15
Daulah Abbasiyah “The Golden Age of Islam” Secara kronologis, nama Abbasiyah menunjukkan nenek moyang dari Al-Abbas, Ali bin Abi Thalib dan Nabi Muhammad. Hal ini menunjukkan kedekatan pertalian keluarga antara Bani Abbas dengan nabi. Itulah sebabnya kedua keturunan ini sama-sama mengklaim bahwa jabatan Khalifah harus berada di tangan mereka. Keluarga Abbas mengklaim bahwa setelah wafatnya Rasulullah merekalah yang merupakan penerus dan penyambung keluarga Rasul. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya Dinasti ini sangat panjang yaitu tahun 132 H/750 M-656 H/1258 M. Sejarah kemunculan Dinasti Abbasiyah bermula ketika pada saat itu masih Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, Bani Abbas telah melakukan usaha perebutan kekuasaan, karena menurut keyakinan Bani Abbasiyah keturunan Bani Umayyah tidak berhak menjadi imam atau khalifah, yang berhak adalah keturunan dari Ali Bin Abi Thalib, sedangkan bani umayyah bukan berasal dari keturunan Ali Bin Abi Thalib. Serta Dinasti Umayyah yang di pimpin oleh Raja terakhirnya yaitu Marwans elaluh menghiraukan masalah-masalah keagamaan. Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa khalifah Umar bin Abdul Aziz berkuasa. Penyeranggan terhadap bani umayyah di dasari oleh : 1. Penindasan yang terus menerus terhadap pengikut Ali dan Bani Abbasiyah pada umumnya.

Daulah Abbasiyah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

teks

Citation preview

Daulah Abbasiyah The Golden Age of Islam

Secarakronologis, nama Abbasiyah menunjukkan nenek moyang dari Al-Abbas, Ali bin Abi Thalib dan Nabi Muhammad. Hal ini menunjukkan kedekatan pertalian keluarga antara Bani Abbas dengan nabi. Itulah sebabnya kedua keturunan ini sama-sama mengklaim bahwa jabatan Khalifah harus berada di tangan mereka. Keluarga Abbas mengklaim bahwa setelah wafatnya Rasulullah merekalah yang merupakan penerus dan penyambung keluarga Rasul.

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya Dinasti ini sangat panjang yaitu tahun 132 H/750 M-656 H/1258 M. Sejarah kemunculan Dinasti Abbasiyah bermula ketika pada saat itu masih Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, Bani Abbas telah melakukan usaha perebutan kekuasaan, karena menurut keyakinan Bani Abbasiyah keturunan Bani Umayyah tidak berhak menjadi imam atau khalifah, yang berhak adalah keturunan dari Ali Bin Abi Thalib, sedangkan bani umayyah bukan berasal dari keturunan Ali Bin Abi Thalib. Serta Dinasti Umayyah yang di pimpin oleh Raja terakhirnya yaitu Marwans elaluh menghiraukan masalah-masalah keagamaan.

Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa khalifah Umar bin Abdul Aziz berkuasa. Penyeranggan terhadap bani umayyah di dasari oleh :

1. Penindasan yang terus menerus terhadap pengikut Ali dan Bani Abbasiyahpada umumnya.

2. Merendahkan kaum muslimin yang bukan Bangsa Arab sehingga mereka tidak diberikesempatan dalam pemerintahan.

3. Pelanggaranterhadap Ajaran Islam dan hak-hak asasi manusiasecaraterang-terangan.

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode:

1. Periode Pertama (132 H/750 M 232 H/847 M)

Dasar pemerintahan Bani abbasiyah dibangun oleh Abu Abbas Al-Saffah dan Abu Jafar al-Mansur. Padaperiode awal pemerintahan Dinasti Abasiyah masih dipengaruhi oleh Persia sehingga menekankan pada kebijakan perluasan daerah.

2. Periode kedua (232 H/847 M. 334 H/945 M.)

Kebijakan Khalifah al-Mukasim (833-842 M.), untuk memilih anasir Turki dalam ketentaraan kekhalifahan Abasiyah dilatar belakangi oleh adanya persaingan antara golongan Arab dan Persia, pada masa al-Makmun dan sebelumnya.Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbasiyah pada periode ini adalah; Pertama, luasnya wilayah kekuasaan yang harus dikendalikan, sementara komunikasi lambat. Kedua, profesionalisasi tentara menyebabkan ketergantungan kepada mereka menjadi sangat tinggi. Ketiga, kesulitan keuangan karena beban pembiayaan tentara sangat besar.

