20
Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus Vol. 9 No. 2 Juli - Desember 2012 Penanggung Jawab Kisbiyanto Redaktur Adri Efferi Ahmad Hamdani Ahmad Falah Penyunting Mukhamad Saekan Rini Dwi Susanti Ida Vera Sophya AH. Choiron Desainer Gras Taranindya Zulhi Amalia M. Ivan Alvian Roq Faudy Akbar Tata Usaha Moh. Tamrin Mansur Hidayat Mustafa’ah M. Sajuddin Alamat Redaksi Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus Jl. Conge Ngembalrejo PO. Box 51 Telp. (0291) 432677, Fax. (0291) 441613 KUDUS 59322 EDUKASIA JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN ISLAM Jurnal EDUKASIA diterbitkan oleh Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus setiap enam bulan sekali dan menerima karya tulis sesuai dengan maksud jurnal tersebut di atas. Naskah yang dikirim agar diketik rapi antara 15-25 halaman dengan spasi 1,5 beserta biodata penu- lis dan mencantumkan daftar pustaka sebagai sumber referensi. Redaksi berhak memperbaiki susunan kalimat tanpa merubah isi tulisan yang dimuat.

EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

Jurusan Tarbiyah STAIN KudusVol. 9 No. 2 Juli - Desember 2012

Penanggung JawabKisbiyanto

RedakturAdri Efferi

Ahmad HamdaniAhmad Falah

PenyuntingMukhamad Saekan

Rini Dwi SusantiIda Vera Sophya

AH. Choiron

Desainer Grafi sTaranindya Zulhi Amalia

M. Ivan AlvianRofi q Faudy Akbar

Tata UsahaMoh. Tamrin

Mansur HidayatMustafa’ahM. Sajuddin

Alamat RedaksiJurusan Tarbiyah STAIN Kudus Jl. Conge Ngembalrejo PO. Box 51

Telp. (0291) 432677, Fax. (0291) 441613 KUDUS 59322

EDUKASIAJURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN ISLAM

Jurnal EDUKASIA diterbitkan oleh Jurusan Tarbiyah STAIN K udus setiap enam bulan sekali dan menerima karya tulis sesuai dengan maksud jurnal tersebut di atas. Naskah yang dikirim agar diketik rapi antara 15-25 ha laman dengan spasi 1,5 beserta biodata penu-lis dan mencantumkan daftar pustaka sebagai sumber referensi. Redaksi berhak memperbaiki susunan kalimat tanpa merubah isi tulisan yang dimuat.

Page 2: EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

v

PEDOMANTRANSLITERASI

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA

Arab Latin Arab Latin Arab Latinا ` ز z ق qب b س s ك kت t ش sy ل lث ts ص sh م mج j ض d ن nح h ط th و wخ kh ظ z ه hد d ع ‘ ء ‘ذ ż غ g ي yر r ف f -

Catatan:1. Konsonan yang bersyaddah ditulis dengan rangkap

Misalnya ; ditulis rabbanâ.2. Vokal panjang (mad) ;

Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris di bawah) di tulis î, serta dammah (baris di depan) ditulis dengan û. Misalnya; ditulis al-qâri‘ah, ditulis al-masâkîn, ditulis al-mufl ihûn

3. Kata sandang alif + lam ( )Bila diikuti oleh huruf qamariyah ditulis al, misalnya ; ditulis al-kâfi rûn. Sedangkan, bila diikuti oleh huruf syamsiyah, huruf lam diganti dengan huruf yang mengikutinya, misalnya ; ditulis ar-rijâl.

4. Ta’ marbûthah ( ة ).Bila terletak diakhir kalimat, ditulis h, misalnya; ditulis al-baqarah. Bila ditengah kalimat ditulis t, misalnya; ditulis zakât al-mâl, atau ditulis sûrat al-Nisâ`.

5. Penulisan kata dalam kalimat dilakukan menurut tulisannya, Misalnya; ditulis wa huwa khair ar-Râziqîn.

Page 3: EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

63

PERBANDINGAN MODEL PENDEKATAN STUDI ISLAM DI TIMUR TENGAH DAN BARAT

(Formulasi Model Diskursus Pendidikan Islam di Indonesia)

Imam Mawardi

Abstract; This article discusses the comparative study of Islam in the Middle East and the West. Study of Islam in the Middle East strongly emphasizes the normative and ideological approaches to Islam where Islam is not used solely as an object of scientifi c study that is freely subordinated to the principles applicable in the world of science, but the truth is laid down as doctrine believed without a doubt. While the approach to the study of Islam in the West, Islam lays down as a pure object of scientifi c study, without any commitment to Islam, then Islam is treated the same as other objects scientifi c studies. It can be freely and openly criticized. Efforts to synthesize the two approaches in Indonesia can provide insights Islamic studies by forcing while not losing value methodology spirit of the substance that is taught as religious doctrines believed as well as scientifi c studies.

Keywords: Comparison, Model approach, Islamic Studies, Middle East, West

A. PENDAHULUAN

Studi Islam (Islamic studies) berkaitan erat dengan pendidikan Islam. Hal ini berkaitan dengan persoalan-persoalan bahan kajian dilihat dari berbagai dimensinya. Dalam pengertian seluas-luasnya, studi Islam berkembang seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri yang kemudian berkembang tidak saja di kawasan Timur Tengah, Afrika, Asia, tetapi juga di belahan Barat.

