Upload
trinhtram
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Page | 1
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
EFEKTIVITAS LIMBAH CAIR PEMOTONGAN
AYAM BROILER UNTUK PERTUMBUHAN
TANAMAN PEPAYA (Carica)
Warsiyah
INTISARI
Limbah cair pemotongan ayam broiler selain bermanfaat
bagi tanaman atau mempunyai nilai tambah juga dapat
mengurangi pencemaran air, tujuan penelitian ini untuk
mengetahui efektivitas limbah cair pemotongan ayam broiler
terhadap perumbuhan tanaman pepaya guna pengembangan
tanaman pepaya. Metode penelitian yang digunakan diskriptif
analisis dengan vareasi air limbah 3 ml, 6 ml, 9 ml, dan 12 ml.
Hasil penelitian, tinggi tanaman yang tanpa air limbah
menunjukkan tingkat pertumbuhanya lambat, selama empat
minggu rata-rata 2.20 cm, sedangkan tanaman pepaya yang
menggunakan air limbah mencapai 4.8 cm jadi hasil penelitian
menunjukkan bahwa tanaman pepaya yang menggunakan air
limbah ayam broiler lebih baik dari pada yang tidak
menggunakan limbah ayam broiler.
Kata kunci : limbah cair, pertumbuhan tanaman pepaya
The Effectiveness of Broiler Chicken Butchering-
Liquid Waste
for Papaya Plant Growth
ABSTRACT
Liquid waste of Broiler chicken butchering has some
additional values such as for the plant growth, and for water
pollution decrease. The aim of this research is to find out the
effectiveness of Papaya plant growth to develop the quality of
the plant. The method used in this research is descriptive
analysis with waste water variation of 3 ml, 6 ml, 9 ml, and 12
ml.The result shows that the plant growth without using waste
water is rather slow with an average growth of 2.20 cm during 4
weeks; the plant using waste water reaches 4.8 cm during 4
weeks. The research result shows that Papaya plant using
Broiler chicken waste water is better in growth compared to the
ones without.
Keywords: liquid waste, Papaya plant growth
Page | 2
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
A. PENDAHULUAN
Setiap aktivitas manusia akan
menimbulkan suatu dampak baik
dampak positif maupun dampak yang
negatif. Dampak lebih lanjut adalah
terjadinya pencemaran lingkungan.
Salah satu terpenting untuk
diperhatikan adalah timbulnya
pencemaran air. Peraturan
Pemerintah No 82 tahun 2001,
pencemaran air didefinisikan sebagai
masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan atau
komponen lain ke dalam air oleh
kegiatan manusia sehingga kualitas
air turun sampai tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai dengan
peruntukannya.
Sumber aktivitas yang berpotensi
untuk mencemari air karena limbah
yang dihasilkan mengandung BOD
(Biological Oxigen Demand) yang
tinggi adalah tempat pemotongan
ayam. Limbah cair yang memiliki
BOD tinggi berarti membutuhkan
banyak oksigen terlarut dalam air.
Bila jumlah oksigen terlarut dalam
air badan air kurang maka akan
menimbulkan bau yang tidak sedap
karena proses anaerob juga
menyebabkan kelebihan nutrient di
dalam badan air, sehingga
menimbulkan eutrofikasi. Eutrofikasi
adalah suatu peningkatan unsur hara
dalam perairan sebagai akibat dari
kegiatan manusia seperti pertanian
dan limbah industri. Ekosistem
perairan menjadi terganggu
keseimbangannya dan ditumbuhi
banyak ganggang dan tumbuhan
lainnya, karena nutrient dapat
memicu pertumbuhan tanaman.
Tanaman juga dapat berfungsi untuk
memperbaiki kualitas limbah cair.
Diantaranya adalah tanaman papaya.
Seluruh umat di dunia 99,9% sudah
mengenal buah pepaya dimana saja
kita kunjungi di kebun, pekarangan
rumah, pasar, pingir jalan, pasar
multinasional alfamart dan lain-lain.
Buah pepaya melihat dengan
fenomena yang terjadi pada tamanan
pepaya yang langsung diamati
maupun ambil di sumber buku mulai
dari sejarah sampai pada penyakit
yang diderita pada tanaman pepaya
di pekarangan kontrakan. Pohon
pepaya masing–masing tanaman
memiliki ciri khas atau fungsi
fisiologi berbeda.
Demikain pula pepaya dapat
menanggulangi atau mengobati
beragam penyakit dan gangguan
kesehatan lain seperti
menyembuhkan luka, menghilangkan
infeksi dan menghilangkan alergi.
Selain tanaman pekarangan, tanaman
ini juga dibudidayakan dalam bentuk
perkebunan rakyat secara komersial.
Setiap hari pepaya banyak dijual di
pasar karena kebutuhan terhadap
buah pepaya diperlukan oleh
masyarakat, selain harganya yang
murah, sehingga masyarakat
ekonomi agak lemahpun sanggup
Page | 3
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
membelinya.Tanaman ini mudah
tumbuh di mana-mana khususnya di
dataran rendah. Pemeliharaanya
mudah karena pepaya bukan tanaman
manja yang menuntut hara yang
berlebihan.
Tanaman pepaya berasal dari
Meksiko dan Kosta rika. Dewasa ini
tanaman pepaya menyebar keseluruh
dunia termasuk papua.Tanaman
berupa pohon kecil atau perdu
dengan daunnya terletak pada ujung
tanaman. Semua bagian tanaman
mengandung getah. Daunnya
tersusun secara spiral melingkar
batang lembaran daun bercela-cela
menjari dan bunganya biasanya
beruma dua. Pohon pepaya umurnya
pendek di bandingkan dengan
tanaman tahunan lainnya. Batangnya
tidak bercabang, namun apabila
pucuknya di potong cabang akan
terbentuk.
