67
1. JUDUL : EARNING MANAJEMEN MELALUI ACCRUALS DAN REAL ACTIVITIES MANIPULATION PADA INITIAL PUBLIC OFFERINGS DAN KINERJA PASAR 2. LATAR BELAKANG Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai keperluan usahanya, misalnya untuk membiayai kegiatan operasionalnya, tambahan investasi, atau untuk membayar hutang yang telah jatuh tempo. Sumber pendanaan perusahaan dapat diperoeh dari internal maupun eksternal perusahaan. Alternatif pendanaan dari internal perusahaan berupa laba ditahan. Sedangkan sumber dana dari eksternal perusahaan dapat berasal dari kreditur berupa hutang, pembiayaan bentuk lain, penerbitan surat-surat hutang, atau pendanaan yang bersifat penyertaan dalam bentuk saham dipasar modal yang sering disebut dengan go public Salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan adalah Pasar modal. Pasar modal merupakan alternatif paling cepat untuk mendapatkan tambahan modal bagi perusahaan yang telah berada pada tahapan start up, karena pada tahapan ini perusahaan membutuhkan banyak dana untuk mencapai tahapan growth dan maturity (Susanto dan Ekawati, 2006). Penyelenggaraan pasar modal akan mendorong percepatan aktivitas investasi yang dibutuhkan oleh sektor rill dengan memberikan alternatif investasi yang sangat fleksibel bagi para investor. Sebagai salah satu alternatif investasi tersebut, investor membutuhkan informasi yang relevan untuk mendukung keputusan investasi. Salah satu informasi yang perlu 1

Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

1. JUDUL : EARNING MANAJEMEN MELALUI ACCRUALS DAN REAL

ACTIVITIES MANIPULATION PADA INITIAL PUBLIC OFFERINGS DAN

KINERJA PASAR

2. LATAR BELAKANG

Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai keperluan usahanya, misalnya

untuk membiayai kegiatan operasionalnya, tambahan investasi, atau untuk membayar hutang

yang telah jatuh tempo. Sumber pendanaan perusahaan dapat diperoeh dari internal maupun

eksternal perusahaan. Alternatif pendanaan dari internal perusahaan berupa laba ditahan.

Sedangkan sumber dana dari eksternal perusahaan dapat berasal dari kreditur berupa hutang,

pembiayaan bentuk lain, penerbitan surat-surat hutang, atau pendanaan yang bersifat

penyertaan dalam bentuk saham dipasar modal yang sering disebut dengan go public

Salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan adalah Pasar modal.

Pasar modal merupakan alternatif paling cepat untuk mendapatkan tambahan modal bagi

perusahaan yang telah berada pada tahapan start up, karena pada tahapan ini perusahaan

membutuhkan banyak dana untuk mencapai tahapan growth dan maturity (Susanto dan

Ekawati, 2006). Penyelenggaraan pasar modal akan mendorong percepatan aktivitas investasi

yang dibutuhkan oleh sektor rill dengan memberikan alternatif investasi yang sangat fleksibel

bagi para investor. Sebagai salah satu alternatif investasi tersebut, investor membutuhkan

informasi yang relevan untuk mendukung keputusan investasi. Salah satu informasi yang

perlu dianalisis adalah aktivitas emisi saham tambahan yang dilakukan oleh emiten pada

periode setelah penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offerings) atau istilah yang

cukup populer di Indonesia adalah go public.

Initial Public Offerings merupakan suatu proses penjualan saham oleh perusahaan

kepada publik untuk pertama kalinya (dalam pasar modal). Pasar perdana menurut keputusan

menteri keuangan RI No. 856/KMK.01/1987 ialah penawaran surat berharga untuk pertama

kalinya kepada pemodal selama masa tertentu sebelum surat berharga tersebut dicatatkan di

bursa.

Jumlah Perusahaan yang Melakukan IPO Tahun 2010

2010 Jumlah Emiten/tahun

1

Page 2: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

Dana yang diperoleh dari IPO biasanya digunakan untuk menciptakan lini produk baru

atau untuk ekspansi dengan tujuan untuk menarik minat investor, karena dengan ekspansi,

perusahaan dapat menunjukkan prospek cerah dari investasi yang akan investor tanamkan.

Maka dari itu, manajemen harus menjelaskan kondisi perusahaan secara menyeluruh

sebelum menawarkan sahamnya. Hal ini dilakukan dengan menerbitkan prospektus

perusahaan yang di dalamnya terdapat infomasi menyeluruh tentang perusahaan mulai dari

penawaran umum, kegiatan dan prospek perusahaan, sudut pandang hukum tentang

perusahaan, laporan keuangan lengkap perusahaan, hingga penyebarluasan prospektus dan

formulir pemesanan saham

Informasi tentang perusahaan yang belum go public sulit diperoleh investor dibading

dengan perusahaan yang telah go public. Husnan (2001) menyatakan bahwa suatu perusahaan

melakukan IPO, perusahaan harus membuat informasi prospectus yang sesuai dengan

ketentuan BAPEPAM. Informasi prospektus terdiri dari informasi akuntansi dan non

akuntansi. Informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca rugi/laba,

laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Sedangkan informasi non akuntansi

adalah informasi selain laporan keuangan seperti underwriter (penjamin emisi), auditor

independen, konsultan hukum, nilai penawaran saham, presentasi saham yang ditawarkan,

umur perusahaan dan informasi lainnya. Laporan tersebut berupa laporan keuangan tentang

laporan-laporan rutin dan laporan-laporan khusus yang menerangkan peristiwa penting yang

terjadi. Laporan keuangan ini mempunyai fungsi penting untuk melindungi publik yang

merupakan pemilik dari perusahaan. Salah satu komponen laporan keuangan yang menjadi

pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan investasi adalah laporan arus kas,

karena informasi yang terkandung dalam arus kas kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan,

serta informasi dari total arus kas dipertimbangkan oleh investor dalam mengevaluasi kinerja

perusahaan. Walaupun gambaran mengenai penerimaan dan pengeluaran kas hanya bisa

diperoleh dari laporan arus kas, bukan berarti laporan arus kas menggantikan neraca atau

laporan laba rugi, melainkan saling melengkapi sebagai sarana dalam mengambil keputusan

yang lebih baik.

Scott (1997) menyatakan bahwa saat perusahaan go public informasi keuangan yang

ada dalam prospektus merupakan sumber informasi yang penting, karena calon investor tidak

memiliki informasi lain tentang perusahaan di pasar. Pada book building method, jauh hari

sebelum penawaran saham dimulai investor sudah bisa mengajukan penawaran harga kepada

penjual emisi, harga saham nantinya diputuskan berdasarkan harga penawaran terbaik.

Jangka waktu yang singkat antara penerbitan prospektus dan waktu penawaran saham kepada

2

Page 3: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

public akan menyebabkan investor tidak memiliki waktu yang cukup untuk menganalisis

lebih dalam tentang kondisi perusahaan sehingga informasi yang ada dalam prospektus

tersebut akan menjadi rujukan dalam menetukan harga saham perusahaan. Hal ini akan

memberikan dorongan bagi manajer untuk menerbitkan prospektus sebaik mungkin termasuk

informasi keuangan yang ada di dalamnya. Sebagian besar isi dari prospektus ialah laporan

keuangan perusahaan dan informasi ini dapat dipakai sebagai sinyal bagi calon investor

tentang nilai perusahaan.

Berdasarkan penjelasan teori diatas, kesimpulannya adalah salah satu hal yang

paling disorot dalam informasi keuangan yang dipublikasikan perusahaan adalah yang

menggambarkan kondisi keuangan perusahaan, terutama pergerakan laba rugi

perusahaan karena laba merupakan ukuran yang merangkum kinerja sebuah perusahaan.

Laba menjadi penting karena digunakan sebagai tolak ukur untuk mengevaluasi kinerja

perusahaan, selain itu laporan laba rugi merupakan salah satu jenis laporan keuangan

tetapi informasinya terlihat lebih penting bila dibandingkan dengan informasi dalam

neraca karena laporan laba rugi merefleksikan kinerja perusahaan yang baik atau buruk.

Pada kondisi tersebut, sangat mungkin apabila manajer memiliki informasi tentang

perusahaan yang lebih banyak jika dibandingkan para pemegang saham atau investor,

yang demikian merupakan alasan terjadinya asimetri informasi (information asymmetry).

Asimetri informasi antara pihak manajemen (agent) dan pemilik perusahaan atau investor

(principal). Ini akan memberi keleluasaan dan kesempatan kepada perusahan melakukan

earning manajement untuk mendapatkan reaksi pasar yang positif yang selanjutnya dapat

meningkatkan jumlah dana yang diperoleh. Kondisi inipun memberikan peluang bagi

manajemen untuk memunculkan sikap oportunistik dalam wujud memanipulasi data yang

dilaporkan sebelum dan saat penawaran dengan menggunakan akrual diskresioner (Teoh et

al., 1998).

Menurut Scott (1997), earnings management adalah tindakan manajemen untuk

memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan memaksimalkan

kesejahteraan dan/atau nilai pasar perusahaan. Earning manajement dapat dilakukan dengan

manajemen laba akrual murni (pure accrual) yaitu dengan discretionary accrual yang

tidak memiliki pengaruh terhadap arus kas secara langsung yang disebut dengan manajemen

laba akrual. (Roychowdhury, 2006). Manajemen laba akrual dilakukan pada akhir periode

ketika manajer mengetahui laba sebelum direkayasa sehingga dapat mengetahui berapa

besar manipulasi yang diperlukan agar target laba tercapai. Sedangkan, manajemen laba

riil (real activities manipulation) dapat terjadi sepanjang periode akuntansi. Kegiatan

3

Page 4: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

manajemen laba riil dimulai dari praktik operasional yang normal, yang dimotivasi

oleh manajer yang berkeinginan untuk menyesatkan setidaknya beberapa stakeholder

untuk percaya bahwa tujuan pelaporan keuangan tertentu telah dipenuhi dalam operasi

normal.

Anissa’rahman dan Hutagaol (2007) menyatakan bahwa discretionary accruals

adalah salah satu tehnik earning manajement yang dapat digunakan manajement. Accruals

adalah selisih antara kas masuk bersih dari hasil opersi perusahaan dengan laba yang

diperoleh dalam laporan laba rugi, dimana bisa bersifat nondiscretionary accruals dan

discretionary accrual.

Oleh karena itu, terdapat cara lain yang sering dilakukan oleh manajer untuk

mengatur laba yaitu dengan memanipulasi aktivitas riil (real activities manipulation).

Manipulasi ini terjadi sepanjang periode akuntansi dengan tujuan spesifik yaitu memenuhi

target laba tertentu, menghindari kerugian, mencapai target analyst forecast. Graham et al.

(2005) menemukan bahwa manajer lebih memilih aktivitas earning manajement melalui real

activities manipulation dibandingkan dengan earning manajement berdasarkan accruals. Hal

ini sejalan dengan Zang (2007) menyatakan bahwa manajer lebih menyukai manipulasi

aktivitas riil dibandingkan akrual, akan tetapi manajer tetap mempertahankan kedua teknik

tersebut untuk mencapai target laba yang diinginkan. Hal ini memungkinkan perusahaan

dapat melakukan teknik manajemen laba akrual dan manipulasi aktivitas riil secara bersama-

sama baik dengan cara subtitusi maupun simultan.

Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa earning manajement juga dilakukan

setelah IPO. Oleh Friedlan (1994) yang menemukan indikasi kuat bahwa manajer mengatur

tingkat keuntungan dengan cara menaikkan laba yang dilaporkan (income increasing)

sebelum perusahaan go public atau satu tahun setelah IPO. Hasil penelitian Friedlan (1994)

diperkuat oleh Teoh et al. (1998) yang menemukan bukti kuat bahwa perusahaan yang go

public di Amerika Serikat menaikkan laba (income increasing) pada periode setahun sebelum

penawaran.

