Dilema Hak Dalam Wacana Timur Dan Barat

  • Upload
    yayan

  • View
    226

  • Download
    13

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Wacana Hak

Citation preview

Dilema Hak dalam Wacana Timur dan BaratOleh: Yayan M RoyaniDalam Istilah kamus bahasa Indonesia, hak dapat diartikan sebagai kebenaran, hak milik, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb., kekuasaan yg benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat dan terkahir adalah wewenang menurut hukum. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)Pengertian dalam kamus KBBI di atas menunjukan bahwa hak memiliki makna majemuk. Untuk mengurainya perlu melihat terminologi penggunaan makna hak sesuai konteks nya. Ketika hak diartikan sebagai kebenaran, maka menjadi kebalikan dari kebatilan. Adapun ketika diartikan sebagai hak milik, maka hak akan berarti penguasaan terhadap sesuatu. Pada akhirnya sebagai sesuatu yang pundamental, hak menjadi dasar bagi berbagai disiplin ilmu dan sebaliknya didekati dengan berbagai pendekatan.Menurut Thomas Hobbes, yang dimaksud dengan hak adalah kebebasan individu. Sehingga hak sendiri adalah kebebasan. Dalam hal ini, hak kebebasan tidak terkait dengan kewajiban ataupun tuntutan dan tugas dari orang lain. Di dasarkan pada pemikiran tersebut, menurut Eleanor Curran pemikiran Hobbes tentang hak dipengaruhi oleh pemikirannya tentang natural right, dimana secara sejarah tidak lepas juga dari pembahasan hukum alam. Eleanor Curran, Hobbes Theory of Right: a modern interest theory, Netherland: the Jurnal of ethics, vol. 6 no. 1, 2002,hlm. 64Pandangan Hobbes tentang hak yang diartikan dengan kebebasan bertentangan dengan hak inidividu (claim right). Menurut W.N. Hohfeld sebagaimana dikutip Eleanor membagi hak menjadi Claim Right dan Liberty Right. Yang pertama menyatakan bahwa hak berkaitan dengan tugas dan kewajiban antar individu yang saling berhubungan. Adapun liberty Right sebaliknya, dimana hak merupakan kebebasan individu dari adanya tugas maupun tanggungjawab dari individu lainnya. ibidHobbes sendiri memberikan definisi kebebasan dan hak adalah dua kesatuan yang tidak terpisahkan, yaitu hak bagian dari kebebasan. Terdapat perbedaan antara hak dan hukum. Bahwa hak merupakan kebebasan dalam melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sedangkan hukum bekerja sebaliknya. Untuk mendapatkan hak maka seseorang harus leluasa menggunakan kekuasaan dan kekuatan dalam dirinya untuk melaksanakan suatu tindakan. Ibid, hlm. 65Menurut hobbes hak bukanlah hukum, maka apabila ada aturan tentang kebebasan sesungguhnya telah menahan sesorang atas kuasanya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Andaipun ada pembatasan dalam melaksanakan hak seseorang karena adanya hukum ,bukanlah disebabkan oleh hubungannya dengan individu lainnya, melainkan karena kontrak untuk menitipkan haknya kepada lembaga di luar mereka yaitu negara. Sehingga negara mempunyai wewenang penuh dalam mengatur masyarakatnya.Hobbes berpendapat bahwa manusia awalnya mempunyai kebebasan dalam bertindak, akan tetapi karena sifat alamiyahnya tersebut, manusia menjadi saling berkontestasi, bahkan berakhir kepada pertumbahan darah dan pertikaian. Dengan adanya nafsu yang tidak terbatas dan di sisi lain ada keengganan untuk