Draf Laporan Eks

Embed Size (px)

Citation preview

  • LAPORAN EKSKURI PETROLOGI DAERAH LEUWISADENG DAN

    SEKITARNYA

    Oleh :

    1. Zaenun Nasihin (0551 12 043)

    2. Abdul Rojak (0551 12 027)

    3. Wirahadi Budiana (0551 12 080)

    4. Yuri Prastika J (0551 12 151)

    PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

    MARET 2014

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Geologi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan kebumian yang mempelajari segala

    sesuatunya mengenai bumi beserta seluruh isinya yang pernah ada. Kondisi dan gejala geologi

    suatu wilayah mempunyai karakteristik berbeda-beda sangat menarik untuk diteliti meliputi

    aspek geomorfologi, struktur geologi, stratigrafi, petrologi, sejarah geologi dan geologi tata

    lingkungan, sehingga dapat memberikan informasi mengenai kondisi geologi dan potensi sumber

    daya alam yang terdapat pada daerah penelitian.

    Selain itu, ekskursi ini juga di latar belakangi oleh keingintahuan kami untuk mengetahui

    kondisi geologi daerah Leuwisadeng dan sekitarnya Kabupaten Bogor. serta proses-proses

    geologi yang masih berkembang sampai sekarang..

    1.2. Maksud Dan Tujuan

    Ekskursi daerah Leuwisadeng dan sekitarnya di Dimaksudkan dalam rangka untuk

    mengetahui hubungan antar batuan antara lokasi pengamatan satu sampai lokasi pengamatan

    keempat di daerah ini

    Sedangkan tujuan penelitian yaitu untuk memberikan informasi atau gambaran umum tentang

    keadaan alam, serta informasi geologi pada daerah tersebut.

    1.3. Letak daerah ekskursi

    -

    - B . m k k ku y u D P ku ,

    Jambu dan Galuga, berada dalam dua kecamatan yaitu Kecamatan Leuwisadeng dan Kecamatan

    Cibungbulang. Lokasi ekskursi dapat di tempuh 2 jam dari Bogor Kota.

  • 1.4. Waktu ekskursi

    Waktu yang diperlukan untuk ekskursi, diperlukan kurang lebih hari dimulai sejak 15

    Maret 2014, meliputi lapangan, dan penyusunan laporan.

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    Pada lokasi pengamatan kesatu tepatnya di sungai Cikaniki Desa Paku kecamatan

    Leuwisadeng. di jumpai singkapan Batuan sedimen berupa perselingan batugamping, lanau, dan

    batupasir, yang ditutupi endapan aluvial. singkapan berdimensi P 12 m L 7 dan T 2 m

    dengan arah aliran sungai utara - selatan. Adapun keadaan singkapan umumnya segar,

    Kedudukan lapisan batuan N E . uk u y k m k u k k ,

    secara tidak selaras endapan aluvial menutupi singkapan tersebut.

    Batugamping

    Mempunyai kenampakan fisik berwarna abu - abu terang bertekstur halus, kemas tertutup

    pemilihan buruk, serta tidak dijumpain adanya fosil adapun komposisinya sebagai berikut :

    Matrik : Kristalin 45 %

    Massa Dasar : Lumpur 40 %

    Sementasi : Karbonat 15 %

  • Batupasir

    Pada batuan ini umunya lapuk, mempunyai penampakaan fisik berwarna kuning

    kecoklatan, kompaksi tidak kompak, ukuran butir - 2 mm (pasir sedang - pasir kasar)

    porositasnya baik seta pemilihan buruk. Adapun Komposisinya sebagai berikut :

    Fragmen : litik 50%

    Kuarsa : 50%

    Sementasi : silika

    Batupasir ini termasuk keadalam batuan sedimen klastik karena butirannya pecahan dari

    batuan yang sudah ada sebelumnya

    Batulanau

    Batuan ini berwarna abu - abu kehitaman, tidak kompak mempunyai porositas sedang,

    pemilahannya baik, dengan ukuran butir lempung - lanau.

    Komposisinya: lanau 100 %

  • Perjalanan berlanjut ke arah timur ke lokasi pengamatan kedua kira kira berjarak 3,5 km.

    Lokasi berada di desa jambu kecamatan leuwisadeng tepatnya pinggir jalan tidak jauh dari bukit

    batugamping,. Pada lokasi ini dijumpai singkapan batuan epiklastik berupa debu vulkanik yaitu

    perselingan tuff, tuff pasiran, lempung karbonan, lempung tuffan. Dimensi singkapan kira-kira p

    :12 meter dan t:4meter. denga k u uk u k k

    umum nya segar, Batuan ini umumnya tidak kompak.

