21

Click here to load reader

Modal - 1lung.files. · Web viewPerbedaan yang paling penting adalah soal ada tidaknya pembagian resiko dan keuntungan, di mana dalam sistem bunga hal ini tidak terjadi (no risk and

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Modal - 1lung.files. · Web viewPerbedaan yang paling penting adalah soal ada tidaknya pembagian resiko dan keuntungan, di mana dalam sistem bunga hal ini tidak terjadi (no risk and

BAB 12MODAL, BUNGA DAN LOSS PROFIT SHARING

PENDAHULUANDalam pandangan jumhur ulama bunga adalah riba nasi’ah yang haram. Implikasinya,

ia harus dihapus secara mutlak. Sebagai alternatif penggantinya ajaran Islam menawarkan konsep loss - profit sharing atau bagi untung dan rugi (sering disebut bagi hasil saja) yang dipandang lebih mencerminkan keadilan bagi para pelaku ekonomi. Konsep ini dengan mudah dijumpai dalam praktek masyarakat Islam pada masa Rasulullah dan sahabat hingga masyarakat muslim saat ini.

Bagian awal bab ini akan membahas secara singkat peranan bunga sebagai harga modal, kemudian diikuti berbagai pemikiran kritis tentang hal ini. Bab ini memang tidak mengkaji bunga secara komperehensif. Pembahasan bunga dan riba secara lebih komprehensif terdapat dalam Pengantar Makroekonomika Islami (karya penulis, segera terbit). Selanjutnya konsep loss profit sharing akan dibahas, namun hanya terfokus pada mudharabah dan musyarakah. Dalam bagian akhir dibahas pandangan Islam tentang konsep time value of money serta ulasan singkat tentang resiko dan gharar. Dua hal ini adalah sesuatu yang harus mendapat perhatian serius dalam sistem loss profit sharing.

BUNGA SEBAGAI HARGA MODALDalam sistem ekonomi konvensional bunga merupakan harga dari uang (price of

capital). Dalam literatur-literatur ekonomi moneter banyak disebutkan bahwa tinggi rendahnya permintaan dan penawaran akan uang tergantung pada tingkat bunga. Dalam mekanisme ini bunga akan memiliki perilaku persis seperti harga sebagaimana pada pasar barang. Kurva permintaan uang memiliki lereng negatif sebagaimana kurva permintaan barang, sedangkan kurva penawarannya berlereng positif sebagaimana penawaran barang juga. Interaksi permintaan dan penawaran uang dan dampaknya terhadap harga modal akan mengikuti pola seperti hukum yang normal. Kenaikan kurva permintaan uang akan meningkatkan tingkat bunga, seandainya penawarannya diasumsikan tetap. Sebaliknya, penurunan permintaan akan

Bab 12 Modal, Bunga dan Loss Profit Sharing 239

Page 2: Modal - 1lung.files. · Web viewPerbedaan yang paling penting adalah soal ada tidaknya pembagian resiko dan keuntungan, di mana dalam sistem bunga hal ini tidak terjadi (no risk and

menurunkan tingkat bunga, seandainya penawarannya juga diasumsikan tetap. Demikian seterusnya.

Layakkah bunga dijadikan sebagai harga uang atau harga modal (price of capital)? atau pertanyaan sebelum itu adalah layakkah uang memiliki harga? Pandangan bunga sebagai harga uang muncul sebagai akibat adanya pandangan tentang kesamaan antara uang dengan barang atau harta benda lainnya. Keduanya ini dianggap sama saja sehingga perilakunya juga diperlakukan sama. Apakah benar uang, modal dan barang itu sama? Sesungguhnya, di antara ekonom-ekonom Barat sendiri terjadi perbedaan pendapat mengenai hal ini. Milton Friedman, Martin Baily, Pesek dan Thomas Saving adalah ekonom-ekonom yang menganggap bahwa uang merupakan bagian dari kekayaan atau harta sebagaimana benda ekonomi lain, sementara Patinkin, Tobin, Gurley dan Shaw, Pigou, Metzler dan Harberler berpandangan berbeda (Abu Saud, 1981, h.61-62).

Lebih lanjut Saud mengemukakan perbedaan antara uang dengan benda ekonomi lainnya secara umum, yaitu:

Uang memiliki kandungan kekayaan hanya dengan memegangnya. Uang tidak memiliki biaya membawa (carrying cost), biaya produksi (production cost). Permintaan atas uang bukan permintaan asli (genuine demand), tetapi akibat adanya

permintaan atas benda-benda ekonomi yang dapat dibeli dengan uang. Uang tidak terkena biaya depresiasi sebagaimana benda ekonomi lainnya.

Pengantar Ekonomika Mikro Islami - MBHA240

Gambar 12.1Bunga sebagai Harga Uang

R

DM SM

Rm

Rm’

DM’

M

Tingkat bunga ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran uang. Penurunan kurva permintaan uang dari DM ke DM’ akan menurunkan tingkat bunga dari Rm menjadi Rm’, demikian sebaliknya. Bunga merupakan harga uang yang memiliki perilaku sebagaimana harga barang pada umumnya.

Page 3: Modal - 1lung.files. · Web viewPerbedaan yang paling penting adalah soal ada tidaknya pembagian resiko dan keuntungan, di mana dalam sistem bunga hal ini tidak terjadi (no risk and

Uang merupakan suatu kesepakatan sosial yang fungsinya lebih didasarkan atas adanya kepercayaan daripada nilai intrinsiknya.

Sementara itu, terdapat juga kerancuan pandangan antara uang dengan modal/kapital. Kebanyakan ekonom Barat menyamakan uang dengan modal, sehingga mereka memperlakukan uang sebagaimana modal atau barang-barang modal lainnya (capital goods). Padahal, sebenarnya terdapat perbedaan yang mendasar antara uang dengan modal, sebagaimana dalam tabel 12.1.

