8
EFEK POSISI BEBAN KOMPRESIF DAN KADAR AIR TERHADAP KETAHANAN PATAH BIJI KAKAO (Theobroma cocoa L.) Andasuryani 1) , Renny Eka Putri 1) , Firdaus 2) , Khandra Fahmy 1) 1) Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas, Padang Kampus Limau Manis Padang 2) Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Padang, Padang Kampus Limau Manis Padang email : [email protected] Abstrak Sifat kompresif bahan pertanian dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam desain mesin-mesin prosesing biji kakao. Gaya rupture, deformasi, energi rupture dan firmness dari biji kakao telah diinvestigasi sebagai fungsi dari kadar air dan posisi pembebanan. Pengujian kompresif dilakukan pada biji kakao dengan 5 level kadar air yaitu 7% , 10 %, 14%, 18% dan 22 % (wb) pada posisi pembebanan lateral dan aksial terhadap diameter mayor. Hasil studi memperlihatkan bahwa adanya efek posisi pembebanan terhadap gaya rupture, deformasi, energi rupture, namun tidak memberikan efek terhadap firmness. Nilai gaya rupture, deformasi, energi rupture dan firmness untuk posisi lateral lebih besar dibandingkan pada posisi aksial. Hasil ini menunjukkan bahwa kerusakan biji kakao akan banyak terjadi jika diberikan posisi pembebanan secara lateral. Gaya rupture, energi rupture dan firmness dari biji kakao akan menurun dengan meningkatnya kadar air. Kata kunci : biji kakao, deformasi, energi rupture, firmness, gaya rupture 1. Pendahuluan Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang berpotensi sebagai bahan baku pada industri makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetik. Komoditas ini telah membawa Indonesia sebagai negara produsen kakao terbesar ke tiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Dengan demikian, komoditas ini mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia yaitu sebagai penyumbang devisa negara. Pada tahun 2013 ekspor biji kakao dan produk olahan biji kakao telah menyumbang devisa negara sebesar USD 1. 151.494 [1]. Produk olahan biji kakao Indonesia diantaranya adalah cocoa butter, cocoa cake, cocoa liquer dan cocoa powder. Untuk menunjang proses produksi olahan biji kakao tersebut, maka pengetahuan tentang sifat mekanik biji kakao sangatlah diperlukan sehingga dapat mencegah kegagalan dalam aplikasi engineering. Walaupun sudah banyak digunakan alat dan mesin prosesing untuk pengolahan biji kakao, namun sejauh ini belum ada informasi sifat mekanik biji kakao Indonesia. Pada tahapan proses pengecilan ukuran biji kakao dengan memberikan beban tekan, maka alat dan mesin yang digunakan harus dapat memberikan gaya dan energi yang bisa menghancurkan biji kakao tersebut sehingga alat dan mesin dapat bekerja secara efisien dan efektif. Sementara itu, biji kakao yang dihasilkan memiliki beragam kualitas termasuk kadar air dan tekstur biji kakao. Riset-riset yang terkait dengan kajian sifat mekanik produk pertanian telah banyak dilakukan, diantaranya adalah biji pala Afrika [2], buah apricot, pit dan kernelnya [3], barley [4] dan biji bunga matahari [5]. Hasil- hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa setiap produk pertanian memiliki karakteristik yang berbeda ketika diberikan beban tekan. Sehubungan dengan sifat kompresif biji kakao, [6] telah mengkaji sifat kompresif biji kakao dari Ghana dengan mempertimbangkan efek kadar air dalam rentang 7-22% namun pada posisi pembebanan secara lateral. [7] menyatakan bahwa berdasarkan pandangan engineering, informasi dan data pada sifat mekanik biji kakao diperlukan dalam mekanisasi berbagai unit operasi yang terjadi pada proses pascapanen. Hal itu juga akan membantu dalam pengembangan parameter optimasi untuk keefisienan dan keefektifan peralatan. Sementara itu, informasi pada posisi pembebanan secara aksial belum dilaporkan. Disamping itu, [8], [9] menyatakan bahwa sifat tekan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti kultivar atau varietas, suhu, dan kadar air dari biji kakao. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan efek kadar air dan posisi pembebanan kompresif baik secara lateral maupun aksial terhadap ketahanan patah biji kakao Indonesia. 26 National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016 ISSN:2541-111x

EFEK POSISI BEBAN KOMPRESIF DAN KADAR AIR …repo.polinpdg.ac.id/584/1/ASCNITech_2016_REKAYASA_-_Anda_Suryani... · sebagai fungsi dari kadar air ... Ilmu yang mempelajari tentang

  • Upload
    vutu

  • View
    235

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEK POSISI BEBAN KOMPRESIF DAN KADAR AIR …repo.polinpdg.ac.id/584/1/ASCNITech_2016_REKAYASA_-_Anda_Suryani... · sebagai fungsi dari kadar air ... Ilmu yang mempelajari tentang

EFEK POSISI BEBAN KOMPRESIF DAN KADAR AIR TERHADAP

KETAHANAN PATAH BIJI KAKAO (Theobroma cocoa L.)

