12
Persepsi Mahasiswa Tentang Tingkat Kesiapan Sarana Evaluasi Pembelajaran Computer-Based Test pada Ujian Multiple Choice Question di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Tahun 2014 Dwi Jaya Sari 1 , Aditiawati 2 , dan Safyudin 3 1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya 2. Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya 3. Departemen Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya Jl.Dr.Mohammad Ali Komplek RSMH KM.3,5, Palembang, 30216, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Sejak tahun 2014 FK Unsri mulai menerapkan Computer-Based Test (CBT) untuk ujian Multiple Choice Question (MCQ). Perubahan evaluasi pembelajaran mahasiswa dari Paper- Based Test (PBT) menjadi CBT ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang tingkat kesiapan evaluasi pembelajaran CBT pada ujian MCQ di FK Unsri tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mendapatkan persepsi mahasiswa tentang proses sosialisasi, persiapan hingga pelaksanaan ujian CBT. Populasi penelitian adalah mahasiswa angkatan 2011, 2012, 2013 dan 2014. Dengan teknik proportional stratified random sampling didapatkan 300 responden. Dari penelitian ini didapatkan persepsi mahasiswa mengenai tingkat kesiapan dari setiap sarana CBT sudah berada pada kategori baik dengan persentase masing-masing 59% untuk gedung/kelas ujian, 67% untuk jumlah komputer, 80% untuk sistem dan jaringan koneksi internet, 72% untuk supply listrik. Sosialisasi pra-ujian sebesar 57%. Pelaksanaan ujian juga sudah berada pada kategori baik dengan masing-masing persentase 62% untuk jadwal dan waktu ujian, 65% untuk kualitas bank soal, 63% untuk randomisasi soal, 85% untuk waktu pengumuman hasil ujian, dan 69% untuk media pengumuman hasil ujian. Secara keseluruhan, mahasiswa memiliki persepsi bahwa FK Unsri sudah cukup siap untuk melaksanakan CBT. Kata Kunci: computer-based test, sarana evaluasi, tingkat kesiapan, persepsi. Abstrak Since 2014 Medical Faculty of Unsri has implemented Computer-Based Test (CBT) on Multiple Choice Question (MCQ) exam. The changes from Paper-Based Test (PBT) assessment to CBT assessment created the pros and cons in students. This study

Dwi Jaya Sari - Persepsi Mahasiswa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

vncgfcf

Citation preview

Persepsi Mahasiswa Tentang Tingkat Kesiapan Sarana Evaluasi Pembelajaran Computer-Based Test pada Ujian Multiple Choice Question di Fakultas

Kedokteran Universitas Sriwijaya Tahun 2014

Dwi Jaya Sari1, Aditiawati2, dan Safyudin3

1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya

2. Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya

3. Departemen Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya

Jl.Dr.Mohammad Ali Komplek RSMH KM.3,5, Palembang, 30216, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Sejak tahun 2014 FK Unsri mulai menerapkan Computer-Based Test (CBT) untuk ujian Multiple Choice Question (MCQ). Perubahan evaluasi pembelajaran mahasiswa dari Paper-Based Test (PBT) menjadi CBT ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang tingkat kesiapan evaluasi pembelajaran CBT pada ujian MCQ di FK Unsri tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mendapatkan persepsi mahasiswa tentang proses sosialisasi, persiapan hingga pelaksanaan ujian CBT. Populasi penelitian adalah mahasiswa angkatan 2011, 2012, 2013 dan 2014. Dengan teknik proportional stratified random sampling didapatkan 300 responden. Dari penelitian ini didapatkan persepsi mahasiswa mengenai tingkat kesiapan dari setiap sarana CBT sudah berada pada kategori baik dengan persentase masing-masing 59% untuk gedung/kelas ujian, 67% untuk jumlah komputer, 80% untuk sistem dan jaringan koneksi internet, 72% untuk supply listrik. Sosialisasi pra-ujian sebesar 57%. Pelaksanaan ujian juga sudah berada pada kategori baik dengan masing-masing persentase 62% untuk jadwal dan waktu ujian, 65% untuk kualitas bank soal, 63% untuk randomisasi soal, 85% untuk waktu pengumuman hasil ujian, dan 69% untuk media pengumuman hasil ujian. Secara keseluruhan, mahasiswa memiliki persepsi bahwa FK Unsri sudah cukup siap untuk melaksanakan CBT.

Kata Kunci: computer-based test, sarana evaluasi, tingkat kesiapan, persepsi.

