Upload
safitri-ramadanik
View
36
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan praktikum matakuliah tbt semusim dan tahunan
Citation preview
35
III. PERAWATAN TANAMAN TAHUNAN (KELAPA SAWIT, KAKAO,
KOPI, dan KARET)
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Setelah ditanam, tanaman tahunan (Kelapa Sawit, Kakao,
Karet, dan Kopi) memerlukan pemeliharaan karena selama
pertumbuhan kadang kala mengalami hal-hal yang kurang
menguntungkan seperti : gangguan hama, gulma, iklim yang buruk,
kekurangan air dan sebagainya. Gangguan tersebut dapat
menurunkan mutu hasil, dengan demikian perlu adanya tindakan
untuk menekan serendah mungkin faktor-faktor penghambat
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pemeliharaan tanaman
sangatlah penting, karena merupakan salah satu faktor penentu
dalam produktivitas tanaman. Semakin baik cara pemeliharaan
tanamannya, maka semakin tinggi pula produktivitas tanaman dan
begitu juga sebaliknya.
Pemeliharaan tanaman disini dimaksudkan dengan semua
tindakan manusia yang bertujuan untuk memberi kondisi lingkungan
yang menguntungkan sehingga tanaman tetap tumbuh dengan baik
dan mampu memberikan hasil atau produksi yang maksimal.
sehingga pemeliharaan sangatlah penting dalam proses budidaya
tanaman karena merupakan salah satu faktor utama. Seringkali para
petani melalaikan pemeliharaan terhadap tanaman, sehingga
mangalami kerugian. Hal ini tentunya bukanlah yang diharapkan
oleh mereka. Dilakukannya pemeliharaan atau perawatan tanaman
tahunan bertujuan untuk menjaga pemenuhan unsur hara dan air agar
mendapatkan hasil panen yang optimal.
Beberapa perlakuan tanaman yang diberikan agar diperoleh
hasil tanaman bermutu baik. Iklim tidak dapat dikontrol. Yang
35
36
masih bisa dipengaruhi adalah ketersediaan air, penyerbukan dan
jumlah buah yang dihasilkan.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum acara perawatan tanaman kelapa sawit, kakao, karet,
dan kopi betujuan agar mahasiswa terampil melakukan perawatan
pada tanaman kelapa sawit, kakao, kopi, dan karet seperti
pengendalian gulma, teknik pemupukan, pemangkasan, dll.
B. Tinjauan Pustaka
1. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)
Perawatan atau pemeliharaan tanman kelapa sawit dilakukan
mulai dari bibit hingga tanaman tumbuh menjadi dewasa.
Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman dilakukan pagidan sore hari
atau sesuai dengan keadaan cuaca. Penyiangan gulma dilakukan
secara manual dengan mencabut gulma yang terdapat disekitar dan
dan di dalam polibag (Nurahmi et al, 2010). Pengendalian gulma di
perkebunan dapat dilakukan denghan beberapa cara, di antaranya
pengendalian secara mekanis, kultur teknis, fisis, biologis, kimia dan
terpadu. Karena situasi dan kondisi perkebunan kelapa sawit yang
ada umumnya pengendalian gulma di perkebunan tersebut dilakukan
secara mekanis dan kimia. Pemupuklan dilakukan dengan memberi
jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk N, P, K, Mg dan B (Urea,
TSP, KCl, Kiserit dan Borax). Pemupukan tambahan dengan pupuk
Borax pada tanaman muda sangat penting, karena kekurangan Borax
(Boron deficiency) yang berat dapat mematikan tanaman kelapa
sawit. Pemangkasan dilakukan dengan Pemangkasan daun.
Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan umur/tingkat
pertumbuhan tanaman. Macam-macam pemangkasan : (1)
Pemangkasan pasir, yaitu pemangkasan yang dilakukan terhadap
tanaman yang berumur 16-20 bulan dengan maksud untuk
membuang daun-daun kering dan buahbuah pertama yang busuk.
