28
DINASTI ABBASIYAH Makalah Dipresentasikan pada Seminar Mata Kuliah SPPI Program Studi Pendidikan Islam Konsentrasi Managemen Pendidikan Islam O L E H NGASTO Dosen Pembimbing Dr. Hj. SITI ZUBAIDAH, M.Ag PROGRAM PASCA SARJANA

DINASTI ABBASIYAH

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DINASTI ABBASIYAH

DINASTI ABBASIYAH

Makalah Dipresentasikan pada Seminar Mata Kuliah SPPI Program Studi Pendidikan Islam Konsentrasi Managemen Pendidikan Islam

OLEH

NGASTO

Dosen PembimbingDr. Hj. SITI ZUBAIDAH, M.Ag

PROGRAM PASCA SARJANAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARAMEDAN

2013

Page 2: DINASTI ABBASIYAH

DINASTI ABBASIYAH

A. Pendahuluan

Membahas peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah yang berkuasa

selama lebih kurang 500 tahun bukanlah hal yang mudah dilakukan, review

tentang hal ini tentunya membutuhkan kecermatan dan ketelitian menyingkap hal-

hal yang terjadi selama setengah milenium daulah ini berdiri.

Secara historis Daulah Bani Abbasiyah adalah kelanjutan dari Daulah Bani

Umaiyah yang telah berkuasa selama lebih kurang 90 tahun (661-750 M). Pada

masa Abbasiyah inilah puncak keemasan yang dapat diraih umat Islam tidak

hanya agama, pemerintahan dan bahkan peradaban. Peradaban Islam pada masa

itu benar-benar menjadi mercusuar peradaban dunia kala itu, kota Baghdad

sebagai ibukota daulah ini benar-benar menjadi kota impian (the dream city)

dengan julukan kota impian 1001 malam.

Kemajuan-kemajuan yang dicapai mulai dinasti ini berdiri dimulai dengan

ekspansi-ekspansi (futuhat) yang dilakukan (sekalipun daulah ini lebih cenderung

dan menitik beratkan pada pembinaan kebudayaan), kebijakan-kebijakan

pemerintahan yang diambil oleh masing-masing para khalifahnya, kemajuan

bidang kagamaan, khazanah peradaban yang muncul dan berkembang, gerakan

pemikiran yang muncul akibat pengaruh kebudayaan lain, hingga akhirnya

dinansti ini mengalami keruntuhan yang sangat memilukan, kalau tidak dikatakan

tragedi yang tragis.

B. Revolusi dan Berdirinya Bani Abbasiyah

Pada tahun 132 hijriyah pemerintahan Bani Umaiyah jatuh, dan berdirilah

Bani Abbasiyah. Pada saat terakhir kekuasaan Umaiyah timbul situasi sulit yang

menimpa Bani Umaiyah dan mendorong berdirinya Bani Abbasiyah, situasi itu

diantaranya adalah :

1. Timbulnya pertentangan politik antara pengikut Mu’awiyah dengan

pengikut Ali bin Abi Thalib (Syi’ah)

2. Munculnya golongan khawarij, akibat pertentangan politik antara

Mu’awiyah dan Syi’ah dan kebijakan land reform yang kurang adil

1

Page 3: DINASTI ABBASIYAH

3. Timbulnya politik penyelesaian khilafah yang konflik dengan cara

damai

4. Adanya dasar penafsiran bahwa keputusan harus didasarkan pada Al-

Qur’an dan oleh khawarij orang islam non arab

5. Adanya konsep hijrah dimana setiap orang harus bergabung dengan

golongan khawarij dan yang tidak bergabung dianggap orang yang

berada pada daar al harb dan golongan khawarijlah yang berada pada

dar al islam

6. Bertambah gigihnya perlawanan pengikut Syi’ah terhadap Umaiyah

setelah terbunuhnya Husein bin Ali dalam pertempuran Karbala

7. Munculnya faham mawali yaitu perbedaan antara orang arab dengan

non arab1

Pada kemunculan Bani Abbas yang kemudian menjadi dinasti ada beberapa

peristiwa yang kemudian disebut sebagai sebuah revolusi Bani Abbasiyah.

Perjuangan Bani Abbas untuk menggulingkan kekuasaan yang berkuasa saat itu

yaitu Bani Umaiyah dilakukan secara laten. Perjuangan secara intensif baru mulai

berkisar 5 tahun menjelang revolusi Abbasiyah. Pelopor utamanya adalah

Muhammad bin Ali Al Abbas di Hamimah. Ia telah banyak belajar dari kegagalan

yang telah dialami oleh pengikut Ali (kaum Syi’ah) dalam melawan Dinasti

Umaiyah. Kegagalan ini karena kurang terorganisasi dan kurang perencanaan.

