali mengandung

unsur-unsur yang bersifat pralogis dan tidak masuk akal. Apalagi sifat legenda

yang cara penyampaiannya secara lisan, sehingga peristiwa-peristiwa “pralogis”

yang menyertainya sering mendapat penambahan dari sang penutur. Sifat-sifat

tersebut makin jelas dengan adanya faktor makhluk halus yang ikut berperan

dalam peristiwa tersebut. Disatu sisi dengan adanya unsur-unsur pralogis tersebut

justru menjadikan legenda menarik untuk diketahui masyarakat luas.

f. Mencerminkan Tempat di Masa Lalu dan Sekarang

Cerita rakyat yang tersebar di Kabupaten Blora, sangat kental sekali

dengan asal mula nama sebuah tempat (desa, dusun) dan keberadaannnya hingga

kini masih dijadikan nama desa atau dusun.

Dari keenam sifat maupun kriteria sebuah legenda, pada dasarnya legenda-

legenda yang berkembang di wilayah Blora satu dengan lainnya mempunyai suatu

hubungan tertentu, yang secara inti mengambil tokoh Aria Penangsang sebagai

tokoh sentralnya, serta Wilayah Jipang dan Panolan sebagai wilayah cakupannya.

Walaupun dalam perkembangannya nama tokoh dan nama tempat selalu berubah,

namun seting utamanya berbagailegenda yang ada di Kabupaten Blora, tetap

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

menitikberatkan kepada tokoh Aria Penangsang beserta atribut yang

melingkupinya.

Setelah melihat sifat-sifat dan kriteria beberapa legenda yang ada di

Kabupaten Blora tersebut, maka pada dasarnya legenda yang berkembang, hidup

dan diyakini oleh masyarakat pendukung legenda, dalam hal ini masyarakat Blora,

tentu mempunyai maksud tertentu, paling tidak sebagai pengingat suatu

masyarakat (kolektif) tentang keberadaan dan asal mula nama daerah mereka.

Sejalan dengan hal itu memang legenda sering disebut sejarah. Mengingat sifat

legenda yang tidak tertulis, maka seringkali legenda mengalami distorsi, sehingga

peristiwa yang ditampilkan sangat menyimpang dengan peristiwa sesungguhnya.

Selain itu legenda juga bersifat migratoris, dalam arti bahwa tempat-

tempat yang ada dalam sebuah legenda dapat berpindah-pindah, bahkan

persebaran legenda punjuga mengalami perkembangan yang luar biasa. Tidak

mengherankan jika seringkali dijumpai sebuah legenda yang sama di daerah yang

berbeda.

Sebagian besar legenda yang ada di Kabupaten Blora merupakan jenis

legenda perorangan dan legenda setempat. Berdasarkan legenda perorangan jelas

di dalam legenda di Kabupaten Blora selalu menghubungkan tentang seorang

tokoh (person) dengan tokoh lain. Legenda-legenda tersebut melukiskan

perjalanan, pengembaraan seorang tokoh beserta peristiwa-peristiwa yang

melingkupinya. Sementara legenda setempat, sudah tentu beberapa legenda di

Kabupaten Blora, sangat berkaitan dengan asal mula nama-nama sebuah tempat

(desa maupun dusun) yang hingga saat ini masih digunakan.

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

2. Struktur Cerita Rakyat Kabupaten Blora

Pengkajian stukturalisme cerita rakyat Kabupaten Blora dapat diartikan

sebagai kajian atau susunan dalam cerita rakyat yang meliputi unsur-unsur

intrinsik cerita yakni tema, alur, tokoh, latar, dan amanat yang terkandung dalam

cerita rakyat Kabupaten Blora. Kajian strukturalisme dilaksanakan terhadap lima

cerita rakyat di Kabupaten Blora.

a. Cerita Rakyat Legenda Punden Janjang

1) Isi Cerita

Legenda Punden Janjang terkait dengan perjalanan Pangeran Jati Kusuma

dan Pangeran Jati Kuswara dalam pengembaraannya untuk mencari pusaka

Kerajaan Pajang yang hilang. Konon setelah berpisah dengan ketiga saudaranya

yang melanjutkan perjalanannya kearah timur (Pangeran Anom, Pangeran Giri

Jati, dan pangeran Giri Kusuma), Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati

Kuswara melanjutkan perjalanan ke arah utara. Mereka berdua sampai kesuatu

tempat yang sulit dilalui karena di depannya terhalang sungai yang curam. Para

sahabatnya tidak bisa melaluinya. Melihat hal demikian Pangeran Jati Kusuma

dengan kesaktiannya menciptakan sebuah jembatan untuk membantu

mempermudah menyeberangi sungai tersebut. Seketika dalam sekejap di depan

mereka terbentang sebuah jembatan dari tanah yang menghubungkan dua tebing

sungai tersebut. Tempat tersebut dikenal dengan sebutan ‘Wot Lemah’.

Kemudian dari seberang Pangeran Jati Kusuma melihat di sebarang

jembatan tersebut ada tempat yang patut untuk bertapa. Pangeran Jati Kusuma

menghendaki untuk bertapa di tempat tersebut. Segala peralatan yang diperlukan

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

segara dipersiapkan. Akan tetapi tempat tersebut tidak cocok untuk beliau bertapa,

terbukti baru beberapa bulan dipergunakan untuk bertapa tempat itu sudah longsor

(jurug), yang berarti tidak cocok untuk bertapa seorang pangeran yang sakti.

Kedua pangeran itupun lalu berpindah ke tempat yang lebih cocok. Adapun

tempat tersebut kemudian dinamakan Gunung Cilik atau Jurug.

Disebutkan, selama bertapa di tempat tersebut Pangeran Jati Kusuma

mendapatkan petunjuk bahwa tempat bertapa yang cocok untuk beliau berdua

adalah bukan di situ, melainkan di sebuah pegunungan yang berada disebelah

utara pegunungan tersebut. Dalam petunjuk (wangsit) tersebut diperintahkan

untuk mencari tanah yang njanjang.

Mereka lalu pergi mencari tempat yang diperintahkan pada wangsit

tersebut. Mereka berjalan ke arah Timur Laut. Tampaklah di sana terdapat

pegunungan yang cocok dengan petunjuk yang diterimanya. Maka rombongan

pun segera menuju ke tempat tersebut.

Disebutkan selama dalam perjalanan, kedua pangeran itu membuat masjid

di Desa Genjeng, dekat Nglebur/Ngrambah, untuk tempat bersembahyang

masyarakat sekitar tempat itu, yang dikenal dengan Masjid Benteng. Selama

dalam pembuatan masjid tersebut kedua pangeran itu selalu didatangi oleh

seorang wanita yang sangat cantik dari Desa Bleboh bernama Nyi Randha

Kuning. Maksud kedatangan dari wanita tersebut adalah ingin agar diperkenankan

mengabdi sebagai selir sang pangeran. Keinginan Nyi Randha Kuning tersebut

tidak dikabulkan, tetapi juga tidak ditolak. Dia dibiarkan disitu sesuka hatinya.

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Disebutkan, pembangunan masjid belum selesai namun kedua pangeran

tersebut segera meninggalkan tempat tersebut untuk bertapa di Janjang. Selama

sang pangeran bertapa, Nyi Randha Kuning tetap setia menunggu sampai akhir

hayatnya. Akibat dari perbuatan Nyi Randha Kuning tersebut, menjadikan orang

dari Desa Bleboh dan Desa Nglebur tidak boleh menikah dengan orang Desa

Janjang. Apabila memaksa harus menikah, kedua calon mempelai harus bersedia

terlebih dahulu tidur bersama baik di Desa Nglebur maupun Desa Bleboh. Selain

itu, juga berlaku adat bahwa wanita Nglebur atau Blebohlah yang mengajukan

lamaran terlebih dahulu, seperti halnya Nyi Randha Kuning.

Cara bertapa antara dua orang pangeran tersebut berbeda. Pangeran Jati

Kusumo melakukan tapa dengan cara mengurangi makan dan tidur, sedangkan

Pangeran Jati Kuswara dengan cara terus menerus makan dan tidur. Dikisahkan,

selama melakukan tapa kedua pangeran tersebut saling menunjukkan

kesaktiannya. Ternyata dari kedua pangeran tersebut yang lebih unggul adalah

pangeran yang lebih muda, Pangeran Jati Kuswara.

Pada suatu saat Pangeran Jati Kusuma marah kepada adiknya Pangeran

Jati Kuswara yang terus menerus makan. Maka dipecahkanlah kendil yang biasa

dipergunakan untuk menanak nasi. Oleh Pangeran Jati Kuswara, pecahan kendil

yang sudah berantakan tersebut lalu dipungut dikumpulkan serta diatur

sedemikian rupa sehingga pulih seperti sedia kala.

Pernah juga Pangeran Jati Kusuma mencoba kesaktian adiknya dengan

cara menyuruh bujangnya untuk mengambilkan serban yang tertinggal di Desa

Semanggi. Sang bujang pun berangkat menjalankan perintah tuannya. Sampai di

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Desa Semanggi sang bujang pun tertegun karena melihat sorban yang dimaksud

berada di puncak nyiur yang cukup tinggi sehingga dia tidak bisa mengambilnya.

Sang bujang lalu kembali menghadap tuannya dan memberitahukan apa yang

dilihatnya. Pangeran Jati Kuswara menyatakan tidak percaya, lalu sang bujang

diminta untuk kembali ke Desa Semanggi untuk mengambil sorban kakaknya.

Dengan perasaan yang kurang puas sang bujang pun lalu kembali ke Desa

Semanggi, memenuhi perintah pangeran Jati Kuswara. Akan tetapi begitu tiba di

Desa Semanggi, bujang tersebut merasa heran dan takjub karena begitu ia tiba di

tempat tersebut, pohon nyiur yang tadinya menjulang tinggi, begitu ia tiba di

tempat tersebut seketika pohon kelapa tersebut merendah sehingga sorbannya

dapat diambil dengan mudah.

Sebagaimana sudah disebutkan di depan, selama Pangeran Jati Kusuma

dan Pangeran Jati Kuswara bertapa Nyi Randha Kuning tetap setia menunggu

hingga akhir hayatnya, akan tetapi keinginannya untuk menjadi selir sang

pangeran tidak bisa terkabul. Setelah meninggal Nyi Randha Kuning dimakamkan

di satu lokasi dengan makam sang pangeran, yaitu di Desa Janjang, Kecamatan

Jiken.

Karena besar pengaruh dan kesaktiannya, setelah wafat, makam kedua

pangeran tersebut masih dianggap keramat dan tiap tahun pada hari Jumat Pon

selalu diadakan Manganan Janjang. Pada upacara itu orang dari dalam desa dan

dari luar desa, bahkan dari luar daerah banyak yang datang dengan membawa

sesaji, ada yang membawa tumpeng bucu, ada yang membawa panggang ayam

dan jajan pasar. Ada juga yang menyembelih ternak seperti kambing dan lembu.

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Bila dalam membawa tumpeng bucu dan panggang ayamdicegat oleh anak-anak

gembala dan panggang ayamnya diminta, harus diberikan. Setelah sampai, nasi

dan jajanan dikumpulkan menjadi satu dan orangnya kebanyakan menanti sampai

upacara selesai.

Pada acara itu dipertunjukkan wayang krucilsebagai peninggalan

keduanya. Setelah upacara selesai diadakan selamatan dan nasi-nasi tersebut

dibagikan merata ke seluruh orang yang ada. Kepercayaan pada acara tersebut

biasanya membawa ramalan yang akan datang. Bila dalam acara tersebut nas yang

dibagikan itu kurang, ramalan di tahun datang akan terjadi paceklik/kurang

pangan. Bila daun pembungkusnya yang kurang maka akan terjadi mahal

tembakau. Bila air yang ada di dalam guci/gentong yang kurang maka akan terjadi

kemarau yang panjang.

Barang-barang peninggalan Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati

Kuswara antara lain:

- Wayang krucil atau wayang klitik dan seperangkat gamelan.

- Guci (gentong yang berair) air tersebut dapat digunakan untuk upacara

penyumpahan.

- Damar Sewu

- Baju Ontokusumo

- Kendi

- Mustoko Rumah

Disamping itu ditempat tersebut juga sering untuk melepas nadzar yang

biasa dilaksanakan dengan cara mementaskan pertunjukan wayang krucil khas

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

janjang dengan menampilkan wayang keramat ciptaan sang pangeran yang terdiri

dari lima buah wayang yaitu:

- Kyai Branjal melambangkan beliau Eyang Jati Kusuma

- Kyai Kuripan melambangkan beliau Eyang Jati Kuswara

- Nyai Sekintir melambangkan beliau Putri Randha Kuning

- Semar dan

- Bletik melambangkan para punakawan.

Konon wayang tersebut sangat keramat. Jika terpaksa dipentaskan di luar

daerah, wayang tersebut tidak mau dibawa dengan naik kendaraan, melainkan

harus dibawa dengan berjalan kaki dengan cara digendong.

Selain itu makam kedua pangeran tersebut juga sering dipergunakan

sebagai sarana untuk melakukan peradilan tradisional yang dikenal dengan

‘Sumpah Janjang’. Acara tersebut biasanya dilakukan untuk mencari kebenaran

yang sudah tidak bisa dilakukan dengan cara lain. Dengan dilakukannya ‘Sumpah

Janjang’ , dalam waktu yang tidak lama kebenaran pasti akan segera terungkap,

paling lama dalam jangka waktu 3 bulan. Hal itu sebagaimana pepatah Jawa yang

berbunyi ‘becik ketitik, ala ketara’ (baik akan diketahui dan jelek pun akan

kelihatan).

2) Struktur Cerita

a) Tema

Peristiwa yang diceritakan dalam cerita rakyat Punden Janjang ini adalah

peristiwa yang menggambarkan keteguhan tekat seseorang untuk menjalankan

suatu perjalanan mencari sebuah pusaka yang hilang. Demi mendapatkan pusaka

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

tersebut Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara mengembara dari satu

tempat ke tempat yang lain. Bertapa/bersemedi demi mendapatkan wangsit atau

petunjuk dimana letak pusaka itu berada. Di dalam pengembaraannya, kedua

pangeran itu juga bersemedi untuk mendapatkan kesaktian, menolong orang-

orang yang lemah dan menyebarkan Agama Islam.

Banyak tempat yang sudah dilewati oleh kedua Pangeran tersebut sampai

akhirnya mereka menemukan tempat yang mereka rasa adalah tempat yang cocok

untuk bersemedi yaitu di Desa Janjang. Dan di Desa Janjang tersebut kedua

pangeran ini juga bertemu dengan seorang wanita yang dengan setia mengabdi

dan menunggu sang pangeran dan bermaksud menjadi istri dari salah satu

pangeran tersebut, wanita itu bernama Nyi Randha Kuning yang sampai akhir

hayatnya tetap setia menunggu untuk diperistri salah satu pangeran tersebut.

Di Desa Janjang tempatnya tinggi sehingga ia dapat melihat kemana saja

dengan jelas. Saat bertapa di Janjang kedua pangeran ini melakukan tapa yang

berbeda yaitu Pangeran Jati Kusuma bertapa dengan mengurangi makan dan tidur

sedangkan Pangeran Jati Kuswara tapa dengan cara menambah makan dan tidur.

Semua itu dilakukan demimendapatkan wangsit atau petunjuk dimana tempat

pusaka Pajang yang hilang itu. Sampai akhir hayatnya kedua pangeran itu tinggal

di Desa Janjang dan dimakamkan juga di desa tersebut. Makam Pangeran Jati

Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara dianggap keramat (bahasa Jawa dipundi) oleh

warga sekitar, maka dari itu disebut punden dan sering dikunjungi masyarakat

untuk meminta berkah.

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Berdasarkan inti cerita, tema cerita Punden Janjang adalah kenyataan

keteguhan tekad yang kuat untuk meraih dan mendapatkan apa yang diinginkan.

Keteguhan tekat jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan diiringi dengan

selalu mendekatkan diri pada Sang Pencipta akan mendapatkan hasil yang

memuaskan. Ikhlas dalam menjalankan tugas yang telah diberikan tanpa adanya

keinginan atau pamrih tertentu, ikhlas tanpa ada tendensi tertentu.

b) Alur

Alur yang digunakan dalam cerita rakyat Punden Janjang adalah alur lurus,

karena cerita mengalir secara logis dan saling berkaitan. Hal-hal yang dilakukan

oleh pelaku-pelaku cerita secara berurutan dan menimbulkan cerita.

Cerita diawali dengan menggambarkan tokoh utama yaitu Pangeran Jati

Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara yang mengembara mencari pusaka kerajaan

Pajang yang hilang dan mereka berdua terpisah dari ketiga saudaranya yang

melanjutkan perjalanan ke arah Timur, sedangkan meraka berdua ke arah Utara.

Meraka mengikuti wangsit untuk bersemedi di Desa Janjang. Dan di desa tersebut

kedua pangeran itu bertemu dengan seorang wanita dari Desa Bleboh yang ingin

diperkenankan mengabdi sebagai selir sang pangeran.

Selama kedua pangeran tersebut bertapa, Nyi Randha Kuning selalu setia

menunggu sampai akhir hayatnya. Setelah kedua pangeran tersebut meninggal

makamnya dijadikan satu dengan lokasi makam Nyi Randha Kuning. Karena jasa-

jasanya, makam kedua pangeran tersebut dianggap keramat, sering dipugar dan

sering diperbaiki masyarakat sekitar.

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

c) Tokoh

Tokoh utama dalam cerita rakyat Punden Janjang adalah Pangeran Jati

Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara. Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati

Kuswara adalah dua bersaudara kakak beradik, putra dari Sultan Pajang yang

semasa hidupnya kedua pangeran ini suka mengembara. Kedua Pangeran tersebut

memiliki kesaktian yang tinggi, suka menolong orang lain serta bertujuan

menyebarkan Agama Islam, terbukti dengan adanya bangunan masjid di sana.

Pangeran jati Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara melakukan bertapa

dengan cara berbeda. Pangeran Jati Kusuma melakukan tapa dengan mengurangi

makan dan tidur sedangkan Pangeran Jati Kuswara melakukan tapa dengan cara

terus menerus makan dan tidur. Selama melakukan tapa kedua pangeran saling

menunjukan kesaktiannya, tetapi Pangeran Jati Kuswara yang lebih unggul.

Selain tokoh utama ada pula tokoh pendukung cerita. dalam cerita Punden

Janjang tokoh pendukungnya adalah Nyi Randha Kuning. Dia adalah seorang

wanita yang cantik dari Desa Bleboh yang ingin agar dia dijadikan isrti oleh

Pangeran Jati Kusuma atau Pangeran Jati Kuswara. Sampai akhir hayatnya Nyi

Randha Kuning tetap setia menunggu jawaban dari kedua pangeran tersebut. Dan

sebelum dia meninggal, dia berpesan kepada seluruh warga Desa Bleboh untuk

tidak ada yang berbesanan dengan seorang warga dari Desa Janjang.

d) Latar

Di dalam cerita rakyat Punden Janjang yang menonjol adalah latar tempat

yang terkait dengan kisah perjalanan para tokohnya. Pangeran Jati Kuswara dan

Pangeran Jati Kusuma melakukan perjalanan mencari tempat untuk bersemedi

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

mencari wangsit dan ilmu melewati sungai dan lembah yang curam. Kedua

pangeran tersebut dengan kesaktiannya membuat jembatan dari tanah yang diberi

nama ‘Wot Lemah’. Bersemedi Desa Ngrenjeng, Nglebur tetapi tanahnya longsor

karena tidak kuat untuk bertapa seorang yang sakti seperti mereka.