Alat yang digunakan adalah jenis linggis bermata lebar dan tajam
37
yang disebut dodos. (2) Pemangkasan produksi, yaitu pemangkasan
yang dilakukan pada umur 20-28 bulan dengan memotong daun-
daun tertentu sebagai persiapan pelaksanaan panen. Daun yang
dipangkas adalah songgo dua (yaitu daun yang tumbuhnya saling
menumpuk satu sama lain), juga buah yang busuk. Alat yang
digunakan adalah dodos seperti pada pemangkasan pasir. (3)
Pemangkasan pemeliharaan, adalah pemangkasan yang dilakukan
setelah tanaman berproduksi dengan maksud membuang daun-daun
songgo dua sehingga setiap saat pada pokok hanya terdapat daun
sejumlah 28-54 helai. Sisa daun pada pemangkasan ini harus
sependek mungkin, agar tidak mengganggu kegiatan panen
(Kiswanto, 2008).
2. Kakao (Theobroma cacao L)
Pemeliharaan tanaman kakao, penggunaan pupuk organik
dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, namun
kecepatan dekomposisi bahan organik kadang tidak seiring dengan
pertumbuhan tanaman. karenanya dibutuhkan suatu teknologi yang
dapat mempercepat proses perombakan bahan organik sehingga
dapat digunakan sebagai pupuk organik (Riry, 2013). Pemeliharaan
meliputi penyiraman, penyiangan, dan pengendalian hama dan
penyakit. Pengendalian hama menggunakan insectisida Sevin 85 SP,
sedangkan untuk penyakit menggunakan fungisida Dhitane M-45
dengan cara menyemprotkan ke tanaman (Hadrimankaer et al,
2012). Pemangkasan pada tanaman kakao adalah kegiatan
pemotongan (pembuangan) bagian tanman berupa cabang, ranting,
dan daun yang tidak diinginkan. Tanaman kakao dalam
pertumbuhannya memerlukan intensitas sinar matahari dalam jumlah
tertentu. Pengaturan kebutuhan intensitas sinar matahari pada
tanaman kakao dilakukan melalui kegiatan pemangkasan baik
terhadap tanaman kakao itu sendiri maupun tanaman pelindungnya
(Arnawa et al, 2012)
38
3. Karet (Havea braziliensis)
Di kalangan petani karet, tanaman yang belum bisa disadap
atau belum berproduksi sering disebut dengan komposisi I yaitu
tanaman berumur 1-4 tahun. Pemeliharaa tanaman karet sebelum
berproduksi hampir sama dengan pemeliharaan tanaman perkebunan
pada umumnya yakni meliputi penyulaman, penyiangan,
pemupukan, seleksi dan penjarangan, serta pemeliharaan tanaman
penutup tanah. Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 1-2
tahun. Ada dua cara penyiangan yaitu secara manual dan secara
kimiawi. Pemeliharaan tanaman penutup tanah dilakukan dengan
pemupukan dan pemangkasan (Syakir, 2010).
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan
tanaman karet adalah pengairan untuk kebutuhan air bagi tanaman.
Pengairan pada budidaya karet lebih banyak diperlukan saat
pembibitan yaitu mulai dari menyemai benih, setelah penempelan
mata entres sampai bibit dapat dipindah tanam ke kebun (Wulandari,
2012). Hal lain yang harus dilakukan adalah pengendalian hama dan
penyakit. Hama dan penyakit merupakan salah satu masalah utama
yang dihadapi oleh petani dalam mengembangkan karet terutama
karet unggul. Sebagian besar petani percaya karet lokal dengan pola
penanaman tradisional lebih tahan terhadap serangan hama dan
penyakit dibanding dengan karet unggul. Hama utama yang
menyerang karet adalah babi hutan monyet untuk perkebunan
diwilayah jambi (Iskandar, 2011).