Dari situlah Muhammad bin Ali Al Abbas mengatur pergerakannya secara rapi

dan terencana. Muhammad bin Ali Al Abbas mulai melakukan pergerakannya

dengan langkah-langkah awal yang penting, diantaranya; Pertama, membuat

propaganda untuk menghasut rakyat menentang kekuasaan Umaiyah, serta

menanamkan ide-ide baru tentang hak kekhalifahan. Kedua, membentuk Faksi

Hamimah, Faksi Kufah dan Faksi Khurasan. Faksi Hamimah didominasi oleh

pengikut Syi’ah, Faksi Kufah didominasi oleh pengikut Bani Abbas, sedangkan

Faksi Khurasan didominasi oleh para mawali. Ketika faksi ini bersatu dalam satu

tujuan yaitu menumbangkan Dinasti Umaiyah. Ketiga, ide tentang persamaan

antara orang Arab dan non Arab2.

1 Ajid Thahir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta : Rajawali,

2009, hal.452 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, 2009, hal.47

2

Page 4: DINASTI ABBASIYAH

Propaganda-propaganda itu berhasil membakar semangat api kebencian

umat islam pada Bani Umaiyah, langkah pertama memperoleh sukses besar

melalui propaganda yang dilakukan oleh Abu Muslim Al Khurasani. Propaganda

itu dalam bentuk bahwa Bani Abbas termasuk ahli bait, sehingga berhak menjadi

khalifah. Abu Muslim juga menyebarluaskan kebencian dan kemarahan terhadap

Dinansti Umaiyah yang selalu mengejar-ngejar ahlu bait selain itu juga

mengembangakan ide tentang persamaan antara orang Arab dan non Arab.

Setelah Muhammad bin Ali meninggal tahun 743 M, perjuangan dilanjutkan

oleh Ibrahim, kemudian menyerahkan pucuk pimpinan kepada keponakannya

yaitu Abdullah bin Muhammad. Pada masa inilah revolusi Abbasiyah

berlangsung. Abdullah bin Muhammad alias Abul Al Abbas diumumkan sebagai

khalifah pertama Dinasti Abbasiyah tahun 750 M, dalam khutbah pelantikannya

di Masjid Kufah ia menybut dirinya dengan Al-Saffah (penumpah darah) yang

akhirnya menjadi julukannya.

Al Saffah berusaha dengan berbagai cara untuk membasmi keluarga

Umaiyah, antara lain dengan kekuatan senjata, ia mengumpulkan tentaranya dan

melantik pamannya yaitu Abdullah bin Ali sebagai pimpinannya, targetnya adalah

menyerang pusat kekuasaan dinasti Umaiyah di Damaskus, sekaligus untuk

melenyapkan khalifah Marwan (khalifah terakhir Bani Umaiyah). Pertempuran

terjadi di lembah sungai Az-Zab (Tigris). Pada pertempuran itu Marwan

mengalami kekalahan dan mengundurkan diri ke Utara Syiria, Him, Damsyik,

Palestina dan akhirnya ke Mesir. Pasukan Abdullah bin Ali terus menyerangnya

hingga terjadi pertempuran di Mesir dan Marwan pun tewas.

Perlakukan kejam dan biadap juga dilakukan oleh Al-Saffah yaitu dengan

cara mengundang lebih kurang 90 orang anggota keluarga Umaiyah untuk

menghadiri suatu upacara perjamuan, kemudian membunuh mereka dengan cara

yang kejam, disamping itu agen-agen dan mata-mata disebar ke seluruh imperium

untuk memburu para pelarian seluruh anggota keluarga Umaiyah. Hanya satu

orang saja yang berhasil melarikan diri kemudian kelak mendirikan Daulah

Umaiyah di Andalusia, ia dikenal dengan sebutan Abdurrahman Al Dakhil.

Tindakan yang berlebihan juga dilakukan tidak hanya pada keluaga yang

hidup tetapi juga pada yang sudah meninggal. Kuburan-kuburan mereka di

3

Page 5: DINASTI ABBASIYAH

bongkar dan jenazahnya dibakar. Ada dua kuburan saja yang selamat yaitu

kuburan Mu’awiyah bin Abi Sofyan dan Umar bin Abdul Aziz, perlakukan kejam

itu tentu saja menimbulkan reaksi keras, tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa

karena mereka di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah.

Abu Abbas Asshafah memerintah dalam kurun waktu singkat yakni empat

tahun. Oleh karena itu ia kehilangan jati dirinya, kehidupannya yang dikenal

dalam sejarah pertama-tama adalah sebagai pembasmi Bani Umaiyah. Ia

meninggal dan digantikan oleh Abu Ja’far Al Mansur. Abu Ja’far Al Mansur

dikenal sebagi politikus yang demokratis, pemberani, cerdas, teliti dan disiplin,

kuat beribadah, sederhana dan fasih dalam berbicara, sangat dekat dan

memperhatikan kepentingan rakyat. Sekalipun Abu Abbas dinyatakan sebagai

pendiri Bani Abbasiyah, pembina sebenarnya adalah khalifah Abu Ja’far Al

Mansur (754-775 M)3. Dia dengan keras menghadapi lawan-lawannya dari Bani

Umaiyah, Khawarij dan Syi’ah yang merasa mulai dikucilkan dari kekuasaaan.