Selama bertapa di tempat yang selalu jurug/longsor tersebut kedua

pangeran itu mendapatkan wangsit /petunjuk bahwa tempat bertapa yang cocok

untuk pangeran berdua adalah di sebuah pegunungan yang berada di sebelah

utara. Meraka disuruh untuk mecari tanah yang njanjang/tanah lapang tepatnya di

Desa Janjang Kecamatan Jiken.

Kedua pangeran tersebut akhirnya bertapa dan menetap di desa tersebut

sampai akhir hayatnya. Karena banyaknya jasa dan kedua pangeran ini juga

memiliki ilmu yang tinggi makam kedua pangeran tersebut dianggap keramat,

sering dipugar dan diperbaiki dan sering pula di makam tersebut dipergunakan

sebagai sarana untuk melakukan peradilan tradisional yang dikenal dengan istilah

‘Sumpah Janjang’.

e) Amanat

Berdasarkan cerita rakyat Punden Janjang ini, dapat ditemukan beberapa

amanat yang berguna bagi generasi penerus antara lain: sifat dari Pangeran Jati

Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara yang memiliki kesaktian yang tinggi, suka

menolong orang lain selain itu kedua pangeran ini juga patuh dan taat beribadah.

Kedua pangeran yang merupakan putra dari Sultan Pajang ini juga bertanggung

jawab dan berbakti kepada rajanya, demi mencari pusaka Pajang yang hilang

mereka rela menyusuri hutan, sungai, lembah dan bertapa dari satu tempat ke

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

tempat yang lain untuk mencari petunjuk dimana letak pusaka Pajang yang hilang

tersebut.

Kerelaan dan kesetiaan dari seorang wanita yang bernama Nyi Randha

Kuning. Demi cintanya kepada pangeran Nyi Randha Kuning rela mengapdikan

dirinya dan setia menunggu jawaban dari pangeran yang dicintainya hingga Nyi

Randha Kuning meninggal. Keiklasan dari Pangeran Jati Kusuma juga bisa

dicontoh oleh generasi muda.

Keiklasan Pangeran Jati Kusuma yang rela mengurangi makan dan

minum dan pangeran Jati Kuswara yang menambah makan dan minum. Keiklasan

seperti itu merupakan nilai yang bila direfleksikan di kehidupan saat ini merpakan

nilai yang langka. Keiklasan yang seperti itu sulit untuk bisa diketahui dengan

jelas. Dimasa kini dalam kehidupan modern, keiklasan seperti itu bisa dikatakan

langka, masyarakat kini sangat mengagungkan nilai-nilai individu.

b. Cerita Rakyat Desa Watu Brem dan Desa Pojok Watu

1) Isi Cerita

Alkisah, pada saat masih zamannya penggede, di Desa Pojok Watu (Desa

Tu-brem) hiduplah seorang penggede (kepala perampok) bernama Malang Sudiro.

Pada suatu saat ia berniat mengawinkan anaknya yang bernama Malang Kusuma

dengan seorang gadis dari Desa Ngoda. Hari perkawinan sudah ditentukan, begitu

pula semua peralatan yang diperlukan telah dipersiapkan. Pada hari yang sudah

ditentukan, rombongan pengiring pengantin pria berbondong-bondong dari Desa

Pojok Watu menuju ke Desa Ngoda. Upacara perkawinan berjalan dengan lancar

dan meriah.

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Pada hari kelima setelah perkawinan (sepasar) sang penganti akan

diunduh, diboyong untuk dirayakan ke Desa Pojok Watu. Pada saat yang sudah

ditentukan, iring-iringan rombongan pengantin berjalan dari Desa Ngado ke Desa

Pojok Watu. Di tengah perjalanan mereka dihadang oleh segerombolan perampok,

yang sesungguhnya adalah anak buah dari ayah sang pengantin laki-laki.

Gerombolan perampok tersebut melakukan perampokan terhadap iring-iringan

Malang Kusuma karena mereka tidak tahu kalau yang menjadi pengantin adalah

anak dari pemimpin mereka.

Dalam peristiwa perampokan tersebut, segala peralatan dan perlengkapan

upacara iring-iringan pengantin berceceran di sepanjang jalan Ngoda-Pojok Watu.

Rombongan iring-iringan pengantin berusaha melawan rombongan para perampok

untuk mempertahankan benda-benda perlengkapan upacara perkawinan yang

dibawanya. Maka terjadilah pertempuran cukup seru yang dalam istilah setempat

disebut “tawur”. Tempat terjadinya perang tawur antara rombongan pengiring

pengantin melawan rombongan gerombolan perampok tersebut kemudian

dinamakan Desa Sawur.

Peralatan kebesaran pengiring pengantin banyak yang tercecer di

perjalanan. Barang-barang tersebut antara lain: bonang renteng (alat gamelan

untuk mengiringi perjalanan rombongan pengantin), kembang nyamplung

(sumping sang pengantin), jarit jomblang (kain yang dipakai oleh sang pengantin),

kalung (perhiasan yang dipakai oleh sang pengantin), kukusan (peralatan dapur

yang digunakan keperluan upacara bukak kawah, khususnya untuk pengantin anak

sulung).

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Tempat hilangnya bonang renteng disebut ‘Sawah Bonang Renteng’. Di

sawah ini setiap akan mulai tanam atau panen harus didahului dengan

membunyikan (nabuh) bende, sebagai pengganti bonang renteng. Tempat

hilangnya sumping pengantin yang bernama ‘kembang nyamplung’ kemudian

disebut ‘sawah nyamplung’. Tempat hilangnya kain yang digunakan pengantin

bernama ‘jarit jombang’ kemudian disebut ‘Sawah Jombang’, tempat

hilangnyakalung pengantin disebut Sawah Kalung. Tempat hilangnya peralatan

bubak kawah yang berupa ‘kukusan’ disebut ‘Sawah Kukusan’. Hilangnya kalung

sang pengantin karena sang pengantin terjerat dahan kacang (kesrimpet). Oleh

karena itu, di sawah tempat hilangnya kalung tersebut ditabukan ditanami pohon

kacang.

Dalam peristiwa tersebut akhirnya pengantin dan pengiringnya terpisah.

Tempat terpisahnya sang pengantin dengan pengiringnya tersebut kemudian

disebut ‘Sawah Manten’. Untuk membuang sial, ditempat tersebut tiap tahun

harus disediakan bekakak putra-putri menyerupai sepasang pengantin, sebagai

peringatan atas terjadinya peristiwa naas tersebut. Adapun sang pengantin yang

sudah tidak ada lagi yang mengurusi merasa ketakutan, akhirnya bersembunyi

(ndhelik) pada sebuah sendang (mata air), yang kemudian disebut ‘Sendang

Delik’. Setelah usai tawur, para pengiring mencari sang pengantin. Akan tetapi

dicari kesana-kemari (digoleki nganti napis) belum juga ketemu. Akhirnya tempat

para pengiring mencari pengantinnyatersebut kemudian disebut ‘Sawa Napis’.

Atas terjadinya peristiwa perampokan terhadap iring-iringan pengantin

yang berasal dari Desa Ngoda menuju Desa Pojok Watu tersebut dianggap sebagai

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

malapetaka besar, sehingga sampai saat ini orang Desa Pojok Watu pantang

berbesanan dengan orang Desa Ngoda. Jangankan berbesanan, membawa sesuatu

dari Desa Pojok Watu juga dipantangkan. Konon pernah terjadi, ada seorang

gembala membawa batu krikil dari Desa Pojok Watu, terpaksa harus

mengembalikan ke tempatnya semula, karena begitu tiba di rumah, semua

binatang piaraannya sakit. Anehnya, setelah batu kerikil tersebut dikembalikan ke

tempatnya semula, semua binatang piaraannya yang semula sakit seketika sembuh

seperti sedia kala.

Penggede Malang Sudira begitu mengetahui bahwa apa yang diperbuat

oleh anak buahnya adalah perbuatan yang salah, maka dia merasa malu. Dia lalu

pergi meninggalkan desanya. Dalam perjalanan dia bertemu dengan seorang yang

memikul dagangan ‘brem’ (makanan dari sari tape). Ketika ditanya oleh penggede

Malang Sudira mengenai barang apa yang dibawanya, orang tersebut merasa

ketakutan dan khawatir kalau barang yang dibawanya akan dirampas oleh

penggede tersebut. Oleh karenya ia menjawab dengan berbohong. Dikatakanlah

barang yang dibawanya adalah ‘batu’. Mendengar jawaban tersebut Penggede

Malang Sudira bertanya lagi: “Watu apa kok kaya brem” (batu apa kok seperti

brem). Atas kejadian itu, akhirnya desa tersebut juga dinamakan Watu Brem atau

Tu-brem, yang merupakan kependekan dari kata ‘watu brem’.

2) Struktur Cerita

a) Tema

Peristiwa yang diceritakan dalam cerita rakyat “Legenda Desa Watu Brem

(Tu-brem) dan Desa Pojok Watu” adalah bermula dari seorang penggede (kepala

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

perampok) bernama Malang Sudiro yang hendak menikahkan anaknya dengan

seorang gadis dari Desa Ngoda. Hari pernikahan sudah ditetapkan dan pada hari

yang sudah ditentukan upacara perkawinan berjalan dengan lancar dan meriah.

Pada hari kelima sang pengantin diunduh atau diboyong ke Desa Pojok Watu dan

ditengah perjalanan iring-iringan pengantin dihadang oleh segerombolan

perampok yang sesungguhnya adalah anak buah ayah sang pengantin laki-laki.

Gerombolan perampok itu melakukan perampokan terhadap iring-iringan

pengantin Malang Kusuma karena tidak tahu yang menjadi pengantin adalah anak

dari pimpinan mereka. Peralatan kebesaran pengiring pengantin tercecer di

perjalanan karena antara perampok dan pengiring pengantin terjadi pertempuran

hebat. Kedua pengantin pun terpisah dan tidak diketahui kemana perginya.

Penggede Malang Sudiro begitu mengetahui bahwa apa yang diperbuat oleh anak

buahnya adalah perbuatan yang salah, maka dia merasa malu. Dia lalu pergi

meninggalkan desanya. Di perjalanan dia bertemu dengan seorang yang

memanggul brem dan ketika Malang Sudiro bertanya kepada pemanggul brem

tersebut tentang apa yang dipanggulnya orang itu menjawab dengan berbohong

yaitu sedang memanggul watu (batu). Orang tersebut terpaksa berbohong karena

takut jika barang bawaannya akan dirampok oleh Malang Sudiro.

Di dalam masyarakat Jawa, sifat seperti ini sering disebut dengan

“ngunduh wohing pakarti”, yang artinya bahwa siapa pun yang berbuat jahat,

pasti akan mengalami akibat perbuatannya. Ungkapan Jawa ini sesungguhnya

mengandung nilai filosofi yang sangat tinggi, sebagai landasan dan pedoman

dalam berperilaku. Begitu pula yang terjadi dalam Legenda Desa Watu

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Brem/Pojok Watu yang mengisahkan tentang perbuatan yang tidak terpuji oleh

tokoh yang bernama Malang Sudiro. Perbuatan buruknya menjadi boomerang

terhadap dirinya.

b) Alur

Cerita rakyat Legenda Desa Watu Brem dan Pojok Watu dapat dikatakan

menggunakan alur lurus atau maju. Secara berurutan diceritakan asal-usul tokoh

cerita dan kronologi cerita yang dimulai dari rencana Malang Sudiro seorang

pemimpin gerombolan perampok yang hendak menikahkan putranya dengan

seorang gadis dari Desa Ngoda namun pada saat ngunduh manten, iring-iringan

pengantin itu dihadang oleh gerombolan perampok. Gerombolan perampok

tesebut sebenarnya adalah anak buahnya, anak buah Malang Sudiro yang tidak

tahu bahwa yang dirampok adalah anak pimpinannya.

c) Tokoh

Tokoh utama dalam Legenda Desa Watu Brem/Pojok Watu adalah seorang

penggede atau pimpinan gerombolan perampok yang bernama Malang Sudiro.

Dia adalah seorang pemimpin gerombolan rampok yang pergerakannya secara

sembunyi-sembunyi sehingga banyak yang tidak tahu jika dia adalah seorang

pemimpin rampok. Yang harus menanggung malu karena para cantrik/anak

buahnya merampok iring-iringan pengantin anaknya sendiri karena anak buahnya

tidak tahu.

Selain Malang Sudiro juga ada lagi tokoh tambahan yaitu Malang

Kusuma. Malang Kusuma adalah anak dari Malang Sudiro, pemimpin gerombolan

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

rampok. Dia adalah seorang pemuda yang gagah dan tampan yang tidak tahu

bahwa ayahnya adalah seorang pemimpin perampok.

Seorang gadis dari Desa Ngoda yang merupakan istri dari Malang Kusuma

juga menjadi salah satu tokoh tambahan dalam cerita ini. Selain gadis tersebut

disebutkan Legenda Desa Watu Brem/Pojok Watu juga menampilkan tokoh

tambahan seperti para anggota/anak buah dari Malang Sudira yaitu perampok

yang jumlahnya banyak dan tersebar dan juga para pengiring pengantin yang ikut

berperang melawan gerombolan perampok tersebut.

d) Latar

Latar yang menonjol dalam cerita “Legenda Desa Watu Brem/Pojok

Watu” adalah latar tempat. Pada saat masih zamannya penggede, di Desa Pojok

Watu (Desa TU-brem) hiduplah seorang pimpinan perampok yang akan

menikahkan anaknya dengan seorang gadis dari Desa Ngoda. Tetapi pada saat

pengantin diboyong, rombongan pengantin itu dihadang gerombolan perampok

yang tidak lain adalah anak buah orang tua dari pengantin laki-laki.

Ketika Malang Sudiro mengetahui hal tersebut dia malu dan pergi

meninggalkan desanya. Di tengah perjalanan dia bertemu dengan seorang yang

memanggul brem dan ketika Malang Sudiro bertanya kepada pemanggul brem

tersebut tentang apa yang dipanggulnya, orang itu menjawab dengan berbohong

yaitu sedang memanggul watu (batu). Orang tersebut terpaksa berbohong karena

takut jika barang bawaannya akan dirampok oleh Malang Sudiro. Atas kejadian

itu, akhirnya desa tersebut juga dinamakan Desa Watu Brem atau Tu-brem, yang

merupakan kependekan dari watu brem.

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

e) Amanat

Di dalam Legenda Watu Brem/Pojok Watu, mengisahkan seseorang yang

sering melakukan perampokan seperti yang sering dilakukan oleh Malang Sudiro.

Disaat ia mengadakan hajatan perkawinan anaknya, ternyata iring-iringan

pengantin dirampok di tengah jalan yang justru dilakukan oleh anak buahnya. Di

dalam masyarakat Jawa, sifat seperti ini seringkali disebut dengan istilah ngunduh

wohing pakarti, yang artinya bahwa siapa pun yang berbuat kejahatan, pasti akan

mengalami akibat perbuatannya.

Tidak hanya di dalam cerita rakyat atau legenda, hukum karma atas

tindakan yang dilakukan juga seringkali tercermin dalam perilaku dan tindakan

masyarakat sehari-hari. Manusia seringkali tidak mudah memahami akan hal ini.

Manusia tidak bisa menilai dan tidak bisa bercermin diri, atas perbuatan yang

telah dilakukannya. Apakah perbuatannya telah sesuai dengan norma atau kaidah

kehidupan atau belum, hanya orang lain yang bisa menilai.

Ungkapan Jawa ngunduh wohing pakarti yang artinya siapa yang berbuat

jahat akan menanggung akibatnya ini sebagai landasan dan pedoman dalam

berperilaku. Begitu pula yang terjadi dalam Legenda Desa Watu Brem/Pojok

Watu yang mengisahkan tentang perbuatan yang tidak terpuji oleh tokoh yang

bernama Malang Sudiro. Perbuatan buruknya menjadi boomerang terhadap

dirinya.

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

c. Cerita Rakyat Terjadinya Desa Gersi

1) Isi cerita

Legenda terjadinya Desa Gersi berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di

Negara yang bernama Kerajaan Tanjung Mas, yang memiliki tumenggung yang

sangat sakti, berama Tunggul Wulung. Tumenggung Tunggul Wulung

mempunyai istri yang sangat cantik bernama Dewi Sumekar.

Alkisah pada suatu hari di Kerajaan Tanjung Mas ada pemberontakan

yang dilakukan oleh Bupati Nglangitan. Prajurit Tanjung Mas sudah dikalahkan

oleh pasukan pemberontak. Melihat kekalahan prajuritnya, raja Tanjung Mas

memerintahkan kepada putranya yang bernama Pangeran Suryo untuk

mengundurkan Bupati Nglangitan.

Pangeran Suryo tidak menuju ke medan perang, melainkan pergi ke

katumenggunggan menemui Tumenggung Tunggul Wulung, dengan alasan

mendapat perintah dari ayahnya bahwa Tumenggung Tunggul Wulung

diperintahan untuk menumpas murkanya Bupati Nglangitan. Hal itu dilakukan

karena Pangeran Suryo ada maksud kepada Dewi Sumekar.

Sepeninggal Tumenggung Wulung, Pangeran Suryo membujuk Dewi

Sumekar agar mau menuruti kemauannya dan mau diperistri. Keinginan Pangeran

Suryo ditolaknya, Dewi Sumekar lalu lari, dan ketemu suaminya yang baru

sampai di Sekanthen (saat ini menjadi Desa Sekethi). Dewi Sumekar menangis di

luar Sekanthen (sampai saat ini tanah tempat Dewi Sumekar menangis menjadi

tanah sangar/gawat).

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Selanjutnya Pangeran Suryo pergi menghadap raja. Akan tetapi Tunggul

Wulung dan istrinya sudah menghadap terlebih dahulu. Tumenggung Tunggul

Wulung menyerahkan istrinya kepada raja dan mengatakan bahwa istrinya

dikersakke (diinginkan) Pangeran Suryo. Setelah menyerahkan istrinya Tunggul

Wulung lalu pergi. Kedatangan Pangeran Suryo menjadikan raja marah. Beliau

lalu memerintahkan kepada Pangeran Suryo untuk membrantas angkara Bupati

Nglangitan. Kalau gagal, walau putranya sendiri akan dihukum mati.

Dewi Sumekar lalu pulang ke rumah orangtuanya di Bathokan. Dia

mengatakan kalau suaminya sudah tidak menginginkannya lagi. Ayahnya lalu

bertanya, Apakah masih mencintai suaminya. Dewi Sumekar menjawab bahwa

dia masih mencintai suaminya. Mendengar jawaban putrinya tersebut, sang ayah

lalu menyarankan kepada putrinya untuk pergi ke Nglangitan, menyamar sebagai

laki-laki dan mendaftarkan diri sebagai prajurit dengan nama Silihwarni.