Di Asia, Chen, Lin, dan Zou (2005) melakukan penelitian terhadap perusahaan yang

melakukan penawaran saham perdana di pasar modal Taiwan. Hasilnya mereka menemukan

bukti bahwa manajemen melakukan income increasing discretionaty accrual pada periode

sebelum go public dan melakukan income decreasing discretionary accrual pada periode

setelah go public. Syaiful (2002) menemukan adanya earning manajement periode 2 tahun

setelah IPO, meskipun asimetri informasi antara manjer dan investor tidak lagi tinggi setelah

IPO. Amin (2007) juga melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan yang go public

4

Page 5: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

di BEI pada periode 1990-2001 dan menemukan bukti kuat bahwa perusahaan melaksanakan

earnings management beberapa tahun sebelum pelaksanaan IPO dengan cara memainkan

komponen-komponen accruals. Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

earnings management dimungkinkan untuk terjadi pada IPO.

oleh karena itu Earning manajement di sekitar IPO penting untuk diteliti karena

investor tidak dapat mendeteksi apakah laba yang telah dilaporkan perusahaan di sekitar IPO

tersebut merupakan laba sesungguhnya ataukah laba hasil rekayasa perusahaan. Kesalahan

dalam mendeteksi laba dapat mengakibatkan kegagalan dalam mengalokasikan dana dari

perusahaan yang benar-benar prospektif ke perusahaan yang tidak prospektif.

Penelitian di pasar modal Indonesia tentang manipulasi aktivitas riil dilakukan

oleh Anissa’rahman (2007) pada perusahaan yang melakukan IPO namun tidak dapat

membuktikan dugaan tersebut. Namun penelitian lain oleh Oktorina (2008) berhasil

menemukan bukti bahwa perusahaan melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus

kas kegiatan operasi dan mempengaruhi kinerja pada kelompok 50 perusahaan terbaik

menurut Swa 100 yang memiliki total aktiva diatas Rp. 1 triliun dan EVA terbaik pada

periode tahun 2001-2006. Penelitian oleh Aprilia (2010) juga membuktikan adanya indikasi

perusahaan melakukan earning manajement melalui arus kas kegiatan operasi pada saat right

issue.

Tujuan manipulasi dilakukan adalah agar pasar memberikan respon positif terhadap

penawaran saham perusahaan. Pendekatan yang dapat digunkan dalam manipulasi ini adalah

current cost, yaitu mengakui biaya sekarang sebagai biaya masa depan (future cost) dan

mengakui pendapatan masa depan sebagai pendapatan masa sekarang. Namun manipulasi ini

sulit untuk terus dilakukan pada periode setelah penawaran dan akan mengakibatkan

penurunan kinerja pasca penawaran. Earning manajement pada saat IPO terjadi karena

adanya asimetri informasi dan akan diikuti oleh penurunan kinerja (underperformance)

(Sartika,2005).

Ketimpangan distribusi earnings setelah perusahaan go public, mungkin akan terjadi

jika perusahaan telah melakukan earnings management pada periode sebelum go public,

karena manajemen accrual pada suatu periode akan berdampak pada periode berikutnya. Jika

manajer telah melakukan earnings management sebelum perusahaan go public dengan

menaikkan laba perusahaan maka besar kemungkinan earnings management akan dilakukan

oleh manajer pada periode setelah go public untuk menyesuaikan transaksi keuangan

perusahaan yang sebelumnya telah di judgement sebelum perusahaan melakukan penawaran

sahamnya kepada publik (IPO). Hal tersebut sejalan dengan temuan Jain dan Kini (1994)

5

Page 6: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

akan terjadi penurunan kinerja laba (underperformance) pasca penawaran, meskipun ada

pertumbuhan penjualan dan pengeluaran modal yang tinggi. Pada penelitian lain tentang

earnings management Teoh et al. (1998) yang menemukan bukti kuat bahwa manajer akan

menurunkan tingkat keuntungan yang dilaporkan pada periode setelah go public

Sesuai juga dengan temuan berikut, Sulistyanto dan Midiastuti (2002) yang

melakukan pengujian atas pasar modal Indonesia, berhasil memberikan bukti bahwa

perusahaan yang melakukan penawaran saham tambahan mengalami penurunan kinerja

keuangan dan kinerja saham pasca penawaran. Sulistyanto dan Wibisono (2003) juga

menyatakan bahwa penurunan kinerja keuangan menunjukkan bahwa variabel akrual

diskresioner secara signifikan akan mempengaruhi penurunan kinerja operasi dan kinerja

saham perusahaan dan manajemen laba yang terjadi bersifat menaikkan laba. Begitu juga

penelitian Amin (2007) terhadap perusahaan yang mengeluarkan kebijakan IPO dan diduga

melakukan tindakan manajemen laba mengalami kecenderungan penurunan kinerja pasar

pada akhir tahun. Selain itu, perusahaan yang melaksanakan IPO mengalami penurunan

kinerja keuangan dan kinerja saham dalam jangka panjang setelah IPO.

Dalam penelitian sebelumnya memfokuskan pada dua alat manajemen laba, yaitu

manajemen laba akrual dan manajemen laba riil. Pendekatan yang paling banyak digunakan

untuk mendeteksi ada atau tidaknya manajemen laba akrual adalah model Jones yang

dimodifikasi dan model Dechow et al. (1995), seperti Ardiati (2003), Halim (2005), Ratmono

(2010), Zang (2006) dan Amin (2007).

Ardiati (2003) yang menemukan adanya pengaruh manajemen laba akrual terhadap return

perusahaan. Manajemen laba berpengaruh positif terhadap return perusahaan yang diaudit KAP

Big 5, sedangkan manajemen laba berpengaruh negative terhadap return perusahaan yang diaudit

KAP non Big 5. Amin (2007) yang melakukan pengujian terhadap perusahaan yang melakukan

IPO dan menemukan bukti kuat bahwa perusahaan melakukan manajemen laba baik periode

sebelum maupun setelah IPO. Selain itu, penelitian ini mendukung penelitian Ardiati (2003)

bahwa perusahaan yang melakukan manajemen laba mengalami penurunan harga saham dan

kecenderungan penurunan kinerja saham pada akhir tahun.

Penelitian tentang manajemen laba riil di Indonesia menunjukkan hasil yang variatif,

baik yang menyatakan terdapat manajemen laba riil melalui arus kas produksi (Oktorina, 2008;

Sahabu, 2009) maupun melalui biaya diskresioner serta biaya produksi (Sulistyowati, 2009).

Manajemen laba riil mempunyai pengaruh terhadap laba, selain itu juga berpengaruh

terhadap arus kas yang dilaporkan pada periode bersangkutan. Oleh karena itu, perusahaan yang

melakukan manajemen laba riil dapat dilihat dari arus kas perusahaan tersebut. Roychowdhury

6

Page 7: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

(2003) dalam Oktorina (2008) menemukan bahwa perusahaan yang termasuk dalam sampel

suspect melakukan manajemen laba riil melaporkan laba yang rendah dan mempunyai arus kas

operasi abnormal yang rendah. Roychowdhury (2006) menemukan bukti bahwa perusahaan

menggunakan tindakan manajemen laba riil untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan tertentu

selain untuk menghindari melaporkan kerugian. Hasil penelitian tersebut menunjukkan aktivitas

manajemen laba melalui manajemen laba riil berpengaruh negatif terhadap arus kas kegiatan

operasi yang mendukung penelitiannya terdahulu.

Hal tersebut didukung oleh penelitian Oktorina (2008) bahwa perusahaan melakukan

manajemen laba riil melalui arus kas kegiatan operasi karena terdapat perbedaan rerata yang

signifikan pada arus kas kegiatan operasi abnormal. Dengan pemisahan jenis industri

menunjukkan sampel jenis industri manufaktur diduga cenderung melakukan manajemen laba riil

melalui arus kas kegiatan operasi daripada perusahaan non manufaktur.Selain itu, Oktorina juga

meneliti dampak arus kas kegiatan operasi terhadap kinerja pasar. Menurut Oktorina (2008) arus

kas yang mempunyai muatan manajemen laba riil berdampak terhadap kinerja pasar.

Sahabu (2009) menemukan adanya motivasi manajemen laba pada saat perusahaan

melakukan right issue dengan menggunakan ukuran manajemen laba akrual dan manajemen laba

riil melalui arus kas kegiatan operasi. Namun tidak dapat dibuktikan perusahaan melakukan

manajemen laba riil melalui biaya produksi dan biaya diskresioner. Manajemen laba melalui

akrual dan manajemen laba riil pada saat right issue terbukti mempengaruhi kinerja pasar dalam

jangka pendek.

Hal sebaliknya dibuktikan Sulistyowati (2009) saat menganalisis praktik manajemen laba

melalui teknik manipulasi aktivitas riil dan classification shifting yang dilakukan oleh perusahaan

publik. Penelitian tersebut menunjukkan perusahaan cenderung melakukan manipulasi aktivitas

riil dengan penurunan biaya diskresioner untuk meningkatkan margin dan memproduksi secara

berlebihan agar harga pokok penjualan yang dilaporkan menjadi lebih rendah.

Menurut Zang (2006), walaupun manajer lebih menyukai manipulasi laba melalui

aktivitas riil, akan tetapi manajer tetap mempertahankan kedua teknik tersebut untuk mencapai

target laba yang diinginkan. Sehingga dapat dimungkinkan manajer dapat melakukan teknik

manajemen laba akrual dan manipulasi aktivitas nyata secara bersama-sama baik dengan cara

substitusi maupun simultan.

Berbagai upaya dilakukan manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan salah

satunya yaitu dengan manajemen laba. Namun demikian, adanya praktek manajemen laba tidak

dapat mencerminkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini dapat menyesatkan publik,

khususnya pemakai laporan keuangan karena kinerja perusahaan akan kelihatan baik walaupun

sebenarnya berasal dari manipulasi dan tidak menggambarkan kondisi yang sesungguhnya. Jika

7

Page 8: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

investor mengetahui adanya praktek manajemen laba dan mengetahui kondisiperusahaan yang

sesungguhnya, maka investor akan memberikan reaksi terhadap harga saham, yang nantinya akan

diikuti dengan koreksi harga saham. Reaksi terhadap harga saham dari para investor akan

menghasilkan suatu pengembalian abnormal (abnormal return). Oleh karena itu, manajemen laba

baik melalui manajemen laba akrual dan manajemen laba riil dapat mempengaruhi kinerja pasar.

penelitian Kurniawan dan Rusiti (2004) yang menggunakan rasio-rasio keuangan

untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan tidak dapat membuktikan bahwa terdapat

perbedaan kinerja yang signifikan antara perusahaan yang melakukan SEO dan perusahaan

yang tidak melakukan SEO. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Teoh et al. (1998) yang

menemukan adanya perbedaan kinerja setelah penawaran saham yang dilakukan manajemen.

Sedangkan penelitian Annisaa’rahman (2007) menemukan bahwa variabel manajemen laba

yang diukur dengan akrual diskresioner hanya berpengaruh terhadap kinerja pasar dalam

jangka pendek (1 tahun)

Wibisono (2004) melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Manajemen Laba

Terhadap Kinerja Perusahaan di Seputar Seasoned Equity Offerings (SEO)” yang membagi

accruals berdasarkan periode waktu (current dan long term) dan pengendalian manajemen

(discretionary dan nondiscretionary). Peneliti ini membedakan kinerja menjadi dua, yaitu

kinerja keuangan yang diporsikan dengan profit margin dan pasar yang diporsikan dengan

return saham. Hasil penelitiannya adalah manajer melakukan earning manajement sebelum

SEO, hasil kinerja keuangan perusahaan setelah SEO lebih rndah daripada sebelum SEO, dan

rendahnya kinerja saham setelah IPO dipengaruhi earning manajement menjelang IPO.

