Efek Obat Terhadap Saluran Cerna

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/3/2019 Efek Obat Terhadap Saluran Cerna

    1/14

    EFEK OBAT TERHADAP SALURAN CERNA

    Tujuan

    Menentukan pengaruh pemberian garam MgSO4 dan NaCl terhadap retensi air disaluran pencernaan dan implikasi dari pemberian garam-garam katartik.

    Menentukan pengaruh pemberian loperamid terhadap motilitas usus melaluiperbandingan panjang usus yang dilalui tinta dengan atau tanpa pemberian obat.

    Prinsip Percobaan

    Laksansia atau obat pencahar adalah zat-zat yang dapat menstimulasi gerakan

    peristaltik usus sebagai refleks dari rangsangan langsung terhadap dinding usus

    sehingga dapat menyebabkan, mengatur, atau mempermudah defekasi dan meredakan

    sembelit. Dari daya untuk melancarkan defekasi dan melunakkan feses, dikenal

    beberapa istilah yaitu laksan, katartika, purgatif, dan drastika.

    Beberapa senyawa yang dapat bekerja pada saluran pencernaan di antaranya

    larutan hipertonik dari garam yang sukar diabsorpsi (mekanisme : meningkatkan retensi

    cairan dalam jumlah besar di usus); opium, morfin dan derivatnya (mekanisme :

    memperlambat peristaltik usus dan meningkatkan tonus otot polos saluran pencernaan);

    serta oleum ricini dan parafin cair (mekanisme : mengiritasi saluran cerna sehingga

    mempercepat gerak peristaltik usus).

    Larutan hipertonik dari garam-garam yang sukar diabsorpsi bila berada dalam

    usus akan mengakibatkan retensi cairan/air dalam jumlah besar di dalam usus tersebut

    melalui efek osmotik sehingga terjadi peningkatan volume usus yang berperan sebagai

    stimulus mekanik yang meningkatkan aktivitas motorik dari usus yang mendorong

    dengan cepat isinya ke dalam usus besar. Absorpsi air di usus besar pun terhambat dandalam waktu singkat terjadi pengeluaran isi usus dalam bentuk feses yang cair.

    Morfin sebagaimana golongan opioid lainnya merupakan analgesik yang

    memiliki mekanisme kerja sebagai penekan syaraf pusat. Karena mekanisme kerja

    morfin yang menekan sistem syaraf pusat, salah satu efek yang ditimbulkan morfin

    terhadap saluran gastrointestinal adalah penekanan gaya peristaltik usus. Di samping

    itu, tonus otot polos di saluran pencernaan pun ditinggikan oleh kerja morfin, terutama

    pada pleksus saraf di dinding usus. Pada saluran empedu pun terjadi peningkatan tonus

  • 8/3/2019 Efek Obat Terhadap Saluran Cerna

    2/14

    terutama pada sfingter Oddi. Spasmus dalam usus tersebut dapat dihambat dengan

    penggunaan atropin, akan tetapi tidak dapat mempengaruhi transport isi usus yang

    diperlambat karena kerja morfin. Prinsip penghambatan kerja usus untuk morfin ini

    dapat digunakan untuk mengatasi diare.

    Prosedur

    Efek Garam terhadap Retensi Air di Saluran PencernaanMencit

    - dipuasakan 24 jam- dibius dengan pentobarbital natrium 40 mg/kg (i.p.)

    Mencit terbius

    - dibedah dengan torehan ventral sagital dengan tidakmelukai usus

    Usus terlihat

    - dibasahi dengan NaCl 0,9% selama percobaanUsus

    - jarak + 2,5 cm dari pilorus, diikat dengan benang sterilpada jarak + 8 cm

    Tiga segmen usus yang terpisah

    - segmen 1 : disuntik 1 mL MgSO4 25%- segmen 2 : disuntik 1 mL NaCl 0,9%- segmen 3 : disuntik 1 mL MgSO4 0,2%

    Segmen usus berisi cairan

    - ditempatkan kembali ke rongga abdomen-

    dijahit kembali otot dan kulit perut mencit (tidakdilakukan)

    - dibasahi terus dengan NaCl 0,9%Usus berada di rongga abdomen

    - setelah 2 jam, usus dipamerkan lagi- isi usus tiap segmen dikeluarkan dengan alat suntik- dibaca volume yang terambil

    Volume cairan tiap segmen terukur

  • 8/3/2019 Efek Obat Terhadap Saluran Cerna

    3/14

    Efek Morfin terhadap Saluran CernaMencit

    - dipuasakan 18 jam, hanya diberi air- dibagi menjadi 2 kelompok

    Kelompok mencit

    - I : diberi larutan morfin HCl dosis 0,0052/20g BBmencit (i.p.)

