90
i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : NURFAJRINA SASTIYA NIM : 11140480000144 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2018 M

EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

i

EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

NURFAJRINA SASTIYA

NIM : 11140480000144

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/2018 M

Page 2: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA
Page 3: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA
Page 4: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA
Page 5: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

v

ABSTRAK

Nurfajrina Sastiya. NIM 11140480000. EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP

TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. Program Studi Ilmu

Hukum, Konsenterasi Kelembagaan Negara, Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1440H/2018M. Isi: viii + 75

Halaman + 6 Halaman daftar pustaka.

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah prosedur dan tata

cara Operasi Tangkap Tangan yang dilakukan oleh KPK. dilihat dari banyaknya

para aparatur dan atau pejabat kepala daerah yang terjaring OTT KPK dengan

berbagai latar belakang kasus. Hingga banyak yang mengatakan teknik yang

digunakan KPK melanggar hukum dan HAM. Dari permasalahan tersebut, maka

dilakukan penelitian ini dengan tujuan meneliti lebih dalam tentang Prosedur OTT

KPK.

Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif dengan

menggunakan 3 pendekatan penelitian, pendekatan Content analysis,yaitu secara

umum diartikan sebagai metode yang meliputi semua analisis mengenai isi teks,

disisi lain analisis juga digunakan untuk mendiskripsikan pendekatan analisis

khusus tentang OTT KPK, Analisis ini biasannya digunakan pada penelitian

Kualitatif. Secara kualitatif, oleh karena itu penulis memerlukan data sebagai

sesuatu yang bermakna interinsik, data yang ada dalam penelitian ini terdiri dari

dokumentasi ragam peristiwa, rekaman ucapan, kata dan gesture dari objek

kajian, tingkah laku yang spesifik, dokumen-dokumen tertulis, serta berbagai

imajinasi visual yang ada dalam sebuah fenomena sosial, yang berkaitan dengan

objek penelitian. Pendekatan perundang-undangan (Statue approach) ini

digunakan untuk mengetahui keseluruhan peraturan hukum khusus hukum pidana

Indonesia. Pendekatan kasus disini adalah kasus tindak pidana korupsi yaitu

bertujuan untuk mempelajari penerapan norma-norma mengenai kasus yang telah

diputus sebagaimana yang dapat dilihat dalam yurispudensi terhadap perkara-

perkara yang menjadi faktor penelitian. yaitu tindak pidana korupsi.

Temuan dalam penelitian ini Faktor yang menjadi penyebab

diberlakukaannya OTT. Pertama, pejabat daerah masih banyak yang korup.

Kedua, aelama ini mereka meraaa midak merawaai ses . Teknik yang digunakan

KPK dalam melakukan OTT yaitu teknik penyadapan dan penjebakan. efektifnya

OTT dilihat dari banyaknya aparatur dan atau kepala daerah yang terjaring OTT

KPK.

Kata Kunci : Operasi Tangkap Tangan, Komisi Pemberantasan Korupsi, Tindak

Pidana

Pembimbing : Dr.Alfitra,S.H,M.Hum dan Irfan Khairul Umam,S.H.I.,LLM

Daftar Pustaka: Tahun 1985 Sampai Tahun 2018

Page 6: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu

Wa Ta’ala atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga peneliti bisa menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Efektivitas Operasi Tangkap Tangan Komisi

eemberanmaaan sorupai dalam Upaya eemberanmaaan Tindak eidana sorupai”

shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad

Shallalahu ‘alaihi Wasssalam, aemoga kima aemua mendapamkan ayafa’amnya di

akhirat kelak. Amin.

Selanjutnya peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat

para pihak secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu dalam

penyelesain skripsi ini.

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat,S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum

dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Alfitra, S.H., M.Hum. Pembimbing 1 dan Irfan Khairul Umam,

S.H.I.,LLM Pembimbing 2 yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga,

dan pikirannya untuk peneliti.

4. Kepala Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah

Jakarta dan Kepala Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah

mengizinkan saya untuk mencari dan meminjamkan buku-buku referensi dan

sumber-sumber data lainnya yang diperlukan.

5. Kepada kedua orang tua saya Ayahanda Asmarahadi dan Ibunda Kaptiah

dengan aegala pengerbonan dan do’anya aeram momivaai yang miada henmi-

hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi tepat waktu, juga adik-

adikku tercinta, Alm. Aditiya Firman, Ramadhana Putra, dan Adika Almuaffi

Page 7: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

vii

dan seluruh keluarga besar saya, dan terimakasih juga kepada keluarga Prof.

Dr. Yunasril Ali, M.A. dan Dra. Jasmi Yatra yang telah memberikan dorongan

dan do’a hingga meraeleaaikannya akripai ini.

6. Pihak-pihak lain yang telah memberikan kontribusi kepada peneliti dalam

penyelesaikan karya tulis ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu

persatu sehingga peneneliti dapat menyelesaikan skripsi dan studi di UIN

Syarif Hidayahtullah Jakarta.

Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfat bagi

peneliti dan bagi para pembaca umumnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 03 November 2018

Nurfajrina Sastiya

Page 8: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

PENGESEHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ........................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... iv

ABSTRAK ..................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ............... 4

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .............................. 5

D. Metode Penelitian .................................................................. 6

E. Sistematika Penulisan ............................................................ 9

BAB II KERANGKA TEORI

A. Kerangka Konseptual ............................................................. 11

B. Kerangka Teori ....................................................................... 31

C. Tinjaun (review) Kajian Terdahulu ........................................ 34

BAB III EKSISTENSI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

A. Sejarah Komisi Pemberantasan Korupsi ................................ 39

B. Tugas dan Wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi ......... 42

C. Kelembagaan Komisi Pemberantasan Korupsi ...................... 43

D. Struktur Organisasi Komisi Pemberantasan Korupsi ............. 45

E. Peraturan Perundang-undangan yang terkait dengan Komisi

Pemberantasan Korupsi .......................................................... 48

Page 9: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

ix

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP

TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

DALAM UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA

KORUPSI

A. Faktor Penyebab Diberlakukannya Operasi Tangkap Tangan

Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi ............................... 50

B. Prosedural Operasi Tangkap Tangan Yang Dapat Dilakukan

Komisi Pemberantasan Korupsi Terhadap Pelaku Tindak Pidana

Korupsi ................................................................................... 62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 74

B. Rekomendasi .......................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 76

Page 10: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kejujuran merupakan nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa

Indonesia, akan tetapi praktik korupsi yang jelas-jelas bertentangan dengan

nilai tersebut masih seringkali terjadi. Di media massa bisa kita lihat hampir

setiap hari diberitakan mengenai praktik tindak pidana korupsi di negara

tercinta Indonesia. Nyaris setiap lapisan masyarakat terkontaminasi dengan

korupsi. Baik dari segi horizontal maupun vertikal.

Korupsi didientifikasi sebagai kejahatan yang bersifat laten yang

berpotensi untuk merugikan dan membahayakan negara, aktor korupsi

biasanya tidak sendiri melakukan aksinya, dengan melakukan korupsi

seacara berjamaah akan menjadi indikasi saling menyandera satu sama lain

kemudian saling melindungi antar aktor dalam struktur kelembagaan.1

Dalam tulisan Yedi Purwanto dan Ridwan Fauzy Secara global

penyebab korupsi ada dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Adapun penyebab korupsi dari faktor internal adalah sebagai beikut :2

1. Lemahnya Iman. Iman yang kuat niscaya akan membentangi seseorang

dari tindak maksiat apapun, termasuk korupsi.

2. Lemahnya pengajaran budi pekerti. Dalam hal ini, seseorang tidak bisa

membedakan mana perbuatan yang boleh dan yang tidak tidak boleh

dilakukan.

