Dsisstres spiritual.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Dsisstres spiritualYang berhungan dengan terpisah dari ikatan keagamaan dan budaya

Definisi

Terpisah atau terasing dari tradisi atau nilai

Pengkajian

1. Status budaya, meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, kewarganegaraan, ras, suku bangsa, sikap terhadap kesehatan dan penyakit, kebiasaan, praktik, dan ritual kesehatan

2. Status keluarga meliputi, status perkawinan (peran keluarga), meliputi perasaan pasien bahwa kematiannya akan membuat perubahan fungsi keluarga, komunikasi keluarga, kemampuan keluarga untuk memenui kebutuhan fisik dan emosional pasien pentingnya identifikasi keagamaan bagi keluarga sejauh mana agama menetapkan system nilai norma dan perbuatan; pola koping

3. Satatus psikologis, meliputi perubahan nafsu makan, tingkat energy, motifasi, hygiene, citra diri, pola tidur, hasrat seksual,; dampak kondisi medis (diagnosis, gejala, prognosis, kronologi penyakit); perubahan gaya hidup dan kemampuan pasien dalam memenuhi tujuan hidup; makna kondisi medis bagi pasien; perubahan hidup, meliputi awitan eksaserbasi kondisi medis, perasaan tanggung jawab terhadap kondisi, menifestasi penyakit dan derajat gangguan fungsi; Brief Psychiatric Rating Scale, Mini Mental Status Examination4. Status social, meliputi menarik diri, kurang kontak mata, suka mengganggu, respon tidak sesuai, penurunankemampuan berfungsi dalam peran social dan pekerjaan

5. Status spiritual, meliputi agama yang di anut, persepsi terhadap praktik keyakinan dan keagamaan saat ini, kepercayaan spiritual yang terkait dengan distres saat ini, perubahan praktik spiritual, hubungan antara kepercayaan spirituan dan kehudipan sehari-hari (pengaruh penguatan dan penolakan hidup), kebutuan spiritual yang tidak terpenuhi (maksud dan tujuan, rasa cinta dan hubungan, memaafkan); menangis, fanatisme, putus asa, menarik diri

Batasan karakteristik1. Menanyakan makna eksistansi diri

2. Menanyakan makna penderitaan

3. Mencari bantuan spiritual

4. Tampak marah kepada Tuhan

5. Tampak mengalami penurunan atau menolak untuk berpartisipasi dalam praktik keagamaan yang biasa dilakukan

6. Tampak mengalihkan marah terhadap pemuka agama

7. Mengungkapkan keluhan secara verbal tentang makna hidup dan kematian atau system kepercayaan

8. Menyatakan konflik internal tentang kepercayaan

Diagnosis yang berhubungan (dipilih)

Diagnosis ini dapat terjadi pada semua pasien rawat inap, bergantung pada faktor individu dan lingkungan.

Hasil yang diharapkan

1. Pasien menyampaikan konflik tentang kepercayaan (1,2)

2. Pasien mengidentifikasi sumber konflik spiritual (3,4)

3. Pasien menentukan segala bantuan spiritual yang diperlukan (5,6,7)

4. Pasien mendiskusikan kepercayaan yang berkaitan dengan praktik keagamaan (8,9)

5. Pasien mengidentifikasi teknik koping untuk mengatasi ketidaknyamanan spiritual (1,2,3,4,5,6,7,8,9)

6. Pasien mengungkapkan kenyamanan spiritual (3,4,5,6,7,8,9)

Intervensi danrasional

1. Dengarkan isyarat yang menunjukkan perasaan pasien ( Mengapa Tuhsn melakukan ini padaku? atau tuhan menghukumku). Mendengar aktif menunjukkan perhatian terhadap pasien dan memungkinkan perawat untuk menendengan pesan penting yang mengindikasikan distress spiritual.2. Lakukan pendekatan kepada pasien dengan cara yang tidak menghakimi untuk berfokus pada perasaan pasien, tanpa menilai mereka benar atau salah, baik atau buruk.3. Kenali keluhan spiritual pasien dan dorong untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk membantu hubungan terapeutik.

