Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DINAMIKA PENEGAKAN HUKUM ISLAM DI PENGADILAN AGAMA DARI MASA KE MASA
OLEHABDULLAH GOFAR
Disampaikan Pada Kolokium Hukum Islam Indonesia KerjasamaADHII bekerjasama dengan APPHEISI dan LKIHI FH-UI
Tanggal 24-25 Juni 2020
SISTEM PERADILAN INDONESIA
PERADILAN UMUM
PERADILAN TUN
PERADILAN MILITER
PERADILAN AGAMA
DIBANGUN BERBASIS KEPENTINGAN NEGARA DAN
KONSEP HUKUM POSITIF
DIBANGUN BERBASIS KONSEP WAHYU (SAMAWIYAH)
MENGGUNAKAN HUKUM NEGARA
teori hakikat (ontologi), teori pengetahuan (epistimologi), dan
teori nilai (aksiologi) Islam.
MASA PEMERINTAHAN KESULTANANMASA VOC/ PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA
MASA PEMERINTAHAN PENJAJAHAN JEPANGMASA PERSIAPAN KEMERDEKAAN
MASA AWAL KEMERDEKAAN PASCA BERLAKU UU NO. 19/1948MASA BERLAKU UU NO. 14/1970 Pasal 10
MASA BERLAKU UU NO. 7 TH 1989 DAN UU NO. 35 TH 1999MASA BERLAKU UU NO. 4 TH 2004 DAN UU NO. 3 TH 2006
MASA BERLAKU UU NO. 48 TH 2009 DAN UU NO. 50 THUN 2009
SISTEM PERADILAN INDONESIA
SUB SISTEM PERADILAN AGAMA
PASAL 54 UU NO. 7TH 1989: Hukum Acara di PA adalah HIR dan R.Bg
ISU HUKUM: Tidak selaras antara hukum materiil dan hukum acara Peradilan Agama,
lebih mengutamakan kepastian hukum, mengkesampingkan kemashlahatan.
Hukum Islam Berfungsi Menselaraskan UU di Peradilan Agama
BERBASIS WAHYU (SAMAWIYAH)
No
Undang-Undang Sebagai
Acuan
Lingkungan Badan
Peradilan
Struktur Badan Peradilan Kewenangan Badan Peradilan
1. UU No.19 Th 1948 ttg
Peraturan Susunan dan
Kekuasaan Badan-badan
Kehakiman, disahkan pada
tanggal 8 Juni 1948.
Peradilan Umum, Peradilan
Tata-usaha Pemerintahan,
Peradilan Ketentaraan.
1.Peradilan umum berjenjang
PN, PT, M.A.
2.Kejari Kejati dan Kejagung.
1.Peradilan Umum mengadili perk
perdata dan Pidana; Per Tapem
mengadili perkara soal Tapem;
2.Peradilan Ketentaraan diatur UU
tersendiri;
2.UU No. 19 Th 1964 ttg
Pokok-Pkk Kek. Kehakiman
(LN: 107 Th 1964)
Peradilan Umum, Peradilan
Agama, Peradilan Militer,
Peradilan Tata Usaha Negara.
1.Peradilan umum berjenjang
PN, PT, MA.
2.P.A dan PTUN blm terbentuk.
1.Peradilan Agama belum diatur dalam
undang-undang tersendiri;
2.PTUN belum terbentuk.
3. UU No.14 Th 1970 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kek. Kehakiman (LN R.I
No. 74/1970)
Peradilan Umum, Peradilan
Agama, Peradilan Militer,
PTUN.
1.M.A melakukan pengwsn
tertinggi ats peng yg lain, mnrt
ketentuan yg di ttpkn dg UU
(Ps.10 (3)
2.Ps 12, Susunn, kek. serta acara
dari Badan Peradilan diatur
dalam UU tersendiri.
1.Peradilan Agama belum diatur dalam
undang-undang tersendiri;
2.PTUN belum terbentuk.
4. UU No.35 Th 1999 ttg Prbhn
ats UU No.14 Th 1970 ttg
Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman. (LN
RI No. 147/1999)
Peradilan Umum, Peradilan
Agama, Peradilan Militer,
Peradilan Tata Usaha Negara.
1.Fungsi kekuasaan kehakiman
merdeka, terlepas dari
kekuasaan eksekutif dan
legislatif.