Tabel 12.1Perbedaan antara Uang dengan Modal

UANG TIDAK SAMA DENGAN MODALModal adalah private good Uang adalah public goodModal merupakan stock concept Uang merupakan flow concept

Uang merupakan benda publik, di mana seluruh masyarakat dapat menggunakannya tanpa mencegah pihak lain untuk menggunakannya juga. Jika seseorang menahan uangnya, berarti telah menghalangi pihak lain untuk memanfaatkan uang sehingga mengganggu fungsi uang dalam perekonomian. Semetara itu modal sebagai benda pribadi akan dapat menghasilkan pendapatan jika dan hanya jika diinvestasikan pada sektor riel.

Uang yang diam tidak akan menghasilkan apapun. Uang tidak secara otomatis memberikan manfaat, kecuali jika digunakan untuk kegiatan ekonomi. Semakin tinggi tingkat perputaran (velocity of money) uang di sektor produktif, semakin tinggi pula pendapatan yang dihasilkan oleh uang. Jadi, penggunaan uang itulah yang menjadikan uang memiliki manfaat atau nilai. Al Ghazali dalam kitabnya Al Ihya’ mengibarat uang sebagai cermin. Cermin tidak memiliki warna tetapi mampu merefleksikan semua warna. Begitu pula uang, ia tidak memiliki harga tetapi dapat merefleksikan semua harga. Dengan demikian, uang juga tidak dapat diperjualbelikan. Memperjualbelikan uang sama saja memenjarakan fungsi-fungsi uang. Jika banyak uang yang diperjualbelikan maka niscaya akan tinggal ada sedikit uang yang berfungsi sebagai uang.

Dampak Negatif BungaMenurut Sadeq (1992, p.281-282) bunga merupakan sumber dari berbagai bentuk

kejahatan sosial dan ekonomi masyarakat dunia. Beberapa kejahatan ini antara lain: Pertama, bunga merupakan suatu bentuk ketidakadilan (injustice/dzalim) sebab ia

memberikan diskriminasi terhadap pembagian resiko maupun hasil. Para pemodal hanya menerima hasil dan tidak berbagi resiko (risk sharing), sementara para pemijam dana harus membayar suatu tambahan tetap atas modal yang dipinjamnya meskipun dalam keadaan merugi. Demikian pula pada saat peminjam modal mendapatkan keuntungan besar dari pemanfaatan dana ini, ia tetap hanya harus membayar sejumlah bunga yang telah ditetapkan.

Bab 12 Modal, Bunga dan Loss Profit Sharing 241

Page 4: Modal - 1lung.files. · Web viewPerbedaan yang paling penting adalah soal ada tidaknya pembagian resiko dan keuntungan, di mana dalam sistem bunga hal ini tidak terjadi (no risk and

Kedua, bunga merupakan salah satu sumber ketidakmerataan pendapatan dan kekayaan. Dalam perekonomian modern para industrialis selalu membiayai usahanya dari dana perbankan dan berhasil membuat keuntungan yang besar, sementara mereka hanya membayar sejumlah (persentase) kecil bunga untuk dana pinjamannya tersebut. Hal ini sebenarnya merupakan sebuah mekanisme transfer pendapatan secara tidak langsung antara depositor, creditur dan debitur yang dapat meningkatkan konsentrasi kekayaan dan pendapatan dalam masyarakat

Ketiga, sistem bunga akan membatasi investasi, sementara bagi hasil akan meningkatkan investasi. Tingginya tingkat bunga berhubungan negatif dengan tingginya investasi, semakin tinggi tingkat bunga maka akan semakin rendah investasi. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi minat masyarakat untuk berinvestasi, sebab biaya dana (cost of fund) menjadi lebih mahal. Kegiatan investasi akan berhenti manakala tingkat return on investment tidak memiliki perbedaan yang berarti dengan tingkat bunga, berada di bawah atau sama dengan tingkat bunga.

Keempat, dalam faktor produksi bunga dimasukkan ke dalam unsur biaya sehingga akan meningkatkan biaya produksi secara keseluruhan. Peningkatkan biaya produksi ini dengan sendirinya akan meningkatkan harga output, sehingga akhirnya juga akan menjadi beban yang diterima oleh konsumen. Beban biaya bunga sesungguhnya kemudian digeserkan produsen kepada konsumen.

KOMPARASI UMUM SISTEM BAGI HASIL DAN BUNGADitetapkannya bunga sebagai riba nasi’ah yang haram hukumnya dalam ajaran Islam

membawa konsekuensi adanya penghapusan bunga secara mutlak. Bunga, dalam tingkat berapapun dan untuk alasan apapun, tidak boleh eksis dalam perekonomian. Konsekuensinya, bunga tidak dapat lagi dijadikan patokan atau bahkan harga dari modal sebagaimana dalam perekonomian konvensional. Sebagai alternatif penggantinya ajaran Islam menawarkan konsep loss - profit sharing atau bagi untung dan rugi (sering disebut bagi hasil saja) yang dipandang lebih mencerminkan keadilan bagi para pelaku ekonomi. Konsep ini dengan mudah dijumpai dalam praktek masyarakat Islam pada masa Rasulullah dan sahabat hingga masyarakat muslim saat ini. Sebenarnya, dalam perekonomian modern pembiayaan dengan sistem loss profit sharing ini biasa terjadi dalam berbagai kegiatan penyertaan modal (equty financing) dalam bisnis. Kepemilihan saham dalam suatu perseroan merupakan contoh populer dalam penyertaan modal, di mana pemegang saham akan menerima keuntungan berupa deviden sekaligus menanggung resiko jika perusahaan mengalami kerugian.

