Upload
ocky94
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/31/2019 DislokasiTMJ_Ongto
1/14
1
PENATALAKSANAAN DISLOKASI SENDI TEMPORO MANDIBULA
Eddy Hermanto1, Alwin Kasim
2
1. Resident of Oral & Maxillofacial Surgery Padjadjaran University, Hasan Sadikin Hospital,
Bandung; 2. Consultant of Oral & Maxillofacial Surgery, Padjadjaran University, Hasan Sadikin
Hospital, Bandung
Pendahuluan
Sendi temporomandibula terdiri dari prosesus kondilus merupakan bagian
yang bergerak dan berartikulasi dengan eminensia artikular yang membentuk
aspek anterior dari fossa glenoid1. Dalam keadaan normal, saat membuka mulut,
kondilus berputar terhadap diskus dan akan bergeser ke anterior dan ke bawah
sepanjang eminensia artikularis (rotasi), selanjutnya diskus akan bergeser
mengikuti gerakan kepala kondilus, gerakan ini yang disebut dengan translasi2,3
.
Dislokasi temporomandibula merupakan salah satu gangguan sendi
temporomandibula yang paling dini digambarkan dalam literatur. Pada abad ke-5
SM, Hippocrates menggambarkan kondisi dan penatalaksanaan kasus ini 4,5.
Kasus ini merupakan pergerakan kedepan yang eksesif dari kondilus, sehingga
kondilus bergeser ke anterior eminensia artikularis dan terfiksasi karena spasme
otot-otot pengunyahan4,5,6,7
.
Dislokasi harus direduksi secepat mungkin sebelum terjadi spasme otot
yang berat. Reduksi dapat dilakukan secara manual dengan menekan mandibula
ke bawah untuk menarik otot levator dan selanjutnya ke belakang untuk
meletakkan kembali kondilus di dalam fosa 7. Metode reduksi yang diperkenalkan
oleh Hippocrates masih digunakan hingga saaat ini4,5
. Penatalaksanaan dengan
cara bedah diindikasi untuk dislokasi yang long-standing dan kronik, tetapi
jarang untuk dislokasi akut, yang baru terjadi pertama kali4.
Pada tulisan ini akan dibahas mengenai sendi temporomandibula, definisi,
etiologi, dan evaluasi klinis serta penatalaksanaan dari dislokasi sendi tempro
mandibula.
7/31/2019 DislokasiTMJ_Ongto
2/14
2
Anatomi Sendi Temporomandibula
Sendi temporomandibula merupakan struktur anatomis yang rumit karena
berhubungan dengan pengunyahan, penelanan, bicara dan postur kepala8.
Sendi
ini terdiri dari prosesus kondilus yang merupakan bagian bergerak dan
berartikulasi dengan eminensia artikularis yang membentuk aspek anterior dari
fossa glenoidalis. Diantara struktur tulang tersebut terdapat meniscus artikularis
(diskus artikularis) yang terbentuk dari jaringan ikat fibrous yang avaskuler dan
tanpa persyarafan1. Sendi terbagi menjadi dua kavitas yang yaitu kavitas superior
yanf terletak antara fossa mandibula dan permukaan superior diskus, dan kavitas
inferior yang terletak antara kondilus mandibula dan permukaan inferior diskus.
Permukaan dalam kavitas dikelilingi lapisan synovial yang menghasilkan cairan
sinovial dan mengisi kedua kavitas sendi3. Secara lebih jelas anatomi sendi
temporomandibula dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Anatomi sendi temporomandibula (kiri: pandangan sagital), (kanan:pandangan koronal). A) Fibrokartilago B) Cairan sinovial C) Diskus
artikularis D)Lateral pterygoid ligament E) Capsule joint F)
Fibrokartilago G) Kondilus mandibula H) Cairan sinovial I) Synovial
membrane J) Meatus akustikus eksterna K) Mandibular fossa9.
Dislokasi Sendi Temporomandibula
Dislokasi atau luksasi sendi temporomandibula merupakan pergerakan
kedepan yang eksesif dari kondilus, sehingga kondilus bergeser ke anterior
eminensia artikularis dan terfiksasi atau terkunci di antero-posterior dari eminentia
7/31/2019 DislokasiTMJ_Ongto
3/14
3
artikularis4,5,6,7,10
(gambar 2.). Jika pergeseran kondilus ke anterior eminensia
tidak menyeluruh (incomplete ; partial dislocation) dan terjadi reduksi spontan
disebut sebagai subluksasi4,5,7
.
