Dinasti Fatimiyyah

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah

    1/16

    PENDAHULUAN

    Tidak dapat dipungkiri sesungguhnya perkembangan intlektual yang

    berkembang dan berjaya sekarang di Barat berasal dari ilmuwan-ilmuwan Islam

    melalui sarana penerjemahan pengetahuan dari bahasa Arab ke bahasa latin

    yang kemudian tersebar ke Eropa. Dengan demikian selama ini para sejarawan

    memang menutupi usaha pengembangan inteelektual yang telah dilakukan para

    imuwan muslim pada masa kejayaan dan keemasan kebudayaan kerajaan Islam.

    Di antara kerajaan Islam yang banyak menghasilkan ilmuwan muslim adalah

    Dinasti Fatimiyah (295-555 H/908-1171 M). seperti yang diungkapkan oleh

    Syed Ameer Ali bahwa di bawah kaum Fatimiyah di Mesir, Kairo telah menjadipusat intelektual dan ilmiah baru.

    Pada masa inilah yang disebut Harun Nasution sebagai periode klasik

    (650-1250 M) yang meruupakan zaman kemajuan. Di masa inilah berkembang

    ilmu pengetahuan, baik dalam bidang agama maupun non agama dan

    kebudayaan Islam. Pada zaman ini dihasilkan ulama-ulama besar seperti tokoh-

    tokoh imam Mazhab, Tasawuf, dan Filsafat. Dalam tulisan ini selanjutnya akan

    dipaparkan kemajuan intelektual yang berkembang pada masa kejayaan Islam

    khususnya Dinasti Fatimiyah.

  • 7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah

    2/16

    PEMBAHASAN

    DINASTI FATIMIYAH

    1. Awal Pembentukan dan Perkembangan

    Dinasti Fatimiyah berdiri menjelang abad ke-10 ketika kekuasaan

    Dinasti Abbasiyah di Baghdad mulai melemah dan daerah kekuasaannya yang

    khas tidak lagi terkoordinasikan. Kondisi ini teah membuka peluang bagi

    kemunculan dinasti-dinasti kecil di daerah-daerah, terutama yang gubernur dan

    sultannya memiliki tentara sendiri. Di antara Dinasti kecil yang memisahkan

    diri itu adalah Dinasti Fatimiyah.

    Dinasti FatimIyyah menyatakan dirinya sebagai keturunan langsungHazdrat Ali dan Fatmiyah dari Ismail anak Jafar Sidik, keurunan keenam dari

    Ali. Sekte Ismailiyah ini pada awalnya tetap tidak jelas sehingga datanglah

    Abdullah ibnu Maimun yang kemudian memberi bentuk terhadap sistem agama

    dan politik Ismailiyat ini. Menurut Von Grunibaum, pada tahun 860 M

    kelompok ini pindah ke daerah Salamiya di Syiria dan di sinilah mereka

    membuat suatu kekuatan dengan membuat pergerakan propagandis dengan

    tokohnya Said Ibnu Husein. Mereka secara rahasia menyusupkan utusan-utusan

    ke berbagai daerah Muslim, terutama Afrika dan Mesir untuk menyebarkan

    Ismailiyat kepada rakyat. Dengan cara inilah membuat landasan pertama bagi

    munculnya Dinasti Fatimiyyah di Afrika dan Mesir.1

    Pada 874 M muncullah seorang pendukung kuat dari Yaman yang

    bernama Abu Abdullah AL-Husein yang kemudian menyatakan dirinya sebagai

    pelopor Al-Mahdi. Ia kemudian pergi ke Afrika Utara, dan karena pidatonya

    yang sangat baik dan berapi-api ia berhasil mendapat dukungan dari suku

    Barbar Ketama. Selain itu, ia mendapat dukungan dari seorang gubernur

    Ifrikiyah yang bernama Zirid. Philip K. Hitti2 menyebutkan bahwa setelah

    mendapatkan kekuatan yang diandalkan ia menulis surat kepada Imam

    1 G.E. Van Grunbaum dalam Ajid Tohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan

    Dunia Islam, Jakarta: Rajawali Pres, 2004.2 Philip K. Hitti,History of The Arab, Jakarta : Serambi, 2006, h.