3. Rendahnya kepercayaan diri para koruptor dalam membangun ekonomi

keluarga melalui cara yang dibolehkan undang- undang dan agama.

1 Fathur Rahman Dkk, Pola Jaringan Korupsi di Tingkat Pemerintah Desa (Studi Kasus

Korupsi DD dan ADD Tahun 2014-2015 di Jawa Timur, Jurnal Volume 4 No.1 Juni 2018 h. 31

2 Yedi Purwanto & Ridwan Fauzy, Analisis Terhadap Hukum Islam dan Hukum Positif

dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia, Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta,alim Vol.15

No.2- 2017 h. 131

Page 11: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

2

4. Mencari jalan pintas. Seorang koruptor tidak mau menjalani proses

panjang dalam mencari harta kecuali dengan cara korupsi.

Sedangkan dalam faktor eksternal bisa dikemukan bahwa :

1. Korupsi satu dampak rezim yang korup.

2. Korupsi juga bisa dimungkinkan karena adanya lingkaran birokrasi yang

korup.

3. Korupsi bisa disebabkan oleh rendahnya tingkat kesejahteraan aparat

negara.

4. Lemahnya pengawasan juga disinyalir sebagai penyebab korupsi.

5. Birokrasi yang panjang dan bertele-tele memberi peluang buat korupsi.

Kewenangan yang luar biasa dimiliki oleh Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) adalah satu-satunya organ pemberantasan korupsi di negeri

ini.3 KPK menjadi harapan terakhir dalam upaya pemberantasan tindak

pidana korupsi. Dengan kewenangan yang dimiliki KPK untuk melakukan

penyidikan dan penuntutan terahadap pejabat negara yang melakukan tindak

pidana korupsi diatas satu miliyar. KPK merupakan lembaga negara yang

memiliki kewenangan yang hampir sama dengan Kepolisian dan Kejaksaan

dalam perkara tindak pidana korupsi. KPK memiliki kewenangan untuk

melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana

korupsi.

Ditahun 2017 KPK sangat gencar menangkap tangan sejumlah

penyelenggara pemerintah dan kepala daerah lantaran bertransaksi suap, dan

2017 ini telah melampaui tahun sebelumnya dan merupakan terbanyak

sepanjang sejarah KPK berdiri 19 kasus merupakan hasil dari OTT dengan

berbagai profil tersangka.4 Dalam aksi penangkapan diluar negeri, anda

mungkin pernah mendengar ucapan “anda berhak diam, dan apapun yang

3 Todung Mulya Lubis, Peta Korupsi : Jalan Berlubang di Mana-mana, Prisma Vol, 37

No.3,2018, h. 79

4 https://m.republika.co.id/amp/p1vv1h409 diakses pada 17 Agustus 2017 Jam 8:09

BBWI

Page 12: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

3

anda katakan digunakan sebagai bukti dipengadilan” Penerapan Miranda

Rules atau lebih dikenal dengan Miranda Warning ini merupakan hak

minimal yang harus diberitahukan oleh polisi ketika melakukan

penangkapan. Di Indonesia KPK merupakan salah satu lembaga penegak

hukum yang kerap melakukan Operasi Tangkap Tangan.

Pasal 1 angka 19 KUHAP disebutkan “Tertangkap Tangan adalah

tertangkapnya seorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana, atau

dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau saat

kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukan,

atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras

telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu menunjukkan bahwa

ia adalah pelakukanya atau turut melakukan atau membantu malakukan

tindak pidana itu.“

Dalam Pasal diatas menjelaskan apa definisi tertangkap tangan yang

dapat kita tafsirkan bahwa itu merupakan peristiwa seketika terjadi atau red-

handed, bukan peristiwa yang telah direncanakan oleh aparat penegak

hukum sebelumnya dan kemudian dilakukan pengkapan/penahanan. Seperti

kita ketahui beberapa bulan ini terakhir KPK genjar sekali melakukan

Operasi Tangkap Tangan terhadap kepala Daerah. Maraknya Operasi

Tangkap Tangan dinilai bisa memberi persepsi Indonesia sebagai negara

korupsi, dimana mental koruptif masih membayangi pola pikir dan perilaku

penyelenggara negara, dan berdampak negatif dalam aspek lain.

KPK berhasil membongkar kasus korupsi dan menjebloskan banyak

nama-nama besar kedalam jeruji besi, sebut saja Irjen Pol Djoko Susilo,

Lutfhi Hasaan Ishaaq, Ratu Atut, Akil Mochtar, Suryadharma Ali, Pejabat

yang terjaring Operasi Tangkap Tangan di awal 2018 yang ditetapkan

menjadi tersangka diantaranya, Bupati Subang Imas Aryuningsih, Bupati

Ngada, NTT, Marianus Sae, Bupati Hulu Sungai Tengah (HST) Abdul Latif,

Bupati Halmahera Timur Rudi Erawan, Bupati Kebumen, Mohammad

Yahya Fuad, Gubernur Jambi Zumi Zola, Bupati Jombang Nyono Suharli

Wihandoko, dengan latar belakang kasus korupsi yang dilakukan.5 Dalam

5 http://wartakota.tribunnews.com/2018/02/15/inilah-7-pejabat-yang-tertangkap-tangan-

kpk-di-awal-2018 diakses pada 2 September 2018 Jam 18:46 BBWI

Page 13: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

4

Al-Qur’an, tindakan mereka ini disebut” memerangi Allah dan Rasul-nya

serta berbuat kerusakan dimuka bumi, “yang disebut hirabah.6 Allah SWT

mengisyaratkan memberi hukuman yang berat bagi mereka yang melakukan

tindakan demikian.

Berkaitan dengan hal-hal hal yang telah diuraikan diatas, peneliti

tentang tertarik memilih judul Efektivitas Operasi Tangkap Tangan Komisi

Pemberantasan Korupsi terhadap tindak pidana korupsi. Dengan melihat

bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi sering melakukan Operasi Tangkap

Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi, karena banyaknya pro kontra

tentang Operasi Tangkap Tangan Komisi Pemberantasan Korupsi melanggar

Hukum dan Hak Asasi Manusia maka skripsi ini hadir untuk menemukan

bagaimana cara KPK melakukan Operasi Tangkap Tangan terhadap para

koruptor, khususnya ketika KPK melakukan OTT terhadap para pelaku

koruptor membuat saya tertarik mengkaji faktor dan prosederul yang

diberlakukan Komisi Pemberantasan Korupsi terhadap pelaku tindak pidana

korupsi.

Berkaitan dengan hal-hal yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik

untuk memilih judul “EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN

KOMISI PEMBERANTASAN KORUSPI DALAM UPAYA

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI”

B. Identifikasi, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjabaran latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi

masalah yang timbul dan dapat diteliti diatas, yaitu:

a. Lemahnya iman aparatur dan atau kepala daerah dalam mengemban

tugas.

b. Korelasi Operasi Tangkap Tangan dan Tertangkap Tangan dengan

melalui kenyataan yang terdapat dalam Pasal 1 angka 19 KUHP.

c. Pemberantasan korupsi dengan cara konvesional kurang efektif.

6 Marzuki Wahid, dkk, Jihad Nahdlatul Ulama Melawan Korupsi, Lakspedam PBNU :

Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Cet

: 3 Tahun 2017, h. VI

Page 14: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

5

d. Prosedur dan cara Operasi Tangkap Tangan KPK dianggap kontraversi

2. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini tidak meluas sehingga dapat

mengakibatkan ketidakjelasan maka peneliti membuat pembatasan

masalah, yaitu dengan membahas prosedur dan tata cara operasi tangkap

tangan yang dilakukan oleh komisi pemberantasan korupsi.

3. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut :

a. Apa saja faktor-faktor diberlakukannya Operasi Tangkap Tangan

terhadap pelaku Tindak Pidana Korupsi?

b. Bagaimana Prosedural Operasi Tangkap Tangan yang dapat

diberlakukan Komisi Pemberantasan Korupsi terhadap pelaku Tindak

Pidana Korupsi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan apa yang telah dirumuskan pada perumusan masalah

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

a. Untuk mengetahui faktor dilakukannya Operasi Tangkap Tangan

terhadap pelaku Tindak Pidana Korupsi.

b. Untuk mengatahui prosedural Operasi Tangkap Tangan yang dapat

dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi terhadap pelaku Tindak

Pidana Korupsi?

2. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak

diantaranya :

a. Bagi Peneliti.

1) Dapat memberikan gambaran seberapa besar pengaruh dampak

negatif korupsi, hal ini terbuktinya asumsi yang menyatakan bahwa

terjadi korupsi yang mengakar dan sulit untuk diberantas, sehingga

Page 15: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

6

dapat menjadi pelajaran kelak untuk diri sendiri sebagai calon

penegak hukum dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

2) Sebagai pendalaman dan pemahaman bagi penulis berkenaan

dengan yang dikaji yaitu tentang Efektivitas Operasi Tangkap

Tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam upaya

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Serta dapat menjadi

referensi bagi mereka yang tertarik mendalami permasalahan yang

berkaitan dengan penelitian ini sebagai calon penegak hukum

dalam upaya pemberantasan korupsi .

b. Bagi Peneliti lain

1) Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi, bahan bacaan dan

tukar pikiran bagi para praktisi hukum, Kejaksaan, Kepolisian

Hakim dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum, dan

bagi peneliti lain serta bahan kajian lebih lanjut untuk memecahkan

masalah dan kalangan lain yang berminat. Serta untuk menambah

khasanah perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayahtullah Jakarta.

2) Hasil penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar Sarjana

Hukum (S.H) dalam Program Studi Ilmu Hukum Konsentrasi

Hukum Kelembagaan Negara di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif adalah

metode atau cara yang dipergunakan di dalam penelitian hukum yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang sudah ada.7

Penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan

cara meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder dari bahan hukum

primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan-bahan

7 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta : Prenada Media , 2005, h. 35

Page 16: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

7

tersebut kemudian disusun secara sitematis, dikaji, dan kemudian ditarik

kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang dilteliti, masalah

yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Efektivitas Operasi Tangkap

Tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam upaya

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

2. Pendekatan penelitian

Pada penulisan skripsi pendekatan yang digunakan adalah

,pendekatan content analysis, pendekatan perundang-undangan (statue

approach) dan pendekatan kasus (case approach), Pendekatan Content

analysis penelitian ini bersifat pembahasan yang mendalam terhadap isi

suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa mengenai OTT

KPK.

Analisis ini biasannya digunakan pada penelitian Kualitatif.

Analisis kualitatif adalah dari data yang diedit dipilih menurut kategori

masing-masing dan kemudian dihubungkan satu sama lain atau ditafsirkan

dalam usaha mencari jawaban atas masalah penelitian.

Content analysis secara umum diartikan sebagai metode yang meliputi

semua analisis mengenai isi teks, disisi lain analisis juga digunakan untuk

mendiskripsikan pendekatan analisis khusus tentang OTT KPK, content

analysis dapat juga digunakan untuk menganalisis semua bentuk

komunikasi, baik surat untuk menganalisis surat kabar, radio, iklan,

telivisi, maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain yang berkaitan

dengan penelitian ini.8

Pendekatan perundang-undnagan dilakukan dengan menelaah

semua undang-undang dan regulasi yang berhubungan dengan masalah

yang akan diteliti. Pendekatan kasus Pendekatan ini digunakan untuk

mengetahui keseluruhan peraturan hukum khusus hukum pidana

Indonesia. Pendekatan kasus disini adalah kasus tindak pidana korupsi

yaitu bertujuan untuk mempelajari penerapan norma-norma mengenai

8 Syamsul Ma’aruf, Mutiara-mutiara dakwah KH Hasyim Asy’Ary 2011, Bogor :

Publishing

Page 17: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

8

kasus yang telah diputus sebagaimana yang dapat dilihat dalam

yurispudensi terhadap perkara-perkara yang menjadi faktor penelitian

yaitu perkara pidana korupsi.9

3. Sumber Data

Dalam penelitian normatif ini jenis data yang digunakan adalah data

hukum sekunder, menurut Soejono Soekanto, data sekunder dibagi

menjadi :10

a. Data Primer

Data primer atau bahan hukum adalah bahan hukum yang mencakup

ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku yang

mempunyai kekuasaan yang mengikat. Bahan yang digunakan dalam

penulisan skripsi ini adalah :

1) KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Nomor 10 Tahun

1946

2) KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) Nomor 8

Tahun 1981

3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Tindak Pidana

Korupsi

4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Korupsi

b. Data sekunder

Data sekunder atau bahan hukum sekunder adalah bahan yang diperoleh

dari penulusaran buku-buku dan artikel-artikel yang berkaitan dengan

penelitian ini, yang memberikan penjelasan mendalam mengenai bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penulisan

ini adalah buku-buku, jurnal, ilmiah, koran, serta artikel ilmiah untuk

memperkaya sumber data dalam penulisan skripsi ini.

c. Bahan hukum tersier

9 Johnny Ibrahin, Teori Tentang Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, 2006 , Malang :

Banyumedia Publishing, h, 321

10 Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif suatu Tinjaun Singkat

Cet XI, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009, h. 59

Page 18: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

9

Yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap

bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum, KBBI

(Kamus Besar Bahasa Indonesia), ensiklopedia, indeks kumulatif dan

lain-lain yang berkaitan dengan kebutuhan penelitian.

4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data studi pustaka

dilakukan guna mengkalrifikasikannya dengan masalah yang dikaji,

Metode studi ini, dikumpulkan dalam upaya mengenai tujuan penelitian

serta melakukan studi dokumen terhadap data sekunder pustaka hukum

yang berupa Undang-Undang dan dari beberapa sumber yang dipilah dan

diedit kembali. Penelitian dilakukan secara kualitatif, oleh karena itu

penulis memerlukan data sebagai sesuatu yang bermakna interinsik, data

yang ada dalam penelitian ini terdiri dari dokumentasi ragam peristiwa,

rekaman ucapan, kata dan gesture dari objek kajian, tingkah laku yang

spesifik, dokumen-dokumen tertulis, serta berbagai imajinasi visual yang

ada dalam sebuah fenomena sosial, yang berkaitan dengan objek

penelitian.

5. Teknik Penulisan.

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan peneliti dalam

skripsi ini disesuaikan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah dan buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta Tahun 2017”.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan pola dasar pembahasan skripsi

dalam bentuk bab dan sub bab yang secara logis saling berhubungan dan dan

merupakan masalah yang diteliti. Dengan sistematika yang terbagi menjadi

lima bab. Masing-masing bab terdiri atas beberapa sub bab sesuai

pembahasan dan materi yang diteliti. Adapun rinciannya sebagai berikut :

BAB-I : PENDAHULUAN

Bab I Merupakan bagian pendahuluan yang memuat latar

belakang permasalahan, identifikasi masalah, pembatasan

Page 19: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

10

masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB-II: KAJIAN PUSTAKA

Bab II menguraikan Kerangka Konseptual, Kerangka Teori

dan Tinjau (Review) Kajian Terdahulu.