Sepeninggalan Dewi Sumekar, datanglah Tunggul Wulung ke Bathokan,

menemui mertuanya untuk menyerahkan istrinya karena dicintai oleh anak

rajanya. Penggede Bathokan bertanya kepada Tunggul Wulung apakah masih

mencintai istrinya. Tunggul Wulung menjawab bahwa ia masih mencintai istrinya.

Mendengar hal itu, Penggede Bathokan memberitahukan bahwa untuk bisa

ketemu lagi dengan istrinya, Tunggul Wulung harus memberantas Bupati

Nglangitan dan mengubah nama menjadi Silihwarno. Tunggal Wulung pun lalu

pergi ke Nglangitan.

Di Kadipaten Nglangitan terjadi peperangan yang dimenangkan oleh

Pangeran Suryo. Kekalahan prajurit Nglangitan terobati dengan datangnya

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Silihwarni yang mendaftar sebagai prajurit dengan syarat harus dapat meringkus

Pangeran Suryo. Silihwarni berhasil meringkus Pangeran Suryo, lalu dipenjara di

Nglangitan.

Tak lama kemudian datanglah Silihwarno mengamuk ke Nglangitan. Dia

ditemui Silihwarni. Terjadilah perang tanding Silihwarno dan Silihwarni, yang

dimenangkan oleh Silihwarno. Silihwarni lalu menjumpai ayahnya, Kie Ageng

Bathokan. Sang ayah kembali menyuruh ke medan perang, lalu menyerang

dengan cara rayuan dan cubitan. Setelah dirayu dan dicubit Silihwarno melarikan

diri, dan jatuh di lobang becek seperti belik (sumur kecil dan dangkal). Silihwarni

terus mencubitinya.

Silihwarno menarik ikat penutup kepala Silihwarni lalu dibuang ke utara.

Begitu tutup kepalanya terbuka, taulah Tunggul Wulung bahwa Silihwarni adalah

Dewi Sumekar, istrinya. Kemudian Tunggul Wulung juga membuka

penyamarannya. Tanah yang kejatuhan ikat kepala Silihwarni menjadi longsor

dan berlobang (gowak) serta berair sehingga dinamakan ‘Sendang Gowak’.

Sedang lobang becek tempat Silihwarno (Tunggul Wulung) terjatuh dinamakan

‘Sedang Blibis’. Kemudian Penggede Bathokan bersama anak dan menantunya

menuju Kadipaten Nglangitan.

Bupati Nglangitan mempunyai senopati andalan bernama Ki Ageng

Nglaban. Dialah yang mendalangi pemberontakan Bupati Nglangitan kepada Raja

Tanjung Mas. Ketika diberitahukan bahwa Bupati Nglangitan telah dikalahkan

oleh Tunggal Wulung dan Sumekar, dia lalu maju ke medan perang melawan

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Tunggul Wulung, yang kemudian digantikan oleh Ki Gede Bathokan. Terjadilah

perang tanding antara Ki Gede Nglaban melawan Ki Gede Bathokan.

Disebutkan wilayah Kadipaten Nglangitan dilindungi dengan pagar besi

(dirajeg wesi). Dalam pertempuran tersebut kolor (tali celana) Ki Gede Nglaban

terlempar dan tersangkut pagar besi tersebut. Melihat hal itu Ki Gede Bathokan

lalu bersabda bahwa kelak jika tempat tersebut menjadi kota dinamakan kota

Gersi, kalau jadi desa juga dinamakan Desa Gersi.

Pertarungan antara Ki Gede Nglaban dan Ki Gede Bathokan terus

berlangsung, dan semakin seru. Dalam pertarungan tersebut mereka semakin

bergeser ke timur. Mereka sampai pada sebuah kedung yang dalam dan masih

terus bertarung sehingga airnya seperti diaduk (dikebur). Oleh karena itu tempat

tersebut kemudian tersebut Desa Keburan. Perang semakin ke timur. Mereka

berdua dikerumuni jangkrik sehingga tempat tersebut kemudian disebut Desa

Jangkrikan. Perang pun semakin ke timur. Di sebelah utara kraton Ki Gede

Nglaban gugur. Darahnya mengalir sangat banyak hingga seperti kolam. Sampai

saat ini kolam tersebut airnya merah seperti darah.

2) Struktur Cerita

a) Tema

Peristiwa yang diceritakan dalam cerita ‘Terjadinya Desa Gersi’ adalah

bermula dari adanya pemberontakan di kerajaan Tanjung Mas yang dilakukan

oleh Bupati Nglangitan. Raja Tanjung Mas memerintah putranya Pangeran Suryo.

Akan tetapi Pangeran Suryo mempunyai rencana lain, dia mengutus Tumenggung

Tunggul Wulung untuk maju menumpas pemberontak dan ketika Tunggal

Page 108: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Wulung pergi Pangeran Suryo berusaha mendekati dan merayu Dewi Sumekar,

istri dari Tunggal Wulung yang sudah sejak lama dicintainya.

Besarnya cinta Dewi Sumekar kepada suaminya membuatnya menolak

Pangeran Suryo walaupun Tunggal Wulung sendiri yang menyerahkan Dewi

Sumekar untuk putra rajanya. Akhirnya Dewi Sumekar melarikan diri dan pulang

ke rumah orang tuanya dan berlatih ilmu kanuragan kemudian berganti nama

Silihwarni dan bergabung dengan prajurit Nglangitan melawan Pangeran Suryo

yang kemudian juga bertemu dengan suami yang masih mencintainya dan

mengganti namanya dengan Silihwarno.

Dalam melawan pemberontak yang dipimpin oleh Ki Gede Nglaban,

Silihwarni dan Silihwarno dibantu oleh ayah dari Silihwarni yaitu Ki Gede

Bathokan. Ki Gede Bathokan dan Ki Gede Nglaban terlibat peperangan yang seru

dan dalam pertempuran tersebut kolor (tali celana) Ki Gede Nglaban terlempa dan

tersangkut pagar besi. Melihat itu Ki Gede Bathokan bersabda bahwa kelak jika

tempat tersebut menjadi kota Gersi dan jika menjadi desa juga dinamakan Desa

Gersi.

Berdasarkan inti cerita dan tema cerita rakyat “Terjadinya Desa Gersi” ini

dapat digolongkan dalam golongan cerita legenda jenis sejarah kolektif.

b) Alur

Isi cerita dalam cerita rakyat “Terjadinya Desa Gersi” dapat dikatakan

menggunakan alur lurus atau maju. Secara berurutan diceritakan asal-usul tokoh

cerita yakni Tumenggung Tunggul Wulung dan istrinya Dewi Sumekar, kemudian

ada putra Raja Tanjung Mas yang bernama Pangeran Suryo yang diam-diam

Page 109: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

mencintai Dewi Sumekar dan hendah menikahi Dewi Sumekar yang tidak lain

adalah istri dari Tumenggung Tunggul Wulung. Kronologi kejadian dalam cerita

berjalan secara berurutan dari awal hingga akhir.

c) Tokoh

Tokoh utama dalam cerita rakyat “Terjadinya Desa Gersi” adalah

Tumenggung Tunggul Wulung (Silihwarno) dan istrinya Dewi Sumekar

(Silihwarni). Tunggal Wulung adalah seorang laki-laki yang gagah perkasa setia

pada rajanya dan menyayangi istrinya. Dewi Sumekar adalah sosok wanita yang

cantik yang tangguh yang memiliki rasa cinta yang tulus kepada suaminya dan

juga seorang wanita yang setia.

Tokoh selanjutnya adalah Pangeran Suryo. Digambarkan bahwa pangeran

suryo adalah seorang Putra Raja Tanjung Mas yang mempunyai sifat licik,

berbuat curang untuk mendapatkan apa yang diinginkan seperti berusaha memiliki

istri dari Tunggul wulung. Kemudian tokoh Ki Gede Bathokan dan Ki Gede

Nglaban. Ki Gede Bathokan adalah ayah dari Dewi Sumekar yang baik dan

sayang terhadap anak dan menantunya. Sedangkan Ki Gede Nglaban adalah

senopati Nglangitan yang mendalangi pemberontakan kepada Raja Tanjung Mas.

d) Latar

Latar tempat adalah latar yang menonjol dalam cerita “Terjadinya Desa

Gersi”. Latar cerita dimulai dari Kerajaan Tanjung Mas yang memilki

tumenggung yang sangat sakti yaitu Tunggul Wulung. Di Kerajaan Tanjung mas

ada pemberontakan oleh Bupati Nglangitan. Maka Tunggal Wulung pun datang ke

Kerajaan Nglangitan untuk menumpas pemberontakan. Dengan dibantu

Page 110: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

mertuanya Ki Gede Bathokan akhirnya pemberontakan yang di pimpin oleh Ki

Gede Nglaban bisa ditumpas.

Disebutkan wilayah Kadipaten Nglangitan dilindungi dengan pagar besi

(dirajeg wesi). Dalam pertempura tersebut kolor (tali celana) Ki Gede Nglaban

terlempar dan tersangkut pagar besi tersebut. Melihat hal itu Ki Gede Bathokan

lalu bersabda bahwa kelak jika tempat tersebut menjadi kota dinamakan kota

Gersi, kalau jadi desa juga dinamakan Desa Gersi.

e) Amanat

Berdasarkan isi cerita pada cerita rakyat “Terjadinya Desa Gersi” dapat

ditemukan beberapa amanat yang sesuai, diambil dari karakter dan perilaku tokoh

utama, yaitu: (1) agar masyarakat tahu dan mengerti sejarah Desa Gersi dan

meneladani perjuangan para leluhur yang bersedia berjuang tanpa pamrih. (2)

sikap setia kepada pasangan juga ditunjukan dalam cerita ini, kesetiaan yang

ditunjukkan oleh Dewi Sumekar. Walaupun dia dicintai dan inginkan untuk

diperistri anak rajanya dia tetap memilih suaminya, Tunggal Wulung.

d. Cerita Rakyat Maling Kenthiri

1) Isi Cerita

Alkisah cerita di tlatah Jawa tersebutlah Kiai Ageng Pancuran yang hidup

bersama seorang anaknya bernama Kentiri. Kentiri adalah seorang pemuda yang

gagah dan tampan sehingga sanggatlah dibanggakan oleh ayahnya Kiai Ageng

Pancuran. Selain tampan Kentiri juga pandai bela diri dan memiliki kesaktian

yang tinggi. Setiap hari Kentiri rajin belajar berbagai ilmu. Tidak jarang dia

berguru sampai jauh dari rumahnya. Berkat ketekunan dan kerajinannya, ia

Page 111: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

memiliki kekuatan lahir dan batin yang hebat serta punya kesaktian yang luar

biasa.

Dalam setiap pengembaraannya untuk mencari ilmu, Kentiri sering

bertemu dengan rakyat kecilyang hidupnya sengsara.berkat ajaran ayahnya,

Kentiri tumbuh menjadi pemuda yang tidak sombong dan suka menolong orang

yang kesusahan. Sehinggadia sering mudah berbelas kasihan melihat penderitaan

rakyat kecil, dan tidak segan-segan menolong mereka yang menderita bahkan

membagikan harta miliknya.

Namun di balik itu Kentiri memiliki sifat yang sangat keras terutama

dalam hal mewujudkan impian dan cita-citanya. Bila ia menginginkan sesuatu,

apa pun yang merintanginya pasti dihadapi agar keinginannya dapat terwujud.

Tidak jarang ia menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Sifat inilah

yang kerap membuat ayahnya prihatin dan sedih.

Pada suatu sore ketika matahari telah condong ke barat, Kentiri duduk

termenung dan terdiam di depan rumah. Biasanya bila malam hampir tiba ia

bersiap untuk semedi di tempat sunyi. Hal itu bukanlah kebiasaan Kentiri,

sehingga ayahnya Kiai Ageng Pancuran pun bertanya kepadanya.

“Ada apa anakku, kamu duduk termenung dan kelihatan sedih?

Katakanlah kepada bapakmu apa yang menjadi kesedihanmu.”

“Aku sebenarnya malu dan takut bila menceritakan ini kepada bapak.”

“Tidak seperti biasanya anakku, selama ini bila punya keinginan

pastikamu nyatakan dengan tegas. Apa sebenarnya yang kau inginkan anakku.

Apakah engkau menginginkan seorang gadis untuk menjadi istrimu?”

Page 112: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

“Betul bapak. Beberapa hari lalu ketika aku bersemedi, di daerah Sulang

aku bertemu dengan seorang gadis. Menurutku ia sangatcantik. Aku ingin sekali

meminangnya. Apakah bapak menyetujuinya?”

“Kalau menurutmu gadis itu baik, pasti bapak setuju. Siapa nama gadis itu

dan siapa nama bapaknya?”

“Namanya Dewi Sirep, anak Mbok Randha Suganti dari Desa Sepetik.”

Kiai Ageng Pancuran kaget mendengar penjelasan anaknya.

“Aduh anakku, apa tidak ada gadis yang lain?”

“Ada apa pak?”

“Konon kabarnya gadis itu sudah banyak membuat pemuda yang jatuh

cinta padanya menjadi patah hati, apakah lamaran kita nanti diterimanya? Tetapi

jika kamu memang menginginkannya, bapak akan berusaha mewujudkan

keinginanmu.”

Kiai Ageng Pancuran lalu meminta tolong pada saudaranya yang bernama

Jaruman. Jaruman adalah paman Kentiri, ia tinggal di Rajekwesi. Jaruman

dimintai tolong oleh Kiai Ageng Pancuran untuk melamar Dewi Sirep agar mau

menjadi istri Kentiri. Beberapa waktu kemudian pergilah Jaruman ke Desa

Sepetik menemui Mbok Randha Sugati dan menyampaikan maksud

kedatangannya tersebut.

“Saya Jaruman , datang ke sini menyampaikan pesan Kiai Ageng Pancuran

, akan melamar putri Nyai untuk dijadikan istri Kentiri keponakan saya putra dari

Kiai Ageng Pancuran.”

Page 113: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

“Maaf beribu maaf, saya belum bisa memberi jawaban sekarang, berilah

kami waktu beberapa hari lagi.”

“Baiklah Nyai kalau memang demikian , kami akan menunggu.

Kemudian Jaruman berpamitan dan bergegas pulang untuk menyampaikan

jawaban Mbok Suganti kepada Kiai Ageng Pancuran.

Selang beberapa waktu setelah lamaran dari Kentiri, datanglah Kiai

Ngusman dan Mbalun Cepu bersama anaknya Jaka Selakan ke rumah Mbok

Randha Suganti yang juga ingin melamar Dewi Sirep. Ternyata lamaran Jaka

Selakan diterima oleh Mbok Randha Suganti dan anaknya Dewi Sirep, walaupun

Kentiri lebih dahulu melamar. Mendengar ini, ia sangat marah dan hendak

membunuh Jaka Selakan. Maka terjadilah pertandingan antara Kentiri dan Jaka

Selakan. Karena kesaktiannya, Kentiri dapat memenangkan pertandingan tersebut

dan Jaka Selakan pun tewas di tangan Kentiri setelah ditikam dengan tombak Kiai

Dorodasih, senjata milik Kentiri yang sangat ampuh.

Ketika mendengar kabar bahwa Jaka Selakan telah dibunuh oleh Kentiri,

Dewi Sirep menjadi takut.

“Bagaimana simbok kalau dia datang ke sini dan memaksaku jadi istrinya?

Aku takut sekali simbok.”

“Sudahlah anakku, tenangkanlah dirimu dan janganlah kau perlihatkan

ketakutanmu apabila Kentiri datang kemari. Simbok nanti yang akan

menghadapinya.”

Page 114: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Selang beberapa lama kemudian, Kentiri bersama pamannya Jaruman, tiba

di Desa Sepetik dan menemui Mbok Randha Suganti, dan kembali meminta Dewi

Sirep untuk diperistri.

“Baiklah Kentiri, aku akan memberikan Dewi Sirep menjadi istrimu asal

kamu dapat memenuhi permintaan Dewi Sirep.”

“Apa permintaanmu Dewi Sirep, katakanlah kepadaku. Aku pasti sanggup

memenuhinya.”

“Kentiri, aku mau jadi istrimu apabila kau dapat memenuhi permintaanku.

Pertama, aku ingin mandi di Sendang Kara yang berada di Tuban. Kedua, aku

ingin memiliki Bendhe Becak. Ketiga, aku ingin memiliki Bendhe Singobarong

dan keempat, aku ingin memiliki Bendhe Kencana.”

Mendengar permintaan Dewi Sirep kemudian Kentiri menyanggupinya

dan segera pergi dari rumah Mbok Randha Suganti untuk mencarinya. Sebenarnya

itulah cara Mbok Randha Suganti untuk menolak halus permintaan Kentiri. Bila

ditolak secara terang-terangan pasti Kentiri akan marah.

Kentiri lalu pergi ke Dusun Mlandingan Tuban menemui Mbok Randha

Suli. Kentiri mengungkapkan kepada Mbok Randha Suli maksud kedatangannya

tersebut.

“Sungguh Kentiri aku tidak punya pusaka yang disebut Bendhe Becak.

Yang ada di sini adalah Jaka Becak.”

“Betul kata simbok, kami tidak punya pusaka yang kamu maksud.”

Kentiri marah dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan Mbok Randha

Suli dan anaknya Jaka Becak.

Page 115: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

“Hei Jaka Becak, kaulah sebenarnya bendhe itu maka sekarang ikutlah

aku.” Demikian kata Kentiri sambil menendang kaki Jaka Becak. Mendapat

tendangan dari Kentiri, Jaka Becak segera membalasnya dan terjadilah

perkelahian yang seru. Akhirnya, Jaka Becak dapat dibunuh oleh Kentiri dengan

menggunakan tombak Kiai Doroasih. Setelah meninggal Jaka Becak berubah

menjadi Bendhe Becak.

Setelah mendapatkan Bendhe Becak Kentiri segera mencari Bendhe

Singabarong milik Mbok Hira yang tinggal di Tuban. Bendhe ini dengan mudah

didapatkan oleh Kentiri. Kini tinggal Bendhe Kencana yang belum dimilikinya

sebab benda tersebut milik Ranggayuda Bupati Semarang. Kemudian Kentiri

pergi ke Semarang dan mencuri benda tersebut. Malang baginya, sebelum dapat

mengambil benda tersebut, ia ketahuan para prajurit kadipaten Semarang. Dan

kemudian dikejarlah Kentiri oleh para prajurit kadipaten.

“Maling. Maling. Ada pencuri masuk kadipaten. Kejar, kejar dia.

Tangkap!”

Mendengar teriakan yang bergemuruh itu, Kentiripun lari terbirit-birit

dikejar prajurit Bupati Semarang. Dalam pelariannya, di tengah jalan Kentiri

berjumpa dengan seorang pencuri yang bernama Jaka Sanggar, anak Ki Gede

Tuguan. Kentiri dan Jaka Sanggar saling menantanguntuk mengadu kesaktian.

Akhirnya, mereka berdua pun berkelahi. Dengan senjata pusakanya Kiai Doroasih

Kentiri dapat mengalahkan dan membunuh Jaka Sanggar.

