142
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MELALUI MEDIA ANIMASI KANTONG HITUNG SISWA KELAS 1 SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011 SKRIPSI Oleh: MA’RUFI MUSTIKASARI K5107023 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

  • Upload
    leque

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN

MELALUI MEDIA ANIMASI KANTONG HITUNG

SISWA KELAS 1 SEMESTER II

SLB-B YRTRW SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2010/ 2011

SKRIPSI

Oleh:

MA’RUFI MUSTIKASARI

K5107023

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN

MELALUI MEDIA ANIMASI KANTONG HITUNG

SISWA KELAS 1 SEMESTER II

SLB-B YRTRW SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2010/ 2011

Oleh:

MA’RUFI MUSTIKASARI

K5107023

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan

gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Oktober 2011

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. A. Salim Choiri, M. Kes Drs. Subagya, M. Si

NIP. 19570901 198203 1 002 NIP. 19601001 1983031 1 012

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang tanda tangan

Ketua : Drs. Gunarhadi, MA 1. __________

Sekretaris : Priyono, S.Pd, M. Si 2. __________

Anggota : Drs. A. Salim Choiri, M. Kes 3. __________

Anggota : Drs. Subagya, M.Si 4. __________

Disahkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Dekan

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

NIP 1960 07 27 1987 02 1 001

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Ma’rufi Mustikasari. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN

PENGURANGAN MELALUI MEDIA ANIMASI KANTONG HITUNG

SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN

AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar

matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan melalui media animasi

kantong hitung pada siswa kelas 1 Semester II SLB-B YRTRW Surakarta.

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas merupakan

pencermatan terhadap kegiatan belajar yang berupa sebuah tindakan yang sengaja

dimunculkan yang terjadi dalam sebuah kelas bersama. Penelitian ini berupa

kolaborasi atau kerjasama antar peneliti, guru dan peserta didik. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, test, dan

dokumentasi. Untuk menguji validitas data, penulis menggunakan validitas isi

atau content validity. Penulis menyesuaikan item-item dalam instrumen dengan

kebutuhan penelitian dan keadaan sekolah yang diteliti. Item tersebut disesuaikan

dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada sekolah tersebut. Teknik

analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif komparatif dan analisis kritis.

Data kuantitatif berupa hasil test dianalisis dengan menggunakan deskriptif

komparatif yaitu dengan mencari nilai rerata dan presentase ketuntasan belajar.

Kemudian membandingkan nilai test antara siklus dengan indikator ketercapaian.

Sedangkan data kualitatif yang berasal dari hasil obervasi, wawancara dan

dokumen dianalisis dengan menggunakan analisis kritis.

Peningkatan prestasi dan keaktifan peserta didik dalam penelitian ini dapat

dilihat dari hasil pretest, test siklus I, dan test siklus II serta pengamatan keaktifan

peserta didik dalam pembelajaran matematika yang dilakukan oleh peneliti yang

dapat digambarkan bahwa prosentasi keberhasilan adalah 9/9 X 100% = 100%.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa Penerapan Media Animasi Kantong Hitung dapat

Meningkatkan Pretasi Belajar Matematika pada Materi Pejumlahan dan

Pengurangan Siswa Kelas 1 Semester II SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran

2010/ 2011.

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Ma’rufi Mustikasari. THE ATTEMPT OF IMPROVING THE

MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT IN SUMMING AND

SUBTRACTING MATERIAL USING COUNTING SACK ANIMATION

MEDIA IN THE I GRADERS OF SEMESTER II OF SLB-B YRTRW

SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/ 2011. Thesis, Surakarta:

Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University,

October 2011.

The objective of research is to improve the mathematics learning

achievement in summing and subtracting material using counting sack animation

media in the I Graders of Semester II of SLB-B YRTRW Surakarta.

This study belonged to a Classroom Action Research, the one observing

the learning teaching in the form of action generated deliberately occurring in a

collective class. This study was collaboration of authors, teachers, and students.

Techniques of collecting data used were interview, observation, test, and

documentation. In order to validate the data, the writer used content validity. The

writer adjusted the items of instrument with the research’s demand and the

condition of school studied. Those items were adjusted with the standard

competency and basic competency of the school. Techniques of analyzing data

used were descriptive normative and critical analyses. The quantitative data

included the result of test analyzed using descriptive comparative technique, by

finding the mean and percentage value of learning passing, then comparing the

tests value between cycles using achievement indicator. Meanwhile, the

qualitative data derived from the result of observation, interview and document

that were than analyzed using critical analysis.

The improvement of student’s achievement and activeness can be seen

from the implementation of pretest, cycle I test, and cycle II test as well as the

observation on students’ activeness in mathematics learning by the author that can

be represented in the percentage successfulness of 9/9 x 100% = 100%.

Based on the result of research, it can be concluded that The Application

of Counting Sack Animation Media can Improve The Mathematics Learning

Achievement in Summing and Subtracting Material in the I Graders of Semester

II of SLB-B YRTRW Surakarta in The School Year of 2010/ 2011.

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

(QS. Al Insyirah: 7)

Pelajarilah ilmu dan mengajarlah kamu, rendahkanlah dirimu terhadap

guru-gurumu dan berlakulah lemah lembut terhadap murid-muridmu.

(HR. Tabrani)

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kusuntingkan skripsi ini untuk:

Bapak Ibu tercinta dan Kakak-kakakku yang menjadi semangat dalam

menopang langkahku dengan kasih sayang, doa, dan pengorbanan yang tak

pernah bertepi

Sahabat-sahabat terbaikku, Atik, Amin, Ayub, Arfira, Haris, Deni, Nurul,

Puji, Triana, Dwi, Pramitha, Umi, Pita, semoga persahabatan ini tak kan

lekang oleh waktu

Teman-teman seperjuangan PLB 2007, yang memberikan motivasi dan

bantuan

Almamater

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN

MELALUI MEDIA ANIMASI KANTONG HITUNG SISWA KELAS I

SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan.

Peneliti menerima banyak bantuan dalam penyusunan skripsi ini dari

berbagai pihak. Untuk itu peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada

yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi

ini.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP UNS

Surakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi ini.

3. Drs. Gunarhadi, MA, Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa FKIP

UNS yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi ini.

4. Priyono, S. Pd, M. Si, Sekertaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa

FKIP UNS yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi ini.

5. Drs. A. Salim Choiri, M.Kes; Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Drs. Subagya, M. Si; Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan

dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Semua dosen Program Studi Pendidikan Luar Biasa FKIP UNS atas ilmu

yang telah diberikan selama ini.

8. Bapak Misdi, S. Pd, Kepala Sekolah SLB-B YRTRW Surakarta yang telah

memberikan ijin penelitian di SLB-B YRTRW Surakarta.

9. Ibu Umi Sihmi, S. Pd, Guru kelas I SLB-B YRTRW Surakarta yang telah

memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

10. Bapak Ibu dan Kakak-kakak tercinta yang telah memotivasi dan

mendoakan setiap saat.

11. Sahabat-sahabatku Atik, Amin, Ayub, Arfira, Haris, Deni, Nurul, Puji,

Triana, Dwi, Pramitha, Umi, Pita.

12. Teman-teman PLB 2007 yang selalu memberi motivasi dan dukungan

13. Berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin penulis

sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para

pembaca.

Surakarta, Oktober 2011

Penulis

DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................... i

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

PENGAJUAN SKRIPSI ....................................................................................... ii

PERSETUJUAN ................................................................................................... iii

PENGESAHAN ................................................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................ v

MOTTO .............................................................................................................. vii

PERSEMBAHAN .............................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................ 8

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 9

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... 10

A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 10

1. Hakekat Anak Tunarungu ................................................. 10

a. Pengertian Anak Tunarungu ....................................... 12

b. Faktor Penyebab Ketunarunguan ................................ 13

c. Klasifikasi Anak Tunarungu ....................................... 19

d. Karakteristik Anak Tunarungu ................................... 28

2. Hakekat Prestasi Belajar ................................................... 32

a. Pengertian Belajar ....................................................... 32

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ...... 33

c. Pengertian Prestasi Belajar. ....................................... 36

3. Hakekat Mata Pelajaran Matematika untuk Anak

Tunarungu ......................................................................... 37

a. Hakekat Mata Pelajaran Matematika ......................... 37

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

b. Hakekat Mata Pelajaran Matematika untuk Anak

Tunarungu ................................................................... 43

4. Hakekat Media Animasi Kantong Hitung ......................... 46

a. Pengertian Media ........................................................ 46

b. Jenis-jenis Media Pembelajaran ................................. 48

c. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ..................... 49

d. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran .................. 51

e. Pengertian Media Animasi Kantong Hitung .............. 53

5. Penggunaan Media Animasi Kantong Hitung pada

Pembelajaran Matematika Materi Penjumlahan dan

Pengurangan untuk Anak Tunarungu ............................... 54

B. Kerangka Berpikir .................................................................. 56

C. HipotesisTindakan .................................................................. 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 59

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 59

1. Tempat Penelitian .............................................................. 59

2. Waktu penelitian ................................................................ 59

B. Pendekatan Penelitian ............................................................. 60

C. Subjek Penelitian .................................................................... 62

D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 63

1. Observasi ...................................................................... 63

2. Wawancara ...................................................................... 66

3. Teknik Analisis Dokumen ................................................. 68

4. Teknik Test ...................................................................... 69

E. Sumber Data ........................................................................... 71

F. Uji Validitas Data .................................................................... 71

G. Teknik Analisis Data ............................................................... 73

H. Indikator ............................................................................... 74

I. Prosedur Penelitian.................................................................. 75

1. Prasiklus ........................................................................... 75

2. Survei ........................................................................... 76

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

3. Pelaksanaan Siklus ........................................................... 76

a. Perencanaan ............................................................... 76

b. Tindakan .................................................................... 79

c. Observasi ................................................................... 79

d. Analisis Refleksi ........................................................ 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 81

A. Deskripsi Awal ...................................................................... 81

B. Deskripsi Hasil Penelitian ...................................................... 82

1. Prasiklus ...................................................................... 82

a. Hasil Test Kemampuan Awal ..................................... 82

b. Hasil Observasi Keaktifan Peserta Didik .................... 84

2. Pelaksanaan Siklus I .......................................................... 87

a. Perencanaan ................................................................ 87

b. Tindakan ..................................................................... 91

c. Pengamatan ................................................................. 92

d. Analisis Refleksi ....................................................... 98

3. Pelaksanan Siklus II ......................................................... 99

a. Perencanaan .............................................................. 99

b. Tindakan ................................................................... 104

c. Pengamatan ............................................................... 106

d. Analisis Refleksi ....................................................... 113

C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 113

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN................................ 118

A. Simpulan ............................................................................... 118

B. Saran ..................................................................................... 118

C. Implikasi ............................................................................... 119

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 120

LAMPIRAN ..................................................................................................... 123

DAFTAR TABEL

Tabel

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

1. Klasifikasi Anak Tunarungu Dikaitkan dengan Penyebab Derajat

Ketulian, Nilai Prognostik, dan Validitas Gangguan Pendengaran ................ 21

2. Rincian Jadwal Waktu dan Jenis Penelitian ................................................... 59

3. Daftar Nama Peserta Didik Kelas I SLB-B YRTRW Surakarta ..................... 62

4. Instrumen Pedoman Observasi Terhadap Kemampuan Guru

Mengelola Kelas.............................................................................................. 64

5. Instrumen Pedoman Observasi Terhadap Kemampuan

Guru Menjelaskan ........................................................................................... 65

6. Instrumen Pedoman Observasi Terhadap Kemampuan Guru Melakukan

Tindakan dalam Pembelajaran Matematika dengan Media Animasi

Kantong Hitung ............................................................................................... 65

7. Instrumen Kriteria Keberhasilan Guru Melakukan Tindakan dalam

Pembelajaran Matematika dengan Media Animasi Kantong Hitung ............. 66

8. Instrumen Keaktifan Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika

dengan Media Animasi Kantong Hitung ........................................................ 68

9. Kisi-Kisi Soal ................................................................................................. 70

10. Deskripsi Indikator Ketercapaian ................................................................... 75

11. Daftar Nilai Hasil Pretest Mata Pelajaran Matematika ................................. 82

12. Tabulasi Keaktifan Awal Peserta Didik Kelas I SLB-B YRTRW

Surakarta ........................................................................................................ 85

13. Hasil Observasi Keaktifan Awal Peserta Didik Kelas I SLB-B

YRTRW Surakarta .......................................................................................... 86

14. Daftar Nilai Hasil Test Siklus I Mata Pelajaran Matematika ........................ 94

15. Tabulasi Keaktifan Peserta Didik Kelas I SLB-B YRTRW Surakarta

Siklus I .......................................................................................................... 96

16. Hasil Observasi Keaktifan Peserta Didik Kelas D IC SLB-B YRTRW

Surakarta Siklus I ............................................................................................ 97

17. Daftar Nilai Hasil Test Siklus II Mata Pelajaran Matematika ..................... 108

18. Tabulasi Keaktifan Peserta Didik Kelas I SLB-B YRTRW Surakarta

Siklus II ....................................................................................................... 109

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

19. Hasil Observasi Keaktifan Peserta Didik Kelas I SLB-B YRTRW Surakarta

Siklus II ......................................................................................................... 110

20. Peningkatan Nilai Test Tiap siklus .............................................................. 111

DAFTAR GAMBAR

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

Gambar

1. Penggaris ..................................................................................................... 40

2. Bola ..................................................................................................... 40

3. Meja ..................................................................................................... 40

4. Penggaris .................................................................................................... 41

5. Bola ..................................................................................................... 41

6. Meja ..................................................................................................... 41

7. Animasi Kantong Hitung 8 ......................................................................... 54

8. Animasi Kantong Hitung 9 ......................................................................... 55

9. Animasi Kantong Hitung 10 ....................................................................... 56

10. Alur Kerangka Berpikir .............................................................................. 57

11. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ........................................................... 61

12. Animasi Kantong Hitung 13 ........................................................................ 77

13. Animasi Kantong Hitung 14 ........................................................................ 78

14. Animasi Kantong Hitung 15 ........................................................................ 78

15. Animasi Kantong Hitung 16 ........................................................................ 89

16. Animasi Kantong Hitung 17 ........................................................................ 89

17. Animasi Kantong Hitung 18 ........................................................................ 89

18. Animasi Kantong Hitung 19 ........................................................................ 102

19. Animasi Kantong Hitung 20 ........................................................................ 103

20. Animasi Kantong Hitung 21 ........................................................................ 103

DAFTAR GRAFIK

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

1. Perbandingan Hasil Pretest dengan KKM .................................................... 83

2. Perbandingan Hasil Test Siklus I dengan Hasil Pretest ................................ 94

3. Perbandingan Hasil Pretest, Hasil Test Siklus I dan Hasil Test II ............. 112

DAFTAR LAMPIRAN

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

Lampiran

1. Silabus SDLB ......................................................................................... 123

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................................ 124

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................................... 130

4. Kisi-Kisi Soal ......................................................................................... 136

5. Soal Evaluasi ......................................................................................... 137

6. Kunci Jawaban ......................................................................................... 138

7. Daftar Nama Peserta Didik ...................................................................... 139

8. Instrumen Keaktifan Peserta Didik Siklus I ............................................. 140

9. Instrumen Pedoman Observasi Terhadap Kemampuan Guru Mengelola

Kelas Siklus I ........................................................................................... 142

10. Instrumen Pedoman Observasi Terhadap Kemampuan Guru Menjelaskan

Siklus I ..................................................................................................... 144

11. Instrumen Pedoman Observasi Terhadap Kemampuan Guru Melakukan

Tindakan dengan Menggunakan Media Animasi Kantong Hitung

Siklus I ..................................................................................................... 146

12. Instrumen Pedoman Observasi Kriteria Keberhasilan Guru dalam

Melakukan Tindakan dengan Menggunakan Media Animasi Kantong

Hitung Siklus I ......................................................................................... 147

13. Instrumen Keaktifan Peserta Didik Siklus II ........................................... 149

14. Instrumen Pedoman Observasi Terhadap Kemampuan Guru Mengelola

Kelas Siklus II .......................................................................................... 151

15. Instrumen Pedoman Observasi Terhadap Kemampuan Guru Menjelaskan

Siklus II .................................................................................................... 153

16. Instrumen Pedoman Observasi Terhadap Kemampuan Guru Melakukan

Tindakan dengan Menggunakan Media Animasi Kantong Hitung

Siklus II ..................................................................................................... 156

17. Instrumen Pedoman Observasi Kriteria Keberhasilan Guru dalam

Melakukan Tindakan dengan Menggunakan Media Animasi Kantong

Hitung Siklus II ........................................................................................ 157

18. Tabulasi Test Kemampuan Awal .............................................................. 158

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

19. Tabulasi Test Siklus I ................................................................................ 159

20. Tabulasi Test Siklus II .............................................................................. 160

21. Surat Perijinan Penelitian .......................................................................... 161

22. Foto-Foto Penelitian ................................................................................. 166

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Telinga sebagai indera pendengaran manusia merupakan organ untuk

melengkapi informasi yang diperoleh melalui penglihatan. Berdasar hal tersebut,

kehilangan sebagian atau keseluruhan kemampuan pendengaran berarti

kehilangan kemampuan menyimak secara utuh peristiwa di sekitarnya, sehingga

semua peristiwa yang terekam oleh penglihatan anak tunarungu tampak seperti

terjadi secara tiba-tiba tanpa dapat memahami gejala awalnya.

Tunarungu merupakan suatu keadaaan kehilangan pendengaran yang

mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama

melalui indera pendengaran. Akibat dari hal tersebut, anak tunarungu mengalami

kesulitan untuk memperoleh dan mengolah informasi yang bersifat auditif,

sehingga dapat menimbulkan hambatan dalam melakukan aktifitas berbahasa dan

komunikasi secara verbal.

Istilah tunarungu digunakan untuk orang yang mengalami gangguan

pendengaran yang mencakup tuli dan kurang dengar. Orang yang tuli

adalah orang yang mengalami kehilangan pendengaran (lebih dari 70 dB)

yang mengakibatkan kesulitan dalam memproses informasi bahasa

melalui pendengarannya sehingga ia tidak dapat memahami pembicaraan

orang lain baik dengan memakai maupun tidak memakai alat bantu

dengar. Orang yang kurang dengar adalah orang yang mengalami

kehilangan pendengaran (sekitar 27 sampai 69 dB) yang biasanya dengan

menggunakan alat bantu dengar, sisa pendengarannya masih

memungkinkan untuk memproses informasi bahasa sehingga dapat

memahami pembicaraan orang lain di sekitarnya. Ocha, 2010 (dalam,

http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/karakteristik-dan-

pendidikan-anak-tuna-rungu/).

Menurut Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996: 13) “anak

tunarungu mempunyai daya abstraksi yang kurang dibandingkan anak

mendengar”. Daya abstraksi yang kurang pada beberapa tugas hanya akibat dari

kemampuan berbahasa anak, bukan merupakan suatu keterbelakangan mental.

Kemampuan mengabstraksi juga bertambah, jika kemampuan berbahasanya

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

ditingkatkan. Anak tunarungu yang tidak mempunyai kelainan lain, potensi

kecerdasannya normal bahkan mungkin supernormal, namun karena daya ingat

anak tunarungu ini kurang terhadap hal-hal yang diverbalisasikan, ditambah

dengan kemampuan yang kurang dalam kemampuan daya abstraksinya, anak

tunarungu pada umumnya menunjukkan prestasi yang lebih rendah dibanding

anak mendengar.

Berdasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu

mengalami masalah dalam hal pendengaran yang mengakibatkan kesulitan dalam

memperoleh dan mengolah informasi yang bersifat auditif, sehingga dapat

menimbulkan hambatan dalam melakukan aktivitas berbahasa dan komunikasi

secara verbal. Hal tersebut berpengaruh terhadap penerimaan dan pengolahan

informasi dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga mengakibatkan prestasi

akademik mereka rendah. Prestasi akademik yang rendah pada anak tunarungu

mengakibatkan pendidikan anak tunarungu menjadi lebih lambat dibanding anak

mendengar.

Anak yang mengalami kelainan pendengaran akan menanggung

konsekuensi sangat kompleks, tidak terkecuali dalam pendidikannya. Berdasar hal

tersebut, maka untuk mengembangkan potensi anak tunarungu secara optimal

praktis memerlukan layanan atau kebutuhan pendidikan secara khusus. Kebutuhan

pelayanan pendidikan khusus ini, tidak lepas dari penggunaan indera Anak

tunarungu dalam masalah transfer of knowledge yang hanya terbatas pada indera

visual atau penglihatan saja. Permasalahan anak tunarungu dalam transfer of

knowledge ini berlaku bagi seluruh mata pelajaran, tidak terkecuali mata pelajaran

matematika.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang selalu

diajarkan pada jenjang pendidikan sejak TK, SD, SLTP, SMA bahkan tidak

terkecuali di SLB. Matematika merupakan ilmu yang membutuhkan fungsi kerja

otak, karena matematika merupakan ilmu yang berkenaan dengan ide-ide atau

konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalaran deduktif yang

membutuhkan pemahaman secara bertahap dan berurutan.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Parwoto (2007: 125) mengatakan “matematika adalah ilmu tentang

struktur-struktur abstrak karena penelaahan bentuk-bentuk dalam matematika

membawa matematika itu ke dalam struktur-struktur abstrak pengetahuan”.

Pengetahuan matematika merupakan ilmu yang abstrak bagi peserta didik, terlebih

bagi peserta didik tunarungu yang daya abstraksinya rendah. Banyak alasan

perlunya peserta didik belajar matematika.

Cornelius (dalam Mulyono Abdurrohman, 1999: 253) mengemukakan

lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan

(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan

masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan

dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan

kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap

perkembangan budaya.

Aspek-aspek pemahaman suatu konsep termasuk pemahaman rumus-

rumus dan aplikasinya merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki

peserta didik dalam pembelajaran matematika, akan tetapi dalam kenyataannya

masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan

permasalahan matematika, hal ini dikarenakan pemahaman konsep yang dimiliki

peserta didik kurang.

Berdasar beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas, bila

dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain, maka pembelajaran matematika

sebaiknya tidak disamakan dengan ilmu yang lain. Matematika sebagai suatu ilmu

mengenai struktur dan hubungan-hubungannya sangat memerlukan simbol-simbol

dan lambang-lambang.

Matematika berperan sangat penting untuk menyelesaikan berbagai

masalah di dalam kehidupan sehari-hari , untuk itu setiap anak yang mengenyam

pendidikan berhak mendapatkan mata pelajaran matematika, tidak terkecuali anak

tunarungu. Mata pelajaran matematika khususnya materi penjumlahan dan

pengurangan merupakan konsep dasar yang harus dimiliki peserta didik, oleh

karena itu penguasaan konsep kedua jenis operasi hitung tersebut perlu mendapat

perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru SLB. Perhatian yang sungguh-

sungguh dari para guru SLB diperlukan karena pembelajaran Matematika

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

merupakan proses berjenjang (bertahap), dimulai dari konsep yang sederhana

menuju konsep yang lebih sukar. Pembelajaran Matematika harus dimulai dari

tahapan konkrit ke semikonkrit, dan berakhir pada yang abstrak. Pembelajaran

Matematika hendaknya mengikuti metode spiral yang artinya dalam

memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu memperhatikan konsep atau

bahan yang telah dipelajari, tidak terkecuali materi penjumlahan dan pengurangan.

Materi penjumlahan dan pengurangan memegang peranan penting di

dalam mata pelajaran matematika, karena merupakan dasar yang harus dimiliki

oleh seseorang untuk mempelajari matematika lebih lanjut. Konsep penjumlahan

dan pengurangan harus dilakukan dengan benar dalam mengajarkannya. Materi

penjumlahan dan pengurangan menjadi landasan untuk mempelajari operasi-

operasi hitung yang lebih tinggi, seperti perkalian dan pembagian, serta operasi-

operasi hitung yang lainnya. Ini berarti bahwa dengan memahami penjumlahan

dan pengurangan, peserta didik tidak terkecuali peserta didik tunarungu akan

mudah mempelajari operasi hitung lainnya. Hal tersebut membawa konsekuensi

bahwa guru sebagai individu, dituntut untuk menguasai berbagai macam

kemampuan, di antaranya kemampuan memilih dan menentukan materi maupun

media pembelajaran.

Menurut Piaget (dalam Mulyono Abdurrohman, 1999: 34)

Perkembangan intelektual meliputi empat tahap berikut: (1) tahap sensori-motorik

(0:0-2:0 tahun), (2) tahap praoperasional (2-7 tahun), (3) tahap operasional

konkrit (7-11 tahun), dan (4) tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas).

Bruner (dalam Mulyono Abdurrohman, 1999:34) berpendapat terdapat

tiga tahapan dalam proses Pembelajaran yaitu: (1) Tahapan Enactive

adalah tahap dalam proses belajar yang ditandai oleh manipulasi secara

langsung objek-objek berupa benda atau peristiwa konkret; (2) tahap

Econic ditandai oleh penggunaan perumpamaan atau tamsilan (imagery);

(3) sedangkan tahapan Symbolic ditandai oleh penggunaan simbol dalam

proses belajar.

Fenomena di lapangan menunjukan bahwa materi operasi hitung

penjumlahan dan pengurangan dalam mata pelajaran matematika disajikan secara

abstrak tanpa mempedulikan tahapan belajar peserta didik. Guru menyajikan

materi penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan metode

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

konvensional. Metode konvensional yang digunakan oleh guru lebih berfokus

dengan metode ceramah dan tidak melibatkan aktivitas peserta didik sehingga

kemampuan peserta didik dalam memecahkan operasi hitung khususnya

penjumlahan dan pengurangan kurang maksimal.

Peneliti dalam melaksanakan observasi pembelajaran matematika di

kelas I SLB-B YTRW Surakarta, khususnya pada materi penjumlahan dengan

atau tanpa teknik menyimpan dan pengurangan dengan atau tanpa teknik

meminjam, menemukan bahwa ternyata setelah di jelaskan dan diberikan tugas

tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan, kurang lebih hanya 33%

yang dapat menyelesaikannya dengan baik. Mereka masih terfokus pada besar

kecilnya bilangan dan tanda operasinya saja tanpa mempertimbangkan posisi

bilangan yang telah diketahui dan yang harus dicari, misalnya pada soal 33 + … =

60, peserta didik mencari jawabannya dengan menjumlahkan kedua suku yang

diketahui sehingga jawaban peserta didik menjadi: 33 + 93 = 60. Jawaban 93,

diperoleh dari hasil menjumlah 33 dengan 60. Peserta didik sering mengulang

kesalahan yang sama, meskipun pada pertemuan sebelumnya telah dijelaskan dan

diberi latihan soal dengan jumlah yang cukup tentang operasi penjumlahan dan

pengurangan, baik suku yang tidak diketahui berada di ruas kanan maupun pada

salah satu suku di ruas kiri.

Salah satu penyebab rendahnya daya retensi hasil belajar ini menurut

pandangan kaum strukturalis adalah karena proses pemahaman peserta didik

terhadap konsep abstrak penjumlahan dan pengurangan tidak dilakukan melalui

proses pengalaman yang nyata. Eisenhart (dalam http://sutisna.com/jurnal/jurnal-

kependidikan/penerapan-konsep-kesetimbangan-pada-operasi-penumlahan-dan

pengurangan-di-sekolah-dasar).

Berdasarkan asumsi di atas dan observsi yang telah dilakukan oleh

peneliti, maka peneliti dapat mengidentifikasi beberapa kelemahan yang dimiliki

peserta didik kelas I SLB-B YRTRW Surakarta, sehingga mereka tidak dapat

menyelesaikan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan tersebut dengan

baik. Kelemahan tersebut menjadikan peneliti memilih mereka sebagai subjek

penelitian. Kelemahan-kelemahan tersebut adalah:

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

1. peserta didik belum menguasai materi prasyarat untuk sebuah konsep baru.

2. peserta didik kurang mampu mengkomunikasikan konsep yang telah dipelajari

baik gagasan, tanggapan atau lambang.

3. materi ajar matematika yang abstrak, disampaikan dengan tidak

memperhatikan tahapan pembelajaran yang bersifat konkrit ke abstrak.

4. media yang digunakan tidak tepat, kurang memperhatikan tahapan kognitif

peserta didik tunarungu.

Permasalahan tersebut hendaknya perlu dicarikan alternatif metode

pembelajaran yang mampu melibatkan peserta didik secara aktif sesuai dengan

tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Proses belajar mengajar juga akan

lebih variatif dan kreatif jika menggunakan media pembelajaran. Begitu juga

dalam mata pelajaran matematika, terlebih lagi bagi anak tunarungu.

Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2005: 15) mengemukakan bahwa,

“pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan

motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa

pengaruh psikologis terhadap siswa”.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media merupakan

alat yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran agar materi yang

disampaikan lebih dapat dipahami oleh peserta didik. Penggunaan media yang

menarik mampu meningkatkan prestasi peserta didik. Keberhasilan penggunaan

media untuk meningkatkan prestasi peserta didik tergantung pada isi pesan, cara

menjelaskan pesan, dan karakteristik penerima pesan. Media pembelajaran dapat

menghasilkan atau mendekati realitas, dapat mengganti kata-kata yang merupakan

lambang tidak sempurna. Hal ini dapat mudah membantu meningkatkan dan

merangsang minat dari sebuah kelas yang apatis. Media-media pembelajaran juga

mempunyai hubungan nilai hiburan serta tidak memperkecil arti pokok

pelajarannya, tetapi justru membantu memperjelas konsep yang akan

disampaikan.

Tujuan utama penggunaan media pembelajaran adalah agar konsep-

konsep dan ide dalam matematika yang sifatnya abstrak dapat dikaji, dipahami,

dan dicapai oleh penalaran peserta didik, terutama peserta didik yang masih

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

memerlukan bantuan alat yang sifatnya nyata, terlihat dengan jelas dalam

menangkap ide atau konsep yang diajarkan. Setiap media yang digunakan oleh

guru matematika dalam proses pengajarannya harus berdasarkan tujuan

intruksional yang telah disusun. Artinya tujuan itulah yang menentukan media

karena materi yang disajikan didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai, maka

dengan sendirinya media tersebut harus mengandung ide-ide atau konsep-konsep

yang terkandung dalam materi tersebut.