Andasuryani 1)

, Renny Eka Putri 1)

, Firdaus 2)

, Khandra Fahmy 1)

1)

Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas, Padang

Kampus Limau Manis – Padang 2)

Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Padang, Padang

Kampus Limau Manis – Padang

email : [email protected]

Abstrak

Sifat kompresif bahan pertanian dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam desain mesin-mesin

prosesing biji kakao. Gaya rupture, deformasi, energi rupture dan firmness dari biji kakao telah diinvestigasi

sebagai fungsi dari kadar air dan posisi pembebanan. Pengujian kompresif dilakukan pada biji kakao

dengan 5 level kadar air yaitu 7% , 10 %, 14%, 18% dan 22 % (wb) pada posisi pembebanan lateral dan

aksial terhadap diameter mayor. Hasil studi memperlihatkan bahwa adanya efek posisi pembebanan

terhadap gaya rupture, deformasi, energi rupture, namun tidak memberikan efek terhadap firmness. Nilai

gaya rupture, deformasi, energi rupture dan firmness untuk posisi lateral lebih besar dibandingkan pada

posisi aksial. Hasil ini menunjukkan bahwa kerusakan biji kakao akan banyak terjadi jika diberikan posisi

pembebanan secara lateral. Gaya rupture, energi rupture dan firmness dari biji kakao akan menurun dengan

meningkatnya kadar air.

Kata kunci : biji kakao, deformasi, energi rupture, firmness, gaya rupture

1. Pendahuluan

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang berpotensi sebagai

bahan baku pada industri makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetik. Komoditas ini telah membawa

Indonesia sebagai negara produsen kakao terbesar ke tiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Dengan

demikian, komoditas ini mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia yaitu sebagai

penyumbang devisa negara. Pada tahun 2013 ekspor biji kakao dan produk olahan biji kakao telah

menyumbang devisa negara sebesar USD 1. 151.494 [1].

Produk olahan biji kakao Indonesia diantaranya adalah cocoa butter, cocoa cake, cocoa liquer dan cocoa

powder. Untuk menunjang proses produksi olahan biji kakao tersebut, maka pengetahuan tentang sifat

mekanik biji kakao sangatlah diperlukan sehingga dapat mencegah kegagalan dalam aplikasi engineering.

Walaupun sudah banyak digunakan alat dan mesin prosesing untuk pengolahan biji kakao, namun sejauh ini

belum ada informasi sifat mekanik biji kakao Indonesia. Pada tahapan proses pengecilan ukuran biji kakao

dengan memberikan beban tekan, maka alat dan mesin yang digunakan harus dapat memberikan gaya dan

energi yang bisa menghancurkan biji kakao tersebut sehingga alat dan mesin dapat bekerja secara efisien dan

efektif. Sementara itu, biji kakao yang dihasilkan memiliki beragam kualitas termasuk kadar air dan tekstur

biji kakao.

Riset-riset yang terkait dengan kajian sifat mekanik produk pertanian telah banyak dilakukan, diantaranya

adalah biji pala Afrika [2], buah apricot, pit dan kernelnya [3], barley [4] dan biji bunga matahari [5]. Hasil-

hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa setiap produk pertanian memiliki karakteristik yang berbeda

ketika diberikan beban tekan. Sehubungan dengan sifat kompresif biji kakao, [6] telah mengkaji sifat

kompresif biji kakao dari Ghana dengan mempertimbangkan efek kadar air dalam rentang 7-22% namun

pada posisi pembebanan secara lateral. [7] menyatakan bahwa berdasarkan pandangan engineering, informasi

dan data pada sifat mekanik biji kakao diperlukan dalam mekanisasi berbagai unit operasi yang terjadi pada

proses pascapanen. Hal itu juga akan membantu dalam pengembangan parameter optimasi untuk keefisienan

dan keefektifan peralatan. Sementara itu, informasi pada posisi pembebanan secara aksial belum dilaporkan.