Terdapat perbedaan-perbedaan yang mendasar antara sistem bunga dengan sistem bagi hasil, sebagaimana disajikan dalam tabel berikut. Perbedaan yang paling penting adalah soal ada tidaknya pembagian resiko dan keuntungan, di mana dalam sistem bunga hal ini tidak terjadi (no risk and return sharing). Sekali tingkat bunga ditetapkan maka menjadi kewajiban bagi penerima pinjaman untuk membayarnya, tidak peduli apakah dana yang dimanfaatkan itu mendapatkan keuntungan atau kerugian. Sebaliknya, bunga menjadi suatu perolehan tetap dan pasti (fixed and certain return) bagi pihak kreditur. Tingkat bunga ditentukan pada saat akad

Pengantar Ekonomika Mikro Islami - MBHA242

Page 5: Modal - 1lung.files. · Web viewPerbedaan yang paling penting adalah soal ada tidaknya pembagian resiko dan keuntungan, di mana dalam sistem bunga hal ini tidak terjadi (no risk and

pinjaman dibuat (pre determined) dalam ukuran persentase terhadap nilai pokok pinjaman. Besaran bunga ini pada umumnya tidak akan mengalami perubahan hingga pelunasan pinjaman tersebut, kecuali ada perjanjian untuk melakukan penyesuaian dengan tingkat bunga pasar. Jadi, dalam sistem bunga terdapat sebuah kepastian tentang nilai tambahan atas pokok yang harus dibayarkan oleh peminjam (otomatis juga yang diterima oleh pemberi pinjaman).

Dalam sistem bagi hasil tidak terdapat suatu fixed and certain return sebagaimana bunga, tetapi dilakukan loss and profit sharing berdasar produktifitas nyata dari dana tersebut. Dalam perjanjian bagi hasil yang disepakati adalah proporsi pembagian hasil (sering disebut juga nisbah bagi hasil) dalam ukuran persentase atas kemungkinan hasil produktifitas nyata. Nilai nominal bagi hasil yang nyata diterima dengan sendirinya baru dapat diketahui setelah hasil pemanfaatan dana tersebut benar-benar telah ada (ex post phenomenon, bukan ex ante). Jadi, terdapat kemungkinan fluktuasi dalam bagi hasil yang nyata, tergantung pada produktifitas nyata dari pemanfaatan dana ini.

Nisbah bagi hasil ditentukan berdasarkan kesepakatan pihak-pihak yang bekerja sama. Besarnya nisbah biasanya akan dipengaruhi oleh pertimbangan kontribusi masing-masing pihak dalam kerja sama (share on partnership), prospek perolehan keuntungan (expected return) maupun tingkat resiko yang mungkin terjadi atau dihadapi (expected risk). Secara sederhana hal ini dapat diformulasikan menjadi:

NBH = f (S, , ) Di mana: NBH : nisbah bagi hasil S : share on partnership.π : expected return : expected risk

Dengan sistem loss-proft sharing ini maka sebenarnya harga modal ditentukan secara bersama dengan peran dari kewirausahaann. Keduanya, price of capital dan enterpreneurship, merupakan kesatuan integratif yang secara bersama-sama harus diperhitungkan dalam menentukan harga faktor produksi. Dalam pandangan Islam, uang dapat berkembang hanya dengan suatu produktifitas nyata. Tidak ada tambahan atas pokok uang yang tidak menghasilkan produktifitas.

Yang jelas, eksistensi bunga telah memancing perdebatan yang pelik dalam sepanjang sejarah peradaban manusia. Setidaknya tiga agama besar di dunia yaitu Islam, Yahudi dan Nasrani secara umum memiliki pendapat yang negatif tentang bunga. Di kalangan para ekonom sendiripun juga para pemikir pada umumnya banyak yang tidak sepakat dengan sistem bunga. Teori-teori bunga yang ada saat ini, baik teori bunga moneter maupun murni tidak cukup memadai untuk memberi argumentasi bagi eksistensi dan perilaku bunga.

Mudharabah (Trust Financing) Segala bentuk kerjasama usaha di antara dua orang/pihak atau lebih dalam keuangan

maupun kewirausahaan secara umum dibahas oleh para ulama dengan istilah umum mudharabah dan musyarakah/syirkah. Secara umum perbedaan pokok antara mudharabah dan syirkah terletak pada kontribusi dari masing-masing partner, yaitu apakah di antara mereka

Bab 12 Modal, Bunga dan Loss Profit Sharing 243

Page 6: Modal - 1lung.files. · Web viewPerbedaan yang paling penting adalah soal ada tidaknya pembagian resiko dan keuntungan, di mana dalam sistem bunga hal ini tidak terjadi (no risk and

saling memberi kontribusi kewirausahaan dan permodalan, atau hanya salah satunya (Penjelasan lebih detail terdapat dalam buku Pengantar Makroekonomika Islami).

Dalam mudharabah, satu pihak memberikan kontribusi permodalan sementara pihak lain memberikan kontribusi kewirausahaan yang dapat berupa tenaga, pikiran/ide,dan manajemen. Oleh karena itu, pihak yang pertama disebut sebagai sahib al maal (financier), sedangkan pihak yang kedua disebut sebagai mudharib (enterpreneur). Jadi dalam skema ini permodalan 100 % menjadi tanggungan sahib al maal, sementara manajemen sepenuhnya menjadi tanggungjawab mudharib. Secara grafis skema mudharabah dapat ditunjukkan dalam gambar 12.2 di bawah ini.