Sejalan dengan teori-teori tersebut, maka peneliti berusaha memecahkan

masalah tersebut melalui pengunaan media animasi kantong hitung dalam

pembelajaran matematika khususnya materi penjumlahan dan pengurangan.

Penelitian ini, akan memulai pembelajaran matematika dari tahapan konkrit

menuju abstrak sebagaimana yang diungkapkan oleh Bruner. Media animasi

kantong hitung pada tahapan proses pembelajaran, menurut Bruner termasuk

dalam tahap Econic yang ditandai oleh penggunaan perumpamaan atau tamsilan.

Media animasi adalah menciptakan gerakan, seperti yang sering dilihat

dalam televisi maupun di layar lebar. Kata animasi berasal dari kata animation

yang berasal dari kata dasar to anime di dalam kamus Indonesia inggris berarti

menghidupkan. Secara umum animasi merupakan suatu kegiatan menghidupkan,

menggerakkan benda mati. Suatu benda mati diberi dorongan, kekuatan, semangat

dan emosi untuk menjadi hidup atau hanya berkesan hidup. Animasi dapat

membantu proses kegiatan belajar mengajar, jika peserta didik melakukan proses

kognitif dibantu dengan animasi, sedangkan tanpa aniamsi proses kognitif sulit

dilakukan. Peserta didik yang memiliki latar belakang dan pengetahuan bahasa

yang rendah cenderung memerlukan bantuan, salah satunya animasi, yang

bertujuan untuk menangkap konsep materi yang disampaikan. Animasi juga dapat

dijadikan media yang menarik perhatian peserta didik agar tetap fokus dan

semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar. Perlakuan khusus pada

penggunaan media animasi untuk pembelajaran anak tunarungu adalah peran serta

dari guru sebagai fasilitator.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa animasi

merupakan suatu media elektronik yang menarik yang berupa gambar bergerak.

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Penggunaaan media animasi dalam sistem pengajaran diharapkan dapat lebih

efektif dan membantu anak tunarungu dalam memecahkan masalah berhitung

penjumlahan dan pengurangan. Ilustrasi animasi atau gambar bergerak juga

diharapkan dapat menghidupkan pemahaman peserta didik dalam pemecahan

masalah penjumlahan dan pengurangan angka-angka yang bersifat abstrak.

Media animasi kantong dalam penelitian ini merupakan media animasi

yang berisi gambar-gambar animasi tiga dimensi yang dapat bergerak otomatis

yang berupa kantong-kantong hitung beserta lidi-lidi. Setiap penambahan dan

pengurangan lidi dalam kantong tersebut, maka lidi akan berkurang secara

otomatis. Proses berkurang dan bertambahnya lidi tersebut akan nampak secara

visual sehingga menguntungkan anak tunarungu yang inderanya terbatas pada

visual. Proses visual tersebut akan membantu peserta didik untuk lebih mudah

membayangkan proses bertambahnya dan berkurangnya suatu bilangan.

Berdasar pada permasalahan-permasalahan yang dijelaskan di atas, maka

mendorong penulis untuk melakukan penelitian dan mengkaji lebih lanjut ke

dalam skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika

pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Melalui Media Animasi Kantong

Hitung Siswa Kelas I Semester II SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2010/

2011”.

B. Rumusan Masalah

Apakah Penerapan Media Animasi Kantong Hitung dapat Meningkatkan

Prestasi Belajar Matematika pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Siswa

Kelas I Semester II SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2010/ 2011?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Peningkatan Prestasi Belajar Matematika pada Materi

Penjumlahan dan Pengurangan Melalui Media Animasi Kantong Hitung Siswa

Kelas I Semester II SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2010/ 2011”.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Sekolah:

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini bagi sekolah adalah

bertambahnya referensi media pembelajaran menuju perkembangan kualitas

pembelajaran matematika yang efektif, kreatif dan menyenangkan pada

materi penjumlahan dan pengurangan.

2. Guru

a. Pembelajaran matematika melalui media animasi kantong hitung dalam

meningkatkan prestasi belajar matematika peserta didik tunarungu kelas

I Semester II SLB-B YRTRW Surakarta dapat diterapkan oleh guru, serta

memberikan alternatif solusi pada kesulitan penyampaian materi

penjumlahan dan pengurangan pada mata pelajaran matematika.

b. Salah satu pilihan untuk penerapan pendekatan pembelajaran dengan

pilihan media pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik

peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik

tunarungu kelas I Semester II SLB-B YRTRW Surakarta.

3. Peserta didik tunarungu kelas I Semester II SLB-B YRTRW Surakarta

a. Alternatif media belajar untuk meningkatkan prestasi belajar matematika

peserta didik.

b. Sarana untuk membantu peserta didik dalam melakukan operasi

penjumlahan dan pengurangan dalam mata pelajaran matematika.

4. Peneliti selanjutnya

a. Salah satu referensi untuk melakukan kajian-kajian lebih lanjut mengenai

suatu rancangan pembelajaran matematika pada materi penjumlahan dan

pengurangan melalui media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan

dan karakteristik peserta didik.

b. Salah satu bahan kajian yang relevan dalam penelitian lanjutan dengan

variabel yang sama, di sekolah dan kondisi yang berbeda.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakekat Anak Tunarungu

a. Pengertian Anak Tunarungu

Anak tunarungu atau anak yang mengalami kelainan pendengaran dalam

kehidupan sehari-hari sering diasumsikan sebagai orang yang tidak mendengar

sama sekali atau disebut tuli oleh masyarakat awam. Hal ini didasarkan pada

anggapan bahwa kelainan dalam aspek pendengaran dapat mengurangi fungsi

pendengaran. Asumsi tersebut tidak seluruhnya salah, namun perlu diluruskan,

karena tidak semua anak tunarungu mengalami kehilangan pendengaran secara

total atau tuli.

Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” yang artinya kurang dan

“rungu” yang artinya pendengaran. Berdasar hal tersebut dapat disimpulkan

bahwa anak tunarungu adalah anak yang kurang mampu mendengar atau tidak

mampu mendengar suara. Tunarungu juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan

kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap

berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengaran.

Menurut Djoko Sindhusakti (1997: 23), “Anak tunarungu adalah anak

yang pada periode 3 tahun pertama dari kehidupannya mengalami gangguan

pendengaran, yang mengakibatkan terjadinya gangguan bicara oleh karena

persepsi dan asosiasi dari suara datang ke telinga terganggu”.

Andreas Dwidjosumarto (dalam Sutjihati Somantri, 1996: 74)

mengemukakan bahwa “Seseorang yang tidak atau kurang mampu

mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan

menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of

hearing)”. Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami

kerusakan dalam taraf berat sehingga pedengarannya tidak berfungsi lagi,

sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

mengalami kerusakan, tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar,

baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar”.

Donald F. Mores (dalam Murni Winarsih, 2007: 22) berpendapat bahwa

tunarungu adalah istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar dari yang

ringan sampai berat sehingga menghambat proses infomasi bahasa melalui

pendengaran baik menggunakan alat bantu maupun tidak menggunakan alat

bantu.

Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau

kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau

tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia

mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan

bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin

yang layak. Mufti Salim, (dalam Sutjihati Somantri, 1996: 74).

Menurut Sudibyo Markus (dalam Sardjono, 2000: 6) “Anak tunarungu

wicara adalah mereka yang menderita tunarungu sejak bayi atau sejak lahir, yang

karenanya tak dapat menangkap pembicaraan orang lain, sehingga tak mampu

mengembangkan kemampuan bicaranya, meskipun tak mengalami gangguan pada

alat suaranya”.

Anak tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya

pendengarannya, sehingga mengalami gangguan berkomunikasi secara

verbal. Secara fisik, anak tunarungu tidak berbeda dengan anak –Anak

dengar pada umumnya, sebab orang akan mengetahui bahwa anak

menyandang ketunaruguan pada saat berbicara, mereka berbicara tanpa

suara atau dengan suara yang kurang atau tidak jelas artikulasinya, atau

bahkan tidak berbicara sama sekali, mereka berisyarat . Sukaesih, 2010

(dalam http://sukaesih21.wordpress.com/2010/05/29/pengertian-anak-

tunarungu/).

Megawati Iswari (2007: 57) menyatakan istilah tunarungu ditujukan pada

anak yang kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian yang disebut kurang

dengar, maupun seluruhnya yang disebut tuli.

Menurut Soewito (dalam Sardjono, 1999: 9), “Anak tunarungu adalah

seorang yang mengalami kesulitan pendengaran berat sampai total, yang tidak

dapat lagi menangkap tutur kata tanpa melihat bibir lawan bicaranya”.

Sri Agus S (dalam http://sriagussupriani.blogspot.com/2009/12/anak-

tunarungu.html) mengemukakan bahwa, “Istilah tunarungu digunakan

untuk orang yang mengalami gangguan pendengaran yang mencakup tuli

dan kurang dengar. Orang yang tuli adalah orang yang mengalami

kehilangan pendengaran (lebih dari 70 dB) yang mengakibatkan

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

kesulitan dalam memproses informasi bahasa melalui pendengarannya

sehingga ia tidak dapat memahami pembicaraan orang lain baik dengan

memakai maupun tidak memakai alat bantu dengar. Orang yang kurang

dengar adalah orang yang mengalami kehilangan pendengaran (sekitar 27

sampai 69 dB) yang biasanya dengan menggunakan alat bantu dengar,

sisa pendengarannya memungkinkan untuk memproses informasi bahasa

sehingga dapat memahami pembicaraan orang”.

Permanarian menyatakan bahwa banyak istilah di dalam bahasa Inggris

yang dipergunakan yang mengacu pada populasi individu yang menyandang

ketunarunguan. Istilah tersebut didefinisikan berdasarkan kebutuhan pendidikan

dan budaya. Istilah tersebut antaralain adalah:

1. Kata "deaf" menurut definisi Individuals with Disabilities Education

Act, (undang-undang pendidikan bagi individu penyandang cacat

Amerika Serikat) tahun 1990 adalah ketunarunguan yang berdampak

negatif terhadap kinerja pendidikan individu dan demikian parah

sehingga individu itu terganggu dalam kemampuanya untuk

memproses informasi linguistik (komunikasi) melalui pendengaran,

dengan ataupun tanpa amplifikasi (alat bantu dengar).

2. Istilah "hard of hearing" berarti ketunarunguan, baik permanen

maupun berfluktuasi, yang berdampak negatif terhadap kinerja

pendidikan seorang individu tetapi yang memungkinkannya

mempunyai akses ke komunikasi verbal pada tingkat tertentu dengan

ataupun tanpa amplifikasi (IDEA 1990).

3. Istilah "Deaf" yang ditulis dengan huruf D kapital mengacu pada

individu penyandang ketunarunguan yang mengidentifikasi dirinya

sendiri sebagai anggota "budaya tunarungu" (Deaf Culture. Individu-

individu ini memandang dirinya sebagai satu populasi yang

dipersatukan oleh kesamaan latar belakang budaya, kesamaan

pengalaman, kesamaan riwayat keluarga (menikah dengan sesama

tunarungu), dan kesamaan bahasa yaitu American Sign Language

(ASL).

4. Istilah "hearing-impaired" kini sering dipergunakan untuk mengacu

pada mereka yang "deaf" maupun yang "hard of hearing". Istilah

"deaf mute" dan "deaf and dumb" (tuli bisu) kini tidak dipergunakan

lagi. Istilah tersebut tidak hanya dianggap kuno, tetapi juga dipandang

ofensif. Survey tahun 1981 di Australia menemukan bahwa 59% dari

populasi tunarungu menyandang ketunarunguan ringan, 11% sedang,

20% berat, dan 10% tidak dapat dipastikan klasifikasinya.

(http://permanarian16.blogspot.com/2008/04/definisi-dan-klasifikasi-

tunarungu.html).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa

tunarungu merupakan suatu keadaan dimana fungsi indera pendengaran seseorang

mengalami gangguan yang disebabkan oleh kerusakan indera pendengaran, baik

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

menyerang telinga bagian luar, tengah, maupun dalam. Kerusakan tersebut mulai

dari taraf ringan, sedang, maupun tuli total, sehingga mengakibatkan terjadinya

hambatan dalam perkembangan bahasanya dan memerlukan pendidikan khusus

sesuai karakteristiknya. Ketunarunguan ini juga mengakibatkan anak mengalami

kesulitan dalam memperoleh dan mengolah informasi yang bersifat auditif,

sehingga dapat menimbulkan hambatan dalam melakukan aktivitas berbahasa dan

komunikasi secara verbal. Hambatan komunikasi yang bersifat auditif tersebut

berpengaruh terhadap penerimaan dan pengolahan informasi dalam kegiatan

belajar mengajar, sehingga mengakibatkan prestasi akademik mereka rendah dan

pendidikan anak tunarungu menjadi lebih lambat dibanding anak mendengar.

Atas dasar itulah, pemberian layanan pendidikan yang relevan dengan

karakteristik kelainan anak tunarungu dapat diharapkan menimbulkan motif

berprestasi.

Anak yang mengalami kelainan pendengaran akan menanggung

konsekuensi sangat kompleks, tidak terkecuali dalam pendidikannya. Anak

tunarungu seringkali dihinggapi rasa keguncangan, tidak percaya diri dan tidak

mampu mengontrol lingkungannya. Kondisi ini tidak menguntungkan bagi

penderita tunarungu yang harus berjuang dalam meniti tugas perkembangannya.

Beberapa rentetan masalah yang muncul akibat gangguan ini, penderita akan

mengalami berbagai hambatan dalam meniti perkembangannya, tidak terkecuali

aspek akademiknya. Berdasar hal tersebut, maka untuk mengembangkan potensi

anak tunarungu secara optimal praktis memerlukan layanan atau kebutuhan secara

khusus tidak terkecuali dalam penggunaan media dalam pembelajaran.

b. Faktor Penyebab Ketunarunguan

Ketunarunguan disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa ahli

mendefinisikan penyebab ketunarunguan dari berbagai sudut pandang.

Berdasarkan waktu terjadinya, penyebab ketunarunguan dapat terjadi pada waktu

sebelum lahir (prenatal), ketika lahir (natal), dan setelah dilahirkan (postnatal).

Menurut Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996: 33) faktor-

faktor penyebab ketunarunguan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

1. Faktor dalam diri anak

Faktor dalam diri yang bisa menyebabkan ketunarunguan antaralain:

a) Disebabkan oleh faktor keturunan dari salah satu atau kedua orangtuanya

yang mengalami ketunarunguan. Banyak kondisi genetik yang berbeda

sehingga dapat menyebabkan ketunarunguan. Transmisi yang disebabkan

oleh gen yang dominan represif dan berhubungan dengan jenis kelamin.

b) Ibu yang sedang mengandung menderita penyakit campak Jerman (rubella).

Penyakit rubella pada masa kandungan tiga bulan pertama akan

berpengaruh buruk pada janin. Rubella dari pihak ibu merupakan penyebab

yang paling umum yang dikenal sebagai penyebab ketunarunguan.

c) Ibu yang sedang mengandung menderita taxoemenia, hal ini bisa

mengakibatkan kerusakan pada plasenta yang mempengaruhi terhadap

pertumbuhan janin. Jika hal tersebut menyerang syaraf atau alat-alat

pendengaran maka anak tersebut akan lahir dalam keadaan tunarungu.

2. Faktor dari luar diri anak

a) Anak mengalami infeksi pada saat dilahirkan. Misal, anak terserang herpes

implex, jika infeksi ini menyerang alat kelamin ibu dapat menular pada saat

anak dilahirkan. Demikian pula dengan penyakit kelamin yang lain, dapat

ditularkan melalui terusan jika virusnya masih dalam keadaan aktif.

Penyakit-penyakit yang ditularkan oleh ibu kepada anak yang dilahirkan

dapat menimbulkan infeksi yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat-

alat atau syaraf pendengaran.

b) Meningitis atau radang selaput. Berdasar beberapa hasil penelitian para ahli

tentang ketunarunguan yang disebabkan karena meningitis antaralain

penelitian yang dilakukan vermon.

c) Otitis media (radang telinga bagian tengah)

Otitis media adalah radang pada telinga bagian tengah. Sehingga

menimbulkan nanah, dan nanah tersebut mengumpul dan mengganggu

hantaran bunyi. Jika kondisi ini kronis dan tidak segera diobati, penyakit ini

bisa menimulkan kehilangan pendengaran yang tergolong ringan sampai

sedang. Otitis media adalah salah satu penyakit yang sering terjadi pada

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

anak-anak sebelum mencapai usia 6 tahun. Anak-anak secara berkala harus

mendapat pemeriksaan dan pengobatan yang teliti sebelum memasuki

sekolah karena kemungkinan menderita otitis media yang menyebabkan

ketunarunguan. ketunarunguan yang disebabkan otitis media adalah

tunarungu tipe konduktif. Davis dan Flower mengatakan bahwa nanah yang

ada di telinga bagian tengah lebih sering menjadi penyebab hilangnya

pendengaran. Otitis media juga dapat ditimbulkan karena infeksi pernafasan

atau pilek dan penyakit anak-anak seperti campak.

d) Penyakit lain atau kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerusakan alat-alat

pendengaran bagian tengah dan dalam.

Moh. Effendi (2006: 65-66) menyatakan, secara terinci determinan

ketunarunguan yang terjadi sebelum, saat, dan sesudah anak dilahirkan dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Ketunarunguan sebelum lahir (prenatal), yaitu ketunarunguan yang terjadi

ketika anak masih dalam kandungan ibunya. Ada beberapa kondisi yang

menyebabkan ketunarunguan yang terjadi pada saat anak dalam kandungan,

antaralain adalah a) hereditas atau keturunan, menurut Moores presentasi anak

yang mengalami ketunarunguan jenis ini sekitar 30%-60%. Ketunarunguan

jenis ini sering disebut tunarungu genetis; b) maternal rubella, merupakan

penyakit cacar air Jerman, atau campak. Virus penyakit tersebut berbahaya jika

menyerang wanita ketika tiga bulan pertama waktu kehamilan sebab dapat

mempengaruhi atau berakibat buruk terhadap anak atau bayi yang

dikandungnya; c) pemakaian antibiotik overdosis, beberapa obat-obatan

antibiotik yang jika diberikan dalam jumlah besar akan mengakibatkan

ketunarunguan atau kecacatan yang lain. Contoh obat-obat tersebut adalah

sterptomycin, dan kanamicin; d) taxoemia, ketika sang ibu sedang

mengandung, karena suatu sebab tertentu sang ibu menderita keracunan pada

darahnya (taxoemia). Kondisi ini dapat berpengaruh pada rusaknya placenta

atau janin yang dikandungnya, akibatnya ada kemungkinan sesudah bayi lahir

aakan menderita tunarungu.

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

2. Ketunarunguan yang terjadi saat lahir (neonatal), yaitu ketunarunguan yang

terjadi saat anak dilahirkan. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan

ketunarunguan yang terjadi pada saat anak dilahirkan antaralain sebagai

berikut: a) lahir premature, premature adalah proses bayi lahir yang terlalu dini

sehingga berat badan dan panjang badannya realatif sering di bawah normal,

dan jaring-jaringan tubuhnya masih sangat lemah, akibatnya anak lebih mudah

terkena anoxia (kekurangan oksigen) yang berpengaruh pada kerusakan inti

cochlea; b) Rhesus Factor, ketunarunguan yang dialami oleh anak-anak yang

dilahirkan bisa jadi karena ketidakcocokan antara rhesus ibu dengan rhesus

anak yang dikandungnya. Ketidakcocokan rhesus tersebut dapat terjadi jika

seorang perempuan memiliki rhesus negatif kawin dengan laki-laki yang

mempunyai rhesus positif maka akan ada kemungkinan anak yang dikandung

mempunyai rhesus positif, seperti yang dimiliki ayahnya, dan tidak sejenis

dengan rhesus ibunya. Akhirnya sel-sel darah merah yang membentuk

antibodi, justru akan merusak sel-sel darah merah anak, dan anak mengalami

kekurangan sel darah merah (anemia), menderita sakit kuning (jaundice).

Ketika anak tersebut lahir akan menderita ketunarunguan. Jadi kesimpulannya,

selama anak yang dikandung, jika jenis rhesus darah anak tidak sesuai dengan

rhesus darah ibu yang mengandungnya, selama itu pula anak yang dilahirkan

akan mengalami abnormalitas (kelainan), dan sebaliknya jika rhesus darah

sesuai maka anak yang dilahirkan akan normal; c) tang verlossing, adakalanya

bayi yang dikandung tidak dapat lahir secara wajar, artinya untuk

mengeluarkan bayi tersebut dari kandungannya mempergunakan pertolongan

atau bantuan alat. Untuk mengatasi kondisi yang demikian biasanya dokter

menggunakan tang dalam membantu lahir bayi. Lahir dengan cara ini memang

dapat berhasil, tetapi tidak jarang mengalami kegagalan yang fatal pada

susunan syaraf pendengaran, akibatnya kemungkinan anak mengalami

ketunarunguan.

3. Ketunarunguan setelah lahir (postnatal), yaitu ketunarunguan yang terjadi

setelah anak dilahirkan oleh ibunya. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan

ketunarunguan yang terjadi setelah dilahirkan antaralain sebagai berikut:

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

a) Penyakit meningitis cerebralis, adalah peradangan yang terjadi pada

selaput otak. Terjadinya ketunarunguan ini karena pada pusat susunan

syaraf pendengaran mengalami kelainan akibat peradangan tersebut. Jenis

ketunarunguan akibat peradangan selaput otak ini biasanya jenis

ketunarunguan perseptif. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya

peradangan yang fatal harus berhati-hati dalam menjaga bagian-bagian

vital di daerah kepala, agar tidak mengalami kecelakaan, seperti jatuh, atau

terkena benturan benda-benda keras, yang akan berakibat fatal.

b) Infeksi, ada kemungkinan sesudah anak lahir kemudian terserang penyakit

campak (measles), thypus, influeza, dan lain-lain. Keberadaan anak yang

terkena akut akan menyebabkan anak mengalami tunarungu persepektif

karena virus-virus akan menyerang bagian-bagain penting dalam rumah

siput (cochlea) sehingga mengakibatkan peadangan.

c) Otitis media, keadaan ini menunjukkan dimana cairan otitits media

(kopoken=jawa) yang berwarna kekuning-kuningan tertimbun di dalam

telinga tengah. Kalau keadaanya sudah kronis atau tidak terobati dapat

menimbulkan gangguan pendengaran, karena hantaran suara yang melalui

telinga bagian tengah terganggu. Pada penderita secretory otitis akan

menderita ketunarunguan konduktif. Bedanya cairan mengental dan

menyumbat rongga telinga bagian tengah, dan terjadi pembesaran adenoid,

sinusitis dan seterusnya sehingga terjadilah alergi pada alat pendengaran.

penyakit ini sering terjadi pada masa anak-anak, satu dari delapan anak

yang diduga mengalami otitis media.

M. Tholib, (dalam http://bintangbangsaku.com/artikel/2009/02/anak-tunarungu/)

mengemukakan pendapat tentang factor penyebab tunarungu sebagai berikut:

1. penyebab tunarungu tipe konduktif:

a. kerusakan/ gangguan yagn terjadi pada telinga luar yang dapat disebabkan

antaralain oleh:

1) tidak terbentuknya lubang telinga bagian luar (atresia meatus skudtikud

externus), dan

2) terjadinya peradangan pada lubang telinga luar (otitis externa)

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

b. keruskan/ gangguan yang terjadi pada telinga tengah, yang dapat disebabkan

antaralain oleh hal-hal berikut:

1) Ruda Paksa, yairu adanya tekanan/ benturan yagn keras pada telinga

seperti karena jatuh tabrakan, tertusukk, dan sebagainya.

2) Terjadinya peradangan/ infeksi pada telinga tengah (otitis media),

3) Otosclerosisi, yaitu terjadinya pertumbuhan tulang pada kaki tulang

stapes,

4) Tympanysclerosis, yaitu adanya lapisan kalsium/ zat kapur pada gendang

dengar (membran timpani) dan tulang pendengaran.

5) Anomali kongenital dari tulang pendengaran atau tidak terbentuknya

tulang pendengarn yang dibawa sejak lahir.

6) Disfungsi tuba eusthachius (saluran yang menghubungakn rongga telinga

tengah dengan rongga mulut), akibat alergi atau tumor pada

nasopharynx.

2. penyebab terjadinya tunarungu tipe sensorineural

a. disebabkan oleh faktor genetik (keturunaan)

b. disebabkan oleh faktor nongenetik antaralain:

1) rubella (campak Jerman)

2) ketidaksesuaian antara darah ibu dan anak

3) meningitis (selaput otak)

4) trauma akustik

Trybus dalam Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996: 32-33)

mengemukakan bahwa “penyebab tunarungu yaitu: 1) keturunan, 2) penyakit

bawaan dari pihak ibu, 3) komplikasi selama kehamilan dan kelahiran, 4) radang

selaput otak, 5) otitis media, dan 6) penyakit anak berupa radang atau luka-luka.

Menurut Moh. Amin dkk (dalam Sardjono, 2000: 10) berdasarkan

waktunya faktor penyebab ketunarunguan adalah sebagai berikut: (1) faktor

sebelum anak dilahirkan (prenatal), (2) faktor saat anak dilahirkan (natal), (3)

faktor sesudah anak dilahirkan (postnatal). Hal tersebut dapat dijelaskan secara

singkat sebagai brikut:

1) Faktor sebelum anak dilahirkan atau masih dalam kandungan (masa prenatal)

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

a) Faktor keturunan (hereditas)

b) Cacar air, campak (rubella, gueman measles)

c) Terjadi taxoemia (keracunan darah)

d) Penggunaan pil kina atau obat-obatan dalam jumlah besar (usaha untuk

mengugurkan kandungan)

e) Kelahiran premature

f) Kekurangan osigen (anoxia)

2) Pada waktu proses kelahiran (masa neonatal)

a) Faktor rhesus (Rh) ibu dan anak tidak sejenis

b) Anak lahir dengan bantuan forcept (alat bantu tang)

c) Proses kelahiran yang terlalu lama

3) Sesudah anak dilahirkan (masa postnatal)

a) Infeksi (measles/ campak)

b) Meningitis (peradangan selaput otak)

c) Otitis media yang kronis

d) Terjadi infeksi pada alat-alat pernafasan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa

terdapat banyak faktor penyebab ketunarunguan, baik ditinjau dari waktu

terjadinya ataupun tempat terjadinya kerusakan indera pendengaran. Faktor-faktor

tersebut saling terkait. Berdasarkan waktu terjadinya, penyebab ketunarunguan

meliputi prenatal (sebelum dilahirkan atau dalam kandungan), neonatal (saat

dilahirkan), dan post natal (sesudah masa kelahiran). Berdasar pada tempat

kerusakannya, ketunarunguan disebabkan oleh kerusakan indera bagian luar,

tengah dan dalam. Penyebab ketunarunguan tersebut bisa terjadi karena

penggunaan obat-obat kimia yang berlebihan, baik disengaja ataupun tidak.

c. Klasifikasi Anak Tunarungu

Anak tunarungu terbagi dalam beberapa klasifikasi. Secara umum,

klasifikasi mereka dibagi dalam tunarungu ringan, sedang, dan berat. Klasifikasi

dari beberapa ahli berbeda-beda tergantung dari segi mana ketunarunguan itu

diklasifikasikan.

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Menurut Moh. Effendi (2006: 63-65) ditinjau dari lokasi terjadinya

ketunarunguan, klasifikasi anak tunarungu dapat dikelompokkan menjadi sebagai

berkut:

1. Tunarungu konduktif

Ketunarunguan tipe konduktif ini terjadi karena beberapa organ yang berfungsi

sebagai penghantar suara di telinga bagian luar, seperti liang telinga, selaput

gendang, serta ketiga tulang pendengaran yang terdapat di telinga bagian dalam

dan dinding-dinding labirin mengalami gangguan. Gangguan pendengaran

yang terjadi pada organ-organ penghantar suara ini jarang sekali melebihi

rentangan antara 60-70 dB dari pemeriksaan audiometer. Oleh karena itu, tipe

tunarungu ini disebut tunarungu konduktif.

2. Tunarungu perseptif

Ketunarunguan perseptif disebabkan oleh terganggunya organ-organ

pendengaran yang terdapat di belahan telinga bagian dalam. Sebagaimana

orang, telinga di bagian dalam memiliki fungsi sebagai alat persepsi dari

getaran suara yang dihantarkan oleh organ-organ pendengaran di belahan

telinga bagian luar dan tengah. Ketunarunguan perseptif ini terjadi jika getaran

suara yang diterima oleh telinga bagian dalam (terdiri dari rumah siput, serabut

syaraf pendengaran, corti) yang bekerja mengubah rangsang mekanis menjadi

rangsang elektris, tidak dapat diteruskan ke pusat pendengaran di otak. Oleh

karena itu, tunarungu tipe ini disebut juga tunarungu saraf (saraf yang

berfungsi untuk mempersepsi bunyi atau suara).

3. Tunarungu campuran

Ketunarunguan tipe campuran ini sebenarnya untuk menjelaskan bahwa pada

telinga yang sama rangkain organ-organ telinga yang berfungsi sebagai

penghantar dan menerima rangsangan suara mengalami gangguan, sehingga

tampak pada telinga tersebut telah terjadi campuran antara ketunarunguan

konduktif dan ketunarunguan perseptif.