Hasil penelitian Anissa’rahman dan Hutagaol (2007), berjudul “Earning Manajement

melalui Accruals dan Real activities Manipulation pada Initial Public Offerings dan Kinerja

Jangka Panjang”, menunjukkan ternyata diemukan motivasi earning manajement pada saat

perusahaan melakukan IPO dengan menggunakan ukuran manajement laba yang klasik yaitu,

proksi discretionary accruals, tetapi tidak dapat dideteksi earning manajement dengan proksi

real activities manipulation. Earning manajement (Discretionary Current Accruals dan

DiscretionaryLomg Term Accruals) terbukti memepengaruhi kinerja pasar dalam jangka

pendek. Kemampuan earning manajement memprediksikan kinerja saham dalam jangka

waktuyang lebih panjang menjadi menurun. Peneliti juga tidak menemukan perbedaan

kinerja saham pada setiap jangka waktu yang disebabkan praktik aerning manajement yang

konservatif dan agresif.

Oleh karena itu penelitian ini dilakukan karena masih terdapat hasil yang belum

konsisten dari beberapa penelitian sebelumnya, sehingga dalam penelitian ini difokuskan

8

Page 9: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

pada manajemen laba melalui akrual dan manipulasi aktivitas riil. untuk mendeteksi adanya

manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan pada saat initial public offerings (IPO)

Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya bahwa pada penelitian ini

menggunakan konsep ukuran manajemen laba klasik berdasarkan atas penelitian

Anissa’rahman dan Hutagaol (2007), dimana perbedaannya yaitu terdapat pada variabel

kinerjanya yang hanya menggunakan kinerja pasar. Sesuai dengan penelitian Wibisono

(2004), kinerja pasar yang diproyeksikan dengan return saham.

Ini digunakan karena secara langsung terpengarui oleh manipulasi yang dilakukan manajer.

Selain itu, rasio antara laba bersih penjualan dapat diukur sejauh mana kemampuan

perushaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tunai.

Dengan demikain, peneliti beranggapan bahwa memang diperlukan penelitian lebih

lanjut dengan periode pengamatan data yang lebih panjang dan penambahan variabel baru

yang menarik untuk dilakukan, untuk memberikan klarifikasi hasil dari penelitian

sebelumnya. Adapun urutan penyajian penelitian ini dimulai dari pendahuluan pada bagian

pertama; (1) latar belakang masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) tujuan maalah (4) manfaat

penelitian, bagian kedua berisi tentang landasan teori, diikuti oleh rancangan penelitian,

bagian selanjutnya ialah hasil dan pembahasan, paper ini ditutup dengan kesimpulan dan

keterbatasan penelitian.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah perusahaan yang listed di BEI melakukan earning manajement melalui

accruals dan real activities manipulation pada saat IPO?

2. Apakah earning manajement melalui accruals dan real activities manipulation pada

perusahaan yang melakukan IPO mempengaruhi kinerja pasar (saham perusahaan)?

4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji secara empiris bahwa earning manajement yang dilakukan oleh

perusahaan yang listed di BEI melalui accruals dan real activities manipulation pada

saat IPO?

2. Untuk menguji secara empiris bahwa kinerja jangka pendek perusahaan setelah IPO

dipengaruhi earning manajement melalui accruals dan real activities.

9

Page 10: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti

Secara akademis sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh gelar Sarjana Strata

Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Mataram.

2. Bagi Emiten

untuk memberikan pemahaman mengenai alat manipulasi manajemen laba baik

melalui akrual diskresioner maupun lewat manipulasi aktivitas nyata sehingga dapat

memperkaya pengetahuan dalam teknik manipulasi laba bagi perusahaan.

3. Bagi investor dan kreditur

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terkait dengan pengambilan

keputusan baik keputusan investasi kredit maupun keputusan sejenis lainnya.

4. Bagi manajer perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai alat manipulasi

manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil.

5. Bagi masyarakat ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian empiris dibidang

akuntansi bagi pengembangannya di masa yang akan datang.

5. TINJAUAN PUSTAKA

5.1 Landasan Teoritis

5.1.1 Teori Agensi

Timbulnya praktek earning manajement dapat dijelaskan dengan teori agensi.

Teori agensi menggambarkan model hubungan anatara principal dan agent. Teori

agensi dimulai ketika pemilik perusahaan tidak mampu mengelola perusahaan sendiri,

sehingga pemilik harus melakukan kontrak dengan para eksekutif untuk menjalankan

perusahaan. Dalam konteks perusahaan, pemilik perusahaan adalah principal dan

manajement perusahaan sebagai agen. Pemilik membayar manajement dan

mengharapkan untuk bertindak sesuai dengan kepentingan para pemilik perusahaan.

Sebagai agen, secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan

10

Page 11: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan menerima kompensasi sesuai

dengan kontrak.

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai

kontrak yang terjadi ketika antara satu atau lebih individu (principal) mengikat

perjanjian dengan individu lainnya (agent) yang melibatkan pendelegasian wewenang

kepada agen dalam pembuatan keputusan. Pada perusahaan yang struktur modalnya

dalam bentuk saham, pemegang saham bertindak sebagai prinsipal, dan dewan direksi

sebagai agen mereka. Pemegang saham mempekerjakan para dewan direksi untuk

bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal dalam hal ini adalah pemegang saham.

Menurut Eisenhard dalam arin (2006), teori agensi dilandasi oleh tiga asumsi yaitu:

1. Asumsi tentang sifat manusia

Asumsi tentang sifat manusia ini menekankan bahwa manusia memiliki sifat yang

mementingkan diri sendiri. Selain itu, manusia memiliki keterbatasan rasionalitas dan

tidak menyukai risiko.

2. Asumsi tentang keorganisasian

Asumsi tentang keorganisasian adalah adanya konflik antara anggota organisasi,

efisiensi sebagai pengukuran produktifitas, dan adanya asimetri informasi antara

prinsipal dan agen.

3. Asumsi tentang informasi

Asumsi tentang informasi dapat diartikan bahwa informasi dipandang sebagai barang

komoditi yang bisa diperjualbelikan.

Dalam konsep teori akuntansi, manajemen sebagai agen seharusnya melakukan

tindakan yang selaras dengan kepentingan prinsipal, namun manajemen dapat melakukan

tindakan-tindakan yang hanya memaksimalkan kepentingan sendiri. Agen bisa melakukan

tindakan yang tidak menguntungkan prinsipal secara keseluruhan yang dalam jangka panjang

bisa merugikan kepentingan dari perusahaan tersebut.

Perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal inilah yang disebut dengan masalah

keagenan yang salah satunya disebabkan oleh asimetri informasi. Hal tersebut dapat

menimbulkan permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan prinsipal untuk melakukan

pengawasan dan pengendalian terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh agen.

Hubungan ini menyebabkan agen cenderung melakukan perilaku yang tidak semestinya

(disfunctional behaviour).

11

Page 12: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

Menurut Jansen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa permasalahan tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Moral hazard

Merupakan permasalahan yang timbul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang

disepakati bersama dalam kontrak kerja, atau menyeleweng dari kesepakatan yang telah

ditetapkan.

b. Adverse selection

Merupakan suatu tindakan dimana principal tidak dapat mengetahui apakah suatu

kepentingan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi yang telah

diperolehnya atau terjadi sebagai sebuah kesalahan tugas.

5.1.2 Earning Manajement

Herawaty (2008) menyatakan bahwa para manajer memiliki fleksibilitas untuk

memilih beberapa alternatif dalam mencatat transaksi sekaligus memilih opsi-opsi yang

ada dalam perlakuan akuntansi. Fleksibilitas ini digunakan oleh manajemen perusahaan

untuk mengelola laba. Perilaku menejemen yang mendasari lahirnya manajemen laba

adalah perilaku opportunistic manajer dan efficient contracting.

Perilaku opportunistic yang dilakukan oleh manajer yaitu memaksimalkan utilitasnya

dalam menghadapai kontrak kompensasi dan hutang, dan political cost (Scott, 2000).

Perilaku opportunis ini direfleksikan dengan melakukan rekayasa keuangan dengan

menerapkan income increasing atau income decreasing decretionary accrual. Sedangkan

sebagai efficient contracting yaitu meningkatkan keinformatifan laba dalam

mengkomunikasikan informasi privat. Perilaku menejemen oportunis dikenal dengan

istilah earnings management.

Menurut Healy dan Wahlen (dalam Sulistyanto, 2008) earnings management

muncul ketika manajer menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan yang

mengubah transaksi untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan menyesatkan

stakeholder yang ingin mengetahui kinerja perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil

kontrak yang menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan itu.

Menurut Paul M Healy dan James M Wahley (dalam Suyatmin & Suwarno, 2002:

157), manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan pertimbangan dalam

pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan yang

menyesatkan terhadap pemegang saham atas dasar kinerja ekonomi organisasi atau untuk

12

Page 13: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

mempengaruhi hasil sesuai dengan kontrak yang tergantung pada angka-angka akuntansi

yang dilaporkan.

Menurut Scott (2003) earning manajement adalah suatu tindakan manajemen untuk

memilih kebijakan akuntansi yang akan digunakan dari suatu standar tertentu dengan tujuan

memaksimalkan kesejahteraan dan atau nilai pasar perusahaan. Memahami earning

manajement merupakan hal yang sanagt penting bagi akuntan dan khususnya manajer untuk

meningkatkan pemahaman atas kegunaan net income, baik yang dilaporkan kepada investor,

kreditur, maupun kepada pihak-pihak yang berkepentingan kepada perusahaan. Earning

manajement dapat dilakukan dengan pendekatan pemilihan metode akuntansi, maupun

pendekatan rekayasa discretionary accruals.

Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

earning manajement adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh manajement untuk

merekayasa laporan keuangan perusahaan sehingga menggambarkan keadaan atau isi laporan

keuangan yang tidak sebenarnya kepada stakeholder dengan pertimbangan hal-hal tertentu.

Earning manajement dilakuakn karena manajemen berkepentingan terhadap laporan

keuangan tersebut, dengan maksud untuk memberikan deskripsi informasi keuangan (laba)

perusahaan yang stabil, dimana supaya pihak kreditur masih memberikan kepercayaan dan

tetap menginvestasikan dananya kepada perusahaan. Earning manajement dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut (Scott, 2003:383):

1. Menaikkan Laba

Tindakan ini dilakukan untuk tujuan melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan

bonus yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi,

mendorong manajer untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna menaikkan laba

untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan. Jadi tindakan ini dilakukan pada

saat laba sedang menurun. Perusahaan yang melakuakn pelanggaran perjanjian hutang

mungkin akan memaksimalkan pendapatan.

2. Menurunkan Laba

Ini dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi

denganmempercepat penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui

pengeluaran- pengeluaran sebagai biaya. Pada saat profitabilitas perusahaan sangat

tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis, kebijakan yang

diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan aktiva tak berwujud, biaya

13

Page 14: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

iklan, dan pengeluaran untuk penelitian dan penegembangan, hasil akuntansi untuk

biaya eksplorsi.

3. Meratakan Laba

Hal ini dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan

eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih menyukai laba

yang relatif stabil.

Pola-pola earning manajement yang biasa dilakukan oleh manajer yang dikemukakan

scott (2003:383), adalah sebagai berikut:

1. Taking a bath

Pola ini terjadi selama periode pada saat terjadinya reorganisasi seperti adanya

pergantian CEO baru. Jika manajer merasa harus melaporkan kerugian maka ia akan

melaporkan dalam jumlah yang besar. Misalkan dengan cara mengakui biaya-biaya pada

periode-periode yang akan datang dan kerugian periode berjalan. Dengan tindakan ini,

manajer berharap dapat meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan atas kerugian

perusahaan dapat dilimpahkan pada manajer lama.

2. Income minimization

Perusahaan akan meminimumkan laba pada saat perusahaan memperoleh

profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapatkan perhatian secara politis.

Kebijakan yang diambil bisa berupa pembebanan pengeluaran iklan serta riset dan

pengembangan yang cepat dan sebagainya.