Tabel 12. 2Perbedaan Bunga dengan Loss Profit Sharing

Bunga Loss Profit SharingTidak terdapat risk and return sharing

Berdasarkan risk and return sharing

Besarnya bunga ditentukan pada saat akad dibuat. Jadi, terdapat asumsi pemakaian dana pasti mendatangkan keuntungan

Besarnya nisbah bagi hasil disepakati pada saat akad dibuat dengan berpedoman pada kemung-kinan adanya resiko untung – rugi

Besaran bunga berdasarkan persen-tase atas modal (pokok pinjaman)

Besaran nisbah bagi hasil berdasarkan persen-tase atas keuntungan yang diperoleh

Besaran bunga biasanya lebih diten-tukan berdasarkan tingkat bunga pasar (market interest rate)

Besaran nisbah bagi hasil disepakati lebih didasarkan atas kontribusi masing-masing pihak, prospek perolehan keuntungan, dan tingkat resiko yang mungkin terjadi

Pembayaran bunga tetap sebagai-mana dalam perjanjian, tidak terpengaruh pada hasil riil dari pemanfaatan dana

Jumlah nominal bagi hasil akan berfluktuasi, sesuai dengan keuntungan riil dari pemanfaatan dana.

Eksistensi bunga diragukan oleh hampir semua agama samawi, para pemikir besar, bahkan ekonom

Eksistensinya berdasarkan nilai-nilai keadilan yang bersumber dari syariah Islam

Sumber : Antonio, M Syafei (2001), dengan berbagai penyempurnaan oleh penulis

Pengantar Ekonomika Mikro Islami - MBHA244

Page 7: Modal - 1lung.files. · Web viewPerbedaan yang paling penting adalah soal ada tidaknya pembagian resiko dan keuntungan, di mana dalam sistem bunga hal ini tidak terjadi (no risk and

Kurva S menunjukkan kurva penawaran modal dari para shahib al maal, sementara D adalah kurva permintaan modal dari para mudharib. Untuk kurva yang pertama Sadeq menggunakan istilah productivity adjusted demand, sementara yang kedua disebut scarcity adjusted demand. Istilah productivty adjusted demand digunakan karena basis dari permintaan modal dari para mudharib adalah produktifitasnya/kewirausahaannya. Sementara itu, pertimbangan adanya keterbatasan dalam penyediaan modal mendorong digunakannya istilah scarcity adjusted supply. Sumbu horizontal bawah menunjukkan porsi permodalan dari shahib al maal, sementara sumbu horizontal atas menunjukkan porsi kontribusi kewirausahaan dari mudharib. Sumbu vertikal sebelah kiri menunjukkan nisbah bagi hasil yang diterima oleh shahib al maal, sementara yang sebelah kanan menunjukkan nisbah yang diterima oleh mudharib.

Kurva penawaran S memiliki lereng positif, yang berarti bahwa semakin tinggi porsi bagi hasil yang diterima oleh shahib al maal maka akan semakin meningkat kesediaannya untuk menawarkan modal. Di sisi sebaliknya, kenaikan porsi bagi hasil yang diterima oleh shahib al maal ini berarti menurunnya porsi yang diterima oleh mudharib. Karenanya, kruva permintaan D berlereng negatif, yang berarti menaiknya porsi bagi hasil yang diterima oleh shahib al maal akan semakin mengurangi permintaan modal dari para mudharib.

Bab 12 Modal, Bunga dan Loss Profit Sharing 245

Gambar 12. 2Penentuan Bagi Hasil dalam Skema Mudharabah

100% OM

PBHM

40% 60%

PBHS

OS

S

D

Page 8: Modal - 1lung.files. · Web viewPerbedaan yang paling penting adalah soal ada tidaknya pembagian resiko dan keuntungan, di mana dalam sistem bunga hal ini tidak terjadi (no risk and

Tingkah nisbah bagi hasil yang terjadi dihasilkan dari perpotongan kurva penawaran S dan permintaan D. Dalam gambar 12. 2 di atas perpotongan ini mengasilkan nisbah bagi hasil 40 : 60, yaitu 40 % untuk shahib al maal dan 60 % untuk mudharib. Analisis seperti ini akan berlaku dalam kasus terdapat keuntungan (positive return) dari kerjasama tersebut. Dalam kasus terjadi kerugian maka shahib al maal akan menanggung seluruh kerugian permodalan sementara mudharib tidak mendapat bagian pendapatan apapun. Jadi mudharib menanggung kerugian tenaga, pikiran dan manajemen yang telah ia curahkan. Dalam hal tidak terdapat keuntungan atau kerugian (zero return) maka tidak ada pembagian apapun di antara keduanya1. Nampak jelas bahwa dalam mudharabah harga modal akan ditentukan bersama-sama dengan harga dari kewirausahaan.

Musyarakah (Partnership)Dalam musyarakah masing-masing pihak memberikan kontribusi dalam permodalan, di

mana mereka bersepakat untuk melakukan loss-profit sharing. Bagaimana mereka menentukan nisbah bagi hasil ? Secara garis besar terdapat 2 pendapat mengenai hal ini, yaitu:

Pertama, nisbah bagi hasil di antara para partner ditentukan berdasarkan porsi masing-masing dalam permodalan. Jadi, misalnya dua orang yang melakukan musyarakah menyetor modal masing-masing 50% maka nisbah bagi hasilnya juga 50:50. Pendapat seperti ini banyak dianut oleh Mazhab Syafi’i dan Maliki.

Kedua, nisbah bagi hasil tidak semata-mata ditentukan berdasarkan porsi masing-masing dalam permodalan, tetapi atas pertimbangan kontribusi dalam organisasi dan kewirausahaan. Dalam skema ini dapat saja seseorang mendapatkan porsi bagi hasil yang lebih besar dari porsi kontribusinya dalam permodalan karena memiliki kontribusi yang lebih besar dalam organisasi dan kewirausahaan. Demikian pula sebaliknya, ia dapat memperoleh yang lebih kecil. Pendapat seperti ini banyak dianut oleh mazhab Hanbali dan Hanafi.