mati, maka manusia mulai membuat sebuah kestabilan semu yaitu dengan bersepakat untuk membentuk sebuah kekuasaan di luar mereka. Teori tentang right of nature juga dirumuskan oleh John Lock. Meskipun sama-sama menyatakan bahwa hak individu berasal dari hak alamiyah, akan tetapi terdapat perbedaan dalam menginterpretasikan sifat alamiah manusia. Menurutnya, manusia pada dasarnya adalah baik, sehingga antara mereka sudah mempunyai dasar-dasar dalam mengatur suatu hubungan. Persamaan hak diantara mereka mulai kacau ketika ada yang mempunyai hak-hak istimewa atas dasar kekuatan, kekuasaan maupun moralitas. Ramlan Surbakti. 2007. Memahami ilmu politik (cet. ke-6). Jakarta: Grasindo. Hal 2 Berbeda dengan pandangan Hobbes dan Jonh Lock tentang hak, menurut Sir Paul Vinogradoff satu hal yang mendasar dalam berbicara hukum adalah hak. Sir Paul Vinogradoff berpendapat bahwa masyarakat Ingris dalam kebingungan ketika melihat terminologi hak dalam ketertiban hukum. Yaitu antara hukum publik masyarakat dan kesadaran tentang hak yang dimulai dari individu. Hal tersebut erat kaitannya dengan objektifitas pengertian tentang hak. Sehingga dapat dikatakan bahwa hukum adalah hak secara objektif yang diambil dari pandangan sosial. Di sisi lain hak juga difahami sebagai suatu yang dianggap oleh pandangan individu sebagai hak, adapun hukum lebih merupakan upaya mengakomodir klaim masyarakat oleh partai, yang bertujuan untuk mengharmoniskan dan mendamaikan. Prof. Hopfeld, The Foundation of Theory Of Rights, The Virginia Law Register, Vol. 10, No. 8 (Dec., 1924), hlm. 549Dalam konteks bernegara yang demokratis atas dasar hukum, maka teori Sir Paul mengikuti teori Roussaue. Dimana kekuasaan yang menjadi wujud dari kontrak sosial masyarakat telah melahirkan hukum oleh lembaga legislatif. Meskipun begitu, lembaga perwakilan ini sebenarnya menjadi rancu ketika aspirasi kehendak umum tidak terwakili langsung. Sehingga kewenangan yang diberikan oleh legislatif ke eksekutif hanya merupakan struktur dari pembagian kekuasaan. Padahal, Ressoue sendiri menghendaki adanya peran serta langsung masyarakat sebagai sumber dari kehendak umum. Jean Jacques Rousseau, The Social Contract, dalam Social Contract, London: Oxford University Press, 1960, h. 193-194.Menurut Sir Paul tiga elemen yang penting dalam hak, pertama apabila hak ingin eksis maka harus ada klaim. Oleh karenanya, sebuah subjek harus bisa menentukan apakah itu sebuah hak atau bukan. Dalam hal ini subjek terbagi menjadi individu maupun negara. Adapun hak akan mudah apabila di klaim oleh negara, karena negara mempunyai peran sebagai katalisator pendapat masyarakat untuk kemudian memberikan sebuah legalitas. ibidElemen kedua adalah deklarasi yang merupakan tahapan kedua setelah klaim. Menjadi penting, mengingat klaim sangatlah berlaku umum, yaitu untuk berbagai hal dan waktu yang tidak tertentu. Diantaranya terkadang kalim melahirkan kewajiban yang alami dan hak moral. Untuk memberikan kekuatan yuridis sehingga dapat di implementasikan, maka klaim memerlukan legalitas berupa deklarasi. Adapun deklarasi yang dimaskud harus melalui organisasi kemasyarakatan, dimana klaim mewakili pandangan publik. ibidAdapun elemen ketiga adalah enforcement atau dapat dilaksanakan. Elemen ini menjadi sebuah antisipasi dari adanya