Dalam perkembangannya, Studi Islam merupakan salah satu studi yang mendapat perhatian luas di kalangan ilmuwan, baik Barat maupun Timur. Jika ditelusuri secara mendalam, dapat diketahui bahwa minat studi Islam mulai marak sejak pertengahan kedua abad ke-19. Studi Islam kini banyak yang menjadikan sebagai salah satu cabang ilmu favorit. Ini berarti studi itu mendapat tempat dalam percaturan dunia ilmu pengetahuan. Untuk mendukung

Imam Mawardi : Perbandingan Model Pendekatan Studi Islam di Timur Tengah dan Barat

Page 4: EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

64

EDUKASIA, Vol. 9, Nomor 2, Juli - Desember 2012

asumsi tersebut, di Barat telah banyak universitas-universitas yang membuka fakultas atau departemen yang khusus membicarakan studi Islam sekaligus dengan buku-buku dan jurnal-jurnal yang diterbitkannya.

Problem utama yang dihadapi umat Islam ketika mengkaji Islam bukan terletak pada kurangnya penguasaan materi, namun lebih pada cara-cara penyajian terhadap materi yang dikuasai. Jadi masalah metodologi, Harun Nasution (1985) pernah mengatakan bahwa kelemahan di kalangan umat Islam dalam mengkaji Islam secara komprehensif adalah tidak menguasai metodologi. Metodologi (science of method) dapat diartikan sebagai suatu pembahasan konsep teoritis berbagai metode yang terkait dalam suatu sistem pengetahuan. Dalam dua dekade terakhir, semakin tumbuh kesadaran akan pentingnya berbagai pendekatan ilmiah dalam bidang studi Islam dan perhatian akan problem-problem yang dihasilkan dari berbagai pendekatan ini.

Berkaitan dengan studi Islam ini ada kecenderungan yang berbeda tentang model kurikulum yang dikembangkan dilihat dari tujuan dan orientasi antara Barat dan Timur Tengah apalagi dari sisi metodologinya. Perbedaan ini mempengaruhi hasil yang dikembangkan dari studi Islam itu sendiri. Oleh sebab itu menjadi penting untuk mengkaji keberadaan studi Islam antara Timur Tengah dan Barat dengan studi perbandingan yang diharapkan dapat menemukan titik temu dalam sebuah formulasi bagi pengembangan studi Islam di Indonesia.

Dalam artikel ini akan di bahas tentang pengertian, ruang lingkup dan tujuan studi Islam; sisi perbandingan studi Islam antara Timur Tengah dan Barat, sekaligus kritik terhadap Barat; dan pola sintesis studi Islam sebagai alternatif model di Indonesia.

B. PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN TUJUAN STUDI ISLAM

Studi Islam (Islamic Studies), secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang

Page 5: EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

65

berhubungan dengan agama Islam. Dengan perkataan lain sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah, maupun praktek-praktek pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.

Bagi banyak sarjana, baik Muslim maupun Non Muslim, studi Islam dikelompokkan kedalam studi teologi dengan tujuan dan muatan yang jelas. Oleh karena itu sifat dan ruang lingkup studi Islam dipandang hanya sebagai suatu penelitian terhadap fenomena regional atau etnik. Pada pokoknya, sifat dan ruang lingkupnya harus dipandang secara lebih luas dalam wilayah peradaban Islam. Dengan demikian, studi Islam memiliki arti yang luas, meliputi penelitian terhadap seluruh aspek peradaban Islam dan kehidupan Muslim di masa lalu, sekarang dan akan datang (Mackeen, 1969).

Usaha mempelajari agama Islam tersebut dalam kenyataannya bukan hanya dilaksanakan oleh kalangan Muslim saja, melainkan juga dilaksanakan oleh orang-orang diluar kalangan umat Islam. Studi Islam dikalangan Muslim sendiri tentunya sangat berbeda tujuan dan motivasinya dengan yang dikakukan oleh orang-orang diluar kalangan umat Islam. Dikalangan umat Islam, studi Islam bertujuan untuk mendalami dan memahami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkannya dengan benar. Sedangkan diluar kalangan umat Islam, studi Islam bertujuan untuk mempelajati seluk beluk agama dan praktek keagamaan yang berlaku dikalangan umat Islam, yang semata-mata sebagai ilmu pengetahuan. Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa pendekatan studi Islam yang mendominasi kalangan ulama Islam lebih cenderung bersifat subjektif, dan doktrinet.

Adapun tujuan studi Islam sendiri, secara umum adalah: (1) Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa hakikat

Imam Mawardi : Perbandingan Model Pendekatan Studi Islam di Timur Tengah dan Barat

Page 6: EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

66

EDUKASIA, Vol. 9, Nomor 2, Juli - Desember 2012

agama Islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agam-agama lain, (2) Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama Islam, yang asli, dan bagaimana penjabaran dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya dan peradaban Islamnya, (3) Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama Islam yang tetap abadi dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya sepanjang sejarahnya, (4) Untuk memahami prinsi-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran Islam, dan bagaiman realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern. Selanjutnya tujuan-tujuan tersebut diharapkan agar studi Islam akan bermanfaat bagi peningkatan usaha pembaharuan dan pengembangan kurikulum pendidikan Islam, sehingga misi Islam dapat terwujud (Muhaimin, 2005).

