2
join facebook.com/suryaonline HAL 2 DIGITAL NEWSPAPER edisi pagi surabaya.tribunnews.com surya.co.id | KAMIS, 19 DESEMBER 2013 | Terbit 2 halaman follow @portalsurya Spirit Baru Jawa Timur Menjelang Pemilu 2014, Pengguran Mengancam SURYA ONLINE - Wakil Presiden Boedio- no ternyata lebih memilih menghadiri acara puncak peringatan Hari Ibu ke- 85 dan menerima Ketua Parlemen Myanmar Thura U Shwe Mann, dari pada harus menghadiri undangan Tim Pengawas Century, Rabu (18/12/2013), di Gedung DPR RI. Sesuai agenda di Sekretariat Wapres, Boediono, jam 10.00 WIB bersama Ibu Herawati Boediono mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk menghadiri acara puncak peringatan Hari Ibu ke-85. Agenda selanjutnya, pukul 14.00 WIB, di Kantor Wapres Jalan Medan Merdeka Utara, Boediono menerima Thura U Shwe Mann, untuk melakukan pem- bicaraan dan tukar pikiran mengenai peningkatan hubungan kedua negara yang selama ini telah berjalan baik. Soal ketidakhadiran Boediono memenuhi undangan Tim Pengawas (Timwas) Century sebenarnya sudah ada sinyal sejak 4 Desember 2013. Saat itu Juru Bicara Wapres Yopie Hidayat mengatakan, Wakil Presiden Boediono tidak akan hadir memenuhi panggilan Tim Pengawas (Timwas) Masalah Cen- tury DPR RI karena dapat mengganggu jalannya proses penegakan hukum yang kini sedang berlangsung di KPK. “Pak Boediono berkomitmen membantu KPK menuntaskan masalah Century dan tidak ingin proses pene- gakan hukum yang sedang berlangsung terganggu oleh intervensi politik apapun,” kata Yopie dalam keterangan pers di Jakarta. Dikatakan Yopie, proses politik di DPR sudah selesai dengan keputusan me- nyerahkan masalah ini kepada penegak hukum. Tugas Timwas, sesuai keputusan Paripurna DPR adalah mengawasi para penegak hukum. Pemanggilan kepada pihak-pihak lain, apalagi yang sudah memberikan keterangan kepada KPK adalah tindakan yang tidak sejalan dengan keputusan Paripurna DPR dan berada di luar kewenangan Timwas. Pernyataan Yopie itu disampaikan menanggapi kesepakatan Tim Pengawas DPR RI untuk kasus Bank Century memanggil Wakil Presiden Bediono menghadiri rapat Timwas, 18 Desember 2013. Pramono Anung, Wakil Ketua DPRD RI menyampaikan, Wapres Boediono dihadirkan pada rapat Timwas Century agar para anggota Timwas dapat meng- klarifikasi tindakan Boediono terkait putusan mengeluarkan dana talangan Bank Century ketika menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia. Kirim surat Sehari sebelum tanggal 18 Desember 2013, Wakil Presiden Boediono me- nyampaikan surat ke Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung yang isinya tidak dapat memenuhi undangan rapat dengar penda- pat umum dengan Tim Pengawas Century yang dijadwalkan 18 Desember 2013. Surat yang ditandatangani Boediono, 17 Desember 2013, menyebutkan bahwa Boediono sebagai Wapres memahami sepenuhnya dan menghormati tugas dan kewajiban DPR, termasuk Timwas Century terhadap tindaklanjut reko- mendasi Panitia Angket DPR RI tentang pengusutan Kasus Bank Century. Dalam surat dengan tulisan Boediono pada sudut kiri atas itu, Wapres menyampaikan bahwa dirinya telah menghadiri undangan Rapat Pansus Hak Angket Century, 22 Desember 2009 dan 12 Januari 2010. “Pada rapat tersebut saya menyam- paikan keterangan, data dan informasi yang saya ketahui terkait Bank Century kepada Pansus Century,” kata Boediono dalam surat yang terdiri dari delapan butir itu. Menurut pengetahuan Boediono, salah satu rekomendasi Pansus Century adalah agar seluruh penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang yang berindikasi perbuatan melawan hukum yang merupakan tindak pidana korupsi, tindak pidana perbankan dan tindak pidana umum berikut pihak-pihak didu- ga bertanggungjawab agar diserahkan kepada lembaga penegak hukum, yaitu Kepolisian RI, Kejaksaan Agung dan KPK. Rekomendasi lain dari Pansus Century adalah membentuk Tim Pengawas tindak lanjut rekomendasi Panitia Angket Bank Century yang bertugas mengawasi pelak- sanaan rekomendasi dan proses penelu- suran aliran dana serta pemulihan aset dengan kewenangan sesuai peraturan. “Menurut pengetahuan saya, Kepolisian RI, Kejaksaan Agung dan KPK telah dan sedang menindaklanjuti rekomendasi Pansus tersebut,” kata Boediono yang suratnya ditembuskan ke Presiden RI dan pimpinan DPR RI. Sebagai mantan Gubernur Bank Indo- nesia dan saat menjadi Wakil Presiden, Boediono mengaku telah bersikap kooperatif menjalani dua kali permin- taan keterangan sebagai saksi oleh KPK, baik pada tingkat penyelidikan maupun penyidikan. “Semua fakta, data, informasi dan dokumen yang terkait dengan permintaan keterangan sebagai saksi telah disampaikan kepada KPK,” tulis Boediono. Sikap tersebut, kata Boediono, pada dasarnya merupakan rasa hormat dan patuh kepada ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku dan proses hukum yang berjalan serta insti- tusi penegak hukum yang menjalankan tugas dan wewenang sesuai ketentuan hukum berlaku. “Terkait dengan pentingnya keman- dirian kekuasaan kehakiman, proses hukum yang sedang ditangani KPK juga perlu dijaga kemandiriannya,” kata Boediono dalam suratnya. Sebagai seorang yang diberi tugas sebagai pejabat negara, apalagi sebagai Wakil Presiden RI, maupun sebagai war- ga negara biasa, Boediono menegaskan, tidak ada sikap lain yang bisa diambil kecuali mematuhi prinsip kemandirian kekuasaan kehakiman dan kemandi- rian KPK sesuai perundang-undangan, dengan tidak mengambil langkah yang mengganggu jalannya proses hukum yang berlangsung. “Juga sudah menjadi sikap pemerin- tahan di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak akan mencampuri atau melakukan intervensi atas proses hukum yang berlangsung,” kata Boediono. (antara) CENTURY DAN HARI IBU