2.Lingkungan peradilan tetap
sebagaimana dalam UU No.14
Tahun 1970;
1.Organisasi administrasi, finansial
badan peradilan yang berada di
masing-masing departemen
disesuaikan dengan ketentuan
perkembang an keadaan;
2.P.A sejak tgl 30 Juli 2004 tidak lagi
di bawah Depag dan masuk ke M.A.
5. UU No.4 Tahun 2004
tentang Kehakiman. (LN.RI
No. 8/2004) dan UU No. 48
Tahun 2009.
Diselenggarakan M.A dan
peradilan di bawahnya dlm
lingkungan P.Umum, PA,
Peradilan Militer, PTUN dan
oleh sebuah MK
1.Asas peradilan dilakukan scr
sederhana, cepat, biaya ringan.
2.Pengadilan khusus dpt dibntuk
yakni Peradilan Syariat Islam
di Provinsi NAD. (Ps.15).
Organisasi, administrasi dan finansial
Mahkamah Agung dan Badan
peradilan di bawahnya sepenuhnya
berada di bawah kekuasaan M.A.
PERKEMBANGAN UNDANG-UNDANG KEHAKIMAN DAN PERADILAN DI INDONESIA
PERUBAHAN ORGANISASI SERTA KOMPETENSI PERADILAN AGAMA
No
Periodesasi Sejarah Organisasi Peradilan
Agama
Kewenangan Peradilan
Agama
Hukum Acara Peradilan
Agama
1.Masa Kesultanan
Awal Berkembang
Islam di Nusantara.
Sultan penanggung jwb dan
Penata Agama dibantu Penghulu
sebagai qadhi syariah.
Segala hal ihwal yang menyangkut
perselisihan berdasarkan syariat Islam.
Belum punya hukum acara
tertulis dan bertumpu pada Sultan
dan Penghulu.
2.Masa VOC Sultan dan Penghulu tetap
sebagai penata agama dan qadhi
syariah.
Segala hal ihwal yang menyangkut
perselisihan berdasarkan syariat Islam.
Al-Muharrar, Shirathal
Mustaqim, Sabilal Muhtadin,
Sajirat al-Hukmu”
3.Masa Kolonial
Belanda
Stbl 1882 No.152 tentang
Priesterrad di Jawa dan Madura
Sbg pengaruh Teori Receptio in complexu
menyelesaikan Nikah, talak, rujuk
(NTCR) wakaf, hibah dan warisan
Belum punya aturan tertulis
hukum acara, bertumpu pada
qadhi yang memeriksa perkara.
4 Masa Kolonial
Belanda dan Masa
Penjajahan Jepang
Stbl 1937 No.116 Membatasi
Wenang Pengadilan Agama di
Jawa dan Madura dan UU No.1
Drt/ 1942 “Ossamu seirei”
Sebagai pengaruh Teori Receptie dari
Snouck Hurgronje, Pengadilan Agama di
Jawa dan Madura hanya berwenang
menyelesaikan perkara bidang Nikah,
talak, rujuk saja minus waris
Belum punya aturan tertulis
hukum acara dan bertumpu pada
qadhi yang memeriksa perkara.
5 Masa Awal
Kemerdekaan
hingga Tahun 1989
PP No.45 Tahun 1957 mengatur
tentang Peardilan Agama di
Luar Jawa dan Madura.
Berwenang menyelesaikan perkara di
bidang Nikah, talak, rujuk, wakaf, hibah
dan kewarisan Islam.
Belum punya aturan tertulis
hukum acara dan bertumpu pada
qadhi yang memeriksa perkara.
6 Kurun Waktu Tahun
1989 s.d Tahun
2006.
Masa Berlaku UU No. 7 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama.
Pasal 49 Memeriksa, mengadili dan
menyelesai kan tentang perkawinan,
kewarisan, hibah, wakaf, wasiyat dan
shodaqoh. Minus perkara Rujuk
Ps 54: hk acara yang berlaku di
P.A adlh hk acara yg berlaku di
peradilan umum (HIR dan RBg),
sepanjang tidak diatur di dalam
UU ini.
7 Kurun Waktu Th
2006 s.d Th 2009.