    - II : diberi larutan NaCl 0.9% (volume sama denganmorfin)

    - ditunggu hingga 40 menit- diberikan tinta per oral 0,01 mL/g BB mencit- dislokasi leher untuk mengorbankan mencit- dibedah dengan torehan ventral sagital dengan tidak

    melukai usus

    Usus terlihat

    - dikeluarkan dan dibersihkan dari jaringan mesenterium- diletakkan di atas kertas saring

    Usus

    - panjang usus yang dilalui tinta diukur dandibandingkan dengan panjang usus seluruhnya

    Rasio panjang usus (tinta:total)

    Data Pengamatan

    Efek Garam terhadap Retensi Air di Saluran PencernaanKeadaan Volume Cairan Usus 40 Menit Setelah Pemberian Garam

    Kelompok MgSO4 25% MgSO4 0,2% NaCl 0,9%

    2 +++ ++ 0

    7 +++ ++ +

    8 +++ + ++

  • 8/3/2019 Efek Obat Terhadap Saluran Cerna

    4/14

    Keterangan :

    Volume usus setelah penyuntikan tidak dapat diambil, maka pengamatan

    hanya berdasarkan visual (kadar pembengkakan yang terjadi)

    + = kadar pembengkakan

    0 = normal (sama seperti sebelumnya)

    Efek Morfin terhadap Saluran Cerna

    KelompokMencit

    ke-

    Bobot

    Tubuh

    (gram)

    Zat yang

    disuntikkan

    Panjang

    usus yang

    dilalui tinta

    (A)

    Panjang

    usus

    total

    (B)

    A

    B

    1I 33,1 Loperamid 23 39 0,59

    II 37,6 NaCl 0,9% 9 50 0,18

    4I 40,3 Loperamid 26,5 56 0,47

    II 30,9 NaCl 0,9% 30 60 0,500

    6I 38,9 Loperamid 17,5 57 0,31

    II 36,0 NaCl 0,9% 16 56 0,29

    Obat : loperamid 0,1 mg/ml intraperitoneal; dosis: 0,0052 mg/ 20 g mencit

    Kontrol : NaCl 0,9% intraperitonial, volume injeksi sama dengan volume

    loperamid

    Tinta : 0,01 ml/g per oral

    Pembahasan

    Efek Garam terhadap Retensi Air di Saluran PencernaanPercobaan yang dilakukan kali ini bertujuan untuk mengamati efek garam-garam

    terhadap retensi air dalam saluran cerna. Sebelumnya mencit yang digunakan dalam

    percobaan ini dipuasakan makan selama 24 jam, tetapi minum tetap diberikan. Hal ini

    bertujuan untuk mengosongkan saluran cerna mencit-mencit tersebut dari makanan

    sehingga efek pemberian garam-garam dapat lebih mudah diamati. Sebelum dibedah,

    mencit dibius terlebih dahulu dengan pentobarbital natrium 40 mg/kg bobot tubuh yang

    diinjeksikan secara intraperitoneal dan setelah itu usus dipamerkan melalui torehan

    ventral sagital. Usus tersebut diikat dengan benang steril sehingga terbagi menjadi tiga

  • 8/3/2019 Efek Obat Terhadap Saluran Cerna

    5/14

    segmen. Masing-masing segmen diinjeksikan dengan larutan garam, yaitu MgSO4 25%,

    NaCl 0,9% (larutan fisiologis), dan MgSO4 0,2% dengan volume yang sama yaitu

    sebanyak 1 mL. Lalu segmen-segmen usus ditempatkan kembali ke dalam rongga

    abdomen agar efek obatnya bekerja dan setelah 2 jam dilihat perbandingan volume

    cairan pada masing-masing segmen usus. Akan tetapi, karena terdapat kesulitan saat

    akan mengambil cairan di segmen usus, maka perbandingan volume cairan di tiap

    segmen usus hanya dilihat bagaimana kadar pembengkakannya secara visual.

    Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa volume cairan segmen usus yang diberi

    MgSO4 25% lebih besar dibandingkan segmen yang diberi NaCl 0,9% maupun MgSO4

    0,2%. Larutan MgSO4 25% dapat memberikan volume segmen usus yang paling besar

    karena larutan tersebut merupakan larutan hipertonik dari jenis garam yang sukar

    diabsorpsi. Bila berada dalam usus, larutan hipertonik dari garam-garam yang sukar

    diabsorpsi dapat mengakibatkan retensi cairan/air dalam jumlah besar dalam usus

    tersebut melalui efek osmotik. Akibatnya volume usus meningkat dan volume ini

    berlaku sebagai stimulus mekanik yang meningkatkan aktivitas motorik dari usus yang

    mendorong dengan cepat isinya ke dalam usus besar. Dengan demikian, absorpsi air

    pun terhambat di usus besar dan dalam waktu singkat terjadi pengeluaran isi usus dalam

    bentuk feses yang cair. Adanya perbedaan volume cairan segmen usus antara

    penyuntikan dengan MgSO4 0,2% dan MgSO4 25% diakibatkan pada perbedaan

    konsentrasi garamnya. Semakin pekat (hipertonis) garam yang disuntikkan, tekanan

    osmotiknya akan semakin besar pula dan akan meretensi cairan dalam jumlah yang

    lebih besar pula. Selain itu, berdasarkan nilai kesetaraan kadar MgSO4 dengan NaCl

    yang diketahui dari pustaka (Farmakope Indonesia edisis IV, halaman 1248), MgSO4

    1% setara dengan 0,18% NaCl sehingga MgSO4 20 % setara dengan 3,6% NaCl dan

    MgSO4 0,2% setara dengan 0,036% NaCl. Pada pemberian garam MgSO4 20% makaberdasarkan tonisitasnya garam pada konsentrasi tersebut merupakan garam yang

    bersifat hipertonis karena tonisitasnya lebih besar dari tonisitas cairan dalam tubuh

    normal (NaCl 0,9%/fisiologis), sedangkan konsentrasi MgSO4 0,2 % bersifat hipotonis

    yaitu tonisitasnya lebih kecil dari tonisitas cairan tubuh, sedangkan NaCl 0,9% bersifat

    isotonis karena merupakan tonisitas cairan tubuh. Oleh karena itu, seharusnya urutan

    volume retensi cairan di usus setelah pemberian obat, dari yang terbesar hingga ke yang

    terkecil adalah : MgSO4 20% > NaCl 0,9% > MgSO4 0,2%. Hanya kelompok 8 yang

  • 8/3/2019 Efek Obat Terhadap Saluran Cerna

    6/14

    hasilnya sesuai dengan teori ini, sedangkan kelompok 2 dan kelompok 7 memberikan

    efek pembengkakan MgSO4 0,2% yang lebih besar daripada NaCl 0,9%. Hal ini

    kemungkinan terjadi karena pengikatan benang yang kurang sempurna sehingga masih

    ada cairan dapat berpindah dari satu segmen ke segmen lain yang menyebabkan

    kebocoran garam dari yang hipertonis ke yang hipotonis sehingga yang seharusnya

    bersifat hipotonis menjadi bersifat hipertonis.

    Senyawa laksatif yang mengandung kation magnesium atau anion fosfat biasanya

    disebut saline laxatives. Contohnya magnesium sulfat, magnesium hidroksida,

    magnesium sitrat, natrium fosfat, dan lain-lain. Mekanisme kerjanya adalah terjadinya

    retensi air yang termediasi secara osmosis. Akibatnya, volume usus meningkat dan

    volume ini bertindak sebagai stimulus mekanik yang meningkatkan aktivitas motorik

    usus. Hal ini menyebabkan komponen yang terdapat dalam usus halus akan didorong

    dengan cepat menuju usus besar. Absorpsi air di usus besar pun akan terhambat dan

    dalam jangka waktu yang singkat terjadi pengeluaran isi usus dalam bentuk feses cair.