Digital surya 19 desember 2013

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Digital surya 19 desember 2013

join facebook.com/suryaonline

hal

2

DIGITAL NEWSPAPER

edisi pagisurabaya.tribunnews.com surya.co.id | KAMIS, 19 DESEMBER 2013 | Terbit 2 halaman

follow @portalsurya

Spirit Baru Jawa Timur

Menjelang Pemilu2014, Pengguran

Mengancam

SURYA Online - Wakil Presiden Boedio-no ternyata lebih memilih menghadiri acara puncak peringatan Hari Ibu ke-85 dan menerima Ketua Parlemen Myanmar Thura U Shwe Mann, dari pada harus menghadiri undangan Tim Pengawas Century, Rabu (18/12/2013), di Gedung DPR RI.

Sesuai agenda di Sekretariat Wapres, Boediono, jam 10.00 WIB bersama Ibu Herawati Boediono mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk menghadiri acara puncak peringatan Hari Ibu ke-85.

Agenda selanjutnya, pukul 14.00 WIB, di Kantor Wapres Jalan Medan Merdeka Utara, Boediono menerima Thura U Shwe Mann, untuk melakukan pem-bicaraan dan tukar pikiran mengenai peningkatan hubungan kedua negara yang selama ini telah berjalan baik.

Soal ketidakhadiran Boediono memenuhi undangan Tim Pengawas (Timwas) Century sebenarnya sudah ada sinyal sejak 4 Desember 2013. Saat itu Juru Bicara Wapres Yopie Hidayat mengatakan, Wakil Presiden Boediono tidak akan hadir memenuhi panggilan Tim Pengawas (Timwas) Masalah Cen-tury DPR RI karena dapat mengganggu jalannya proses penegakan hukum yang kini sedang berlangsung di KPK.