1 Dalam pembahasan yang lebih detail, hal ini harus dipastikan terlebih dahulu sumber dari kerugian tersebut. Pada dasarnya kerugian yang diakibatkan karena kesalahan atau kelalaian mudharib tidak menjadi tanggung jawab shahib al maal, sehingga kerugian in dapat dibebankan kepada mudharib. Oleh karenanya, kerjasama mudharabah ini menuntut kejelasan batasan kerugian atau hal –hal lain yang menjadi bagian dari kedua pihak.

Pengantar Ekonomika Mikro Islami - MBHA246

Page 9: Modal - 1lung.files. · Web viewPerbedaan yang paling penting adalah soal ada tidaknya pembagian resiko dan keuntungan, di mana dalam sistem bunga hal ini tidak terjadi (no risk and

Dalam gambar 12.3 di atas sumbu horisontal sisi bawah menunjukkan porsi kontrbusi permodalan dari pihak A sementara yang atas adalah kontribusi pihak B. Dalam gambar tersebut sekedar ilustrasi porsi permodalan A adalah 25 %, sementara sisanya (75 %) merupakan kontribusi dari B. Sumbu vertikal sebelah kiri menunjukkan porsi bagi hasil yang diterima oleh A (PHBA), sedangkan yang sebelah kiri adalah porsi bagi hasil yang diterima oleh B (PBHB).

Seandainya ketentuan yang digunakan dalam penentuan nisbah bagi hasil adalah pendapat yang pertama, maka keduanya akan mendapatkan sesuai dengan kontribusi permodalannya. Karena A memberikan kontribusi sebanyak 25% maka ia akan menerima porsi bagi hasil 25% pula, sedangkan B akan menerima 75% dari hasil karena telah memberi kontribusi permodalan sebesar 75% pula. Karenanya, posisi nisbah bagi hasil untuk berbagai tingkat kontribusi modal akan mengikuti sepanjang garis OA R OB.

Penerapan pendapat yang kedua tentu saja akan menghasilkan pola atau titik-titik nisbah bagi hasil yang berbeda. Karena nisbah bagi hasil tidak pararel dengan kontribusi permodalannya, maka nisbah ini akan mengikuti pola garis di luar OAROB –yaitu OANOB atau OAMOB. Misalnya jika kedua pihak, A dan B, menyepakati nisbah bagi hasil 50 : 50 maka titik nisbah ini adalah titik N. Dalam hal ini A akan mendapatkan porsi 50% dari hasil,

Bab 12 Modal, Bunga dan Loss Profit Sharing 247

Gambar 12. 3Penentuan Bagi Hasil dalam skema Musyarakah

100% 75% Modal B OB

PBHB

50% Nnn 50%

PBHA

25% 75%

10% 90 %

OA Modal A 25% 100%

N

R

M

Page 10: Modal - 1lung.files. · Web viewPerbedaan yang paling penting adalah soal ada tidaknya pembagian resiko dan keuntungan, di mana dalam sistem bunga hal ini tidak terjadi (no risk and

meskipun kontribusi permodalannya hanya 25%. Jadi A mendapatkan porsi bagi hasil yang lebih besar dari kontribusi permodalnnya, sebaliknya B menerima lebih kecil. Kemungkinan lain, misalnya, mereka menyepakati nisbah pada titik M, yaitu 10% untuk A dan 90% untuk B. Dalam hal ini A mendapatkan bagi hasil yang lebih kecil dari porsi kontribusi permodalannya, sementara B mendapatkan lebih besar.

Seandainya tidak terdapat keuntungan maka tidak terjadi bagi hasil. Tetapi, jika terjadi kerugian maka kerugian ini akan dibagi di antara para partner berdasarkan porsi kontribusi masing-masing dalam permodalan. Pembagian kerugian seperti ini diterima oleh jumhur ulama, baik ketika nisbah bagi hasil didasarkan atas porsi kontribusi permodalan (pendapat pertama) atau atas organisasi dan kewirausahaan (pendapat kedua). Dengan demikian, garis OAROB sekaligus merupakan titik-titik nisbah bagi kerugian.

RIBA, TIME VALUE OF MONEY, DAN GHARAR

Selama ini dikenal sebuah konsep time value of money atau nilai waktu uang. Menurut konsep nilai uang di masa kini akan lebih berharga dibandingkan dengan di masa mendatang. Dengan kata lain, terdapat sebuah positive time preference. Seiring dengan berjalannya waktu maka uang harus ditingkatkan nilai nominalnya agar nilai riilnya tetap sama. Jadi uang harus selalu bertambah dan bertambah karena berjalannya waktu. Konsep inilah yang kemudian melahirkan salah satu teori tentang bunga, yaitu teori agio. Menurut Von Bhom Bawerk konsep positive time preference merupakan sebuah kewajaran, terdapat dalam pola ekonomi yang normal, sistematis dan rasional. Karenanya, menjadi sangat logis bahwa kemudian tingkat bunga juga menjadi harga sebuah modal atau cost of capital.

Secara matematis konsep positive time preference ini sering diformulasikan sebagai berikut:

FV = PV (1+r)n

Dimana:FV : future value of moneyPV : present value of moneyr : tingkat bungan : periode waktuApakah ajaran Islam mengenal konsep time value of money, atau bahkan positive time

preference ? Dengan mencermati alasan Islam melarang riba sesungguhnya pertanyaan ini mudah dijawab, karena riba atau bunga pada dasarnya adalah sebuah tambahan yang ditentukan di muka (pre determined), yang berarti mengacu pada konsep positive time preference. Ajaran Islam memang sangat menghargai waktu, sebab waktu itu yang menentukan awal dan akhirnya bukan manusia, melainkan Allah swt. Waktu di dunia ini ada awal dan akhirnya, sedangkan pada masa berikutnya yaitu di alam akhirat manusia akan dimintai pertanggungjawaban tentang penggunaan waktu ini. Jadi waktulah yang sungguh berharga, dan harganya ditentukan oleh pemanfaatannya untuk berbagai aktivitas2.

