27
Borang Portofolio Nama Peserta : dr. Eva Veronika Nama Wahana : RS Muhammadiyah Selogiri Topik : Herpes Zooster Tanggal (kasus) : 04 Desember 2014 Nama Pasien : Tn. M / 82th No. RM : 061786 Tanggal Presentasi : April 2015 Nama Pendamping : dr. Sri Umaryani Tempat Presentasi : RS Muhammadiyah Selogiri Obyektif Presentasi: Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi: Pasien datang diantar keluarga dengan keluhan plenting-plenting dan lepuh pada punggung dan perut sebelah kiri sejak 5 hari SMRS. Plenting-plenting dan lepuh disertai nyeri di punggung dan perut sebelah kiri memberat sejak 1 hari SMRS. Awalnya plenting-plenting kecil dan menyebar menjadi luas dan melepuh. Keluhan disertai rasa panas dan gatal didaerah tersebut. Pasien juga mengeluh badan meriang sebelum plenting-plenting muncul sejak 7 hari SMRS. BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 1

Dr.eva Porto1 HerpesZ

Embed Size (px)

DESCRIPTION

herpes zoster

Citation preview

Borang Portofolio

Nama Peserta : dr. Eva Veronika

Nama Wahana : RS Muhammadiyah Selogiri

Topik : Herpes Zooster

Tanggal (kasus) : 04 Desember 2014

Nama Pasien : Tn. M / 82thNo. RM : 061786

Tanggal Presentasi : April 2015Nama Pendamping : dr. Sri Umaryani

Tempat Presentasi : RS Muhammadiyah Selogiri

Obyektif Presentasi:

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi: Pasien datang diantar keluarga dengan keluhan plenting-plenting dan lepuh pada punggung dan perut sebelah kiri sejak 5 hari SMRS. Plenting-plenting dan lepuh disertai nyeri di punggung dan perut sebelah kiri memberat sejak 1 hari SMRS. Awalnya plenting-plenting kecil dan menyebar menjadi luas dan melepuh. Keluhan disertai rasa panas dan gatal didaerah tersebut. Pasien juga mengeluh badan meriang sebelum plenting-plenting muncul sejak 7 hari SMRS.

Tujuan: Menegakkan diagnosis kerja, melakukan penanganan awal dan konsultasi dengan spesialis penyakit dalam untuk penanganan lebih lanjut terkait kasus herpes Zooster

Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

Data pasien: Nama: Tn. MNomor Registrasi: 061786

Nama klinik: RS Muhammadiyah Selogiri Telp: - Terdaftar sejak: 04 Desember 2014

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/ Gambaran Klinis: Pasien datang diantar keluarga dengan keluhan plenting-plenting dan lepuh pada punggung dan perut sebelah kiri sejak 5 hari SMRS. Plenting-plenting dan lepuh disertai nyeri di punggung dan perut sebelah kiri memberat sejak 1 hari SMRS. Awalnya plenting-plenting kecil dan menyebar menjadi luas dan melepuh. Keluhan disertai rasa panas dan gatal didaerah tersebut. Pasien juga mengeluh badan meriang sebelum plenting-plenting muncul sejak 7 hari SMRS.Demam (-) pusing (-) batuk (-) pilek (-) Mual (-) muntah (-). BAB tidak lancar, sejak 2 hari SMRS belum BAB. BAK tak ada kelainan.

2. Riwayat Pengobatan: disangkal

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Riwayat variseella (cacar air) (+), Riwayat hipertensi (-),Riwayat diabetes mellitus (-), Riwayat alergi (-), Riwayat sakit serupa (+) kumat-kumatan

4. Riwayat Keluarga : (-)

5. Riwayat Pekerjaan : Petani

6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal dengan istri dan membayar semua biaya pengobatan menggunakan umum