    Mekanisme lain yang menyebabkan efek di atas yaitu produksi mediator inflamatori.

    Laksatif yang mengandung magnesium menstimulasi pelepasan chole-cystokinin yang

    mempengaruhi cairan intraluminal dan akumulasi elektrolit serta meningkatkan

    pergerakan usus.

    Laksansia atau pencahar adalah zat-zat yang dapat menstimulasi gerakan

    peristaltik usus sebagai refleks dari rangsangan langsung terhadap dinding usus dan

    dengan demikian akan menyebabkan, mengatur, atau mempermudah defekasi dan

    meredakan sembelit. Dari daya untuk melancarkan defekasi dan melunakkan feses,

    dikenal beberapa istilah, yaitu laksansia, katartika, purgatif, dan drastika. Istilah-istilah

    tersebut menunjukkan tingkatan kuatnya efek kerja obat pencahar yang dapat dilihat

    dari konsistensi feses yang dihasilkan, yaitu mulai dari feses yang lunak hingga fesesyang semakin cair. Laksansia akan memberikan efek pembentukan feses yang lunak,

    sedangkan katartika memberi efek pembentukan feses yang cair.

    Mekanisme kerja laksan didasarkan pada kemampuannya menaikkan kandungan

    air dalam feses dan mempercepat transit isi usus. Mekanisme kerja secara umumnya

    yaitu :

  • 8/3/2019 Efek Obat Terhadap Saluran Cerna

    7/14

    Retensi air dan elektrolit dalam lumen usus melalui sifat hidrofilik dan osmotikobat atau metabolitnya, yang diikuti dengan peningkatan transit intestinal secara

    tidak langsung akibat kenaikan isi usus.

    Bekerja secara langsung pada mukosa usus untuk menekan absorpsi air danelektrolit sehingga mempercepat transit intestinal secara tidak langsung akibat

    massa cair dalam usus.

    Menaikkan transit intestinal dengan efek utama pada motilitas usus, yangmengakibatkan peningkatan absorpsi elektrolit dan cairan berkurang secara tidak

    langsung karena pengurangan waktu untuk proses absorpsinya.

    Gerakan peristaltik secara fisiologik ditimbulkan dengan meningginya tekanan di

    dalam usus. Peningkatan isi usus dengan demikian juga akan mengakibatkan naiknya isi

    peristaltik. Sebagian besar laksansia bekerja dengan memperbesar volume intraluminal,

    yaitu terjadinya pembesaran dengan menarik air (zat pengembang), retensi air secara

    osmotik (osmolaksansia), menghambat absorpsi natrium dan juga absorpsi air dari

    lumen usus, dan meningkatkan sekresi air ke lumen usus (laksansia yang bekerja

    antiresorptif dan hidrogagum).

    Penggolongan laksansia berdasarkan atas efek farmakologis dan sifat kimiawi

    antara lain :

    1. Laksansia kontak/stimulan, misalnya derivat-derivat antrakuinon, derivat-derivatdifenilmetan, dan oleum ricini. Zat-zat ini merangsang secara langsung otot polos

    pada dinding usus dengan mengiritasi atau menstimulasi pleksus saraf dengan

    akibat peningkatan peristaltik dan pengeluaran isi usus dengan cepat. Terdapat

    perubahan morfologi dari epitel dinding usus dan perubahan transpor dari air dan

    elektrolit.

    2. Laksansia osmotis, misalnya gliserol, manitol, garam, dan laktulosa. Cara kerjaobat ini dengan menarik air dari luar usus melalui dinding ke dalam usus melalui

    proses osmosis. Feses menjadi lunak dan volumenya membesar dan memberi

    rangsang mekanis pada dinding usus. Peristaltik diperkuat yang mempermudah

    pengeluaran isi usus.

