Upload
ryan-hidayat
View
214
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
BDK BJM
Citation preview
Selasa, 12 Juni 2012
HOME PRODUK PERUNDANGAN PROFIL KONTAK KAMI BUKU TAMU GALERI LINK TERKAIT SITEMAP
Profil
Diklat Tenaga Teknis
Diklat Administrasi
Berita & Media
Berita Daerah
INFO TERBARU
Galeri Diklat
Widyaiswara
Rekapitulasi Diklat
Situs Terkait
Peta Situs
STRATEGI MEMBANGUN PARTISIPASI MASYARAKATTERHADAP PENDIDIKAN ISLAM
Oleh : Drs. MANSUR
AbstrakMembangun partisipasi masyarakat terhadap Madrasah telah memberikan buktibahwa peran serta masyarakat secara sadar dan aktif dengan penuhpengorbanan akan memberikan perubahan besar terhadap madrasah. Jika dilihatdari sisi maknanya, hubungan masyarakat dengan sekolah merupakankomunikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara timbal balik dalamrangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkanpembinaan kerjasama serta pemenuhan kepentingan bersama. Partisipasimasyarakat luas terhadap sekolah adalah meletakkan orang-orang yang tepatpada posisi ketua komite sekolah dan kepala sekolah. Dua posisi ini memilikiperan yang sangat strategis dalam upaya membangun dan mengelola lembagapendidikan menjadi sekolah yang unggul dan kompetitif.Kata kunci : Partisipasi masyarakat, pendidikan Islam
A. PENDAHULUAN
Dewasa ini lebih banyak sekolah yang dibangun atas inisia f masyarakat dari padasekolah yang dibangun oleh pemerintah. Sebagaimana diungkapkan oleh DirekturJenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Muhammad Ali bahwa hingga saat ini91,5 persen madrasah berstatus swasta. Hal senada disampaikan juga oleh Tilaar, bahwakonsep MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) dengan mengembalikan sekolah padapemilik aslinya yaitu masyarakat bukan hal yang baru. Awal mulanya sekolah‐sekolah diIndonesia adalah sekolah yang dibangun oleh masyarakat dan sejak Islam muncul diIndonesia. Dan sekolah ini masih bertahan hingga saat ini. Jumlahnya pun lebih besardari sekolah‐sekolah yang dibangun pemerintah. Wujud nyata par sipasi masyarakatterhadap Madrasah telah memberikan buk bahwa peran serta masyarakat secara sadardan ak f dengan penuh pengorbanan akan memberikan perubahan besar terhadapmadrasah.. Jika dilihat dari sisi maknanya, hubungan sekolah dan masyarakat memiliki penger an
Kementerian Agama RI | Kantor Balai Dilat Keagamaan Banjarmasin http://bdkbanjarmasin.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2= mans...
1 of 5
yang sangat luas sehingga masing‐masing para ahli memiliki persepsi yang berbeda‐bedahal ini tentu disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda‐beda seper diungkapkanbahwa”hubungan masyarakat dengan sekolah merupakan komunikasi dua arah antaraorganisasi dengan publik secara mbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuanmanajemen dengan meningkatkan pembinaan kerjasama serta pemenuhan kepen ngan
bersama” (Interna onal Public Rela on associa on).[1]
B. Studi Teori k Konsep Par sipasi Masyarakat
Ide meningkatkan par sipasi masyarakat terhadap sekolah merupakan kebijakannasional pendidikan di Indonesia. Kebijakan pembentukan Komite Sekolah di satuanpendidikan dan Dewan Pendidikan di ngkat propinsi dan kabupaten/kota, merupakanwujud nyata upaya konkrit pemerintah untuk meningkatkan par sipasi masyarakatterhadap sekolah. Karena konsep par sipasi secara substan f adalah keterlibatan atauperan serta masyarakat secara sukarela, baik pemikiran ataupun materi serta tenagayang mereka miliki untuk memajukan sekolah. Hingga pada tahap puncaknya adalahmasyarakat memahami dan menyadari bahwa lembaga sekolah adalah milik bersamamasyarakat dan menjadi simbol kemajuan bersama. Dengan begitu, rasa kepemilikan(ownership) dan tanggung jawab masyarakat terhadap sekolah akan berkembang,membudaya, dan berkelanjutan. Menurut Ismail seper yang diku p oleh Faisal bahwapara par sipan mau bergabung dalam suatu gerakan sosial dak terlepas dari keinsyafandan kesetujuan para par sipan itu sendiri terhadap faham beserta cita‐cita yang ditujuoleh gerakan sosial tempat mereka (para par sipan) itu bergabung. Mereka menyetujui,menerima, dan merasa mantap dengan cita‐cita gerakan sosial dimaksud. Itulah yangmembuat mereka berketetapan ha (rela) untuk bergabung dan terlibatmemperjuangkan faham beserta cita‐cita yang diusung oleh gerakan sosial