3. Periode ketiga(334 H./945 M.-447 H./1055 M.)

PosisiBani Abasiyah yang berada di bawah kekuasaan Bani Buwaihi merupakan ciri utama periode ketiga ini. Keadaan Khalifah lebih buruk ketimbang di masa sebelumnya, lebih-lebih karena Bani Buwaihi menganut aliran Syiah. Akibatnya kedudukan Khalifah tidak lebih sebagai pegawai yang diperintah dan diberi gaji.

4. Periode keempat (447 H/1055 M 590 H/1199 M)

Periodekeempat ini ditandai oleh kekuasaan Bani Saljuk dalam Daulah Abbasiyah. Kehadirannya atas naungan khalifah untuk melumpuhkan kekuatan Bani Buwaihi di Baghdad. Keadaan khalifah memang sudah membaik, paling tidak karena kewibawannya dalam bidang agama sudah kembali setelah beberapa lama dikuasai orang-orang Syiah.

5. Periode kelima (590 H/1199 M 656 H/1258 M)

Padaperiode ini, Khalifah Bani Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu dinasti tertentu. Mereka merdeka dan berkuasa, tetapi hanya di Bagdad dan sekitarnya. Sempitnya wilayah kekuasaan khalifah menunjukkan kelemahan politiknya, pada masa inilah tentara Mongol dan Tartar menghancurkan Bagdad tanpa perlawanan pada tahun 656 H./1256 M.

Beberapa khalifah yang terkenal pada masa Bani Abbasiyah diantaranya:

1. Abu al-Abbas al-Saffah

Dia bernama Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Khalifah pertama pemerintahan Daulah Abbasiyah. Beliau dilahirkan di Hamimah pada tahun 104 H. Ibunya adalah Rabtah binti Abaidullah al Haritsi, ayahnya Muhammad bin Ali adalah orang yang melakukan gerakan untuk mendirikan pemerintahan Daulah Abbasiyah dan menyebarkannya kemana-mana. Abdullah bin Muhammad mendapat gelar As Saffah pengalir darah dan pengancam siapa saja yang membangkang, khususnya Bani Umayan dan pendukung- pendukungnya. Hal itu dibuktikan bahwa As Saffah menumpas mereka secara habis-habisan. Abul Abbas adalah seorang yang bermoral tinggi dan mempunyai loyalitas sehingga beliau disegani dan dihormati oleh kerabat-kerabatnya. Beliau memiliki pengetahuan yang luas, pemalu dan budi pekerti yang baik. Menurut As Sayuti, Abul Abbas As Saffah ialah manusia yang paling sopan dan selalu menepati janji tepat pada waktunya. Beliau diangkat oleh saudaranya yang bernama Ibrahim sebelum dia ditangkap oleh pemerintahan Umayah pada tahun 129 H atau 746 M.

Masa pemerintahan Abul Abbas As Saffah hanya berlangsung 4 tahun. Setelah di baiat menjadi khalifah pertama bani abbasiyah, tugas yang pertama ia lakukan adalah mengalahkan khalifah terakhir bani umayah yaitu Marwan bin Muhammad. Abul Abbas memberangkatkan pasukannya untuk memerangi Marwan bin Muhammad yang saat itu bersama dengan tentaranya berada di Zab, Marwan dikalahkan dalam perang ini dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain hingga akhirnya berhasil dibunuh oleh pasukan Abul Abbas pada Januari tahun 132 H / 750 M.

Dengan demikian semua wilayah pemerintahan berada di bawah kendali Abbasiyah kecuali Andalusia. Setelah Marwan bin Muhammad terbunuh, maka secara de facto berdiri dinasti baru yaitu Dinasti Abbasiyah dengan kekhalifahan Abul Abbas as Saffah. Dia mengeluarkan dekrit kepada para gubernur supaya tokoh- tokoh umayah yang memiliki darah biru semuanya dibunuh. Ia sendiri banyak membunuh rival dari dinasti itu. bukan hanya diam di situ saja, Abul Abbas menggali kuburan para khalifah umayah ( kecuali umar bin abdul aziz ) dan tulang-tulangnya pun dibakar. Oleh karena itu rakyat damaskus, harran, hims, kinnisirin, zerusalam dan daerah lainnya memberontak, namun pemberontakan tersebut dapat dipadamkan dengan tangan besi oleh razim abul abbas as saffah.