BAB-III: EKSISTENSI OPERASI TANGKAP TANGAN

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

Bab III menguraikan tentang Sejarah Komisi Pemberantasan

Korupsi, Tugas dan Wewenang Komisi Pemberantasan

Korupsi, kelembagaan Komisi Pemberantasan Korupsi,

Struktur Komisi Pemberantasan, Undang-Undang Yang

terkait dengan Komisi Pemberantasan Korupsi.

BAB-IV: ANALISIS EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM

UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA

KORUPSI

Bab IV memuat pokok bahasan mengenai hasil penelitian

yaitu operasi tangkap tangan yang dilakukan KPK, pada bab

ini menganalisis diantaranya yaitu, analisis tentang apakah

yang menjadi faktor diberlakukannya Operasi Tangkap

Tangan terhadap pelaku Tindak Pidana Korupsi, dan

Bagaimana Prosedural Operasi Tangkap Tangan yang dapat

diberlakukan Komisi Pemberantasan Korupsi terhadap

pelaku tindak pidana korupsi.

BAB-V: PENUTUP

Bab V Merupakan bab penutup yang berisikan tentang

kesimpulan dan rekomendasi. Bab ini merupakan bab

terakhir dari sistematika penulisan skripsi yang pada

akhirnya penelitian ini menarik kesimpulan dari penelitian

untuk menjawab rumusan masalah serta memberikan saran-

saran yang di anggap perlu.

Page 20: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Konseptual

Untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan judul penelitian ini

dan sebagai pijakan penulis dalam penelitian ini serta untuk membantu penulis

dalam menyelesaikan penelitian ini, maka penulis menyediakan konsep-

konsep sebagai berikut :

1. Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu Effective yang berarti

berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Efektivitas

selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil

yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas mengandung arti “Keefektifan”

(efetivieness) pengaruh/efek keberhasilan, atau kemanjuran/ kemujaraban.1

Kamus ilmiah popular mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan

penggunaan, hasil atau menunjang tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia efektif adalah sesuatu yang ada efeknya (akibat, pengaruhnya,

kesannya) sejak dimulai berlakunya suatu Undang-Undang atau peraturan.2

Efektivitas menurut pengertian di atas mengartikan bahwa indikator

efektivitas dalam arti tercapainnya sasaran atau tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target

telah dicapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Efektivitas

merupakan kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan

program atau misi) pada suatu organisasi atau sejenisnya yang adanya

tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya. Pengertian tersebut

mengartikan bahwa efektivitas merupakan tahap dicapainnya keberhasilan

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bisa kita lihat bahwa

1 Barda Nawawi Arief, 2003, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung, Citra Aditiya

Bakti, h. 85

2 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ,Jakarta. Balai Pustaka, 2002, .h. 284

Page 21: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

12

efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan

dengan hasil yang sesungguhnya dicapai.

Efektivitas berarti mebicarakan daya kerja hukum itu dalam

mengatur dan atau memaksa masyarakat untuk taat terhadap hukum.

Hukum dapat efektif jikalau faktor-faktor yang mempengaruhi hukum

tersebut dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya. Ukuran efektif atau

tidaknya suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku dapat dilihat

dari perilaku masyarakat. Suatu hukum atau peraturan perundang-undangan

tersebut mencapai tujuan yang dikehendaki. Maka efektivitas hukum atau

peraturan perundang-undangan tersebut telah dicapai. Keefefktifan hukum

tentu tidak terlepas dari analisis terhadap karakteristik/dimensi dari obyek

sasaran yang dipergunakan.

2. Operasi Tangkap Tangan

Operasi dalam hal ini bukanlah operasi dalam dunia kedokteran,

fisiologi dan kemiletaran, melainkan operasi yang digunakan KPK dalam

pemberantasan korupsi, yang biasa kita kenal dengan OTT KPK. Operasi

dalam KBBI diartikan sebagai pelaksanaan rencana yang telah

dikembangkan, artinya operasi adalah sebuah tindakan yang didahului oleh

serangkaian kegiatan. Sementara arti tertangkap tangan dalam KBBI berarti

kedapatan waktu melakukan kejahatan atau perbuatan. Sama seperti Kamus

Hukum J.C.T, tertangkap tangan berarti heterdaad yaitu kedapatan tengah

berbuat atau tertangkap basah. Kedapatan atau ketahuan pada waktu

kejahatn tengah dilakukan atau tidak lama sesudah itu diketahui orang. 3

Operasi Tangkap Tangan (OTT) adalah istilah KPK untuk

“menangkap basah” para maling di negeri ini.4 Sebuah operasi yang

rahasia, terukur dan jarang korbannya bisa selamat dari tuduhan karena

3 https://politik.rmol.co/read/2017/08/24/304323/Fahri-Hamzah:-Istilah-OTT-KPK-

Kacaukan-Kaidah-Bahasa-Dan-Hukum- diakses 14 November 2018 jam 10;06 BBWI

4 Fatimah Asyari, Operasi Tangkap Tangan (OTT) Pusat dan Daerah untuk Meraih WTP

Terkait Masalah Pelanggaran Hukum, Vol.2,No.1, 2017, h. 59

Page 22: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

13

didasari dengan proses yang panjang ketika KPK mengendus adanya aroma

korupsi. Operasi tangkap tangan merupakan tulang strategi KPK dalam

mengungkap kasus-kasus korupsi.

Ada beberapa unggulan dari Operasi Tangan Tangan : Pertama,

mampu menyingkap tabir administrasi penegakan hukum. OTT KPK atau

penegak hukum lainnya dapat menangkap seseorang tanpa menunjukkan

surat penangkapan. Kedua, proses administrasi tersangka yang terjaring

OTT akan lebih cepat dibandingkan dengan kasus yang diproses tanpa

tertangkap tangan. Ketiga OTT memberikan bukti yang sempurna.

Keempat, OTT mampu membungkam mulut tersangka dari alibi dan alunan

dalil-dalil pembelaan yang merdu.5

Salah satu penangkapan yang kita kenal adalah tertangkap tangan,

yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP), Pasal 1 butir 19 KUHAP, mendefinisikan tertangkap tangan

adalah tertangkapnya seseorang pada waktu :

1. Sedang melakukan tindak pidana;

2. Dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan;

3. Sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang

melakukannya atau

4. Apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras

telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu menunjukkan

bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu

melakukan tindak pidana itu.

Dalam Pasal 16 Ayat (1) dan Pasal 56 Ayat (3) RUU KUHAP

dijelaskan :

Pasal 16

(1) Dalam hal tertangkap tangan

a. Setiap orang dapat menangkap Tersangka guna diserahkan

beserta atau tanpa barang bukti kepada penyidik; dan

b. Setiap orang yang mempunyai wewenang dalam tugas

ketertiban, ketenteraman, dan keamanan umum wajib

5Baca lebih jelas http://www.negarahukum.com/hukum/silent-operation-kpk-ott-vs-

penyadapan.html diakses pada Tanggal 7 September 2018 Jam 09.33 BBWI

Page 23: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

14

menangkap Tersangka guna diserahkan beserta atau tanpa

barang bukti kepada penyidik

Pasal 56 Ayat (2)

(2) Apabila Tersangka Tertangkap Tangan, Penangkapan dapat

dilakukan tanpa surat perintah.

Sedangkan dalam Pasal 18 Ayat (2) KUHP

(2) Dalam hal tertangkap tangan penangkapan dilakukan tanpa surat

perintah, dengan ketentuan bahwa penangkap harus segera

menyerahkan tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada

penyidik atau penyidik pembantu yang terdekat.