Untuk mengamankan kekuasaannya, tokoh-tokoh besar sezamannya yang turut

andil mendirikan Dinasti Abbasiyah yang mungkin jadi pesaingnya satu persatu

disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Salih bin Ali, keduanya adalah pamannya

sendiri yang telah ditunjuk sebagai gubernur pada khalifah sebelumnya di Suriah

dan Mesir, karena tidak bersedia membai’atnya, akhirnya terbunuh ditangan Abu

Muslim Al Khurasani. Abu Muslim sendiri karena dikhawatirkan menjadi

kompetitornya akhirnya dihukum mati oleh khalifah pada tahun 755 M, untuk

lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri, Abu Ja’far

kemudian memindahkan ibu kota dari Hasyimiyah, dekat Kufah ke kota baru yang

dibangunnya yaitu Baghdad tahun 767 M.

Selama lebih kurang 5 abad (750-1258 M) Daulah Abbasiyah berkuasa di

dunia Islam, paling tidak ada 37 khalifah yang pernah berkuasa, nama-nama

khalifah tersebut antara lain4 :

Penguasa Abbasiyah di Irak

Bani Abbas Bani Buwaihi

Nama Berkuasa Nama Berkuasa

3 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Rajawali, 2008, hal.504 Ensiklopedi Islam, Peny. Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 1997, Jakarta, Ichtiar Baru,

hal.5

4

Page 6: DINASTI ABBASIYAH

Tahun Tahun

1. Abu Ja’far As Saffah

2. Abu Ja’far Al Mansur

3. Al Mahdi

4. Al Hadi

5. Harun Al Rasyid

6. Al Amin

7. Al Ma’mun

8. Al Mu’tasim

9. Al Watsiq

10. Al Mutawakkil

11. Al Muntasir

12. Al Musta’in

13. Al Mu’tazz

14. Al Muhtadi

15. Al Mu’tamin

16. Al Mu’tadid

17. Al Mu’tafi

18. Al Muqtadir

750-754 M

754-775 M

775-785 M

785-786 M

786-809 M

809-813 M

813-833 M

833-842 M

842-847 M

847-861 M

861-862 M

862-866 M

866-869 M

869-870 M

870-892 M

892-902 M

902-908 M

908-932 M

19. Al Qohir

20. Ar Radi

21. Al Muttaqi

22. Al Muktafi

23. Al Muti

24. Al Ta’i

25. Al Qadir

26. Al Qaim

932-934 M

934-940 M

940-944 M

944-946 M

946-974 M

974-991 M

991-1031 M

1031-1075 M

Bani Seljuk

27. Al Muqtadi

28. Al Mastazir

29. Al Murtashid

30. Al Rasyid

31. Al Muqtafi

32. Al Mustanjid

33. Al Mustadi

34. Al Nasir

35. Al Zahir

36. Al Mustansir

37. Al Musta’sim

1075-1094 M

1094-1118 M

1118-1135 M

1135-1136 M

1136-1160 M

1160-1170 M

1170-1180 M

1180-1225 M

1225-1226 M

1226-1242 M

1242-1258 M

Berdasarkan perubahan dan pola pemerintahan dan politik saat itu, para

sejarahwan membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi 5 periode,

yaitu (1) periode pertama 750-847 disebut periode pengaruh Persia pertama. (2)

periode kedua 847-945 M disebut masa pengaruh Turki pertama. (3) periode

ketiga 945-1055 masa kekuasaan Bani Buwaihi yang disebut juga masa pengaruh

Persia kedua. (4) periode keempat 1055-1194 kekuasaan Bani Seljuk disebut juga

masa pengaruh Turki kedua. (5) periode kelima 1194-1258 masa khalifah bebas

dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota

Bahgdad5.

5 Badri Yatim, 2008, hal.49

5

Page 7: DINASTI ABBASIYAH

Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas memncapai masa

keemasan, secara politis khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan

pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus kemakmuran masyarakat mencapai

tingkat tertinggi. Pada periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi

perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.

Puncak keemasan dari Dinasti Abbasiyah berada pada tujuh khalifah yaitu

Al-Mahdi, Al Hadi, Harun Al Rasyid, Al Ma’mun, Al Mu’tasim, Al Wasiq dan

Al Mutawakkil, pada masa Al Mahdi perekonomian semakin meningkat dengan

peningkatan sektor pertanian melalui irigasi dan hasil tambang seperti emas,

perak, tembaga dan besi, selain itu dagangan transit antara timur dan barat juga

membawa kekayaan dengan Bashrah menjadi pelabuhan yang strategis dan

penting6.