  • 7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah

    3/16

    Ismailiyat (Said Ibnu Husein) untuk dating ke Afrika Utara yang kemudian Said

    diangkat menjadi pemimpin pergerakan. Pada 909 M, Said berhasil mengusir

    Zidatullah, seorang penguasa Aghlabid terakhir untuk keluar dari negerinya.

    Kemudian Said diproklamasikan menjadi imam pertama dengan gelar

    Ubaidillah Al-Mahdi. Dengan demikian berdirilah pemerintahan Fatimiyah

    pertama di Afrika dan Al-Mahdi menjadi khalifah pertama dari Dinasti

    Fatimiyah yang bertempat di Raqpodah daerah Al-Qayrawan.

    Dari basis mereka di Ifrikiyah, mereka segera mengumpulkan baerbagai

    perlengkapan dan kekayaan untuk memperluas daerah kekuasaannya dari

    perbatasan Mesir sampai provinsi Fez di Maroko. Kemudian, pada 914 M

    mereka bergerak ke arah timurr dan berhasil menaklukkan Alexandria,mengausai Syiria, Malta, Sardinia, Cosrica, Pulau Betrix dan pulau lainnya.

    Selanjutnya pada 920 M ia mendirikan kota baru di pantai Tunisia yang

    kemudian diberi nama Al-Mahdi.

    Pada 934 M, Al-Mahdi wafat dan digantikan oleh anaknya yang

    bernama Abu Qasim dengan gelar Al-Qoim (934 M/323 H-949 M/335 H). Pada

    934 Mal-Qoim mampu menaklukkan Genoa dan wilayah sepanjang Calabria.

    Pada waktu yang sama ia mengirim pasukan ke Mesir tetapi tidak berhasil

    karena sering dijegal oleh Abu Yazid Makad, seorang khawarij di Mesir. Al-

    Qoim meninggal dan kemudian digantikan oleh anaknya, Al-Mansur berhasil

    menumpas pemberontakan Abu Yazid Makad. Al-Mansur kemudian

    digantikan oleh Abu Tamim dengan gelar Al-Muiz. Pada masa awa

    pemerintahannya, Al-Muiz berhasill menaklukkan Maroko, Sicilia dan Mesir

    dengan memasuki kota Kairo lama (Fusthath) dan menyingkirkan Dinasti

    Isykidiyah. Setelah memerintah di Mesir, Fatimiyah membangun kota Kairo

    baru (Al-Qohiroh) dan terus memperluas kekuasaannya sampai ke Palestina,

    Suriah dan mampu mengambil penjagaan atas tempat-tempat suci di Hijaz.

    Setelah Al-Muiz meninggal, ia digantikan oleh anaknya, Al-Aziz. Ia

    terkenal sebagai seorang yang pemberani dan bijaksana. Di bawah

    pemerintahannya, Dinasti Fatimiyah mencapai puncak kejayaannya. Pada masa

  • 7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah

    4/16

    pemerintahan Al-Aziz, seluruh Syiria dan Mesopotamia bisa ditaklukkan. Pada

    masa kekuasaannya, mulai melemah di bawah penguasaa Bani Buwaihi.

    Penguasa Fatimiyah, Al-Aziz dan penguasa Baghdad Buwaihi menjalin

    persahabatan dengan cara saling menukar duta.

    Dalam pemerintahannya, Al-Aziz sangat liberal dan memberikan

    kebebasan kepada setiap agama untuk berkembang, bahkan ia telah mengangkat

    seorang wazirnya dari pemeluk agama Kristen yang bernama Isa Ibnu Nastur.

    Di samping itu, Manasah seorang Yahudi diberi jabatan tinggi di Istana. Pada

    masa pemerintahan Al-Aziz ini kedamaian antar umat beragama terjalin dengan

    baik dalam waktu yang cukup lama.

