151

Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam
Page 2: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

iJurnal Pendidikan Penabur No. 04/ IV /Juli 2005

Diterbitkan oleh:

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)

I S S N : 1412-2588

Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagaimedium tukar pikiran, informasi dan

penelitian ilmiah antar para pemerhati masalah pendidikan.

Penanggung JawabDr. Jhan Brinsen Purba

Pemimpin RedaksiDr. BP. Sitepu, M.A

Sekretaris RedaksiRosmawati Situmorang

Dewan EditorDr. BP. Sitepu, M.A

Ir. Budyanto Lestyana, M.SiDra. Mulyani

Dr. Theresia K. BrahimDra. Vitriyani P., M.Pd

Alamat Redaksi :Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470

Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968E-mail : [email protected]

Page 3: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

Jurnal Pendidikan Penabur No. 04/ IV/ Juli 2005

Pedoman Penulisan Naskah untuk Jurnal Pendidikan Penabur

Naskah ditulis dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:1. Naskah merupakan laporan penelitian, opini, info, dan resensi buku

yang berhubungan dengan bidang pendidikan serta disajikan dalambentuk bahasa ilmiah populer.

2. Naskah merupakan karya asli dari penulis dan belum pernahdipublikasikan atau sedang dikirimkan ke media lain.

3. Naskah diketik pada kertas A4 dengan margin/batas atas, kanan, danbawah masing-masing 3 cm dan batas kiri 4 cm dari tepi kertas.Menggunakan program MS Word dengan jenis huruf Tahoma 10 point/spasi ganda.

4. Panjang naskah hasil penelitian + 3000 kata, sedangkan untuk opini,info, serta resensi buku + 1500 kata.

5. Judul harus singkat, jelas dan tidak lebih dari 10 kata.6. Format penulisan adalah : Judul, nama penulis, abstrak, isi artikel, dan

daftar pustaka.7. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris maksimum 150 kata.8. Ilustrasi (grafik, tabel dan foto) harus disajikan dengan jelas. Tulisan

pada ilustrasi menggunakan huruf yang sama pada isi naskah denganbesar huruf tidak lebih kecil dari 6 point.

8. Naskah dikirim dalam bentuk disket dan hasil print out ke Redaksi JurnalPendidikan Penabur, Jalan Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lantai 5.Jakarta Barat - 11470 atau melalui e-mail: [email protected]

9. Naskah disertai dengan daftar riwayat hidup yang memuat latar belakangpendidikan, pekerjaan dan karya ilmiah lain yang pernah ditulis.

10. Tulisan yang dimuat akan mendapat imbalan. Naskah yang tidak dimuattidak dikembalikan.

11. Redaksi berhak mengedit naskah yang dimuat tanpa mengubah isinaskah.

12. Isi Jurnal Pendidikan Penabur tidak mencerminkan pendapat ataukebijakan BPK PENABUR

Page 4: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

i Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Jurnal Pendidikan PenaburNomor 04/IV/Juli 2005

ISSN: 1412-2588

Daftar Isi iPengantar Redaksi ii-iii

Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP 1-16BPK PENABUR JakartaKeke T. Aritonang, M.PdPenguatan Membaca, Fasilitas Sekolah dan Keterampilan Dasar 17-35Membaca serta Minat Baca MuridDr. Vera Ginting, M.APendidikan Kristiani: Konsep dan Aplikasinya 36-42Pdt. Dr. Andreas A. YewangoeTinjauan Kritis Penerapan Pendidikan Kristiani 43-52Djudjun Djaenudin Supriadi, S.ThKonsep Pendidikan Formal dengan Muatan Budaya Multikultural 53-58Prof. Dr. SutjiptoMengembangkan Penalaran dalam Pendidikan 59-66Prof. Dr. Bambang Kaswanti PurwoMenerapkan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran 67-75Handy Susanto, S.PsiPendayagunaan Media Pembelajaran 76-84Thomas Wibowo Agung SutjionoMeningkatkan Mutu Pendidikan Melalui E-Learning 85-97Drs. TafiardiMenyiapkan Guru yang Berkualitas dengan Pendekatan 98-105Micro TeachingYuli Kwartolo, S.PdPeningkatan Mutu Pendidikan Terpadu Cara Deming 106-112Dr. Theresia KristiantiMemilih Buku Pelajaran 113-126Dr. B.P. Sitepu, M.AIsu-Isu Pendidikan Mutakhir 127-130Drs. Hotben Situmorang, M.B.AIr. Budyanto Lestyana, M.SiResensi Buku: Bagaimana Memulai dan Mengembangkan Sekolah Kristen 131-135Imma Helianti Kusuma, M.PdProfil: BPK PENABUR Jakarta Berbenah Menghadapi Persaingan Global 136-142Yuli Kwartolo, S.PdKeterangan Mengenai Penulis 143-145

Page 5: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

ii Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

enyelenggaraan pendidikan dalam arti yang luas merupakan tanggungjawab semua pihak, orang tua, masyarakat dan pemerintah. Upayapendidikan akan berdaya dan berhasilguna dengan baik apabila terjadikeselarasan antar ke tiga unsur itu. Bahkan pada gilirannya apabila

proses pendidikan telah berhasil mendewasakan secara intelektual danemosional, peserta didik itu sendiri ikut bertanggung jawab atas pendidikanterhadap diriya sendiri serta lingkungannya sepanjang hayatnya. Dengandemikian, peserta didik sejak dini perlu mendapat perhatian, peranan, dantanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut.

Pendidikan juga dianggap sebagai salah satu sarana yang strategis danampuh dalam mengatasi keterbelakangan peradaban dan mencerdaskankehidupan bangsa. Oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan secaranasional menjadi tanggung jawab pemerintah yang diatur melalui Undang-Undang. Di Indonesia penyelenggaraan pendidikan diatur melalui SistemPendidikan Nasional yang terakhir ialah Undang-Undang No 20 Tahun 2003yang merupakan perubahan terhadap Undang-Undang No 2 Tahun 1989. Salahsatu prinsip dalam penyelenggaraan pendidikan nasional ialah bersifatdemokratis, tidak diskriminatif dan menjunjung tinggi hak azasi manusia,nilai kultural dan kemajemukan bangsa.

Umat Kristiani pada umumnya dan gereja pada khususnya mengembantugas pendidikan melalui pembelajaran sesuai dengan pesan yang diberikanoleh Yesus Kristus agar pergi ke seluruh dunia mengajari semua bangsa tanpapilih kasih. Pendidikan tanpa pilih kasih ini bermakna pendidikan untuk semua(education for all) tanpa diskriminasi atau juga yang dewasa ini menjadisalah satu prinsip dalam pendidikan inklusif. Salah satu tugas Gereja ialahmenjalankan tugas pembelajaran itu dengan ciri berlandaskan kasih sertamenjaga keseimbangan antara kecerdeasan spiritual, intelektual, danemosional. Hal ini juga terrlihat pada visi BPK PENABUR: Unggul dalam iman,ilmu dan pelayanan. Tapi bagaimana proses pendidikan Kristiani dengan visiseperti itu dilaksanakan secara operasional dan nyata? Berbagai versi pendapatdapat mengemuka dalam rumusan yang berbeda walaupun pada hakikatnyamasih menjadikan kasih sebagai landasan utama, karena sesungguhnya

Pengantar Redaksi

P

Page 6: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

iii Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

lembaga-lembaga pendidikan kristiani merupakan tangan-tangan gereja untukmelaksanakan tugasnya sebagai gembala.

Edisi ini menampilkan tulisan Dr. Andreas A. Yewangoe, Ketua Umum PGI,berkenaan dengan konsep dan aplikasi pendidikan kristiani di tengah-tengahmasyarakat yang majemuk dalam berbagai aspek kehidupan. Sementara ituProfesor Dr. Sutjipto, Rektor Universitas Negeri Jakarta, memberikanpendapatnya tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraanpendidikan bermuatan multikultrural. Secara konseptual pengertian pendidikanmultikultural ternyata jauh lebih luas dan penerapannya memerlukan sistemmanajemen pendidikan yang memperhatikan nilai-nilai multikultural itu sendiri.Mudah-mudahan kedua tulisan tersebut dapat menggugah serta memberikaninspirasi para penyelenggara pendidikan, khususnya para guru, untukmelaksanakan tugas-tugasnya secara lebih profesional dengan tetapmenunjukkan kasih dalam proses pembelajaran serta menjaga keseimbanganantara iman, ilmu, dan pelayanan. Kasih dan empati dapat diperlihatkan tidaksemata-mata dengan kata-kata, tetapi akan lebih bermakna apabila diwujudkandalam perbuatan dan keteladanan. Melalui perbuatan yang demikian gurudapat juga memperkenalkan Jesus Kristus dengan ajaranNya.

Edisi keempat Jurnal Pendidikan Penabur ini terbit dengan mengemukakananeka ragam pendapat/opini dari dalam dan luar kalangan BPK PENABURdengan tetap mengedepankan dua laporan penelitan yang berkaitan denganminat baca siswa serta kinerja guru. Masalah-masalah pendidikan memangkompleks dan berkembang terus baik disebabkan oleh semakin majunyatingkat kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat, maupun karenakemajuan dalam ilmu dan teknologi pendidikan itu sendiri. Tuntutan akanmutu pendidikan yang standar dengan biaya yang ekonomis, sertademokratisasi di bidang pendidikan masih merupakan isu-isu yang menarikdibicarakan. Mutu pendidikan sudah barang tentu tidak terlepas dari mutukinerja guru, proses belajar dan membelajarkan, sumber belajar seperti bukupelajaran, serta lingkungan belajar dan membelajarkan. Untuk memperkayawacana tentang pendidikan kristiani, dalam edisi ini tersaji resensi buku tentangpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukanoleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnyadalam meningkatkan mutu, dapat tercermin dalam profil BPK PENABUR Jakarta.Mudah-mudahan aneka ragam isi Jurnal Pendidikan Edisi ke IV ini dapatmendorong guru-guru BPK PENABUR untuk lebih kreatif dan berperan sertadalam memperluas wacana kita semua di bidang pendidikan.

Redaksi

Page 7: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

1Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV / Juli 2005

Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP

Abstrakenelitian ini menjelaskan kompensasi kerja disiplin kerja guru, dalamhubungannya dengan kinerja guru di SMP Kristen BPK PENABUR Jakarta.Penelitian dengan metode survey dan teknik korelasional ini dilakukanterhadap guru-guru di delapan SMP Kristen BPK PENABUR Jakarta,

dengan sampel 60 responden yang dipilih secara acak. Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima dalam arti bahwa terdapathubungan positif antara kedua variable bebas dengan variable terikat baiksecara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Penelitian ini jugamenyimpulkan bahwa kompensasi kerja memberikan sumbangan sebesar 6,76 % terhadap kinerja guru, disiplin kerja guru memberikan sumbangan sebesar77,44 %. Sedangkan kompensasi kerja dan disiplin kerja guru secara bersama-sama memberikan sumbangan sebesar 77,60 % terhadap kinerja guru. Dengandemikian sebagai saran untuk meningkatkan kinerja guru yang tinggi perluditingkatkan kompensasi kerja dan disiplin kerjanya.

Kata kunci: Guru, disiplin kerja, kompensasi kerja

AbstractThis research discribes teachers’ compensation, the teachers discipline , andthe teacher performance in BPK PENABUR Christian Junior High Schools, Jakarta.The research is conducted in eight junior high school of BPK PENABUR, Jakarta.Samples taken are 60 teachers with random sampling technique. The re-search is analyzed descriptively using the method of survey and correlationtechniques. The research result showed that the research hypothesis wasvalid it means that there is positive relationship between free variable andcloze variable either individually or collectively. From the analysis, it can beconcluded that the contribution of teachers’ compensation towards teachers’

P

Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru danKinerja Guru SMP Kristen

BPK PENABUR Jakarta

Keke T. Aritonang, M.Pd*)

*) Guru SMP Kristen 1 BPK PENABUR Jakarta

Hasil Penelitian

Page 8: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

2 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP

performance is about 6,76 %, the contribution of teachers’ discipline is about77,44 %, the contribution of both teachers’ compensation and teachers’ disci-pline towards teachers’ performance is about 77,60%. Therefore, it is sug-gested that to increase teachers’ performance is necessary to increase bothteachers’ compensation and teachers’ dixcipline).

PendahuluanBerbagai aspek bidang pekerjaan baik itu di instansi pemerintah maupun swastadapat memberikan kepuasan bagi pegawai apabila ada program kompensasi.Dengan adanya kompensasi yang diberikan sesuai dengan haknya akan sangatmempengaruhi kinerja seseorang. Untuk itu hendaknya program kompensasiditetapkan berdasarkan prinsip adil dan wajar, sesuai dengan undang-undangperburuhan, atau sesuai dengan peraturan kerja lembaga masing-masing.

Dengan adanya kompenasasi yang cukup besar maka disiplin karyawansemakin baik. Mereka akan menyadari serta menaati peraturan-peraturan yangberlaku.

Menurut Steers & Porter (1991) bahwa tinggi rendahnya kinerja pekerjaberkaitan erat dengan sistem pemberian kompensasi yang diterapkan olehlembaga/organisasi tempat mereka bekerja. Pemberian kompensasi yang tidaktepat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja seseorang. Ketidaktepatanpemberian kompensasi disebabkan oleh ; (1) pemberian jenis kompenasasiyang kurang menarik (2) pemberian penghargaan yang kurang tepat tidakmembuat para pekerja merasa tertarik untuk mendapatkannya. Akibatnya parapekerja tidak memiliki keinginan meningkatkan kinerjanya untuk mendapatkankompensasi tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagaiberikut:(1) Apakah terdapat hubungan antara kompensasi kerja dengan kinerja guru?(2) Apakah terdapat hubungan antara disiplin kerja dengan kinerja guru?(3) Apakah terdapat hubungan secara bersama-sama antara kompensasi kerja

dan disiplin kerja di satu pihak dengan kinerja guru di pihak lain?

LandasanTeoriKompensasi Kerja

Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang atau baranglangsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atasjasa yang diberikan kepada perusahaan (Hasibuan, 1990:133). Kompensasikerja adalah segala sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasauntuk kerja mereka (Tohardi, 2002:411). Kompensasi kerja merujuk pada semua

Page 9: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

3Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV / Juli 2005

Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP

bentuk upah atau imbalan yang berlaku bagi dan muncul dari pekerjaan mereka,dan mempunyai dua komponen yaitu ada pembayaran keuangan langsungdalam bentuk upah, gaji, insentif, komisi, dan bonus, dan ada pembayarantidak langsung dalam bentuk tunjangan keuangan seperti asuransi dan uangliburan.

Tujuan pemberian kompensasi (balas jasa) adalah (a) ikatan kerja sama;(b) kepuasan kerja; (c) pengadaan efektif; (d) motivasi; (e) stabilitas karyawan;(f) disiplin; (g) pengaruh serikat buruh; dan (h) pengaruh pemerintah (Hasibuan,1997:137).

Selain itu menurut Soekidjo Notoadmodjo ada beberepa keuntungan dengandiberikannya kompensasi pelengkap,yaitu: (1) meningkatkan semangat kerjadan kesetiaan atau loyalitas para karyawan terhadap organisasi atauperusahaan, (2) menurunkan jumlah absensi para karyawan dan adanyaperputaran kerja, (3) mengurangi pengaruh organisasi karyawan terhadapkegiatan organisasi, dan (4) meminimalkan biaya-biaya kerja lembur yangberarti mengefektifkan prestasi kerja karyawan (Tohardi, 2002:418). Ada duaazas penting dalam program pemberian kompensasi (balas jasa) supaya balasjasa yang akan diberikan merangsang gairah dan kepuasan kerja karyawanyaitu: (1) azas adil, (2) azas layak dan wajar.

Kompensasi kerja adalah persepsi guru terhadap berbagai bentuk upahatau imbalan yang diperoleh dari hasil kerja yang digambarkan melalui duakomponen yaitu: Kompensasi langsung yang meliputi gaji, tunjangan fungsional,tunjangan hari raya, bonus pengabdian, bonus prestasi, uang transportasimakan, uang duka dan biaya pemakaman. Kompensasi tidak langsung meliputibantuan biaya pengobatan rawat jalan dan rawat inap, dana pensiun,perumahan, beasiswa, penghargaan, formasi jabatan, dan rekreasi.

Disiplin Kerja

Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturanperusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Adapun arti kesadaranadalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dansadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan arti kesediaan adalahsuatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai denganperaturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak (Hasibuan ,1997:212).

Menurut Davis disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaanmanajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi(Mangkunegara, 2000 : 129).

Disiplin pada hakikatnya adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalambentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai dan bertentangan

Page 10: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

4 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP

dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukungdan melindungi sesuatu yang telah ditetapkan.

Dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan disiplin diri, disiplin belajardan disiplin kerja. Disiplin kerja merupakan kemampuan seseorang untuk secarateratur, tekun secara terus-menerus dan bekerja sesuai dengan aturan-aturanyang berlaku dengan tidak melanggar aturan-aturan yang sudah ditetapkan.

Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisplinankaryawan suatu organisasi di antaranya ialah : (1) tujuan dan kemampuan,(2) teladan pimpinan, (3) balas jasa (gaji dan kesejahteraan), (4) keadilan,(5) waskat (pengawasan melekat), (6) sanksi hukuman, (7) ketegasan, dan(8) hubungan kemanusiaan (Hasibuan, 1997:213).

Disiplin juga merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya manusiayang penting dan merupakan kunci terwujudnya tujuan, karena tanpa adanyadisiplin maka sulit mewujudkan tujuan yang maksimal (Sedarmayanti, 221:10).Melalui disiplin pula timbul keinginan dan kesadaran untuk menaati peraturanorganisasi dan norma sosial. Namun tetap pengawasan terhadap pelaksanaandisiplin tersebut perlu dilakukan.

Disiplin kerja adalah persepsi guru terhadap sikap pribadi guru dalam halketertiban dan keteraturan diri yang dimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolahtanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan dirinya, orang lain, ataulingkungannya. Berdasarkan uraian di atas maka disiplin kerja yang perludiperhatikan adalah :(a) Disiplin terhadap tugas kedinasan yang meliputi : mentaati peraturan kerja

BPK PENABUR, menyiapkan kelengkapan mengajar, dan melaksanakan tugas-tugas pokok.

(b) Disiplin terhadap waktu yang meliputi: menepati waktu tugas,memanfaatkan waktu dengan baik, dan menyelesaikan tugas tepat waktu.

(c) Disiplin terhadap suasana kerja yang meliputi: memanfaatkan lingkungansekolah, menjalin hubungan yang baik, dan menjaga keseimbangan antarahak dan kewajiban.

(d) Disiplin di dalam melayani masyarakat yang meliputi: melayani pesertadidik, melayani orang tua siswa, dan melayani masyarakat sekitar;

(e) Disiplin terhadap sikap dan tingkah laku yang meliputi, memperhatikansikap, memperhatikan tingkah laku, dan memperhatikan harga diri.

Kinerja GuruDalam bahasa Inggris istilah kinerja adalah performance. Performancemerupakan kata benda. Salah satu entry-nya adalah “thing done” (sesuatuhasil yang telah dikerjakan). Jadi arti Performance atau kinerja adalah hasil

Page 11: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

5Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV / Juli 2005

Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP

kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatuorganisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masingdalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal,tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Menurut Mangkunegara (2001:67) kinerja adalah hasil kerja secara kualitasdan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnyasesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Tinggi rendahnyakinerja pekerja berkaitan erat dengan sistem pemberian penghargaan yangditerapkan oleh lembaga/organisasi tempat mereka bekerja. Pemberianpenghargaan yang tidak tepat dapat berpengaruh terhadap peningkatan kinerjaseseorang.

Berkaitan erat dengan kinerja guru di dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari sehingga dalam melaksanakan tugasnya guru perlu memiliki tigakemampuan dasar agar kinerjanya tercapai sebagai berikut:(1) kemampuan pribadi meliputi hal-hal yang bersifat fisik seperti tampang,

suara, mata atau pandangan, kesehatan, pakaian, pendengaran, dan halyang bersifat psikis seperti humor, ramah, intelek, sabar, sopan, rajin,kreatif, kepercayaan diri, optimis, kritis, obyektif, dan rasional;

(2) kemampuan sosial antara lain bersifat terbuka, disiplin, memiliki dedikasi,tanggung jawab, suka menolong, bersifat membangun, tertib, bersifatadil, pemaaf, jujur, demokratis, dan cinta anak didik;

(3) kemampuan profesional sebagaimana dirumuskan oleh P3G yang meliputi10 kemampuan profesional guru yaitu: menguasai bidang studi dalamkurikulum sekolah dan menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidangstudi, mengelola program belajar mengajar,mengelola kelas,menggunakan media dan sumber, menguasai landasan-landasankependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasisiswa untuk kepentingan pendidikan, mengenal fungsi dan programbimbingan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasisekolah, memahami prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitianpendidikan guna keperluan mengajar menurut.

Kinerja guru adalah persepsi guru terhadap prestasi kerja guru yangberkaitan dengan kualitas kerja, tanggung jawab, kejujuran, kerjasama danprakarsa.

Kerangka BerpikirHubungan Kompensasi Kerja dengan Kinerja Guru SMP

Kompensasi sangat penting bagi karyawan yang bekerja dengan menjualtenaganya baik fisik maupun pikiran kepada suatu organisasi dan memperoleh

Page 12: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

6 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP

balas jasa sesuai dengan peraturan atau perjanjian yang berlaku dalamorganisasi tersebut. Besarnya kompensasi telah ditentukan dan diketahui sebelumnya.Karyawan secara pasti mengetahui besarnya kompensasi yang akanditerimanya. Kompensasi inilah yang akan dipergunakan seorang yangberprofesi sebagai guru SMP beserta keluarganya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Besarnya kompensasi ini mencerminkan status, pengakuan,dan tingkat pemenuhan kebutuhan yang dinikmati oleh guru besertakeluarganya.

Kompensasi yang diberikan kepada guru sangat berpengaruh pada tingkatkepuasan kerja, motivasi kerja, dan hasil kerja. Apabila kompensasi yangdiberikan dengan mempertimbangkan standar kehidupan normal dan dapatmemenuhi kebutuhan-kebutuhan guru maka dengan sendirinya akanmempengaruhi semangat kerjanya, yang pada gilirannya akan meningkatkankualitas setiap pekerjaan yang dilakukan. Hal ini karena tujuan bekerja gurubanyak dipengaruhi oleh terpenuhi atau tidaknya kebutuhan minimal kehidupanguru dan keluarganya. Dengan demikian dampaknya adalah meningkatnyaperhatian guru secara penuh terhadap profesi dan pekerjaanya. Jika kompensasiyang diberikan semakin besar sehingga kepuasan kerjanya semakin baik. Disinilah letak pentingnya dalam penelitian ini yaitu kompensasi kerja.

Berdasarkan uraian di atas, patut diduga ada hubungan antara kompensasikerja dengan kinerja guru. Artinya semakin tinggi guru mendapatkankompensasi dari bekerja, maka semakin tinggi pula kinerjanya. Dengan demikianterdapat hubungan positif antara kompensasi kerja dengan kinerjanya.

Hubungan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMP

Guru yang berdisiplin diartikan sebagai seorang guru yang selalu datang danpulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik,mematuhi semua peraturan organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku.

Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorangterhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairahkerja, semangat kerja, dan mendukung terwujudnya tujuan organisasi,karyawan dan masyarakat. Dengan demikian disiplin merupakan hal yang sangatpenting dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi atau perusahaan. Dengankata lain ketidakdisplinan individu dapat merusak kinerja organisasi atauperusahaan.

Disiplin kerja guru merupakan tindakan seseorang untuk mematuhiperaturan-peraturan yang telah disepakati bersama. Tindakan ini bila dilakukan

Page 13: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

7Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV / Juli 2005

Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP

secara benar dan terus-menerus akan menjadi kebiasaan yang tertanam dalamperilaku guru dan akan membantu tercapainya tujuan kerja yang telahditentukan.

Berdasarkan uraian di atas patut diduga bahwa terdapat hubungan antaradisiplin kerja dengan kinerja guru. Artinya semakin tinggi disiplin kerja, makasemakin tinggi kinerjanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungandisiplin kerja dengan kinerja guru adalah positif.

Hubungan Antara Kompensasi Kerja dan Disiplin Kerja SecaraBersama-sama dengan Kinerja Guru SMP

Berdasarkan gagasan-gagasan di atas jelaslah bahwa kinerja guru ditentukanoleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut secara sendiri-sendiri maupun secarabersamaan ikut berperan menentukan tercapainya kinerja guru yang maksimal.Dari literatur tentang kinerja guru diketahui secara umum, kinerja guruditentukan oleh faktor internal yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaandiri guru sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor yang berhubungan dengankeadaan yang berada di luar diri guru.

Dari sekian faktor internal yang berkaitan dengan diri guru terdapat duafaktor dominan yang menurut penulis ikut menentukan kualitas kinerja guruyaitu kompensasi kerja dan disiplin kerja.

Kinerja guru adalah tingkat keberhasilan guru di dalam melaksanakan tugasdan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, maka dapat didugaterdapat hubungan positif secara bersama-sama antara kompensasi kerja dandisiplin kerja dengan kinerja guru. Dengan perkataan lain, makin tinggikompensasi kerja dan disiplin kerja makin tinggi pula kinerja guru.

Pengajuan Hipotesis PenelitianBerdasarkan kerangka berpikir tersebut. Maka dapat dirumuskan hipotesispenelitian tentang hubungan antara kompensasi kerja dan disiplin kerja dengankinerja guru SMP Kristen BPK PENABUR Jakarta sebagai berikut :1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kompensasi kerja

(X1)dengan kinerja guru (Y) SMP Kristen BPK PENABUR Jakarta.2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara disiplin kerja (X2)

dengankinerja guru (Y) SMP Kristen BPK PENABUR.3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kompensasi kerja (X1)

dan disiplin kerja (X2) secara bersama-sama dengan kinerja guru (Y)SMP Kristen BPK PENABUR Jakarta.

Page 14: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

8 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP

Metodologi PenelitianTujuan penelitian untuk mengetahui apakah kompensasi kerja dan disiplin kerjasecara sendiri-sendiri maupun bersama-sama berhubungan dengan kinerjaguru SMP Kristen BPK PENABUR Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan di delapan SMP Kristen BPK PENABUR Jakarta.Responden penelitian adalah 60 orang guru tetap Yayasan yang diperolehdengan teknik sample random sampling. Penelitian ini menggunakan metode survey dalam bentuk penelitiankorelasional, seperti terlihat pada gambar berikut :

X1

X2

Y

Keterangan :

X1 = Kompensasi kerjaX2 = Disiplin kerjaY = Kinerja guru

Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan instrumen yangmengukur kinerja guru, kompensasi kerja, dan disiplin kerja guru. Kalibrasiinstrumen dilakukan untuk menguji validitas butir dan koefisien reliabilitas.Validitas butir dihitung dengan menggunakan koefisien korelasi butir danreliabilitas dihitung dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Selanjutnyauji persyaratan analisis yang dilakukan adalah uji normalitas populasi (UjiLilliefors) dan uji linearitas. Sedangkan uji hipotesis pertama dilakukan denganmenggunakan analisis korelasi sederhana, analisis korelasi ganda, analisisregresi sederhana, analisis regresi ganda, dan analisis korelasi parsial.

Hasil Penelitian dan PembahasanHubungan antara Kompensasi Kerja Guru (X1) dengan Kinerja

Guru (Y)

Hipotesis pertama menyatakan terdapat hubungan positif antara kompensasikerja guru (X1) dengan kinerja guru (Y). Berdasarkan hasil perhitungan terdapathubungan positif antara kompensasi kerja (X1) dengan kinerja guru (Y)ditunjukkan dengan persamaan regresi Y : 187.46 + 0.44 X1. Pengujiansignifikansi dan linearitas regresi sebagai berikut:

^

Page 15: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

9Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV / Juli 2005

Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP

Tabel 1 : Hasil uji signifikansi linearitas regresi kinerja guru (Y) ataskompensasi kerja guru (X1).

Sumber Varian dk Jk RJK Fhitung F tabel

0,05 0,01Regresi 1 395.82 395.82 1.997 4.00 7.08Residual 58 11490.58 198.11

Total 59 11886.4

Keterangan:dk : derajat kebebasanjk : jumlah kuadaratRJK : rata-rata jumlah kuadrat

Melalui perhitungan uji signifikansi dan uji linearitas regresi tersebut diatas, diperoleh kesimpulan bahwa persamaan regresi Y: 187.46 + 0.44 X1sangat signifikan dan linear. Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwakenaikan satu skor kompensasi kerja akan memberikan kenaikan sebesar 0.44terhadap skor kinerja guru.

Sedangkan kuatnya hubungan antara kompensasi kerja dengan kinerja guruSMP Kristen BPK PENABUR Jakarta dengan menggunakan teknik korelasi productmoment dihasilkan seperti pada tabel berikut:Tabel 2 : Koefisien korelasi dan uji signifikansi koefisien korelasi antara variabel

X1 dengan Y.

N Dk r y1 R2 y1 T hitung F table

0,05 0,0160 58 0.26 0.0676 2.12 ** 1.67 2.39

Keterangan:n : jumlah sampeldk : derajat kebebasanr y1 : koefisien korelasi X1 dengan Yr2 y1 : koefisien determinasi ** : sangat signifikan

Dari tabel 2 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yangsignifikan antara kompensasi kerja guru dengan kinerjanya karena ditunjukkanoleh besarnya nilai t hitung: 2.12 yang sangat tinggi dibandingkan dengan nilaif tabel.

Hasil pengujian inipun memperlihatkan adanya hubungan yang berbanding

^

Page 16: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

10 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP

lurus antara kompensasi kerja dengan kinerja guru, yang berarti semakin baikdan tinggi kompensasi kerja guru, maka semakin meningkat pula kinerjanya.

Dari koefisien determinasi (r2 y1 ): 0.0676 mempunyai makna bahwa 6.76% yang terjadi dalam kecenderungan meningkatnya kinerja guru SMP KristenPenabur Jakarta dapat dijelaskan oleh positifnya kompensasi kerja melaluipersamaan regresi linear sederhana Y : 187.46 + 0.44 X1

Apabila variabel disiplin kerja guru (X2 ) dikendalikan (konstan) maka melaluianalisis korelasi parsial diperoleh koefisien korelasinya seperti pada tabelberikut.Tabel 3: Hasil analisis korelasi parsial dan uji signifikansi antara variabel X1

dengan Y.

N Dk Koefisien korelasi parsial t hitung t table

0,05 0,01

60 57 r Y1.2 = -0.11 - 0.83 ** 1.67 2.39

Keterangan:n : jumlah sampeldk : derajat kebebasanr y1.2 : koefisien korelasi parsial X1 dengan Y dengan mengontrol X2

** : tidak signifikan

Dari tabel 3 dapat disimpulkan bahwa hubungan parsial antara kompensasikerja dengan kinerja guru yang dikontrol oleh disiplin kerja guru ternyata tidaksignifikan. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya nilai t hitung: -0.83 lebih kecil daribesarnya nilai t tabel.

Hasil uji hipotesis di atas menunjukkan bahwa hubungan antara kompensasikerja guru dengan kinerjanya di semua SMP Kristen BPK PENABUR Jakartadapat dibuktikan berdasarkan hasil penelitian. Dengan demikian peningkatankompensasi kerja guru dapat mendorong dan berdampak positif terhadapkinerjanya.

Hubungan Antara Disiplin Kerja (X2) dengan Kinerja Guru (Y)Hipotesis kedua menyatakan terdapat hubungan positif antara disiplin kerja(X2) dengan kinerja guru (Y). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh terdapathubungan positif antara disiplin kerja (X2) dengan kinerja guru (Y) ditunjukkandengan persamaan regresi Y: 47.96 + 1.16 X2.

Pengujian signifikansi dan linearitas persamaan regresi tersebut tercantum

^

^

Page 17: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

11Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV / Juli 2005

Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP

dalam tabel berikut:

Tabel 4: Hasil uji signifikansi linearitas regresi kinerja guru (Y) atas disiplinkerja guru (X2)

Sumber Varian Dk Jk RJK Fhitung F table

0,05 0,01Regresi 1 19539.74 19539.74 -148.08 4.00 7.08Residual 58 -7653.34 -131.95

Total 59 11886.4

Keterangan:dk : derajat kebebasanjk : jumlah kuadaratRJK : rata-rata jumlah kuadrat

Melalui perhitungan uji signifikansi koefisien dan uji linearitas regresi tersebutdi atas, maka disimpulkan bahwa persamaan regresi Y: 47.96 + 1.16 X2 sangatsignifikan dan linear Yang berarti bahwa kenaikan satu skor disiplin kerja akanmemberikan kenaikan sebesar 1.16 terhadap skor kinerja guru.

Sedangkan kuatnya hubungan antara kompensasi kerja dengan kinerja guruSMP Kristen Penabur Jakarta dengan menggunakan teknik korelasi productmoment dihasilkan seperti pada tabel berikut.

Tabel 5: Koefisien korelasi dan uji signifikansi koefisien korelasi antara variabelX2 dengan Y.

n Dk r y1 r2 y1 T hitung F tabel

0,05 0,01

60 58 0.88 0.7744 14.28 ** 1.67 2.39

Keterangan:n : jumlah sampeldk : derajat kebebasanr y1 : koefisien korelasi X2 dengan Yr2 y1 : koefisien determinasi** : sangat signifikan

Dari tabel 5 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yangsignifikan antara kompensasi kerja guru dengan kinerjanya karena ditunjukkanoleh besarnya nilai t hitung: 14.28 yang sangat tinggi dibandingkan dengan

^

Page 18: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

12 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP

nilai t tabel.Hasil pengujian inipun memperlihatkan adanya hubungan yang berbanding

lurus antara kompensasi kerja dengan kinerja guru, yang berarti semakin baikdan tinggi kompensasi kerja guru, maka semakin meningkat pula kinerjanya.

Dari koefisien determinasi (r2 y1 ): 0.7744 mempunyai makna bahwa 77.44% yang terjadi dalam kecenderungan meningkatnya kinerja guru SLTP KristenPENABUR Jakarta dapat dijelaskan oleh positifnya kompensasi kerja melaluipersamaan regresi linear sederhana Y: 47.96 + 1.16 X2

Apabila variabel disiplin kerja guru (X2 ) dikendalikan (konstan) maka melaluianalisis korelasi parsial diperoleh koefisien korelasinya seperti pada tabelberikut.

Tabel 6: Hasil analisis korelasi parsial dan uji signifikansi antara variabel X2dengan Y.

N Dk Koefisien korelasi parsial t hitung t tabel

0,05 0,01

60 57 R Y1.2 = 0.87 13.41 ** 1.67 2.39

Keterangan:n : jumlah sampeldk : derajat kebebasanr y1.2 : koefisien korelasi parsial X2 dengan Y dengan mengontrol X1

** : sangat signifikan

Dari tabel 6 dapat disimpulkan bahwa hubungan parsial antara disiplin kerjadengan kinerja guru yang dikontrol oleh kompensasi kerja guru ternyata sangatsignifikan, hal ini ditunjukkan oleh besarnya nilai t hitung: 13.41 lebih besardari besarnya nilai t tabel.Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, menunjukkan bahwa hubungan antaradisiplin kerja guru dengan kinerjanya di semua SMP Kristen PENABUR Jakartadapat dibuktikan berdasarkan hasil penelitian. Dengan demikian meningkatnyadisiplin kerja guru dapat mendorong dan berdampak positif terhadap kinerjanya.

Hubungan Positif antara Kompensasi Kerja (X1) dan Disiplin KerjaGuru (X2) Secara Bersama-sama dengan Kinerjanya (Y)

Hipotesis ketiga menyatakan terdapat hubungan positif antara kompensasi kerja(X1), disiplin kerja (X2) secara bersama-sama dengan kinerja guru (Y)ditunjukkan melalui perhitungan analisis regresi ganda diperoleh persamaan

^

Page 19: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

13Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV / Juli 2005

Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP

Y : - 15.7 + 0.17 X1 + 1.71 X2 Uji signifikansi regresi ganda menunjukkansignifikan.

Sedangkan hubungan antara kompensasi kerja guru (X1) dan disiplin kerjaguru (X2) secara bersama-sama dengan kinerjanya (Y) di delapan SLTP KristenPENABUR Jakarta dihasilkan seperti tabel berikut:Tabel 7: Hasil uji signifikansi korelasi ganda antara variable X1 dan X2

dengan Y.

N Dk R y12 R2 y12 F hitung F tabel 0,05 0,01

60 58 0.8814 0.776 19.80 ** 3.15 4.98

Keterangan :n : jumlah sampeldk : derajat kebebasanRy12 : koefisien korelasi X1 dan X2 dengan YR2y12 : koefisien determinasi** : sangat signifikan

Dari tabel 7 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yangsignifikan antara kompensasi kerja dan disiplin kerja guru secara bersama-sama dengan kinerjanya.

Dari koefisien determinasi (R2y12 ) : 0.776 mempunyai makna 77.6 % yangterjadi dalam kecenderungan meningkatnya kinerja guru SMP Kristen PENABURrJakarta dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh positifnya kompensasikerja dan disiplin kerja guru melalui persamaan Y : - 15.7 + 0.17X1 + 1.71 X2

Hasil uji hipotesis di atas, menunjukkan bahwa hubungan antara kompensasikerja dan disiplin kerja guru secara bersama-sama dengan kinerjanya di semuaSMP Kristen PENABUR dapat dibuktikan berdasarkan hasil penelitian. Dengandemikian peningkatan kompensasi kerja dan pembinaan disiplin kerja gurusecara bersama-sama dapat meningkatkan pula kinerjanya.

KesimpulanBerdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini,dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pertama, terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antarakompensasi kerja dengan kinerjanya di SMP Kristen BPK PENABUR Jakarta.Kontribusi efektif variabel kompensasi kerja guru (X1) terhadap kinerjanya (Y)sebesar 6.76 % dengan koefisien korelasi r: 0.26. Artinya jika hendak

^

^

Page 20: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

14 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP

meningkatkan kinerja guru harus memperhatikan kompensasi kerja yang secaranyata memberikan sumbangan yang sangat berarti.

Kedua terdapat hubungan positif yang signifikan antara disiplin kerja gurudengan kinerjanya di semua SMP Kristen BPK PENABUR Jakarta.Kontribusi efektif variabel disiplin kerja guru (X2) terhadap kinerjanya (Y)sebesar 77.44 % dengan koefisien korelasi r: 0.88. Artinya apabila inginmeningkatkan kinerja guru harus pula memperhatikan disiplin kerjanya yangsecara nyata memberikan sumbangan yang sangat berarti.

Ketiga terdapat hubungan positif yang signifikan antara kompensasi kerjadan disiplin kerja guru secara bersama-sama dengan kinerjanya di semuaSMP Kristen BPK PENABUR Jakarta.Kontribusi efektif variabel kompensasi kerja (X1) dan disiplin kerja guru (X2)secara bersama-sama terhadap kinerjanya (Y) sebesar 77.6 %, dengan koefisienkorelasi ganda R: 0.8814. Artinya apabila ingin meningkatkan kinerja guruharus pula memperhatikan kedua variabel ini yang secara bersama-sama secaranyata memberikan sumbangan yang sangat berarti.

ImplikasiBerdasarkan kesimpulan penelitian dapat dikemukakan beberapa implikasisebagai berikut:

Untuk mendapatkan kinerja yang tinggi diperlukan pemberian kompensasiyang tinggi pula. Dalam hal pemberian kompenasi yang dimaksud lembagasekolah hendaknya memperhatikan peraturan pemerintah yang berhubungandengan penentuan standar gaji minimal, pajak penghasilan, penetapan hargabahan baku, biaya transportasi/angkutan, inflasi maupun devaluasi agar guruyang mendapatkan kompensasi dari hasil kerjanya dapat meningkatkankinerjanya.

Hal yang penting juga dalam pemberian kompensasi perlumempertimbangkan standar dan biaya hidup minimal guru. Karena kebutuhandasar guru harus terpenuhi. Dengan terpenuhinya kebutuhan dasar guru dankeluarganya, maka guru akan merasa aman. Terpenuhi kebutuhan kebutuhandan rasa aman memungkinkan guru dapat bekerja dengan penuh motivasi.Sehingga guru yang diharapkan yang dituntut oleh masa depan dalam rangkapeningkatan sumberdaya manusia Indonesia akan tercapai.

Selain kompensasi kerja di atas, untuk mendapatkan kinerja guru yangtinggi diperlukan disiplin kerja guru yang tinggi pula. Bahkan disiplin kerja gurumerupakan prakondisi bagi terciptanya kinerja tinggi para guru. Untukmendapatkan guru yang mempunyai disiplin kerja yang tinggi perananpengawasan kooperatif dan pembinaan yang dibangun dengan konsep

Page 21: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

15Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV / Juli 2005

Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP

demokratis oleh pimpinan dengan para guru harus tercipta dengan baik. Halini akan berakibat pada peran pimpinan yang harus luwes atau fleksibel sertakesadaran diri guru yang sepenuhnya dapat menerima aturan-aturan yangtelah disepakati bersama.

SaranBerdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian, dikemukakan beberapa sa-ran sebagai berikut:

Pertama, pemberian kompensasi harus sesuai dengan peraturan yangberlaku serta mempertimbangkan standar dan biaya hidup minimal guru

Kedua pemberian kompensasi sesuai dengan asas adil, layak dan wajar,agar kompensasi yang diterima masing-masing guru sesuai dengan kinerjanya.

Ketiga, perlu dilakukan sistem penilaian akreditasi guru, agar yangbersangkutan mendapat masukan dari pelaksanaan tugas dan fungsinyasebagai guru.

Keempat, kepala sekolah sebagai pimpinan harus selalu melakukanpengawasan dan pembinaan disiplin terhadap guru dengan pendekatankooperatif dan demokratis.

Kelima, Pengurus Yayasan BPK PENABUR Jakarta perlu memperhatikanlangkah-langkah kebijakan yang berkaitan dengan kompensasi kerja dan disiplinkerja guru yang secara nyata mempunyai peranan yang cukup besar terhadappeningkatan kinerjanya.

Keenam, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan variabel-variabel lain agar dapat terinventaris berbagai variabel yang dapatmempengaruhi atau mempunyai hubungan dengan kinerja guru.

Daftar PustakaBPK Penabur Jakarta. (2000). Peraturan kerja BPK Penabur. Jakarta: BPK PenaburBrahim, Theresia K. (2000). Skala pengukuran dan instrumen penelitian. Jakarta:

PPS UKIDessler, Gary. (19970. Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: PT PrenhalindoFuchan, Arief. (1982). Pengantar penelitian dalam pendidikan. Surabaya: Usaha

NasionalHandoko, T. Hani. (2000). Manajemen personalia dan sumber daya manusia.

Yogyakarta: BPFEHasibuan, Malayu S.P. (1997). Manajemen sumber daya manusia. , Jakarta: Gunung

Agung.Imron, Ali. (1995). Pembinaan guru di Indonesia. Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya

Page 22: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

16 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. (2001). Manajemen sumber daya manusiaperusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nasution, Sorimuda. (1986). Didaktik asas-asas mengajar. Bandung: JemmarsSasmoko. (2000). Metode penelitian. Jakarta: PPs UKISedarmayanti. (2001). Sumber daya manusia dan produktivitas kerja. Bandung:

C.V Mandar MajuSudjana. (1992). Metoda Statistika, edisi kelima. Bandung: TarsitoSupeno, Hadi. (1995). Potret Guru, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.Tohardi, Ahmad. (2002). Pemahaman praktis manajemen sumber daya manusia.

Bandung: Mandar MajuUsman, Moh. Uzer. (1950). Menjadi guru profesional. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Page 23: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

17Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca

Penguatan Membaca,Fasilitas Lingkungan Sekolah dan

Keterampilan Dasar MembacaBahasa Indonesia serta Minat Baca Murid

Dr. Vera Ginting, M.A*)

*) Pegawai Pusat Perbukuan Depdiknas

Hasil Penelitian

Abstrakenelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antarapenguatan (reinforcement) membaca, fasilitas lingkungan sekolah,dan keterampilan dasar membaca bahasa Indonesia dengan minatbaca secara sendiri-sendiri dan bersama-sama. Penelitian dilakukan

di Jakarta pada tahun 2003. Jumlah sampel sebanyak 245 murid yang diambilsecara acak dari 12 sekolah di empat kecamatan Jakarta Pusat. Datadikumpulkan dengan metode survai yang dianalisis dengan menggunakanteknik analisis korelasi dan regresi sederhana dan ganda. Hasil penelitianmenyimpulkan (1) ada hubungan positif dan sangat signifikan antarapenguatan (reinforcement) membaca dengan minat baca, (2) ada hubunganpositif dan sangat signifikan antara fasilitas lingkungan sekolah dengan minatbaca, (3) ada hubungan positif, tetapi tidak signifikan antara keterampilandasar membaca bahasa Indonesia dengan minat baca, (4) ada hubunganantara penguatan (reinforcement) membaca dan fasilitas lingkungan sekolahsecara bersama-sama dengan minat baca.

Kata kunci: Penguatan (reinforcement) membaca, fasilitas lingkungan sekolah,keterampilan dasar membaca bahasa Indonesia, dan minat baca.

AbstractThe aim of this study is to analize the relationships between the reinforcementon reading, the facility of school environment, the reading basic skill of theIndonesian language and the reading interest of primary school students inJakarta. This study was carried out at the primary schools in Central of Jakarta,2003. The number of sample is 245 students selected by a multistage randomsampling. Data were collected by survey methods and analized using simpleand multiple regression and simple and multiple correlation. The study revealsthat (1) there is a significant positive relationship between the reinforcement

P

Page 24: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

18 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca

on reading and the reading interest of primary school students, (2) there isa significant positive relationship between the facility of school environmentand the reading interest of primary school students; (3) there is a nonsignificantrelationship between the basic reading skill of the Indonesian language andthe reading interest of primary school students; and (4) there is a significantpositive relationship between the reinforcement on reading, the facility ofschool environment, the reading basic skill of the Indonesian language andthe reading interest of primary school sudents in Jakarta.

PendahuluanMemasuki abad ke 21, banyak informasi direkam dan dikomunikasikan melaluikata tercetak. Salah satu wahana dalam upaya meningkatkan pengetahuandalam rangka menguasai informasi dan perkembangan teknologi adalahkegiatan membaca. Kegiatan membaca bukan saja mengasyikkan, tetapi jugaberarti menelusuri pengalaman pembelajaran melalui bahan bacaan. Hal inidikarenakan bacaan merupakan ekspresi dari bahasa manusia sebagai suatusistem komunikasi sosial yang mewakili kemajuan kemampuan kognitifmanusia tertinggi (Semiawan, 1999:1).