Pada kejadian tertangkap tangan, setiap orang berhak

menangkapnnya, tidak terkecuali siapapun berhak untuk menangkap orang

yang sedang tertangkap tangan melakukan tindak pidana. Akan tetapi harus

diperhatikan kata “hak” yang terdapat dalam ketentuan ini, bukan

kewajiban melainkan hak. Berarti orang yang melihat atau menyaksikan

boleh mempergunakan haknya untuk menangkap.6

3. Komisi Pemberantasan Korupsi

Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk berdasarkan Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diberi amanat

melakukan pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan

berkesinambungan. KPK merupakan lembaga negara yang bersifat

independen, yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari

kekuasaan manapun.

KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan

korupsi dari lembaga-lembaga yang ada sebelumnya. Penjelasan undang-

undang menyebutkan peran KPK sebagai trigger mechanism, yang berarti

mendorong atau sebagai stimulus agar upaya pemberantasan korupsi oleh

lembaga-lembaga yang telah ada sebelumnya menjadi lebih efektif dan

efisien.

4. Tindak Pidana

6 Andre Johanes Wattie, Sifat Eksesional Tertangkap Tangan dalam Penangkapan Pelaku

Tindak Pidana, Lex Crime Vol.IV/No.5/Juli/2015, h. 18

Page 24: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

15

a. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana merupakan terjemahan dari pendekatan Strafbaar

Feit atau delik, dalam bahasa inggris Crimal Art, Tindak pidana adalah

suatu perbuatan yang dilakukan manusia yang dapat bertanggung jawab

yang mana perbuatan tersebut dilarang atau diperintahkan atau

dibolehkan oleh undang-undang yang diberi sanksi berupa sanksi pidana.

Kata kunci untuk membedakan suatu perbuatan sebagai tindak pidana

atau bukan adalah apakah perbuatan tersebut diberi sanksi pidana atau

tidak.7

Strafbaar Feit, terdiri dari tiga kata, yaitu straf, baar dan feit.

Istilah yang digunakan sebagai terjemahan dari Strafbarr Feit itu,

pembentuk undang-undang menggunakan perkataan “Starfbaar feit“

untuk menyebutkan “Tindak Pidana” di dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana. Kata “feit” dalam bahasa belanda berarti “sebagian dari

suatu kenyataan”, sedangkan “Strafbaar” berarti “dapat dihukum”,

sehingga secara harfiah perkataan “strafbaarfeit” dapat diterjemahkan

sebagai sebagian dari suatu kenyataan yang dapat dihukum ,sifat penting

dalam tindak pidana “strafbaarfeit” ialah onrechmatigheid atau sifat

melanggar hukum dari suatu perbuatan.8

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) bersumber dari

W.v.S (weetbook van strafrecht) Belanda, maka istilah aslinya sama yaitu

Strafbaar Feit (perbuatan yang dilarang oleh undang-undang yang

diancam dengan hukuman). Dalam hal ini Satochid Kartanegara

cenderung menggunakan istilah delict yang lazim dipakai9

Ada beberapa bagian mengenai tindak pidana dan beberapa

pendapat dari pakar-pakar hukum pidana :

7 Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia, Suatu Pengantar, Bandung : Rafika

Aditama, 2010, h. 100

8Barda Namawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan

Kejahatan, Bandung : PT. Citra Aditiya Bakti, 2001, h. 23

9 Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Bagian Satu , Balai Lektur Mahasiwa, h. 65

Page 25: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

16

1) Menurut Vos, tindak pidana adalah salah satu kelakuan yang diancam

oleh peraturan perundang-undangan, jadi satu kelakuan yang pada

umumnya dilarang dengan ancaman pidana.10

2) Menurut Moeljatno, tindak pidana adalah suatu perbuatan yang

memiliki unsur dan dua sifat yang berkaitan unsur-unsur yang dapat

dibagi menjadi dua macam :

a) Subyek adalah hubungan dengan diri sipelaku dan termasuk

kedalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung dalam hatinya.

b) Obyektif adalah unsur yang melekat pada diri sipelaku atau yang

ada hubungannya dengan keadaan-keadaan lain, yaitu dalam

keadaan tindakan-tindakan itu harus dilakukan.11

3) Menurut Pompe yang dikutip Bambang Poernomo, pengertian

Strafbaar Feit dibedakan menjadi :

a) Defenisi menurut teori adalah suatu pelanggaran terhadap norma

yang dilakukan karena kesalahan si pelanggar dan diancam dengan

pidana untuk mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan

kesejahteraan umum.

b) Defenisi menurut hukum positif adalah suatu kejadian Feit yang

diancam pidana.12

4) Sementara perumusan Strafbaar feit, menurut Van Hamel adalah

“Straafbaarfeit adalah kelakuan orang yang dirumuskan oleh undang-

undang, bersifat melawan hukum yang patut dipidana dan dilakukan

dengan kesalahan”. Tindak Pidana adalah pelanggaran norma-norma

baik dalam hukum perdata, hukum ketatanegaraan, dan usaha

pemerintah, oleh pembentuk undang-undang dianggapi dengan suatu

hukum pidana. Maka sifat-sifat yang ada dalam setiap tindak pidana

10

Tri Andrisman, Hukum Pidana, Bandar Lampung : Universitas Bandar Lampung,

2007, h.81

11 Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, Jakarta : Rineka Cipta, 1993, h. 69

12 Bambang Poernomo, Pertumbuhan Hukum Penyimpangan di Luar Kodifikasi Hukum

Pidana, Jakarta : Bina Aksara, 1997, h. 86

Page 26: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

17

adalah sifat melanggar hukum (wederrecteliijkheid,

onrechtmatigheid). Tiada ada suatu tindak pidana tanpa sifat

melanggar hukum.13

Dapat kita pahami dari beberapa pengertian tindak pidana

diatas, bahwasanya tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau

tidak melakukan sesuatu yang memiliki unsur kesalahan sebagai

perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, dimana

penjatuhan pidana terhadap pelaku adalah demi terpeliharanya tertib

hukum dan kepentingan umum.

b. Jenis-jenis Tindak Pidana14

1) Tindak Pidana yang Merugikan Keuangan Negara

Merugikan keuangan negara adalah suatu perbuatan yang

dilakukan seseorang, pegawai negeri sipil, penyelenggara negara

yang secara melawan hukum, menyalahgunakan kewenangan,

kesempatan jabatan atau kedudukan dengan melakukan memperkaya

diri sendiri atau orang lain suatu korporasi yang dapat merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara.

Dalam tindak pidana “merugikan keuangan negara” pelaku

dikenakan atau didakwa dengan pasal-pasal sebagai berikut:

Pasal 2,3,7, Ayat (1) huruf a dan c, Pasal 7 Ayat (2), Pasal 8,9,10

huruf (a), Pasal 12 huruf (i), Pasal 12 A, Pasal 17, Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 Jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

2) Tindak Pidana Korupsi Suap

Suap diatur dalam KUHP, Undang-Undang Nomor 11 Tahun

1980 Tentang Tindak Pidana Suap, Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2001 Tentang perubahan Undang-Undang 31 Tahun 1999

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, serta diatur dalam

13

Wiryono Prodjodikoro, Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung. Refika

Aditama, 2003, h. 1

14 Ermansyah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Jakarta : Sinar Grafika, 2010,

h. 63

Page 27: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

18

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Korupsi.

Suap tersebut paling banyak dilakukan oleh penyelenggara

negara, dimana menurut mereka secara tidak langsung akan

merugikan keuangan negara membuat suatu kesepakatan atau deal

seorang pegawai negeri atau penyelenggara negara membuat suatu

perjanjian dengan orang lain atau masyarakat.