7. Pemeriksaan fisika. KU : Sedang dan tampak nyeri (pain scale menurut Wong score 8), status gizi kesan cukupb. Kesadaran : Compos mentisc. Tekanan darah: 140/90 mmHgd. Nadi : 84 kali/menite. Nafas : 20 kali/menitf. Suhu : 36,6 0 C (per aksiler)g. Kepala : Simetris, bentuk mesocephalh. Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)i. Tenggorokan : Tonsil T1-T1, tidak hiperemis, faring hiperemis (-), eksudat (-), plak (-)j. Leher : KGB servikal tidak membesar, JVP tidak meningkat k. Thorak : Cor : I : ictus cordis tampak di spatium intercostale VP : ictus cordis teraba di spatium intercostale V, 1 cm medial linea medio clavicularis sinistra, ictus cordis kuat angkat P : batas jantung kiri atas: spatium intercostale II, linea sternalis sinistra batas jantung kiri bawah : spatium intercostale V, 1 cm medial linea medio clavicularis sinistra batas jantung kanan atas:spatium intercostale II, linea sternalis dextra batas jantung kanan bawah: spatium intercostale IV, linea sternalis dextra (Kesan : batas jantung kesan tidak melebar)A : Bunyi jantung I-II, intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-)

Pulmo :I : Pengembangan dada kanan = kiriP : Fremitus raba kanan = kiriP : Sonor / sonorA : SDV (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-), wheezing (-/-)l. Abdomen :I : Dinding perut // dinding dadaA: Bising usus (+) normalP: Timpani, ascites (-/-)P: Supel, nyeri tekan (-), hepar, lien dan ginjal tak terabam. Genitourinaria : BAK normal, BAK darah (-), BAK nanah (-), nyeri BAK (-)n. Muskuloskletal : nyeri (-), bengkak(-), dan ROM normalo. Ekstremitas : Akral hangat, refilling kapiler baik, edema - - - -p. Status dermatologis :Regio abdomen dan thorax posterior sinistra setinggi VT 11 : tampak patch eritem dan erosi multiple tertutup krusta.

Foto Klinis :

Gambar 1. Tampak depan

Gambar 2. Tampak samping kiri Gambar 3. Tampak belakang

7. Pemeriksaan penunjanga. Pemeriksaan laboratorium darah04 Desember 20141 Januari 2014

Hb : 11 g/dl Creatinin : 1,2 mg/dlAL : 5,4.103/mm3 GDS : 89 mg/dlAT : 227. 103/mm3 HbSAg : negatifAE : 4,16. 106/mm3 Gol darah : AB, Rh +Hct : 30,1% SGOT : 21 u/l SGPT : 17 u/l Ureum : 53,2 mg/dl Chol Tot : 133 mg/dl LDL : 88 mg/dl HDL : 22 mg/dl Trigliserid : 116 mg/dl

b. Elektrokardiografi04 Desember 2014

Rate84 kali/menit

RhytmSinus Ritme

AxisNormal Axis

Hypertrophy-

Infarct-

Daftar Pustaka:

1. Hartadi, Sumaryo S. 2000. Infeksi Virus. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit. Editor: Marwali Harahap. Cet 1. Hipokrates:Jakarta.Pp:92-94.2. Handoko, R. P. 2007. Penyakit Virus. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Editor: Adhi wijaya. Edisi 5. cetakan 2. Balai Penerbit FK UI:Jakarta.Pp:110-112.3. Torpy, M. Janet. 2009. Shingles. In: The Journal of The American Medical Association http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/302/1/108.pdf4. Krause,S. Richard.2009.Herpes Zoster. http://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/shingles/shingles-topic-overview5. Straus, S. E., Schmader, K. E., Oxman, M. N. 2008 . Varicella and Herpes Zoster. In: Fitzpatricks Dermatology in General Medicine Seventh Edition. Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Austen KF . United States: The McGraw-Hill Companies. pp: 1885-1898.6. Klaus Wolff and Ricard allen Johnson. 2009. Viral infections of skin and mucosa. In: Fitzpatricks Color Atlas And Synopsis Of Clinical Dermatology Sixth Edition. United States: The McGraw-Hill Companies. pp :837-849.7. Paul K Buxton. 2005. Viral Infection. In: ABC of Dermatology Fourth Edition. London : BMJ Publishing Group Ltd. Pp:93-94.8. Hiroshi Shimizu. 2007. Shimizus Textbook of Dermatology. Japan. : Nakayama Shoten Publisers pp: 122-1259. Siregar, R. S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Cetakan 1. EGC. Jakarta.Pp:84-86.10. Eastern, Joseph. 2009. Herpes Zoster.http://emedicine.medscape.com/article/788310

