Upload
daniel-bryant
View
23
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak sumber, banyak juga angka yang diberikan. Ada yang menyebut 1 dari 10 orang,
namun ada juga yang menyatakan sekitar 25 persen dari populasi. Tentu itu angka dari luar
negeri yang dikutip dari http://familydoctor.org./ Mengenai jenis kelamin, ternyata baik lelaki
maupun perempuan bisa terkena penyakit dispepsi. Penyakit itu tidak mengenal batas usia,
muda maupun tua, sama saja.
Di Indonesia sendiri, survei yang dilakukan dr Ari F Syam dari FKUI pada tahun 2001
menghasilkan angka mendekati 50 persen dari 93 pasien yang diteliti.
Sayang, tidak hanya di Indonesia (seperti Pak Otto), di luar negeri pun, menurut sumber
di Internet, banyak orang yang tidak peduli dengan dispepsia itu. Mereka tahu bahwa ada
perasaan tidak nyaman pada lambung mereka, tetapi hal itu tidak membuat mereka merasa
perlu untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Padahal, menurut penelitian- masih dari luar negeri-ditemukan bahwa dari mereka yang
memeriksakan diri ke dokter, hanya 1/3 yang tidak memiliki ulkus (borok) pada lambungnya
atau dispepsia non-ulkus. Angka di Indonesia sendiri, penyebab dispepsi adalah 86 persen
dispepsia fungsional, 13 persen ulkus dan 1 persen disebabkan oleh kanker lambung. Ini
disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dispepsia.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merasa tertarik untuk membuat makalah
mengenai “Dispepsia”.
B. Tujuan
Untuk mengetahui lebih dalam tentang dispepsia.
C. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini adalah agar pemakalah
dapat memberikan informasi kepada para pembaca makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa
tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.
Dispepsia adalah istilah non spesifik yang dipakai pasien untuk menjelaskan keluhan
perut bagian atas. Gejala tersebut bisa berupa nyeri atau tidak nyaman, kembung, banyak
flatus, rasa penuh, bersendawa, cepat kenyang dan borborygmi (suara keroncongan dari
perut)
Dispepsia adalah sindroma klinik yang di sebabkan oleh beberapa penyakit saluran cerna
bagian atas.
Dispepsia mengacu pada suatu keadaan akut (tiba-tiba), kronis, atau berulang atau
ketidaknyamanan yang berpusat di perut bagian atas. Ketidaknyamanan ini dapat kenali atau
berhubungan dengan rasa penuhdi perut bagian atas, cepat kenyang, rasa terbakar, kembung,
bersendawa, mual, dan muntah-muntah. Heartburn (rasa terbakar di retrosternal) harus
dibedakan dari dispepsia. Pasien dengan dispepsia sering mengeluh Heartburn sebagai gejala
tambahan. Ketika heartburnmerupakan suatu keluhan yang dominan, refluks gastroesofagus
hampir selalu menyertai. Dispepsia terjadi di 25% dari populasi orang dewasa dan 3% dari
kunjungan medis umum.
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys-), berarti sulit , dan (Pepse), berartipencernaan
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di
perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Keluhan refluksgastroesofagus
klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung,kini tidak lagi
termasuk dispepsia. Pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu:
a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya.Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh
misalnya tukak
b. Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bilatidak
jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguanstruktur organ
berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong saluran
pencernaan).
Definisi lain, dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atasatau
dada, yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh atau rasa sakit atau
rasaterbakar di perut.
B. Penyebab
Setiap orang dari berbagai usia dapat terkena dispepsia, baik pria maupun wanita.Sekitar
satu dari empat orang dapat terkena dispepsia dalam beberapa waktu Seringnya,dispepsia
disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux. Jika anda memilikipenyakit acid
reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju esofagus (saluran muskulomembranosa yang
membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri didada. Beberapa
obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang
penyebab dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab dispepsia secara rinci adalah:
a. Menelan udara (aerofagi),
b. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung,
c. Iritasi lambung (gastritis),
d. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis,
e. Kanker lambung,
f. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
g. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya,
h. Kelainan gerakan usus
i. Stress psikologis,kecemasan, atau depresi
j. Infeksi Helicobacter pylory
Dyspepsia disebabkan oleh beragam hal yang dapat ditelusuri berdasarkan kategorinya.
a. Non-ulcer dyspepsia adalah dyspepsia yang tidak diketahui penyebabnya karena –
biladiendoskopi – bagian kerongkongan, perut, atau duodenum terlihat normal,
tidak menunjukkan borok sama sekali. Diperkirakan 6 dari 10 penderita dyspesia
tergolongdalam kategori ini,
b. Duodenal and stomach (gastric) ulcers yakni dyspesia yang disebabkan oleh borok diusus
duabelas jari atau lambung. Jenis ini kerap dinamai peptic ulcer,
c. Duodenitis and gastritis atau radang di usus duabelas jari dan/atau lambung. Radangtersebut
bisa saja ringan atau parah, tergantung luksnya. Gastritis akut dapatdisebabkan oleh karena
stres, zat kimiam isalnya obat-obatan dan alkohol, makananyang pedas, panas maupunasam.