deklarasi hak yang tidak aplikatif. Karena terkadang hak yang dideklarasikan tidak berbentuk sempurna, sehingga perlu adanya pengenalan yang memberikan garansi bahwa hak tersebut dapat dilaksanakan. ibidSedikit berbeda dengan Sir Paul, menurut Ahmad Mahmud al Khowali ada empat unsur dalam hak. Pertama harus adanya pengkhususan atas sifat hak, berkaitan dengan pemegang hak atau bentuk hak itu sendiri. Kedua berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam melaksanakan atau mendapatkan hak tersebut. Ketiga yang berkaitan dengan hubungan sosial adalah adalah penghormatan masyarakat terhadap hak tersebut. Terakhir adalah ketentuan hukum yang menjamin bahwa hak tersebut dapat dilaksanakan. Ahmad Mahmud Al Khowali, Nadzoriyatul Haqqi baen al fiqhi al Islami wa al Qanunu al Wadli, Mesir: Darussalam, Hlm. 13. Jika teori hak di Barat lahir dari analisa sifat alamiyah manusia, maka menurut Ibrahim Moosa Islam lahir dengan konsep sosial, moral dan spiritual. Al Quran tidak eksklusif hanya berisi ketentuan tentang hububungan seorang hamba dengan tuhannya, lebih dari itu adalah masalah sosial dan kemanuisaan merupakan masalah pokok dalam al Quran. Merujuk kepada kelahiran Islam pada abad Rasulullah, menurutnya piagam madinah merupakan salah satu bentuk perlindungan Islam terhadap hak asasi manusia. Ebrahim Moosa, The Dilemma of Islamic Right Schemes, Journal of Law and Religion, 2001, hlm. 187. Salah satu bukti yang mendasari bahwa Islam mempunyai warisan ajaran tentang HAM modern diantaranya cerita Umar Bin Khatab. Suatu ketika ada pertandingan yang melibatkan anak Amr bin Ash (Gubernur Mesir), dan lawan mainnya mengalami cedera olehnya. Pada saat itu, Amr bin Ash tidak mengadakan pengusutan dan malah membiarkan. Akhirnya kejadian tersebut terdengar oleh Umar bin Khatab, pada saat itu juga Umar mengirimkan surat kepada sang Gubernur dengan surat yang berbunyi sejak kapan kamu dibolehkan memperbudak manusia, padahal ketika lahir mereka dalam keadaan merdeka. Ibid, 188 Menurut Moosa, sampai saat ini para sarjana Islam yang mewacanakan HAM masih melihat dari sudut pandang teks saja. Padahal dalam konsep moral dan etika Islam, ketentuan tentang hak asasi tidak hanya sebatas pada wacana, akan tetapi pada implementasi. Menurut Izzat Qorni, Islam mendefinisikan hak tidak hanya sebatas hak asasi manusia, akan tetapi telah menjadi suatu hal yang darurat dan harus diperjuangkan dan berkaitan langsung dengan kewaijiban. Dr. Izzat Qorni, Al Islam Wahukul Insan, Kuwait: 1985, hlm. 15 Konsep hak yang terdapat dalam definisi global memang hanya terbatas pada ketentuan hak yang tidak boleh di rampas, dalam hal ini perspektif lebih kepada subjek yang mempunyai hak. hak sebatas apa yang menjadi miliki individu dan masyarakat sehingga dasar untuk saling menghormati.Contohnya adalah hak dalam hidup, maka Islam tidak hanya sekedar penghromatan, lebih dari itu jaminan terhadap penikmatan kehidupan itu sendiri. Apabila ada yang melanggar hak tersebut, maka dalam Islam telah masuk pada katagori pidana. Meskipun begitu, Islam tidak menjadikan hak hidup sebagai hak yang paling utama, menurut Izzat yang paling utama sesungguhnya adalah iman. IbidKonsep tertinggi dari perlindungan maupun pemenuhan atas hak Iman ini merupakan wujud dari nilai teologis. Yaitu