Disamping itu, [8], [9] menyatakan bahwa sifat tekan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti kultivar atau

varietas, suhu, dan kadar air dari biji kakao. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan efek kadar air

dan posisi pembebanan kompresif baik secara lateral maupun aksial terhadap ketahanan patah biji kakao

Indonesia.

26

National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016 ISSN:2541-111x

Page 2: EFEK POSISI BEBAN KOMPRESIF DAN KADAR AIR …repo.polinpdg.ac.id/584/1/ASCNITech_2016_REKAYASA_-_Anda_Suryani... · sebagai fungsi dari kadar air ... Ilmu yang mempelajari tentang

2. Tinjauan Pustaka

Ilmu yang mempelajari tentang sifat mekanik dan struktur dari buah-buahan dan sayur-sayuran yang berbeda

kondisi fisiknya adalah Rheology [10]. Pengetahuan tentang fisik dan sifat mekanik dari produk pertanian

adalah penting untuk prosedur penyimpanan yang benar, desain, dimensi, manufaktur, analisis tingkah laku

produk prosesing dan peralatan proses yang digunakan dalam pascapanen produk seperti pengeringan,

pembersihan, sortasi, penghancuran, dan penggilingan [11], [12]. Sifat mekanik produk pertanian tersebut

dapat diukur dengan menggunakan kurva antara gaya dan deformasi. Metode yang dapat digunakan untuk

mendapatkan kurva antara gaya dan deformasi, menurut [13] adalah kompresi produk oleh silinder datar

yang kecil (uji plunger), kompresi antara dua plat datar sejajar (uji plat) dan kompresi pada sampel yang

berbentuk kubus antara dua plat datar sejajar. Selanjutnya, sifat-sifat mekanik yang dapat diukur adalah gaya

maksimum dan energi untuk titik pecah (rupture), kekakuan dan deformasi [14].

[15] menyatakan bahwa tekstur adalah faktor variabel yang mempengaruhi semua sifat mekanik buah dan

sayuran. Penentuannya membutuhkan lima parameter utama, yaitu (a) firmness atau hardness yang

didefinisikan sebagai gaya yang dibutuhkan untuk mencapai titik deformasi tertentu, (b) elasticity

didefenisikan sebagai laju dimana deformasi bahan kembali ke kondisi awal setelah gaya deformasi

dilepaskan, (c) kohesi didefinisikan sebagai kekuatan ikatan antara partikel internal produk, (d) viscocity

sebagai laju dimana cairan mengalir ke dalam tubuh produk dengan satuan gaya dan e) adhesivitas,

didefinisikan sebagai gaya tarik-menarik yang ada antara permukaan buah atau sayuran, dan bahan lain yang

dengannya bersentuhan. [16] mendefinisikan firmness sebagai ketahanan material terhadap deformasi atau

penetrasi, dan masing-masing bahan ditandai dengan kurva deformasi setelah penerapan berbagai tingkat

kekuatan atau tekanan. Selanjutnya, dilaporkan bahwa beberapa peneliti menyatakan bahwa Model

Elastisitas Young bekerja dengan baik untuk bahan seperti baja, tapi tidak untuk buah-buahan karena mereka

memiliki sifat viskoelastik, dan dengan demikian koefisien elastisitas tertentu dianjurkan untuk jenis produk

ini. [17] juga menganggap bahwa firmness dapat diukur sebagai gaya yang dibutuhkan untuk merusak atau

menembus suatu produk, dan ia menambahkan bahwa metode deformasi memungkinkan mencatat kurva

waktu- firmness, yang dikenal sebagai profil firmness. Menurut [18], daya tahan terhadap pemotongan

dianggap gaya maksimum yang diperlukan untuk mematahkan bahan, sementara plastisitas adalah deformasi

permanen pada material yang mengalami penerapan kekuatan tertentu. [10] mendefinisikan batas elastisitas

sebagai kekuatan terbesar pada material yang dapat bertahan tanpa mengalami deformasi permanen, setelah

gaya dilepaskan kembali.

Kajian tentang sifat mekanik bahan pertanian telah banyak yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.