Dislokasi sendi temporomandibula ke arah anterior dapat terjadi unilateral
ataupun bilateral dan diklasifikasikan kedalam bentuk akut atau kronik. Bentuk
kronik dari dislokasi ini meliputi dislokasi yang berulang, habitual dan yang sudah
menetap lama (long standing). Kejadian dislokasi akut cukup sering dan terjadi
spontan setelah suatu trauma, pada saat menguap, muntah, tertawa, atau usaha-
usaha mengunyah yang kuat. Dislokasi akut membutuhkan reposisi manual
mandibula segera untuk mencegah terjadinya spasme otot yang progresif.
Dislokasi berulang kronik juga dapat terjadi pada penderita epilepsi, distropi
miotonik dan sindroma Ehlers-Danlos. Istilah kronik, berulang kronik atau
habitual sebaiknya diberikan untuk dislokasi episodik yang berulang. Sedangkan
istilah long standing dapat diberikan untuk kasus dislokasi yang telah menetap
lama dalam periode waktu lebih dari satu bulan dan dislokasi ini biasanya belum
terdiagnosis sebelumnya4,5,11
.
Gambar 2. Dislokasi mandibula ke anterior
7/31/2019 DislokasiTMJ_Ongto
4/14
4
Etiologi
Dislokasi temporomandibula dapat terjadi akibat trauma tetapi lebih sering
disebabkan oleh pembukaan mulut yang terlalu lebar saat menguap, tertawa,
menyanyi, muntah ataupun saat perawatan gigi12,13
. Eeminensia articularis yang
curam dianggap berperan dalam menimbulkan dislokasi sendi temporomandibula
berulang. Demikian pula kelemahan ligamen, integritas kapsul sendi yang buruk
dan kelainan otot seperti hipotonus merupakan faktor predisposisi untuk kejadian
dislokasi akut maupun kronik. Kapsul dan ligamen yang lemah dapat terjadi dari
penyembuhan yang tidak adekuat setelah trauma, hipermobiliti dan dari penyakit
sendi degeneratif. Kelainan oklusal dan hilangnya dimensi vertikal dapat juga
berperan menimbulkan kelemahan dan terjadinya dislokasi berulang4,14
.
Trias kelemahan ligamen dan kapsuler, yaitu erosi eminensia, menurunnya
ketinggian eminensia dan trauma diketahui sebagai penyebab timbulnya dislokasi
berulang kronik. Kapsul sendi merupakan struktur yang menentukan batas
translasi sendi ke anterior. Elongasi atau kerusakan pada ligamen kapsuler dapat
menyebabkan translasi sendi ke anterior eminensia artikularis dan menghasilkan
dislokasi sendi 4.
Diagnosis
Diagnosis dari dislokasi temporomandibula secara klinis dapat terlihat saat
penderita pertama kali datang10
. Tanda dan gejala klilnis yang terlihat meliputi
nyeri pada rahang, kesulitan untuk menutup mulut, tidak mampu menemukan
oklusi, hipersalivasi, bagian preauricular terlihat masuk (depressions), mandibula
yang terlihat maju 12,15.
Walaupun pemeriksaan radiografi tidak selalu penting dalam
mengkomfirmasi untuk menegakkan diagnosis ini, namun melalui pemeriksaan ini
dapat terlihat dislokasi ini disebabkan oleh fraktur kondilus akibat trauma16,17
.
Penatalaksanaan Dislokasi Sendi Temporomandibula
Dislokasi harus direduksi secepat mungkin sebelum terjadi spasme yang
berat dari otot masseter dan pterygoid7,18
. Reduksi dapat dilakukan secara manual
7/31/2019 DislokasiTMJ_Ongto
5/14
5
dengan jari pada gigi molar bawah yang menekan mandibula ke bawah untuk
menarik otot levator dan selanjutnya ke belakang untuk meletakkan kembali
kondilus di dalam fosa7,19,20
(Gambar 3). Pada umumnya prosedur ini dapat
dilakukan tanpa membutuhkan anestesi jika dilakukan secepatnya. Pada kasus
dimana telah terdapat spasme otot yang berat karena keterlambatan mereduksi,
prosedur ini sebaiknya dilakukan dengan bantuan anestesi lokal yang disuntik
kedalam sendi dan otot pterigoid lateral, atau dengan pemberian diazepam
intravena untuk menghilangkan spasme otot dan mengurangi nyeri,(Gambar 4).21
Apabila cara tersebut tidak efektif, dapat menggunakan anestesi umum untuk
mendapatkan relaksasi yang memadai6,18,19,22
.