Abstrak

Since 2014 Medical Faculty of Unsri has implemented Computer-Based Test (CBT) on Multiple Choice Question (MCQ) exam. The changes from Paper-Based Test (PBT) assessment to CBT assessment created the pros and cons in students. This study aims to determine students' perception about the level of CBT assessment readiness on MCQ exam in Medical Faculty of Unsri 2014. This study is a descriptive survey research. Data is obtained by the form of a questionnaire to determine students perception of the socialization process, preparation and implementation of the exam day. Population is consist of the class of 2011, 2012, 2013 and 2014. Stratified random sampling technique obtained 300 respondents. From 300 respondents, found that the students' perception on the level of readiness of each CBT tools has been in good category already with the respective percentage of 59% for the building/classroom exams, 67% for the number of computers, 80% for system and network of internet connection, 72% for electricity supply. Pre-exam socialization is 57%. The implementation of the exam day has been in good category as well with the respective percentage of 62% for exam schedule and time, 65% for the quality of question bank, 63% for the question randomization, 85% for the time of exam result announcement, and 69% for the media of exam result announcement. Overall, students have perception that Medical Faculty of Unsri has been ready to implement CBT.

Keywords: computer-based test, assessment tools, level of readiness, perception

1. Pendahuluan

Sistem evaluasi pembelajaran mahasiswa merupakan bagian yang penting dalam kurikulum. Makin canggih strategi sistem evaluasi, makin baik pemberian umpan balik (feedback) dan makin baik proses pembelajaran.1 Oleh karena itu, sistem evaluasi pembelajaran mahasiswa memiliki lima syarat yaitu; sesuai dengan tujuan pendidikan, komprehensif yang artinya menilai semua aspek knowledge, skill, dan attitude, merupakan suatu proses yang kontinu, menggunakan berbagai metode evalusi, dan mencakup tujuan evaluasi serta jenis ujian baik sumatif maupun formatif. 2

Jenis evaluasi pembelajaran mahasiswa pada pendidikan kedokteran berbasis kompetensi ialah ujian formatif, ujian sumatif, sistem kombinasi, progress test, mastery testing, global rating scales, dan self assessment.3 Di FK Unsri, ujian formatif menggunakan tiga instrumen yang diujikan pada setiap blok yaitu; MCQ (Multiple Choice Question), terdiri dari dua tahap yaitu tahap MCQ integrasi dan MCQ tutorial, dan OSCE (Objective Structured Clinical Examination).

Selama ini dalam melaksanakan ujian MCQ di setiap blok, FK Unsri menggunakan sarana evaluasi PBT (Paper-Based Test) yang memanfaatkan penggunakan kertas dan pensil 2B di bawah koordinasi UPK. Namun pada tahun 2014, FK Unsri menerapkan sarana evaluasi pembelajaran yang baru yaitu CBT (Computer-Based Test) di bawah koordinasi unit yang baru yaitu UEAM (Unit Evaluasi Akademik Mahasiswa).

Pada dasarnya, aspek yang dinilai dalam pelaksanaan CBT sama halnya dengan PBT namun berbeda pada sarana penunjang atau fasilitas yang mendukungnya. CBT dapat dilaksanakan dalam laboratorium komputeryang telah terkoneksi dengan jaringan dan sistemnya. Dalam pelaksanaan CBT ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya keotentikan peserta tes, bank soal, dan sistem CBT itu sendiri.4 Keuntungan yang bisa didapatkan dari CBT adalah kondisi pengujian yang sama untuk semua peserta tes. Selain itu, CBT juga memberikan umpan balik berupa hasil evaluasi segera setelah ujian dilaksanakan.5

Perubahan sarana evaluasi pembelajaran mahasiswa dari PBT menjadi CBT ini ternyata kurang didukung dengan baik oleh para mahasiswa FK Unsri. Mulai dari proses sosialisasi, persiapan hingga pelaksanaan hari ujian menimbulkan persepsi pro dan kontra antar mahasiswa terkait sarana CBT yang baru di FK Unsri ini. Dari hasil wawancara yang tidak terstruktur dengan beberapa mahasiswa PDU FK Unsri didapatkan bahwa rata-rata mahasiswa mengatakan sarana CBT dalam ujian MCQ memiliki beberapa aspek yang merugikan mahasiswa seperti selama pelaksanaan didapatkan beberapa jaringan komputer yang error dan kekhawatiran fasilitas listrik yang tidak terlalu mendukung saat ujian dikarenakan aliran listrik di kampus Madang FK Unsri sering padam. Beberapa mahasiswa juga menganggap bahwa perubahan ini terlalu terburu-buru dilakukan oleh FK Unsri. Namun di sisi lain, sebagian mahasiswa menyatakan puas terhadap hasil yang didapat dari sarana evaluasi pembelajaran CBT.