Menurut Djoko Shindusakti (1997: 42) ketunarunguan yang dialami oleh

anak tunarungu dikaitkan dengan penyebab derajat ketulian, nilai prognostik dan

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

validitas sosial akibat gangguan pendengaran. Klasifikasi tersebut adalah sebagai

berikut:

Tabel 1. Klasifikasi Anak Tunarungu Dikaitkan dengan Penyebab Derajat

Ketulian, Nilai Prognostik, dan Validitas Gangguan Pendengaran

Jenis Ketulian Pathologi Derajat

Ketulian

Prognostik Sosial

Tuli konduksi Kerusakan telinga

luar dan tengah

Ringan

Sedang

Revesibel

Baik

Baik

Kurang

Tuli syaraf Kerusakan pada

reseptor tegah

Ringan

Sedang

Reversibel

Baik

Kurang

Tuli campuran Kerusakan telinga

luar,tengah,dalam

Berat-total Reversibel

Baik

Kurang

Jelek

Tuli sentral

Tumor, trauma

pendarahan dalam

otak

Berat Irreversible

Jelek

Berdasarkan tingkat keberfungsian telinga dalam mendengarkan bunyi,

Ashman dan Elkins (1994: 2) mengklsifikasikan ketunarunguan ke dalam empat

kategori yaitu:

1. Ketunarunguan ringan (mild hearing impairment), yaitu kondisi dimana orang

masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 20-40 dB (desibel). Mereka

sering tidak menyadari bahwa sering diajak bicara, mengalami sedikit kesulitan

dalam percakapan.

2. Ketunarunguan sedang (moderate hearing impairment), yaitu kondisi dimana

orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 41-65 dB. Mereka

mengalami kesulitan dalam percakapan tanpa memperhatikan wajah

pembicara, sulit mendengar dari kejauhan atau dalam suasana gaduh, tetapi

dapat terbantu dengan alat bantu dengar (hearing aid).

3. Ketunarunguan berat (severe hearing impairment), yaitu kondisi dimana orang

hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 66-95 dB. Mereka sedikit

memahami percakapan pembicara bila mempehatikan wajah pembicara dengan

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

suara keras, tetapi percakapan normal praktis tidak mungkin dilakukannya,

tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar.

4. Ketunarunguan berat sekali (profound hearing impairment), yaitu kondisi

dimana orang hanya dapat mendengar bunyi hanya dengan intensitas 96 dB

atau lebih ke atas. Mendengar percakapan normal tidak mungkin baginya,

sehingga dia sangat tergantung pada komunikasi visual. Sejauh tertentu, ada

yang dapat terbantu dengan alat bantu dengar tertentu dengan kekuatan yang

sangat tinggi (superpower).

Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996: 32) mengklasifikasikan

anak tunarungu menjadi tiga klasifikasi berdasarkan anatomi fisiologisnya, yaitu:

1. Tunarugu konduksi (hantaran), merupakan ketunarunguan yang keruskan atau

tidak berfungsinya alat-alat pengantar getaran suara pada telinga bagian tengah.

Tunarungu konduksi terjadi karena pengurangan intensitas bunyi yang

mencapai telinga bagian dalam, dimana syaraf pendengaran berfungsi.

2. Tunarungu sensorineural (syaraf) merupakan ketunarunguan yang disebabkan

karena kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat pendengaran bagian dalam

syaraf pendengaran yang menyalurkan getaran ke pusat pendengaran pada

Lobus Temporalis.

3. Tunarungu campuran, merupakan ketunarunguan yang pada syaraf

pendengaran, baik bagain luar, tengah, dan dalam.

Berdasarkan tingkat kerusakan atau kehilangan kemampuan

mendengar, menurut Sukaesih tunarungu dibagi menjadi: 1) Sangat ringan, 27- 40

dB; 2) Ringan, 41-44 dB; 3) Sedang, 56-70 dB; 4) Berat, 71-90 dB; 5) Ekstrim, 91

dB keatas tuli. (http://sukaesih21.wordpress.com/2010/05/29/pengertian-anak-

tunarungu/).

Jamila K.A Muhammad (2008:59) berpendapat bahwa, ”terdapat

berbagai faktor yang berkaitan dengan klasifikasi masalah pendengaran, yaitu

tahap kehilangan pendengaran, usia ketika kehilangan pendengaran dan jenis-jenis

masalah kehilangan pendengaran”.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Berdasarkan kepentingan pendidikan Andreas Dwidjosumanto (dalam

Sutjihati Somantri 1996: 74) mengemukakan klasifikasi berdasarkan tingkat

keberfungsian telinga, sebagai berikut:

1. Tingkat I: Kehilangan kemampuan mendengar antara 35 sampai 54 dB,

penderita hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara

khusus.

2. Tingkat II: kehilangan kemampuan mendengar antara 55 sampai 69 dB.

Penderitanya kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus dalam

kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara, dan bantuan latihan

berbahasa secara khusus.

3. Tingkat III: kehilangan kemampuan mendengar antara 70 sampai 89 dB.

4. Tingkat IV: Kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas.

Kirk dan Gallagher (dalam Megawati Iswari, 2007: 58) mengemukakan

tingkatan tunarungu antara lain:

1. tunarungu ringan yang kehilangan kemampuan mendengar 27-40 dB

2. tunarungu sedang yang kehilangan kemampuan mendengar 41-55 dB

3. tunarungu berat yang kehilangan kemampuan mendengar 71-90 dB

4. tunarungu sangat berat yang kehilangan kemampuan mendengar 91 dB ke atas.

Menurut Ocha, ketunarunguan dapat diklasifikasikan berdasarkan

beberapa hal. Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran, ketunarunguan dapat

diklasifikasikan sebagai berikut

a) Tunarungu Ringan (Mild Hearing Loss)

b) Tunarungu Sedang (Moderate Hearing Loss).

c) Tunarungu Agak Berat (Moderately Severe Hearing Loss)

d) Tunarungu Berat (Severe Hearing Loss)

e) Tunarungu Berat Sekali (Profound Hearing Loss)

2. Berdasarkan saat terjadinya, ketunarunguan dapat diklasifikasikan

sebagai berikut.

a) Ketunarunguan Prabahasa (Prelingual Deafness)

b) Ketunarunguan Pasca Bahasa (Post Lingual Deafness)

3. Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis,

ketunarunguan dapat di-klasifikasikan sebagai berikut.

a) Tunarungu Tipe Konduktif

b) Tunarungu Tipe Sensorineural

c) Tunarungu Tipe Campuran

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

4. Berdasarkan etiologi atau asal usulnya ketunarunguan diklasifikasikan

sebagai berikut.

a) Tunarungu Endogen

b) Tunarungu Eksogen

(http://ochamutz91.wordpress.com/2010/05/29/karakteristik-dan-

pendidikan-anak-tuna-rungu/).

Menurut Moh. Effendi (2006: 59-60) berdasarkan kepentingan

pendidikan, secara terinci anak tunarungu dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 20-30 dB (slight loses)

Ciri-ciri anak tunarungu kehilangan pendengaran pada rentangan tersebut

antaralain: (a) kemampuan mendengar masih baik karena berada di garis batas

antara pendengaran normal dan kekurangan pendengaran taraf ringan, (b) tidak

mengalami kesulitan memahami pembicaraan dan dapat mengikuti sekolah

biasa danegan syarat tempat duduknya diperhatiakn, terutama harus dekat

dengan guru, (c) dapat belajar bicara secara efektif dengan melalui kemampuan

pendengarannya, (d) perlu diperhatikan kekayaan perbendaharaan bahasanya

supaya perkembanagan bahasa dan bicaranya tidak terhambat, dan (e)

disarankan yang bersangkutan menggunakan alat bantu dengar untuk

membantu meningkatkan ketajaman daya pendengarannya. Untuk kepentingan

pendidikannya pada anak tunarungu kelompok ini cukup hanya memerlukan

latihan membaca bibir untuk pemahaman percakapan.

2. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 30-40 dB (mild losses)

Ciri-ciri anak kehilangan pendengaran pada rentangan tersebut antaralain: (a)

dapat mengerti percakapan biasa pada jarak sangat dekat, (b) tidak mengalami

kesulitan untuk mengekspresikan isi hatinya, (c) tidak dapat menangkap suatu

percakapan yang lemah, (d) kesulitan menangkap isi pembicaraaan dari lawan

bicaranya, jika berada pada posisi tidak searah dengan pandangannya

(berhadapan), (e) untuk menghindari kesulitan bicara perlu mendapatkan

bimbingan yang baik dan intensif, (f) ada kemungkinan dapat mengikuti

sekolah biasa, namun untuk kelas-kelas permulaan sebaiknya dimasukkan

dalam kelas khusus, dan (g) disarankan menggunakan alat bantu dengar

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

(hearing aid) untuk menambah ketajaman daya pendengarannya. Kebutuhan

layanan pendidikan untuk anak tunarungu kelompok ini yaitu memmbaca bibir,

latihan pendengaran, latihan bicara, artikulasi, serta latiahn kosakata.

3. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 40-60dB (moderate

losses)

Ciri-ciri anak kEhilangan pendengaran pada rentangan tersebut antaralain: (a)

dapat mengerti percakapan keras pada jarak dekat, kira-kira satu meter, sebab

ia kesulitan menangkap percakapan pada jarak normal, (b) sering terjadi mis-

understanding terhadap lawan bicaranya, jika ia diajak bicara, (c) penyandang

tunarungu kelompok ini mengalami kelainan bicara terutama, pada huruf

konsonan. Misalnya huruf konsonan “K” atau “G” mungkin diucapkan menjadi

“T” atau “D”, (d) kesulitan menggunakan bahasa dengan benar dalam

percakapan, (e) perbendaharaan kosakatanya sangat terbatas. Kebutuhan

layanan pendidikan untuk anak tunarungu kelompok ini meliputi latihan

artikulasi, latihan membaca bibir, latihan kosakata serta perlu menggunakan

alat bantu dengar untuk membantu ketajaman pendengarannya.

4. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 60-75 dB (severe losses)

Ciri-ciri anak kehilangan pendngaran pada rentangan tersebut adalah: (a)

kesulitan membedakan suara, dan (b) tidak memiliki kesadaran bahwa benda-

benda yang ada di sekitarnya memiliki getaran suara. Kebutuhan layanan

pendidikannya, perlu lyanan khusus dalam belajar bicara maupun bahasa,

menggunakan alat bantu dengar sebab anak yang tergolong kategori ini tidak

mampu berbicara spontan. Oleh sebab itu, tunarungu ini disebut juga tunarungu

pendidikan, artinya mereka benar-benar dididik sesuai dengan kondisi

tunarungu. Pada instensitas suara mendengar suara keras dari jarak dekat,

seperti gemuruh pesawat terbang, gonggongan anjing, teter mobil, dan

sejenisnya. Kebutuhan pendidikan anak tunarungu kelompok ini perlu latihan

pendengaran intensif, membaca bibir, latihan pembentukan kosakata.

5. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran 75 dB ke atas (profoundly

losses)

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Ciri-ciri anak kehilangan pendengaran pada kelompok ini, hanya dapat

mendengar suara keras sekali pada jarak kira-kira 1 inchi atau sama sekali tidak

mendengar. Biasanya ia tidak menyadari bunyi keras, mungkin juga ada reaksi

jika dekat telinga. Anak tunarungu kelompok ini meskipun menggunakan

pengeras suara, tetapi tetap tidak dapat memahami atau menangkap suara. Jadi,

mereka menggunakan alat bantu dengar atau tidak dalam belajar bicara atau

bahasanya sama saja. Kebutuhan layanan pendidikan untuk anak tunarungu

dalam kelompok ini meliputi membaca bibir, latihan mendengar untuk

kesadaran bunyi, latihan membentuk dan membaca ujaran dengan

menggunakan metode-metode pengajaran yang khusus, seperti tactile

kinestetic, visualisasi yang dibantu dengan segenap kemampuan inderanya

yang tersisa.

Berdasarkan penyebabnya, terdapat tiga jenis ketunarunguan:

1. Conductive loss, yaitu ketunarunguan yang terjadi bila terdapat gangguan pada

bagian luar atau tengah telinga yang menghambat dihantarkannya gelombang

bunyi ke bagian dalam telinga seseorang.

2. Sensorineural loss, yaitu ketunarunguan yang terjadi bila terdapat kerusakan

pada bagian dalam telinga atau syaraf pendengaran yang mengakibatkan

terhambatnya pengiriman pesan berupa bunyi ke otak.

3. Central auditory processing disorder, yaitu gangguan pada sistem syaraf pusat

proses pendengaran yang mengakibatkan individu mengalami kesulitan

memahami apa yang didengarnya meskipun tidak ada gangguan yang spesifik

pada telinganya itu sendiri. Anak yang mengalami gangguan pusat pemrosesan

pendengaran ini mungkin memiliki pendengaran yang normal bila diukur

dengan audiometer, tetapi mereka sering mengalami kesulitan memahami apa

yang didengarnya. Seorang anak dapat juga mengalami kombinasi bentuk-

bentuk ketunarunguan. (http://permanarian16.blogspot.com/2008/04/definisi-

dan-klasifikasi-tunarungu.html).

Uden (dalam Murni Winarsih, 2007: 26) mengklasifikasikan tunarungu

menjadi tiga yaitu:

1) berdasarkan saat terjadinya, meliputi:

a) tunarungu bawaan: terjadi tumarungu sejak lahir

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

b) tunarungu setelah lahir: terjadi tunarungu setelah lahir yang

disebabkan karena kecelakaan atau penyakit

2) berdasarkan tempat kerusakan

a) kerusakan telinga luar dan tengah

b) kerusakan telinga bagian dalam

3) berdasarkan taraf penguasaan bahasa

a) tuli prabahasa: terjadi tunarungu pada saat belum menguasai

bahasa

b) tuli purna bahasa: terjadi tunarungu setelah menguasai bahasa.

Menurut Samuel A.Kirk yang dikutip oleh Permanarian Somad dan Tati

Hernawati (1996: 29) kehilangan pendengaran dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

1. 0 dB : menunjukkan pendengaran yang optimal

2. 1-26 dB : menunjukkan seseorang yang masih mempunyai pendengaran

yang normal

3. 27-40 dB : mempunyai kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang jauh,

membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan

memerlukan terapi bicara (tergolong tunarungu ringan)

4. 41-55 dB : mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi

kelas, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara

(tergolong tunarungu sedang).

5. 56-70 dB : hanya bisa mendengar suara dari jarak dekat, masih

mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara

dengan menggunakan alat bantu mendengar serta dengan cara

yang khusus (tergolong tunarungu agak berat).

6. 71-90 dB : hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang-

kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan luar biasa

yang intensif, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi

bicara secara khusus (tergolong tunarungu berat).

7. 91 dB ke atas : mungkin sadar adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak

bergantung pada penglihatan daripada pendengaran untuk

proses menerima informasi, dan yang bersangkutan dianggap

tuli (tergolong tunarungu berat sekali).

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Berdasar beberapa pendapat tentang klasifikasi anak tunarungu di atas,

penulis menyimpulkan bahwa pada dasarnya anak tunarungau memang luas

cakupannya dan memang harus ditinjau dari berbagai sisi dalam proses

klasifikasi. Klasifikasi anak tunarungu tersebut bertujuan untuk mempermudah

dalam pemberian pelayanan dan pendidikan khusus bagi anak tunarungau, agar

dalam kehidupan baik individu serta sosial dapat berjalan dengan lancar dan

meminimalkan bantuan dari orang lain. Seiring dengan berkembangnya teknologi,

pengklasifikasian anak tunarungupun dapat lebih luas lagi. Pengklasifikasian ini

dibutuhkan sesuai tujuan, baik dalam bidang kesehatan maupun pendidikan.

Pengklasifikasian dalam pendidikan ditujukan untuk memberikan pelayanan

khusus yang mereka butuhkan sesuai dengan derajat kehilangan pendengarannya.

d. Karakteristik Anak Tunarungu

Kehilangan pendengaran yang dialami anak tunarungu berdampak pada

kemiskinan kosakata, kesulitan berbahasa dan berkomunikasi, efeknya dapat

menyebabkan perbedaan yang sangat signifikan tentang apa yang tidak dapat dan

apa yang dapat dilakukan oleh anak tuanrungu maupun anak normal.

Mohammad Effendi (2006: 75) mengemukakan bahwa, “Ada dua hal

penting yang menjadi ciri khas hambatan anak tunarungu dalam aspek

kebahasaanya. Pertama, konsekuensi akibat kelainan pendengaran (tunarungu)

berdampak pada kesulitan dalam menerima segala macam rangsangan bunyi yang

ada di sekitarnya. Kedua, akibat keterbatasannya dalam menerima rangsang bunyi

pada penderita akan mengalami kesulitan dalam memproduksi suara atau bunyi

bahasa yang ada di sekitarnya”.

Andreas Dwidjosumarto (1996: 36) mengemukakan bahwa, ”karena anak

tunarungu tidak bisa mendengar bahasa, kemampuan berbahasanya tidak akan

berkembang bila ia tidak dididik atau dilatih secara khusus. Akibat dari

ketidakmampuanya dibandingkan dengan anak yang mendengar dengan usia yang

sama, maka dalam perkembangan bahasanya akan jauh tertinggal”.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Secara fisik karakteristik anak tunarungu tidak nampak jelas. Permanarian

Somad dan Tati Hernawati (1996: 34-39) melihat karakterisik anak tunarungu dari

beberapa segi:

1) Karakteristik dalam segi intelegensi

Anak tunarungu ada yang memiliki intelegensi tinggi, rata-rata dan rendah

sama seperti halnya anak normal. Akan tetapi intelegensi mereka tidak

mendapatkan kesempatan untuk berkembang, karena pendengaran mereka

terganggu sehingga sedikit sekali informasi yang diperoleh anak tunarungu.

Dengan demikian perkembangan intelegensi anak tunarungu tidak sama

cepatnya dengan anak normal lainnya.

2) Karakteristik bahasa dan bicara

Kemampuan bahasa dan bicara anak tunarungu jauh berbeda dengan

kemampuan bahasa dan bicara anak normal. Hal itu disebabkan karena anak

tunarungu tidak dapat mendengar bahasa, kemampuan bahasanya tidak akan

berkembang jika tidak dididik dan dilatih secara khusus. Perkembangan bahasa

erat kaitannya dengan kemampuan mendengar. Akibat ketidakmampuannya

untuk mendengar dibanding dengan anak normal sebayanya, maka

perkembangan bahasa anak tunarungu tertinggal jauh.

3) Karakteristik dalam segi emosi dan sosial

Tunarungu menyebabkan seseorang terasing dari aturan sosial dan pergaulan

dalam kehidupan masyarakat mereka, maka anak tunarungu mengalami

hambatan dalam perkembangan kepribadian untuk menuju dewasa. Hal

tersebut menimbulkan efek negatif bagi anak tunarungu, seperti:

a) Egosentrisme melebihi anak normal

Karena anak tunarungu mengalami hambatan dalam pendengarannya maka

mereka lebih menggunakan penglihatannya dalam pengamatan, maka anak

tunarungu mempunyai sifat ingin tahu yang besar yang seolah-olah mereka

selalu ingin melihat, hal itu dapat meningkatkan sifat egosentrisme mereka,

bahkan mereka ingin memilikinya, dan bisa terjadi ia langsung merebutnya

dari tangan orang lain.

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

b) Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang luas

Anak tunarungu sering merasa menguasai keadaan yang diakibatkan oleh

pendengaran yang mengalami gangguan, maka ia sering merasa takut dan

khawatir.

c) Ketergantungan terhadap orang lain

Sikap ketergantungan anak tunarungu menunjukkan bahwa ia putus asa dan

ingin mencari bantuan.

d) Perhatian sukar dialihkan

Keterbatasan bahasa menyebabkan keterbatasan berpikir seseorang, pikiran

anak tunarungu terpaku pada hal yang konkrit, seluruh perhatiannya tertuju

pada sesuatu dan sulit untuk melepaskannya karena ia tidak mempunyai

kemampuan lain. Sehingga jalan pikiran anak tunarungu sulit untuk

berpindah ke hal lain yang belum nyata.

e) Pada umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana dan tidak banyak

masalah. Kemiskinan dalam bahasa mengakibatkan anak tunarungu dengan

mudah meyampaiakan perasaan dan apa yang ada dalam pikirannya tanpa

memandang segi-segi yang akan menghalanginya.

f) Mudah marah dan mudah tersinggung

Anak tunarungu sering mengalami kesulitan dalam menyampaikan perasaan

dan apa yang dipikirkan serta kesulitan memahami apa yang disampaikan

orang lain, maka hal tersebut diwujudkan dengan kemarahan.

Sutjihati Sumantri (1996: 74) mengemukakan bahwa ”sudah menjadi

kejelasan bagi kita bahwa hubungan sosial banyak ditentukan oleh komunikasi

antara satu orang dengan oranglain”. Namun bagi anak tunarungu tidaklah

demikian, karena anak ini mengalami hambatan dalam berbicara. Kemiskinana

bahasa membuat dia tidak mampu terlibat baik dalam situasi sosialnya.

Sebaliknya, orang mendengar pada umumnya juga sulit memahami perasaaan dan

pikirannya.

Menurut Sardjono (2000: 41) “karakteristik yang paling cocok dari anak

tunarugu yaitu terhambatnya perkembangan bahasa dan bicara mereka terbatas

pada kosakata dan pengertian kata-kata abstrak”. Hal ini dikarenakan karena

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

mereka hanya melalui penglihatan dalam belajar bahasa. Berdasar hal tersebut

terdapat beberapa karakteristik anak tunarungu antaralain:

1. Perbendaharaan kata yang dimiliki terbatas dibandingkan dengan anak

normal seusianya.

2. Kesulitan mengartikan kata-kata yang mengandung arti kiasan

3. Kesulitan mengartikan kata-kata yang bersifat abstrak

4. Nada bicara kadang tidak teratur, ada yang monoton dan nada tinggi

5. Bicaranya terputus-putus akibat pernafasan dan penguasaan

kosakatanya terbatas

6. Bicaranya cenderung diikuti gerakan anggota tubuh untuk

memperjelas ucapannya.

Menurut Terezinha Nunes, anak-anak tunarungu mempunyai kesempatan

belajar yang seakan-akan tiba-tiba, tanpa tahu asal-usulnya, akibat dari kehilangan

pendengaran mereka. Anak tunarungu memiliki akses yang miskin untuk

memperoleh sumber informasi. Proses belajar yang eakan-akan tiba-tiba mungkin

memberikan kesempatan yang sedikit bagi mereka. Akibatnya, beberapa konsep

yang anak-anak tunarungu pelajari secara “mendadak” di setiap hidupnya

mungkin menjadikan mereka memerlukan suatu bentuk pelajaran yang jelas di

sekolahnya. (www.acfos.org/publication/ourarticles/pdf/acfos3/nunes.pdf).

Cruickshank (dalam Moh. Effendi, 2006) mengemukakan bahwa anak

tunarungu seringkali memperlihatkan keterlambatan dalam belajar dan kadang-

kadang tampak terbelakang. Kondisi ini tidak hanya disebabkan oleh derajat

gangguan pendengaran yang dialami oleh anak saja, melainkan juga tergantung

pada potensi kecerdasan yang dimilikinya. Rangsangan mental serta dorongan

lingkungan di sekitar dapat memberikan kesempatan bagi anak tunarungu untuk

mengembangakan kecerdasanya. Anak tunarungu hanya dapat menunjukkan

kemampuan dalam bidang motorik dan mekanik, serta intelegensi konkrit, tetapi

memiliki keterbatasan dalam intelegensi verbal dan kemampuan akademik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa

anak tunarungu mempunyai karakteristik yang berbeda dengan anak normal pada

umumnya. Perkembangan bahasa anak tunarungau memang sangat terbatas, baik

dari segi perkembangan membaca, bahasa tuli, maupun ujaran. Hal ini merupakan

dampak dari gangguan indera pendengaran mereka. Anak tunarungu sebagai

makhluk sosisalpun mengalami hambatan. Mereka mengalami kesulitan dalam

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

menyesusaikan diri dengan lingkungan orang normal pada umumnya.

Lingkunganpun melihat mereka sebagai individu yang memiliki kekurangan dan

nilainya dianggap sebagai orang yang kurang mampu berkarya. Padahal, pada

dasarnya mereka memerlukan kebersamaan dalam kehidupan sosial dengan orang

normal pada umumnya.

2. Hakekat Prestasi Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha

pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.

Belajar sendiri mempunyai pengertian sebagai suatu yang sangat fundamental

dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku baik perubahan

pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Perubahan tersebut akan membantu

peserta didik untuk memecahkan masalahdalam hidupnya serta dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Menurut Winkell (dalam R. Anggkowo dan A.Kosasih, 2007: 48) belajar

merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi

aktif dengan lingkungan demi menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan

dan berbekas.

Belajar dan mengajar adalah dua proses yang mempunyai hubungan

sangat erat dalam dunia pengajaran. Belajar biasanya dikhususkan kepada peserta

didik dan mengajar kepada guru. Belajar dalam arti luas yaitu suatu proses

perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan

dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai mata pelajaran atau lebih luas lagi

dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman.

Baharudin (2009: 163) mengemukakan bahwa pokok-pokok belajar

adalah perubahan dengan mendapatkan kecakapan baru, latihan atau praktik, dan

adanya perubahan tingkah laku aktual maupun potensial.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Menurut kelompok teori kognitif (dalam Mulyono Abdurrohman, 1999:

34), belajar adalah proses pencapaian perubahan pemahaman (insight),

pandangan, harapan, atau pola berpikir.

Menurut Skinner (dalam R. Angkowo dan A. Kosasih, 2007: 47) belajar

adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung

secara progresif.

Definisi tersebut didukung oleh Mulyono Abdurrohman (1999: 28) yang

berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses dari seorang individu yang

berupaya mencapai tujuan belajar atau yang disebut hasil belajar, yaitu suatu

bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

Morgan (dalam M. Ngalim Purwanto, 2002: 84) mengemukakan bahwa

“belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang

terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman”.

Menurut R. Angkowo dan A. Kosasih (2007: 52) terdapat tiga klasifikasi

proses belajar, yaitu 1) memandang belajar sebagai proses, 2) memandang belajar

sebagai hasil, 3) memandang belajar sebagai fungsi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan pembelajar untuk mencapai

tujuan belajar. Selama proses belajar tersebut terdapat perubahan-perubahan ke

arah yang lebih baik. Perubahan tersebut berupa peningkatan kecakapan,

keterampilan dan sikap yang bersifat relatif dan konstan, sebagai suatu hasil dari

latihan dan pengalaman.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Edgar Dale (dalam Hujair A H Sanaky, 2009: 40) pengalaman

belajar berlangsung dari tingkat yang konkret menuju tingkat yang lebih abstrak.

Pada tingkat yang konkret, seseorang dapat belajar dari kenyataan atau

pengalaman langsung yang bertujuan dalam kehidupan kita. Kemudian meningkat

ke tingkat yang lebih atas menuju puncak kerucut, dalam tingkat yang abstrak

bentuk simbol-imbol. Pembagian tingkatan-tingkatan itu, semata-mata untuk

membantu melihat pengalaman belajar. Kerucut pengalaman yang dikemukakan

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Edgar Dale dengan pola berpikir dari konkrit sampai abstrak adalah sebagai

berikut: (1) Pengalaman langsung dan bertujuan, (2) Pengalaman tiruan yang

diatur, (3) Pengalaman dramatasi, (4) Demonstrasi, (5) Karyawisata, (6) pameran,

(7) televisi, (8) gambar hidup, (9) rekaman radio, gambar tetap, (10) gambar, (11)

simbol visual, (12) verbal.

Menurut Bruner (dalam Mulyono Abdurrohman, 1999: 34) terdapat tiga

tahapan dalam proses Pembelajaran yaitu: (1) Tahapan Enactive adalah

tahap dalam proses belajar yang ditandai oleh manipulasi secara

langsung objek-objek berupa benda atau peristiwa konkrit; (2) tahap

iconic ditandai oleh penggunaan perumpamaan atau tamsilan (imagery);

(3) sedangkan tahapan symbolic ditandai oleh penggunaan simbol dalam

proses belajar.

Menurut Piaget (dalam Mulyono Abdurrohman, 1999: 34)

Perkembangan intelektual meliputi empat tahap berikut: (1) tahap sensori-motorik

(0:0-2:0 tahun), (2) tahap praoperasional (2-7 tahun), (3) tahap operasional

konkret (7-11 tahun), dan (4) tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas).

Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu

melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut

selalu berubah. Adanya interaksi dengan lingkungan tersebut, maka menjadikan

fungsi intelektualnya semakin berubah.

Dua kelompok teori psikologis mempunyai pendapat yang berbeda

tentang proses belajar yaitu kelompok teori behavioristik dan kelompok

teori kognitif. Kelompok teori behavioristik memandang manusia sebagai

makhluk pasif yang dipengaruhi oleh stimulasi dari lingkungan,

sedangkan kelompok teori kognitif memandang manusia sebagai

makhluk aktif yang bebas membuat pilihan. Teori neurologis

menjelaskan bahwa struktur otak merupakan hasil interaksi antara pola

genetik dengan lingkungan (Mulyono Abdurrohman, 1999: 42).

Proses pembelajaran pada seseorang memang bertahap, karena terdapat

tujuan yang ingin dicapai. Bloom (dalam R. Angkowo dan A. Kosasih, 2007: 53-

54) membagi tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan menjadi tiga ranah,

yaitu

1. Ranah kognitif (cognitive domain)

a. Pengetahuan (knowledge)

b. Pemahaman (comprehension)

c. Penerapan (application)

d. Analisa (analysis)

e. Sintesa (synthesis)

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

f. Evaluasi (evaluation)

2. Ranah afektif (affective domain)

a. Penerimaan (receiving)

b. Partisipasi (responding)

c. Organisasi (organization)

d. Pembentukan pola hidup (characterization by or value complex)

3. Ranah psikomotorik (psychomotoric domain)

a. Persepsi (perception)

b. Kesiapan (set)

c. Gerakan terbimbing (guided respon)

d. Gerakan yang terbiasa (mechanical response)

e. Gerakan yang kompleks (complek response)

f. Pesuaian pola gerakan (adjusment)

g. Motivasi belajar (creativity)

Berkenaan dengan hasil belajar, Gagne mengemukakan lima jenis atau

tipe belajar, yakni: 1) belajar kemahiran intelektual (kognitif), 2) belajar informasi

verbal, 3) belajar mengatur kegaiatan intelektual, 4) belajar keterampilan motorik,

5) belajar sikap (R. Angkowo. A. Kosasih, 2007: 54).

Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa proses

belajar pada diri seseorang terjadi secara bertahap dari hal-hal yang bersifat

konkret ke arah yang abstrak. Perkembangan kognitif seseorang berkaitan dengan

struktur otak, sedangkan struktur otak dipengaruhi oleh stimulasi yang diberikan

oleh lingkungan. Setiap proses pembelajaran hendaknya tingkat keberhasilannya

dapat diukur, disamping dapat diukur dari segi prosesnya.

Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut

Clark (dalam R. Angkowo dan A. Kosasih, 2007: 50) hasil belajar peserta didik di

sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dan 30% dipengaruhi

oleh lingkungan.

Menurut R. Angkowo dan A. Kosasih (2007: 50) hasil belajar peserta

didik dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri peserta didik

yang berupa kemampuan peserta didik dan faktor yang datang dari luar.

Berkaitan dengan faktor dalam diri peserta didik selain faktor kemampuan, ada

juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar,

ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisisk dan psikis. Sedangkan faktor

lingkungan yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar adalah kualitas

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

pengajaran. Yang dimaksud kualitas pengajaran adalah efektif tidaknya proses

pembelajaran dalam mencapai tujuan instruksional.

Faktor lain yang turut menentukan hasil belajar yaitu pendekatan belajar.

Ini berkaitan dengan upaya pembelajaran yang meliputi strategi dan metode

pembelajaran. Ketiga faktor ini dalam banyak hal saling berkaitan dan

mempengaruhi satu sama lain.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar seorang peserta

didik. Faktor tersebut adalah faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal

meliputi keadaan lingkungan termasuk di dalamnya adalah penggunaan media

dalam pembelajaran. Penggunaan media sangat efektif dalam meningkatkan hasil

belajar peserta didik. Sedang faktor internal meliputi kemampuan peserta didik,

motivasi, minat dan sebagainya. Kedua faktor tersebut saling terkait dan saling

mendukung.

c. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan tolok ukur bagi keberhasilan seseorang

dalam melakukan suatu usaha. Kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan

manusia pada tingkat dan jenis tertentu memberikan kepuasan tertentu pada

manusia (Moh. Uzer, 2005: 24).

Prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 700)

mempunyai pengertian hasil yang dicapai, dilakukan atau dikerjakan.

Zainal Arifin (1989: 3) mengemukakan prestasi adalah hasil dari

kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaiakn sesuatu hal.

Definisi tersebut didukung oleh Mulyono Abdurrohman (1999: 42) yang

berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah

selesai melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh faktor

yang berasal dari dalam diri anak dan faktor yang berasal dari lingkungan.

Syafir (dalam http://www.syafir.com/2011/02/12/pengertian-prestasi-

belajar) mengemukakan Prestasi belajar adalah segala sesuatu yang dicapai

dimana prestasi itu menunjang kecakapan seorang manusia. Kemudian ada

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

pendapat lain mengatakan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah

berusaha secara intensif sehingga hasil itu merupakan keunggulan.

Menurut Keller (dalam Mulyono Abdurrohman 1999: 39) hasil belajar

adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak.

Adi Nugroho (dalam http://sobatbaru.blogspot.com/2008/06/pengertian-

prestasi-belajar.hml) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil

belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan

ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri

seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi

belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian.

Winkell (1996: 162) mengatakan bahwa “prestasi adalah suatu bukti

keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan

belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”.

S. Nasution (1996: 17) menyatakan prestasi belajar adalah:

“kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berpikir, merasa dan brbuat”.

Menurut Sunarto, Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi

tiga aspek yakni: kognitif, afektif, dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi

kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memeneuhi target dalam kriteria

tersebut”.(http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertia-prestasi-

belajar/).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai dalam bentuk

penilaian. Prestasi Belajar merupakan suatu hasil usaha maksimal seseorang yang

dinyatakan dalam simbol, angka, huruf, dan kalimat dalam periode tertentu.

Prestasi belajar dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi. Hasil evaluasi

menunjukkan tentang tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik.

3. Hakekat Pembelajaran Matematika untuk Anak Tunarungu

a. Hakekat Mata Pelajaran Matematika

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang selalu

diajarkan pada jenjang pendidikan TK, SD, SLTP, hingga SMA bahkan tidak

terkecuali di SLB. Matematika merupakan ilmu yang membutuhkan fungsi kerja

otak karena matematika merupakan ilmu yang berkenaan dengan ide-ide atau

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalaran deduktif yang

membutuhkan pemahaman secara bertahap dan berurutan.

A. Halim menyatakan bahwa matematika didefinisikan sebagai ilmu

tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang

digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

(http://masthoni.wordpress.com/2009/07/12/melihat-kembali-definisi-dan

deskripsi-matematika/).

Menurut Parwoto (2007: 125) matematika adalah ilmu tantang struktur-

struktur abstrak karena penelaahan bentuk-bentuk dalam matematika membawa

matematika itu ke dalam struktur-struktur abstrak pengetahuan. Pengetahuan

matematika merupakan ilmu yang abstrak bagi peserta didik, terlebih bagi peserta

didik tunarungu yang daya abstraksinya rendah.Terdapat banyak alasan perlunya

siswa belajar matematika.

Cornelius (dalam Mulyono Abdurrohman, 1999:253) mengemukakan

lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan

(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan

masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan

dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan

kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap

perkembangan budaya.

Aspek-aspek pemahaman suatu konsep termasuk pemahaman rumus-

rumus dan aplikasinya merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki

peserta didik dalam pembelajaran matematika, akan tetapi dalam kenyataannya

masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan

permasalahan matematika, hal ini dikarenakan pemahaman konsep yang dimiliki

siswa kurang.

Menurut Mulyono Abdurrohman (1999: 257) ada lima kekeliruan yang

dilakukan oleh anak belajar berhitung. Kelima jenis kekeliruan teersebut adalah:

1) Kekurangan pemahaman simbol

2) Kekurangan pemahaman tentang nilai tempat

3) Kekurangan pemahaman dalam melakukan perhitungan

4) Penggunaan proses menghitung yang keliru

5) Kesulitan dalam menulis

Menurut Bruner (dalam Mulyono Abdurrohman, 1999:34) terdapat tiga

tahapan dalam proses Pembelajaran Matematika, yaitu: (1) Tahapan Enactive

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

adalah tahap dalam proses belajar yang ditandai oleh manipulasi secara langsung

objek-objek berupa benda atau peristiwa konkret; (2) tahap iconic ditandai oleh

penggunaan perumpamaan atau tamsilan (imagery); (3) sedangkan tahapan

symbolic ditandai oleh penggunaan simbol dalam proses belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas, bila

dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain maka pembelajaran matematika

sebaiknya tidak disamakan dengan ilmu yang lain. Mata pelajaran matematika

berperan sangat penting untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan

sehari-hari, untuk itu setiap anak yang mengenyam pendidikan berhak

mendapatkan mata pelajaran matematika, tidak terkecuali anak SLB. Keyakinan

peserta didik mengenai kecakapan atau kemampuan mengerjakan matematika

dan memahami sifat-sifat matematika mempunyai pengaruh yang penting

terhadap penyelesaian soal. Gurupun mempunyai peran serta dalam penanaman

konsep matematika, karena merekalah yang menyampaiakn materi. Guru yang

tepat adalah yang menyampaikan materi berdasar pada tahapan-tahapan

perkembangan kognitif anak.

Kemampuan berhitung dalam pembelajaran matematika sangat penting.

Kemampuan berhitung sendiri terdiri dari kemampuan yang bertingkat dari

kemampuan dasar sampai kemampuan lanjut. Oleh karena itu, kesulitan berhitung

dapat dikelompokkan menurut tingkatan, yaitu kemampuan dasar berhitung,

kemampuan dalam menentukan nilai tempat, kemampuan melakukan operasi

penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan dan pengurangan dengan atau

tanpa teknik meminjam, kemampuan memahami konsep perkalian dan

pembagian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian di bawah.

1. Kemampuan dasar berhitung, terdiri atas:

a) Mengelompokkan (classification), yaitu kemampuan mengelompokkan

objek sesuai warna, bentuk, maupun ukurannya. Objek yang sejenis

dikelompokkan dalam suatu himpunan, misalnya himpunan kursi, himpunan

kelereng merah, himpunan bola besar, dan lain-lain. Pada anak yang

kesulitan mengklasifikasi, anak tersebut kesulitan menentukan bilangan

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

ganjil dan genap, bilangan cacah, bilangan asli, bilangan pecahan, dan

seterusnya.

b) Membandingkan (comparation), yaitu kemampuan membandingkan atau

kuantitas dari dua buah objek. Misalnya:

(1) Penggaris A lebih panjang dari penggaris B

Penggaris A Penggaris B

Gambar 1. Penggaris

(2) Bola X lebih kecil dari Bola Y

Bola X Bola Y

Gambar 2. Bola

(3) Meja Merah lebih banyak dari meja Biru, dan seterusnya.

Meja Merah

Meja Biru

Gambar 3. Meja

c) Mengurutkan (seriation), yaitu kemampuan membandingkan ukuran atau

kuantitas lebih dari dua buah objek. Pola pengurutannya sendiri bisa dimulai

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

dari yang paling minimal ke yang paling maksimal atau sebaliknya.

Contohnya:

(1) Penggaris A paling pendek, Penggaris B agak panjang, dan Penggaris C

paling panjang;

Penggaris A

Penggaris B

Penggaris C

Gambar 4. Penggaris

(2) Bola X paling besar, Bola Y lebih kecil, dan Bola Z paling kecil;

Bola X Bola Y Bola Z

Gambar 5. Bola

(3) Meja Merah paling banyak, Meja Biru lebih sedikit, dan Meja Ungu

paling sedikit;

Meja Merah

Meja Biru

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Meja Ungu

Gambar 6. Meja

(4) 5 – 4 – 3 atau 20 – 40 – 70 – 80 – 100; dan seterusnya.

(5) Menyimbolkan (simbolization), yaitu kemampuan membuat simbol

atas kuantitas yang berupa angka/bilangan (0-1-2-3-4-5-6-7-8-9) atau

simbol tanda operasi dari sebuah proses berhitung seperti tanda +

(penjumlahan), - (pengurangan), x (perkalian), atau ÷ pembagian), <

(kurang dari), > (lebih dari), dan = (sama dengan) dan lain-

lain.Penguasaan simbol-simbol tanda ini akan berguna saat anak

melakukan operasi hitung.

d) Konservasi, yaitu kemampuan memahami, mengingat, dan menggunakan

suatu kaidah yang sama dalam proses/operasi hitung yang memiliki

kesamaan. Bentuk konkret dari konservasi adalah penggunaan rumus atau

kaidah suatu operasi hitung. Dalam sebuah operasi hitung berlangsung

proses yang serupa untuk objek kuantitas yang berbeda. Misalnya dengan

memahami konsep penjumlahan anak akan tahu bahwa 2+5 adalah 7 dan

4+9 adalah 13; karena meskipun jumlah angkanya berbeda tetapi pola

hitungannya sama. Anak akan mengalami kesulitan saat menterjemahkan

kalimat bahasa menjadi kalimat matematis pada soal cerita.

(6) Kemampuan dalam menentukan nilai tempat;

Dalam berhitung/matematis, pemahaman akan nilai tempat adalah sesuatu

yang penting, karena bilangan ditentukan nilainya oleh urutan atau posisi

suatu angka di antara angka lainnya. Dalam matematika, bilangan yang

terletak di sebelah kiri nilainya lebih besar dari bilangan di sebelah kanan.

Misalnya pada bilangan 15; angka ”1” nilainya adalah 1puluhan sedangkan

angka ”5” adalah ”5 satuan”. Konsep nilai puluhan dan satuan melekat pada

posisi/tempatnya masing-masing. Begitu juga nilai ratusan, ribuan,

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

puluhribuan, dan seterusnya. Pemahaman mengenai konsep nilai tempat

juga penting dalam operasi hitung. Pada operasi penjumlahan konsep ini

akan mengarahkan penentuan berapa nilai yang disimpan, sedangkan

operasi pengurangan konsep nilai tempat akan mengarahkan penentuan

berapa nilai yang dipinjam.

(7) Kemampuan melakukan operasi penjumlahan dengan atau tanpa teknik

menyimpan; dan pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam. Anak

yang tidak menguasai tahapan konservasi akan kesulitan melakukan operasi

hitung. Anak yang belum menguasai konsep nilai tempat akan mengalami

kesulitan dalam proses operasi hitung penjumlahan dengan menyimpan atau

pengurangan dengan meminjam. Erna Maryati, 2010 dalam

(http://ernamaryati.blogspot.com.2010/11/penjumlahan-dan-pengurangan-

untuk-kelas.html).

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa kemampuan operasi hitung pada anak terjadi secara bertahap meliputi lima

tahap dasar, membandingkan, mengurutkan, simbolisasi, konservasi, menentukan

nilai tempat, dan kemampuan operasi penjumlahan. Kemampuan operasi hitung

tersebut saling terkait dan setiap tahapan harus sudah sangat dipahami peserta

didik untuk melanjutkan tiap tahap berhitung berikutnya. Operasi penjumlahan

meliputi operasi penjumlahan dengan dan tanpa teknik menyimpan, sedang

operasi pengurangan meliputi dengan dan tanpa teknik meminjam.

b. Hakekat Mata Pelajaran Matematika untuk Anak Tunarungu

Tahapan pembelajaran matematika untuk anak tunarungu tidak berbeda

dengan anak yang mendengar. Anak tunarungu memiliki tingkat kecerdasan yang

tidak berbeda dengan anak yang mendengar.

Anak tuli tidak semuanya lemah dalam matematika dibanding anak yang

mendengar. Kira-kira 15% dari anak-anak tuli berat menunjukkan hasil tes yang

standar pada usia rata-rata mereka. Jika kehilangan pendengaran menyebabkan

kesulitan matematika secara langsung, maka tidak akan ada anak tuli yang

menunjukkan prestasi yang memadai pada usia rata-rata mereka. Peserta didik tuli

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

tampil di atas rata-rata atau rata-rata di tingkat tes yang diadakan untuk standar

anak normal. Apabila gangguan pendengaran adalah penyebab langsung dari

kesulitan dalam matematika, maka tidak ada peserta didik tunarungu yang

menampilkan tingkat prestasi yang memadai untuk usia mereka. Wood dan

Howard (dalam www.acfos.org/publication/ourarticles/pdf/acfos3/nunes.pdf)

Gangguan pendengaran tidak dapat diperlakukan sebagai penyebab

langsung kesulitan dalam matematika, tetapi sebagai faktor risiko.

Beberapa temuan dalam literature menunjukkan bahwa gangguan

pendengaran bukanlah penyebab langsung kesulitan dalam matematika.

Terdapat dua alasan gangguan pendengaran tidak menyebabkan lansung

kesulitan matematika. Alasan tersebut adalah Pertama tidak semua

peserta didik tunarungu lebih lemah dalam matematika dibanding

dengan peserta didik yang mendengar. Kedua, kebanyakan studi telah

menemukan tidak ada korelasi atau hanya sangat kecil korelasi antara

tingkat gangguan pendengaran dan pencapaian matematika. Hasil ini

menunjukkan bahwa gangguan pendengaran bukanlah penyebab

langsung dari kesulitan dalam matematika. Nunes dan Morene (dalam

www.acfos.org/publication/ourarticles/pdf/acfos3/nunes.pdf)

Materi pembelajaran matematika di sekolah dasar dengan sekolah luar

biasa khususnya untuk anak tunarugu tidak jauh berbeda. Mata pelajaran

matematika pada satuan pendidikan Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu

meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Bilangan

2. Geometri dan Pengukuran

3. Pengolahan Data

Berdasar hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa anak tunarungu

intelegensinya tidak jauh berbeda dengan anak mendengar. Anak tunarungu

mampu berprestasi dalam mata pelajaran matematika. Ketunarunguan bukan

penyebab langsung terhadap rendahnya prestasi belajr matematika. Penggunaan

media yang tepat mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik tunarungu.

Kognitif anak cacat pendengaran atau anak-anak tunarungu tidak

berbeda dari rekan-rekan mendengarnya dan ada bukti yang menunjukkan bahwa

anak-anak tunarungu dalam mempelajari konsep dengan urutan yang sama dan

dengan cara yang sama sebagaimana yang dilakukan anak-anak mendengar.

Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa anak-anak gangguan

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

pendengaran secara keseluruhan dalam semua pembelajaran termasuk

pembelajaran matematika, umumnya tertunda karena dasar bahasa terbatas.

Ketika konsep-konsep matematika diajarkan visual maka anak dengan gangguan

pendengaran lebih mudah untuk memahami. Anak gangguan pendengaran yang

berorientasi visual, lebih cenderung lebih mudah untuk beradaptasi dengan bentuk

tertulis dibanding dengan seorang anak mendengar karena mereka lebih terfokus

pada hal-hal visual. Anak-anak tunarungu lebih mungkin untuk mencoba, dan

pada waktunya mengerti, masalah matematika ketika mereka menggunakan

tangan dan visual menjalankan kegiatan matematika dan sumber daya. Elizabeth

(dalam http://www.ttaconline.org/staff/sol/scideaf.html)

Nunes dan Moreno mengidentifikasi dua kesulitan khusus peserta didik

tunarungu yang dapat menjelaskan mengapa mereka berisiko untuk

berprestasi rendah dalam matematika. Pertama, anak-anak tunarungu

memiliki kesempatan lebih sedikit untuk belajar. Mereka belajar secara

insidentil sebagai konsekuensi dari gangguan pendengaran mereka.

Tunarungu pada anak muda, menyebabkan mereka tidak memiliki akses

terhadap banyak sumber informasi misalnya melalui radio, dan

percakapan di meja makan malam. Mereka hanya dapat belajar secara

insidental yang menbuat mereka menderita karena kurangnya

kesempatan.

(www.acfos.org/publication/ourarticles/pdf/acfos3/nunes.pdf).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa gangguan pendengaran bukan merupakan penyebab langsung kesulitan dan

rendahnya prestasi matematika anak tunarungu. Gangguan pendengaran tersebut

hanya sebuah faktor resiko, karena pada kenyataannya mereka memiliki

intelegensi rata-rata atau bahkan di atas rata-rata dan tidak berbeda dengan anak

yang mendengar. Prestasi belajar matematika mereka akan meningkat bahkan di

atas rata-rata apabila di dalam pembelajaran matematika penyampaianya

dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi pembelajaran dan media yang

sesuai dengan karakteristik dan perkembangan tahapan intelegensi mereka. Materi

akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik dengan gangguan pendengaran

apabila media yang digunakan bersifat visual.

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

4. Hakekat Media Animasi Kantong Hitung

a. Pengertian Media

Media merupakan suatu bagian yang disatukan dari penyajian pelajaran,

yang memberikan sumbangan unik untuk mencapai tujuan pelajaran secara

umum. Media pembelajaran dapat menghasilkan atau mendekati realitas, dapat

mengganti kata-kata yang merupakan lambang tidak sempurna. Hal ini dapat

mudah membantu meningkatkan dan merangsang minat dari sebuah kelas yang

apatis. Media-media pembelajaran juga mempunyai hubungan nilai hiburan serta

tidak memperkecil arti pokok pelajarannya, tetapi justru membantu memperjelas

konsep yang akan disampaikan.

Menurut R. Angkowo dan A. Kosasih (2007: 10) Kata media berasal dari

bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau

pengantar. Tetapi secara lebih khusus, pengertian media dalam proses

pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau

elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali

informasi verbal atau visual. Media juga dapat diartikan sebagai segala

sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga dapat

terdorong dalam proses pembelajaran.

Menurut Gagne (dalam Hujair AH Sanaky, 2004:3) media adalah

berbagai jenis komponen atau sumber belajar dalam lingkungan pembelajar yang

dapat merangsang pembelajar untuk belajar.

R. Angkowo dan A. Kosasih (2007:11) merumuskan media adalah segala

sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang

pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan peserta didik

sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri peserta didik.

Tujuan utama penggunaan media pembelajaran ini, adalah agar konsep-

konsep dan ide dalam matematika yang sifatnya abstrak dapat dikaji, dipahami,

dan dicapai oleh penalaran peserta didik, terutama peserta didik yang masih

memerlukan bantuan alat yang sifatnya nyata, terlihat dengan jelas dalam

menangkap ide atau konsep yang diajarkan. Setiap media yang digunakan oleh

guru matematika dalam proses pengajarannya harus berdasarkan tujuan

intruksional yang telah disusun. Artinya tujuan itulah yang menentukan media

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

karena materi yang disajikan didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai, maka

dengan sendirinya media tersebut harus mengandung ide-ide atau konsep-konsep

yang terkandung dalam materi tersebut.

Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2005: 15) mengemukakan bahwa,

“pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan

motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa

pengaruh psikologis terhadap siswa”

Azhar Arsyad (2005: 15) menyatakan bahwa, “dalam suatu proses belajar

mengajar, ada dua unsur yang amat penting yaitu metode mengajar dan media

pembelajaran”.

Mc Luhan (dalam Basuki Wibawa, 2001: 11) bahwa “Media sangat luas

sehingga mencakup semua alat komunikasi dari seorang ke orang lain yang tidak

ada di hadapannya’.

Definisi tersebut didukung oelh Romiszowski (dalam Basuki Wibawa,

2001: 12) yang berpendapat bahwa “Media adalah pembawa pesan yang berasal

dari suatu sumber pesan (yang berupa orang atau benda) kepada penerima pesan.

Gerlach dan Ely (dalam Azhar Arsyad, 2005:23) berpendapat bahwa

media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau

kejadian yang membangaun kondisi yang membuat siswa mampu

memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian

ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara

lebih khusus, pengertain media dalam proses belajar mengajar cenderung

diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk

menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual verbal.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan

bahwa media memiliki makna yang sangat luas. Media merupakan alat yang

digunakan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran agar materi yang

disampaikan lebih dapat dipahami oleh peserta didik. Penggunaan media yang

menarik mampu meningkatkan prestasi peserta didik. Keberhasilan penggunaan

media untuk meningkatkan prestasi siswa tergantung pada isi pesan, cara

menjelaskan pesan, dan karakteristik penerima pesan. Ditinjau dari bidang

pendidikan, utamanya dalam proses belajar mengajar, maka dapat disimpulkan

bahwa media adalah alat yang berfungsi sebagai pembawa pesan baik berupa

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

benda mati maupun makhluk hidup, sedang penerima pesan adalah peserta didik.

Media ini berinteraksi dengan peserta didik melalui indera peserta didik.

Penggunaaan media sangat berpengaruh terhadap peningkatan prestasi

belajar bagi anak tunarungu. Proses belajar mengajar akan lebih variatif dan

kreatif jika menggunakan media pembelajaran. Begitu juga dalam mata pelajaran

matematika, terlebih lagi bagi anak tunarungu. Mereka sangat membutuhkan

media sebagai alat bantu dalam memvisualisasikan hal-hal yang bersifat abstrak,

terutama yang terkandung dalam materi.

b. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran terbagi menjadi beberapa kategori. Ada yang

melihat dari aspek fisiknya dan ada yang melihat dari sisi panca indera.

Berdasarkan jenisnya, Hujair AH Sanaky (2009: 21-22) mengklasifikasikan

media menjadi tiga, yaitu: a) media audio, yaitu media yang digunakan dengan

mengandalkan pendengaran, b) media visual, yaitu media yang digunakan dengan

mengandalkan penglihatan, c) media audio visual, yaitu media yang digunakan

dengan mengandalkan penglihatan dan pendengaran.

Menurut R. Anggkowo dan A.Kosasih (2007: 13-14) media dibagi

menjadi tiga jenis yaitu, (1) media grafis, termasuk di dalamnya media

visual, yakni pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-

simbol komunikasi visual, (2) media audio, media jenis ini berkaitan

dengan indera pendenaran, (3) media proyeksi diam, media jenis ini

mempunyai persamaan dengan media grafis dalam arti menyajikan

rangsangan-rangsangan visual. Perbedaannya, media grafis dapat secara

langsung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan.

Sedangkan, proyeksi diam, pesan tersebut haus diproyeksikan dengan

proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran.

Menurut Heinich, Molenda, Russel (dalam R. Anggkowo dan A.

Kosasih, 2007: 12) jenis media yang lazim dipergunakan dalam pembelajaran

antaralain: media nonproyeksi, media proyeksi, media audio, media gerak, media

komputer, komputer multimedia, hipermedia, dan media jarak jauh.

Media pembelajaran menurut Hujair AH Sanaky (2009:38)

diklasifikasikan sebagai berikut:

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

a. Bahan yang mengutamakan kegaitan membaca atau dengan menggunakan

simbol-simbol kata dan visual (bahan-bahan cetakan dan bacaan).

b. Alat-alat audio-visual, alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini, yaitu:

c. Media yang menggunakan teknik atau masinal, yaitu slide, film strif, film

rekaman, radio, televisi, video, VCD, labolatorium elektronik, dll.

d. Kumpulan benda-benda (material collections)

e. Contoh-contoh kelakuan, perilaku pengajar

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa terdapat tiga klasifikasi dan jenis media, yaitu media audio, media visual

dan media audio visual, yang masing-masing terdiri dari berbagai jenis dan

contoh. Berdasarkan klasifikasi dan jenisnya tersebut penggunaan media dalam

pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta

didik, karena penggunaan media dalam pebelajaran dapat membangkitkan

motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, membangkitkan keinginan dan minat

yang baru, bahkan membawa pengaruh terhadap psikologis peserta didik.

c. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat digunakan untuk menciptakan komunikasi

yang efektif antara guru dan peserta didik. Media pembelajaran dapat digunakan

sebagai alat bantu dalam proses belajar-mengajar, baik di dalam maupun diluar

kelas. Media pembelajaran mengandung aspek-aspek alat dan teknik yang sangat

erat pertaliannya dengan metode mengajar.

Tiap-tiap media memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh

pemakainya. Pengenalan jenis media dan karakteristiknya merupakan salah satu

faktor dalam penentuan pemilihan media.

Menurut R. Anggkowo dan A.Kosasih (2007:12) dalam memilih media

orang perlu memperhatikan tiga hal, yaitu:

1. Kejelasan maksud dan tujuan pemilihan tersebut;

2. Sifat dan ciri-ciri media yang akan dipilih;

3. Adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan karena pemilihan media

pada dasarnya adalah proses pengambilan keputusan akan adanya alternatif

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

pemecahan yang dituntut oleh tujuan. Kecuali prinsip-prinsip tersebut, ada juga

norma atau patokan yang bisa dipakai dan digunakan pada proses pemilihan

tersebut.

Proses pemilihan media tidak sama dengan pemilihan buku pegangan

dalam pembelajaran. Pemilihan buku pegangan perlu memperhatikan kebutuahn

dan kemampuan peserta didik yang akan diajar. Menurut Wilkinson (dalam R.

Anggkowo dan A. Kosasih, 2007:14) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam memilih media pembelajaran, yakni: (1) tujuan, media pembelajaran

hendaknya menunjang tujuan pembelajaran yang dirumuskan, (2) ketepatgunaan,

(3) keadaan peserta didik, media akan efektif digunakan apabila tidak tergantung

dari beda interindividual antara peserta didik, (4) ketersediaan, (5) biaya.

Azhar Arsyad (2005: 75) mengungkapkan bahwa kriteria pemilihan

media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari system

instruksional secara keseluruhan. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang patut

diperhatiakn dalam memilih media, yaitu:

a) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

b) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang bersifat fakta, konsep, prinsip, atau

generalisasi.

c) Praktis, luwes, bertahan.

d) Guru terampil menggunakannya.

e) Mengelompokkan sasaran.

f) Mutu teknis.

Menurut Canei, R. Springfield, dan Clark (dalam R. Anggkowo dan A.

Kosasih, 2007:15) dasar pemilihan alat bantu visual adalah memilih alat bantu

yang sesuai dengan kematangan, minat, dan kemampuan kelompok.

Berdasarkan beragam pernyataan di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa dalam menggunakan media pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan

tujuan pembelajaran, karakteristik dan kebutuhan individual peserta didik,

kesesuaian dengan materi, ketersediaan, biaya, kemampuan guru dalam

mengoperasionalkan media, serta kualitas media yang digunakan.

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

d. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki manfaat dan fungsi yang besar terhadap

tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut Hujair A H Sanaky (2009: 4) manfaat

media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah sebagai

berikut:

1) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan

motivasi dan belajar siswa

2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami

pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran

dengan baik,

3) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal

melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan

pengajar tidak kehabisan tenaga,

4) Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan penjelasan daripengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang

dilakukan seperti: mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.

Manfaat media pembelajaran menurut Kemp dan Dyton (dalam Azhar

Arsyad, 2005: 21-22) antaralain: 1) meminimalkan perbedaan penafsiran baik

dari guru maupun dari siswa, 2) media dapat disossialisasikan sebagai penarik

perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan, 3) pembelajaran

menjadi lebih interaktif dengan dirterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip

psikologis yang diterima dalam hal partisispasi peserta didik, umpan balik, dan

pengautan, 4) mempersingkat lama waktu pelajaran, 5) meningkatkan kualitas

pembelajaran, 6) pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimanapun diinginkan,

7) meningkatkan sikap positif peserta didik terhadap pembelajaran, 8) mengubah

guru menjadi positif dalam pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

manfaat media pembelajaran adalah untuk memudahkan penerima pesan yaitu

peserta didik dalam menerima dan memahami konsep materi yang disampaikan

untuk mencapai hasil pembelajaran yang amksimal. Penggunaan media pada

tahap orientasi pembelajaranakan sangat membantu kefektifan proses

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi pelajaran saat itu. Selain itu,

pembelajaran bermedia dapat membantu peserta didik meningkatkan pemahaman,

menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran, serta

memadatkan imformasi.