Hasil Pembelajaran :1. Membuat diagnosis kerja Herpes Zooster 2. Melakukan konsultasi ke spesialis Kulit kelamin untuk penatalaksanaan kasus herpes zooster 3. Edukasi mengenai penyebab dan komplikasi yang mungkin timbul.Motivasi untuk kepatuhan kontrol vital sign setelah rawat inap.

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1. Subjektif : Pasien datang diantar keluarga dengan keluhan plenting-plenting dan lepuh pada punggung dan perut sebelah kiri sejak 5 hari SMRS. Plenting-plenting dan lepuh disertai nyeri di punggung dan perut sebelah kiri memberat sejak 1 hari SMRS. Awalnya plenting-plenting kecil dan menyebar menjadi luas dan melepuh. Keluhan disertai rasa panas dan gatal didaerah tersebut. Pasien juga mengeluh badan meriang sebelum plenting-plenting muncul sejak 7 hari SMRS. BAB tidak lancar, sejak 2 hari SMRS belum BABRPD: Riwayat variseella (cacar air) (+) Riwayat sakit serupa (+) kumat-kumatan

2. Objektif : Dari pemeriksaan didapatkan keadaan umum sedang dan tampak nyeri, kesadaran compos mentis. Pada pemeriksaan vital sign didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 84x/menit dan nafas 20x/menit. Dari pemeriksaan fisik didapatkan Regio abdomen dan thorax posterior sinistra setinggi VT 11 : tampak patch eritem dan erosi multiple tertutup krusta.3. Assesment :Pasien datang diantar keluarga dengan keluhan nyeri pada punggung dan perut sebelah kiri. Nyeri disertai munculnya plenting-plenting dan lepuh di punggung dan perut sebelah kiri sejak 1 minggu SMRS. Awalnya plenting-plenting kecil dan menyebar menjadi luas dan melepuh. Keluhan disertai rasa panas dan gatal didaerah tersebut. Pasien juga mengeluh badan meriang sebeluh plenting-plenting muncul. Riwayat variseella (cacar air) (+) dan riwayat sakit serupa (+) kumat-kumatan. Pemeriksaan fisik ditemukan pada regio abdomen dan thorax posterior sinistra setinggi VT 11 : tampak patch eritem dan erosi multiple tertutup krusta.Berdasarkan anamnesis nyeri muncul disebabkan oleh munculnya lesi (plenting-plenting) didaerah punggung dan perut sebelah kiri dan keluhan disertai rasa panas dan gatal pada daerah lesi tersebut. Dan sebelumnya pasien mengalami badan meriang sebelum muncul lesi tersebut. Hal ini mengarah pada nyeri yang disebabkan oleh Herpes Zooster diperkuat dengan adanya riwayat terkena varicella dan sering mengalami kekambuhan. Serta ditemukan pada regio abdomen dan thorax posterior sinistra setinggi VT11 yaitu patch eritem dan erosi multiple tertutup krusta.Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama terjadi pada orang tua, yang khas ditandai adanya nyeri unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion saraf sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela-zoster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus.1,3,5,6 Setelah infeksi primer oleh virus varisela zoster atau setelah mendapatkan vaksinasi dengan virus varisela zoster yang dilemahkan, virus ini akan berdiam di sel ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis. Virus dalam keadaan dormansi atau laten. Pada suatu ketika, virus dapat bereplikasi dan berjalan turun menyusuri saraf sensoris menuju ke kulit dan menimbulkan manifestasi berupa herpes zoster. 3,5,6Kebanyakan kasus terjadi pada usia tua. Lebih dari 66% kasus herpes zoster terjadi pada usia lebih dari 50 tahun, dan hanya 5% kasus terjadi pada usia kurang dari 15 tahun. Di antara pasien-pasien yang telah terpapar chickenpox, kejadian herpes zoster pada ras kulit hitam lebih rendah daripada ras kulit putih. Insiden pada pria dan wanita sama banyaknya. Hampir 50 % penduduk berusia 80 tahun mengalami herpes zoster. Zoster jarang terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, kecuali pada penderita AIDS, limfoma, keganasan, defisiensi imun dan orang yang menerima transplantasi ginjal dan sumsum tulang belakang. Pasien-pasien tersebut mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami zoster, terlepas dari faktor usia.5,6,8,9,10Herpes Zoster disebabkan oleh virus yang sama yang menyebabkan chickenpox atau varisela dan disebut varicella zoster virus. Varisela zoster virus merupakan kelompok virus herpes yang berukuran 140-200 nm dan berinti DNA. Varicella zoster virus dapat menjadi laten di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis tanpa menimbulkan gejala. Beberapa tahun atau decade setelah infeksi primer jika terjadi reaktivasi dari virus ini akan menyebabkan erupsi yang terlokalisir pada kulit yaitu herpes zoster.5,6,8,10VZV mempunyai kapsid yang tersusun dari 162 subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan hanya virion yang berselubung yang bersifat infeksius.1 Infeksiositas virus ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan organik deterjen, enzim proteolitik, panas, dan lingkungan pH yang tinggi.1