Pro dan kontra mahasiswa mengenai kesiapan ujian dengan sarana evaluasi pembelajaran CBT ini ternyata tidak hanya terjadi di FK Unsri. Penelitian yang dilakukan oleh Achim Hochlehnert et.al pada 98 mahasiswa kedokteran di Universitas Heidelberg didapatkan 36 orang yang lebih memilih CBT (37%) sedangkan 62 orang memilih PBT (63%).6 Berdasarkan adanya persepsi yang pro dan kontra antar mahasiswa maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang tingkat kesiapan sarana evaluasi pembelajaran CBT pada ujian MCQ di FK Unsri tahun 2014.

2. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei pada data primer menggunakan instrumen kuesioner yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan bulan November 2014 di Kampus Madang FK Unsri Palembang. Populasi pada penelitian ini adalah semua mahasiswa PDU FK Unsri angkatan 2011, 2012, 2013, dan 2014 yang telah mengikuti ujian MCQ dengan CBT berjumlah 963 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah proportional stratified random sampling sehingga dari Model Slovin7 didapatkan jumlah sampel setiap angkatan adalah 70 orang angkatan 2011, 75 orang angkatan 2012, 72 orang angkatan 2013 dan 66 orang angkatan 2014.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya diuji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu agar data yang diperoleh mencapai derajat akurasi yang signifikan.8 Hasil dari uji validitas dan reliabilitas tersebut instrumen kuesioner penelitian dinyatakan valid dan reliabel. Kuesioner yang disebar sebanyak 311 buah yang didapat dari minimal sampel ditambah 10% kriteria DO.9 Selanjutnya, data yang telah terkumpul, diolah dengan komputer, dan disajikan dalam bentuk tabulasi, grafik, dan narasi. Penelitian ini telah mendapatkan layak etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan FK Unsri.

3. Hasil

Dari 311 berkas kuesioner yang disebar, terdapat 300 berkas kuesioner yang dikembalikan yang terdiri dari 76 berkas angkatan 2011, 79 berkas angkatan 2012, 74 berkas angkatan 2013, dan 71 berkas angkatan 2014. Pengambilan data penelitian dilakukan selama 2 minggu dimulai dari 20 Oktober 2014 sampai 3 November 2014.

Tabel 1 menunjukkan karakteristik responden. Secara keseluruhan, responden penelitian berjumlah 300 orang terdiri dari 136 orang (45%) mahasiswa laki-laki, dan 164 orang (55%) mahasiswa perempuan. Angkatan 2011 berjumlah 76 orang yang terdiri dari 33 orang mahasiswa laki-laki (43%), dan 43 orang mahasiswa perempuan (57%). Angkatan 2012 berjumlah 79 orang yang terdiri dari 31 orang mahasiswa laki-laki (39%), dan 48 orang mahasiswa perempuan (61%). Angkatan 2013 berjumlah 74 orang yang terdiri dari 44 orang mahasiswa laki-laki (59%), dan 30 orang mahasiswa perempuan (41%). Angkatan 2014 berjumlah 71 orang yang terdiri dari 28 orang mahasiswa laki-laki (39%), dan 43 orang mahasiswa perempuan (61%).

Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian secara Keseluruhan

2011

2012

2013

2014

(f)

%

(f)

%

(f)

%

(f)

%

Laki-Laki

33

43

31

39

44

59

28

39

Perempuan

43

57

48

61

30

41

43

61

Jumlah

76

79

74

71

Gedung/kelas ujian

Grafik 1 menunjukkan perbedaan persepsi 4 angkatan terhadap tingkat kesiapan gedung atau kelas untuk ujian CBT di FK Unsri. Persepsi mahasiswa angkatan 2011 dan 2012 yang terbanyak berada pada kategori siap yaitu masing masing sebesar 32% dan 42%. Persepsi mahasiswa angkatan 2013 yang terbanyak berada pada kategori tidak siap yaitu sebesar 35%. Persepsi mahasiswa angkatan 2014 yang terbanyak berada pada kategori sangat siap yaitu sebesar 40%.

Grafik 1. Persepsi terhadap tingkat kesiapan gedung/kelas

Jumlah komputer

Grafik 2 menunjukkan perbedaan persepsi 4 angkatan terhadap tingkat kesiapan jumlah komputer untuk ujian CBT di FK Unsri. Persepsi mahasiswa angkatan 2011 yang terbanyak berada pada kategori tidak siap yaitu sebesar 39%. Namun persepsi mahasiswa angkatan 2012, 2013 dan 2014 yang terbanyak berada pada kategori yang sama yaitu sangat siap masing masing sebesar 46%, 37%, dan 58%.