    2. Masa Kemajuan dan Kontribusi Dinasti Fatimiyah terhadap Peradaban

    Islam

    Sumbangan Dinasti Fatimiyah terhadap peradaban Islam sangat besar,

    baik dalam siste pemerintahan maupun dalam bidang keilmuan. Kemajuan yang

    terlihat pada masa kekhalifahan Al-Aziz yang bijaksana di antaranya sebagai

    berikut:3

    a. Bidang Pemerintahan

    Bentuk pemerintahan padamasa Dinasti Fatimiyah merupakan suatu

    bentuk pemerintahan yang dianggap sebagai pola baru dalam sejarah Mesir.

    Dalam pelaksanaannya khalifah adalah kepala yang bersifat temporal dan

    spiritual. Pengangkatan dan pemecatan pejabat tinggi berada di bawah kontrol

    kekuasaan khalifah.

    Menteri-menteri (wazir) kekhalifahan dibagi dalam dua kelompok, yaitu

    kelompok militer dan sipil. Yang dibidangi oleh kelompok militer di antaranya:

    urusan tentara, perang, pengawal rumah tangga khlaifah dan semua

    permasalahan yang menyangkut keamanan.4 Yang termasuk kelompok sipil di

    antaranya:

    3 Ajid Tohir, Op. Cit, h. 114-1194 Philip K. Hitti, Op, Cit, h. 800

  • 7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah

    5/16

    - qadi, yang berfungsi sebagai hakim dan direktur percetakan uang,

    - ketua dakwah, yang memimpin darul hikam (bidang keilmuan),

    - inspektur pasar, yang membidangi bazaar, jalan dan pengawasan

    timbangan dan ukuran,

    - bendaharawan Negara, yang membidangi baitul mal,

    - wakil kepaa urusan rumah tangga khlaifah,

    - qori, yang membacakan Al-Quran bagi khlaifah kapan saja

    dibutuhkan.

    Selain dari pejabat istana ini, ada beberapa pejabat lokal yang diangkat

    oleh khalifah untuk mengelola bagian wilayah mesir, syiria da asia kecil. Mesir

    dikelola oleh gubernur Mesir Utara, Syarqiya, Gabiya dan Alexandria.Pengurusnya diserahkan kepada para pejabat setempat.

    Ketentaraan dibagi ke dalam tiga kelompok. Pertama amir-amir yang

    terdiri dari pejabat-pejabat tinggi dan pengawal khalifah. Kedua para opsir jaga.

    Ketiga berbagai resimen yang bertugas sebagai hafidzah, juyutsiyah dan

    sudaniyah.

    b. Bidang lembaga-lembaga Pendidikan

    Perkembangan kebudayaan Islam pada masa ini mencapai kondisi yang

    sangat mengagumkan. Hal ini disebabkan berkembangnya penerjemahan dan

    penerbitan sumber-sumber pengetahuan dari bahasa asing seperti bahasa

    Yunani, Persia, dan India ke dalam bahasa Arab yang banyak mendorong para

    wazir, sultan, dan umara untuk melahirkan tokoh-tokoh ilmu pengetahuan dan

    sastra. Di antara lembaga-lembaga pendidikan pada dinasti fatimiyah anatara

    lain:5

    1. Masjid dan Istana

    Diceritakan bahwa seorang wazir Dinasti ini Yaqub bin

    Yusuf Ibn Kilis sangat mencintai ilmu pengetahuan dan seni,

    sehingga setiap hari kamis ia selalu membacakan karangannya di

    5 Suwito dan Fauzan, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta : Prenada Media, 2005.

    h. 124-130.

  • 7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah

    6/16

    depan masyarakat. Perkumpulan ini dihadiri oleh para hakim,

    fuqaha, ahi qiraat dan nahwu serta tokoh hadis. Setelah ia

    selesai membacakan karangannya maka para ahli syair akan

    memujinya dengan pantun dan lagu.