Bunga pepaya bersifat
hermafrodit atau biseksual. Ada
pohon yang berbunga jantang dan
berbunga betina atau berbunga
sempurna (hermafrodit). Bunga
jantangnya mempunyai tangkai
bunga panjang dan bercabang,dapat
mencapai 2 meter, mengandung
beberapa kuantum anak bunga.
Bunga betinanya bersifat uniseksual
dengan kepala putik yang fungsional.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pemotongan ayam
Pemotongan ayam adalah
merupakan salah satu bentuk industri
yang menghasilkan limbah cair yang
meliputi penyembelihan,
pembersihan bulu dan isi perut serta
pencucian daging broiler atau unggas
lain. Menurut Jenie, 2000 sebagian
industri hanya melakukan proses
penyembelihan, pembersihan, dan
proses lebih lanjut.
Aktivitas di pemotongan ayam,
selain menghasilkan daging juga
menghasilkan produk lain berupa
limbah hasil pencucian ayam. Untuk
mengurangi bahan limbah sebaiknya
dilakukan pemisahan limbah seperti
darah dan bulu yang dipisahkan.
Aliran limbah cair biasanya akan
melalui saringan yang akan
memisahkan padatan atau kotoran
yang lebih besar. Dalam pengolahan
ayam broiler, sekitar 70% berat asal
unggas merupakan produk akhir.
Sisa 30% meliputi bulu, usus, kaki,
kepala, dan darah yang
membutuhkan pembuangan cairan
dan padatan pada industri
pengolahan.
2. Karakteristik Limbah
Karakteristik limbah cair
pemotongan ayam secara fisik
biasanya berwarna agak merah
karena mengandung darah. Limbah
segar biasanya memiliki pH netral
sekitar 7. Limbah yang telah lama
biasanya mempunyai bau yang tidak
sedap karena adanya penguraian
bahan organik. Limbah tersebut juga
mengandung bahan padatan organik
maupun anorganik.Protein sebagai
nitrogen organik juga terdapat di
dalamnya.
Page | 4
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
Bahan organik dan mineral tanah
terutama berfungsi sebagai gudang
dan penyuplai hara bagi tanaman dan
biota tanah. Bahan mineral melalui
bentuk partikel-partikelnya
merupakan penyusun ruang pori
tanah yang tidak saja berfungsi
sebagai gudang udara dan air, tetapi
juga sebagai ruang untuk akar
berpenetrasi, makin sedikit ruang
pori ini akan makin tidak
berkembang sistem perakaran
tanaman. Bahan organik merupakan
sumber energi, karbon dan hara bagi
biota heterotrofik (pengguna
senyawa organik), sehingga
keberadaan BOT (Bahan Organik
Tanah) akan sangat menentukan
populasi dan aktivitas dalam
membebaskan hara-hara tersedia
yang terkandung BOT tersebut
(Kemas, 2010).
Bentuk bahan organik adalah
protein yang mengandung N, protein
merupakan kandungan utama untuk
hidup, terutama hewan. Tanaman dan
hewan bersel satu juga mengandung
protein (Thnobanoglous, 1991).
3. BOD (Biologocal Oxigen
Demand)
Keberadaan bahan organik di
dalam limbah cair dapat dilakukan
melalui pemeriksaan BOD. BOD
adalah sebagai jumlah oksigen
terlarut yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk men-
degradasikan bahan organik yang
terdapat di dalam air. BOD
merupakan parameter yang sering
digunakan untuk mengetahui tingkat
pencemaran bahan organik, baik dari
industri maupun dari rumah tangga.
Limbah cair yang dihasilkan oleh
kegiatan industri maupun rumah
tangga terutama yang mengandung
BOD tinggi harus ditangani dengan
baik agar tidak mencemari
lingkungan. Secara umum
penanganan limbah cair bertujuan
untuk menurunkan kandungan bahan
organik dalam limbah cair
(mengurangi BOD), mengurangi
partikel tercampur, serta membunuh
organism pathogen.
Sifat fisik seperti suhu dan pH
merupakan peubah yang mempunyai
pengaruh langsung terhadap proses
oksidasi, karena melibatkan
mikroorganisme yang bisa hidup dan
berkembang biak. Suhu adalah salah
satu faktor penting yang berpengaruh
terhadap kehidupan mikroorganisme.
Setiap mikroorganisme dapat tumbuh
pada suhu yang berbeda-beda.
Penanganan limbah secara
biologi umumnya berjalan dengan
baik pada pH netral. Secara umum
pH optimum untuk pertumbuhan
bakteri sekitar 7.Selain suhu dan pH
faktor lain yang dapat mempengaruhi
adalah kadar oksigen.
4. Tumbuhan dan Air
Tumbuhan dan air merupakan
suatu hubungan yang tidak dapat
dilepaskan satu dengan yang lainnya
dalam mendukung kelangsungan
kehidupan di bumi. Tumbuhan
Page | 5
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
membutuhkan air untuk perumbuhan
dan ketersediaan air juga dipengaruhi
oleh keberadaan tumbuhan.
5. Pertumbuhan tanaman
Pertumbuhan tanaman ditentukan
oleh sejumlah faktor yaitu faktor-
faktor yang berasal dari tanaman itu
sendiri dan faktor lingkungan seperti
air, udara, cahaya, dan suhu.