4. Kopi (Cofea Arabica)
Beberapa kegiatan pemeliharaan tanaman kopi diantaranya
penyulaman, penggemburan tanah, pemangkasan, pengendalian
hama, penyakit dan gulma serta pemupukan dan pemberian zat
pengatur tumbuh (Sirait, 2005). Budidaya tanaman perkebunan
memerlukan penanganan khusus untuk menghasilkan produksi
sesuai dengan potensi daerahnya. Demikian pula dengan budidaya
39
tanaman kopi memerlukan penanganan yang intensif untuk dapat
menghasilkan produktivitas tinggi. Beberapa hal yang penting untuk
diperhatikan pada budidaya tanaman kopi diantaranya lahan
budidaya kopi, pemilihan bibit, penanaman bibit, pohon naungan,
pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit
(Soetriono et al, 2012). Pemupukan pada tanaman kopi bertujuan
untuk menjaga daya tahan tanaman, meningkatkan produksi dan
mutu hasil serta menjaga agar produksi stabil tinggi. Dosis
pemupukan biasanya mengikuti umur tanaman, kondisi tanah,
tanaman serta iklim. Pemberian pupuk biasanya juga mengikuti jarak
tanamnya dan dapat ditempatkan sekitar 30-40 cm dari batang
pokoknya (Syakir, 2010).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 14 Oktober
2015 bertempat di Lahan Pertanian Universitas Sebelas Maret Desa
Sukasari Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Cangkul
2. Sabit
3. gergaji kayu
4. ember
b. Bahan
1. Tanaman kelapa sawit
2. Tanaman kakao
3. Tanaman kopi
4. Tanaman karet
5. pupuk urea
6. SP36
7. KCl
40
8. Alas untuk mencampur pupuk.
3. Cara Kerja
a. Membuat piringan
b. Menentukan dosis pemupukan
b.1 Menentukan lebar piringan pada sekitar batang tanaman
kelapa sawit, kakao, kopi dan karet yang akan dilakukan
penyiangan, dengan berpedoman panjang pelepah daun atau
lebar tajuk tanaman.
b.2 Membersihkan daerah sekeliling/melingkar batang
membentuk lingkaran atau piringan
b.3 Menggemburkan tanah pada daerah piringan
b.4 Melakukan pemupukan tanaman kelapa sawit, kakao, kopi
dan karet dengan cara menebarkannya pada daerah
piringan. Menaburkan pupuk N secara merata pada piringan
mulai jarak 50 cm. menaburkan pupuk P dan K secara
merata dari jari-jari 1,0 meter hingga jarak 3,0 (dari pangkal
pokok 0,75 sampai 1,0 meter di luar piringan) dengan dosis
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Dosis Pemupukan tanaman kelapa sawit, karet, kakao, dan kopi berdasarkan dosis yang diberikan
Jenis Pupuk
Dosis (g/pohon)Kelapa sawit
(Tinggi)
Karet (Anjuran)
Kakao (rendah)
Kopi (rendah)
N (urea) 125 200 125 150P (SP-36) 75 150 75 100K (KCl) 100 100 25 100
41
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan1. Hasil Pengamatan
Tabel 3.2 Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertambahan Jumlah Pelepah Kelapa Sawit
Sumber : Data Rekapan
Tabel 3.3 Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertambahan Keliling Batang Kelapa Sawit
Sumber : Data Rekapan
42
Tabel 3.4 Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertambahan Jumlah Tunas Kakao
Sumber : Data Rekapan
Tabel 3.5 Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertambahan Keliling Batang Kakao
Sumber : Data Rekapan
43
Tabel 3.6 Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertambahan Jumlah Tunas Karet
Sumber : Data Rekapan
Tabel 3.7 Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertambahan Keliling Batang Karet
Sumber : Data Rekapan
44
Tabel 3.8 Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertambahan Jumlah Tunas Kopi
Sumber : Data Rekapan
Tabel 3.9 Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertambahan Keliling Batang Kopi
Sumber : Data Rekapan
45
Tabel 3.10 Hasil Pengamatan Defisiensi Unsur Hara Tanaman Tahunan
No Perlakuan Tanggal Komoditas
Indikasi PertumbuhanDefisiensi Tanda Foto
1. Sebelum Perlakuan
14 Oktober 2015
Kelapa Sawit
Kekurang-an P