Menurut Arief S. Sadiman, dkk (1986: 16-17) secara umum media

pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalist (dalam bentuk

kata-kata tertulis atau lisan belaka),

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera

3) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat

diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk

menimbulkan kegairahan belajar, memungkinkan interaksi yang lebih langsung

antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan, memungkinkan anak

didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan

pengalaman yang berbeda, sedankan kurikulum dan materi pendidikan

ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami

kesulitan bilaman semuanya itu harus diatasi sendiri.

Menurut AH Sanaky (2009: 6) media pembelajaran berfungsi untuk

merangsang pembelajaran dengan:

1. Menghadirkan obyek sebenarnya dan obyek yang langkah,

2. Membuat duplikasi yag sebenarnya dari obyek sebenarnya,

3. Membuat konsep abstrak ke konsep konkret,

4. Memberi kesamaan persepsi,

5. Mengatasi hambatan waktu, jumlah, dan jarak,

6. Menyajikan ulang informasi secara kosisten, dan

7. Memberi suasana belajar yang tidak tertekan, santai, dan menarik,

sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa

fungsi dari media pembelajaran adalah menampilkan serangkaian peristiwa secara

nyata yang penyajiannya dalam waktu singkat , serta mampu mengurangi

penyampaian materi dalam bentuk verbalisme. Tujuan utama penggunaan media

pembelajaran ini, adalah agar konsep-konsep dan ide dalam matematika yang

sifatnya abstrak dapat dikaji, dipahami, dan dicapai oleh penalaran peserta didik,

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

terutama peserta didik yang masih memerlukan bantuan alat yang sifatnya nyata,

terlihat dengan jelas dalam menangkap ide atau konsep yang diajarkan. Setiap

media yang digunakan oleh guru matematika dalam proses pengajarannya harus

berdasarkan tujuan intruksional yang telah disusun. Artinya tujuan itulah yang

menentukan media karena materi yang disajikan didasarkan pada tujuan yang

ingin dicapai, maka dengan sendirinya media tersebut harus mengandung ide-ide

atau konsep-konsep yang terkandung dalam materi tersebut.

e. Pengertian Media Animasi Kantong Hitung

Pengertian anaimasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas,

1990: 53) tersurat bahwa “Animasi adalah acara televisi yang berbentuk

rangakaian lukisan atau gambar yang digerakkan secara mekanik elektroniks

sehingga tampak di layar menjadi bergerak”.

Menurut Reiber “bagian penting lain pada multimedia adalah animasi.

Animasi dapat digunakan untuk menarik perhatian peserta diklat jika digunakans

ecara tepat, tetapi sebaliknya animasi juga dapat mengalihkan perhatian dari

substansi materi yagn disampaikan ke hiasan animatif yang justru tidak penting”.

(http.//biologi-staincb.web.id/blog/artikel-pendidikan).

Animasi merupakan sebuah media yang tidak terlepas dari bantuan

komputer dan multimedia. Kata animasi berasal dari kata animation yang berasal

dari kata dasar to anime di dalam kamus Indonesia inggris berarti menghidupkan.

Secara umum animasi merupakan suatu kegiatan menghidupkan,menggerakkan

benda mati. Penggunaaan komputer untuk menyajikan bahan-bahan pembelajaran

sebagai pengganti buku teks dengan suatu variasi pembelajran yang terprogram

disebut pembelajaran dengan media komputer (Compter Assisted Instruction).

Berdasar beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa proses

belajar mengajar akan lebih variatif dan kreatif jika menggunakan media

pembelajaran. Begitu juga dalam mata pelajaran Matematika, terlebih lagi bagi

anak tunarungu. Mereka sangat membutuhkan media sebagai alat bantu dalam

memvisualisasikan hal-hal yang bersifat abstrak, terutama yang terkandung dalam

soal-soal abstrak.

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan menggunakan media yang

sesuai dengan materi penjumlahan dan pengurangan yaitu berupa animasi kantong

hitung. Media animasi kantong hitung ini di dalamnya terdapat kantong puluhan

dan kantong satuan.

5. Penggunaan Media Animasi Kantong Hitung pada

Pembelajaran Matematika Materi Penjumlahan dan

Pengurangan Anak Tunarungu

Media animasi kantong hitung merupakan media animasi yang berisi

gambar-gambar animasi tiga dimensi yang dapat bergerak otomatis yang berupa

kantong-kantong hitung beserta lidi-lidi. Setiap penambahan dan pengurangan lidi

dalam kantong tersebut, maka lidi akan berkurang secara otomatis. Proses

berkurang dan bertambahnya lidi tersebut akan nampak secara visual sehingga

menguntungkan anak tunarungu yang inderanya terbatas pada visual. Proses

penjumlahan danpengurangan tersebut tidakhanya dapa tdibayangkan oleh anak

tunarungu, melainkan dapat dilihat langsung. Kantong-kantong tersebut terdiri

dari kantong satuan dan kantong puluhan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 7. Animasi Kantong Hitung

Materi mata pelajaran matematika yang disampaikan dalam penelitian ini

meliputi:

1. Penjumlahan tanpa teknik memnyimpan

Misal: 31 + 53 = 84

24 + 42 = 66

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

2. Pengurangan tanpa teknik meminjam

Misal: 83 = 80 + 3

62 = 60 + 2

20 + 1 = 21

3. Penjumlahan dengan teknik menyimpan

Misal: 53 = 50 + 3

37 = 30 + 7

90 + 0 = 90

4. Pengurangan dengan teknik meminjam

Misal:62

17

45

Cara kerja media aniamsi kantong hitung tersebut adalah sebagai berikut:

Misal: 61

19

42

Gambar 8. Animasi Kantong Hitung

Keterangan: Di tempat satuan ada 1 lidi, di tempat puluhan ada 6 lidi. Di tempat

satuan ada 1 lidi dikurangi 9 lidi tidak bisa, maka pinjam 1 lidi

bilangan di depannya, yaitu dari tempat puluhan. Bilangan di

depannya puluhan, maka satu lidi bernilai 10 (IIIIIIIIII). Kantong

tersebut jumlah lidinya akan berubah karena sudah ditambah dan

dikurangi, kantong tersebut berubah seperti gambar berikut:

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Gambar 9. Animasi Kantong Hitung

Keterangan: ditempat satuan yang semula berjumlah 1 lidi menjadi 11 lidi

kaarena mendapat pinjaman 1 lidi dari kantong puluhan yang

bernilai 10. Sedangkan, Ditempat puluhan lidi menjadi 5 karena

dipinjam 1 lidi oleh tempat satuan. Setelah dipinjam maka proses

pengurangan berlangsung, nampak sepaerti gambar berikut:

Gambar 10. Animasi Kantong Hitung

Keterangan : di tempat semula, tempat Satuan terdapat 11 lidi dikurang 9 sama

dengan 2 lidi. Di tempat puluhan masih 5 lidi dikurangi 1 lidi sama

dengan 4 lidi.

Jadi 61 – 19 = 42

Berdasarkan pemaparan proses penggunaan media animasi kantong

hitung tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa proses penjumlahan dan

pengurangan dua bilangan tersebut akan sangat terlihat proses bagaimana awal

dan akhirnya. Hal ini sangat menguntungkan anak tunarungu. Hasil penjumlahan

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

dan pengurangan tersebut tidak nampak mendadak ataupun insidental tetapi

tergambarkan dengan visual proses dan langkah-langkahnya.

B. Kerangka Berpikir

Tunarungu merupakan suatu keadaaan kehilangan pendengaran yang

mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama

melalui indera pendengaran. Akibat dari adanya gangguan tersebut, akan

mengakibatkan gangguan pada fungsi pendengaran.

Berdasar pada hambatan anak tunarungu dalam berkomunikasi secara

verbal, maka penggunaan media pembelajaran bagi anak tunarungu, harus sesuai

dengan ciri ketunarunguan dan karakteristik mereka. Media pembelajaran

hendaknya bertahap sesuai dengan kemampuan kognitif mereka. Media

pembelajaran hendaknya diawali dengan penggunaan media yang kongkrit baru

abstrak. Peneliti, dalam penelitian ini akan menggunakan media animasi kantong

hitung dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan.

Berikut kerangka berpikir peneliti:

Gambar 11. Alur Kerangka berpikir

Kondisi awal: peserta didik tunarungu mengalami hambatan dalam

pendengaran yang mengakibatkan prestasi belajar matematika rendah

Tindakan: Pembelajaran matematika dengan menggunakan media animasi

kantong hitung

Kondisi akhir setelah tindakan:

Prestasi peserta didik tunarungu dalam pembelajaran matematika meningkat

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

C. Hipotesis Tindakan

Penerapan pembelajaran matematika dengan media aniamsi kantong

hitung mungkin dapat membantu peserta didik meningkatkan prestasi belajar

matematika materi penjumlahan dan pengurangan. Berdasarkan hal tersebut, maka

dapat dirumuskan hipotesis ”Penggunaan Media Animasi Kantong Hitung dapat

meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan

pada Siswa Kelas I Semester II SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2010/

2011”.

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kelas I SLB-B YRTRW Surakarta. Kelas

tersebut berjumlah 9 peserta didik yang terdiri dari 3 peserta didik putri dan

6 peserta didik putra. Sekolah tersebut, beralamat di Gumunggung Rt 01/

Rw 11, Gilingan, Banjarsari, Surakarta, Kode Pos 57139.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan kurang lebih empat bulan, terhitung sejak

Januari 2011. Berikut rincian jadwal waktu dan jenis kegiatan penelitian

Tabel 2. Rincian Jadwal Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

No Kegiatan

Tahun 2011

Februari Maret Mei Juli

2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

1 Penyusunan

proposal

2 Skripsi

bab1, 2, 3

3 Penyusunan

instrumen

4 Perijinan

5 Pelaksanaan

penelitian

6 Analisis

data

7 Penyusunan

laporan

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (classroom action

research). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang didasarkan

adanya masalah yang dihadapi guru dan peserta didik pada proses pembelajaran.

Penelitian ini menerapkan solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi

dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini

melibatkan partisipasi aktif peneliti, guru dan peserta didik.

McNiff (dalam Suharsimi Arikunto, dkk 2006:102) memandang

“penelitian tindakan kelas merupakan penelitian reflektif yang dilakukan oleh

pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan

prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya”.

Suharsimi Arikunto, dkk (2006: 3) mengemukakan bahwa “penelitian

tindakan kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar

berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah

kelas secara bersama”.

Definisi tersebut didukung oleh Kemmis dan Carr dalam Kasbolah

(2001: 63) yang menyebutkan penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk

penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat

sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaanya, memahami pekerjaan ini

serta situasi dimana pekerjaan ini dilakukan yang prosesnya terdiri dari empat

aspek, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, ddan refleksi.

Menurut McTaggart (dalam Suharsimi Arikunto dkk, 2006:106) terdapat

beberapa hal yang perlu dipahami tentang penelitian tindakan kelas:

1. PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan

melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan

dan pembelajaran

2. PTK partisipatori, adalah melibatkan orang yang melakukan kegiatan

untuk meningkatkan praktiknya sendiri.

3. PTK dikembangkan melalui suatu self-reflective spiral, a spiral of

cycles pf planning, acing, observasing, reflecting, the re-planning.

4. PTK adalah kolaboratif, melibatkan partisipan bersama-sama

bergabung untuk mengkaji praktik pembelajaran dan mengembangkan

pemahaman tentang makna tindakan.

5. PTK menumbuhkan kesadaran diri mereka yang berpartisipasi dan

berkolaborasi dalam seluruh tahapan PTK.

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Permasalahan

Perencanaan

tindakan II

Permasalahan

baru hasil

Apabila masalah

belum terseselaikan

Refleksi II

Pelaksanaan

tindakan II

Pengamatan/

mengumpulkan

data

Pelaksanaan

tindakan I

Refleksi I

Perencanaan

tindakan I

Dilanjutkan ke

siklus selanjutnya

Pengamatan/

pengumpulan data

II

6. PTK adalah prosesbelajar yang sistematis, dalam proses tersebut

menggunakan kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan

tindakan.

7. PTK memerlukan orang untuk membangun teori tentang praktik

mereka(guru).

8. PTK memerlukan gagasan atau asumsi ke dalam praktek untuk

mengkaji secara sistematis bukti yang menantangnya (memberikan

hipotesis tindakan).

9. PTK memungkinkan kita untuk memberikan rasional justifikasi

tentang pekerjaan kita terhadap orang lain dan membuat orang

menjadi kritis dalam analisis.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini mencakup langkah-langkah: (1)

prasiklus (2) observasi, (3) pelaksanaan siklus. Prosedur penelitian tindakan kelas

ini, secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 12. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Fokus permasalahan pada rencana penelitian ini adalah rendahnya

prestasi belajar matematika pada peserta didik kelas I Semester II SLB-B

YRTRW Surakarta khususnya pada materi penjumlahan dan pengurangan.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian difokuskan pada upaya peningkatan prestasi

belajar matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan dengan

menggunakan media animasi kantong hitung. Peneliti akan memilih dua variabel

yang terdiri dari satu variabel terikat (x) dan satu variabel bebas (y). Variabel

bebas dalam penelitan ini adalah media animasi kantong hitung, sedangkan

variabel terikat adalah prestasi belajar matematika peserta didik kelas I Semester

II SLB-B YRTRW Surakarta.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik Kelas I Semester II

SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2010/ 2011. Peserta didik di kelas ini

berjumlah 9 orang yang terdiri dari 6 peserta didik putra dan 3 peserta didik putri.

Pertimbangan peneliti mengambil subjek tersebut adalah karena sebagian

besar dari mereka mengalami kesulitan pada mata pelajaran matematika

khususnya pada materi Operasi penjumlahan dan pengurangan. Berikut daftar

nama peserta didik kelas I Semester II SLB-B YRTRW Surakarta:

Tabel 3. Daftar Nama Peserta Didik Kelas I SLB-B YRTRW Surakarta

No Kode Subjek Usia Kelas Jenis Kelamin

1. JR 7th IC L

2. CK 7th IC L

3. HZ 7h IC L

4. TM 7th IC L

5. FL 7th IC L

6. AL 8th IC L

7. PT 11th IC P

8. EV 7th IC P

9. AM 8th IC P

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menerapkan beberapa teknik pengumpulan data. Teknik

pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti di dalam

mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Observasi

Pengumpulan data melalui observasi dalam penelitain ini ditujukan

untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam

pelajaran matematika pada matematika pada materi penjumlahan dan

pengurangan menggunakan media animasi kantong hitung, kemampuan

peneliti mengelola pembelajaran, dan keterlibatan peserta didik dalam

pembelajaran matematika.

Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2008: 203) mengemukakan bahwa

”observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatau proses yang

tersususn dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dan diantara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”.

Pelaksanaan pengumpulan data dari segi proses pelaksanaanya dapat

dibedakan menjadi participant observation (observer berperan serta) dan

nonparticipant observation (observasi nonpartisipan). Peneliti pada tahap ini

tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan yang dilakukan peserta didik

pada guru. Fokus observasi penelitain ini adalah pada kegiatan pembelajaran

matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan kelas I Semester II

SLB-B YRTRW Surakarta.

Observasi dalam penelitian ini, dilakukan bersamaan dengan

pelaksaanaan kegiatan pembelajaran. Observasi terhadap peserta didik

difokuskan pada keaktifan peserta didik dalam belajar serta kesungguhan

peserta didik dalam menyelesaikan tugas. Observasi terhadap guru difokuskan

dalam kemampuan guru dalam menjelaskan dan mengelola kelas. Dalam

penelitian ini peneliti juga bertindak sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran

saat itu, jadi observasi terhadap kemampuan guru dalam menjelaskan dan

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

mengelola kelas, dibantu oleh guru kelas yang bersangkutan. Pedoman

observasi dalam penelitian ini adalah berupa instrumen sebagai berikut:

Tabel 4. Instrumen Pedoman Observasi terhadap Kemampuan Guru Mengelola

Kelas

No No Aspek Yang Diamati 1 211 2 2 3 3 4 4

1. Bersikap tanggap:

a. Memandang secara seksama

b. Gerakan mendekati

c. Teguran

d. Tepat waktu

2. Membagi perhatian:

a. Secara visual

b. Secara vebal visual

3. Memusatkan perhatian kelompok:

a. Menyiapkan

b. Menciptakan atau mengarahkan perhatian

4. Menuntut tanggung jawab:

a. Menyuruh peserta didik lain mengawasi rekannya

b. Menyuruh peserta didik lain menunjukkan pekerjaanya

5. Petunjuk yang jelas:

a. Kepada seluruh peserta didik

b. Kepada peserta didik secara individual

6. Memberikan teguran:

a. Menekankan pada tingkah laku

b. Menyarankan alternatif tingkah laku

c. Teguran yang efektif

d. Menggunakan mimik dan gerak

e. Menetapkan harapan-harapan

7. Memberikan penguatan:

a. Mimik dan gerak

b. Sentuhan

c. Tanda dan benda

Total

Keterangan:

4 = sangat baik

3 = baik

2 = sedang

1 = kurang

Penilaian:

Skor 20 – 40 = kurang

Skor 41 – 60 = cukup

Skor 61 – 80 = baik

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Tabel 5. Instrumen Observasi Kemampuan Guru dalam Menjelaskan

No No Aspek yang Diamati 1 1 2 2 3 4 4

1. Kejelasan:

a. Menggunakan kalimat yang tidak berbelit-belit

b. Menghindari penggunaan kata yang berlebihan dan meragukan

2. Penggunaan contoh atau ilustrsi:

a. Menggunakan contoh-contoh

b. Contoh relevan dengan penjelasan

c. Contoh sesuai dengan kemampuan anak

3. Pengorganisasian:

a. Menunjukkan peta konsep

b. Memberikan ikhtisar butir yang penting

4. Penekanan pada materi yang penting:

a. Dengan cara mengulangi

b. Dengan mimik dan gerakan

c. Kejelasan artikulasi

5. Balikan:

a. Mengajukan pertanyaan untuk mengetahui sikap, mental, dan

pemahaman peserta didik dari penjelasan tersebut

b. Menggunakan balikan untuk menyesuaikan ketepatan

atau mengubah maksud penjelasan

Total

Keterangan: 4 = sangat baik

3 = baik

2 = sedang

1 = kurang

Tabel 6. Instrumen Pedoman Observasi Kemampuan Guru Melakukan Tindakan

dalam Pembelajaran Matematikadengan Media Animasi Kantong Hitung

No Kegiatan Guru Rentang

Nilai

1 2 3

1. Kemampuan guru memberikan apersepsi

2. Kemampuan guru menyampaikan tujaun pembelajaran

3. Kemampuan guru memberikan motivasi

4. Kemampuan guru menjelaskan tentang fungsi masing-

masing animasi kantong hitung

5. Kemampuan guru menjelaskan tentang langkah-langkah

penjumlahan dan pengurangan menggunakan media

animasi kantong hitung

6. Kemampuan guru memberikan penjelasan terhadap

materi

7. Kemampuan guru memberikan pertolongan

Jumlah

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Keterangan: 3 = sangat jelas

2 = jelas

1 = kurang jelas

Tabel 7. Kriteria Keberhasilan Guru Melakukan Tindakan dalam Pembelajaran

Matematika dengan Media Animasi Kantong Hitung

No Rentang

Skor

Kriteria

Keberhasilan

Keterangan

1. 17 – 18 Sangat berhasil Memberikan apersepsi yang

menarik, menyampaikan tujuan

pemelajaran dengan baik.

penguasaan materi yang kompeten,

penjelasan yang runtut, serta

mampu membimbing dan

memotivasi peserta didik dengan

tepat.

2. 13 – 16 Berhasil Memberikan apersepsi yang

menarik, menyampaikan tujuan

pemelajaran dengan baik.

penguasaan materi yang kompeten,

penjelasan yang runtut, serta

kurang sabar membimbing dan

memotivasi peserta didik dengan

tepat.didik.

3. 9 – 12 Kurang berhasil Memberikan apersepsi yang

menarik, menyampaikan tujuan

pemelajaran dengan baik.

penguasaan materi yang kompeten,

penjelasan yang kurang runtut,

serta kurang mampu membimbing

dan memotivasi peserta didik

dengan tepat.

4. 6 – 8 Sangat kurang

berhasil

Memberikan apersepsi kurang

menarik, menyampaikan tujuan

pemelajaran kurang baik.

penguasaan materi kurang

kompeten, penjelasan yang kurang

runtut, serta kurang mampu

membimbing dan memotivasi

peserta didik dengan tepat.

2. Wawancara

Sugiyono (2008: 194) mengemukakan bahwa, ”Wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permaslaahn yang harus diteliti, dan juga

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yagn lebih mendalam

dan jumlah respondenya sedikit/ kecil”.

Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2008:194) mengemukakan bahwa hal

yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode

wawancara adalah sebagai berikut:

a) Bahwa subjek atau responden adalah orang yang paling tahu

tentang dirinya sendiri

b) Bahwa ada yang dinyatakan oleh subjek peneliti adalah benar dan

dapat dipercaya

c) Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang

dimaksudkan oleh peneliti.

Sedangkan keaktifan peserta didik dapat dinilai berdasarkan instrumen

di bawah ini:

Tabel 8. Instrumen Keaktifan Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika

No Aspek yang Diamati 1 2 3 4

1. Perhatian peserta didik terhadap penjelasan guru

2. Peserta didik tanggap terhadap perintah guru

3. Peserta didik mampu dalam menjawab

pertanyaan lisan guru

4. Peserta didik mampu memberikan tanggapan

mengenai penjelasan guru

5. Peserta didik Menyimak dengan baik ketika

teman berpendapat

6. Peserta didik Tidak sibuk dengan hal lain saat

guru menerangkan ataupun saat mengerjakan

soal

7. Peserta didik mampu menyelesaikan soal

evaluasi

8. Peserta didik Tidak membuat gaduh setelah

selesai mengerjakan soal

9. Peserta didik mampu mengerjakan soal di depan

kelas

10. Peserta didik Sabar menunggu giliran dalam

tugas individual selanjutnya

11. Peserta didik mendapatkan nilai dari hasil

evaluasi memenuhi KKM

Total

Keterangan: Penilaian:

4 = baik sekali Skor 11 – 21 = tidak aktif

3 = baik Skor 22 – 31 = cukup aktif

2 = sedang Skor 21 – 44 = sangat aktif

1 = kurang

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

3. Teknik Analisis Dokumen

Dokumen bisa memiliki beragam bentuk, baik tertulis maupun tidak.

Arikunto (1996: 234) dalam Prosedur Penelitan Suatu Tindakan Praktis

menjelaskan bahwa dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang bermakna

barang-barang tertulis. Barang-barang tertulis tersebut dapat berupa buku-

buku, majalah, peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.

Hamdani dan Hermana (2008) mengungkapkan dokumentasi dapat

berupa dokumen-dokumen baik berupa dokumen primer maupun sekunder

yang menunjang proses pembelajaran di kelas. Elliot dalam Wiriaatmadja

(2006: 121) yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitan,

antaralain Silabus dan rencana pelajaran.

Berdasar pendapat Elliot tersebut Penelitian ini dilaksanakan melalui

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sebelum dilakukannya

penelitian yaitu dengan menganalisis dokumen-dokumen berupa:

a. Laporan diskusi-diskusi tentang kurikulum, diskusi dilaksanakan antara

guru dan peneliti untuk membahas kegiatan penelitian yang telah

berlangsung dan strategi atau langkah selanjutnya

b. Berbagai macam ujian atau tes, tes dilaksanakan dua kali, yaitu sebelum

perlakauan (pre-test), dan setelah perlakuan (post-test). Post-test akan

dilakasanakan beberapa kali dalam tiap siklus sampai tercapai tujuan

pembelajaran;

c. Laporan rapat, tidak ada rapat dalam kegiatan ini;

d. Laporan tugas siswa, tidak ada pemberian tugas dalam penelitian ini;

e. Bagian-bagian dari buku teks yang digunakan dalam pembelajaran, buku

teks yang relevan dalam pelajaran digunakan untuk menyususn rencana

pelaksanaan pembelajaran kemudian dikaitkan dengan pelaksanaan

penggunaan media animasi kantong hitung dalam kegiatan pelaksanaan

pelajaran matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan.

f. Contoh essay yang ditulis pesrta didik, dalam penelitian ini peserta didik

tidak menulis sontoh essay tetapi mengerjakan test.

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Berdasarkan hal tersebut Peneliti dalam penelitian ini akan

menganalisis dokumen yang berupa: raport, silabus, rencana pelaksanaan

pembelajaran, hasil tes peserta didik kelas I Semester II SLB-B YRTRW

Surakarta.

Analisis dokumentasi dalam penelitian ini, dilaksanakan untuk

mendapatkan nilai kompetensi pada peserta didik dan mengetahui peningkatan

prestasi belajar matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan pada

tiap siklus.

4. Teknik Test

Test adalah suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan

kegiatan evaluasi yang di dalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian

tugas yang harus dikerjakan atau yang harus dijawab oleh peserta didik.

Sarwiji Suwandi (2008: 68) mengemukakan bahwa, ”Pemberian tes

dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh peserta didik

setelah kegiatan pemberian tindakan. Dengan kata lain tes disusun dan

dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan siswa sesuai dengan siklus

yang ada”.

Menurut Suharsimi Arikunto (2003 139), “tes adalah serentetan

pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakanuntuk mengukur

ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki

oleh individu atau kelompok”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tes

merupakan seperangkat atau serangkaian tugas atau pertanyaan yang diberikan

kepada peserta didik yang berisi bahan-bahan uji yang representatif tentang

jenis bidang studi studi atau mata pelajaran tertentu atau kemampuan psikis

tertentu.

Teknik tes dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan

hasil belajar setelah peserta didik diberi pembelajaran matematika pada materi

penjumlahan dan pengurangan dengan media animasi kantong hitung. Tes yang

dipilih adalah tes tertulis dengan bentuk essay. Langkah-langkah yang ditempuh

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

peneliti adalah dengan menyiapkan instrumen, menilainya, dan mengolah data

yang diperoleh. Jumlah soal yang akan diberikan adalah 20 soal essay. Masing-

masing soal memiliki skor 5.

Penilaian: Nilai Akhir = Jumlah benar × 5

1

Keterangan: Nilai benar adalah 5, nilai salah adalah 0

Skor tertinggi adalah 5 × 20 =100

Skor terendah adalah 0 × 20 =0

Tabel 9. Kisi-Kisi Soal

Kompetensi

Dasar

Bahan Kelas

Semester

Materi Pokok Indikator Jumlah

Soal

Nomor

Soal

1 2 3 4 5 6

Melakukan

penjumlahan

dan

pengurangan

bilangan dua

angka

Kelas I/

Semester

II

1. Penjumlahan

bersusun

dengan atau

tanpa teknik

menyimpan

2. Pengurangan

bersusun

dengan atau

tanpa teknik

menyimpan

1. menjumlahkan

penjumlahan

bersusun tanpa

teknik

menyimpan

2. menjumlahkan

penjumlahan

bersusun

dengan teknik

menyimpan

3. mengurangkan

pengurangan

bersusun tanpa

teknik

meminjam

4. mengurangkan

pengurangan

dengan teknik

meminjam

5

5

5

5

1, 2, 3,

4, 5,

6, 7, 8,

9, 10

11, 12,

13, 14,

15,

16, 17,

18, 19,

20

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

E. Sumber Data

Beberapa sumber data yang penting yang dijadikan sebagai sasaran

penggalian dan pengumpulan data serta informasi di dalam penelitian ini meliputi

berbagai pihak. Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Informan, yaitu guru kelas I SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2010/

2011;

2. Dokumen berupa raport, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, hasil tes

peserta didik, serta hasil wawancara dengan guru dan peserta didik kelas I

Semester II SLB-B YRTRW Surakarta.

F. Uji Validitas Data

Validitas merupakan keakuratan atau kesahihan data yang telah

dikumpulkan yang nantinya akan dianalisa dan ditarik kesimpulannya pada akhir

penelitian. Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan

dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan ukurannya.

Menurut Ebel (dalam http://fitriayunita.blogspot.com/2007/10/task-4-

macam-macam-validitas.html) Istilah validitas meliputi beberapa keragaman

kategori yaitu:

1. Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara

skor dengan kinerja.

2. Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek

psikologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi

bahwa suatu konstruk tertentu dapat dapat menyebabkan kinerja yang baik

dalam pengukuran.

3. Face Validity adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam

mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.

4. Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur

dengan faktor-faktor yang yang bersamaan dalam suatu kelompok atau

ukuran-ukuran perilaku lainnya, dimana validitas ini diperoleh dengan

menggunakan teknik analisis faktor.

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

5. Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik

uji coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung

bahwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.

6. Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya

sampling dari suatu populasi. Validitas isi digunakan untuk situasi dimana

pemakai tes akan menarik kesimpulan domain butir tes berdasarkan skor tes

individu ke domain butir yang lebih besar yang serupa dengan butir-butir

yang terdapat dalam tesnya sendiri.

7. Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi

dari pengukuran dan menilai seberapa jauh pengukuran tersebut merupakan

alat ukur yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan

instruksional.

Adapun dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah

content validity. Menurut Wakhinudin validitas isi (content validity) digunakan

untuk situasi dimana pemakai tes akan menarik kesimpulan domain butir tes

berdasarkan skor tes individu ke domain butir yang lebih besar yang serupa

dengan butir-butir yang terdapat dalam tesnya sendiri. Berdasar hal tersebut, dapat

dinyatakan bahwa validitas isi digunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana

ketepatan isi tes yang disampel dari seluruh domain perilaku yang diwakilinya.

Jadi merupakan justifikasi yang bersifat subjektif. Meskipun begitu, validitas isi

adalah hal pertama yang harus ditegakkan dalam mengembangkan tes. Jika tujuan

pengajaran dan tujuan kurikuler sudah terwakili dalam tes maka dapat dinyatakan

bahwa tes tersebut sudah memiliki validitas isi. Yang harus dipertimbangkan agar

sebuah tes memiliki validitas isi antara lain: tujuan, susunan pemilihan butir,

aspek yang di uji oleh butir dan kesimpulan dari hasil tes (tujuan yang tercapai).