[19] mengukur kekuatan dan energi yang dibutuhkan untuk memulai pecahnya kulit biji kedelai. Untuk

menekan biji kedelai dengan hilus pada posisi horizontal, kekuatan rata-rata untuk memulai pecahnya kulit

biji kedelai adalah turun dari 57,8 N menjadi 44,4 N pada saat kadar air biji meningkat dari 1% menjadi

16%. [20] melakukan kajian serupa untuk kenari dan menemukan bahwa perbedaan antara retaknya kernel

dan kenari tampaknya menjadi indikator diandalkan untuk memprediksi efek dari kadar air dan besarnya

kompresi pada kerusakan kernel. [21] telah menentukan ukuran dan kekuatan pecah dari 10 varietas kacang

almond serta hubungan antara kekuatan pecah dan ukuran kacang. [22] meneliti efek dari kadar air dan arah

pembebanan pada kekuatan pecah, deformasi dan energi dari kacang mete panggang di bawah pembebanan

quasi-statik. Mereka menemukan bahwa semua faktor yang diperiksa secara signifikan mempengaruhi

parameter yang diukur dan pola retaknya kulit kacang.

Pengaruh arah pembebanan dan ukuran biji juga telah diteliti oleh peneliti sebelumnya. [23] melaporkan

bahwa kekuatan retak dan regangan kenari pada kadar air 6 % (bb) berturut-turut berada di kisaran 110-800

N dan 0,01-0,045 mm / mm. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kenari berukuran besar memerlukan

gaya meretakkan yang lebih tinggi dan mengalami deformasi yang lebih dari kenari berukuran yang kecil.

Sementara itu, [6] telah mengkaji sifat kompresif biji kakao dengan mempertimbangkan efek dari kadar air

dalam rentang 7-22% pada posisi pembebanan secara lateral.

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan tahapan penelitian terdiri

dari persiapan sampel, penentuan dimensi utama dan penentuan sifat mekanik biji kakao.

A. Persiapan sampel

Biji kakao segar varietas forastero diperoleh dari petani kakao di daerah Lubuk Minturun Padang, Sumatera

Barat. Biji kakao tersebut selanjutnya difermentasi selama 5 hari dan dikeringkan dengan pengeringan 27

National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016 ISSN:2541-111x

Page 3: EFEK POSISI BEBAN KOMPRESIF DAN KADAR AIR …repo.polinpdg.ac.id/584/1/ASCNITech_2016_REKAYASA_-_Anda_Suryani... · sebagai fungsi dari kadar air ... Ilmu yang mempelajari tentang

matahari sampai kadar air 6,3 ± 0,3 % (bb) yang ditentukan dengan metode oven pada suhu 1050

C sampai

kadar airnya konstan. Selanjutnya, biji kakao dikondisikan dengan lima level kadar air yaitu 7%, 10%, 14%,

18% dan 22%. Biji kakao dengan level kadar air yang diinginkan diperoleh dengan merendam biji kakao

selama ± 3 jam sehingga mencapai kadar air 22 ± 0,4 % (bb). Selanjutnya, biji dimasukkan ke dalam plastik

polietilen dan disimpan di refrigerator pada suhu 50C selama 24 jam untuk keseragaman kadar air.

Berikutnya, biji kakao tersebut dikeringkan dengan menggunakan moisture analyzer.

B. Penentuan Dimensi Utama

Ukuran rata-rata biji kakao ditentukan dengan mengambil 100 biji kakao secara random dan ditentukan

panjang (L), lebar (W) dan tebal (T) menggunakan micrometer gauge dengan tingkat ketelitian 0.01 mm.

Gambar 1 memperlihatkan dimensi utama pada biji kakao. Lebar dan tebal biji kakao diukur tegak lurus

terhadap sumbu utama. Diameter rata-rata geometri (Dg) dihitung dengan menggunakan persamaan 1 [24]

sedangkan indeks sphericity (Ɵ) ditentukan dengan persamaan (2) [25].

Gambar 1. Dimensi utama biji kakao

(1)

(2)

C. Penentuan Sifat Mekanik

Pengujian kompresif dilakukan dengan menggunakan universal testing machine yang dikontrol dengan

mikro-komputer. Selama pengujian, masing-masing biji kakao diletakkan antara dua plat sejajar dan ditekan

sampai pecah. Ketika titik pecah diketahui, pemberian gaya dihentikan. Pengaruh posisi pembebanan

ditentukan dengan penempatkan biji kakao secara lateral dan axial (Gambar 2) lalu ditekan dengan gerakan

plat pada kecepatan 1.2 mm/menit sampai spesimen pecah. Deformasi diperoleh dari kurva gaya-deformasi

untuk masing-masing biji kakao. Energi yang diserap (Ea) oleh biji kakao pada saat rupture dihitung dengan

menggunakan persamaan 3 dan firmness dihitung dengan menggunakan persamaan 4 [26]. Fr adalah gaya

rupture (N) dan Dr adalah deformasi (mm).