Daun kering
Kakao Kekurang-an P
Daun kering
Karet Kekurang-an N
Daun menguning
Kopi Kekurang-an N
Daun menguning
2. Sesudah Perlakuan
25 oktober 2015
Kelapa Sawit
Kekurang-an P
Daun Kering
Kakao Kekurang-an P
Daun Kering
Karet Kekurang-an N
Daun Kuning
Kopi Kekurang-an N
Daun menguning
46
3. Sesudah Perlakuan
7 November 2015
Kelapa Sawit
Kekurang-an P
Daun Kering
Kakao Kekurang-an P
Daun Kering
Karet Kekurang-an N
Daun Kuning
Kopi Kekurangan N
Daun menguning
4. Sesudah Perlakuan
21 November 2015
Kelapa Sawit
Kurang P Daun kering
Kakao Kurang P Daun kering
Karet Kurang N Daun menguning
Kopi Kekurangan N
Daun menguning
Sumber : Logbook
47
Table 3.11 Hasil Pengamatan Serangan OPT Tanaman tahunan
No
Perlakuan Tanggal Komodita
s
Serangan OPTJenis OPT Tanda Foto
1. Sebelum Perlakuan
14 Oktober 2015
Kelapa Sawit
Rayap
Terdapat rumah rayap pada buah kelapa sawit
Kakao Rayap
Terdapat rumah rayap
Karet rayap Terdapat rumah rayap
Kopi ulat Terdapat kepompong ulat
2. Sesudah Perlakuan
25 Oktober 2015
Kelapa Sawit
Kutu putih
Terdapat kutu putih di buah kelapa sawit
Kakao Ulat Daun berlubang
Karet Ulat Terdapat Kepompong ulat
48
Kopi Karat daun
Terdapat Bercak pada daun
3. Sesudah Perlakuan
7 November 2015
Kelapa Sawit
Kutu putih
Terdapat kutu putih di buah kelapa sawit
Kakao ulat Daun berlubang
Karet rayap Terdapat rumah rayap
Kopi Karat daun
Terdapat bercak pada daun
4. Sesudah Perlakuan
21 November 2015
Kelapa Sawit
Kutu putih
Butih-putih di buah kelapa sawit
Kakao rayap Terdapat rumah rayap
Karet rayap Terdapat rumah rayap
Kopi Karat daun
Terdapat bercak pada daun
Sumber : Logbook
49
2. Pembahasana. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)
Suatu usaha untuk meningkatkan atau menjaga kesuburan
tanah dalam lingkungan pertumbuhan tanaman guna
mendapatkan tanaman yang sehat dan berproduksi sesuai yang
diharapkan disebut pemeliharaan tanaman. Kegiatan
pemeliharaan tanaman kelapa sawit dibagi atas dua, yaitu
pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan
tanaman menghasilkan (TM). Pasa fase TBM, pemeliharaan
dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang sehat dan jagur
(pertumbuhan vegetatif), sedangkan untuk fase TM
pemeliharaan ditujukan untuk memperoleh produksi optimal.
Pemupukan merupakan bentuk pemeliharaan tanaman.
Pemupukan pada kelapa sawit diawali dengan pembuatan
piringan. Piringan di buat sejauh tajuk yang terluar dan di buat
melingkar. Pupuk ZA ditaburkan secara merata pada piringan
mulai dari jarak 50 cm sampai diluar piringan. Sedangkan pupuk
KCL dan SP36 ditabur secara merata pada piringan mulai jarak
75 cm dari pangkal pohon. Tujuan dibuat piringan adalah agar
pupuk tidak langsung mengenai akar dari kelapa sawit dan
penggunaan pupuk dapat efisien.
Hasil pengamatan mengenai indikasi pertumbuhan
tanaman tahunan yaitu berdasarkan tabel 3.2 Anova pengaruh
pemupukan terhadap pertambahan jumlah pelepah kelapa sawit
diketahui bahwa hasil anova sebesar 0,488 yang berarti lebih
dari 0,05 yang berarti tidak berpengruh nyata. Hal ini berarti
pemupukan terhadap kelapa sawit tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah pelepah kelapa sawit. Hal ini dapat terjadi
karena tanaman kelapa sawit merupakan tanaman tahunan
dimana tanaman tahunan penambahan jumlah pelepah tidak
terjadi secara signifikan hanya dalam waktu 8 minggu. Pengaruh
50
lain dapat dimungkinkan karena pupuk belum terdekomposisi
sehingga belum dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Musim
kemarau juga dimungkinkan mempengaruhi karena tanaman
kekurangan air untuk mengangkut nutrisi dari tanah. Berdasar
tabel 3.3 Anova menunjukkan bahwa pemupukan terhadap
tanaman kelapa sawit tidak berpengaruh nyata terhadap
pertambahan keliling batang kelapa sawit.
