10
 M aj elisH a k im Yan gTer h or mat, Jak s a Pe nu ntut U mum, S e rta H adirinSid an gY an gK ami H or mati; B e r kai tan den gan j aw aban at as N ota Pem bel aan yang t el ah di s am pai kan ol e h S au dar aPenu n t ut U mum pada si dan gh ar i Seni n ter t an gg al 01 November20 10 . D e n g an i n i per ke n an kan l ah kami, u n t u k menyam pai kan teri ma kasi h kepada M aj el isH aki m yang t el ah membe r i kan kese mpat an ke pada kami ,selaku Penasi hatH ukum  Ter d a k w a , untu k men y u s u n , mena n d a t a n g a ni, d a n me n g a j u k a n  Tan g g a p an Pena s i hatH u k u m a t as J a w a b an Pemb el a an Penun t ut U mu m ( D u p li ek ) i n i , yan gber ken aanden gan p en gaj u anR epl i k ol eh Pe nu nt ut U mum t erhadap T e r da kwa y ang ka misusun de ng an h ar apan ag arM aj el i s H aki m mend apatg ambar an yang l ebi h j e l as, l en gk ap, ak urat, ser t amen d eka t i sempur n aat asp er k ara inca su . H u ku m har u s l ah di t er apkan se bag ai mana mesti nya , bag i si ap ap u n j u gay an gt elah mel ak u ka nsuat u per bu atan yangt er masu k di da l am ku ali k asi per bu atan pi da n a. A ka n t e t ap i ka mi mengak u i  bah w a t e r k a d a n g o b y e k ti tas dan r as i o n al i tas p i ki r a n dalam meman dan g suatu per bu at an tak l u pu tdari pengar u h per go l akan h at i yan g ce n d er u n g lebih su byekti f d an r entan di p en gar u h iol eh keadaan.S ebag ai man a yang ki ta ket ah u i dari per i bah asa yan g  b er b u n y i“Tiada ga di n g yang tak r etak”. Sesem pur na ap ap un

Duplik Full

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SSSSSSSSSSSSSSSS

Citation preview

Majelis Hakim Yang Terhormat,Jaksa Penuntut Umum, SertaHadirin Sidang Yang Kami Hormati;

Berkaitan dengan jawaban atas Nota Pembelaan yang telah disampaikan oleh Saudara Penuntut Umum pada sidang hari Senin tertanggal 01 November 2010. Dengan ini perkenankanlah kami, untuk menyampaikan terima kasih kepada Majelis Hakim yang telah memberikan kesempatan kepada kami, selaku Penasihat Hukum Terdakwa, untuk menyusun, menandatangani, dan mengajukan Tanggapan Penasihat Hukum atas Jawaban Pembelaan Penuntut Umum (Dupliek) ini, yang berkenaan dengan pengajuan Replik oleh Penuntut Umum terhadap Terdakwa yang kami susun dengan harapan agar Majelis Hakim mendapat gambaran yang lebih jelas, lengkap, akurat, serta mendekati sempurna atas perkara in casu.Hukum haruslah diterapkan sebagaimana mestinya, bagi siapapun juga yang telah melakukan suatu perbuatan yang termasuk di dalam kualifikasi perbuatan pidana. Akan tetapi kami mengakui bahwa terkadang obyektifitas dan rasionalitas pikiran dalam memandang suatu perbuatan tak luput dari pengaruh pergolakan hati yang cenderung lebih subyektif dan rentan dipengaruhi oleh keadaan. Sebagaimana yang kita ketahui dari peribahasa yang berbunyi Tiada gading yang tak retak. Sesempurna apapun sesuatu hal pasti memiliki kekurangan karena hanya Tuhan Yang Maha Esa yang sempurna. Meskipun demikian, kami masih menaruh harapan dan keyakinan yang besar bahwa Majelis Hakim yang didaulat untuk memimpin persidangan ini, tetap mampu menerapkan hukum sebagaimana mestinya tanpa memihak siapapun dalam menerapkan hukum dan memberi putusannya.Majelis Hakim Yang TerhormatSetelah mendengar Jawaban pembelaan yang disampaikan Penuntut Umum. Dengan ini kami akan menyampaikan Tanggapan atas Jawaban pembelaan kami sebagai berikut:I. TERDAKWA ADALAH SEORANG PECANDUSesuai dengan undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika yang termaktub pada pasal 54, 55, dan 103 yang menyatakan bahwa setiap pecandu Narkotika dan Korban Peyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi.Namun pada praktek dilapangan masih ada para penegak hukum yang mempunyai paradigma baik pecandu dan korban penyalahgunaan Narkotika dan pengedar harus dihukum. Oleh karena itu maka dibuatlah Peraturan Bersama (Perber) tujuh kementerian yaitu Mahkamah Agung, Kementerian Hukum dan HAM, Jaksa Agung, Kepolisian Republik Indonesia, BNN, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Sosial dan telah ditandatangani bersama pada tanggal 11 Maret 2014 yang disaksikan oleh Wakil PresidenPeraturan Bersama ini pada intinya untuk mengkoordinasikan dan untuk menyamakan persepi diantara tujuh kementerian tersebut, bahwa setiap pecandu dan korban penyalahgunaan narkoba wajib direhabilitasi. Menurut Darmawel .Perber merupakan mekanisme hukum dalam mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, khususnya pelaksanaan rehabilitasi bagi pecandu dan korban penyalahguna Narkotika sebagaimana telah diatur dalam Pasal 54, 55, dan 103.