Indikator yang paling mudah untuk
diukur adalah tinggi tanaman
(Lakitan, 1996).
Media tanam merupakan tempat
tumbuh dan berkembangnya sistem
perakaran tanaman. Pepaya
merupakan tanaman yang banyak
ditanami di perkarangan rumah
sebagai tanaman buah. Bunga serta
daunnya dapat dijadikan sayur,
buahnya sangat diminati oleh
konsumen karena di samping dapat
menyegarkan juga banyak
mengandung vitamin–vitamin yang
berguna untuk tubuh.
Banyak manfaat mengkonsumsi
buah papaya, karena mengandung
vitamin C dan provitamin. Pepaya
dapat membantu memecah serat
makanan dalam sistem pencernaan
dan dapat membuat lancar saluran
pencernaan makanan.
Pepaya dapat menanggulangi atau
mengobati beragam penyakit dan
gangguan kesehatan lain seperti
menyembuhkan luka, meng-
hilangkan infeksi dan menghilangkan
alergi. Selain tanaman pekarangan,
tanaman ini juga dibudidayakan
dalam bentuk perkebunan rakyat
secara komersial.Setiap hari pepaya
banyak dijual di pasar karena
kebutuhan terhadap buah pepaya
diperlukan oleh masyarakat, selain
harganya yang murah, sehingga
masyarakat ekonomi agak lemahpun
sanggup membelinya. Tanaman ini
mudah tumbuh di mana-mana
khususnya di dataran rendah.
Pemeliharaanya mudah karena
pepaya bukan tanaman manja yang
menuntut hara yang berlebihan.
Fungsi tanaman pekarangan:
Penghasil bahan pangan tambahan
bagi hasil sawah dan ladang (padi,
jagung, pohong/ubi) untuk lauk-
pauk dan buah,sebagai penghasil
uang tunai harian, dan rempah-
rempah, obat-obatan atau jamu–
jamuan. Tanaman pepaya buah dan
daun yang masih muda kami ambil
sebagai lauk-pauk, sayuran untuk
masak makan pokok kehidupan
sehari –hari pada saat musim tiba.
C. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan survai
lapangan, analisis diskriptif
kualitatif hasil penelitian dengan
variasi limbah.
1. Pengambilan sampel
Limbah diambil meng-gunakan
wadah/tempat jirigen plastik volume
5 liter untuk pengambilan sampel
kemudian dibawa ke tempat
penanaman pepaya untuk campuran
antara air limbah dan air bersih.
Page | 6
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
2. Rancangan Percobaan
Penelitian dengan analisis
diskriptif kualitatif hasil penelitian
dengan variasi limbah, adapun
variasi air limbah yang digunakan
untuk penanaman 0 ml sebagai
kontrol, 3ml, 6 ml, 9 ml, 12 ml,
diencerkan 1:2, yaitu : 3 ml untuk air
limbah diencerkan dengan 6 ml air
bersih 3 ml untuk air bersih, 6 ml
untuk air limbah diencerkan dengan
12 ml air bersih, dan 9 ml air limbah
diencerkan dengan 18 ml air bersih
untuk masing-masing polibag dan
masing-masing tanaman pepaya.
Pengamatan dilakukan pada hari ke
0, minggu I, ke II, ke III, ke IV,
dengan memeriksa tingkat
pertumbuhan tanaman pepaya
dengan mengukur tinggi atau
panjang batang, lebar daun, jumlah
semi daun.
3. Variabel Penelitian
Variabel bebas : limbah cair
pemotongan ayam broiler 0 ml, 3 ml,
6 ml, 9 ml, 12 ml, satu banding dua
antara : air limbah banding air bersih
Variabel terikat : pertumbuhan
tanaman.
4. Alat dan bahan
Jirigen, ember, polibag, gunting,
pisau, mistar, gelas ukur, pengaduk,
tanaman pepaya, air limbah, air
bersih dan alat-alat yang dibutuhkan
lainnya.
5. Prosedur penelitian
Penelitian di Lapangan
a. Mengambil tanaman pepaya
dari tempat pembibitan
dengan panjang batang
kurang lebih 5 cm
mengabaikan umur, daun 3-
10 helai, warna
hijau/keadaan
sehat/dilakukan aklimasi.
b. Menyiapkan polibag yang
sudah diisi campuran tanah,
air bersih, dan air limbah.
c. Setelah siap semua,
kemudian menanam pepaya
pada media polibag tersebut.
d. Penelitian dilakukan selama
satu (1) bulan atau empat
(4) minggu, dengan cara
tanaman papaya setiap
minggu diukur panjang
batang atau tinggi, lebar
daun, jumlah daun yang
semi atau tumbuhkhusus
daun yang semi diabaikan
pengukuranya untuk me-
ngetahui pertumbuhan yang
terjadi selama penelitian.
e. Bandingkan dengan
tanaman yang tanpa
perlakuan atau tanaman
papaya yang tidak
menggunakan air limbah
sebagai kontrol.
Page | 7
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 sampai 5.
Tabel 1. Pertumbuhan tanaman pepaya dengan variasi air limbah 3 ml:
No Waktu
Kontrol/Tanpa Air Limbah Dengan Air Limbah 3 ml
Tinggi
Pohon
cm
Jml
Daun
Lebar
Daun
Cm
Ket.
Tinggi
Daun
cm
Jml
Daun
Lebar
Daun
Cm
Ket.