Grafik 2. Persepsi terhadap tingkat kesiapan jumlah komputer

Sistem dan jaringan koneksi internet

Grafik 3 menunjukkan persamaan persepsi 4 angkatan terhadap tingkat kesiapan sistem dan jaringan / koneksi internet yang mendukung ujian CBT di FK Unsri. Persepsi mahasiswa angkatan 2011, 2012, 2013 dan 2014 yang terbanyak berada pada kategori sangat siap dengan masing-masing persentase sebesar 47%, 60%, 52%, dan 48%.

Grafik 3. Persepsi terhadap tingkat kesiapan sistem dan jaringan koneksi internet

Supply listrik

Grafik 4 menunjukkan perbedaan persepsi 4 angkatan terhadap tingkat kesiapan supply listrik yang mendukung ujian CBT di FK Unsri. Persepsi mahasiswa angkatan 2011 dan 2012 yang terbanyak berada pada kategori siap yaitu masing masing sebesar 30% dan 40%. Persepsi mahasiswa angkatan 2013 dan 2014 yang terbanyak berada pada kategori sangat siap masing masing sebesar 53% dan 57%.

Sosialisasi pra-ujian

Grafik 5 menunjukkan perbedaan persepsi 4 angkatan terhadap tingkat kesiapan sosialisasi pra-ujian CBT di FK Unsri. Persepsi mahasiswa angkatan 2011 yang

Grafik 4. Persepsi terhadap tingkat kesiapan supply listrik

terbanyak berada pada kategori sangat tidak siap yaitu sebesar 42%. Persepsi mahasiswa angkatan 2012 yang terbanyak berada pada kategori siap dan sangat siap yaitu masing-masing sebesar 35%. Persepsi mahasiswa angkatan 2013 dan 2014 yang terbanyak berada pada kategori siap yaitu masing masing sebesar 36% dan 44%.

Grafik 5. Persepsi terhadap tingkat kesiapan sosialisasi pra-ujian

Jadwal dan waktu ujian

Grafik 6 menunjukkan perbedaan persepsi 4 angkatan terhadap tingkat kesiapan jadwal dan waktu ujian saat pelaksanaan CBT di FK Unsri. Persepsi mahasiswa angkatan 2011, 2012 dan 2014 yang terbanyak berada pada kategori yang sama yaitu siap masing masing sebesar 40%, 44% dan 47%. Sedangkan persepsi mahasiswa angkatan 2013 yang terbanyak berada pada kategori tidak siap yaitu sebesar 34%.

Grafik 6. Persepsi terhadap tingkat kesiapan jadwal dan waktu ujian

Kualitas bank soal

Grafik 7 menunjukkan perbedaan persepsi 4 angkatan terhadap tingkat kesiapan bank soal yang diujikan dalam ujian CBT di FK Unsri. Persepsi mahasiswa angkatan 2011, 2013 dan 2014 yang terbanyak berada pada kategori yang sama yaitu siap masing masing sebesar 37%, 46%, dan 39%. Sedangkan persepsi mahasiswa angkatan 2012 yang terbanyak berada pada kategori sangat siap yaitu sebesar 42%.

Grafik 7. Persepsi terhadap tingkat kualitas bank soal

Randomisasi soal

Grafik 8 menunjukkan perbedaan persepsi 4 angkatan terhadap tingkat kesiapan randomisasi soal yang diujikan dalam ujian CBT di FK Unsri. Persepsi mahasiswa angkatan 2011 dan 2012 yang terbanyak berada pada kategori sangat siap yaitu masing masing sebesar 34% dan 37%. Persepsi mahasiswa angkatan 2013 yang terbanyak berada pada kategori siap yaitu sebesar 35%. Persepsi mahasiswa angkatan 2014 yang terbanyak berada pada kategori siap dan sangat siap dengan masing-masing persentase sebesar 32%.

Grafik 8. Persepsi terhadap tingkat kesiapan randomisasi soal

Waktu pengumuman hasil ujian

Grafik 9 menunjukkan persamaan persepsi 4 angkatan terhadap tingkat kesiapan waktu pengumuman hasil ujian CBT di FK Unsri. Persepsi mahasiswa angkatan 2011, 2012, 2013, dan 2014 yang terbanyak berada pada kategori sangat siap dengan persentase masing-masing sebesar 71%, 63%, 52%, dan 55%.

Grafik 9. Persepsi terhadap tingkat kesiapan waktu pengumuman hasil ujian

Media pengumuman hasil ujian

Grafik 10 menunjukkan perbedaan persepsi 4 angkatan terhadap tingkat kesiapan media pengumuman hasil ujian CBT di FK Unsri. Persepsi mahasiswa angkatan 2011 dan 2014 yang terbanyak berada pada kategori sangat siap yaitu masing masing sebesar 48% dan 37%. Persepsi mahasiswa angkatan 2012 dan 2013 yang terbanyak berada pada kategori siap yaitu masing masing sebesar 39% dan 35%.