Untuk itu adalah penting justifikasi para ahli dalam bidangnya untuk menentukan

validitas isi tes.( http://wakhinuddin.wordpress.com/2010/08/02/validitas-isi/).

Validitas isi merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian

terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Validitas isi harus mencakup

keseluruhan kawasan isi tidak saja menunjukkan bahwa alat ukur tersebut harus

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat hanya isi yang relevan dan

tidak keluar dari batasan tujuan ukur. Walaupun isi atau kandungannya

komprehensif tetapi bila suatu alat ukur mengikutsertakan pula item-item yang

tidak relevan dan berkaitan dengan hal-hal di luar tujuan ukurnya, maka validitas

alat ukur tersebut tidak dapat dikatakan memenuhi ciri validitas yang

sesungguhnya. Apakah validitas isi sebagaimana dimaksudkan itu telah dicapai

oleh alat ukur, sebanyak tergantung pada penilaian subjektif individu.

Dikarenakan estimasi validitas ini tidak melibatkan komputasi statistik, melainkan

hanya dengan analisis rasional maka tidak diharapkan bahwa setiap orang akan

sependapat dan sepaham dengan sejauh mana validitas isi suatu alat ukur telah

tercapai.(http://tentangpenelitian.blogspot.com/2009/04/definisi-validitasisi.html).

Validitas Alat ukur yang ditilik dari segi isi tes dalam penelitian ini diuji

kevalidannya dengan menggunakan content validity atau validitas isi. Hal ini

dilakukan dengan menyesuaikan item-item dalam instrumen dengan kebutuhan

penelitian dan keadaan sekolah yang diteliti. Item-item tersebut meliputi tujuan,

susunan pemilihan butir, aspek yang di uji oleh butir dan kesimpulan dari hasil tes

(tujuan yang tercapai). Item-item instrumen dalam penelitian ini disesuaikan dan

diukur berdasarkan kurikulum dan Standar Kompetensi serta Kompetensi Dasar

yang digunakan di SLB-B YRTRW Surakarta.

G. Teknik Analisis Data

Sarwiji Suwandi (2008: 70) mengemukakan bahwa “teknik analisis yang

digunakan untuk menganalisisi data-data yang telah berhasil dikumpulkan

antaralain dengan teknik deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan

teknik analisis kritis”.

Secara khusus teknik analisis data dalam penelitian ini adalah Teknik

statistik deskriptif komparatif untuk menganalisi data kuantitatif, dan teknik

analisis data kritis untuk menganlisis data kualitatif. Teknik analisis data

komparatif dalama penelitan ini diberlakukan pada Data yang berupa tes

diklarifikasikan sebagai data kuantitatif. Data Tersebut dianalisis secara deskriptif

komparatif, yakni membandingkan nilai tes antar siklus dengan indikator

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

pencapaian. Analisis dilakukan pada tiap siklus yang telah dilakukan. Pada tahap

berikutnya menampilkan data dalam bentuk tabel dan grafik mengambarkan

peningkatan prestasi peserta didik dalam pelajaran matematika pada materi

penjumlahan dan pengurangan. Tahap selanjutnya, peneliti menarik kesimpulan

dari tabel grafik, tabel dan deskripsi yang dibuat. Teknik analisis kritis dalam

penelitian ini digunakan untuk menganalisis data kualitatif, misalnya dari hasil

wawancara, observasi dan analisis dokumen. Teknik analisis kritis mencakup

kegiatan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja peserta didik

dan guru dalam proses pembelajaran berdasarkan kriteria normatif yang

diturunkan dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang ada.

Peneliti dalam penelitian ini mencari data dengan teknik triangulasi data

atau sumber yaitu mengecek data yang diperoleh sumber yang sama dengan

teknik yang berbeda yakni dicek dengan wawancara mendalam, observasi

partisipatif, tes, dan dokumentasi. Selain itu, juga menggunakan review informan

kunci yaitu guru dan peserta didik kelas I SLB-B YRTRW Surakarta yakni

menginformasikan data atau interpretasi temuan kepada informan kunci sehingga

diperoleh kesepakatan peneliti dengan informan tentang data tersebut. Hal ini

dilakukan dengan kegiatan diskusi setelah kegiatan pengamatan maupun kajian

dokumen.

H. Indikator

Peneliti menetapkan beberapa indikator dalam penelitian ini. Penetapan

indikator ini untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar matematika pada

materi penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan media animasi

kantong hitung pada peserta didik kelas I Semester II SLB-B YRTRW Surakarta.

Indicator yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah pada siklus terakhir

sekurang-kuranganya peserta didik kelas 1 Semester II SLB-B YRTRW Surakarta

Tahun Ajaran 2010/ 2011 dapat mencapai:

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Table 10. Deskripsi indicator Ketercapaian

N

o

Variable Indikator Keterangan

1. Ketuntasan belajar

peserta didik dalam

pembelajaran

matematika materi

penjumlahan dan

pengurangan

7 dari 9 peserta

didik mampu

mendapat ≥ 63.

KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal)

mata pelajaran

matematika adalah ≥63.

2. Keaktifan peserta didik

dalam pembelajaran

matematika materi

penjumlahan dan

pengurangan

7 dari 9 peserta

didik termasuk

dalam kategori

aktif

1. Skor 10-20=kurang

aktif

2. Skor 21-30=cukup

aktif

3. Skor 31-40= aktif

dengan 11 aspek yang

diamati dengan penilaian

criteria:

1. 4 = sering,

2. 3 = kadang-kadang,

3. 2 = pernah,

4. 1 = tidak pernah

I. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari beberapa prosedur guna memperoleh hasil yang

diharapkan. Prosedur-prosedur tersebut telah penulisrencanakan sebelum

penelitian. Prosedur yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Prasiklus

Peneliti berkunjung ke SLB-B YRTRW Surakarta dan menemui kepala

sekolah. Peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah untuk mengadakan

penelitian di sekolah tersebut. Peneliti meminta ijin dengan disertai surat ijin dari

Dekan FKIP UNS yang dilampiri proposal penelitian. Pada tahap ini peneliti juga

menemui guru kelas I SLB-B YRTRW Surakarta, untuk mempersiapkan kegiatan

survei awal.

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

2. Studi atau survei

Peneliti melakukan survei awal pada peserta didik kelas I SLB-B

YRTRW Surakarta, untuk mengenal kemampuan peserta didik dalam peroses

pembelajaran matematika dengan materi penjumlahan dan pengurangan. Survei

ini dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran matematika dengan materi

penjumlahan dan pengurangan dan memeriksa hasil tes sebelum dilakukan

tindakan.

3. Pelaksanaan siklus

Pelaksanaan penelitian ini, mekanismenya diwujudkan dalam bentuk

siklus yang setiap siklus mencakup empat kegiatan, yaitu (1) perencanaan, (2)

tindakan (3) observasi, (4) analisis dan refleksi. Siklus ini akan dihentikan apabila

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan indikator yang ditetapkan sudah

tercapai, namun apabila KKM dan indikator belum tercapai maka siklus akan

terus dilanjutkan hingga KKM dan indikator tercapai. Adapun secara rincian

empat tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan meliputi kegiatan meninjau silabus dan membuat

rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran matematika

materi penjumlahan dan pengurangan. Dalam tahap perencanaan tersebut

Peneliti bersama dengan guru juga mendiskusikan langkah-langkah tindakan

yang akan dilakukan dalam kegiatan penelitian tersebut, yaitu:

Siklus I

a) Langkah-langkah pembelajaran pertemuan pertama:

(1) Peneliti mengucapkan salam dan memimpin peserta didik untuk

berdoa bersama.

(2) Peneliti memberikan apersepsi kepada peserta didik, yaitu

melakukan pembicaraan awal berkaitan dengan materi yang akan

disampaikan.

(3) Peneliti menjelaskan nilai tempat satuan dan puluhan.

(4) Peneliti menuliskan beberapa bilangan di papan tulis, peserta didik

menyebutkan nilai tempat bilangan-bilangan tersebut.

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

(5) Peneliti menjelaskan langkah-langkah operasi hitung penjumlahan

tanpa teknik menyimpan dan pengurangan tanpa teknik meminjam

dengan media animasi kantong hitung.

(6) Peneliti memberikan soal operasi hitung penjumlahan tanpa teknik

menyimpan dan pengurangan tanpa teknik meminjam kepada

peserta didik untuk dikerjakan di depan kelas.

(7) Peneliti menutup kegiatan dengan berdoa dan berpesan kepada

peserta didik agar belajar di rumah.

b) Langkah-langkah pembelajaran pertemuan kedua:

(1) Peneliti memberikan salam kepada peserta didik dan memimpin

berdoa.

(2) Peneliti mempresensi peserta didik.

(3) Peneliti memberikan apersepsi kepada peserta didik, yaitu

melakukan pembicaraan awal yang berkaitan dengan materi yang

akan diajarkan dengan menanyakan materi pertemuan hari kemarin.

(4) Peneliti menjelaskan langkah-langkah operasi hitung penjumlahan

dengan teknik menyimpan dan pengurangan dengan teknik

meminjam melalui media animasi kantong hitung. Penjelasan

peneliti terhadap peserta didik mengenai pengurangan dengan

teknik meminjam adalah sebagai berikut:

Misal: 61

19 _

42

Gambar 13. Animasi Kantong Hitung

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Keterangan: Di tempat satuan ada 1 lidi, di tempat puluhan ada 6

lidi. Di tempat satuan ada 1 lidi dikurangi 9 lidi tidak bisa, maka

pinjam 1 lidi bilangan di depannya, yaitu dari tempat puluhan.

Bilangan di depannya puluhan, maka satu lidi bernilai 10

(IIIIIIIIII). Kantong tersebut jumlah lidinya akan berubah karena

sudah ditambah dan dikurangi, kantong tersebut berubah seperti

gambar berikut:

Gambar 14. Animasi Kantong Hitung

Keterangan: ditempat satuan yang semula berjumlah 1 lidi menjadi 11

lidi kaarena mendapat pinjaman 1 lidi dari kantong puluhan yang

bernilai 10. Sedangkan, Ditempat puluhan lidi menjadi 5 karena

dipinjam 1 lidi oleh tempat satuan. Setelah dipinjam maka proses

pengurangan berlangsung, nampak sepaerti gambar berikut:

Gambar 15. Animasi Kantong Hitung

Keterangan : di tempat semula, tempat Satuan terdapat 11 lidi

dikurang 9 sama dengan 2 lidi. Di tempat puluhan masih 5 lidi

dikurangi 1 lidi sama dengan 4 lidi.

Jadi 61 – 19 = 42

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

(5) Peneliti memberikan soal operasi hitung penjumlahan dengan

teknik menyimpan dan pengurangan dengan teknik meminjam

kepada peserta didik untuk dikerjakan di depan kelas.

(6) Peneliti memberikan latihan tes tertulis yang mencakup materi

penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan dan

pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam kepada peserta

didik untuk mengetahui kemampuan pemahaman peserta didik

terhadap materi yang telah disampaikan peneliti pada siklus I.

(7) Peneliti menutup pembelajaran dengan berdoa dan berpesan kepada

peserta didik agar rajin belajar.

Apabila pelaksanaan tindakan pada siklus I belum berhasil maka

dilanjutkan pada siklus II dengan berbagai perbaikan-perbaikan. Perencanaan

tindakan pada siklus II dilaksanakan setelah siklus I dijalani. Perencanaan

tindakan tersebut dilakukan oleh guru bersama peneliti.

b. Tindakan

Tahap tindakan dilakukan dengan menerapkan media animasi kantong

hitung dalam pembelajaran matematika sebagaimana yang telah disepakati

antara peneliti dengan guru. Peneliti melaksanakan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang telah dibuat sebelumnya dengan sistematis.

Adapun skenario pelaksanaanya adalah sebagai berikut: Penelitian tindakan

kelas ini tiap siklusnya dilakukan dalam dua pertemuan, masing-masing

pertemuan dilakukan selama 90 menit. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap

yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan tindakan, Observasi, Analisis dan Refleksi.

c. Observasi

Kasbolah (2001: 5) pelaksanaan observasi terfokus harus ada

persiapan tentang alat-alat yang akan digunakan. Observasi dilaksanakan

pada saat pembelajaran berlangsung dan ketika tiap pesreta didik

mengerjakan lembar kegiatan dengan menggunakan media animasi kantong

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

hitung pada tahap pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dilaksanakan oleh

peneliti sendiri, sehingga dapat mengetahui langsung pemahaman peserta

didik tentang materi yang sudah dijelaskan dan keaktifan peserta didik

dalam mengikuti pelajaran dan menyelesaikan soal. Tahap ini, peneliti juga

mengamati keaktifan guru dan peserta didik saat pembelajaran matematika

pada materi penjumlahan dan pengurangan dilaksanakan. Evaluasi

dilaksanakan pada akhir pertemuan, secara individu. Berdasarkan dari hasil

pengamatan dan hasil evaluasi pada pertemuan I dan II, maka dapat

ditetapkan untuk langkah pembelajaran berikutnya.

d. Analisis dan Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis hasil evaluasi dapat

diketahui apakah pembelajaran pada siklus pertama sudah berhasil atau

belum.

Kasbolah (2001: 55) menjelaskan bahwa refleksi merupakan kegiatan

analisis sintesis, interpretasi, dan eksplansi terhadap semua informasi yang

diperoleh dari penelitian tindakan kelas, tercakup di dalamnya adalah

kegiatan evaluasi. Refleksi dari penelitian yang akan dilaksanakan adalah

pencermatan yang akan dilakukan peneliti selama dan sesudah tindakan

dilakukan.

“refleksi dalam penelitian tindakan kelas adalah upaya untuk mengkaji

apa yang telah dan atau tidak terjadi, apa yang terjadi dihasilkan atau

yang belum berhasil dituntaskan oleh tindkan perbaikan yang telah

dilakukan. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah

lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan penelitian. Dengan kata

lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau

kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara dan untuk menentukan

tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir yang mungkin

ditetapkan dalam rangka pencapaian berbagai tujuan sementara

lainnya”. (Suharno, 2009: 98)

Analisis dan refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru dengan rencana

menganalisisi hasil observasi, hasil pekerjaan peserta didik, serta hasil

wawancara. Apabila dalam analisis diketahui bahwa tindakan yang

dilakukan belum berhasil maka dilakukan perbaikan pada siklus II.

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Awal

Penelitian ini dilakukan di kelas 1 Semester II SLB-B YRTRW

Surakarta Tahun Pelajaran 2010/ 2011. Sekolah tersebut, beralamat di

Gumunggung Rt 01/ Rw 11, Gilingan, Banjarsari, Surakarta, Kode Pos 57139.

Subjek penelitian ini berjumlah sembilan peserta didik, yang terdiri dari enam

peserta didik putra dan tiga peserta didik puteri. Sebagian besar dari mereka

mengalami kesulitan pada mata pelajaran matematika khususnya materi

penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan dan pengurangan dengan atau

tanpa teknik meminjam.

Penyampaian materi di kelas ini dilakukan dengan metode konvensional

sehingga peserta didik cenderung bosan. Metode konvensional yang digunakan

oleh guru berfokus pada metode ceramah dan jarang melibatkan aktivitas peserta

didik sehingga kemampuan peserta didik dalam memecahkan materi

penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan dan pengurangan dengan atau

tanpa teknik meminjam kurang maksimal yang mengakibatkan rendahnya prestasi

belajar matematika peserta didik.

Kondisi awal peserta didik kelas 1 SLB-B YRTRW Surakarta yang akan

dideskripsikan adalah pada kemampuan materi penjumlahan dengan atau tanpa

teknik menyimpan dan pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam serta

keaktifan peserta didik dalam pembelajaran matematika semester II. Kemampuan

awal peserta didik diperoleh dari hasil observasi, pretest dan hasil wawancara

dengan Ibu Umi Sihmi, S. Pd selaku guru kelas 1 SLB-B YRTRW Surakarta.

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Pra-Siklus

a. Hasil Test Kemampuan 2Awal

Penelitian tindakan kelas yang berjudul Upaya Peningkatan Prestasi

Belajar Matematika pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Melalui Media

Animasi Kantong Hitung Siswa Tunarungu Kelas 1 Semester II SLB-B YRTRW

Surakarta Tahun Ajaran 2010/ 2011 ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus

terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan

analisis refleksi. Sebelum tahap-tahap tersebut dilakukan, peneliti mengadakan

kegiatan survei pada kegiatan prasiklus untuk mendapatkan data awal yang akan

digunakan sebagai bahan penguat perbandingan peningkatan prestasi belajar

matematika peserta didik sebelum diterapkan penggunaan media aniamsi kantong

hitung pada tiap siklus. Kegiatan prasiklus tersebut dilakukan dengan mengamati

kegiatan pembelajaran matematika pada materi penjumlahan dengan atau tanpa

teknik menyimpan dan pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam.

Langkah terakhir dalam kegiatan prasiklus tersebut adalah pemberian pretest.

Berikut hasil pretest atau test kemampuan awal peserta didik tersebut:

Tabel 11. Daftar Nilai Hasil Pretest Mata Pelajaran Matematika Materi

Penjumlahan dan Pengurangan Peserta Didik Kelas 1 SLB-B YRTRW Surakarta

Semester II Tahun Ajaran 2010/ 2011

No Kode Subyek KKM Hasil Pretest

1. JR 63 50

2. CK 63 65

3. HZ 63 65

4. TM 63 75

5. FL 63 55

6. AL 63 50

7. PT 63 50

8. EV 63 50

9. AM 63 50

Nilai dalam tabel 11 tersebut diperoleh dari hasil tes kemampuan awal

yang dilakukan oleh peneliti. Tes kemampuan awal yang dilaksanakan tersebut

mencakup tes tertulis yang diberikan secara individual. Tes tertulis mencakup

materi penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan dan pengurangan

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

dengan atau tanpa teknik meminjam. Berdasar tabel 10 di atas terdapat tiga

peserta didik yang mendapat nilai ≥ 63 atau sebesar 33% dari sembilan peserta

didik secara keseluruhan. Sedangkan, enam peserta didik lain mendapat nilai < 63

atau sebesar 67% dari sembilan peserta didik secara keseluruhan. Apabila ditinjau

dari KKM (Krtiteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan untuk mata

pelajaran matematika di SLB-B YRTRW Surakarta yaitu ≥ 63, maka hanya

terdapat tiga peserta didik yang mencapai ketuntasan. Jadi dapat disimpulkan

bahwa kemampuan awal peserta didik dalam materi penjumlahan dengan atau

tanpa teknik menyimpan dan pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam

adalah 33%. Prosentase tersebut menunjukkan tidak tercapainya indikator yang

ditetapkan oleh peneliti. Indikator yang ditetapkan oleh peneliti adalah terdapat

tujuh atau lebih peserta didik yang mencapai nilai ≥ 63. Ketidaktercapaian

indikator pada pretes tersebut akan lebih jelas dengan gambaran grafik di bawah

ini:

0

10

20

30

40

50

60

70

80

JR CK HS TM FL AL PT EV AM

KKM

PRETEST

Grafik 1. Perbandingan Hasil Pretest dengan KKM Mata Pelajaran Matematika

Materi Penjumlahan dan Pengurangan Peserta Didik Kelas 1 SLB-B YRTRW

Surakarta Semester II Tahun Ajaran 2010/ 2011

Grafik 1 tersebut menyajikan hasil tes awal atau pretest yang dilakukan

oleh peneliti dibandingkan dengan KKM. Warna biru menunjukkan KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh sekolah. Dari grafik tersebut

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

dapat terbaca bahwa KKM yang ditetapkan sekolah adalah ≥ 63. Hal tersebut

dapat diartikan bahwa apabila peserta didik mencapai nilai ≥ 63 maka peserta

didik tersebut telah mencapai KKM. Warna merah menunjukkan hasil pretest

peserta didik. Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan, bahwa hanya tiga

peserta didik saja yang mencapai nilai ≥ 63 atau 33% dari keseluruhan jumlah

peserta didik. Sedangkan enam peserta didik atau 67% dari keseluruhan peserta

didik hanya memperoleh nilai < 63. Hal tersebut menunjukkan

Ketidaktercapaiannya nilai peserta didik dengan indikator yang telah ditetapkan

peneliti. Indikator yang ditetapkan peneliti adalah terdapat tujuh dari sembilan

peserta didik yang mencapai nilai ≥ 63, sedangkan pada grafik menunjukkan

hanya tiga peserta didik yang mencapai nilai di atas 63. Enam peserta didik

yang lain hanya mencapai nilai < 63. Sehingga terdapat 67% peserta didik tidak

mencapai indikator yang ditetapkan peneliti. Bedasarkan Hal tersebut, maka

peneliti memberikan solusi dengan Penerapan Media Animasi Kantong Hitung

dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan

Pengurangan Peserta Didik Tunarungu Kelas 1 Semester II SLB-B YRTRW

Surakarta Tahun Ajaran 2010/ 2011.

b. Keaktifan Peserta Didik

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas, untuk itu semua

komponen dalam kelas yang berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar dalam

penelitian ini juga diamati, salah satunya keaktifan peserta didik dalam

pembelajaran. Keaktifan peserta didik yanag diamati adalah keaktifan dalam

mengikuti pembelajaran matematika pada materi penjumlahan dengan atau tanpa

teknik menyimpan dan pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam.

Keaktifan peserta didik tersebut dinilai oleh peneliti melalui pengamatan yang

dilakukan selama pelaksanaan siklus berlangsung dengan mengisi instrumen yang

telah disiapakan oleh peneliti sebelumnya. Adapun hasil observasi terhadap

keaktifan peserta didik dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 12. Tabulasi Keaktifan Awal Peserta Didik Kelas I SLB-B YRTRW

Surakarta pada Pembelajaran Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan

Semester II Tahun Pelajaran 2010/ 2011

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

No Aspek yang Diamati Inisial Nama Peserta Didik Kelas I

JR CK HS TM FL AL PT EV AM

1. Perhatian peserta didik

terhadap penjelasan

guru

1 3 3 3 3 1 1 2 1

2. Peserta didik tanggap

terhadap perintah guru

1 2 3 3 2 1 1 2 1

3. Peserta didik mampu

dalam menjawab

pertanyaan lisan guru

1 3 3 3 2 1 1 2 1

4. Peserta didik mampu

memberikan tanggapan

mengenai penjelasan

guru

1 3 2 3 2 1 1 1 1

5. Peserta didik

menyimak dengan baik

ketika teman

berpendapat

1 2 2 2 2 1 1 1 2

6. Peserta didik tidak

sibuk dengan hal lain

saat guru menerangkan

ataupun saat

mengerjakan soal

1 2 2 2 2 1 1 2 1

7. Peserta didik mampu

menyelesaikan soal

evaluasi

1 4 4 4 2 1 1 1 1

8. Peserta didik tidak

membuat gaduh setelah

selesai mengerjakan

soal

1 2 2 2 2 3 1 1 1

9. Peserta didik mampu

mengerjakan soal di

depan kelas

2 3 3 4 2 1 1 1 1

10. Peserta didik sabar

menunggu giliran

dalam tugas individual

selanjutnya

1 2 2 3 1 1 2 2 2

11. Peserta didik

mendapatkan nilai dari

hasil evaluasi

memenuhi KKM

1 4 4 4 2 1 1 1 1

Total Skor 12 31 30 33 22 13 12 16 13

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Tabel 13. Hasil Observasi Keaktifan Awal Peserta Didik Kelas I Semester II

SLB-B YRTRW Surakarta pada Pembelajaran Matematika Materi Penjumlahan

dan Pengurangan Semester II Tahun pelajaran 2010/ 2011

No Nama Skor Siklus I Keterangan

1. JR 12 Kurang Akif

2 CK 31 Aktif

3. HS 30 Aktif

4. YM 33 Aktif

5. FL 22 Kurang Aktif

6. AL 13 Kurang Aktif

7. PT 12 Kurang Aktif

8. EV 16 Kurang Aktif

9. AM 13 Kurang Aktif

Berdasar hasil observasi terhadap keaktifan peserta didik dalam

pembelajaran matematika pada tanggal 2 Mei 2011 sebagaimana yang tercantum

dalam tabel 12 dan 13 di atas, terdapat enam peserta didik dalam katagori kurang

aktif atau sebesar 67% dan terdapat tiga peserta didik dalam katagori aktif atau

sebesar 33%. Adapun aspek observasi terhadap keaktifan peserta didik tersebut

secara garis besar mencakup perhatian terhadap penjelasan dan perintah guru serta

aktivitas peserta didik dalam proses belajar. Observasi terhadap peserta didik ini

mulai dipantau sejak pelajaran dimulai sampai pelajaran berakhir. Berdasar tabel

di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada pengamatan awal ini indikator yang

ditetapkan oleh peneliti belum tercapai. Peserta didik yang dalam katagori aktif

hanya tiga peserta didik, sedangkan peneliti menetapkan tujuh atau lebih peserta

didik harus dalam katagori aktif. Sebagaimana yang telah disampaikan di atas,

ketidaktercapaian indikator tersebut peneliti tindak lanjuti dengan Penerapan

Media Animasi Kantong Hitung dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar

Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Peserta Didik Tunarungu

Kelas 1 Semester II SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2010/ 2011.

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

2. Pelaksanaan Siklus I

a. Perencanaan

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti pada kegiatan

prasiklus maka diperoleh beberapa data dan permasalahan. Data yang diperoleh

dan masalah yang sudah teridentifikasi oleh peneliti disampaikan kepada Ibu Umi

Sihmi, S.Pd selaku guru kelas 1 Semester II SLB-B YRTRW Surakarta.

Permasalahan yang paling utama adalah rendahnya prestasi belajar matematika

peserta didik tunarungu SLB-B YRTRW Surakarta Kelas 1 Semester II Tahun

Ajaran 2010/ 2011, khususnya pada materi penjumlahan dengan atau tanpa

teknik menyimpan dan pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam.

Keaktifan peserta didik di dalam pembelajaran matematika juga kurang,

khususnya pada materi penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan dan

pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam. Berdasarkan hal tersebut, maka

tahap selanjutnya peneliti dan guru kelas yaitu Ibu Umi Sihmi, S. Pd

mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian.

Pada kesempatan diskusi tersebut, peneliti kemudian mengajukan solusi berupa

penerapan media animasi kantong hitung dalam pembelajaran matematika pada

materi penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan dan pengurangan

dengan atau tanpa teknik meminjam. Langkah selanjutnya, peneliti menyajikan

data yang telah dikumpulkan dan bersama-sama dengan guru menentukan

langkah-langkah yang akan ditempuh.

Tahap perencanaan Siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut:

1) Peneliti dan guru mendiskusikan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

dengan materi penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan dan

pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam berdasarkan Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD).

2) Peneliti dan guru mendiskusikan langkah-langkah pembelajaran yang akan

dilaksanakan pada tahap tindakan siklus I.

a) Langkah-langkah pembelajaran pertemuan pertama:

(1) Peneliti mengucapkan salam dan memimpin peserta didik untuk

berdoa bersama.

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

(2) Peneliti memberikan apersepsi kepada peserta didik, yaitu melakukan

pembicaraan awal berkaitan dengan materi yang akan disampaikan.

(3) Peneliti menjelaskan nilai tempat satuan dan puluhan.

(4) Peneliti menuliskan beberapa bilangan di papan tulis, peserta didik

menyebutkan nilai tempat bilangan-bilangan tersebut.

(5) Peneliti menjelaskan langkah-langkah operasi hitung penjumlahan

tanpa teknik menyimpan dan pengurangan tanpa teknik meminjam

dengan media animasi kantong hitung.

(6) Peneliti memberikan soal operasi hitung penjumlahan tanpa teknik

menyimpan dan pengurangan tanpa teknik meminjam kepada peserta

didik untuk dikerjakan di depan kelas.

(7) Peneliti menutup kegiatan dengan berdoa dan berpesan kepada

peserta didik agar belajar di rumah.

b) Langkah-langkah pembelajaran pertemuan kedua

(8) Peneliti memberikan salam kepada peserta didik dan memimpin

berdoa.

(9) Peneliti mempresensi peserta didik.

(10) Peneliti memberikan apersepsi kepada peserta didik, yaitu

melakukan pembicaraan awal yang berkaitan dengan materi yang

akan diajarkan dengan menanyakan materi pertemuan hari kemarin.

(11) Peneliti menjelaskan langkah-langkah operasi hitung penjumlahan

dengan teknik menyimpan dan pengurangan dengan teknik

meminjam melalui media animasi kantong hitung. Penjelasan

peneliti terhadap peserta didik mengenai pengurangan dengan teknik

meminjam adalah sebagai berikut:

Misal: 61

19 _

42

Page 108: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Gambar 16. Animasi Kantong Hitung

Keterangan: Di tempat satuan ada 1 lidi, di tempat puluhan ada 6 lidi. Di tempat

satuan ada 1 lidi dikurangi 9 lidi tidak bisa, maka pinjam 1 lidi

bilangan di depannya, yaitu dari tempat puluhan. Bilangan di

depannya puluhan, maka satu lidi bernilai 10 (IIIIIIIIII). Kantong

tersebut jumlah lidinya akan berubah karena sudah ditambah dan

dikurangi, kantong tersebut berubah seperti gambar berikut:

Gambar 17. Animasi Kantong Hitung

Keterangan: ditempat satuan yang semula berjumlah 1 lidi menjadi 11 lidi

kaarena mendapat pinjaman 1 lidi dari kantong puluhan yang

bernilai 10. Sedangkan, Ditempat puluhan lidi menjadi 5 karena

dipinjam 1 lidi oleh tempat satuan. Setelah dipinjam maka proses

pengurangan berlangsung, nampak sepaerti gambar berikut:

Gambar 18. Animasi Kantong Hitung

Page 109: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Keterangan : di tempat semula, tempat Satuan terdapat 11 lidi

dikurang 9 sama dengan 2 lidi. Di tempat puluhan

masih 5 lidi dikurangi 1 lidi sama dengan 4 lidi.