1 Minggu
ke 0
8,5 10 a. 6,2;
6,8;
7,4; 7,6
b. 6;
7,2
c. 6,4;
7
d. 5,2;
6
a. bagian
pertama
b. bagian
ke dua
c. bagian
ke tiga
d. bagian
ke empat
8,5 10 a. 7,1;
7,8;
8,2; 8,6
b. 7,1;
8,2
c. 7,5;
8,1
d. 6,2;
7,1
a.
bagia
n
perta
ma
b.
bagia
n ke
dua
c.
bagia
n ke
tiga
d.
bagia
n ke
empat
65.8 :
10 =
6.58
75.9 :
10 =
7,59
2 Minggu
pertam
a
8,8 10 a. 6,4;
7,0;
7,4; 7.8
b. 6,1;
7.3
c. 6,6;
7.2
d. 5,3;
6,2
a. bagian
pertama
b. bagian
ke dua
c. bagian
ke tiga
d. bagian
ke empat
10.2 10 a. 8,2;
8,9;
9,4; 9,7
b. 8,1;
9,2
c. 8,5;
9,3
d. 7,3;
8,5
a.
bagia
n
perta
ma
b.
bagia
n ke
dua
c.
bagia
n ke
tiga
d.
bagia
n ke
empat
8,8 –
8,5 =
0,3
67,3 :
10 =
6,73
6,73 –
6,58 =
0,15cm
10,2 –
8,5 =
1,7
87,1 :
10 =
8,71
Selisi
h
1.12
cm
3 Minggu
ke Dua
9,0 10 a.6,6;
7,2;
a. bagian
pertama
12,3 –
10,2 =
10 a. 9,6,
11,2;
a.
bagia
Page | 8
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
7,6; 8,0
b. 6,3;
7,5
c. 6,8;
7,5
d. 5,6;
6,3
b. bagian
ke dua
c. bagian
ke tiga
d. bagian
ke empat
2 10,5;
10,9
b. 9,5;
10,2
c. 9,4;
10,3
d. 8,5;
9,5
n
perta
ma
b.
bagia
n ke
dua
c.
bagia
n ke
tiga
d.
bagia
n ke
empat
9.0 –
8.8 =
0.2
69.4 :
10 =
6.94
6.94 –
6.73 =
0.21cm
12.3 99,6 :
10 =
9,96
Selisi
h
1.25c
m
4 Minggu
ke Tiga
9.1
10 a. 6.9,
7.6,
7.9, 8.4
b. 6.7,
7.8
c. 7.1,
7.8
d. 5.9,
6.6
a. bagian
pertama
b. bagian
ke dua
c. bagian
ke tiga
d. bagian
ke empat
satu me-
nguning
14.5 12 a. 11,3;
12,9;
12,2;
12,4
b. 11.5,
11.8
c. 11.7,
12.4
d. 10.4,
11.2
semi 2
mm, 1
mm
a.
bagia
n
perta
ma
b.
bagia
n ke
dua
c.
bagia
n ke
tiga
d.
bagia
n ke
empat
, semi
2
daun
sebag
ai
tamba
han
infor
masi
9.1 –
9.0 =
0.1
72.7:10
= 7.27
7.27 –
6.94 =
0.33cm
14.5 –
12.3 =
2.2
117,8 :
10 =
11.78
Selisi
h
1.82c
m
5 Minggu
ke
9.3 10 a. 7.3,
8.0,
a. bagian
pertama
16.9 10
a. 13.3,
14.4,
a.
bagia
Page | 9
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
empat 8.3, 8.8
b. 7.1,
8.1
c. 7.4,
8.2
d. 6.3,
6.9
b. bagian
ke dua
c. bagian
ke tiga
d. bagian
ke empat
satu me –
nguning
14.3,
14.2
b. 13.4,
13.5
c. 13.2,
14.1
d. 12.4,
13.3, 0.
5 cm,
0.3 cm
n
perta
ma
b.
bagia
n ke
dua
c.
bagia
n ke
tiga
d.
bagia
n ke
empat
dua
daun
semi
sbg
tamba
han
infor
masi
9.3 –
9.1 =
0.2 cm
76.4 :
10 =
7.64
cm
7.64 –
7.27 =
0.37 cm
16.9 –
14.5 =
2.4
136.1 :
10 =
13.61
cm
Selisi
h
1.83
cm
0.6 : 4
= 0.15
cm
35,16 :
5 =
7,03
cm
1.06 : 4 =
0.26 cm
8.3 : 4
= 2.07
cm
51.65 :
5 =
10.33
cm
Selisi
h
rata-
rata
6.02 :
5 =
1.20
cm
Sumber : Data Primer, 2016.
Tabel 1. menunjukkan bahwa
pertumbuhan tinggi tanaman lebar
daun pada kontrol kenaikan per
minggu sangat lambat hanya sekitar
0,2 sampai 0,3 cm,
sedangkan pada pertumbuhan yang
memakai air limbah pemotongan
ayam 3 ml pertumbuhannya lebih
cepat dari 1,12 cm sampai 1,83 cm,
berarti lebih bagus yang memakai air
limbah pemotongan ayam.
Page | 10
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
Tabel 2. Pertumbuhan tanaman pepaya dengan variasi air limbah 6 ml:
No Waktu
Kontrol/Tanpa Air Limbah Dengan Air Limbah6 ml
Tinggi
Pohon
cm
Jml
Daun
Lebar
Daun
Cm
Ket.
Tinggi
Daun
cm
Jml
Daun
Lebar
Daun
Cm
Ket.