mendasari seluruh timbulnya hak dan kewajiban dalam Islam. Menutu Izzat, sebagaimana hak dalam menikmati kehidupan dan hak-hak lainnya yang dapat dinikmati manusia sebagai contoh kehidupan yang aman, semata-mata karunia dari Allah Swt. Ibid, Manurut Izzat, darurot tersebut diantaranya dloruriyat hurriyah, yaitu tidak sebatas kebebasan untuk mempertahankan kehidupan saja, lebih dari itu bagaimana memanusiakan manusia seutuhnya. Dalam hal ini, dasar kebebasan manusia sebagaimana dalam ayat al Quran yang berkaitan dengan memerdekakan budak. Bahwa jauh sebelum pengetahuan tentang harkat martabat yang diusung barat lahir, Islam telah mencoba untuk Dalam Islam sendiri pada dasarnya tidak mengenal konsep hak penguasa sebagai wujud dari pemberian hak warga negara atas kontrak yang diberikan. Dalam Islam seluruh hak sesungguhnya berada pada kewenangan Allah Swt. Ketentuan-ketentuan tentang hak yang diperoleh oleh manusia sebagai hamba harus didasarkan pada AL Quran sebagai titah tuhan. Ketentuan tersebut dilandaskan pada hadis nabi yang berbicara tentang hak. Dilihat dari sudut pandang fiqih, menurut Ahmad Mahmud Al Khowali, hak dapat dilihat dari dua etimologi yang artinya kewajiban dan ketetapan atau penetapan dan pewajiban. Makna kewajiban dan ketetapan berarti benar dan shohih. Atau dapat dinisbatkan kepada nama Allah Swt yang berarti keadilan, lawan dari kebatilan, suatu hal yang wajib dilaksanakan, Islam, harta dan kepemilikan, kebenaran dan hakikat sesuatu. Adapun yang dimaksud dengan penetapan dan pewajiban dapat diartikan bahwa suatu hal memang benar benar milik orang dan tidak bagi yang lain. Atau suatu hal telah menjadi hak seseorang. Dengan kata lain, seseorang lebih berhak atas orang lain terhadap sesuatu. Adapun pada hakikatnya kedua makna tersebut tidak saling bertentangan secara bahasa. Ahmad Mahmud Al Khowali, Nadzoriyatul Haqqi baen al fiqhi al Islami wa al Qanunu al Wadli, Mesir: Darussalam, Hlm. 13. Secara terminologi, pemakaian hak yang berarti ketetapan yang ada maka dapat dimaknai sebagai hak seseorang untuk melakukan atau memiliki sesuatu, dimana semua itu telah menjadi ketetapan bagi dirinya. Adapun hak dapat juga diartikan sebagai bagian yang dimiliki seseorang, sebagaimana hak dalam kontrak dimana yang timbul adalah hak dan kewajiban dari kedua belah pihak. Dari bebapa definisi tersebut, menurut al Khowali, ulama fiqih belum bersepakat atas definisi hak itu sendiri.Menurut al Khowali, jika merujuk kepada definisi hak yang ada dalam ketentuan hukum umum, maka dapat diartikan sebagai kumpulan peraturan yang mengatur tentang hubungan sosial yaitu berupa hak dan kewajiban diantara individu. Pengertian tersebut ternyata masih dipertentangkan, karena bagi madzhab individu, hak tidak hanya lahir oleh sebab hubungan publik akan tetapi masing-masing individu mempunyai hak dasar yang tidak dapat diganggu gugat. Ibid, 20. Al Khowali membagi hak menjadi empat madzhab besar yaitu madzhab individu, objektif, yang bercampur antar keduanya dan terkahir madzhab modern. Yang dimaksud dengan hak individu adalah kewenangan seorang individu untuk melaksanakan keinginannya berdasarkan undang-undang. Menurut madzahab ini, kebebasan seseorang dilandaskan pada aturan yang berlaku, sepakat bahwa kehidupan manusia tidakl lepas dari