22
 Oleh : Raditya Dwi Indrawan 3609 100 004 Sisca Henlita 3609 100 013 Hesti Martadwiprani 3609 100 014  Ainun Dita Febriyanti 3609 100 019 M. Emil Widya Pradana 3609 100 021

Disparitas Ekonomi Di Kabupaten Mojokerto

Embed Size (px)

Citation preview

Oleh : Raditya Dwi Indrawan Sisca Henlita Hesti Martadwiprani Ainun Dita Febriyanti M. Emil Widya Pradana

3609 100 004 3609 100 013 3609 100 014 3609 100 019 3609 100 021

OUTLINE Latar Belakang Tinjauan Pustaka Gambaran Umum Analisa Kesimpulan dan Rekomendasi

Latar Belakang (1)Disparitas Ekonomi Adanya pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah yang memunculkan suatu ketimpangan antar sektor ekonomi daerah (adanya keheterogenan).

Faktor Penyebab Disparitas Ekonomi Menurut Iskandar (2010) faktor-faktor penyebab adanya disparitas ekonomi yaitu: konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah, alokasi investasi, tingkat mobilitas faktor produksi yang rendah antar wilayah, perbedaaan sumber daya alam antar wilayah, perbedaan kondisi demografis antar wilayah, dan kurang lancarnya perdagangan antar wilayah

Latar Belakang (2) Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan kondisi ekonomi yang cenderung stabil (BKMP, 2010). Memiliki peluang investasi tertinggi setelah Jabodetabek [memiliki 22 kabupaten unggulan dari 100 kabupaten yang termasuk ke dalam The Most Recommended Cities to Invest, versi majalah SWA, 2009 (BKPM, 2010).] Salah satu diantara 22 kabupaten tersebut adalah Kabupaten Mojokerto.

Latar Belakang (3) Dalam RTRW Kabupaten Mojokerto 2009-2028, disebutkan bahwa Kabupaten Mojokerto tergolong ke dalam area GKS Plus di Jawa Timur yang mengarah pada pengembangan sektor industri, pertanian dan wisata. Diperlukan suatu telaah mengenai adanya indikasi disparitas ekonomi pada Kabupaten Mojokerto yang kemudian akan dijadikan sebagai acuan langkah strategis dalam mengatasi disparitas ekonomi di Kabupaten Mojokerto.

Tinjauan Pustaka(1)KETIMPANGAN WILAYAH Ketimpangan pembangunan terjadi karena ada tiga faktor yaitu faktor alami, faktor kondisi sosial dan keputusan-keputusan kebijakan. Faktor alami meliputi kondisi agroklimat, sumberdaya alam, lokasi geografis, jarak pelabuhan dengan pusat aktivitas ekonomi, lokasi geografis, wilayah potensial untuk pembangunan ekonomi. Sementara faktor sosial budaya meliputi nilai tradisi, mobilitas ekonomi, inovasi dan wirausaha. Sedangkan faktor keputusan kebijakan adalah sejumlah kebijakan yang mendukung secara langsung atau tidak terjadinya ketimpangan (Nugroho, 2004).

Tinjauan Pustaka(2)KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN ANTAR DAERAH Satu kajian sisi lain dalam melihat ketimpangan-ketimpangan pendapatan nasional adalah ketimpangan dalam pertumbuhan ekonomi antar daerah di berbagai daerah di indonesia, yang mengakibatkan pola terjadinya ketimpangan pendapatan antar daerah (region income disparities). Ketimpangan pendapatan ini disebabkan oleh penyebaran sumberdaya alam yang tidak merata serta dalam laju pertumbuhan daerah dan belum berhasilnya usaha-usaha perubahan yang merata antar daerah di Indonesia.

Tinjauan Pustaka(3)KURVA LORENZ Kurva Lorenz menyatakan bahwa pemerataan di suatu daerah benar-benar terdistribusi merata atau terjadi ketimpangan. Garis sumbu yang menentukan sebuah Sumbu horisontal menyatakan jumlah penerimaan pendapatan dalam persentase kumulatif.

Tinjauan Pustaka(4)ANALISIS LQ Location Quotient atau yang biasa disingkat LQ adalah suatu formula yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi atau konsentrasi sektor-sektor pada suatu wilayah (Bendavid-Val, 1991:73; Shaver,1989:268). LQ= Ri/Rt Ni/Nt

Dimana : Ri = Pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat wilayah Rt= Pendapatan (tenaga kerja) total wilayah Ni= Pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat nasional Nt= Pendapatan (tenaga kerja) total nasional Apabila LQ1 maka sektor tersebut merupakan sektor basis/peranan sektor tersebut di daerah itu lebih menonjol daripada peranan sektor itu secara profesional.d Apabila LQ1 merupakan sektor basis yang patut dikembangkan di kecamatan yang mengalami ketimpangan paling rendah di Kabupaten Mojokerto LQ1 merupakan sektor basis yang patut dikembangkan, namun belum berarti sektor tersebut adalah sektor unggulan di kecamatan yang ada (sektor yang diimpor).LQ