1 Minggu
ke 0
8.5 10 a. 6.2,
6.8,
7.4, 7.6
b. 6,
7.2
c. 6.4,
7
d. 5.2,
6
a. bagian
pertama
b. bagian
ke dua
c. bagian
ke tiga
d. bagian
ke empat
8 10 a. 5.1,
5.9,
6.4, 5.3
b. 6.2,
6.3
c. 5.6,
6.1
d. 5.2,
6.1
a.
bagia
n
perta
ma
b.
bagia
n ke
dua
c.
bagia
n ke
tiga
d.
bagia
n ke
empat
65.8 :
10 =
6.58
58.2 :
10 =
5.82
2 Minggu
pertam
a
8.8 10 a. 6,4;
7,0;
7,1; 7,8
b. 6,1;
7,3
c. 6,6;
7.2
d. 5,3;
6.2
a. bagian
pertama
b. bagian
ke dua
c. bagian
ke tiga
d. bagian
ke empat
11.2 10 a. 6,1;
6,9;
7,5; 6,4
b. 7,1;
7,2
c. 6,8;
7,3
d. 6,4;
7,5
a.
bagia
n
perta
ma
b.
bagia
n ke
dua
c.
bagia
n ke
tiga
d.
bagia
n ke
empat
8.8 –
8.5 =
0.3
67,3 :
10 =
6,73
6.73 –
6.58 =
0.21cm
11,2 –
8 =
3.2
69.2 :
10 =
6.92
Selisi
h
6.92
–
5.82
=
1.13
cm
Page | 11
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
3 Minggu
ke Dua
9.0 10 a.6.6,
7.2,
7.6, 8.0
b. 6.3,
7.5
c. 6.8,
7.5
d. 5.6,
6.3
a. bagian
pertama
b. bagian
ke dua
c. bagian
ke tiga
d. bagian
ke empat
15.1 10 a. 7.9,
8.5,
8.8, 7.9
b. 8.7,
9.0
c. 8.4,
9.0
d. 8.3,
9.2
a.
bagia
n
perta
ma
b.
bagia
n ke
dua
c.
bagia
n ke
tiga
d.
bagia
n ke
empat
9.0–8.8
= 0.2
69.4 :
10 =
6.94
6.94 –
6.73 =
0.33cm
15.1 –
10.2 =
4.9
85.7 :
10 =
8.57
Selisi
h
8.57
–
6.92
=
1.65c
m
4 Minggu
ke Tiga
9.1 10 a. 6.9,
7.6,
7.9, 8.4
b. 6.7,
7.8
c. 7.1,
7.8
d. 5.9,
6.6
a. bagian
pertama
b. bagian
ke dua
c. bagian
ke tiga
d. bagian
ke empat
satu me-
nguning
17.9 12 a. 9.9,
10.7,
10.9,
11.9
b. 11.0,
11.2
c. 10.7,
11.5
d. 10.7,
11.7
semi 4
mm, 3
mm
a.
bagia
n
perta
ma
b.
bagia
n ke
dua
c.
bagia
n ke
tiga
d.
bagia
n ke
empat
, semi
2
daun
sebag
ai
tamba
han
infor
masi
Page | 12
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
9.1 -
9.0 =
0.1 cm
72.7:10
= 7.27
cm
7.27 –
6.94 =
0.33 cm
17.9 –
12.5 =
5.4
109.7 :
10 =
10.97
cm
Selisi
h
11.02
–
8.57
=
2.45
cm
5 Minggu
ke
empat
9.3 10 a. 7.3,
8.0,
8.3, 8.8
b. 7.1,
8.1
c. 7.4,
8.2
d. 6.3,
6.9
a. bagian
pertama
b. bagian
ke dua
c. bagian
ke tiga
d. bagian
ke empat
satu me –
nguning
20.1 10
a. 11.9,
13.2,
13.5,
13.8
b. 14.2,
14.3
c. 13.5,
13.7
d. 13.2,
14.2, 5
mm, 3
mm
a.
bagia
n
perta
ma
b.
bagia
n ke
dua
c.
bagia
n ke
tiga
d.
bagia
n ke
empat
dua
daun
semi
sbg
tamba
han
infor
masi
9.3 –
9.1 =
0.2 cm
76.4 :
10 =
7.64
cm
7.64 -
7.27 =
0.37 cm
20.1 –
14.5 =
4.2
135.5 :
10 =
13.55
cm
Selisi
h
2.53
cm
0.6 : 4
= 0.15
cm
35.16 :
5 =
7.03
cm
0.91 : 4 =
0.22 cm
13,1 : 4
= 3.27
cm
45.83 :
5 =
9.16
cm
Rata-
rata
Selisi
h
7.93 :
5 =
1.58
cm
Sumber : Data Primer, 2016.
Tabel 2. menunjukkan bahwa
perbandingan tanaman yang tanpa
penambahan air limbah rata-rata
pertumbuhan tinggi tanaman 0.15
cm, sedangkan tanaman yang
menggunakan air limbah 6 ml rata
rata mencapai 2,25cm bahkan
cenderung naik, selain itu untuk
Page | 13
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
pertumbuhan lebar daun juga
meningkat. Untuk pertumbuhan daun
minggu ke 0 dari 1,13 cm minggu ke
4 menjadi 2,53 cm.
Tabel 3. Pertumbuhan tanaman pepaya dengan variasi air limbah 9 ml:
No Waktu
Kontrol/Tanpa Air Limbah Dengan Air Limbah 9 ml
Tinggi
Pohon
cm
Jml
Daun
Lebar
Daun
Cm
Ket.
