21
BANI ABBASIYAH O L E H KELOMPOK 6 : SRI HARYANI BAHAR ( 70 100 109 084 ) ASRIANI EKA PUTRI ( 70 100 109 017 ) FERDI ANDRIAWAN ( 70 100 107 0 ) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR SAMATA – GOWA 2010

Bani Abbasiyah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bani Abbasiyah

BANI ABBASIYAH

O

L

E

H

KELOMPOK 6 :

SRI HARYANI BAHAR ( 70 100 109 084 )

ASRIANI EKA PUTRI ( 70 100 109 017 )

FERDI ANDRIAWAN ( 70 100 107 0 )

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

SAMATA – GOWA

2010

BANI ABBASIYAH

Page 2: Bani Abbasiyah

PENDAHULUAN

Kekuasaan Dinasti Abbasiyah diperoleh bukan sebagai akibat komplotan

kaum istana, melainkan hasil koalisi dari beberapa kelompok yang berbeda

(Persia, Turki dan Bani Abbas) yang dipimpin oleh Abdullah al Saffah ibn

Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Koalisi terjadi karena dilatar

belakangi oleh persamaan nasib yang sama, yaitu sama-sama tertindas oleh

penguasa dinasti Umayyah. Persamaan nasib inilah yang akhirnya memunculkan

sebuah gerakan untuk menumbangkan kekuasaan dinasti Umayyah yang

dianggapnya dlalim. Usaha mereka tidak sia-sia, sehingga pada tahun 750 M

dinasti Umayyah dapat digulingkan. Sejak saat itulah, kekuasaan dinasti Umayyah

digantikan oleh dinasti Abbasiyah.

Bani Abbasiyah atau Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: )اسدين ,العّب al-

Abbāsidīn) adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang

ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam

sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi

keilmuan Yunani dan Persia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari

paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-

652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa

mulai tahun 750 M dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad.

SIMBOL KEEMASAN PERADABAN ISLAM

Page 3: Bani Abbasiyah

Dalam perjalanan dan rentang sejarah, ternyata Bani Abbas dalam sejarah

lebih banyak berbuat daripada Bani Umayyah. Pergantian dinasti Umayyah ke

dinasti Abbasiyah tidak hanya sebagai pergantian kepemimpinan, lebih dari itu

telah mengubah, menoreh wajah dunia islam dalam refleksi kegiatan ilmiah.

Pengembangan ilmu pengetahuan pada Bani Abbasiyah merupakan

pengembangan wawasan dan disiplin keilmuan.

Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-

Rasyid (786 – 809 M) dan puteranya Al-Ma’mun (813 – 833 M). Kekayaan

negara banyak dimanfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan sosial, dan

mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan Farmasi. Pada masanya

sudah terdapat sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian – pemandian

umum juga dibangun. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu

pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman

keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai

negara terkuat dan tak tertandingi.

Al-Ma'mun, pengganti Harun Ar-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang

sangat cinta kepada ilmu filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan

buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia

menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain

yang ahli (wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah). Ia juga banyak mendirikan

sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Baitul-

Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan

perpustakaan yang besar.

Bani Abbasiyah mencapai puncak kegemilangannya tidak terlepas dari

beberapa faktor diantaranya:

1. Letak Baghdad yang berada di tepi sungai Tigris menjadikannya kota

pelabuhan dan transit

Page 4: Bani Abbasiyah

2. Diterjemahkannya buku – buku filsafat dan ilmu pengetahuan dari Yunani

dan Persia ke dalam bahasa dan tulisan Arab. Gerakan terjemahan ini

dilakukan dalam 3 fase.

3. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa lain

PERKEMBANGAN PEMERINTAHAN DAN POLITIK

Page 5: Bani Abbasiyah

Selama dinasti ini berkuasa pola pemerintahan yang diterapkan itu berbeda

– beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarakan

perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasa membagi masa

pemerintahan bani Abbasiyah ke dalam lima periode, yaitu:

1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), disebut periode pengaruh

Arab dan Persia pertama.

2. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut periode pengaruh

Turki pertama.

3. Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti

Bani Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut

juga masa pengaruh Persia kedua.

4. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan

daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya

disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali)

Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk agung).

5. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah bebas

dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar

kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.

Untuk mempertahankan diri dari berbagai kemungkinan adanya gangguan

atau timbulnya pemberontakan, maka para Khalifah dinasti Abbasiyah

mengambil beberapa kebijaksanaan politik dalam negerinya, yaitu:

1. Kebijaksanaan politik terhadap Bani Umayyah

Untuk menjaga agar tidak terjadi pemberontakan dari kalangan Bani

Umayyah yang bermaksud mengambil kembali kekuasaan dari

pemerintahan dinasti Abbasiyah, maka para khalifah Abbasiyah

mengambil suatu tindakan terhadap para pendukung dan keluarga Bani

Umayyah yang masih tersisa. Kebijaksanaan itu menyebabkan banyak

diantara penduduk dan keluarga Bani Umayyah melarikan diri ke wilayah

Andalusia, Afrika, dll. Di tempat pelarian itu mereka mendirikan

Page 6: Bani Abbasiyah

pemerintahan baru sebagai tandingan kekuasaan pemerintahan Dinasti

Abbasiyah di Baghdad.

2. Kebijaksanaan politik terhadap orang – orang Persia

Dalam rangka mempertahankan kekuatan politik pemerintahan dinasti

Abbasiyah, disamping melakukan kebijaksanaan politik terhadap

kelompok dan pendukung Bani Umayyah, kelompok “Mawaly” (terutama

orang – orang Persia) diberikan kesempatan diberbagai bidang

pemerintahan. Kedudukan kaum Malawy ini mendapatkan posisi yang

sangat istimewa dalam pemerintahan Bani Abbasiyah.

3. Kebijaksanaan politik pemerintahan

Perkembangan politik pemerintahan pada masa Dinasti Abbasiyah adalah

kemajuan yang dicapai melalui pembentukan beberapa lembaga

pemerintahan yang baru, antara lain:

a. Pengangkatan wazir atau menteri sebagai pembantu utama khalifah

dalam melancarkan roda pemerintahan.

b. Pembentukan Diwanul kitabah (semacam Sekretariat Negara) yang

dipimpin oleh Raisul Kitabah (Sekretaris Negara). Raisul Kitabah ini

dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa orang sekretaris,

yaitu:

- Katibul Rasail (untuk urusan surat menyurat)

- Katibul Kharraj (untuk urusan pajak/keuangan)

- Katibul Jundi (untuk urusan tentara/kemiliteran)

- Katibul Qudha (untuk urusan kehakiman)

- Katibul Syurthan (untuk urusan kepolisian).

c. Pembentukan beberapa departemen sebagai pembantu wazir, antara

lain ialah:

- Diwanul Kharij (Departemen Luar Negeri)

Page 7: Bani Abbasiyah

- Diwanul Ziman (Departemen Pengawasan Urusan Negara)

- Diwanul Jundi (Departemen Pertahanan dan Keamanana)

- Diwanul Akarah (Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga

Kerja)

- Diwanul Rasail ( Departemen Pos dan Telekomunikasi)

d. Pengangkatan Amir dan Syeikh Qura

e. Pembentukan angkatan bersenjata terdiri dari angkatan darat dan laut

f. Pembentukan baitul mal (kas negara) yang terdiri dari:

- Diwanul Khazanah (Perbendaharaan Negara)

- Diwanul Azra’a ( Urusan Hasil Bumi)

- Diwanul Khazainushilah ( Urusan Perlengkapan Tentara)

g. Pembentukan Mahkamah Agung yang terdiri atas:

- Al-Qadha (bertugas mengurus perkara-perkara agama, hakimnya

disebut Qadhi)

- Al-Hisbah (bertugas mengurus masalah-masalah umum baik

pidana maupun perdata, hakimnya disebut Al-Mustashib)

- An-Nazhar fil Mazhalim (bertugas menyelesaikan perkara-

perkara banding dari tingkat Al-Qadha dan Al-Hisbah dan

hakimnya disebut Shahibul Mazhalim).