Dalam pemerintahan Abul Abbas, ia menjadikan kota Anbas sebagai ibukota negaranya, ia juga disibukkan dengan upaya untuk konsolidasi internal dan untuk menguatkan pilar- pilar negara yang hingga saat itu belum sepenuhnya stabil, oleh karena itulah, dia tidak banyak fokus terhadap masalah penaklukan wilayah karena pertempuran di kawasan turki dan asia tengah terus bergolak. Oleh karena itu, pemerintahan Abul Abbas as affah bersandar pada tiga hal utama yaitu:

a. Keluarganya sebab dia memiliki paman, saudara-saudara, dan anak-anak saudara dalam jumlah besar. Mereka menyerahkan kepemimpinan dan pemerintahan wilayah kepadanya, demikian juga dalam masalah nasihat dan musyawarah.

b. Abu muslim khurasani. Dia adalah panglima perang yang jempolan. Dengan kekuatan dan tekadnya yang kokoh, dia mampu menaklukan khurasan dan irak sehingga membuka jalan yang lapang bagi berdirinya pemerintahan abbasiyah.

c. Fanatisme golongan. Dia muncul pada akhir-akhir dan melemahnya pemerintahan umayah peluang ini di manfaatkan oleh bani abbasiyah mereka bersama- sama dengan yamaniyun bergerak melawan qoysiyun yang berpihak kepada bani umayah.

Abul Abbas as Saffah menjadi khalifah selama 4 tahun 9 bulan, dan wafat dikota Anbar pada hari ahad, setengah pertama dari bulan Dzulhijah tahun 136 h atau 753 m.