Tinggi
Daun
cm
Jml
Daun
Lebar
Daun
Cm
Ket.
1 Minggu
ke 0
8.5 10 a. 6.2,
6.8,
7.4, 7.6
b. 6,
7.2
c. 6.4,
7
d. 5.2,
6
a. bagian
pertama
b. bagian
ke dua
c. bagian
ke tiga
d. bagian
ke empat
8,5 10 a. 7.3,
7.9,
8.4, 8.7
b. 7.3,
832
c. 7.7,
8.3
d. 6.3,
7.2
a.
bagia
n
perta
ma
b.
bagia
n ke
dua
c.
bagia
n ke
tiga
d.
bagia
n ke
empat
65.8 :
10 =
6.58
77.4 :
10 =
7.74
2 Mingg
u
pertam
a
8.8 10 a. 6.4,
7.0,
7.1, 7.8
b.
6.1,7.3
c. 6.6,
7.2
d. 5.3,
6.2
a. bagian
pertama
b. bagian
ke dua
c. bagian
ke tiga
d. bagian
ke empat
10.7 10 a. 8.9,
1159,
10.2,
1037
b. 9.0,
10.0
c. 9.1,
10.0
d. 8.1,
8.2
a.
bagia
n
perta
ma
b.
bagia
n ke
dua
c.
bagia
n ke
tiga
d.
bagia
n ke
empat
8.8 –
8.5 =
0.3
67.3 :
10 =
6.73
6.73 –
6.58 =
0.21 ml
10.7 –
8.5 =
2.2 cm
95.6 :
10 =
9.56
Selis
9.56 -
7.74 =
1.82
cm
Page | 14
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
3 Mingg
u ke
Dua
9.0 10 a.6.6,
7.2,
7.6, 8.0
b. 6.3,
7.5
c. 6.8,
7.5
d. 5.6,
6.3
a. bagian
pertama
b. bagian
ke dua
c. bagian
ke tiga
d. bagian
ke empat
14.3 10 a. 11.3,
14.0,
12.3,
12.5
b. 11.4,
12.0
c. 11.5,
12.7
d. 10.2,
11.1
a.
bagia
n
perta
ma
b.
bagia
n ke
dua
c.
bagia
n ke
tiga
d.
bagia
n ke
empat
9.0 –
8.8 =
0.2
69.4 :
10 =
6.94
0.33 ml 14.3 –
10.7 =
3.6
119 :
10 =
11.9
Selisi
h 11.9
– 9.56
=
1.84
cm
4 Mingg
u ke
Tiga
9.1 10 a. 6.9,
7.6,
7.9, 8.4
b. 6.7,
7.8
c. 7.1,
7.8
d. 5.9,
6.6
a. bagian
pertama
b. bagian
ke dua
c. bagian
ke tiga
d. bagian
ke empat
satu me-
nguning
18 12 a. 13.7,
16.6,
14.4,
14.1
b. 13.2,
14.0
c. 14.3,
14.2
d. 12.3,
13.4
semi 2
mm, 1
mm
a.
bagia
n
perta
ma
b.
bagia
n ke
dua
c.
bagia
n ke
tiga
d.
bagia
n ke
empat
, semi
2
daun
sebag
ai
tamba
han
infor
masi
Page | 15
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
9.1 –
9.0 =
0.1
72.7:10
= 7.27
0.33 ml 18 –
14.3 =
3.7
6 137.4 :
10 =
13.74
Selisi
h -
14.02
11.9
= 2.12
cm
5 Mingg
u ke
empat
9.1 10 a. 7.3,
8.0,
8.3, 8.8
b. 7.1,
8.1
c. 7.4,
8.2
d. 6.3,
6.9
a. bagian
pertama
b. bagian
ke dua
c. bagian
ke tiga
d. bagian
ke empat
satu me –
nguning
18 10
a. 15.4,
18.2,
1757,
16.6
b. 15.3,
16.6
c. 17.2,
17.5
d. 15.6,
15.8, 5
mm, 3
mm
a.
bagia
n
perta
ma
b.
bagia
n ke
dua
c.
bagia
n ke
tiga
d.
bagia
n ke
empat
dua
daun
semi
sbg
tamba
han
infor
masi
9.3 –
9.1 =
0.2
76.4 :
10 =
7.64
7.64 -
7.27 =
0.37 cm
21,8 –
18 =
3.8 cm
165.4 :
10 =
16.54
Selisi
h
16.54
–
13.74
= 2.8
cm
0.6 : 4
= 0.15
34.87 :
5 =
6.97
0.91 : 4 =
0.22
13.3 : 4
= 3.32
60.98 :
5 =
12.19
Rata-
rata
selisih
8.58 :
5 =
1.71
cm
Sumber : Data Primer, 2016.
Tabel 3. pada tabel tersebut di atas
dengan vareasi air limbah
pemotongan ayam 9 ml,
pertumbuhan tinggi tanaman
meningkat dapat dikatakan semakin
baik pertumbuhannya yaitu mencapai
rata-rata 2,52 ml, selain itu
pertumbuhan daun juga semakin
Page | 16
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
meningkat bahkan sudah mulai
tumbuh daun atau semi, pada minggu
ke tiga terdapat satu daun yang sudah
mulai menguning pada daun yang ke
tiga dari atas.
Tabel 4. Pertumbuhan tanaman pepaya dengan variasi air limbah 12 ml:
No Waktu
Kontrol/Tanpa Air Limbah Dengan Air Limbah 12 ml
Tinggi
Pohon
cm
Jml
Daun
Lebar
Daun
Cm
Ket.