3. Income maximization

Manajer mungkin memaksimalkan laba bersih yang dilaporkan untuk tujuan

memperoleh bonus yang lebih besar. Demikian pula dengan perusahaan yang melakukan

pelanggaran perjanjian utang, mungkin juga manajer akan memaksimumkan pendapatan

dengan tujuan agar kreditur masih memberikan kepercayaan pada perusahaan tersebut.

4. Income smoothing

Merupakan sarana yang paling sering dimanfaatkan dan paling populer digunakan

manajemen untuk menaikkan atau menurunkan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang

dilaporkan sehingg perusahaan terlihat stabil dan tidak berisiko tinggi.

Menurut (Riyanto & Bachrudin, 2005). Metode untuk melakukan manajemen laba

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Memanfaatkan Peluang Untuk Membuat Estimasi Akuntansi.

14

Page 15: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

Pihak manajemen dalam menerapkan manajemen laba adalah dengan mempengaruhi

laba melalui judgment terhadap estimasi akuntansi, diantaranya estimasi tingkat

piutang tidak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi

aktiva tidak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain.

2. Mengubah Metode Akuntansi.

Perubahan metode akuntansi dapat dilakukan untuk mencatat suatu transaksi. Misal

merubah metode depresiasi dari angka tahun menjadi depresiasi garis lurus.

3. Menggeser Periode Biaya Atau Pendapatan.

Rekayasa ini sering disebut sebagai manipulasi keputusan operasional, dengan cara

mempercepat atau menunda pengeluaran operasional. Perusahaan yang mencatat

persediaan dengan menggunakan metode LIFO, juga dapat merekayasa peningkatan

laba melalui pengaturan saldo persediaan.

Scott (2003:377), juga mengemukakan beberapa motivasi mengapa

perusahaan melakukan earning manajement, antara lain:

1. Bonus Plan

Laba sebagai indicator penilaian prestasi manajer perusahaan, dengan cara

menetapkan tingkat laba yang harus dicapai dalam periode tertentu.manajer yang

memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistik

untuk melakukan earning manajement dengan memaksimalkan laba saat ini.

2. Initial Public Offering

Informasi keuangan yang ada dalam prospectus saat perusahaan go public, merupakan

sumber informasi yang sangat penting, dimana informasi ini akan digunakan sebagai

acuan bagi calon investor tentang nilai perusahaan. Disini manajer akan berusaha

mempengaruhi investor dengan melakukan manipulasi/menaikkan laba pada laporan

keuangannnya.

3. Stock Price Effects

Manajer melakukan earning manajement dalam laporan keuangan dengan tujuan

untuk mempengaruhi pasar

4. Political Motivations

Untuk mengurangi biaya politis dan pengawasan dari pemerintah, maka manajer

melakukan penurunan laba, dengan tujuan untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas

dari pemerintah misalnya berupa subsidi. Menurunkan laba, juga dilakukan untuk

meminimalkan tuntutan serikat buruh.

15

Page 16: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

5. Taxation Motivations

manajer berusaha menurunkan laba untuk mengurangi beban pajak yang harus

dibayarkan. Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi earning manajement yang

paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan untuk tujuan melakukan

penghematan biaya pajak pendapatan.

6. Pergantian CEO

Dalam kasus pergantian CEO (manajer) yang biasanya terjadi pada akhir tahun

tugasnya, manajer akan melaporkan laba yang lebih tinggi, sehingga CEO yang baru

akan merasa sangat berat untuk mencapai tingkat laba tersebut.

Earning Manajement melalui Accruals

Salah satu tehnik earning manajement yang biasa digunakan manajemen adalah

accruals. Accruals merupakan selisih antara kas masuk bersih dari hasil operasi

perusahaan dengan laba yang dilaporkan dalam laporan laba-rugi, yang bisa bersifat

discretionary accruals dan non-discretionary accruals (Sulistyanto, 2008).

Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan laporan keuangan

menggunakan dasar akrual. Sistem akuntansi akrual sebagaimana yang ada pada prinsip

akuntansi yang diterima umum memberikan kesempatan kepada manajer untuk

rnembuat pertimbangan akuntansi yang akan memberi pengaruh kepada pendapatan

yang dilaporkan. Dalam hal ini pendapatan dapat dimanipulasi melalui discretionary

accruals (Gumanti, 2000).

Gumanti (2000) menjelaskan transaksi akrual bisa berwujud 1) transaksi yang

bersifat non-discretionary accruals, yaitu apabila transaksi telah dicatat dengan metode

tertentu maka manajemen diharapkan konsisten dengan metode tersebut, dan 2) transaksi

yang bersifat discretionary accruals, yaitu metode yang memberikan kebebasan kepada

manajemen untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara fleksibel.

Manajer cenderung memilih kebijakan manajemen laba dengan mengendalikan

transaksi akrual yaitu kebijakan akuntansi yang memberikan keleluasaan pada

manajemen untuk membuat pertimbangan akuntansi yang akan memberi pengaruh pada

pendapatan yang dilaporkan. Manajemen laba akrual dapat diukur dengan discretionary

accruals modified Jones models (1991). Perhitungan akrual abnormal diawali dengan

perhitungan total akrual. Total akrual adalah selisih antara laba dan arus kas yang berasal

dari aktivitas operasi. Dalam Sahabu (2009) total akrual dapat dibedakan menjadi dua

bagian, yaitu: (1) bagian akrual yang memang sewajarnya ada dalam proses penyusunan

laporan keuangan, disebut normal accruals atau non-discretionary accruals, dan (2) bagian

16

Page 17: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

akrual yang merupakan manipulasi data akuntansi yang disebut dengan abnormal accruals

atau discretionary accruals.

Dasar accruals ini telah disepakati sebagai dasar penyusunan laporan keuangan karena

dasar accruals dipandang lebih rasional dan adil daripada dasar kas. Tujuan pemilihan basis

accruals ditujukan untuk menjadikan laporan keuangan lebih informative yaitu laporan

keuangan yang lebih mencerminkan kondisi sebenarnya. Namun sayangnya dasar accruals ini

dapat sedikit digerakan sehinggan dapat mengubah angka laba yang dihasilakan. Peluang ini

sering dimanfaatkan oleh manajer ketika mereka menghendaki insentif tertentu bagi dirinya

(Wibisono,2004)

Dengan demikian, laporan keuangan yang disusun dengan dasar accruals ini

diharapkan dapat mencerminkan kondisi riil perusahaan. Dalam mengaplikasikan kebijakan

accruals digunakan accruals, deferral dan prosedur alokasi yang bertujuan untuk

menyesuaikan beban dan pendapatan dengan periodenya, bukan mengaitkan beban dan

pendapatan atas pengeluaran dan penerimaan kas (cash basis) (Chaerul,2003).

Oleh Karena itu, kebijakan accruals dalam mengaplikasikan standar akuntansi ini

dapat digunakan untuk melakuakan earning manajement . misalnya untuk menaikan laba,

manajement dapat memanfaaatkan judgement dengan menurunkan estimasi tungkat piutang

tak tertagih atau memperpanjang kurun waktu deprisiasi aktiva serta dapat menggeser

pendapatan dan biaya.

Pengukuran Earning Manajement melalui Accruals

Dechow et al (1995) telah mengevaluasi beberapa model untuk mendeteksi dan

mengukur earning manajement berdsarkan accruals. Berbagai metode tersebut antara lain:

1. Model Healy

Healy (1985) meguji manajement laba dengan membandingkan rata-rata total accruals

(diskala dengan lag total asset) antara variabel yang merupakan bagian earning manajement.

Model Healy dirumuskan sebagai berikut:

NDAt = ∑TA T

Dimana:

NDA : estimasi nondiscreationary accrualsTA : total accruals yang diskala lag total asset

T :1,2,…,t merupakan tahun subscript untuk tahun-tahun yang termasuk dalam periode estimasi

t : tahun subscript yang menjunjukkan suatu tahun dalam periode berjalan

17

Page 18: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

2. Model DeAngelo

DeAngelo (1986) menguji earning manajement dengan memperhitungkan perbedaan

pertama dalam total accruals, serta mengasumsikan bahwa perbedaan pertama mempunyai

nilai ekspektasi nol dibawah hipotesis nol yaitu tidak adanya earning manajement.

Nondiscreationar accruals berdasarkan model ini, sebagai berikut:

NDAt = TAt-1

3. Model Jones yang Dimodifikasi

Model Jones yang dimodifikasi oleh Dechow, Sloan dan Sweeny (1995) dirancang untuk

mengurangi kecenderungan terjadinya kesalahan model Jones, ketika discretionary

diterapkan pada pendapatan. Perubahan pendapatan ini disesuaikan dengan perubahan piutng,

karena dalam pendapatan atas pejualan tentu saja ada yang berasal dari penjualan kredit.

Pengurangan terhadap nilai piutang untuk menunjukkan bahwa pendapatan yang diterima

benar-benar merupakan pendapatan bersih (Dechow et al, 1995).

Seperti yang dilakukan oleh Jones (1991) perhitungan dilakukan dengan menghitung

total laba accruals, kemudian memisahkan nondiscretionary (tingkat laba accruals yang

wajar) dan discretionary ( tingkat laba accruals tidak normal). Total accruals merupakan

selisih antara net income dengan cash flow operation yang dirumuskan sebagai berikut:

TAit = (NIit – CFOit)

Dimana:

TA : Total Accruls perusahaan I pada periode t

NIit : laba bersih (net income) perusahaan i pada periode t

CFOit : Kas dari operasi (cash flow operation) perusahaan I pada periode t

Total accruals (TAit) sendiri merupakan penjumlahan dari nondiscretionary dengan discretionary accruals dengan persamaan berikut;

TAit = NDAit +DAit

Dimana:

TAit : Total accruals perusahaan i pada periode t

NDAit : Nondiscretionary accruals perusahaahn i pada periode t

DAit : Discretionary accruals perusahaan i pada periode t

18

Page 19: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

Perhitungan untuk Nondiscretionary accruals menurut Jones yang dimodifikasi kemudian dirumuskan sebagai berikut:

NDAit = α1 (1/Ait -1) +β1(∆REVit/Ait-1-∆RECit/Ait-1)+β2(PPEit/Ait-1)+ Ɛit

Dimana:

NDAit : Nondiscreationary accruals perusahaan i pada periode t

∆REVit : Pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi pendapatan tahun t-1

∆RECit :Piutang perusahaan i pada tahun t dikurangi piutang tahun t-1

Ait-1 : Total asset perusahaan tahun i pada tahun t-1

α1,β1,β2 : Parameter specific perusahaan

PPEit : Aktiva tetap perusahaan i pada tahun t

Ɛit : Error term perusahaan i pada tahun t

Berdasarkan persamaan sebelumnya, maka discretionary accruals dirumuskan sebagai berikut:

DAit = TAit/Ait – [α1(1/Ait-1) + β1(∆REVit/Ait-1-∆RECit/ Ait-1) + β2(PPEit/Ait-1)+ Ɛit

Model Jones dan Jones modifikaso memiliki standar error terendah dibandingkan

dengan model-model lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model inilah yang lebih

efektif untuk mendapatkan nondiscretionary accruals dan lebih kecil mengalami kegagalan

kesalahan spesifikasi. Penelitian ini menggunakan Jones modifikasi yang disesuaikan

penelitian Teoh et al. (1998) dalam Wibisono (2004) yang membagi accruals berdasarkan

periode waktu (current dan long term) dan pengendalian manajemen (discretionary accruals

dan nondiscretionary accruals), sehingga menghasilkan 4 jenis accruals, yaitu discretionary

current accruals (DCA), discretionary long term accruals (DLTA), nondiscretionary current

accruals (NDCA), nondiscretionary long term accruals (NDLTA). DCA dan NDCA

merupakan accruals yang berasal dari aktiva lancer, sedangkan DLTA dan NDLTA

merupakan accruals yang berasal dari aktiva tetap.