Karena para prajurit Bupati Semarang masih mengejarnya, Kentiri masih

terus berlari dan bersembunyi di daerah Blora. Untuk tetap menyambung hidup,

Page 116: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

dalam persembunyiannya itu ia kemudian mencuri. Namun, ia hanya mencuri

kepunyaan orang-orang yang kaya saja. Hasil curiannya pun tidak dipakai sendiri

tetapi juga diberikan kepada orang-orang miskin yang membutuhkan, terutama

orang-orang miskin yang tinggal di desa. Sejak itulah ia disebut maling kentiri

atau maling gentiri.

Karena kebiasaan Kentiri yang suka menolong orang-orang miskin yang

sedang mengalami kesusahan, maka penduduk desa pun sangat menyayangi

Maling Kentiri. Ia tidak dianggap sebagai orang jahat, tetapi dianggap sebagai

Ratu Adil yang datang ke bumi. Sebagai dewa yang menjelma sebagai manusia

untuk menyelamatkan orang-orang desa yang miskin dan menderita, orang-orang

desa yang ditindas para prajurit kadipaten. Sering kali Maling Kentiri

disembunyikan oleh penduduk desa dari kejaran prajurit kadipaten yang akan

menangkapnya.

Kentiri terus pergi ke timur menghindari kejaran para prajurit Ranggayuda

Bupati Semarang, sambil menyingkir, ia tetap mencuri dan membagikan barang

curiannya kepada penduduk setempat. Namun demikian dalam menjalankan aksi

pencuriannya, Kentiri tidak pernah tertangkapkarena kesaktiannya yang luar

biasa. Ia dapat memasuki rumah korbannya hanya dengan meniti sorot atau sinar

lampu yang keluar dari celah dinding rumah.

Pada umumnya dinding rumah orang-orang Blora terbuat dari kayu jati

jadi ada celah yang memungkinkan sinar lampu dalam rumah keluar. Hal ini

berlangsung terus-menerussampai suatu ketika Kentiri merasa bosan dan lelah

karena harus berkejaran sambil bersembunyi dari prajurit Kadipaten Semarang. Ia

Page 117: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

juga bosan dah lelah harus selalu mencuri untuk tetap dapat menjaga

kelangsungan hidupnya dalam pelariannya tersebut. Hal itu kemudian

diungkapkannya pada pamannya Jaruman. Kepada pamannya tersebut dia berkata

jika ingin bertaubat dan berguru kepada sang kiai di Semarang yaitu Sunan

Ngareng.

“Paman Jaruman, aku lelah mencuri dan terus dikejar-kejar para prajurit.

Aku ingin menjadi manusia yang baik. Aku ingin bertobat dan berguru pada

Sunan Ngerang di Semarang.”

“Kalau begitu kemauanmu, aku merestui dan Paman akan ikut kau pergi

ke Semarang.”

Akhirnya Kentiri dan Jaruman pun pergi ke Semarang menemui Sunan

Ngerang dan menyatakan kalau mereka ingin berguru dan menimba ilmu. Mereka

berdua diterima Sunan Ngerang sebagai muridnya. Sebagai murid, Kentiri

termasuk murid yang rajin mengaji dan belajar agama. Ia ingin menunjukan

kepada gurunya bahwa ia sudah bertobat dan tidak mencuri lagi. Berkat ketekunan

dan kemauannya untuk belajar, kemajuan yang dicapai Kentiri sangat cepat

sehingga dengan waktu singkat ia sudah menjadi santri yang berbakat.

“Kentiri aku senang melihat semangat dalam dirimu untuk belajat dan

menjadi santri yang baik. Aku harap kamu terus meningkatkan ilmu agamamu.”

“Sekarang aku telah sadar kanjeng sunan bahwa tujuan yang baik untuk

menolong orang miskin juga harus dilakukan dengan cara yang baik. Dulu aku

berpikir yang penting tujuanku baik untuk menolong orang miskin walaupun harta

Page 118: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

yang aku bagikan hasil dari merampok harta orang lain. Ternyata itu semua keliru.

Sungguh Kanjeng Sunan aku bertobat. Aku mau jadi muslim yang taat.”

“Kentiri, aku dengar pamanmu kembali ke kebiasaan lamanya yaitu

mencuri. Aku sangat cemaskan dia. Mestinya dia tetap bersama kamu di sini,

belajar agama Islam,” Sunan Ngerang sedih memikirkan salah satu murid

barunya.

Sepeninggalan Jaruman, Kentiri tetap memeluk Agama Islam dan menjadi

muslim yang taat. Ia telah membuang kebiasaannya mencuri, namun ia tetap

gemar membagikan beras pada orang miskin. Hanya saja beras yang dibagikan

tersebut bukanlah hasil mencuri, melainkan kerja kerasnya mengolah sawah yang

berada di sekitar kediaman Sunan Ngerang.

2) Struktur Cerita

a) Tema

Peristiwa yang diceritakan dalam cerita rakyat “Legenda Maling Kentiri”

adalah peristiwa yang menggambarkan kebiasaan seseorang yang sering mencuri.

Dia adalah Maling Kentiri, seorang pemuda putra dari Ki Ageng Pancuran yang

dulunya memiliki nama Maling Kondang. Maling Kentiri sebenarmya adalah

seorang pemuda yang gagah dan tekun berlatih ilmu kanuragan, dia memiliki

kesaktian yang tiada tandingannya, patuh kepada orang tua dank eras kemaunnya.

Sampai akhirnya Kentiri bertemu dengan seorang gadis anak dari Mbok Randha

Suganti yang bernama Dewi Sirep.

Kentiri menyatakan jatuh cinta dengan Dewi Sirep dan hendak

memperistrinya, namun Dewi Sirep tidak mencintai Kentiri. Mbok Randha

Page 119: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Suganti meminta syarat kepada Kentiri meminta benda-benda pusaka yang

akhirnya membuat Kentiri menjadi pencuri karena sering mengambil benda-benda

pusaka tersebut. Saat mencuri di Kerajaan Semarang Kentiri hampir ketahuan dan

menjadi buronan istana. Kentiri akhirnya melarikan diri, dan dalam pelariannya

dia sering mencuri harta milik orang-orang kaya untuk mempertahankan hidupnya

sekaligus membagikannya kepada orang miskin.

Apabila dicermati secara mendalam Legenda Maling Kentiri

memperlihatkan bagaimana seseorang yang gemar mencuri. Tentunya kebiasaan

ini menjadi hal yang tidak baik untuk dilakukan oleh siapapun. Akan tetapi jika

dilihat dari sifat sosial yang diperlihatkan, bahwa hasil dari curiannya selalu

diberikan kepada orang-orang miskin yang membutuhkannya, maka perilaku

Maling Kentiri tergolong baik.

b) Alur

Alur yang diperlihatkan dalam Legenda Maling Kentiri adalah alur maju

atau lurus, karena cerita mengalir secara logis dan saling berkaitan. Kejadian demi

kejadian yang dialami para pelakunya secara berurutan dan menimbulkan

peristiwa.

Cerita diawali dengan menceritakan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita

yaitu seperti Maling Kentiri dan ayahnya yang bernama Ki Ageng Pancuran

beserta pamannya yang bernama Jaruman. Kemudian cerita dilanjut dengan

Maling Kentiri yang sering mengembara berguru mencari ilmu kanuragan

bertemu dengan Dewi Sirep yang membuatnya jatuh cinta sekaligus membuat

Kentiri berusaha dengan cara apapun untuk mendapatkan Dewi Sirep. Termasuk

Page 120: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

membunuh laki-laki yang dicintai Dewi Sirep dan karena cinta pada Dewi Sirep,

Kentiri pun relamenjadi pencuri untuk memenuhi syarat dari Dewi Sirep yaitu

mengambil benda-benda pusaka.

Dalam pencariaannya mencari benda –benda pusaka tersebut, Kentiri

menjadi buronan istana. Akan tetapi karena kesaktiannya dia tidak pernah

tertangkap. Sambil melarikan diri dia terus mencuri untuk kelangsungan hidupnya

sendiri dan juga untuk dibagikan kepada rakyat miskin. Sampai akhirnya dia

bertemu dengan Sunan Ngerang. Dia berguru kepada Sunan Ngerang dan berjanji

tidak akan mencuri lagi. Meskipun dia tidak mencuri tetapi dia masih gemar

menolong dan membagi-bagikan beras kepada rakyat miskin. Beras yang dia

bagikan bukan dari hasil mencuri melainkan dari hasil kerja kerasnya mengolah

sawah.

c) Tokoh

Tokoh utama dalam Legenda Maling Kentiri adalah Maling Kondang yang

merupakan nama asli dari Maling Kentiri. Dia adalah pemuda gagah yang

memiliki kesaktian yang sulit dikalahkan. Maling Kentiri juga merupakan pemuda

yang giat berlatih ilmu dan agama juga sosok yang sangat keras kemauannya.

Maling Kentiri sebenarnya bukan orang jahat meskipun dia sering mencuri akan

tetapi hasil curiannya tidak dinikmatinya sendiri, melainkan untuk dibagikan juga

kepada rakyat miskin. Dia mencuri hanya kepada orang-orang yang kaya harta

bendanya.

Selain Maling Kentiri tokoh yang sering diceritakan adalah ayahnya yaitu

Ki Ageng Pancuran dan pamannya yaitu Jaruman. Kiai Ageng Pancuran

Page 121: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

merupakan orang tua yang baik, yang sayang dan cinta kepada anak-anaknya.

Selalu mengajari Malang Kentiri untuk berbuat baik dan tekun berlatih ilmu. Dia

juga sangat dekat dengan Maling Kentiri. Sedangkan Jaruman, paman dari Kentiri

adalah sosok seorang paman yang patuh kepada kakaknya yaitu Ki Ageng

Pancuran dan sayang kepada keponakannya Maling Kentiri. Kemana pun Maling

Kentiri pergi Jaruman selalu mengikuti Kentiri.

Tokoh pendukung dalam cerita ini adalah Nyi Randha Suganti, Dewi Sirep

dan Sunan Ngerang. Nyi Randha Suganti adalah ibu dari gadis yang diinginkan

Maling Kentiri untuk dijadikan istri. Nyi Randha Suganti adalah seorang ibu yang

bai dan sayang pada anaknya, selalu melindungi anaknya dari laki-laki yang

hendak menginginkan anaknya. Dewi Sirep adalah seorang gadis yang sangat

cantik dan karena kecantikannya itu banyak laki-laki yangjatuh hati padanya

termasuk Maling Kentiri. Sedangkan Sunan Ngerang adalah guru dari Maling

Kentiri yang sabar dan baik hati. Sunan Ngeranglah yang membuat Kentiri sadar

dan bertobat dengan mengajari Kentiri untuk belajar Agama Islam dengan tekun

dan mengajari Kentiri untuk tidak mencuri tetapi tetap menolong orang miskin

yang mebutuhkan.

d) Latar

Latar yang ada dalam Legenda Maling Kentiri adalah di desa-desa yang

tersebar di daerah blora. Hal ini demikian karena disebutkan dalam cerita tersebut

Maling Kentiri saat mencuri pusaka milik Kerajaan Semarang ia melarikan diri.

Dalam pelariaanya tersebut ia selalu pindah-pindah dari desa satu ke desa lainnya

sambil mencuri di rumah orang-orang kaya dengan kesaktiannya yang bisa masuk

Page 122: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

rumah hanya dengan cahaya yang keluar dari rumah, hal ini dilakukan Kentiri

untuk mempertahankan hidup dan untuk dibagikan kepada rakyat yang miskin.

Selain latar tempat di desa-desa yang tersebar di Blora, tempat yang sering

disebutkan dalam cerita tersebut adalah di Semarang, yaitu disebutkan bahwa dia

mencari benda pusaka di Kerajaan Semarang. Selain di kerajaan Semarang,

Maling Kentiri juga pergi ke Semarang Untuk menuntul ilmu dan berguru kepada

Sunan Ngerang. Di tempat Sunan Ngerang tersebut Maling Kentiri belajar Agama

Islam dengan baik.

e) Amanat

Dengan mencermati cerita rakyat dalam Legenda Maling Kentiri

ditemukan beberapa amanat yang diambil dari perilaku tokoh maupun

peristiwanya. Perilaku Maling Kentiri yang mempunyai kebiasaan mencuri

kepada keluarga-keluarga yang kaya tetapi hasilnya tidak hanya untuk dirinya

sendiri. Rasa sosial yang ditunjukan oleh Maling Kentiri adalah dari hasil

curiannya yang tidak hanya untuk dirinya sendiri melainkan untuk orang-orang

miskin yang sangat membutuhkan pertolongan. Walaupun perilaku Maling Kentiri

dinilai tidak baik karena suka mencuri, tetapi ia masih mempunyai sikap sosial

yang tinggi kepada sesamanya.

Hal yang dilakukan Maling Kentiri menunjukkan bagaimana upaya yang

dilakukan untuk menolong masyarakat miskin yang mengalami kesusahan.

Walaupun usahanya tergolong tidak baik dan tidak terpuji dan menyandang

sebutan sebagai pencuri, suatu profesi yang tidak disenangi di kehidupan

masyarakat mana pun.

Page 123: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

e. Cerita Rakyat Legenda Kyai Anggayuda dan Keramat Sambong

1) Isi Cerita

Disebutkan kekalahan Jipang oleh Pajang mengakibatkan pendudukan

wilayah Jipang oleh orang Pajang. Adapun yang kemudian menduduki wilayah

Kadipaten Jipang adalah Pangeran Benowo, putra Raja Pajang. Atas kekalahannya

tersebut, laskar Jipang yang masih setia tetap melakukan kegiatan di sekitar

Jipang Panolan. Di bagian utara ada seorang mukmin yang cukup disegani,

bernama Kiai Anggamaya. Beliau berasal dari Tuban. Kedatangan Kiai

Anggamaya ke wilayah tersebut adalah atas permintaan seorang pengikut Arya

Penangsang yang masih setia. Dia diminta untuk merusak ketentraman Jipang

Panolan .

Sebagai orang saleh, maka pengikutnya banyak dan meluas dengan begitu

cepat. Hal ini segera diketahui oleh Kadipaten Jipang Panolan. Pasukan kadipaten

dikerahkan untuk menumpas oknum tersebut. Akan tetapi tidak menemukan

pemberontak seorang pun, karena semua pengikut Kiai Anggamaya harus pandai

merahasiakan diri. Mataram merasa, kekacauan di Panolan jika dibiarkan akan

membahayakan, baik bagi Panolan sendiri, Bahkan mungkin dapat meluas ke

Mataram. Oleh karena itu Panembahan Senopati mengirim putranya, Raden

Rangga dan Rama yang dipimpin oleh Ki Juru Mertani untuk turut memadamkan

pemberontakan di Panolan.

Setelah tahu jika pemberontakan dilakukan secara sembunyi-sembunyi, Ki

Juru Mertani lalu menyeledikinya. Akhirnya dengan keahlian yang luar biasa,

akhirnya dia tahu bahwa pemberontakan itu dipimpin oleh orang dari Tuban.

Page 124: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Pangeran Rangga lalu diperintahkan untuk memadamkan pemberontakan tersebut,

akan tetapi pasukan yang dipimpin olen Pangeran Rangga dan Rama tidak mampu

menandingi kekuatan pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Kiai Anggamaya.

Terpaksa Pangeran Rama kembali menghadap Ki Juru Mertani

melaporkan kejadian tersebut. Dalam peperangan Panggeran Rama melawan Kiai

Anggamaya, Pangeran Rangga harus mengakui keunggulan Kiai Anggamaya. Ki

Juru Mertani mengetahui bahwa Kiai Anggamaya adalah orang yang sangat sakti,

tidak mempan segala macam senjata, kecuali pusaka yang dimiliki Ki Klepu dari

Kapuan.

Ki Juru Mertani pun segera menghubungi Ki Klepu. Oleh Ki klepu

diberitahu bahwa Anggamaya akan sulit dikalahkan jika pusaka andalannya yang

berupa “Kul Buntet” tidak lepas dari badannya. Selain itu, walau pusaka yang

bernama ‘Kul Buntet’ sudah lepas dari badannya, dia masih tetap tidak akan

mempan oleh senjata apapun jika tidak dibunuh dengan pusaka dari Pluntur Sewu

yang dimiliki oleh Kiai Putat. Untuk keperluan itu, Ki Juru diminta kesediaannya

untuk mengambil pusaka di Pluntur Sewu yang berwujut Kutuk Buntung. Ki Juru

Mertani pun segera berangkat ke Pluntur Sewu untuk menghadap Kiai Putat guna

meminta senjata seperti yang diberitahukan oleh Ki Klepu.

Setelah mendapatkan Pusaka yang dimaksud, Ki Juru segera mengajak

Raden Rangga melaksanakan tugasnya. Raden Rangga diberitahu bahwa saan

yang tepat untuk membunuh Anggamaya adalah saat dia sembahyang, karena saat

itulah ia akan melepas semua pusaka (piandel) dari badannya. Oleh karena itu

Page 125: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Raden Rangga harus menyembunyikan diri dulu, jangan sampai diketahui oleh

Anggamaya.

Saat yang dinantikan pun tiba. Waktu itu Anggamaya sedang menunaikan

sholat Ashar. Pada saat dia sedang bersujud, dimana perhatiannya hanya berpusat

kepada Tuhan, Raden Rangga segera menusukkan pusaka Kutuk Buntung ke

tubuh Anggamaya. Seketika Kiai Anggamaya jatuh terkapar. Sebelum

menghembuskan nafas terakhir ia sempat meninggalkan pesan: “Eh wong sak

kiwo tengene Sambong iki, sasurutku ojo ono sing ngrasuk agama Islam. Yen

nganti ngrasuk Agama Islam bakal ora langgeng uripe, kaya aku kang ngabekti

lan mituhu prentahe agama” (hai orang-orang di sekitar Sambong,

sepeninggalanku jangan ada yang memeluk Agama Islam. Jika memeluk agama

Islam bakal tidak abadi hidupnya, seperti saya yang berbakti dan mentaati

perintah agama). Samapai sekarang orang Kejalen dan Sambong masih percaya

hal itu.

Adapun nama ‘Sambong’ berasal dari kata Sambongan (bendungan).

Dikisahkan pada waktu mula pertama bermukim di desa tersebut Kiai Anggamaya

dan pengikutnya membuat bendungan, istilah warga setempat “sambongan” guna

menahan air agar pada waktu musim kemarau tidak kekurangan air. Tempat

sambongan itu sampai sekarang masih ada, dan di tempat itu banyak sekali

terdapat peninggalansejarah seperti pecahan keramik buatan Cina. Di samping itu,

di sepanjang aliran air dari sambongan tersebut banyak dijumpai keong yang

sudah membatu (kul buntet). Di tempat itu setiap malam Jumat Pon banyak orang

yang mengadakan sesaji. Tempat tersebut sangat tabu bagi orang yang bersalah

Page 126: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

dan bertabiat jahat. Bila ada pencuri yang menjadi buronan polisi melewati

Makam Anggamaya pasti tertangkap. Begitu pula bila ada yang bersemedi di

tempat tersebut dengan maksud kurang baik, pasti dirinya sendiri yang akan

mendapat halangan.