    3. Zat-zat pembesar volume (pembentuk massa), misalnya zat-zat lendir (agar-agar,metil selulosa dan CMC). Zat-zat ini dapat mengembang, sukar dipecah dalam

    usus, dan tidak dicerna. Karena dapat mengembang, zat-zat ini memiliki

  • 8/3/2019 Efek Obat Terhadap Saluran Cerna

    8/14

    kemampuan untuk menahan air dan elektrolit dalam usus sehingga memperbesar

    isi usus dan secara tidak langsung meningkatkan peristaltik usus. Khasiatnya

    berdasarkan rangsangan mekanis dan kimiawi terhadap dinding usus dengan

    pelunakan feses.

    4. Zat-zat pelincir, misalnya natrium dioktilsulfosuksinat (docusat-natrium) danparafin cair. Zat-zat ini memiliki aktivitas permukaan, bekerja dengan

    melunakkan feses dengan meningkatkan penetrasi air ke dalam usus dan

    membuatnya melincir dengan mudah sehingga mempermudah proses defekasi.

    Parafin melicinkan penerusan feses dan bekerja sebagai bahan pelumas.

    Laksansia digunakan dalam keadaan konstipasi atau sembelit. Penggunaan yang

    terlalu sering akan menyebabkan efek toleransi dan ketergantungan (habituasi) terhadap

    defekasi normal karena menyebabkan refleks defekasi menurun. Selain itu, penggunaan

    berlebihan juga justru dapat menyebabkan diare yang menyebabkan tubuh banyak

    kehilangan cairan tubuh (hipokalemia). Laksansia juga dapat diberikan pada defekasi

    disertai nyeri (misalnya setelah fisura anal). Pada obstipasi kronis, harus diusahakan

    perubahan pola makan dan pola hidup, dan jika usaha tersebut gagal, barulah diberikan

    laksansia dan sedapat mungkin pemberiannya dilakukan dalam waktu singkat. Makanan

    berserat, buah-buahan, sayuran dan konsumsi air minum yang banyak merupakan

    laksan alami. Kontra indikasi dari obat-obat pencahar yaitu tidak boleh diberikan

    kepada orang yang mendadak nyeri perut karena ileus, radang usus, atau radang usus

    buntu (appendisitis), dan juga untuk orang-orang yang menderita kejang, kolik,

    misalnya muntah-muntah. Wanita hamil pada dasarnya tidak dianjurkan menggunakan

    laksansia karena resiko keguguran. Penderita penyakit kantung empedu tidak boleh

    diberi MgSO4 karena garam ini dapat menyebabkan kontraksi hebat dari organ tersebut.

    Efek Morfin terhadap Saluran CernaPercobaan ini dilakukan untuk mengamati efek pemberian morfin terhadap saluran

    cerna dan motilitas usus. Pada percobaan ini, digunakan dua kelompok mencit, yaitu

    kelompok uji yang diberi loperamid (turunan morfin) dan kelompok kontrol yang hanya

    diberi NaCl fisiologis. Selain itu, diberikan tinta secara per oral untuk mempermudah

  • 8/3/2019 Efek Obat Terhadap Saluran Cerna

    9/14

    pengamatan di usus mencit karena tinta merupakan zat inert yang tidak akan diabsorpsi

    di usus sehingga akan tetap berada di daerah usus. Hal yang diamati adalah panjang

    usus yang dilalui tinta (A) pada mencit yang dibandingkan dengan panjang usus

    seluruhnya (B). Kemudian perbandingan dilakukan terhadap mencit yang disuntikkan

    dengan larutan loperamid dan larutan NaCl. Berdasarkan teori pada literatur, pemberian

    morfin akan memperlambat gerak peristaltik usus sehingga tinta yang diberikan secara

    oral tersebut akan menempuh jarak yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan

    kontrol (pemberian NaCl fisiologis). Akan tetapi, pada kelompok 1 dan kelompok 6,

    hasil percobaan menunjukkan bahwa perjalanan tinta pada kelompok kontrol lebih

    pendek daripada perjalanan tinta pada usus hewan uji yang diberi loperamid.