Manfaat dari kegiatan membaca telah banyak diungkap oleh para pakarberbagai bidang disiplin ilmu. Walaupun demikian, kegiatan membaca tidakluput dari pengaruh faktor lain yang membuat seseorang terhambat bahkantidak melakukan kegiatan ini.

Dilihat dari kegiatan anak membaca, mereka membutuhkan stimulus yangmembuat mereka terdorong untuk melakukan kegiatan membaca. Belumbanyak orang tua dan guru yang secara sengaja memberikan penghargaansaat anak melakukan kegiatan yang baik, seperti saat belajar dan membaca(Kompas, 26 Februari 20: 9).

Walaupun peningkatan bahan-bahan cetak melimpah di negara-negaramaju, hal ini sangat jauh berbeda keadaannya di dunia sedang berkembangapalagi dunia terbelakang (Badan Pertimbangan dan Pengembangan BukuNasional, 1999 : 44).

Mengingat begitu pesatnya informasi yang disajikan dalam bahan cetak,di samping minat bacanya ditumbuhkan, keterampilan membaca anak perlujuga ditingkatkan.

Hasil Studi Kemampuan Membaca yang dilakukan oleh Pusat PenelitianBalitbang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1992 melaporkankemampuan membaca anak Indonesia menduduki peringkat ke 29 dari 30negara yang diteliti (Soekarman dan Wardaya, 1992: 184).

Page 25: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

19Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca

Minat baca masyarakat Indonesia yang masih rendah perlu diidentifikasifaktor-faktor penyebabnya, mulai dari lingkungan keluarga sampai dimasyarakat.

Mengingat luasnya bidang penelitian minat baca, peneliti membatasi ruanglingkup masalah ini pada minat baca untuk usia SD dan faktor-faktor yangberhubungan dengan minat baca, yaitu penguatan (reinforcement) membaca,fasilitas lingkungan sekolah, dan keterampilan dasar membaca bahasaIndonesia. Penelitian minat baca ini difokuskan pada ketiga masalah di atasmengingat yang akan diteliti adalah minat baca murid SD yang masih sangatmemerlukan penguatan membaca, penyediaan fasilitas, dan masih perluditingkatkan keterampilan dasar membacanya.

Berdasarkan lingkup masalah di atas, peneliti merumuskan masalahpenelitian sebagai berikut. Pertama, adakah hubungan antara penguatan(reinforcement) membaca dengan minat baca? Kedua, adakah hubunganantara fasilitas lingkungan sekolah dengan minat baca? Ketiga, adakahhubungan antara keterampilan dasar membaca bahasa Indonesia denganminat baca? Keempat, adakah hubungan antara penguatan (reinforcement)membaca, fasilitas lingkungan sekolah, dan keterampilan dasar membacabahasa Indonesia secara bersama-sama dengan minat baca?

Kerangka Teoretis dan Hipotesis PenelitianPengertian Minat

Minat merupakan salah satu dimensi dari aspek afektif yang banyak berperanjuga dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam kehidupan belajar seorangmurid. Aspek afektif adalah aspek yang mengidentifikasi dimensi-dimensiperasaan dari kesadaran emosi, disposisi, dan kehendak yang mempengaruhipikiran dan tindakan seseorang (Stiggins, 1994: 310).

Dimensi aspek afektif mencakup tiga hal penting, yaitu (1) berhubungandengan perasaan mengenai objek yang berbeda. (2) Perasaan-perasaantersebut memiliki arah yang dimulai dari titik netral ke dua kubu yangberlawanan, titik positif dan titik negatif. (3) Berbagai perasaan memilikiintensitas yang berbeda, yang dimulai dari kuat ke sedang ke lemah (Stiggins,1994: 312).

Aiken (1994: 209) mengungkapkan definisi minat sebagai kesukaanterhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat berhubungandengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya(Anastasi dan Urbina, 1982: 386). Selanjutnya, minat merupakan suatuperangkat mental yang terdiri dari suatu campuran antara perasaan, harapan,pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecenderungan kecenderungan lain

Page 26: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

20 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca

yang mengarahkan seeorang kepada suatu pilihan tertentu (Mapiarre dalamPrianto, 2001: 40).

Sama dengan perangkat mental lainnya, minat dapat dilihat dan diukurdari respon yang dihasilkan (Semiawan, 1986: 120). Minat adalah suatukeadaan mental yang menghasilkan respons terarahkan kepada suatu situasiatau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya(satisfiers). Definisi ini menjelaskan bahwa minat berfungsi sebagai dayapenggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yangspesifik. Motivasi adalah sumber untuk mempertahankan minat terhadapkegiatan dan menjadikan kegiatan sangat menyenangkan (excitement).

Minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilihsendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalamdiri seseorang. Minat dan motivasi memiliki hubungan dengan segi kognisi,namun minat lebih dekat pada perilaku.

Memperhatikan kembali definisi yang disampaikan Semiawan di atas minatsebagai hasil tindakan yang memberi kepuasan (satisfiers). Hal inimengandung arti minat tidak hanya memiliki dimensi aspek afektif, tetapijuga aspek kognitif (Hurlock, 1992: 116). Aspek kognitif didasarkan atas konsepatau pengetahuan yang dikembangkan anak mengenai bidang yang berkaitandengan minat.

Ada 4 metode assessment yang sudah standar yang dapat digunakanuntuk mengukur aspek afektif termasuk minat, yaitu (1) metode pinsil dankertas yang menjaring melalui bentuk jawaban yang selektif atau (2) esai,(3) pengukuran performa, dan (4) komunikasi pribadi dengan murid (Stiggins,1994: 314).

Dari uraian tentang minat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalahtingkat kesenangan yang kuat (excitement) dari seseorang dalam melakukansuatu kegiatan yang dipilih karena kegiatan tersebut menyenangkan danmemberi nilai baginya.

Pengertian MembacaMembaca merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks

yang tertulis (Smith, 1988: 14). Membaca merupakan suatu keterampilanyang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecillainnya (Ahuja, 1999: 13). Dengan kata lain, proses membaca adalah prosesganda, meliputi proses penglihatan dan proses tanggapan. Sebagai prosespenglihatan, membaca bergantung pada kemampuan melihat simbol-simbol.Oleh karena itu, mata memainkan peranan penting (Wassman & Rinsky, 1993:5). Sebagai proses tanggapan, membaca menunjukkan interpretasi segala

Page 27: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

21Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca

sesuatu yang kita persepsi. Proses membaca juga meliputi identifikasi simbol-simbol bunyi dan mengumpulkan makna melalui simbol-simbol tersebut (Ahuja,1999: 12).

Oleh karena itu, membaca dapat disimpulkan sebagai suatu proses yangmelibatkan penglihatan dan tanggapan untuk memahami bahan bacaan yangbertujuan untuk memperoleh informasi atau mendapatkan kesenangan.

Minat BacaBerdasarkan uraian di atas, minat baca murid SD didefinisikan sebagai tingkatkesenangan yang kuat (excitement) dari murid dalam melakukan kegiatanmembaca yang dipilihnya karena kegiatan tersebut menyenangkan danmemberi nilai kepadanya.

Penguatan (Reinforcement) MembacaPengertian Penguatan (Reinforcement)

Salah satu teori yang mempelajari perilaku belajar adalah E.L. Thorndikedengan teori stimulus respon dan hukum efeknya (Law of Effect) (Slavin,1997: 154). Hukum ini mengatakan sebuah aktivitas yang diikuti oleh efekyang menyenangkan cenderung akan diulang lagi dalam situasi yang sama;sebaliknya, sebuah aktivitas yang diikuti dengan efek yang tidak menyenangkancenderung tidak akan diulangi lagi.

Hukum ini dikembangkan lagi oleh Skinner (Berndt, 1997: 24) menjadiprinsip-prinsip mempelajari perilaku belajar yang secara khusus menelitihubungan perilaku seseorang dan efek atau konsekuensi yang dapatdiciptakan oleh pihak luar orang itu.

Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh murid, mulai dariduduk sampai segala perilakunya dalam aktivitas sekolah seperti melakukankegiatan membaca, menulis, maupun berhitung. Skinner berpendapatbahwa ada dua jenis perilaku, yaitu perilaku tidak terkontrol dan perilakuterkontrol (Axelrod,1983 : 2).

Perilaku tidak terkontrol disebut dengan respondent atau classical behaviourmenghasilkan gerakan refleks, seperti air liur akan terbit jika melihat makananlezat. Sebaliknya, perilaku terkontrol yang disebut dengan operant behaviouradalah perilaku yang muncul karena adanya peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang dikondisikan sedemikian rupa sebelumnya. Peristiwa ataukejadian-kejadian itu disebut dengan istilah konsekuensi.

Skinner menjelaskan konsekuensi yang menyenangkan dari luar diriseseorang setelah orang itu melakukan suatu perbuatan yang membuat

Page 28: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

22 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca

perbuatan tersebut diulang kembali disebut dengan istilah penguatan berulangatau reinforcement (Semiawan,1978 : 3). Sebaliknya konsekuensi yang tidakmenyenangkan dari pihak luar yang membuat seseorang berhenti ataumelemah perilakunya disebut penghukuman atau punishment. Dari dua bentukjenis konsekuensi ini, jenis penguatan (reinforcement) dianjurkan lebih dahuludicoba untuk memunculkan perilaku yang diinginkan daripada menggunakanhukuman (Slavin, 1997: 156).

Akhirnya, disimpulkan pengertian dari penguatan (reinforcement) yangdimaksud di sini adalah efek atau konsekuensi atau ganjaran yangmenyenangkan (positive reinforcement) yang diberikan pihak luar (eksternal)untuk menguatkan perilaku yang muncul dari seseorang diulang kembali.

Penguatan (Reinforcement) MembacaPenguatan (reinforcement) membaca adalah efek atau konsekuensi atau

ganjaran yang menyenangkan (positive reinforcement) yang diterima muriddari pihak luar (eksternal) karena murid melakukan kegiatan membaca. Pihakeksternal murid di sini meliputi guru kelas, orang tua/wali, dan temanbermainnya.

Fasilitas Lingkungan SekolahPengertian Fasilitas

Sarana dan prasarana pendidikan sama dengan fasilitas atau benda­bendapendidikan yang siap pakai dalam proses belajar mengajar (PBM) sehinggaPBM semakin efektif dan efisien guna membantu tercapainya tujuan pendidikanyang telah ditetapkan. Fasilitas atau benda-benda pendidikan dapat ditinjaudari fungsi, jenis, atau sifatnya (Gunawan, 1996: 42).

Ditinjau dari fungsinya terhadap PBM, sarana pendidikan terdiri atas (1)sarana yang tidak langsung berfungsi dalam PBM, contoh air, listrik, dantelepon, (2) sarana yang langsung berfungsi dalam PBM, contohnya bukupelajaran dan alat praktek.

Ditinjau dari jenis atau bentuknya, fasilitas pendidikan dapat dibedakanmenjadi fasilitas fisik, seperti kendaraan dan fasilitas nonfisik, seperti jasa.Ditinjau dari sifat barangnya, benda-benda pendidikan dapat dibedakan menjadibarang bergerak, seperti spidol dan buku pelajaran dan barang tidak bergerak,seperti bangunan sekolah.

Sarana dan prasarana pendidikan harus direncanakan dan diusahakansecara baik agar senantiasa siap pakai (ready for use) dalam proses belajarmengajar (PBM). Kegiatan ini tercakup dalam bidang administrasi saranadan prasarana pendidikan (Gunawan, 1996: 116).

Page 29: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

23Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca

Selanjutnya menurut Purwanto, dalam ruang lingkup administrasipendidikan mencakup pengelolaan dalam menggunakan atau memanfaatkanfasilitas yang tersedia, baik personel, material, maupun spiritual, untukmencapai tujuan pendidikan secara efektif (Purwanto, 2002: 8). Dari uraiandi atas, dapat dikatakan fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat digunakanatau dimanfaatkan untuk memperlancar proses pencapaian tujuan belajar.

Pengertian Lingkungan SekolahBerdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan, Stern mengungkapkanmanusia tumbuh dan berkembang dikarenakan menyatunya pengaruhlingkungan dengan faktor genetiknya (Semiawan 1999: 127). Menurut paraahli genetik , faktor genetik adalah segala potensi yang dibawa sejak lahiryang menjadi modal utama bagi kemampuan dan kemajuan seseorang.

Adapun pengikut faktor lingkungan menyimpulkan lingkungan yang mampumenghasilkan stimulasi dan nutrisi yang baik menjadi sebab utama dariperkembangan dan perubahan seseorang yang disebut juga dengan kemajuandan perolehan. Sebaliknya, lingkungan yang miskin memudahkan anakmendapat pengaruh yang negatif (Berndt, 1997: 102). Anastasi dan Urbina(1988: 14) menyatakan lingkungan sebagai tempat, situasi, dan kondisi saatanak melakukan tes juga dapat mempengaruhi hasil tes.

Menurut Semiawan lingkungan adalah segala sesuatu di luar diri individu(eksternal) dan merupakan sumber informasi yang diperolehnya melalui pancainderanya. Salah satu lingkungan yang terbukti sangat berperan dalampembentukan kepribadian murid adalah sekolah (Semiawan, 1999: 127).Getzel dan Cuba berpendapat bahwa sekolah sebagai suatu sistem sosialmemiliki dua dimensi, yaitu dimensi institusional dan dimensi individual terdiridari orang-orang . Kedua dimensi ini berinteraksi dan menunjukkan dirinyadalam bentuk perilaku sosial atau berpadu dalam tujuan-tujuan persekolahan(Hamalik, 2003 : 22).

Menurut Soedijarto (2000: 46), sekolah sebagai pusat pembelajaranyang bermakna dan sebagai proses sosialisasi dan pembudayaan kemampuan,nilai, sikap, watak, dan perilaku hanya dapat terjadi dengan kondisi infrastruktur,tenaga kependidikan, sistem kurikulum, dan lingkungan yang sesuai.

Dalam kaitannya dengan pengembangan minat baca, pendapat lainmenyebutkan sekolah dapat dijadikan sebagai pusat pengembangan minatdan kegemaran membaca (Supriyanto, 1996: 1). Berdasarkan pendapat inisarana dan prasarana yang mendukung terwujudnya sekolah sebagai pusatpengembangan minat baca wajib disediakan, seperti perpustakaan, buku-buku sekolah, program atau kegiatan-kegiatan membaca, dan waktu untukmembaca.

Page 30: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

24 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca

Pendapat lain dari Semiawan (1999: 22) menyatakan sekolah sebagaisarana pendidikan berfungsi juga sebagai lembaga untuk menyeleksi danmemilih manusia yang berbakat, terampil dan mampu, sehingga masyarakatberkembang ke arah kondisi yang bermanfaat (meritocracy), dan dapatmemenuhi kondisi masyarakat yang dipersiapkan untuk masa depan.

Dari berbagai pendapat dan teori di atas, disimpulkan lingkungan sekolahadalah suatu tempat dengan iklim yang dikondisikan untuk belajar danmempersiapkan murid memenuhi perannya di masa sekarang dan masamendatang.

Pengertian Fasilitas Lingkungan SekolahDalam evaluasi pendidikan, komponen fasilitas, media dan perpustakaan, sertaperalatan sekolah merupakan salah satu objek evaluasi. Menurut Worthendan Sanders, pengalaman pengguna pertama dengan objek yang akandievaluasi menjadi cara terbaik untuk memperoleh informasi yang akurattentang objek tersebut (Worthen & Sanders, 1987: 8). Oleh karena itu,penelitian mengenai fasilitas lingkungan sekolah ini menjaring data daripenilaian murid mengenai fasilitas lingkungan sekolahnya.

Oleh karena itu, disimpulkan definisi konseptual fasilitas lingkungan sekolahdalam penelitian ini adalah penilaian murid mengenai sarana berupabenda maupun non benda yang ada di lingkungan sekolah yang mencakupketersediaan, kelengkapan, kecukupan yang sesuai dengan kebutuhan murid,kualitas pelayanan petugas, sampai aksesibilitas pemanfaatannya untukmenumbuhkan, membina, dan meningkatkan kegiatan membaca.

Keterampilan Dasar Membaca Bahasa IndonesiaPengertian Keterampilan Dasar Membaca

Membaca adalah sebuah kemampuan yang diperlukan bagi orang yang maumencari informasi dari teks tertulis (Ahuja, 1999: 12). Membaca juga sebagaisalah satu alat untuk belajar (study skills) berbagai ilmu pengetahuan, teknologi,dan seni. Membaca itu sendiri adalah satu dari empat kemampuan bahasapokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan(Tampubolon, 1987: 5).

Menurut Smith (1988: 24) keterampilan berbicara dan menulis termasukaspek produktif, sedangkan keterampilan mendengar dan membaca termasukaspek reseptif dari bahasa.

Broughton mengungkapkan dua aspek penting dalam membaca, yaitu:(1) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) mencakup

pengenalan bentuk huruf sampai pengenalan hubungan/korespondensipola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “tobark at print”) dalam kecepatan membaca taraf lambat.

Page 31: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

25Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca

(2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapatdianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek inimencakup memahami pengertian sederhana sampai mengevaluasi ataumenilai isi dan bentuk bacaan dalam kecepatan membaca yang fleksibel,yang mudah disesuaikan dengan keadaan (Tarigan, 1990: 11).Adapun Chomsky memberikan istilah surface structure untuk mengenal

teks yang terlihat secara kasat mata dan deep structure untuk memahamiteks dengan melibatkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya daripembaca (Weaver, 1994: 38).

Menurut ahli bahasa lainnya yaitu Tampubolon mengungkapkan bahwakemampuan membaca ialah kecepatan membaca (reading speed) danpemahaman isi secara keseluruhan (Tampubolon, 1987:7). Bond dan Tinkermerasa “Suatu definisi kecepatan membaca harus diartikan lagi sebagaikecepatan memahami bahan-bahan tercetak dan tertulis.” Dengan demikian,mengukur kecepatan membaca berarti mengukur kecepatan pemahamanterhadap bahan yang dibaca ( Ahuja, 1999: 54).

Dari penjelasan di atas kiranya dapat dilihat bahwa istilah “kecepatanmembaca” sesungguhnya tidak sepenuhnya menggambarkan makna yangsebenarnya. Oleh karena itu, istilah yang dipergunakan Tampubolon ialahkemampuan membaca.Menurut Huthcroft, kemampuan membaca anak ada tiga kategori, yaitu:(1) Tingkat independen. Pada tingkat ini, anak dapat menguasai sedikitnya 90 % bahan yang dibaca. Tingkat ini digunakan untuk membaca penelitian dan membaca kesenangan.(2) Tingkat instruksi. Pada level ini pemahaman mencapai 75%. Tingkat ini memberi kesempatan kepada guru untuk membangun keterampilan berpikir dan kemampuan pemahaman anak.(3) Tingkat frustrasi. Pengenalan kata hanya 90% atau kurang sehingga mengakibatkan kegagalan memahami walaupun hanya setengah dari bahan pelajaran.

Pembaca lambat cenderung tidak menyukai membaca sebab bagi merekakegiatan membaca memakan banyak waktu (Ahuja, 1999: 27). Oleh karenaitu, mereka sedikit membaca dan konsekuensinya tidak pernah cukup berlatihuntuk meningkatkan kegiatan membaca. Ini selanjutnya menambah masalahkarena mereka juga gagal menambah perbendaharaan kata mereka.

Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa yang dimaksud denganketerampilan dasar membaca adalah kemampuan-kemampuan pokok yangmencakup kemampuan mekanik (surface structure) dan kemampuanpemahaman (deep structure) dalam waktu tertentu.

Page 32: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

26 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca

Keterampilan Dasar Membaca Bahasa IndonesiaKeterampilan dasar membaca bahasa Indonesia yang baku untuk sekolahdasar telah dituangkan dalam kurikulum nasional mata pelajaran BahasaIndonesia.

Keterampilan dasar membaca bahasa Indonesia adalah kemampuan-kemampuan pokok dalam memahami bahan-bahan bacaan tertulis atautercetak bahasa Indonesia yang mencakup kemampuan mekanik (surfacestructure) dan kemampuan pemahaman (deep structure) dalam waktutertentu.

Karakteristik Murid SDPiaget membagi perkembangan kognitif anak dan remaja dalam empat tingkat,yaitu tingkat sensorimotor (0-2 tahun), praoperasional (2-7 tahun), operasionalkongkret (7-11 tahun), dan operasional formal (11 tahun ke atas), (Slavin,1997:34).

Apabila dilihat dari rentang usia, anak SD berarti masuk pada tingkatoperasional kongkret yang dibuat oleh Piaget seperti tersebut di atas.

Menurut para pendidik dan ahli psikologi anak seperti Piaget dan Hurlock,kelompok usia ini disebut kelompok usia sekolah dasar yang siap memperolehdasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilanpenyesuaian diri pada kehidupan dewasa.

Adapun jenjang SD dikelompokkan pada kelas rendah, yaitu kelas 1-3dan kelas tinggi, yaitu kelas 4-6. Dalam penelitian ini dipilih murid SD kelas IVkarena dianggap murid kelas IV SD telah dapat membaca dengan lancar dandapat menjawab pertanyaan dalam angket.

Kerangka BerpikirMinat baca adalah bentuk-bentuk perilaku yang terarah guna melakukankegiatan membaca yang dilakukan oleh seseorang dalam hal ini adalah muridtanpa adanya suatu paksaan atau keharusan. Kegiatan membaca ini dilakukankarena adanya pengaruh faktor internal dan eksternal yang membuat muridsenang melakukannya. Hubungan antara minat baca dan faktor-faktor internaldan eksternal yang diduga mempunyai kontribusi dalam minat baca dapatdijelaskan sebagai berikut:

Hubungan antara Penguatan (Reinforcement) Membaca denganMinat Baca

Minat baca bukanlah bentuk perilaku yang dibawa sejak lahir, tetapi hasil dariusaha belajar. Sebagai kegiatan yang harus melewati tahap mempelajari

Page 33: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

27Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca

(bukan bawaan), dalam kegiatan membaca murid membutuhkan rangsangandan penguatan terhadap kegiatan membaca yang dilakukannya.

Pemberian penguatan ini menandakan adanya keberterimaan lingkunganbahwa apa yang dilakukan murid positif dan mendapat dukungan sehinggamurid terdorong mengulang kembali perilaku positif tersebut.

Oleh karena itu, diduga ada hubungan positif antara penguatan(reinforcement) membaca dengan minat baca yang dimiliki murid.

Hubungan antara Fasilitas Lingkungan Sekolah dengan Minat BacaMembaca merupakan bagian dari proses belajar yang membangunpemahaman dari teks yang tertulis. Ini berarti kegiatan membaca berkaitanerat dengan bahan-bahan bacaan dan fasilitas lainnya yang menunjangterlaksananya pemahaman.

Oleh karena itu, dapat diduga bahwa ada hubungan positif antara fasilitaslingkungan sekolah dengan minat baca yang dilakukan oleh muridnya.

Hubungan antara Keterampilan Dasar Membaca Bahasa Indonesiadengan Minat Baca

Menurut Hutchcroft (1981) kemampuan anak membaca yang rendah ataupada tingkat frustrasi akan membuat masalah dalam pemahaman membaca.Sebaliknya, anak yang mempunyai kemampuan dasar membaca tinggiterpancing untuk terus mencari bahan bacaan yang menarik dan menantangdaya nalarnya.

Oleh sebab itu, diduga ada hubungan positif antara keterampilan dasarmembaca bahasa Indonesia dengan minat bacanya.

Hubungan antara Penguatan (Reinforcement) Membaca, FasilitasLingkungan Sekolah, dan Keterampilan Dasar Membaca

Bahasa Indonesia dengan Minat BacaMinat baca sebagai salah satu kegiatan belajar yang penting banyak berkaitandengan faktor lain. Sebagai kegiatan yang melibatkan proses psikis dan fisik,kegiatan membaca yang dilakukan murid berhubungan dengan penguatanMembaca dari pihak luar dirinya. Sebagai kegiatan yang menunjang kegiatanbelajar di sekolah, kegiatan membaca berhubungan dengan fasilitas lingkungansekolah yang menunjang terlaksananya kegiatan membaca. Sebagai kegiatanyang berupaya memahami berbagai teks bacaan, kegiatan membaca berkaitandengan keterampilan dasar membaca bahasa Indonesia.

Oleh karena itu, diduga ada hubungan positif antara penguatan(reinforcemant) membaca, fasilitas lingkungan sekolah, dan keterampilandasar membaca bahasa Indonesia secara bersama-sama dengan minat baca.

Page 34: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

28 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca

Hipotesis PenelitianDari hasil analisis teori di atas, ditarik kesimpulan teoretis yang juga menjadihipotesis penelitian sebagai berikut.1. Terdapat hubungan positif antara penguatan (reinforcement) membaca

dengan minat baca.2. Terdapat hubungan positif antara fasilitas lingkungan sekolah dengan minat

baca.3. Terdapat hubungan positif antara keterampilan dasar membaca bahasa

Indonesia dengan minat baca.4. Terdapat hubungan positif antara penguatan (reinforcement) membaca,

fasilitas lingkungan sekolah, dan keterampilan dasar membaca bahasaIndonesia dengan minat baca secara bersama-sama.

Metodologi PenelitianPenelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Daerah Khusus Ibukota Jakarta.Pelaksanaan penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Kotamadya Jakarta Pusatyang dipilih secara random.

Waktu pelaksanaan penelitian selama bulan Mei dan Juni 2003. Uji cobainstrumen dilaksanakan pada bulan Mei 2003.

Metode penelitian yang dipakai untuk menjelaskan hubungan antaravariabel penelitian adalah metode survai dengan menggunakan instrumenkuesioner dan tes. Instrumen berbentuk kuesioner telah dikalibrasi, validitasbutir dihitung dengan rumus Product Moment, sedangkan koefisien reliabilitasdihitung dengan rumus Alpha Cronbach. Instrumen tes dikalibrasi, validitasbutir dihitung dengan rumus Point Biserial, sedangkan koefisien reliabilitasdihitung dengan rumus KR 20.

Data yang diperoleh dari lapangan dianalisis dengan menggunakan analisiskorelasi sederhana dan jamak serta regresi sederhana dan jamak setelahterlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis, yaitu uji normalitas denganuji Lilliefors dan uji homogenitas dengan uji Bartlett. Konstelasi permasalahanpenelitian tergambar sebagai berikut:

X1

X2 X3

Y

Page 35: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

29Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca

Keterangan: X1 : Penguatan membaca X2 : Fasilitas lingkungan sekolah X3 : Keterampilan membaca bahasa Indonesia Y : Minat bacaTeknik pengambilan sampel dilakukan dengan multistage random sampling.Dari teknik ini, diperoleh 245 responden sebagai sampel dari 12 sekolah dasardi empat kecamatan di Jakarta Pusat.

Hasil Penelitian

Kesimpulan, Implikasi, dan SaranKesimpulan

Setelah melakukan pengujian hipotesis, diperoleh kesimpulan penelitiansebagai berikut:

Pertama, terdapat hubungan positif yang signifikan antara penguatan(reinforcement) membaca (X1) dengan minat baca (Y).

Kedua, terdapat hubungan positif yang signifikan antara fasilitas lingkungansekolah (X2) dengan minat baca (Y).

Ketiga, terdapat hubungan positif, tetapi tidak signifikan antaraketerampilan dasar membaca bahasa Indonesia (X3) dengan minat baca (Y). Menyikapi pengujian hipotesis yang ditolak secara statistik ini, penulismengkaji ulang metodologi dan kerangka teori yang telah disusun danmenemukan beberapa hal yang menjelaskan kemungkinan sebab terhadaphipotesis yang tidak terbukti ini.

Pertama bahwa keterampilan dasar membaca bahasa Indonesiamempunyai unsur waktu yang cukup penting atau diperhitungkan dalampelaksanaannya sedangkan minat baca sebaliknya hampir tidak mempersoalkanwaktu dalam membaca, bahkan mendorong murid untuk membaca padawaktu-waktu luangnya. Di samping itu, minat baca mempunyai unsur perasaansenang atau hampir senantiasa dalam keadaan tidak mengalami tekananeksternal yang mungkin tidak dimiliki dalam setiap tes seperti tes keterampilandasar membaca bahasa Indonesia. Oleh karenanya, mungkin sekaliketerampilan dasar membaca bahasa Indonesia tidak mempunyai hubunganlangsung yang signifikan dengan minat baca.

Kedua, keterampilan dasar membaca bahasa Indonesia adalah bagiandari inteligensi berbahasa. Menurut Gardner dalam Berndt, inteligensi adalahkemampuan menyelesaikan masalah atau menciptakan sesuatu yang bernilaiatau berharga dalam sebuah budaya berbahasa. Sebagaimana diakui paratokoh masyarakat maupun pakar pendidikan bahwa minat baca masyarakat

Page 36: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca

Indonesia rendah (Kompas, 6 Agustus 2003) dan ter­bukti juga dalam penelitianini bahwa minat baca murid SD di Jakarta Pusat termasuk klasifikasi sedang.Ini mengindikasikan membaca belum dianggap sebagai hal yang berhargaatau bernilai di dalam budaya Indonesia sehingga tidak mendukungberkembangnya keterampilan membaca ke arah minat baca.

Ketiga, keterampilan dasar membaca bahasa Indonesia sebagai bagiandari kemampuan bawaan pada tingkat sekolah dasar harus mendapat bantuandalam penggunaannya untuk mencapai tujuan mereka. Reformasi sekolahyang diusulkan Gardner dalam Berndt adalah sekolah harus membantu muriddari cara klasikal kepada bentuk yang lebih individual. Oleh karena itu,keterampilan dasar membaca bahasa Indonesia tidak akan berkorelasi denganminat baca jika lingkungan, khususnya guru tidak memiliki kemampuan untukmembantu dalam meningkatkan keterampilan dasar membaca bahasaIndonesia secara individu sehingga kedua variabel tersebut tidak berhubunganlangsung.

Keempat, minat baca berhubungan dengan pribadi seseorang oleh Hurlockdisebut identik dengan apa yang dibaca (Hurlock, 1983: 114). Oleh karenaitu, murid yang mempunyai keterampilan dasar membaca bahasa Indonesiatinggi, tetapi bahan bacaan yang tersedia tidak menyentuh pribadinya, muridtidak tertarik untuk melakukan kegiatan membaca.

Kelima, minat baca adalah tingkat perasaan senang yang sangat kuatdalam kegiatan membaca yang membutuhkan stimulus untuk mewujudkannyamenjadi suatu kebiasaan. Murid yand memiliki keterampilan dasar membacatinggi, tetapi tidak mendapat stimulus atau tidak dituntut untuk melakukankegiatan membaca setiap harinya, minat bacanya tidak akan bertambah tinggi.

Keenam, menurut Bandura (Slavin, 1997: 271), anak dapat belajar atauberperilaku dengan melihat model (learning through modeling). Murid sekolahdasar yang terampil membaca lebih mudah minat bacanya meningkat jika disekelilingnya banyak contoh melakukan kegiatan membaca. Kalau tidak adamodel membaca yang mau diikuti, murid mengalami kesulitan menjadi pecintakegiatan membaca.

Sebagai pembanding yang sangat dekat, dapat diperhatikan kembalihubungan antara penguatan (reinforcement) membaca dengan minat bacadi atas yang terbukti berkorelasi sangat signifikan. Murid yang mendapatpenguatan (reinforcement) membaca akan meningkat pula minat bacanya.Walaupun demikian, pendapat ini yang mengandung adanya intervensi variabellain antara keterampilan dasar membaca bahasa Indonesia dengan minatbaca perlu diteliti lebih lanjut.

Kesimpulan pengujian hipotesis keempat, terdapat hubungan positif yangsignifikan antara penguatan (reinforcement) membaca (X1) dan fasilitaslingkungan sekolah (X2) dengan minat baca (Y).

Page 37: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

31Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca

ImplikasiImplikasi dari hasil penelitian ini adalah langkah-langkah meningkatkan

minat baca dengan jalan meningkatkan membaca dan fasilitas lingkungansekolah yang berhubungan dengan kegiatan membaca. Adapun langkah-langkah yang perlu diambil untuk meningkatkan minat baca secara rincidisampaikan sebagai berikut:

Upaya Meningkatkan Penguatan (Reinforcement) MembacaPenguatan yang setiap harinya diharapkan dari orang terdekat murid

adalah dari orang tua, guru, dan teman. Untuk itu, implikasi dari variabel initerutama kepada ketiga kelompok ini.

Untuk Orang TuaOrang tua perlu menyadari bahwa minat baca murid sudah ada dan perludipertahankan serta ditingkatkan. Berdasarkan hasil temuan penelitian,peningkatan minat baca lebih dipengaruhi oleh pihak eksternal murid, sepertipenguatan kegiatan membaca dan pengadaan fasilitas lingkungan sekolah.Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh, penyediaan fasilitas akanlebih efektif apabila dibarengi dengan penyampaian penguatan membacakepada anak murid dan juga mengusahakan kerja sama dengan sekolah untukmeningkatkan fasilitas lingkungan sekolah.

Adakalanya penguatan membutuhkan kompensasi material ataunonmaterial, seperti hadiah berbentuk buku atau pergi mengantar ke pameran.Untuk itu orang tua harus mengalokasikan dana dan waktu serta perhatianguna meningkatkan minat baca anaknya melalui bentuk-bentuk penguatanyang dipilih maupun mengarahkan anaknya untuk bergaul dengan anak yangsenang membaca.

Untuk GuruGuru perlu menyadari bahwa penguatan membaca lebih besar pengaruhnyaterhadap peningkatan minat baca daripada fasilitas lingkungan sekolah danketerampilan dasar membaca bahasa Indonesia. Guru juga perlu memberiwaktu khusus untuk membaca dan mendiskusikan bahan yang dibaca sehinggamurid terbiasa membaca dan menganggap membaca itu penting.

Di samping itu, guru dan sekolah perlu mempunyai bentuk-bentukpenguatan yang tetap dan biaya murah sehingga murid merasa senangmendapatkannya, khususnya dalam kegiatan membaca.

Untuk TemanMurid adalah teman bagi temannya juga. Oleh karena itu, implikasi ini

ditujukan kepada murid yang juga berstatus teman.

Page 38: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca

Murid perlu bermain atau berkelompok dengan teman yang mau berkunjungke perpustakaan sekolah maupun lingkungan rumah secara rutin. Hal inidikarenakan anak yang tidak suka membaca akan sukar untuk menyampaikanpenguatan membaca kepada temannya.

Upaya Meningkatkan Fasilitas Lingkungan Sekolah Kelengkapan fasilitas lingkungan sekolah terbukti mempunyai hubungan

yang dapat diperhitungkan dalam peningkatan minat baca murid SD. Walaupundemikian, sekolah perlu menyadari juga bahwa fasilitas yang lengkap di atasmasih di bawah hubungan antara penguatan membaca dengan minat bacamurid. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh mengandalkan fasilitas lingkungansekolah saja tanpa memberi penguatan (reinforcement) membaca kepadamurid SD dalam memanfaatkan fasilitas yang sudah ada. Apabila tidak, akanmembawa pemborosan karena murid tidak terpancing memanfaatkan fasilitasyang ada.

Mengingat minat baca sudah menjadi isu nasional, implikasi penelitian inidapat meluas ke tingkat nasional. Pemerintah melalui Departemen PendidikanNasional pun harus lebih menggalakkan program-program dalam rangkapengadaan bahan-bahan bacaan seperti lomba penulisan naskah bacaan,pelatihan penulisan buku bacaan, penerjemahan buku-buku bacaan, pembelianbuku bacaan, sampai perlindungan hak cipta pengarang.

SaranDari kesimpulan dan implikasi yang telah dirumuskan, berikut ini

disampaikan beberapa saran bagi orang tua, sekolah, dan pemerintah.

Untuk Orang TuaDalam meningkatkan minat baca anak, orang tua tidak cukup hanya

memberikan fasilitas yang memadai. Yang lebih penting adalah memberikanpenguatan terhadap perilaku anak yang membaca.

Orang tua yang memberikan penguatan kepada anak berarti terlebihdahulu memperhatikan perilaku anak membaca. Konsekuensinya, ada waktuyang cukup untuk bisa melakukan atau memberikan penguatan yang tepatkepada anak dalam melakukan kegiatan membaca.

Di lingkungan rumah, orang tua bisa membentuk klub membaca yangpembimbingnya dapat bergantian dari orang tua itu sendiri karena memilikikepentingan yang sama dalam hal meningkatkan minat baca dan menciptakanbudaya baca di lingkungan masing-masing. Di sini, anak akan melihat orang

Page 39: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

33Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca

tua yang juga ikut membaca dan tidak hanya sebagai penyedia fasilitas danpenguatan saja.Selanjutnya, orang tua sebagai pendidik yang paling dekat dengan anak harusmengarahkan anak agar menjalin pertemanan dengan mereka yang senangsekali membaca.

Untuk SekolahSekolah perlu bekerja sama secara aktif dengan orang tua dalam pengadaanfasilitas lingkungan sekolah dan dalam tukar pengalaman akan kiat-kiatmeningkatkan minat baca atau ketentuan pemberian penguatan membacadari guru dan orang tua murid yang murid atau anaknya sudah tinggi minatbacanya.

Dalam pengadaan fasilitas sekolah, orang tua dan sekolah harusmempunyai kesepakatan yang sama untuk menyediakan terlebih dahulupengelola fasilitas dan fasilitatornya yang akan berperan sebagai pemberipenguatan secara khusus kepada kegiatan membaca murid.

Kepala sekolah dan guru perlu membuat ketentuan pemberian penguatanmembaca yang jelas sehingga murid tertarik untuk berperilaku seperti yangdiharapkan. Misalnya, murid yang telah membuat ringkasan dari buku bacaandiberi nilai tambah. Kepala sekolah dan guru juga perlu memrogramkanberapa jumlah buku dan jenis apa saja yang harus dibaca dalam satu minggu,satu bulan, atau satu tahun. Disamping itu, sekolah dapat bekerja sama denganpenerbit untuk melakukan pameran buku secara rutin di sekolah danmengundang “orang sukses” dari masyarakat atau lembaga perbukuan sebagainarasumber meningkatkan minat baca murid.

Untuk PemerintahDalam memberikan penguatan, guru membutuhkan waktu dan tenaga untukmemperhatikan secara khusus perilaku membaca murid. Oleh karena itu,Pemerintah perlu menunjuk dan memberikan insentif khusus kepada guru-guru yang secara sengaja memberikan penguatan membaca murid.

Di samping itu, melalui camat, lurah, RW dan RT perlu dihimbau agardengan swadaya masyarakat mengadakan perpustakaan lingkungan sekaliguspengadaan pembimbingnya. Pembimbing harus tersedia dalam pengadaanfasilitas membaca agar tidak terjadi pemborosan dalam pemanfaatan danpemeliharaan.

Agar tidak kalah dengan pengaruh media elektronik terhadap murid,bentuk-bentuk perlombaan membaca perlu digalakan dari tingkat sekolahsampai dengan tingkat nasional.

Page 40: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

34 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca

^

Daftar PustakaAiken, Lewis R. (1994). Psychologycal testing and assessment. MA: Allyn and

BaconAhuja, G.C. dan Pramila Ahuja. (1999). How to read effectively and efficiently.

New Delhi: Sterling PublishersAnastasi, Anne & Susana Urbina. (1997). Psychological testing. 7th ed. NJ: Prentice-

Hall, Inc.Axelrod, Saul. (1983). Behavior modification for the classroom teacher. USA:

McGraw-Hill, Inc.Badan Pertimbangan dan Pengembangan Buku Nasional. (1992). Penerjemahan

buku. Hasil seminar sehari tentang penerjemahan buku. 20 Agustus 1992.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Badan Pertimbangan dan Pengembangan Buku Nasional. (1999). Pembinaanperbukuan nasional, dua dasa warsa BPPBN 1978-1999. Jakarta

Badudu, J.S. (1993). Cakrawala bahasa Indonesia I. Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama

Berndt, Thomast J. (1997). Child development. Dubuque, USA: Brown & Bench-mark

Biro Pusat Statistik. (1993). Statistik Indonesia 1993. Jakarta: CV NasionalHamalik. (2003). Perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem. Jakarta:

Bumi AksaraHopkins, Kenneth D. ; Stanley, J. C.; Hopkins, B. R. (1990).Educational and psychological measurement and evaluation. Massachusetts:Allyn & Bacon

Hurlock, E. B. (1983). Child development. New Delhi: McGraw-HillHutchroft, Diana M.R. (1981). Making languange work. A Practical Approach to

Literacy for Teachers of 5-to 13-Year-Old Children. London: McGraw-HillMAM. ’’Buruk, penanganan anak jalanan,” Kompas, 26 Februari 2003Martin, G. & Pear, J. (1992). Behavior modification: What It is and how to do it.

NJ: Prentice-HallMurwani, R. Santosa. Statistika terapan (Teknik analisis data). Jakarta: UNJNAR. ’’Kembangkan pendidikan inklusif dari tingkat taman kanak-kanak,’’ Kompas,

25 Februari 2003Prayitno, E. (1989). Motivasi belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

KebudayaanPusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1985). Minat baca murid sekolah

dasar di Jawa Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan KebudayaanPurwanto, Ngalim. (2002).Administrasi dan supervisi pendidikan. Bandung: Remaja

RosdakaryaSemiawan, C. (1978). Lingkungan belajar yang mengundang suatu pendekatan

bermakna dalam meningkatkan perkembangan anak retardasi mental. Disertasi.Jakarta: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Slavin, Robert E. (1997). Educational psychology. Teory and practice. MA: Allyn &

Page 41: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

35Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca

^

BaconSoedijarto. (2000). Pendidikan nasional sebagai wahana mencerdaskan kehidupan

bangsa dan membangun peradaban negara-bangsa (Sebuah usaha memahamimakna UUD’45). Jakarta:CINAPS

Soekarman & S.S. Wardaya (Ed.). (1992). Introduction to Asean librarianship.school libraries. Jakarta: The Asean Committee on Culture and Information

Stiggins, R.J. Merril. (1994). Student centered classroom assesment. New York:McMiller College Publishing Co.

Sudaryanto. (1996). Perpustakaan sekolah sebagai sarana pengembangan minatdan kegemaran membaca murid. Disajikan pada Lokakarya PengembanganMinat Baca dan Kegemaran Membaca Murid Pendidikan Dasar

Sudjana. (1996). Metoda statistika. Bandung: Penerbit TarsitoSupriyanto. (1996). Makalah sekolah sebagai pusat pengembangan minat dan

kegemaran membaca murid. Disajikan dalam Lokakarya “Pengembangan MinatBaca dan Kegemaran Membaca Murid Pendidikan Dasar”, diselenggarakanKantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi JawaTengah

Tampubolon. D.P. (1987). Kemampuan membaca: Teknik membaca efektif danefisien. Bandung: Penerbit Angkasa

Tarigan, H.G. (1990). Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung:Penerbit Angkasa,

Wassman, Rose & Lee Ann Rinsky. (1993). Effective reading in a changingworld. New Jersey: Englewood Cliffs

Wiener, Harvey S. & Bazerman, Charles. (1991). Reading skill handbook. MA:Houghton Mifflin,

Weaver, Constance. (1994). Reading process and practice. From socio-psycholinguistics to whole languange. USA: Portmouth, N Heinemann

Page 42: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

36 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Pendidikan Kristiani: Konsep dan Aplikasinya

K

Pendidikan Kristiani:Konsep dan Aplikasinya

Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe*)

*) Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia

Opini

Abstrakonsep pendidikan pada umumnya dan termasuk konsep pendidikanKristen perlu dirumuskan kembali sesuai dengan perkembangankonsep pendidikan itu sendiri, serta tuntutan masyarakat. Bagaimanapendidikan Kristen dapat berperan aktif dalam masyarakat yang

majemuk tanpa harus mengabaikan nilai-nilai Kristen yang diembannyamenarik untuk didiskusikan lebih lanjut.

Kata kunci : Pendidikan kristiani, Lembaga Pendidikan Kristen, kesaksian

AbstractEducation concept in general, including the Christian education concept, needsto be redefined in the line of the development of education concept itself andthe need of society. How should Christian educational institutions be able toperform their tasks within the plural societies as in Indonesia withoutcompromising their Christian identity and values, are interesting to be discussedfurther.

Apa yang Dimaksud dengan Pendidikan Kristiani?Merumuskan apa yang dimaksud dengan pendidikan kristiani bukanlah halsederhana, lebih-lebih pada masa kini. Pada waktu lalu agaknya masih lebih“mudah”. Saya masih ingat ketika untuk pertama kali saya memasuki SekolahDasar (dahulu: Sekolah Rakyat), saya tidak kesulitan mengingatnya karenasekolah yang saya masuki adalah sekolah milik gereja. Dengan demikian,dapat dikatakan bahwa pendidikan kristiani adalah pendidikan yangdiselenggarakan oleh gereja, yang di dalamnya prinsip-prinsip kristianiditerapkan. Hal itu secara sangat jelas terlihat dalam penyampaian mata-pelajaran. Hampir setiap hari diberikan Pengetahuan Alkitab (dalam istilahwaktu itu: “Hikayat Suci”). Setiap pagi guru menyampaikan pengajaran ini

Page 43: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

37Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Pendidikan Kristiani: Konsep dan Aplikasinya

dengan cara yang sangat menarik. Berbagai ceritera-ceritera Alkitab disajikan.Tidak dapat disangkal, bahwa berkat pengajaran Alkitab seperti itu,pengetahuan saya terhadap isi Alkitab menjadi kuat. Biasanya sebelumkegiatan-kegiatan dimulai, diawali dengan kebaktian pagi, dan setelah kegiatanselesai diakhiri dengan kebaktian penutup.

Sekolah ini, yang memang dibangun oleh Zending (Lembaga PekabaranInjil dari Negeri Belanda) mempunyai tujuan tidak hanya mencerdaskan mu-rid (meskipun mata pelajaran yang diberikan sangat terbatas), tetapi jugauntuk menjadikan mereka Kristen. Memang berkat sekolah-sekolah sepertiini, gereja bertumbuh dan berkembang. Boleh dikatakan hampir semua yangmengikuti pendidikan ini kemudian menjadi anggota gereja. Konsep yangmelatarbelakangi pendidikan ini, sekolah adalah alat pekabaran Injil.