2) Struktur Cerita

a) Tema

Peristiwa yang diceritakan dalam cerita rakyat “Legenda Kiai Anggayuda

dan Keramat Sambong” adalah bermula dari kekalahan Jipang oleh Panolan. Atas

kekalahan tersebut, laskar Jipang yang masih setia tetap melakukan kegiatan di

sekitar Jipang Panolan. Di Kadipaten Jipang Panolan terjadi pemberontakan yang

dipimpin oleh Kiai Anggamaya seorang yang saleh, tinggi ilmu kanuragan dan

ilmu agama yang (termasuk penganut Agama Islam yang taat beribadah) dan juga

memiliki pengikut yang banyak.

Panembahan Senopati mengirim kedua putranya yaitu Pangeran Rangga

dan Rama yang dipimpin oleh Ki Juru Martani untuk memadamkan

pemberontakan di Panolan. Pangeran Rangga dan Pangeran Rama saling bahu

membahu menumpas pemberontakan yang dipimpin oleh Kiai Anggamaya.

Kedua pangeran tesebut selalu berusaha mencari cara untuk mengalahkan Kiai

Anggamaya dan menumpas pemberontakan yang terjadi.

Persahabatan yang tampak antara Pangeran Rangga dan Pangeran Rama

dalam mengadakan penumpasan terhadap pemberontakan yang dipimpin oleh

Kiai Anggamaya. Dalam cerita ini juga sekaligus menceritakan adanya suatu

wewaler atau ajaran tertentu yang kini masih diyakini oleh warga Desa Sambong

Page 127: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

agar tidak memeluk Agama Islam, agama yang dianut oleh Kiai Anggamaya.

Persahabatan yang diwujudkan oleh Pangeran Rangga dan Rama mencerminkan

kesetiaan antara kakak-beradik dalam menjalankan perintah dari Ki Juru Martani.

b) Alur

Alur yang ada dalam Legenda Kiai Anggayuda dan Keramat Sambong

adalah alur maju atau alur lurus. Alur cerita dikisahkan secara kronologis dan

saling berkaitan. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dan yang dialami oleh para

tokohnya secara berurutan. Cerita diawali dengan memperkenalkan tokoh-tokoh

cerita kemudian latar tempat kejadian dan peristiwa-peristiwa cerita secara

bergantian.

Dimulai dari kekalahan Jipang oleh Panolan. Atas kekalahan tersebut,

laskar Jipang yang masih setia tetap melakukan kegiatan di sekitar Jipang

Panolan. Di Kadipaten Jipang Panolan terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh

Kiai Anggamaya seorang yang saleh, tinggi ilmu kanuragan dan ilmu agama yang

(termasuk penganut Agama Islam yang taat beribadah) dan juga memiliki

pengikut yang banyak. Panembahan Senopati mengirim kedua putranya yaitu

Pangeran Rangga dan Rama yang dipimpin oleh Ki Juru Martani untuk

memadamkan pemberontakan di Panolan.

Pangeran Rangga dan Pangeran Rama saling bahu membahu menumpas

pemberontakan yang dipimpin oleh Kiai Anggamaya. Kedua pangeran tesebut

selalu berusaha mencari cara untuk mengalahkan Kiai Anggamaya dan menumpas

pemberontakan yang terjadi.

Page 128: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Nama ‘Sambong’ berasal dari kata Sambongan (bendungan). Dikisahkan

pada waktu mula pertama bermukim di desa terebut Kiai Anggamaya dan

pengikutnya membuat bendungan, istilah warga setempat “sambongan” guna

maenahan air agar pada waktu musim kemarau tidak kekurangan air. Tempat

sambongan itu sampai sekarang masih ada, dan di tempat itu banyak sekali

terdapat peninggalansejarah seperti pecahan keramik buatan Cina. Di samping itu,

di sepanjang aliran air dari sambongan tersebut banyak dijumpai keong yang

sudah membatu (kul buntet). Di tempat itu setiap malam Jumat Pon banyak orang

yang mengadakan sesaji.

c) Tokoh

Tokoh yang dalam cerita rakyat “Legenda Kiai Anggayuda dan Keramat

Sambong” adalah Pangeran Rangga dan Rama, Ki Juru Martani dan Kiai

Anggamaya. Pangeran Rangga dan Rama adalah putra dari Panembahan Senopati

Panolan yang ditugasi untuk menumpas pemberontak di Jipang Panolan. Pangeran

berdua ini memiliki sifat yang patuh dan berbakti pada orang tua dan juga

memiliki sifat yang saling menyayangi antara keduanya.

Tokoh Ki Juru Martani merupakan sosok yang baik dan juga disegani.

Sosok pemimpin yang bertanggung jawab terhadap perintah pimpinannya.

Menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab. Sedangkan Kiai Aggamaya

adalah sosok orang yang disegani oleh pengikutnya, soleh dan setia kepada

pemimpinnya.

Kiai Anggamaya merupakan muslim yang taat menjalankan perintah

Agama Islam, sosok lelaki yang memiliki kesaktian tinggi tidak mudah untuk

Page 129: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

dikalahkan oleh lawannya. Apa yang dikatakannya selalu didengar oleh

penganutnya termasuk meminta warga Desa Sambong untuk tidak mengikuti

jejaknya dalam menganut Agama Islam. Maka sampai sekarang banyak warga

yang masih menjalankan apa yang diperintah Kiai Anggamaya.

d) Latar

Dalam Legenda Kiai Anggayuda dan Keramat Sambong cerita diawali

dengan kekalahan Jipang oleh Pajang. Pangeran Rangga dan Rama dengan

dipimpin oleh Ki Juru Martani mengejar pemberontak sampai ke Desa Kejalen

dan Sambong. Adapun Nama ‘Sambong’ berasal dari kata Sambongan

(bendungan). Dikisahkan pada waktu mula pertama bermukim di desa tersebut

Kiai Anggamaya dan pengikutnya membuat bendungan, istilah warga setempat

“sambongan” guna maenahan air agar pada waktu musim kemarau tidak

kekurangan air.

Tempat sambongan itu sampai sekarang masih ada, dan di tempat itu

banyak sekali terdapat peninggalansejarah seperti pecahan keramik buatan Cina.

Di samping itu, di sepanjang aliran air dari sambongan tersebut banyak dijumpai

keong yang sudah membatu (kul buntet). Di tempat itu setiap malam Jumat Pon

banyak orang yang mengadakan sesaji.

e) Amanat

Di dalam Legenda Kiai Anggayuda dan Keramat Sambong mengisahkan

bagaimana persahabatan yang tampak atara Pangeran Rangga dan Rama dalam

menumpas pemberontakan yang dipimpin oleh Kiai Anggamaya. Dalam kisah ini

sekaligus mencerminkan adanya suatu ajaran atau pesan yang hingga kini masih

Page 130: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

diyakini ileh warga Desa Sambong Agar tidak memeluk Agama Islam, agama

yang dianut oleh Kiai Anggamaya. Sebab, dikala ia sedang melakukan sholat

Ashar, ia dibunuh oleh pusaka Kiai Rangga yang bernama Kutuk Buntung, yang

akhirnya Kiai Anggamaya terkaparr dan mati.

Indahnya persahabatan tercermin antara kakak-beradik Pangeran Rangga

dan Rama. Bentuk kecintaan antara kakak beradik tersebut, untuk masa sekarang

sangat penting mengingat sebagian masyarakat kita telah mengesampingkan nilai-

nilai persahabatan ini.

3. Nilai Edukatif dalam Cerita Rakyat Kabupaten Blora

a. Cerita Rakyat Legenda Punden Janjang

1) Nilai Pendidikan Moral

Nilai pendididkan moral dalam cerita rakyat yang berjudul “Legenda

Punden Janjang” dapat ditemukan pada karakter dan perilaku tokoh utama cerita

yaitu Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara yang memiiki sikap

sederhana, rendah hati suka menolong, suka mengamalkan ilmu yang dimiliki,

gemar menjalani tirakat (puasa) di manapun berada dalam upaya mendekatkan

diri kepada Tuhan Sang Pencipta, hormat dan berbakti kepada orang tua. Berikut

kutipan yang mendukung hal tersebut:

“Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara melanjutkan perjalanan ke arah utara. Mereka berdua sampai kesuatu tempat yang sulit dilalui karena di depannya terhalang sungai yang curam. Para sahabatnya tidak bisa melaluinya. Melihat hal demikian Pangeran Jati Kusuma dengan kesaktiannya menciptakan sebuah jembatan untuk membantu mempermudah menyeberangi sungai tersebut.” Kemudian dari seberang Pangeran Jati Kusuma melihat di sebarang jembatan tersebut ada tempat yang patut untuk bertapa. Pangeran Jati Kusuma menghendaki untuk bertapa di tempat tersebut.”

Page 131: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

“Disebutkan selama dalam perjalanan tersebut, kedua pangeran itu membuat masjid di Desa Grenjeng, dekat Nglebur/Ngrambah, untuk tempat bersembahyang masyarakat sekitar tempat itu, yang dikenal dengan Masjid Benteng.”

2) Nilai Pendidikan Adat

Nilai pendidikan adat dalam cerita rakyat “Legenda Punden Janjang”

yakni tergambar melalui kebiasaan menjalani hidup dengan penuh tanggung

jawab, pasrah kepada Tuan Yang Maha Esa antara lain ketekunan Pangeran Jati

Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara yang sering bertapa memohon petunjuk

kepada Tuhan. Seperti kutipan berikut:

“Pangeran Jati Kusuma melihat di sebarang jembatan tersebut ada tempat yang patut untuk bertapa. Pangeran Jati Kusuma menghendaki untuk bertapa di tempat tersebut. Segala peralatan yang diperlukan segara dipersiapkan.” “Disebutkan selama dalam perjalanan tersebut, kedua pangeran itu membuat masjid di Desa Genjeng, dekat Nglebur/Ngrambah, untuk tempat bersembahyang masyarakat sekitar tempat itu, yang dikenal dengan Masjid Benteng.”

Pendidikan adat juga tergambar melalui kebiasaan masyarakat Desa

Janjang sepeninggalan Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Kuswara yaitu

kebiasaan menjaga peninggalan-peninggalan dari kedua pangeran tersebut.

Seperti yang ada dalam kutipan berikut:

“Karena besar pengaruh dan kesaktiannya, setelah wafat, makam kedua pangeran tersebut masih dianggap keramat dan tiap tahun pada hari Jumat Pon selalu diadakan Manganan Janjang. Pada upacara itu orang dari dalam desa dan dari luar desa, bahkan dari luar daerah banyak yang datang dengan membawa sesaji, ada yang membawa tumpeng bucu, ada yang membawa panggang ayam dan jajan pasar.” “Pada acara itu dipertunjukkan wayang krucil sebagai peninggalan

keduanya. Setelah upacara selesai diadakan selamatan dan nasi-nasi tersebut dibagikan merata ke seluruh orang yang ada. Kepercayaan pada acara tersebut biasanya membawa ramalan yang akan datang.” “Selain itu makam kedua pangeran tersebut juga sering dipergunakan

sebagai sarana untuk melakukan peradilan tradisional yang dikenal dengan

Page 132: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

‘Sumpah Janjang’. Acara tersebut biasanya dilakukan untuk mencari kebenaran yang sudah tidak bisa dilakukan dengan cara lain. Dengan dilakukannya ‘Sumpah Janjang’ , dalam waktu yang tidak lama kebenaran pasti akan segera terungkap, paling lama dalam jangka waktu 3 bulan. Hal itu sebagaimana pepatah Jawa yang berbunyi ‘becik ketitik, ala ketara’ (baik akan diketahui dan jelek pun akan kelihatan).”

3) Nilai Pendidikan Agama

Nilai pendidikan agama yang ada dalam cerita rakyat “Legenda Punden

Janjang” ditemukan pada peristiwa Pangeran Jati Kusumo dan Pangeran Jati

Kuswara yang melakukan perjalanan untuk mencari pusaka pajang yang hilang.

Di dalam perjalanan tersebut kedua pangeran tidak pernah meninggalkan

sembahyang. Sering membangun masjid untuk sembahyangnya dan juga warga

desa yang dilewati dalam perjalanan mencari petunjuk pusaka yang hilang

tersebut. Berikut kutipan yang mendukung hal tersebut:

“Disebutkan selama dalam perjalanan tersebut, kedua pangeran itu membuat masjid di Desa Genjeng, dekat Nglebur/Ngrambah, untuk tempat bersembahyang masyarakat sekitar tempat itu, yang dikenal dengan Masjid Benteng.” “Disebutkan, pembangunan masjid belum selesai namun kedua pangeran tersebut segera meninggalkan tempat tersebut untuk bertapa di Janjang.”

4) Nilai Pendidikan Kepahlawanan

Nilai pendidikan Kepahlawanan dalam cerita rakyat “Legenda Punden

Janjang” yakni berupa semangat dan tekad kuat yang dimiliki oleh Pangeran Jati

Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara dalam mencari pusaka Pajang yang hilang

entah kemana. Kedua pangeran tersebut mengembara dari satu tempat ke tempat

yang lain untuk mencari tempat bertapa yang tepat. Berikut kutipan untuk

mendukung hal tersebut:

Page 133: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

“Legenda Punden Janjang terkait dengan perjalanan Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara dalam pengembaraannya untuk mencari pusaka Kerajaan Pajang yang hilang.” “Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Kuswara melanjutkan perjalanan ke arah utara. Mereka berdua sampai kesuatu tempat yang sulit dilalui karena di depannya terhalang sungai yang curam. Para sahabatnya tidak bisa melaluinya.Melihat hal demikian Pangeran Jati Kusuma dengan kesaktiannya menciptakan sebuah jembatan untuk membantu mempermudah menyeberangi sungai tersebut.” “Cara bertapa antara dua orang pangeran tersebut berbeda. Pangeran Jati Kusumo melakukan tapa dengan cara mengurangi makan dan tidur, sedangkan Pangeran Jati Kuswara dengan cara terus menerus makan dan tidur.”

b. Cerita Rakyat Desa Watu Brem dan Desa Pojok Watu

1) Nilai Pendidikan Moral

Nilai pendidikan moral dalam cerita rakyat “Legenda Desa Watu Brem

dan Desa Pojok Watu” yaitu mengisahkan seorang yang sering melakukan

perampokan seperti yang sering dilakukan oleh Malang Sudiro. Disaat ia

mengadakan hajadan perkawinan putranya, ternyata iring-iringan pengantin di

rampok di tengah jalan yang justru dilakukan oleh anak buah ayahnya sendri. Di

dalam masyarakat Jawa hal seperti itu sering disebut dengan istilah ngunduh

wohing pakarti, yang artinya bahwa siapa yang berbuat kejahatan pasti akan

mengalami akibatnya. Berikut kutipan yang mendukung:

“Alkisah, pada saat masih zamannya penggede, di Desa Pojok Watu (Desa Tu-brem) hiduplah seorang penggede (kepala perampok) bernama Malang Sudiro. Pada suatu saat ia berniat mengawinkan anaknya yang bernama Malang Kusuma dengan seorang gadis dari Desa Ngoda.” “Pada hari kelima setelah perkawinan (sepasar) sang penganti akan diunduh, diboyong untuk dirayakan ke Desa Pojok Watu. Pada saat yang sudah ditentukan, iring-iringan rombongan pengantin berjalan dari Desa Ngado ke Desa Pojok Watu. Di tengah perjalanan mereka dihadang oleh segerombolan perampok, yang sesungguhnya adalah anak buah dari ayah sang pengantin laki-laki.”

Page 134: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

2) Nilai Pendidikan Adat

Nilai pendidikan adat dalam cerita rakyat yang berjudul “Legenda Desa

Watu Brem dan Desa Pojok Watu” yakni terlihat pada segala macam peralatan

dan perlengkapan upacara iring-iringan pengantin, dan acara ngunduh manten

yang ada dalam acara perkawinan Malang Kusuma putra dari Malang Sudiro.

Macam-macam peralatan pernikahan yang dibawa dari Desa Ngado menuju Desa

Pojok Watu yang tercecer dan tempat dari hilangnya peralatan-peralatan tersebut

dijadikan nama desa. Seperti yang terlihat dalam kutipan berikut:

“Pada hari kelima setelah perkawinan (sepasar) sang penganti akan diunduh, diboyong untuk dirayakan ke Desa Pojok Watu.” “Dalam peristiwa perampokan tersebut, segala peralatan dan perlengkapan upacara iring-iringan pengantin berceceran di sepanjang jalan Ngoda-Pojok Watu.” “Peralatan kebesaran pengiring pengantin banyak yang tercecer di perjalanan. Barang-barang tersebut antara lain: boning renteng (alat gamelan untuk mengiringi perjalanan rombongan pengantin), kembang nyamplung (sumping sang pengantin), jarit jomblang (kain yang dipakai oleh sang pengantin), kalung (perhiasan yang dipakai oleh sang pengantin), kukusan (peralatan dapur yang digunakan keperluan upacara bubak kawah, khususnya untuk pengantin anak sulung).”

3) Nilai Pendidikan Agama

Nilai pendidikan agama yang ada dalam cerita rakyat yang berjudul

“Legenda Desa Watu Brem dan Pojok Watu” ditemukan pada peristiwa yang

dialami oleh Malang Sudiro. Malang Sudiro yang seorang pemimpin perampok

tidak mengetahui bahwa anak buahnya menghadang dan merampok iring-iringan

pengantin anak laki-lakinya. hal ini menyebabkan kedua pengantin terpisah.

Kejadian tersebut dianggap malapetaka besar sehingga menyebabkan warga Desa

Ngoda dan Desa Pojok tidak diperbolehkan untuk berbesanan. Berikut kutipan

yang mendukung hal tersebut:

Page 135: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

“Dalam peristiwa tersebut akhirnya pengantin dan pengiringnya terpisah. Adapun sang pengantin yang sudah tidak ada lagi yang mengurusi merasa ketakutan, akhirnya bersembunyi (ndhelik) pada sebuah sendang (mata air).” “Atas terjadinya peristiwa perampokan terhadap iring-iringan pengantin yang berasal dari Desa Ngoda menuju Desa Pojok Watu tersebut dianggap sebagai malapetaka besar, sehingga sampai saat ini orang Desa Pojok Watu pantang berbesanan dengan orang Desa Ngado. Jangankan berbesanan, membawa sesuatu dari Desa Pojok Watu juga dipantangkan.”

4) Nilai pendidikan Kepahlawanan

Nilai pendidikan kepahlawanan yang ada dalam cerita rakyat yang

berjudul “Legenda Desa Watu Brem dan Desa Pojok Watu” adalah dapat dilihat

dari kegigihan Malang Kusuma putra dari Malang Sudiro yang bersama para

pengiring pengantin bertempur melawan gerombolan perampok yang telah

menghadangnya. Dengan peralatan yang ada rombongan pengiring pengantin

berperang melawan gerombolan perampok yang sebenarnya adalah anak buah

ayahnya Malang Kusuma sendiri. Pertempuran yang seru tersebut menurut istilah

orang setempat disebut “tawur” sehingga tempat perang tersebut dinamakan Desa

Sawur. Seperti terlihat pada kutipan di bawah ini:

“Rombongan iring-iringan pengantin berusaha melawan rombongan para

perampok untuk mempertahankan benda-benda perlengkapan upacara perkawinan

yang dibawanya. Maka terjadilah pertempuran cukup seru yang dalam istilah

setempat disebut “tawur”. Tempat terjadinya perang tawur antara rombongan

pengiring pengantin melawan rombongan gerombolan perampok tersebut

kemudian dinamakan Desa Sawur.