Secara umum, ada dua pandangan teoretis mengenai tujuan studi Islam. Pandangan teoretis yang pertama berorientasi kemasyarakatan, yaitu pandangan yang menganggap pendidikan sebagai sarana utama dalam menciptakan masyarakat yang baik, baik untuk sistem pemerintahan demokratis, oligarkis, maupun monarkis. Pendidikan bertujuan mempersiapkan manusia yang bisa berperan dan menyesuaikan diri dalam masyarakatnya masing-masing. Berdasarkan hal ini, tujuan dan terget pendidikan dengan sendirinya diambil dari dan diupayakan untuk memperkuat kepercayaan, sikap ilmu pengetahuan, dan sejumlah keahlian yang sudah diterima dan sangat berguna bagi masyarakat. Konsekuensinya, karena kepercayaan, sikap, ilmu pengetahuan, dan keahlian yang bermanfaat dan diterima oleh sebuah masyarakat itu senantiasa berubah, mereka berpendapat bahwa pendidikan dalam masyarakat tersebut harus bisa mempersiapkan peserta didiknya untuk menghadapi segala bentuk perubahan yang ada.

Pandangan teoretis yang kedua lebih berorientasi kepada individu, yang lebih memfokuskan diri pada kebutuhan, daya tampung, dan minat belajar. Pandangan ini terdiri dari dua aliran. Aliran pertama, berpendapat bahwa tujuan utama pendidikan

Page 7: EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

67

adalah mempersiapkan peserta didik agar bisa meraih kebahagiaan yang optimal melalui pencapaian kesuksesan kehidupan bermasyarakat dan ekonomi, jauh lebih berhasil dari yang pernah dicapai oleh orang tua mereka. Dengan demikian, pendidikan adalah jenjang mobilitas sosial ekonomi suatu masyarakat tertentu. Aliran kedua lebih menekankan peningkatan intelektual, kekayaan, dan keseimbangan jiwa peserta didik (Zada, 2009).

C. STUDI ISLAM: SISI PERBANDINGAN

Membandingkan studi Islam—dalam artikel ini dibatasi pada tingkat pendidikan tinggi—baik di wilayah Timur Tengah maupun Barat, yang tentunya kajiannya terbatas pada hal-hal yang sifatnya umum terjadi. Tingkat kesulitan dari studi perbandingan ini, terletak pada tradisi studi Islam di kedua wilayah (Timur Tengah dan Barat) berbeda dari orientasi studi dan fi lsafat pendidikan terhadap studi Islam itu sendiri, yang pada gilirannya menentukan bentuk, sistem, kurikulum, dan arah studi Islam pada masing-masing kawasan. Lebih jauh lagi, sebagaimana dikatakan Azra (1999) perbedaaan pokok juga tedapat pada tujuan pembentukan dan pengembangan Islam yang selanjutnya juga mempengaruhi batas-batas “kebolehan” pengkajian atas batang tubuh Islam dan berbagai aspeknya. Di Timur Tengah fi lsafat yang mendasarinya lebih murni atau lebih tegas berorientasi Islam, sementara di Barat, fi lsafat yang menjadi titik tolak pendidikan termasuk didalamnya adalah liberalisme, pragmatisme dan darwinisme sosial.

1. Sudi Islam di Timur Tengah

Studi Islam di Timur Tengah sangat menekankan pendekatan normatif dan ideologis terhadap Islam. Kajian Islam di Timur Tengah bertitik tolak dari penerimaan terhadap Islam sebagai agama wahyu yang bersifat transenden. Islam tidaklah dijadikan semata-mata sebagai obyek studi ilmiah yang secara leluasa ditundukkan pada prinsip-prinsip yang berlaku di dunia keilmuwan, tetapi diletakkan secara terhormat sesuai dengan kedudukannya sebagai doktrin yang

Imam Mawardi : Perbandingan Model Pendekatan Studi Islam di Timur Tengah dan Barat

Page 8: EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

68

EDUKASIA, Vol. 9, Nomor 2, Juli - Desember 2012

kebenarannya diyakini tanpa keraguan. Dengan demikian, sikap ilmiah yang terbentuk adalah komitmen dan penghargaan. Usaha-usaha studi ilmiah ditujukan untuk memperluas pemahaman, memperdalam keyakinan dan menarik maslahatnya bagi kepentingan umat. Orentasi studi di Timur lebih menekankan pada aspek doktrin disertai dengan pendekatan yang cenderung normatif. Keterkaitan pada usaha untuk memelihara kesinambungan tradisi dan menjamin stabilitas serta keseragaman bentuk pemahaman, sampai batas-batas tertentu, menimbulkan kecenderungan untuk menekankan upaya penghafalan daripada mengembangkan kritisisme. Meskipun kecenderungan ini tidak dominan, namun pengaruh kebangkitan fundamentalisme di Timur Tengah telah mempengaruhi orientasi pendidikannya yang lebih normatif (Zada, 2009).

Meski pendidikan tinggi di Timur Tengah sangat menekankan pendekatan normatif dan ideologis terhadap Islam, lingkungan berfi kir mahasiswa tidaklah seragam sebagaimana dibayangkan banyak orang. Memang arus pendekatan normatif terhadap Islam sangat kuat di kalangan akademisi perguruan tinggi Timur Tengah. Tetapi ini bukanlah gambaran selengkapnya, karena cukup kuat pula arus yang menekankan pendekatan historis dan sosiologis yang di pandang liberal tadi. Bahkan, tidak kurang terdapat contoh-contoh liberalisme pemikiran di lingkungan universitas dan dunia pemikiran umumnya. Pemikiran liberal seperti ditampilkan Hasan Hanafi , atau Zaki Najib Mahmud, atau Abdellahi Ahmed An-Na’im daalam masa-masa akhir ini, merupakan diskursus yang absah dari pendekatan dan pemikiran tentang Islam di Timur Tengah (Azra, 1999)

2. Studi Islam di Barat

Secara garis besar terdapat dua bentuk pendekatan dalam kajian Islam; teologis dan sejarah agama-agama. Pendekatan kajian teologis, yang bersumber dari tradisi dalam kajian tentang Kristen di Eropa, menyodorkan pemahaman normatif mengenai agama-agama. Karena itu, kajian-kajian diukur dari kesesuaiannya

Page 9: EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

69

dengan dan manfaatnya bagi keimanan. Tetapi dengan terjadinya marjinalisasi agama dalam masyarakat Eropa atau Barat pada umumnya, kajian teologis yang normatif ini semakin cenderung ditinggalkan para pengkaji agama-agama.