    Khalifah juga mengumpulkan para penulis di istana

    untuk menyalin buku-buku seperti Al-Quran, hadis, fikih, sastra

    hingga kedokteran. Ia memberikan penghargaan khusus bagi

    para ilmuwan ini dan menugaskan mereka menjadi imam di

    mesjid istana juga. Begitu tingginya perhatian pemerintah

    terhadap ilmu pengetahuan hingga kebutuhan untuk penyalina

    naskah tersebut pun tersedia, seperti tinta dan kertas.Pada masa dinasti ini masjid juga menjadi tempat

    berkumpulnya ulama fikih khususnya ulama yang menganut

    mazhab Syiah Islamiyah juga para wazir dan hakim. Mereka

    berkumpul membuat buku tentang mazhab Syiah Islamiyah

    yang diajarkan kepada masyarakat.di antara tokoh yang

    membuat buku itu antara lain Yaqub Ibn Killis. Fungsi para

    hakim dalam perkumpulan ini adalah untuk memutuskan perkara

    yang timbul dalam proses pembelajaran mazhab Syiah

    Islamiyah tersebut. Dengan demikian tampak jelas lembaga-

    lembaga ini menjadi sarana bagi penyebaran ideologi mereka.

    Hal senada dilakukan pada madrasah-madrasah Nizhamiyah,

    seperti yang tertera dalam dokumen sifat-sifat madrasah dapat

    disimpulkan beberapa hal:

    1) bahwa madrasah nizhamiyah, lengkap denga harta wkaf dan

    untuk kepentingan satu kelompok tertentu, yakni penganut

    mazhab Syafii.

    2) bahwa tiga dari lima jabatan (mudaris, waidh, dan

    pustakawan) harus dijabat oleh orang-orang yang bermazhab

    Syiah.

  • 7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah

    7/16

    Meskipun dokumen pendirian madrasah tidak mensyaratkan

    bahwa nahwi dan muqri harus bermazhab Syafii tetapi daam

    praktik Nizham al-Mulk tetap mengangkat orang-orang dari

    mazhab ini untuk kedua jabatan tersebut. Tetapi ternyata

    lembaga pengembangan intelektual dalam hal ini madrasah pada

    masa klasik tidak hanya dijadikan sebagai sarana penyebaran

    satu mazhab saja sebagaimana yang dilakukan pada dinasti

    fatimiyah juga abasiyah pada masaNizham al-Mulk.

    Apa yang dipaparkan di atas setidaknyamemberikan

    gambaran sesungguhnya madrasah sebagai media pegembangan

    intelektualitas umat disirikan tidak hanya sekedar untukmemenuhi factor pendidikan dan agama lebih dari itu terdapat

    juga motif politik dan sosial.

    2. Perpustakaan

    Perpustakaan juga memiiki peran yang tidak kecil

    dibandingkan masjid dalam peyebaran aqidah Syiah Islamiyah

    di masyarakat. Untuk itu para khalifah dan wazir memperbanyak

    pengadaan berbagai buku ilmu pengetahuan sehingga

    perpustakaan istana enjadi perpustakaan yang tebesar pada masa

    itu. Perpustakaan yang terbesar dimiliki dinasti Fatimiyah ini

    diberi nama Dar al- Ulm yang masih memiliki keterkaitan

    dengan perpustakaan Baita al-Hikmah.

    Perpustakaan ini didirikan pada tahun 998 M oleh khalifah

    Fatimiyah Al-Aziz (975-996 M). berisi tidak kurang dari

    100.000 volume, boleh jadi sebanyak 600.000 jilid buku,

    termasuk 2.400 buah Al-Quran berhiaskan emas dan perak yang

    disimpan di ruang yang terpisah.6

    6 Mehdi Nakosteen,Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat Deskripsi Analisis

    Abad Keemasan Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1996, h. 94

  • 7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah

    8/16

    Begitu besarnya pengaruh buku-buku yang diterjemahkan

    bagi penyebaran mazhab dinasti ini pada maka Yaqub bin

    Yusuf bin Killis atas salah satu jasa khlaifah fatimiyah di kairo

    serta didorong oleh cendikiawan muslim, mempekerjakan

    banyak penyalinan buku untuk membuat salinan buku-buku

    tentang undang-undang, kedokteran, dan pengetahuan ilmiah. Ia

    mengahbiskan 1000 dinar emas setiap bulan untuk dana bagi

    cendikiawan dan gaji para penyalin serta tukang jilid.7

    Dukungan bagi perkembangan penerjemahan tidak hanya

    dilakukan oleh pemerintah tetapi tokoh-tokoh kaya dapat

    menyediakan tinta, kertas, dan meja-meja serta ruangan bagipara ilmuwan untuk belajar. Pada masa ini ilmuwan yang

    kekurangan biaya menerima pesangon untuk kehidupannya

    selama studi. Dalam kondisi yang sangat kondusif ini maka

    bukan suatu kemustahilan bagi berkembangnya ilmu

    pengetahuan pada masa ini.