Page 136: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

c. Cerita Rakyat Terjadinya Desa Gersi

1) Nilai Pendidikan Moral

Nilai tentang pendidikan moral dalam cerita rakyat “Legenda Desa Gersi”

yakni tentang kesediaan Tumenggung Tunggul wulung untuk menumpas

pemberontakan yang dilakukan oleh Bupati Nglangitan. Sikap patuh dan hormat

dari seorang tumenggung juga ditunjukkan olehnya yang merelakan dan

menyerahkan istrinya untuk dijadikan istri putra rajanya yaitu pangeran Surya.

Berikut adalah kutipannya:

“Tumenggung Tunggul Wulung menyerahkan istrinya kepada raja dan mengatakan bahwa istrinya dikersakke (diinginkan) Pangeran Suryo. Setelah menyerahkan istrinya Tunggul Wulung lalu pergi.” “Sepeninggalan Dewi Sumekar, datanglah Tunggul Wulung ke Bathokan, menemui mertuanya untuk menyerahkan istrinya karena dicintai oleh anak rajanya.” “Mendengar hal itu, Penggede Bathokan memberitahukan bahwa untuk bisa ketemu lagi dengan istrinya, Tunggul Wulung harus memberantas Bupati Nglangitan dan mengubah nama menjadi Silihwarno. Tunggal Wulung pun lalu pergi ke Nglangitan.” “Ketika diberitahukan bahwa Bupati Nglangitan telah dikalahkan oleh Tunggal Wulung dan Sumekar, dia lalu maju ke medan perang melawan Tunggul Wulung, yang kemudian digantikan oleh Ki Gede Bathokan.”

2) Nilai Pendidikan Adat

Nilai pendidikan adat dalam cerita rakyat yang berjudul “Terjadinya Desa

Gersi” yakni bahwa setiap keinginan yang disertai usaha yang tekun akan

membuahkan hasil yang sepadan dengan perjuangannya. Hal ini bisa terlihat

dalam peristiwa yang dialami oleh Tunggal Wulung yang berusaha keras untuk

menjalankan perintah rajanya sekaligus berjuang keras untuk mencari istri yang

sangat dicintainya dan dalam pencariannya itu dia menyamar dan mengubah

namanya menjadi Silihwarno. Berikut kutipan yang mendukung hal tersebut:

Page 137: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

“Penggede Bathokan bertanya kepada Tunggul Wulung apakah masih mencintai istrinya. Tunggul Wulung menjawab bahwa ia masih mencintai istrinya. Mendengar hal itu, Penggede Bathokan memberitahukan bahwa untuk bisa ketemu lagi dengan istrinya, Tunggul Wulung harus memberantas Bupati Nglangitan dan mengubah nama menjadi Silihwarno. Tunggal Wulung pun lalu pergi ke Nglangitan.”

3) Nilai Pendidikan Agama

Nilai pendidikan agama yang ada dalam cerita rakyat “Terjadinya Desa

Gersi” yaitu tersirat dalam peristiwa yang dialami oleh Tunggal Wulung dan Dewi

Sumekar. Tunggal wulung dan Dewi Sumekar adalah sepasang suami istri. Yang

harus melewati cobaan. Dewi Sumekar dicintai oleh Pangeran Suryo yang

merupakan Putra dari raja Tunggal Wulung. Seperti layaknya semua ajaran agama

yang ada bahwa sepasang suami istri harus saling mencintai dan setia kepada

pasangannya, hal inilah yang ditunjukkan oleh Tunggal Wulung dan Dewi

Sumekar. Seperti yang terlihat dalam kutipan tersebut:

“Sepeninggal Tumenggung Wulung, Pangeran Suryo membujuk Dewi Sumekar agar mau menuruti kemauannya dan mau diperistri. Keinginan Pangeran Suryo ditolaknya.” “Dewi Sumekar lalu pulang ke rumah orangtuanya di Bathokan. Ayahnya lalu bertanya, apakah masih mencintai suaminya. Dewi Sumekar menjawab bahwa dia masih mencintai suaminya. Mendengar jawaban putrinya tersebut, sang ayah lalu menyarankan kepada putrinya untuk pergi ke Nglangitan.” “Penggede Bathokan bertanya kepada Tunggul Wulung apakah masih mencintai istrinya. Tunggul Wulung menjawab bahwa ia masih mencintai istrinya.” 4) Nilai Pendidikan Kepahlawanan

Nilai pendidikan kepahlawanan dalam cerita rakyat yang berjudul

“Terjadinya Desa Gersi” yaitu berupa semangat dan perjuangan menumpas

pemberontak yang ditunjukkan oleh Tunggal Wulung, Dewi Sumekar dan juga

Page 138: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

ayahnya Ki Gede Bathokan. Tunggul Wulung diperintah oleh rajanya untuk

menumpas pemberontakan yang dipimpin oleh Bupati Nglangitan yang bernama

Ki Gede Nglaban. Tunggul Wulung dibantu oleh istri dan mertuanya. Hal ini

dapat dilihat pada kutipan di bawah ini:

“Bupati Nglangitan mempunyai senopati andalan bernama Ki Ageng Nglaban. Dialah yang mendalangi pemberontakan Bupati Nglangitan kepada Raja Tanjung Mas. Ketika diberitahukan bahwa Bupati Nglangitan telah dikalahkan oleh Tunggal Wulung dan Sumekar, dia lalu maju ke medan perang melawan Tunggul Wulung, yang kemudian digantikan oleh Ki Gede Bathokan. Terjadilah perang tanding antara Ki Gede Nglaban melawan Ki Gede Bathokan.” “Pertarungan antara Ki Gede Nglaban dan Ki Gede Bathokan terus berlangsung, dan semakin seru.” “Di sebelah utara kraton Ki Gede Nglaban gugur. Darahnya mengalir sangat banyak hingga seperti kolam. Sampai saat ini kolam tersebut airnya merah seperti darah.”

d. Cerita Rakyat Maling Kenthiri

1) Nilai Pendidikan Moral

Nilai pendidikan moral yang terdapat dalam cerita rakya dengan judul

“Legenda Maling Kentiri” sikap yang dimiliki oleh Maling Kondang atau Maling

Kentiri. Maling Kentiri memang memiliki kebiasaan mencuri. Akan tetapi hasil

dari curiannya itu tidak hanya untuk dirinya sendiri melainkan untuk masyarakat

yang membutuhkan, yaitu orang-orang miskin.

Maling Kentiri memang sering mencuri tetapi dia hanya mencuri di rumah

orang-orang kaya. Meskipun dia sering mencuri akan tetapi banyak yang sayang

dengan Kentiri, tidak jarang saat pelariannya dari kejaran para prajurit dia sering

diselamatkan oleh warga. Hal ini disebabkan karena Maling Kentiri sering

Page 139: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

menolong warga miskin yang kekurangan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan

berikut:

“Karena para prajurit Bupati Semarang masih mengejarnya, kentiri masih terus berlari dan bersembunyi di daerah Blora. Untuk tetap menyambung hidup, dalam persembunyiannya itu ia kemudian mencuri. Namun, ia hanya mencuri kepunyaan orang-orang yang kaya saja. Hasil curiannya pun tidak dipakai sendiri tetapi juga diberikan kepada orang-orang miskin yang membutuhkan, terutama orang-orang miskin yang tinggal di desa. Sejak itulah ia disebut maling kentiri atau maling gentiri.” “Kebiasaan Kentiri yang suka menolong orang-orang miskin yang sedang mengalami kesusahan, maka penduduk desa pun sangat menyayangi Maling Kentiri. Ia tidak dianggap sebagai orang jahat, tetapi dianggap sebagai Ratu Adil yang datang ke bumi. Sebagai dewa yang menjelma sebagai manusia untuk menyelamatkan orang-orang desa yang miskin dan menderita.”

2) Nilai Pendidikan Adat

Nilai pendidikan adat yang ada dalam cerita rakyat yang berjudul

“Legenda Maling Kentiri” adalah yang terlihat pada peristiwa yang dialami oleh

tokoh utamanya. Seperti kebanyakan pemuda-pemuda, Maling Kentiri tidak beda

jauh dengan yang lain. Mempunyai semangat yang tinggi menuntut ilmu, tekun

berlatih ilmu dan juga punya rasa cinta kemudian ingin memilki istri. Hal itu juga

yang dialami oleh Maling Kentiri. Dia mencintai seorang wanita dan meminta

ayahnya untuk melamar wanita tersebut. Seperti terlihat pada kutipan di bawah

ini:

“Kentiri adalah seorang pemuda yang gagah dan tampan sehingga sangatlah dibanggakan oleh ayahnya Kiai Ageng Pancuran. Selain tampan Kentiri juga pandai bela diri dan memiliki kesaktian yang tinggi. Setiap hari Kentiri rajin belajar berbagai ilmu. Tidak jarang dia berguru sampai jauh dari rumahnya. Berkat ketekunan dan kerajinannya, ia memiliki kekuatan lahir dan batin yang hebat serta punya kesaktian yang luar biasa.” “Betul bapak. Beberapa hari lalu ketika aku bersemedi, di daerah Sulang aku bertemu dengan seorang gadis. Menurutku ia sangat cantik. Aku ingin sekali meminangnya. Apakah bapak menyetujuinya?”

Page 140: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

3) Nilai Pendidikan Agama

Nilai pendidikan agama yang terdapat dalam cerita rakyat yang berjudul

“Legenda Maling Kentiri” ditemukan pada peristiwa yang dialami oleh tokoh

utamanya. Maling Kentiri yang dalam pelariannya saat dikejar oleh prajurit

Kerajaan Semarang, Maling kentiri merasa capek terus-menerus mencuri dan lari

dari pengejaran. Kentiri memilih untuk berguru dan belajar ilmu agama dan

bertobat. Berikut kutipan yang mendukung hal tersebut:

“Kentiri termasuk murid yang rajin mengaji dan belajar agama. Ia ingin menunjukan kepada gurunya bahwa ia sudah bertobat dan tidak mencuri lagi. Berkat ketekunan dan kemauannya untuk belajar, kemajuan yang dicapai Kentiri sangan cepat sehingga dengan waktu singkat ia sudah menjadi santri yang berbakat.” “Sekarang aku telah sadar kanjeng sunan bahwa tujuan yang baik untuk menolong orang miskin juga harus dilakukan dengan cara yang baik. Dulu aku berpikir yang penting tujuanku baik untuk menolong orang miskin walaupun harta yang aku bagikan hasil dari merampok harta orang lain. Ternyata itu semua keliru. Sungguh Kanjeng Sunan aku bertobat. Aku mau jadi muslim yang taat.”

4) Nilai Pendidikan Kepahlawanan

Nilai pendidikan kepahlawanan dalam cerita rakyat yang berjudul

“Legenda Maling Kentiri” yakni berupa semangat dan perjuangan untuk

mendapatkan ilmu dengan baik. Seperti yang terdapat dalam peristiwa yang

dialami oleh Maling Kentiri. Untuk mendapatkan ilmu kanuragan dia selalu giat

belajar bela diri dan sering mengembara berguru sampai ke luar desa. Selain itu

Maling Kentiri juga giat berlatih ilmu agama dan juga berkerja di sawah untuk

membantu warga yang miskin yang kekurangan. Berikut kutipan yang

mendukung hal tersebut:

“Setiap hari Kentiri rajin belajar berbagai ilmu. Tidak jarang dia berguru sampai jauh dari rumahnya. Berkat ketekunan dan kerajinannya, ia

Page 141: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

memiliki kekuatan lahir dan batin yang hebat serta punya kesaktian yang luar biasa.” “Namun di balik itu Kentiri memiliki sifat yang sangat keras terutama dalam hal mewujudkan impian dan cita-citanya. Bila ia menginginkan sesuatu, apa pun yang merintanginya pasti dihadapi agar keinginannya dapat terwujud.” “Sebagai murid, Kentiri termasuk murid yang rajin mengaji dan belajar agama.“Ia telah membuang kebiasaannya mencuri, namun ia tetap gemar membagikan beras pada orang miskin. Hanya saja beras ang dibagikan tersebut bukanlah hasil mencuri, melainkan kerja kerasnya mengolah sawah yang berada di sekitar kediaman Sunan Ngerang.”

e. Cerita Rakyat Legenda Kyai Anggayuda dan Keramat Sambong

1) Nilai Pendidikan Moral

Nilai pendidikan moral yang ada dalam cerita rakyat berjudul “Legenda

Kiai Anggayuda dan Keramat Sambong” adalah terlihat pada kisah Pangeran

Rangga dan Rama yang patuh kepada perintah orang tuanya. Kedua pangeran

tersebut bertekat dan berjuang menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh

Kiai Anggayuda dan pendukungnya. Hal ini semata-mata dilakukan untuk

rakyatnya. Keresahan rakyat dan ayahnya melihat pemberontakan menjadikan

kedua pangeran tersebut untuk segera menumpaskan pemberontakan tersebut.

Berikut adalah kutipan yang memperjelas hal tersebut:

“Setelah tahu jika pemberontakan dilakukan secara sembunyi-sembunyi, Ki Juru Mertani lalu menyeledikinya. Akhirnya dengan keahlian yang luar biasa, akhirnya dia tahu bahwa pemberontakan itu dipimpin oleh orang dari Tuban. Pangeran Rangga lalu diperintahkan untuk memadamkan pemberontakan tersebut, akan tetapi pasukan yang dipimpin olen Pangeran Rangga dan Rama tidak mampu menandingi kekuatan pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Kiai Anggamaya.” “Setelah mendapatkan Pusaka yang dimaksud, Ki Juru segera mengajak Raden Rangga melaksanakan tugasnya. Raden Rangga diberitahu bahwa saan yang tepat untuk membunuh Anggamaya adalah saat dia sembahyang, karena saat itulah ia akan melepas semua pusaka (piandel) dari badannya. Oleh karena itu Raden Rangga harus menyembunyikan diri dulu, jangan sampai diketahui oleh Anggamaya.”

Page 142: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

2) Nilai Pendidikan Adat

Nilai pendidikan adat dalam cerita rakyat yang berjudul “Legenda Kiai

Anggayuda dan Keramat Sambong” yakni dapat terlihat dari kisah Kiai

Anggamaya yang setelah meninggal melarang warga Desa Sambong untuk tidak

memeluk Agama Islam karena dipercaya jika hal itu dilanggar akan mendapatkan

kesusahan. Tempat meninggalnya Kiai Anggamaya dianggap keramat dan tabu

untuk orang yang berbuat salah dan bertabiat jahat. Berikut kutipannya:

“Sebelum menghembuskan nafas terakhir ia sempat meninggalkan pesan: “Eh wong sak kiwo tengene Sambong iki, sasurutku ojo ono sing ngrasuk agama Islam. Yen nganti ngrasuk Agama Islam bakal ora langgeng uripe, kaya aku kang ngabekti lan mituhu prentahe agama” (hai orang-orang di sekitar Sambong, sepeninggalanku jangan ada yang memeluk Agama Islam. Jika memeluk agama Islam bakal tidak abadi hidupnya, seperti saya yang berbakti dan mentaati perintah agama). Samapai sekarang orang Kejalen dan Sambong masih percaya hal itu.” “Di tempat itu setiap malam Jumat Pon banyak orang yang mengadakan sesaji. Tempat tersebut sangat tabu bagi orang yang bersalah dan bertabiat jahat. Bila ada pencuri yang menjadi buronan polisi melewati Makam Anggamaya pasti tertangkap. Begitu pula bila ada yang bersemedi di tempat tersebut dengan maksud kurang baik, pasti dirinya sendiri yang akan mendapat halangan.” 3) Nilai Pendidikan Agama

Nilai pendidikan agama dalam cerita rakyat yang bejudul “Legenda Kiai

Anggayuda dan Keramat Sambong” yaitu dapat dilihat dari sikap yang

ditunjukkan oleh Kiai Anggamaya. Kiai Anggamaya adalah seorang muslim yang

taat dalam menjalankan perintah agama. Seorang yang saleh dan memiliki

pengikut yang banyak. Rajin sembahyang dan disegani oleh umatnya. Akan tetapi

pada saat di akhir hayatnya dia berpesan kepada pengikutnya untuk tidak

memeluk Agama Islam sepertinya kalau hidupnya ingin langgeng dan tidak

celaka. Seperti terlihat dalam kutipan di bawah ini:

Page 143: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

“Kedatangan Kiai Anggamaya ke wilayah tersebut adalah atas permintaan seorang pengikut Arya Penangsang yang masih setia. Dia diminta untuk merusak ketentraman Jipang Panolan “ “Sebagai orang saleh, maka pengikutnya banyak dan meluas dengan begitu cepat.” “Saat yang dinantikan pun tiba. Waktu itu Anggamaya sedang menunaikan sholat Ashar. Pada saat dia sedang bersujud, dimana perhatiannya hanya berpusat kepada Tuhan, Raden Rangga segera menusukkan pusaka Kutuk Buntung ke tubuh Anggamaya.seketika Kiai Anggamaya jatuh terkapar. Sebelum menghembuskan nafas terakhir ia sempat meninggalkan pesan: “Eh wong sak kiwo tengene Sambong iki, sasurutku ojo ono sing ngrasuk agama Islam. Yen nganti ngrasuk Agama Islam bakal ora langgeng uripe, kaya aku kang ngabekti lan mituhu prentahe agama” (hai orang-orang di sekitar Sambong, sepeninggalanku jangan ada yang memeluk Agama Islam. Jika memeluk agama Islam bakal tidak abadi hidupnya, seperti saya yang berbakti dan mentaati perintah agama).”

4) Nilai Pendidikan Kepahlawanan

Nilai pendidikan kepahlawanan dalam cerita rakyat yang berjudul

“Legenda Kiai Anggayuda dan Keramat Sambong ” dapat ditemukan pada sikap

Pangeran Rangga dan Rama yang selalu berusaha mencari cara untuk menumpas

pemberontakan yang dipimpin oleh Kiai Anggamaya. Mulai dari meminjam

pusaka sampai mencari tahu kelemahan yang dimiliki oleh kiai Anggamaya.

Pangeran Rangga dan Rama tidak ada hentinya mencari tahu kelemahan

yang dimiliki oleh pemimpim pemberontak yang bernama Kiai Anggamaya. Kiai

Anggamaya adalah orang yang sakti dan tidak mudah untuk dilumpuhkan. Kiai

Anggamaya juga memiiki pengikut yang tidak sedikit sehingga Pangeran Rangga

dan Rama kewalahan menghadapinya. Seperti yang terdapat dalam kutipan di

bawah ini:

“Pangeran Rangga dan Rama diperintahkan untuk memadamkan pemberontakan tersebut, akan tetapi pasukan yang dipimpin olen Pangeran Rangga dan Rama tidak mampu menandingi kekuatan pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Kiai Anggamaya.”