Di Negeri Belanda ada yang disebut “School met de Bijbel”. Kelihatannya,dalam derajat tertentu, konsep sekolah macam ini ditiru juga di Indonesia.Inilah sekolah yang menerapkan secara sengaja prinsip-prinsip Alkitab. Tentusaja dalam perkembangan kemudian, cara ini mulai digugat. Apakah benarcara ini masih relevan untuk dipertahankan? Atau, dengan mengingatperkembangan yang begitu cepat, dan Negeri Belanda berada dalam prosessekularisasi yang begitu cepat, sebaiknya ditinggalkan saja? Diskusi ini belumselesai sampai sekarang.

Sekolah Sebagai Alat Pekabaran Injil?Pertanyaan ini perlu diajukan kembali, bukan saja karena perkembanganpemikiran yang ada sekarang ini mengenai pekabaran Injil, tetapi jugamengingat kemajemukan masyarakat, yang di dalamnya sebuah sekolah Kristenberada. Sejauh yang saya tahu, sekolah-sekolah Katolik misalnya tidak lagimerumuskan keberadaan sekolah-sekolah mereka untuk mengkatolikkanseseorang, tetapi untuk menjadikan seseorang itu sebagai manusia. Jadi,sekolah bertujuan memanusiakan manusia. Agaknya pemahaman seperti initelah juga terdapat di dalam pengelolaan sekolah-sekolah Kristen.

Bahwa sekolah Kristen dianggap sebagai alat pekabaran Injil memangtidak dapat disangkal. Mungkin juga dituntut oleh zamannya, terutama dalamwilayah-wilayah yang dulunya disebut lapangan pekabaran Injil (zendingsveld).Secara teologis, terlihat di sini bahwa diakonia disubordinasikan kepadapemberitaan (kesaksian/marturia). Dalam perkembangan kemudian,kelihatannya hal ini sudah tidak bisa lagi dipertahankan. Apa yang disebutdiakonia tidak perlu lagi ditempatkan di bawah marturia, karena diakonia itusendiri adalah pemberitaan. Artinya, tanpa mengatakan sesuatupun, kinerjadari lembaga-lembaga itu sendiri telah merupakan pemberitaan. Apabila knierja

Page 44: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

38 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Pendidikan Kristiani: Konsep dan Aplikasinya

sebuah lembaga pendidikan Kristen baik, maka ia akan merupakan pemberitaanbaik. Sebaliknya kalau buruk, ia juga merupakan pemberitaan buruk.

Dalam masyarakat majemuk Indonesia, yang di dalamnya sebagian besarmurid-muridnya bukan beragama Kristen, kemungkinan pemikiran kedua inisangat dianjurkan. Beberapa orang alumni dari sekolah-sekolah Kristen (yangtidak beragama Kristen) memberikan kesaksian bahwa ketertarikan merekakepada sekolah-sekolah Kristen adalah karena disiplinnya yang sangat tinggi.Orang-orang ini tetap menganut agama mereka semula. Mereka tidak beralihmenjadi Kristen. Namun mereka mengaku bahwa mereka sangat menikmatipendidikan di dalam sekolah-sekolah Kristen yang bukan saja disiplinnya tinggi,tetapi juga persekutuannya kuat. Malah mereka bisa menceriterakan, bahwaketika dalam pendidikan dulu mereka biasanya menyandang peranan-peranantertentu dari tokoh-tokoh Alkitab apabila ada perayaan Natal. Mereka bahkanmasih bisa menyanyikan nyanyian-nyanyian kristiani dengan sangat baik.

Dengan ilustrasi ini, saya mau mengatakan bahwa penyelenggaraanpendidikan yang baik, yang membuat orang cerdas dan berdisiplin tinggi,serta menguatkan persekutuan sudah merupakan kesaksian yang baik. Semuaproses belajar-mengajarpun seperti itu telah merupakan pekabaran yangberbuah. Maka mestinya, secara verbalistis pengajaran agama tidak ada,peniadaan itu tidak perlu menjadi pesoalan serius.

Undang Undang SisdiknasKetika kita ramai-ramai menolak diundangkannya RUU Sisdiknas pada waktulalu, pertanyaannya adalah apanya yang ditolak? Pada waktu itu ada sebuahpasal yang mengatur bahwa setiap anak mesti memperoleh pendidikan agamadari pendidik (guru) yang seagama dengan si peserta didik. Selain itu,berkenaan dengan sarana, ada tuntutan untuk membangun sarana-saranaibadah di dalam lembaga-lembaga pendidikan Kristen. Banyak orangberpendapat, bahwa ketentuan seperti ini mencederai keunikan dari sebuahpendidikan yang tidak diselenggarakan negara. Menurut hemat saya,keberatan-keberatan seperti itu dapat dipahami. Namun, titik-beratnyabukanlah di situ. Tititk berat penolakan adalah, bahwa RUU itu cenderungmemperlihatkan campur-tangan negara yang tidak proporsional dalam urusan-urusan lembaga pendidikan yang diselenggarakan masyarakat. Dengan sepertiitu, masyarakat cenderung terpasung kaki-tangan untuk melakukan berbagaieksperimen dalam proses pendidikan. Selain itu, RUU itu sendiri mesti secarajelas mendorong proses pendidikan, bukan proses beragama. Kalauperjuangan seperti itu yang dikemukakan, RUU itu akan didukung, bukan sajaoleh orang-orang Kristen, tetapi juga oleh semua orang yang merasa perlu

Page 45: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

39Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Pendidikan Kristiani: Konsep dan Aplikasinya

menonjolkan peranan masyarakat dalam proses pendidikan. Sayang sekali,bahwa berbagai unjuk-rasa telah menempatkan Kristen dan Islam dalam posisiberhadap-hadapan. Di bebarapa tempat lalu ada semacam fatwa untuk tidakmemasukkan anak-anak muslim ke dalam sekolah-sekolah Kristen.Mamasukkan anak-anak muslim ke dalam sekolah-sekolah Kristen dianggapharam hukumnya.

Kita memang menyayangkan ketelanjuran-ketelanjuran seperti ini. Kitaberharap, sikap-sikap reaksi berlebihan seperti itu tidak akan terjadi lagi dimasa-masa mendatang. Tentu saja tetap merupakan tugas kita untuk terusmemantau dan menyikapi berbagai Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)yang dijabarkan dari UU Sisdiknas tersebut. Agaknya kita masih bisaberperanan, dalam kerjasama dengan saudara-saudara lain untukmemperbaiki begitu banyak komponen dalam UU Sisdiknas itu.

Kinerja Sangat Penting Apabila sebuah sekolah (lembaga pendidikan) Kristen memperbaiki kinerjanya,maka pasti ia akan dicari. Orang akan berminat memasukinya. Tetapi kalaukinerja buruk, sudah pasti akan ditinggalkan. Di Nusa Tenggara Timur, pernahsekolah-sekolah Kristen menduduki tempat utama. Sayang sekali, akhir-akhirini peranan itu tidak lagi demikian. Bahkan lepas dari tangan. Di Pulau Alormisalnya, pernah ada sekolah Kristen yang persentasi kelulusannya 0%. DiPulau Sumba, karena demikian buruknya pelayanan, sekolah-sekolah Kristendianjurkan untuk dinegerikan saja1. Ini lalu memicu diskusi yang tidak habis-habisnya. Di Pulau Timor, keadaannya serupa. Bangunan-bangunan sekolah-sekolah Kristenlah yang paling buruk. Kelihatannya gereja lebih mementingkanmembangun gedung-gedung gereja, daripada membangun gedung-gedungsekolah. Dalam suatu percakapan dengan gereja dan lembaga-lembagapendidikan Kristen di Kupang saya pernah mengatakan: “… sibuk saja denganmembangun monumen-monumen mati, dan melalaikan monumen-monumenhidup. Akan tiba saatnya, ketika gedung-gedung gereja yang megah dan besaritu selesai dibangun, lalu kosong melompong, karena kita melalaikanpembangunan manusianya.”

Tentu saja yang saya maksudkan barulah mengenai keadaan fisik lembaga-lembaga pendidikan Kristen. Secara lebih mendalam kita mesti berbicaramengenai isi dan suasana lembaga-lembaga tersebut. Pertanyaan mendasaradalah, bagaimanakah isi sebuah lembaga pendidikan Kristen? Apakah ia unikdibandingkan dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya? Dalam garis-garisbesarnya tentu saja tidak terlampau unik, sebab dalam hal kurikulum misalnya,pasti akan diikuti kurikulum dasar yang ditetapkan negara mesti diterapkan dimana-mana. Namun demikian, sesuatu yang unik mesti ada. Keunikan itu

Page 46: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

40 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Pendidikan Kristiani: Konsep dan Aplikasinya

tidak saja terletak pada adanya matapelajaran agama Kristen (Hikayat Suci),tetapi pada semua matapelajaran yang di dalamnya nilai-nilai kristiani tidakdiabaikan, bahkan bertolak dari nilai-nilai itu. Dapatkah misalnya, dalam sebuahpelajaran biologi kita menemukan kebesaran Allah di dalamnya, meskipunkita tidak harus menyebut nama Allah? Dapatkah dalam pelajaran matematika,kita menemukan betapa Allah adalah seorang Matematikus Agung, yangmenempatkan alam semesta ini pada tempatnya yang tertentu, walaupuntidak perlu nama Allah diucapkan? Dalam pelajaran sejarah, dapatkah kitamenemukan peranan Allah sebagai Tuhan sejarah, yang memimpin sejarahsampai pada tujuannya? Maka bagaimana menyampaikan mata-pelajaranseperti itu membutuhkan pergumulan yang tidak ringan. Tidak cukup kita hanyaberpegang pada garis-garis besar pelajaran yang telah ditetapkan. Setiappengajar harus mampu mengelaborasi pelajarannya dengan sebaik-baiknyadengan memperdalam berbagai ilmu-ilmu lainnya, walaupun ilmu-ilmu itutidak harus seluruhnya diajarkan.

Selain isi mata-mata pelajaran, suasana sekolah sangat menentukan.Apakah suasana sekolah adalah suasana kristiani? Yang dimasudkan bukansaja bahwa ada doa, nyanyian puji-pujian dan sebagainya, tetapi terutamaberbagai hal yang berkaitan dengan penampilan etika dan moral. Bagaimanadengan administrasi sekolah Kristen? Apakah lebih baik dari sekolah-sekolahlainnya? Kalau di sekolah lain ada kecenderungan untuk menambah(mengangkat) nilai rapor secara tidak patut, apakah juga dalam sekolah-sekolah Kristen hal itu terjadi? Apakah relasi guru dan murid sungguh-sungguhmemperlihatkan relasi pastoral, sehingga yang terjadi adalah percakapan-percakapan pastoral dan bukan sekadar menghukum apabila ada murid yangmelanggar aturan?

Yang tidak kalah pentingnya adalah, apakah biaya pemeliharaan (gaji)guru-guru cukup memadai, sehingga guru-guru sungguh mampuberkonsentrasi dengan pekerjaan mereka? Kalau kepada guru-guru dituntutuntuk bekerja sungguh-sungguh, maka gaji mereka juga mesti diperbaiki.Pertanyaan-pertanyaan seperti ini dapat ditambahkan dengan mudahnya.Pendeknya, penampilan sebuah sekolah Kristen mesti berbeda, bukan terutamakarena ada pengajaran agama Kristen di dalamnya, atau ada papan namaberlabel Kristen, tetapi karena seluruh isi dan penampilannya memancarkannilai-nilai kristiani.

Tantangan yang Makin Berat Menghadapi berbagai tantangan-tantangan di dalam masyarakat yang

berubah cepat, J.W.D. Smith, seorang ahli pendidikan di Inggris menegaskan,

Page 47: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

41Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Pendidikan Kristiani: Konsep dan Aplikasinya

bahwa pendidikan moral dan pendidikan agama memang perlu, namun tidakbisa diisolasikan dari pola-pola kehidupan di dalam ruang kelas. Wawasanyang dewasa, simpati yang mendalam adalah media, melalui hal iniperkembangan kepribadian dimajukan. Ini semua merupakan media moraldan agama yang sangat penting khususnya dalam tahun-tahun pertamapendidikan. Tentu saja Smith berbicara mengenai pendidikan di Inggris, yangmayoritas (nominal) penduduknya dianggap beragama Kristen, dan dengansendirinya pendidikan juga merupakan pendidikan kristiani. Tantangan-tantangan itu sangat berat sebab Inggris sedang berada dalam prosessekularisasi, yang dalam banyak hal, langsung atau tidak langsung menafikanajaran-ajaran agama.

Bagaimana dengan di negeri kita? Walaupun negeri kita disebut negeriyang religius, namun tantangannya tidak kalah beratnya. Justru karena disebutberagama itu, lalu masalah-masalah yang dihadapi menjadi lebih berat. Kitasebut misalnya, masalah-masalah yang berkaitan dengan narkoba danpornografi yang telah telah menjadi persoalan besar, karena juga telahmemasuki lembaga-lembaga pendidikan. Kita membaca di surat-surat kabar,bahwa ada oknum kepala sekolah yang melakukan pelecehan seksual terhadapmurid-muridnya. Ada juga murid-murid laki-laki memperkosa murid-muridperempuan. Ini sangat menggelisahkan sebab yang melakukannya justrumasih di bawah umur. Konon kabarnya mereka terpengaruh oleh VCD pornoyang tersebar di mana-mana.

Bagaimana menanggulangi semua persoalan itu? Dapatkah pengajaranagama saja yang menyelesaikannya? Menurut saya, tidak memadai. Tidakcukup dengan memajukan pendidikan agama, lalu masalahnya selesai. Dibelakang dari berbagai persoalan yang kasat-mata, masih banyak faktor-faktorlain yang ikut mempengaruhi. Ini mesti ditemukan. Bagaimana menerjemahkanini dalam pendidikan? Itu berarti, bahwa berbagai ilmu lain mesti dikonsultasiapabila kita sungguh-sunguh mau menyelesaikan persoalan yang ada di dalammasyarakat, dan yang secara khusus juga mengenai lembaga-lembagapendidikan kita. Selain itu berbagai lembaga lain di luar lembaga pendidikanmesti diajak untuk ikut menanggulangi. Maka tindakan-tindakan yang diambiloleh lembaga-lembaga pendidikan kristiani bukanlah sekadar tindakan yangbersifat moralistis, tetapi yang memperkembangkan pemahaman danpenghayatan moralitas yang menyeluruh dan dewasa. Sikap moralistiscenderung sempit dan mengarah ke dalam, ke diri sendiri (self-oriented),dan kadang-kadang bisa membawa kepada fanatisme buta dankecenderungan mencari kambing hitam dengan mempersalahkan pihak lain.Memperkembangkan kedewasaan moralitas senantiasa berorientasi ke luar,kepada masyarakat, dan bersifat membangun.

Page 48: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

42 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Pendidikan Kristiani: Konsep dan Aplikasinya

Kalau lembaga-lembaga pendidikan kristiani benar-benar mau menjaditeladan di dalam penyelenggaraan pendidikan, sikap dan perilaku yang lebihdewasa dalam menghadapi berbagai persoalan-pesoalan sosial itu mestidiperlihatkan.

Daftar PustakaJ.W.D.Smith. (1969). Religious education in a secular setting. London: SCM

PressHomrighausen, Dr. E,G dan Enklaar, Dr. I.H. (1996). Pendidikan agama Kristen.

Jakarta: BPK Gunung MuliaCully, Iris V. (1995). Dinamika pendidikan Kristen. Jakarta: BPK Gunung MuliaUndang-Undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

_______1 Catatan pribadi penulis berdasarkan kunjungan ke daerah-daerah di Indonesia

Page 49: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

43Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Tinjauan Kritis Penerapan Pendidikan Kristiani

Tinjauan KritisPenerapan Pendidikan Kristiani

Djudjun Djaenudin Supriadi, S.Th*)

*) Kepala Bidang Kerohanian BPK PENABUR Jakarta

Opini

Abstrakalam rangka merealisasikan missinya di bidang pendidikan, GKI SWJabar mendirikan sekolah Kristen yang bernaung dibawah YayasanBPK PENABUR. Untuk menopang keterpanggilan GKI SW Jabar dalamBidang Pendidikan ini, BPK PENABUR berupaya merumuskan

keterpanggilan tersebut dalam visi, misi, strategi dan program yangsepenuhnya dijiwai oleh Nilai-Nilai Kristiani yang dianut GKI SW Jabar.

Kata kunci: Peranan gereja dalam pendidikan, pendidikan kristiani, visi dan misi BPK PENABUR, program satu tahun.

AbstractTo perform its mission in the field of education, GKI SW Jabar establishedChristian schools that are managed under a Foundation, named BPK PENABUR.BPK PENABUR’s roles are reflected in its vission, mission, strategies andprogrammes which are based on the Christian values confessed by GKI SWJabar.

PendahuluanDalam dunia pendidikan yang bercirikan Kristen, mencari hubungan yangkonseptual dan hakiki antara predikat “Kristen” dengan “pendidikan” telahmenjadi pergumulan yang lama dan cukup mendalam. Pergumulan yangmendalam itu karena sering dalam praktek pendidikan yang bercirikan kristianihanya memperlihatkan “Kristennya” sekedar atau label pengabsahan saja .Predikat kristen dalam penyelenggara yang bercirikan kristiani sering juga“kekristenannya” hanya sebagai “ baju” yang menempel pada tubuh, danbukan sebagai “jiwa” yang menjiwai atau menghidupi tubuh.

Untuk menguji pernyataan di atas maka dalam tulisan di bawah ini penulisakan melakukan suatu tinjauan kritis terhadap peyelenggaraan pendidikan

D

Page 50: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

44 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Tinjauan Kritis Penerapan Pendidikan Kristiani

yang dilakukan di lingkungan BPK PENABUR. Penulis akan membatasi tinjauanhanya pada aspek Visi dan Misi BPK PENABUR. Karena visi dan misi ini jugatidak terlepas dari sejarah gereja tempat BPK PENABUR berada, maka dalamtulisan ini penulis juga menguraikan keterlibatan gereja serta sikap gerejaterhadap pendidikan. Dari uraian ini penulis mengharapkan adanya konseppendidikan kristiani yang dapat terbaca secara jelas.

Gereja dan Keterlibatannya dalam PendidikanSejak abad pertama, ketika gereja mulai ada, gereja telah menaruh perhatianterhadap pendidikan. Hal ini dikatakan oleh Sherrill dalam bukunya The Riseof Christian Education. Ia mengatakan bahwa gereja telah terlibat dalampendidikan sejak abad pertama. Pendidikan yang dilakukan oleh gereja yaitumelakukan pengajaran yang identik dengan berkhotbah. Dalam pengajarantersebut yang diajarkan adalah tentang Injil.1 Sedangkan menurut dia gerejaterlibat dalam pendidikan di sekolah formal, baru dimulai sekitar tahun 633.2

Apa yang dikatakan Sherrill dikuatkan oleh Robert R Boehlke, ia mengatakanbahwa Sekolah Katerdral-sekolah formal yang mungkin dimaksudkan- telahdimulai sejak Konsili Toledo di Spanyol pada tahun 633. Dalam sekolah itudipelajari isi Alkitab, hukum gereja. Sarana sekolah tersebut kemudiandipisahkan dengan fasilitas gereja, sehingga menjadi lembaga khususpendidikan.3

Di Indonesia keterlibatan gereja dalam bidang pendidikan telah dimulaiketika bangsa Portugis tiba di pulau Ternate pada tahun 1518. Hal ini dilakukansesuai dengan perintah yang diberikan oleh raja kepada panglima ekspedisiPortugis. Ia mendirikan sekolah di pantai Ternate sebagai sarana untukmemberitakan Injil.4

Kebijakan ini terus dilakukan pada jaman V.O.C. Lalu V.O.C. bubar padaakhir abad 18, dan pemeritahan penjajahan di Indonesia langsung di bawahBelanda dengan mendirikan pemerintah baru Hindia Belanda. PemerintahHindia Belanda kemudian memperbolehkan badan misi dan zending mendirikansekolah-sekolah swasta.5 NZV, salah satu badan misi dan zending, mendirikansekolah antara lain di Jawa Barat.6

Gereja Kristen Indonesia (SW) Jabar dan PendidikanKeterlibatan GKI (SW) JABAR dalam bidang pendidikan secara lebih seriusdan terencana dimulai tanggal 28 Mei 1948 Sinode GKI (SW) JABAR7 waktuitu berkedudukan di Bandung, mengambil keputusan untuk membentuk suatupanitia guna mengambil langkah-langkah konkret dalam melapangkan usaha-usaha mendirikan sekolah kembali,8 yang sempat terhenti pada masa

Page 51: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

45Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Tinjauan Kritis Penerapan Pendidikan Kristiani

pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1942–1945. Usaha tersebut mendapatsambutan sehingga sekolah-sekolah yang dikelola di bawah GKI berkembangkhususnya di kota Jakarta dan Bandung. Perlu diketahui walaupun sekolah itutelah dikelola oleh GKI pada periode 1945 – 1949. Secara de vacto tanah-tanah tempat sekolah itu berdiri masih milik badan zending NZV dari Belanda.Sebagai akibat dari Konperensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag (1949)pemerintah Belanda harus mengakhiri pemerintahan dan peranannya dalambidang lain di Indonesia. Di antaranya adalah peranan di bidang pengelolaansekolah. Khusus untuk sekolah-sekolah yang telah dikelola bersama denganGKI (SW) JABAR, maka NZV dan BP Sinode GKI (SW) JABAR (pada waktu itubernama BP Sinode THKTKHKH) membentuk Yayasan Pendidikan yang diberinama Badan Pendidikan Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee Khoe Hwee DjawaBarat disingkat BP THKTKHKH Jabar. Asas Yayasan ini berdasarkan FirmanTuhan yang termaktub dalam Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru,sesuai dengan pengakuan Iman Rasuli. Tujuan pendirian Yayasan ini adalah:1. Bekerja di lapangan pendidikan Kristen Protestan dalam arti seluas-luasnya,

di daerah pekerjaan Gereja THKTKHKH Jawa Barat.2. Melakukan pekerjaan tersebut terutama antara bangsa Tionghoa, akan

tetapi bilamana ternyata perlu dan mungkin bangsa lain pun terhisapdalam tujuannya.

3. Akan mendirikan dan mengurus sekolah-sekolah, kursus-kursus dansebagainya.9

Pada tanggal 27 Januari 1967 Yayasan THKTKHKH dengan nomor akte 33berubah nama menjadi Yayasan Badan Pendidikan Kristen Djawa Barat(disingkat BPK Djabar) dan berkedudukan di Jakarta.Dasar dan tujuan dari Yayasan ini tetap sama dengan menghilangkan tujuanyang bersifat eksklusif yaitu pelayanan pendidikan untuk bangsa Tionghoaberubah menjadi untuk bangsa Indonesia. Dengan tujuan lebih umum adalahmemberi pelayanan Kristen di bidang pendidikan dan pengajaran dalam artiyang seluas-luasnya.10

Seiring dengan perkembangan pelayanan pendidikan yang dilakukan olehyayasan ini bukan hanya di propinsi Jabar tetapi juga di DKI danBandarlampung. Nama BPK Djabar dirasakan tidak cocok sehingga diperlukanperubahan. Perubahan nama terjadi pada persidangan Majelis Sinode ke –46 GKI (SW) JABAR. Nama BPK Djabar berubah menjadi BPK PENABUR.

Motivasi dan Tujuan Pendirian SekolahJika kita melihat uraian di atas tentang keterlibatan GKI (SW) JABAR dalambidang pendidikan (sekolah) maka kita dapat menyimpulkan bahwa pertama-tama gereja ini melakukan keterlibatan dalam bidang pendidikan sebagai upaya

Page 52: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

46 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Tinjauan Kritis Penerapan Pendidikan Kristiani

untuk menghidupkan kembali sekolah-sekolah yang terlantar karena kekalahanpendudukan Jepang di Indonesia tanpa adanya landasan idiil yang jelas. Kitahanya dapat melihat motivasi gereja ini dalam mendirikan sekolah setelahberdirinya yayasan yang mengelola sekolah-sekolah yang ada dengan melihatanggaran dasar yayasan. Misalnya dalam anggaran dasar yayasan disebutkansekolah didirikan sebagai tempat Firman Allah diwartakan.

Motivasi dan tujuan pendirian sekolah oleh GKI (SW) JABAR menjadilebih jelas ketika kita membaca makalah “Tugas Panggilan Gereja di BidangPendidikan”, yang ditulis oleh Lukito Handoyo dalam lampiran Akta KeputusanPersidangan Majelis Sinode Ke-42 Gereja Kristen Indonesia Jawa Barat,Binawarga, 19–22 November 198411 lampiran 5 “Tugas Panggilan Gereja dibidang pendidikan”. Dalam lampiran tersebut ia mengatakan :

Kita bisa berpaling kepada salah satu Jemaat GKI yang tertua di Indramayu,bahwa sekolah merupakan tempat pembibitan, tempat pembinaan, tempatpelayanan dan kesaksian dan tempat pemberitaan Injil dalam bentuk konkritdan praktis…Sekolah Kristen bukan sekedar nama, tapi dimaksud sungguhuntuk menghembuskan nafas Kristiani pada segala tindakan kegiatanpelayanannya.12

Pada uraian lain dalam makalah itu ia juga mengatakan:Bagi gereja, sekolah bukan sekedar menambah orang-orang Kristen,tapimenitik-beratkan pada kesadaran akan tugas panggilannya. Gerejapunya tanggungjawab untuk membangun manusia yang utuh melalui bidangpendidikan. Bahkan gereja punya tanggungjawab untuk membentukmanusia yang berkualitas tinggi. Dengan demikian gereja pun secaralangsung berperan serta membina dan membangun bangsa yang tinggiilmu dan tinggi moral.13

Dari kedua uraian di atas jelas bahwa jika GKI (SW) JABAR mendirikansekolah maka menurut penulis motivasi pendirian sekolah adalah dalamkerangka merealisasikan tugas panggilan gereja untuk membentuk manusiayang berkualitas tinggi. Untuk merealisasikan hal itu, persidangan Sinodekemudian memberikan porsi dengan dibentuknya Sidang Seksi Edukasi yangdiagendakan dalam setiap Persidangan Majelis Sinode GKI (SW) JABAR.14

Visi dan Misi BPK PENABUR, Penerapannya di BPKPENABUR Jakarta dan Kaitannya dengan Konsep

Pendidikan KristianiTelah disinggung di atas berdasarkan makalah yang dibawakan oleh HandoyoLukito dengan judul “”Tugas Panggilan Gereja di Bidang Pendidikan”, dalamPersidangan Majelis Sinode ke-42 GKI Jawa Barat, penulis dapat menyimpulkanbahwa GKI mendirikan sekolah di bawah pengelolaan Yayasan BPK PENABUR

Page 53: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

47Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Tinjauan Kritis Penerapan Pendidikan Kristiani

dalam rangka merealisasikan panggilannya secara konkrit dalam dunia tempatgereja berada. Dengan mendirikan sekolah gereja diharapkan berperanmembentuk manusia yang mempunyai ilmu dan moral yang tinggi.

Yang menjadi pertanyaan bagaimana hal ini dikonkretkan?Menurut penulis kita dapat menelusurinya yaitu melalui program-programyang dilakukan oleh lembaga ini,15 terutama melalui Visi dan Misi dari yayasanini. Dalam bab ini penulis pertama-tama akan menguraikan apa yangdimaksudkan pendidikan kristiani, visi dan misi BPK PENABUR, sertaperealisasiannya di lingkungan BPK PENABUR Jakarta.

Pendidikan KristianiMenurut Yudowibowo Poerwowidagdo, Pendidikan Kristen adalah untukmembantu peserta didik agar dapat mengembangkan iman danpengetahuannya tentang Firman Tuhan Allah seperti yang termaktub dalamAlkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, serta pengetahuan danpengalamannya dalam kehidupan mereka sehari-hari di manapun berada.Dengan demikian mereka dapat meangaktualisasikan diri sesuai denganmaksud dan kehendak Tuhan Allah dalam penciptaan. Pendidikan Kristianimeliputi tiga hal yaitu Alkitab, Gereja dan Dunia. Alkitab yang dimaksudkandisini ialah Kitab Suci Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru secara utuhatau integral, dalam arti keduanya harus dilihat sebagai suatu kesatuan yangtidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Gereja adalah persekutuanorang yang telah dipanggil dan yang percaya kepada Yesus Kristus sebagaiJuru Selamat dunia, yang merupakan tubuh Kristus yang universal, yaitupersekutuan orang beriman kepada Yesus Kristus. Dunia dalam pengertiandisini sebagai bahan yang pokok dalam pendidikan kristiani meliputi kehidupanmanusia yang menyangkut ilmu pengetahuan, politik, ekonomi dansebagainya.16

Dari uraian ini menurut penulis pendidikan kristiani yang dimaksudkanseperti di atas hanya dapat dilakukan jika pendidikan tersebut dikembalikandalam pangkuan gereja (baca: sinode). Hal ini senada dengan pendapat RobertR. Boehlke, dalam makalah yang berjudul “Pendidikan Agama Kristen sebagaiDisiplin Ilmiah”, ia mengatakan :

“Gerakan pendidikan agama menghasilkan sumbangan yang tidak terharganilainya terhadap pelayanan yang mengembalikan pendidikan ke pangkuangereja. Di bawah pengaruhnya, departemen pendidikan didirikan olehsinode-sinode, dan jurusan pendidikan agama tidak asing lagi...”

Dari kutipan ini penulis dapat menyimpulkan yang dimaksudkan pendidikanagama disini adalah pendidikan kristiani. Penulis menyetujui pendapat beliaukarena dalam gerejalah terdapat para ahli (teolog) yang mengerti tentangpendidikan kristiani.

Page 54: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

48 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Tinjauan Kritis Penerapan Pendidikan Kristiani

Hanya saja karena pendidikan kristiani yang akan dilakukan adalahpendidikan kristiani di sekolah-sekolah maka pendidikan kristiani tersebut bukanhanya berdasarkan Alkitab, tetapi juga memperhatikan dan menggunakanpendekatan ilmu-ilmu yang lain misalnya sosiologi, psikologi. Lebih jauh lagidalam praktiknya, pendidikan kristiani bisa bermacam-macam bentuknyatergantung kepada visi dan misi sekolah/lembaga itu.

VISI dan MISI BPK PENABURVisi dan Misi BPK PENABUR dirumuskan pada tahun 2001 melalui rapat kerjaBPK PENABUR yang dilakukan Hotel Cipaku Indah Bandung,17. Rumusanlengkap dari Visi dan Misi ini sebagai berikut:Visi : Menjadi lembaga pendidikan unggul dalam iman, ilmu dan pelayananMisi : Mengembangkan potensi peserta didik secara optimal melalui pendidikan dan pengajaran bermutu berdasarkan nilai-nilai Kristiani.18

Dalam penjelasan secara tertulis BPK PENABUR memahami Visi sebagai menjadiseperti apa “kita” minimal 3 tahun yang akan datang. Dalam penjelasan yanglebih terperinci “menjadi lembaga pendidikan Kristen” dimengerti sebagai:

“Adalah supaya ikut serta mencerdaskan bangsa dengan terang, sepertisebatang lilin yang hidup bukan untuk dirinya sendiri, tetapi ia memberidiri menerangi dunia sekitar. Untuk itu seluruh komponen BPK PENABURharus berkinerja melayani sesama seperti teladan yang diberikan YesusKristus: “karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkanuntuk melayani..”19

Sedangkan Misi merupakan hal yang harus terus menerus dilakukan dalamrangka mewujudkan misi.20

Lebih jauh penjelasan Misi ini sebagai berikut:“Adalah upaya yang terus menerus dilakukan secara berkesinambungan untukmencapai tingkat keberhasilan tertinggi, dimulai dengan menelusuri bakatdan minat peserta didik, menggali daya dalam bentuk diskusi, kepustakaan(literature), maupun penelitian ilmiah (research) dengan penyediaan saranaprasarana mutakhir sesuai perkembangan teknologi informatika, melalui prosespengubahan sikap hidup dan tata laku seseorang dalam usaha mendewasakanmanusia dengan cara mengajarkan iman, ilmu dan pelayanan dalam dasarpeneladanan budaya kepemimpinan yang melayani bercermin kepada GuruAgung Yesus Kristus.”21

Untuk mencapai Visi dan Misi tersebut, BPK PENABUR membuat strategi danrencana induk. Di kalangan BPK PENABUR sendiri setelah adanya pencananganvisi dan misi yang baru ini, dibuatlah sasaran yang akan dicapai dalam lima

Page 55: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

49Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Tinjauan Kritis Penerapan Pendidikan Kristiani

tahun yang akan datang (dikenal dengan 5 years obyectives), yaitu meliputipencapaian dalam:22

1. Pendidikan dan lingkungan belajar mengajar : Guru.2. Kurikulum (Sistem Pendidikan).3. Sarana/prasarana.4. Manajemen.5. CitraKelima sasaran yang akan dicapai ini kemudian oleh BPK PENABUR Setempat, 23

dijabarkan dalam program-program yang dilakukan.Seperti telah diuraikan dalam bagian pendahuluan, di bawah ini penulis

hanya akan membicarakan struktur organisasi dan program di lingkunganBPK PENABUR Jakarta sebagai pengejawantahan Visi dan Misi BPK PENABUR,5 Years Objectives dan program satu tahun di sekolah-sekolah dan kaitannyadengan konsep Pendidikan Kristiani.

Struktur Organisasi BPK PENABUR JakartaDalam buku panduan organisasi BPK PENABUR Jakarta mengenai strukturorganisasi dikatakan demikian:

Bentuk struktur organisasi BPK PENABUR Jakarta adalah jamak fungsionalyaitu suatu bentuk gabungan dari organisasi jamak dan fungsional.Organisasisi seperti ini diartikan sebagai suatu organisasi yang memlikiwewenang di tangan sekelompok orang sebagai satu kesatuan (rapatpleno) yang wewenang tersebut dilimpahkan kepada satuan-satuan yangdibawahnya. 24

Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa dalam pengambilan keputusan, dilingkungan BPK PENABUR Jakarta, berlaku keputusan yang istilahnya dikenaldengan keputusan kolektif. Keputusan kolektif dilakukan oleh apa yang disebut“pengurus”. Mereka adalah anggota-anggota jemaat di lingkungan GKI (SW)JABAR dan merupakan utusan-utusan yang direkomendasikan oleh gerejayang bersangkutan.25 Merekalah yang seacara kolektif membuat keputusan/kebijakan. Keputusan/kebijakan kemudian dilaksanakan oleh tingkatanpelaksana yaitu para karyawan, pegawai sekolah (guru dan kepala sekolah).

Pelaksana keputusan/kebijakan sehari-hari dilakukan pengurus harian.Sedangan pelaksana kegiatan keseharian ditingkat pelaksana dilakukandibawah koordinasi Direktur Pelaksana dibantu Pejabat Struktural di bawahnya(Kepala Divisi, Kepala Bagian dan Kepala Jenjang, Kepala Bidang).26

Program-ProgramPada dasarnya kita memahami bahwa program yang dilakukan adalahpenjabaran Visi dan Misi. Apalagi jika kita menelusuri dokumen yang ada,

Page 56: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

50 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Tinjauan Kritis Penerapan Pendidikan Kristiani

BPK PENABUR Jakarta menggunakan 5 Years Obyectives yang ditetapkan sebagaidasar pembuatan program tahunan yang dikenal dengan sebutan ProgramSatu Tahun (Prosata). Tetapi ketika penulis mencoba menelusuri dokumenyang ada, hal itu tidak secara jelas dikatakan demikian. Dalam bagian pengantarprogram kerja satu tahun hanya dikatakan bahwa “program tahunan adalahpenjabaran lebih rinci program-program beserta anggarannya pada satuankerja baik sekolah dan sekretariat BPK PENABUR Jakarta pada satu tahun kedepan”. Program ini menjadi acuan kerja bagi setiap pimpinan dan jajarannyadalam menjalankan tugas pada satu tahun ajaran”.27

Dari kutipan ini penulis menyimpulkan program yang dilakukan tidak secarajelas merupakan penjabaran dari Visi dan Misi serta 5 Years Objectives. Tetapijika lebih meneliti program-program dari bagian dan bidang yang ada jelas bahwaprogram tersebut ada keterkaitan antara Visi dan Misi serta 5 Years Objectives.

Sebagai contoh dalam 5 Years Objectives tentang “pendidikan danlingkungan belajar mengajar: “Guru” dikatakan bahwa “selambatnya 1 Juli2007 kebutuhan guru di seluruh sekolah BPK PENABUR terpenuhi 100% sesuaidengan bidang keahlian, telah memiliki akta mengajar dan berkepribadiansebagai guru BPK PENABUR.”28 Untuk mencapai hal itu maka pada tahun 2004ada target program yaitu: “Minimal 25% guru SMP dan SMA BPK PENABURmempunyai akta IV dan berkarakter Kristiani”.

Adanya kata “berkepribadian” dan “berkarakter Kristiani” jelas merupakandua kata yang secara tidak langsung diambil dari Visi dalam bidang iman danpelayanan dan juga penerapan Misi BPK PENABUR dalam penerapanpendidikan kristiani.

Bagaimana penjabaran “berkepribadian” dan “berkarakter Kristiani” dalamprogram-progam di Lingkungan BPK PENABUR Jakarta terlihat?Dari penelusuran yang ada, penjabaran ini dilakukan melalui program yangdikelola dan diarahkan melalui tahun tema pelayanan, program BidangKerohanian dan program kerja sekolah-sekolah. Dalam Bidang Kerohanianmisalnya melalui program:1. Pengembangan Citra BPK PENABUR Jakarta melalui penerapan N2K.2. Pembinaan Kerohanian para guru PAK untuk membaharui komitmen dan

motivasi bekerja, sebagai guru PAK di lingkungan BPK PENABUR Jakarta.Sedangkan melalui program kerja di sekolah penelitian dilakukan pada programkerja tahun 2004-2005. Dari hasil penelitian program kerja di sekolah-sekolahpenjabaran visi dan misi dalam bidang iman dan pelayanan dinyatakan dalambentuk program yang mencakup kegiatan yang bersifat ke dalam bentukpeningkatan iman pribadi, persekutuan seperti: kebaktian, retret dan jugakegiatan yang bersifat pelayanan keluar dalam bentuk bakti sosial, orang tuaasuh.

Page 57: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

51Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Tinjauan Kritis Penerapan Pendidikan Kristiani

Pendidikan Kristiani yang Menjawab Tantangan ZamanJika kita melihat tulisan di atas, penjabaran Visi dan Misi BPK PENABUR,struktur organisasi dan program-progam yang dilakukan oleh BPK PENABURJakarta dapat disimpulkan bahwa usaha untuk menyelenggarakan pendidikankristiani telah dilakukan. Usaha itu dalam tingkat sinodal dilakukan melaluikeputusan-keputusan yang mendukung dan memberi perhatian kepada duniapendidikan. Dalam tingkat penyelenggara pendidikan (yayasan) hal itu dilakukanbaik melalui rumusan visi dan misi, struktur organisasi maupun program-program yang dilakukan.

Dan menurut penulis selain penjabaran pendidikan kristiani melakui visidan misi, guru seperti apa yang diharapkan, perlu dikembangkan konseppendidikan kristiani yang lainnya seperti kurkulum yang mendukung pendidikankristiani yang diinginkan, gaya pembelajaran yang harus dilakukan, isi daripendidikan kristiani yang siap dioperasionalkan. Hal-hal di atas tidak bisadilakukan secara parsial tetapi harus secara keseluruhan. Sebagai contohyang sangat sederhana jika nilai-nilai kristiani dalam Visi dan Misi BPK PENABURmenjadi tujuan dan nampak dalam kehidupan BPK PENABUR maka kita harusmenyepakati dan menemukan terlebih dahulu nilai-nilai Kristiani yangdimaksudkan.29 Untuk lebih mempercepat agar Pendidikan Kristiani terealisasimaka penulis mengusulkan agar BPK PENABUR menggunakan nilai-nilai Kristianiyang telah dikembangkan oleh BPK PENABUR Jakarta sebagai acauan dasar.Nilai-nilai Kristiani ini telah dilengkapi dengan materi ajar untuk siswa danguru. Setelah hal ini disepakati maka kita dapat merancang sistem, guru, dankurikulum yang mendukung pendidikan kristiani yang dimaksud.

_________1 Sherrill, Lewis Yoseph. 1960).The rise of christian education. New York: The

Macmillen Company2 Ibid., 2503 Boehlke, Rober R, Ph.D. (1991). Sejarah perkembangan pikiran dan praktek

Pendidikan Agama Kristen-Dari Plato sampai I.G. Loyola. Jakarta: BPK GunungMulia, 194

4 Boehlke, Rober R, Ph.d., Sejarah perkembangan pikiran dan praktek PendidikanAgama Kristen –Dari Yohanes Amos Comenius sampai Perkembangan PAK diIndonesia. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 763.

5 Ibid., 763 – 764.6 Pessy S.M.C. drs, dkk. (1992). BPK PENABUR KPS JAKARTA: Kelahiran,

Perkembangan, Sasaran. Jakarta: BPK PENABUR KPS Jakarta, 37 Pada tahun 1948 Sinode GKI (SW) JABAR masih memakai nama Sinode Tiong

hoa Kie Tok Kauw Hwee Khoe Hwee (THKTKHKH) Jawa Barat. Perubahan

Page 58: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

52 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Tinjauan Kritis Penerapan Pendidikan Kristiani

nama dari Sinode THKTKHKH menjadi GKI Jabar (tanpa SW) terjadi padaSidang Sionode di Cirebon 29 September – 2 Oktober 1958.

8 Pessy. Op.Cit. , 39 Ibid., 7.10 Ibid., 9.11 Handoyo Lukito, “Tugas Panggilan Gereja di Bidang Pendidikan”, Lampiran 5 Akta Keputusan Persidangan Majelis Sinode Ke-42 Gereja Kristen

Indonesia Jawa Barat, (Binawarga, 19– 22 November 1984), 1912 Ibid., 20.13 Ibid, 2214 Contoh Edukasi mendapat porsi yang penting adalah dalam persidangan Majelis

Sinode ke 42 GKI (SW) JABAR yang dilaksanakan pada tanggal 19– 22 No-vember 1984, bertempat di Binawarga, Cipayung. Dalam persidangan inidibahas secara khusus makalah tentang “Tugas Panggilan Gereja di bidangPendidikan”.

15 Penelitian program akan dilakukan secara khusus program BPK PENABUR JAKARTA,dengan memperhatikan program dasar BPK PENABUR

16 Poerwodidagdo, Judowibowo. (2003). Pendidikan Hak Asasi Manusia dalamPendidikan Agama Kristen, dalam Ajar Mereka Melakukan. Jakarta: BPKGunung Mulia, p. 112 – 113.

17 Kumpulan notula-notula Temu Karya Perumusan Kembali Visi dan Misi BPKPENABUR.

18 Ibid.19 Memahami Visi dan Misi BPK PENABUR , sebuah penjelasan .20 Ibid., 921 Ibid., 822 Guidelines 5 Years Objectives, BPK PENABUR.23 Yayasan BPK PENABUR mempunyai cabang-cabang di daerah yang bergerak di

bidang pendidikan, cabang-cabang ini dikenal dengan BPK PENABUR Setempatdan penamaannya berdasarkan kota pelayanan sebagai contoh BPK PENABURJakarta.

24 BPK PENABUR Jakarta, Panduan Organisasi BPK PENABUR Jakarta, 2003., 3.25 Ibid 4.26 Ibid., 4. Struktur Oganisasi dari lembaga ini dapat kita lihat dalam lampiran 2

laporan ini.27 Program Kerja Satu Tahun, tahun ajaran 2003 -2004.28 Opcit. 21, Pendidikan dan Lingkungan Mengajar : Guru29 Kita dapat menggunakan nilai-nilai Kristiani yang telah dilakukan dan dijalankan di

BPK PENABUR Jakarta yaitu : (1) Nilai diri berdasarkan Kristus, (2) Pengendaliandiri dan kedisiplinan, (3) Keberanian, (4) Kejujuran, (5) Kerendahan hati, (6)Cinta kasih, (7) Kepedulian , (8) Tanggung jawab, (9) Kebaikan hati, (10)Kebijaksanaan, (11) Keadilan, (12) Damai.

Page 59: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

53Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Konsep Pendidikan Formal dengan Muatan Budaya Multikultural

Konsep Pendidikan Formaldengan Muatan Budaya Multikultural

Prof. Dr. Sutjipto*)

*) Guru Besar Universitas Negeri Jakarta

Opini

Pengantarendidikan formal atau lebih dikenal dengan sistem persekolahan,mempunyai peranan yang amat menentukan perkembangan potensimanusia secara maksimal, sehingga manusia itu memiliki ketajamanresponse terhadap lingkungannya, ketrampilan, intelektual, sehat dan

berkehidupan yang baik, koperatif, mempunyai motivasi yang tinggi untukberprestasi, mampu berkompetisi, toleran, dapat menghargai pendapat oranglain, dan mampu mencapai kebahagiaan hidup. Peranan persekolahan dalampembentukan kepribadian manusia ini belum dapat digantikan oleh sistemyang lain, meskipun pada tahun delapanpuluhan pernah ada pemikiran bahwasekolah tidak lagi diperlukan masyarakat (deschoolling society).