19

Page 20: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

5.1.3 Earning Manajement melalui Real Activities Manipulation

Roychowdhury (2006) menjelaskan bahwa kegiatan manajemen laba melalui

manipulasi aktivitas riil merupakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen melalui

aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode akuntansi. Kegiatan manajemen laba riil

ini dimulai dari praktek operasional normal, yang dimotivasi oleh manajer yang

berkeinginan untuk mengelabui bahkan menyesatkan stakeholder yang ingin mengetahui

kinerja dan kondisi perusahaan. Kegiatan manipulasi aktivitas riil sebenarnya tidak

memberikan kontribusi untuk nilai perusahaan walaupun mungkin tujuan para manajer

tercapai dalam penentuan target laba yang mereka harapkan.

Pelaporan tertentu dengan metode manipulasi aktivitas riil, seperti diskon harga dan

pengurangan biaya diskresioner (Roychowdhury,2006), ini mungkin tindakan-tindakan yang

optimal dalam keadaan ekonomi tertentu. Namun, jika manajer terlibat dalam kegiatan-

kegiatan ini lebih luas daripada yang normal, maka mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan

manipulasi aktivitas riil sesuai dengan definisi dalam penelitian ini.

Terdapat dua alasan yang mendasari dipilihnya manajemen laba melalui manipulasi

aktivitas riil daripada manipulasi akrual yaitu (1)manipulasi akrual lebih sering dijadikan

pusat pengamatan atau inspeksi oleh auditor dan regulator daripada keputusan tentang

penentuan harga dan produksi. Sehingga pilihan akuntansi yang dilakukan terkait dengan

akrual pada perusahaan mempunyai risiko yang lebih besar terhadap pemeriksaan oleh pihak

yang berwenang di pasar modal dan perusahaan akan mendapatkan sangsi apabila terbukti

melakukan penyimpangan standar akuntansi yang berlaku umum dengan tujuan untuk

memanipulasi laba, dan (2) hanya menitikberatkan perhatian pada manipulasi akrual

merupakan tindakan yang berisiko. Selain itu, perusahaan mungkin mempunyai fleksibilitas

yang terbatas untuk mengatur akrual, misalnya keterbatasan dalam melaporkan akrual

diskresioner (Graham et al,2005).

Kegiatan manipulasi aktivitas riil ini terjadi sepanjang periode akuntansi dengan

tujuan spesifik yaitu memenuhi target laba tertentu, menghindari kerugian, dan mencapai

target analyst forecast. Selain itu kegiatan manipulasi aktivitas riil berdampak tidak hanya

pada akrual saja namun juga pada arus kas.

5.1.4 Earning Manajement Tehnic melalui Real Activities Manipulation

Dalam mendeteksi tindakan manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil yang

dilakukan oleh perusahaan, Roychowdhury (2006) menggunakan model Dechow et al. (1998)

dan fokus pada tiga metode manipulasi berikut yaitu:

20

Page 21: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

1. Manipulasi penjualan

Didefinisikan sebagai usaha manajemen untuk meningkatkan penjualan secara

temporer dengan menawarkan diskon harga dan memperlunak kredit yang diberikan. Sebagai

contoh peningkatan volume penjualan sebagai hasil dari penawaran diskon harga pada waktu

tertentu akan menyebabkan arus kas masuk menjadi besar, namun arus kas masuk per

penjualan, diskon bersih dari tambahan penjualan, lebih rendah dari arus kas per normal

penjualan atau dengan kata lain terjadi penurunan margin. Cara lain yang dilakukan

manajemen untuk meningkatkan volume penjualan adalah dengan menawarkan kredit lunak

seperti menawarkan tingkat bunga kredit yang lebih rendah pada akhir tahun fiskal. Hal ini

akan meningkatkan laba atau arus kas masuk perusahaan seketika. Volume penjualan yang

meningkat menyebabkan laba tahun berjalan tinggi namun arus kas menurun karena arus kas

masuk kecil akibat penjualan kredit dan potongan harga.

2. Mengurangi Biaya Diskresioner.

Biaya diskresioner merupakan biaya-biaya yang tidak mempunyai hubungan

yang akurat dengan output dan merupakan biaya yang outputnya tidak dapat diukur

secara moneter (Citraresmi, 2009). Menurut Roychowdhury (2006) biaya diskresioner

terdiri dari biaya iklan, biaya riset dan pengembangan, biaya penjualan, serta biaya

administrasi dan umum.

Biaya diskresioner yang dapat dikurangi adalah biaya iklan, biaya penelitian dan

pengembangan, dan biaya penjualan, umum, dan administrasi seperti biaya pelatihan

karyawan dan biaya perbaikan dan perjalanan. Pengurangan terhadap biaya-biaya ini pada

akhir periode menyebabkan rekening utang berkurang di bawah normal dan berdampak pada

akrual abnormal yang positif. Dengan demikian perusahaan dapat mengurangi biaya yang

dilaporkan sehingga akan meningkatkan laba. Contoh manipulasi yang biasa dilakukan

manajemen terkait dengan pengeluaran biaya diskresioner adalah jika pengeluaran atas biaya

diskresioner dalam bentuk kas, maka pengurangan pengeluaran ini akan memperkecil arus

kas keluar dan akan memiliki dampak positif terhadap arus kas kegiatan operasi abnormal

pada periode sekarang, namun mungkin sebaliknya juga akan menimbulkan risiko rendahnya

arus kas di masa yang akan datang.

3. Teknik berikutnya adalah dengan melakukan produksi besar-besaran

(Overproduction)

Yaitu memproduksi barang lebih besar daripada yang dibutuhkan dengan tujuan

mencapai permintaan yang diharapkan sehingga laba dapat meningkat. Produksi dalam skala

besar menyebabkan biaya overhead tetap dibagi dengan jumlah unit barang yang besar

21

Page 22: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

sehingga rata-rata biaya per unit dan harga pokok penjualan menurun. Penurunan harga

pokok penjualan ini akan berdampak pada peningkatan margin operasi. Sepanjang penurunan

pada biaya tetap per unit tidak dapat ditutupi oleh peningkatan biaya marginal per unit, maka

biaya total per unit menurun. Hal ini menyebabkan harga pokok penjualan yang dilaporkan

lebih rendah dan perusahaan dapat melaporkan margin operasi yang lebih baik. Dampak lain

dari penurunan harga pokok per unit barang yang diproduksi besar-besaran adalah arus kas

kegiatan operasi lebih rendah daripada tingkat penjualan normal. Thomas dan Zhang (2006)

menemukan bahwa perusahaan melakukan produksi besar-besaran dengan tujuan untuk

meningkatkan laba yang dilaporkan.

Berdasarkan uraian sebalumnya, maka manipulasi dengan biaya discretioner tidak

dapat diperhitungkan dalam penelitian ini karena memilki karakteristik yang hampir sama

dengan manipulsi accruals murni, yaitu pengurangan beberapa komponen biaya yang

memungkinkan dilakukan dengan pergeseran waktu pelaporan biaya.

Pengertian Initial Public Offering

Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana merupakan proses

penjualan saham suatu perusahaan kepada masyarakat umum untuk pertama kalinya.

Menurut keputusan menteri keuangan RI No.859/KMK.01/1987, pasar perdana adalah

penawaran surat berharga untuk pertama kalinya kepada pemodal selama masa tertentu

sebelum surat berharga tersebut dicatatkan di bursa. Sedangkan menurut panduan go-public,

pengertian penawaran umum perdana (IPO) adalah penawaran efek dengan menggunakan

media masa atau ditawarkan kepada lebih dari 100 pihak atau telah dijual kepada 50 pihak.

Keputusan menjadi perusahaan go-public, memberikan beberapa konsekuensi yang

harus dipatuhi oleh emiten, yaitu keharusan untuk keterbukaan (full disclosure), keharusan

untuk mengikuti peraturan-peraturan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan, kebijakan

membayar deviden, dan senantiasa berusaha untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan

perusahaan (Sunarsih, 2003)

Kinerja pasar

Secara umum tujuan pengukuran kinerja manajemen yaitu mengukur efektivitas

dan efisiensinya kinerja yang telah dilakukan untuk mencapai target yang telah ditetapkan.

Ada beberapa aspek penting dalam mengevaluasi kinerja dalam suatu perusahaan.

Evaluasi kinerja yang dapat dilakukan dalam suatu perusahaan dapat digolongkan kepada

dua aspek, yaitu evaluasi kinerja pada aspek keuangan dan evaluasi kinerja pada aspek

non-keuangan. Hasil evaluasi tersebut dapat menilai bagaimana manajemen dapat

mencapai target yang ditetapkan, dilihat dari segi keuangan maupun non-keuangan.

22

Page 23: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan, yang dapat

diukur dengan data dari laporan keuangan perusahaan. Menurut Suta (2006)

engukuran kinerja keuangan digolongkan menjadi dua yaitu kinerja akuntansi

dan kinerja pasar. Kinerja akuntansi dapat diukur melalui pertumbuhan

penjualan, profitabilitas, return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan earning

per share (EPS). Sedangkan kinerja pasar dapat diukur melalui return saham,

likuiditas saham, distribusi saham dan kapitalisasi pasar.

Laporan keuangan merupakan alat komunikasi pihak internal yaitu manajemen

dengan pihak eksternal yaitu kreditur, investor dan pemerintah. Pelaku pasar modal

memerlukan informasi dari laporan keuangan untuk mengevaluasi kinerja manajemen

dan mengambil keputusan investasi. Investor dan calon investor cenderung

memperhatikan laba yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut. Oleh karena itu,

informasi laba memainkan peranan penting dalam proses pengambilan keputusan oleh

pemakai laporan keuangan.

Situasi ini disadari oleh manajemen terutama dari kalangan manajemen yang

kinerjanya diukur berdasarkan informasi laba, sehingga mendorong timbulnya disfunctional

behavior. Salah satu cara yang dilakukan oleh manajemen dalam proses penyusunan laporan

keuangan yang dapat mempengaruhi tingkat laba yaitu dengan manajemen laba

(earnings management) yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan tersebut akan

mempengaruhi kinerja pasar. Sehingga investor memberikan reaksi berupa koreksi harga

saham perusahaan tersebut.

Perilaku manajemen yang mendasari timbulnya manajemen laba yaitu perilaku

oportunistik dan efficient contracting (Herawaty, 2008). Perilaku oportunistik manajemen

yang menaikkan jumlah discretionary accruals menyebabkan laba yang dilaporkan

meningkat. Pada pasar yang efisien peningkatan jumlah laba akan direaksi positif oleh

pasar sehingga harga pasar saham perusahaan akan naik, yang pada akhirnya meningkatkan

jumlah return yang diperoleh oleh para pemegang saham. Dengan demikian, tingkat

pengembalian investasi perusahaan atau return saham dapat menjadi indikator pengukuran

kinerja pasar.

Menurut Hartono (2000) pasar dikatakan tidak efisien bila satu atau beberapa pelaku

pasar dapat menikmati abnormal return dalam jangka waktu yang cukup lama.

Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang

sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return

23

Page 24: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

ekspektasi, yaitu return yang diharapkan oleh investor, yang terjadi pada kejadian

normal dan tidak terjadi suatu peristiwa. Dengan demikian, abnormal return merupakan

selisih dari return sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasi investor. Menurut

Brown dan Warner (1985) dalam Hartono (2000) ada tiga model yang dapat

digunakan untuk menghitung return ekspektasi, yaitu dengan mean adjusted model,

market model, dan market-adjusted model.

5.2 Penelitian Terdahulu

Berikut merupakan beberapa penelitian yang telah dilakukan yang berhubungan

dengan earning manajement melalui accruals dan real activities manipulation pada initial

public offering dan kinerja pasar.