Popularitas Bani Abbas mencapai puncaknya pada masa Harun Al-Rasyid

dan putranya Makmun, pada masa ini banyak kekayaan negara dimanfaatkan

untuk kepentingan sosial, rumah sakit, pendidikan dokter, pemandian umum juga

dibangun. Pada masa Harun Al-Rasyid negara Islam menempatkan dirinya

sebagai negara terkuat dan tak tertandingi, bahkan Al Makmun dikenal sebagai

khalifah yang sangat cinta ilmu, pada masanya penerjemahan buku Yunani sangat

digalakkan dan bahkan penerjemah dari golongan Kristen digaji, dan ia

mendirikan Bait Al Hikmah sebagai pusat penerjemahan dan perguruan tinggi

dengan perpustakaan yang besar, masa Al Makmun Baghdad menjadi pusat

kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Priode kedua sebagai pengaruh Turki pertama yaitu masa khalifah Al

Mu’tasim mendatangkan orang-orang Turki untuk menjadi tentara pengawal7. Ia

banyak memberikan orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, Al Mu’tasim

juga mengubah sistem ketentaraan yaitu praktek orang-orang muslim untuk

berperang untuk berperang sudah berhenti, tentara dibina secara khusus menjadi

prajurit professional kekuatan militer semakin kuat, sekalipun masih terjadi juga

tantangan dan gerakan politk, para periode ini ada paling tidak ada 12 khalifah

6 Badri Yatim, 2008, hal.527 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, UI Press, Jakarta, 1985, 2008,

hal.69

6

Page 8: DINASTI ABBASIYAH

mulai Al Mu’tasim hingga Al Muqtadir namun banyak khalifah dibunuh atau

diturunkan dari tahta dengan paksa.

Periode ketiga Daulah Abbasiyah berada pada kekuasaan Bani Buwaihi,

sekalipun khalifah masih ditangan kekuasaan Bani Abbas, tetapi khalifah

bagaikan boneka yang tak bisa berbuat apa-apa, bahkan merekalah yang memilih

dan menjatuhkan kekhalifahan sesuai dengan keinginan politik mereka8. Bani

Buwaihi berawal dari tiga orang anak dari Abu Syuja’ Buwaihi, pencari ikan dari

daerah dalam yaitu Ali, Hasan dan Ahmad. Ketiga putra Buwaihi kemudian

memasuki dinas militer dan memperoleh kedudukan yang tinggi, karena

prestasinya Ali diangkat menjadi gubernur Al Kharaj dan dua saudaranya diberi

kedudukan yang penting. Dari Al Kharaj itulah kekuasaan Bani Buwaihi bermula,

Ali berusaha mendapat legalisasi dari Khalifah Al-Radi’billah dan mendapatakan

sejumlah uang untuk perbendaharaan negara.

Ketika Baghdad sedang dilanda kekisruhan politik akibat perebutan jabatan,

Amin Al Umara antara wazir dan pemimpin militer. Pemimpin militer minta

bantuan kepada Ahmad bin Buwaihi, sesampainya di Baghdad disambut baik oleh

khalifah dan diangkat menjadi amiral umara, penguasa politik negara dengan gelar

muiz al daulah. Saudaranya Ali diberikan gelar imad al daulah dan Hasan

dianugerahi rukn al daulah9.

Kekuatan Bani Buwaihi tidak bertahan lama karena pertikaian anak-

anaknya, perebutan kekuasaan ini adalah faktor internal yang meruntuhkan

kekuasaan selain pertentangan pada tubuh militer sedang faktor eksternal adalah

serangan Bizantium kedunia Islam dan semakin banyaknya dinasti-dinasti kecil

yang memisahkan diri.

Periode keempat, dimana kekuasaan Buwaihi ketangan Bani Seljuk antara

tahun 1055-1199 M, kehadiran Bani Seljuk ini adalah atas “undangan” khalifah

untuk melumpuhkan Bani Buwaihi. Bani Seljuk berasal dari suku Ghuz di

Turkistan. Pemerintahan Bani Seljuk dimulai Tughrul Bek dikenal dengan

pemerintahan Al Salajikah Al Kubro. Pada masa pemerintahan Maliksyah

kekuasaanya sangat luas dari ujung Turki hingga Yerussalem, namun setelah itu

mengalami kemunduran hingga berakhir tahun 1199.