bersangkutan.[2]
C. Konsep Par sipasi Masyarakat Terhadap Sekolah Berbasis Agama
Konsep par sipasi masyarakat terhadap sekolah berbasis agama, terutama madrasah,dilihat dari aspek historis‐filosofis, justru mendapat tempat khusus bagi masyarakatMuslim, dari tahun ke tahun. Konsep par sipasi yang belakangan dikembangkan inidianggap terlambat. Muhaimin, menyebutkan bahwa dalam realitas sejarah, madrasahtumbuh dan berkembang dari, oleh dan untuk masyarakat muslim itu sendiri. Sehinggamadrasah sebenarnya sudah menerapkan konsep pendidikan berbasis masyarakat(community based educa on) dengan par sipasi masyarakat sebagai pilarnya.Indikatornya madrasah sampai saat ini masih tetap eksis, karena landasan filosofisberdirinya didorong oleh spirit agama dalam rangka pengembangan ajaran Islamiyah.Hingga saat ini kurang lebih 90% jumlah madrasah yang masih eksis di Indonesia adalah
lembaga pendidikan yang dikelola oleh swasta. Sedangkan sisanya bersatatus negeri.[3]
D. Bentuk‐Bentuk Par sipasi Masyarakat
Bentuk konkrit par sipasi masyarakat sebagaimana amanah UU Sistem PendidikanNasional (Sisdiknas) No. 20/2003 adalah di salurkan melalui dua lembaga formal yangdibentuk pemerintah sesuai dengan semangat MBS yaitu Dewan Pendidikan dan KomiteSekolah. Dua lembaga inilah sebagai pilar penopang MBS. Namun apakah dua lembagaini mampu mendorong masyarakat luas untuk berpar sipasi secara ak f terhadapsekolah, ataukah justeru sebaliknya. Sesuai dengan amanah UU ada empat bentukpar sipasi masyarakat yang tergabung dalam DP dan KS/M, yaitu (1) par sipasi dalammemberi per mbangan (advissory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakanpendidikan di satuan pendidikan; (2) par sipasi dalam bentuk memberikan dukungan(suppor ng agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalampenyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; (3) par sipasi dalam bentukmemberikan pengontrolan (controling agency) dalam rangka transparansi danakuntabilitas penyelenggaraan dan haluan pendidikan di satuan pendidikan; dan (4)mediator antara pemerintah dengan masyarakat di satuan pendidikan. Sementara itu,temuan Faisal et.all., menunjukkan bahwa par sipasi masyarakat terhadap sekolahumumnya diwujudkan dalam ga bentuk, yaitu: bentuk dana, fasilitas, danpemikiran/moral.Dari ke ga wujud bentuk par sipasi masyarakat ini, yang paling menonjol adalahpar sipasi dalam bentuk dana, kemudian diiku dengan pemikiran/moral, dan fasilitas.
Kementerian Agama RI | Kantor Balai Dilat Keagamaan Banjarmasin http://bdkbanjarmasin.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2= mans...
2 of 5
Kelompok par sipasi terbesar terhadap sekolah adalah orang tua murid, diiku alumni,dan kalangan masyarakat lainnya baik kelompok maupun individu. Anggota KomiteSekolah yang ada di ngkat satuan pendidikan sebagian besar terdiri dari orang tua siswadan alumni sekolah yang bersangkutan. Bentuk par sipasi masyarakat terhadap sekolahlebih berwujud dana karena penggerakkan atau dorongan par sipasi, terutama yangdilakukan oleh Kepala Sekolah dan Komite Sekolah, lebih diarahkan untuk menghimpundana bagi kepen ngan pengembangan sekolah. Sementara penggerakkan par sipasiuntuk menjaring pemikiran, dukungan fasilitas, dan lain‐lain dak banyak dilakukan.