Perber ini juga, menurut Darmawel, merupakan solusi yang efektif untuk membantu Kementerian Hukum dan HAM dalam mengatasi over capacity di dalam Lapas. Perlu diketahui bahwa data jumlah Napi Narkotika di dalam Lapas per 30 Agustus 2013 yang dikeluarkan oleh KemenkumHAM, sebesar 38,83% atau sejumlah 15.200 orang dari 39.174 orang merupakan pecandu. Jika ini Perber ini diberlakukan, maka masalah over capacity dapat teratasi.

Maka jika para pecandu tertangkap oleh Polisi maupun BNN, mereka tidak serta merta langsung dipidana penjara, namun mereka harus melalui proses assemen, untuk menentukan apakah dia termasuk pengedar atau pecandu dan korban penyalahguna narkoba. Jika terbukti menjadi pecandu dan korban penyalahguna narkoba maka ia dapat direhabilitasi. Dan kami mengutip pernyataan Deputi Pemberdayaan Masyarakat BNN, Bachtiar Tambunan, ketika ditemui di markas kelompok musik Slank di Jakarta, Rabu (27/5) dari (http://waspada.co.id/warta/rehabilitasi-gratis-pecandu-narkoba-tak-dihukum/) bahwa Penyalahguna itu orang sakit yang perlu disembuhkan. Ole karena itu Menjebloskan pecandu narkoba ke penjara, bukan merupakan pilihan tepat. Mereka sebaiknya diehabilitasi dan Landasan hukumnya adalah pasal 4 Undang-Undang (UU) 35/ 2009 dan pasal 54 UU 35/2009. Kedua UU tersebut merupakan tanggapan terhadap konvensi narkotika internasional yakni konvensi tunggal tentang narkotika 1961 (diadopsi dengan UU no. 8/1976) dan konvensi PBB tahun 1988 (diadopsi dengan UU No.7/1997).Terkait persoalan banyaknya pecandu yang dipenjara, menurutnya, hal itu erat berhubungan dengan pasal-pasal yang dipakai dalam keputusan hukum dan adanya ketimpangan pemahaman terkait perbedaan antara pengguna biasa, pencandu dan pengedar.Karena memang Pencandu itu beda dengan pengguna dan pengedar. Pencandu wajib direhabilitasi karena ia sudah terganggu kesehatan dan pikirannya,.Dalam persoalan narkotika, para hakim kerapkali memakai Undang-Undang Pidana (KUHP). Dan itulah sumber disparitas hukum (ketidakadilan) yakni masalah yang sama, tetapi dikenai hukuman yang berbeda. Dan apabila dilihat senyatanya bahwa Jangan dikira rehabilitasi bukan hukuman. Rehabilitasi adalah hukuman bagi pengguna yang sakit. Dan dalam hal ini Diperlukan suatu pemeriksaan kesehatan yang teliti, apakah seseorang dipandang penyalahguna biasa atau penyalahguna kecanduan atau ketergantungan. proses penanganan penyidikan masalah narkoba sangat bergantung pada pemahaman aparat hukum karena Penyalahguna seringkali dikenai pada pengguna yang ditangkap sedang memakai dan menggunakan. Sedangkan pemakai/ pengguna yang memiliki, menguasai sisa narkotika atau persediaan dalam batas tertentu kerap dianggap bukan penyalahguna, dan didakwa melanggar pasal-pasal pengedar, meskipun setelah diperiksa urin positif mengandung narkotikaApabila dilihat dalam perkara ini Bahwa selama persidangan ditemukan fakta terdakwa menjadi pecandu narkotika sejak tahun 1997 dengan jenis yang berganti-ganti, dan sejak 2008 sudah menjadi pcandu narkotika jenis putauw.Bahwa pada malam sebelum terjadi penangkapan, tepatnya pukul 23.00 WIB tanggal 6 Mei 2010 terdakwa menggunakan putauw dengan media jarum suntik, dan sebelumnya terdakwa setiap hari menggunakan putauw. Dengan demikian sampai saat ini terdakwa adalah pecandu berat narkotika jenis putauw.Fakta ini diperoleh berdasarkan keterangan saksi VERA ROHIANA, yang merupakan teman terdakwa sejak tahun 2007, dan sekaligus sebagai sesame pengguna narkotika.Saksi pernah beberapa kali melihat terdakwa menggunakan putauw dan melihat terdakwa beberapa kali sakauw. Keterangannya bersesuaian dengan keterangan saksi dr. METTA SARASWATI yang mengetahui bahwa terdakwa adalah pecandu narkotika jenis putauw. Bersesuaian pula dengan keterangan terdakwa yang mengakui dengan benar bahwa dirinya adalah pecandu berat narkotika.Bahwa awal mulanya terdakwa adalah korban broken home dan tertekan mlihat kondisi papanya yang sakit, dengan beban kebutuhan keluarga yang sangat berat. Sayang iman terdakwa tidak kuat dan tergiur dengan barang haram. Dari situ lalu terdakwa coba-coba dan mulai sering merasakan ketagihan narkotika, sampai akhirnya benar-benar menjadi pecandu. Fakta ini diperoleh berdasarkan keterangan saksi VERA ROHIANA dan bersesuaian dengan keterangan terdakwa.Proses pengobatan pecandu narkotika secara psikis jauh lebih berat daripada pengobatan secara fisik. Apabila mengobati sakau/gejala putus obat dapat dilakukan dalam waktu paling lama satu minggu maka tidak demikian dengan penyembuhan psikis. Lebih ekstrem agi penyembuhan seumur hidup ketergantungan secara psikis tidak dapat disembuhkan.Begitu juga dengan terdakwa, secara psikis sugesti menggunakan narkotika masih sangatbesar. Dalam persidangan kami menyuruh terdakwa menggunakan putauw dan jarum suntik untuk mempraktikkan cara-cara menggunakan putauw. Seketika itu ada reaksi fisik terdakwa gemetar, muka merah, dan mual-mual.Hal demikian jelas membuktikan bahwa sugesti terdakwa masih sangat besar dan tak terkendali untuk tetap menggunakan narkotika. Sesuai dengan kesaksian dr. METTA SARASWATI bahwa secara fisik mungkin bisa sembuh, namun secara psikis belum tentu, karena pengobatan/penyembuhan secara psikis jauh lebih sulit dilakukan.Oleh karena melihat fakta-fakta persidangan tersebut bahwa memang benarlah bahwa terdakawa adalah seorang pecandu yang perlu direhabilitasi bukan malah dipidana.Dalam hal ini kami mengutip pendapat Tan Pariaman sejak dahulu kala sudah dirasakan, bahwa tidak adil untuk menghukum seseorang penderita gangguan jiwa yang melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Dan dalam hal ini kami juga akan meberikan adagiumIN DUBIO PRO REOAdagium tersebut terdiri dari kata IN DUBIO yang berarti dalam keraguan (in doubt) dan PRO REO yang berati memihak Terdakwa. Bila disatukan secara utuh, adagium tersebut mensyaratkan bila Majelis Hakim ragu-ragu akan suatu kesalahan yang dituduhkan kepada Terdakwa, maka segala keputusannya harus memihak atau condong kepada Terdakwa dalam hal ini BIARKAN NERACA TIMBANGAN JOMPLANG MENGARAH KEPADA TERDAKWA.