Perubahan UU No. 7 Th 1989
ke dalam UU No.3 Tahun 2006
Kompetensi PA di bidang Perkawinan,
Waris,Wasiat,Hibah,Wakaf,Zakat,Infaq,
Shadaqah; dan Ekonomi syariah.
Tetap mengacu pada Pasal 54 UU
No. 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama.
8 Pasca Tahun 2009 Berlaku UU No. 50 Tahun 2009 Fokus pada penguatan organisasi,
kelembagaan peradilan agama
Tetap mengacu Ps 54 UU No. 7
Th 1989 tentang P.Agama.
KOMPETENSI PERADILAN
AGAMA
UU NO. 7 TAHUN 1989 PASAL 49• PA bertugas & berwenang memeriksa,
memutus, menyelesaikan perk di tk pertama antara orang yg beragama Islam di bidang:
a). Perkawinan,b). Kewarisan, Wasiat & Hibah yg dilakukan
berdsrkn Hkm Islam;c). waqaf dan shadaqah.
(Perkara Rujuk tidak masuk)
UU NO. 3 TAHUN 2006 PASAL 49 DIPERLUAS:
a.Perkawinan;b.Waris;c.Wasiat;d.Hibah;e.Wakaf;f.Zakatg.Infaq;h.Shadaqah; dani. Ekonomi syariah
BEBERAPA PERMASALAHAN DALAM PRAKTEK PENGGUNAAN H.I.R dan R.Bg (TURUNAN BRv BERLAKU UNTUK RvJ)SEBAGAI HUKUM ACARA PERADILAN
AGAMA
TERLALU LAMA MENENTUKAN KEPASTIAN HUKUM STATUS PERKAWINAN KRN
PANJANGNYA PROSES CERAI
PROSES PERKARA CERAI DI PERADILAN AGAMA TIDAK SESEDERHANA SESUAI ASAS SESRHANA, CEPAT, BIAYA RINGAN KARENA NYATA MENGGUNAKAN TAHAPAN
PERKARA TINGKAT PERTAMA, BANDING DAN KASASI
AKIBATNYA PIHAK PEREMPUAN/ISTERI YANG DIRUGIKAN, KARENA TERLALU LAMA DIGANTUNG STATUS PERKAWINAN,
JUGA MENYANGKUT ALAT REPRODUKSI PEREMPUAN DAN KESEMPATAN MENIKAH LAGI DAN MEMPEROLEH
KETURUNAN
PERJANJIAN PERKAWINAN BAGI PASANGAN YANG MENIKAH
PENGADILAN AGAMA TIDAK PUNYA KETERKAITAN BAGI PASANGAN YANG MEMBUAT PERJANJIAN PERKAWINAN BAIK
SEBELUM MAUPUN SESUDAH MENIKAH
PERLU DICERMATI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI (MK) DALAM URUSAN PRENUPTIAL AGREEMENT MAUPUN
POSTNUPTIAL AGREEMENT.
GUGATAN CERAI SECARA VERSTEK YANG DILAKUKAN OLEH ISTERI
GUGATAN CERAI ISTERI YANG TIDAK DIHADIRI OLEH PIHAK SUAMI
PUTUSAN VERSTEK CENDERUNG MENGAMBIL PRINSIP DALAM ACARA PERDATA BARAT YANG
OBJEK PERKARANYA BENDA (ZAAK)
EKSEKUSI PUTUSAN HAKIM TENTANG HAK ASUH ANAK
DI BAWAH USIA 12 TAHUN (MUMAYYIZ)
KESULITAN DALAM PELAKSANAAN DI LAPANGAN KARENA TIDAK ADA UPAYA PAKSA
ANAK DALAM PERKARA CERAI KEDUDUKANNYA SEBAGAI SUBJEK HUKUM BUKAN OBJEK HUKUM
(ZAAK) SEPERTI HUKUM PERDATA BARAT
ASAS PERADILAN BERSIFAT MENUNGGU DAN ITSBATH NIKAH
SECARA FAKTUAL BANYAK PASANGAN YANG MENIKAH TIDAK PUNYA AKTA PERKAWINAN DENGAN ALASAN TIDAK
ADA BIAYA UNTUK MENCATAT ATAU KEHILANGAN