“Pak Boediono berkomitmen membantu KPK menuntaskan masalah Century dan tidak ingin proses pene-gakan hukum yang sedang berlangsung terganggu oleh intervensi politik apapun,” kata Yopie dalam keterangan pers di Jakarta.

Dikatakan Yopie, proses politik di DPR sudah selesai dengan keputusan me-nyerahkan masalah ini kepada penegak hukum. Tugas Timwas, sesuai keputusan Paripurna DPR adalah mengawasi para penegak hukum.

Pemanggilan kepada pihak-pihak lain, apalagi yang sudah memberikan keterangan kepada KPK adalah tindakan yang tidak sejalan dengan keputusan Paripurna DPR dan berada di luar kewenangan Timwas.

Pernyataan Yopie itu disampaikan menanggapi kesepakatan Tim Pengawas DPR RI untuk kasus Bank Century memanggil Wakil Presiden Bediono menghadiri rapat Timwas, 18 Desember 2013.

Pramono Anung, Wakil Ketua DPRD RI menyampaikan, Wapres Boediono dihadirkan pada rapat Timwas Century agar para anggota Timwas dapat meng-klarifikasi tindakan Boediono terkait putusan mengeluarkan dana talangan Bank Century ketika menjabat sebagai

Gubernur Bank Indonesia.

Kirim suratSehari sebelum tanggal 18 Desember

2013, Wakil Presiden Boediono me-nyampaikan surat ke Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung yang isinya tidak dapat memenuhi undangan rapat dengar penda-pat umum dengan Tim Pengawas Century yang dijadwalkan 18 Desember 2013.

Surat yang ditandatangani Boediono, 17 Desember 2013, menyebutkan bahwa Boediono sebagai Wapres memahami sepenuhnya dan menghormati tugas dan kewajiban DPR, termasuk Timwas Century terhadap tindaklanjut reko-mendasi Panitia Angket DPR RI tentang pengusutan Kasus Bank Century.

Dalam surat dengan tulisan Boediono pada sudut kiri atas itu, Wapres menyampaikan bahwa dirinya telah menghadiri undangan Rapat Pansus Hak Angket Century, 22 Desember 2009 dan 12 Januari 2010.

“Pada rapat tersebut saya menyam-paikan keterangan, data dan informasi yang saya ketahui terkait Bank Century kepada Pansus Century,” kata Boediono dalam surat yang terdiri dari delapan butir itu.

Menurut pengetahuan Boediono, salah satu rekomendasi Pansus Century

adalah agar seluruh penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang yang berindikasi perbuatan melawan hukum yang merupakan tindak pidana korupsi, tindak pidana perbankan dan tindak pidana umum berikut pihak-pihak didu-ga bertanggungjawab agar diserahkan kepada lembaga penegak hukum, yaitu Kepolisian RI, Kejaksaan Agung dan KPK.

Rekomendasi lain dari Pansus Century adalah membentuk Tim Pengawas tindak lanjut rekomendasi Panitia Angket Bank Century yang bertugas mengawasi pelak-sanaan rekomendasi dan proses penelu-suran aliran dana serta pemulihan aset dengan kewenangan sesuai peraturan.

“Menurut pengetahuan saya, Kepolisian RI, Kejaksaan Agung dan KPK telah dan sedang menindaklanjuti rekomendasi Pansus tersebut,” kata Boediono yang suratnya ditembuskan ke Presiden RI dan pimpinan DPR RI.

Sebagai mantan Gubernur Bank Indo-nesia dan saat menjadi Wakil Presiden, Boediono mengaku telah bersikap kooperatif menjalani dua kali permin-taan keterangan sebagai saksi oleh KPK, baik pada tingkat penyelidikan maupun penyidikan.

“Semua fakta, data, informasi dan dokumen yang terkait dengan permintaan keterangan sebagai saksi

telah disampaikan kepada KPK,” tulis Boediono.