8 Badri Yatim, 2008, hal. 699 Badri Yatim, 2008, hal.69

7

Page 9: DINASTI ABBASIYAH

Pada masa ini juga terjadi perang salib yang bermula ketika Bani Seljuk

menguasai Bait Al Maqdis dari kekuasaan Dinasti Fatimiyah yang berkedudukan

di Mesir, penguasa Seljuk menetapkan aturan yang menyulitkan bagi kaum

Kristen, oleh karena itulah Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen Eropa

supaya melakukan perang suci10. Perang Salib ini terjadi pada tiga gelombang,

gelombang pertama tahun 1095 tentara sailb yang dipimin Godfrey, Bohemond

dan Raymond dapat menguasai Bait Al Maqdis. Gelombang kedua tentara salib

mengobarkan perang karena Nuruddin Zanki dapat merebut Antiochea dan

Edessa, tentara salib yang dipimpin oleh Paus Eugenisius III, Raja Perancis Lous

VII dan raja Jerman Condrad II, tetapi dapat dipukul muncur oleh Shahuddin Al

Ayyubi yang berhasil mendirikan Dinasti Ayyubiah di Mesir. Gelombang ketiga

tentara salib dipimpin oleh Raja Jerman Frederick II, namun dalam perkembangan

selanjutnya Palestina dapat dikuasai masa Al-Malik Al Salih, penguasa Mesir

selanjutnya.

Periode kelima, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada dikekuasaan dinasti

tertentu, mereka merdeka dan berkuasa tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya.

C. Islamisasi (Ekspansi Kekuasaan)

Pada periode pertama kekhalifahan Abbasiyah ekspansi atau futuhat dan

proses islamisasi tidaklah terlalu menonjol dibandingkan proses pembinaan

peradaban dan kebudayaan Islam, namun demikian beberapa daerah dapat

dikuasainya. Masa khalifah Al Mansur menaklukkan kembali daerah-daerah yang

memerdekakan diri, merebut benteng-benteng di Asia, Kota Malatia, wilayah

Coppadocia dan Cicilia tahun 758 M, ke utara pasukan melintasi pegunungan

Taurus dekat selat Bosporus berdamai dengan Constantine, Bizantium membayar

upeti tahunan, pasukannya berhadapan dengan Turki Khazar di Kaukasus,

Daylami di Laut Kasmia, Turki dibagian lain Oksus dan India11.

Pada zaman Al Mu’tasim juga dilakukan penaklukan ke Romawi dengan

menaklukkan benteng Romawi yang terkuat yaitu benteng Amuriyah12. Secara

umum penaklukan (futuhat) pada masa khalifah Abbasiyah tidaklah sehebat pada

10 Harun Nasution, 1974, hal.3211 Badri Yatim, 2008, hal.5212 Hamka, Sejarah Umat Islam, Pustaka Nasional, Singapura, 2005, hal.278

8

Page 10: DINASTI ABBASIYAH

masa Bani Umaiyah, wilayah Bani Umaiyah mulai dari awal berdirinya sampai

keruntuhannya sejajar dengan batas wilayah kekuasaan Islam.

Ada kemungkinan bahwa para khalifah Abbasiyah sudah cukup puas

dengan pengakuan nominal dari propinsi-propinsi tertentu dengan membayar

upeti. Alasan pertama mungkin para khalifah tidak cukup kuat untuk membuat

mereka tunduk kepadanya. Kedua, penguasa Bani Abbasiyah lebih menitik

beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan dari pada politik dan ekspansi13.

Jika ada maka peperangan hanyalah uuntuk mengatasi konflik-konflik internal,

dimana banyak pemberontakan yang ingin memishakan diri dari kekuasaan

khalifah di Baghdad.

D. Kebijakan Pemerintahan Daulah Abbasiyah

Dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah ada pengaruh kebudayaan dalam

sistem pemerintahan. Pada periode pertama dan ketiga dipengaruhi oleh

kebudayaan Persia yang kuat, pada periode kedua dan keempat bangsa Turki

sangat dominan dalam politik dan pemerintahan, ini artinya masih pada periode

pertama sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan suubiyah

(kebangsaan/kesukuan yang anti Arab), gerakan inilah yang banyak memberikan

inspirasi terhadap gerakan politik dan persoalan keagamaan.

Secara umum, pemerintahan Abbasiyah dipegang oleh seorang khalifah,

namu npada zaman Al Mansur konsep khalifah berubah, ia menyatakan

“sesungguhnay aku ini sultan Allah di bumiNya, aku memimpin kalian dengan

karunia, pengarahan dan dukunganNya, aku menjaga dan memperlakukan

hartaNya dengan kehendak dan keinginanNya, dan aku memberikanya dengan

seizinNya”14.

Khalifah-khalifah Abbasiyah memakai “gelar takhta” Al Mansur misalnya

memakai gelar takhta Abu Ja’far, gelar takhta tersebut kadang lebih popular dari

namanya15, misalnya Al Mansur (orang yang mendapat pertolongan Allah).

Selain khalifah, hal lbaru yang diterapkan Al Mansur adalah mengangkat

wazir sebagai koordinator departemen16, wazir adalah pembantu khalifah yang

13 Badri Yatim, 2008, hal.6314 Dr. Yusuf Al Isy, Dinasti Abbasiyah, Pustaka Al Kausar, Jakarta, 2013, hal.3515 Dr. Yusuf Al Isy, 2013, hal.3716 Ensiklopedi Islam, 2001, hal.6

9

Page 11: DINASTI ABBASIYAH

mengatur dan merencanakan pemecahan masalah yang dihadapi, wazir pertama

yang diangkat khalifah adalah Khalid bin Barmah dari Balkh Persia.