2 Al Qur’an banyak menyampaikan tentang pentingnya waktu ini, misalnya dalam surat Al Ashr, Adh Dhuha, Al Fajr, Al Lail, dan lain-lain. Rasulullah juga bersabda, “Waktu itu seperti pedang, jika kita tidak menggunakannya dengan baik maka ia akan memotong kita”. Sebuah istilah baru muncul yaitu bahwa Islam tidak mengenal time value

Pengantar Ekonomika Mikro Islami - MBHA248

Page 11: Modal - 1lung.files. · Web viewPerbedaan yang paling penting adalah soal ada tidaknya pembagian resiko dan keuntungan, di mana dalam sistem bunga hal ini tidak terjadi (no risk and

Dalam pandangan Islam, uang tidak dapat dipastikan akan menghasilkan keuntungan di masa depan, sebab tiada seorangpun yang dapat memastikan apa yang akan tejadi di masa depan. Siapa yang bisa memastikan bahwa pemanfaatan uang pasti menghasilkan keuntungan? Allah swt berfirman:

“Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besuk’ (31 : 34)

Karena ketidakpastian masa depan inilah pemanfaatan uang dapat memberikan hasil untung, impas atau bahkan rugi. Dengan kata lain, kemungkinan dapat saja terjadi positive, zero atau negative time preference (Al Zarqa, 1992, h. 97). Hasil pemanfaatan uang baru dapat diketahui setelah uang tersebut digunakan untuk kegiatan ekonomi produktif,

Jika bunga jelas-jelas dilarang, maka apakah adanya suatu rate tertentu dari uang yang dipergunakan sebagai faktor diskonto (discount factor) juga otomatis tidak diperbolehkan? Terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ahli mengenai hal ini, di mana satu pihak melarangnya sementara pihak lain memperbolehkannya. Para ahli yang melarangnya berargumentasi bahwa Islam melarang bunga sehingga dengan sendirinya menolak dengan tegas semua sistem dalam perekonomian yang mengandung bunga atau semacamnya. M Akram Khan (1992) menyebutkan bahwa pelarangan ini bukan saja karena Islam menolak konsep positive time preference, tetapi juga karena ”time value of money is an unsound concept on rational ground”. Penerimaan terhadap konsep diskonto merupakan legitimasi terhadap bunga dan membuka kembali pintu masuknya riba dalam perekonomian.

Ahli yang memperbolehkannya bertolak dari perlunya suatu faktor bagi perhitungan efisiensi. Prof Shabir F Ulgener memperbolehkan interest rate dipakai sebagai faktor diskonto, sebab ia membedakan antara interest rate sebagai surplus ekonomi (inilah yang dimaksudkan riba) dengan interest sebagai faktor penghitung efisiensi ekonomi. Pendapat seperti ini juga muncul dari Anas Zarqa (1992, h. 100) yang menyatakan bahwa mengabaikan diskonto akan menyulitkan penghitungan efisiensi. Padahal, ajaran Islam sangat menekankan pentingnya efisiensi dan menghilangkan pemborosan (israf, wasteful). Namun demikian, ia menolak penggunaan bunga sebagai faktor diskonto ini dan mengajukan alternatif penggantinya yaitu rate of return dari asset beresiko yang lebih mencerminkan konsep opportunity cost yang nyata3. Menurutnya, “since no real investment in an economy can be undertaken without facing risk, cash flow of such investment should be discounted not by riskless interest rate, but by true opportunity cost”.Risk Vs Gharar

Sistem bagi hasil merupakan suatu ex post phenomenon, bukan ex ante phenomenon sebagaimana bunga. Meskipun nisbah bagi hasil disepakati pada saat awal, tetapi perolehan riil dari bagi hasil ini baru diketahui setelah dana benar-benar menghasilkan. Jadi, hal yang bersifat pasti dari sistem ini adalah nisbah bagi hasilnya, bukan nilai riil bagi hasilnya. Nisbah bagi hasil dihasilkan melalui kesepakatan dari pihak-pihak yang bekerja sama. Masalahnya adalah

of money, melainkan economic value of time, yaitu untuk menekankan bahwa waktulah sesungguhnya yang bernilai ekonomis.

3 Misalnya menggunakan ukuran rasio earning per share dengan harga (E/P). Ide ini mirip dengan teori cost of capitalnya Modigliani (1999) dan Miller (1997) di mana setiap aset dianggap memiliki rate yang berbeda-beda.

Bab 12 Modal, Bunga dan Loss Profit Sharing 249

Page 12: Modal - 1lung.files. · Web viewPerbedaan yang paling penting adalah soal ada tidaknya pembagian resiko dan keuntungan, di mana dalam sistem bunga hal ini tidak terjadi (no risk and

bagaimana seseorang dapat menyepakati suatu nisbah bagi hasil? Misalnya, mengapa seorang mudharib mau berbagi 50 : 50 dengan shahib al maal, atau mengapa seorang yang telah menyetor permodalan sebanyak 50% (dalam musyarakah) bersedia menerima bagi hasil 40% saja? Sebagaimana telah dijelaskan, faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang bersepakat atas suatu nisbah bagi hasil adalah:

NBH = f (S, , )Dengan demikian sebelum seseorang menyepakati suatu nisbah tentu saja harus memperhatikan ketiga faktor tersebut. Faktor yang pertama –share on partnership- merupakan sesuatu telah nyata dan terukur, sehingga tidak memerlukan perhatian khusus. Tetapi, dua faktor terakhir memerlukan perhatian yang khusus, yaitu expected return dan expected risk, sebab ia baru merupakan perkiraan/ekspektasi sehingga bukan sesuatu yang pasti terjadi. Dengan demikian dalam kerjasama mudharabah maupun musyarakah mutlak dibutuhkan kemampuan untuk memperkirakan keuntungan maupun resiko yang mungkin terjadi.