4. Bantu pasien untuk mengidentifikasikan dalam istilah konkret tentang masalah yang mengakibatkan konflik internal. Ini merupakan langkah pertama dalam menyusun strategi untuk mengatasi konflik.5. Atur kunjungan rohanian, bila memungkinkan, sehingga dapat menggunakan sumber spiritual dari ahli agama untuk membantu pasien.

6. Dorong pasien untuk tetap melakukan praktik keagamaan selama hospitalisasi; lakukan apapun yang diperlukan untuk memudahkan. Contoh :

a. Bila pasien biasa membaca kitab suci dan tidak memilihnya, bantu untuk memperolehnya.

b. Bila seseorang perempuan islam menggunakan krudung, izinkan dia ubtuk tetap menggunakannya bila memungkinkan.c. Apabila makanan tertentu dilarang atau diperlukan, sesuai tradisi keagamaan pasien, upayakan untuk mengkomunikasikan kebutuhan tersebut ke bagian gizi dan kebutuhan tersebut dipenuhi.Tindakan tersebut menunjukkan perhatian, penerimaan, dan dukungan untuk pasien.

7. Komunikasukan dan kolaborasikan dengan ahli spiritual pasien atau rohaniwan rumah sakit, bila memungkinkan, untuk memberikan perawatan yang konsisten dan menyediakan data yang lebih komplet.

8. Atur supaya pasien memiliki benda disamping tempat tidur yang memberikan kenyamanan spiritual (alquran, tasbih, dan kaligrafi) benda spiritual tersebut secara signifikan dapat memengaruhi kemampuan pasien untuk menurunkan konflik 9. Berikan prifasi selama pasien dikunjungi oleh ahli spiritual rumah sakit untuk menunjukkan respek terhadap hubungan pasien dengan rohaniwan

Dokumentasi

1. Ungkapan keluahan pasien tentang masalah spiritual, baik langsung maupun tersirat

2. Obserfasi tentang distress spiritual atau kesejahteraan spiritual

3. Intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan spiritual

4. Observasi respon pasien terhadap intervensi

5. Evaluasi masing-masing hasil yang diharapkan.

RISIKO DISTRES SPIRITUAL

Definisi

Beresiko terpisah dari ikatan realigius dan cultural

Pengkajian

1. Riwayat kesehayan, meliputi penyakit, debilitas (contoh, atritis rheumatoid); penyakit terminal; kanker rekuren; kondisi yang mengubah citra tubuh (contoh, luka bakar, jaringan parut); kekambuhan atau pemburukan penyakit neorologis (contoh, sklerosis multiple); alkoholisme, depresi, penyalahgunaan; cidera traumatic mayor

2. Dampak penyakit, cedera, atau disabilitas yang di alami saat ini terhadap gaya hidup3. Atatus spiritual, keyakinan yangdi anut, kepercayaan, praktek keagamaan; hubungan dengan pemuka agama (pendeta, kyai, rabi); kepercayaan tentang hidup, mati,penderitaan

4. Status psikologis, meliputi presepsi tentang diri, citra tubuh, kemampuan mengatasi masalah, mekanisme koping; sumber dukungan(keluarga, pasangan, teman, pemberi asuhan); presepsi tentang diagnosis medis atau masalah kesehatan( kemajuan, keparahan, prognosis, pilihan penanganan); reaksi terhadap penyakit, cidera atau distabilitas; citra diri, alam perasaan, prilaku, motivasi, tingkat energy; stressor,(keuangan, pekerjaan, perselisihan perkawinan atau pasangan, kehilangan karena kematian atau perpisahan); pengungkapan duka cita; perubahan pola tidur

5. Status keluarga meliputi status sosio ekonomi; kualitas hubungan; polan komunikasi, metode penyelesaian konflik; kemampuan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosional, dan social pasien; tujuan keluarga

FAKTOR RESIKO

1. Perubahan kemampuan untuk melukan praktik religious karena penyakit atau hospitalisasi

2. Gangguan system kepercayaan

3. Kurang dukungan yang berkenaan dengan kepercayaan dan praktek religious

4. Kehilangan nafsu makan, gangguan pola tidur, perubahan pola latian fisik dan pola makan

5. Baru saja mengalami peristiwa yang mengancam jiwa( seperti cidera traumatic, atau luka bakar yang parah) yang mengakibatkan disabilitas

6. Pernyataan yang mengindikasikan keraguan dan kehampaan spiritual

7. Kepercayaan dan praktek religious yang keluar

DIAGNOSIS MEDIS YANG BERHUBUNGAn

Penyakit metastatic lanjut, penyakit ginjal stadium akhir,exaserbasi atau kekambuhan sklerosis multiple, infark miokart, kekambuhan kangker, penyakit terminal, gangguan kejang tak terkontrol.