Gambar 3. Cara manual mengembalikan Sendi Temporomandibula yang
mengalami dislokasi
Gambar 4. Anestesi blok 0,5 cc, menggunakan jarum kecil ( 25 - 30 gauge )
0,75 inci di bawah kulit
7/31/2019 DislokasiTMJ_Ongto
6/14
6
Setelah reduksi berhasil dilakukan, mandibula dapat diimobilisasi selama
beberapa hari dengan head-chin strap atau fiksasi intermaksila. Tujuan imobilisasi
agar kapsul mempunyai kesempatan untuk mengadakan perbaikan dan
penyesuaian kembali keseimbangan otot serta mencegah dislokasi terjadi kembali
disebabkan kapsul yang masih lemah6,7
.
Dislokasi yang disebabkan oleh kapsul yang longgar, terdapat
kecenderungan terjadi dislokasi berulang. Pada kondisi tersebut, perawatan bedah
menjadi indikasi7,19
. Penatalaksanaan dengan cara bedah dapat diindikasi untuk
dislokasi yang long-standing dan kronik, tetapi jarang untuk dislokasi akut, yang
baru terjadi pertama kali4.
Metode dasar bedah untuk perawatan dislokasi mandibula berulang
menurut Sarnat & Laskin7, meliputi:
1) mengencangkan mekanis kapsul.2) mengikat bagian sendi atau mandibula ke struktur yang terfiksasi.3) membuat hambatan mekanis pada jalur kondilus.4) menghilangkan hambatan jalur kondilus.5) mengurangi tarikan otot.
Berbagai prosedur bedah telah digunakan untuk perawatan dislokasi
mandibula yang berulang. Pada umumnya teknik bedah ini didesain untuk
membatasi pergerakan kaput kondilus ke anterior, seperti dengan meletakkan
posisi diskus di anterior kondilus, menambah ketinggian (augmentasi) eminensia
artikularis dengan graft tulang autogenous, osteotomi arkus zigomatikus dan
selanjutnya difiksasi di medial tuberkulum artikular (down-fracturing), memasang
bahan implant didalam eminensia artikular, capsular placation, memotong tendon
temporalis, menyusun kembali tendon temporalis, miotomi pterigoideus lateralis
dan pendalaman fosa gelenoidalis dengan pemotongan diskus. Alternatif lain
meliputi eminektomi dan kondilotomi11,19
.
7/31/2019 DislokasiTMJ_Ongto
7/14
7
Miotomi Pterigoideus Lateral
Prosedur ini dilakukan dengan alasan untuk mengurangi atau
menghilangkan daya otot yang dianggap berperan dalam menarik mandibula
kedalam posisi dislokasi. Miotomi menghilangkan aksi superior belly otot
pterigoideus lateralis. Namun demikian prosedur ini jarang digunakan4,19
.
Meletakkan Posisi Diskus di Anterior Kondilus
Metode Konjetzny didesain untuk membuat closed lock dengan diskus.
Prosedur ini menghasilkan fiksasi diskus di posisi anterior kondilus. Ligamen
posterior diskus dilepas dan perlekatan anterior dipertahankan. Diskus ditarik ke
anterior dan inferior dan diletakkan vertikal di depan kondilus dengan menjahit
diskus ke otot pterigoideus lateralis dan kapsul4.
Gambar 5. Penjahitan diskus di anterior kondilus untuk menghambat
translasi dalam prosedur Konjetzny4.
Eminektomi
Pada tahun 1951, Hilmar Myrhaug memperkenalkan eminektomi untuk
perawatan dislokasi mandibula berulang. Metode perawatan yang digambarkan
sebelumnya didesain untuk membatasi pergerakan kaput kondilus ke anterior, jadi
mencegah kondilus dari keadaan terkunci di anterior eminensia artikularis dan
terfiksasi karena spasme otot-otot pengunyahan. Menurut Myrhaug bahwa
dislokasi madibula berulang terutama terjadi pada penderita dengan deep overbite
disertai dengan kondisi tuberkulum artikularis yang tinggi/curam. Myrhaug
7/31/2019 DislokasiTMJ_Ongto
8/14
8
mengusulkan untuk mengurangi eminensia artikularis sehingga menyebabkan
kondilus dapat bergerak bebas11
.