Gambar 1. Virus Varicella8Herpes Zoster disebabkan oleh Varisela Zoster Virus, virus yang juga dapat menyebabkan varisela (chickenpox). Setelah infeksi chickenpox, virus ini dapat menetap dalam badan sel saraf tanpa menimbulkan gejala apapun. Hal ini belum diketahui secara pasti penyebabnya. Virus dalam keadaan dorman di cabang ganglion dorsal sampai reaktivasi fokal sepanjang distribusi ganglion menyebabkan herpes zoster (shingles). Badan sel saraf pada cabang dorsal, saraf kranialis atau ganglion otonom dapat mengandung virus VZV laten.6

Gambar 2. Proses infeksi virus ke epidermis dan ke saraf sensorik9Terjadinya reaktivasi biasanya tidak diketahui, namun kemungkinan dapat dihubungkan dengan penuaan, stres, dan sistem imun yang rusak. Bila terjadi penurunan imunokompeten, bertahun-tahun kemudian, virus dapat keluar dari badan sel saraf kemudian berjalan sepanjang akson saraf sehingga dapat menyebabkan infeksi viral pada kulit sepanjang saraf yang terkena. Virus ini dapat menyebar dari satu atau lebih ganglion sepanjang saraf yang terkena dan menginfeksi dermatom yang berhubungan dengan saraf tersebut kemudian menyebabkan kelainan pada kulit. Walaupun biasanya kelainan kulit ini dapat sembuh dalam 2 sampai 4 minggu, beberapa pasien mengalami nyeri saraf dalam waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, kondisi seperti ini disebut postherpetic neuralgia.5,6Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persarafan ganglion tersebut. Kadang-kadang virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranialis sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik. 2

Gambar 3.Perbedaan infeksi virus pada infeksi primer,periode laten dan reaktivasi

Sebelum timbul gejala kulit terdapat, gejala prodromal baik sistemik (demam, pusing, malaise), maupun gejala prodromal lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pegal, dan sebagainya).2 Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang keluarnya erupsi. Pada fase prodormal, keluhan nyeri dan paraestesi berlangsung 2-3 minggu (pada 84% dari kasus)6. Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hampir selalu unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh. Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.1Erupsi mulai dengan makulopapula eritematous (24 jam pertama). Dua belas hingga 48 jam kemudian terbentuk vesikula berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ke-4.1,2,6 Kadang-kadang vesikel mengandung darah dan disebut sebagai herpes zoster hemoragik. Dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatriks.2 Seminggu sampai 10 hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta. Krusta ini dapat menetap selama 2-3 minggu.1,6