Disamping semua itu, banyak usaha perbaikan sistem pemerintahan yang

dilakukan para khalifah Abbasiyah antara lain usaha yang dilakukan khalifah Al-

Mansur, seperti penagaturan dan penerbitan pemerintahan, pembinaan keamanan

dan stabilitas dalam negeri, pembinaan politik luar negeri untuk kemajuan dan

perkembangan dinasti Abbasiyah. Selain itu pula, Harun Al-Rasyid pernah

menjalin hubungan diplomasi politik dengan Raja Poppie di Byzantium untuk

bekerjasama menghalau kekuatan politik militer tentara Umayyah di Andalusia.

PERKEMBANGAN SAINS DAN KEBUDAYAAN

Page 8: Bani Abbasiyah

Bidang Ilmu Pengetahuan

Pada masa pemerintahan khalifah Al-Ma'mun Baghdad mulai menjadi

pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Pada masa ini umat Islam telah banyak

melakukan kajian kritis tentang ilmu pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan

baik aqli rasional ataupun yang naqli mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Pada masa ini proses pengalihan ilmu pengetahuan dengan cara penerjemahan

berbagai buku karangan bangsa – bangsa terdahulu, seperti buku – buku karya

bangsa Yunani, Romawi, dan Persia, serta sumber dari berbagai naskah yang ada

di kawasan Timur Tengah dan Afrka, seperti Mesopotamia dan Mesir.

Walaupun tidak seluruhnya kemajuan yang ada berawal dari kreativitas

penguasa Bani Abbas sendiri, melainkan sebagian di antaranya sudah dimulai

sejak awal kebangkitan Islam, seperti :

1. Maktab/kuttab dan Masjid, Maktab/Kuttab dan Masjid, yaitu lembaga

pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan,

hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu

agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa.

2. Tingkat pendalaman, dimana para pelajar yang ingin memperdalam

ilmunya, pergi keluar daerah menuntut ilmu kepada seorang atau

beberapa orang ahli dalam bidangnya masing-masing. Pada umumnya,

ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama. Pengajarannya

berlangsung di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama

bersangkutan. Bagi anak penguasa pendidikan bisa berlangsung di

istana atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama ahli

ke sana.

tetapi puncak perkembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan terjadi pada

pemerintahan Bani Abbasiyah.

Lembaga-lembaga pendidikan di atas kemudian berkembang pada masa

pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi.

Page 9: Bani Abbasiyah

Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di

samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan

berdiskusi. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya

perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Dari lembaga – lemabaga

pendidikan inilah banyak dilahirkan para sarjana dan para ahli ilmu pengetahuan

yang membawa kejayaan dinasti Abbasiyah.

Diantara ilmu pengetahuan yang berkembang pesat pada masa Dinasti

Abbasiyah, yaitu:

1. Ilmu Tafsir

2. Ilmu Hadist

3. Ilmu Kalam

4. Ilmu Tasawuf

5. Ilmu Bahasa

6. Ilmu Fiqih

Dalam bidang kebudayaan

Diantara kemjuan dalam bidang sosila budaya adalah terjadinya proses

akulturasi dan asimilasi masyarakat. Keadaan sosial masyarakat yang majemuk itu

membawa dampak positif dalam perkembangan dan kemajuan peradaban Islam

pada masa ini. Karna dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka

miliki, dapat dipergunakan untuk memajukan bidang-bidang sosial budaya

lainnya yang kemudian menjadi lambang bagi kemajuan bidang sosial budaya dan

ilmu pengetahuan lainnya. Diantara kemajuan ilmu pengetahuan sosial budaya

yang ada pada masa Khalifah Dinasi Abbasiyah adalah seni bangunan dan

arsitektur, baik untuk bangunan istana, masjid, bangunan kota dan lain

sebagainya. Seni asitektur yang dipakai dalam pembanguanan istana dan kota-

kota, seperti pada istana Qashrul dzahabi, dan Qashrul Khuldi, sementara banguan

kota seperti pembangunan kota Baghdad, Samarra dan lain - lainnya. Kemajuan

juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni musik. Pada masa inilah lahir

seorang sastrawan dan budayawan terkenal, seperti Abu Nawas, Abu Athahiyah,

Page 10: Bani Abbasiyah

Al Mutanabby, Abdullah bin Muqaffa dan lain-lainnya. Karya buah pikiran

mereka masih dapat dibaca hingga kini, seperti kitab Kalilah wa Dimna.