Grafik 10. Persepsi terhadap tingkat kesiapan media pengumuman hasil ujian

4. Pembahasan

Dari wawancara pra penelitian didapatkan bahwa angkatan 2013 masih menganggap kelas atau ruang ujian CBT di FK Unsri terlalu sempit untuk menampung beberapa unit komputer. Sebagian mereka mengatakan bahwa sebaiknya perlu space atau sekat yang cukup antar workstations. Hal ini berbeda dengan angkatan lainnya yang menganggap ruang ujian CBT di FK Unsri sudah cukup baik, baik dari ukuran maupun kondisi di dalam ruangan ujian tersebut. Di Kampus Madang FK Unsri, terdapat 2 ruang kelas utama yang digunakan untuk ujian CBT. Ruang pertama yang memiliki kapasitas 100 mahasiswa dan ruang lainnya memiliki kapasitas 60 orang. Kedua ruang tersebut hampir memenuhi setiap poin dari syarat ruang ujian yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 201110 kecuali poin ke 13 yaitu kedua ruang ini belum memenuhi syarat karena jarak antar tempat duduk peserta ujian kurang dari 1 meter ke samping kiri atau kanan.

Terdapat kesenjangan perbedaan persepsi antara angkatan 2011 dengan angkatan lainnya. Dari wawancara pra penelitian, beberapa mahasiswa angkatan 2011 mengatakan bahwa mereka terlalu lama menunggu sesi ujian giliran mereka di ruang karantina yang disebabkan karena jumlah komputer di ruang ujian CBT FK Unsri tidak berjumlah sama dengan jumlah peserta ujian. Hal ini lah yang menyebabkan mahasiswa angkatan 2011 masih menganggap jumlah komputer yang mendukung ujian CBT di FK Unsri tidak siap. Cadangan workstation juga harus disediakan dan disiapkan oleh koordinator CBT dengan jumlah minimal 10% dari total workstation yang digunakan dalam CBT.10 Spesifikasi cadangan workstation dapat berbentuk notebook dengan mengikuti spesifikasi minimal yang telah ditetapkan oleh LPUK (Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi). UEAM FK Unsri yang mengkoordinir pelaksanaan ujian CBT belum memiliki cadangan workstation tersebut.

Syarat komputer server yang harus terhubung ke intranet adalah memiliki spesifikasi minimal berupa sistem operasi Microsoft Windows 7 Profesional, Versi 32 bit, RAM minimal 2 GB, Prosesor minimal setingkat Intel CoreTM 2 Duo, terpasang UPS (Uninteruptible Power Supply) yang optimal. Komputer server dalam memfasilitasi hubungan jaringan workstation dalam LAN dengan menggunakan Kabel UTP sebanyak-banyaknya adalah melayani 500 unit workstation per 1 unit komputer server. Bila komputer server dalam memfasilitasi hubungan jaringan workstation dalam LAN dengan menggunakan WiFi (nirkabel) sebanyak-banyaknya adalah melayani 100 unit workstation per 1 unit komputer server. Jumlah komputer server dalam memfasilitasi jaringan intranet workstation dapat berjumlah lebih dari 1. Keadaan ini menyesuaikan dengan kapasitas dan topologi jaringan yang dinilai baik serta optimal oleh koordinator CBT atas persetujuan LPUK (HPEQ, 2011). Topologi jaringan CBT yang ada di FK Unsri telah menerapkan susunan topologi standar yang telah ditetapkan oleh LPUK.10