Gambar 2. Orientasi biji kakao dibawah pembebanan kompresif

Hasil yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis varian (Anova) untuk menguji efek

posisi pembebanan dan kadar air terhadap sifat mekanik biji kakao. Analisis dilakukan dengan menggunakan

28

National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016 ISSN:2541-111x

Page 4: EFEK POSISI BEBAN KOMPRESIF DAN KADAR AIR …repo.polinpdg.ac.id/584/1/ASCNITech_2016_REKAYASA_-_Anda_Suryani... · sebagai fungsi dari kadar air ... Ilmu yang mempelajari tentang

IBM SPSS 20 pada level signifikan 0.01. Tiga biji kakao diuji pada setiap level kadar air pada masing-

masing posisi pembebanan.

(

) (3)

(

) (4)

4. Hasil dan Pembahasan

Dimensi biji kakao

Dimensi bji kakao yang digunakan untuk pengujian pembebanan kompresi diperlihatkan pada Tabel 1

dengan rata-rata 21,46 mm, 12,51 mm dan 7,79 mm berturut-turut untuk dimensi panjang, lebar dan tebal.

Nilai sphericity yang diperoleh berkisar dari 0,55 – 0,64.

Tabel 1. Diameter biji kakao

L

(mm)

W

(mm)

T

(mm)

Dg

(mm)

Rata-rata 21,46 12,51 7,79 12,73

Maksimum 27,40 19,21 11,00 16,08

Minimum 12,91 10,24 4,61 10,54 Keterangan: L = diameter minor

W = diameter mayor

T = diameter intermediate GM = diameter geometrik

Gaya rupture

Karakteristik gaya-deformasi akibat pembebanan kompresif pada biji kakao diperlihatkan pada Gambar 3.

Kurva gaya-deformasi dapat memberikan informasi tentang gaya rupture, yaitu gaya awal yang dapat

menyebabkan produk pecah. Gaya rupture mengindikasikan gaya minimum yang dibutuhkan untuk

pengupasan kacang dan menggiling biji [27], [28]. Kurva gaya-deformasi yang diperoleh ini mirip dengan

kurva gaya-deformasi untuk produk pertanian lainnya seperti yang dilaporkan oleh peneliti-peneliti

sebelumnya [26], [14], [29]. Sementara itu, titik pada kurva gaya-deformasi yang menunjukkan terjadinya

penurunan gaya secara mendadak setelah terjadinya rupture disebut dengan titik rupture [26].

Gambar 3. Kurva gaya-deformasi biji kakao

Pembebanan kompresif termasuk kepada sifat mekanik yang dapat menyebabkan terjadinya rupture pada biji

kakao. Efek posisi pembebanan terhadap gaya rupture adalah signifikan (p<0.01). Gaya rupture pada posisi

lateral lebih besar dari gaya rupture pada posisi aksial (Gambar 4). Pada saat pembebanan lateral,

dibutuhkan gaya sebesar 120 N pada kadar air 7% dan 20 N pada kadar air 22%. Sementara itu, pada

29

National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016 ISSN:2541-111x

Page 5: EFEK POSISI BEBAN KOMPRESIF DAN KADAR AIR …repo.polinpdg.ac.id/584/1/ASCNITech_2016_REKAYASA_-_Anda_Suryani... · sebagai fungsi dari kadar air ... Ilmu yang mempelajari tentang

pembebanan secara aksial dibutuhkan gaya yang lebih kecil yaitu sebesar 26.67 N pada kadar air 7% dan

23.33 N pada kadar air 22%. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh [2], [4].

Hasil studi memperlihatkan bahwa gaya rupture yang menyebabkan biji kakao menjadi pecah akan menurun

dengan meningkatnya kadar air baik pada posisi pembebanan secara lateral maupun aksial. Hal ini

disebabkan karena biji kakao dengan kadar air yang tinggi mempunyai tekstur yang lebih lunak sehingga

membutuhkan gaya yang kecil untuk dapat pecah. Efek kadar air terhadap gaya rupture dengan pembebanan

lateral adalah signifikan (p<0.01). Rata-rata gaya rupture dengan pembebanan lateral pada level kadar air