Insisi aurikular digunakan untuk pendekatan aminensia artikularis. Insisi
vertikal dibuat kedalam fascia temporal di atas arkus zigomatikus di regio fosa
glenoidalis dan tuberkulum artikularis dibuka dengan diseksi subfasial dan
subperiosteal. Ruang sendi superior dibuka dan dengan memanipulasi mandibula,
mekanik sendi meliputi posisi diskus dicari. Tuberkulum artikularis dan eminensia
dibuang dengan bantuan pahat meliputi bagian paling medial dari eminensia.
Tempat reseksi dicari dengan elevator kecil dan semua tepi yang kasar dibuang
dengan bor. Ligamen temporomandibula dan kapsul sendi dijahit ke arkus
zigomatikus dengan 3-4 lubang pengeboran dan jaringan lunak di atasnya ditutup
lapis demi lapis. Drain dipasang dan diletakkan di atas kapsul sendi dan fascia
temporalis yang dilepas pada hari pertama atau kedua pasca bedah. Pasien
diinstruksi diet makanan lunak selama 2 minggu. Mobilisasi sendi dapat dimulai
pada minggu kedua setelah pembedahan11
.
ProsedurBlocking
Prosedur blocking untuk menghalangi translasi didesain untuk membuat
suatu penghambat terhadap kondilus dalam jalur pembukaannya. Pembedahan
dalam prosedur ini dapat dengan menambah ketinggian eminensia artikularis
dengan osteotomi (down-fracturing), graft tulang dan pemasangan implant metal
4,19. Dari banyak prosedur yang saat ini digunakan oleh ahli bedah, down-
fracturing arkus zigomatikus dan graft tulang untuk menambah ketinggian
eminensia merupakan metode yang paling populer dan sangat sering digunakan 5.
Pada tahun 1943, Leclerc dan Girard melakukan osteotomi vertikal pada
arkus zigomatikus di anterior tuberkulum artikularis dan menurunkan bagian
dorsalnya untuk menghambat atau menahan gerakan kondilus ke anterior yang
berlebih. Prosedur blocking Leclerc dan Girard telah dimodifikasi oleh Gosserez
dan Dautrey dengan membuat osteotomi oblik pada arkus zigomatikus mulai dari
arah kranial posterior ke kaudal anterior di regio tuberkulum artikularis. Arkus
zigomatikus selanjutnya digerakkan di sutura zigomatikotemporalis dengan
7/31/2019 DislokasiTMJ_Ongto
9/14
9
gerakan berulang perlahan-lahan sambil menambah tekanan sehingga dapat
dicegah terjadinya fraktur arkus zigomatikus di bagian posterior sutura. Arkus
ditekan dan diletakkan di sebelah medial tuberkulum. Elastisitas arkus pada
eminensia menahan daya arkus ke atas11
. Karena menggunakan potongan oblik,
oleh sebab itu tidak diperlukan lagi memasang bony wedge untuk menstabilisasi
fragmen seperti yang digambarkan oleh Boudreau dan Tidemann atau Sailer dan
Antonini.
Kegagalan prosedur Dautrey sangat mungkin disebabkan oleh dua faktor.
Pertama, tidak adanya pertemuan arkus zigomatikus yang dipatahkan ke bawah
dengan kaput kondilus yang terletak medial. Kedua, terjadi resorpsi pada
eminensia yang dipatahkan ke bawah.
Gambar 6. Osteotomi oblik arkus zigomatikus menurut Gosserez
dan Dautrey. Segmen tulang yang diturunkan ditahan
medial dengan tuberkulum artikular 11.
Augmentasi Kombinasi
Prosedur augmentasi kombinasi (combined augmentation) memberikan
dua mekanisme untuk mencegah dislokasi terjadi kembali. Pertama, graft tulang
untuk menambah ketinggian eminensia dan kedua, pelat kecil yang berfungsi
7/31/2019 DislokasiTMJ_Ongto
10/14
10
sebagai penghambat mekanis untuk gerakan kondilus ke anterior, khususnya jika
graft tulang mengalami resorpsi.
Prosedur augmentasi kombinasi mempunyai beberapa keuntungan, yaitu
23:
1. memberikan augmentasi fisiologis pada eminensia dengan graft tulangkortiko-kanselous.
2. fiksasi miniplate rigid mencegah pergeseran graft.3. fiksasi intermaksila pasca bedah seperti dianjurkan oleh Rehrman tidak
diperlukan.
4. pelat kecil yang dimodifikasi dapat beraksi sebagai barir mekanik setelahgraft tulang mengalami resorpsi.