Perbedaan persepsi siap dan sangat siap ini disebabkan karena kekhawatiran beberapa mahasiswa 2011 dan 2012 pada wawancara pra penelitian yang menganggap daerah Kampus madang FK Unsri sangat rawan mendapat giliran pemadaman listrik. Kekhawatiran mahasiswa ini terkait dengan sistem ujian CBT yang semua prosesnya menggunakan komputer dan supply listrik. Walaupun sebenarnya sampai saat ini belum pernah ada kejadian pemadaman listrik saat pelaksanaan ujian CBT di FK Unsri. Perangkat pembangkit listrik alternatif adalah perangkat keras yang berfungsi dalam memenuhi persediaan listrik, dalam bentuk UPS (Uninteruptible Power Supply) dan Genset sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan oleh LPUK. Genset memiliki fasilitas untuk mampu memenuhi kebutuhan listrik secara otomatis (tanpa waktu jeda) begitu pasokan listrik reguler padam. Apabila tidak terdapat fasilitas otomatisasi ini, penanggung jawab lokasi/koordinator CBT menugaskan staf untuk mengaktifkan Genset ketika pasokan listrik reguler padam. Pasokan listrik utama dan alternatifnya dijamin kesiapannya pada 10 (sepuluh) hari sebelum ujian. Selambat-lambatnya satu hari (H-1) sebelum ujian berlangsung oleh penjaminan kesiapan pasokan listrik yang dilakukan oleh koordinator CBT, Pengawas Pusat serta Operator TI Pusat dan Lokal.10 Genset yang digunakan untuk proses pelaksanaan ujian CBT di FK Unsri merupakan genset yang berbeda dengan genset utama yang dimiliki oleh Kampus Madang FK Unsri.Hal ini bertujuan agar genset khusus ini hanya fokus digunakan untuk kepentingan ujian CBT tanpa harus dijadikan satu beban listrik dengan genset utama. Oleh karena itu tidak perlu ada kekhawatiran lagi kepada para mahasiswa yang mempermasalahkan supply listrik di Kampus Madang FK Unsri yang sering padam. Pengecekan genset untuk ujian CBT dilakukan oleh tim UEAM H-1 sebelum ujian. 1 jam sebelum ujian dilaksanakan, genset dinyalakan bersamaan dengan dinyalakannya komputer di ruang ujian dengan tujuan untuk mengantisipasi apabila terdapat pemadaman listrik selama ujian maka genset bisa langsung mengatasi pemadaman listrik tersebut.

Perubahan sistem evaluasi dari PBT ke CBT pertama kali dirasakan oleh angkatan 2011. Ujian CBT perdana pada blok 24 lalu dianggap belum siap oleh 2011. Berdasarkan wawancara pra penelitian, beberapa mahasiswa angkatan 2011 mengatakan bahwa jarak dari waktu pengumuman perubahan sistem CBT sampai ujian CBT perdana ialah 1 minggu. Tentu saja hal ini dianggap oleh angkatan 2011 terburu-buru tanpa ada sosialisasi dan persiapan yang matang. Oleh karena itu persepsi mahasiswa angkatan 2011 terkait sosialisasi pra ujian berada pada kategori sangat siap. Sosialisasi pra- ujian CBT dilaksanakan satu hari sebelum ujian. Peserta UKDI dengan sistem CBT diwajibkan melakukan registrasi ulang atau verifikasi pendaftaran pada H-1 dengan dilanjutkan pengambilan nomor, tanda tangan bukti atau berita acara pengambilan nomor peserta dengan menunjukkan tanda pengenal diri. Setelah pengambilan nomor tersebut, peserta ujian diwajibkan melakukan peninjauan ruang ujian dan ruang karantina dan diakhiri dengan mengikuti pengarahan tentang persiapan, tata tertib pelaksanaan ujian dan demonstrasi program.10

Koordinator ujian CBT di FK Unsri yang dalam hal ini ialah UEAM, juga melaksanakan sosialisasi sesuai dengan prosedur UKDI di atas. mendistribusikan kartu peserta ujian dan username/password, memberikan pengarahan tentang persiapan dan tata tertib pelaksanaan ujian. Pengarahan H-1 ujian ini diwajibkan untuk diikuti oleh seluruh peserta sebagai syarat dalam mengikuti ujian CBT di FK Unsri.

Perbedaan persepsi antara mahasiswa angkatan 2013 dengan angkatan lainnya kemungkinan disebabkan karena adanya beberapa keluhan dari beberapa mahasiswa 2013 saat wawancara pra penelitian mengenai waktu lamanya karantina baik sebelum ataupun setelah pelaksanaan ujian CBT. Di dalam proyek HPEQ mengenai Panduan Penyelenggaraan CBT disebutkan bahwa UKDI diselenggarakan dengan 2 sesi ujian masing-masing 200 menit (1 soal dikerjakan selama 1 menit) tanpa ada jeda/istirahat diantaranya. Ujian sesi I dimulai pada pukul 08.00 WIB dan ujian sesi II dimulai pada pukul 13.30 WIB. Peserta ujian sesi I setelah selesai mengerjakan ujian diwajibkan memasuki ruang karantina dan keluar dari ruang karantina setelah peserta ujian sesi II memasuki ruang ujian.10 Ruang ujian CBT yang dimiliki FK Unsri hanya berkapasitas 160 mahasiswa dalam 1 kali sesi ujian. Kapasitas ruang ini tentunya tidak bisa menampung semua peserta ujian yang jumlahnya lebih dari 160; angkatan 2011 berjumlah 237 orang, angkatan 2012 berjumlah 254 orang, angkatan 2013 berjumlah 246 orang, dan angkatan 2014 berjumlah 226 orang. Dengan kondisi seperti ini, pihak UEAM menjadwalkan setiap ujian CBT dengan 2 sesi. 160 absen pertama dari masing-masing angkatan mengikuti ujian sesi pertama. Berikut sisa peserta ujian lainnya merupakan sesi kedua. Ujian sesi I dimulai pukul 08.00 pagi dan ujian sesi II dimulai setelah sesi I selesai. Ketika ujian sesi I dilaksanakan, peserta ujian sesi II harus masuk di ruang karantina terlebih dahulu sampai ujian sesi I berakhir. Pelaksanaan ujian CBT di FK Unsri ini sudah sesuai dengan prosedur UKDI.