Dibandingkan dengan memperkirakan hasil, masalah memperkirakan resiko layak mendapat perhatian yang lebih besar. Hal ini tidak berarti memperkirakan keuntungan hasil tidaklah penting, tetapi karena:

(a) Resiko memiliki efek negatif bagi usaha, semakin besar resiko semakin mengurangi nilai keuntungan usaha.

(b) Resiko memiliki sumber, cakupan dan sifat yang seringkali tidak sepenuhnya data diperhitungkan

(c) Perkiraan atas keuntungan biasanya memasukkan variabel resiko dalam perhitungannya4.

Suatu resiko muncul pada dasarnya karena ada ketidakpastian (uncertainty) di masa depan. Seandainya manusia data mengetahui dengan pasti segala sesuatu yang terjadi di masa depan niscaya manusia dapat pula memperhitungkan segala kemungkinan. Manusia dapat menyiapkan semua keperluan antisipasi, sehingga tidak perlu menanggung resiko. Tetapi hal tidak mungkin terjadi, sebab hanya Allah sajalah yang mengetahui masa depan dengan pasti5.

Van Deer Heidjen (1996) telah membagi ketidakpastian menjadi 3 kategori, yaitu:a. Risk, kemungkinannya memiliki preseden historis dan dapat dilakukan estimasi

probabilitas untuk tiap hasil yang mungkin muncul.4 Perkiraan atas keuntungan / perolehan sering dikenal dengan expected rate of return. Dalam manajemen

keuangan konvensional setidaknya dikenal 2 model, yaitu Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitage Pricing Theory (APT). Dalam CAPM hubungan antara risk dan return dinyatakan dalam persamaan Security Market Line (SML), yaitu :

E (Ri) = Rf + Bi [E(Rm)-Rf]Di mana :E (Ri) : Expected return on risky securityE (rm) : Expected return on market portofolioRf : Risk free rateBi : cov (Ri, Rm) / var (Rm)

Modal CAPM ini jelas tidak layak diterapkan dalam mekanisme bagi hasil, sebab membutuhkan adanya peroleh yang bebas resiko (risk free rate) yang dalam sistem konvensional adalah bunga.

5 “Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besuk” (31:34)

Pengantar Ekonomika Mikro Islami - MBHA250

Page 13: Modal - 1lung.files. · Web viewPerbedaan yang paling penting adalah soal ada tidaknya pembagian resiko dan keuntungan, di mana dalam sistem bunga hal ini tidak terjadi (no risk and

b. Structural uncertainties, kemungkinan terjadinya suatu hasil bersifat unik, tidak memiliki preseden di masa lalu, tetapi tetap mungkin terjadi dalam logika kausalitas.

c. Unknowables, yaitu kejadian yang secara ekstrim kemunculannya tidak terbayangkan sebelumnya.

Jadi dalam kategori ini resiko (risk) adalah sebutan bagi kemungkinan kejadian yang ada preseden historisnya dan mengikuti suatu distribusi probabilitas. Karenanya, resiko ini dapat diperkirakan - setidaknya secara teoritis. Sementara itu Al Suwailem (1999) menggunakan kata resiko untuk segala sesuatu yang terjadi secara tidak pasti di masa depan. Ia membaginya menjadi 2 kategori, yaitu:

Pasive risk, yaitu resiko yang terjadi di mana benar-benar tidak terdapat perkiraan dan perhitungan yang dapat dipakai. Jadi, hal ini benar-benar suatu teka-teki yang sama sekali tidak diketahui jawabannya. Perkiraan atas resiko ini hanya mengandalkan keberuntungan (game of chance), karenanya seseorang hanya dapat bersifat pasif.

Responsive risk, yaitu resiko yang munculnya memiliki penjelasan kausalitas dan memiliki distribusi probabilitas. Resiko jenis ini, karenanya, dapat diperkirakan dengan menggunakan cara-cara tertentu. Memperkirakan resiko responsif ini sering disebut pula game of skill, karena perkiraannya didasarkan atas skill tertentu.

Dengan penjelasan singkat tentang resiko di atas, maka nampak bahwa dalam batas-batas tertentu resiko dapat diperkirakan sehingga penerimaan seseorang atas nisbah bagi hasil tidaklah melulu bersifat spekulatif. Resiko adalah sebuah konsekuensi dari aktifitas produktif, sebagaimana ungkapan no risk no return. Yang perlu dihindari adalah resiko yang memang tidak dapat diperkirakan, misalnya dalam kategori di atas termasuk dalam pasive risk atau uknowables. Resiko seperti ini dalam terminologi fiqh mu’amalah disebut dengan gharar. Rasulullah telah melarang gharar, karena benar-benar bersifat spekulatif6.

Dari segi bahasa gharar berarti resiko, atau juga ketidakpastian. Menurut Ibnu Taimiyah gharar as things with unknown fate, so selling such tihings is maysir or gambling (Al Sulailem, 1999). Dengan kata lain, gharar terjadi karena seseorang sama sekali tidak (dapat) mengetahui kemungkinan kejadian sesuatu sehingga bersifat perjudian atau game of chance.