    Di antara para penerjemah abad kesembilan dan kesepuluh

    pada masa ini adalah; Zurbah ibn Majuh an-Namami al-Himsi,

    Halal ibn Abi Halal al-Himsi, Abu al-Fath Isfahani, Fethun at-

    Tarjuman, Abu Aswari, Ibnu Ayyub, Basi al-Mutran, Abu Yusuf

    al-Katib, Abu Umar Yuhana ibnu Yusuf, dan Salam al-Abrash.

    3. Dar al-Ilm

    Pada bulan jumadi akhir tahun 395 H/1005 M atas saran

    perdana menterinya Yaqub bin Killis, khalifah al-Hakim

    mendirikan Jamiah Ilmiyah Akademi (lembaga riset) seperti

    akademi-akademi lain yang ada di Baghdad dan di belahan dunia

    lain. Lembaga ini kemudian diberi nama Dar al-hikmah. Di

    sinilah berkumpul para ahli fikih, astronom, dokter dan ahli

    7Ibid, h. 96-97

  • 7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah

    9/16

    nahwu dan bahasa untuk mengadakan penelitian ilmiah. Al-

    Maqrizi mengatakan tentang hal ini:

    Pada hari kedelapan saat jumadil tsani 309 H, bangunan

    yang disebut rumah kebijaksanaan (bait al-hikmah) telah dibuka.

    Para mahasiswa mengambil tempat mereka. Buku-buku

    dipinjam dari perpustakaan-perpustakaan di istana yang dijaga

    dan masyarakatpun boleh memasukinya. Siapapun bebas

    menyalin buku yang diinginkan, atau siapapun yang ingin

    membaca buku tertentu dapat dilakukan di perpustakaan itu. Di

    perpustakaan ini para pelajar dapat mempelajari fikih Syiah,

    ilmu bahasa, ilmu falak, kedokteran, matematika, falsafah, sertamantic.

    Demikianlah al-hakim sebagai khalifah terpelajar

    memfasilitasi segaa yang berhubungan dengan perkembangan

    ilmu pengetahuan pada masa pemerintahannya. Tetapi dalam

    sejarahnyaDar al Hikmah ini terkenal sebagai pusat pendidikan

    pernah ditutup oleh sultan Al-Malik Al-Afdal dkarenakan

    terdapat dua orang ilmuwan tamu yang mengajarkan perkuliahan

    mengenai ajaran-ajaran yang menyeleweng (heretik) pada

    bagian-bagian tertentu.

    c. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

    Pada masa ini ulama membagi ilmu pengetahuan kepada dua macam8:

    1. Ilmu yang berhubungan dengan Al-Quran al-Karim

    2. Ilmu pengetahuan yang bukan bersuber dari Arab

    Ilmu yang bersumber dari Al-Quran disebut dengan ilmu naqiyah atau

    syariyyahsedang untuk kategori yang kedua disebut denga ilmu aqliyah atau

    hukumiyyah, kadang disebut juga dengan ilmu azam.

    Adapun yang termasuk ilmu naqliyyah adalah ilmu tafsir, qiraat, ilmu

    hadis, fikih, ilmu kalam, nahwu, lughah, al-bayan dan adab. Sedangkan yang

    8 Suwito dan Fauzan,Op, Cit. h. 131-133.

  • 7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah

    10/16

    termasuk ilmu aqliyah adalah filsafat, arsitektur, ilmu nujum, musik,

    kedokteran, sihir, kimia, matemaika, sejarah dan geografi.