E. Strategi, Mo vasi, dan Proses Membangun Par sipasi Masyarakat
Untuk dapat mendorong dan menyadarkan masyarakat agar dapat berpar sipasiterhadap sekolah, bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Akan tetapi menyita banyakpemikiran, banyak tenaga, dan banyak materi. Karena yang digerakkan adalahmasyarakat, sementara masyarakat adalah manusia, dan manusia adalah makhlukindividu. Se ap individu memiliki karakteris k sifat yang unik, khas, dinamis (berubah‐ubah), dan berbeda‐beda. Maka hal yang terpen ng adalah bagaimana mencariformulasi yang tepat, dengan berbagai upaya, strategi, dan langkah langkah konkrit yangdapat menyentuh ha para par sipan agar mau bergabung dengan lembaga par sipasimasyarakat yang dibentuk. Disini penulis akan mengemukakan strategi untuk mendorongdan menyadarkan masyarakat agar dapat berpar sipasi terhadap madrasah yaitu:pendekatan bahasa Agama dan ideologis dan pendekatan mo vasi kebutuhanpemenuhan diri (self‐fulfilment) atau pendekatan mutu.Pertama, pendekatan bahasa Agama dan ideologi. Pendekatan ini digunakan untukmemberikan pemahaman, penyadaran, dan pen ngnya par sipasi masyarakat terhadaplembaga pendidikan Islam. pendekatan ini dinilai lebih efek f dan lebih mudah untukmendorong masyarakat agar berpar sipasi terhadap madrasah. Faktor ini memilikiimplikasi pos f dan sangat efek f. Atas nama agama orang akan rela bekorban apa sajayang ia miliki hingga diri sekalipun. Hal ini sangat dituntut keberadaan kepala sekolahyang trampil dan mempunyai mo vasi nggi untuk memajukan sekolah tersebut, karenaPemimpin adalah lokus utama sebagai pengggerak, pendorong, penuntun dan uswah(di ru)Kedua, pendekatan mo vasi kebutuhan pemenuhan diri (self‐fulfilment) ataupendekatan mutu. Pendekatan ini digunakan untuk menggerakkan dan mendorongmasyarakat yang memiliki ngkat pendidikan dan pemahaman yang nggi terhadapdunia pendidikan. Bahwa masalah kualitas mutu merupakan harapan dan pilihan semuaorang. Tidak ada satupun anak manusia memilih memasukkan anaknya pada suatulembaga apapun tanpa memilih faktor kualitas mutu. Semua orang tua yang memilikikesadaran akan pen ngnya ilmu pengetahuan sebagai agent perubahan (the change ofknowledge) dan ilmu pengetahuan sebagai energi kekuatan (the power of knowledge)bagi putra putrinya, maka masalah biaya dak menjadi persoalan fundamental untukmemilih sekolah‐sekolah yang baik. Tipe masyarakat model ini, melihat bahwa anakadalah investasi yang dak ada nilainya dengan materi lainnya. Sehingga merekamengeluarkan biaya sebesar apapun, mereka rela, puas, dan senang. Akan tetapi merekamenaruh harapan besar dan selalu menuntut buk yang menawarkan jaminan mutu.Dua strategi gerakan inilah barangkali akan memberikan terapi yang tepat untukmendapatkan par sipasi permanen atau rasa kepemilikan (ownership) terhadap sekolah
dapat terwujud sesuai impian.[4]
Tanpa strategi dan langkah‐langkah tersebut, konseppar sipasi terhadap sekolah khusunya di Indonesia akan mengalami kebuntuan.Pada aspek lain yang terpen ng harus diketahui pihak madrasah dan komite adalahaspek kultur dan apa yang menjadi mo vasi masyarakat sekitarnya. Se ap ak fitasapapun yang dilakukan manusia sangat tergantung pada aspek mo vasinya. Aspekmo vasi ini dalam pandangan Islam dikenal dengan is lah "niat". Sebagaimana dalamsebuah riwayat dijelaskan bahwa "innamal `amālū binniyat" ( ap ak fitas tergantungpada niatnya)." Ar nya, Islam melihat etos dan mo vasi par sipasi masyarakat se apumatnya cukup dilihat pada bagaimana niat atau mo vasi seseorang. Jika niat ataumo vasi masyarakat berpar sipasi itu ibadah, maka masyarakat secara sukarela denganpenuh keikhlasan berbondong‐bondong berpar sipasi terhadap madrasah. Dengandemikian, sekolah dan komite akan mudah mendapatkan par sipasi masyarakat luas.
F. Fungsi dan Tugas Pokok Komite Sekolah/Madrasah (KS/M)
Untuk menjalankan roda organisasi, maka KS/M harus memiliki fungsi dan tugas pokok.Fungsi dan tugas pokok dimaksud adalah sebagai: 1. Memberi per mbangan (advissory
Kementerian Agama RI | Kantor Balai Dilat Keagamaan Banjarmasin http://bdkbanjarmasin.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2= mans...