Pada para yang mengalami stres akan terjadiperangsangan sarafsimpatis NV (Nervus vagus)
yang akan meningkatkan produksiasamklorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang
berada di dalam lambungakan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia
maupun makananyang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi
untuk menghasilkan mukus,mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya
untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa
lambungkarena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel
mukosagaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama
daerahfundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan
produksiHCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri
iniditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa
lambungakibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi
selmukosa gaster akan mengakibatkan erosipada sel mukosa. Hilangnya sel mukosaakibat
erosi memicu timbulnya perdarahan.Perdarahan yang terjadi dapat mengancamhidup
penderita, namundapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi,
sehinggaerosimenghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan. Helicobacter
pylorimerupakan bakteri gram negatif. Organisme inimenyerang sel permukaan
gaster,memperberat timbulnya desquamasi seldan muncullah respon radang kronis padagaster
yaitu : destruksi kelenjar dan metaplasia
d. Acid reflux, oesophagitis and GERD. Acid reflux terjadi ketika zat asam keluar darilambung
dan naik ke kerongkongan.Acid reflux bisa menyebabkan esofagitis (radangkerongkongan)
atau gastro-oesophageal reflux disease (GERD – acid reflux, denganatau tanpa esofagitis).
Manifestasi klinis GERD dapat berupa gejala yang tipikal(esofagus) dan gejala atipikal
(ekstraesofagus). Gejala GERD 70% merupakan tipikal,yaitu :
1) Heart burn. Heart burn adalah sensasi terbakar di daerah retrosternal. Gejalaheart burn
adalah gejala yang tersering,
2) Regurgitasi. Regurgitasi adalah kondisi di mana material lambung terasa dipharing.
Kemudian mulut terasa asam dan pahit. Kejadian ini dapatmenyebabkan komplikasi paru-
paru,
3) Disfagia. Disfagia biasanya terjadi oleh karena komplikasi berupa striktur.
Gejala atipikal (ekstraesofagus) seperti batuk kronik dan kadang wheezing, suara serak,
pneumonia asmpirasi, fibrosis paru, bronkiektasis, dan nyeri dada nonkardiak.Data yang ada
kejadian suara serak 14,8%, bronkhitis 14%, disfagia 13,5%, dispepsia10,6%, dan asma
9,3%. Kadang-kadang gejala GERD tumpang tindih dengan gejala klinis dispepsia sehigga
keluhan GERD yang tipikal tidak mudah ditemukan. Spektrum klinik GERD bervariasi mulai
gejala refluks berupa heart burn, regurgitasi, dispepsia tipe ulkus atau motilitas. Terdapat dua
kelompok GERD yaitu GERD padapemeriksaan endoskopi terdapat kelainan esofagitis erosif
yang ditandai denganmucosal break dan yang tidak terdapat mucosal break yang disebut Non
Erosive Reflux Disease (NERD). Manifestasi klinis GERD dapat menyerupai manifestasi
klinis dispepsia berdasarkan gejala yang paling dominan adalah :
1) Manifestasi klinis mirip refluks yaitu bila gejala yang dominan adalah rasapanas di dada
seperti terbakar,
2) Manifestasi klinis mirip ulkus yaitu bila gejala yang dominan adalah nyeri uluhati,
3) Manifestasi klinis dismotilitas yaitu gejala yang dominan adalah kembung,mual, dan cepat
kenyang,
4) Manifestasi klinis campuran atau nonspesifik.
e. Hiatus hernia atau lambung bagian atas menekan dada bagian bawah melalui bagian
diafragma yang bermasalah. Biasanya hiatus hernia hanya menyebabkan GORD
f. Infeksi bakteri H. Pylori,
g. Efek samping obat-obatan tertentu, misalnya obat-obatan anti peradangan atau obat-obatan
lain (misalnya antibiotik dan steroid). Obat bisa menyebabkan keluhan diperut bagian atas
seperti NSAID, alendronate,orlistat, besi atau suplement potassium,digitalis, theophylin, dan
antibiotik oral. Pengurangan dosis atau penghentian dosisbiasanya bisa mengurangi gejala
dispepsia.
C. Pengobatan
1. Terapi Farmakologi
Obat golongan penekan asam lambung
(antasida, H2 blocker, dan proton pump inhibitor)
Obat golongan sitoproteksi : sukralfat,rebamipid
Antibiotika : infeksi Helicobacter pylori (amoksisilin,
Claritromisin, dan metronidazol
2. Terapi Farmakologi
modifikasi gaya hidup & menghindari obat penyebab ulcer (aspirin & NSAIDs lain,
bisphosphonat oral, KCl, pengobatan imunosupresan)
Menghindari stress
Stop merokok & alkohol
Stop kafein (stimulan asam lambung)
Menghindari makanan dan minuman soda
Menghindari makan malam
D. Pencegahan
Berikut adalah 11 solusi mencegah gangguan pencernaan
1. Biasakan makan dengan teratur
2. Kunyah makanan dengan baik supaya enzim ptialin dalam kelenjar ludah dapat melakukan
fungsinya dengan sempurna
3. Jangan makan terlalu banyak
4. Jangan berbaring setelah makan
5. Hindari waktu makan yang terlalu ber-dekatan supaya proses mencerna tidak terganggu
(interval 2-3 jam)
6. Jangan makan sambil minum (setiap cairan yang dikonsumsi dengan makanan padat akan
mengurangi aktivitas cairan pencernaan yang terlibat dalam proses pencernaan)
7. Tingkatkan konsumsi makanan sumber serat
8. Konsumsi makanan probiotik
9. Kurangi konsumsi makanan pembentuk asam (protein hewani dan karbohidrat sederhana)
10. Jangan makan makanan yang terlalu panas atau dingin (dapat mengiritasi lapisan dinding
lambung)
11. Kurangi stress
BAB III
KESIMPULAN
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa
tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.
Dispepsia diakibatklan oleh Menelan udara (aerofagi), Regurgitasi (alir balik, refluks)
asam dari lambung, Iritasi lambung (gastritis), Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis,
Kanker lambung, Peradangan kandung empedu (kolesistitis), Intoleransi laktosa
(ketidakmampuan mencerna susu dan produknya, Kelainan gerakan usus, Stress
psikologis,kecemasan, atau depresi, dan Infeksi Helicobacter pylory.
Pengobatannya dapat dilakukan secara farmakoterapi atan non farmakoterapi.