    Penyimpangan ini kemungkinan terjadi karena adanya pemberian makanan sebelum

    perlakuan pada mencit kontrol, karena pada saat pembedahan, lambung mencit terlihat

    penuh oleh makanan dibandingkan mencit kelompok uji. Adanya makanan di lambung

    dapat memperlama waktu pengosongan lambung sehingga makin lama pula waktu yang

    dibutuhkan tinta yang ada di lambung untuk mencapai usus dan jarak tempuh tinta

    menjadi terlihat lebih pendek dari yang seharusnya. Hal ini juga dapat dilihat dari

    jumlah tinta yang masih banyak terkumpul di lambung mencit kelompok kontrol. Selain

    itu, ketika mengurai usus mencit, jika tidak hati-hati juga bisa terjadi perpindahan tinta

    yang menyebabkan jarak tempuh tinta pada hewan uji lebih panjang. Pendislokasian

    mencit yang terlalu kuat juga dapat berpengaruh ke pendistribusian tinta yang

    terlokalisasi di satu bagian dari saluran gastrointestinal menuju bagian lain.

    Morfin memiliki pengaruh terhadap saluran pencernaan, terutama pada organ-organ

    sebagai berikut.

    1.

    Lambung.Morfin dan agonis lainnya mampu menurunkan sekresi HCl meskipun terkadang

    juga menstimulasinya. Aktivasi reseptor opioid pada sel parieta; merangsang

    sekresi tetapi efek tidak langsung (termasuk peningkatan sekresi somatostatin dari

    pancreas dan pengurangan pelepasan asetilkolin) terlihat dominan. Morfin dosis

    rendah dapat menurunkan motilitas lambung dengan cara memperlama waktu

    pengosongan lambung. Tonus pada bagian antral lambung dan bagian awal

  • 8/3/2019 Efek Obat Terhadap Saluran Cerna

    10/14

    duodenum meningkat yang terkadang menyebabkan terai pada duodenum menjadi

    sukar.

    2. Usus halus.Morfin menghambat sekresi intestinal, pankreas, dan empedu serta menunda

    pecernaan makanan di usus halus. Bagian atas usus halus, terutama duodenum,

    lebih terpengaruh morfin daripada ileum. Akib atnya terjadi hipertonisitas. Air

    diabsorpsi lebih banyak dari makanan sebab ada penundaan laju makanan dan

    sekresi usus menurun. Inilah yang meningkatkan viskositas makanan. Morfin

    menginhibisi trasfer cairan dan elektrolit ke lumen dengan aksi sensiif-nalokson

    pada mukosa usus dan sistem saraf pusat.

    3. Usus besar.Gerakan peristaltik di kolon hilang seleh pemberian morfin dan tonus meningkat

    pada titik menjelang kejang. Penundaan pergerakan makanan ini mengakibatkan

    waktu penyerapan air bertambah lama sehingga feses menjadi lebih cepat kompak.

    Kondisi ini didukung dengan menghilangnya respon normal terhadap refleks

    defekasi. Oleh karena itu, sangat mungkin konstipasi terjadi.

    Morfin maupun turunan opioid memperlambat transit dari kandungan intraluminal dan

    memperpanjang proses absorpsi. Sifat ini dapat digunakan dalam terapi diare maupun

    pengembangan obatobat antidiare. Akan tetapi, tidak dianjurkan untuk menggunakan

    morfin ataupun senyawa opioid lain dalam kondisi-kondisi tertentu. Pertama, dalam

    keadaan diare yang ringan dimana akan sembuh dengan sendirinya karena diare sendiri

    sebenarnya merupakan suatu refleks yang ditujukan untuk pertahanan tubuh terhadap

    senyawa senyawa asing yang dapat merusak tubuh di saluran pencernaan. Adanya

    opioid akan menghambat mekanisme refleks normal dan mampu mengakumulasisenyawa yang dapat merusak tubuh tersebut. Kedua, adanya efek adiksi yang

    ditimbulkan oleh morfin sehingga dapat menimbulkan ketergantungan jika digunakan

    dalam waktu lama. Ketiga, dalam kondisi jika diare yang dialami pasien adalah diare

    karena infeksi misalnya, amoebiasis kolitis, dimana opioid akan memperparah

    pendarahan dalam tubuh dan memperlama serta membiarkan parasit (dalam hal ini

    amoeba) untuk tumbuh dan bereplikasi. Keempat, efek samping dari morfin yang cukup

  • 8/3/2019 Efek Obat Terhadap Saluran Cerna

    11/14

    banyak misalnya, terjadi efek penekanan saluran pernafasan, miosis, euphoria,

    psikotomimetik akibat stimulasi reseptor tertentu.