KulturMeskipun perkembangan manusia itu berlangsung secara individual, namunmanusia bukanlah atom yang self-contained (World Commission on Cultureand Development, 1995). Perkembangan yang dicapainya adalah hasilkerjasama, kompetisi dan bentuk interaksi lainnya dengan manusia lain danlingkungannya. Pada saat berinteraksi itu, ia tidak berada dalam ruang yangkosong, tetapi berada dalam suatu kultur. Kultur sendiri memang sulitdidefinisikan, namun tidak dapat disangkal bahwa ia berfungsi sebagaikatalisator pembentukan kepribadian manusia itu, dan sekaligus menjadi tujuankehidupan suatu masyarakat. Barangkali apa yang dijelaskan oleh Schein(1992) dapat menolong memahami pengertian kultur tersebut. Menurut Schein,ada beberapa hal yang berhubungan dengan konsep kultur, yaitu:(a). regularitas prilaku manusia jika ia berinteraksi dengan yang lain, yang

meliputi bahasa yang dipergunakan, kebiasaan dan tradisi, ritual yangdilakukan;

(b). norma kelompok, yaitu standar dan nilai yang berkembang dalam suatu

P

Page 60: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

54 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Konsep Pendidikan Formal dengan Muatan Budaya Multikultural

kelompok;(c). nilai yang ingin dicapai oleh suatu kelompok dan diketahui umum;(d). filosofi atau keyakinan yang dianut oleh suatu komunitas;(e). aturan main, yang harus diikuti oleh anggota komunitas itu;(f). iklim, yaitu apa yang dirasakan bersama tentang lingkungan dimana

seseorang berada;(g). ketrampilan yang melekat yang diwariskan kepada generasi muda;(h). kebiasaan berpkir, model mental dan/atau paradigma linguistik, yang

merupakan kerangka kognitif yang dirasakan sebagai acuan dalammembangun persepsi, berpikir dan bahasa yang dipakai kelompok;

(i). shared meaning, yaitu munculnya pengertian yang diciptakan olehkelompok pada saat mereka berinteraksi satu sama lain, dan

(j). akar metafora (root metaphors) atau integrasi simbol, yaitu ide, perasaan,dan citra kelompok yang dikembangkan sebagai ciri kelompok itu yangdapat atau tidak diapresiasi secara sadar, namun melekat dalam berbagaikarya seperti bangunan, layout kantor dan artifak lainnya.

Schein juga mengatakan bahwa sembilan konsep tersebut memangberkaitan dengan kultur, merefleksikan bagaimana kelompok menanggapisesuatu tetapi bukan kultur itu sendiri. Dikatakan kultur, jika ada dua elemenyaitu:(1) structural stability dalam kelompok, yang tidak hanya di shared, tetapimerupakan sesuatu yang stabil dan mendalam, dan (2) proses berpolanyaatau terintegrasinya elemen-elemen itu ke dalam paradigma atau gestalt yanglebih besar yang terbentuk dalam lapisan kejiwaan yang lebih mendalam, diantara anggota-anggota kelompok itu. Ada pernyataan Schein yang perludikutip, sehubungan dengan kultur terutama dalam kaitannya dengan suatuproses belajar. Ia mengatakan sebagai berikut:

The most useful way to think about culture is to view it as the accumulatedshared learning of a given group, covering behavioral, emotional, andcognitive elements of the group members’ total psychological functioning.For shared learning to occur, there must be a history of shared experience,which in turn implies some stability of membership in the group. Givensuch stability and shared history, the human need for parsimony,consistency, and meaning will cause the various shared elements to forminto patterns that eventually can be called culture (p.10).Kutipan itu menunjukkan bahwa kultur adalah suatu proses yang di satu

pihak stabil, tetapi juga di lain pihak selalu berkembang sesuai dengan akuisisidari suatu proses shared learning.

Jika digunakan konsep kultur sebagai proses belajar yang menuntutketerlibatan psikologis yang total dan intensif para pelakunya, maka pendidikan

Page 61: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

55Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Konsep Pendidikan Formal dengan Muatan Budaya Multikultural

multikultural merupakan proses kulturalisasi tentang multikultural. Jikadiperhatikan pula bahwa kultur adalah shared meaning akibat interaksi denganlingkungan, pendidikan itu sendiri sebenarnya adalah proses pembentukankultur multikultural. Sejak anak lahir, ia bersosialisasi dengan lingkungannya.Jika ia menangis, maka orang tuanya mengerti apa artinya tangisan itu. Iamakin berkembang, dan dalam keluarga itu ia belajar bagaimana berbagiperasaan dan arti dengan ibu, bapak, saudara, nenek yang kemudianberkembang ke sanak saudara dan tetangga dan masyarakat yang makinlama makin luas, sehingga masuk kepada budaya dunia (global culture). Iaharus secara cerdas mengakomodasi nilai-nilai yang terterpa (exposed)kepadanya, sehingga terbentuk kulturnya melalui proses internalisasi nilaiitu. Pendidikan formal kemudian ikut memberikan andil dalam prosespembentukan kultur itu sendiri. Dengan kata lain, pendidikan formal adalahbagian dari proses pembentukan budaya multikultural. Masalahnya adalah,apa pelaku pendidikan (shareholders) menyadari tentang masalah ini, dansecara sengaja dan sistematik membangun suasana sehingga terjadi prosespendidikan multikultural itu dapat berlangsung, dan lembaga pendidikan tidakhanya bermuatan tetapi merupakan ajang pendidikan multikultural.

Pendidikan MultikulturalAdalah sangat penting di dalam proses membangun budaya multikultural dalamsistem persekolahan ini untuk memperhatikan apa yang dikemukakan olehKomisi Dunia untuk Kebudayaan dan Pembangunan Unesco (1995):

A multi-cultural country can reap great benefits from its pluralism, butalso runs the risk of cultural conflicts. It is here that government policy isimportant. Governments cannot determine a people’s culture; indeed,they are partly determined by it. But they can influence it for better orworse and in so doing affect the path of development (p.25)Mengingat bahwa peranan kebijaksanaan pendidikan sekarang berada di

daerah, maka resiko pendidikan multikultural ini dapat terjadi, apabila menjadioverdone. Pendidikan multikultural mengakui perbedaan dan mendorongperbedaan ini tetap ada. Namun pelestarian perbedaan dapat menyempit,mengeraskan dan membentuk apa yang disebut dengan cult of ethnicity, yangdapat mengakibatkan bahasa mengalami balkanisasi. Mungkin saja pendapatini berlebihan tetapi peringatan yang demikian juga perlu kita pertimbangkan.

Sebenarnya pendidikan multikultural sudah lama ada. Di Amerikan gerakanpendidikan ini telah dimulai sejak tahun 60-an, karena mereka menyadaribahwa bangsa Amerika mempunyai unsur dari berbagai sukubangsa di dunia.Namun demikian debat tentang pendidikan ini juga masih berlangsung sampai

Page 62: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

56 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Konsep Pendidikan Formal dengan Muatan Budaya Multikultural

sekarang. Para penentang pendidikan multikultural berargumentasi bahwahanya konsep negara bangsa yang netral yang dapat menjamin kebebasanindividual, kesamaan (equality), dan hak persamaan warganegara. Menurutmereka pendidikan multikultural merupakan pendekatan yang menggantiuniversalisme dengan partikularisme yang memunculkan kesukuan dalamrelisme pendidikan kewarganegaraan. Akomodasi multikulturalisme dapatmembawa akibat balkanisasi. (Lihat May, 1999). Para pendukung tentu sajaberargumentasi, bahwa pada realitasnya budaya merupakan hal yang dapatmemperkaya kehidupan, dan pengakuan budaya tersebut merupakan bagiandari kehidupan demokrasi sehingga perlu dikembangkan sikap toleransi, salingmenghargai dan memahami sehingga terjadi kehidupan damai tanpa konflik.Komisi dunia untuk Kebudayaan dan Pembangunan, menyebut perlunyadiciptakan global ethics yang didasarkan atas elemen-elemen (1) hak azazimanusia dan tanggungjawab, (2) demokrasi dan elemen masyarakat madani,(3) perlindungan terhadap golongan minoritas, (4) komitmen terhadappemecahan konflik secara damai, (5) kesamaan dalam dan antara generasi.Ini merupakan bagian dari komitmen terhadap pluralisme.

Dalam era otonomi daerah, sistem persekolahan mempunyai otonomiyang lebih besar. Pendidikan yang bermuatan multikultural tidak mungkin dapatdicapai dengan kurikulum yang mengandalkan kompetensi yang dapat diukursemata-mata dan didasarkan atas standar nasional yang kaku, lebih-lebihdengan sistem yang sentralistik. Sekolah harus berfungsi sebagai lembagapembudayaan, dalam pengertian menjadi lembaga yang dapat menyediakankesempatan dan fasilitas untuk terjadinya proses pembudayaan yang dinamik.Ini memerlukan perubahan paradigma (paradigm shift) bagi para guru danterutama pengambil kebijaksanaan pendidikan. Pendidikan multikulturalbertujuan memperluas bukan hanya toleransi terhadap budaya yang berbeda,tetapi lebih jauh dari itu adalah mengembangkan mutual respect. Pelaksanaankonsep ini memerlukan dikembangkannya pengalaman kelompok yangdibangun dengan memeprhatikan pemahaman yang pada gilirannya menjadisikap yang relatif stabil dan konsisten. Culture formation, therefore, is always,by definition, a striving toward patterning and integration (Schein, 1992).Sudah barang tentu proses ini memerlukan waktu dan usaha pemeliharaanyang harus menjadi perhatian para guru. Dalam kaitan ini perlu diperhatikanbahwa belajar bukan hanya terjadi pada aras (level) perilaku, tetapi jugaterjadi secara internal pada aras abstrak, misalnya pada keyakinan terhadapasumsi dasar perilaku itu.

Manajemen berbasis sekolah memberikan kesempatan yang lebih besaruntuk mengakomodasi pendidikan multikultural, dalam perspektif filsafatnasional. Hal ini dapat dicapai melalui tahap pemberdayaan sekolah dan perlu

Page 63: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

57Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Konsep Pendidikan Formal dengan Muatan Budaya Multikultural

diberikan waktu untuk belajar, termasuk membuat kesalahan. Karena kulturmenyangkut asumsi yang menjadi dasar nilai, tujuan dan strategi yangkemudian terlihat dari artifaknya baik fisik maupun perilaku, maka pemahamandan internalisasi nilai multikultural itu menjadi amat penting, dan bukan hanyamenyangkut masalah kurikulum. Sebagai wahana pengembangan, kurikulummemang penting, tetapi perlu diingat bahwa hal itu hanya merupakan sebagiandari dari upaya menciptakan pendidikan yang bermuatan multikultural.Orangtua, kepala sekolah, guru, bangunan fisik sekolah, proses belajarmengajar, perlakuan terhadap murid, kesempatan terlibat dalam kegiatankelompok, belajar melakukan perbandingan dari berbagai macam kultur dalambentuk shared learning adalah contoh beberapa perangkat untuk menciptakanpendidikan yang bermuatan multikultural. Pendidikan multikultural berarti jugapengembangan kreativitas yang merupakan faktor yang sangat penting dalampendidikan. Orang tidak akan kreatif dalam situasi yang kaku, dan penuhkomando, tetapi akan berkembang jika mereka merasa aman. Sekolah harusmenjadi tempat yang menyenangkan untuk berinteraksi sebagai bagian darigroup learning untuk membangun kultur. Pembangunan kultur multikulturalinilah yang harus menjadi bagian penting dalam manajemen sekolah.

PenutupKultur multikultural memerlukan proses belajar dan sosialisasi yang terus-menerus. Apa yang perlu dikembangkan adalah kultur untuk menjadi proactiveproblem solver, mencari kebenaran dengan membuka jawaban terhadapmasalah, memahami bahwa nilai tidak selalu hitam-putih, bahwa kepercayaan(trust) adalah nilai yang amat penting dalam kehidupan yang beragam, bahwainformasi untuk mengambil keputusan harus mengalir tanpa hambatan melaluiberbagai macam keterhubungan dalam suatu jaringan kerja.

Dilihat dari manajemen sistem pendidikan, perlu dicatat, bahwa diperlukanguideline untuk para pengambil kebijaksanaan tentang pelaksanaankebijaksanaan pendidikan yang bermuatan multikultural. Namun yang lebihpenting adalah praktek manajeman itu sendiri. Respek terhadap budaya etnik,terhadap putra daerah lain, terhadap kreativitas guru dan murid,mengembangkan dialog dalam memecahkan konflik, tidak mengandalkanorientasi komando dalam manajemen, adalah beberapa contoh bagaimanamanajemen pendidikan seharusnya dilaksanakan.

Daftar PustakaDelors, Jacques. (1998). Learning: The treasure within. Unesco Publishing,

May, Stephen. Critical Multiculturalisme and Cultural Difference: Avoid-

Page 64: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

58 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Konsep Pendidikan Formal dengan Muatan Budaya Multikultural

ing Essentialism. In Stepen May (Ed.) (1999). Crittical multiculturalism:Rethingking multicultural and antiracist education. Philadelphia: PalmerPress

Schein, Edgar H. Organizational culture and leadership. (1992). San Fran-cisco: Jossey-Bass Publishers

Tilaar, H.A.R. (2004). Multikulturalisme: Tantangan-tantangan global masadepan dan transformasi pendidikan nasional. Jakarta: Grassindo,

UNDP, Human Development report 2004: Cultural libery in today’s world. NewYork: UNDP 2004

World Commision on Culture and Development. Our creative diversity. Unesco,1995

Page 65: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

59Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Mengembangkan Penalaran Dalam Pendidikan

Mengembangkan Penalarandalam Pendidikan

Prof. Dr. Bambang Kaswanti Purwo*)

*) Guru Besar Linguistik Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Opini

“The goal of educationis to create men who are …

creative, inventive, and discoverers.”(Piaget 1964:5)

Pengantarulisan ini merupakan upaya untuk menyoroti ihwal pengembanganpenalaran dalam pendidikan melalui refleksi dengan mengamatibagaimana anak belajar bahasa, bagaimana perilaku bertanya padaanak prasekolah dan anak sekolah, bagaimana bernalar dengan

bertanya, dan bagaimana menumbuhkan suasana bertanya di dalam kelas.

Bagaimana Anak Belajar BahasaPernahkah mengamati bagaimana anak (entah anak sendiri, anak tetangga,atau keponakan) belajar bahasa ibu atau bahasa pertama? Begitu cepatnyamereka belajar bahasa. Dalam usia sekitar satu tahun mereka sudahmengeluarkan kata-kata pertamanya. Dalam waktu dua tahun mereka sudahdapat berkata-kata mendekati atau mirip kaum dewasa di sekitarnya.

Mengapa mereka dapat begitu cepat menguasai bahasa ibunya? Apakahitu karena ibu-ibu di seluruh dunia begitu rapi menyiapkan “pelajaran bahasa”,dari pelajaran satu ke pelajaran berikutnya? Apakah itu karena ibu-ibumenyiapkan bahan ajar secara sistematis? Sesungguhnya tidak ada yang –secara khusus – ”mengajar” anak berbahasa. Mereka bergumul dan bertualangsendiri dengan bahasa. Mereka berpusing-pusing sendiri, jatuh bangun sampaiberkali-kali, berbuat kesalahan bermacam-macam sampai menjadi bahantertawa kaum dewasa di sekitarnya.

Mereka adalah penjelajah yang kreatif, penelusur seluk-beluk yang serbabaru, penggali temuan-temuan baru. Hampir seluruh waktunya pada masa

T

Page 66: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

60 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Mengembangkan Penalaran Dalam Pendidikan

prasekolah mereka curahkan semata-mata untuk bergelut dengan bahasa.Itu mereka lakukan tanpa mengenal lelah, tanpa peduli berapa kesalahantelah mereka buat. Mereka mencoba terus dan berulang-ulang – tanpa takutsalah - sampai mereka akhirnya dapat berbahasa persis seperti bagaimanakaum dewasa di sekitarnya bertutur.

Dalam belajar bahasa itu, mereka tidaklah meniru, mereka belajar bahasatidak dengan menirukan kaum dewasa di sekitarnya. Mereka memangmendengarkan dan memperhatikan tetapi – dalam perjalanan untuk sampaipada kemampuan berbicara – mereka adalah pemelajar yang kreatif. Merekabukanlah seperti burung beo yang belajar bahasa manusia. Kalau beo, apayang keluar dari mulut sang pengajarnya itulah yang ditirukan persis oleh siburung beo. Anak manusia lain dengan burung beo. Semua anak di seluruhdunia tidak belajar bahasa ibunya seperti burung beo belajar bahasa manusia.

Bukti bahwa seorang anak tidak sekadar meniru kaum dewasa dalambelajar bahasa ialah bahwa – sebelum dapat berkata-kata seperti kaum dewasa– mereka dalam proses belajar bahasa pasti melalui proses jatuh bangun,berbuat kesalahan dalam berbahasa. Berbuat salah bukanlah tanda kebodohan.Berbuat salah adalah bukti bahwa anak melakukan usaha dan kerja keras didalam proses belajar. Burung beo tidak mengalami berbuat kesalahan dalambelajar bahasa manusia. Kalau kita ajari mengucapkan kalimat, dengan kitacoba ucapkan berkali-kali di depannya, pada akhirnya, setelah berkali-kalimendengarkan, si burung beo – tanpa melalui proses berbuat kesalahan –akan dapat persis menirukan kalimat yang kita latihkan secara berkali-kali itu.

Akan tetapi, tidak ada anak di seluruh dunia yang tidak mengalami berbuatkesalahan di dalam proses belajar bahasa. Kesalahan bukan tanda kebodohan.Kesalahan adalah tanda atau bukti bahwa anak bertindak kreatif. Merekaberkarya, mereka menciptakan dalam proses perjalanan yang panjang. Merekabukan makhluk peniru. Mereka bukan robot. Mereka adalah makhluk kreatif.

Berikut ini sekadar ilustrasi dari apa yang dipaparkan di atas, bagaimanaanak sesungguhnya tidak meniru dalam proses belajar bahasa; anak belajarbahasa tidak seperti burung beo. Dialog ini diambil dari hasil penelitian McNeill1966 (sebagaimana dikutip oleh Bernstein dan Tiegerman).1

Child: Nobody don’t like me.Mother: No, say, “Nobody likes me.”Child: Nobody don’t like me.Mother: No, say, “Nobody likes me.”Child: Nobody don’t like me.

[Sesudah mengulang dialog ini sampai tujuh kali, dan tidak berhasil jugamembuat anaknya berkalimat dengan benar, akhirnya sang ibu berkata:]

Page 67: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

61Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Mengembangkan Penalaran Dalam Pendidikan

Mother: No! Now listen carefully! Say, “Nobody … likes …me!”Child: Oh! Nobody don’t likes me.Sebagaimana terlihat dari dialog antara anak dan ibu di atas, anak tidak

dapat dipaksa untuk meniru. Proses belajar bahasa adalah proses kreatif.Anak akan mencari jalan sendiri untuk sampai ke taraf penguasaan bahasayang – pada akhirnya – sama dengan kaum dewasa di sekitarnya.

Bukti lain bahwa anak adalah pemelajar kreatif, bahwa anak tidak sekadarmeniru dapat dilihat dari keponakan penulis, usia dua tahun, ketika diajarmenghitung di atas bilangan dua puluh. Ia bisa mengatakan “dua puluh satu”,“dua puluh dua”, dst, tetapi ketika sudah melewati hitungan “dua puluhsembilan”, ia melanjutkannya dengan “dua puluh sepuluh”. Meskipun dimintamenirukan “tiga puluh” sebagai ganti “dua puluh sepuluh” anak itu bersiteguhtetap pada “caranya sendiri”.

Apa yang dilakukannya merupakan hasil “penalaran” pada tahap usianyaitu. Akan tiba saatnya, dalam perkembangan tahap penalarannya, ia akan -seperti kaum dewasa – mengucapkan angka “tiga puluh”. Inilah perbedaanmendasar dengan si burung beo. Burung beo, karena hanya mengandalkandiri pada kemampuan meniru, hanyalah dapat mengucapkan kalimat-kalimatyang dilatihkan itu saja. Jumlah kalimat yang dapat diucapkannyapun sangatterbatas, yaitu hanya pada yang pernah diajarkan kepadanya. Beo tidak akandapat menghasilkan kalimat selain yang dilatihkan dan yang ditirukannya itu.

Lain halnya dengan anak manusia. Karena tidak mengandalkan padakemampuan meniru, tetapi pada daya kreatifnya, seorang anak akan mampumembuat kalimat bahkan kalimat yang belum pernah diucapkan oleh kaumdewasa. Oleh karena itu, kita paling suka mendengarkan rangkaian kata-katayang diucapkan oleh anak-anak pada usia prasekolah. Banyak kalimatnya yanganeh-aneh tetapi lucu sehingga menjadi hiburan yang tiada habisnya bagikaum dewasa.

Jadi, dalam proses belajar bahasa secara terus-menerus anak berkreasimenciptakan kalimat-kalimat baru, entah itu hasilnya dapat diterima dandianggap aneh serta mengundang tawa, jika dibandingkan dengan “bahasakaum dewasa”. Atau, oleh kaum dewasa kalimatnya tidak dapat diterima dandikatakan sebagai kalimat yang salah, seperti kalimat “Nobody likes me.”pada dialog di atas.

Anak pada usia seperti yang terdapat pada dialog di atas memang belumsaatnya untuk mampu mengatakan “Nobody likes me.” Betapa pun keras usahakaum dewasa untuk mengarahkan, bahkan untuk memaksanya sekalipun, anaktidak akan dapat sampai ke taraf itu. Akan tiba saatnya, saat kematangananak (dalam belajar bahasa) dalam jenjang usia berikutnya untuk akhirnyadapat dengan sendirinya, secara benar, dapat mengatakan “Nobody likes me.”Proses yang sama akan dilalui oleh anak, menangani sendiri kesalahan-

Page 68: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

62 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Mengembangkan Penalaran Dalam Pendidikan

kesalahan lain dalam proses belajar bahasa. Akhirnya, pada usia sekitar limatahun, anak akan sampai pada penguasaan bahasa – ragam lisan – yangsetara dengan tingkat dewasa. Pada saat itulah saatnya anak siap untuk masuksekolah, tempat anak mengalami proses belajar bahasa berikutnyayaitu:belajar ragam tulis.

Bagaimana Perilaku Bertanya pada Anak Prasekolahdan Anak Sekolah

Yang juga menonjol pada anak usia prasekolah ialah kesukaannya untuk terusbertanya. Begitu anak mulai dapat merangkai kata-kata menjadi kalimat dandapat menghasilkan kalimat tanya, maka anak akan tak henti-hentinya dantak bosan-bosannya bertanya. Mereka suka mengajukan pertanyaan karenadorongan rasa ingin tahu mereka. Tidak hanya satu atau dua pertanyaanyang terlontar. Pertanyaan mereka mengalir beruntun tiada habis-habisnya.Tidak jarang kaum dewasa merasa kewalahan menghadapi bertubi-tubinyarentetan pertanyaan anak.

Anak-anak secara alami adalah jago bertanya. Mereka suka bertanya.Dengan begitu saja dan dengan sendirinya, tanpa diminta, mereka mengajukanpertanyaan. Kalau sudah mulai bertanya, sukar mereka dihentikan sebelummereka berhasil memperoleh jawaban yang mereka inginkan. Merekamemburu dan mengejar jawaban dari kaum dewasa, yang mereka anggapmenguasai.

Akan tetapi, bagaimana dengan anak-anak sekolah? Banyak di antaramereka yang tidak lagi fasih bertanya. Mereka pun tidak lagi suka bertanya.Dari anak yang semula tak henti-hentinya bertanya, setelah mengenyampendidikan di sekolah, mereka jadi berhenti bertanya. Mereka kehilangankemampuan alaminya sebagai penanya yang aktif.

Apa gerangan yang menjadi penyebabnya? Mengapa mereka yang sebelumbersekolah adalah jago bertanya, setelah mengenyam pendidikan sekolah,justru hilang keterampilan mereka bertanya. Apakah sekolah merupakan tempatyang tidak mengembangkan keterampilan bertanya, bahkan tempat yangmemasung keterampilan itu?

Kita lihat saja kegiatan apa yang lazim dilakukan oleh guru, misalnya,pada pelajaran membaca. Setelah siswa selesai membaca sebuah teks bacaan,apa kegiatan berikutnya? Guru memeriksa sampai di mana siswa memahamiisi teks bacaan. Dengan cara apa? Rentetan pertanyaan disodorkan oleh guru.Guru bertanya, siswa menjawab.

Pada pelajaran membaca, kegiatan untuk menguji pemahaman siswaakan isi sebuah teks, mengapa hanya dilakukan melalui pertanyaan, oleh guru?Mengajukan pertanyaan juga dapat dipakai sebagai alat uji untuk mengetahui

Page 69: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

63Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Mengembangkan Penalaran Dalam Pendidikan

sampai di mana pemahaman siswa terhadap isi teks bacaan. Guru dapatmenguji pemahaam siswa dengan mengajukan pertanyaan tentang isi teksbacaan. Dari pertanyaan yang diajukan siswa tersirat seberapa jauh ataudalam siswa memahami isi teks. Tanpa memahami isi teks, sulit kiranya bagisiswa untuk mengajukan pertanyaan.

Tidak hanya dalam kegiatan membaca saja hal seperti ini terjadi. Di dalamkelas, juga untuk mata pelajaran yang lain, siapa yang paling banyakmelakukan kegiatan bertanya? Guru, bukan siswa. Alhasil, guru makin diasahuntuk menjadi jago bertanya, dengan konsekuensi siswa tertutup peluangnyauntuk bertanya. Kesempatan yang diberikan kepada siswa adalah menjawabpertanyaan. Maka tidak mengherankan apabila keterampilan siswa dalambertanya menjadi tumpul dari waktu ke waktu, dalam perjalanan belajar disekolah.

Padahal, dengan bertanyalah penalaran dapat berkembang, sebagaimanayang dikatakan oleh Albert Einstein, “Yang penting adalah janganlah sampaiberhenti bertanya”. Dengan bertanya, siswa mengejar perolehan pengetahuanbaru.

Maka sangatlah memprihatinkan bagi dunia pendidikan apabila sampaiterjadi bahwa ada guru yang menjadi penyebab siswa berhenti bertanya,penyebab siswa tidak berani bertanya. Bagaimanakah guru yang seperti itu?Dia adalah guru yang merasa terusik, yang tidak menerima atau menyambutbaik pertanyaan siswa (karena dianggap mengganggu proses guru menjelaskansesuatu), guru yang menganggap pertanyaan siswa sebagai sesuatu yangmenghambat proses belajar-mengajar, guru yang memperlakukan siswa yangbanyak bertanya sebagai si tukang bikin ribut.

Bagaimana Bernalar dengan BertanyaSiswa bukanlah ember kosong yang menunggu untuk dituangi dengan curahanpengetahuan dari guru. Proses pendidikan perlu membebaskan dari pandanganseperti ini. Perlu dibuang jauh-jauh pandangan bahwa “mengajar” adalahkegiatan proses mengalihkan pengetahuan dari guru ke pada siswa. Siswabukanlah peserta belajar yang pasif. Siswa masuk ke dalam kegiatan belajardengan pengetahuan, gagasan, dan pemahaman yang sudah terbentuk didalam dirinya. Pengetahuan lama ini merupakan fondasi bagi pengetahuanbaru yang akan mereka ciptakan.

Siswa membangun pengetahuan baru bagi dirinya. Peranan guru adalahmembimbing, memandu, menyarankan, dan memberikan keleluasaan bagisiswa untuk bereksperimen, mengajukan pertanyaan, mencoba-coba sendiri

Page 70: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

64 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Mengembangkan Penalaran Dalam Pendidikan

hal-hal yang belum dapat mereka pecahkan. Apabila mereka berhadapandengan informasi baru, ada tiga hal yang dapat terjadi.2 Pertama, informasibaru itu, apabila cocok atau sesuai dengan pengetahuan sebelumnya, akanditanamkan di dalam perbendaharaan pengetahuan mereka. Kedua, apabilainformasi baru itu tidak cocok atau sesuai dengan pengetahuan sebelumnya,mereka dapat melakukan dua pilihan: mengubah pemahaman mereka akanpengetahuan lama agar sesuai dengan informasi baru. Atau, informasi baruitu ditolak, tidak diserap, dibiarkan mengambang, menunggu sampai adainformasi baru lain lagi di masa mendatang untuk dibandingkan lagi denganpengetahuan yang sudah terbangun di dalam dirinya.

Siswa adalah peserta yang aktif dalam proses belajar-mengajar. Siswaaktif dalam men - ”dialog” - kan pengetahuan yang telah ia dibangunnya daninformasi baru yang dihadapi. Akan tetapi, mereka perlu juga diajak aktifuntuk berinteraksi dengan guru dalam proses belajar-mengajar di kelas.Pendidikan adalah sebuah dialog antara siswa dan guru. Bukan monolog.3

Seandainya itu berupa monolog, apa lalu peranan guru? Kalau begitu, cukupbagi siswa membeli buku teks saja, lalu membaca serta belajar sendiri. Siswadatang ke kelas, berhadapan dengan guru supaya terjadi komunikasi duaarah.

Pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa di depan kelas, bagi guru, akanmerupakan dua masukan yang berharga. Pertama, pertanyaan mencerminkanbahwa siswa memahami apa yang diutarakan oleh guru. Kedua, pertanyaanmemperlihatkan bahwa siswa menggunakan daya nalar mereka. Merekabertanya karena mereka memikirkan apa yang diuraikan oleh guru. Prosesmemahami dan berpikir ini akan ditumbuhkan dalam dialog, dalam tanya jawabantara siswa dan guru. Tambahan pula, pertanyaan dari siswa dapat jugamemberikan sumbangan bagi guru untuk mengetahui apakah ihwal yang sudahdicoba dijelaskan atau diuraikan itu benar-benar dapat ditangkap oleh siswa.Atau, masih diperlukan uraian yang lebih panjang atau tambahan contoh lainuntuk memperjelas.

Bagaimana Menumbuhkan Suasana Bertanyadi Dalam Kelas4

Siswa tidak akan terpancing atau tergerak untuk bertanya apabila guru didepan kelas hanya menyuarakan, “Ada pertanyaaan?” Pertanyaan guru inilazimnya akan dijawab dengan sikap diam siswa.

Guru perlu menumbuhkan suasana yang dapat menimbulkan pertanyaandi kelas. Teknik terpenting yang harus diterapkan oleh guru, agar tumbuhsuasana bertanya di kelas, ialah cara guru menjawab pertanyaan sedemikianrupa sehingga dapat ditangkap oleh siswa bahwa jawaban guru terdengarenak di telinga. Jika sampai terjadi ada pertanyaan sama yang sampai diajukan

Page 71: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

65Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Mengembangkan Penalaran Dalam Pendidikan

tiga kali oleh tiga siswa yang berbeda pun, guru harus tetap memberikanjawaban yang keempat kalinya dengan nada suara yang sama semangatnyadan enak kedengarannya dengan jawaban (sama) yang telah ia sampaikansebelumnya. Setiap kali itu pula guru, seraya menguraikan jawaban yangisinya sama, dapat menambahkan contoh baru yang lain.

Bisa jadi siswa yang mengulang pertanyaan sama yang telah diajukantemannya itu memang pikirannya sedang melayang, atau ia barangkali sedangsibuk mencatat sehingga tidak mendengar pertanyaan temannya. Akan tetapi,pada umumnya – dan ini yang sering tidak disadari oleh banyak guru – kalausiswa sampai menanyakan lagi sesuatu yang sudah ditanyakan oleh temannyasebelumnya, itu karena mereka tidak dapat memahami apa yang telahdijelaskan oleh guru.

Hambatan negatif bagi siswa untuk bertanya adalah keengganan merekakarena khawatir dianggap bodoh bila mengajukan pertanyaan. Merekacenderung merasa bodoh dengan bertanya. Mereka akan tambah merasabodoh lagi apabila guru dalam menjawab pertanyaan membuat si penanyatampak bodoh di depan teman-temannya. Tak seorang pun yang maumengakui bahwa dirinya tidak tahu dan ini hal yang manusiawi. Kalau sampaiguru memberikan kesan bahwa ia merendahkan si penanya, atau membuatmereka merasa bodoh, atau menyiratkan bahwa bertanya hanyalahmembuang-buang waktu saja, siswa tidak akan tergerak untuk bertanya.Akibatnya, kelas akan berkembang menjadi suatu monolog, bukan dialog.

Berikut ini beberapa di antara cara yang disarankan oleh Marshall Brainuntuk menumbuhkan siswa bertanya.5

a. Tunjukkan pada siswa yang sedang bertanya bahwa pertanyaan yangdiajukan itu merupakan sumbangan yang berharga bagi proses belajar-mengajar yang sedang berlangsung, misalnya, dengan mengatakan“Pertanyaan yang bagus!”

b. Berikan sela waktu di tengah-tengah guru mengajar, saat hening karenaguru sedang tidak mengatakan apa-apa di kelas, misalnya, denganmembuka-buka buku catatan atau menjatuhkan pensil atau menghapuspapan tulis, sehingga pada waktu sela itu siswa dapat melontarkanpertanyaan.

c. Jangan sampai menghina, sekalipun itu berupa sindiran yang sangat halus,pada waktu guru mengucapkan jawaban.

d. Mintalah siswa untuk menuliskan satu hal (saja) yang tidak mereka pahamiselama di kelas, lalu ini dijadikan bahan ajar yang pertama-tama dibahaspada pertemuan berikutnya. Ini akan menyadarkan siswa bahwa setiapsiswa memiliki pertanyaan dan secara bertahap mereka akan tergerakuntuk mengajukan pertanyaan secara lisan.

Page 72: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

66 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Mengembangkan Penalaran Dalam Pendidikan

e. Sodorkan sebuah masalah, tuliskan di papan tulis, lalu minta siswa untukmemikirkan pemecahannya, dengan menuliskan itu di dalam catatanmereka. Kalau guru suka memberikan contoh-contoh pemecahan kepadasiswa, mereka tidak beroleh kesempatan untuk mencoba sendirimemecahkan persoalan. Kalau mereka mencoba sendiri dan sampai padajalan buntu dalam memecahkan persoalan, mereka akan terdorong untukmengajukan pertanyaan.

PenutupBertanya, yang dengan mudah dan begitu saja dapat dilakukan oleh anak-anak sebelum masuk ke sekolah, bagi kebanyakan di antara siswa di bangkusekolah, termasuk yang sudah duduk di perguruan tinggi, merupakan sesuatuyang sulit untuk dilakukan. Orang yang bertanya lazimnya dianggap orangyang tidak tahu, bahkan orang yang bodoh; padahal, hanya orang yangmemahami persoalannya dan orang yang berpikir yang dapat mengajukanpertanyaaan.

Bertanya merupakan keterampilan dasar bagi seseorang yang menuntutilmu. Karena ada orang-orang yang tidak henti-hentinya bertanya, maka kitamemiliki orang sekaliber Einstein atau Archimedes. Tantangan bagi pendidikanadalah menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan semangat bertanyadi dalam kelas sehingga kelas menjadi kegiatan yang bukan monolog,melainkan dialog, ajang komunikasi dua arah. Melalui tanya-jawab terjadilaholah pikir dan berkembanglah penalaran siswa yang terlibat di dalam kegiatanitu.

_________1 Deena K. Bernstein dan Ellenmoris Tiegerman. (1985). Language and communi-

cation disorders in Children. (Columbus: Charles E. Merrill Publishing Com-pany, 1985), hlm. 76.

2 Ini pandangan konstruktivisme di dalam pendidikan.3 Marshall Brain (1998) “Emphasis on teaching: The importance of questions.”

http://www.bygpub.com/eot/eot2.htm4 Ibid.5 Ibid.

Page 73: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

67Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Menerapkan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran

Penerapan Multiple Intelligencesdalam Sistem Pembelajaran

Handy Susanto, S.Psi*)

*) Guru Bimbingan dan Konseling SMP BPK PENABUR Tasikmalaya

Opini

Abstrakola pemikiran tradisional yang menekankan pada kemampuan logikadan bahasa dalam proses pembelajaran di kelas sudah waktunyadiubah dengan kecerdasan majemuk yang pada dasarnya adalahsinergi dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan

kecerdasan spiritual (SQ). Diharapkan penerapan konsep kecerdasan majemukdalam pembelajaran akan meningkatkan kemampuan siswa belajar.

Kata kunci: Kecerdasan, pembelajaran, siswa

AbstractThe traditional concept which focus only to the logical ability and languageability in learning process, need to be changed with the multiple intelegences.Infact, the muliple intelegences itselfs is the development or the sinergizer ofthe Intelectual Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), and Spiritual Quotient(SQ). It is hoped that the application of the Multiple Intelegences in the learningprocess will improve the student’s ability in learning.

PendahuluanPendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupunorang dewasa. Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorang agardapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Mengingatakan pentingnya pendidikan, maka pemerintah pun mencanangkan programwajib belajar 9 tahun, melakukan perubahan kurikulum untuk mencobamengakomodasi kebutuhan siswa. Kesadaran akan pentingnya pendidikanbukan hanya dirasakan oleh pemerintah, tetapi juga kalangan swasta yangmulai melirik dunia pendidikan dalam mengembangkan usahanya. Saranauntuk memperoleh pendidikan yang disediakan oleh pemerintah masihdirasakan sangat kurang dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan

P

Page 74: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

68 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Menerapkan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran

pendidikan. Hal ini terlihat dengan semakin menjamurnya sekolah-sekolahswasta yang dimulai dari Taman Kanak-Kanak sampai perguruan tinggi.

Kendala bagi dunia pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitasadalah masih banyaknya sekolah yang mempunyai pola pikir tradisional didalam menjalankan proses belajarnya yaitu sekolah hanya menekankan padakemampuan logika (matematika) dan bahasa. Kenyataan ini senada denganyang diungkapkan oleh Seto Mulyadi (2003), seorang praktisi pendidikan anak,bahwa suatu kekeliruan yang besar jika setiap kenaikan kelas, prestasi anakdidik hanya diukur dari kemampuan matematika dan bahasa. Dengan demikiansistem pendidikan nasional yang mengukur tingkat kecerdasan anak didik yangsemata-mata hanya menekankan kemampuan logika dan bahasa perlu direvisi.

Kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup dua parameter tersebut, diatas tetapi juga harus dilihat dari aspek kinetis, musical, visual-spatial,interpersonal, intrapersonal, dan naturalis (Kompas, 6 Agustus 2003). Jenis-jenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan sebutan kecerdasanjamak (Multiple Intelligences) yang diperkenalkan oleh Howard Gardner padatahun 1983.

Gardner mengatakan bahwa kita cenderung hanya menghargai orang-orang yang memang ahli di dalam kemampuan logika (matematika) danbahasa. Kita harus memberikan perhatian yang seimbang terhadap orang-orang yang memiliki talenta (gift) di dalam kecerdasan yang lainnya sepertiartis, arsitek, musikus, ahli alam, designer, penari, terapis, entrepreneurs,dan lain-lain.

Sangat disayangkan bahwa saat ini banyak anak-anak yang memiliki talenta(gift), tidak mendapatkan reinforcement di sekolahnya. Banyak sekali anakyang pada kenyataannya dianggap sebagai anak yang “Learning Disabled”atau ADD (Attention Deficit Disorder), atau Underachiever, pada saat polapemikiran mereka yang unik tidak dapat diakomodasi oleh sekolah. Pihaksekolah hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa.

Teori Multiple Intelligences yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputidelapan kemampuan intelektual. Teori tersebut didasarkan pada pemikiranbahwa kemampuan intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbataskarena tes IQ hanya menekan pada kemampuan logika (matematika) danbahasa (Gardner, 2003). Padahal setiap orang mempunyai cara yang unikuntuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Kecerdasan bukan hanyadilihat dari nilai yang diperoleh seseorang. Kecerdasan merupakan kemampuanyang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu masalah, lalu menyelesaikanmasalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi oranglain.

Page 75: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

69Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Menerapkan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran

Pola pemikiran tradisional yang menekankan pada kemampuan logika(matematika) dan bahasa memang sudah mengakar dengan kuat pada dirisetiap guru di dalam menjalankan proses belajar. Bahkan, dari hasil penelitianyang dilakukan oleh Yayasan Insan Kancil (Kompas, 13 Oktober 2003),pendidikan Taman Kanak-Kanak saat ini cenderung mengambil porsi SekolahDasar. Sekitar 99 persen, Taman Kanak-Kanak mengajarkan membaca,menulis, dan berhitung. Artinya, pendidikan Taman Kanak-Kanak telahmenekankan pada kecerdasan akademik, tanpa menyeimbanginya dengankecerdasan lain. Hal ini berarti pula bahwa sistem pendidikan yang dilaksanakanoleh guru-guru masih tetap mementingkan akan kemampuan logika(matematika) dan bahasa.

Menurut Moleong, dalam melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi(KBK), guru dan orang tua hendaknya bersinergi dalam mengembangkanberbagai jenis kecerdasan, terutama terhadap anak usia dini. Hal inidimaksudkan agar siswa tidak gagap dalam melaksanakan Kurikulum BerbasisKompetensi (KBK). Anak-anak usia 0 – 8 tahun harus diperkenalkan dengankecerdasan jamak (Multiple Intelligences). Guru hendaknya tidak terjebakpada kecerdasan logika semata.

Multiple Intelligences yang mencakup delapan kecerdasan itu padadasarnya merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasanemosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ). Semua jenis kecerdasan perludirangsang pada diri anak sejak usia dini, mulai dari saat lahir hingga awalmemasuki sekolah (7 – 8 tahun). (Kompas, 13 Oktober 2003).

Yang menjadi pertanyaan terbesar, mampukah dan bersediakah setiapinsan yang berkecimpung dalam dunia pendidikan mencoba untuk mengubahpola pengajaran tradisional yang hanya menekankan kemampuan logika(matematika) dan bahasa? Bersediakah segenap tenaga kependidikan bekerjasama dengan orang tua bersinergi untuk mengembangkan berbagai jeniskecerdasan pada anak didik di dalam proses belajar yang dilaksanakan dilingkungan lembaga pendidikan?

Tinjauan PustakaTeori Multiple Intelligences bertujuan untuk mentransformasikan sekolah agarkelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macampola pikirnya yang unik.Ada beberapa macam kecerdasan yang diungkapkan oleh Gardner (1983)yaitu:Linguistic Intelligence (Word Smart)Pandai berbicara, gemar bercerita, dengan tekun mendengarkan cerita ataumembaca merupakan tanda anak yang memiliki kecerdasan linguistik yang

Page 76: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

70 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Menerapkan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran

menonjol. Kecerdasan ini menuntut kemampuan anak untuk menyimpanberbagai informasi yang berarti berkaitan dengan proses berpikirnya.

Logical – Mathematical Intelligence (Number / Reasoning Smart)Anak-anak dengan kecerdasan logical–mathematical yang tinggimemperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi. Mereka seringbertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya. Mereka menuntutpenjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga sukamengklasifikasikan benda dan senang berhitung.

Visual – Spatial Intelligence (Picture Smart)Anak-anak dengan kecerdasan visual – spatial yang tinggi cenderung berpikirsecara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal (internal imagery),sehingga cenderung imaginatif dan kreatif.

Bodily – Kinesthetic Intelligence (Body Smart)Anak-anak dengan kecerdasan bodily – kinesthetic di atas rata-rata, senangbergerak dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada gerakan,keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak. Merekamengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya.

Musical Intelligence (Music Smart)Anak dengan kecerdasan musical yang menonjol mudah mengenali danmengingat nada-nada. Ia juga dapat mentranformasikan kata-kata menjadilagu, dan menciptakan berbagai permainan musik. Mereka pintar melantunkanbeat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai menggunakan kosakatamusical, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara dalamsebuah komposisi musik.

Interpersonal Intelligence (People Smart)Anak dengan kecerdasan interpersonal yang menonjol memiliki interaksi yangbaik dengan orang lain, pintar menjalin hubungan sosial, serta mampumengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Mereka jugamampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang lain,serta mampu bekerja sama denganm orang lain.

Intra personal Intelligence (Self Smart)Anak dengan kecerdasan intra personal yang menonjol memiliki kepekaanperasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, danmampu mengendalikan diri dalam situasi konflik. Ia juga mengetahui apa yangdapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial.Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan.

Page 77: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

71Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Menerapkan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran

Naturalist Intelligence (Nature Smart)Anak-anak dengan kecerdasan naturalist yang menonjol memiliki ketertarikanyang besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang, di usia yang sangatdini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan denganfenomena alam, misalnya terjadinya awan dan hujan, asal usul binatang,pertumbuhan tanaman, dan tata surya.

E xistence IntelligenceAnak yang memiliki kecerdasan ini memiliki ciri-ciri yaitu cenderung bersikapmempertanyakan segala sesuatu mengenai keberadaan manusia, artikehidupan, mengapa manusia mengalami kematian, dan realitas yangdihadapinya.Kecerdasan ini dikembangkan oleh Gardner pada tahun 1999.

Saran AplikasiPola pengajaran tradisional yang hanya menekankan pada kemampuan logika(matematika) dan bahasa yang disampaikan dalam bentuk ceramah mungkinmembosankan siswa. Teori Multiple Intelligences menyarankan beberapa carayang memungkinkan materi pelajaran dapat disampaikan dalam proses belajaryang lebih efektif.Cara-cara penyampaian materi pelajaran yang dapat digunakan oleh gurusebagai berikut:- Kata-kata (Linguistic Intelligence)- Angka atau logika (Logical -Mathematical Intelligence)- Gambar (Visual -Spatial Intelligence)- Musik (Musical Intelligence)- Pengalaman fisik (Bodily-Kinesthetic Intelligence)- Pengalaman sosial (Interpersonal Intelligence)- Refleksi diri (Intrapersonal Intelligence)- Pengalaman di lapangan (Naturalist Intelligence)- Peristiwa (Existence Intelligence)Sebagai contoh, jika Anda mengajarkan ekonomi tentang Hukum permintaanpasar (Law of Supply and Demand ), maka siswa diharapkan membaca materiyang akan disampaikan (Linguistic), mempelajari formula matematika untukmengetahui perhitungan tentang banyaknya permintaan atau supply (Logical-Mathematical), membuat grafik yang mengilustrasikan hukum permintaantersebut (Visual – Spatial), mengamati / mengobservasi secara langsung dipasar (Naturalist), mengamati sistem perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang pada umumnya (Interpersonal).

Page 78: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

72 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Menerapkan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran

Pengajaran satu materi tidak perlu harus menggunakan ke sembilankecerdasan secara serentak. Pilihlah kecerdasan yang sesuai dengan kontekspembelajaran itu sendiri.

Sebenarnya dalam melaksanakan proses belajar yang menggunakankerangka Multiple Intelligences tidaklah sesulit yang dibayangkan. Yangdibutuhkan hanyalah kreativitas dan kepekaan guru. Artinya setiap guru harusbisa berpikir secara terbuka yaitu keluar dari paradigma pengajaran tradisional,mau menerima perubahan, serta harus memiliki kepekaan untuk melihat setiaphal yang bisa digunakan di lingkungan sekitar dalam menunjang proses belajar.