Kondisi tanaman kelapa sawit sebelum perlakuan dan
setelah perlakuan hampir sama karena pengamatan tanaman
tahunan dilakukan pada saat satu tahun perlakuan. Tanaman
kelapa sawit yang kami pakai untuk praktikum ini juga terserang
oleh rayap dan kutu putih. Menurut Edwina et al (2012), salah
satu tindakan perawatan tanaman yang mempengaruhi
pertumbuhan dan produktivitas tanaman adalah pemupukan,
berupa pupuk organik maupun an organik. Kegiatan pemupukan
bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam
tanah sehingga dapat meningkatkan produktivitas
tanaman.Tanaman yang menunjukan ciri-ciri defisiensi
menunjukan kekurangan unsur hara sehingga bisa menentukan
dosis pupuk.
Keberhasilan suatu usahatani tidak hanya ditentukan oleh
kehandalan teknologi yang diterapkan dan dukungan
sumberdaya alam, tetapi juga oleh karakteristik individu petani.
Pemberian pupuk pada tanaman kelapa sawit diawali dengan
pembuatan piringan. Menurut Saputra (2011), piringan adalah
areal di sekeliling pohon sawit yang memberikan ruang untuk
pertumbuhan tanaman sehingga harus dibersihkan untuk
mempermudah pengumpulan brondolan sewaktu panen dan
tempat untuk penaburan pupuk. Rawat piringan adalah
membersihkan piringan dari gulma-gulma yang merugikan
tanaman dalam hal persaingan unsur hara, pupuk, dan air.
51
Berdasarkan Tabel 3.10 Hasil Pengamatan Defisiensi
Unsur Hara Kelapa Sawit, diketahui bahwa kelapa sawit
mengalami defisiensi unsur hara. Unsur hara yang kurang yaitu
P. Defisiensi ini mengakibatkan kering pada daun kelapa sawit
yang masih timbul sampai minggu ke-4.
Berdasarkan Tabel 3.11 Hasil Pengamatan Defisiensi
Unsur Hara Kelapa Sawit, diketahui bahwa OPT yang
menyerang kelapa sawit adalah rayap dan kutu putih. Tanda
yang ditimbulkan adalah terdapat rumah rayap dan kutu putih
pada buah kelapa sawit. OPT masih menyerang kelapa sawit
samapi minggu ke-4.
b. Kakao (Theobroma cacao L)
Perawatan kebun kakao ini terbagi atas dua fase, yaitu
perawatan dalam fase tanaman belum menghasilkan (TBM) dan
fase tanaman menghasilkan (TM). Perawatan dalam fase TBM
adalah pembersihan gulma secara manual pada piringan
tanaman, pemupukan, pemangkasan penaung tetap dan penaung
sementara, pemangkasan bentuk tanaman kakao, dan
pengendalian hama maupun penyakit. Pengendalian gulma pada
fase TBM dilakukan pada piringan tanaman kakao atau pada
jalur tanaman, dilakukan dengan menggunakan sabit atau
cangkul. Pada fase ini pengendalian gulma secara kimiawi dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman kakao karena sebagian
herbisidanya dapat mengenai daun kakao TBM. Pada fase TM,
kegiatan perawatan yang penting adalah pemangkasan tanaman
kakao dan pelindungnya, pemupukan, dan konservasi tanah,
pengendalian hama dan penyakit. Pemangkasan pada fase TM
meliputi pemangkasan pemeliharaan dan produksi, seperti
membuang bagian tanaman yang tidak dikehendaki, seperti
tunas air, cabang sakit, patah, menggantung dan cabang balik.
Pemupukan merupakan salah satu bentuk perawatan pada
52
tanaman kakao dengan cara membuat piringan. Piringan
pertama berjarak 50 cm dari pangkal dari batang tanaman untuk
membenamkan pupuk ZA serta 75 cm dari batang tanaman
untuk membenamkan pupuk KCl dan SP-36.