Tingg
i
Daun
cm
Jml
Daun
Lebar
Daun
Cm
Ket.
1 Minggu
ke 0
8.5 10 a. 6.2,
6.8,
7.4, 7.6
b. 6,
7.2
c. 6.4,
7
d. 5.2,
6
a. bagian
pertama
b. bagian
ke dua
c. bagian
ke tiga
d. bagian
ke empat
8,5 10 a. 7.0,
7.7,
8.3, 8.5
b. 7.1,
8.1
c. 7.5,
7.9
d. 6.1,
6.9
a.
bagia
n
perta
ma
b.
bagia
n ke
dua
c.
bagia
n ke
tiga
d.
bagia
n ke
empat
65.8 :
10 =
6.58
75.1 :
10 =
7.51
2 Minggu
pertama
8.8 10 a. 6.4,
7.0,
7.1, 7.8
b.
6.1,7.3
c. 6.6,
7.2
d. 5.3,
6.2
a. bagian
pertama
b. bagian
ke dua
c. bagian
ke tiga
d. bagian
ke empat
12.4 10 a. 9.1,
11.7,
10.5,
10.5
b. 9.0,
10.0
c. 9.4,
10.1
d. 8.3,
8.7
a.
bagia
n
perta
ma
b.
bagia
n ke
dua
c.
bagia
n ke
tiga
d.
bagia
n ke
empat
8.8 –
8.5 =
0.3
67.3 :
10 =
6.73
6.73 –
6.58 =
0.21 ml
12.4 –
8.5 =
3.9
cm
97.3 :
10 =
9.73
Selisi
h
9.73
–
Page | 17
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
7.51
=
2.22
cm
3 Minggu
ke Dua
9.0 10 a.6.6,
7.2,
7.6, 8.0
b. 6.3,
7.5
c. 6.8,
7.5
d. 5.6,
6.3
a. bagian
pertama
b. bagian
ke dua
c. bagian
ke tiga
d. bagian
ke empat
15.9 10 a. 11.4,
14.1,
12.5,
12.7
b. 11.7,
12.2
c. 11.9,
12.9
d. 10.7,
11.5
a.
bagia
n
perta
ma
b.
bagia
n ke
dua
c.
bagia
n ke
tiga
d.
bagia
n ke
empat
9.0 –
8.8 =
0.2
69.4 :
10 =
6.94
0.33 ml 15.9 –
12.4 =
4,5
Cm
120.1 :
10 =
12.01
Selisi
h
12.01
–
9.73
=
2.28
cm
4 Minggu
ke Tiga
9.1 10 a. 6.9,
7.6,
7.9, 8.4
b. 6.7,
7.8
c. 7.1,
7.8
d. 5.9,
6.6
a. bagian
pertama
b. bagian
ke dua
c. bagian
ke tiga
d. bagian
ke empat
satu me-
nguning
20.6
12 a. 13.7,
16.7,
15.1,
14.6
b. 13.8,
14.6
c. 14.7,
14.8
d. 12.9,
13.7
semi 2
mm, 1
mm
a.
bagia
n
perta
ma
b.
bagia
n ke
dua
c.
bagia
n ke
tiga
d.
bagia
n ke
empat
, semi
2
daun
sebag
ai
Page | 18
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
tamba
han
infor
masi
9.1 –
9.0 =
0.1
72.7:10
= 7.27
0.33 ml 20.6 –
15.9 =
4.7
cm
6 143.1 :
10 =
14.31
Selisi
h
14.31
–
12.01
= 2.3
cm
5 Minggu
ke empat
9.1 10 a. 7.3,
8.0,
8.3, 8.8
b. 7.1,
8.1
c. 7.4,
8.2
d. 6.3,
6.9
a. bagian
pertama
b. bagian
ke dua
c. bagian
ke tiga
d. bagian
ke empat
satu me –
nguning
25.4 10
a. 15.8,
18.9,
17.9,
16.9
b. 16.4,
17.5
c. 17.9,
17.9
d. 16.3,
16.1, 5
mm, 3
mm
a.
bagia
n
perta
ma
b.
bagia
n ke
dua
c.
bagia
n ke
tiga
d.
bagia
n ke
empat
dua
daun
semi
sbg
tamba
han
infor
masi
9.3 –
9.1 =
0.2
76.4 :
10 =
7.64
7.64 -
7.27 =
0.37 cm
25.4 –
20.6 =
4.8
cm
172.7 :
10 =
17.27
Selisi
h
17.27
–
14.31
=
2.96
cm
0.6 : 4
= 0.15
34.87 :
5 =
6.97
0.91 : 4 =
0.22
17.9 :
4 =
4.47
70.56 :
5 =
14.11
Rata-
rata
selisi
h
9.45 :
5 =
1.89
cm
Page | 19
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
Sumber : Data Primer, 2016.
Tabel 4. pada tanaman yang tanpa air
limbah baik tinggi tanaman, lebar
daun, jumlah daun sama bahkan
masih ada satu daun yang masih
menguning mengarah layu, tetapi
pada tanaman dengan air limbah 12
ml menunjukkan peningkatan yang
semakin bagus. Pada tinggi daun
pertumbuhannya setiap bulanya rata-
rata meningkat dari 2,07 ml, 2,25 ml,
2,52, sampai menjadi 2,55 ml, lebar
daun rata-rata per minggu juga
semakin meningkat dari 1,20 ml,
1,58 ml, 1,84 ml, menjadi 1,89 ml.