Laboratorium hidup yang terbesar adalah dunia ini. Untuk mengembangkanproses pengajaran dengan menggunakan Multiple Intelligences, sarana danprasarana yang dibutuhkan sebenarnya telah tersedia di lingkungan sekitar.Artinya bahwa pendidikan tidaklah harus di dalam kelas. Tidak harusmenggunakan peralatan yang canggih. Siswa bisa diajak keluar kelas untukmengamati setiap fenomena yang terjadi di dunia nyata. Siswa tidak hanyadijejali oleh teori semata. Mereka dihadapkan dengan kenyataan bahwa teoriyang mereka terima memang dapat ditemui di dalam kehidupan nyata dandapat mereka alami sendiri sehingga mereka memiliki kesan yang mendalam.

Vernon A. Magnesen (1983), (DePorter, Bobbi; Reardon, Mark; Mourie,Sarah Singer, 2000) menjelaskan bahwa kita belajar 10% dari apa yang kitabaca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dariapa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, 90% dari apayang kita katakan dan lakukan. Artinya seseorang bisa menyerap informasipaling banyak pada saat dia melakukan atau mempraktekkan materi yangditerimanya.

Kadang-kadang kita berpikir bahwa untuk menerapkan berbagai metodepengajaran yang berkembang akhir-akhir ini diperlukan suatu peralatan yangcanggih untuk menunjang proses belajar. Padahal yang sebenarnya tidaklahdemikian. Di dalam menerapkan Multiple Intelligences di dalam prosespengajaran dapat dilakukan melalui beberapa cara, di antaranya denganmenggunakan musik untuk mengembangkan Musical Intelligence, belajarkelompok untuk mengembangkan Interpersonal Intelligence, aktivitas seni untukmengembangkan Visual-Soatial Intelligence, role play untuk mengembangkanBodily-Kinesthetic Intelligence, perjalanan ke lapangan (Field Trips) untukmengembangkan nature Intelligence, menggunakan Multimedia, refleksi diriuntuk megembangkan Intra personal Intelligence, dan lain-lain.

Keluar dari pola kebiasaan mengajar yang lama yaitu pengajaran yanghanya menekankan pada metoda ceramah sangatlah sulit, karena manusiacenderung tidak mau keluar dari zona nyaman sebagaimana yang diungkapkan

Page 79: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

73Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Menerapkan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran

oleh DePorter, Bobbi; Reardon, Mark; Mourie, Sarah Singer, 2000 di dalambukunya yang berjudul Quantum Teaching. Manusia cenderung akan tetapmempertahankan kebiasaannya dan tidak mau mengambil risiko, karena untukberubah berarti mereka dihadapkan pada resiko dari perubahan itu sendiriyang seringkali ‘menakutkan’.

Penerapan multiple Intelligences di dalam proses belajar mengajar tidakharus menunggu perintah dari atasan. Guru yang mencoba menerapkan MultipleIntelligences, berinisiatif untuk mencoba keluar dari zona nyaman agarpengajaran dapat dilakukan seefektif mungkin dan sesuai dengan kebutuhansiswa. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa guru adalah orang yang langsungterlibat di lapangan yang mengetahui secara jelas kebutuhan dan keunikandari setiap siswa.

Kenyataan, saat ini adalah kurangnya guru-guru yang memiliki inisiatifuntuk mencoba keluar dari pola pengajaran tradisional, meskipun dari pihakatasan menfasilitasi dan mengadakan pembinaan bagi setiap guru agar dapatmengembangkan diri agar dapat menyampaikan materi pelajaran seefektifmungkin.

Upaya menerapkan Mulitiple Intelligences bukan hanya tanggung jawabguru dan kepala sekolah saja, tetapi pihak orang tua pun perlu dilibatkan. Kitaharus bersinergi dengan pihak orang tua. Orang tua pun memiliki andil dalammenentukan cara belajar anaknya. Masih banyak orang tua yang memilikipola pikir tradisional dalam memandang kemampuan yang harus dicapai olehanaknya. Mereka masih memandang anaknya bodoh, jika anaknya tidak pandaidalam matematika atau bahasa. Pola pikir orang tua seperti itu harus diubah.Pihak sekolah hendaknya mengadakan seminar bagi orang tua. Seminar itumenjelaskan bahwa kecerdasan anak bukan hanya dipandang dari kemampuanmatematika dan bahasa, melainkan masih banyak kemampuan lainnya yangdapat dikembangkan sesuai dengan keunikan anak. Jika pandangan baru inidiberikan kepada orang tua, diharapkan setiap orang tua dapat mendukungpihak sekolah untuk mengembangkan Multiple Intelligences. Salah satu bentukperan serta orang tua dalam pengembangan Multiple Intelligences adalahdengan tidak memaksakan anak untuk hanya menguasai kemampuanmatematika dan bahasa, tetapi mereka pun dapat membimbing danmengarahkan anaknya sesuai dengan keunikannya masing-masing.

Selain mengadakan seminar, kerja sama pihak sekolah dengan orang tuadapat dilakukan dengan mengoptimalkan peran Wali Kelas dan guru BimbinganKonseling dengan cara melakukan pertemuan berkala dengan pihak orangtua. Kerja sama ini dilaksanakan dalam upaya untuk memantau setiap

Page 80: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

74 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Menerapkan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran

perkembangan anak dan mengamati keunikan setiap anak, sehinggapendidikan bisa diberikan sesuai dengan kebutuhan dan keunikannya masing-masing.

Manfaat Penerapan Multiple IntelligencesAda beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bila menerapkan MultipleIntelligence di dalam proses pendidikan yang dilaksanakan.1. Kita dapat menggunakan kerangka Multiple Intelligences dalam

melaksanakan proses pengajaran secara luas. Aktivitas yang bisa dilakukanseperti menggambar, menciptakan lagu, mendengarkan musik, melihatsuatu pertunjukan. Dapat menjadi ‘pintu masuk’ yang vital ke dalamproses belajar. Bahkan siswa yang penampilannya kurang baik pada saatproses belajar menggunakan pola tradisional (menekankan bahasa danlogika), jika aktivitas ini dilakukan akan memunculkan semangat merekauntuk belajar.

2. Dengan menggunakan Multiple Intelligences. Anda menyediakankesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat,dan talentanya.

3. Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat di dalammendukung proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiapaktivitas siswa di dalam proses belajar akan melibatkan anggotamasyarakat.

4. Siswa akan mampu menunjukkan dan ‘berbagi’ tentang kelebihan yangdimilikinya. Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatumotivasi untuk menjadikan siswa sebagai seorang ‘spesialis’.

5. Pada saat Anda ‘mengajar untuk memahami’ , siswa akan mendapatkanpengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untukmencari solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.

KesimpulanSetiap siswa memiliki keunikannya masing-masing. Mereka memilikikecerdasan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Pandanganyang menyatakan bahwa kecerdasan seseorang dapat dilihat berdasarkanhasil tes IQ sudah tidak relevan lagi karena tes IQ hanya membatasi padakecerdasan logika (matematika) dan bahasa. Saat ini masih banyak sekolahyang terjebak dengan pandangan tradisional tersebut. Masih banyak guruyang hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa.

Teori Multiple Intelligences, mencoba untuk mengubah pandangan bahwakecerdasan seseorang hanya terdiri dari kemampuan Logika (matematika)

Page 81: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

75Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Menerapkan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran

dan bahasa. Multiple Intelligences memberikan pandangan bahwa terdapatsembilan macam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap orang. Yang membedakanantara yang satu dengan yang lainnya adalah komposisi atau dominasi darikecerdasan tersebut.

Teori Multiple Intelligences mampu menjembatani proses pengajaran yangmembosankan menjadi suatu pengalaman belajar yang menyenangkan danSiswa tidak hanya dijejali oleh teori semata. Mereka dihadapkan padakenyataan bahwa teori yang mereka terima memang dapat ditemui di dalamkehidupan nyata dan dapat mereka alami sendiri sehingga mereka memilikikesan yang mendalam. Selain itu proses pendidikan dapat mengakomodirsetiap kebutuhan siswa dan sesuai dengan keunikannya masing-masing.Jika sekolah ingin menerapkan Multiple Intelligences di dalam sistempendidikannya, maka dibutuhkan inisiatif dari setiap guru untuk mencobamemulai dan bersedia untuk keluar dari ‘zona nyaman’nya masing-masing.Guru dan orang tua harus bersinergi agar memiliki pandangan yang sama didalam memberikan pendidikan bagi anak sesuai dengan kebutuhan dankeunikannya masing-masing. Kesamaan pandangan dapat diciptakan melaluipertemuan berkala antara Wali Kelas dan Guru Bimbingan Konseling denganorang tua.

Daftar PustakaDePorter, Bobbi; Reardon, Mark; Mourie, Sarah Singer. (2000). Quantum teach-

ing. Mempraktikkan quantum learning di ruang-ruang kelas. Bandung:PT. Mizan Pustaka

Gardner, Howard. (2003). Multiple intelligences (Kecerdasan Majemuk). Batam:Interaksara

http://www.cookps.act.edu.au/mi.htmhttp://www.kompas.com/Kecerdasan intelektual tak cuma logika dan bahasa/

6 Agustus 2003http://www.kompas.com/Sambut kurikulum 2004 dengan kecerdasan jamak/

13 Oktober 2003http://www.thomasarmstrong.com/multiple_intelligences.htmhttp://www.thirteen.org/edonline/concept2class/mi/index_sub7.html

Page 82: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

76 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Pendayagunaan Media Pembelajaran

Pendayagunaan Media Pembelajaran

Thomas Wibowo Agung Sutjiono*)

*) Kepala SMP BPK PENABUR Tasikmalaya

Opini

Abstrak

ekurang-kurangnya ada tujuh alasan mengapa sampai saat ini masihada sejumlah guru yang enggan menggunakan media pembelajaran.Ketujuh alasan tersebut adalah: pertama menggunakan media iturepot, kedua media itu canggih dan mahal, ketiga guru tidak terampil

menggunakan media , keempat media itu hiburan sedangkan belajar itu serius,kelima tidak tersedia di sekolah, keenam kebiasaan menikmati ceramah/bicara,ketujuh kurangnya penghargaan dari atasan. Untuk mengatasi semua alasantersebut hanya satu hal yang diperlukan, yaitu perubahan sikap guru.

Kata kunci: Media pembelajaran, guru, sikap

AbstractThere are at least seven reasons explaining why some teachers do not wantto use media, in their teaching. According to them media learning are : 1)difficult to be used, 2) sophisticated and expensive, 3) lack of skill ,4) media isentertainment while study is serious, 5) not available at school, 6) usage/habits to enjoy lecture or speech, 7) not enough appreciation enough fromthe superior. One thing that needs to be done to handle this problem ischanging the theacher’s attitude .

Guru dan MediaPerubahan global dalam perkembangan pengetahuan dan teknologi, terutamayang berhubungan dengan sistem pendidikan di sekolah menuntut adanyaperubahan sikap guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.

Sejak zaman dahulu ada anggapan yang salah kaprah, yaitu bahwa guruadalah orang yang paling tahu. Pendapat itu terus berkembang menjadi gurulebih dulu tahu atau pengetahuan guru hanya beda semalam dibandingkandengan murid. Namun sekarang bukan saja pengetahuan guru sama dengan

S

Page 83: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

77Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

Pendayagunaan Media Pembelajaran

murid, bahkan murid dapat lebih dulu tahu daripada gurunya. Ini semua dapatterjadi akibat perkembangan media informasi yang begitu cepat di sekitarlingkungan kita. Pada saat ini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar.Banyak contoh, murid dapat lebih dulu mendapat informasi dengan caramengakses informasi dari media massa seperti : surat kabar, televisi, handphone (sms/mms), bahkan internet. Sedangkan seringkali guru dengan alasanklasik “masalah ekonomi”, mereka tidak dapat mengakses informasi dengancepat. Bagaimana guru menyikapi perkembangan ini? Setidaknya ada tigakelompok guru dalam menyikapi hal ini, seperti tidak peduli, menunggupetunjuk, atau cepat menyesuaikan diri.

Kelompok pertama yaitu guru yang tidak peduli. Seorang guru yangmempunyai rasa percaya diri berlebihan (over confidence) barangkali akanberpegang kepada anggapan bahwa sampai kapanpun posisi guru tidak akantergantikan. Dalam setiap proses pembelajaran tetap diperlukan sentuhanmanusiawi dari seorang guru. Guru dalam kelompok ini menggambarkan muridsebagai seseorang yang bersifat tergantung. Pengalaman yang dimiliki muridtidak besar nilainya. Pengalaman yang sangat besar manfaatnya adalahpengalaman yang diperoleh dari gurunya. Murid tetap memerlukan sentuhanpsikologis dari seorang guru. Guru dalam mengajar tidak hanya mengutamakanmata pelajaran akan tetapi harus juga memperhatikan murid itu sendirisebagai manusia yang harus dikembangkan pribadinya. Harus dipeliharakeseimbangan antara perkembangan intelektual dan perkembangan psikologis.

Teknologi tidak dapat menggantikan manusia. Teknologi secanggihkomputer Pentium 4, DVD, internet atau apapun, tidak dapat menggantikanmanusia. Bagaimanapun teknologi berkembang secara pesat, guru tetapsebagai yang “harus digugu dan ditiru”. Memang tidak dapat dipungkiri bahwamedia tidak dapat menggantikan posisi guru, namun sikap tidak peduli terhadapperkembangan pengetahuan dan teknologi, bukanlah sikap yang tepat.Walaupun bagaimana, lingkungan kita terus berkembang, tuntutan masyarakatterhadap kualitas guru semakin meningkat. Guru harus peduli.

Kelompok kedua adalah yang menunggu petunjuk. Kelompok inilah yangpaling banyak ditemukan di sekolah. Mungkin ini akibat dari kebijakan sistempendidikan selama ini. Guru dalam sistem pendidikan nasional dianggapsebagai “tukang” melaksanakan kurikulum yang demikian rinci dan kaku.Kurikulum sangat lengkap dengan berbagai petunjuk teknis pelaksanaannya,sehingga guru tinggal melaksanakan tanpa boleh menyimpang dari pedomanbaku yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya, kurikulum dilengkapidengan Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP), yang kemudian olehTim Guru Mata Pelajaran atau MGMP dijabarkan dalam Program Tahunan,

Page 84: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

78 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Pendayagunaan Media Pembelajaran

Program Semester, AMP, Satuan Pelajaran, Rencana Pelajaran atau SkenarioPelajaran, dan sebagainya, yang semuanya dibuat secara rinci, tanpa pedulikondisi sekolah yang berbeda-beda.

Kelompok ketiga guru yang cepat menyesuaikan diri. Sejalan denganperubahan kurikulum, otonomi pendidikan dan manajemen berbasis sekolahatau berbasis kompetensi, bukan lagi saatnya bagi guru untuk selalu menunggupetunjuk. Guru adalah tenaga profesional, bukan amatir. Dengan berdasarpada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran setiap gurudituntut untuk dapat mengembangkan bahan ajar bagi murid dalam suatuproses pelaksanaan pembelajaran yang berkesinambungan. Guru dituntut untukmengembangkan kemampuan dan kompetensi murid, bukan sekedarpengetahuan tetapi murid-murid hendaknya mampu berpikir (kognitif), mampumenentukan sikap (affektif) dan mampu bertindak (psikomotor), sehingganantinya menjadi manusia yang bermartabat. Oleh karena itu saran yangtepat untuk guru adalah cepat-cepatlah menyesuaikan diri. Guru perlu segeramereposisi perannya saat ini, guru tidak lagi menjadi orang yang paling tahudi kelas, namun guru harus mampu menjadi fasilitator dalam belajar. Adabanyak sumber belajar yang tersedia di lingkungan kita, apakah sumber belajaryang dirancang untuk belajar ataukah yang tidak dirancang namun dapatdimanfaatkan untuk belajar. Guru yang baik akan merasa senang kalaumuridnya lebih pandai dari dirinya.

Mengapa Media Pembelajaran itu Perlu?Pernahkah guru menghadapi kesulitan dalam menjelaskan suatu materipelajaran kepada murid? Misalnya : guru ingin menjelaskan tentang seekorbinatang padang pasir yang disebut unta kepada murid TK atau SD di kelasawal. Contoh lain guru ingin menjelaskan tentang kereta api kepada muriddi daerah yang tidak ada kereta api, guru akan menjelaskan tentang pasarterapung, guru akan menjelaskan tentang bahayanya narkoba dan zat adiktif.Berikut ini beberapa cara yang mungkin dapat dilakukan oleh guru.

Cara pertama, guru bercerita tentang unta, kereta api, pasar terapungatau narkoba dan zat adiktif. Guru dapat bercerita mungkin karena pengalaman,membaca buku, cerita orang lain atau pernah melihat objek-objek itu. Apabilamurid-murid di sekolah tersebut sama sekali belum tahu, belum pernah melihatobjek-objek tersebut di televisi atau melihat gambarnya di buku, maka betapasulitnya guru menjelaskan hanya dengan kata-kata tentang objek tersebut.Kalau gurunya seorang yang ahli berceritera, tentu cerita guru itu akan sangatmenarik bagi murid-muridnya. Namun tidak semua orang diberikan karuniakepandaian bercerita. Penjelasan dengan kata-kata mungkin akan

Page 85: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

79Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

Pendayagunaan Media Pembelajaran

menghabiskan waktu yang lama. Pemahaman murid berbeda sesuai denganpengetahuan mereka sebelumnya, bahkan mungkin akan menimbulkankesalahan persepsi.

Cara kedua, guru membawa murid studi wisata melihat obyek-obyek itu.Guru membawa murid ke stasiun kereta, ke RSKO, atau menugasi muridnyamelakukan pengamatan dan wawancara. Cara ini lebih efektif dibandingkandengan cara lainnya. Namun masalahnya berapa biaya yang harus ditanggung,dan berapa lama waktu yang diperlukan. Cara ini efektif walaupun tidakefisien. Tidak mungkin semua murid dapat mengalami karena berbagaiketerbatasan misalnya jarak, tempat dan biaya.

Cara ketiga, guru membawa gambar, lukisan, foto, slide, film, video-vcd,tentang objek-objek tersebut. Cara ini akan membantu guru dalam memberikanpenjelasan. Selain menghemat kata-kata, menghemat waktu, penjelasan guru-pun akan lebih mudah dimengerti oleh murid, menarik, membangkitkan motivasibelajar, menghilangkan kesalahanpemahaman, serta informasi yangdisampaikan menjadi konsisten.

Ketiga cara di atas dapat kita sebutkan, cara pertama sebagai informasiverbal, cara kedua belajar pengalaman nyata, sedangkan cara ketiga informasimelalui media. Di antara ketiga cara tersebut, cara ketiga adalah cara yangpaling tepat dan bijaksana dilakukan oleh guru. Media belajar itu diperlukanoleh guru agar pembelajaran berjalan efektif dan efisien.

Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media/bahan/sarana belajar seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yangmembutuhkan media belajar seperti buku teks, bahan belajar yang dibuatoleh guru dan “audio-visual”.

Gambar: Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Sumber : Arif (1994 : hal. 79)

Pengalaman yang logis

Pengalaman yang didramatisasi

D e m o n s t r a s i

D a r m a w i s a t a

P a m e r a n

T e l e v i s i

F I L M

Rekaman Radio

Simbol visual

Simbol verbal

Bagan, Diagram, Grafik, dan sejenisnya

Foto, ilustrasi, slide, dan sejenisnya

Video, Tape, tuntutan

Film, tuntutan diskusi

Alat-alat, bahan mentah, papan tulis

Poster, Display, papan bulletin Tuntutan observasi

Wayang, skrip, drama

Model, objek, specimen

Pengalaman yang bertujuan Manual tuntutan

Page 86: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

80 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Pendayagunaan Media Pembelajaran

Mengapa Guru Tidak Menggunakan Media Pembelajaran?Masalah yang sering ditemui di lapangan/di sekolah, mengapa sampai

saat ini masih ada guru yang enggan menggunakan media dalam mengajar?Berdasarkan pengalaman, pengamatan dan diskusi dalam berbagaikesempatan dengan para guru, terdapat sekurang-kurangnya tujuh alasanguru tidak menggunakan media pembelajaran, yaitu :

Pertama, menggunakan media itu repot.Mengajar dengan menggunakan media perlu persiapan. Apalagi kalau mediaitu semacam OHP, audio visual, vcd, slide projector atau internet. Perlu listriklagi. Guru sudah sangat repot dengan menulis persiapan mengajar, jadwalpelajaran yang padat, jumlah kelas paralel yang sedikit, masalah keluarga dirumah dan lain-lain. Mana sempat memikirkan media pembelajaran.Demikianlah beberapa alasan yang sering dikemukakan oleh para guru.Padahal kalau guru mau berpikir dari aspek lain, bahwa dengan mediapembelajaran akan lebih efektif, maka tidak ada alasan repot. Pikirkanlahbahwa sedikit repot, tetapi akan mendapatkan hasil optimal. Mediapembelajaran juga relatif awet, artinya sekali menyiapkan bahanpembelajaran, dapat dipakai beberapa kali penyajian. Selanjutnya tidak repotlagi.

Kedua, media itu canggih dan mahal.Tidak selalu media itu harus canggih dan mahal. Nilai penting dari sebuahmedia pembelajaran bukan terletak pada kecanggihannya (apalagi harganyayang mahal) namun pada efektifitas dan efisiensi dalam membantu prosespembelajaran. Banyak media sederhana yang dapat dikembangkan oleh gurudengan harga murah. Kalaupun dibutuhkan media canggih semacam audio-visual atau multi media, maka “cost-nya” akan menjadi murah apabila dapatdigunakan oleh banyak murid dan beberapa guru.

Ketiga, tidak bisa.Demam teknologi ternyata menyerang sebagian dari guru-guru kita. Adabeberapa guru yang “takut” dengan peralatan elektronik, takut kena setrum,takut korsleting, takut salah pijit, dan sebagainya.Alasan ini menjadi lebih parah ditambah dengan takut rusak. Akibatnya mediaOHP, audio-visual atau slide projector yang telah dimiliki, sejak awal beli barutetap tersimpan rapi di ruang kepala sekolah. Sebenarnya, dengan sedikitlatihan dan mengubah sikap bahwa media mudah dan menyenangkan, makasegala sesuatunya akan berubah.

Keempat, media itu hiburan (membuat murid main-main, tidak serius),sedangkan belajar itu serius. Alasan ini sudah jarang ditemui di sekolah,namun tetap ada. Menurut pendapat orang-orang terdahulu belajar itu harusdengan serius. Belajar itu harus mengerutkan dahi. Media pembelajaran itu

Page 87: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

81Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

Pendayagunaan Media Pembelajaran

identik dengan dengan hiburan. Hiburan adalah hal yang berbeda denganbelajar. Tidak mungkin belajar sambil santai. Ini memang pendapat orang-orang zaman dahulu. Paradigma belajar kini sudah berubah. Kalau bisa belajardengan menyenangkan, mengapa harus dengan menderita?. Kalau dapatdilakukan dengan mudah, mengapa harus dipersulit?

Kelima, tidak tersedia.Tidak tersedia media pembelajaran di sekolah, mungkin ini adalah alasanyang masuk akal. Tetapi seorang guru tidak boleh menyerah begitu saja. Iaadalah seorang profesional yang harus kreatif, inovatif dan banyak inisiatif.Media pembelajaran tidak harus selalu canggih, namun dapat jugadikembangkan sendiri oleh guru. Dalam hal ini pimpinan sekolah hendaklahcepat tanggap. Jangan sampai suasana kelas itu menjadi gersang, di kelashanya ada papan tulis dan kapur.

Keenam, kebiasaan menikmati ceramah/bicara.Metode mengajar dengan ceramah adalah hal yang enak. Berbicara itumemang nikmat. Inilah kebiasaan yang sulit di rubah. Seorang guru cenderungmengulang cara guru-gurunya yang terdahulu. Mengajar denganmengandalkan verbal lebih mudah, tidak memerlukan persiapan mengajaryang banyak, jadi lebih enak untuk guru, tetapi tidak enak untuk murid. Halyang harus dipertimbangkan dalam pembelajaran adalah kepentingan muridyang belajar, bukan kepuasan guru semata.

Ketujuh, kurangnya penghargaan dari atasan.Kurangnya penghargaan dari atasan, mungkin adalah alasan yang masuk akal.Sering terjadi bahwa guru yang mengajar dengan media pembelajaran yangdipersiapkan secara baik, kurang mendapatkan penghargaan dari pimpinansekolah/pimpinan yayasan. Tidak adanya reward bagi guru sering menjadikanguru menjadi “malas”. Selama ini tidak ada perbedaan perlakuan bagi guruyang menggunakan media pembelajaran dengan guru yang mengajar dengantidak menggunakan media (metode ceramah/bicara saja). Sebetulnya bentukpenghargaan tidak harus dalam bentuk materi, tetapi dapat dengan bentukpujian atau bentuk lainnya.

Apa Pertimbangan dalam Memilih Media Pembelajaran?Sejak tahun 1930 berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahuikebermanfaatan penggunaan media untuk keperluan pembelajaran. Penelitianini diawali dengan evaluasi media untuk melihat apakah suatu media dapatdipergunakan untuk pembelajaran.Penelitian ini berasumsi bahwa media sebagai stimulus dapat mengubahperilaku. Akan tetapi hasil penelitian itu dianggap kurang dapat diandalkan

Page 88: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

82 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Pendayagunaan Media Pembelajaran

karena hasilnya menunjukkan bahwa semua media dapat dipergunakan untukpembelajaran.

Oleh karena itu penelitian-penelitian berikutnya beralih ke penelitianperbandingan media untuk pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui apakah suatu media lebih baik daripada media lain. Misalnya,apakah gambar diam lebih baik daripada gambar hidup (film) atau apakahmedia audio lebih baik dari pada media visual. Hasil penelitian-penelitian ituternyata tidak konsisten dan sulit dapat dipercaya. Kemudian penelitian beralihlagi ke media itu sendiri untuk mengetahui keunggulan suatu media dalammenyampaikan bahan pembelajaran. Hasil penelitian terakhir ini jugatampaknya kurang memuaskan.

Dari berbagai jenis penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas,diketahui bahwa pada hakikatnya bukan media itu sendiri yang menentukanhasil belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan media dalam prosespembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan,(2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengandemikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketigafaktor tersebut. Tidak berarti bahwa semakin canggih media yang digunakanakan semakin tinggi hasil belajar atau sebaliknya. Untuk tujuan pembelajarantertentu dapat saja penggunaan papan tulis lebih efektif dan lebih efesiendaripada penggunaan LCD, apabila bahan ajarnya dikemas dengan tepat sertadisajikan kepada siswa yang tepat pula.Sungguhpun demikian, secara operasional ada sejumlah pertimbangan dalammemilih media pembelajaran yang tepat, antara lain :AccessKemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media.Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkanoleh murid? Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, perludipertimbangkan terlebih dahulu, apakah ada saluran untuk koneksi ke internet,adakah jaringan teleponnya? Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnyaapakah murid diizinkan untuk menggunakan komputer yang terhubung keinternet? Jangan hanya kepala sekolah saja yang boleh menggunakan internet,tetapi juga guru/karyawan dan murid. Bahkan murid lebih penting untukmemperoleh akses.

CostBiaya juga harus menjadi bahan pertimbangan. Banyak jenis media yang dapatmenjadi pilihan kita. Media pembelajaran yang canggih biasanya mahal.Namun biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Sebab semakin

Page 89: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

83Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

Pendayagunaan Media Pembelajaran

banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakinmenurun.TechnologyMungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu. Tetapi kita perlumemperhatikan apakah teknisinya tersedia dan mudah menggunakannya?Katakanlah kita ingin menggunakan media audio visual untuk di kelas, perlukita pertimbangkan, apakah ada aliran listriknya, apakah voltase listriknyacukup dan sesuai, bagaimana cara mengoperasikannya?

InteractivityMedia yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atauinteraktivitas. Semua kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan olehguru tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajarantersebut.

OrganizationPertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya apakahpimpinan sekolah atau pimpinan yayasan mendukung? Bagaimanapengorganisasiannya? Apakah di sekolah tersedia sarana yang disebut pusatsumber belajar?

NoveltyKebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan.Sebab media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagimurid. Dari beberapa pertimbangan di atas, yang terpenting adalah adanyaperubahan sikap guru agar mau memanfaatkan dan mengembangkan mediapembelajaran yang “mudah dan murah”, dengan memanfaatkan sumberdayayang ada di lingkungan sekitarnya serta memunculkan ide dan kreativitasyang dimilikinya.

PenutupTidak diragukan lagi bahwa semua guru sepakat bahwa media itu perlu

dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belummenggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalammemilih media, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisimasing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah mediayang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannyasecara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa.

Page 90: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

84 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Pendayagunaan Media Pembelajaran

Daftar PustakaArif, Zainuddin. (1994). Andragogi. Bandung: AngkasaDePorter, Bobbi & Mike Hernacki. (1999). Quantum learning, membiasakan

belajar nyaman dan menyenangkan. Bandung: KAIFADe Porter, Bobbi; Mark Reardon & Sarah Singer-Nourie. (2002). Quantum teach-

ing, mempraktikkan quantum learning di ruang-ruang kelas. Bandung:KAIFA

Kemp, Jerrold E. (1994). Designing effective instruction. New York: MacMillanPublisher

Sadiman, Arief. (1990). Media pendidikan, pengertian pengembangan danpemanfaatan. Jakarta: Rajawali

Page 91: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

85Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui E-Learning

Meningkatkan Mutu PendidikanMelalui E-Learning

Drs. Tafiardi*)

*) Dosen Universitas Negeri Jakarta

Opini

Abstrakejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi terutama teknologiinformasi, pemanfaatan internet dalam bidang pendidikan terusberkembang. Pemanfaatan internet ini tidak hanya untuk pendidikanjarak jauh, akan tetapi juga dikembangkan dalam sistem pendidikan

konvensional. E-learning adalah suatu model pembelajaran yang dibuat dalamformat digital melalui perangkat elektronik. Tujuan digunakannya e-learningdalam sistem pembelajaran adalah untuk memperluas akses pendidikan kemasyarakat luas.

Kata kunci: Internet, mutu pendidikan, teknologi informasi, world wide web , e-learning

AbstractIn line with the development of technologiy and science especially in informationtechnology, the usage of internet in education is increasing intensively. Theinternet is used not only for the long distance learning system but it is also forthe conventional education system. One of the facilities availeble in the internetis e-learning. E-Learning is a learning model made in digital format throughelectronical instrument namely internet. The intent of using e-Learning ineducation system is to expand the acces of the educational process to thelarger community.

PendahuluanIlmu dan teknologi terutama teknologi informasi berkembang sangat pesatyang berdampak pada pelbagai perubahan sosial budaya. Contohnya e-commerce merupakan salah satu perubahan radikal dalam aspek ekonomimasyarakat modern saat ini. Di sektor pemerintahan ada e-government dandi sektor pendidikan sudah berkembang apa yang disebut e-learning.

S

Page 92: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

86 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui E-Learning

Di Indonesia pemanfaatan teknologi internet dimulai sekitar tahun 1995ketika IndoInternet membuka jasa layanan internet dan tahun 1997-an mulaiberkembang pesat. Namun kini pemanfaatan teknologi ini masih didominasioleh lembaga seperti perbankan, perdagangan, media massa, atau kalanganindustri. Bila dilihat potensinya, dalam waktu mendatang mungkin saja lembagapendidikan akan mendominasinya. Pemanfatan teknologi internet untukpendidikan di Indonesia secara resmi dimulai sejak dibentuknya telematikatahun 1996.

Seiring perkembangan zaman, pemanfaatan internet untuk pendidikan diIndonesia khususnya di perguruan tinggi terus berkembang yang dipeloporioleh Institut Teknologi Bandung. Pemanfaatan internet untuk pendidikan initidak hanya untuk pendidikan jarak jauh, akan tetapi juga dikembangkan dalamsistem pendidikan konvensional. Kini sudah banyak lembaga pendidikanterutama perguruan tinggi yang sudah mulai merintis dan mengembangkanmodel pembelajaran berbasis internet dalam mendukung sistem pendidikankonvensional. Internet sebagai media baru belum memasyarakat. Demikianpula orang-orang yang terlibat dalam lembaga pendidikan belum terbiasamenggunakan internet.

Penyelenggaraan pendidikan nasional yang bersifat konvensional,mengalami banyak kendala ketika dituntut untuk memberikan pelayanannyabagi masyarakat luas yang tersebar di seluruh Nusantara. Kendala tersebutantara lain keterbatasan finansial, jauhnya lokasi, dan keterbatasan jumlahinstitusi. Saat ini telah berkembang teknologi informasi yang dapat dimanfaatanuntuk mengatasi kendala tersebut. Sudah saatnya teknologi informasidimanfaatkan secara optimal dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.Terlebih di masa depan pendidikan akan mengahadapi persaingan global yangsangat ketat. Agar dapat memenangkan ataupun dapat ikut bermain dalamdinamika global membutuhkan prasyarat kekuatan kepercayaan diri dankemandirian.

Oleh karena itu artikel ini akan membahas tentang kemungkinanpengembangan mutu pendidikan melalui e-learning.

PengertianElectronic learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasimasalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yangsedang berkembang. Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-bedadengan e-learning, namun pada prinsipnya e-learning adalah pembelajaranyang menggunakan jasa elektronika sebagai alat bantunya. E-learning memangmerupakan suatu teknologi pembelajaran yang yang relatif baru di Indonesia.

Page 93: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

87Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui E-Learning

Untuk menyederhanakan istilah, maka electronic learning disingkat menjadie-learning. Kata ini terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatandari ‘electronica’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learningberarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkatelektronika. Jadi dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio,video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya. Dengan katalain e-learning adalah pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasateknologi seperti telepon, audio, vidiotape, transmisi satelite atau komputer.

Banyak hal yang mendorong mengapa e-learning menjadi salah satu pilihanuntuk peningkatan mutu pendidikan, antara lain pesatnya fasilitas teknologiinformasi, dan perkembangan pengguna internet di dunia saat ini berkembangdengan cepat. Penggunaan internet menjadi suatu kebutuhan dalammendukung pekerjaan atau tugas sehari-hari. Apalagi dengan tersedianyafasilitas jaringan (Internet infrastructure) dan koneksi internet (InternetConnections). Serta tersedianya piranti lunak pembelajaran (managementcourse tools). Juga orang yang terampil mengoperasikan atau menggunakaninternet semakin meningkat jumlahnya (Soekartawi, 2002).

Internet Sebagai Media PendidikanInternet adalah jaringan komputer. Tetapi jaringan komputer belum tentuinternet. Jaringan sekelompok komputer yang sifatnya terbatas disebut sebagaijaringan lokal (Local Area Network). Internet merupakan jaringan yang terdiriatas ribuan bahkan jutaan komputer, termasuk di dalamnya jaringan lokal,yang terhubungkan melalui saluran (satelit, telepon, kabel) dan jangkauanyamencakup seluruh dunia (Kamarga, 2002). Jaringan ini bukan merupakansuatu organisasi atau institusi, sifatnya bebas, karena itu tidak ada pihakyang mengatur dan memilikinya.

Internet lahir pada masa perang dingin sekitar tahun 1969. Digunakanpertama kali untuk keperluan militer (Ahmad Bustami, 1999). Jaringan inimenghubungkan antarkomputer di daerah-daerah vital dalam rangkamengatasi masalah jika terjadi serangan nuklir. Jaringan komputerberkembang sangat pesat dan dipecah menjadi dua bagian Milnet dan Arpanet.Milnet digunakan khusus untuk keperluan militer, sedangkan Arpanet digunakanuntuk keperluan nonmiliter terutama perguruan tinggi. Gabungan keduajaringan ini pada akhirnya dikenal dengan nama Darpa Internet, yangkemudian disederhanakan menjadi internet.

Penemuan internet dianggap sebagai penemuan yang cukup besar, yangmengubah dunia dari bersifat lokal atau regional menjadi global. Sumber-sumber informasi dunia dapat diakses oleh siapa pun dan di mana pun melalui

Page 94: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

88 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui E-Learning

jaringan internet. Melalui internet faktor jarak dan waktu sudah tidak menjadimasalah. Dunia seolah-olah menjadi kecil, dan komunikasi menjadi mudah.Dalam hal ini Onno W. Purbo (2001) melukiskan bahwa internet juga telahmengubah metode komunikasi massa dan penyebaran data atau informasisecara fleksibel dan mengintegrasikan seluruh bentuk media massakonvensional seperti media cetak dan audio visual.

Internet memiliki banyak fasilitas yang telah digunakan dalam berbagaibidang, seperti militer, media massa, bisnis, dan juga untuk pendidikan.Fasilitas tersebut antara lain: e-mail, Telnet, Internet Relay Chat, Newsgroup,Mailing List (Milis), File Transfer Protocol (FTP), atau World Wide Web (WWW).Di antara banyak fasilitas tersebut menurut Onno W. Purbo (1997), “ada limaaplikasi standar internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan,yaitu e-mail, Mailing List (milis), News group, File Transfer Protocol (FTC),dan World Wide Web (WWW)”.

Electronic mail (e-mail), mulai diperkenalkan tahun 1971 (http://www.livinginternet.com). Fasilitas ini sering disebut sebagai surat elektronik,merupakan fasilitas yang paling sederhana dan mudah digunakan. Dalam surveiyang dilakukan sebuah lembaga riset Amerika Serikat (Graphics, Visualizationand Usability Center) diketahui bahwa 84% responden memilih e-mail sebagaiaplikasi terpenting internet, lebih penting daripada web. (http://www.gvu.gatech..edu/user_surveis/).

Mailing List mulai diperkenalkan setelah e-mail yaitu sejak tahun 1972(http://www.livinginternet.com). Ini merupakan salah satu fasilitas yang dapatdigunakan untuk membuat kelompok diskusi atau penyebaran informasi. Carakerja mailing list adalah pemilik e-mail dapat bergabung dalam sebuahkelompok diskusi, atau bertukar informasi yang tidak dapat diintervensi olehorang di luar kelompoknya. Komunikasi melalui fasilitas ini sama seperti e-mailbersifat tidak langsung (asynchronous). News group adalah fasilitas internet yangdapat dilakukan untuk komunikasi antar dua orang atau lebih secara serentak(waktu bersamaan) atau bersifat langsung (synchronous). Bentuk pertemuan inisering disebut sebagai konferensi, dengan fasilitas video conferencing, atau tekssaja, atau bisa audio dengan menggunakan fasilitas chat (IRC).

Melalui fasilitas File Transfer Protocol (FTC) ini orang dapat menstransferdata/file dari satu komputer ke internet (up-load) sehingga bisa diakses olehpengguna internet di seluruh pelosok dunia. Di samping itu fasilitas ini dapatmengambil arsip/file dari situs internet ke dalam komputer pengguna (down-load). World Wide Web atau sering disebut Web mulai diperkenalkan tahun1990-an (http://www.livinginternet.com). Fasilitas ini merupakan kumpulandokumentasi terbesar yang tersimpan dalam berbagai server yang terhubungmenjadi suatu jaringan (internet). Dokumen ini dikembangkan dalam format

Page 95: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

89Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui E-Learning

hypertext 2), dengan menggunakan Hypertext Markup Language (HTML).Melalui format ini dimungkinkan terjadinya link dari satu dokumen ke dokumen/bagian lain. Selain itu fasilitas ini bersifat multimedia, yang terdiri dari kombinasiunsur teks, foto, grafika, audio, animasi, dan juga video.

Teknologi internet pada hakikatnya merupakan perkembangan dariteknologi komunikasi generasi sebelumnya. Media seperti radio, televisi, video,multi media, dan media lainnya telah digunakan dan dapat membantumeningkatkan mutu pendidikan. Apalagi media internet yang memiliki sifatinteraktif, bisa sebagai media massa dan interpersonal, gudangnya sumberinformasi dari berbagai penjuru dunia, sangat dimungkinkan menjadi mediapendidikan lebih unggul dari generasi sebelumnya. Dengan fasilitas yangdimilikinya. Menurut Onno W. Purbo (1998) paling tidak ada tiga hal dampakpositif penggunaan internet dalam pendidikan yaitu:a. Peserta didik dapat dengan mudah mengambil mata kuliah di mana pun

di seluruh dunia tanpa batas institusi atau batas negara.b. Peserta didik dapat dengan mudah berguru pada para ahli di bidang yang

diminatinya.c. Kuliah/belajar dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia

tanpa bergantung pada universitas/sekolah tempat si mahasiswa belajar.Di samping itu kini hadir perpustakan internet yang lebih dinamis danbisa digunakan di seluruh jagat raya.Menurutnya, manfaat internet bagi pendidikan adalah dapat menjadi akses

kepada sumber informasi, akses kepada nara sumber, dan sebagai mediakerjasama. Akses kepada sumber informasi yaitu sebagai perpustakaan on-line, sumber literatur, akses hasil-hasil penelitian, dan akses kepada materikuliah. Akses kepada nara sumber bisa dilakukan komunikasi tanpa harusbertemu secara phisik. Sedangkan sebagai media kerjasama internet bisamenjadi media untuk melakukan penelitian bersama atau membuat semacammakalah bersama.

Mengingat topografi dan demografi penduduk Indonesia yang kurangmenguntungkan, maka kita sudah saatnya memikirkan sistem pendidikan yangdapat dijangkau oleh penduduk paling terpencil dan paling minim sumberdayanya. Dilihat dari upaya penerapan teknologi tersebut, sungguh banyakpotensi yang dapat dijadikan modal dasar penerapan teknologi informasi dalampendidikan masyarakat.Ada beberapa alasan yang dapat diangkat, bahwa teknologi informasi dapatditerapkan dalam media pendidikan, di antaranya:

Pertama, banyak sekolah yang memiliki komputer sendiri sehinggadimungkinkan untuk dikembangkan paket belajar Personal-Interaktif yangmateri ajarnya dikemas dalam suatu software. Peserta dapat belajar dengan

Page 96: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

90 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui E-Learning

cara menjalankan program komputer atau perangkat lunak tersebut di komputersecara mandiri dan di lokasi masing-masing. Melalui paket program belajarini peserta ajar dapat melakukan simulasi atau juga umpan balik tentangkemajuan belajarnya.

Kedua, Negara Indonesia terdiri atas ribuan pulau yang tersebar dalamwilayah yang sangat luas, serta dihuni lebih dari 200 juta penduduk dengandistribusi secara tidak homogen. Kondisi ini memang disadari memiliki kendalaketika akan diterapkan sistem pendidikan konvensional (tatap muka). Makateknologi informasi yang mungkin diterapkan untuk kondisi tersebut adalahmelalui jaringan internet. Melalui media ini proses belajar dapat dijalankansecara on line atau di-down-load untuk keperluan off line. Peserta didik dapatmengakses sistem kapan saja dan sesering mungkin (time independence),tidak terbatas pada jam belajar dan tidak tergantung pada tempat (placeindependence). Fungsi lain yang dapat digunakan untuk proses belajar tersebutmelalui e-mail atau grup diskusi, yang dapat berinteraksi dan mengirimkannaskah secara electronic. Pada perguruan tinggi, pemanfaatan teknologiinformasi telah dibangun dalam suatu sistem yang disebut e-University(electronic university). Pengembangan e-University ini bertujuan mendukungpenyelenggaraan pendidikan sehingga dapat menyediakan layanan informasiyang lebih baik kepada komunitasnya baik di dalam (internal) maupun diluar(eksternal) perguruan tinggi tersebut.

Ketiga, untuk kesamaan mutu dalam memperolah materi, dikembangkanpaket belajar terdistribusi yaitu materi belajar ditempatkan/disimpan di sebuahserver yang tersambung ke internet sehingga dapat diambil oleh peserta ajarbaik memakai Web-Browser ataupun File Transport Protocol (aplikasipengiriman file).

Internet sebagai media pendidikan memiliki keunggulan, dan kelemahan.Budi Rahardjo menyatakan bahwa infrastruktur internet masih terbatas danmahal. Keterbatasan dana, dan budaya baca kita masih lemah. Di sinilahtantangan bagaimana mengembangkan model pembelajaran melalui internet.

Metode PembelajaranPada dasarnya cara penyampaian atau cara pemberian (delivery system) darie-learning, dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: komunikasi satu arah dankomunikasi dua arah.Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melaluisistem dua arah. Dalam e-learning, sistem dua arah ini juga bisa diklasifikasikanmenjadi dua, yaitu:a. Dilaksanakan melalui cara langsung artinya pada saat instruktur

memberikan pelajaran, murid dapat langsung mendengarkan.

Page 97: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

91Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui E-Learning

b. Dilaksanakan melalui cara tidak langsung misalnya pesan dari instrukturdirekam dahulu sebelum digunakan.

Karakteristik e-learning ini antara lain adalah:a. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Guru dan siswa, siswa dan

sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi denganrelatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang bersifat protokoler.

b. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computernetworks)

c. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials)disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapansaja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya

d. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajardan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihatsetiap saat di komputer.Pemanfaatan e-learning tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik

pembelajaran yang tersedia di internet begitu lengkap, maka hal ini akanmempengaruhi tugas guru dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses belajarmengajar didominasi oleh peran guru, karena itu disebut the era of teacher.Kini, proses belajar dan mengajar, banyak didominasi oleh peran guru danbuku (the era of teacher and book) dan pada masa mendatang proses belajardan mengajar akan didominasi oleh peran guru, buku dan teknologi (the eraof teacher, book and technology). Dalam era global seperti sekarang ini, setujuatau tidak, mau atau tidak mau, kita harus berhubungan dengan teknologikhususnya teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena teknologi tersebuttelah mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, kita sebaiknyatidak ‘gagap’ teknologi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa siapayang terlambat menguasai informasi, maka terlambat pulalah memperolehkesempatan untuk maju.

Informasi sudah merupakan ‘komoditi’ sebagai layaknya barang ekonomiyang lain. Peran informasi menjadi kian besar dan nyata dalam dunia modernsekarang ini. Hal ini bisa dimengerti karena masyarakat sekarang menujupada era masyarakat informasi (information age) atau masyarakat ilmupengetahuan (knowledge society). Oleh karena itu tidak mengherankan kalauada perguruan tinggi yang menawarkan jurusan informasi atau teknologiinformasi, maka perguruan tinggi tersebut berkembang menjadi pesat.

Perkembangan pengguna internet di dunia ini berkembang sangat cepatkarena beberapa hal, antara lain:(a). Menggunakan internet adalah suatu kebutuhan untuk mendukung

pekerjaan atau tugas sehari-hari

Page 98: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

92 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui E-Learning

(b). Tersedianya fasilitas jaringan (Internet infrastructure) and koneksi internet(Internet Connections)

(c). Semakin tersedianya piranti lunak pembelajaran (management coursetools)

(d). Keterampilan jumlah orang yang mengoperasikan atau menggunakaninternet

(e). Kebijakan yang mendukung pelaksanaan program yang menggunakaninternet tersebut (Soekartawi, 2002).