    1) Bahasa dan Sastra

    Di antara ulama yang terkenal pada masa ini adalah Abu Tohir An-

    Nahwi, Abu Yaqub Yusuf bin Yaqub, Abu Hasan Ali bin Ibrahim

    yang telah mengarang beberapa buku sastra dan belum sempat

    diterjemahkan bukunya tersebut oleh ibn khalikan. Ia memiliki

    perpustakaan yang sangat luas berisi karya-karya maimonides,

    galen, Hippocrates dan averroes yang mana terjual dalam satu

    lelang.9

    2) KedokteranDinasti fatimiyah memberikan perhatian yang sangat besar pada

    keahlian kedokteran. Dinasti ini menempatkan posisi dokter

    ditempat yang tinggi dengan memberikan penghargaan berupa uang

    dan kendudukan yang terhormat. Lazimnya para dokter ini

    menguasai pula ilmu filsafat serta bahasa asing khususnya suryani

    dan yunani. Di antara dokter itu ialah Abu Abdullah Muhammadbin

    ahmad bin said an-namimi yang bertempat tinggal di baitul maqdis

    dan banyak belajar ilmu kedokteran dari seorang pendeta, kemudian

    banyak menimba ilmu dari ulama di Negara lain, sehingga mampu

    meracik obat sendiri.

    Tokoh kedokteran lain yang terkenal adalah Musa bin al-Azzar yang

    lidinillah. Demikian pula Abu Hasan Ali al-Ridwan yang menjadi

    dokter khalifah Al-Aziz. Selain ilmu di atas masih terdapat banyak

    ilmu yang berkembang pada masa ini seperti matematika, ilmu

    falak, sejarah dan lain-lain.

    3) Syair

    Para penyair pada masa ini melakukan pujian-pujian terhadap

    khalifah dengan menghina syair-syair ahli sunnah, dengan pekerjaan

    9 Mehdi Nakosten, h. 97

  • 7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah

    11/16

    ini mereka mendapat banyak imbalan dari khalifah diantara penyair

    adalah Ibnu Hani. Para penyair ini bersama para khalifah mencoba

    menyebarkan doktrin Syiah Ismailiyah melalui pantun dan syair.

    Setelah melewati masa kecilnya di sicilia ia melakukan rihlah ilmiah

    hingga bertemu dengan Jafar dan Yahya bin Ahmad bin Hamdan

    al-Muidz dan mengantarkannya menjadi penyair istana. Selain Ibnu

    Hani, pada masa khalifah Al-Aziz. Secara umum para penyair yang

    menyenandungkan pujian akan kehebatan mazhab Syiah dan

    kebesaran serta kejayaan kepemimpinan khalifah mereka.

    4) Filsafat

    Tokoh filsafat yang terkenal pada masa dinasti Fatimiyah ini adalahyang disebut dengan Ikhwan Al-Shafa.10 Sementara itu filsuf yang

    terkenal pada masa ini adalah; Abu Hatim Al-Razi (322 H) yang

    menjadi tokoh pada masa khalifah Ubaidillah Al-Mahdi merupakan

    orang yang dalam bidang sastra, filsafat. Ia merupakan tokoh

    propagandis di wilayah Ray. Pengaruh propagandanya sangat besar

    yang dilakukannya di madrasah-madrasah yang dibangun oleh

    Ubaidillah Al-Mahdi yang berada di Afrika utara. Filsuf yang lain

    adalah:

    - Abu Ubaidillah An-Nasfi (331 H),

    - Abu Yaqub As-Sajazy (331 H),

    - Abu Hanifah An-Numan Al-Maghriby (363/973-974 H) karyanya:

    al-daaiimu al-islam fi dzikri al-halal wa al-haram, wa al-qadhaya

    wa al-hakam, mukhtashar al-atsar, kitab al-byu, kitab thaharah,

    kaifiyyatu al-shalat, dan minhaj al-faridh.

    - Jafar Bin Mansyur Al-Yaman, karyanya: tawi al-zakat, sarair al-

    nutqau, al-syawahid wa al-bayan, al-kasyfu, al-jafru al-aswad, al-

    faraidh wa al-hudud al-diin, dan al-muayyid fi al-diin hibatullah al-

    syairazy.