ketentuan hukum, entah itu hukum agama maupun hukum umum.Madzhab kedua adalah maudui (objektif), mengartikan hak dengan kemaslahatan, sehingga hukum yang mengatur hak harus mempunyai tujuan kemaslahatan. Menurut madzhab ini ada dua unsur penting dalam mendefinisikan hak, pertama adalah unsur objektif dan empiris. Tujuan dari unsur ini adalah kemanfaatan dari pemilik hak sehingga berkaitan dengan apa yang harus dilaksanakan seseorang. Kedua adalah unsur bentuk, yaitu apakah hak memberikan sebuah nilai materialis dan pembelajaran moral.Ketiga adalah madzhab gabungan antara madzhab individu dan objektif. Keduanya saling memenangkan ketika disatukan. Yang pertama memenangkan hak inidivu atas hak objektif, sehingga pengertiannya menjadi kebebasan berkehendak yang diatur undang-undang terdapat dalam kemaslahatan. Adapun bentuk kedua sebaliknya, yaitu tujuan kemasahatan harus dilihat dari kebebasan berkehendak dari individu.Yang terakhir adalah madzhab modern yang mengartikan hak sebagai kekhususan yang diberikan oleh undang-undang atas nilai materi maupun etika kepada seseorang. Dapat diartikan bahwa hukum yang mengikat seseorang tersebut terkhusus berkaitan dengan apa yang harus diperbuat atau direlakan terhadap orang lain. Ibid, 25-27. Para ulama ushul fiqh telah memberikan berbagai definisi yang berbeda tentang hak, adapun yang paling sesuai dengan kaidah sebuah definisi adalah pendapat seorang hakim Abu Ali al Husain bin Muhammad bin Ahmad al Maruzi al Syafii yang mendefiniskan hak sebagai kekhususan yang diberikan oleh syara terhadap satu hal.Berbeda dengan pendapat ulama ushul terdahulu, pendapat ulama masa kini tentang definisi hak terbagi pada tiga katagori. Pertama yang mendasarkan pada pendekatan bahasa yang diantaranya adalah ketetapan syara untuk manusia maupun Allah Swt bagi lainnya. Kedua yang berkaitan dengan muamalah, yaitu diantaranya ketentuan syariah tentang kewenangan manusia dalam menggunakan atau mengambil manfaat hartanya. Terakhir definisi hak dititikberatkan kepada kemaslahatan. Adapun pembagian hak dalam tradisi keilmuan ushul fiqh adalah sebagai berikut:Hak Allah yang tidak bisa diganggu gugat yaitu sebagaimana dalam ketentuan hududHak Hamba yang tidak bisa dikurangiHak Allah yang bercampur dengan hak hamba tetapi hak Allah lebih diutamakanHak Allah yang bercampur dengan hak hamba tetapi hak hamba lebih diutamakan

Hak Allah yang tidak bisa diganggu gugat meliputi ibadah murni yang meliputi tiga bidang yaitu: pertama ibadah, adhdharaibul maliyah dan al uqubat. Ibadah yang dimaksud mencakup ibadah mahdhoh dan ghoru mahdhoh. Secara umum ibadah yang dimakusd dengan mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan mentaati segala perintahnya, adalah ibadah yang hubungannya langsung dengan tuhan sendiri. Ketentuan yang diatur tidak dapat diganggu gugat, menjadi mutlak Allah Swt untuk melarang atau menyuruh yang berkonsekunesi terhadap ganjaran atau siksaan kelak di akhirat.Adapun ahddhoribul maliyah meliputi harta yang harus dikeluarkan oleh seorang muslim (pajak) dari hasil bumi, tambang, seperlima dari harta rampasan perang dan dan fai (harta yang diperoleh dari non muslim). Sedangkan yang terkahir adalah berkaitan dengan uqubat, yaitu hukuman bagi yang melakukan kesalahan sebagaimana telah ditentukan dalam al Quran yang disebut dengan hudud. Pada ketentuan ini mengecualikan hukuman bagi penuduh zina dan qhisos. Adapun bentuk pemberian hukuman tersebut dibagi mejadi tiga yaitu :'Uqubah kamilah (pidana yang sempurna) seperti pidana berzina, pidana pencurian, pidana pemberontakan. Sanksi-sanksi tindak pidana tersebut diterapkan demi kepentingan, masyarakat banyak.