Pemanfaatan internet di Indonesia pada tahap ‘baru mulai’. Sebenarnyapemanfatan internet untuk e-learning di Indonesia bisa ditingkatkan kalaufasilitas yang mendukungnya memadai, baik fasilitas yang berupa infrastrukturmaupun fasilitas yang bersifat kebijakan. Hal ini bukan saja didukung olehdata seperti yang disajikan di atas, namun juga semakin banyaknya warung-warung internet (Internet Kios) yang muncul di pelosok Indonesia.

Pengguna internet bukan saja dari kalangan pelajar dan mahasiswa, namunjuga dari kalangan masyarakat yang lain. Hal ini bisa dipakai sebagai indikasibahwa internet memang diperlukan untuk membantu kelancaranan pekerjaanatau tugas-tugas pengguna internet.

Pengembangan e-learning tidak semata-mata hanya menyajikan materipelajaran secara on-line saja, namun harus komunikatif dan menarik. Materipelajaran didesain seolah peserta didik belajar di hadapan pengajar melaluilayar komputer yang dihubungkan melalui jaringan internet. Untuk dapatmenghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002)mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu“sederhana, personal, dan cepat”. Sistem yang sederhana akan memudahkanpeserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada , dengankemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sisteme-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untukproses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-learning-nya.

Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik sepertilayaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas.Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didikdiperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya.Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di depan layarkomputernya.

Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepatterhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikianperbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau

Page 99: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

93Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui E-Learning

pengelola. Untuk meningkatkan daya tarik belajar, Onno W. Purbomenambahkan perlunya menggunakan teori games. Teori ini dikemukakansetelah diadakan sebuah pengamatan terhadap perilaku para penggemargames komputer yang berkembang sangat pesat. Bermain games komputersangatlah mengasyikan. Para pemain akan dibuat hanyut dengan karakteryang dimainkannya lewat komputer tersebut. Bahkan mampu duduk berjam-jam dan memainkan permainan tersebut dengan senang hati. Fenomena inisangat menarik dalam mendesain e-learning. Dengan membuat sistem e-learning yang mampu menghanyutkan peserta didik untuk mengikuti setiaplangkah belajar di dalamnya seperti layaknya ketika bermain sebuah games.Penerapan teori games dalam merancang materi e-learning perludipertimbangkan karena pada dasarnya setiap manusia menyukai permainan.

Secara ringkas, e-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta didikbelajar secara konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam sistem digitalmelalui internet. Karena itu e-leraning perlu mengadaptasi unsur-unsur yangbiasa dilakukan dalam sistem pembelajaran konvensional. Misalnya dimulaidari perumusan tujuan yang operasional dan dapat diukur, ada apersepsiatau pre tes, membangkitkan motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif,uraian materi yang jelas, contoh-contoh konkrit, problem solving, tanya jawab,diskusi, post test, sampai penugasan dan kegiatan tindak lanjutnya. Oleh karenaitu merancang e-learning perlu melibatkan pihak terkait, antara lain: pengajar,ahli materi, ahli komunikasi, programmer, seniman, dan lain-lain.

Faktor-Faktor dalam Pemanfaatan E-LearningAhli-ahli pendidikan dan ahli internet menyarankan beberapa hal yang perludiperhatikan sebelum seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran(Hartanto dan Purbo, 2002) antara lain:a. Analisis Kebutuhan (Need Analysis). Dalam tahapan awal, satu hal yang

perlu dipertimbangkan adalah apakah memang memerlukan e-learning.Pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan perkiraan atau dijawabberdasarkan atas saran orang lain. Setiap lembaga menentukan teknologipembelajaran sendiri yang berbeda satu sama lain. Untuk itu perlu diadakananalisis kebutuhan atau need analysis yang mencakup studi kelayakanbaik secara teknis, ekonomis, maupun social.

b. Rancangan Instruksional yang berisi tentang isi pelajaran, topik, satuankredit, bahan ajar/kurikulum.

c. Evaluasi yaitu sebelum program dimulai, ada baiknya dicobakan denganmengambil beberapa sampel orang yang dimintai tolong untuk ikutmengevaluasi.

Page 100: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

94 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui E-Learning

Terakhir yang harus diperhatikan masalah yang sering dihadapi yaitu:a. Masalah akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan

jaringan internet, listrik, telepon dan infrastruktur yang lain.b. Masalah ketersediaan software (piranti lunak). Bagaimana mengusahakan

piranti lunak yang tidak mahal.c. Masalah dampaknya terhadap kurikulum yang ada.d. Masalah skill and knowledge.

Oleh karena itu perlu diciptakan bagaimana semuanya mempunyai sikapyang positif terhadap media internet dan perangkatnya sehingga penggunaanteknologi baru bisa mempercepat pembangunan.

Kelebihan dan Kekurangan E-LearningMenyadari bahwa di internet dapat ditemukan berbagai informasi dan informasiitu dapat diakses secara lebih mudah, kapan saja dan di mana saja, makapemanfaatan internet menjadi suatu kebutuhan. Bukan itu saja, penggunainternet bisa berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara yang sangat mudahmelalui teknik e-moderating yang tersedia di internet. Contoh SMART Schooldi Malaysia.

Ada empat hal yang perlu disiapkan sebelum pemanfaatan internet untuke-learning yaitu:a. Melakukan penyesuaian kurikulum. Kurikulum sifatnya holistik.

Pengetahuan, keterampilan dan nilai (values) diintegrasikan dengankebutuhan di era informasi ini. Kurikulumnya bersifat competency basedcurriculum.

b. Melakukan variasi cara mengajar untuk mencapai dasar kompetensi yangingin dicapai dengan bantuan komputer.

c. Melakukan penilaian dengan memanfaatkan teknologi yang ada(menggunakan komputer, online assessment system)

d. Menyediakan material pembelajaran seperti buku, komputer, multimedia,studio, dll yang memadai. Materi pembelajaran yang disimpan di komputerdapat diakses dengan mudah baik oleh guru maupun siswa.Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia

di literatur, memberikan penjelasan tentang manfaat penggunaan internet,khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh (Soekartawi, 2002), antaralain dapat disebutkan sbb:a. Tersedianya fasi l itas e-moderating. Guru dan s iswa dapat

berkomunikasisecara mudah melalui fasilitas internet secara regular ataukapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan tanpa dibatasi oleh jarak,tempat dan waktu.

b. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar

Page 101: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

95Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui E-Learning

yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisasaling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.

c. Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di manasaja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.

d. Bila siswamemerlukan tambahan informasi berkaitan dengan bahan yangdipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.

e. Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yangdapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambahilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

f. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktifg. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan

tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagimereka yang bertugas di kapal, di luar negeri, dsb-nya.Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-

learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan antara lain:a. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu

sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya valuesdalam proses belajar dan mengajar.

b. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dansebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis

c. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan bukanpendidikan.

d. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajarankonvensional, kini juga dituntut menguasai teknik pembelajaran yangmenggunakan internet.

e. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar tinggi cenderung gagalf. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan

dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer).g. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan bidang

internet dan kurangnya penguasaan bahasa komputer. Kini pemerintah telah berupaya untuk memanfaatkan dan memaksimalkan

tersedianya informasi teknologi dengan membentuk Kantor Menteri NegaraInformasi dan Teknologi. Di tiap departemen bahkan ada unit yang menanganiteknologi informasi. Di Depdiknas misalnya ada Pustekkom atau Pusat TeknologiKomunikasi dan Informasi untuk Pendidikan; di tiap Universitas ada PusatKomputer, dan masih banyak contoh lain. Sayangnya cyberlaws di Indonesiayang juga pernah dibahas dan disiapkan, belum juga selesai hingga kini.E-learning kini banyak digunakan oleh para penyelenggara pendidikan terbukadan jarak jauh. Kalau dahulu hanya Universitas Terbuka yang diijinkanmenyelenggarakan pendidikan jarak jauh, maka kini dengan terbitnya SuratKeputusan Menteri Pendidikan Nasional No.107/U/2001 (2 Juli 2001) tentang

Page 102: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

96 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui E-Learning

‘Penyelenggaraan Program Pendidikan Tinggi Jarak Jauh’, maka perguruantinggi tertentu yang mempunyai kapasitas menyelenggarakan pendidikanterbuka dan jarak jauh menggunakan e-learning, juga telah diijinkanmenyelenggarakannya.

Lembaga-lembaga pendidikan non-formal seperti kursus-kursus, juga telahmemafaatkan keunggulan e-learning ini untuk program-programnya. Begitupula halnya dengan Undang-Undang Pendidikan yang baru nanti, yang segeraakan disahkan oleh DPR, juga akan mengatur penyelenggaraan pendidikanterbuka dan jarak jauh di Indonesia dengan menggunakan teknologi e-learning.

Bahan Ajar Melalui E-learningMelalui pemanfaatkan teknologi informasi, diharapkan materi ajar dapat

diakses oleh siapa saja dan kapan saja. Akses terhadap materi ajar sebenarnyadapat diatur bila dikehendaki karena tersedia fasilitas pengaman. Hanya orangyang telah mendaftar saja yang bisa mengakses materi ajar tersebut. Karenamahalnya pembuatan bahan ajar maka negara sebagai penanggung jawabmencerdaskan kehidupan bangsa perlu menyiapkan bahan tersebut sehinggadapat dipakai di seluruh Indonesia.

Persoalan mendasar berkenaan dengan model ajar ini, adalah keterbatasanpihak sekolah untuk menyediakan komputer termasuk internet dalam prosespengajaran. Oleh karena itu perlu ada aksi untuk menyiapkan institusipendidikan (ready for learning), yaitu dengan cara melibatkan para guru dandepartemen terkait, misalnya depdiknas, dan departemen ristek yang ada diwilayah masing-masing. Mereka ini harus menyiapkan termasuk mengetahuimateri ajar yang tersedia dan cara akses atau mendapatkannya. Merekabertanggungjawab membantu inst itus i pendidikan termasukmengkomunikasikan materi ajar yang tidak dipahami sehingga dapatmempelajarinya dalam waktu tertentu.

Saat ini telah banyak sekali sumber belajar yang berbasis komputer bahkanberbasis multmedia (buatan dalam dan luar negeri) baik yang berfungsi sebagaimateri pokok, maupun sebagai materi pengayaan. Namun penelitian tentangdampak dari penggunaan sumber belajar tersebut belum banyak dilakukan,terutama dalam hal kemungkinan adanya miskonsepsi yang ditimbulkan olehsumber belajar itu. Oleh karena itu, studi tentang pengembangan, uji cobadan standardisasi perangkat lunak komputer kependidikan harus segeradilakukan oleh departemen atau pihak yang berkepentingan dan kita semua.

KesimpulanKebijakan institusi pendidikan dalam memanfaatkan teknologi internet

menuju e-learning perlu kajian dan rancangan mendalam. E-learning bukansemata-mata hanya memindahkan semua pembelajaran pada internet. Hakikat

Page 103: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

97Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui E-Learning

e-learning adalah proses pembelajaran yang dituangkan melalui teknologiinternet. Di samping itu prinsip sederhana, personal, dan cepat perludipertimbangkan. Untuk menambah daya tarik dapat pula menggunakan teorigames Oleh karena itu prinsip dan komunikasi pembelajaran perlu didesainseperti layaknya pembelajaran konvensional. Di sini perlunya pengembanganmodel e-learning yang tepat sesuai dengan kebutuhan.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa media pembelajaran secanggihapapun tidak akan bisa menggantikan sepenuhnya peran guru/dosen.Penanaman nila-nilai dan sentuhan kepribadian sulit dilakukan. Di sini tantanganbagi para pengambil kebijakan dan perancang e-learning. Oleh karena itupenulis sependapat bahwa dalam sistem pendidikan konvensional, fungsi e-learning adalah untuk memperkaya wawasan dan pemahaman peserta didik,serta proses pembiasaan agar melek sumber belajar khususnya teknologiinternet.

Daftar PustakaAnwas, Oos M. (2000). Internet: Peluang dan tantangan pendidikan nasional.

Jakarta: Jurnal Teknodik DepdiknasHartanto, A.A. dan Purbo, O.W. (2002). Teknologi e-learning berbasis php dan

mysql. Jakarta: Elex Media KomputindoKamarga, Hanny. (2002). Belajar sejarah melalui e-learning; Alternatif

mengakses sumber informasi kesejarahan. Jakarta: Inti MediaPurbo, Onno W. (2001). Masyarakat pengguna internet di Indonesia. Avail-

able, http://www.geocities.com/inrecent/project.html. (4 November2002).

Rahardjo, Budi. (2001). Pergolakan informasi di Indonesia akan sia-sia?. ArtikelMajalah Tempo. Jakarta: November 2001

Suwarno dan Alvin Y. (2000). Perubahan sosial dan pembangunan. Jakarta:LP3ES

Soekartawi (2002). Prospek pembelajaran melalui internet. Makalahdisampaikan pada Seminar Nasional ‘Teknologi Kependidikan’ yangdiselenggarakan oleh UT-Pustekkom dan IPTPI, Jakarta, 18-19 Juli 2002

Tung, Khoe Yao. (2000). Pendidikan dan riset di internet. Jakarta: Dinastindo

Page 104: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

98 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Menyiapkan Guru yang Berkualitas dengan Pendekatan Micro Teaching

Menyiapkan Guru yang Berkualitasdengan Pendekatan Micro Teaching

Yuli Kwartolo, S.Pd*)

*) Staf Pusat Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan BPK PENABUR Jakarta

Opini

Abstrakntuk mempersiapkan diri menjadi guru berkualitas dibutuhkan palingsedikit 10 kompetensi profesional yang kemudian dapat dirangkummenjadi dua kompetensi utama yaitu penguasaan bahan pelajarandan dapat mengajarkan bahan tersebut secara jelas dan menarik.

Untuk membantu menerapkan kompetensi profesional itu di kelas, penulismengusulkan penggunaan pendekatan micro teaching.

Kata kunci : Guru, mutu, mengajar, penguasaan bahan ajar

AbstractThere are at least ten profesional competencies which have to be mastered ifa teacher wants to be a qualified teacher. The ten profesional competenciesthen can be categorized to become two competencies namely: The ability tomaster the subject matter well and the ability to present that subject matterclearly and interestingly. To support the application of the profesioanlcompetencies, the writter proposes a Micro Teaching Approach.

PendahuluanKualitas guru sampai saat ini tetap menjadi persoalan yang penting (crucial ).Menjadi persoalan yang crucial oleh karena pada kenyataannya keberadaanguru di berbagai jenjang, dari Taman Kanak-kanak sampai Sekolah MenengahAtas oleh sebagian kalangan dinilai jauh dari performa yang distandarkan.Seorang Yohanes Surya (pembina Tim Olimpiade Fisika Indonesia atau TOFIyang juga Guru Besar Universitas Pelita Harapan) pun melihatnya begitu.Demikian juga dengan pendapat Dodi Nandika (Kepala Balitbang Depdiknas),kualitas guru menjadi persoalan yang serius di negeri ini.

Penilaian kedua tokoh itu tidaklah berlebihan. Hal itu didasarkan padahasil tes Trend in International Mathematics and Science Study (TIMMSS)

U

Page 105: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

99Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Menyiapkan Guru yang Berkualitas dengan Pendekatan Micro Teaching

2003. Hasil tes itu menempatkan siswa Indonesia di peringkat 34 penguasaanmatematika dan peringkat 36 penguasaan sains dari 48 negara yang disurvei.Peringkat itu jauh tertinggal dari negara tetangga, Singapura dan Malaysia.Singapura berada di peringkat pertama, baik matematika maupun sains,Malaysia peringkat 10 bidang matematika dan peringkat 20 bidang Sains(Republika, 24 Desember 2004).

Rendahnya kemampuan anak didik pada mata pelajaran matematika dansains memang tidak terlepas dari kemampaun/kualitas guru dalam mengajarsiswanya, dan minimnya ketersediaaan sumber-sumber belajar. Keadaan yangdemikian itu sudah barang tentu sangat mempengaruhi proses pembelajaran.Akibat lebih jauh, lulusan dari berbagai jenjang pendidikan tidak memenuhiharapan. Berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah, misalnya denganpenataran, pembekalan, seminar, diskusi, sampai penelitian yang intinyabertujuan meningkatkan kualitas guru.

Dalam lingkup yang lebih sempit, BPK PENABUR juga menghadapi persoalanyang klasik tersebut, yaitu ada sebagian guru kompetensi mengajarnya belummemenuhi tuntutan yang semestinya. Menguasai materi yang diajarkan sajatidaklah cukup. Ia harus dapat menyampaikan materi pelajaran tersebut denganbaik. Makna “dengan baik” di sini sudah inheren di dalamnya, bicara jelas;pemilihan metode yang tepat; penggunaan pendekatan pembelajaran yangsesuai; penggunaan media pembelajaran yang efektif; sampai padapenampilan fisiknya (gerak-gerik di kelas, mimik muka, ekspresi, dansebagainya).

Melalui artikel ini penulis ingin menyampaikan gagasan-gagasan yangmungkin dapat berguna untuk meningkatkan kualitas guru di lingkup BPKPENABUR. Seperti judul artikel, “Menyiapkan Guru Yang Berkualitasdengan Pendekatan Micro Teaching”, maka pembahasannya difokuskanpada beberapa pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana mempersiapkan dirimenjadi guru? Bagaimana kriteria guru yang berkualitas? Bagaimana konsepsimicro teaching? Prasyarat apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan microteaching? Bagaimana aplikasi micro teaching? Adakah manfaat micro teachingsecara lebih luas? Seperti apa contoh rencana pelajaran micro teaching?

Persiapan Diri Menjadi GuruSecara akademik jika seseorang ingin menjadi guru ia harus menempuhpendidikan keguruan. Guru TK dan SD masuk ke PGSD, guru SMP dan sekolahlanjutan atas masuk FKIP atau IKIP (sudah melebur di dalam universitas).Akan tetapi mereka yang lulusan universitas dengan disipilin ilmu murni,misalnya kimia, dapat menjadi guru dengan syarat sudah menempuh programAkta IV.

Page 106: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

100 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Menyiapkan Guru yang Berkualitas dengan Pendekatan Micro Teaching

Namun demikian persiapan menjadi guru tidak semata-mata melalui jalurpendidikan formal. Faktor internal yang ada di dalam diri seseorang jugamempengaruhi kesuksesan orang menjadi guru. Kesuksesan bukan dalamarti kaya secara duniawi, melainkan kesuksesan karena ia benar-benar menjadiseorang guru yang berkualitas (profesional) ditinjau dari berbagai aspek. Jikafaktor internal seperti motivasi dan bakat sangat berpengaruh terhadapkesuksesan seseorang menjadi guru, maka tesis yang dikemukan oleh JamesPhopam dalam bukunya “Bagaimana Mengajar Secara Sistematis”, bahwaguru itu dilahirkan bukan dibentuk seolah menjadi pembenaran. Lebih lanjutdikemukakan, tidak setiap guru membutuhkan pertolongan. Beberapa orangmemang benar-benar dilahirkan sebagai guru. Termasuk di dalam golonganini adalah, orang-orang yang tidak pernah memikirkan bagaimana caranyamengajar. Meskipun demikian orang-orang semacam itu tidak banyakmemerlukan pertolongan dalam memperbaiki pengajaran. Mereka sungguh-sungguh boleh dikatakan sebagai guru-guru yang berbakat; tidak diragukanlagi mereka itu mampu memberi inspirasi.

Dalam konteks ini dapat dianalogikan, meskipun seseorang sudahmenempuh pendidikan keguruan baik itu program diploma atau S1, namunsetelah terjun di dalam kelas tidak menunjukkan performance yang cukupmemadai. Secara materi ia mampu menguasai, namun tidak cukup terampiluntuk menyampaikan materi dengan jelas, menarik sehingga mudahdimengerti oleh siswa.

Kriteria Guru yang BerkualitasSeorang guru yang ideal menurut Uzer Usman (1992) mempunyai tugas pokokyaitu mendidik, mengajar dan melatih. Oleh karena itu seorang guru harusmemiliki kompetensi. Dalam profesi keguruan kita mengenal istilah kompetensi.Kompetensi itulah yang digunakan untuk menilai apakah seorang guruberkualitas atau tidak. Ada tiga kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu:(1) kompetensi personal, (2) kompetensi sosial, dan (3) kompetensi profesional.

Kompetensi personal lebih menunjukkan pada kematangan pribadi. Disini aspek mental dan emosional harus benar-benar terjaga. Kompetensi sosiallebih menunjukkan pada kemampuan guru untuk berelasi, berinteraksi. Gurumemperlihatkan keluwesan dalam pergaulan dengan siswa, kepala sekolah,dan juga teman sejawat di tempat ia mengajar. Guru bisa menciptakanpersahabatan yang baik. Keberadaannya memberi manfaat yang positif.Sedangkan kompetensi profesional lebih menunjukkan pada kemampuan yangdimiliki guru sebagai pengajar yang baik.

Raka Joni (1979) berdasarkan Komisi Kurikulum Bersama P3G menetapkandan merumuskan bahwa kompetensi profesional guru di Indonesia terdiriatas 10 kompetensi, yakni: (1) menguasai bahan pelajaran; (2) mengelola

Page 107: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

101Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Menyiapkan Guru yang Berkualitas dengan Pendekatan Micro Teaching

program pembelajaran; (3) mengelola kelas; (4) menggunakan media dansumber belajar; (5) menguasai landasan pendidikan; (6) mengelola interaksibelajar mengajar; (7) menilai prestasi belajar; (8) mengenal fungsi danlayanan bimbingan dan penyuluhan; (9) mengenal dan menyelenggarakanadministrasi sekolah; dan (10) memahami dan menafsirkan hasil penelitianguna keperluan pengajaran.

Dari kesepuluh kompetensi profesional itu menurut hemat penulis dapatdirangkum menjadi dua kompetensi yang paling utama, yaitu menguasai bahanpelajaran dan dapat mengajarkannya dengan jelas dan menarik. Keduakompetensi inilah dalam kondisi objektif belum terpenuhi. Mungkin kita pernahmendengar komentar, “Si guru A itu hebat benar penguasaan materinya tetapitidak bisa mengajar”, atau sebaliknya, “Si guru B itu pandai mengajar tetapiminim penguasaan materi”.

Konsepsi Micro TeachingHarus diakui bahwa tidak banyak referensi atau buku-buku yang membahassecara khusus tentang konsepsi micro teaching. Tetapi secara singkat dapatdiungkapkan di sini, micro teaching merupakan latihan mengajar yangdiorganisasi di mana ada yang berperan sebagai guru dan lainnya sebagaisiswa dalam kelas. Setiap pelaksanaan mengajar direkam supaya dapat dilihatkembali dan dievaluasi cara mengajarnya. Micro teaching dilakukan di dalamsebuah ruangan yang dilengkapi dengan berbagai alat/barang yang diperlukan.Sejauh pengetahuan dan pengalaman penulis, ruangan tersebut dapat didesainseperti gambar sebagai berikut:

2

3

5

5

5

5

1

4

7

8 Keterangan gambar:1) speaker; 2) white board; 3)meja dan kursi guru; 4) areamengajar; 5) meja dan kursiaudience; 6) kamera video; 7) TVmonitor dan perangkat untukplayback; 8) pintu

Page 108: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

102 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Menyiapkan Guru yang Berkualitas dengan Pendekatan Micro Teaching

Prinsip pelaksanaan micro teaching dapat dijelaskan sebagai berikut: guru/calon guru mengajar di area mengajar. Selama proses itu segala aktivitasguru/calon guru direkam oleh kamera video. Pastikan bahwa gambar danguru dapat terekam dengan jelas. Pihak pengamat, dalam hal ini kepala sekolah,bagian SDM, guru senior yang ditunjuk dapat memperhatikan penampilanguru/calon guru dengan menempatkan diri di kursi dan meja yang telahtersedia. Sekali-sekali pengamat dapat bertanya, berdiskusi dengan guru/calon guru supaya proses mengajar lebih hidup. Speaker dapat ditambahkansepanjang memang dibutuhkan agar suara guru terdengar lebih keras.

Setelah selesai, hasil rekaman dapat di diputar kembali (playback) denganmemanfaatkan tv monitor (7). Pada sesi ini calon guru/calon guru dapat melihatkembali penampilannya selama mengajar. Sedangkan pengamat memberipenilaian, menyampaikan kelebihan dan kekurangannya. Di sinilah menjadititik penting untuk melihat, mengevaluasi, memberi pendapat terhadapkelebihan dan kekurangan guru/calon.

Dengan demikian micro teaching dapat dijadikan sebuah pendekatan baruyang inovatif dan aplikatif untuk mempersiapkan performance guru agar lebihkapabel.

Prasyarat yang Dibutuhkan untuk MelaksanakanMicro Teaching

Prasyarat utama yang dibutuhkan agar micro teaching dapat berjalan adalah,tersedianya sebuah ruangan khusus yang dilengkapi dengan kamera video,recorder, mic, penerangan yang cukup. Ukuran ruangan tidak ada standaryang baku. Ukuran ruangan bisa antara 8 m x 6 m, atau 8 m x 7 m.

Selanjutnya tersedianya sejumlah sarana lainnya layaknya sebuah ruangkelas. Ada white board, meja dan kursi, OHP kalau memang diperlukan. Darisisi SDM, memerlukan seorang teknisi atau operator dan sekaligus bertindaksebagai kameraman. Penguasaan teknis rekaman video/audio menjadiprasyarat mutlak. Karena sekarang era komputer, dan hasil rekaman selaludalam bentuk VCD, maka teknisi itu juga harus terampil memadukan antarakamera video dan komputer agar menjadi sebuah sistem yang berdaya guna.

Jika setiap sekolah atau yayasan pedidikan memiliki pendekatan modelmicro teaching dan efektif dalam pelaksanaannya, maka institusi tersebutsudah satu langkah di depan dibandingkan lembaga pendidikan lainnya yangbelum punya. Keberadaan dan operasionalnya dapat dikelola oleh unit, bidang,atau pusat sumber belajar.

Aplikasi Micro TeachingDi atas penulis sudah mengemukakan garis besar aplikasi micro teaching.Untuk mempertegas kembali penulis akan menyampaikan secara lebih rinci.

Page 109: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

103Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Menyiapkan Guru yang Berkualitas dengan Pendekatan Micro Teaching

Aplikasi micro teaching dapat berangkat dari sebuah recruitment calon-calon guru. Umpama seorang calon guru sudah lulus tes awal, wawancara,dan psiko test. Tetapi ketiga tahapan itu masih mengandalkan hasil tertulis.Menurut hemat penulis itu belumlah cukup. Calon guru harus juga lulus tesmengajar. Calon guru diminta mengajar di ruang micro teaching. Ia harusbenar-benar berperan sebagai guru yang memang sedang mengajar di dalamkelas. Kalau perlu guru diminta untuk membuat kerangka pengajaran. Di sinilahkemampuan mengajar calon guru dipertaruhkan.

Aplikasi lainnya dapat juga berangkat dari keprihatinan atas kemampuanmengajar guru. Ini berarti semacam in job training. Guru-guru, baik yangsenior maupun yunior perlu penyegaran/peningkatan keterampilanmengajarnya. Mereka dapat menilai sendiri apakah kemampuan mengajarnyayang selama ini mereka “pertotonkan” di depan kelas sudah cukup memadaiatau belum. Ini juga memberi pernyataan yang tajam agar para guru tidakmengklaim bahwa penampilan mengajarnya sudah yang terbaik.

Garis Besar Pelaksanaan Micro TeachingSebelum melaksanakan micro teaching ada beberapa hal yang perludiperhatikan. Berdasarkan sumber yang ada (http://www.ussoccer.com/)disebut dengan istilah Micro Teaching Lesson Plan. Dalam rencana inidisebutkan kesiapan-kesiapan seputar: (1) Peralatan dan bahan. Termasukdi dalamnya transparansi dan OHP, laptop dengan LCD proyektor, layar, spidol,flip chart; (2) Rencana pelajaran. Anda harus lebih fokus untuk persiapanini. Termasuk di dalamnya perumusan tujuan pelajaran, pengaturan prosespelajaran, partisipasi yang diharapkan, alat bantu/media, dan penutupan microteaching; (3) Presentasi. Anda dapat meminta pertolongan orang lain untukmengatur kelas. Tersedia waktu 10 menit untuk presentasi. Jika ternyatamelebih waktu yang tersedia, Anda tetap diizinkan menyelesaikan pelajaranAnda; (4) Orientasi. Tahapan ini fokus pada evaluasi yang dilakukan setelahpresentasi. Anda dapat mengevaluasi keterampilan Anda, yang meliputi:penampilan, cara/metode, keantusiasan, kontak mata dengan siswa,penggunaan visual, partisipasi aktif kelas, hal-hal yang tidak diharapkan tetapiterjadi (lampu OHP padam, interupsi, dll), modulasi suara, intonasi yang bagustidak datar.

Secara tegas dapat disebutkan di sini, aspek-aspek yang perlu dievaluasidalam pelaksanaan micro teaching adalah presentasi (volume dan kejelasansuara, kecepatan dan kejelasan ucapan, kontak mata ke kelas, semangat dankeantusiasan); the chalkboard (besar kecil tulisan dan kejelasan tulisan,pengorganisasian materi, penggunaan media pembelajaran, pengaturanwaktu, posisi badan; isi (penguasaan materi, perencanaan topik, kesesuaian

Page 110: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

104 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Menyiapkan Guru yang Berkualitas dengan Pendekatan Micro Teaching

penjelasan dengan hal-hal yang telah dirumuskan secara detil, ketergantungandengan catatan-catatan); dan interaksi kelas (respon terhadap pertanyaan,reaksi terhadap pertanyaan).

Manfaat Micro Teaching Secara Lebih LuasPenerapan micro teaching tidak hanya terbatas pada tujuan mencari calonguru yang dapat mengajar dengan baik dan upaya mendorong (encourage)terhadap guru-guru untuk selalu meningkatkan performance-nya. Tetapi masihdapat digunakan dengan tujuan-tujuan lain.

Pendekatan micro teaching dapat dimanfaatkan untuk mencari seorangguru menjadi model dalam mengajar. Guru yang dijadikan model memangsudah diakui keandalannya dalam mengajar. Namun demikian tidak harussemua bidang studi ada seorang model guru. Tentukan bidang studi yangdianggap harus ada guru model. Pendekatan ini juga dapat digunakan untukmengajar tanpa kehadiran guru. Misalnya guru mengajar bidang studi x denganpokok bahasan y, proses mengajarnya direkam. Jika suatu saat guru ituberhalangan, guru pengganti atau guru piket dapat memutar ulang rekamanitu. Siswa tinggal melihat dan mendengarkan. Materi pengajaran yangdisampaikan dengan metode eksperimen, demonstrasi atau ceramah sangatcocok.

Masih banyak manfaat lain dari kehadiran micro teaching, tergantungdaya kreatif dari orang-orang atau unit yang mendapat tugas untukmengelolanya.

PenutupPendekatan micro teaching ditujukan untuk pembentukan profesionalitas guru.Sasaran yang hendak dicapai adalah, guru/calon guru supaya memilikiseperangkat pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap serta tingkah laku yangdiperlukan bagi profesinya serta cakap dan tepat menggunakannya dalamtugas dan perannya di sekolah. Dengan pendekatan micro teaching guru/calon guru berlatih mengajar secara terbatas (isolated skill development),namun tetap mengajar yang sesungguhnya secara diawasi (supervisedteaching), sebelum mengajar yang sesungguhnya secara penuh (full-responsibility teaching).

Pendekatan micro teaching memberi kesempatan seluas-luasnya bagiguru/calon guru untuk mengeksplorasi semua kelebihannya, memberikesempatan untuk mengukur kemampuannya. Mereka dapat mengevaluasidiri dan mengetahi, sejauh mana kemampuan dan penampilannya.

Page 111: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

105Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Menyiapkan Guru yang Berkualitas dengan Pendekatan Micro Teaching

Daftar Pustaka

Gordon, Thomas. (1990). Guru yang efektif. Penerjemah: Mudjito. Jakarta:Rajawali

Phopam, James dalam Sinurat. (1981). Bagaimana mengajar dengan sistematis.Yogyakarta: Kanisius

Harian Republika, 24 Desember 2004.http://filebox.vt.edu/users/cecraig/portweb/islamunit/microref.htmhttp://www.uns.ac.id/resources/ppl/http://www.ussoccer.com/Soetjipto (1994). Profesi keguruan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaanwww.pustekkom.go.id/teknodik/t10/10-6.htm - 50k

Page 112: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

106 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV /Juli 2005

Peningkatan Mutu Pendidikan Terpadu Cara Deming

Abstrakmpat belas butir pemikiran tentang peningkatan mutu suatu organisasiyang diusulkan Deming diharapkan dapat diterapkan dalam upayapeningkatan mutu manajemen pendidikan di Indonesia. Dari keempatbelas butir pemikiran Deming tersebut, unsur kepemimpinan

merupakan unsur utama.

Kata kunci: Peningkatan mutu pendidikan, kepemimpinan, kepala sekolah, murid

AbstractFourteen points of Deming’s thought about increasing the quality of theeducational menagement are epected to be implemented in improvingeducational management quality in Indonesia. It is said that the essence ofthing about the Deming’s concept is leadership.

PendahuluanDalam bidang pendidikan kehadiran Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) telahmemberikan angin segar yang menjanjikan, karena pada tataran teoritis, MBSmemberikan kewenangan kepada sekolah untuk melahirkan berbagai kebijakandan keputusan perbaikan menyangkut kepentingan kemajuan sekolah itu sendiri.

Namun setelah ditelusuri, ternyata sekolah belum mampu menempatkandiri sebagai organisasi sosial modern yang berorientasi peningkatan mutu,sehingga pelaksanaan dan pengembangan program terasa tergesa-gesa danberimplikasi pada kesenjangan pemahaman tentang manajemen peningkatanmutu berbasis sekolah antara lembaga sekolah dan policy departement(inovator).

Sebagai contoh, kepala sekolah sebagai pemimpin ternyata belum mampumemahami dan apalagi mentransfer konsep Manajemen Berbasis Sekolah

Peningkatan Mutu Pendidikan TerpaduCara Deming

Dr. Theresia Kristianty *)

*) Dosen Universitas Negeri Jakarta

Opini

E

Page 113: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

107Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV / Juli 2005

Peningkatan Mutu Pendidikan Terpadu Cara Deming

kepada guru-guru dan karyawan lainnya. Pemahaman dan pelaksanaannyahanya dilakukan sebatas program yang diajukan dalam proposal. Padahal perankepemimpinan sangat menentukan maju mundurnya suatu organisasi dalammencapai manajemen kualitas. Oleh karena itu, melalui tulisan ini disajikanbeberapa pokok pikiran tentang peningkatan mutu pendidikan cara Deming.

Konsep Deming ini memang bukan barang baru, namun masih memilikigreget untuk didiskusikan, terutama pada saat masyarakat Indonesia sedangmempertanyakan mengapa mutu pendidikan di Indonesia cenderung menurun?

PembahasanPandangan Terhadap Mutu

Apakah yang disebut mutu? Jawaban yang diberikan atas pertanyaan ini bisaberbeda-beda, tidak ada dua orang secara tepat dapat mendefinisikan mutusecara tepat. John Stewart, konsultan di McKinsey mengatakan, “Tidak adadefinisi tunggal mengenai mutu. Berikut ini dituliskan beberapa kutipan tentangmutu.

Mutu adalah perasaan menghargai bahwa sesuatu lebih baik daripadayang lain. Perasaan itu berubah sepanjang waktu dan berubah dari generasike generasi, serta bervariasi dengan aspek aktivitas manusia.” Definisi lain,“mutu” seperti yang biasa digunakan dalam manajemen berarti lebih dari rata-rata dengan harga yang wajar. Mutu juga berarti memfokuskan padakemampuan menghasilkan produk dan jasa yang semakin baik dengan hargayang semakin bersaing. Mutu juga berarti melakukan hal-hal yang tepat dalamorganisasi pada langkah pertama, bukannya membuat dan memperbaikikesalahan. Dengan memfokuskan hal-hal yang tepat pada kesempatan pertama,organisasi menghindari biaya tinggi yang berkaitan dengan pengerjaan ulang.

Implemetasi Konsep Peningkatan Mutu Cara Demingdalam Pendidikan di Indonesia

Deming (1986) menyatakan bahwa implementasi konsep mutu dalam sebuahorganisasi memerlukan perubahan dalam filosofi yang ada di sekitarmanajemen. Deming mengusulkan empat belas butir pemikiran yang dapatdipergunakan untuk meningkatkan mutu dan produktivitas suatu organisasijuga dalam bidang pendidikan. Keempat belas butir pemikiran tersebut adalah:

Ciptakan Tujuan yang Mantap Demi Perbaikan Produk dan JasaSekolah memerlukan adanya tujuan akhir yang mampu mengarahkan siswamenghadapi masa depan secara mantap. Jangan membuat siswa sekedarmemiliki nilai bagus tetapi juga harus mampu membuat siswa memiliki kemauan

Page 114: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

108 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV /Juli 2005

Peningkatan Mutu Pendidikan Terpadu Cara Deming

belajar seumur hidup.

Adopsi Filosofi BaruSiswa berhak mendapatkan pembelajaran yang berkualitas. Dengan kata lain,mereka tidak lagi sebagai siswa yang pasif dan rela diperlakukan seburukapapun tanpa dapat berkomentar.

Hentikan Ketergantungan pada Inspeksi MasalDalam bidang pendidikan, evaluasi yang dilakukan jangan hanya pada saatulangan umum ataupun ujian akhir, tetapi dilakukan setiap saat selama prosesbelajar mengajar berlangsung.

Selain itu, dalam menetapkan standar uji, maka perlu diperhatikan teori-teori kepemimpinan yang berkembang dalam Total Quality Management danlainnya, seperti teori sifat, teori lingkungan, teori perilaku, teori humanistik,dan teori kontigensi.

Sejalan dengan masalah evaluasi, masalah rekrutmen dalam menentukanpimpinan kependidikan, beberapa prosedur “Fit and proper test” bisa dilakukandalam pengambilan keputusan :(a) Melakukan “hearing” didepan tim, yaitu menyampaikan program, visi dan

misi apabila terpilih menjadi pimpinan nantinya.(b) Menjawab pertanyaan lisan dan tertulis yang telah didesain sedemikian

rupa. Adapun pertanyaan yang diajukan dapat menyangkut integritas,moralitas, profesionalisme, intelektualitas, keahlian.

(c) Keharusan mengumumkan harta kekayaan dari para calon Kepala Sekolahsebelum yang bersangkutan menduduki jabatan yang dipercayakankepadanya. Kebohongan atas kekayaan ini dapat mengakibatkanpemecatan (impeachmant).

(d) Harus memahami sistem manajemen yang efektif dan efisien terhadaplembaga yang akan dipimpinnya. Termasuk dalam rekruitment karyawan,kesejahteraan, peningkatan kualitas hasil dan kinerja.

(e) Mengemukakan masalah pribadi, seperti apakah calon itu pernah bercerai.Masalah anak bagaimana. Mengapa sampai terjadi perceraian. Kemudianmenyangkut masalah kebebasan dari tekanan, intimidasi, teror atauancaman.

(f) Tim seleksi melakukan investigasi dan melacak semua kebenaraninformasi yang disampaikan lisan maupun tertulis. Apabila calon-calontersebut tidak dapat memberikan jawaban secara memuaskan, atausetelah melakukan investigasi ternyata terdapat kebohongan-kebohongan,tentu saja yang bersangkutan tidak dapat terpilih sebagai pimpinan.

Page 115: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

109Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV / Juli 2005

Peningkatan Mutu Pendidikan Terpadu Cara Deming

Akhiri Kebiasaan Melakukan Hubungan BisnisHanya Berdasarkan Biaya

Dalam bidang pendidikan pernyataan di atas terutama dikaitkan dengan biayapendidikan yang ada hubungannya dengan perbandingan junlah guru dan muridpada satu ruangan/kelas. Kelas besar memang akan membuat sekolah tersebutmelakukan penghematan biaya, tetapi mutu yang dihasilkan tidak terjamindan bukan tidak mungkin terjadi peningkatan biaya di bagian lain pada sistemtersebut.

Perbaiki Sistem Produksi dan Jasa Secara Konstandan Terus Menerus

Dalam bidang pendidikan seorang guru harus berpikir secara strategikagar siswa dapat menjalani proses belajar mengajar secara baik, sehinggamemperoleh nilai yang baik pula. Guru jangan hanya berpikir bagaimana siswamendapatkan nilai yang baik.

Lembagakan Metode Pelatihan yang Modern di Tempat KerjaHal ini perlu dilakukan agar terdapat kesamaan dasar pengetahuan bagi semuaanggota staf dalam suatu lembaga pendidikan. Setelah itu barulah guru danadministrator mengembangkan keahlian sesuai yang diperlukan bagipeningkatan profesionalitas.

Lembagakan KepemimpinanKepemimpinan (leadership) berbeda dengan pemimpin (leader). Kepemimpinanadalah kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompokdengan maksud mencapai suatu tujuan yang dinginkan bersama. Sedangkanpemimpin adalah seseorang atau sekelompok orang seperti kepala, komandan,ketua dan sebagainya. Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwakepemimpinan itu adalah suatu proses mempengaruhi kegiatan seseorangatau kelompok dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Artinyaterjadi proses interaksi antara pemimpin, yang dipimpin, dan situasi. Sehinggasecara sederhana proses kepemimpinan dapat dirumuskan melalui formulaberikut:

L = F (l, f, s)

Keterangan :L = Leadership (kepemimpinan)F = Function (fungsi)l = Leaders (pemimpin)f = Follower (pengikut/yang dipimpin)s = Situation (situasi)

Page 116: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

110 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV /Juli 2005

Peningkatan Mutu Pendidikan Terpadu Cara Deming

Dengan demikian, kepemimpinan itu seyogianya melekat pada diripemimpin dalam wujud kepribadian (personality), kemampuan (ability), dankesanggupan (capability), guna mewujudkan kepemimpinan bermutu atau TotalQuality Management (TQM).

Dikatakan bahwa, pemimpin yang efektif menurut konsep TQM adalahpemimpin yang sensitif atau peka terhadap adanya perubahan dan pemimpinyang melakukan pekerjaannya secara terfokus.

Dalam konsep TQM, memimpin berarti menentukan hal-hal yang tepatuntuk dikerjakan, menciptakan dinamika organisasi yang dikehendaki agarsemua orang memberikan komitmen, bekerja dengan semangat dan antusiasuntuk mewujudkan hal-hal yang telah ditetapkan. Memimpin berarti juga dapatmengkomunikasikan visi dan prinsip organisasi kepada bawahan. Kegiatanmemimpin termasuk kegiatan menciptakan budaya atau kultur positif dan iklimyang harmonis dalam lingkungan lembaga atau organisasi, serta menciptakantanggung-jawab dan pemberian wewenang dalam pencapaian tujuan bersama.Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa, terdapat hubungan positif antaratanggungjawab, wewenang dan kemampuan pemimpin dengan derajat atautingkat pemberdayaan karyawan dalam suatu lembaga.

Secara umum, pada dasarnya terdapat delapan kunci tugas pimpinan untukmelaksanakan komitmen perbaikan kualitas terus menerus, yaitu:(a) Menetapkan suatu dewan kualitas.(b) Menetapkan kebijaksanaan kualitas.(c) Menetapkan dan menyebarluaskan sasaran kualitas.(d) Memberikan dan menyiapkan sumber-sumber daya.(e) Memberikan dan menyiapkan pendidikan dan pelatihan yang berorien-

tasi pada pemecahan masalah kualitas.(f) Menetapkan tim perbaikan kualitas yang bertanggungjawab pada

manajemen puncak untuk menyelesaikan masalah-masalah kualitaskronis.

(g) Merangsang perbaikan kualitas terus menerus.(h) Memberikan pengakuan dan penghargaan atas prestasi dalam perbaikan

kualitas terus-menerus (Vincent Gaspersz, 1997: 203-204).Sementara itu, bagi kalangan follower/pengikut/bawahan seperti guru,

karyawan dan lain-lain, perlu memperhatikan ketentuan berikut : (1) Mendukungprogram-program pimpinan yang baik dan benar. (2) Memiliki kebutuhanberprestasi. (3) Klarifikasi kemampuan, wewenang dan peran. (4) Memilikiorganisasi kerja. (5) Kemampuan bekerja sama. (6) Kecukupan sumber daya(kuantitas). (7) Memiliki koordinasi eksternal.

Ditambahkan bahwa, untuk melaksanakan tugas dan fungsi kepemimpinan,maka kepala sekolah perlu memperhatikan dan mengontrol Variabel situasi,

Page 117: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

111Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV / Juli 2005

Peningkatan Mutu Pendidikan Terpadu Cara Deming

yaitu seperangkat keadaan atau kondisi yang harus dikelola dan diciptakansecara kondusif. Situasi ini antara lain : (1) kekuatan posisi, (2) keadaanbawahan, (3) tugas dan kemampuan menggunakan teknologi, (4) strukturorganisasi, (5) keadaan lingkungan lembaga (fisik dan non-fisik), (6)ketergantungan eksternal, (7) kekuatan sosial politik, (8) rasa aman dandemokratis. Keseluruhan proses interaksi kepemimpinan antara pemimpin,yang dipimpin dan situasi, ditujukan untuk mencapai variabel hasil akhiryaitu : (1) Kepuasan pelanggan. (2) Loyalitas pelanggan. (3) Profitabilitas. dan(4) kepuasan seluruh personil lembaga dan stakeholders.

Hilangkan Rasa TakutPerlu disadari bahwa rasa takut menghambat karyawan untuk mampumengajukan pertanyaan, melaporkan masalah, atau menyatakan ide padahalitu semua perlu dilakukan untuk menghasilkan kinerja yang maksimum. Olehkarena itu para pelaku pendidikan hendaknya jangan menerapkan sistemimbalan dan hukuman kepada siswa karena akan menghambat berkembangnyamotivasi internal dari siswa masing-masing.

Pecahkan Hambatan di antara Area StafHambatan antardepartemen fungsional berakibat menurunkan produktivitas.Hambatan ini dapat diatasi dengan mengembangkan kerjasama kelompok.Oleh karena itu para anggota staf harus bekerjasama dan memprioritaskandiri pada peningkatan kualitas.