2. Abu Jafar al-Mansyur

Abu Jafar Adullah bin Muhammad dilahirkan di kota Hamimah pada tahun 101 H. Ibunya bernama Salamah. Ia menjadi khalifah pada usia 41 tahun. Ia memerintah selama 22 tahun (136 158 H/ 754 775 M).Sebelum Abu Al- Abbas As-Saffah meninggal, ia sudah mewasiatkan siapa bakal menjadi penggantinya, yakni saudaranya, Abu Jafar, kemudian Isa ibn Musa, keponakannya. Sistem pengumuman putra mahkota ini meniru cara Umayyah, bukan mencontoh Khulafurrasyidin yang mendasarkan pemilihan khalifah pada musyawarah dari rakyat.Di zaman Al Mansur berawal masa kejayaan dan masa perkembangan ilmu pengetahuan yang oleh karenanya Daulat Abbasiyah mencapai zaman keemasannya di belakang hari. Di zaman Al Mansur pula berkembang pengaruh Persia secara jelas, sehingga khalifah-khalifah Bani Abbas meniru umat Persia tentang adat istiadat istana bahkan sampai kepada nizam siasat yang terpakai di masa pemerintahan Kisra-kisra Persia. Di dalam istana orang Persialah yang berpengaruh.Abu Jafar memakai gelar al-Mansur. Menurut Joesoef Souyb gelar Al Mansyur karena Abu Jafar senantiasa menang di dalam peperangan baik memadamkan kerusuhan maupun dalam menghadapi serangan imperium Byzantium, maka iapun digelari Al Mansur yang beroleh pertolongan dari Allah. Pada masa al Mansur pengertian khalifah kembali berubah. Dia berkata Innama ana Sulthan Allah fi Ardhihi (sesungguhnya saya adalah kekuasaan Tuhan di bumi-Nya). Dengan demikian konsep khilafah dalam pandangannya dan berlanjut ke genarasi selanjutnya yang merupakan mandat dari Allah, bukan dari manusia, bukan pula sekedar pelanjut nabi sebagaimana pada masa al Khulafa ar Rasyidin.Dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah diletakkan oleh khalifah kedua, Abu Jafar al Mansur yang dikenal sebagai pembangun khilafah tersebut. Di awal masa pemerintahannya ia menghadapi berbagai kesulitan terutama perlawanan-perlawanan dari pihak yang tidak menerima beliau sebagai khalifah. Dia dengan keras menghadapi lawan-lawannya dari Bani Umayyah, dan juga Syiah yang merasa dikucilkan dari kekuasaan. Untuk mengamankan kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi saingan baginya satu persatu disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya adalah pamannya sendiri yang gagah berani dalam pertempuran, dan ia menginginkan jabatan khalifah itu jatuh ke tangannya. Keduanya adalah yang ditunjuk sebagai gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syiria dan Mesir. Karena tidak bersedia membaiatnya maka dibunuh oleh Abu Muslim Al Khurasani atas perintah Abu Jafar. Kemudian, Abu Muslim merupakan seorang yang setia kepada khalifah dan berpengaruh besar. Ketika as-Saffah masih hidup, Abu Muslim selalu dimintai pendapatnya dalam urusan negara, sebelum meminta kepada yang lain termasuk al-Mansur. Dikarenakan kekhawatiran akan menjadi pesaing baginya, maka Abu Muslim Al Khurasani dihukum mati pada tahun 755 M. Selanjutnya Abu Jafar juga menyingkirkan keturunan Ali ibn Abi Thalib yang pengikutnya banyak, terutama di wilayah berdirinya kekuasaan Bani Abbas. Mereka ditakutkan menuntut hak untuk kepemimpinan umat dari golongannya yang selama ini ikut berjuang mendirikan kekuasaan.Dalam masa pemerintahan Al Mansur, ibu kota Daulah Bani Abbas dipindahkan ke kota yang baru dibangunnya, yakni Bagdad. Sebelum itu ibu kota negara adalah Al Hasyimiyah. Karena ibu kota itu berdekatan dengan Kufah, tempat pergerakan kaum syiah, maka al Mansur memindahkannya ke Bagdad yang merupakan kota kuno di sebelah barat sungai Tigris. Hal ini dilakukan untuk memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu.Dalam membangun kota ini, khalifah mempekerjakan ahli bangunan yang terdiri dari arsitektur- arsitektur, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, ahli pahat dan lain-lain. Mereka didatangkan dari Syiria, Mosul, Basrah, dan Kufah yang berjumlah sekitar 100.000 orang. Berpindahnya ibukota kekhalifahan ke Bagdad ikut mempengaruhi perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam. Sebagaimana diketahui bahwa Bagdad terletak di daerah yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Persia dan berarti semakin jauh dari pengaruh Arab. Kota Bagdad sendiri telah lama mengenal ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang tinggi. Membaurnya bangsa-bangsa di Bagdad mempunyai pengaruh yang besar.Masa sepuluh tahun terakhir pemerintahan al Mansur itu adalah masa aman dan damai dan kemakmuran yang melimpah hingga seluruh perhatian tertuju pada negeri tersebut. Gerakan membangun ilmu secara besar-besaran dirintis oleh khalif al Mansur. Ia menarik banyak ulama dan para ahli dari berbagai daerah untuk datang dan tinggal di Bagdad. Ia merangsang pembukuan ilmu agama, seperti fiqh, tafsir, tauhid, hadits dan ilmu lain seperti bahasa dan ilmu sejarah.Menjelang penghujung tahun 158 H/ 775 M, khalif al Mansur berangkat untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci, disertai oleh puteranya al Mahdi. Mendekati kota Kufah iapun jatuh sakit. Tetapi pada suatu tempat bernama Bir Maimun iapun tergeletak dan lalu wafat disitu. Ia wafat pada usia 63 tahun. Jenazahnya di kebumikan di ibu kota Bagdad.