TERDAPAT WNI DI INDONESIA ATAU DI LUAR NEGERI YANG TIDAK PUNYA AKTA NIKAH, SENYATANYA NEGARA HARUS
HADIR DAN MEMBERI PELAYANAN KEPADA YANG BERSANGKUTAN
KUASA DALAM PENGUCAPAN IKRAR TALAK KEPADA ADVOKAT SELAKU KUASA HUKUM
KALAU MENIKAH BOLEH BERWAKIL KEPADA PIHAK LAIN YANG PUNYA HUBUNGAN KEPABAT
DAN PERNIKAHAN BERSIFAT SAKRAL
DI DALAM PRAKTEK PIHAK YANG TIDAK PUNYA HUBUNGAN KERABAT, HANYA SEBAGAI KUASA HUKUM SAJA DAPAT BERTINDAK ATAS NAMA
SUAMI MEMUTUSKAN HUBUNGAN PERKAWINAN
PERKAWINAN POLIGAMI YANG TIDAK TERDAFTAR DAN AKIBAT HUKUM YANG
MENYERTAINYA
NEGARA TIDAK MEMBERI PERLINDUNGAN TERHADAP PERKAWINAN YANG TIDAK TERDAFTAR SERTA HAK-HAK
YANG TIMBUL SEBAGAI AKIBATNYA
PERDEBATAN TENTANG HAK WARISAN ANAK HASIL PERKAWINAN POLIGAMI YANG TIDAK TERDAFTAR, TETAPI
APAKAH HAK SEBAGAI WALI AKRAB JUGA HILANG JIKA SAUDARI PEREMPUAN SEAYAH AKAN MENIKAH, JIKA TIDAK
ADA WALI YANG LAIN
RUJUK TIDAK MASUK KEWENANGAN PERADILAN AGAMA
KETIKA MENGADOPSI HUKUM BARAT, MELIHAT PERKAWINAN DAN CERAI URUSAN INDIVIDUAL DAN TIDAK
MENGENAL RUJUK DALAM KUHPERDATA , HIR DAN RBG YANG BERSUMBER DARI BRV.
SEBELUM KEMERDEKAAN (MASA KESULTANAN, VOC, KOLONIAL BELANDA, PENJAJAHAN JEPANG) HINGGA
KEMERDEKAAN SEBELUM UU NO.7 TAHUN 1989, RUJUK WEWENANG MAHKAMAH SYARIAH (PENGADILAN AGAMA)
WASIYAT WAJIBAH KEPADA ANAK ANGKAT DALAM KHI
APAKAH MEMBERI WAIYAT WAJIBAH KEPADA ANAK ANGKAT SEBAGAI TEROBOSAN HUKUM
INDONESIA
ADA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA YANG MEMBUAT PUTUSAN MEMBERI AHK WARIS
SEBAGAI WASIYAT WAJIBAH KEPADA AHLI WARIS YANG BERBEDA AGAMA
DWANGSOM DALAM PRAKTEK PIHAK YANG TIDAK MEMENUHI KEPAWAJIBAN ATAS
PUTUSAN HAKIM
DWANGSOM TIMBUL DALAM PRAKTEK HUKUM PERDATA BARAT KARENA ADA PIHAK
WANPRESTASI KARENA ADA PERJANJIAN
KETIDAK PATUHAN TERHADAP ISI PUTUSAN HAKIM DALAM SENGKETA PERKAWINA, APAKAH
DAPAT DITERAPKAN DWANGSOM
DOMINASI PERKARA
PERCERAIAN DI PENGADILAN
AGAMA
KEMUDAHAN AKSES DAN HUKUM ACARA MENINGKATNYA JUMLAH PERKARA PERCERAIAN
PERBANDINGAN TH 2009 JUMLAH PERKARA MASUK KEPENGADILAN AGAMA 257.798 PERKARA, SEDANGKANPERADILAN UMUM BERJUMLAH 202.754.
KHUSUS PENGADILAN PERDATA, DARI 310 RIBU KASUS TH 2009, 230 RIBU ( 74 % ) ADALAH PERKARA CERAI DARI TOTAL PERKARA YANG MASUK KE PENGADILAN;
DATA KEMENAG RI, 50 % PERKARA DI PENGADILAN DIINDONESIA ADALAH PERKARA PERCERAIAN,SEMENTARA PERKARA KRIMINAL HANYA 33 %;
TINGGINYA ANGKA CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA , APAKAH BENTUK DARI REFORMASI HUKUM ATAU KELEMAHAN HUKUM ACARA PERADIALAN AGAMA.