Selain itu dalam gharar juga terkandung pengertian, sebagaimana dalam game theory, apa yang disebut zero sum game with uncertainty payoffs. Dalam zero sum game jika satu pihak menerima keuntungan maka pihak lain pasti mengalami kerugian. Keuntungan di satu pihak berhadapan secara diametral dengan kerugian di pihak lain atau win lose solution. Sebuah transaksi bisnis yang Islami adalah positive sum game atau win-win solution. Dalam sistem bagi hasil return akan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati, sehingga kedua belah pihak sama-sama mendapatkan keuntungan yang adil. Demikian pula seandainya terjadi kerugian, maka masing-masing akan menanggung sesuai dengan kontribusinya. Jadi dalam sistem ini juga terkandung kemungkinan negative sum game atau lose-lose solution.

6 Rasulullah telah melarang beberapa bentuk transaksi yang mengandung unsur gharar ini, misalnya : hashah, darbatul ghawwash, munazabah, muhaqalah, mulamasah, habalul habalah, dan lain-lain.

Bab 12 Modal, Bunga dan Loss Profit Sharing 251

Page 14: Modal - 1lung.files. · Web viewPerbedaan yang paling penting adalah soal ada tidaknya pembagian resiko dan keuntungan, di mana dalam sistem bunga hal ini tidak terjadi (no risk and

RANGKUMAN Dalam sistem ekonomi konvensional bunga merupakan harga dari uang yang memiliki

perilaku seperti harga pada pasar barang. Sesungguhnya uang tidak dapat disamakan dengan benda pada umumnya. Perbedaan di antara keduanya antara lain: uang memiliki kandungan kekayaan hanya dengan memegangnya; uang tidak memiliki carrying cost, production cost; permintaan atas uang bukan genuine demand; uang tidak terkena biaya depresiasi sebagaimana benda ekonomi lainnya; uang merupakan suatu kesepakatan sosial yang fungsinya lebih didasarkan atas adanya kepercayaan daripada nilai intrinsiknya.

Sementara itu, terdapat juga kerancuan pandangan antara uang dengan modal/kapital. Uang merupakan benda publik, di mana seluruh masyarakat dapat menggunakannya tanpa mencegah pihak lain untuk menggunakannya juga. Jika seseorang menahan uangnya, berarti telah menghalangi pihak lain untuk me-manfaatkan uang sehingga mengganggu fungsi uang dalam perekonomian. Sementara itu modal sebagai benda pribadi akan dapat menghasilkan pendapatan jika dan hanya jika diinvestasikan pada sektor riil.

Bunga merupakan sumber dari berbagai bentuk kejahatan sosial dan ekonomi masyarakat dunia, antara lain: Pertama, bunga merupakan suatu bentuk ketidakadilan (injustice/dzalim) sebab ia memberikan diskriminasi terhadap pembagian resiko maupun hasil; Kedua, bunga merupakan salah satu sumber ketidakmerataan pendapatan dan kekayaan; Ketiga, sistem bunga akan membatasi investasi, sementara bagi hasil akan meningkatkan investasi; Keempat, dalam faktor produksi bunga dimasukkan ke dalam unsur biaya sehingga akan meningkatkan biaya produksi secara keseluruhan.

Bunga adalah riba nasi’ah yang haram hukumnya sehingga harus dihapus secara mutlak. Sebagai penggantinya ajaran Islam menawarkan konsep loss - profit sharing yang dipandang lebih mencerminkan keadilan bagi para pelaku ekonomi. Konsep ini dengan mudah dijumpai dalam praktek masyarakat Islam pada masa Rasulullah dan sahabat hingga masyarakat muslim saat ini. Secara umum implementasi sistem ini terdapat dalam mudharabah dan musyarakah. Berbeda dengan bunga, dalam sistem ini harga modal dan enterpreneur ditentukan bersama dengan post determined dan bukan fixed return.

Dalam penentuan nisbah bagi hasil dipengaruhi oleh share on partnership, expected return dan expected risk. Untuk itulah diperlukan pengetahuan yang baik tentang hal-hal tersebut. Beberapa ekonom konvensional maupun ekonom muslim banyak mencurahkan perhatian terhadap teknik-teknik untuk memperkirakan resiko dan return. Meskipun resiko adalah sebuah konsekuensi dari aktifitas produktif, tetapi perlu dihindari adalah resiko yang memang tidak dapat diperkirakan (pasive risk atau uknowables). Resiko seperti ini dalam terminologi fiqh mu’amalah disebut dengan gharar yang terlarang.

Ekonomi Islami menolak konsep positive time preference, sebab tidak ada pengetahuan yang pasti tentang masa depan. Dengan demikian kemungkinan dapat terjadi positive,

Pengantar Ekonomika Mikro Islami - MBHA252

Page 15: Modal - 1lung.files. · Web viewPerbedaan yang paling penting adalah soal ada tidaknya pembagian resiko dan keuntungan, di mana dalam sistem bunga hal ini tidak terjadi (no risk and

zero atau negative time preference. Islam tidak mengenal time value of money, tetapi money value of time. Akan tetapi, terdapat perbedaan tentang boleh tidaknya digunakan suatu tingkat diskonto sebagai faktor penghitung efisiensi. Sebagian berpendapat boleh, sebagian lain berpendapat tidak boleh – karena hal ini akan membuka kembali sistem bunga.

KONSEP PENTING

Price of capital Mudharabah, musyarakahPerbedaan uang Vs barang Productivity adjusted demandPerbedaan uang Vs modal Scarcity adjusted demandDampak negatif bunga Time value of moneyEquity financing Economic value of timeLoss profit sharing GhararNisbah bagi hasil Risk

Bab 12 Modal, Bunga dan Loss Profit Sharing 253