Menurut Smith23
, satu-satunya kekurangan dalam prosedur ini adalah
tempat pembedahan tetapi, morbiditas yang dihasilkan terjadi minimal jika
pembukaan krista iliaka diupayakan minimal dan hanya potongan kecil korteks
krista yang diambil. Prosedur augmentasi kombinasi digunakan untuk kasus
prosedur Dautrey yang gagal dan harus dipertimbangkan untuk kasus yang
menunjukan arkus zigomatikus yang terletak terlalu ke lateral dengan kaput
kondilus dalam pemeriksaan radiografi pra bedah karena penggunaan prosedur
Dautrey pada kasus ini tidak efektif.
Eminoplasti denganminiplate
Implant metal telah digunakan oleh beberapa ahli untuk membatasi
gerakan kondilus. Plat tulang yang dipasang pada arkus zigomatikus secara
khusus sangat berguna dalam perawatan dislokasi mandibula berulang. Prosedur
ini dikenal dengan miniplate eminoplasty, merupakan teknik yang mudah dan
tidak membatasi pergerakan fungsional rahang pasca bedah. Resorpsi tulang
dengan risiko terjadinya kembali dislokasi yang sering diamati setelah prosedur
down-fracturing arkus zigomatikus dapat dihindari. Teknik pembedahan
dilakukan dengan pendekatan preaurikuler. Miniplate titanium berbentuk T
7/31/2019 DislokasiTMJ_Ongto
11/14
11
dipasang dan difiksasi pada arkus zigomatikus dengan tiga buah sekrup tulang.
Lengan vertikal plat diletakkan dibawah dan sedikit anterior dari eminensia
artikularis. Tidak ada pembedahan sendi temporo mandibula tambahan sebagai
kombinasi eminoplasti24
.
Tingginya insidensi fraktur pelat merupakan masalah utama dalam metode
miniplate eminoplasty. Menurut Kuttenberger dan Hardt24
bahwa kekuatan
mekanis miniplate titanium berbentuk T yang digunakan dalam penelitiannya
tidak cukup untuk menahan daya kontinyu yang dihasilkan dari pergerakan
kondilus. Semua fraktur terjadi pada pertemuan lengan horizontal dan vertikal
pelat yang mungkin merupakan sifat lemah logam tersebut. Karena banyaknya
kejadian fraktur pelat, miniplate eminoplaty sebaiknya tidak dianggap perawatan
pilihan untuk dislokasi mandibula. Pada kasus dislokasi mandibula rekuren,
prosedur ini dapat dipakai jika prosedur lain gagal atau untuk pasien dengan
kelainan neuromuskuler.
Gambar 7. Model yang menunjukkan hubungan antaraminiplate dankaput kondilus23.
7/31/2019 DislokasiTMJ_Ongto
12/14
12
Kesimpulan
Dislokasi sendi temporomandibula dapat ditatalaksana dengan
baik.rekuren biasanya membutuhkan perawatan bedah. Pengetahuan mengenai
penyebab dislokasi penting dalam setiap kasus danakan membutuhkan metode
perawatan yang berbeda.
Daftar Pustaka
1. Tucker MR & Ochs MW. 2003. Management of TemporomandibularDisorders, In : Peterson LJ et al, Contemporary Oral and MaxillofacialSurgery, 4
thed, St Louis. Mosby Company
2. Keith D.A, 1998. Surgery of the Temporomandibular Joint. Boston,Blackwell Scientific Pub.
3. Okeson JP. 1995. Nonsurgical Treatment of Internal derangements, In :Daniel M et al, Oral and Maxillofacial Surgery Clinics os North
America,vol 7, 1995, WB Saunders Co.
4. Merrill, R.G. 1988. Mandibular Dislocation. In: Keith, D.A (Ed). Surgeryof The Temporomandibular Joint. 4th ed. Boston: Blackwell Scientific
Publications
5. Norman, J.E. 1990. Dislocation. In: Norman, J.E and Bramley, P. (Ed). ATextbook and Colour Atlas of The Temporomandibular Joint. Disease-
Disorders-Surgery. London: Wolf Medical Publications.
6. Vasconcelos BC, Porto GG, Lima FT: Treatment of chronic mandibulardislocations using miniplates: follow-up of 8 cases and literature review .