Pada prinsipnya tidak berakibat langsung terhadap kerugiann

keuangan negara atau perekonomian negara, karena sejumlah uang

ataupun benda berharga diterima oleh pegawai negeri sipil atau

penyelenggara negara sebagai hasil perbuatan melawan hukum,

menyalahgunakan wewenang, kesempatan saran yang ada padanya

karena jabatan atau kedudukan untuk memperkaya diri sendiri atau

orang lain atau suatu koorporasi bukan dari uang negara atau aset

negara melainkan dari uang atau aset orang melakukan penyuapan.

Pelaku tindak pidana korupsi suap akan didakwa atau dijerat

dengan pasal-pasal sebagai berikut :

Pasal 5,6,11,Pasal 12 huruf a, 12 huruf b, 12, huruf d Pasal 12 A, dan

Pasal 17 Undang-Undang 31 Tahun 1999 Jo Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Tindak pidana penyuapan dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu :

a. Penyuapan aktif, yaitu pihak yang memberikan atau menjajikan

sesuatu, hak berupa uang atau barang.

b. Penyuapan pasif adalah pihak yang menerima pemberian atau

janji baik berupa uang maupun barang.

3) Tindak Pidana Korupsi “Pemerasan”

Tindak pidana korupsi pemerasan yang berperan aktif adalah

pegawai negeri sipil atau penyelenggara negara yang meminta

bahkan melakukan pemerasan kepada masyarakat yang memerlukan

pelayanan atau bantuan dari pegawai negeri sipil atau penyelenggara

negara tersebut, disebab oleh faktor ketidakmampuan secara materiil

Page 28: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

19

dari masyarakat yang memerlukan pelayanan atau bantuan pegawai

negeri sipil atau penyelenggara negara, sehingga terjadi tindak

pidana korupsi pemerasan.

Tindak pidana pemerasan didakwa dengan pasal-pasal sebagai

berikut :

Pasal 12 huruf e,f,g, Pasal 12 A dan Pasal 7 Undang-Undang Nomor

31 Tahun 1999 Jo Undang-Undang Pasal 20 Tahun 2001.

4) Tindak Pidana “Penyerobotan”

Dalam tindak pidana penyerobotan yang beperan aktif adalah

pegawai negeri sipil atau penyelenggara negara yang pada waktu itu

menjalankan tugas, telah menggunakan tanah negara yang diatas

terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Dalam tindak pidana penyerobotan pelaku tindak pidana

tersebut didakwa dengan pasal-pasal :

Pasal 12 huruf h dan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999 Juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 Tentang

Pemberantasan korupsi.

5) Tindak Pidana Korupsi “Gratifikasi”

Gratifikasi merupakan suatu perbuatan yang dilarang oleh

negara dan agama, baik berupa benda berwujud maupun tidak

berwujud, berupa fasilitas tiket dan hotel maupun aspek yang terkait

dengan pemberian hak termasuk hak kekayaan intelektual.15

Tindak pidana gratifkasi ini tidak terjadi kesepakatan atau

deal berapa besar nilai uang atau benda berharga dimana uang dan

benda berharaga itu diserahkan, antara pemberi gratifkasi dengan

pegawai negeri sipil.16

Gratifikasi diatur dalam Undang-Undang

15

R.Wiyono, Pembahasan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

edisi ke 2 , Jakarta : Sinar Grafika, 2008, h. 59

16 Ermansyah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Jakarta : Sinar Grafika, 2010,

h. 75

Page 29: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

20

Nomor 30 Tahun 2001 Tentang perubahan Undang-Undang Nomor

31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Serta diatur pula dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.Peraturan Menteri

keuangan Nomor 03/PMK.06 Tentang Pengelolaan barang milik

Negara yang berasal dari barang rampasan Negara dan barang

gratifikasi

Pelaku tindak pidana korupsi ini akan didakwa dengan Pasal-

Pasal sebagai berikut :

Pasal 12 B juncto Pasal 12 C, Pasal 13, Pasal 17 Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 Juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi.

Dalam Buku Andi Hamzah jenis-jenis tindak pidana

dibedakan atas dasar-dasar tertentu, sebagai berikut :

a. Menurut kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

dibedakan antara lain kejahatan yang dimuat dalam buku II dan

pelanggaran yang dimuat dalam buku III, pembagian tindak

pidana menjadi kejahatan dan pelanggaran itu bukan hanya

merupakan dasar bagi seluruh sistem hukum pidana didalam

perundang-undangan secara keseluruhan.

b. Menurut cara merumuskan, dibedakan dalam tindak pidana formil

dan tindak pidana materiil.

c. Menurut bentuk kesalahan, tindak pidana dibedakan menjadi

tindak pidana sengaja (Doluse Delicten) dan tindak pidana tidak

sengaja (Culpose Delicten). Contoh tindak pidana disengajakan

(dolus) yang diatur di dalam KUHP antara lain : Pasal 338 KUHP

(Pembunuhan) yaitu dengan sengaja menyebabkan hilangnya

nyawa orag lain, Pasal 354 KUHP yang dengan sengaja melukai

orang lain. Pada delik kelalain (Culpa) orang juga dapat dipidana

jika ada kesalahan, misalnya Pasal 359 KUHP yang menyebabkan

Page 30: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

21

matinya seseorang, contoh lainnya seperti yang diatur dalam Pasal

188 dan Pasal 360 KUHP.

d. Menurut macamnya perbuatannya, tindak pidana aktif (Pasif),

perbuatan aktif juga disebut perbuatan dengan adanya gerakan

tubuh orang yang mewujudkannya diisyaratkan dengan adanya

gerakan tubuh orang yang berbuat, misal Pencurian (Pasal 362

KUHP) dan Penipuan (Pasal 378 KUHP). Tindak pidana murni,

yaitu tindak pidana yang dirumuskan seacara formil atau tindak

pidana yang pada dasarnya unsur perbuatannya berupa perbuatan

pasif, misalnya diatur dalam Pasal 224, 3034 dan 552 KUHP,

tindak pidana tidak murni adalah tindak pidana yang pada

dasarnya berupa tindak pidana positif, tetapi dapat dilakukan

secara tidak aktif atau tindak pidana yang mengandung unsur

terlarang tetapi dilakukan dengan tidak berbuat, misalnya diatur

dalam pasal 338 KUHP, ibu tidak menyusui bayinya sehingga

anak tersebut meninggal.17

5. Korupsi

a. Pengertian Korupsi

Korupsi satu kata tapi merugikan banyak hal hanya untuk

kepentingan diri sendiri, dimana ada kekuasaan disitu ada virus korupsi,

tidak asing lagi dari kalangan vertikal maupun horizontal, mendengar

kata korupsi ada yang mengatakan maling, kanker ganas, tikus berdasi,

berbagai cap yang disebutkan untuk para koruptor. Korupsi di negeri ini

ibarat warisan haram tanpa surat wasiat.

Lord Acton sejarawan katolik terkemuka (1837-1902)

mengatakan ”Power Tends to Corrupt ; kekuasaan selalu cenderung

korup, culas”, Tidak ada kekuasaan yang terbebas dari virus ini.18

Power

17

Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum dan Acara Pidana, Jakarta : Ghalia Indonesia

2001, h. 25-27

18 Soen’an Hadi Poernomo, Berani Korupsi itu Memalukan! Bunga Rampai Filosofi,

Masalah, Solusi Negeri Kelautan dan Upaya Pemberantasan Korupsi, Depok : Ki Town House,

2013, Cet ke I, h. v

Page 31: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

22

tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely demikian yang

dikatan Lord (1887 dalam gati 2000), penyalahgunaan kekuasaan bukan

hanya terjadi disektor komersial atau kekuasaan birokrasi pemerintah

saja, namu juga dalam organisasi sosial.19

Korupsi sebenarnya bukan istilah berasal dari bahasa arab

(bahasa kitab suci al-qu’an) dan bukan pula istilah dari bahasa indonesia.