Sedangkan pendekatan sejarah agama-agama berangkat dari pemahaman tentang fenomena historis dan empiris sebagai manifestasi dan pengalaman masyarakat-masyarakat agama. Penggambaran dan analisis dalam kajian bentuk kedua ini tidak atau kurang mempertimbangkan klaim-klaim keimanan dan kebenaran sebagaimana dihayati para pemeluk agama itu sendiri. Dan, sesuai dengan perkembangan keilmuwan di Barat yang sejak abad ke-19 semakin fenomenologis dan positivis, maka pendekatan sejarah agama ini menjadi paradigma dominan dalam kajian-kajian agama, termasuk Islam di Barat (Azra, 1999)

Dalam konteks inilah, pertumbuhan minat untuk memahami Islam lebih sebagai “tradisi keagamaan yang hidup”, yang historis, ketimbang “kumpulan tatanan doktrin” yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadits, menemukan momentumnya yang kuat dalam pertumbuhan kajian-kajian Islam di beberapa universitas besar dan terkemuka di Amerika Serikat. Tradisi ini tentu saja pertama kali tumbuh di Eropa, yang selanjutnya dikembangkan di Amerika oleh sarjana semacam D.B. Macdonald (1863-1943) dan H.A.R. Gibb. Keduanya memperingatkan “bahaya” mengkaji hanya “Islam normatif”, sebagaimana dirumuskan para ulama, dengan mengabaikan Islam yang hidup di tengah-tengah masyarakat umum. Gagasan ini mendapatkan lahan yang subur di universitas-universitas Amerika. Dan, sejak 1950-an sejumlah universitas mulai mengembangkan pusat-pusat “studi kawasan” (area studies) Islam, yang pada dasarnya mencakup berbagai disiplin yang berbeda, tetapi memperoleh pendidikan khusus dalam bahasa-bahasa, kebudayaan dan masyarakat Muslim di wilayah tertentu.

Dengan kata lain, studi Islam di Barat melihat Islam sebagai doktrin dan peradaban, dan bukan sebagai agama transenden

Imam Mawardi : Perbandingan Model Pendekatan Studi Islam di Timur Tengah dan Barat

Page 10: EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

70

EDUKASIA, Vol. 9, Nomor 2, Juli - Desember 2012

yang diyakini sebagaimana kaum Muslimin melihatnya, tetap merupakan ciri yang tak mungkin dihapus. Oleh karena Islam diletakkan semata-mata sebagai obyek studi ilmiah, maka Islam diperlakukan sama sebagaimana obek-obyek studi ilmiah lainnya. Ia dapat dikritik secara bebas dan terbuka. Hal ini dapat dimengerti karena apa yang mereka kehendaki adalah pemahaman, dan bukannya usaha mendukung Islam sebagai sebuah agama dan jalan hidup. Penempatan Islam sebagai obyek studi semacam ini, memungkinkan lahirnya pemahaman yang murni “ilmiah” tanpa komitmen apa pun terhdap Islam. Penggunaan berbagai metode ilmiah mutakhir yang berkembang dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan, memungkinkan lahirnya karya-karya studi Islam yang dari segi ilmiah cukup mengagumkan, walaupun bukan tanpa cacat sama sekali.

Studi Islam kontemporer di Barat, yang berusaha keras menampilkan citra yang lebih adil dan penuh penghargaan terhadap Islam sebagai agama dan peradaban, dengan mengandalkan berbagai pendekatan dan metode yang lebih canggih dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan, bahkan tidak jarang dipelopori oleh sarjan-sarjana Muslim sendiri. Ini nampaknya menarik banyak perhatian dari generasi baru pengkaji Islam negeri ini. Departemen Agama bahkan memberikan dorongan lebih besar kepada dosen-dosen IAIN untuk melanjutkan studi tingkat pascasarjana ke Barat, sambil juga tetap meneruskan tradisi pengiriman dosen-dosennya ke Timur Tengah dan negeri-negeri Muslim lainnya seperti Turki dan Asia Selatan (Zada, 2009).

3. Kritik: Perbedaan Penekanan Studi Islam di Timur Tengah dan Barat

Kecenderungan para sarjana Barat menempatkan Islam yang meliputi peradaban pemeluknya, teks ajaran, hasil karya ulama dan bahkan juga sumber utamanya (Alquran dan Hadits) sebagai obyek studi seperti halnya obyek studi yang lain. Pendekatan sejarah nampak sangat menonjol, khususnya sejarah pemikiran yang mencakup berbagai disiplin dalam mengkaji Islam. Lebih-

Page 11: EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

71

lebih, karena Islam bukan hanya sekadar dilihat sebagai ‘agama’ dalam pengertian sempit, namun juga meliputi peradaban, maka sarjana Barat yang mengkaji Islam juga mengarahkan sasaran kajian pada masyarakat Muslim. Hal ini tampak jelas dari kajian yang memfokuskan pada aspek-aspek sosial yang meliputi politik, sosiologi, antropologi, dan lainnya. Dalam kajian seperti inilah pendekatan interdisipliner menjadi signifi kan.