Tentara pada zaman Al Mansur menjadi pasukan professional, Al Mansur

merekrut tentara dari orang Arab, Persia dan lainnya. Al Mansur membagi tentara

menjadi empat bagian yaitu : Mudhaniyah, Rabi’iyah, Yamariyah dan

Khurasaniyah17. Abu Ja’far Al Mansur sengaja membagi tentara seperti itu

sehingga setiap tentara bisa bergerak bersama-sama dan saling mengawasi satu

sama lain. Adapun polisi menjadi penjaga khalifah dan mengikuti perintah

khalifah.

Pada periode selanjutnya pemerintahan Abbasiyah didominasi oleh unsur

Turki semasa pemerintahan khalifah Al Mu’tashim, unsur Turki terutama dalam

kemiliteran dilatar belakangi oleh adanya persaingan antara golongan Arab dan

Persia pada masa Al Ma’mun dan sesudahnya, dan bahkan perebutan kekuasaan

antara Al Amin dan Al Ma’mun dilatar belakangi dan diperhebat adalah

persaingan antara golongan Arab yang mendukung Al Amin dan golongan Persia

yang mendukung Al Ma’mun18. Masuknya unsur Turki dalam pemerintahan

Abbasiyah semangkin menambah persaingan antar bangsa.

E. Bidang Keagamaan

Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju terutama gerakan

terjemahan bukan saja membawa kemajuan bidang ilmu pengetahuan umum,

tetapi juga dalam pengetahuan bidang agama. Dalam bidang tafsir sejak awal

sudah dikenal dua metode. Penafsiran pertama, tafsir bi al ma’tsur yaitu

interprestasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para

sahabat. Kedua, tafsir bi al ra’yi yaitu metode rasional yang lebih banyak

bertumpu pada pendapat dan pikiran, ini jelas tafsir al ra’yi sangat dipengaruhi

oleh perkembangan filsafat.

Imam-imam mazhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan

Bani Abbasiyah. Imam Abu Hanifah (700-767) dalam pendapat hukumnya

dipengnaruhi oleh perkembangan yang terjadi di kota Kufah, kota yang berada di

17 Harun Nasution, 1985, hal.6718 Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam Yogyakarta, Kota Kembang, 1989, hal.

120-121

10

Page 12: DINASTI ABBASIYAH

tengah-tengah kebudayaan Persia yang hidup kemasyarakatannya telah mencapai

tingkat kemajuan yang lebih tinggi19. Karena itu mazhabimi lebih banyak

menggunakan rasional dari pada hadits, tokohnya antara lain At Tabari.

Berbeda dengan Abu Hanifah, Imam Malik (713-795) banyak menggunakan

hadits dan tradisi masyarakat Madinah, pendapat dua tokoh itu ditengahi oleh

Imam Syafi’i (767-820) dan Imam Hambal (780-755).

Aliran-aliran teologi yang sudah ada pada masa Bani Umaiyah seperti

Khawarij, Murji’ah dan Mu’tazilah yang pemikirannya terbatas, namun pemikiran

yang lebih kompleks lagi dirumuskan pada Bani Abbasiyah. Tokoh perumusnya

adalah Abu Huzail Al Allaf (752-849) dan Al Nazzam (801-835). Asy’ariyah,

aliran tradisional bidang teologi dicetuskan oleh Abu Hasan Al Asy’ari (873-935),

ini terjadi karena Al Asy’ari sebelumnya pengikut Mu’tazilah, hal ini juga terjadi

perkembangan penulisan hadits, tokoh yang terkenal adalah nama Bukhari dan

Muslim.

F. Khazanah Peradaban

Sejak dibangun oleh khalifah Ja’far Al Mansur ibu kota kekhalifahan

Abbasiyah daerah Madinah As Salam yang kemudian disebut Baghdad atau

Zaura20. Maka Baghdad menjadi pusat peradaban pada masa khalifah

selanjutanya, sekaligus peradagan Islam. Perhatian membangun peradaban

memuncak terutama pada ilmu dan pengetahuan dari falsafah Yunani, Harun Al

Rasyid dan Al Ma’mun mendatangkan buku-buku dari Bizantium kemudian

diterjemahakan dalam Bahasa Arab. Bait Al Hikmah didirikan Al Ma’mun bukan

hanya merupakan pusta penterjemahan tetapi juga akademi yang mempunyai

perpustakaan.