    Kesimpulan

    Daftar Pustaka

    Goodman, Louis S. and Alfred Gilman. 2006. The Pharmacological Basis of

    Therapeutics, Eleventh Edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc. (p. 561-

    562, 989-993)

    Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : Salemba Medika

    (hlm. 464465)

    Jawaban Pertanyaan/Diskusi

    Efek Garam terhadap Retensi Air di Saluran Pencernaan1. Dapatkah larutan NaCl hipertonik digunakan sebagai katartik? Jelaskan jawaban

    Saudara.

    Jawab :

    Larutan NaCl hipertonik tidak dapat digunakan sebagai katartik karena NaCl

    merupakan garam yang mudah diabsorpsi sehingga tidak terjadi peningkatan

    volume isi usus. Jika digunakan NaCl hipertonik, larutan tersebut akan mudahdiserap oleh usus ke dalam cairan intertisial dan digunakan oleh jaringan sehingga

    tidak terjadi retensi cairan.

    Garam yang dapat berfungsi sebagai katartik adalah garam-garam yang sukar

    diabsorpsi yang akan mengakibatkan retensi cairan/air dalam jumlah besar di dalam

    usus tersebut melalui efek osmotik sehingga terjadi peningkatan volume usus yang

    menjadi stimulus mekanik yang meningkatkan aktivitas motorik dari usus yang

    mendorong dengan cepat isinya ke dalam usus besar. Absorpsi air pun terhambat di

  • 8/3/2019 Efek Obat Terhadap Saluran Cerna

    12/14

    usus besar dan dalam waktu singkat terjadi pengeluaran isi usus dalam bentuk feses

    yang cair.

    2. Bila dalam percobaan ini digunakan Oleum Ricini apakah akan terjadi hal yangsama seperti larutan MgSO4 hipertonik?

    Jawab :

    Oleum ricini dan MgSO4 sama-sama merupakan laksansia, tetapi mekanisme

    kerjanya berbeda. MgSO4 hipertonik merupakan laksansia osmotik yang bekerja

    dengan menarik air dari luar usus melalui dinding ke dalam usus melalui proses

    osmosis. Feses menjadi lunak dan volumenya membesar sehingga memberi

    rangsang mekanis pada dinding usus dan peristaltiknya diperkuat sehingga

    mempermudah pengeluaran isi usus. Oleum Ricini merupakan laksansia

    kontak/stimulan yang bekerja dengan merangsang secara langsung otot polos pada

    dinding usus dengan mengiritasi atau menstimulasi pleksus saraf dengan akibat

    peningkatan peristaltik dan pengeluaran isi usus dengan cepat. Metabolit aktif dari

    Oleum Ricini adalah asam risinolat. Kerjanya sebagai antiresorptif dan

    hidragogum. Efek antiresorptif bekerja dengan cara menghambat absorpsi ion

    natrium dan air dengan memblok ATPase yang tergantung pada ion kalium-

    natrium. Pada saat yang sama, dengan kekuatan yang berbeda senyawa tipe ini

    mendorong masuknya elektrolit dan air ke lumen (efek hidragogum), yaitu dengan

    jalan meningkatkan permeabilitas pada tight junction.

    3. Jika efikasi katartika garam ditentukan oleh tekanan osmotik fraksi katartika garamyang tidak terabsorpsi pada lumen usus, terangkan secara garis besar bagaimana

    dapat diperkirakan efikasi-relatif antara berbagai katartika garam.Jawab :

    Jika katartika garam yang digunakan konsentrasinya semakin tinggi (hipertonis)

    maka fraksi yang tidak diabsorpsi meningkat dan tekanan osmotiknya pun semakin

    besar. Hal ini menyebabkan peningkatan volume usus lebih besar pada pemberian

    katartika garam yang lebih hipertonis. Gerakan peristaltik pun meningkat lebih

    cepat dan kuat sehingga pengeluaran isi di dalam usus meningkat. Absorpsi air di

    usus besar pun semakin terhambat sehingga feses yang dihasilkan menjadi lebih

  • 8/3/2019 Efek Obat Terhadap Saluran Cerna

    13/14

    cair. Jadi, garam-garam yang sukar terabsorpsi pada lumen usus akan memiliki

    efikasi yang relatif lebih baik dibandingkan dengan garam-garam yang mudah

    terabsorpsi pada lumen usus. Meskipun efek yang ditimbulkan lebih cepat,

    penggunaan katartika dalam jumlah berlebihan justru dapat menyebabkan diare

    karena tubuh banyak kehilangan cairan tubuh (hipokalemia).