18% dan 22% adalah sama, namun berbeda pada level kadar air 7%, 10% dan 14%. Sementara itu, efek

kadar air terhadap gaya rupture dengan pembebanan aksial adalah tidak signifikan (p>0.01). [30] juga telah

mempelajari pengaruh kadar air pada sifat mekanik jagung pipil dengan tekanan aksial secara individu pada

rentang level kadar air dari 6.5 sampai 28%. Hasil studi menunjukkan bahwa setiap penurunan parameter

yang diamati menurun dengan meningkatnya kadar air. [31] juga menunjukkan hasil yang sama tentang efek

kandungan air dan orientasi pembebanan pada sifat mekanik kacang balanites yaitu sifat mekanik akan

menurun dengan meningkatnya kadar air. Hal ini disebabkan karena biji dengan kadar air tinggi menjadi

lunak dan membutuhkan gaya yang kecil. [32] juga menambahkan bahwa biji-bjian menjadi sangat sensitive

terhadap keretakan pada kadar air yang tinggi sehingga dibutuhkan gaya yang kecil untuk rupture.

Gambar 4. Gaya rupture sebagai fungsi kadar air

Deformasi

Deformasi terkait dengan perubahan bentuk atau kerusakan pada bahan akibat mendapat beban atau gaya.

Hasil studi memperlihatkan bahwa efek posisi baik lateral ataupun aksial terhadap deformasi biji kakao

adalah signifikan (p<0.01). Deformasi pada posisi lateral lebih besar dari deformasi pada posisi aksial

(Gambar 5). Pada saat pembebanan lateral, terjadi deformasi sebesar 3.49 mm pada kadar air 7% dan 1.72

mm pada kadar air 22%. Sementara itu, pada pembebanan secara aksial deformasi yang terjadi sebesar 0.92

mm pada kadar air 7% dan 2.77 mm pada kadar air 22%. Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan biji kakao

akan banyak terjadi jika diberikan posisi pembebanan secara lateral. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh

[2].

Gambar 5. Deformasi sebagai fungsi kadar air

Efek kadar air terhadap deformasi dengan pembebanan lateral dan pembebanan aksial adalah tidak signifikan

(p>0.01). Faktanya, bahan dengan kadar air yang tinggi akan mempunyai tekstur yang lunak sehingga ketika

diberikan beban atau gaya maka bahan akan mudah mengalami deformasi atau deformasinya akan meningkat 30

National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016 ISSN:2541-111x

Page 6: EFEK POSISI BEBAN KOMPRESIF DAN KADAR AIR …repo.polinpdg.ac.id/584/1/ASCNITech_2016_REKAYASA_-_Anda_Suryani... · sebagai fungsi dari kadar air ... Ilmu yang mempelajari tentang

juga. Kondisi ini ditemui pada biji kakao yang mendapat beban aksial dan hasil yang sama juga dilaporkan

oleh [2].[5]. Namun pada kasus pembebanan lateral, biji kakao dengan kadar air yang tinggi mempunyai

nilai deformasi yang lebih kecil dibandingkan dengan biji kakao yang berkadar air rendah. Hal ini

kemungkinan disebabkan karena kulit biji kakao dengan kadar air tinggi bersifat agak liat sehingga ketika

diberikan beban maka bahan akan lebih cepat mampat.

Energi rupture

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa profil kurva energi rupture mirip dengan gaya rupture. Hal ini

disebabkan karena nilai energi rupture dihitung berdasarkan nilai gaya rupture dan deformasi. Nilai gaya

rupture yang lebih besar dari deformasi menyebabkan terbentuknya kurva yang mirip. Sama halnya dengan

efek posisi pembebanan terhadap gaya rupture dan deformasi, efek posisi terhadap energi rupture adalah

signifikan (p<0.01). Energi rupture pada posisi lateral lebih besar dari deformasi pada posisi aksial (Gambar

6). Pada saat pembebanan lateral, energi rupture yang diperoleh adalah sebesar 0.209 J pada kadar air 7%

dan 0.017 J pada kadar air 22%. Sementara itu, pada pembebanan secara aksial energi rupture yang

diperoleh adalah sebesar 0.012 J pada kadar air 7% dan 0.032 J pada kadar air 22%. Efek kadar air terhadap

energi rupture dengan pembebanan lateral adalah signifikan (p<0.01). Namun tidak demikian halnya dengan

efek kadar air terhadap energi rupture dengan pembebanan aksial menunjukkan efek yang tidak signifikan

(p>0.01).