Menurut Lukito et al (2010) tanaman kakao bersifat
dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif.
Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas
ortotrop atau tunas air (wiwilan) sedangkan tunas yang arah
pertumbuhannya ke samping disebut plagiotrop (cabang kipas).
Berdasarkan Tabel 3.10 Hasil Pengamatan Defisiensi
Unsur Hara Kakao, diketahui bahwa kakao mengalami
defisiensi unsur hara. Unsur hara yang kurang yaitu P.
Defisiensi ini mengakibatkan kering pada daun kakao yang
masih timbul sampai minggu ke-4.
Berdasarkan Tabel 3.11 Hasil Pengamatan Serangan OPT
Kakao, diketahui bahwa kakao terserang OPT. OPT yang
menyerang adalah ulat dan rayap. Hal ini ditandai dengan daun
berlubang dan kering serta adanya rumah rayap pada batang
tanaman.
c. Karet (Havea braziliensis)
Perawatan tanaman karet dilakukan dengan pemberian
pupuk sejak awal pengamatan dan tidak diberi pupuk lagi,
cukup dilakukan penyiraman selama 2 minggu sekali.
Pemupukan dibuat dengan membuat piringan terlebih dahulu.
Piringan pertama dengan jari-jari 50cm untuk membenamkan
pupuk ZA dan jari-jari 75 cm untuk membenamkan pupuk SP-
36 da KCl. Pembuatan piringan bertujuan agar penggunaan
pupuk lebih efisien dan tujuan dibenamkan agar pupuk tidak
menguap sehingga menyebabkan pupuk tidak tersedia untuk
tanaman.
53
Terdapat sedikit daun tua dikarenakan gugur. Daun tua
berwarna hijau, banyak daun muda berwarna hijau muda
kecoklatan. Berdasar hasil pengamatan yang dilakukan tanaman
karet lebih cenderung mengalami defisiensi unsur P yang
terlihat dari gejala daun mengering. Menurut Rostini 2012,
kekurangan unsur Phospor ditunjukkan dengan daun menjadi
keriting, kering dan mati (diawali pada daun tua); timbul bercah-
bercak merah cokelat pada daun; perkembangan akar menjadi
terhambat; tanaman menjadi mudah roboh dan kerdil; buah
menjadi kecil dan terdapat bercak berwarna cokelat serta buah
mudah busuk dan tidak tahan disimpan dalam waktu lama.
Berdasarkan Tabel 3.10 Hasil Pengamatan Defisiensi
Unsur Hara Karet, diketahui bahwa karet mengalami defisiensi
unsur hara. Unsur hara yang kurang yaitu N. Defisiensi ini
mengakibatkan warna kuning pada daun karet yang masih
timbul sampai minggu ke-4.
Berdasarkan Tabel 3.11 Hasil Pengamatan Serangan OPT
Karet, diketahui bahwa karet terserang OPT. OPT yang
menyerang adalah rayap. Hal ini ditandai dengan adanya rumah
rayap pada batang tanaman.
d. Kopi (Cofea Arabica)
Perawatan tanaman kopi diawali dengan membersihkan
daerah sekitar tanaman dari gulma. Selanjutnya dilakukan
pembuatan piringan dengan jari-jari 25 cm dati tanaman untuk
membenamkan pupuk N, P dan K. Pemberian pupuk N menurut
Meihana dana Purjiyanto (2014) berperan dalam merangsang
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang,
cabang dan daun. Selain itu nitrogen juga berperan penting
dalam pembentukan zat hijau daun yang sangat berguna dalam
proses fotosintesis. Dalam pemupukan perlu dibenamkan
dengan tujuan agar pupuk tidak menguap ke udara. Setelah
54
dilakukan pemberian pupuk tanaman disiram dengan tujuan
untuk mempercepat proses dekomposisi agar pupuk dapat segera
dimanfaatkan tanaman.
Pada tanaman kopi ini sebelum dipupuk belum mengalami
defisiensi unsur hara. Setelah dipupuk lalu diamati 2 minggu
kemudian tanaman masih tetap sama. Tidak ada defisiensi unsur
hara yang signifikan bahkan hingga pengamatan terakhir. Pada
pengamatan serangan OPT, pengamatan sebelum perlakuan
tanaman belum terkena serangan OPT. Pengamatan kedua
dilakukan 2 minggu setelahnya diketahui tanaman masih belum
terkena serangan OPT.