Korupsi berasal dari bahasa latin “Corruptus”, yakni berubah dari

kondisi yang adil, benar dan jujur menjadi kondisi yang sebaliknya,

Korupsi berasal dari bahasa latin Corruptio atau Corruptus. Corupptio

berasal dari kata Corrumpere, suatu kata latin yang lebih tua. Dari

bahasa latin itulah turun kebanyak bahasa eropa seperti Inggris yaitu

Corruption, Corrupt; Perancis yaitu Corruption; Belanda Corruptie, dari

bahasa belanda inilah turun kebahasa indonesia menjadi korupsi.20

Secara harfiah istilah tersebut berarti segala macam perbuatan

yang tidak baik yang dikatakan Andi Hamzah sebagai kebusukan,

keburukan, kejahatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,

penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau

memfitnah.21

Di Malaysia terdapat juga peraturan antikorupsi, disitu

tidak dipakai kata korupsi melainkan dipakai istilah rasuah yang

tentulah berasal dari bahasa Arab (riswah), yang menurut kamus Arab-

Indonesia artinya sama dengan korupsi.22

Dengan pengertian korupsi

secara harfiah itu dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya korupsi

itu sangat luas artinya.

19 Haryono Umar, Menghitung Kembali dampak Korupsi, Jurnal Bisnis dan Manajemen,

Maret 2011, Volume XII, Nomor 1, h. 25

20 Andi Hamzah, Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya, Jakarta : PT.

Gramedia, 2005 h. 7

21 Adami chazawi, Hukum Pidana Materiil dan Formil di Indonesia. Cetakan ke II

,Malang, Jawa Timur-Indonesia : Bayu Media Publishing, 2005, h. 1-2

Page 32: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

23

Korupsi adalah penyelewengan tugas dan penggelapan uang

negara atau perusahaan untuk keuntungan pribadi. Dampak korupsi

dapat merusak perekonomian negara, demokrasi dan kesejahteraan

umum. Pemerintah telah berupaya untuk menuntaskan kasus korupsi

melalui kebijakan-kebijakan untuk memberantas korupsi. Walaupun

demikian banyak kasus korupsi yang tidak ditangani secara serius dan

berbelit-belit.23

Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara umum telah

dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999 jo. Undanag-Undang Nomor 20 Tahun 2001, berdasarkan pasal-

pasal tersebut, korupsi dirumuskan kedalam tiga puluh bentuk/jenis

tindak pidana korupsi. pasal-pasal tersebut menerangkan secara

terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan pidana penjara

karena korupsi.

Ketiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut

perinciannya adalah sebagai berikut :

Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 ayat (1) huruf a dan b, Pasal 5 ayat (2), Pasal 6

ayat (1) huruf a dan b, Pasal 6 ayat (2), Pasal 7 ayat (1) huruf a,b,c,d,

Pasal 7 ayat (2), Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10 huruf a,b,c, Pasal 11, Pasal 12

huruf,a,b,c,d,e,f,g,h,I, Pasal 12 B jo. Pasal 12 C, dan Pasal 13.

30 jenis tindakan yang bisa dikategorikan sebagai tindak pidana

korupsi, adalah :

1. Kerugian Keuangan Negara

2. Suap Menyuap (Penyogok atau pelicin)

3. Penggelapan dalam jabatan

4. Pemerasan

5. Perbuatan curang

6. Benturan kepentingan dalam pengadaan

7. Gratifikasi (Pemberian Hadiah)

23

Ashinta Sekar Bidari, Fenomena Korupsi Sebagai Patologi di Indonesia, h. 1

Page 33: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

24

Alatas mendefinisikan korupsi dari sudut pandang sosiologis

dengan “apabila seorang pegawai negeri menerima pemberian yang

disodorkan dari seorang swasta dengan maksud mempengaruhinya agar

memberikan perhatian istimewa pada kepentingan-kepentingan

”sipemberi”, sementara Brasz mendefinisikan korupsi dalam pengertian

sosiologis sebagai “penggunaan secara diam-diam kekuasaan yang

dialihkan berdasarkan wewenang yang melekat pada kekuasaan itu atau

berdasarkan kemampuan formal, dengan merugikan tujuan-tujuan

kekuasaan asli dan dengan mengutungkan orang luar atas dalih

menggunakan kekuasaan itu dengan sah.24

Korupsi adalah tidak melaksanakan tugas karena lalai atau

sengaja. Korupsi bisa mencakup kegiatan yang sah dan tidak sah.

Korupsi dapat tejadi didalam tubuh organisasi salah satu contohnya

adalah : penggelapan uang.25

Kligaard membuat suatu teori atau persamaan sederhana untuk

menjelaskan tentang tindakan korupsi atau penyebab seseorang

melakukan korupsi :

C = M + D – A

Dimana

C = Corruption (Korupsi)

M = Monopoly (Monopoli)

D = Disrection (Keleluasaan)

A = Accoutability (Pertanggungjawaban)

Persamaan diatas menjelaskan bahwa korupsi hanya bisa terjadi

apabila seseorang atau pihak tertentu mempunyai hak monopoli atas

24

Mochtar Lubis dan James C . Scott, Bunga Rampai Korupsi, Jakarta : LP3ES, 1985

h. 34

25 Robert Kligaard, at all, Penuntutan Pemberantasan Korupsi dalam Pemerintahan

Daerah, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2002, h. 2-3

Page 34: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

25

urusan tertentu serta ditujang oleh keleluasaan dalam menggunakan

kekuasaan nya sehingga cenderung menyalahgunakan namun lemah

dalam hal pertanggungjawaban akuntabilitas kepada publik. 26

Dapat kita lihat arti dan kandungan korupsi yang maknanya sangat

luas, tergantung dari bidang perspektif yang dilakukan, dari

pengertiannya bahwa korupsi mengarah pada tndakan keburukan,

kecurangan, kezaliman, yang akibatnya akan merusak dan

menghancurkan tata kehidupan keluarga masyarakat, bangsa dan negara

bisa bangkrut disebabkan korupsi.

Upaya pemberantasan korupsi adalah bagian dari akuntabilitas

sosial, dalam artian bukan hanya tanggung jawab milik pemerintah dan

lembaga lainnya. Akan tetapi peran masyarakatlah yang paling urgent

dalam mencegah dan memberantas korupsi. Oleh karena itu perlu

paradigma baru kearah lebih baik dan komprehensif dalam memahami

upaya pemberantasan korupsi.

b. Pengertian korupsi di beberapa negara27

1). Pengertian korupsi di berbagai negara

a. Meksiko28

Corruption is (acts of dishonesty such bribery, raft, conflict

of interst negligence an lock of efficiency that require the planning

of specific strategies it is an illegal inter change of favors).

Korupsi diartikan : sebagai bentuk dari penyimpangan

ketidakjujuran berupa pemberian sogokan, upeti, terjadinya

pertentangan kepentingan kelalain dan pemborosan yang

26

Achmad Badjuri, Peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Anti

Korupsi di Indonesia, Maret, 2011 h. 85

27 Syed Hussen Alatas, Sosiologi Korupsi, Jakarta : LP3ES, 1975, h. 32

28 Lembaga Anti Korupsi di Negara Meksiko adalah Procuradia General de La

Republica/Procuradia Locales/Secretariade la Funcion Publica/Auditoria Superior de la

Federaction

Page 35: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

26

memerlukan rencana dan strategi yang akan memberikan

keuntungaan kepada pelakunya.

b. Kamerun 29

Corruption as : The sollicting, accepting, or receiving bay

a public servant or agent, for himself or for retraining. From any

act of his office. Suatu permintaan, penerimaan atau persetujuan

yang dilakukan oleh seorang pegawai negeri atau

bawahan/pembantunya, baik untuk dirinya sendiri ataupun orang

lain atas suatu tawaran janji, hadiah atau untuk melakukan sesuatu

pekerjaan, penundaan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan

dalam menjalankan tugas-tugas dikantornya yang bersangkutan).