Majelis Hakim Yang Terhormat,Jaksa Penuntut Umum, sertaHadirin Sidang Yang Kami Hormati ;Bahwa pada intinya, kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa tetap berpegang teguh pada dalil dan argumen yang telah kami sampaikan dalam Nota Pembelaan dan tidak sepakat dengan saudara Penuntut Umum. Oleh karena itu, Kami memohon agar seluruh dalil, argumen, dan dasar hukum yang telah disampaikan dalam Nota Pembelaan sebelumnya dianggap termuat serta secara mutatis mutandis menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan dalil, argumen, dan dasar hukum dalam tanggapan ini. Maka berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan sebelumnya, Kami selaku Penasehat Hukum Terdakwa DAMAR SETIYAKI ALS GLATIK BIN KAMSO KHOLIBAN dengan segala kerendahan hati memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Banyumas untuk memutuskan :1. Oleh karena itu kami mohon Kepada Yang Terhormat Majelis Hakim agar memutus terdakwa dengan PUTUSAN BEBAS (VRIJSPRAAK)2. Atau seandainya terdakwa dinyatakan terbukti bersalah maka kami mohon Yang Terhormat Majelis Hakim memerintahkan agar kepada terdakwa dilakukan REHABILITASI baik medis atapu social.3. Memulihkan harkat, martabat, dan kedudukan Terdakwa 4. Membebankan biaya perkara kepada Negara.

Hormat KamiTim Penasihat Hukum TerdakwaFiat Jucticia Et Pereat MundusAMRIZAL AND PARTNERS YANG BERKANTOR DI PURI INDAH BLOK B-38,KARANGLASEM PURWOKERTO JAWA TENGAH