Page 144: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

“Terpaksa Pangeran Rama kembali menghadap Ki Juru Mertani

melaporka kejadian tersebut. Dalam peperangan Panggeran Rama

melawan Kiai Anggamaya, Pangeran Rangga harus mengakui keunggulan

Kiai Anggamaya. Ki Juru Mertani mengetahui bahwa Kiai Anggamaya

adalah orang yang sangat sakti, tidak mempan segala macam senjata,

kecuali pusaka yang dimiliki Ki Klepu dari Kapuan.”

C. Pembahasan

Bagian awal pada bab ini diuraikan deskripsi latar sosial budaya

Kabupaten Blora. Penyajian deskripsi latar sosial budaya meliputi letak geografis,

luas wilayah, penduduk dan adat istiadat, agama dan kepercayaan masyarakat

serta bahas penduduk Kabupaten Blora. Hal ini dimaksudkan untuk memberi

gambaran awal secara lebih lengkap. Dengan gambaran tersebut dapat diketahui

latar belakang penduduk pada masa lampau sehingga dapat tercipta beberapa

cerita rakyat yang ada di Kabupaten Blora.

Deskripsi latar sosial budaya dijadikan dasar untuk menganalisis cerita

rakyat Kabupaten Blora. Latar sosial budaya dan kehidupan penduduk Kabupaten

Blora saat ini tidak terlepas dengan kehidupan pada masa lampau, bahkan masa

yang akan datang tentu masih diwarnai kehidupan masa-masa sebelumnya (masa

sekarang). Cerita rakyat yang hidup dan berkembang sampai saat ini berkaitan

erat dengan latar sosial budaya penduduk pada masa lampau yang berjalan dari

masa ke masa atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Cerita rakyat itu berkembang dan turun temurun secara lisan dari generasi

ke generasi. Penyebarannya berlangsung secara lisan dan bersifat tuturan. Cerita

Page 145: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

rakyat merupakan cerita yang berupa cipta sastra yang ada atau pernah ada dalam

suatu masyarakat. Dalam cerita rakyat terkandung aspek sosial budaya, agama,

tradisi, perjuangan para tokoh dan sejumlah ajaran atau nilai-nilai tertentu.

Dari sejumlah uraian di atas dapat dikatakan bahwa melalui cerita rakyat

Kabupaten Blora dapat diketahui kehidupan penduduk di masa lampau. Ini

menandakan bahwa cerita rakyat memilikikedudukan dan fungsi tertentu bagi

masyarakat pemiliknya. Kebiasaan atau cara hidup masyarakat di Kabupaten

Blora mirip dengan cerita rakyat yang ada dan berkembang hingga saat ini. Hal ini

sependapat dengan pernyataan bahwa cerita rakyat juga dapat digunakan untuk

mempelajari sastra pada masa lampau (literary heritage) sedangkan fungsinya

sebagai alat untuk memahami khasanah budaya (Bahrum Yunus dkk, 1998:13).

Cerita rakyat juga bisa sebagai penghubung kebudayaan masa silam

dengan kebudayaan sekarang dan yang akan datang. Dalam arti luas cerita rakyat

pada suatu daerah lebih mengedepankan tradisi lisan. Cerita rakyat juga dapat

berfungsi sebagai sarana untuk menanamkan kesadaran dan keagungan budaya

dan dapat mendukung kebudayaan daerah setempat. Berikut ini pembahasan

tentang pokok permasalahan dalam penelitian cerita rakyat Kabupaten Blora.

1. Jenis-Jenis Cerita Rakyat Kabupaten Blora

Dari beberapa cerita rakyat yang ada di Kabupaten Blora dapat

diklasifikasikan atas cerita rakyat yang dikenal masyarakat Kabupaten Blora dan

cerita rakyat yang tidak dikenal oleh masyarakat Kabupaten Blora. Jenis cerita

rakyat yang dikenal biasanya merupakan cerita yang menonjol di antara cerita

yang lain. Cerita yang menonjol itu sebagian besar adalah cerita yang memiliki

Page 146: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

bukti-bukti fisik berupa peninggalan nenek moyang atau tokoh yang ada dalam

cerita tersebut. Tempat-tempat atau lokasi berkembangnya cerita rakyat tersebut

sering dikunjungi masyarakat baik dari wilayah Kabupaten Blora sendiri maupun

yang dari luar wilayah Kabupaten Blora.

Peninggalan-peninggalan dan bukti fisik para tokoh dalam cerita rakyat

Kabupaten Blora yang dimaksud adalah berupa petilasan, makam, sungai, punden,

wayang, sendang, kampong, tempat, dusun dan benda-benda fisiklainnya.

Biasanya masyarakat Kabupaten Blora lebih percaya pada cerita rakyat yang

masih memiliki peninggalan atau bukti fisik. Adanya pengelola tempat petilasan

dan juru kunci juga menambah keyakinan masyarakat Kabupaten Blora akan

kebenaran cerita yang terjadi pada masa lampau di tempat tersebut.

Cerita rakyat di Kabupaten Blora yang digali dalam penelitian ini ada

lima. Antara lain: (1) “Legenda Punden Janjang”, (2) “Legenda Desa Watu Brem

dan Desa Pojok Watu”, (3) “Terjadinya Desa Gersi”, (4) “Legenda Maling

Kentiri”, (5) “Legenda Kiai Anggayuda dan Keramat Sambong”. Kelima cerita

tersebut terdapat di tiga kecamatan dengan lima desa.

Legenda Punden Janjang terletak di Desa Janjang Kecamatan Jiken

Kabupaten Blora. Cerita rakyat Legenda Watu Brem dan Desa Pojok Watu berada

sesuai dengan judul cerita yaitu berada di Desa Pojok Watu atau warga desa

setempat kadang menyebut desa tersebut dengan Desa Tu-brem/Watu Brem

Kecamatan Jiken Kabupaten Blora. Cerita rakyat Terjadinya Desa Gersi terdapat

di Desa Gersi Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. Cerita rakyat Maling Kentiri

berada di Desa Kawengang, Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. Dan cerita rakyat

Page 147: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

yang terakhir adalah Legenda Kiai Anggayuda dan Keramat Sambong, berada di

Desa Kejalen dan Desa Sambong Kecamatan Sambong Kabupaten Blora.

Dari penelitian ini diketahui bahwa lima tempat/lokasi cerita rakyat di

Kabupaten Blora tersebut terdapat bukti-bukti fisik berupa kampung, desa,

pegunungan, jembatan, punden, makam, sungai bangunan, pusaka dan benda-bena

peninggalan lainnya. Benda-benda/peninggalan tersebut tersimpan di masing-

masing lokasi.

Peninggalan dari tokoh cerita rakyat yang berjudul Legenda Punden

Janjang adalah sebuah makam yang masih dianggap keramat dan sering

dikunjungi warga maka disebut dengan sebuah punden. Selain makam ada juga

peninggalan lainnya yaitu sebuah masjid, Wot Lemah (jembatan yang terbuat dari

tanah). Peninggalan lainnya yang sampai sekarang masih di rawat adalah wayang

krucil dan seperangkat gamelan yang dibuat oleh tokoh cerita, guci (gentong yang

berisi air), pusaka damar sewu, kendi dan mustoko rumah.

Bukti fisik peninggalan cerita rakyat yang berjudul Legenda Desa Watu

Brem dan Pojok Watu adalah nama-nama desa tempat terjadinya cerita rakyat dan

nama desa tempat dilewatinya cerita seperti Desa Sawur dan Desa Pojok Watu.

Kemudian nama-nama sawah yang menjadi tempat hilangnya barang-barang

pengantin seperti Sawah Bonang Renteng, Sawah Nyamplung, Sawah Jomblang,

Sawah Kukusan dan Sawah Napis.

Bukti fisik peninggalan tokoh cerita rakyat “Terjadinya Desa Gersi”

adalah sebuah sendang yang diberi nama Sendang Gowak dan Sendang Blibis.

Selain itu juga terdapat asal-usul nama desa seperti Desa Gersi, Desa Keburan dan

Page 148: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

Desa Jangkrikan. Bukti fisik peninggalan tokoh cerita rakyat yang berjudul

Legenda Maling Kentiri adalah bebrapa benda pusaka yaitu pusaka Bende Bicak,

Bende Singo Barong, Bende Kencana dan sebuah tombak yang bernama Tombak

Kiai Doroasih.

Bukti fisik peninggalan tokoh cerita rakyat yang berjudul Legenda Kiai

Anggayuda dan Keramat Sambong adalah sebuah makam dari Kiai Anggamaya

yang dianggap keramat, dan sebuah bendungan yang bernama Sambongan yang

akhirnya menjadikan nama tempat sambongan tersebut menjadi Desa Sambong.

Pada setiap lokasi memiliki juru kunci atau orang kepercayaan yang diberi tugas

untuk bertanggung jawab pada peninggalan-peninggalan tersebut. Selain juru

kunci, pejabat pemerintah juga bertugas memelihara kelestarian barang-barang

peninggalan yang berupa benda-benda fisik tersebut.

Lima lokasi cerita di Kabupaten Blora tersebut sampai sekarang masih

sering dikunjungin oleh masyarakat baik dari wilayah Kabupaten Blora maupun

dari Luar Wilayah Kabupaten Blora. Umumnya kunjungan masyarakat tersebut

untuk berziarah, termasuk di dalamnya kegiatan ritual meditasi tertentu,

mengadakan sumpah dan ada pula yang hanya bertujuan wisata. Ada juga

kelompok pemerhati budaya, tempat tersebut adalah sumber untuk mendapatkan

bahan tulisan.

Menurut pengakuan dari juru kunci maupun warga setempat menyatakan

bahwa frekuensi kunjungan dan jumlah pengunjung meningkat pada hari-hari

tertentu, seperti malam Jumat Pon dan Selasa kliwon. Dan lebih ramai lagi pada

hari besar Agama Islam, peziarah meningkat tajam. Dari ke lima lokasi penelitian

Page 149: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

tersebut yang paling dikunjungi dan diziarahi adalah makam/punden janjang.

Selain di punden Janjang tersebut ramai dikunjungi untuk berziarah, di tempat ini

juga sering didatangi warga yang akan melaksanakan sumpah Janjang. Sumpah

yang dilakukan bertujuan untuk mencari kebenaran yang sudah tidak bisa

dilakukan dengan jalan lain.

Dengan penelitian ini juga diketahui bahwa lima cerita rakyat Kabupaten

Blora tersebut pada umumnya berisi peristiwa tentang asal mula terjadi dan

ditemukannya suatu benda, asal usul nama desa, cikal bakal keberadaan tempat,

hari jadi/lahir tempat tertentu.

Pengklasifikasian lima cerita rakyat Kabupaten Blora tersebut didasarkan

pada sejumlah teori. Menurut Suripan Sadi Hutomo (1991: 64) menytakan bahwa

legenda adalah cerita-cerita yang oleh masyarakat yang mempunyai cerita tersebut

dianggap sebagai peristiwa-peristiwa sejarah. Hal demikian yang menyebabkan

ada orang yang menyatakan bahwa legenda adalah sejarah rakyat, bahkan ada

pula yang menegaskan bahwa legenda adalah sejarah kolektif (fokl history),

walaupun telah mengalami pemutar balikan fakta (distorsi) sehingga berbeda

dengan kisah aslinya (James Dananjaya, 1997: 66).

Legenda adalah cerita yang bersifat semi historis, sehingga dapat

dikatakan bahwa lima cerita rakyat Kabupaten Blora tersebut memiliki kaitan erat

dengan sejarah kehidupan masa lampau masyarakat Kabupaten Blora meskipun

tingkat kebenarannya tidak semua bersifat murni.

Cerita rakyat bentuk legenda masih dapat diklasifikasikan ke dalam jenis

legenda jenis tertentu. Pengklasifikasian jenis legenda ini didasarkan pada isi

Page 150: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

cerita. secara terperinci Brunvandmenggolongkan legenda ke dalam empat

kelompok yaitu: (1) keagamaan (religious legend), (2) legenda alam gaib

(supernatural legend), (3) legenda perseorangan (personal legend), dan (4)

legenda setempat (local legend) (dalam James Dananjaya, 1997:67).

Meurut James Dananjaya (1997: 73), legenda perseorangan adalah cerita

mengenai tokoh-tokoh tertentu, yang dianggap oleh pemilik cerita benar-benar

terjadi. Legenda semacam ini cukup banyak jumlahnya di Indonesia, seperti yang

kita kenal ada legenda Pangeran Samodra di Kabupaten Sragen Jawa Tengah,

legenda Prabu Siliwangi di Jawa Barat, legenda Endang Nawangsih di Kabupaten

Boyolali Jawa Tengah dan legenda Sangkuriang di Jawa Barat, dan lain

sebagainya.

Cerita rakyat Kabupaten Blora yang masih hidup dan berkembang sampai

saat ini pada dasarnya diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi berikutnya

tersebar luas di kalangan rakyat. Dari sejumlah cerita rakyat hanya beberapa cerita

saja yang dibukukan dan itupun belum menyeluruh. Secara umum penyebaran dan

pewaris cerita rakyat Kabupaten Blora berkembang secara lisan, dari mulut ke

mulut, bersifat tradisional dari satu generasi ke genarasi berikutnya dengan

berbagai versi cerita dan biasanya bersifat anonim atau tidak diketahui

pengarangnya.

Kebenaran cerita rakyat Kabupaten Blora itu sendiri diwariskan secara

turun-temurun dari tuturan lisan generasi pendahulu ke generasi berikutnya. Cerita

rakyat diyakini oleh masyarakat setempat sebagai pemilik yang harus memelihara

dan melestarikannya. Munculnya cerita yang bervariasi dikarenakan cerita

Page 151: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

tersebar secara lisan dari mulut ke mulut dan hal ini sangat tergantung pada

kemahiran sang pencerita. Antara pencerita yang satu dengan pencerita yang

selanjutnya sering muncul perbedaan memiliki versi yang berbeda. Oleh karena

itu cerita rakyat yang sama dapat diceritakan dalam versi berbeda meskipun isi

ceritanya sama.

2. Struktur Cerita Rakyat Kabupaten Blora

Sama seperti karya sastra yang lain, cerita rakyat Kabupaten Blora juga

memiliki strukturalisme. Cerita rakyat “Legenda Punden Janjang”, “Legenda Desa

Watu Brem dan Pojok Watu”, “Terjadinya Desa Gersi”, “Legenda Maling

Kentiri”, dan “Legenda Kiai Anggayuda dan Keramat Sambong” dibangun

dengan strukturalisme yang terdiri dari beberapa unsur yang memiliki kebulatan

cerita. Strukturalisme cerita meliputi isi, tema, alur, latar, tokoh, dan amanat.

Semua unsur strukturalisme tersebut mendukung cerita dari awal sampai

akhir. Beberapa unsur cerita tersebut saling melengkapi. Adanya salah satu unsur

akan berpengaruh terhadap unsur cerita lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh

Burhan Nurgiyantoro, bahwa struktur karya sastra mengacu pada pengertian

hubungan antarunsur intrinsik yang bersifat timbal balik, saling menentukan,

saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh.

Secara sendiri terisolasi dari keseluruhannya, bahan, unsur, atau bagian-bagian

tersebut tidak penting, bahkan tidak ada artinya. Tiap bagian akan menjadi berarti

dan penting setelah ada dalam hubungannya dengan bagian-bagian yang lain, serta

bagaimana sumbangannya terhadap keseluruhan wacana (Burhan Nurgiyantoro,

1995: 36).

Page 152: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

Kajian strukturalisme pada lima cerita rakyat Kabupaten Blora tersebut

memberi gambaran secara terperinci dan mendalam atas unsur intrinsic

pembangun ceritanya. Dipilihnya kajian strukturalisma dilandasi teori yang

relevan yakni: pertama, analisis/kajian strukturalisme merupakan prioritas

pertama sebelum yang lain, karena tanpa itu kebulatan makna intrinsik tidak akan

lengkap, maka unsur-unsur karya sastra hanya dapat dipahami dan dinilai

sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan

karya sastra (Teeuw, 1983: 61).

Kedua, analisis strukturalisme bertujun membongkar dan memaparkan

secara cermat, teliti, detail, dan mendalam keterjalianan semua anasir dan aspek

karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 2003:

112). Dan yang ketiga, strukturalisme dipandang sebagai salah satu pendekatan

penelitian kesusastraan yang menekankan pada kajian hubungan antarunsur

pembangun karya yang bersangkutan. Jadi strukturalisme sama dengan

pendekatan yang objektif (Burha Nurgiyantoro, 1995: 37). Intinya pendekatan

objektif menitikberatkan pada analisis/kajian isi cerita.

Analisis strukturalisme pada lima cerita rakyat Kabupate Blora tersebut

diawali dengan pendeskripsian isi cerita, kemudian tentang tema, alur, tokoh, latar

dan amanat. Masing-masing cerita rakyat Kabupaten Blora menunjukkan bahwa

isi cerita rakyat merupakan hal yang digunakan sebagai landasan untuk mengkaji

unsur-unsur cerita berikutnya. Isi cerita tersebut menjadi bagian yang penting

karena merupakan hal yang dikisahkan dalam cerita yang dimaksud karena

berkaitan dengan aspek bentuk cerita.

Page 153: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

Hasil kajian Strukturalisme diketahui secara umum isi masing-masing

cerita rakyat Kabupaten Blora berupa rangkaian peristiwa yang terjadi

berdasarkan urutan waktu atau berlangsung dari satu cerita/peristiwa ke cerita atau

peristiwa berikutnya. Rangkaian ceritanya bersifat kronologis dan menunjukkan

sebab akibat dari urutan awal, tengah hingga akhir cerita.

Secara umum lima cerita rakyat Kabupaten Blora tersebut berisi perjalanan

seorang tokoh, temanya hampir sama yakni bertemakan asal mula terjadinya suatu

tempat. Dengan mencermati isi maupun tema dari lima cerita rakyatKabupaten

Blora tersebut dapat diklasifikasikan pada cerita bentuk legenda dalam jenis

legenda perseorangan dan legenda setempat.

Melalui hasil kajian tentang alur cerita dapat diketahui bahwa lima cerita

rakyat yang berasal dari Kabupaten Blora tersebut adalah alur lurus dan alur maju.

Alur lurus dan alur maju penggunaannya bersifat sederhana dan logis yang artinya

penggambaran pelaku dari awal disusul peristiwa-peristiwa secara berurutan

sampai akhir cerita, peristiwa satu menyebabkan peristiwa berikutnya, hubungan

sebab akibat logis sehingga jalan cerita dari awal samapai akhir mudah dipahami.

Kajian tentang alur, kesederhanaan alur pada cerita rakyat Kabupaten

Blora tersebut sesuai dengan teori meliputi: (1) paparanawal cerita (exposition),

(2) mulai dari problem (incitingmoment), (3) penanjakan konflik (ricing action),

(4) konflik yang semakin (complication), (5) konflik menurun (falling action),

dan (6) penyelesaian (denouement) (Herman J. Waluyo, 2002: 147).