Namun, apa yang dilakukan studi Islam di Barat, kajian akademik murni tidaklah berupa kajian Islam untuk mempraktekkan Islam sebagai agama yang dipeluk dan diyakini sebagaimana yang dipraktekkan di Timur tengah. Jadi mereka bebas mengembangkan kritisisme tanpa kehawatiran menjadi pendosa atau kafi r. Di sinilah perbedaan kajian Islam yang dilakukan oleh sarjana Muslim yang mempunyai tujuan akhir untuk mengamalkannya. Namun, sarjana Muslim tetap bisa mengembangkan kritisisme, berupa otokritik terhadap realitas dunia Islam, tetapi ini harus tetap dalam kerangka pengamalan ajaran Islam, yang tidak diartikan sebagai proses pencucian otak seperti yang banyak dinisbatkan pada mereka yang menjadi alumni studi Islam di Barat. Karena hanyalah dengan kekayaan pendekatan dalam memahami Islam, masalah masyarakat Islam sendiri bisa dicermati dari berbagai sisi dan bisa mempermudah solusinya. (Juhannis, 2008).

Ada beberapa hal yang perlu dikemukakan dalam mengkaji perbandingan dua kutub kajian Islam yang menjadi panduan untuk mempertimbangkan dan mengambil maslahat dari Timur Tengah dan Barat:

D. SPESIALISASI KEILMUAN

Belajar Islam ke Barat memang sudah lama jadi masalah kontroversial. Sebab, dengan logika sederhana saja, orang dapat berpikir bahwa setiap disiplin ilmu haruslah dipelajari dari ahlinya (atau dari bangsa yang dikenal maju dalam bidang itu). Orang yang belajar pesawat terbang ke Jerman, belajar komputer ke Amerika,

Imam Mawardi : Perbandingan Model Pendekatan Studi Islam di Timur Tengah dan Barat

Page 12: EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

72

EDUKASIA, Vol. 9, Nomor 2, Juli - Desember 2012

belajar kimia ke Perancis, dan sebagainya tentu itu sangat relevan. Janganlah terbalik: belajar ekonomi di negara yang kelaparan, belajar kedokteran di negara yang rawan penyakit, belajar elektro di negara yang minim listrik, apalagi belajar “agama” tertentu kepada orang yang antiagama tersebut, tentu saja dirasakan kurang tepat, kalau tidak dikatakan “ngaco”.

Sementara beberapa kalangan mengganggap metodologi Barat lebih unggul, tetapi sebenarnya di situlah letak kerancuannya. Karena kerancuan metodologi, maka ilmu apa pun yang dipelajari dari Barat akan menghasilkan tashawwur ‘gambaran’ yang serupa. Tidak hanya belajar tentang Islam, belajar yang lainnya, seperti politik, sosiologi, fi lsafat, dan ilmu-ilmu humanitas lainnya yang dikaitkan dengan Islam, akan sampai pada kesimpulan yang sama. Yaitu, menempatkan Islam pada posisi sebagai “tertuduh” yang harus dihukum. Jadi, bagi yang belajar politik Islam hanya bisa melihat gambaran-gambaran negatif dalam sejarah percaturan politik Islam. Mereka yang belajar sosiologi dan fi lsafat juga akan mendapatkan kesan-kesan negatif tentang masyarakat Islam dan sejarah pemikirannya.

Namun, bukan berarti bahwa penulis secara total menolak belajar ke Barat. Mungkin saja dibolehkan untuk kondisi tertentu dan dalam batas-batas tertentu pula. Tetapi, dalam kondisi yang minus ulama, tingkat pemahaman agama Islam yang amat sederhana, tentu belajar ke Barat memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang lebih matang dan terencana. Bila kita membuat perbandingan dengan Mesir, misalnya, yang telah “banjir” ulama, “doktor”, dan sarang para pemikir, kualitas pendidikan yang relatif mapan, toh belajar Islam ke Barat tidak pernah menjadi program mereka. Bahkan, tidak pernah didorong atau digalakkan, kecuali sekadar usaha-usaha individual yang sangat terbatas.

Page 13: EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

73

E. LEMAH MATERI DAN METODOLOGI

Asumsi yang berkembang selama ini bahwa studi Islam di dunia Arab kaya dengan materi tetapi lemah di bidang metodologi. Sementara di sisi lain, studi Islam di Barat miskin materi tetapi kaya dalam metodologi.

Sebagaimana yang ditulis Rasyid (2002), secara materi, Barat sampai saat ini tidak mampu mengeluarkan sarjana-sarjana yang menguasai bidang-bidang tertentu dari ilmu Islam, seperti ahli tafsir, ahli hadits, ahli fi qih, ahli bahasa, ahli sejarah, dan sebagainya. Selain itu, karya ilmiah yang dihasilkan oleh orientalis dalam bidang keislaman belum terlihat berarti dibanding karya-karya yang ditinggalkan ulama.

Adapun yang dilakukan oleh kaum orientalis pada umumnya ialah mengumpulkan manuskrip, memberi komentar buku-buku klasik dan menerjemahkannya ke bahasa-bahasa Eropa. Yang agak bernilai dari karya mereka adalah ensiklopedi hadits (Al-Mu’tazilah’jam al-Mufahras li Alfazh al-Hadits) dan sejarah sastra Arab (Tarikh al-Adab al-’Arabi) karya Karl Brockelmann. Karya yang pertama memang bermanfaat bagi orang-orang yang baru mengenal hadits. Tetapi, dia bukanlah segala-galanya dalam dunia hadits. Kitab-kitab ensiklopedi hadits yang lebih lengkap telah lebih dahulu diwariskan oleh ulama-ulama hadits. Hanya saja metodenya berbeda. Bahkan, kekeliruan dan kelemahan-kelemahan karya orientalis itu cukup banyak dan dihimpun dalam buku Adhwa ‘ala Akhtha’ al-Mustasyriqin oleh Dr. Sa’ad al-Murshafi .