  • Tuff ini mempunyai kenampakan fisik berwarna putih, tidak kompak,di dominasi oleh debu

    sehingga butirannya sangat halus,

    Tuf Pasiran, berwarna putih kecoklatan, tidak kompak, tekstur kasar, ukuran butir mm 1 mm

    (pasir sedang pasir kasar), komposisi : kuarsa 20 %, ash 80 % tuf pasiran ini lebih di

    dominasi oleh abu

  • Lempung Tuf an, berwarna abu abu terang, bertekstur halus, tidak kompak, ukuran butir

    lempung, dengan komposisi lempung 85 %, tuf 15 %

    Genesa :

    dapat diperkirakan batuan piroklastik yang ada di lp 2 ini terbentuk dari material vulkanik klastik

    yang dihasilkan dari serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung api. Yang

    memiliki ukuran butir Debu halus kasar, di sisi lain batugamping yang ada di samping

    singkapan ini masif sedangkan yang ada di lokasi pengamatan kesatu batugamping berlapis dapat

    diperkirakan batugamping yang ada di lp 1 bagian belakang/ back rif sementara yang di samping

    lp 2 bagian depan/ core rif. Kemungkinan ketika batugamping ini terbentuk secara tidak selaras

    batuan epiklastik berupa tuf ini di endapkan dan menutupi sebagian batugamping tersebut.

    Perjalanan berlanjut ke arah timur kira-kira 1 km tepatnya di sungai cikaniki desa Jambu

    di jumpai singkapan Batuan vulkanik,tersingkap di sepanjang sungai cikaniki ke arah

    hilir,dengan arah aliran sungai . k k umum nya segar, kompaksi

    kuat/kompak, singkapan ini tidak mempunyai kedudukan.

    Batuan ini mempunyai fragmen yang besar kisaran antara 1 cm 1 m. fragmen batuan

    ini relatif tidak sama besar.umum nya fragmen ini lebih dari satu jenis atau polemik yaitu batuan

    beku dan sedimen, bentuk butir relatif membundar menyudut tanggung. Adapun masa dasar

    nya yaitu berupa tuf kasar, berwarna putih kecoklatan ukuran butir 1 mm 5 mm

    -fragmen : batuan beku,sedimen

  • Genesa :

    Dapat diperkirakan batuan ini terbentuk melalui proses laharik, yang mana masa dasar

    dari batuan ini berupa tuf kasar. Adapun fragmen yang relatif besar dan tidak sama ukurannya,

    dapat diperkirakan ketika proses laharik berlangsung, endapan alluvial berupa batuan beku,

    sedimen, terbawa/ ter transportasi bersamaan dengan berlangsungnya proses laharik tersebut.

    Sedangkan ukuran fragmennya yang relatif besar kemungkinanan tidak jauh dari sumbernya.

  • Sedangkan pada lokasi pengamatan keempat dijumpai bataun beku berupa andesit tepatnya

    berada di desa Galuga kecamatan Cibungbulang, struktur yang ada berupa kekar kolom, adapun batuan

    ini mempunyai ciri kenampakan fisik berwarna abu abu terang, bertekstur kasar, drajat kristalinitas

    yaitu hypokristalin, sedikit ditemukan adanya lubang lubang bekas keluarnya gas, komposisi nya

    sebagai berikut :

    Feldspar 45 %

    Hornblende 25%

    Biotit 20%

    Gelas 10%

    Genesa :

    Berdasarkan kenampakan fisik bataunnya yang berwarna abu abu terang, bertekstur kasar,

    sedikit adanya lubang bekas pelepasan gas, serta komposisinya yang sedikit mengandung gelas. Diperkuat

    dengan melihat di dalam peta topografi yang mana membentuk pola melingkar, ini menunjukan adanya

    intrusi dangkal.

  • BAB II

    KESIMPULAN

    Kesimpulan sementara perjalanan mulai dari lokasi pengamatan kesatu sampai lokasi

    pengamatan ke empat, bahwa pada lokasi pertama dijumpai adanya batugamping berlapis,

    sedangkan yang di dekat lokasi kedua dijumpai bukit batugamping yang umumnya masif, ini

    berkaitan erat dengan yang ada di lokasi pertama, dapat diperkirakan batugamping yang berada

    di lokasi pertama hasil runtuhan dari bukit batugamping yang berada disamping loasi kedua,

    akan tetapi pada lokasi kedua ter endapakn batuan piroklastik berupa tuf yang berlapis,

    kemungkinan sebelum tuf ini di endapkan pada lokasi kedua, tuf ini telah mengalami

    transportasi. Ini menunjukan bahawa wilayah ini dan sekitarnya dahulunya laut dangkal.

    Sementara itu pada lokasi pengamatan ketiga adanya batuan vulkanik yang terendapkan berupa

    batuan aglomerat yang telah mengalami proses laharik sebelumnya, ini menujukan bahwa lokasi

    pada daerah ini tidak jauh dari gunung api. Sedangkan pada lokasi keempat dijumpai batuan

    beku berupa intrusi dangkal, yang mana keberadaan intrusi ini tidak dijumpai bidang kontaknya

    dengan batuaan sekitarnya, dikarenakan keberadaan intrusi ini berada di wilayah yang relatif

    datar.