Gambar 4. Gambaran lesi kulit pada Herpes zoster

Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang tetap timbul belangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa resolusi berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Di samping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik, tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus (dengan ganglion gaseri) atau nervus fasialis dan otikus (dari ganglion genikulatum).2Keluhan yang berat biasanya terjadi pada penderita usia tua. Pada anak-anak (jarang), hanya timbul keluhan ringan dan erupsinya cepat menyembuh. Rasa sakit segmental pada penderita lanjut usia dapat menetap, walaupun krustanya sudah menghilang.1 Daerah yang paling sering terkena infeksi adalah daerah torakal yaitu lebih dari 50% kasus, daerah trigeminal 10-20% kasus, dan daerah lumbosakral dan servikal 10-20% kasus, walaupun daerah-daerah lain tidak jarang.1,6Menurut daerah penyerangannya dikenal :1. Herpes zoster oftalmika: menyerang dahi dan sekitar mata.2. Herpes zoster servikalis: menyerang pundak dan lengan.3. Herpes zoster torakalis : menyerang dada dan perut.4. Herpes zoster lumbalis: menyerang bokong dan paha.5. Hepes zoster sakralis: menyerang sekitar anus dan genitalis6. Herpes zoster otikum: menyerang telinga.Jika menyerang nervus fasialis dan nervus auditoris dapat menimbulkan Sindrom Ramsay-Hunt dengan gejala paralysis fasialis (Bell`s Palsy), tinnitus, vertigo, gangguan lakrimasi, gangguan pendengaran, nistagmus, dan nausea.1Bentuk-bentuk lain herpes zoster:1. Herpes zoster hemoragika : vesikula-vesikulanya tampak berwarna merah kehitaman karena berisi darah.2. Herpes zoster abortivum :penyakit berlangsung ringan dalam waktu yang singkat dan erupsinya hanya berupa eritema dan papula kecil.3. Herpes zoster generalisata : kelainan kulit yang unilateral dan segmental disertai kelainan kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikula dengan umbilikasi. Kasus ini tertutama terjadi pada orang tua atau pada orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya pada penderita limfoma maligna.1

Terdapat pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan jika terdapat gambaran klinis yang meragukan.1. Tzanck Smear atau tes Tzanck Dapat dilakukan pemeriksaan Tzank dengan cara membuat sediaan hapus yang diwarai dengan Giemsa. Bahan diambil dengan kerokan di dasar vesikel akan didapatkan sel datia berinti banyak.1,22. HistopatologisTampak gambaran vesikula yang bersifat unilokuler, biasanya pada stratum granulosum, kadang-kadang subepidermal. Terdapat temuan sel balon yaitu stratum spinosum yang mengalami degenerasi dan membesar, juga ada badan inklusi (lipscutz) yang tersebar pada inti sel epidermis, dalam jaringan ikat dan endotel pembuluh darah.10 Pada dermis terdapat dilatasi pembuluh darah dan sebukan limfosit.2 Ditemukan juga nekrosis sel dan serabut saraf, proliferasi endotel pembuluh darah kecil, hemoragi fokal dan inflamasi bungkus ganglion.8, 103. Mikroskop elektron4. Kultur Virus dari lesi kulit Dapat juga dilakukan isolasi virus melalui kultur dari cairan vesikel yang akan memberikan diagnosa pasti.5. Identifikasi antigen / asam nukleat VZV6. Pemeriksaan antibodi spesifik (immunoglobulin) menunjukkan peningkatan antibodi varicella. 9Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan Immunofluoresen langsung, PCR dan pemeriksaan imunologis unutuk mendeteksi IgG misalnya dengan enzym immunoassay atau tes agglutinasi3.