Sebagian besar karya-karya orientalis diwarnai oleh sikap-sikap seperti memutarbalikkan fakta, memalsukan sejarah, menyalahpahami teks, serta menyusupkan kebohongan dan fi tnah. Tetapi, secara umum karya-karya sebagian orientalis yang jujur itu kita hargai dan bermanfaat bagi sebagian peneliti, khususnya pemula. Tetapi, porsinya harus dilihat secara objektif, tanpa dilebih-lebihkan. Sebab, Semua itu tidak ada artinya bila dibandingkan dengan karya ulama-ulama kita yang klasik ataupun yang modern,

Imam Mawardi : Perbandingan Model Pendekatan Studi Islam di Timur Tengah dan Barat

Page 14: EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

74

EDUKASIA, Vol. 9, Nomor 2, Juli - Desember 2012

yang tidak tertampung oleh perpustakaan mana pun di dunia ini, karena banyaknya.

Berbicara tentang sikap “objektif” dan “bebas” (tidak memihak) yang merupakan karakteristik ilmiah, maka para peneliti Barat dalam tulisan dan kajian mereka tentang Islam sulit sekali ditemukan sikap netral dan objektif ini. Mereka hanya mau bebas (dalam artian tidak memihak) ketika berhadapan dengan materi yang tidak ada hubungannya dengan kajian keislaman. Adapun terhadap kajian-kajian Islam, mereka tidak mampu melepaskan subjektivitasnya sebagai nonmuslim.

Sebagaimana yang telah diungkap oleh Ismail al-Faruqi (Rasyid, 2002) bahwa studi Islam di Barat, khususnya di Amerika Serikat, tidak pernah luput dari misi zionis dan salibis. Orientalis yang mengajar di jurusan itu, katanya, sebagian besar orang Yahudi atau Kristen fanatis. Di beberapa universitas Amerika, studi Islam ditempatkan di Fakultas Lahut (Teologi), jurusan “misionarisme” dan materinya dikenal dengan “perbandingan agama”. Dosen-dosen yang ada di sana kerjanya mencari “titik-titik lemah” Islam untuk diserang. Oleh karena itu, kajian-kajian mereka banyak menyangkut aliran-aliran yang menyimpang. Misalnya, Syi’ah, Isma’iliyah, Tasawud (mistisisme), Ahmadiyah, an Baha’iyyah. Jika mereka belajar Al-Qur’an, hadits, dan fi qih, motivasinya adalah untuk mengkritik kebenaran materi-materi itu. Dan ultimate-goal-nya untuk mencari “titik-titik lemah”. Sebagai misal, tulis Faruqi, “Pusat Studi Perbandingan Agama” di Harvard berada di bawah Fakultas Teologi. Demikian juga di Universitas Chicago.

Ungkapan Faruqi ini tentu bukan sekadar asumsi yang apriori. Sebab, ia terlibat langsung dalam “pergulanan” orientalisme di Amerika Serikat. Pengalamannya adalah sebagai ketua jurusan IS di Temple dan sebagai guru besar selama bertahun-tahun di AS dan berbagai universitas Barat lainnya. Sehingga, akhirnya ia mengakhiri hayatnya sebagai “syahid” karena dibunuh oleh agen-agen Zionis. Semua ini agaknya merupakan “pelajaran berharga

Page 15: EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

75

bagi setiap orang yang hendak belajar Islam kepada orientalis. Itulah inti nasihat Al-Faruqi.

Kritik terhadap Islamic studies di Barat (Azra, 1999), mengemukakan persoalan-persoalan: pertama, kajian-kajian tentang Islam yang dilakukan di Barat cenderung bersifat “esensialis” yakni menjelaskan seluruh fenomena masyarakat-masyarakat dan kebudayaan-kebudayaan Muslim dalam kerangka konsep tunggal dan tidak berubah. Dengan kata lain cenderung menggeneralisasi fenomena yang berlaku pada masyarakat Muslim tertentu paada kurun waktu tertentu pula sebagai bagian hal yang umum bagi seluruh masyarakat dan kebudayaan Muslim. Misalnya terdapatnya radikalisme dan terorisme kelompok Muslim tertentu, dipandang sebagai berlaku dan absah juga dalam mayarakat Muslim di tempat lainnya.

Kedua, kajian-kajian tentang Islam di Barat dimotivasi oleh kepentingan-kepentingan politis. Yaitu untuk melanggengkan dominasi Barat terhadap masyarakat-masyarakat Muslim, antara lain dengan menciptakan citra yang tidak benar dan distortif tentang Islam dan mayrakat Muslim.

Ketiga, kajian-kajian tentang Islam di Barat merupakan upaya untuk melestarikan “kebenaran-kebenaran” yang dicapai atas nama kehidupan intelektual dan akademis, yang padahal tidak atau hamper tidak mempunyai kaitan dengan kenyataan yang hidup. Sarjana Barat, dalam usaha mereka “memahami” Islam dan masyarakat Muslim membawa katagori-katagori penjelasan yang belum tentu mampu dan cocok untuk menjelaskan subjek kajian mereka tersebut secara akurat. Hasilnya justru distorsi pemahaman terhadap perkembangan historis dan sosiologis masyarakat-masyarakat Muslim.