3. Harun al-Rasyid

HarunAr-Rasyid (786-809 M) adalah khalifah kelima Daulah Abbasiyah. Ia dilahirkan pada Februari 763 M. Ayahnya bernama Al-Mahdi, khalifah ketiga Bani Abbasiyah, dan ibunya bernama Khaizuran. Masa kanak-kanaknya dilewati dengan mempelajari ilmu-ilmu agama dan ilmu pemerintahan. Guru agamanya yang terkenal pada masa itu adalah Yahya bin Khalid Al-Barmaki.Harun Ar-Rasyid diangkat menjadi khalifah pada September 786 M, pada usianya yang sangat muda, 23 tahun. Jabatan khalifah itu dipegangnya setelah saudaranya yang menjabat khalifah, Musa Al-Hadi wafat. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid didampingi Yahya bin Khalid dan empat putranya.Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid, seorang khalifah yang taat beragama, shalih, dermawan, hampir bisa disamakan dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis dari Bani Umayyah. Jabatan khalifah tidak membuatnya terhalang untuk turun ke jalan-jalan pada malam hari, tujuannya untuk melihat keadaan rakyat yang sebenarnya. Ia ingin melihat apa yang terjadi dan menimpa kaum lemah dengan mata kepalanya sendiri untuk kemudian memberikan bantuan.Pada masa itu, Baghdad menjadi mercusuar kota impian 1.001 malam yang tidak ada tandingannya di dunia pada abad pertengahan. Daulah Abbasiyah pada masa itu, mempunyai wilayah kekuasaan yang luas, membentang dari Afrika Utara sampai ke Hindukush, India. Kekuatan militer yang dimilikinya juga sangat luar biasa.Khalifah Harun Ar-Rasyid mempunyai perhatian yang sangat baik terhadap ilmuwan dan budayawan. Ia mengumpulkan mereka semua dan melibatkannya dalam setiap kebijakan yang akan diambil pemerintah. Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid, hidup juga seorang cerdik pandai yang sering memberikan nasihat-nasihat kebaikan pada Khalifah, yaitu Abu Nawas. Nasihat-nasihat kebaikan dari Abu Nawas disertai dengan gayanya yang lucu, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Khalifah Harun Ar-Rasyid.Suasana negara yang aman dan damai membuat rakyat menjadi tenteram. Bahkan pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid sangat sulit mencari orang yang akan diberikan zakat, infak dan sedekah, karena tingkat kemakmuran penduduknya merata. Setiap orang merasa aman untuk keluar pada malam hari, karena tingkat kejahatan yang minim. Kaum terpelajar dan masyarakat umum dapat melakukan perjalanan dan penjelajahan di negeri yang luas itu dengan aman. Masjid-masjid, perguruan tinggi, madrasah-madrasah, rumah sakit, dan sarana kepentingan umum lainnya banyak dibangun pada masa itu. Khalifah Harun Ar-Rasyid juga sangat giat dalam penerjemahan berbagai buku berbahasa asing ke dalam bahasa Arab. Bahasa Arab ketika itu merupakan bahasa resmi negara dan bahasa pengantar di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan bahkan menjadi alat komunikasi umum. Karena itu, dianggap tepat bila semua pengetahuan yang termuat dalam bahasa asing itu segera diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.Khalifah Harun Ar-Rasyid meninggal dunia di Khurasan pada 3 atau 4 Jumadil Tsani 193 H/809 M setelah menjadi khalifah selama lebih kurang 23 tahun 6 bulan. Seperti ditulis Imam As-Suyuthi, ia meninggal saat memimpin Perang Thus, sebuah wilayah di Khurasan. Saat meninggal usianya 45 tahun, bertindak sebagai imam shalat jenazahnya adalah anaknya sendiri yang bernama Shalih. Daulah Abbasiyah dan dunia Islam saat itu benar-benar kehilangan sosok pemimpin yang shalih dan adil, sehingga tak seorang pun yang teraniaya tanpa diketahui oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid dan mendapatkan perlindungan hukum yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKAhttp://media.kompasiana.com/mainstream-media/2014/02/22/daulah-abbasiyah-the-golden-age-of-islam-633868.html (diunggah tanggal 24 Januari 2015)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah swt yang telah memberikan nikmat tak terhingga kepada kita yang sampai saat ini kita masih diberi umur panjang dan kesehatan sehingga kita dapat melakukan aktivitas-aktivitas kita sebagaimana biasanya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan atas baginda Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat, tabiin dan para pengikutnya samapai akhir zaman dimana karena perjuangan beliau dan para pewarisnyalah pada hari ini kita masih diberi kesempatan untuk memeluk agama yang dibawanya dan mempelajari ilmu-ilmu yang terkandung didalamnya.

Alhamdulillah berkat karunia Allah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini adalah salah satu tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran SKI bapak M. Ibnu Abdillah As., M.Pd.I dengan tema Daulah Abbasiyah The Golden Age of Islam

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu kami sangat mengharapkan masukan yang membangun dari berbagai pihak untuk kesempurnaan makalah ini kedepan.

Akhirnya, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya. Amin.

Tunggangri, 24 Januari 2015 Tim Penyusun DAULAH ABBASIYAHTHE GOLDEN AGE OF ISLAM(sejarah nama raja yang terkenal dan sejarahnya)KELOMPOK 4Guru Pembimbing

Muhammad Ibnu Abdillah As-Sholeh, M.Pd.I

Disusun oleh

Himatul Ngazimah 20

Wahyu Errina Septiana 41

Nurul Fajriyatus 36

M. Aziz Muzaki28

M. Dicky Fery 27

M. Fatkhur Rohim 25

M. Ulil Sulton29MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TUNGGANGRI

KALIDAWIR TULUNGAGUNG

TAHUN PELAJARAN 2014/2015