Sementara tokoh terkenan dalam bidang musik yang kini karyanya juga masih

dipakai adalah Yunus bin Sulaiman, Khalil bin Ahmad, pencipta teori musik

Islam, Al farabi dan lain-lainnya.

DISINTEGRASI POLITIK

Masa disintegrasi ini terjadi setelah pemerintahan periode pertama Bani

Abbasiyah mencapai masa keemasannya, pada masa berikutnya pemerintahan

Page 11: Bani Abbasiyah

dinasti ini mulai menurun, terutama di bidang politik. Dimana salah satu sebabnya

adalah kecenderungan penguasa untuk hidup mewah dan kelemahan khalifah

dalam memimpin roda pemerintahan.

Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya sudah mulai terjadi di akhir

zaman Bani Umayyah. Akan tetapi berbicara tentang politik Islam dalam lintasan

sejarah, akan terlihat perbedaan antara pemerintahan Bani Umayyah dengan

pemerintahan Bani Abbasiyah. Wilayah kekuasaan Bani Umayyah, mulai dari

awal berdirinya sampai masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayah

kekuasaan Islam. Hal ini tidak seluruhnya benar untuk diterapkan pada

pemerintahan Bani Abbasiyah. Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui di

Spanyol dan seluruh Afrika Utara, kecuali Mesir yang bersifat sebentar-sebentar

dan kebanyakan bersifat nominal. Bahkan dalam kenyataannya, banyak daerah

tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan

gubernur-gubernur propinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khilafah ditandai

dengan pembayaran pajak.

Berakhirnya kekuasaan Dinasti Seljuk atas Baghdad atau khilafah

Abbasiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah

Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu dinasti tertentu, walaupun

banyak sekali dinasti Islam berdiri. Ada diantaranya yang cukup besar, namun

yang terbanyak adalah dinasti kecil. Para khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan

berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan

khalifah yang sempit ini menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah

tentara Mongol dan Tartar menyerang Baghdad. Baghdad dapat direbut dan

dihancur luluhkan tanpa perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad akibat

serangan tentara Mongol ini awal babak baru dalam sejarah Islam, yang disebut

masa pertengahan.

Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa

kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor

penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah

Page 12: Bani Abbasiyah

terlihat pada periode pertama, hanya karena khalifah pada periode ini sangat kuat,

benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan Bani

Abbasiyah terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para menteri cenderung berperan

sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa

mengatur roda pemerintahan.

ANALISIS KEMUNDURAN dan KEJATUHAN

Page 13: Bani Abbasiyah

Setelah berkuasa lebih kurang lima abad ( 750-1258 M ), akhirnya Dinasti

Abbasiyah mengalami masa-masa suram. Masa suram ini terjadi ketika para

penguasaa setelah Al-Makmun, Al- Mu’tashim dan Al-Mutawakkil, tidak lagi

memiliki kekuatan yang besar, sebab para khalifah sesudahnya lebih merupakan

boneka para amir dan para wajir dinasti Buwaihiyah dan Salajikah. Para khalifah

Abbasiyah pada periode terakhir lebih mementingkan kepentingan peribadi,

ketimbang kepentingan masyarakat umum. Mereka saling melalaikan tugas-tugas

sebagai pemimpin dan kepala negara, bahkan banyak di antara mereka yang lebih

memilih hidup bermewah-mewahan. Pada akhirnya mereka kehilangan semangat

juang untuk menegakan kekuasaan. Kenyataan ini dipengaruhui dengan situasi

politik umat Islam ketika itu. Konflik antar etnis dan suku bangsa sering terjadi,

terutama perseteruan antara bangsa Arab dan bangsa Persia dengan bangsa Turki.

Perseteruan ini terjadi ketika bangsa Turki semakin memiliki posisi strategis

dipemerintahan dan menggeser posisi bangsa Arab dan Persia, yang merupakan

dua suku bangsa yang memiliki peran penting di dalam proses berdirinya

pemerintahan Dinasti Abbasiyah.