Wibisono (2004), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Manajemen Laba

Terhadap Kinerja Perusahaan di Seputar Seasoned Equity Offerings (SEO)”, yang membagi

accruals berdasarkan periode waktu (current dan long term) dan pengendalian manajemen

(discretionary accruals dan nondiscretionary accruals), sehingga menghasilkan 4 jenis

accruals, yaitu discretionary current accruals (DCA), discretionary long term accruals

(DLTA), nondiscretionary current accruals (NDCA), nondiscretionary long term accruals

(NDLTA). DCA dan NDCA merupakan accruals yang berasal dari aktiva lancer, sedangkan

DLTA dan NDLTA merupakan accruals yang berasal dari aktiva tetap. Penelitian ini

membedakan kinerja menjadi 2, yaitu kinerja keuangan yang diproyeksikan dengan profit

margin dan kinerja pasar yang diproyeksikan dengan return saham. Hasil penelitiannya

adalah manajer melakukan earning manajement sebelum SEO, hasil kinerja keuangan

perusahaan setelah SEO lbeih rendah daripada sebelum SEO, dan rendahnya kinerja saham

setelah IPO, ini dipengaruhi oleh earning manajemen menjelang IPO.

Amin (2007) yang melakukan pengujian terhadap perusahaan yang melakukan IPO

dan menemukan bukti kuat bahwa perusahaan melakukan manajemen laba baik periode

sebelum maupun setelah IPO. Penelitian ini mendukung penelitian Ardiati (2003)

24

Page 25: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

bahwa perusahaan yang melakukan manajemen laba mengalami penurunan harga saham

dan kecenderungan penurunan kinerja saham pada akhir tahun. Dalam penelitiannya,

Ardiati (2003) menemukan adanya pengaruh manajemen laba melalui manajemen laba

akrual terhadap return perusahaan. Manajemen laba berpengaruh positif terhadap return

perusahaan yang diaudit KAP Big 5, sedangkan manajemen laba berpengaruh negatif

terhadap return perusahaan yang diaudit KAP non Big 5.

Oktorina (2008) menemukan bahwa perusahaan melakukan manipulasi aktivitas

riil melalui arus kas kegiatan operasi karena terdapat perbedaan rerata yang signifikan pada

arus kas kegiatan operasi abnormal. Dengan pemisahan jenis industri menunjukkan sampel

jenis industri manufaktur diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui

arus kas kegiatan operasi daripada perusahaan non manufaktur. Selain itu, Oktorina

juga meneliti dampak arus kas kegiatan operasi terhadap kinerja pasar. Konsisten

dengan Roychowdhury (2003) bahwa perusahaan yang melaporkan laba rendah, yaitu

perusahaan yang masuk ke dalam sampel suspect melakukan manajemen laba riil, memiliki

arus kas operasi abnormal yang rendah dan biaya produksi abnormal yang tinggi.

Mendukung penelitiannya terdahulu Roychowdhury (2006) menyatakan bahwa

perusahaan menggunakan tindakan manajemen laba riil untuk mencapai tujuan pelaporan

keuangan tertentu selain untuk menghindari melaporkan kerugian. Hasil penelitian

menunjukkan aktivitas manajemen laba melalui manajemen laba riil berpengaruh

negatif terhadap arus kas kegiatan operasi.

Zang (2006) memprediksi dan menemukan bahwa perusahaan dengan tingkat

manajemen laba yang tinggi di masa lalu cenderung menyukai menggunakan

manajemen laba riil daripada manajemen laba akrual. Zang (2006) menemukan bukti yang

konsisten bahwa perusahaan menggunakan teknik overproduction untuk meningkatkan

laba yang dilaporkan.

Aprilia (2010) melakukan penelitian dengan judul “ Indikasi Manajement Laba

Melalui Aktivitas Riil”. Objek penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan penawaran

saham tambahan (Right Issue) dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 (firm tear) dan

25

Page 26: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

menggunakan data laporan keuangan antara 2 tahun sebelum dan seseudah perusahaan right

issue. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia terindikasi secara

signifikan melakukan earning manajement melalui real activities manipulation arus kas

operasi pada saat right issue. Perusahaan di Indonesia tidak terindikasi secara signifikan

melakukan earning manajement melalui real acticities manipulation biaya produksi pada

saat right issue.

Hasil penelitian berjudul “Earning Manajement melalui Accruals dan Real activities

Manipulation pada Initial Public Offering dan Kinerja Jangka Panjang” oleh

Annisaa’rahman dan Hutagaol (2007), yang membagi proksi earning manajement menjadi 6

yaitu, discretionary current accruals (DCA), discretionary long term accruals (DLTA),

nondiscretionary current accruals (NDCA), nondiscretionary long term accruals (NDLTA),

real manipulation penjualan (RAMCFO), dan real manipulation produksi (RAMCOGS).

Objek penelitian perusahaan yang melakukan IPO dari tahun 1994-2003 untuk periode 1

tahun sebelum perusahaan IPO sampai 3 tahun setelah perusahaan IPO. Hasil penelitian ini

menunjukkan ternyat ditemukan motivasi earning manajement pada saat perusahaan

melakukan IPO dengan menggunakan ukuran earning manajement yang klasik, yaitu proksi

discretionary accruals namun tidak dapat dideteksi earning manajement dengan proksi real

activities manipulation. Earning manajement (Discretionary Current Accruals dan

Discretionary Long Term Accruals) terbukti mempengaruhi kinerja pasar dalam jangka

pendek. Kemampuan earning manajement memprediksi kinerja saham dalam jangka waktu

yang lebih panjang menjadi menurun. Penelitian juag tidak menemukan adanya perbedaan

kinerja saham pada setiap jangka yang disebabkan oleh praktik earning manajement yang

konservatif dan agresif.

Penelitian ini mengacu pada penelitian Annisa’rahman dan Hutagaol (2007), dimana

persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu yaitu:

1. Sama-sama menggunakan variabel penelitian earning manajement melalui

accrual dan real activities dan kinerja.

2. Menggunakan data yang berasal dari Bursa Efek Indonesia (BEI).

Perbedaan yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian

ini akan mengukur pengaruh earning manajement melalui accruals dan real activities

manipulation terhadap kinerja jangka pendek (kinerja pasar dengan proksi yaitu return

saham). Dimana akan dilakukan dengan menggunakan sampel perusahan yang melakukan

26

Page 27: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

IPO tahun 2001 dengan informasi laporan keuangan saat IPO tahun 2001, dan setelah

melakukan IPO (2002-2004) dimana laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan

adalah yang bersifat triwulanan. Sedangkan penelitian sebelumnya yaitu mengukur pengaruh

IPO terhadap kinerja jangka panjang. dimana menggunakan sampel perusahaan yang

melakukan IPO dari tahun 1994-2003 untuk periode 1 tahun sebelum perusahaan IPO sampai

3 tahun setelah perusahaan IPO.

Variabel kinerja pada penelitian sebelumnya diukur dengan mengguakan dua ukuran

kinerja saham yaitu Cummulative Abnormal Return (CAR) dan Bu and Hold Return (BHR)

dengan menggunakan Benchmark Market-Adjusted Return dan LQ45-Adjusted Return serta 1

kinerja operasi perusahaan yang diproyeksikan dengan Return On Equity (ROE). Sedangkan

dalam penelitian ini hanya akan mengukur kinerja pasar yang diproyeksikan dengan return

saham.

5.3 Kerangka Konseptual Penelitian

Kebutuhan akan tambahan modal semakin bertambah sejalan dengan perkembangan

perusahaan. Hal ini menuntut manajemen untuk memilih apakah tambahan modal akan

dilakukan dengan cara utang atau dengan menambah jumlah kepemilikan saham dengan

penerbitan saham baru. Banyak perusahaan yang melakukan penawaran umum saham untuk

mendapatkan dana tersebut karena terdapat manfaat yang dapat dirasakan perusahaan.

Menjelang dan pada saat penawaran biasanya perusahaan melakukan manipulasi terhadap

kinerja. Manipulasi yang dilakukan oleh manajement ini dikenal dengan istilah earning

manajement.

Earning manajement merupakan suatu usaha untuk mempengaruhi laba yang

dilaporkan dalam jangka pendek dengan harapan dapat mempengruhi investor dan sebagai

alat untuk mencapai beberapa keuntungan pribadi manajement. Tujuannya adalah untuk

menyempurnakan kinerja melalui peningkatan laba dengan segera. Namun demikian, earning

manajemen tidak harus diartikan sebagai suatu tindakan negatif, yang mengarah keada

kejahatan (fraud), karena tidak selamaya manajemen laba berorientasi pada laba asecara

eksplisit (Sartika,2005). Gumanti (2000) , earning manajement lebih condong dikaitkan

dengan pemilihan metode akuntansi (accounting methods) untuk mengatur keuntungan yang

bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurut accounting regulations.

Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional

perusahaan. Informasi tentang laba digunakan untuk mengukur keberhasilan atau

27

Page 28: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang telah ditetapkan (Siallagan dan

Machfoeds, 2006). Salah satu cara yang dilakukan oleh manajemen dalam proses

penyusunan laporan keuangan yang dapat mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan

yaitu dengan earnings management yang diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan

pada saat tertentu.

Earning manajement dapat dilakukan dengan cara manipulasi accruals murni (pure

accruals) dan real activities manipulation (Roychowdhury, 2006). Sesuai dengan penelitian

Teoth et al. (1998) dalam Wibisono (2004) maka komponen manipulasi accrual murni

diproyeksikan dengan epat komponen yaitu, discretionary current accruals (DCA),

discretionary long term accruals (DLTA), nondiscretionary current accruals (NDCA),

nondiscretionary long term accruals (NDLTA). DCA dan NDCA merupakan accruals yang

berasal dari aktiva lancer, sedangkan DLTA dan NDLTA merupakan accruals yang berasal

dari aktiva tetap. Hasil penelitian Wibisono (2004) menemukan bahwa manajer melakukan

manajemen laba sebelum SEO dan hasil kinerja keuangan perusahaan setelah SEO lebih

rendah daripada sebelum SEO.

Tujuan dari earning management adalah meningkatkan kesejahteraan pihak tertentu

walaupun dalam jangka panjang tidak terdapat perbedaan kumulatif perusahaan dengan

laba yang dapat diidentifikasikan sebagai keuntungan (Fischer dan Rosenweirg 1995

dalam Herawaty 2008), Scott 1997:294. Morck, Scheifer & Vishny (dalam Herawaty,

2008) menyatakan bahwa earnings management yang dilakukan manajemen perusahaan

akan meningkatkan nilai perusahaan lalu kemudian akan turun searah dengan peningkatan

kepemilikan manajerial.

Gumanti (2000) menyatakan bahwa earnings management diduga muncul atau

dilakukan oleh manajer atau para pembuat laporan keuangan dalam proses pelaporan keuangan

suatu organisasi karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang dilakukan.

Earnings management menjadi menarik untuk diteliti karena dapat memberikan gambaran akan

perilaku manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu.

Jika pada suatu kondisi dimana pihak manajemen ternyata tidak berhasil mencapai

target laba yang ditentukan, maka manajemen akan bertindak untuk memodifikasi laba yang

masih sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Manajemen termotivasi untuk

memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghasilkan keuntungan maksimal bagi perusahaan

sehingga manajemen cenderung memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat

memberikan informasi laba yang lebih baik (Halim, dkk; 2005).

28

Page 29: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

Komponen real activities manipulation disesuaikan dengan penelitian Anissa’rahman

dan Hutagaol (2007) yang diproyeksikan dengan manipulasi penjualan dan manipulasi

tingkat produk. Adapun manipulasi dengan biaya diskretioner tidak diperhitungkan dalam

penelitian ini kaena memiliki karakteristik yang hampir sama dengan manipulasi accrual

murni, yaitu pengurangan beberapa komponen biaya yang kemungkinan dilakukan dengan

pergeseran waktu pelaporan biaya. Hasil penelitian Anissa’rahman dan Hutagaol (2007) tidak

menemukan adanya pengaruh earning manajement melalui real activities manipulation

terhadap kinerja.