Integrasi yang terjadi pada zaman ini adalah bidang bahasa, dimana bahasa

Arab dijadikan sebagai bahasa ilmu pengetahuan, filsafat dan diplomasi. Integrasi

yang lain adlaah bidang kebudayaan, kebudayaan dari Spanyol di barat sampai ke

India di timur dan mulai Sudan di selatan dan Kaukasus di Utara adalah peradaban

Islam dengan bahasa Arab sebagai alatnya, dimasa inilah buat pertama kali terjadi

kontak antara kebudayaan barat dengan Islam.

19 Harun Nasution, Jilid 2, hal.1420 Dr. Yusuf Al Asy, 2013, hal.33

11

Page 13: DINASTI ABBASIYAH

Bidang ilmu pengetahuan lahir Al Fazari sebagai astronom yang dikenal di

Eropa dengan Al Fragnus, optic ada Abu Ali Hasan Al Haytam yang dikenal

dengan Al Hazen, ilmu kimia Jabir bin Hayan, bidang Fisika Ibnu Al Baitum,

geografi Ibnu Hasan Al Mas’ual, ilmu kedokteran Al-Razi, filsafat yang terkenal

adalah Ibnu Sina, Al Farabi dan Ibnu Rusyd.

Selain bidang di atas kegiatna perekonomiain digalakkan dengan

membangun irigasi, pertambangan dan sumber-sumber alam dan juga

perdagangan internasional. Tingkat kemakmuran yang tinggi terjadi masa Harun

Al Rasyid, kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan

kebudayaan serta kemsusastraan berada pada zmaan keemasannya, sehingga pada

sat itu negara Islam menempatkan dirinya sebagai Negara berperadaban tinggi

yang tak tertandingi.

G. Keruntuhan dan Faktor Penyebab

Setelah berkuasa lebih kurang 5 abad, akhirnya bencana itu datang juga,

faktor-faktor yang menjadikan keruntuhan dinansti ini dapat dikelompokkan

menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internalnya adalah :

1. Adanya persaingan tidak sehat antara beberapa bangsa yang

terhimpun dalam Daulah Abbasiyah terutama Arab, Persia dan Turki,

gerakan politik sektarian (Ashabiyah/Su’ubiyah), menjadi

mengkristal, apalagi orang Arab menganggap dirinya warga kelas satu

sementara Persia dan Turki dianggap warga kelas dua, fanatisme

ashabiyah tradisional ini tampaknya dibiarkan berkembang oleh

penguasa.

2. Adanya konflik antara pemikiran dalam Islam yang sering

menyebabkakn timbulnya konflik berdarah. Konflik yang dilatar

belakangi agama tidak terbatas pada konflik muslim dan zindik atau

ahlus sunnah wal jama’ah dengan syi’ah tetapi juga antar aliran dalam

Islam. Mu’tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai pembuat

bid’ah oleh golongan salaf, perselisihan antar dua golongan

dipertajam oleh Al Ma’mun dengan menjadikan Mu’tazilah sebagai

mazhab negara. Masa Al Mutawakkil aliran Mu’tazilah dibatalkan dan

12

Page 14: DINASTI ABBASIYAH

golongan salaf kembali naik daun, tidak toleran pengikut Hambali

(salaf) terhadap Mu’tazilah telah menyempitkan horizon intelektual21.

3. Munculnya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dari

Baghdad, dinasti-dinasti itu antara lain Thahiriyah di Khurasan,

Sajiyah di Azerbaijan, Thuluniah di Mesir, Ikhsidiyah di Turkistan,

Idrisiyah di Maroko, Umawiyah di Spanyol dan Fathimiyah di Mesir.

4. Kemerosotan ekonomi akibat kemunduran politik. Pada periode

pertama khalifah Abbasiyah merupakan pemerintahan yang kaya,

dana masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Bait Al Mal penuh

dengan harta, pertambahan dana yang besar diperoleh dari Al-Kharaj

(pajak hasil bumi), setelah khalifah mengalami kemunduran,

pendapatan negara menurun, sementara pengeluaran meningkat tajam.

Hal ini disebabkan wilayah kekuasaan semakin sempit karena

banyaknya kerusuhan dan dinasti kecil yang memerdekakan diri dan

tidak membayar upeti. Pengeluaran membengkak karena kehidupan

mewah dan berpoya-poya dari khalifah dan pejabat, serta pejabat

banyak melakukan korupsi.

Sedangkan faktor eksternal yang membuat khilafah Bani Abbasiyah muncur

dan akhirnya hancur adalah :

1. Perang Salib yang terjadi tahun 1095 yang menyebabkan kekuasaan

Abbasiyah semakin lemah, peperangan demi peperangan yang terjadi

sebanyak tiga gelombang telah memperlemah kekuasaan khalifah,

daerah-daerah kekuasaan Islam satu persatu dapat direbut kaum salib

dan termasuk juga Bait Al Maqdis

2. Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam yang dipimpin

oleh Hulago Khan meluluhlantakkan kota Baghdad tahun 1258 M.

Panglima tentara Mongol tersebut sangat membenci Islam karena ia

banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian.

Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang

anti Islam itu dan diperluas di kantong-kantong ahlu al kitab. Tentara

21 Syed Ameer Ali, Api Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1978, hal.464

13

Page 15: DINASTI ABBASIYAH

Mongol setelah menghancurkan pusat-pusat peradaban Islam, ikut

memperbaiki Yerussalem

Demikianlah gambaran secara umum tentang Bani Abbasiyah yang

mempunyai sejarah panjang, telah mengangkat derajat umat Islam keperadaban

yang tinggi yang tak tertandingi. Nanun paling tidak umat Islam telah

membuktikan dirinya dapat sejajar atau bahkan melebihi peradaban lain di dunia

ini. Memang tidak ada yang abadi apalagi manusia dan peradabannya, yang abadi

hanya milik Allah Swt.

H. Kesimpulan

Dari paparan-paran tentang Bani Abbaisyah di atas, maka dapat

disimpulkan: Bani Abbas atau Daulah Abbasiyah adalah kelanjutan dari Dinasti

Umaiyah. Khalifah pertama adalah Abu Abbas Asaffah (penumpah darah), namun

Pembina daulah ini adalah Abu Ja’far Al Mansur. Al Mansur berhasil meletakkan

sendi-sendi pemerintahan terhadap daulah yang baru didirikan hingga pada

kahlifah berikutnya.

Pemerintahan Abbasiyah yang dimulai tahun 750 M hingga 1258 M dibagi

dalam lima periode yaitu : pertama, pengaruh Persia Pertama (750-847 M).

Kedua, masa pengaruh Turki Pertama (847-945 M). Ketiga, masa kekuasaan

Dinasti Buwaihi (atau pengaruh Persia Kedua) 945-1055 M. Periode keempat

masa kekuasaan Bani Seljuk atau pengaruh Turki Kedua (1055-1194 M) dan

periode kelima masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain (1194-1258 M)

hingga kehancurannya. Sedikinya ada 37 khalifah yang berkuasa pada

kekhalifahan ini.

Ekspansi yang dilakukan oleh Bani Abbasiyah tidaklah begitu menonjol

sebab pemerintahan Abbasiyah lebih cenderung pada pembinaan peradaban,

sehingga membawa peradaban berkembang sangat maju. Tidak hanya kebijakan-

kebijakan pemerintahan, bidang keagamaan, ilmu pengetahuan, filsafat, Baghdad

sebagai mercusuar peradaban memang pusat ilmu pengetahuan dan filsafat yang

tak ada tandingannya.

Akhirnya setelah berkuasa 508 tahun Dinasti Abbasiyah mengalami

kemunduran dan bahkan kehancuran, faktor internalnya adalah fanatisme

14

Page 16: DINASTI ABBASIYAH

kesukuan yang masuk dalam pemerintahan, konflik aliran pemikiran Islam,

munculnya dinasti-dinasti kecil yang memisahkan diri serta kemerosotan

ekonomi, sedang faktor externalnya adalah perang salib dan penyerangan oleh

bangsa Tartar dipimpin oleh Hulago Khan menghancurkan Baghdad 1258 M.

I. Saran

Makalah mini yang disajikan dengan judul Bani Abbasiyah ini tentu masih

banyak kekurangan dan kelemahan, untuk meriviu kembali sejarah panjang

selama lima abad bukanlah sesuatu yang mudah. Literatur-literatur yang terbatas

dan informasi-informasi yang belum sempurna tentunya menjadi kendala yang

signifikan untuk kesempurnaan makalah ini.

Oleh karena itu perlu saran dan kritikan yang konstruktif dari semua

pembaca agar pencapaian makalah yang sempurna dapat diwujudkan, atas segala

saran dan kritikan tentunya diucapkan terima kasih.

15

Page 17: DINASTI ABBASIYAH

DAFTAR PUSTAKA

Ajid Thohir, Perkembangna Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta, Rajawali, 2009

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Rajawali, 2008

Departemen Pendidikan Nasional, Ensiklopedi Islam, Jakarta, Ichtiar Baru, 2001

Hamka, Sejarah Umat Islam, Singapura, Pustaka Nasional, 2005

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta, UI Press, 1985

Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam, Yogyakarta, Kota Kembang, 1989

Syed Ameer Ali, Api Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1978

Yusuf Al Isy, Dinasti Abbasiyah, Jakarta, Pustaka Al Kausar, 2013

16

Page 18: DINASTI ABBASIYAH

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

A. Pendahuluan ..............................................................................................1

B. Revolusi dan Berdirinya Bani Abbasiyah ................................................1

C. Islamisasi (Ekspansi Kekuasaan) ..............................................................7

D. Kebijakan Pemerintahan ...........................................................................8

E. Bidang Keagamaan ...................................................................................9

F. Khazanah Peradaban..................................................................................10

G. Keruntuhan dan Faktor Penyebab .............................................................11

H. Kesimpulan ...............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................14

17i