3 of 5
agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.Aspek ini, menjalankan enam fungsi manajemen pendidikan yaitu:
1. pengelolaan kurikulum dan pengajaran. Wilayah kerja: (a) memberi masukantentang kurikulum muatan lokal; (b) memberi per mbangantentang pelajarantambahan; (c) memberi per mbangan tentang norma kenaikan kelas dan mutasisiswa; (d) bersama sekolah ikut merencanakan peningkatan mutu danpengembangan akademik; (e) memberi masukan tentang program pembelajarandan evaluasi; (f) bersama sekolah membuat visi, misi, tupoksi, kebijakan danprogram pendidikan dalam menjalankan tugas pokoknya.2. pengelolaan ketenagaan.3. pendukung (suppor ng agency) baik yang berwujud finansial,4. pengontrol (controling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitaspenyelenggaraan dan haluan pendidikan di satuan pendidikan.
G. Bentuk, Pola, dan Tahapan Kerja Mendorong Par sipasi Masyarakat
Untuk mendorong masyarakat agar berpar sipasi terhadap sekolah, di sampingmenggunakan pendekatan teori gerakan sosial, mo vasi, dan konsep Agama, seperdiuraikan di awal, pendekatan yang lain untuk mendorong par sipasi masyarakat luasterhadap sekolah adalah meletakkan orang‐orang yang tepat pada posisi ketua komitesekolah dan kepala sekolah. Dua posisi ini memiliki peran yang sangat strategis dalamupaya membangun dan mengelola lembaga pendidikan menjadi sekolah yang unggul dankompe f. Dengan demikian, untuk mendorong par sipasi masyarakat luas agarberpar sipasi terhadap sekolah, maka diperlukan bentuk dan pola kerja yang terukur,terarah, dan sistemik. Esensi pokok penerapan pelembagaan par sipasi masyarakatdalam bentuk KS/M adalah bersama sekolah meningkatkan mutu pendidikan nasional.Mutu, menurut Arcaro adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaranyang dihasilkan. Mutu sesuatu yang terukur dan rasional”. Dalam “Winston Dic onary(1956), seper diku p oleh Azwar (1996: P.48), menyebutkan bahwa, mutu adalahngkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diama .
H. Kesimpulan
Dari beberapa uraian tersebut di atas dapa t disimpulkan sebagai berikut :1. Ada beberpa langkah untuk membangun par sipasi masyarakat terhadappendidikan, yaitu :a. Pendekatan bahasa Agama dan ideologis dan pendekatan mo vasikebutuhan pemenuhan diri (self‐fulfilment) atau pendekatan mutub. leadership kepala sekolah. Pemimpin adalah lokus utama sebagai penggerak,pendorong, penuntun, dan uswah (di ru)
DAFTAR PUSTAKA
Abraham H, Maslow., Seri Manajemen Nomor 104 A, Mo vasi dan Kepribadian I: TeoriMo vasi dengan Pendekatan Hierarki Kebutuhan Manusia,Penerjemah, Nurul Iman, PT.Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta,1994. Aedi Nur & Elin Rosalin. Manajemen Pendidikan .Bandung: Alfabeta, 2011.Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006 Sanapiah, Faisal et.all., Par sipasi Masyarakat terhadap Sekolah: Pelajaran dariLapangan untuk Mewujudkan Visi Direktorat Pembinaan SMP, UM Press, Malang, 2000.
Kementerian Agama RI | Kantor Balai Dilat Keagamaan Banjarmasin http://bdkbanjarmasin.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2= mans...
4 of 5
[1] Nur Aedi & Elin Rosalin. Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), cet‐4,h.278
[2] Faisal, San apiah et.all., Partisipasi Masyarakat terhadap Sekolah: Pelajarandari
Lapangan untuk Mewujudkan Visi Direktorat Pembinaan SMP,(UM Press, Malang,2007).h.180[3]
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006).h.104
[4] Maslow, Abraham H., Seri Manajemen Nomor 104 A, Motivasi dan Kepribadian I:
Teori Motivasi dengan Pendekatan Hierarki Kebutuhan Manusia,Penerjemah, Nuru lIman, (PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta,1994).h.24
©2010 Kementerian Agama Republik Indonesia Pusat Informasi Keagamaan dan KehumasanHalaman ini diproses dalam waktu 0.008278 detik
Kementerian Agama RI | Kantor Balai Dilat Keagamaan Banjarmasin http://bdkbanjarmasin.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2= mans...
5 of 5