Pada masa pemerintahan khalifah al- Mutawakkil, pengaruh bangsa Turki

semakin kuat, sehingga bangsa Arab dan Persia merasa cemburu. Sikap anti Turki

ini pada akhirnya menimbulkan gerakan pemberontakan di setiap daerah, yang

kemudian masing-masing mendirikan kekuasaan-kekuasaan lokal. Di anatara

kekuatan lokal yang sangat berpengaruh dalam proses melemahnya kekuasaan

Dinasti Abbasiyah adalah dikarenakan luasnya wilayah kekuasaan sehingga tidak

dapat melakukan kontrol pemerintah dengan baik ke seluruh wilayahnya,

sehingga peluang ini dimanfaatkan oleh penguasa daerah yang jauh dari

pemerintah pusat untuk melepaskan diri menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Dianatar

kerajaan-kerajaan kecil yang dapat melepaskan diri adalah:

- Dinasti Buwaihiyah ( 945-1055 M )

- Dinasti Salajiqah ( 1037-1157 M ).

Page 14: Bani Abbasiyah

- Dinasti Bani Fathimiyah yang didirikan di Tunisia pada tahun 297-323 H /

909-934 M oleh Al Mahdi. Dinasti ini berkuasa cukup lama, hingga akhirnya

dihancurkan oleh Salahuddin al- Ayyubi.

- Dinasti Idrisiyah yang didirikan oleh Idris bin Abdullah ( 172-311 H/ 788-

932 M )

- Dinasti Aghlabiyah didirikan oleh Ibrahim bin Aghlab ( 184-296 H/ 800-909

M )

- Dinasti Thuluniyah, didirikan oleh Ahmad bin Thulun ( 254-292 H/868-905

M )

- Dinasti Ikhsyidiyah, didirikan oleh Muhammad bin Tughj ( 323-358 H/ 935-

969 M )

- Dinasti Hamdaniyah, didirikan oleh Hamdan bin Hamdan ( 293-394 H/ 905-

1004 M )

- Dinasti Thahriyah, didirikan oleh Thahir bin Husein ( 205-259 H/ 821-873

M )

- Dinasti Samaniyah, didirikan oleh Saman Khuda ( 261-9-389 H/ 874-999 M )

Kemunculan kerajaan-kerajaan ini, sedikit banyak memperlemah kekuasaan dan

wibawa kerajaan Bani Abbas. Sebab paling tidak pemasukan dan pengaruh para

khalifah Bani Abbasiyah berkurang. Lama kelamaan, akan membawa kelemahan,

kemunduran dan kemudian kehancuran Dinasti Bani Abbasiyah.

Persoalan lain yang juga memperlemah kekuasaan Bani Abbasiyah adalah

konflik internal dikalangan Bani Abbas. Konflik ini dimanfaatkan oleh para

pendatang baru, seperti bangsa Turki yang kemudian menguasai sistem

pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Bahkan bangsa Turki mendirikan kekuasaan di

wilayah pemerintahan Bani Abbasiyah dan menguasi Baghdad. Ketika para

kalifah semakin lemah, baik secara militer atau ekonomi, para tentara bayaran

mendominasi kekuatan, sehingga mereka menciptakan ketergantunan khalifah

kepada tentara bayaran. Ketergantungan ini merupakan salah satu faktor penyebab

melemahnya kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Pada saat semua mengalami

Page 15: Bani Abbasiyah

kelemahan, kekuatan baru datang dan berusaha menghancurkan Dinasti

Abbasiyah, yaitu kekuatan bangsa Mongol. Dibawah pimpinan hulaghu Khan,

kota Baghdad sebagai pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah diluluh lantakan

pada tahun 1258 M. Serangan bangsa Mongol ini manandai akhir dari masa

kekuasaan dinasti Abbasiyah.

Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol

bukan saja mengakhiri kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah di sana, tetapi juga

merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena

Bagdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan

khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan

Mongol yang dipimpin Hulaghu Khan tersebut.

~SELESAI~