Hilangkan Slogan, Nasihat, dan Target untuk Tenaga KerjaPerbaikan secara berkesinambungan sebagai sasaran umum harusmenggantikan simbol-simbol kerja.

Hilangkan Kuota NumerikKuota cenderung mendorong orang untuk memfokuskan pada jumlah seringkali dengan mengorbankan mutu. Terlalu banyak menggunakan slogan danterlalu berpatokan pada target dapat menimbulkan salah arah untukpengembangan sistem yang baik. Tidak jarang patokan terget akan lebih terfokuspada guru dan siswa daripada sistem secara keseluruhan.

Hilangkan Hambatan Terhadap Kebanggaan Diriatas Keberhasilan Kerja

Kebanggaan diri atas hasil kerja yang dicapai perlu dimiliki oleh guru dansiswa. Adanya kebanggaan dalam diri membuat guru dan siswabertanggungjawab atas tugas dan kewajiban yang disandangnya sehinggamereka dapat menjaga mutu.

Page 118: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

112 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV /Juli 2005

Peningkatan Mutu Pendidikan Terpadu Cara Deming

Lembagakan Program Pendidikan dan Pelatihan yang Kokoh.Hal ini berlaku bagi para pelaku pendidikan karena memiliki dampak langsungterhadap kualitas belajar siswa.

Lakukan Tindakan Nyata/Contoh NyataManajer harus menjadi”lead manager” bukan “boss manager”. Seorang “leadmanager” akan berusaha mengkomunikasikan pandangannya selalu berusahamengembangkan kerjasama, meluangkan waktu dan tenaga untuk sistemsehingga dengan adanya contoh nyata, pekerja menyadari cara untukmelakukan pekerjaan yang berkualitas.

PenutupSemoga konsep Deming yang diuraikan di muka dapat memberikan masukankepada para pelaku pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indo-nesia.

Daftar PustakaCreech, Bill. (1996) Lima pilar manajemen mutu terpadu (TQM). Jakarta: Binarupa

Aksara.Gaspersz, Vincent. (1997) Manajemen kualitas: penerapan konsep-konsep kualitas

dalam manajemen bisnis total. Jakarta : PT. Gramedia.Gaspersz, Vincent. (2001). “Penerapan TQME pada Perguruan Tinggi di Indone-

sia” dalam Jurnal Pendidikan dan kebudayaan. Jakarta: Balitbang Diknas. EdisiMei 2001, tahun ke-7, No. 029.

Goestc, D.L. and S. Davis (1994). Introduction to total quality: quality, productiv-ity, competitiveness. Englewood, Cliffs,N.J: Prentice Hall International, Inc.

Masassya, Elvyn.G. (2000). Sekali lagi tentang “fit and proper test”. Harian SuaraPembaharuan. Edisi: Selasa, 4 Juli 2000.

Sallis, Edward. (1994). Total quality management in education. London: KoganPage Limited.

Suardi, Rudi (2001) Sistem manajemen mutu ISO 9000:2000 penerapannya untukmencapai TQM. Jakarta: PPM.

Sudjana, H.D. (1993). Manajemen PLS. Bandung : UNINUS Press.Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. (1995). Total quality management (TQM).

Yokyakarta: Andi Offset.Wilkinson, Adrian, et.al. (1998) Managing with total quality management : Theory

and practice. London : Macmillan Press Ltd.Winarta, Frans Hendra. (2000). Fit and proper test yang ideal. Harian Suara

Pembaharuan. Edisi Jum’at, 14 Juli 2001.

Page 119: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

113Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Memilih Buku Pelajaran

Memilih Buku Pelajaran

Dr. B.P. Sitepu, M.A*)

*) Dosen Universitas Negeri Jakarta

Opini

Abstrakejak pembangunan jangka panjang pertama (1970–1995) dan sampaisekarang ini, Pemerintah menyediakan buku pelajaran untuk semuasekolah. Berbagai kebijakan dan sistem penyediaan buku pelajarantelah ditempuh serta banyak dana sudah dihabiskan baik bersumber

dari dalam negeri maupun dari berbagai bentuk pinjaman dari luar negeri.Akan tetapi buku pelajaran sampai sekarang ini tidak sepi dari masalah dankritikan apalagi menjelang dan mengawali tahun pelajaran baru. Dalamkenyataannya masyarakat masih dibebani penyediaan buku pelajaran baik disekolah negeri maupun di sekolah swasta. Sekolah juga sering memilih danmembeli buku pelajaran dari penerbit yang menawarkan buku pelajaran kesekolah. Tulisan ini membahas kebijakan penyediaan buku pelajaran itu danmenawarkan kepada sekolah cara mencermati dan memilih buku pelajaransehingga sedapat mungkin memenuhi tuntutan kurikulum serta dapatmeningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Sekolah dianggap perlumengetahui cara memilih buku pelajaran yang bermutu karena selaras denganperkembangan penerbitan buku di Indonesia dewasa ini alternatif pilihan bukupelajaran semakin banyak.

Kata kunci : buku pelajaran, bahan ajar, metode pembelajaran, bahasa, ilustrasi, grafika

AbstractIn the first long term development (1970 – 1995), the Indonesian Governmenttried to provide all schools with free textbooks. A number of regulations intextbook provision have been implemented and the Government has spent abig amount of budget from local and foreign sources. However, the factsshow that there are still many problems and critiques in the textbook provision.The issues become more serious particularly at the beginning of new academic

S

Page 120: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

114 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Memilih Buku Pelajaran

years when the parents have to pay textbooks for their children. The parentsalso complain that the schools change the textbooks every academic yearwithout reasonable reasons this happens in government and private schools,while the Government declares his free textbook policy. This article discussesthe government textbook policy and offers the schools some considerations inselecting appropriate textbooks for instructional purposes. As the number oftextbooks available is growing fast and the schools have to make choices, theschools should know properly how to assess and to select the text books.

PendahuluanUntuk meningkatkan kecerdasan bangsa secara menyeluruh dan meratasebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,pendidikan dalam arti luas memegang peranan penting. Pendidikan fomaldiselenggarakan melalui suatu sistem yang diatur oleh Pemerintah sehinggasetiap warga negara Indonesia tanpa diskriminasi dalam bentuk apapunmemperoleh pendidikan seluas-luasnya sesuai dengan kemampuan intelektualdan fisiknya.

Sunguhpun penyelenggaraan pendidikan secara umum menjadi tanggungjawab Pemerintah, orangtua dan masyarakat, akan tetapi secara konstitusionalPemerintah bertanggung jawab atas penyelengaraan pendidikan nasional.Oleh karena itu Pemerintah berupaya menyediakan tenaga, dana, gedungserta sarana fisik lainnya sehingga setap warga negara Indonesia dapatmemperoleh pendidikan sebagaimana dikehendaki dalam Pasal 31, ayat 1,UUD 1945. Di samping itu Pemerintah juga bertanggung jawab atas mutupendidikan nasional sehingga sumber daya yang dihasilkan melalui sistempendidikan nasional dapat membangun dirinya sendiri serta lingkungannyamenuju kehidupan yang cerdas dan berkualitas secara jasmani dan rohani.

Buku pelajaran merupakan salah satu sumber belajar dan membelajarkanyang memberikan andil yang cukup besar dalam upaya memperluaskesempatan memperoleh pendidikan dan sekali gus juga meningkatkan mutuproses dan hasil pembelajaran. Kebutuhan akan buku pelajaran semakin terasadikala jumlah dan mutu guru yang tersedia belum memadai. Di tempat-tempattertentu masih banyak guru yang mengandalkan buku pelajaran sebagai satu-satunya sumber belajar dan pembelajaran. Guru mempersiapkan,melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran dengan mengacu sepenuhnyapada isi buku pelajaran. Siswa juga menggunakan buku pelajaran di sekolahdan di rumah sebaga sumber belajar utama. Di banyak negara, khususnyayang masih memiliki keterbatasan sarana dan kemudahan teknologi informasidan teknologi komunikasi maju, masih mengandalkan buku pelajaran sebagaisumber belajar dan membelajarkan di sekolah. Masalah yang dihadapi ialah

Page 121: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

115Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Memilih Buku Pelajaran

bagaimana caranya menghadirkan buku pelajaran yang bermutu di setiapsekolah secara tepat waktu serta tepat jumlah?

Indonesia sendiri sejak tahun 1970 menyediakan buku pelajaran untuksekolah dasar dan lanjutan dengan target satu buku untuk setiap siswa. Disamping itu disediakan pula secara bertahap buku-buku perpustakaan untuksetiap sekolah negeri dan swasta. Kebijakan penyediaan buku pelajaran yanglebih dikenal dengan “buku paket” itu diteruskan oleh Pemerintah setiap kaliterjadi perubahan kurikulum, mulai dari Kurikulum 1968, 1975 atau 1976,1984, 1994, sampai 2004. Akan tetapi sejauh manakah keberhasilan proyekbuku pelajaran ini memberikan kontribusi dalam pemerataan kesempatanmemperoleh pendidikan bagi setiap anak usia sekolah serta dalammeningkatkan mutu proses dan hasil belajar dan membelajarkan? Berbagaipenelitian telah dilakukan dan nampaknya proyek yang menelan biaya besarini belum dapat memuaskan guru, siswa, dan orang tua. Masih sering terdengarkeluhan tentang buku pelajaran dari berbagai pihak, yang sudah barang tentutidak dapat dibiarkan begitu saja.

KebijakanPada awal tahun tujuhpuluhan ketika Pemerintah secara sistematis dan sistemikhendak mengatasi masalah-masalah pendidikan secara nasional, penyediaanbuku pelajaran merupakan salah satu prioritas yang mendesak dilakukan disamping pengadaan guru dan gedung sekolah. Akan tetapi buku pelajaran itutidak dapat serta merta disediakan pada saat dibutuhkan karena mutu bukupelajaran yang beredar pada waktu itu tidak dapat memenuhi tuntutan minimalkurikulum yang berlaku. Isi dan metode pembelajaran di dalam buku tidakmengikuti perkembangan mutakhir ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkanuntuk keperluan koleksi perpustakaan sekolah sajapun, tidak sampai separuhatau hanya sekitar 49% dari buku yang dinilai itu dianggap layak dijadikankoleksi perpustakaan sekolah. Tidak ada satupun dari antara buku yang dinilaiitu memenuhi syarat dijadikan buku pelajaran untuk salah satu mata pelajarandi Pendidikan Dasar atau Pendidikan Menengah. Perlu dicatat bahwa jumlahpenerbit serta mutu buku yang dihasilkan dalam kurun waktu itu masih jauhtertinggal dibandingkan dengan lima tahun belakangan ini.

Dilihat dari pemakaiannya di kelas, buku sekolah dapat dibedakan menjadibuku pelajaran pokok dan buku pelengkap. Buku pelajaran pokok adalah bukuyang disusun mengacu pada kurikulum dan dipergunakan oleh siswa dan gurusebagai sumber utama dalam proses belajar dan membelajarkan. Sedangkanbuku pelengkap adalah semua buku bacaan lain yang dapat dipergunakanuntuk memperkaya kemampuan dan pengalaman belajar siswa. Dalam tulisan

Page 122: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

116 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Memilih Buku Pelajaran

ini pembahasan dibatasi pada buku pelajaran (pokok) yang kedudukannyasangat strategis dalam proses belajar dan membelajarkan.

Memperhatikan kurangnya jumlah buku pelajaran yang bermutu di satupihak dan kebutuhan akan buku pelajaran di pihak lain, maka mulaiPembangunan Lima Tahun (Pelita) I, Pemerintah menetapkan kebijakanpenyediaan buku pelajaran yang intinya dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1: Penyediaan Buku Pelajaran Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 1970 sampai Tahun 1997

Kegiatan Pemerintah Swasta Sekolah1. Menyusun/mempersiapkan naskah V2. Menilai naskah V3. Menerbitkan naskah V4. Mencetak naskah menjadi buku V5. Mengirim buku ke sekolah V6. Menggunakan buku V7. Mengawasi semua kegiatan V8. Menyediakan dana untuk semua kegiatan V

Naskah buku pelajaran ditulis dan dinilai oleh guru atau ahli bidang studiatas penunjukan oleh Pemerintah yang dalam hal ini lembaga/instansi dilingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Setelahmelalui proses uji coba, revisi, dan penyuntingan, naskah dicetak olehpercetakan swasta (dan milik negara) sehingga menjadi buku dengan hakpenerbitan pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang sekarang inidisebut Depatemen Pendidikan Nasional. Penyaluran buku dari percetakan kesekolah dilakukan oleh ekpeditur swasta dengan alokasi dan lokasipendistribusaian ditetapkan oleh Pemerintah. Penyusunan dan penilaiannaskah, pencetakan dan penerbitan naskah dikelola secara terpusat sehinggasangat bersifat sentralistik.

Dilihat dari pelaksana kedelapan kegiatan pokok penyediaan bukupelajaran, Pemerintah mendominasi kegiatan, dan pihak swasta berperanterbatas pada jasa pencetakan dan pengiriman buku. Sementara itu pihaksekolah berperan hanya sebagai pemakai atau konsumen buku pelajaran itu.Semua kegiatan dalam penyediaan buku pelajaran itu sampai tiba di sekolahsepenuhnya dibiayai oleh Pemerintah. Buku yang disediakan itu menjadi miliksekolah (negeri dan swasta) dan dipinjamkan kepada siswa secara cuma-cuma.

Kebijakan ini berlaku untuk penyediaan buku pelajaran Kurikulum 1968,1975 atau 1976, 1984, dan 1994 atau sampai tahun 1995. Dalampelaksanaannya kebijakan tersebut dihadapi berbagai masalah yang antaralain adalah sebagai berikut:

Page 123: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

117Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Memilih Buku Pelajaran

1. Buku pelajaran yang disediakan Pemerintah tidak pernah tersedia disekolah tepat pada waktu kurikulum mulai diberlakukan. Penyusunan danpenerbitan naskah sampai pengirimannya ke sekolah memerlukan waktuantara 3 sampai 4 tahun. Dengan demikian sekolah terpaksa mencaribuku pelajaran lain untuk mengisi kekosongan buku pelajaran.Pemberlakuan Kurikulum 1994 secara bertahap untuk memberikan waktuuntuk menyediakan sarana pendidikan yang diperlukan termasuk bukupelajaran nampaknya tidak banyak memecahkan masalah.

2. Oleh karena berbagai kendala, Pemerintah menyediakan buku pelajaransecara bertahap dilihat dari jumlah dan mata pelajaran; Pemerintah tidakmenyediakan buku pelajaran sekaligus untuk semua mata pelajaran dansekaligus untuk semua siswa. Sekolah memilih buku pelajaran lain untukmata pelajaran yang bukunya belum disediakan Pemerintah.

3. Alokasi buku untuk sekolah jarang sesuai benar dengan kebutuhan nyataberdasarkan jumlah siswa; di sekolah tertentu terdapat kekurangan bukusementara di sekolah lain terdapat kelebihan buku.

4. Sungguhpun disusun oleh para ahli dan telah melalui proses uji coba danpenyempurnaan, buku pelajaran yang disediakan Pemerintah tidak luputdari kelemahan dalam materi, bahasa, dan metodologi pembelajaran.

5. Hal-hal seperti yang disebutkan pada butir 1 sampai 4 merupakan alasanbagi sekolah-sekolah tertentu untuk tidak/kurang menggunakan bukupelajaran yang disediakan Pemerintah dan memilih serta menggunakanbuku lain sebagai buku pelajaran pokok. Pengadaan buku lain itudibebankan kepada orangtua siswa dan tidak jarang terjadi setiap gantitahun pelajaran, sekolah mengganti buku pelajaran.

6. Penerbit menganggap kebijakan Pemerintah menerbitkan sendiri bukupelajaran merupakan praktek monopoli yang tidak kondusif dalammengembangkan industri buku di Indonesia. Bagi kebanyakan penerbit,lembaga pendidikan atau siswa merupakan pasar yang potensial dandengan kebijakan yang ada mempersempit pasar mereka danmenghambat perkembangan penerbit.Dalam dekade tahun sembilan puluhan terjadi kemajuan pesat dalam

usaha penerbitan di Indonesia dilihat dari jumlah maupun mutu buku yangditerbitkan. Dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan kebijakanpengadaan buku pelajaran yang diterapkan dalam tahun 1970 – 1995 sertamelihat kemajuan penerbitan di Indonesia, maka Pemerintah nampaknyamerasa perlu menyempurnakan kebijakan itu secara bertahap. Perubahankebijakan diawali dengan sasaran buku pelajaran SLTP/MTs denganmenggunakan dana pinjaman dari Bank Dunia. Melalui Proyek ini dicobakankebijakan baru yang kemudian dikembangkan juga untuk buku pelajaran di

Page 124: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

118 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Memilih Buku Pelajaran

SD/MI dan SMA/MA. Dakam kebijakan ini terlihat peranan Pemerintah dikurangidan peranan swasta ditingkatkan. Penyediaan buku pelajaran dilakukan melaluipembelian dari penerbit dengan mekanisme dan prosedur yang ditetapkanPemerintah. Dalam tabel berikut ini terlihat inti kebijakan yang dimaksud.Tabel 2: Penyediaan Buku Pelajaran Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah

Thn 1997 sampai sekarang

Kegiatan Pemerintah Swasta Sekolah1. Menyusun/mempersiapkan naskah V2. Menerbitkan naskah menjadi buku V3. Menilai buku V4. Memasarkan buku V5. Memilih buku V6. Membeli buku V7. Mengirim buku ke sekolah V8. Menggunakan buku V9. Mengawasi ketersediaan dan V V pemanfaatan buku di sekolah10.Menyediakan dana untuk semua kegiatan V V V

Kebijakan yang dilaksanakan secara bertahap dan dimulai dari SLTP sejaktahun 1997menunjukkan:1. Peranan Pemerintah dalam penyediaan buku pelajaran semakin dikurangi

dan bergeser ke swasta dan sekolah. Nampaknya kebijakan ini sejalandengan swastanisasi, desentralisasi dan otonomi serta managemenberbasis sekolah, yang belakangan ini dikembangkan Pemerintah.

2. Pemerintah menempatkan diri sebagai pengawas mutu pelajaran melaluipenilaian dan penetapan buku pelajaran yang memenuhi syarat, danpengawasan dalam pemanfaatannya di sekolah, serta penyediaan danapembelian buku pelajaran. Dana tersebut dapat bersumber dari pusat(APBN) dan daerah (APBD).

3. Swasta, dalam hal ini Penerbit, menyediakan naskah, sampaipenerbitannya menjadi buku pelajaran dan mengajukannya kepadaPemerintah untuk dinilai. Sistem penilaian yang dianut memungkinkanbeberapa judul buku dari penerbit yang berbeda memenuhi syarat untukdisyahkan sebagai buku pelajaran dalam mata pelajaran yang sama dankelas yang sama. Penerbit diberikan kebebasan mempromosikan bukunyasesuai dengan tata niaga buku serta bertanggung jawab atas pengirimanbuku itu sampai ke sekolah sesuai dengan jumlah dan waktu yangditetapkan sekolah sebagai pembeli.

4. Sekolah semakin berperan dalam penyediaan buku pelajaran yang dipakaisekolahnya. Sekolah memilih buku pelajaran untuk sekolahnyaberdasarkan pertimbangan jumlah dana yang tersedia serta kesesuaian

Page 125: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

119Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Memilih Buku Pelajaran

isi buku dengan karakteristik siswa dan lingkungan setempat. Sungguhpunbeberapa buku sejenis dinyatakan memenuhi syarat untuk dipilih namunmasing-masing buku itu masih memiliki ciri yang berbeda dalam penyajian,ilustrasi, dan warna. Kewenangan memilih dan membeli buku pelajarandiperoleh oleh sekolah untuk pengadaan buku pelajaran yang dananyadialokasikan ke sekolah. Apabila dananya bersumber dari APBD,pengadaan buku pelajaran dapat dikoordinasikan oleh Dinas Pendidikansetempat.

Penyempurnaan kebijakan dalam buku pelajaran ini diharapkan dapatmemecahkan berbagai masalah sebelumnya. Dengan kebijakan ini diharapkan:1. buku pelajaran yang dipakai di sekolah semakin bermutu karena melalui

proses penilaian yang objektif dan menyeluruh (materi, penyajian danteknik pembelajaran, keterbacaan dan grafika);

2. pembelian buku pelajaran dari penerbit swasta dapat mendorongpertumbuhan dan perkembangan penerbitan buku pelajaran padakususnya dan industri buku di Indonesia pada umumnya;

3. keterlibatan sekolah dalam pengadaan buku pelajaran memotivasi sekolahmenggunakan buku pelajaran lebih efektif dalam upaya meningkatkanmutu proses dan hasil belajar;

4. buku pelajaran tersedia di sekolah pada saat diperlukan dalam jumlahyang sesuai dengan kebutuhan dan

5. Pihak swasta/masyarakat dan sekolah juga diikutsertakan dalampengawasan ketersediaan dan pemanfaatan buku pelajaran serta ikutmengusahakan dan untuk pengadaan buku pelajaran itu.

Seperti dikemukakan sebelumnya, Pemerintah menilai dan mengesahkanbuku pelajaran secara bertahap. Untuk keperluan pelaksanaan Kurikulum 2004,Pemerintah baru menyelesaikan penilaian dan pengesahan buku pelajaranuntuk Sekolah Dasar. Padahal Kurikulum itu mulai dilaksanakan dalam tahunajaran 2004/2005 secara bertahap. Sementara itu di pasar telah beredar banyakbuku pelajaran SD, SMP dan SMA dengan label “Sesuai dengan Kurikulum2004”. Dengan demikian sekolah kemungkinan menghadapi tiga alternatifberikut:1. Sekolah memilih buku pelajaran sepenuhnya dari daftar buku pelajaran

yang telah disahkan Departemen Pendidikan Nasional (apabila daftar itutelah ada).

2. Sekolah memilih buku pelajaran yang beredar di pasar tapi belum dinilaidan disahkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

3. Sekolah memilih buku pelajaran dari daftar buku pelajaran yang telahdisahkan Depdiknas dan dari yang beredar di pasar bagi mata pelajaran

Page 126: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

120 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Memilih Buku Pelajaran

yang buku pelajarannya belum dinilai dan disahkan Depdiknas.Mengingat keterlambatan tersedianya daftar buku pelajaran yang disahkan

Depdiknas maka sekolah akan banyak memilih alternatif ke 2 dan 3. Hal inimulai terlihat dalam menyambut tahun ajaran baru 2005 ini sudah terdengarpembebanan pengadaan buku pelajaran SD, SMP, dan SMA kepada orangtuadi berbagai sekolah. Seperti tahun-tahun sebelumnya mulai terdengar keluhanklasik orang tua atas harga buku pelajaran yang harus dibayarkan ke sekolahlebih mahal dari harga buku di toko buku serta buku tahun sebelumnya tidakdapat lagi dipakai pada tahun pelajaran sekarang. Keadaan ini terjadi di sekolahnegeri dan di sekolah swasta. (Kompas dan Jakarta Post, 9 Juli 2005).

Pemerintah nampaknya masih tetap berkeinginan meringankan bebanmasyarakat dalam penyediaan buku pelajaran. Berbagai upaya telah ditempuhagar siswa dan guru dapat memperoleh buku pelajaran tepat waktu dan biayapengadaan buku pelajaran tidak dibebankan kepada orangtua siswa. Akantetapi dalam kenyataannya karena berbagai kendala nampaknya upaya itubelum sepenuhnya berhasil baik di pendidikan dasar (SD dan SLTP yang menjadisasaran program wajib belajar) mapun di pendidikan menengah (SMA danSMK).

Depdiknas menerbitkan daftar buku pelajaran sekolah yang telah disahkandan sekolah diwajibkan memilih buku pelajaran dari daftar itu. Dalammenghadapi Kurikulum 2004 daftar itu belum tersedia yang berarti sekolahharus memilih buku lain. Dengan demikian sekolah perlu mengetahui teknikmemilih buku pelajaran yang sesuai untuk keperluan belajar danmembelajarkan. Dalam menilai dan memilih buku pelajaran, aspek yang perludiperhatikan ialah (a) isi/materi, (b) metodologi, (c) bahasa, (d) ilustrasi, dan(e) grafika buku.

Materi Buku PelajaranYang perlu diperhatikan dalam menilai materi buku pelajaran ialah:1. Kesesuaian dengan kurikulum2. Kebenaran konsep3. Urutan konsep4. Contoh5. Bahan evaluasi

Kesesuaian dengan kurikulumKurikulum merupakan acuan utama dalam pengembangan buku pelajaran.Dalam kurikulum disebutkan tujuan pembelajaran dalam bentuk kompetensi-kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah mengalami prosespembelajaran. Dengan demikian materi buku pelajaran merupakan hasil

Page 127: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

121Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Memilih Buku Pelajaran

analisis dan uraian lebih lanjut dari kompetensi dan merupakan kumpulanpengetahuan yang perlu diketahui siswa untuk dapat memperoleh kompetensiyang ditetapkan. Dengan demikian penilaian materi buku pelajaran dilihatdari kurikulum mengacu pada hal-hal berikut:1) Apakah materi buku pelajaran telah mencakup semua kompetensi dasar

dan indikator yang ditetapkan dalam kurikulum?2) Apakah keluasan materi buku pelajaran telah sesuai untuk mencapai

masing-masing indikator kompetensi?3) Apakah kedalaman materi buku pelajaran telah mendukung pencapaian

masing-masing indikator kompetensi?4) Apakah semua pokok bahasan dan sub-pokok bahasan telah disusun

secara terpadu untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan didalam kurikulum?

5) Apakah isi pokok bahasan untuk masing-masing indikator kompetensitelah disajikan secara seimbang?

6) Apakah materi buku pelajaran dapat dipelajari sesuai dengan alokasiwaktu yang tersedia?

Kebenaran KonsepMateri buku pelajaran terdiri atas konsep-konsep dalam bidang ilmu tertentuyang disusun secara sistematis sehingga menjadi teori-teori yang membentukpengetahuan untuk memperoleh kompetensi yang diinginkan. Oleh karena itukonsep-konsep tersebut harus benar, valid atau relevan dilihat dari disiplinilmunya. Hal-hal yang perlu dinilai berkaitan dengan kebenaran konsep ialahseperti berikut:1) Apakah sesuai dengan cakupan (ontology) disiplin ilmu yang

bersangkutan?2) Apakah lengkap untuk mencapai kompetensi yang dikehendaki?3) Apakah kebenaran konsep dapat dipertanggungjawabkan dari ilmu yang

bersangkutan?4) Apakah konsep-konsep yang disampaikan masih relevan dengan keadaan

sekarang?

Urutan KonsepSusunan dan hubungan konsep berbeda pada masing-masing ilmu. Untukmemudahkan memahami suatu ilmu secara utuh perlu memahami strukturdan hubungan konsep-konsep itu. Aspek-aspek tentang struktur ilmu itu perludinilai dari hal-hal berikut:1) Apakah konsep-konsep yang disampaikan disusun berdasarkan hubungan

Page 128: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

122 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Memilih Buku Pelajaran

struktur konsep dalam ilmu tersebut?2) Apakah diawali dengan konsep yang menjadi dasar untuk memahami

konsep berikutnya?3) Apakah konsep-konsep disusun secara sisematis?4) Apakah susunan urutan tersebut memudahkan siswa memahami konsep-

konsep itu secara keseluruhan?

Contoh-ContohUntuk memudahkan memahami konsep atau teori, apalagi yang bersifat sangatabstrak, perlu diberikan contoh. Contoh yang kurang atau tidak tepat dapatpula membingungkan siswa. Dengan demikian ada beberapa hal yang perludiperhatikan dalam menilai contoh-contoh yang dipergunakan menjelaskankonsep yaitu sebagai berikut:1) Apakah relevan dengan konsep yang hendak dijelaskan?2) Apakah memperjelas konsep yang hendak dijelaskan?3) Apakah konkrit atau nyata?4) Apakah mudah dimengerti oleh siswa?5) Apakah menarik bagi siswa?6) Apakah memotivasi siswa untuk mempelajari konsep berikutnya?

Bahan EvaluasiBahan evaluasi dalam ahan ajar biasanya dasajikan dalam bentuk soal-soal,latihan , tugas, atau melakukan eksperimen/percobaan. Bahan evaluasi dalambuku pelajaran berfungsi tidak hanya semata-mata untuk mengetahui hasilbelajar, akan tetapi kegiatan evaluasi itu merupakan bagian kegiatanpembelajaran. Oleh karena itu bahan evaluasi perlu dilihat dari hal-hal berikut:1) Apakah mengacu pada tujuan pembelajaran/kompetensi yang hendak

dicapai?2) Apakah mengacu pada konsop-konsep yang dipelajari sebelumnya?3) Apakah memperhatikan bidang-bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik?4) Apakah evaluasi memperhatikan tingkat kesulitan ?5) Apakah mudah dimengerti?6) Apakah dengan mengerjakan soal-soal, latihan, tugas, atau eksperimen

tersebut terjadi proses belajar pada diri siswa?7) Apakah hasil evaluasi tersebut dapat dipergunakan sebagai indikator hasil

belajar?8) Apakah memotivasi siswa untuk mempelajari hal-hal yang belum dikuasai

dan hal-hal yang baru?

Page 129: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

123Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Memilih Buku Pelajaran

Metode PembelajaranUntuk mencapai tujuan yang ditetapkan, proses pembelajaran perlu dirancangdengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajarandisesuaikan dengan kompetensi yang menjadi tujuan, jenis dan sifat materibuku pelajaran, kondisi belajar/pembelajaran, serta karakterisitik siswa.Berkaitan dengan metode pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan ialah:a. Apakah sesuai untuk mencapai masing-masing kompetensi yang

dikehendaki?b. Apakah sesuai untuk kondisi siswa?c. Apakah memperhatikan kondisi lingkungan belajar?d. Apakah menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi?e. Apakah materi buku pelajaran disajikan secara runtut?f. Apakah meningkatkan motivasi belajar siswa?

BahasaBahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan materi buku pelajarandari pengembang buku pelajaran kepada siswa. Sebagai alat komunikasi,bahasa ikut menentukan keberhasilan komunikasi atau penyampaian pesantersebut. Bahasa yang tepat dapat memudahkan pemahaman dan menimbulkanatau meningkatkan motivasi belajar. Dengan demikian penilaian diarahkan

pada hal-hal berikut:a. Apakah sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar?b. Apakah struktur kalimat sesuai dengan kemampuan penalaran siswa?c. Apakah pilihan kata sesuai dengan pemahaman siswa?d. Apakah disajikan secara lugas (tidak berbelit-belit)?e. Apakah bahasa yang digunakan menarik bagi siswa?f. Apakah tingkat keterbacaan bahasa sesuai dengan kemampuan membaca

siswa?g. Apakah sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir siswa?

IlustrasiIlustrasi berfungsi untuk menjelaskan konsep sehingga lebih sederhana, jelasdan mudah dipahami. Ilustrasi dapat berbentuk foto, gambar, sketsa, bagan,grafik, peta, dan tabel. Fungsi lain dari ilustrasi ialah dekoratif. Dalam menilaiilustrasi yang perlu diperhatikan ialah:a. Apakah ilustrasi relevan?b. Apakah bentuknya proporsional?c. Apakah bentuknya akurat?

Page 130: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

124 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Memilih Buku Pelajaran

d. Apakah warnanya sesuai?e. Apakah menarik?f. Apakah mampu mengungkapkan konsep/objek?g. Apakah menyederhanakan konsep/objek?h. Apakah menjelaskan konsep/objek?i. Apakah memudahkan pemahaman siswa?

Produksi/GrafikaAspek grafika mempengaruhi minat, motivasi, dan hasil belajar. Aspek inimencakup:1. desain/tata letak2. tipografi3. kertas, dan4. produksi

Desain/Tata Letak.Desain/tata letak termasuk desain kulit dan desain isi dengan cakupankonsistensi, keharmonisan, daya tarik. Hal-hal yang perlu dinilai seperti berikut:1) Apakah ukuran buku sesuai untuk siswa?2) Apakah desain kulit mewakili isi/bidang studi/disiplin ilmu?3) Apakah ilustrasi kulit buku menarik?4) Apakah komposisi judul, nama pengarang, dan penerbit pada kulit serasi?5) Apakah warna menarik untuk siswa?6) Apakah tata letak isi konsisten dengan pola?7) Apakah ukuran margin efisien?8) Apakah anatomi buku/bagian buku lengkap?9) Apakah perbedaan paragrafh jelas?10) Apakah teks dan ilustrasi berdekatan?

TipografiTipografi mempengaruhi kemudahan membaca dan mencakup ukuran danbentuk huruf, variasi huruf, panjang baris, spasi, dan jarak antara huruf.Hal-hal yang perlu dinilai sebagai berikut:1) Apakah ukuran huruf sesuai dengan tingkat kelas?2) Apakah jenis huruf sesuai dengan tingkat kelas?3) Apakah variasi ukuran dan jenis huruf membantu pemahaman?4) Apakah unsur tipografi pada halaman isi mempunyai hirarki yang jelas?5) Apakah panjang baris tidak melelahkan membaca?6) Apakah spasi baris normal?

Page 131: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

125Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005

Memilih Buku Pelajaran

KertasDi samping mempengaruhi daya tahan buku, jenis dan mutu kertas jugamempengaruhi minat dan motivasi membaca. Berkaitan dengan kertas kulitdan kertas isi buku, perlu diperhatikan hal-hal berikut:1) Apakah jenis kertas untuk kulit bebas serat kayu?2) Apakah jenis kertas isi sesuai untuk mata pelajaran?3) Apakah kertas kulit cukup kuat?4) Apakah kertas isi tidak mudah sobek?5) Apakah kertas isi mengunakan mutu kertas yang sama?6) Apakah warna kertas isi tidak silau?

ProduksiProduksi buku pelajaran adalah hasil pencetakan naskah yang telah disusunoleh pengembang/penulis buku pelajaran. Produksi mencakup mutu cetakan,penjilidan, dan pemotongan. Aspek ini mempengaruhi kemudahan dankenyamanan menggunakan buku itu. Hal-hal yang perlu diperhatikan ialahseperti berikut:1) Apakah hasil cetakan tajam?2) Apakah bersih?3) Apakah huruf atau gambar tidak berbayang?4) Apakah tidak tembus ke halaman berikutnya?5) Apakah registered antar halaman?6) Apakah hasil cetakan berwarna sesuai dengan aslinya?7) Apakah penjilidan kuat/tidak mudah lepas?8) Apakah pemotongan simetris dan rapi?

PenutupSeperti diuraikan sebelumnya buku pelajaran dinilai dari aspek materi, metodepembelajaran, bahasa, ilustrasi dan grafika. Untuk dapat melakukan penilaiandan pemilihan secara objektif, diperlukan keahlian di masing-masing aspektersebut. Dalam pelaksanaannya, penilaian dan pemilihan buku pelajaran disekolah dikerjakan oleh tim yang anggotanya melibatkan guru bidang studidan wakil dari komite sekolah. Buku pelajaran mengandung bahan ajar yangseharusnya disusun secara tepat dan benar dilihat dari disiplin ilmu, metodebelajar dan pembelajaran, bahasa, ilustrasi dan grafikanya. Faktor hargamemang penting dan ikut menentukan, tetapi hendaknya tidak mendahuluikepentingan belajar dan membelajarkan. Berbagai penelitian menunjukkanbahwa buku pelajaran yang baik memberikan kontribusi yang cukup berartidalam meningkatkan mutu proses dan hasil belajar.

Page 132: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

126 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Memilih Buku Pelajaran

Apabila kebijakan Pemerintah di bidang buku pelajaran telah berjalandengan baik, sekolah tidak direpotkan lagi dengan masalah-masalah bukupelajaran. Apalagi kalau buku pelajaran dapat dipakai paling singkat limatahun baik dilihat dari isi maupun fisiknya, maka tidak perlu lagi setiap tahunpelajaran baru, harus ganti buku pelajaran pula. Namun hendaknyadigarisbawahi bahwa sebaik atau seburuk apapun mutu buku pelajaran,peranan guru masih tetap lebih utama. Buku yang bermutu apabila dipakaioleh guru yang tidak bermutu dalam proses pembelajaran akan menghadirkanproses dan hasil pembelajaran yang tidak bermutu. Buku yang kurang/tidakbermutu apabila dipergunakan oleh guru yang bermutu akan dapatmenghasilkan proses dan hasil pembelajaran yang bermutu. Buku yangbermutu apabila dipergunakan oleh guru yang bermutu pula akan menciptakansuasana, proses, dan hasil pembelajaran yang jauh lebih bermutu.

Daftar PustakaAlthbach, P.G. & Teferra, D. (Eds). (1998). Publishing and development: A

book of readings. Chestnut Hill: Bellagio Publishing NetworkBadan Pertimbangan Pengembangan Buku Nasional. ( 1999). Pembinaan

perbukuan nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Chatry-Komarek, M. (1996). Tailor-made textbooks. Oxford: CODE EuropeJakarta Post. 9 Juli 2005. Your leters: Supplies of textbooksKompas. 9 Juli 2005. Buku ajar masih beratkan orang tuaPusat Perbukuan. (1994). Pedoman Pusat Perbukuan. Jakarta: Pusat Perbukuan.Pusat Perbuukuan, (1997). Mekanisme penyediaan buku pelajaran pokok SMP

dan sekolah sederajat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Sitepu, B.P. (2002). Otonomi penyediaan buku pelajaran dalam Analisis CSIS.

Tahun XXIX/2000. No 3. Jakarta: CSISSupriadi, D. (2000). Anatomi buku sekolah di Indonesia. Yogyakarta: AdiCitaSuryadi, K., et al (2000). Pedoman penulisan dan penilaian naskah buku. Jakarta:

Pusat Perbukuan

Page 133: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

127Jurnal Pendidikan Penabur - No.03 / Th.III / Desember 2004

Isu-Isu Pendidikan Mutakhir

Drs. Hotben Situmorang, M.BA*)

Ir. Budyanto Lestyana, M.Si**)

Isu Mutakhir

Pendahuluanengakhiri tahun pelajaran serta menyambut tahun pelajaran baru,terdapat dua isu yang sering mengemuka. Pertama isu tentang sistempenilaian dikaitkan dengan masalah mutu pendidikan serta sistempenerimaan siswa/mahasiswa baru dikaitkan dengan pemerataan

kesempatan memperoleh pendidikan atau demokratisasi pendidikan. Keduaisu ini (kualitas dan kuantitas) saling terkait dan erat kaitannya dengan danapendidikan yang tersedia. Untuk mewujudkan proses pembelajaran agarmenghasilkan sumber daya yang bermutu memerlukan dana yang besar,terutama pengadaan alat-alat dan tenaga kependidikan. Sementara untukmemperbanyak daya tampung, diperlukan dana yang banyak membangungedung atau ruang-ruang kelas baru. Oleh karena itu dana untuk pembiayaanpenyelenggaraan pendidikan serta sistem penilaian hasil belajar masihmerupakan isu yang perlu dikaji lebih lanjut.

Pembiayaan PendidikanDimulai pada tahun sembilan puluhan kelompok konglomerat seperti halnyaGroup LIPPO, GLOBAL JAYA dan lain-lain memasuki dunia pendidikan danmenjadikannya “noble industry”. Jika pada umumnya dunia pendidikan dibangundari usaha dan semangat disertai modal yang terbatas, maka kelompokkonglomerat hadir dengan membangun sudut pandang yang berbedaberorientasi pada profit dengan modal investasi besar, kemampuan pemasaranserta professionalisme.

Pengelola pendidikan menawarkan berbagai daya tarik pada orang tuacalon siswa sebagai customer. Di antara konsep pendidikan “menarik” yangmerupakan bumbu penyelenggaraan pendidikan tersebut, antara lain:- Multiple Intelligence - Flash Card Glen Doman- Brain Based Learning - Neuro Learning Process

*) Kepala Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan (2) BPK PENABUR Jakarta**) Kepala Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan (1) BPK PENABUR Jakarta

M

Page 134: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

128 Jurnal Pendidikan Penabur - No.03 / Th.III / Desember 2004

Isu-Isu Pendidikan Mutakhir

- Quantum Learning - Brain Gym- The Golden Age Period - Mozart Effect- Early Intervention & Early Child Education

Pergeseran ini terjadi seiring dengan perilaku masyarakat dalammemandang pendidikan. Pendidikan yang sebelumnya merupakan kebutuhansekunder telah dipandang sebagai kebutuhan utama. Dalam hal memenuhikebutuhan utamanya ini, masyarakat memilih sesuai dengan kemampuan yangsangat terkait dengan ekonomi untuk memperoleh kualitas layanan yangsetinggi-tingginya. Hal ini menciptakan kultur elitisme di kalangan sekolah-sekolah “noble industry” tersebut. Padahal masyarakat banyak, mahalnya biayapendidikan seringkali masih merupakan problem yang tak terpecahkan.

Kita juga maklum atas ketidakmampuan pemerintah dalampenyelenggaraan pendidikan untuk semua warga negara. Akan tetapi realitasitu janganlah dijadikan apologi pemerintah lepas tanggung jawab danmenyerahkan kepada swasta. Bagaimanapun tanggung jawab pendidikan tetapada di pundak pemerintah. Pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan,setiap warga negara berhak mengikuti pendidikan. Pemerintah mengusahakandan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional untuk meningkatkankeimanan dan ketakwaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. UUD45 juga menggariskan, negara harus mengalokasikan 20 persen APBN untukanggaran pendidikan nasional. (Tajuk Rencana Pikiran Rakyat, 4 Mei 2005).

Dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, pasal 46mengamanatkan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawabbersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. KabupatenJembrana, dalam 4 tahun terakhir telah mensubsidi Rp. 14,7 M (hampir 3,7 Mper tahun) untuk menggratiskan semua sekolah negeri. Kabupaten-kabupatenlain akan segera menyusul, di antaranya Balikpapan. Namun hingga saat inibelum diperoleh informasi kebijakan untuk sekolah swasta. Masih banyaksekolah swasta yang mengalami kesulitan biaya dan terancam tutup, padahalsekolah swasta masih dibutuhkan.

Baiklah kita belajar dari pengalaman negara Irlandia yang telah lamamemberlakukan sekolah gratis pada tingkat sekolah lanjutan pada akhir 1960-an (Thomas Friedman. 2005. Ireland: The end of the rainbow. New YorkTimes). Usaha pemerintah tersebut telah membuahkan keberhasilanpendidikan anak dari para buruh mencapai sekolah lanjutan atas dan tidaksedikit yang mencapai gelar pendidikan teknik. Pada tahun 1973 saat Irlandiabergabung dengan Uni Eropa, mereka telah menghasilkan banyak tenaga kerjaterdidik. Pada tahun 1990, dengan jumlah angkatan kerja sebesar 1,1 jutajiwa, tidak ada pengangguran di Irlandia. Wakil Perdana Menteri, Mary Harney,

Page 135: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

129Jurnal Pendidikan Penabur - No.03 / Th.III / Desember 2004

menyatakan bahwa hal tersebut bukan keajaiban akan tetapi adalahpengambilan kebijakan yang tepat dalam menyambut globalisasi.

Kelulusan Ujian Nasional SMADi samping usaha reformasi pendidikan yang sedang berlangsung adalah hasilUjian Nasional tahun 2005 yang mengejutkan. Dengan nilai minimal kelulusan4,26, ternyata sebanyak 800.000 siswa dinyatakan tidak lulus. Bahkan di 13sekolah di Propinsi DIY 100% siswanya tidak lulus. Walaupun banyak kritikandilontarkan terhadap Ujian Nasional tersebut, antara lain kualitas soal yangtidak standar, konversi nilai yang tidak transparan, dan sebagainya. Hasil inimungkin merupakan gambaran yang sebenarnya mengenai seberapaparahnya kualitas pendidikan nasional Indonesia.

Data statistic dari UNDP menunjukkan bahwa Human Development IndexIndonesia menduduki rangking 111, satu nomor lebih baik dari Vietnam.Laporan UNDP tersebut menampilkan negara tetangga Singapore pada urutan25, Malaysia 59 dan Philipines 83.

Sistem Kenaikan KelasPada tahun 2004 pemerintah mensosialisasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi(KBK) menyusul program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang telahdiluncurkan terlebih dahulu. Dengan dasar MBS pelaksanaan KBK menjadipilihan bagi sekolah dan disesuaikan dengan kesiapan masing-masing sekolah.Peluang melaksanakan kurikulum yang berbeda mendorong sekolah berinovasidengan dengan berbagai sistem pembelajaran. Beberapa sekolah yangmenyatakan diri berwawasan Internasional memberlakukan VictorianCurriculum, Cambridge, atau IB system. Sekolah yang lain meluncurkanprogram akselerasi dengan kurikulum nasional.

Berbagai inovasi tersebut tetap belum menyentuh permasalahan sistemkenaikan kelas. Berbeda dengan di Indonesia, dalam pendidikan dasar 9 tahundi Jepang tidak ada ujian masuk, ujian kenaikan kelas, dan ujian kelulusan;secara otomatis semua murid naik kelas dan lulus. Untuk masuk sekolah diatas pendidikan dasar (yaitu mulai sekolah lanjutan tingkat atas), murid haruslulus ujian masuk. (Abas Gozali, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No.027-November 2000).

SMA Umum di Jepang pada dasarnya dibagi dalam 3 tingkat seperti diIndonesia, dengan struktur program yang sama untuk semua siswa. Sejaktahun 1988, diperkenalkan Sistem Kredit Semester untuk mengakomodasiperbedaan individual dan minat siswa. Dalam 10 tahun telah ada 170 sekolah(negeri dan swasta) yang menerapkan sistem tersebut. Pada sistem ini siswa

Isu-Isu Pendidikan Mutakhir

Page 136: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

130 Jurnal Pendidikan Penabur - No.03 / Th.III / Desember 2004

Isu-Isu Pendidikan Mutakhir

dapat memilih mata pelajaran sesuai dengan minat dan jadwal sesuaikepentingannya. Tampaknya hal ini menjadi pilihan siswa, bahkan siswa yangtelah dropout dapat mengikuti pendidikan kembali. (Gradeless High Schools:Schools Diversifying Under the Credit System. Kementerian Pendidikan Swediasaat ini juga sedang mempersiapkan reformasi sistem pendidikan nasionalnyayang mengarah pada SKS. (Important reforms for higher education).