Int J Oral Maxillofac Surg 2009, 38:933-936
7. Sarnat, B.G and Laskin, D.M. 1992. Surgical Considerations. In: Sarnat,B.G and Laskin, D.M. (Ed). The Temporomandibular Joint: A Biological
Basis For Clinical Practise. 4th
ed. Philadelphia: W.B. Saunders
8. Singh V., Verma A., Kumar I., Bhagol : Reconstruction of ankylosedtemporomandibular joint: Sternoclavicular grfating as an approach to
management. Int. J. Oral Maxillofacial. Surg. 2011; 40: 260-265
9. Miloro M, et. al. Petersons Principles of Oral and Maxillofacial Surgery.2004. 2nd edition. Canada: BC Decker Inc
7/31/2019 DislokasiTMJ_Ongto
13/14
13
10.Rose, L, Hendler, BH, Amsterdam, JT. Temporal mandibular disordersand odontic infections. Consult 1982; 22:110.
11.Undt, G., Kermer, C., and Rasse, M. 1997. Treatment of RecurrentDislocation of The Temporomandibular Joint, Part II : Eminectomy.Int. J.
Oral Maxillofac. Surg. 26:98-102.
12.Shorey CW, Campbell JH. Dislocation of the temporomandibular joint.Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2000; 89:662.
13. Whiteman PJ, Pradel EC. Bilateral temporomandibular joint dislocationin a 10-month-old infant after vomiting. Pediatr Emerg Care 2000; 16:418.
14. Sia SL, Chang YL, Lee TM, Lai YY: Temporomandibular jointdislocation after laryngeal mask airway insertion. Acta Anaesthesiol
Taiwan 2008, 46:82-85
15.Lovely FW, Copeland RA. Reduction eminoplasty for chronic recurrentluxation of the temporomandibular joint. J Can Dent Assoc 1981; 47:179.
16.McCarthy, F. Emergencies in Dental Practice: Prevention and treatment.WB Saunders, Philadelphia 1979. p.24.
17.Sanders, B. Pediatric Oral and Maxillofacial Surgery. CV Mosby, St.Louis 1979. p.51.
18.Nusrath MA, Adams JR, Farr DR, Bryant DG: TMJ dislocation. Br Dent J2008, 204:170-171.
19.Young AL, Khan J, Thomas DC, Quek SYP: Use of masseteric and deeptemporal nerve blocks for reduction of madibular dislocation. Anesth
Prog 2009, 56:9-13.
20.Muchison D F. Jaw Dislocation.http://www.merckmanuals.com/home/mouth_and_dental_disorders/urgent_dental_problems/jaw_dislocation.htm
21.Buescher JJ. Temporomandibular Disorder.Am Fam physycian.2007 Nov15;76(10):1477-1482.
22.Hsiung CP, Suresh S: Closed reduction of a temporomandibular jointdislocation: is this possible with regional anesthesia?Paediatr Anaesth
2008, 18:1269-1270.
http://www.uptodate.com/contents/reduction-of-temporomandibular-dislocation/abstract/4http://www.uptodate.com/contents/reduction-of-temporomandibular-dislocation/abstract/4http://www.uptodate.com/contents/reduction-of-temporomandibular-dislocation/abstract/4http://www.uptodate.com/contents/reduction-of-temporomandibular-dislocation/abstract/4http://www.uptodate.com/contents/reduction-of-temporomandibular-dislocation/abstract/5http://www.uptodate.com/contents/reduction-of-temporomandibular-dislocation/abstract/5http://www.uptodate.com/contents/reduction-of-temporomandibular-dislocation/abstract/7http://www.merckmanuals.com/home/http://www.merckmanuals.com/home/http://www.merckmanuals.com/home/http://www.merckmanuals.com/home/http://www.uptodate.com/contents/reduction-of-temporomandibular-dislocation/abstract/7http://www.uptodate.com/contents/reduction-of-temporomandibular-dislocation/abstract/5http://www.uptodate.com/contents/reduction-of-temporomandibular-dislocation/abstract/5http://www.uptodate.com/contents/reduction-of-temporomandibular-dislocation/abstract/4http://www.uptodate.com/contents/reduction-of-temporomandibular-dislocation/abstract/47/31/2019 DislokasiTMJ_Ongto
14/14
14
23.Smith, W.P. 1990. Recurrent Dislocation of The TemporomandibularJoint: A New Combined Augmentation Procedure. Int.J.Oral Maxillofac.
Surg. 20:98-99.
24.Kuttenberger, J.J and Hardt, N. 2003. Long-Term Results of Study WithMiniplate Eminoplasty In Treatment For Recurrent dislocation and
Habitual Luxation of The Temporomandibular Joint. Int. J. Oral
Maxillfac. Surg. 32: 474-479.