HASIL YANG DI HARAPKAN

1. Pasien mendiskusikan kepercayaan religiusnya saat ini

2. Pasien mendiskusikan efek penyakit, cidera, atau disabilitas terhadap kepercayaan dan praktik spiritual

3. Pasien menggunakan tehnik koping yang sehat untuk mempertahan kan kesejahteraan spiritual

4. Pasien mengungkapkan perasaan kesejahteraan spiritual

5. Pasien di dukuing dalam upayanya mengikuti secara spiritual dalam melakukan koping terhadap penyakit, cidera, atau disabilitas6. Pasien menghubungi anggota keluarga, pasangan, kyai, pendeta, rabi atau yang lainnya untuk mendapatkan bantuan.

INTERVENSI DAN RASIONAL

1. Kaji arti pentingnya spiritual dalam kehidupan pasien dan dalam koping terhadap penyakit. Perhatikan partisipasi pasien dalam ritual dan praktik keagamaan serta keinginan pasien untuk mendiskusikan kepercayaan spiritual. Kaji dampak penyakit, cidera, atau disabilitas terhadap pamdangan spiritual pasien. Pengkajian yang akurat tentang arti spiritual bagi pasien di perlukan sebelum melakukan intervensi.

2. Kaji keingina pasien untuk membantu koping terhadap masalah spiritual untuk menentukan sejauh mana pasien termotivasi untuk membicarakan keluhan spiritual dan terbuka untuk menerima bantuan dari orang lain

3. Ungkapan keingina untuk mendiskusikan spiritualitas bila pasien menghendaki untuk mengurangi isolasi dan membuat masalah spiritual menjadi terbuka

4. Dorong pasien untuk membicarakan kepercayaan dan praktik religious. Dengarkan secara aktif ketika pasien membicarakan keluhan spiritualnya untuk menumbuhkan diskusi terbuka5. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan yang berkaitan dengan pengalaman yang mengancam jiwanya saat ini untuk membantunya mengklarifikasi dan melakukan koping terhadap perasaannya.6. Komunikasikan kepada pasien bahwa anda menerima ungkapan keluhan spiritualnya, walaupun perasannya marah dan negative, untuk meyakinkan pasien bahwa perasaannya benar

7. Tunjukkan kesediaan untuk berdoa bersama pasien, bila ia menghendaki, untuk Memberikandukungan spiritual8. Pertahankan prilaku yang tidak menghakimi. Pertahankan percakapan berfokus spiritual pasien untuk mempertahankan nilai terapiotik interaksi anda dengan pasien.9. Berikan kuntiunitas praktik religus pasien ( contoh, bantu ia mendapatkan benda ritual dan menghormati pembatasan diet, bila mungkin ) untuk menunjukkan dukungan dan menyampaikan kepedulian dan penerimaan terhadap pasien.10. Atur kunjungan oleh rohaniwan, bila memungkinkan, untuk memberikaan dukungan kemampuan spiritual terhadap pasien . berikan prifasi selama kunjungan.

11. Kolaborasi dengan rohaniwan atau rohaniwan rumah sakit dengan menyusun rencana untuk menginteragsikan intervensi spiritual dan perawatan pasien untuk menjamin kontiunitas keperawatan. Dukumentasi Pernyataan pasien mengenai kepercayaan dan praktik religus.

Pernyataan pasien yang mengidikasikan efek krisis saat ini terhadap pandangan spiritual

Pernyataan pasien tentang ritual dan praktik yang dapat membantu mempertahankan ke sejahteraan spiritual

Pernyataan pasien yang mengindikasikan keefektifan intervensi untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual Kunjungan oleh penasehat spiritual yang di pilih

Rujukan tambahan ke pemuka agama atau rohaniwan rumah sakit

Evaluasi masing-masing yang diharapkan