Tabel 5. Rata- rata hasil pertumbuhan tanaman pepaya per minggu dan
perbulan:
N
o
Kontrol / Tanpa Air Limbah
Dengan Air Limbah
RATA -RATA Rata - Rata Per Tumbuhan
Waktu
Tinggi
Tanama
n
Jm
l
Da
un
Lebar
Daun
Variasi Air Limbah (ml)
3 6 9 1
2 3 6 9
1
2 3 6 9
1
2
Tinggi Tanaman Jumlah Daun Lebar Daun
1 Minggu
ke 0
10 1
0
1
0
1
0
2 Minggu
ke 1
0.2 10 0.15 1.
4
2.
2
2.
2
3.
9
1
0
1
0
1
0
1
0
1.
1
2
1.
1
3
1.
8
2
2.22
3 Minggu
ke 2
0.2 10 0.21 2.
1
2.
3
3.
6
4.
5
1
0
1
0
1
0
1
0
1.
2
5
1.
6
5
1.
8
4
2.28
4 Minggu
ke 3
0.21 10 0.33 2.
2
2.
4
3.
7
4.
7
1
0
1
0
1
0
1
0
1.
8
2
2.
4
5
2.
1
2
2.3
5 Minggu
ke 4
0.21 10 0.37 2.
4
2.
5
3.
8
4.
8
1
0
1
0
1
0
1
0
1.
8
3
2.
5
3
2.
8 2.96
Rata-rata
per bulan
0.20 10 0.26 2.
0
2
2.
3
5
3.
3
2
4.
4
7
1
0
1
0
1
0
1
0
1.
5
0
1.
9
4
2.
1
4
2.44
Sumber : Data primer, 2016
Page | 20
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
Tabel 5. menunjukkan rata-rata
per minggu semakin meningkat
pertumbuhan tinggi tanaman, dengan
vareasi air limbah 3 ml dari 2,02 ml,
vareasi air limbah 6 ml 2,35 ml,
variasi air limbah 9 ml 3,32 ml dan
variasi 12 ml menjadi 4,47 ml, pada
pertumbuhan jumlah daun mulai
minggu ke tiga dan ke empat (4)
tumbuh atau semi dua (2), untuk
pertumbuhan lebar daun per minggu
meningkat dari mimggu pertama
1,50 ml, 1,94 ml, 2,14 ml, dan pada
minggu ke empat (satu bulan)
menjadi 2,44 ml, berarti per-
tumbuhan tanaman pepaya (carica)
dengan dengan penambahan air
limbah pemotongan ayam terbukti
pertumbuhannya tambah subur atau
baik, jadi kesimpulannya tanaman
pepaya yang menggunakan air
limbah pemotongan ayam broiler
pertumbuhannya lebih abik dari pada
yang tidak menggunakan air limbah
pemotongan ayam broiler.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Berdasarkan hasil pe-nelitian
dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan tanaman pepaya
me-nunjukkan perbedaan yang
nyata dilihat dari pertumbuhan
secara fisik antara lain dilihat dari
pertumbuhan tinggi tana-man,
lebar daun, jumlah daun yang
semi.
b. Tinggi tanaman yang tanpa air
limbah menunjukkan tingkat
pertumbuhannya lambat, selama
empat minggu rata-rata 2,20 cm
sedangkan untuk tanaman yang
menggunakan air limbah broiler
mencapai 4,8 cm, jadi
kesimpulannya tanaman pepaya
yang menggunakan air limbah
pemotongan ayam broiler
pertumbuhannya lebih baik dari
pada yang tidak menggunakan air
limbah pemotongan ayam broiler.
c. Pertumbuhan lebar daun yang
tanpa air limbah pemotongan
ayam broiler selama empat
minggu atau satu bulan rata-rata
hanya mencapai 0,20 cm,
sedangkan pata tanaman pepaya
yang memakai air limbah
pemotongan ayam broiler
pertumbuhan daunnya bisa
mencapai 2,24 cm
2. Saran
a. Bagi peneliti lain bisa
menggunakan dengan tanaman
lain supaya dapat mengetahui
per-bedaan jenis tanaman dan
per-tumbuhannya.
b. Memakai vareasi yang
perbandingannya lebih banyak
untuk mengetahui hasil yang
lebih bagus dan lebih bermanfaat
hasilnya.
F. DAFTAR PUSTAKA
Desiliyarni, T., 2003, Vertikultur,
Agromedia Pustaka, Jakarta
Haryono Semangun, 2001.
Pengantar Ilmu Penyakit
Tumbuhan, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Page | 21
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.1/April 2017
http://id.wikipedia.org/wiki/Pepaya
diunduh hari Sabtu tnggal 2
Februari, 2014 jam 20.25
http://marinusgobai.blogspot.com/20
12/03/siapa-tak-mengenal-
buah-pepaya.html diunduh
hari sabtu tanggal 9 februari
jam 19.10
Jenie B.S.L, dan Rahayu, W.P.,
2000. 3Penanganan Limbah
Industri Pangan Penerbit
Kanesius, Yogyakarta
Kemas, 2010. Dasar-dasar Ilmu
Tanah, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Lakitan, B, 1996, Fisiologi
Pertumbuhan dan
Perkembangan Tanaman, PT.
Raja Grafindo Persada
Mara,D, dan Cairncross, 1994,
Pemanfaatan Air Limbah dan
Ekskreta, Penerrbit ITB,
Bandung
Tchobanoglous,G, 1991, Wastewater
Engineering Treatmen
Disposal and Reuse, Metcalf &
Eddy Inc. McGraw-Hill
International, Singapore