Sikap tersebut, kata Boediono, pada dasarnya merupakan rasa hormat dan patuh kepada ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku dan proses hukum yang berjalan serta insti-tusi penegak hukum yang menjalankan tugas dan wewenang sesuai ketentuan hukum berlaku.

“Terkait dengan pentingnya keman-dirian kekuasaan kehakiman, proses hukum yang sedang ditangani KPK juga perlu dijaga kemandiriannya,” kata Boediono dalam suratnya.

Sebagai seorang yang diberi tugas sebagai pejabat negara, apalagi sebagai Wakil Presiden RI, maupun sebagai war-ga negara biasa, Boediono menegaskan, tidak ada sikap lain yang bisa diambil kecuali mematuhi prinsip kemandirian kekuasaan kehakiman dan kemandi-rian KPK sesuai perundang-undangan, dengan tidak mengambil langkah yang mengganggu jalannya proses hukum yang berlangsung.

“Juga sudah menjadi sikap pemerin-tahan di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak akan mencampuri atau melakukan intervensi atas proses hukum yang berlangsung,” kata Boediono. (antara)

CENTURY daN HaRI IBU

Page 2: Digital surya 19 desember 2013

join facebook.com/suryaonline follow @portalsurya

KAMIS 19 DESEMBER 2013 | surya.co.id | surabaya.tribunnews.com 2

SURYA Online - Kamar Dagang dan Industri (Ka-din) Indonesia khawatir menghadapi pemberla-kuan sejumlah regulasi yang bakal diterapkan Tahun 2014 bersamaan dengan pelaksanaan Pemilu Legislatif dan Presiden.

Misalnya, Kadin menyoroti dampak pengangguran yang dapat timbul setelah pemberlakuan Undang-Undang No 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara (Minerba) terkait larangan ekspor biji mineral mentah yang mulai diberlakukan 2014.

“Kami berharap DPR bersama dengan Peme-rintah dan pengusaha Minerba perlu mencari solusi akibat pember-lakuan UU Minerba, yang terpenting adalah bagaimana menahan tenaga kerja yang menganggur, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam bisnis pertambangan,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pemberdayaan Daerah Natsir Mansyur di Jakarta, Senin (16/12/2013).

Menurut Natsir, pertumbuhan ekonomi daerah diperkirakan bakal mengalami perlambatan akibat pene-rapan UU Minerba. Pasalnya, selama ini pergerakan ekonomi daerah masih dipengaruhi bisnis tambang mineral karena pemegang izin, kontrak karya (KK), Izin Usaha Pertambangan (IUP) hingga Izin Pertambangan Rakyat (IPR), ada di daerah.

Karena itu, lanjutnya, perlu kebijak-an tepat untuk membenahi permasa-lahan yang akan dihadapi, karena selain pekerja, yang akan menerima imbas dari pemberlakuan UU Minerba 2009 adalah kontraktor, pemasok hingga warga di sekitar tambang.

“Kami khawatirkan pula ada ke-bangkrutan pengusaha tambang yang tidak bisa mengembalikan pinjaman di bank serta setoran pajak nasional dan daerah akan terhenti untuk mendukung pertumbuhan ekonomi,” ujar Natsir.

Untuk itu, ia menegaskan, program hilirisasi mineral dan batu bara yang sedang digaungkan Pemerintah membu-tuhkan perencanaan yang matang agar tidak merugikan sejumlah pihak.

Ia menyadari Tahun 2014 merupakan tahun dengan iklim politik yang tinggi sehingga hal tersebut dinilai juga bisa memengaruhi berbagai kebijakan yang diambil Pemerintah.

“Kami berharap agar Kementerian ESDM, DPR Komisi VI,VII dan XI serta

pengusaha tambang Minerba dapat duduk bersama mencarikan solusi de-ngan tidak menekankan pada egoisme institusi masing-masing,” ujarnya.

Wakil Ketum Kadin itu berpenda-pat, DPR dan Pemerintah Pusat bisa melakukan intervensi namun yang bersinggungan langsung pada kebijakan tersebut adalah Pemerintah Daerah.