Terapi yang diberikan pada pasien ini meliputi pemasangan IV line dengan infus Ringer Laktat 20 tetes per menit. Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik, untuk nyerinya diberikan analgetik.2 Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.2 Keluhan yang sangat dirasakan adalah nyeri maka diberikan analgesik yaitu injeksi antalgin1000mg per 8 jam, serta diberikan antibiotik Injeksi amoxicillin 1000mg per 8 jam.Terapi antiviral merupakan dasar penatalaksanaan herpes zoster. Obat antiviral menginhibisi replikasi VZV dan mengurangi berat dan durasi herpes zoster dengan efek samping minimal tetapi tidak dapat mencegah postherpetic neuralgia.4 Maka diberikan acyclovir 5x800mg selama 7 hari. Jika lesi baru masih tetap timbul obat tersebut masih dapat diteruskan dan dihentikan sesudah 2 hari sejak lesi baru tidak timbul lagi.2 Diberikan pula kortikosteroid, Methyl prednison 3x 4 mg, untuk mencegah fibrosis ganglion.2 Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka, Kalau terjadi ulserasi diberikan salep antibiotik.2 Karena pada pasien didapatkan lesi erosif maka diberikan kompres cairan revanol 2x 30 menit hingga luka kering, dan diberikan gentamycin cream 2xue. Diet yang diberikan pada pasien diet nasi tinggi protein dan tinggi kalori untuk mempercepat pemulihan pasien.Komplikasi dari herpes zoster yang bersifat kutaneus antara lain superinfeksi bacterial, skar, zoster gangrenosum. 5 Komplikasi neurologis yang paling seriang adalah postherpetic neuralgia yaitu rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh.2 Bila daya tahan tubuh penderita mengalami penurunan, akan terjadi reaktivasi virus. Virus mengalami multiplikasi dan menyebar di dalam ganglion. Ini menyebabkan nekrosis pada saraf serta terjadi inflamasi yang berat, dan biasanya disertai neuralgia yang hebat.1 Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari-hari. Kecenderungan ini dijumpai pada orang yang mendapat herpes zoster di atas usia 40 tahun.2 Pencegahan penyakit herpes zoster seharusnya mencakup pencegahan infeksi laten dan pencegahan reaktivasi virus yang laten tersebut. Tetapi sampai sekarang belum ditemukan cara untuk pencegahan tersebut.1 Hindari kontak lesi pada kulit penderita yang terinfeksi herpes zoster bila belum pernah menderita varisela atau vaksin varisela. Vaksin varisela adalah vaksin yang direkomendasikan untuk anak-anak. Vaksin juga dapat direkomendasikan untuk remaja atatu dewasa yang belum pernah terkena varisela. Vaksinasi pada usia lebih dari 55 tahun terbukti menurunkan kejadian herpes zoster dan postherpetic neuralgia, sehingga vaksin herpes zoster disarankan pada dewasa usia lebih dari 60 tahun, serta pada individu tertentu seperti wanita hamil, orang dengan kelainan imun, dan bayi kurang dari 12 bulan. 4,5 Prognosis herpes zoster secara umum adalah baik.10 Kelainan pada kulit sembuh dalam waktu 14-21 hari.5 Neuralgia posherpetika dapat menetap selama bertahun-tahun pada 50 % pasien herpes zoster di atas usia 60 tahun, bila nervus trigeminus terkena.4 Pada herpes zoster oftalmikus prognosis bergantung pada tindakan perawatan secara dini.2

4. Plan a. DiagnosisPenegakan diagnosis dari anamnesis, pemeriksaan fisik sudah cukup mengarah pada Herpes Zooster Dermatom VT 11 Sinistrab. PenatalaksanaanPenatalaksanaan yang diberikan di bangsal :4 Desember 2014IGD4 Desember 2014Bangsal5 Desember 2014Bangsal6 Desember 2014Bangsal7 Desember 2014Bangsal