Penelitian tentang manajemen laba masih menarik untuk diteliti karena dapat memberikan

gambaran tentang perilaku manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode

tertent, yaitu adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk

memanajemen atau mengatur data keuangan yang dilaporkan.

Perkembangan penelitian empiris mengenai manajemen laba menunjukkan manajer telah

bergeser dari manajemen laba akrual ke manajemen laba riil, bahkan adapula manajer yang tetap

mempertahankan kedua teknik tersebut untuk mencapai target laba yang diinginkan.

Berdasarkan penjelasan singkat di atas, kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Gambar 1 : Model Penelitian

29

Earning Manajement

1. Discretionary Accruals (DCA)

2. Discretionary Long Term

Accruals (DLCA)

3. Nondiscretionary Accruals

(NDCA)

4. Nondiscretionary Long Term

Accruals (NDLCA)

5. Real Manipulation Penjualan

(RAMCFO)

6. Real Manipulation Produksi

(RAMCOGS)

7.

Kinerja Pasar

Initial Public Offering (IPO)

Page 30: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

5.4 Perumusan Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

H1 : Perusahaan yang listed di BEI melakukan earning manajement melalui accruals dan

real maniplation pada saat IPO

H2 : Kinerja pasar setelah IPO dipengaruhi earning manajement melalui accruals dan real

maniplation pada saat IPO

6. METODOLOGI PENELITIAN

6.1 Identifikasi dan Klasifikasi Variabel

6.1.1 Identifikasi Variabel

Variabel adalah suatu konsep yang memiliki bermacam-macam nilai, variabel

dikelompokkan menjadi dua yaitu variabel dependen dan variable independen. Variabel

dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variable independen sedangkan variabel

independen adalah variabel yang dikenai pengaruh atau diterangkan oleh variabel lainnya.

Adapun variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Earning manajement yang diproyeksikan dengan 4 variabel accruals dan 2 variabel

real activities manipulation yaitu, discretionary current accruals (DCA),

discretionary long term (DLCA), nondiscretionary current accruals (NDCA),

nondiscretionary long term (NDLCA), real manipulation penjualan (RAMCFO), real

manipulation produksi (RAMCOGS).

b. Kinerja pasar yang diproyeksikan dengan return saham.

6.1.2 Klasifikasi Variabel

Variabel yang telah diidentifikasikan, dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Variabel Independen

Variabel ini merupakan variabel bebas dimana variabel ini yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono,2006:33). Dalam

penelitian ini yang menjadi variable bebas adalah earning manajement yang diproyeksikan

dengan 4 variabel accruals dan 2 variabel real activities manipulation yaitu, discretionary

30

Page 31: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

current accruals (DCA), discretionary long term accruals (DLCA), nondiscretionary

accruals (NDCA), nondiscretionary long term accruals (NDLCA), real manipulation

penjualan (RAMCFO), dan real manipulation produksi (RAMCOGS).

2. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variable terikat merupakan variabel yang dipengaruhi dan

menjadi akibat, karena aadanya variabel bebas (Sugiyono,2006:33). Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel terikat adalah kinerja pasar.

6.1.3 Definisi Operasional Variabel

6.1.3.1 Kinerja Pasar

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja pasar pada perusahaan yang

melakukan IPO tahun 2010 yang diproyeksikan dengan return saham yaitu dengan

menggunakan Cummulative Abnormal Return (CAR) dengan metode market adjusted

model. Metode market adjusted model dianggap merupakan penduga yang terbaik untuk

mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut,

sehingga tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi,

karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar

(Hartono, 2000). Dengan demikian, abnormal return dalam penelitian ini dihitung

dengan cara mengurangi return saham perusahaan dengan return indeks pasar pada periode

yang sama.

Ada dua tahap untuk memperoleh abnormal return (ARit) yaitu tahap pertama

merupakan selisih dari return aktual (Rit) yang kemudian dikurangi dengan return

market (Rmt) yang diperoleh dari tahap kedua.

R it = IHSI t – IHSI t-1

IHSI t-1

R mt = IHSG t − IHSG t − 1

IHSG t − 1

ARit= Rit - Rmt

Keterangan :

ARit = Abnormal return untuk perusahaan i pada hari ke-t.

Rit = Return harian perusahaan i pada hari ke-t.

Rmt = Return indeks pasar pada hari ke-t.

IHSIt = Indeks harga saham individual perusahaan i pada waktu t.

31

Page 32: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

IHSIt-1 = Indeks harga saham individual perusahaan i pada waktu t-1.

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t.

IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t-1.

Cumulative Abnormal Return (CAR) merupakan penjumlahan dari abnormal

return hari sebelumnya di dalam periode peristiwa untuk masing-masing sekuritas

(Hartono, 2000). Perhitungan Cumulative Abnormal Return (CAR) menggunakan

rumus sebagai berikut:

CAR∑a=t 3

t

AR i. a

3.1.3.2 Earning manajement

Dalam penelitian ini, earning manajement diproyeksikan menggunakan 4 variabel

accruals dan 2 variabel real activities manipulation yaitu, discretionary current accruals

(DCA), discretionary long term accruals (DLCA), nondiscretionary current accruals

(NDCA), nondiscretionary long term accruals (NDLCA), real manipulation penjualan

(RAMCFO), dan real manipulation produksi (RAMCOGS).

6.1.3.2.1 Nondiscretionary Current Accruals (NDCA)

Ukuran accruals yang dipakai adalah modifikasi model Jones (1991) dan total

accrual (AC) diukur dengan rumus berikut:

6.1.3.2.2 Discretionary Current Accruals (DCA)

Discretionary Current Accruals (DCA) untuk perusahaan i pada tahub t, digambarkan

oleh nilai residual persamaan berikut:

DCAit = CAit

TAit−1 –NDCAit (Wibisono,2004)

Dimana:

DCAit = nilai expected discretionary current accruals perusahaan i untuk tahun t

6.1.3.2.3 Nondiscretionary Long Term (NDLTA)

Untuk menghitung Nondiscretionary Long Term (NDLTA), harus menghitung

nondiscretionary total accruals (NDTAC). Expected nondiscretionary total accruals sebuah

perusahaan pada tahun tertentu diestimasi dengan menggunakan cross sectional ordinary

least square (OLS) regression antara total accruals (TAC) sebagai variabel dependen dan di

dalam regresi dimasukkan gross property, plant, dan equipment (PPE) sebagai tambahan

variabel penjelas (Wibisono,2004).

32

Page 33: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

TACitTAit−1

=β0(1

TAit−1)+ β1(

∆ saleitTAit−1

)+ β2(∆ PPEitTAit−1 )+Ɛit

Sedangkan nondiscretionarytotal accruals (NDTAC) dihitung sebagai berikut:

NDTACit= β0(1

TAit−1)+ β1(

∆ saleit−∆ TRitTAit−1

)+ β2(∆ PPEitTAit−1

)

Dimana :

NDTACit : nondiscretionary total accruals perusahaan i pada t

∆ PPEit : perubahan aktiva tetap perusahaan i pada tahun t

Sehingga rumus discretionary long term accruals (NDLTA) adalah sebagai berikut:

NDLTAit = NDTACit - NDCAit (Wibisono,2004)

6.1.3.2.4 Discretionary Long Term (DLTA)

Discretionary total accruals untuk sebuah perusahaan pada tahun tertentu dihitung

sebagai berikut (Wibisono,2004)

DTACit = TAC it NDTACit

TAit-1

Dimana:

DTAC it : nondiscretionary total accruals perusahaan pada tahun t, sehingga rumus (DLTA)

adalah sebagai berikut (Wibisono,2004) :

DLTAit = DTAC it – DCA it

6.1.3.2.5 Real Activities Manipulation melalui Penjualan (RAMCFO)

Volume penjualan yang meningkat menyebabkan laba tahun berjalan tinggi, namun

arus kas menurun karena arus kas masuk lebih kecil akibat penjualan kredit dan potongan

harga. Model regresi untuk arus kas kegiatan operasi normal berdasarkan penelitian

Anissa’rahman dan Hutagaol (2007) sebagai berikut:

CFO it/TA it-1 = α0+ α1 (1/TA it-1)+ β1(Sit/TAit-1)+ β2(∆Sit/TAit-1)+Ɛit

Dimana:

CFO it : arus kas kegiatan operasi perusahaan i pada tahun t

TA it-1 : total aktiva perusahaan i pada tahun t-1

Sit : penjulan perusahaan i pada tahun t

∆Sit : perubahan penjualan perusahaan i pada tahun t

α0 : konstanta

Ɛit : error term perusahaan i pada tahun t

33

Page 34: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

Oleh karena itu dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah arus kas kegiatan

operasional abnormal, maka untuk setiap observasi tahun arus kas kegiatan operasi abnormal

(RAMCFO) adalah selisih dari nilai arus kas kegiatan operasi actual yang diskalakan dengan

total aktiva satu tahun sebelum pengujian dikurangi dengan arus kas kegiatan operasi normal

yang dihitung dengan menggunakan koefisien estimasi dari model persamaan diatas.

6.1.3.2.6 Real Activities Manipulation melalui Produksi (RAMCOGS)

Produksi diatas level normal operasi perusahaan (overproduction) dengan tujuan

untuk melaporkan harga pokok penjualan (COGS) yang lebih rendah merupakan salah satu

cara yang dilakukan manajement untuk manipulasi laba melalui manipulasi aktivitas nyata.

Penelitain ini sebagaimana Anissa’rahman dan Hutagaol (2007) menggunakan model

estimasi untuk harga penjualan pokok normal dengan rumus regresi sebagai berikut:

COGSit/Ait-1 = α0 + α1 (1/Ait-1) +β1(Sit/Ait-1) + β2(∆Sit/Ait) +Ɛit

Dimana :

COGSit: harga pokok penjualan perusahaan i pada tahun t

Ait-1 : total aktiva perusahaan i pada tahun t-1

Sit : penjualan perusahaan i pada tahun t

∆Sit : penjualan pada tahun t dikurangi penjualan pada tahun t-1

α0 : konstanta

α1 : error term perusahaan i pada tahun t

nilai koefisien estimasi dari persamaan regresi diatas digunakan untuk menghitung

nilai biaya produksi normal. Sehingga, biaya produksi abnormal (RAMCOGS) diperoleh

dengan cara mengurangkan nilai biaya produksi actual yang diskalakan dengan total aktiva

satu tahun sebelum periode pengujian dengan biaya produksi normal yang dihitung dengan

menggunakan koefisien eftimasi dari model persamaan diatas.

6.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif

(hubungan). Menurut Sugiyono (2006:11), penelitian asosiatif adalah suatu penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih.

6.3 Lokasi Penelitian

34

Page 35: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) selama periode 2010 yang diperoleh melalui Indonesia Capital Market

Directory yang diterbitkan oleh ECFIN (Institute for Economics and Financial Research),

situs internet www.e-bursa.com, dan melalui situs resmi BEI di www.idx.co.id. Adapun yang

menjadi criteria penentuan lokasi penelitian ini adalah:

1. Bursa Efek Indonesia merupakan sarana bursa efek terbesar yang ada di Indonesia

dimana jumlah populasi emiten yang teradftar di BEI cukup besar sehingga sesuai

dengan kebutuhan penelitian.

2. Bursa Efek Indonesia (BEI) secara rutin menerbitkan laporan keuangan perusahaan

yang terdaftar di BEI.

3. Adanya kemudahan dalam mengakses pengambilan data untuk penelitian ini.

6.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpuln data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Teknik dokumentasi, yaitu pengumpulan data melalui data, buku-buku, jurnal,

penelitian terdahul, situs internet atau sumber data sekunder lainnya yang berkaitan

dengan penelkitian yang dilakukan. Dlam hal ini dilakukan pengumpulan data berupa

laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di BEI dan dipublikasikan oleh

BEI melalui situs resmi di www.idx.co.id.