REORIENTASI HUKUM ACARA
TERHADAP HUKUM MATERIIL DI LINGKUNGAN
PERADILAN AGAMA
Hukum Acara dan Ruang Lingkup: Menegaskan proses beracara
di P.A mengikuti undang-undang sebagai hukum formal.
Pembagian hukum publik dan privaat, tidak sepenuhnya sejalan
dengan pembidangan hukum Islam dan asas peradilan yang
sederhana, cepat dan biaya ringan.
Reorientasi Hukum Acara Peradilan Agama Mengacu pada Cita
Hukum Pancasila, serta Pasal 29 UUD 1945 Sebagai Penjabaran
Konstitusional dari Cita Hukum Pancasila
Problematika Pemberlakuan Mutatis Mutandis Hukum Acara
Perdata Barat atas Hukum Materiil Peradilan Agama;
Desakaralisasi Perkawinan, Pencatatan Perkawinan,
Penyalahgunaan Akta Perkawinan, Implikasi Hukum Perkawinan
Tdk Tercatat, itsbath nikah, huk.acara cerai, itsbat cerai, taklik
talaq, pengasuhan anak, pengangkatan anak, kewarisan dan asas
personalitas ekonomi syariah
Asas-asas Hukum Acara Perdata Islam, bersifat perwakilan dan
langsung, setiap pihak berperkara harus didengar keterangannya,
Kelembagaan dan Model Beracara Peradilan Agama, dilihat dari
Kemandirian Lembaga Pengadilan, Kelayakan Hakim serta
Kejelasan Proses Berperkara, panggilan harus patut, bersifat
equality, mendahulukan perdamaian, berpedoman pada alat bukti,
serta terbuka untuk umum
Mengganti H.I.R dan R.Bg sebagai hk. acara P.A, dengan
undang-undang baru (ius constituendum), sbg legislasi hukum
nasional
PEMBARUAN
HUKUM ACARA
PERADILAN
AGAMA SECARA
MENYELURUH
Tantangan di internal umat Islam, dipengaruhi paham, organisasi
dan ideologi yang hidup di Indonesia.
Tantangan eksternal datang dari para pemangku kepentingan di
bidang pemerintahan maupun kekuatan partai politik. Faktor
historis awal kemerdekaan pendirian P.A akan berulang, serta
perubahan hk.acara dianggap tidak mendesak
Pembuatan norma, harus jeli, serius membedakan antara hukum
dasar yang bersifat ushuli (principle/foundation) dan thawabit
(unchangable) dg aturan hukum yang bersifat furu’ (cabang) dan
mutaghayyirat (mutable). Kesalahan meletakkan nilai filosofi
berakibat fatal bagi umat Islam sbg penggunanya.
Hukum ushul dan furu’ tidak boleh bertentangan. Pembangunan
hk. Acara memperhatikan aspek sosial. Reformulasi hk. Acara
P.A mengsung Teori Hukum Positif kontra paganisme yang
bersendikan kemashlahatan
PENUTUP
1.Lahirnya UU Peradilan Agama danPemberlakuan Hukum Acara Perdata Baratdipengaruhi rezim Orde Baru dan pilihanyang tidak dapat dihindari Umat Islam,sehingga hukum materiil Islam harusmengikuti pola penyelsaian Hukum AcaraBarat.
Kesimpulan
2. Penerapan Hukum Acara Perdata Baratberpengaruh pada proses penyelesaianperkara menjadi panjang dan lama.Pemeriksaan perkara diukur pada rumusannormatif undang-undang berasas sekuler.Kebenaran bersifat formal berkarakterkepastian hukum, mengabaikan asas manfaatdan mashlahat.
3. Pembaruan hukum acara peradilan agamamelalui proses legislasi undang-undang yangbertumpu pada cita hukum Pancasila untukmenselaraskan hukum materiil dan hukumacara, berorientasi pada keadilan berdasarkan filosofi hukum Islam. Mengutamakan asasperadilan sederhana, cepat dan biaya ringan,sehingga peradilan agama menjadi subsistemperadilan Indonesia yang berwibawa.