Meskipun demikian, sikap yang terlalu apriori terhadap Islamic studies di Barat bukanlah hal yang baik, tetapi bagaimana menempatkan secara proposional dengan mengambil yang positif untuk bisa digali khasanah intelektualnya. Islamic studies baik di

Imam Mawardi : Perbandingan Model Pendekatan Studi Islam di Timur Tengah dan Barat

Page 16: EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

76

EDUKASIA, Vol. 9, Nomor 2, Juli - Desember 2012

Timur Tengah maupun Barat mempunyai kekhasan sendiri-sendiri dan merupakan bagian yang absah dari diskursus intelektualisme Islam di Dunia Muslim. Pemikiran untuk mensintesakan kedua pendekatan secara harmonis dapat menjadikan alternatif pendekatan model baru dari studi Islam di Indonesia.

F. POLA SINTESIS STUDI ISLAM DI INDONESIA

Orientasi studi Islam yang dikembangkan di lingkungan Perguruan Tinggi di Indonesia, masih dijalankan sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Namun demikian, jika dilihat dari perkembangan yang terjadi di UIN, IAIN, dan STAIN menunjukkan kecenderungan orientasi studi ke Barat dapat dilihat dari semakin besarnya jumlah mahasiswa yang dikirim ke universitas-universitas Barat. Hal ini berbeda dengan orientasi studi Islam di perguruan tinggi umum—sebagai mata kuliah—cenderung masih bersifat normatif.

Tak heran jika dekade 80-an dan 90-an terjadi perubahan besar dalam paradigma Islam di kampus-kampus agama (PTAI). Kecenderungan pertama, terjadinya pergeseran dari kajian-kajian Islam yang lebih bersifat normatif kepada yang lebih historis, sosiologis, dan empiris. Pendekatan normatif dalam kajian Islam menghasilkan pandangan serba idealistik terhadap Islam, yang pada gilirannya membuat kaum Muslimin melupakan atau meniscayakan realitas dan, karena itu, sering mengakibatkan mereka terjebak dalam “kepuasan batin” yang semu. Sebaliknya pendekatan historis dan sosiologis membuka mata mahasiswa di lingkungan PTAI tentang realitas-realitas yang dihadapi Islam dan kaum Muslimin dalam perkembanagn dan perubahan masyarakat.

Kecenderungan kedua, orientasi keilmuwan yang lebih luas. Jika pada masa sebelumnya orientasi keilmuwan cenderung ke Timur Tengah, khususnya Universitas Al-Azhar, dalam dua dasawarsa terakhir kelihatan semakin luas dan beragam. Dalam konteks ini, model pendekatan Barat terhadap Islam mulai banyak bermunculan; yang pada pokoknya cenderung lebih bersifat

Page 17: EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

77

historis dan sosiologis. Pendekatan seperti ini mulai menemukan momentumnya dengan kembalinya sejumlah tamatan universitas Barat untuk mengajar di UIN, IAIN, STAIN, dll. Mereka kembali secara bergelombang, dimulai dengan generasi Mukti Ali dan Harun Nasution dan kemudian disusul kelompok tamatan McGill University. Gelombag selanjutnya adalah mereka yang dikirim belajar ke beberapa universitas Amerika pada masa Menteri Agama, Munawir Sjadzali.

Kendatipun orientasi studi Islam di Indonesia lebih cenderung ke Barat, studi di Timur Tengah tetap memiliki nilai penting, terutama dalam memahami aspek doktrinal, yang menjadi basis ilmu pengetahuan dalam Islam. Dengan demikian, orientasi studi islam di Timur dan Barat tetap signifi kan dalam rangka pengembangan pendidikan Islam di lingkungan PTAI seluruh Indonesia (Zada, 2009).

Nasr (1987) telah menegaskan bahwa kekacauan yang mewarnai kurikulum pendidikan modern di kebanyakan negara Islam sekarang ini, dalam banyak hal, disebabkan oleh hilangnya visi hierarkis terhadap pengetahuan seperti yang dijumpai dalam pendidikan Islam tradisional. Dalam tradisi intelektual Islam, ada suatu hierarki dan kesalinghubungan antar berbagai disiplin ilmu yang memungkinkan realisasi kesatuan (keesaan) dalam kemajemukan, bukan hanya dalam wilayah iman dan pengalaman keagamaan, tetapi juga dalam dunia pengetahuan. Ditemukannya tingkatan dan hubungan yang tepat antar berbagai disiplin ilmu merupakan obsesi para tokoh intelektual Islam terkemuka, dari teolog hingga fi losof, dari sufi hingga sejarawan, yang banyak di antara mereka mencurahkan energi intelektualnya pada masalah klasifi kasi ilmu. Subjek inipun merupakan kunci bagi sistem pendidikan Islam untuk mencegah para pendidik Muslim kontemporer melepaskan mata objektif atas kekacauan dan kerancuan yang berkecamuk dalam kurikulum pendidikan saat ini, dengan peniruan buta terhadap model-model yang tetap hidup dalam sistem madrasah.

Imam Mawardi : Perbandingan Model Pendekatan Studi Islam di Timur Tengah dan Barat

Page 18: EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

78

EDUKASIA, Vol. 9, Nomor 2, Juli - Desember 2012

Nampaknya, belum adanya perpaduan antara studi Islam di Timur Tengah yang kaya akan penguasaan khazanah Islam dengan studi Islam di Barat yang kaya metodologi menjadi pekerjaan rumah yang harus segera dapat diwujudkan. Hal ini mengingat Prototype Fakultas Dirasat Islamiyah yang benar-benar ingin meniru Universitas al-Azhar, ternyata masih jauh dari harapan dengan terbatasnya pengelolaan, manajemen, kurikulum, dan staf pengajar, sehingga untuk dapat memenuhi kualifi kasi yang sama seperti Universitas al-Azhar pun belum bisa dilakukan. Alih-alih, ingin mengembangkan yang lebih baik dari Universitas al-Azhar, jelas masih sangat kesulitan.