    Selain itu, untuk menentukan efikasi-relatif antara berbagai katartika garam, dapat

    dilihat dari perbandingan tonisitasnya dengan isotonisitas tubuh (3,3% untuk

    MgSO4 dan 4,2% untuk Na2SO4.10H2O) sehingga dapat dikatakan relatif

    memberikan efek jika fraksi katartika garam yang tidak diabsorpsi lebih tinggi dari

    isotonis.

    Efek Morfin terhadap Saluran Cerna1. Jika seseorang menderita diare dan kepadanya diberikan morfin apakah dengan

    demikian penyakitnya telah disembuhkan? Jelaskan jawaban Saudara.

    Jawab :

    Tidak semua diare bisa disembuhkan dengan morfin karena apabila diare

    disebabkan infeksi bakteri maka morfin tidak dapat digunakan. Pemberian

    morfin pada usus besar menyebabkan berkurangnya gerakan peristaltik dan

    spasmus meningkat. Penundaan waktu lewatnya kandungan isi feses

    menyebabkan pengeringan feses yang akan memperlambat kelajuannya

    melewati kolon. Amplitudo kontraksi diam tipe ritmik dan segmental meningkat

    sedangkan gerakan mendorong atau peristaltik berkurang. Ritme kerja sfingter

    anal meningkat dan refleks relaksasi yang berhubungan dengan aktivitas

    pengeluaran pada rektal berkurang. Hal ini akan mengakibatkan konstipasi.

    Morfin dapat mengurangi diare tetapi di lain pihak juga dapat menyebabkankonstipasi. Selain itu, karena morfin dapat menyebabkan ketergantungan, maka

    morfin bukan terapi utama pada penderita diare dan harga morfin juga relatif

    cukup mahal.

    2. Selain efek diatas, efek farmakologi apa lagi yang diperlihatkan morfin ?Jawab :

  • 8/3/2019 Efek Obat Terhadap Saluran Cerna

    14/14

    Selain menjadi obat anti diare, morfin dapat diindikasikan untuk analgesik,

    edema paru akut, batuk, dan untuk penggunaan dalam enestesi.

    Morfin dapat efektif meningkatkan ambang nyeri dengan cara menghambat

    penghantaran informasi dari sumsum tulang belakang dan batang otak sehingga

    menurunkan aktivitas tanduk dorsal untuk merelay neuron. Neuron relay pada

    tanduk dorsal bekerja menghantarkan informasi nyeri. Hal inilah yang

    menghasilkan analgesi pada tubuh.

    Mekanisme morfin pada pengobatan edema paru akut belum jelas tetapi

    mungkin melibatkan pengurangan persepsi pendeknya napas dan kecemasan

    yang berhubungan dengan gejala ini maupun berhubungan dengan pengurangan

    preload(pengurangan tonus vena) dan afterload(penurunan tahanan perifer).

    Penurunan batuk dapat diperoleh dengan dosis lebih rendah daripada yang

    diperlukan untuk analgesi. Pengunaan analgesik opioid sebagai penghilang

    batuk dalam beberapa tahun terakhir ini berkurang karena telah dikembangkan

    beberapa senyawa sintetik baru yang efektif serta tidak mempunyai efek

    analgesik maupun adiksi.

    Opioid sering digunakan sebagai obat premedikasi sebelum anestesi dan

    pembedahan karena sifat-sifat sedasi, ansiolitik dan analgesiknya. Opioid-opioid

    juga digunakan intraoperatif sebagai pembantu obat anestesi lain dan morfin

    dalam dosis tinggi yang paling sering digunakn pada pembedahan

    kardiovaskular dan operasi lain yang beresiko tinggi dimana tujuan utama adalah

    untuk memperkecil depresi kardiovaskular.