Sesuai dengan Panduan Penyelenggaraan CBT oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2011, setiap institusi pendidikan kedokteran yang melaksanakan ujian CBT termasuk FK Unsri, memiliki Administrator Bank Soal (ABS)10 yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan soal dari modul atau administrator blok, meminta tim reviewer untuk melakukan item review dan analysis, lalu memilah soal yang sudah dianalisis apakah akan disimpan dalam bank soal atau didaur ulang atau dikoreksi. Di FK Unsri, tim ABS adalah pihak UEAM. Dalam melakukan proses pembuatan soal ini, UEAM FK Unsri tentu menggunakan standar ketentuan blueprint dan template pembuatan soal yang telah ditetapkan untuk mahasiswa kedokteran. Selain blue print dan template, yang harus diperhatikan dalam pembuatan bank soal adalah beberapa komponen yaitu komponen umum, komponen jawaban/distraktor dan komponen merangkai soal.10

Kategori siap dan sangat siap yang menjadi rata-rata persepsi tiap angkatan terhadap kesiapan randomisasi soal ini kemungkinan disebabkan karena aplikasi yang digunakan dalam ujian CBT di FK Unsri ini memiliki kemampuan randomisasi soal yang cukup baik sehingga urutan dan penomoran soal-soal yang diujikan tidak sama antar peserta ujian. Randomisasi dalam penyajian soal dan metode tampilan soal yang berbeda-beda merupakan solusi yang sangat baik digunakan dalam mengatasi kecurangan saat ujian ataupun evaluasi pembelajaran.11 Prinsip randomisasi soal ini merupakan prinsip aplikasi ujian CBT. Pelaksanaan CBT baik untuk UKDI dan di FK Unsri menggunakan program aplikasi SIPENA (Sistem Infomasi Uji Kompetensi Nasional) -2.50 CBT yang sekaligus bertindak sebagai Item Bank Administrator (IBA) / Administrator Bank Soal (ABS).12 ABS pada aplikasi SIPENA-2.50 ini lah yang memungkinkan randomisasi soal-soal ujian CBT hingga acak 100 kali.

Hasil UKDI diumumkan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh LPUK dan dikirimkan ke lokasi ujian lalu peserta mengambil hasil ujian sesuai dengan lokasi ujian masing-masing.10 Tingkat kesiapan waktu pengumuman hasil ujian CBT dinilai sangat siap oleh sebagian besar mahasiswa FK Unsri. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pengalaman peserta ujian yang pernah mengikuti ujian dengan sistem PBT menghabiskan waktu yang sangat lama oleh pihak koordinator ujian karena semua proses masih menggunakan manual baik dari pemeriksaan lembar jawaban ujian hingga ke input hasil ujian. Sejak pelaksanaan CBT yang semua prosesnya menggunakan sistem jaringan komputer, maka satu jam setelah ujian sesi terakhir berakhir, hasil ujian langsung bisa dilihat oleh semua peserta ujian.

Rata-rata persepsi dari keempat angkatan 2011, 2012, 2013 dan 2014 menilai sudah siap terkait dengan media pengumuman hasil ujian yang berupa kertas (paper-based test) yang ditempel di depan ruangan UEAM. Beberapa mahasiswa pada wawancara pra penelitian mengatakan bahwa hasil ujian berupa kertas yang ditempel di depan ruang UEAM tersebut dipandang cukup praktis bagi para mahasiswa untuk melihat langsung hasil ujian setelah ujian CBT dilaksanakan. Media pengumuman hasil UKDI dan hasil ujian CBT di FK Unsri sama-sama masih menggunakan paper-based. Perbedaannya adalah hasil pengumuman UKDI diberikan dalam amplop tertutup dan bersifat rahasia serta diperuntukkan bagi peserta yang bersangkutan.10 Sedangkan pengumuman hasil ujian CBT di FK Unsri saat ini juga masih paper-based yang ditempel. Maksudnya ialah pihak UEAM mengeluarkan pengumuman dengan cara menempelkan hasil ujian CBT yang telah di print-out di depan ruang UEAM. Ketua UEAM mengatakan bahwa pihak UEAM sedang mengusahakan untuk mengeluarkan pengumuman hasil ujian dengan sistem web-based sehingga peserta ujian tidak perlu melihat hasil pada kertas yang ditempel namun cukup login saja pada sebuah halaman web. Akan tetapi walaupun nantinya menggunakan web-based, tetap dilakukan transparansi dengan semua peserta ujian. Transparansi penilaian adalah hal yang sangat mungkin dilakukan dengan cara memanfaatkan teknologi dan sarana yang tersedia untuk para peserta ujian.