Kajian strukturalisme tentang tokoh dalam lima cerita rakyat Kabupaten

Blora dapat dikelompokkan tokoh utama dan tokoh pendukung. Tokoh utama

Page 154: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

diceritakan lebih banyak dan terkesan mendominasi jalannya cerita. tokoh

pendukung diceritakan pada bagian-bagian tertentu saja atau dengan kata lain

intensitas kemunculannya jauh lebih sedikit seperti fungsinya yakni hanya sebagai

pendukung. Karakter yang tergambar adalah karakter hitam dan putih atau

karakter yang baik dan buruk. Karakter yang demikian istilahnya penokohan,

sesuai denga teori yang menyatakan bahwa istilah tokoh menunjukkan pada

orangnya, pelaku cerita, sedangkan penokohan adalah pelukisan gambaran yang

jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Burhan

Nurgiyantoro, 1995: 165).

Tentang kajian strukturalisme latar cerita, latar tempat disajikan lebih

menonjol. Latar dari lima cerita rakyat yang ada di Kabupaten Blora lebih

menekankan pada latar tempat untuk membangun cerita. latar tempat yang

menjadi latar cerita selalu berganti dari tempat yang satu ke tempat yang lain.

Latar waktu juga sering disajikan dalam cerita rakyat Kabupaten Blora, tersaji

secara berurutan mulai dari tokoh itu muda, dewasa hingga ajalnya.

Penyajian latar dimaksudkan agar memperjelas cerita dari awal sampai

akhir, hal ini dapat diketahui sejauh mana kesesuaian dan korelasi perilaku,

karakter tokoh dengan kondisi masyarakatnya, sesuai pendapat Zainuddin Fananie

(2001: 97) yang mengatakan bahwa di dalam karya sastra setting/latar merupakan

satu elemen pembentuk cerita yang sangat penting.

Kajian strukturalisme mengenai amanat dapat disampaikan bahwa lima

cerita rakyat Kabupaten Blora tersebut ditemukan sejumlah amanat atau hikmah

cerita yang dapat dipetik atau dijadikan teladan bagi semua orang baik secara

Page 155: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

tersurat (eksplisit) maupun secara tersirat (implisit) maka amanat dapat langsung

ditangkap dari percakapan atau dialog antartokoh, yang secara langsung mudah

dipahami, sedang amanat yang bersifat tidak langsung harus melalui

perenungan/pemikiran atas apa yang terjadi dalam cerita. Pembaca cerita rakyat

tersebut harus mampu menangkap dan menemukan ajaran di balik kejadian-

kejadian atau perilaku para tokoh cerita.

3. Nilai Edukatif dalam Cerita Rakyat Kabupaten Blora

Dalam lima cerita rakyat dari Kabupaten Blora dapat diketahui bahwa lima

cerita rakyat tersebut terkandung nilai edukatif, yaitu meliputi nilai pendidikan

moral, nilai pendidikan adat, nilai pendidikan agama,dan nilai pendidikan

kepahlawanan. Bukti-bukti ditemukannya nilai-nilai edukatif tersebut disertai

kutipan-kutipan di tiap-tiap bagian dari masing-masing cerita rakyat tersebut telah

dikemukankan pada bagian hasil peneitian.

Nilai moral yang terkandung dalam lima cerita rakyat Kabupaten Blora

menandai bahwa cerita rakyat Kabupaten Blora berisi ajaran tentang kebaikan.

Ajaran tentang kebaikan ini dapat diambil dari karakter dan perilaku serta

kehidupan para tokoh ceritanya, selanjutnya dapat disampaikan untuk memberi

keteladanan bagi pembaca termasuk di dalamnya adalah para siswa dari berbagai

jenjang pendidikan.

Moral dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang

berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat

ditafsirka dan diambil lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca (Burhan

Nurgiyantoro, 1995: 321). Dalam karya sastra moral itu biasanya mencerminkan

Page 156: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

pandangan hidup pengarang dan pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran yang

disampaikan kepada pembaca.

Nilai pendidikan adat dari cerita-cerita rakyat Kabupaten Blora dapat

dilihat dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan nenek moyang pada masa

lampau. Kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan para tokoh cerita dijadikan

contoh masyarakat dan dapat dijadikan bahan pertimbangan atau pembanding

dengan tradisi dan kebudayaan yang berkembang saat ini.

Adat merupakan tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai

masalah dalam lingkup yang cukup komplek, dapat berupa kebiasaan hidup, adat-

istiadat, tradisi, keyakinan dan pandangan hidup. Cara berpikir dan bersikap

terdorong, latar spiritual, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh

yang bersangkutan, misal rendah, menengah atau atas (Burhan Nurgiyantoro,

1995: 234).

Nilai pendidikan agama juga ditemukan pada kelima cerita rakyat

Kabupaten Blora. Pendidikan dan pengetahuan tentang agama yang dianut para

tokoh cerita atau masyarakat pada masa lampau. Hal itu dapat diketahui dari

kedudukan tokoh dalam cerita. usaha tentang keagamaan para tokoh, kegiatan-

kegiatan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh para tokoh, dapat diambil

nilai-nilai positifnya secara selektif.

Religi dan kepercayaan mengandung segala keyakinan serta bayangan

manusia tentang sifat-sitaf Tuhan tentang wujud dari alam gaib (supernatural)

serta segala nilai, norma dan ajaran dari religi yang bersangkutan. Sistem ritus dan

sesaji merupakan merupakan usaha untuk mencari hubungan dengan tuhan ,

Page 157: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

dewa-dewa, atau makhluk-makhluk halus yang mendiami alam gaib itu

(Kuntjaraningrat, 1984: 145).

Nilai pendidikan kepahlawanan pada lima cerita rakyat Kabupaten Blora

menandai bahwa cerita rakyat tersebut terdapat sikap-sikap kepahlawanan dan

perjuangan dari para tokoh cerita yang pantas diteladani keberaniannya,

pengorbanan dan kerelaan berjuang,tidak mudah menyerah yang diperankan oleh

tokoh cerita dan dapat dijadikan contoh figur yang memberi inspirasi bagi

pembaca termasuk para siswa di lembaga pendidikan pada berbagai jenjang.

Nilai pendidikan kepahlawanan yang ada dalam lima cerita rakyat tersebut

sejalan dengan pendapat beberapa tokoh. Apabia dihadapkan pada tokoh-tokoh

cerita pembaca sering memberikan reaksi emotif tertentu seperti marasa akrap,

simpati, benci, suka, empati, atau berbagai reaksi afektif lainnya (Burhan

Nurgiyantoro, 1995: 174). Seorang tokoh memiliki relevansi dengan pembaca

atau pendengar cerita apabila tokoh tersebut disukai banyak orang dalam

kehidupan nyata. Salah satu bentuk kerelevansian seorang tokoh sering

dihubungkan dengan kesepertihidupan (life likeness) (Kenney, 1966: 27).

Dari hasil penelitian dan juga pembahasan mengenai strukturalisme dan

nilai edukatif cerita rakyat Kabupaten Blora, dapat dikatakan bahwa nilai-nilai

positif di dalam cerita rakyat tersebut memiliki relevansi dengan kehidupan

sekarang. Dengan penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat

menambahkan khasanah budaya dan sastra, kekayaan batin para pembaca dan

pendengarnya, serta memiliki kontribusi positif bagi pengajar sastra. Pemilihan

cerita rakyat sebagai bahan pengajaran satra di sekolah-sekolah di Kabupaten

Blora sangat tepat, dapat pula dipergunakan sebagai bahan pembinaan dan

pengembangan apresiasi sastra Indonesia dan Daerah di sekolah-sekolah di

Kabupaten Blora.

Page 158: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut:

Cerita rakyat Kabupaten Blora tersebut dapat diklasifikasikan dalam

legenda, kelompok legenda perseorangan dan legenda setempat. Jenis cerita

rakyat Kabupaten Blora yang dihimpun dan dianalisis dalam penelitian ini

berjumlah lima yaitu: (1) Cerita Rakyat Legenda Punden Janjang di Desa Janjang,

Kecamatan Jiken, (2) Cerita Rakyat Legenda Desa Watu Brem dan Pojok Watu di

Desa Pojok Kecamatan Sambong, (3) Cerita Rakyat Terjadinya Desa Gersi di

Desa Gersi Kecamatan Jepon, (4) Cerita Rakyat Maling Kentiri di Desa

Kawengan Kecamatan Jepon, (5) Cerita Rakyat Legenda Kiai Anggayuda dan

Keramat Sambong di Desa Sambong Kecamatan Sambong.

Struktur cerita rakyat Kabupaten Blora tersebut dapat terbagi menjadi

lima, yaitu: (1) Tema tentang kisah perjalanan dan pengembaraan atau asal-usul

terjadinya peristiwa perjuangan dan perjalanan. (2) Alur yang digunakan adalah

alur maju atau alur lurus pada semua cerita rakyat yang diteliti. (3) Tokoh dan

penokohan, tokoh yang terlibat di dalam cerita rakyat Kabupaten Blora adalah

tokoh manusia yang memiliki watak baik dan memiliki kelebihan dan kesaktian.

(4) Latar atau setting yang ada dalam cerita rakyat Kabupaten Blora adalah lebih

Page 159: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

didominasi oleh latar tempat. (5) amanat yang terkandung dalam cerita rakyat

Kabupaten Blora cukup bervariasi.

Muatan nilai edukatif yang terkandung dalam cerita rakyat Kabupaten

Blora meliputi: (1) nilai pendidikan moral, (2) nilai pendidikan adat, (3) nilai

pendidikan agama, dan (4) nilai pendidikan keagamaan. Dengan ditemukannya

beberapa nilai edukatif dalam cerita rakyat Kabupaten Bloramemiliki relevansi

dan kontribusi dalam pengajaran sastra di sekolah, dan dapat dijadikan materi

pelajaran sastra di sekolah-sekolah yang berada di wilayah Kabupaten Blora yang

disesuaikan dengan jenjang pendidikannya.

B. Implikasi

Hasil penelitian kelima cerita rakyat di Kabupaten Blora dapat diambil

sebuah kesimpulan bahwa penelitian yang dilaksanakan memliliki berbagai

implikasi penting terhadap pengajaran sastra di sekolah. Berbagai implikasi

tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

Cerita rakyat di Kabupaten Blora memiliki beberapa kandungan nilai

edukatif (pendidikan), maka cerita rakyat tersebut penting untuk disampaikan

kepada siswa, melalui proses pembelajara sastra di sekolah. Hal ini untuk

menanamkan kembali nilai-nilai luhur kepada generasi penerus agar nilai-nilai

tersebut tidak luntur termakan oleh budaya asing. Akan tetapi kenyataan di

lapangan dan masyarakat keadaannya lain, pada saat ini siswa di beberapa daerah

termasuk di Kabupaten Blora, sebagian siswa tidak mengenal cerita Rakyat yang

hidup dan berkembang di daerahnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, di

Page 160: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

antaranya hilangnya adat dan tradisi bercerita atau mendongeng oleh para orang

tua kepada anaknya sebagai pengantar tidur.

Cerita rakyat jarang sekali dijumpai di dalam keluarga, dalam masyarakat

dan di sekolah. Melihat kenyataan semacam ini perlu diambil langkah-langkah

pasti dan jelas untuk menyelamatkan cerita rakyat agar tidak punah. Peran guru

Bahasa dan Sastra Indonesia dalam pembelajaran sehari-hari untuk memasukkan

cerita rakyat ke dalam pembelajaran sastra sangat penting. Selain guru, peran

sekolah maupun lembaga lain di antaranya dalam kelompok Musyawarah Guru

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan jalan seperti mengadakan lomba-lomba

tentang dongeng cerita rakyat setempat dengan harapan mengenal kembali cerita

rakyat dan adat istiadat daerah setempat kepada siswa.

Kegiatan yang mempertemukan guru-guru di tingkat kecamatan atau

tingkat kabupaten perlu diadakan, semacam MGMP (Musyawarah Guru Mata

Pelajaran) Bahasa Indonesia. Kegiatan tersebut bisa untuk membahas

kemungkinan-kemungkinan dan menyatukan visi dan misi agar cerita rakyat dapat

dimasukkan ke dalam pembelajaran sastra di sekolah/madrsah. Diharapkan cerita

rakyat dapat menjadi bahan ajar sastra di Kabupaten Blora dan sekitarnya, sebab

jika diteliti kembali di Kabupaten Blora dan di tiap-tiap desa di Kabupaten Blora

memiliki cerita rakyat dan apabila cerita rakyat dari tiap-tiap desa ini bisa digali

dan diangkat, dapat dibuat sebuah bahan ajar sastra yang beragam dan bervariasi

akan membuat anak-anak lebih tertarik.

Sesuai dengan standar kompetensi dan kompetens dasar pada Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas satu semester satu tentang pembelajaran

Page 161: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

tersebut dapat diarahkan agar siswa-siswa mencari cerita rakyat di desa tempat

anak tinggal. Cerita rakyat yang ada disetiap desa, biasanya berupa asal-usul nama

desa, dan anak bisa bisa mencari asal-usul nama desa tempat anak-anak tinggal.

Tetapi hal ini tidak semudah yang dibayangkan. Untuk mencari asal-usul nama

desa setempat tidak semua orang tua di desa tempat tinggalnya tahu nama asal-

usul desa tersebut. Dengan cerita rakyat yang didapatkan berarti anak sudah

berlatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis).

Secara tidak langsung semua keterampilan berbahasa tersebut sudah dipelajari

oleh anak pada saat mencari cerita rakyat tersebut.

Cerita rakyat di Kabupaten Blora berpotensi untuk pembelajaran sastra di

sekolah-sekolah, mulai Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah

Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas

(SMA)/Madrasah Aliyah (MA). Oleh karena cerita rakyat Kabupaten Blora

mengandung nilai-nilai edukatif (pendidikan) dan nilai yang luhur dipakai untuk

pengajaran sastra, maka seharusnya ada komitmen dan usaha untuk memasukkan

cerita rakyat ke dalam kurikulum sekolah dengan cara menciptakan buku ajar

yang berisi kumpulan cerita-cerita rakyat Kabupaten Blora untuk dijadikan bahan

pembelajaran sastra sekolah-sekolah di Kabupaten Blora.

Pada tahun ajaran 2010/2011 di sekolah/madrsah di Kabupaten Blora dan

seluruh Indonesia sudah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Amanat yang terkandung dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

tersebut menghendaki kebebasan aturan pendidikan atau sekolah untuk

bereksplorasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan maupun tujuan yang akan

Page 162: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

dicapai oleh sekolah/madrasah dalam kerangka mutu satuan pendidikan tersebut.

Dengan demikian sekolah atau madrsaha dalam tingkat satuan pendidikan

memiliki kewenangan dan kelonggaran dalam menetapkan pembelajaran di

tingkat satuan pendidikan tersebut.

Untuk menerapkan cerita rakyat ke dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia tentu ada beberap kendala walaupun di satu sisi kendala bisa diatasi

tetapi di sisi lain tetap ada kendala. Kendala tersebut di antaranya pada

pendanaan, untuk menggali cerita rakyat di pelosok di Kabupaten Blora tentu

memerlukan dana yang tidak sedikit. Untuk membuat buku ajar juga memerlukn

dana. Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Blora melalui Dinas Pemuda dan

Olahraga dan sekolah-sekolah harus memiliki kesepakatan untuk program

tersebut. Tanpa adanya kerjasama dari berbagai pihak terkait, tentunya program

tersebut tidak akan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Setelah program memasukkan cerita rakyat ke dalam pembelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia dapat terlaksana, perlu adanya tindakan-tindakan perbaikan

maupun tindakan yang mengarah kepada peningkatan dan pengembangan.

Kemudian dilanjutkan dengan tindakan evaluasi dan control dari berbagai elemen,

apakah program tersebut berjalan dengan baik atau hanya awalnya saja

selanjutnya nihil. Selain itu juga adanya penilaian dari pihak terkait untuk

mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran cerita tersebut.

Page 163: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diberikan beberapa

saran kepada pihak-pihak terkait sebagai berikut:

1. Saran untuk Sekolah dan Guru di Kabupaten Blora

a. Melihat kandungan nilai-nilai yang ada dalam cerita rakyat Kabupaten

Blora, sudah sepantasnya dapat dimasukkan dalam bahan ajar sastra di

sekolah-sekolah.

b. Setelah masuknya cerita rakyat sebagai bahan/materi ajar sastra di

sekolah-sekolah dapat diharapkan hasil dari nilai-nilai tersebut. Cerita

rakyat yang mengandung nlai-nilai tersebut dapat digunakan untuk

meningkatkan rasa bangga terhadap budaya lokal.

c. Untuk mengembangkan daya pikir anak, perlu diadakan penelusuran cerita

rakyat di tempat anak-anak berada. Setiap desa biasanya terdapat cerita

rakyat atau legenda asal-usul nama desa tersebut. Anak diberi tugas untuk

mencari cerita rakyat tersebut, dengan demikian anak dapat belajar

langsung di lingkungannya masing-masing.

2. Saran untuk Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Blora

a. Dinas pariwisata Kabupaten Blora agar lebih proaktif memperkenalkan

dan mensosialisasikan cerita rakyat di Kabupaten Blora kepada

masyarakat luas dengan cara yang dapat diterima oleh kalangan

masyarakat luas.

b. Selain itu juga perlu dilakukan promosi wisata yang lebih nyata dan

digarap secara professional.

Page 164: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id CERITA RAKYAT .../Cerita... · perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

3. Saran untuk Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Blora

a. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga sebagai pemegang kunci

keberhasilan pendidikan di Kabupaten Blora diharapkan bisa memasukkan

cerita rakyat ke dalam kurikulum sebagai bahan ajar sastra di sekolah. Hal ini

diperlukan sebagai pembinaan generasi muda untuk mengenal nilai luhur

budaya lokal.

b. Selain memasukkan cerita rakyat ke dalam kurikulum sebagai bahan ajar di

sekolah, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga mengalokasikan dana untuk

pengembangan kualitas pendidikan sastra di Kabupaten Blora.

4. Saran untuk Pemerintah Kabupaten Blora

a. Sebagai penentu kebijaksanaan pendidikan tertinggi di wilayah Kabupaten

Blora sudah semestinya untuk memberikan dukungan yang nyata terhadap

upaya baik dari pihak terkait, sesuai dengan hasil penelitian ini. Dengan

harapan pembinaan kepada generasi muda dan anak-anak dapat terlaksana

dengan baik melalui pembelajaran sastra di sekolah/madrasah.

b. Pemerintah Kabupaten Blora dapat mengalokasikan dana untuk memfasilitasi

penelitian dan penerapan hasil penelitian dan penerapan agar dapat diterapkan

dengan baik di sekolah/madrasah.

5. Saran untuk Peneliti Lain

a. Kabupaten Blora memiliki cerita rakyat yang sangat beragam, hampir di tiap

desa terdapat cerita asal-usul nama desa tersebut sebelum melangkah lebih

lanjut perlu inventarisasi cerita rakyat yang ada di Kabupaten Blora.

b. Perlu ada penelitian dalam bentuk yang lain untuk mengembangkan cerita

rakyat agar dapat menunjang pembelajaran yang lebih variatif.