    10 Ajid Tohir, Op. Cit. h. 116

  • 7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah

    12/16

    PENUTUP

    Kejayaan intelektual pad masa dinasti fatimiyah ini pun memudar

    dengan beberapa kemungkinan:

    1. Perang, mengakibatkan hancurnya perpustakan-perpustakaan. Serbuan

    mongol, perang salib, dan pengusiran muslim dari spanyol meminta

    korban sejumlah perpustakaan besar di kota-kota semacam Baghdad,

    dan lain-lain.

    2. Pergantian pemerintahan dan ketidakstabilan politik dan ekonomi juga

    berpengaruh langsung, sebab kebanyakan perpustakaan dan lemabaga

    keilmiahan dibiayai oleh pemerintah. Dengan hancurnya pusat dan

    sumber-sumber ilmu pengetahuan ini, maka semakin berkurangpengeabraan intelektual. Sementara itu keruntuhan kreaivitas dan ilmu

    pengetahuan muslim, bertepatan dengan fase-fase awal kebangkitan

    intelektual eropa. Maka tibalah perguliran kejayaan imu pengetahuan.

    3. Dari pemaparan di atas, maka jelas dikethahui bahwa sekolah-sekolah

    yang ada pada masa klasik bisa disebut sekolah yang bercirikan teologis

    karena didirikan tidak hanya berlandaskan motif social tapi juga politik

    dan agama dalam hal ini untuk menjaga kesinambungan mazhab dan

    aliran serta masa pemerintahan dinasti yang memimpin.

  • 7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah

    13/16

    DAFTAR PUSTAKA

    Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat Deskripsi

    Analisis Abad Keemasan Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1996.

    Musyrifah Sunanto, Sejarah klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam,

    Jakarta : Kencana, 2003.

    Philip K. Hitti,History of The Arabs, Jakarta : Serambi, 2006

    Suwito dan Fauzan, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta : Prenada Media,

    2005.

  • 7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah

    14/16

    KEMAJUAN PERADABAN ISLAM

    PADA MASA DINASTI FATHIMIYAH

    Disusun untuk dipresentasikan dalam seminar kelas pada mata kuliah

    Sejarah Peradaban Islam pada Program Pascasarjana UIN SUSKA RIAU

    Oleh:

    ISNAINI SEPTEMIARTI

    NIM: 0804 S2 780

    Dosen Pembimbing

    Dr. Kurnia Ilahi, M.Ag

    KOSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERISULTAN SYARIF KASIM

    RIAU

    2009

  • 7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah

    15/16

    KATA PENGANTAR

    Assalamu alaikum Wr. Wb.

    Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Illahi Robbi, karena berkat

    rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat

    dan salam semoga senantiasa tercurah buat junjungan alam nabi Muhammad

    SAW.

    Makalah ini disusun sebagai materi presentasi penulis dalam seminar

    kelas mata kuliah Perkembangan Peradaban Islam di jurusan Pendidikan Islam

    Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (UIN

    Suska Riau) Pekanbaru.Makalah ini berjudul Kemajuan Peradaban Islam Dinasti Fatimiyah

    dengan obyek kajian masalah yang berkaitan dengan kejayaan peradaban umat

    Islam pada masa Dinasti Fatimiyah dari sisi pemerintahan dan ilmu

    pengetahuan.

    Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini jauh dari sempurna.

    Oleh karena itu, sebagai penulis mengharapkan saran dan kritik yang

    membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat

    bagi penulis, pembaca, dan semua pihak yang tekait.

    Tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

    semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, terutama

    kepada Dosen Pembimbing Dr. Kurnia Ilahi, M. Ag

    Wassalam

    Pekanbaru, Januari 2009

    Penulis

  • 7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah

    16/16

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR

    DAFTAR ISI

    PENDAHULUAN ..1

    PEMBAHASAN .2

    A. Awal Pembentukan dan Perkembangan...2

    B. Masa kemajuan dan ..3

    C. Kemajuan Peradaban

    8

    D. Pengaruh Peradaban Spanyol Islam di Eropa 13

    PENUTUP

    .17