Gambar 6. Energi rupture sebagai fungsi kadar air

Firmness

Firmness menunjukkan gaya yang dibutuhkan untuk mencapai titik deformasi. Nilai firmness ditentukan

oleh nilai gaya rupture dan deformasi. Efek posisi pembebanan terhadap firmness, adalah tidak signifikan

(p>0.01). Nilai firmness pada posisi lateral diperoleh sebesar 34.417 (N/mm) pada kadar air 7% dan 11.650

(N/mm) pada kadar air 22%. Pada posisi aksial, nilai firmness diperoleh sebesar 29.091 (N/mm) pada kadar

air 7% dan 8.434 (N/mm) pada kadar air 22%. Efek kadar air terhadap energi rupture dengan pembebanan

lateral adalah tidak signifikan (p>0.05). Gambar 7, memperlihatkan nilai firmnees pada beberapa level kadar

air. Bahan dengan kadar air yang tinggi, mempunyai tekstur yang lunak sehingga mempunyai nilai firmness

yang kecil dan sebaliknya.

Gambar 6. Firmness sebagai fungsi kadar air

31

National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016 ISSN:2541-111x

Page 7: EFEK POSISI BEBAN KOMPRESIF DAN KADAR AIR …repo.polinpdg.ac.id/584/1/ASCNITech_2016_REKAYASA_-_Anda_Suryani... · sebagai fungsi dari kadar air ... Ilmu yang mempelajari tentang

5. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sifat mekanik biji kakao merupakan fungsi posisi

pembebanan dan kadar air. Efek posisi pembebanan terhadap gaya rupture, deformasi, energi rupture secara

statistik adalah signifikan dan tidak signifikan terhadap firmness. Nilai gaya rupture, deformasi, energi

rupture dan firmness untuk posisi lateral lebih besar dibandingkan pada posisi aksial. Hal ini

mengindikasikan bahwa tingginya ketahanan biji kakao terhadap rupture pada posisi lateral. Semakin tinggi

kadar air maka gaya rupture, energi rupture dan firmness cenderung menurun.

Daftar Pustaka

.

[1] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia 2013-2015. Direktorat Jenderal Perkebunan.

Jakarta.

[2] Burubai W, Akor AJ, Igoni AH dan Puyate YT. 2008. Fracture resitance of African Nutmeg (Monodora myristica)

to compressive loading. American-Eurasian Journal of Scientific Research 3 (1): 15-18. ISSN 1818-6785

[3] Ahmadi H, Fathollahzadeh H, dan Mobli H. 2009. Post harvest physical and mechanical properties of apricot fruits,

pits and kernels (C.V. Sonnati Salmas) Cultivated in Iran. Pakistan Journal of Nutrition 8 (3): 264-268. ISSN 1680-

5194

[4] Jangi A. Nouri, S.A. Mortazavi, M. Tavakoli , A. Ghanbari ,H. Tavakolipour,G.H. Haghayegh. 2011. Comparison

of mechanical and thermal properties between two varieties of barley (Hordeum vulgare L.) grains. AJAE 2 (5):

132-139. ISSN: 1836-9448

[5] Jafari S, Khazaei Javad, Akbar Arabhosseini, Jafar Massah, Mohammad Hadi Khoshtaghaza. 2011. Study on

mechanical properties of sunflower seeds. Electronic Journal Of Polish Agricultural Universities. 14 (1).

[6] Bart-Plange, A., Addo, A., Abano E.E., Akowuah, J.O. 2012. Compressive Properties of Cocoa Beans Considering

the Effect of Moisture Content Variations. International Journal of Engineering and Technology. 2 (5): 850-858.

ISSN:2049-3444

[7] Burubai W, Akor AJ, Igoni, AH Puyate YT. 2007. Effect of loading rate and pre-heating time on the strength

properties of African nutmeg (Monodora mytostica. International Agrophysics. 21, 317-322

[8] Delwiche SR. 2000, Wheat endoeperm compressive strength as affected by moisture. Transaction of ASAE, 43 (2),

365-373.

[9] Shitanda D, Nishiyama Y, Koide S. 2002. Compresive strength properties of rough rice condidering variation of

contact area. Journal of Food Engineering. 53, 53-58

[10] Mohsenin, N. N. 1970. Physical properties of plant and animal materials. Vol.1. Structure, Physical Characteristics

and Mechanical Properties.Gordon and Breach Sci. New York, USA. 438 p.

[11] Akaaimo DI, Raji AO. 2006. Some physical and Engineering properties of prosopis Aficana seed. Jounal of

Bisystems Engineering. 95, 197-205

[12] Afonso Junior PC 2001. Coffe physical, physiological aspect and coffe quality in function of drying ang storage.

Doctorate Thesis in Agricultural Enginnering. Agricultural Engineering Department, Federal University of Vicosa,

Vicosa, MG. Brazil

[13] Fischer, R. R., J. H. von Elbe, R. Schler, H. Bruhn, and J. Moore. 1969. Some physical properties of sour cherries.