KUNyeri (+), luka basah (+), gatal dan panas (+), mual (-), BAB (-)TD : 140/90mmHgNyeri (+), luka basah (+), gatal dan panas (+), mual (-), BAB (-)TD : 140/90mmHgNyeri (+), luka basah (+), gatal dan panas (+), mual (+), BAB (-)TD : 150/90mmHg Nyeri (+) berkurang, luka basah (-), gatal dan panas (+) berkurang, mual (+)berkurang, BAB (-)TD : 140/80 mmHgNyeri (+) berkurang, luka basah (-), gatal dan panas (+) berkurang, mual (-), BAB (+)TD : 130/80mmHg

Tx

Inf. RL 20 tpm Inj.antalgin 1gr /8 j Inj. Amoxicillin 1gr /8 j Acyclovir 5x800mg MP 3x4mg Dulcolax supp

Inf. RL 20 tpm Inj.antalgin 1gr / 8 j Inj. Amoxicillin 1gr /8 j Acyclovir 5x800mg MP 3x4mg Gentamicyn cream 2xue Kompres revanol 2x30 menit Dulcolax supp Inf. RL 20 tpm Inj.ketorolac 30mg / 12 j Inj. Amoxicillin 1gr /8 j Inj. Ranitidin 50mg / 12 j Acyclovir 5x800mg MP 3x4mg Gentamicyn cream 2xue Kompres revanol 2x30 menit Dulcolax supp Inf. RL 20 tpm Inj.ketorolac 30mg / 12 j Inj. Amoxicillin 1gr /8 j Inj. Ranitidin 50mg / 12 j Acyclovir 5x800mg MP 3x4mg Vit. B complex 3x1 Sucralfat syr 3x2cth Gentamicyn cream 2xue Dulcolax supp Opilac 1x15cc Inf. RL 20 tpm Inj.ketorolac 30mg / 12 j Inj. Amoxicillin 1gr /8 j Inj. Ranitidin 50mg / 12 j Acyclovir 5x800mg MP 3x4mg Vit. B complex 3x1 Sucralfat syr 3x2cth Gentamicyn cream 2xue Opilac 1x15cc

DxHerpes Zooster Dermatom VT 11 Sinistra KonstipasiHerpes Zooster Dermatom VT 11 Sinistra KonstipasiHerpes Zooster Dermatom VT 11 Sinistra, DyspepsiaKonstipasiHerpes Zooster Dermatom VT 11 Sinistra, DyspepsiaKonstipasiHerpes Zooster Dermatom VT 11 Sinistra

8 Desember 2014Bangsal9 Desember 2014BLPL

KUNyeri (+) berkurang, luka basah (-), gatal dan panas (-), mual (-), BAB (+)TD : 130/80mmHg Nyeri (+) berkurang, luka basah (-), gatal dan panas (-), mual (-), BAB (+)TD : 130/80mmHg

Tx

Inf. RL 20 tpm Inj.ketorolac 30mg / 12 j Inj. Amoxicillin 1gr /8 j Inj. Ranitidin 50mg / 12 j Acyclovir 5x800mg MP 3x4mg Vit. B complex 3x1 Sucralfat syr 3x2cth Gentamicyn cream 2xue Opilac 1x15cc Rencana BLPL 9 Desember 2014

Acyclovir 5x800mg MP 3x4mg Vit. B complex 3x1 Sucralfat syr 3x2cth Amitriptylin 3x12,5mg Antalgin3x500mg

DxHerpes Zooster Dermatom VT 11 SinistraHerpes Zooster Dermatom VT 11 Sinistra

c. Edukasi Pasien diberikan edukasi mengenai penyakitnya, terutama penyebab, kemungkinan untuk sakit berulang, komplikasi yang dapat timbul serta pola pencegahan penyakit yang dapat dilakukan.d. Konsultasi Dijelaskan perlunya konsultasi dengan bagian spesialis kulit dan kelamin untuk penanganan dan pencegahan komplikasinya.

BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 1