`Uqubah gashirah (pidana yang tidak sempurna), Seperti pemberian sanksi diharamkan mempusakai bagi orang yang sengaja membunuh orang yang bakal diwarisi harta peninggalannya.`Uqubah fiha ma`nal ibadah (pidana yang mengandung unsur ibadah), seperti membayar kaffarah bagi orang yang melanggar sumpah, kaffarah bagi orang yang sengaja memutuskan puasa pada bulan ramadhan dan kaffarah bagi orang yang membunuh karena khilaf atau manzhihar istrinya. Ia

Selanjutnya adalah hak hamba murni sebagaimana dalam perkara keperdataan benda. Dalam hal ini seorang hamba mempunyai kewenangan untuk memperkarakan hartanya apabila terjadi sebuah sengketa. Seorang hamba mempunyai kewenangan penuh atas perpindahan harta, hutang piutang tuntutan kerguian atau bahkan mengikhlaskan hak kebendaan tersebut. Meskipun hak tersebut mutlak pada diri seorang hamba, tetapi aturan yang mendasar atas kebendaan tersebut tetap dilandaskan pada hukum Allah Swt. Selanjutnya adalah hak Allah Swt yang bercampur dengan hak manusia, akan tetapi hak manusia lebih diberatkan. Ketentuan tersebut terdapat dalam jarimah qishos, yaitu pada pembalasan terhadap pembunuhan disengaja. Dilihat dari sisi kepentingna umum, sesungguhnya untuk kemaslahatan publik sehingga termasuk dari hak Allah Swt. Akan tetapi dari sisi mencapai perdamaian dan kemaslahatan secara personal, maka dikembalikan kepada masing-masing individu.Yang terakhir adalah hak Allah Swt yang bercampur dengan hak manusia, akan tetapi hak Allah Swt yang lebih diberatkan. Perkara ini terdapat dalam ketentuan had menuduh zina (qadzaf). Secara umum had ini bertujuan untuk melindungi harga diri dan nama baik yang menjadi urusan publik. Akan tetapi meski secara langsung berhubungan dengan individu, seseorang tersebut tidak diperbolehkan menentukan hukum sendiri dengan menentukan hukuman atau meniadakannya.Sebagai tambahan bahwa dalam hukum pidana menurut teoritis, pembagian hak yang menjadi landasan dalam pelaksanaan hukum adalah sebagai berikut:Hak Allah yang tidak bisa dikurangi dan ditambah, karena hal itu telah ditentukan dalam al Quran. Sebagaimana pada hudud, ketentuan yang telah tercantum tidak dapat dirubah atau diganti dengan yang lain. Pada ketetapan tersebut, maka tidak ada hak adam yang dapat menghapuskannya, termasuk didalamnya campur tangan korban.Hak Adam adalah hak manusia yang diberikan oleh Allah Swt kepada korban untuk meminta ganti kerguian kepada pelaku. Adapun dasar asas hak ini adalah terampasnya hak individu dalam jarimah melukai diri atau pembunuhan. Pada ketentuan ini, sepenuhnya korban dapat menentukan bentuk dari penggantia hak yang terampas berupa qhisos atau membayar diat.Hak Pelaku dalam hal ini adalah perlakuan dengan adil dan melakukan pembelaan serta pembuktian. Mendapatkan jaminan kepastian hukum dan mengajukan atau tidak pemafaan dari pihak korban. Hak penguasa atau kholifah untuk menjalankan aturan dengan benar dan bijaksana.