Adanya perbedaan persepsi dari tiap-tiap kelompok kelas dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pembentukan persepsi dalam individu dipengaruhi oleh pengalaman proses belajar, wawasan berfikir, dan pengetahuan terhadap suatu obyek atau lingkungan. Perbedaan persepsi ini juga bisa ditentukan oleh perbedaan pengalaman, motivasi, keadaan, perbedaan kapasitas alat indra, dan perbedaan sikap, nilai, dan kepercayaan.13 Dilihat dari segi perbedaan pengalaman, masing-masing kelompok kelas tentunya memiliki pengalaman yang berbeda baik dari perbedaan lamanya proses pendidikan di FK Unsri maupun dari pengalaman masing-masing kelompok kelas dalam mengikuti perbedaan sistem evaluasi pembelajaran untuk ujian akhir blok. Kelompok kelas 2011 melaksanakan ujian CBT pada ujian MCQ pertama kali pada blok 24 di semester 6. Kelompok kelas 2012 melaksanakan ujian CBT pertama kali pada blok 18 di semester 4. Kelompok kelas 2013 melaksanakan ujian CBT pertama kali pada blok 10 di semester 3. Sedangkan kelompok kelas 2014 melaksanakan ujian pertama kali langsung dari blok 1 di semester 1. Hal ini juga lah yang dapat mendasari perbedaan persepsi di antara 4 kelompok kelas tersebut.

5. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan, tingkat kesiapan sarana evaluasi pembelajaran CBT pada ujian MCQ di FK Unsri tahun 2014 berada pada kategori siap dengan persentase sebesar 64.05%.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kepada dr. Aditiawati, Sp.A (K), dr. Safyudin, M.Biomed, CGA, dan dr. Rizma Adlia Syakurah, MARS atas bimbingan, kritik, dan saran untuk penyempurnaan penelitian. Terima kasih saya ucapkan kepada Prof. dr. Chairil Anwar, DAP&E, SpParK, PhD atas penilaian dan pemberian kelayakan etik untuk penelitian ini. Terima kasih juga untuk keluarga dan para sahabat yang selalu memberikan dukungan.

Daftar Acuan

1. Soetjiningsih. 2011. Assessment Mahasiswa Pendidikan Kedokteran Berbasis Kompetensi. Dalam: Tambunan, Taralan, dan Supriyatno, Bambang (Editor). Sistem Evaluasi pada Pendidikan Dokter Berbasis Kompetensi. Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.

2. Friedman, D. 2005. Assessing the First-Year Experience. In Implementing a student success course. CD-ROM. Mc-Graw-Hill.

3. Sumadiono. 2011. Multiple Choice Question. Dalam: Tambunan, Taralan, dan Supriyatno, Bambang (Editor). Sistem Evaluasi pada Pendidikan Dokter Berbasis Kompetensi. Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.

4. Bartram, Dave SHL Group plc, Thames Ditton, Surrey, UK dan Hambleton, Ronald K. 2001. Computer-Based Testing and the Internet. University of Massachusetts at Amherst, USA.

5. Al-Amri, Saad. 2007. Computer-based vs. Paper-based Testing: Does the test administration mode matter?. BAAL Conference. University of Essex,UK, 2007.

6. Hochlehnert, Achim,et.al. 2011. Does Medical Students Preference of Test Format (Computer-based vs.Paper-based) have an Influence on Performance?. BMC Medical Education. 2011. 11:89.

7. Umar, Husein. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

8. Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

9. KEMENKES RI. 2012. Panduan Penyusunan Proposal, Protokol dan Laporan Akhir Penelitian. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

10. Health Professional Education Quality Project (HPEQ PROJECT). 2011. Panduan Penyelenggaraan Computer Based Testing (CBT) Tenaga kesehatan Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2011.

11. Fauzan, Achmad. Ali SHodikin. E-Learning dengan Sistem Evaluasi Pembelajaran Multi-User Dilengkapi Deteksi Wajah: Jurnal Pakar Pendidikan. Vol.10 No.1 Januari 2012 (1-10).

12. Komite Bersama Uji Kompetensi Dokter Indonesia (KBUKDI). 2013. Panduan Penggunaan Aplikasi SIPENA-2.50 CBT-INSTITUSI Pendidikan Kedokteran. Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia.

13. Robbins, Stephen P. 2001. Organizational Behavior. 9th Edition. Prentice Hall International Inc.