Trans. ASAE 12: 175-179.

[14] Khazaei J. 2008. Characteristics of Mechanical Strength and Water Absorption in Almond and its Kernel. Cercetčri

Agronomice in Moldova. Vol. XLI. No. 1(133): 37-51.

[15] Szczesniak, A. S. 1973. Instrumental methods of textural measurements. In: Texture Measurements of Foods.

Kramer A., and A. S. Szczesniak (eds.). Reidel Pub. USA. pp:71-104.

[16] Fekete, A. 1994. Elasticity characteristics of fruits. Acta Hort. 368:199-205.

[17] Watada, A. E. 1995. Methods for determining quality of fruits and vegetables. Acta Hort. 379: 559-567.

[18] Finney, E. 1973. Elementary concepts of rheology relevant to food texture studies. In: Texture Measurements of

Foods. Kramer, A., and A. S. Szczesniak (eds.). Reidel Pub. USA. pp: 33-51.

[19] Bilanski W.K., 1966 - Damage resistance of seed grains. Trans. ASAE. 9, 360-363. Cercetari Agronomice în

Moldova .Vol. XLI No. 1 (133): 37-51.

[20] Liang T., Chin L., Mitchell J.B., 1984 - Modelling Moisture Influence on Macadamia nut Kernel Recovery. Trans.

ASAE. 28 :1538 – 1541.

[21] Kalyoncu I.H., 1990 - A selection study on determining important characteristics of almond trees in Turkey, Master

thesis, University of Ondokuz Mays, Samsun, Turkey

[22] Oloso A.O., Clarke B., 1993 - Some Aspect of Strength Properties of Cashew Nuts. J. Agric. Engng. Res. Vol 55: 27

– 43

[23] Borghei A.M., Khazaei J., Tavakoli T. 2000. Design, construction and testing of walnut cracker. AgEng

Conference. Paper No: 00-PH-029.

[24] Altuntas E, Şekeroğlu. 2008. Effect of egg shape index on mechanical properties of chicken eggs. Journal of Food

Engineering 85: 606–612.

[25] Mohsenin N.N. 1980. Physical Properties of Plant and Animal Materials. Gordon and Breach Science Publishers.

New York 32

National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016 ISSN:2541-111x

Page 8: EFEK POSISI BEBAN KOMPRESIF DAN KADAR AIR …repo.polinpdg.ac.id/584/1/ASCNITech_2016_REKAYASA_-_Anda_Suryani... · sebagai fungsi dari kadar air ... Ilmu yang mempelajari tentang

[26] Mohsenin, NN. 1987. Physical Properties of Plant and Animal Materials: Structure, Physical Characteristics and

Mechanical Properties. Updated and Revised Edition. Gordon and Breach Science Publishers, New York.

[27] Sirisomboon P, Kitchaiya P, Pholpho T, Mahuttanyavanitch W. 2007. Physical and mechanical properties of

jatropha curcas L. Friuts, nuts and kernel. Biosistem Engineering 97 (2), 201-207

[28] Galedar MN, Mohtasebi SS, Tabatabaeefar A Jafari A, Fadaei H. 2009. Mechanical properties of pistachio nut and

its kernel under compression loading. Journal Food Enginnering 95, 499-504

[29] Isaac C O dan Obiakor SI. 2011. Fracture resistance of palm kernel seed to compressive loading. Journal of Stored

Product and Postharvest Research. Vol 2 (13): 248-253.

[30] Shelef, L. and N. Mohsemin, 1969. Effects of moisture content on Mechanical properties of Shelled Corn. Cereal

Chem., 5 (1): 242-253

[31] Mamman, E. dan B. Umar. 2005. Effects of moisture content and loading orientation on the mechanical properties

of balanites aegyptiaca nuts. J.Sci.Res.,7 (2): 20-25

[32] Konak M, Carman K, Aydin C. 2002. Physical properties of chick pea seeds. Biosystem Eng 82: 73–78.

Biodata Penulis Andasuryani, memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian (S.TP), Program Studi Mekanisasi Pertanian Faperta

[Universitas Andalas], lulus tahun 1996. Tahun 2003 memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) dari Program Keteknikan

Pertanian [IPB]. Program Doktor pada Ilmu Keteknikan Pertanian [IPB], lulus tahun 2014. Saat ini sebagai Dosen pada

Jurusan/Prodi Teknik Pertanian [Unand].

.

33

National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016 ISSN:2541-111x