Demikian juga program studi Interdisciplinary Islamic Studies yang tampaknya ingin memindahkan McGill University di Indonesia masih terjebak pada pendekatan Barat yang empiris, historis, dan sosiologis. Padahal, studi Islam juga memerlukan penguasaan sumber-sumber Islam yang paling otentik, yang tentu saja dapat dilakukan dengan penguasaan bahasa Arab yang mumpuni. Bukan saja aspek metodologi yang penting dalam setiap pendidikan Islam, tetapi penguasaan dasar keislaman perlu terus diupayakan secara meyakinkan.

Jika model keduanya dapat digabung dan dipadukan menjadi satu model pendidikan Islam di lingkungan PTAI, kiranya dapat menjawab kekurangan masing-masing orientasi, yakni menguasa khazanah intelektual Islam yang paling dasar dan otentik, juga menguasai metodologi yang dapat digunakan untuk memecah masalah yang dihadapi di tengah-tengah masyarakat. Apakah orientasi “studi Islam yang normatif dan historis dapat dipadukan?” Tentu saja, sangat bisa demi suksesnya pendidikan Islam di Indonesia, yang dapat disejajarkan dengan pendidikan Islam di Timur Tengah dan Barat (Zada, 2009).

Akhirnya, untuk mensintesakan sistem metodologi kajian Islam di Barat dan pendekatan normatif kajian Islam Timur Tengah tempat Islam lahir dan berkembang. Artikel ini setidaknya

Page 19: EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

79

dapat memberikan wawasan mempelajari Islam dengan kekuatan metodologinya sekaligus tidak kehilangan nilai ruh dari substansi yang diajarkan sebagai doktrin agama yang diyakini sekaligus sebagai kajian ilmiah. Hal ini diharapkan dapat membantu untuk lebih memahami berbagai sisi ajaran agama. Bahkan dapat berguna untuk memetakan persepsi para sarjana Barat yang sebenarnya terhadap Dunia Islam.

G. PENUTUP

Studi Islam secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, yaitu untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah, maupun praktek-praktek pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.

Studi Islam di Timur Tengah sangat menekankan pendekatan normatif dan ideologis terhadap Islam, yaitu bertitik tolak dari penerimaan terhadap Islam sebagai agama wahyu yang bersifat transenden. Islam tidaklah dijadikan semata-mata sebagai obyek studi ilmiah yang secara leluasa ditundukkan pada prinsip-prinsip yang berlaku di dunia keilmuwan, tetapi diletakkan sebagai doktrin yang kebenarannya diyakini tanpa keraguan.

Hal ini berbeda dengan pendekatan Islamic studies di Barat, dimana Islam sebagai doktrin dan peradaban, Islam diletakkan sebagai obyek studi yang murni ilmiah, tanpa komitmen apa pun terhadap Islam, maka Islam diperlakukan sama sebagaimana obek-obyek studi ilmiah lainnya. Ia dapat dikritik secara bebas dan terbuka. Penggunaan berbagai metode ilmiah mutakhir yang berkembang dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan, memungkinkan lahirnya karya-karya studi Islam yang dari segi ilmiah cukup mengagumkan, walaupun bukan tanpa cacat sama sekali.

Imam Mawardi : Perbandingan Model Pendekatan Studi Islam di Timur Tengah dan Barat

Page 20: EDUKASIA JULI-DESEMBER 2012 - pai-tarbiyah.stainkudus.ac.idpai-tarbiyah.stainkudus.ac.id/files/EDUKASIA 2012 JULI-DESEMBER... · Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris

80

EDUKASIA, Vol. 9, Nomor 2, Juli - Desember 2012

Upaya untuk mensintesakan kedua pendekatan dapat memberikan wawasan mempelajari Islam dengan kekuatan metodologinya sekaligus tidak kehilangan nilai ruh dari substansi yang diajarkan sebagai doktrin agama yang diyakini sekaligus sebagai kajian ilmiah.

DAFTAR PUSTAKA

Azra, A. (2000). Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos, 2000.

HEFCE. (2008). International Approaches to Islamic Studies in Higher Education. [Online]. Tersedia: http://www.hefce.ac.uk/Pubs/RDreports/2008/rd07_08/ [21 Maret 2009].

Juhannis, H. (2008). Belajar dari Pendekatan Kajian Islam di Barat. [Online]. Tersedia: http://wap.fajar.co.id/news.php?newsid=32698 [5 Maret 2009].

Kraince, R.G. (2008). Islamic higher education and social cohesion in Indonesia.[Online]. Tersedia: http://www.springerlink.com/content/0670u1r860820156/fulltext.pdf?page=1 [21 Maret 2009].

Mackeen, A.M., Mohammad, “Islamic Studies as a University discipline”. The Islamic Review & Arab Affair, Mei 1969 dan Juni 1969.

Muhaimin, (2005) Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Jakarta: Kencana

Nasr, S. H. (1987). Traditional Islam in the Modern World. London and New York.

Nasution, H. (1985). Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jilid I. Jakarta: UI Press.

Rasyid, D. (2002). Pembaruan Islam dan Orientalisme dalam Sorotan, (Jakarta: Akbar, Media Eka Sarana.

Zada, K. (2009). Orientasi Studi Islam di Indonesia Mengenal Pendidikan Kelas Internasional di Lingkungan PTAI. [Online]. Tersedia: http://www.ditpertais.net/jurnal/vol62003c.asp. [5 Maret 2009].