Sumberhttp://www.mediaindo.co.id/berita.asp?Id=69164http://web-japan.org/trends98/honbun/ntj980515.html 13 Juli 2005http://www.sweden.gov.se 3 Juli 2005

Page 137: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

131 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

Resensi: Bagaimana Memulai dan Mengembangkan Sekolah Kristen

Resensi Buku

*) Kepala Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan (3) BPK PENABUR Jakarta

Judul : Bagaimana Memulai dan Mengembangkan Sekolah Kristen

Pengarang : James W Braley, LL.DPenerjemah : Agustien, S.S.Penerbit : Association of Christian Schools InternationalCetakan : 1, 2004Tebal/Ukuran : 140 halaman / 21 x 27 cmOleh : Imma Helianti Kusuma*)

Pedoman Praktis Membangun Sekolah Kristenanajemen Berbasis Sekolah memberikan peluang yang besar bagiseseorang atau sekelompok orang untuk ikut berpartisipasi dalampeningkatan mutu pendidikan. Kesempatan ini tentunya perludimanfaatkan sebaik-baiknya. Bentuk partisipasi itu dapat dilakukan

dengan mendirikan sekolah baru atau mengembangkan sekolah yang sudah ada.Tetapi bagi orang awam yang belum mengenal dunia persekolahan akan bertanya,“Bagaimana memulai mendirikan sekolah baru?” atau “Bagaimana mengembangkansekolah yang sudah ada?” Apalagi masih diberi embel-embel Kristen.

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas dapat Anda temukan dalambuku yang berjudul “Bagaimana Memulai dan Mengembangkan Sekolah Kristen”karangan James W. Braley. Sejauh penulis ketahui memang belum banyak referensiatau buku-buku yang secara khusus memberi informasi praktis cara memulai danmengembangkan sekolah Kristen. Ada satu buku yang telah beredar di masyarakatsejak tahun 1993 yang berjudul “Pedoman Penyelenggaraan Sekolah Kristen”.Buku yang ditulis oleh Nathanael Daldjoeni dkk, terbitan Pusat PengembanganPendidikan Kristen MPPK Salatiga dapat juga menjadi acuan. Di dalamnya mengupastentang hakikat dan implikasi sekolah Kristen, kelembagaan dan pengelolaansekolah Kristen, sekolah Kristen dan administrasi pendidikannya, tenaga pendidikansekolah Kristen dan persyaratannya, guru dan tugasnya sebagai pembimbing,alat pendidikan dan pengajarannya. Tetapi penyajiannya cenderung teoritis, kurangmendarat pada sasaran. Berbeda dengan buku karangan James W Braley yangdapat menjadi “panduan praktis” dalam mengambil keputusan untuk mendirikan,merencanakan dan mengembangkan sekolah Kristen.

Dalam mengelola sekolah Kristen ada beberapa prinsip yang membedakandengan sekolah lain. Prinsip-prinsip kekristenan mewarnai setiap kegiatan yangada. Prinsip tersebut menekankan: (1) Kristus merupakan tokoh pusat,menerapkan pengajaran Alkitabiah seperti “lebih diberkati” untuk memberi daripadamenerima. Oleh karena itu kegiatan yang ada menekankan kepada melayani. (2)Allah memberikan tanggung jawab kepada orang tua untuk mendidik anaknya.Karena itu kegiatan yang ada harus didesain sedemikian rupa agar orang tua

M

Page 138: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

132 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

Resensi: Bagaimana Memulai dan Mengembangkan Sekolah Kristen

terlibat dalam proses pendidikan itu. (3) Sekolah membantu menemukan danmengembangkan bakat, mengenali dan menghargai kelebihan setiap individu.Memberikan penghargaan ketika siswa menggunakan dan mengembangkan bakatmereka. Menurut hemat penulis prinsip ini sebenarnya dapat merupakan tantanganbagi pengelola dan pengembang sekolah Kristen untuk memikirkan bagaimanamengaplikasikannya dalam setiap perancangan program sekolah.

Sekolah Kristen ada sebagai panggilan untuk melayani Allah dan sesama.Sekolah Kristen memiliki misi pendidikan bagi generasi muda dengan mendasarkanpada prespektif Kristen yang berasal dari nilai-nilai Alkitabiah yang diakui olehgereja dan keluarga Kristen. “Sekolah” mengajarkan seluruh segi kehidupan dankebenaran yang berpusat pada Tuhan Yesus yang ada di dalam Alkitab. Denganmendirikan sekolah Kristen berarti Allah memberikan sebuah tantangan dankesempatan untuk memberitakan Kristus kepada orang tua dan anak-anak. Dalamhal ini berarti sekolah Kristen menjadi kitab terbuka yang dapat dibaca oleh setiaporang yang memandangnya, sekolah Kristen menjadi panutan dalamlingkungannya.

Ditegaskan dalam buku ini bahwa langkah awal yang harus ditempuh untukmendirikan sekolah Kristen adalah (1) Ide tentang sekolah Kristen harusdimatangkan di dalam doa. Doalah yang harus menuntun keseluruhan kegiatankarena doa membawa berkat Allah. (2) Membentuk sebuah panitia studi untukmelakukan penelitian tentang kemungkinan memulai sebuah sekolah. Siapa sajayang menjadi anggota panitia ini? Perencanaan apa saja yang harus dibuat? Kemanasaja hubungan harus dijalin? Bahkan sampai pada survei biaya untuk memperkirakanpendapatan. (3) Presentasikan ide sekolah Kristen kepada majelis atau dewangereja, anggota gereja atau pendukung pendanaan sekolah untuk mendapatpersetujuan. (4) Rekruitmen pimpinan sekolah dan guru (5) Analisis untuk fasilitassekolah. (6) Mulai promosikan sekolah. (7) Kebijakan finansial (hal. 1-5).

Sebelum memulai sebuah proyek, akan lebih bijaksana bila didahului denganpenelitian. Buku ini juga membahas tentang data-data yang diperlukan untukkemungkinan memulai sebuah sekolah Kristen pada suatu daerah sebagai bahanpenelitian, bahkan dilengkapi dengan formulir survei. Setelah mengadakanpenelitian maka dilanjutkan dengan perencanaan ekstensif. Dalam materi inidisediakan checklist perencanaan tentang informasi utama, sasaran dan daftarperiksa untuk mengembangkan sekolah Kristen. Bagian ini akan lebih terarahapabila dilengkapi dengan bagaimana memproses dan menganalisis data surveisehingga dapat dimanfaatkan untuk penentuan sebuah keputusan yang tepat.

Filosofi merupakan dasar atau pondasi utama dari semua yang dilakukan sekolahyang di dalamnya menyangkut seluruh proses belajar dan aktifitas lain. Oleh karenaitu filosofi penting untuk dikembangkan dan dinyatakan secara sederhana. Selainfilosofi, dalam mengembangkan perencanaan sekolah perlu dipikirkan juga tentang:(1) pernyataan iman yang merupakan kepercayaan sekolah dengan fokuspertanyaan untuk apa diajarkan, apa yang melatarbelakangi rohaninya. (2)menentukan tujuan dan lingkup sekolah, mengatur struktur sekolah. (3) sekolahharus mempunyai misi yang jelas; dan (4) mengetahui kriteria dalam prosesakreditasi karena sangat membantu dalam mengembangkan suatu sekolah. Dalam

Page 139: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

133 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

Resensi: Bagaimana Memulai dan Mengembangkan Sekolah Kristen

buku ini diuraikan untuk setiap bagian tersebut serta dilengkapi dengan contoh(hal. 8-14)

Ada beberapa hal yang perlu digumuli untuk membantu panit iapengembangan sekolah “Kristen” yang merupakan ciri khusus kekristenan itusendiri, misalnya bagaimana guru Kristen menerapkan konsep kristiani? Bagaimanakita memuliakan Tuhan dan mengajar murid dengan konsep yang tepat mengenaidiri sendiri? Bagaimana kita menerapkan kebenaran Alkitabiah mengenai kejatuhanmanusia? Bagaimana metode mengajar yang baik memberi konsep yang benartentang Allah? Siapakah yang bertanggung jawab atas pendidikan anak? Bagaimanakita mengetahui apakah sekolah berhasil melayani masyarakat atau gagal?Pertanyaan di atas dijabarkan dengan jelas sampai pada bagaimana membuat danmendapatkan dokumen, mengetahui tujuan dari setiap acuan dan prosesmemanfaatkan untuk lebih memudahkan dalam penerapan di lapangan, semuanyadipandu dengan berbagai pertanyaan (hal. 15-18).

Adalah penting untuk menyusun struktur organisasi sekolah dengan baik.Oleh karena itu struktur organisasi perlu dipersiapkan dengan disertai job descriptiondan tanggung jawab serta bagian apa saja yang perlu ada untuk mengembangkansekolah. Struktur organisasi terbagi atas 2 bagian yaitu pengambil kebijakan danpanitia kerja. Pengambil kebijakan adalah dewan pengurus, sedangkan panitiakerja adalah bagian operasional sekolah. Buku ini menampilkan checklist tentangapa yang harus dilakukan dalam pembuatan struktur organisasi, contoh baganorganisasi sekolah Kristen berdasarkan lembaga yang mendanai (mensponsori),dan bagaimana pengorganisasiannya. Dijelaskan juga tentang tugas, tanggungjawab, fungsi, wewenang, kode etik, dan hubungan satu bagian dengan yanglainnya misalnya kepala sekolah dan dewan pengurus. Tidak terkecuali tugas dantanggung jawab pengurus diuraikan secara jelas, juga disediakan checklist tentangapa saja yang harus dilakukan oleh dewan pengurus untuk hal yang bersifatumum, hal berkenaan dengan legal, guru dan staf, keuangan, penerimaan murid,struktur organisasi dewan pengurus. Selain itu juga diuraikan tentang penetapanpedoman kebijakan yang merupakan sebuah dasar untuk efisiensi dan konsistensi.Sebagai bagian dari kebijakan sekolah, prinsip-prinsip disiplin perlu dirumuskandengan jelas dan dipahami. Karena bercirikan Kristen maka dalam buku ini dikupastentang bagaimana menetapkan disiplin positif yang sesuai dengan kitab sucidan tetap mengajarkan nilai-nilai Alkitab (hal. 30-43). Jika dalam pembahasanawal “bercirikan kekristenan” yang membedakan pengembangan sekolah yanglain maka dalam kupasan ini akan lebih jelas bedanya apabila disajikan juga tentangtugas-tugas setiap jabatan yang mencerminkan ciri kekristenan tersebut sehinggaprinsip yang selayaknya dipegang akan teraplikasi dalam setiap tugas yangdibebankan. Uraian tugas dan wewenang untuk pengurus perlu disosialisaikankepada setiap pengurus agar tidak terjadi kerancuan dalam pelaksanaan.

Seleksi terhadap staf pengajar dan karyawan lainnya merupakan salah satutugas yang sangat penting dari dewan pengurus dan Kepala Sekolah. Pada hal.45-71 diuraikan bagaimana merekrut dan mempekerjakan seorang Kepala Sekolah.Selain dilengkapi dengan hal-hal yang harus dicapai oleh seorang Kepala Sekolah,juga beberapa contoh formulir misalnya aplikasi awal mengajar guru, kuesioner

Page 140: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

134 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

Resensi: Bagaimana Memulai dan Mengembangkan Sekolah Kristen

tindak lanjut pribadi guru, rekomendasi profesional, tambahan dalam kontrak,surat penunjukkan, kontrak/uraian jabatan dan uraian tugas guru, penyusunanpedoman staf. Dalam pengembangan guru agar mampu bertahan pada zamannyamaka pelatihan-pelatihan yang disesuaikan dengan tuntutan dan kondisi perludirancang agar seorang guru Kristen secara berkelanjutan terus mencarikesempatan untuk bertumbuh dan belajar. Evaluasi guru merupakan suatufeedback yang dapat dipergunakan untuk pengembangan diri maupunpengembangan sekolah juga diuraikan dengan jelas dan dilengkapi contoh formulirevaluasi guru.

Dalam buku kepemimpinan kepala sekolah karangan Wahjosumidjo diuraikanbahwa kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberikantugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajarmengajar. Tugas memimpin mengandung arti kemampuan menggerakkan segalasumber yang ada pada suatu sekolah sehingga didayagunakan secara maksimaluntuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam praktik organisasi katamemimpin, mengandung konotasi menggerakkan, mengarahkan, membimbing,melindungi, membina, memberi teladan, memberi dorongan, memberi bantuandan sebagainya. Hal ini memberikan indikasi betapa luasnya tugas dan peranankepala sekolah sebagai seorang pemimpin suatu organisasi. Oleh karena itusebaiknya dalam buku James W. Braley seyogianya diuraikan secara jelas untuksetiap perannya, misalnya kepala sekolah sebagai pejabat formal, sebagai manajer,sebagai pemimpin, sebagai pendidik, sebagai staf dsbnya.

Fasilitas sebagai sarana pendukung kelancaran program sekolah, perlu didesain.Fasilitas pokok apa saja yang sebaiknya ada untuk suatu sekolah, bagaimanapengaturan yang baik agar berfungsi sesuai yang diharapkan di kupas pada hal.72- 81. Fasilitas banyak sekali macamnya. Setiap jenjang pendidikan akan berbedasatu dengan lainnya sesuai dengan program yang sedang dikembangkan olehsekolah tersebut. Fasilitas akan berfungsi mendukung atau mensuport programketika diefektifkannya fasilitas tersebut dalam pelaksanaan sebuah program.Seorang perancang atau pengembang pendidikan perlu mengetahui fungsi setiapfasilitas sehingga mampu mendayagunakannya, selain itu perlu mengetahui tentangletak, ukuran, disain interior, pengelolaan, perawatan dari setiap jenis fasilitas.

Kurikulum sebagai bagian pokok dari penyelenggaraan suatu sekolah, menjadisorotan dalam buku ini. Kurikulum tidak akan terlepas dari buku teks, buku latihandan materi lainnya perlu diseleksi dengan cermat oleh guru sehingga dapat diadaptasidan ditambah bila diperlukan guna memasukkan pandangan Alkitab. Guru harusmenyeleksi materi tersebut sampai pada penggunaannya. Di dalam buku ini jugadiinformasikan penerbit-penerbit yang memproduksi materi-materi untuk sekolahKristen. Dibahas juga bagaimana merancang kurikulum untuk sekolah Kristen,dilengkapi dengan checklist langkah merancang kurikulum sekolah dan contohmenyusun kurikulum (hal. 82-92). Dalam bagian ini akan lebih berbeda bilamengupas contoh-contoh kurikulum yang bermuatan atau bercirikan kekristenansehingga terlihat jelas bedanya dengan sekolah lain.

Sekolah membutuhkan banyak formulir dan materi cetak lainnya. Formuliryang harus tersedia di suatu sekolah tersebut antara lain formulir pendaftaran,

Page 141: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

135 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

Resensi: Bagaimana Memulai dan Mengembangkan Sekolah Kristen

slip pembayaran, tes masuk, formulir aplikasi guru dan referensi, formulir evaluasidiri guru, formulir evaluasi dari kepala sekolah untuk guru, kertas surat, brosursekolah dsb. Bagaimana seharusnya bentuk dan isi formulir tersebut & bagaimanapembuatannya di jelaskan pada hal. 95- 97. Contoh formulir aplikasi siswa,pernyataan kerjasama antara ayah dan ibu tidak lupa di munculkan.

Komunikasi yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua akan mendukungterlaksananya proses belajar mengajar yang baik. Hal. 98-99 menggambarkanbagaimana menciptakan komunikasi yang baik dan apa saja yang seharusnyasekolah s iapkan agar orang tua mengetahui dan mampu mendukungpenyelenggaraaan kegiatan sekolah. Sebagai sekolah Kristen tentunya mempunyaiwarna kristiani dalam menjalin komunikasi dengan orang tua. Oleh karena ituperlu di desain kegiatan-kegiatan seperti apa yang dapat digarap oleh sekolahdalam menjalin hubungan dengan orangtua, sehingga mampu memberikan suatupelayanan yang berbeda tehadap orang tua di bandingkan dengan sekolah lain.

Dalam operasional sekolah, keuangan merupakan unsur yang penting.Bagaimana merencanakan hal-hal yang dibutuhkan, mengajukan anggaran, danfungsi pengawasan yang cermat merupakan unsur penting dalam keuangan.Perlu dipahami juga bahwa setiap sekolah memiliki kebutuhan yang berbeda,sekolah dikelola dengan tujuan yang berbeda, dan proses penyusunan anggaranakan mencerminkan tujuan tsb. Apa saja yang perlu dipertimbangkan dalammenyusun anggaran sekolah dapat dipelajari di hal 100-108. Bagian lain yangmerupakan pendukung dari penyelenggaraan sekolah seperti transportasi,kesehatan, mengiklankan sekolah dibahas di hal. 109-116.

Keunggulan dari buku ini terletak pada pencantuman pertimbangan-pertimbangan Alkitabiah untuk memulai dan mengembangkan sekolah Kristendengan pembahasan serta dilengkapi format-format yang dapat langsungdigunakan, contoh-contoh praktis yang dapat diterapkan, kolom checklist tentangpokok utama yang harus dilakukan pada setiap bagian. Selain itu juga dilengkapidengan menempatkan Kristus pada porsi yang sebenarnya pada sistempersekolahan.

Karena buku ini adalah hasil terjemahan, maka sidang pembaca memerlukanwaktu yang banyak untuk membaca agar benar-benar paham. Inilah kelemahanmencolok dari buku ini. Selain itu pembahasannya kurang sistematis misalnyabagian filosofi dan perencanaan yang harus dilakukan,. Pada bab-bab tertentumisalnya masalah fasilitas tidak di bahas secara tuntas dan tidak terarah. Namunpenulis berpendapat sebagai sebuah buku yang menginformasikan berbagailangkah yang harus diambil untuk memulai dan mengembangkan sekolah Kristen,buku karangan James W Braley layak dibaca. Secara khusus penulis menyarankankepada para pengelola pendidikan Kristen, Dewan Pengurus yayasan Kristen,pengembang pendidikan Kristen, Kepala Sekolah, Guru untuk mencerna isi bukuterbitan Association of Christian Schools International.

Page 142: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

136 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

BPK PENABUR JAKARTA Berbenah Menghadapi Persaingan Global

D

BPK PENABUR JAKARTA BerbenahMenghadapi Persaingan Global

Yuli Kwartolo, S.Pd*)

*) Staf Pusat Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan BPK PENABUR Jakarta

Profil

Sejarah Singkatalam sejarah pertumbuhannya sebelum memakai nama BPK PENABURJakarta, dikenal beberapa istilah. Dalam akta pendiriannya pada tahun1950 disebut dengan istilah “Komisi Sekolah” Badan Pendidikan

THKTKHKH Djawa Barat. Kemudian berganti dengan istilah Komisi Jakarta,selanjutnya berganti nama dengan istilah Komisi Pembantu Setempat (KPS)Jakarta dan saat ini bernama BPK PENABUR Jakarta.

Sejalan dengan perkembanganya, BPK PENABUR Jakarta semakin lamasemakin mapan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Ini dapat dilihatdengan semakin lengkapnya sarana dan prasarana, seperti dibangunnyagedung-gedung sekolah. Salah satunya adalah Gedung SMAK 1 BPK PENABURdi Jalan Tanjung Duren Raya No. 4 Jakarta Barat.

Sekolah yang dikelolanya terus bertambah dari jenjang TK sampai denganSLTA. Sampai tahun pelajaran 2004/2005, jumlah sekolah yang dikelola BPKPENABUR Jakarta berjumlah 47 sekolah. Dengan rincian TK ada 14 sekolah,SD ada 13 sekolah, SMP ada 10 sekolah, SMA ada 7 sekolah, dan Kejuruanada 3 sekolah (SMEA, STM, dan SMF). Jumlah siswa mencapai 20 ribu lebih.

Untuk mengikuti tuntutan zaman, BPK PENABUR Jakarta telah melakukanbanyak terobosan.

Pembelajaran UnggulPembelajaran unggul (bukan sekolah unggul) adalah terobosan yang dilakukanoleh BPK PENABUR Jakarta, khususnya jenjang Taman Kanak-Kanak dan SekolahDasar untuk menciptakan sebuah proses pendidikan yang asyik, menyenangkan,tapi berbobot. Pembelajaran unggul dicirikan dengan beberapa hal: 1)mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan siswa, 2) terpadu, 3) metodepembelajaran bervariasi, modern–mengarah kepada pendekatan belajar aktif,4) pemanfaatan berbagai sumber belajar (buku, nara sumber, objek langsung,

Page 143: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

137Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

BPK PENABUR JAKARTA Berbenah Menghadapi Persaingan Global

media pembelajaran), dan 5) pengoptimalan kecerdasan jamak (multipleintelegences) siswa.

Pembelajaran unggul menempatkan sumber belajar terpadu dalam prosespembelajaran, dengan kata lain kehadiran teknologi selalu ada di setiap prosespembelajaran. Sumber belajar yang dimaksud dapat berupa benda nyata,model, perangkat lunak program pembelajaran, orang (nara sumber),lingkungan belajar (mendekati objek nyata), dan metode/pendekatanpembelajaran yang mengarah pada kreativitas siswa.

Kegiatan pembelajaran dengan menghadirkan penjual jamu (mbok jamu),dalang, English native speaker (penutur asli untuk bahasa Inggris) ke sekolah,berkunjung ke kantor pemadam kebakaran dan bandara udara, mengunjungikebun pertanian organik merupakan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukansekolah untuk merealisasikan program “pembelajaran unggul” pada jenjangTaman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. Pemanfaatan multimedia dalampembelajaran, seperti OHP, komputer, dan televisi juga langkah yang selaludilakukan. Pemanfaatan komputer dalam proses pembelajaran yang dimaksudadalah mengenalkan huruf, angka, warna, konsep waktu, menggambar bebasdilanjutkan mengarang cerita sesuai dengan gambar tersebut,mengelompokkan benda-benda yang mempunyai bentuk, ukuran, ciri-ciritertentu diimplementasikan secara luas di Taman Kanak-Kanak. Kegiatan yangsama juga dilakukan pada jenjang Sekolah Dasar dengan kajian materi yanglebih mendalam.

Pengantar Bahasa InggrisProses pembelajaran, khususnya mata pelajaran matematika di sekolah-sekolah dasar yang menerapkan pembelajaran unggul, menggunakan bahasaInggris sebagai bahasa pengantar. Di jenjang SMP pun demikian. Beberapasekolah jenjang SMP proses pembelajaran matematika dan fisikamenggunakan bahasa Inggris. Ada program English Day di beberapa sekolah.

Program Akselerasi (Percepatan Belajar)Mengikuti perkembangan tren pendidikan dan tuntutan masyarakat khususnyadalam layanan pendidikan bagi anak-anak cerdas secara intelektual, BPKPENABUR Jakarta telah menyelenggarakan program akselerasi.Penyelenggaraan program akselerasi didasari atas rekomendasi pihakpemerintah yang menilai bahwa BPK PENABUR Jakarta mampumelaksanakannya. Berbagai petunjuk teknis dan pelatihan yang direkomendasipemerintah diikuti untuk mematangkan persiapan. Akhirnya, tahun pelajaran2002/2003 program akselerasi mulai mewarnai proses pendidikan di BPKPENABUR JAKARTA. Dengan demikian program askselerasi sudah berjalan

Page 144: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

138 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

BPK PENABUR JAKARTA Berbenah Menghadapi Persaingan Global

selama 3 tahun pelajaran dan telah berhasil meluluskan angkatan pertamadan kedua.

Saat ini program akselerasi baru dilaksanakan pada satu sekolah di setiapjenjangnya. Jenjang sekolah dasar dilaksanakan di SD Kristen 10 yang berlokasidi Jln. Muara Karang Jakarta Utara, jenjang menengah pertama dilaksanakandi SMP Kristen 4 yang berlokasi di Jln. Hibrida Raya Blok QA3 Kelapa GadingJakarta Utara, dan jenjang menengah atas di SMA Kristen 1 yang berlokasi diJln. Tanjung Duren Raya No. 4 Jakarta Barat. Lama pendidikan programakselerasi lebih pendek dari kelas reguler. Jenjang SD dimulai dari kelas 3s.d. kelas 6 ditempuh dalam waktu 3 tahun, jenjang SMPdalam 2 tahun, danjenjang SMA juga dalam 2 tahun.

Pelaksanaan pembelajaran di semua jenjang dengan sistem guruberpasangan (team teaching). Siswa program akselerasi mendapatkan fasilitaskhusus seperti, ruang belajar ber-AC dengan dengan sistem pengaturan suhuyang baik, multi media dan perpustakaan yang nyaman dilengkapi denganinternet. Untuk keefektifan proses pembelajaran jumlah siswa dibatasimaksimal 20 orang. Di tengah-tengah rutinitas mengikuti pelajaran, kegiatanoutbound, pengembangan kepribadian, dan kepemimpinan diadakan bagi siswaakselerasi.

Materi yang diajarkan adalah Kurikulum Plus BPK PENABUR Jakarta yangmerupakan Kurikulum Nasional yang diperkaya. Tidak semua materi diajarkan,namun dipilih materi-materi yang esensial.

TK BilingualSupaya tetap eksis dan mampu bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikanyang lebih dulu membuka sekolah-sekolah berlabelkan “bilingual”, mulai tahunpelajaran 2005/2006 yayasan pendidikan Kristen ini juga menyelenggarakansekolah “bilingual”. Pendekatan pembelajarannya bersifat inklusif. Untuksementara ini sekolah “bilingual” akan dilaksanakan di TK Kristen 6 di KompleksSekolah Kelapa Gading dan TK Kristen 11 di Kompleks Sekolah Sunrise Garden.Ke depan diharapkan di setiap jenjang SD, SMP, dan SMTA mampumelaksanakan sekolah “bilingual”.

Program SpesialisasiAgar lulusan memiliki bobot kualitas yang dapat diandalkan, beberapa SMAKdi lingkungan BPK PENABUR Jakarta melaksanakan program yang diberi namaprogram spesialisasi. Masing-masing sekolah berbeda. SMAK 1 melaksanakanProgram Spesialisasi ‘Sains’; SMAK 2 ‘English for Business’; SMAK 4 ‘PenelitianSosial’; SMAK 5 ‘Leadership; SMAK 7 ‘Information Technology’ (IT).

Page 145: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

139Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

BPK PENABUR JAKARTA Berbenah Menghadapi Persaingan Global

Sekolah Lima HariSekolah 5 hari di BPK PENABUR Jakarta telah dijalankan sejak tahun pelajaran2002/2003. Beberapa pemikiran yang mendasari pelaksanaan sekolah 5 hariyaitu: (1) siswa, guru dan karyawan mendapat peluang yang cukup untukbersosialisasi dengan keluarga dan lingkungannya; (2) siswa, guru dankaryawan lebih termotivasi melakukan tugas di sekolah sebagai suatu kegiatanyang menyenangkan; (3) meningkatkan efisiensi dan efekfivitas dalam belajardan bekerja; (4) orang tua siswa mempunyai kesempatan yang besarmelakukan pendampingan terhadap anaknya; (5) ada waktu luang yang lebihuntuk melaksanakan kegiatan kerohanian, sosial, menyalurkan hobi, ataukegiatan pribadi lainnya tanpa mengganggu tugas kantor; (6) mengurangikejenuhan atau kelelahan fisik karena kondisi lalu lintas yang macet tiap hari;(7) mengurangi kemacetan di sekitar kompleks sekolah akibat keluar masukkendaraan orangtua siswa; dan (8) sebagai upaya penghematan biaya airPAM, listrik, dan telepon.

Sebagai sebuah terobosan yang dapat dikatakan “maju” bahkan tidaklazim (tidak semua sekolah di Jakarta menerapkan 5 hari belajar), padaawalnya hal ini dilakukan sekedar uji coba saja. Namun ternyata sekolah 5hari menjadi suatu kebutuhan, mengingat situasi dan kondisi metropolitandan sekitarnya yang sangat dinamis.

Setelah berjalan satu tahun, program sekolah 5 hari (PS5H) telah dilakukanevaluasi oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat(LEMLITABMAS) UKRIDA. Hasil evalusi itu telah dimuat pada Jurnal PENDIDIKANPENABUR No. 03/III/Desember 2004. Laporan di jurnal itu berjudul “ProgramSekolah Lima hari, Evaluasi Formatif” yang ditulis oleh B.P. Sitepu.Berdasarkan temuan fakta-fakta di lapangan, pokok-pokok pikiran itu yakni:(1) Pelaksanaan PS5H cenderung hanya memindahkan lokasi waktu belajar.

Beban belajar hari Sabtu didistribusikan ke hari Senin s.d. Jumat.(2) Dampak pelaksanaan PS5H bagi siswa ialah beban pekerjaan rumah dan

frekuensi ulangan harian yang semakin berat, dan menurunnyakonsentrasi siswa pada jam-jam terakhir pelajaran. Siswa merasatertekan dan menimbulkan kecemasan apabila mereka dijejali pekerjaanrumah serta ulangan-ulangan harian sebagai kompensasi hari Sabtu.

(3) Sebagian besar guru menyatakan tidak melakukan perubahan dalammetode pembelajaran setelah melaksanakan PS5H. Padahal denganberubahnya jam belajar, metode pembelajaran harusnya juga disesuaikan.Upaya yang dapat dilakukan adalah memotivasi guru-guru mengikutiberbagai pelatihan yang dilaksanakan pada hari Sabtu.

(4) Sistem manajemen sekolah BPK PENABUR Jakarta, khususnya dalam

Page 146: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

140 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

BPK PENABUR JAKARTA Berbenah Menghadapi Persaingan Global

pembiayaan dan pengadaan perlengkapan keperluan sekolah sangatsentralistik. Kenyataan ini berdampak pada lamanya waktu pemesanandan perbaikan perlengkapan dan fasilitas pembelajaran, mengurangifleksibilitas, dan pada akhirnya pada surutnya kreativitas sekolah danguru.

(5) Sebagian besar siswa (SMP, SMA dan SMK) dan orang tua menganggapbelum merasakan adanya peningkatan mutu pendidikan sekolah.

Bagi BPK PENABUR Jakarta pokok-pokok pikiran laporan di atas merupakanmasukan. BPK PENABUR Jakarta telah menindaklanjuti apa yang harus dilakukanberdasarkan hasil evaluasi itu.1. Hasil temuan bahwa pelaksanaan PS5H cenderung hanya memindahkan

lokasi waktu belajar, yang berakibat beban pekerjaan rumah siswa danfrekuensi ulangan harian yang semakin berat, dan menurunnyakonsentrasi siswa pada jam-jam terakhir pelajaran. Untuk mengatasikecenderungan itu BPK PENABUR Jakarta sudah melakukan apa yangdinamakan dengan mengubah struktur kurikulum yang disesuaikan denganwaktu sekolah lima hari. Kemudian juga melakukan bedah kurikulum. Intidari kedua langkah ini adalah menentukan konsep-konsep esensial darisuatu pokok bahasan. Konsep-konsep yang sekiranya tidak perlu ataumalah menambah beban dibuang.

2. Hasil temuan yang menyatakan bahwa sebagian besar guru tidakmelakukan perubahan dalam metode pembelajaran setelah melaksanakanPS5H. BPK PENABUR Jakarta melalui bidang Pendidikan dan Latihan(DIKLAT) telah mengadakan pelatihan-pelatihan dengan berbagai materipelatihan. Tujuan pelatihan adalah berupaya meningkatkan performanceguru agar terus meningkat kualitasnya. Termasuk di dalamnya yang dibidikadalah, guru menemukan berbagai metode atau pendekatanpembelajaran yang variatif agar proses pembelajaran lebih efektif.Berbagai fasilitator yang berkualitas baik secara teoritis maupun praktisdiundang untuk memberi pelatihan. Mengefektifkan supervisi guru, rapatguru, Kelompok Kerja Guru (KKG), dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran(MGMP) adalah beberapa langkah lain yang ditempuh.

3. Hasil temuan menyatakan bahwa sistem manajemen sekolah BPKPENABUR Jakarta sangat sentralistik, sehingga mengakibatkanpembiayaan dan pengadaan perlengkapan keperluan sekolah sangatlambat. Pada aras operasional; khususnya Bagian Umum dan SaranaPrasarana (SARPRAS) telah dibagi menjadi empat area pekerjaan yangmasing-masing area di kepalai oleh Kepala Bidang Area. Keempat areaitu adalah : (1) Area Timur dengan pelayanan kerja meliputi KompleksSekolah Kelapa Gading, Cawang, Cipinang Baru, Cikarang, dan TMII; (2)

Page 147: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

141Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

BPK PENABUR JAKARTA Berbenah Menghadapi Persaingan Global

Area Barat dengan pelayanan kerja meliputi Kompleks Sekolah TanjungDuren, Sunrise Garden, dan Muara Karang; (3) Area Tengah denganpelayanan kerja meliputi Kompleks Sekolah Gunung Sahari, Pembangunan,Pintu Air, Pintu Besi, dan Diponegoro; (4) Area Tangerang denganpalayanan kerja meliputi Kompleks Sekolah Gading Serpong, KotaModern, dan Bintaro.

Dengan konsep kerja seperti itu diharapkan segala hambatan di lapanganberkaitan dengan perbaikan atau pengadaan barang yang diperlukan dalamproses pembelajaran dapat dieliminasi sekecil mungkin. Ditambah lagidengan kewenangan kepala sekolah menggunakan kas kecil untukkeperluan yang mendesak.

4. Sebagian besar siswa (SMP, SMA, SMK) dan orang tua menganggapbelum terasakan adanya peningkatan mutu pendidikan sekolah. Atastemuan ini memang sejak awal dasar pemikiran konsep PS5H tidakdiperuntukkan sebagai jembatan untuk meningkatan mutu pendidikan.Poin ini sudah jauh bergeser. Namun demikian hendaknya tidak diartikanBPK PENABUR Jakarta tidak melakukan upaya untuk meningkatkan kualitaspendidikan di semua jenjang. Malah sebaliknya, semua komponen yangada di yayasan pendidikan Kristen ini mempunyai komitmen untuk terus-menerus meningkatkan kualitas pendidikan.

Pengembangan Multiple IntelligencesKualitas pendidikan yang dimaksud di sini tidak hanya terfokus pada peningkatanpotensi intelektual atau akademiknya saja, melainkan semua potensi anakdidik dikembangkan secara optimal. BPK PENABUR Jakarta dengan program-programnya memberi porsi yang seimbang terhadap peningkatan potensi-potensi siswa di luar kemampuan intelektualnya. Langkah ini sebagai jawabanatas apa yang dikemukan oleh Howard Gardner dengan istilah multipleintelligences-nya (kecerdasan jamak). Berdasarkan dokumentasi yang ada,BPK PENABUR Jakarta memberi nama Program-Program Unggulan Sekolah.Sasaran umum yang hendak dicapai adalah, mendidik siswa menjadi wargamasyarakat yang takut akan Tuhan, memanfaakan potensinya secara optimal(mandiri dan andal), dan peduli serta bertindak dengan kasih.

Strategi penyelenggaraan pendidikan menekankan pada: (1) penanamandan pengembangan nilai-nilai Kristiani; (2) pengembangan kepribadian siswa(kepemimpinan, kerjasama, dan sikap sosial); (3) pengembangan intelektualdan emosional yang seimbang; (4) pemanfaatan dan penguasaan teknologiuntuk merangsang daya cipta kreatif; (5) pengembangan kemampuanberkomunikasi lisan dan tertulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris; (6)pembinaan bakat siswa dalam bidang seni dan olahraga. Secara konkret

Page 148: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

142 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV/ Juli 2005

BPK PENABUR JAKARTA Berbenah Menghadapi Persaingan Global

program-program sekolah yang menekankan pada pengembangan aspek nonintelektual yaitu: (1) pembinaan dan pengembangan seni (drumband, tarian,lukis, paduan suara, kolintang, ensambel, angklung); (2) pembinaankepribadian siswa dalam bentuk pembiasaan perilaku yang positif, retret,pelajaran bina pribadi, saat teduh setiap hari, Palang Merah Remaja danAdikarsa Nugraha Cestita, kebaktian bersama setiap bulan dan pelayanan digereja dan luar sekolah serta aksi-aksi sosial; (3) pembinaan danpengembangan olahraga (catur, renang, atletik, sepakbola, basket),kepemimpinan, pramuka.

Seperti judul artikel di atas, dan didasari atas tuntutan keadaan untukbergerak cepat memanfaatkan peluang dan menjauhkan ancaman, BPKPENABUR Jakarta terus berbenah dengan terobosan-terobosan baru yangantisipatif terhadap perkembangan zaman.

Daftar Pustaka

Gardner, Howard. (2003). Multiple intelligences (Kecerdasan majemuk). Batam: Interaksara

http://www1.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/p4/unggul.htmKoespradono, Gantyo dkk (2000). “BPK PENABUR Lima puluh Tahun mengabdi

dan melayani”, Badan Pendidikan Kristen PENABUR, Jakarta.Kwartolo, Yuli. “Peran teknologi pembelajaran dalam implementasi dan

pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (Sebuah implementasi di Sekolah BPK PENABUR Jakarta”, makalah pada Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran di Jogjakarta, 21 – 23 Agustus 2003.

Situmorang, Hotben dkk. “Program akselerasi (percepatan belajar pada jenjang SD, SMP, dan SMA di BPK PENABUR Jakarta; Sebuah kajian”. Pusat Pengembangan dan Pengkajian (P4) BPK PENABUR Jakarta, 2005.

Page 149: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

143 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Keterangan Mengenai Penulis

Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe, lahir 30 Maret 1945. Menyelesaikan Pro-gram S3 pada Pracer Universiteit Amsterdam tahun 1987. Sebelumnya pernahmenjadi Rektor Universitas Kristen Artha Wacana Kupang (1990-1998). Banyakmenulis artikel yang dimuat di media massa dan juga menulis buku. Saat inisebagai Ketua Umum Persekutuan gereja-gereja di Indonesia

Prof. Dr. Bambang Kaswanti Purwo, lahir di Yogyakarta 19 April 1951.Meraih gelar doktor linguistik di Universitas Indonesia 1982, dengan disertasiDeiksis dalam Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1984). Saat ini sebagai gurubesar linguistik pada Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (Jakarta), KepalaPusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atma Jaya Jakarta, Direktur EksekutifPenerbit Universitas Atma Jaya, guru besar luar biasa pada ProgramPascasarjana Universitas Indonesia dan Universitas Negeri Jakarta, editorSeri NUSA (Linguistik Studies in Indonesian and Languages in Indonesia),Ketua Masyarakat Linguistik Indonesia (1994–1997, 1997–1999), salah seorangpenyusun buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi pertama (1988).Menjadi peneliti pascadoktor pada Institute for Advanced Study, Princeton(1983–1984), di University of Melbourne (1989) atas undangan “The AustralianVice Chancellors’ Committee”, dan di Max Planck Institute, Leipzig (2000).Memperoleh penghargaan sebagai “Orang Muda Berkarya di Bidang Akademik”dari pemerintah Republik Indonesia 28 Oktober 1988. Berkat bukunyaPragmatik dan Pengajaran Bahasa: Menyibak Kurikulum 1984 (Kanisius, 1990), diundang sebagai salah seorang anggota tim pengembang Kurikulum 1994dan 2004 mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Dr. B. P. Sitepu, M.A., lahir di Berastepu, Sumatra Utara, 28 Juni 1948,menyelesaikan pendidikan di IKIP Negeri Jakarta (1975), Jurusan PengajaranBahasa Inggris, S2 bidang Perencanaan Pendidikan di Macquarie University,Sydney, Australia, (1979) dan S3 di bidang Teknologi Pendidikan di IKIP NegeriJakarta (1994). Sebelum menjadi tenaga pengajar tetap di Universitas NegeriJakarta dengan jabatan Lektor Kepala (2001), memperoleh pengalaman sebagaiguru di SD, SLTP, dan SLTA Swasta (1968–1976), pegawai negeri sipil diDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang telah berubah menjadiDepartemen Pendidikan Nasional, (1976-2001), dan sebagai dosen luar biasadi IKIP Negeri serta beberapa perguruan tinggi swasta (1995-2001). Di sampingmengikuti berbagai penataran, seminar, dan lokakarya di dalam dan luar negeri,juga menulis buku dan artikel di berbagai media cetak.

Ir. Budyanto Lestyana, M.Si., lahir di Semarang 28 Desember 1970,menyelesaikan program S2 dari IPB-Bogor tahun 2000. Menjabat sebagai Kepala

Page 150: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

144 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Keterangan Mengenai Penulis

Bidang Kurikulum dari tahun 2000-2004. Terlibat berbagai proyekpengembangan kurikulum dan diversifikasi sekolah serta berkecimpung dalampengembangan KIR. Saat ini sebagai Kepala Pengkajian dan PengembanganPendidikan BPK PENABUR Jakarta.

Djudjun Djaenuddin Supriadi, S.Th, lahir di Bandung 29 Desember 1961.Lulus dari STT Duta Wacana tahun 1987 dan saat ini sedang menyelesaikan S2Program M.Min pada STT Jakarta. Menulis beberapa Modul Pengajaran PAKdan pernah sebagai Dosen tidak tetap di UNTAR dan UKRIDA. Sejak 1998-sekarang sebagai Kepala Bidang Kerohanian BPK PENABUR Jakarta.

Handy Susanto, S.Psi., lahir di Tasikmalaya 11 Februari 1981. Lulusan S1Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, tahun 2003. Tahun pelajaran2003/2004 sebagai staff BK di SMAK 1 BPK PENABUR Bandung. Tahun 2003 –2004 sebagai assisten dosen mata kuliah psidiagnostik di Fakultas PsikologiUniversitas Kristen Maranatha. Saat ini sebagai staff BK di SMPK BPK PENABURTasikmalaya.

Drs. Hotben Situmorang, M.B.A., lahir di Toba Sumatera Utara, 23 April1961. Menyelesaikan S1 di IKIP Jakarta jurusan Pendidikan Fisika (1985). Sambilmenyelesaikan S1, guru di SMA Neg. 50 (1982), SMA Neg.31 (1983-1997) danikut mendirikan SMA PGRI 10. Guru dan pejabat Kepala Sekolah Indonesia diDavao Philippines (1987-1994) sekaligus menyelesaikan S2 bidang BusinessManagement di Ateneo de Davao Philippines (1994). Mengikuti Program Mis-sion Studies di Overseas Ministries Study Centre, Connecticut USA (1994/1995).Menjadi konsultan Yakoma PGI dan dosen di UKI (1996). Bekerja di BPK PENABURsebagai Kepala Bidang Pengembangan (1997). Care dan taker Kepala SMK 2BPK PENABUR ( 1996-2004). Saat ini sebagai Kepala Pengkajian danPengembangan Pendidikan BPK PENABUR Jakarta.

Imma Helianti Kusuma, M.Pd., lahir di Salatiga 19 Desember 1967.Menyelesaikan S1 di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Program StudiKurikulum dan Teknologi Pendidikan tahun 1990. Menyelesaikan S2, MagisterPendidikan dari Universitas Kristen Indonesia (UKI) tahun 2003. Sebagai stafMedia Pendidikan BPK PENABUR (1991-1995), Kepala Unit Laboratorium danKeterampilan Pendidikan (1995-1999), di Bidang Kurikulum (1999-2003), KepalaBidang Evaluasi Akademis (2003-2004) dan saat ini sebagai Kepala Pengkajiandan Pengembangan Pendidikan BPK PENABUR Jakarta dan juga sebagai dosendi Universitas Kristen Indonesia Jakarta.

Keke Taruli Aritonang, M.Pd., lahir di Jakarta 27 April 1969. MenyelesaikanS1 di FKIP Universitas Jambi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (1996).Mengikuti program S2 di Universitas Kristen Jakarta dan mendapat gelar

Page 151: Diterbitkan oleh - BPK PENABURpengelolaan sekolah Kristen. Sedangkan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Kristen menghadapi berbagai tantangan zaman khususnya dalam

145 Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Magister Pendidikan (2004). Bekerja di BPK PENABUR sejak tahun1998 dansaat ini mengajar sebagai guru Bahasa Indonesia di SLTP Kristen 1 BPK PENABURJakarta.

Prof. Dr. Sutjipto, lahir di Trenggalek, 17 Juni 1945. Menyelesaikan S3 (Doc-tor of Education), pada University of Northern Colorado USA tahun 1991. Sejak1997 sampai saat ini sebagai Rektor Universitas Negeri Jakarta dan tetap aktifsebagai guru besar bidang manajemen pendidikan. Sering diundang sebagaipembicara di berbagai seminar tingkat nasional dan internasional, menulisbuku, makalah dan jurnal. Ketua I Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia tahun1999-sekarang, Ketua Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Wilayah Barat tahun2002-sekarang. Ketua Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia1989-sekarang

Drs. Tafiardi, lahir di Bukit Tinggi 14 Agustus 1964. Menyelesaikan S1 dariIKIP Jakarta, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Saat ini sebagaidosen di Universitas Negeri Jakarta.

Thomas Wibowo Agung Sutjiono, lahir di Tuban 1962. Program S1 dariIKIP Bandung, Fakultas Pendidikan dan Kejuruan jurusan studi Pendidikan TeknikBangunan. S2 diselesaikan di Universita Siliwangi Tasikmalaya, program StdiPendidkan Kependudukan Lingkungan Hidup (2004). Bekerja sebagai guru SMABPK PENABUR Tasikmalaya sejak tahun 1992. Tahun 1998 sampai sekarangbertugas sebagai kepala SMP BPK PENABUR Tasikmalaya.

Yuli Kwartolo, S.Pd., alumni Universitas Kristen Satya Wacana Salatigajurusan Teknologi Pendidikan (1991). Semasa kuliah aktif menulis di “GitaKampus”, koran kampus UKSW Salatiga, pernah menjadi guru di sekolahswasta Semarang, sebagai reporter Harian Kartika (Koran Lokal Semarang).Banyak menulis artikel pendidikan dan juga menyusun buku pelajaran IPS kelasI-IV SD. Saat ini sebagai staf di Pusat Pengkajian dan Pengembangan BPKPENABUR Jakarta dan menyusun buku pelajaran IPS kelas I-IV SD

Dr. Vera Ginting, M.A., lahir di Medan 1965. Lulus dari Fakultas PendidikanIlmu Pengetahuan Sosial-IKIP Jakarta tahun 1989. Tahun 1995 melanjutkanpendidikan di Macquarie University, Sydney yang disponsori oleh Ausai, dangelar MA in Education diperoleh tahun 1997. Saat ini bekerja di Pusat PerbukuanDepdiknas di Subbidang Pengembangan Naskah, Bidang Pengembangan Naskahdan Pengendalian Mutu Buku.