Menurut dia, egoisme DPR dan Peme-rintah dapat membawa dampak pada politik ekonomi, kesejahteraan rakyat dan program hilirisasi Minerba yang sebenarnya sama pentingnya dengan tujuan negara. “Urusan kebijakan kita serahkan ke DPR dan Pemerintah, hanya

saja jangan sampai pengusaha yang memiliki niat baik untuk membangun smelter terabaikan,” ucapnya.

Natsir yang juga Dirut PT Indosmelt mengingatkan, program hilirisasi mi-neral dapat menciptakan nilai tambah yang tinggi dan memiliki efek ganda yang luar biasa terhadap Indonesia. Selama ini potensi mineral sangat besar namun belum diolah dengan baik sehingga program hilirisasi mineral dinilai sangat strategis untuk kepenting-an bangsa dan negara.

Pembangunan smelter oleh peng-usaha, menurut dia, merupakan wujud kongkrit pengusaha untuk membangun

Indonesia sebagai negara industri dan hal tersebut perlu dipahami oleh bangsa yang kaya akan sumber daya mineral ini. “Ini untuk kepentingan bangsa yang efek ke bawahnya juga akan dinikmati oleh bangsa Indonesia, Kadin berharap pembangunan smelter ini perlu dipercepat,” pungkas-nya.

Kecemasan BPJSSelain larangan ekspor

mineral mentah, regulasi lainnya yang juga dicemas-kan Kadin adalah Undang-Undang Badan Penyeleng-gara Jaminan Sosial (BPJS) yang mulai diterapkan Tahun 2014.

“Dalam implementasi UU BPJS mendatang diperki-rakan dapat menimbulkan permasalahan,” kata Ketua

Komite Tetap Hubungan Industrial Kadin, Hasanuddin Rachman.

Menurut Hasanuddin Rachman, permasalahan tersebut terutama terkait pembayaran iuran untuk masing-masing program, baik itu dalam hal kete-nagakerjaan maupun kesehatan karena dalam BPJS Ketenagakerjaan, pengusaha akan menjadi objek dari program ini sehingga ada tambahan beban keuangan.

Sedangkan untuk BPJS Kesehatan, lanjutnya, pengusaha dinilai akan menjadi objek dan sekaligus subjek, khususnya untuk rumah sakit swasta. Karena itu, ujar dia, sosialisasi mengenai besaran iuran, baik itu dari pemberi kerja maupun dari penerima upah harus

lebih diperjelas.Sebagaimana diberitakan, 4 Juli 2013,

lembaga tripartit telah menyepakati mulai 1 Januari 2014 sampai dengan 30 Juni 2015, iuran jaminan kesehatan ditanggung oleh pemberi kerja sebesar tiga persen.

Sedangkan mulai 1 Juli 2015 sampai dengan seterusnya, jaminan kesehatan sebesar tiga persen akan ditanggung bersama oleh pemberi kerja dan pekerja, karena pokok-pokok sistem jaminan sosial nasional dilaksanakan dalam skema asuransi sosial yang sifatnya wajib.

Berbeda dengan Jaminan Kesehatan, Kadin menilai, jaminan ketenagaker-jaan masih belum ada gambaran yang jelas terkait besaran dana pensiun yang akan dikelola oleh PT Jamsostek.

Menurut Hasanuddin, pengusaha perlu memahami BPJS, terutama terkait dengan peran, hak dan kewajiban dunia usaha yang berhubungan dengan im-plementasi BPJS. “Pasalnya menjelang implementasi Undang-undang tersebut, terdapat banyak hal yang dinilai belum jelas,” katanya.

Berdasar Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, akan terdapat dua jenis BPJS, yaitu BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan. Untuk bidang tenaga kerja, PT Jamsostek akan bertransfor-masi menjadi BPJS Ketenagakerjaan yang akan menangani program kecela-kaan kerja, jaminan hari tua, pensiun dan kematian.

Sementara untuk bidang kesehatan, PT Askes akan ditingkatkan fungsinya menjadi BPJS Kesehatan yang mena-ngani program Jaminan Kesehatan. (antara)

Menjelang PeMilu 2014

PENGaNGGURaN MENGaNCaM