2. Studi kepustakaan, yaitu literature yang digunakan ntuk mencari dan mendapatkan

data, informasi, dan teori yang relevan dengan pokok bahasan dari berbagai literature.

6.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang melakukan IPO di

tahun 2010. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling

atau juga dikenal dengan judgement sampling. Teknik purposive sampling meruakan salah

satu teknik pengambilan sampel non probabilitas, dimana teknik penentuan sampelnya

dilakukan berdasarkan pertimbangan atau kinerja tertentu yang disesuaikan dengan tujuan

penelitian (Sugiyono:2006:78).

Berdasarkan pertimbangan atau kriteria penetuan sampel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang

melakukan IPO pada tahun 2010.

35

Page 36: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan triwulanan yang dinyatakan dalam

rupiah (Rp)

3. Terdapat kelengkapan laporan keuangan pada saat IPO dan setelah IPO 2010

Criteria sampel Jumlah perusahaan

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia dan ada di dalam ICMD yang

melakukan IPO tahun 2010

Perusahaan lembaga keuangan

Perusahaan yang laporan keuanagannya tidak

lengkap

Total sampel

6.6 Jenis dan Sumber Data

6.6.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adala:

1. Data kualitatif adalah data yang digunakan dalam bentuk kata, kaliamt, dan gambar

(Sugiyono. 2006:14). Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berbentuk informasi perusahaan yang melakukan IPO.

2. Data kuantitatif adlah data yang berbentuk angka-angka yang dapat diukur dengan

satuan hitung (Sugiyono.2006:14). Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian

ini adalah laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI yaitu, pada tahun IPO

sampai setelah melakukan IPO (2001-2005) yang tercantum dalam Indonesian

Capital Market Directory yang diterbitkan olehECFIN, situs www.e-bursa.com, dan

melalui situs resmi BEI di www.idx.co.id .

6.6.2 Sumber Data

Berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, data penelitian ini

adalah data sekunder. Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat melalui pihak

lain). Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang

telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan.

36

Page 37: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

Dalam hal ini, data sekunder yang digunakan adalah data laporan keuangan perusahaan

yang di publikasikan oleh BEI.

6.6.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menganalisis data

sehingga dapat mencapai suatu hasil yang dapat menjawab pertanyaan yang diajukan.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer yaitu SPSS (Statistical

Package for Social Science) dan Microsoft Excel 2007. Microsoft Excel digunakan untuk

mendeskripsikan statistik terhadap data yang diolah, sementara program program SPSS

digunakan untuk melakukan regresi dan pengujian terhadap hasi regresi.

6.6.3.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat

dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, dan minimum (Ghozali,

2005). Standar deviasi, varian, maksimum, dan minimum menunjukkan hasil analisis

terhadap dispersi data.

6.6.3.2 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau mendekati normal.

Model regresi yang memiliki distribusi data yang normal atau mendekati normal dikatakan

model regresi yang baik (Imam Ghozali, 2009). Normalitas suatu data dapat dideteksi

dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau melihat dari

grafik histograf dari nilai residualnya.

Teknik yang digunakan uji asumsi normalitas ini adalah One Sample

Kolmogorov-Smirnov Test. Dengan menguji statistik non-parametik Kolmogrov-Smirnov

(K-S) terhadap nilai residual persamaan regresi, dengan hipotesis pada tingkat signifikan

0,05.

Dimana : H0 : p ≥ 0,05 data residual berdistribusi normal

H1 : p < 0,05 data residual tidak berdistribusi normal

6.6.3.3 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan uji jipotesis dengan menggunakan analisis regresi, terlebih

dahulu dilakukan uji asumsi klasik terhadap dua data yang akan diolah. Uji asumsi klasik

37

Page 38: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

bertujuan untuk menghilanhkan penyimpanagn-penyimpangan yang mungkin dapt terjadi

dalam analisis regresi sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat. Uji asumsi klaisk meliputi:

1. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas adalah variabel dependen yang ada dalam model memiliki

hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi

bahkan sama dengan satu) untuk mendeteksi adanya multikolonieritas dapat dilihat

matrik korelasi antara variabel independen. Uji multikolonieritas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen) atau tidak (Ghozali, 2006:91-92). Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling

berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah

variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama

dengan nol (Imam Ghozali, 2009). Deteksi adanya multikolonieritas dapat

dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factor (VIF) atau tolerance value.

Batas dari tolerance factor (VIF) adalah 0,10 dan batas VIF adalah 10. Apabila

hasil analisis menunjukkan nilai VIF dibawah 10 dan tolerance value diatas 0,10

maka tidak terjadi multikolonieritas, sehingga model reliable sebagai dasar analisis.

Sebaliknya, apabila hasil analisis menunjukkan nilai VIF diatas 10 dan tolerance

value dibawah 0,10 maka terjadi multikolonieritas.

2. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual antara satu pengamatan ke pengamatan

lainnya. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Metode yang

dapat digunakan untuk menguji adanya gejala ini adalah uji Glejser. Jika terdapat

koefisien regresi variabel independen yang tidak signifikan (> 0,05), berarti tidak

terdapat heteroskedastisitas

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara

kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu

sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Imam

38

Page 39: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

Ghozali, 2009). Menurut Imam Ghozali (2009) identifikasi secara statistik ada atau

tidaknya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin – Watson (DW test). Uji

Durbin–Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order

autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan

tidak ada variabel lag di antara variabel independen. Hipotesis yang akan diuji adalah :

Dimana : H0 : tidak ada autokorelasi ( r = 0 )

HA : ada autokorelasi ( r ≠ 0 )

Tabel 3.3

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif

Tidak ada autokorelasi positif

Tidak ada korelasi negatif

Tidak ada korelasi negatif

Tidak ada autokorelasi, positif

atau negati

Tolak

Tidak ada keputusan

Tolak

Tidak ada keputusan

Tidak ditolak

0 < d < dl

dl ≤ d ≤ du

4 – dl < d < 4

4 – du ≤ d ≤ 4 – dl

du < d < 4 - du

3.6.4 Pengujian Hipotesis

Untuk menjawab permasalahan di dalam penelitian ini dilakukan uji hipotesis dengan

alat analisis yang diuraikan sebagai berikut:

Dasar pengambilan keputusan dalam analisis regresi ini adalah dengan menggunakan uji koefisien determinasi, uji statistik F dan uji statistik t.

a. Uji Parametric One Sample T-Test

Pada hipotesis pertama, uji statistic yang digunakan adalah parametric one sample t-

test untuk mengetahui dan menguji variable discretionary current accruals (DCA),

discretionary long term accruals (DLCA), nondiscretionary current accruals

(NDCA), nondiscretionary long term accruals (NDLCA), real manipulation

penjualan (RAMCFO), dan real manipulation produksi (RAMCOGS) pada masing-

masing periode. Dengan taraf signifikasi α = 0,05, apabila nilai rata-rata DCA dan

DLCA positif berarti perusahaan melakukan rekayasa menaikan laba melalui

accruals, jika DCA dan DLCA negative maka perusahaan tidak melakukan rekayasa

laba melalui accruals. Sedangkan apabila nilai rata-rata RAMCFO bernilai negative

dan nilai rata-rata RAMCOGS bernilai positif berarti perusahaan melakukan rekayasa

39

Page 40: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

menaikkan laba melalui real activities, jika rata-rata RAMCFO bernilai positif dan

nilai rata-rata RAMCOGS bernilai negative berarti perusahaan tidak melakukan

rekayasa menaikkan laba melalui real activities.

b. Uji statistik F (F-test)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang

dimaksud dalam penelitian mempunyai pengaruh secara simultan terhadap

variabel dependen (Ghozali, 2006).

Langkah-langkah pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut:

a) Memformulasikan Hipotesis

Ho: DCAi: NDCAi:DCLAi:NDLAi:RAMCFOi:RAMCOGSi=0

Artinya secara bersama-sama variabel independen tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen

H1: DCAi: NDCAi:DCLAi:NDLAi:RAMCFOi:RAMCOGSi≠0

Artinya secara bersama-sama variabel independen berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen

b) Menentukan Level of significance (α)

Level of significance yang digunakan adalah 5%

c) Menentukan nilai koefisien determinan (R2)

d) Menentukan F hitung

R2/ (k-1)F= (Gujarati,2003)

(1-R2)/(n-k

Keterangan:k : Jumlah parameter yang diestimasi dengan membandingkan Ftabel

n : Jumlah observasiR2 : Koefisien determinan

e) Kriteria pengujian

Kriterian pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai Ftabel dan

Fhitung

H0 ditolak jika Fhitung ≤ Ftabel

H1 diterima jika Fhitung ≥ Ftabel

c. Uji koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,2006). Ghozali (2006)

menjelaskan bahwa nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan sampai

40

Page 41: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

dengan satu. Nilai adjusted R2 yang mendekati satu berarti kemampuan

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

d. Uji statistik T (t-test)

Menurut Ghozali (2006) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel

dependen.

Langkah-langkah pengujian uji T ini adalah sebagai berikut:

a. Memformulasikan hipotesis

b. Menentukan level of significance (α)

c. Menentukan nilai koefisien determinan parsial (R2) dengan menguadratkan nilai

koefisien korelasi parsial

d. Menetukan thitung dengan rumus:

βn

t= (Gujarati,2003)Sβn

Keterangan:

βn : Koefisiern regresi masing-masing variabel

sβn : Standar error masing-masing variabele. Kriteria pengujian

Kriteria pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai Ttabel dan

Thitung

H0: ditolak jika Thitung ≤ Ttabel ≤ Thitung

H1: diterima jika Thitung > Ttabel atau -Thitung < Ttabel

Untuk memperoleh hasil estimasi data yang diinginkan sesuai dengan metode

dan model analisi, digunakan program SPSS.

e. Analisis Regresi

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Analisi

regresi linier berganda adalah salah satu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua

variable bebas atau lebih terhadap variable terikat untuk membuktikan ada atau

tidaknya hubungan fubgsi atau hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih

dengan variabel terikat dengan rumus persamaan sebagai berikut:

PMit = α0+ α1DCAit+α2NDCAit= α3DLTAit+ α4NDLTAit+ α5RAMCFOit+

α6RAMCOGSit+Ɛit

41

Page 42: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

Dimana:

PMit :profit margin perusahaan i pada tahun t

DCAit : discretionary current accruals perusahaan i pada tahun t

NDCAit : nondiscretionary current accruals perusahaan i pada tahun t

DLTAit : discretionary long term accruals perusahaan i pada tahun t

NDLTAit :nondiscretionary long term accruals perusahaan i pada tahun t

RAMCFOit : real activities manipulation melalui CFO perusahaan i pada tahun t

RAMCOGSit : real activities manipulation melalui COGS perusahaan i pada tahun t

Ɛit : error term pada perusahaan i pada tahun t

42

Page 43: Earning Manajement Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Pendek - Copy - Copy

DAFTAR PUSTAKA

Annisaa’rahman, dan Yanthi H. 2007. Earning Manajement melalui Acruals dan Real Activities Manipulation pada Initial Public Offering dan Kinerja Jangka Panjang (Studi Empiris pada Bursa Efek Jakarta). The 1st Accounting Conference, Fakultas Ekonomi-Universitas Indonesia.

Aprilia, Hasmi. 2010. Indikasi Manajemen Laba melalui Manipulasi Aktivitas Riil. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan.

Freidlan J.M.1994. Accounting Choice of Issuer Of Initial Public Offering Contemporary Accounting Research.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi 4. BP – UNDIP: Semarang.

Graham, Jhon R.; Campbell R. Harvey; dan S. Rajgopal.2005. The Economic Implications of Corporate Financial Reporting. Journal of Accounting and Economic

Oktorina, Megawati, dan Yanthi H. 2008. Analisis Arus Kas Kegiatan Operasi dalam Mendeteksi Manipulasi Aktivitas Riil dan Dampaknya Terhadap Kinerja Pasar. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XI , Pontianak

43