Berdasarkan Tabel 3.10 Hasil Pengamatan Defisiensi
Unsur Hara Kopi, diketahui bahwa kopi mengalami defisiensi
unsur hara. Unsur hara yang kurang yaitu N. Defisiensi ini
mengakibatkan warna kuning pada daun karet yang masih
timbul sampai minggu ke-4.
Berdasarkan Tabel 3.11 Hasil Pengamatan Serangan OPT
Kopi, diketahui bahwa kakao terserang OPT. OPT yang
menyerang adalah ulat. Hal ini ditandai dengan daun berlubang
serta adanya kepompong yang menempel pada daun kopi.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum acara perawatan
tanaman tahunan (kelapa sawit, kakao, kopi, dan karet) dapat
disimpulkan bahwa :
a. Pertumbuhan tanaman kelapa sawit, kakao, karet, dan kopi tidak
dipengaruhi oleh pemupukan yang dilakukan. Keliling batang
secara keseluruhan tidak menunjukkan pertambahan yang
signifikan begitu pula dengan tunas baru.
b. Banyak faktor yang mengakibatkan tidak adanya perubahan
setelah perlakuan pemupukan, seperti kurangnya air. Air yang
55
kurang tidak cukup untuk melarutkan unsur hara dalam pupuk
sehingga tidak ada pengaruh yang timbul.
c. OPT pada masing-masing tanaman masih tetap ditemukan
hingga akhir pengamatan.
2. Saran
Praktikum TBT Semusim dan Tahunan yang telah
dilaksanakan ini sudah cukup baik namun sebaiknya dalam
pembagian kelompok besar jumlah anggota dikurangi untuk
menghindari adanya anggota yang tidak ikut berpartisipasi dalam
kegiatan praktikum, selain itu juga agar lebih mudah untuk
koordinasi antara sesama praktikan maupun antara praktikan dengan
coass pendamping. Namun, secara keseluruhan mulai dari
sistematika, penjelasan kegiatan praktikum, dan pelaksanaan
praktikum sudah cukup baik.
56
DAFTAR PUSTAKA
Arnawa dan Giri. 2012. Penerapan Budidaya Terbaik Tanaman Kakao. SCPP
Hadriman khaer. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Beberapa Benih Asal Klon Kakao (Theobroma cacao L.) di Pembibitan. J.Agrium 17 (3) hal : 220
Iskandar, dudi. 2011. Penggunaan Bibit Karet Unggul Oleh Petani Karet Di jambi dan Kalimantan barat. J.Sains dan Teknologi Indonesia 13 (3) Hal 165-170
Kiswanto dan Hadriman. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Nurahmi Erida, Purnomo, dan Bambang . 2010. Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis JACQ) Pada Berbagai Komposisi Media Tanam Dan Konsentrasi Pupuk Daun Seprint. J.Agrovista 14 (3)
Riry dan puji. 2013. Pengaruh Berbagai Komposisi Bokashi Ampas Biji Kakao dan pemberian EM4 yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Petsai (Brassica chinensis L.) . J.Agrologia 2 (2) Hal : 132-143
Sirait B dan Charloq, 2005. Ekosistem dan Pelestarian Kawasan Danau Toba dengan Budidaya Kopi. J.Penelitian Bidang Ilmu Pertanian 3 (3) hal: 1-7
Soetriono dan sulandari. 2012. Pemodelan dan Pengembangan Agribisnis Minimum Berbasis Kopi Robusta dalam Mendorong Perekonomian Kawasan Jalur Lintas Selatan (JLS) Jawa Timur. J. Penelitian.
Syakir, M. 2010. Budidaya dan Pascapanen Karet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor
Syakir, M. 2010. Budidaya dan Pascapanen Kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor
Wulandari. 2012. Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasilliensis) Klon PB 260 Pada Berbagai Dosis Kompos Dan Tingkat Ketersediaan Air. J. Agronomi Universitas hassanudin.