Jadi 61 – 19 = 42

(12) Peneliti memberikan soal operasi hitung penjumlahan dengan teknik

menyimpan dan pengurangan dengan teknik meminjam kepada

peserta didik untuk dikerjakan di depan kelas.

(13) Peneliti memberikan latihan tes tertulis yang mencakup materi

penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan dan pengurangan

dengan atau tanpa teknik meminjam kepada peserta didik untuk

mengetahui kemampuan pemahaman peserta didik terhadap materi

yang telah disampaikan peneliti pada siklus I.

(14) Peneliti menutup pembelajaran dengan berdoa dan berpesan kepada

peserta didik agar rajin belajar

3) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan nontes.

Instrumen tes dinilai berdasar hasil pekerjaan peserta didik dalam

menyelesaikan soal-soal matematika yang diberikan peneliti. Instrumen nontes

dinilai berdasarkan pedoman observasi yang telah disiapkan oleh peneliti

dengan mengamati kemampuan dan keaktifan peserta didik dalam

pembelajaran pembelajaran matematika pada operai hitung penjumlahan dan

pengurangan. Instrumen nontest tersebut terdiri dari instrumen keaktifan

peserta didik di dalam pembelajaran matematika, Instrumen Pedoman

Observasi terhadap Kemampuan Guru Mengelola Kelas, Instrumen Observasi

Kemampuan Guru dalam Menjelaskan, Instrumen Pedoman Observasi

Kemampuan Guru Melakukan Tindakan dalam Pembelajaran Matematika

dengan Media Animasi Kantong Hitung, dan Instrumen Kesulitan Guru dalam

Pembelajaran Matematika.

Page 110: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

b. Tindakan

Siklus I terdiri dari dua pertemuan yang dilakukan pada tanggal 5 dan 6

Mei 2011. Pelaksanaan tindakan pada tahap ini disesuaikan dengan rencana yang

telah ditetapkan peneliti bersama Ibu Umi sihmi selaku guru kelas 1 SLB-B

YRTRW Surakarta semester II tahun ajaran 2010/ 2011.

1) Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2011. Tindakan

yang dilakuan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran matematika

pada materi penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan pengurangan tanpa teknik

meminjam dengan media animasi kantong hitung. Peneliti dalam tahap ini juga

melakukan pengamatan terhadap kemampuan dan keaktifan peserta didik dalam

pembelajaran matematika dengan penggunaan media animasi kantong hitung. Ibu

Umi Sihmi, S. Pd selaku Guru kelaspun berperan dalam melakukan observasi

terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan materi dan mengelola kelas.

Langkah pertama yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah menyapa

perserta didik dengan memberi salam dan memimpin berdoa. Langkah berikutnya,

peneliti mengadakan apersepsi kemudian menjelaskan nilai tempat satuan dan

puluhan pada suatu bilangan. Peneliti menuliskan satu bilangan di atas papan

tulis, kemudian menanyakan kepada peserta didik nilai tempat bilangan tersebut.

Peserta didik satu persatu menyebutkan nilai tempat bilangan tersebut. Peneliti

mengamati peserta didik secara seksama, setelah peserta didik paham, peneliti

menjelaskan langkah-langkah materi penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan

pengurangan tanpa teknik meminjam dengan media animasi kantong hitung.

Tahap akhir pada pertemuan pertama tersebut adalah pemberian soal materi

penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan pengurangan tanpa teknik meminjam

di papan tulis untuk dikerjakan satu per satu.

2) Pertemuan kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2011. Pertemuan ini

merupakan rangkaian dari pertemuan pertama. Pertemuan kedua ini difokuskan

pada materi penjumlahan dengan teknik menyimpan dan pengurangan dengan

teknik meminjam dengan penggunaan media animasi kantong hitung.

Page 111: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat, peneliti

membuka pembelajaran dengan menyapa peserta didik dengan salam dan

memimpin berdoa serta mempresensi peserta didik satu persatu. Langkah

selanjutnya, peneliti membangkitkan ingatan peserta didik dengan memberikan

apersepsi yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan pada pertemuan

sebelumnya. Tahap selanjutnya, peneliti menjelaskan materi penjumlahan dengan

teknik menyimpan dan pengurangan dengan teknik meminjam dengan

menggunakan media animasi kantong hitung. Langkah yang dilakukan peneliti

selanjutnya adalah meminta peserta didik mengerjakan soal di papan tulis satu

persatu. Peneliti membenarkan beberapa jawaban peserta didik yang masih salah.

Tahap berikutnya, Peneliti memberikan tes tertulis secara individu yang

mencakup materi penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan dan

pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam untuk mengetahui kemampuan

peserta didik dalam memahami materi yang telah disampaikan oleh peneliti pada

siklus I. Seusai kegiatan tersebut, peneliti menutup pembelajaran dengan berdoa

dan tidak lupa berpesan kepada peserta didik agar banyak berlatih mengerjakan

soal khususnya pada materi penjumlahan dengan teknik menyimpan dan

pengurangan dengan teknik meminjam.

c. Pengamatan

Tahap observasi atau pengamatan pada siklus I dilaksanakan bersamaan

dengan pelaksanaan tindakan siklus I yaitu pada tanggal 5 dan 6 Mei 2011.

Peneliti selain bertindak sebagai pengajar dalam penelitian ini juga bertindak

sebagai pengamat. Peneliti mengamati kegiatan belajar mengajar dari awal sampai

akhir dan mencatat hasil pembelajaran pada siklus I di dalam kelas saat

pembelajaran matematika materi penjumlahan dengan atau tanpa teknik

menyimpan dan pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam berlangsung.

Peneliti berperan sebagai partisipan aktif, karena peneliti terlibat langsung dalam

kegiatan belajar mengajar bersama peserta didik dimana peneliti juga bertindak

sebagai guru.

Page 112: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Pertemuan pertama pada penelitian ini, dilaksanakan pada tanggal 5 Mei

2011 yang berlangsung selama 90 menit. Kegiatan pembelajaran berlangsung

pada pukul 07.30 hingga pukul 09.00. Peneliti mengawali pembelajaran dengan

memimpin doa dan mengucapkan salam kepada peserta didik. Selanjutnya peneliti

memberikan apersepsi dengan pertanyaan pancingan yang mengarah ke materi

dengan menuliskan beberapa bilangan di papan tulis. Tahap berikutnya, peneliti

meminta peserta didik menyebutkan nilai tempat satuan dan puluhan pada

bilangan tersebut. Hanya terdapat empat peserta didik saja yang aktif tunjuk jari

untuk maju di depan kelas. Peneliti selanjutnya memberikan materi penjumlahan

tanpa teknik menyimpan dan pengurangan tanpa teknik meminjam dengan media

animasi kantong hitung. Kegiatan pembelajaran tersebut tidak hanya digunakan

peneliti untuk menyampaikan materi saja, melainkan juga mengisi instrumen yang

telah peneliti siapkan untuk mengetahui keaktifan peserta didik selama

pembelajaran berlangsung.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2011 yang

berlangsung selama 90 menit. Tidak berbeda dengan pertemuan pertama, tahap ini

juga dimulai dari pukul 07.30 sampai dengan pukul 09.00. Penyampaian materi

pada pertemuan kedua tersebut tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama.

Namun fokus materi pada pertemuan kedua adalah penjumlahan dengan teknik

menyimpan dan pengurangan dengan teknik meminjam, sedang pada pertemuan

pertama adalah penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan pengurangan tanpa

teknik meminjam. Pada pertemuan kedua dilaksanakan test tertulis secara

individual yang mencakup materi penjumlahan dengan atau tanpa teknik

menyimpan dan pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam guna

mengetahui kemampuan peserta didik dalam memahami materi operasi hitung

penjumlahan dan pengurangan yang telah disampaikan peneliti dengan

menggunakan media animasi kantong hitung. Peneliti dalam melaksanakan

penelitian berkolaborasi dengan guru kelas, sehingga antara peneliti dan guru

memiliki peran masing-masing dan saling bekerjasama satu sama lain. Berikut

hasil test pada siklus I:

Page 113: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Tabel 14. Daftar Nilai Hasil Test Siklus I Mata Pelajaran Matematika Materi

Penjumlahan dan Pengurangan Peserta Didik Kelas 1 SLB-B YRTRW Surakarta

Semester II Tahun Ajaran 2010/ 2011

No Kode Subjek KKM Pretest Hasil Siklus I

1. JR 63 50 60

2. CK 63 65 80

3. HZ 63 65 80

4. TM 63 75 85

5. FL 63 55 65

6. AL 63 50 55

7. PT 63 50 60

8. EV 63 50 60

9. AM 63 50 60

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

JR CK HS TM FL AL PT EV AM

PRETEST

SIKLUS I

Grafik 2. Perbandingan Hasil Test Siklus I dengan Pretest Mata Pelajaran

Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Peserta Didik Kelas 1

Semester II SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2010/ 2011

Grafik 2 dan tabel 14 di atas menunjukkan hasil test pada siklus I

dibandingkan dengan pretest pada prasiklus. Peningkatan nilai dari masing-

masing peserta didik dapat ditunjukkan oleh grafik tersebut. Setelah diadakan

pembelajaran dengan penggunaan media animasi kantong hitung pada siklus I,

Page 114: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

terdapat peningkatan nilai yang tinggi dibanding dengan hasil pretest. Peserta

didik yang berinisial JR mengalami peningkatan yang awalnya mempunyai nilai

50 menjadi 60, namun JR belum mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah.

Begitu pula dengan peserta didik yang berinisial AL, AV, PT, dan AM mereka

juga mengalami peningkatan nilai yang tinggi, namun belum mencapai KKM

yang ditetapkan oleh sekolah. Peserta didik yang telah mencapai KKM dengan

nilai ≥ 63 adalah empat orang dari keseluruhan peserta didik yang berjumlah

sembilan orang. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa jumlah

peserta didik yang telah mencapai KKM adalah 44% saja. Sedangkan lima peserta

didik lainnya atau 56% dari keseluruhan peserta didik mempunyai nilai < 63 atau

di bawah KKM yang telah ditetapkan. Sedangakan Indikator yang ditetapkan oleh

peneliti, dapat dikatakan tercapai apabila terdapat tujuh atau lebih jumlah peserta

didik yang mendapat nilai ≥ 63. Sesuai dengan indikator ketercapaian yang

ditetapkan, maka hasil test pada siklus I tidak mencapai indikator yang ditetapkan

oleh peneliti. Ketidaktercapaian indikator tersebut dianalisis dan direfleksi untuk

kemudian dilakukan tindakan lagi pada siklus II.

Peneliti juga melakukan observasi pada siklus I, selama pembelajaran

matematika berlangsung berdasarkan instrumen yang telah dibuat untuk

mengetahui keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. Gurupun berperan serta

dalam melakukan observasi terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan

mengelola kelas serta membantu peneliti ketika mengalami kesulitan dalam

pembelajaran. Berdasarkan observasi peneliti pada pelaksanaan tindakan siklus I

dengan pengamatan terhadap keaktifan peserta didik saat pembelajaran

matematika melalui lembar observasi maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Page 115: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Tabel 15. Tabulasi Keaktifan Peserta Didik Kelas I Semester II SLB-B YRTRW

Surakarta pada Pembelajaran Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan

Tahun pelajaran 2010/ 2011

No Aspek yang Diamati Inisial Nama Peserta Didik Kelas I

JR CK HS TM FL AL PT EV AM

1. Perhatian peserta didik

terhadap penjelasan

guru

2 3 3 3 3 2 2 2 2

2. Peserta didik tanggap

terhadap perintah guru

2 3 3 3 3 2 2 3 2

3. Peserta didik mampu

dalam menjawab

pertanyaan lisan guru

2 3 4 4 3 2 2 2 2

4. Peserta didik mampu

memberikan tanggapan

mengenai penjelasan

guru

2 3 3 4 3 2 2 2 2

5. Peserta didik

menyimak dengan baik

ketika teman

berpendapat

2 3 3 3 3 2 2 2 2

6. Peserta didik tidak

sibuk dengan hal lain

saat guru menerangkan

ataupun saat

mengerjakan soal

2 3 3 3 3 3 3 3 3

7. Peserta didik mampu

menyelesaikan soal

evaluasi

2 4 4 4 3 2 2 2 2

8. Peserta didik tidak

membuat gaduh setelah

selesai mengerjakan

soal

2 3 3 3 3 3 2 2 2

9. Peserta didik mampu

mengerjakan soal di

depan kelas

2 4 4 4 4 2 2 2 2

10. Peserta didik sabar

menunggu giliran

dalam tugas individual

selanjutnya

2 3 3 3 3 2 2 2 2

11. Peserta didik

mendapatkan nilai dari

hasil evaluasi

memenuhi KKM

2 4 4 4 4 2 2 2 2

Total 22 36 37 38 32 24 23 24 21

Page 116: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Tabel 16. Hasil Observasi Keaktifan Peserta Didik Kelas I Semester II SLB-B

YRTRW Surakarta pada Pembelajaran Matematika Materi Penjumlahan dan

Pengurangan Tahun pelajaran 2010/ 2011

No Nama Skor Siklus I Keterangan

1. JR 22 Kurang Akif

2 CK 36 Aktif

3. HS 37 Aktif

4. TM 38 Aktif

5. FL 32 Aktif

6. AL 24 Kurang Aktif

7. PT 23 Kurang Aktif

8. EV 24 Kurang Aktif

9. AM 22 Kurang Aktif

Tabel 15 dan 16 di atas menunjukan bahwa peserta didik katagori aktif

dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan sebanyak

empat peserta didik dari sembilan peserta didik secara keseluruhan atau sebesar

44%. Sedangkan lima peserta didik yang lain dalam kategori kurang aktif atau

sebesar 56 %. Terjadi peningkatan keaktifan pada pelaksanaan tindakan siklus I

ini jika dibandingkan dengan kondisi awal yang baru mencapai tiga peserta didik

dari sembilan peserta didik secara keseluruhan atau sebesar 33%, sedangkan enam

dari sembilan peserta didik secara keseluruhan dalam kategori tidak aktif atau

sebesar 66%. Jadi terdapat peningkatan sebesar 11% dibandingkan dari kondisi

awal. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap peningkatan prestasi dan keaktifan

peserta didik dalam pembelajaran matematika pada materi penjumlahan dengan

atau tanpa teknik menyimpan dan pengurangan dengan atau tanpa teknik

meminjam pada tindakan siklus 1 diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Ketuntasan belajar mencapai 44% yaitu sebanyak empat peserta didik

yang mencapai KKM yaitu mendapatkan nilai ≥ 63.

2) Peserta didik yang aktif selama kegiatan belajar mengajar sebanyak

empat peserta didik dari sembilan peserta didik secara keseluruhan.

Page 117: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

3) Peserta didik yang kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar

berjumlah lima orang peserta didik dari sembilan peserta didik secara

keseluruhan.

4) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan mengelola kelas mendapat

kategori kurang berhasil dengan skor 12 dari skor maksimal 18.

d. Analisis dan Refleksi

Tahap analisis dan refleksi ini dilaksanakan peneliti bersama guru kelas 1

SLB-B YRTRW Surakarta dengan mengadakan diskusi terkait pelaksanaan

tindakan pada siklus 1. Analisis yang dimaksud adalah analisis terhadap hasil

observasi, serta hasil test peserta didik. Secara umum, terdapat beberapa

kelemahan yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung, yaitu:

1) Peneliti belum mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

bagi peserta didik.

2) Peneliti terlalu cepat dalam memberikan penjelasan, sehingga peserta

didik masih mengalami kesulitan dalam memahami materi.

3) Kegiatan pembelajaran masih bersifat satu arah dari pihak peneliti,

sedangkan peserta didik masih bertindak sebagai penerima materi saja.

4) Peserta didik masih belum paham penjelasan penggunaan media animasi

kantong hitung.

5) Guru belum bisa memantau kegiatan peserta didik secara menyeluruh,

karena hanya beberapa peserta didik yang sering mendapatkan bimbingan

dan pengarahan. Hal tersebut dikarenakan guru terkadang disibukkan oleh

beberapa peserta didik yang selalu harus dibantu karena kurang bisa

mandiri.

Berdasarkan hasil tes pada siklus I, terdapat empat peserta didik yang

telah mencapai ketuntasan yaitu mendapatkan nilai ≥ 63 atau 44% dari

keseluruhan sembilan peserta didik. Peserta didik yang aktif dalam pembelajaran

tersebut juga sebanyak empat peserta didik dari keseluruhan sembilan peserta

didik atau 44%. Berdasar indikator ketercapaian yang telah ditetapkan, maka

dapat disimpulkan bahwa pada siklus I sudah terjadi peningkatan prestasi, namun

Page 118: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

tidak berhasil dalam indikator ketercapaian. Seharusnya, berdasar indikator yang

ditetapkan nilai ≥ 63 hendaknya dicapai oleh tujuh atau lebih peserta didik.

Berdasar hal tersebut, maka siklus I belum berhasil dan harus dilanjutkan

penelitian pada siklus II dengan refleksi sebagai berikut:

1) Peneliti dan guru menciptakan suasana belajar yang menyenangakan dan

lebih santai dengan memasukkan permainan edukasi pada peserta didik

agar peserta didik lebih antusias, sungguh-sungguh dan senang dalam

mengikuti pembelajaran.

2) Peneliti menjelaskan materi dengan tidak terlalu cepat dan tidak buru-buru

agar peserta didik memahami materi yang disampaikan.

3) Peneliti dan guru memberikan perhatian secara menyeluruh tidak hanya

berfokus kepada beberapa peserta didik tertentu saja.

4) Guru dan peneliti dalam memberikan perhatian kepada peserta didik tidak

hanya di depan kelas, melainkan juga menghampiri peserta didik yang ada

di belakang maupun samping kanan dan kiri.

5) Kegiatan pembelajaran dipusatkan kepada peserta didik dengan memberi

kesempatan peserta didik untuk menggunakan media animasi kantong

hitung secara langsung.

6) Guru memberikan hadiah kepada peserta didik misal berupa nilai

tambahan, ungkapan-ungkapan pujian yang membangkitkna semangat

agar peserta didik terdorong untuk mau berperan aktif dalam

memperhatikan penjelasan peneliti serta bersungguh-sungguh dalam

mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti.

7) Guru hendaknya menjelaskan secara lebih mendetail penjelasan materi

penjumlahan dan pengurangan dengan penggunaan media animasi kantong

hitung.

3. Pelaksanaan Siklus II

a. Perencanaan

Pelaksanaan siklus I telah mencapai peningkatan pada hasil tes akhir

maupun hasil obsertvasi keaktifan peserta didik dalam pembelajaran matematika

Page 119: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

khususnya materi penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan dan

pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam, namun indikator yang

ditetapkan oleh peneliti belum dapat dicapai oleh seluruh peserta didik, maka

penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan berbagai perbaikan-perbaikan yang

direncanakan.

Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2011.

Peneliti dan guru menyepakati adanya siklus II mengingat terdapat beberapa

kelemahan-kelemahan dan tidak tercapainya indikator yang ditetapkan setelah

dilakukan analisis pada siklus I. Peneliti dan guru kelas 1 SLB-B YRTRW

Surakarta sepakat bahwa siklus II akan dilaksanakan pada tanggal 17 dan 18 Mei

2011. Peneliti dan guru kemudian mendiskusikan rancangan tindakan yang akan

dilaksanakan dalam proses penelitian selanjutnya. Rancangan kegiatan dalam

siklus II ini berbeda dengan siklus I. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengatasi

berbagai kelemahan yang ada pada siklus I. Berdasar hal tersebut, maka

disepakati hal-hal yang perlu diperbaiki guru dan peneliti dalam meningkatkan

prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan

dengan atau tanpa teknik menyimpan dan pengurangan dengan atau tanpa teknik

meminjam. Kegiatan perencanaan tindakan pada siklus II mencakup langkah-

langkah sebagai berikut:

1) Peneliti dan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai

dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

2) Peneliti dan guru berkolaborasi bersama dalam mendiskusikan langkah-

langkah kegiatan belajar mengajar mata pelajaran matematika materi

penjumlahan dan pengurangan dengan media animasi kantong hitung,

yaitu sebagai berikut:

a) Langkah-langkah pada pertemuan pertama:

(1) Peneliti memimpin doa dan memberi salam pada peserta didik, serta

menanyakan kabar peserta didik.

(2) Peneliti mengatur pengelompokan peserta didik agar tiap-tiap peserta

didik mendapatkan komputer ataupun laptop.

Page 120: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

(3) Peneliti mempresensi peserta didik dan menkondisikan peserta didik

dengan memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang

akan disampaikan.

(4) Peneliti menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan

berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

yang telah ditetapkan.

(5) Peneliti membagikan rangkuman materi pelajaran yang akan dibahas

pada pertemuan tersebut.

(6) Peneliti memberikan beberapa soal di depan kelas untuk

membangkitkan ingatan peserta didik.

(7) Peneliti meminta peserta didik untuk membuat pertanyaan tentang

operasi hitung penjumlahan menyimpan dan pengurangan tanpa

teknik meminjam untuk dijawab oleh teman lain.

(8) Peserta didik satu per satu mengerjakan soal yang diberikan

temannya dengan menggunakan media animasi kantong hitung

secara bergantian dengan menggunakan komputer masing-masing.

(9) Peneliti memberikan penekanan kembali serta membantu kesulitan

yang dialami peserta didik.

(10) Peserta didik dan peneliti bersama-sama menyelesaikan soal-soal

operasi hitung penjumlahan dan pengurangan tanpa teknik

menyimpan dengan media animasi kantong hitung.

b) Langkah-langkah pada pertemuan kedua

(1) Peneliti memimpin berdoa dan memberi salam pada peserta didik,

menanyakan kabar serta menyiapkan peserta didik.

(2) Peneliti mempresensi peserta didik

(3) Peneliti mengatur pengelompokan peserta didik agar tiap-tiap

peserta didik mendapatkan komputer ataupun laptop.

(4) Peneliti menyiapkan peserta didik dengan apersepsi yaitu bertanya

jumlah uang saku masing-masing peserta didik kemudian

menjumlahkannya menjadi satu

Page 121: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

(5) Peneliti menyegarkan suasana pembelajaran dengan memberikan

permainan yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya.

(6) Peneliti menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan

dilaksanakan berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar

dan indikator yang telah ditetapkan.

(7) Peneliti membagikan rangkuman materi yang akan dipelajari pada

pertemuan tersebut kepada peserta didik.

(8) Peneliti menjelaskan materi operasi hitung penjumlahan dengn

teknik menyimpan dan pengurangan dengan teknik meminjam

dengan menggunakan media animasi kantong hitung.

(9) Peneliti mengajak peserta didik bermain operasi hitung

penjumlahan dengan teknik menyimpan dan pengurangan dengan

teknik meminjam dengan menggunakan media animasi kantong

hitung. Penjelasan peneliti terhadap peserta didik mengenai

pengurangan dengan teknik meminjam adalah sebagai berikut:

Misal: 61

19 _

42

Gambar 19. Animasi Kantong Hitung

Keterangan: Di tempat satuan ada 1 lidi, di tempat puluhan ada 6 lidi. Di

tempat satuan ada 1 lidi dikurangi 9 lidi tidak bisa, maka pinjam 1 lidi

bilangan di depannya, yaitu dari tempat puluhan. Bilangan di depannya

puluhan, maka satu lidi bernilai 10 (IIIIIIIIII). Kantong tersebut jumlah

lidinya akan berubah karena sudah ditambah dan dikurangi, kantong

tersebut berubah seperti gambar berikut:

Page 122: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Gambar 20. Animasi Kantong Hitung

Keterangan: ditempat satuan yang semula berjumlah 1 lidi

menjadi 11 lidi kaarena mendapat pinjaman 1 lidi dari kantong

puluhan yang bernilai 10. Sedangkan, Ditempat puluhan lidi

menjadi 5 karena dipinjam 1 lidi oleh tempat satuan. Setelah

dipinjam maka proses pengurangan berlangsung, nampak seperti

gambar berikut:

Gambar 21. Animasi Kantong Hitung

Keterangan : di tempat semula, tempat Satuan terdapat 11 lidi

dikurang 9 sama dengan 2 lidi. Di tempat puluhan

masih 5 lidi dikurangi 1 lidi sama dengan 4 lidi.

Jadi 61 – 19 = 42

(10) Peserta didik diminta untuk mengerjakan soal operasi hitung

penjumlahan dengan teknik menyimpan dan pengurangan dengan

teknik meminjam secara bergantian dengan media animasi kantong

hitung secara bergantian.

(11) Peserta didik diminta untuk mengisi angka yang kosong pada

lembar kerja yang disediakan peneliti.

(12) Peneliti memberikan penekanan dan membenarkan kesalahan yang

dilakukan peserta didik.

Page 123: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

(13) Peneliti memberikan soal tertulis secara individual yang mencakup

materi penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan dan

pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam.

b. Tindakan

Pelaksanaan tindakan II ini dilaksanakan pada tanggal 17 dan 18 Mei

2011 yang masing-masing pertemuan berlangsung selama 90 menit. Tindakan

dalam kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah

direncanakan. Siklus II ini merupakan penyempurnaan dari siklus I. Pelaksanaan

tindakan pada siklus II berbeda dengab siklus I. Terdapat perbaikan-perbaikan

dalam tiap langkah-langkah pembelajarannya. Kegiatan pembelajran matematika

ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pertemuan Pertama

Pelaksanaan tindakan pertama siklus ke II adalah pada tanggal 17 Mei

2011. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan

pembelajaran matematika dengan Kompetensi Dasar menjumlahkan bilangan dua

angka. Penelitian ini mengambil materi penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan

pengurangan tanpa teknik meminjam. Peneliti memberikan kesempatan yang

seluas-luasnya bagi peserta didik untuk menggunakan media animasi kantong

hitung secara langsung. Setiap dua peserta didik berhak menggunakan satu

komputer untuk digunakan dalam pembelajaran. Peneliti berkolaborasi dengan

guru, sehingga antara peneliti dan guru memiliki peran masing-masing di dalam

penelitian. Peneliti melaksanakan pembelajaran materi penjumlahan tanpa teknik

menyimpan dan pengurangan tanpa teknik meminjam. dengan menggunakan

media animasi kantong hitung di ruang komputer. Peneliti juga melakukan

observasi terhadap keaktifan peserta didik saat pembelajaran berlangsung. Guru

berperan dalam melakukan observasi terhadap kemampuan peneliti dalam

menjelaskan dan mengelola kelas serta membantu peneliti ketika mengalami

kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama siklus II adalah

sebagai berikut, peneliti memimpin berdo’a dan memberi salam pada peserta

Page 124: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

didik serta menanyakan kabar dan menyiapkan peserta didik fokus pada pelajaran.

Kemudian peneliti menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan

standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pada mata pelajaran

matematika dengan materi penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan

pengurangan tanpa teknik meminjam. Selanjutnya peneliti melakukan apersepsi

dengan memberikan pertanyaan pancingan yaitu bertanya penjumlahan tanpa

teknik menyimpan dan pengurangan tanpa teknik meminjam seperti yang sudah

dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Langkah selanjutnya peneliti membagikan

materi pelajaran yang akan dibahas. Peneliti meminta peserta didik untuk

membuat pertanyaan tentang penjumlahan untuk dijawab oleh teman lain

menggunakan media animasi kantong hitung, kemudian peserta didik yang lain

menilai penggunaan media animasi kantong hitung dan hasil dari soal lemparan.

Demikian seterusnya sampai semua peserta didik mendapat giliran yang sama.

Selanjutnya peneliti meminta peserta didik untuk maju ke depan kelas menjawab

soal penjumlahan bersusun dengan menggunakan media animasi kantong hitung.

Sebagai penutup peneliti memberikan penekanan kembali serta membantu

kesulitan yang dihadapi peserta didik.

2) Pertemuan Kedua

Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan adalah tanggal 18 Mei

2011. Pertemuan ini merupakan lanjutan dari pertemuan pertama. Pertemuan

kedua ini difokuskan pada materi penjumlahan dengan teknik menyimpan dan

pengurangan dengan teknik meminjam. Peneliti memulai pelajaran dengan

memimpin berdoa dan menyapa peserta didik serta mempresensi mereka satu per

satu. Selanjutnya peneliti membagi mereka dalam bentuk kelompok dengan tujuan

agar setiap dua peserta didik berhak menggunakan satu komputer untuk

digunakan dalam pembelajaran. Berdasar RPP yang telah dibuat, kegiatan

pembelajaran diawali dengan apersepsi, yaitu bertanya dengan uang saku peserta

didik dan bertanya hasil penjumlahan uang saku semua peserta didik. Peneliti

mengajak peserta didik bermain penjumlahan dan pengurangan, yaitu dengan soal

yang sudah peneliti siapkan.

Page 125: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Tahap selanjutnya, peneliti membagikan materi yang akan dipelajari

kepada paserta didik. Peneliti lalu menjelaskan materi pengurangan dengan

menggunakan media animasi kantong hitung. Peserta didik diminta menggerjakan

soal penjumlahan dengan teknik menyimpan dan pengurangan dengan teknik

meminjam di depan kelas. Peserta didik diminta mengisi angka yang kosong pada

lembar kerja yang disediakan peneliti. Peneliti memberikan penekanan dan

membenarkan kesalahan yang dilakukan peserta didik.

Tahap terakhir pada pertemuan kedua siklus II ini adalah pemberian soal

tertulis materi penjumlahan dengan atautanpa teknik menyimpan dan pengurangan

dengan atau tanpa teknik meminjam sebagaimana yang telah diberikan pada siklus

I guna mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal

penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan dan pengurangan dengan atau

tanpa teknik meminjam.

c. Pengamatan

Tahap observasi siklus II dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanan

tindakan siklus II yaitu pada tanggal 17 dan 18 Mei 2011. Peneliti sebagai

partisipan aktif mengamati kegiatan belajar mengajar dari awal sampai akhir dan

mencatat hasil siklus II pada saat pembelajaran matematika berlangsung. Peneliti

berperan sebagai partisipan aktif, karena peneliti terlibat langsung dalam kegiatan

yang dilakukan oleh anak dalam kegiatan belajar mengajar yaitu bertindak sebagai

guru.

Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2011.

Pelaksanaan kegiatan pertemuan pertama berlangsung selama 90 menit.

Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini berbeda dengan tindakan siklus I. Peneliti

memperbaiki langkah-langkah pembelajaran. Kegiatan pembelajaran berlangsung

pada pukul 07.30 sampai dengan 09.00. Peneliti mengawali pembelajaran dengan

memimpin berdo’a kemudian mengucapkan salam kepada peserta didik.

Selanjutnya peneliti mempresensi dan menyiapkan peserta didik untuk mengikuti

pelajaran. Tahap selanjutnya, peneliti menjelaskan kegiatan yang akan

dilaksanakan berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator

Page 126: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

pada mata pelajaran matematika dengan materi penjumlahan tanpa teknik

menyimpan dan pengurangan tanpa teknik meminjam. Selanjutnya peneliti

melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan pancingan yaitu bertanya

mengenai penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan pengurangan tanpa teknik

meminjam seperti yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Peneliti

juga membagi murid dalam bentuk kelompok sehingga dua orang berhak

memakai satu komputer atau laptop. Langkah selanjutnya peneliti membagikan

materi pelajaran yang akan dibahas. Peneliti meminta peserta didik untuk

membuat pertanyaan tentang penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan

pengurangan tanpa teknik meminjam untuk dijawab oleh teman lain

menggunakan media animasi kantong hitung, kemudian peserta didik lain menilai

pengunaan media animasi kantong hitung dan hasil dari soal lemparan. Demikian

seterusnya sampai semua peserta didik mendapat giliran yang sama. Selanjutnya

peneliti meminta peserta didik untuk maju ke depan kelas menjawab soal

penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan pengurangan tanpa teknik meminjam

dengan menggunakan media animasi kantong hitung. Sebagai penutup peneliti

memberikan penekanan kembali serta membantu kesulitan yang dihadapi peserta

didik.

Pelaksanaan pertemuan kedua pada tanggal 18 Mei 2011. Peneliti

berkolaborasi dengan guru kelas I dalam pelaksanaan tindakan siklus II, sehingga

antara peneliti dan guru memiliki peran masing-masing dan saling bekerjasama

satu sama lain. Tindakan pada pertemuan kedua berbeda dengan tindakan siklus I.

Penjelasan materi pada pertemuan kedua ini berfokus pada materi penjumlahan

dengan teknik menyimpan dan pengurangan dengan teknik meminjam.

Pertemuan kedua diawali dengan menjelaskan penjumlahan dengan teknik

menyimpan dan pengurangan dengan teknik meminjam dengan menggunakan

media animasi kantong hitung. Peserta didik berhak memakai laptop dan

komputer, satu kompute atau satu laptop untuk dua orang. Pada siklus II ini juga

diberikan rangkuman materi. Kegiatan pembelajaran juga diawali dengn

permainan. Banyak perbaikan tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Setelah

semua kegiatan dilalui, peneliti memberikan test tertulis mencakup materi

Page 127: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan dan pengurangan dengan atau

tanpa teknik meminjam secara individual sebagai tahap terakhir pada pertemuan

kedua siklus II.

Hasil test pada siklus I menunjukkan peningkatan nilai yang tinggi,

namun peningkatan nilai tersebut belum mencapai indikator yang ditetapkan oleh

peneliti. Peneliti, pada siklus II berperan sebagai guru sekaligus pengamat.

Sedang kolabolator berperan sebagai pengamat kegiatan belajar mengajar.

Terdapat beberapa perbedaan tindakan yang dilakukan pada siklus I dibanding

dengan siklus II. Perbedaan tersebut antaralain peserta didik diberikan rangkuman

materi, peserta didik berhak menggunakan komputer, peneliti lebih jelas dan tidak

terburu-buru dalam menjelaskan, serta beberapa hal lagi yang merupakan

perbaikan dari siklus I. Siklus II terdiri dari dua pertemuan. Evaluasi pada siklus

II berupa pemberian test tertulis yang mencakup materi penjumlahan dengan atau

tanpa teknik menyimpan dan pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam

secara individual. Berikut hasil tes pada siklus II:

Tabel 17. Daftar Nilai Hasil Test Siklus II Mata Pelajaran Matematika Materi

Penjumlahan dan Pengurangan Peserta Didik Kelas 1 Semester II SLB-B

YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2010/ 2011

No Kode Subyek KKM Pretest Test Siklus I Test Siklus II

1. JR 63 50 60 75

2. CK 63 65 80 95

3. HZ 63 65 80 95

4. TM 63 75 85 100

5. FL 63 55 65 90

6. AL 63 50 55 70

7. PT 63 50 60 75

8. EV 63 50 60 80

9. AM 63 50 60 75

Tabel 17 di atas menunjukkan hasil test siklus II mata pelajaran

matematika pada materi materi penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan

dan pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam peserta didik Kelas 1

Semester II SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2010/ 2011. Nilai peserta

didik tersebut mengalami peningkatan yang tinggi. Tabel tersebut menunjukkan

Page 128: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

bahwa sembilan peserta didik pada test siklus II tersebut mendapat nilai ≥ 63.

Sedangkan, penetapan indikator oleh peneliti dikatakan tercapai apabila terdapat

tujuh atau lebih peserta didik yang mendapat nilai ≥ 63. Jadi seluruh peserta didik

yang berjumlah sembilan orang tersebut telah mencapai indikator yang ditetapkan

oleh peneliti pada siklus II tersebut. Pencapaian indikator tersebut membuktikan

keberhasilan penggunaan media animasi kantong hitung dalam upaya peningkatan

prestasi belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan pada peserta

didik kelas 1 SLB-B YRTRW Surakarta pada siklus II ini. Keberhasilan

pencapaian indikator tersebut mengartikan bahwa penelitian pada siklus dua

dihentikan dan tidak dilanjutkan pada siklus selanjutnya karena sudah tercapai

indikator yang ditetapkan.

Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan peserta didik saat

pembelajaran berlangsung. Sedangkan guru berperan dalam melakukan observasi

terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas serta

membantu peneliti ketika mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Observasi

keaktifan peserta didik dilakukan sejak siklus I dan siklus II. Tidak berbeda

dengan observasi terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola

kelas juga dilakukan pada siklus II. Observasi dilakukan dengan lembar observasi

yang telah disiapkan. Hasil observasi peneliti terhadap keaktifan peserta didik

dalam pembelajaran matematika dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 18. Hasil Observasi Keaktifan Siklus II Peserta Didik Kelas I Semester II

SLB-B YRTRW Surakarta pada Pembelajaran Matematika Materi Penjumlahan

dan Pengurangan Tahun pelajaran 2010/ 2011

No Aspek yang Diamati Inisial Nama Peserta Didik Kelas I

JR CK HS TM FL AL PT EV AM

1. Perhatian peserta didik

terhadap penjelasan guru

3 4 4 4 3 3 3 4 3

2. Peserta didik tanggap

terhadap perintah guru

3 4 4 4 3 3 3 3 3

3. Peserta didik mampu dalam

menjawab pertanyaan lisan

guru

4 4 4 4 4 3 4 4 3

4. Peserta didik mampu

memberikan tanggapan

mengenai penjelasan guru

4 4 4 4 4 3 3 3 3

5. Peserta didik menyimak

dengan baik ketika teman

3 4 4 4 4 3 3 3 3

Page 129: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

berpendapat

6. Peserta didik tidak sibuk

dengan hal lain saat guru

menerangkan ataupun saat

mengerjakan soal

3 4 4 4 3 3 3 3 3

7. Peserta didik mampu

menyelesaikan soal evaluasi

4 4 4 4 4 4 4 4 4

8. Peserta didik tidak membuat

gaduh setelah selesai

mengerjakan soal

3 4 4 4 3 3 3 3 3

9. Peserta didik mampu

mengerjakan soal di depan

kelas

4 4 4 4 4 4 4 4 4

10. Peserta didik sabar

menunggu giliran dalam

tugas individual selanjutnya

4 4 4 4 4 3 3 3 3

11. Peserta didik mendapatkan

nilai dari hasil evaluasi

memenuhi KKM

4 4 4 4 4 4 4 4 4

Total 39 44 44 44 40 36 37 38 36

Tabel 19. Hasil Observasi Keaktifan Peserta Didik Kelas I Semester II SLB-B

YRTRW Surakarta pada Pembelajaran Matematika Materi Penjumlahan dan

Pengurangan Tahun pelajaran 2010/ 2011

No Nama Skor Siklus I Keterangan

1. JR 39 Aktif

2 CK 44 Aktif

3. HS 44 Aktif

4. YM 44 Aktif

5. FL 40 Aktif

6. AL 36 Aktif

7. PT 37 Aktif

8. EV 38 Aktif

9. AM 36 Aktif

Pada tabel 18 dan 19 di atas menunjukkan bahwa peserta didik dengan

kategori aktif dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dengan atau

tanpa teknik menyimpan dan pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam

sebanyak sembilan peserta didik dari sembilan peserta didik secara keseluruhan

Page 130: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

atau sebesar 100%. Berdasar hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi

peningkatan keaktifan pada pelaksanaan tindakan siklus II ini jika dibandingkan

dengan pelaksanaan tindakan siklus I. Pada siklus I kategori aktif dalam

pembelajaran matematika pada materi penjumlahan dengan atau tanpa teknik

menyimpan dan pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam sebesar 44%.

Sedangkan enam peserta didik yang lain dalam kategori kurang aktif atau sebesar

56%. Jadi terdapat peningkatan sebersar 44%.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pembelajaran matematika pada

materi penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan dan pengurangan

dengan atau tanpa teknik meminjam pada tindakan siklus II diperoleh hasil

sebagai berikut:

1) Ketuntasan belajar mencapai 100% yaitu sebanyak sembilan peserta didik.

2) Peserta didik yang aktif selama kegiatan belajar mengajar bejumlah

sembilan peserta didik dari sembilan peserta didik secara keseluruhan.

3) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan mengelola kelas mendapat kategori

berhasil dengan skor 16 dari skor maksimal 18.

Peningkatan kemampuan pesera didik dalam pembelajaran matematika

pada materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan dapat dilihat pada tabel

dan disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut ini:

Tabel 20. Peningkatan Nilai Tes Tiap Siklus Pada Mata Pelajaran Matematika

Materi Penjumlahan dan Pengurangan Peserta Didik Kelas I Semester II SLB-B

YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2010/ 2011

No Inisial Nama Pretest Siklus I Siklus II Keterangan

1. JR 50 60 75 Meningkat

2. CK 65 80 95 Meningkat

3. HS 65 80 95 Meningkat

4. TM 75 85 100 Meningkat

5. FL 55 65 90 Meningkat

6. AL 50 55 70 Meningkat

7. PT 50 60 75 Meningkat

8. AV 50 60 80 Meningkat

9 AM 50 60 75 Meningkat

% Tuntas 33% 44% 100% Tuntas

Tabel 20 di atas merupakan rekapitulasi hasil tes penjumlahan materi

penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan dan pengurangan dengan atau

Page 131: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

tanpa teknik meminjam dimulai dari pretest, postest siklus I dan postest siklus II.

Tabel tersebut memperlihatkan adanya peningkatan sejak diadakan test pada

siklus I dan siklus II. Hasil pretest di atas yang merupakan dasar penentuan

kemampuan awal terlihat bahwa dari semua peserta didik hanya terdapat tiga

peserta didik yang mencapai ketuntasan atau ketuntasan baru mencapai 33%. Pada

hasil tes siklus I persentase ketuntasan mencapai 44% atau terjadi grafik

peningkatan 11% apabila dibandingkan dengan kemampuan awal. Hasil tes

siklus II menunjukkan persentase tuntas sebesar 100% atau terjadi peningkatan

56% apabila dibandingkan dengan test pada siklus I. Peningkatan hasil test mata

pelajaran matematika materi penjumlahan dengan atau tanpa teknik menyimpan

dan pengurangan dengan atau tanpa teknik meminjam pada peserta didik kelas 1

SLB-B YRTRW Surakarta dapat terlihat dalam grafik sebagai berikut:

Grafik 3. Perbandingan Peningkatan Hasil Pretes, Tes Siklus I dan Test Siklus II

Mata Pelajaran Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Peserta Didik

Kelas I Semester II SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2010/ 2011

Grafik 3 tersebut menunjukkan dengan jelas peningkatan hasil tes pada

setiap siklus. Grafik 3 tersebut menunjukkan peningkatan hasil tes pada pretest,

test siklus I, dan test siklus II. Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa

Page 132: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

keseluruhan peserta didik yang berjumlah sembilan orang memperoleh nilai ≥ 63

pada test yang dilakukan pada siklus II.

d. Analisis dan Refleksi

Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan

menggunakan media animasi berjalan dengan lancar. Berbagai kelemahan yang

dialami pada siklus I dapat teratasi pada siklus II. Semua peserta didik mengalami

peningkatan nilai pada hasil test akhir yang diberikan pada siklus II. Semua

peserta didik yang terdiri dari sembilan peserta didik tersebut mendapatkan nilai

≥ 63. Berdasarkan indikator yang ditetapkan oleh peneliti, maka nilai hasil test

akhir pada siklus II tersebut telah memenuhi indikator. Demikian pula dengan

keaktifan peserta didik, semua peserta didik memperoleh skor > 30 yang dapat

dikatakan bahwa pada siklus II ini telah tercapai indikator keaktifan peserta didik.

Jadi 100% peserta didik kelas 1 SLB-B YRTRW Surakarta mencapai indikator

yang ditetapkan oleh peneliti. Keberhasilan pencapaian indikator pada siklus II

tersebut menunjukkan keberhasilan penggunaan media animasi kantong hitung

dalam pembelajran matematika, untuk itu penelitian tidak dilanjutkan ke siklus

selanjutnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

Penerapan Media Animasi Kantong Hitung dapat Meningkatkan Prestasi Belajar

Matematika pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Siswa Kelas I Semester

II SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2010/ 2011.

C. Pembahasan

Penelitian ini menunjukkan bahwa Penerapan Media Animasi Kantong

Hitung dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika pada Materi

Penjumlahan dan Pengurangan Siswa Kelas I Semester II SLB-B YRTRW

Surakarta Tahun Ajaran 2010/ 2011. Keberhasilan dalam penelitian ini sejalan

dengan teori dari beberapa pakar yang telah disampaikan dalam landasan teori.

Page 133: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Sejalan dengan pendapat Sardjono (2000: 41) yang mengatakan bahwa

“karakteristik yang paling cocok dari anak tunarugu yaitu terhambatnya

perkembangan bahasa dan bicara mereka terbatas pada kosakata dan pengertian

kata-kata abstrak”, maka dapat disimpulkan bahwa Penerapan Media Animasi

Kantong Hitung dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika pada Materi

Penjumlahan dan Pengurangan Siswa Kelas I Semester II SLB-B YRTRW

Surakarta Tahun Ajaran 2010/ 2011. Hal tersebut dikatakan sejalan, karena dalam

penggunaan media animasi kantong hitung disesuaikan dengan ciri dan

karakteristik peserta didik tunarungu. Fakta yang terdapat di SLB-B YRTRW

pada kelas 1 menunjukkan bahwa peserta didik tunarungu mengalami hambatan

dalam pendengarannya. Peserta didik tersebut memerlukan perlakuan khusus,

salah satunya penggunaan media, sehingga penerapan media animasi kantong

hitung yang bersifat visual ini dapat memaksimalkan penyampaian materi dalam

kelas tersebut. Dengan maksimalnya penyampaian materi secara visual tersebut,

hasil test peserta didik terbukti mengalami peningkatan dan mencapai indikator

yang ditetapkan oleh peneliti. Hal tersebut juga sejalan dengan teori yang

disampaikan oleh Elizabeth (dalam http://www.ttaconline. org/staff/sol /scideaf.

html) Anak gangguan pendengaran yang berorientasi visual, lebih cenderung lebih

mudah untuk beradaptasi dengan bentuk tertulis dibanding dengan seorang anak

mendengar karena mereka lebih terfokus pada hal-hal visual. Hal tersebut

ditunjukkan oleh hasil pretest di atas yang merupakan dasar penentuan

kemampuan awal terlihat bahwa dari semua peserta didik hanya terdapat tiga

peserta didik yang mencapai ketuntasan atau ketuntasan baru mencapai 33%. Pada

hasil tes siklus I setelah penggunaan media animasi kantong hitung dalam

pembelajaran matematika persentase ketuntasan mencapai 44% atau terjadi grafik

peningkatan 11% apabila dibandingkan dengan kemampuan awal. Hasil tes siklus

II menunjukkan persentase tuntas sebesar 100% atau terjadi peningkatan 56%

apabila dibandingkan dengan test pada siklus I. Hal ini menunjukkan

keberhasilan penggunaan media animasi kantong hitung karena bersifat visual dan

memperhatikan tahapan konkrit ke semikonkrit hingga abstrak.

Page 134: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Namun penggunaan media animasi kantong hitung dalam pembelajaran

matematika tersebut mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dalam

ketersediaan media. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Wilkinson (dalam R.

Anggkowo dan A. Kosasih, 2007:14) yang menyatakan bahwa ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran salah satunya adalah

ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung. Padahal, penyampaian materi

dengan penerapan media animasi kantong hitung harus menggunakan komputer

ataupun laptop. Sedangkan di sekolah tersebut jumlah komputer terbatas,

sehingga peserta didik tidak bisa menggunakan satu komputer untuk satu peserta

didik. Untuk itu Sekolah hendaknya menyediakan sarana berupa komputer agar

penerapan media animasi kantong hitung tersebut maksimal. Gurupun sebagai

tenaga pengajar jarang menggunakan komputer sebagai media pembelajaran,

untuk itu hendaknya gurupun memanfaatkan media animasi kantong hitung

tersebut dalam pembelajaran matematika.

Proses belajar pada diri seseorang terjadi secara bertahap dari hal-hal

yang bersifat konkrit ke arah yang abstrak. Perkembangan kognitif seseorang

berkaitan dengan struktur otak, sedangkan struktur otak dipengaruhi oleh

stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Dalam penelitian ini penggunaan media

animasi kantong hitung memperhatikan tahapan belajar peserta didik. Animasi

kantong hitung termasuk dalam tahapan econic yang ditandai dengan

perumpamaan berupa gambar animasi bergerak. Dengan animasi kantong hitung

tersebut peserta didik bisa melihat proses pengurangan dan penjumlahan secara

langsung, hal ini membuat peserta didik lebih mudah dalam memahami tiap

materi yang disampaikan. Hal tersebut sejalan dengan teori yang disampaikan

oleh Bruner (dalam Mulyono Abdurrohman, 1999: 34) terdapat beberapa tahapan

pembelajaran salah satunya adalah tahap econic yang ditandai oleh penggunaan

perumpamaan atau tamsilan (imagery). Penggunaan media animasi kantong

hitung yang memperhatikan tahapan-tahapan pembelajaran tersebut terbukti

berhasil dilihat dari meningkatnya hasil tes dari tes kemampuan awal, test siklus I,

dan test siklus II sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.

Page 135: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

Media animasi kantong hitung dalam penelitian ini`penyajiannya tidak

terlalu verbalist atau tulisan-tulisan saja, melainkan penyajian proses asal-usul

penjumlahan dan pengurangan terlihat jelas. Hal ini sejalan dengan teoriyang

disampaikan oleh Arief S. Sadiman, dkk (1986: 16-17) yang menyatakan bahwa

secara umum media pendidikan mempunyai beberapa kegunaan salah satunya

adalah memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalist (dalam

bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). Media animasi kantong hitung dalam

penelitian ini dibuat dengan gambar-gambar animasi yang menarik yang dapat

dimainkkan oleh peserta didik sehingga memotivasi peserta didik untuk aktif

dalam pembelajaran. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, prestasi dan

keaktifan peserta didik mengalami kenaikan dalam tiap siklus. Pada test

kemampuan awal terdapat tiga peserta didik atau 33% yang aktif dalam

pembelajaran. Pada siklus I terjadi peningkatan 11%, jadi total terdapat empat

peserta didik atau 44% yang aktif dalam pembelajran matematika tersebut.

Sedangkan pada siklus II peningkatan mencapai 56% sehingga menjadi total

100% atau keseluruhan dari sembilan peserta didik yang aktif dalam

pembelajaran.

Secara umum media tersebut mempunyai beberapa kelebihan

diantaranya: 1) media tersebut menarik dan menyenangkan sehingga memotivasi

peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran matematika khususnya materi

penjumlahan dan pengurangan, 2) media tersebut bersifat visual sehingga

mempermudah peserta didik memahami materi dalam pembelajaran matematika

khususnya penjumlahan dan pengurangan, 3) media tersebut menggambarkan

terjadinya proses pengurangan dan penjumlahan secara jelas, jadi anak tidak

hanya membayangkan atau abstrak tapi dapat melihat langsung. Hal tersebut

sejalan dengan pendapat Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2005: 15) yang

menyatakan bahwa, “pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar

mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan

motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh

psikologis terhadap siswa”. Untuk itu, penggunaan media ini perlu dipertahankan

dengan menerapkan media animasi kantong hitung dalam pembelajaran

Page 136: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan. Terdapat peningkatan

prestasi dan keaktifan peserta didik tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan pretest,

test siklus I, dan test siklus II yang dapat digambarkan bahwa prosentasi

keberhasilan adalah 9/9 X 100% = 100%.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Penerapan

Media Animasi Kantong Hitung dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika

pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Siswa Kelas I Semester II SLB-B

YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2010/ 2011.

Page 137: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

BAB V

SIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data di atas dapat terlihat bahwa terjadi peningkatan

nilai pada tiap siklus. Pada test kemampuan awal terdapat tiga peserta didik atau

33% yang mendapatkan nilai ≥ 63 dan aktif dalam pembelajaran. Pada siklus I

terjadi peningkatan 11%, jadi total terdapat empat peserta didik atau 44% yang

mendapatkan nilai ≥ 63 dan aktif dalam pembelajaran. Sedangkan pada siklus II

peningkatan mencapai 56% sehingga menjadi total 100% atau keseluruhan dari

sembilan peserta didik mendapatkan nilai ≥ 63 dan aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Penerapan

Media Animasi Kantong Hitung dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika

pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Siswa Kelas I Semester II SLB-B

YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2010/ 2011.

B. Saran

Berdasar hasil kesimpulan yang telah disampaikan, maka peneliti

memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Saran untuk Sekolah

a) Sekolah hendaknya menyosialisasikan penggunaan media animasi

kantong hitung dalam rangka mengefektifkan penggunaan media

tersebut.

b) Sekolah hendaknya menyediakan sarana prasarana yang menunjang

kebutuhan penggunaan media animasi kantong hitung berupa

pemenuhan kebutuhan komputer.

2. Saran untuk guru

Guru hendaknya menerapkan penggunaan media animasi kantong hitung

dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan

Page 138: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

sebagai salah satu solusi peningkatan prestasi belajar matematika bagi

peserta didik.

3. Saran untuk peserta didik

Peserta didik hendaknya ikut terlibat aktif dalam penggunaan media

animasi kantong hitung dalam pembelajaran matematika materi

penjumlahan dan pengurangan baik di rimah maupun di sekolah.

4. Untuk Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satau bahan

perbandingan untuk menciptakan metode yang lebih efektif bagi peserta

didik Tunarungu. Sebaiknya peneliti menambahkan variabel penelitian

agar lebih berkembang.

C. Implikasi

Implikasi dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan prestasi belajar

matematika peserta didik tunarungu kelas I Semester II SLB-B YRTRW

Surakarta melalui penggunaan media animasi kantong hitung dalam pembelajaran

matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan, untuk itu penggunaan

media tersebut perlu diterapkan dalam kegiatan pembelajaran matematika pada

materi penjumlahan dan pengurangan. Penggunaan media tersebut selain

meningkatkan prestasi belajar matematika juga mampu menghadirkan suasana

yang menarik dan menyenangkan, serta dapat memotivasi peserta didik untuk

terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran matematika materi penjumlahan dan

pengurangan.

Page 139: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

DAFTAR PUSTAKA

Adi Nugroho. 2008. Pengertian Prestasi Belajar. http://sobatbaru.blogspot.com/

2008/06 /pengertian-prestasi-belajar.html. Download tanggal 10 Februari

2011.

Andreas Dwijsumarto. 2006. Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Dirjen

DIKTI.

Arif. 2010. Validitas Isi. http://tentangpenelitian.blogspot.com/2009/04/definis-

validitas-isi.html. Download tanggal 23 Januari 2011.

Arif Sadiman, dkk. 1986. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali.

Ashman, A. And Elkins, J. (eds). 1994. Education Children with Special Needs.

Sidney: Prentice Hall of Australia Pty Ltd.

Azhar. Basuki Wibawa, Farida. 2001. Media Pengajaran. Bandung: Maulana.

Baharuddin. 2009. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jakarta: Ar-Ruzz

Media.

Departemen Pendidikan Nasional. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai

Pustaka: Jakarta.

Djoko Shindu Sakti. 1997. Deteksi Dini Gangguan Pendengaran. Surakarta:

PKH/ FKIP/ UNS.

Elizabeth Rey. 2010. Discovering mathematics: The challenges that deaf/hearing-

impaired children encounter. http://www.education.auckland.ac.nz.pdf.

Dowload tanggal 10 Februari 2011.

Ernamaryati. 2010. Penjumlahan dan Pengurangan untuk Kelas Dua SD.

http://ernamaryati.blogspot.com/2010/11/penjumlahan-dan-pengurangan-

untuk-kelas.html. Download tanggal 10 Februari 2011.

Herumen. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Hujair A H Sanaky. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania

Press.

Jamila.K.A Muhammad. 2008. Special Education For Special Children. Jakarta:

Hikmah.

Page 140: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Kasihani Kasbolah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negeri

Malang.

M. Ngalim Purwanto. 2002. Belajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

M. Tholib. 2009. Anak Tunarungu. http://bintangbangsaku.com/artikel/2009/02/

anaktunarungu. Download tanggal 1 Januari 2011.

Mega Iswari. 2007. Kecakapan Hidup bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:

Departmen Pendidikan Nasional.

Moh Efendi. 2006. Pengantar Psikologi Ortopedagogik Anak Berkelainan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Moh. Uzer Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mulyono Abdurahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta: Pusban Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Murni Winarsih. 2007. Intervensi Dini bagi Anak Tuna Rungu dalam

Pemerolehan Bahasa. Departemen Pendidikan Nasional.

Nizar Alam Hamdani dan Dody Hermana. 2008. Classroom Action Research.

Jakarta: Rahayasa.

Ocha. 2010. Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunarungu. http://ochamutz91.

wordpress.com/2010/05/29/karakteristik-dan-pendidikan-anak-tuna-rungu/.

Download tanggal 10 Februari 2011.

Parwoto. 2007. Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuahn Khusus. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Permanarian Somad, Tati Hernawati. 1996. Ortopedagogik Anak Tuna Rungu.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Permanarian Somad. 2008. Definisi dan klasifikasi Anak Tunarungu.

(http://permanarian16.blogspot.com/2008/04/definisi-dan-klasifikasi-

tunarungu.html). Download tanggal 10 Februari 2011.

R. Anggkowo, A. Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta:

Grassindo.

Reiber. 2009. Multimedia Animasi. http.//biologi-staincb.web.id/blog/artikel-

pendidikan. Download tanggal 10 Februari 2011.

Page 141: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Rochiati Wiriatmadja. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:

Remaja Rosadakarya.

Sardjono. 1999. Orthopedagogiek Anak Tunarungu 1. Surakarta: UNS PRESS.

_______. 2000. Orthopedagogiek Tunarungu 1. Surakarta: DEKDIKBUD

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sarwiji Suwandi. 2008. PTK dan Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi

Guru Rayon 13.

Sri Agus S. 2010. Anak Tunarungu. http://sriagussupriani.blogspot.com/2009/12/

anak-tunarungu.html. Download tanggal 10 Februari 2011.

Soedomo Hadi. 2005. Pengelolaan Kelas. Surakarta: LPP UNS dan UPT

Penerbitan dan Percetakan UNS.

Subliyanto. 2011. Pengumpulan Data PTK. (ahref=http://www6.shoutmix.com/ ?

subliyanto>viewshoutbox</a). Download tanggal 23 Januari 2011.

Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian pendidikan. Bandung: Aflabeta.

Suharno. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (prinsip-prinsip dasar dan

implementasinya). Surakarta: Media Perkasa.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Suharsimi Arikunto. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan

Evaluasi. Jakarta: CV Rajawali.

________________. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktis.

Jakarta: Rineka Cipta.

Suherman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika kontemporer. Bandung:

FPMIPA UPI.

Sukaesih. 2010. Pengertian Anak Tunarungu. http://sukaesih21.wordpress.com/

2010/05/29/pengertian-anak-tunarungu/. Download tanggal 10 Februari

2011.

Sutjihati Somantri. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: DIRJEN DIKTI.

Sunarto. 2009. Pengertian Prestasi Belajar. http://sunartombs.wordpress.com

/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/. Download tanggal 10 Februari

2011.

Page 142: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UPAYA ... PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN SISWA KELAS I SEMESTER II SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

Sutjihati Somantri. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: DIRJEN DIKTI.

Syafir. 2011. Pengertian Prestasi Belajar. http://www.syafir.com/2011/02/12/

pengertian-prestasi-belajar. Download tanggal 10 Februari 2011.

Terezinha Nunes. 2009. Promoting Deaf Pupils Achievment in Matemathics.

(www.acfos.org/publication/ourarticles/pdf/acfos3/nunes.pdf). Download

tanggal 10 Februari 2011.

Wakhinudin. 2010. Validitas Isi. http://wakhinuddin.wordpress.com/2010/08/02/

validitas-isi/. Download tanggal 23 Januari 2011.