The act by any corrupt person of facilitating by his

function, the accomplishment of an act which does not fall or lie

within his competence. Suatu tindakan yang menyalahgunakan

pemberian fasilitas karena kedudukan tersebut, melakukan suatu

tindakan tidak sesuai atau bertentang dengan wewenangnya.

c. Rusia30

Corruption as : A system certain relations based on

unlawful deals of officials to detriment of the state and public

interest then motives maybe variegated. Sebagai suatu sebuah

sistem hubungan tertentu yang melanggar hukum dari semua aparat

negara yang melanggar kepentingan negara masyarakat, dengan

motivasi beraneka ragam.

d. Thailand31

29

Lembaga Anti Korupsi di negara ini adalah National Anti-Corruption Comission

30

Lembaga anti korupsi di Rusia Oleg Prokhoi (di mana nama itu secara harfiah berarti

"buruk" dalam bahasa Rusia) untuk mengepalai departemen baru tersebut. Plokhoi sebelumnya

bekerja di departemen personalia Kremlin.

31 Lembaga Anti Korupsi di negara ini adalah NACC (National Anti Corruption

Commision)

Page 36: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

27

Corruption as : Behavior of public servant that are

condemned by law. Perilaku yang dilarang bagi pegawai negeri

(Pemerintah).

e. Philipina32

korupsi mempunyai beberapa karekter sebagai berikut :

1. Penyahgunaan wewenang terhadap dana masyarakat

(Malverstion of public fund).,

2. Pemalsuan dokumen-dokumen, (Falsifacation of public

document).

3. Suap menyuap. (Bribery)

f. India33

Behavior of unscrupulous elements to indulge in making

quick money by misuse of official position or authority or by

resingting to intentional delay and dilatory tactics with a view to

cause harassment and thereby putting pressure on some members

of the public to part with money in clandestime manner.

Perbuatan dari oknum-oknum yang tidak terpuji ingin

memperoleh kuntungan, secepat mungkin dengan

menyalahgunakan kedudukan kewenangan atau dengan taktik yang

sengaja memperlambat suatu penyelesain dengan tujuan agar

menjadi gangguan bagi yang berkepentingan, sehingga mau tidak

mau yang harus dengan cara belakang.

g. Argentina34

Karakter korupsi adalah perbuatan-perbuatan yang berupa :

1. Penyogokan/penyuapan : perbuatan menerima sesuatu langsung

maupun melalui perentara yang berupa uang ataupun pemberian

32

Lembaga Anti Korupsi di negara ini adalah Office Of The Ombdusman

33 Lembaga Anti Korupsi di negara ini adalah Karnataka Lokayukta (Central Bureau Of

Investigation)

34 Lembaga anti korupsi di Argentina Oficina Anti-Corruption

Page 37: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

28

lain janji untuk melakukan sesuatu dalam suatu hubungan yang

berkaitan dengan fungsi (kedudukan) sebagai pejabat/pegawai

negeri maupun menggunakan pengaruh atas kedudukannya

tersebut sebelum pegawai negeri/pejabat lain melakukan

sesuatu.

2. Penyalahgunaan dana pemerintah/negara yang dikelola oleh

pegawai/pejabat untuk tujuan berlainan dengan cara yang

dimaksudkan untuk hal tersebut.

3. Penggelapan tindakan pegawai negeri mencuri (memakai untuk

diri sendiri dana yang dipecayakan kepadannya.

4. Melakukan transaksi yang tidak sesuai dengan fungsi pejabat

yang bersangkutan.

h. Jepang35

“Corruption” can quiet simply be understood as the use

public office for private gains. “Korupsi” cukup dipahami sebagai

penggunaan kata jabatan publik untuk keuntungan pribadi. 36

i. Korea37

Corruption is any public official individual in abuse of

position or authorities of violation of law in connection witht

official duties for the purpose of seeking grants for himself or

thirds parties. Korupsi adalah pejabat publik yang terlibat dalam

penyalahgunaan posisi atau otoritas pelanggaran hukum

35

Jepang adalah salah satu negara maju di kawasan Asia. Yang beribu kotakan Tokyo. Jepang tidak memiliki undang-undang ataupun lembaga khusus yang mengatur tentang tindak

pidana korupsi, namun nyatanya pemberantasan korupsi di Jepang cukup efektif dijalankan.

Jepang tidak mengajarkan agama sebagai mata pelajaran khusus di sekolah, tetapi Jepang sukses

menanamkan nilai-nilai moral pada para siswanya. Indonesia sebagai negara yang memiliki

undang-undang-undang khusus dan KPK sebagai lembaga khusus yang menangani pemberantasan

korupsi harusnya bisa lebih fokus dan efektif dalam menjalankan misinya memberantas korupsi.

Indonesia yang merupakan negara beragama harusnya juga berhasil mendidik putra-putri penerus

bangsa nilai-nilai agama dan moral.

36 Werner Pascha, Corruption in Japan-An Economist’s Perspective. h. 2

37 Lembaga Anti Korupsi di Negara ini adalah Anti Corruption and Civil Right, dan

Commission untuk Korea Selatan

Page 38: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

29

sehubungan dengan tugas resmi untuk tujuan mencari hibah untuk

dirinya sendiri atau pihak ketiga.38

j. Malaysia39

Any member of the administration or any member of

parlement or the state legislative assembly or any public ooficer

who while being such a member of officer commits any corrupt

practice shall be guilty ofan offence and shall be liable on

conviction to imprisionment for a term not exceeding fourteen

years or to a fine not exceeding twenty thousand ringgit or to both

such imprisonment and fine.

Seseorang anggota administrasi atau seorang anggota

parlemen atau badan legislatif negara bagian atau seseorang

pejabat publik yang pada saat menjadi anggota atau pejabat publik

yang pada saat menjadi anggota atau pejabat melakukan segala

bentuk praktik korupsi dinyatakan bersalah melakukan tindak

pidana dan dinyatakan bertanggungjawab untuk dijatuhi hukuman

penjara stinggi-tinginya empat belas tahun atau denda setingi-

tinginya dua belas ribu ringgit atau kedua-duannya.

c) Dampak dari tindakan korupsi40

Korupsi berdampak sangat buruk bagi kehidupan berbangsa dan

bernegara karena telah terjadi kebusukan, ketidakjujuran, dan melukai

rasa keadilan masyarakat. Penyimpangan dana msyarakat kekantong

pribadi telah menurunkan kemampuan negara untuk memberikan hal-hal

38

Malepati Shanmukha Nath, Kasisid Kaewmanee, South Korea Corruption In The

Contextof Chaebols And Crony Capitalism, Internasional Journal Of Advance Research an

Development, Volume 3, Issue 1, h.13

39 Lembaga Anti Korupsi di negara ini adalah Malaysian Anti-Corruption Commission

(MACC) / Suruhan Jaya Pencegahan Rusuah Malaysia (SPRM).

40 Nadia Salama, Fenomena Korupsi Indonesia (Kajian Mengenai Motif dan Proses

Terjadinya Korupsi), Pusat Penelitian IAIN Walisongo Semarang, 2010, h. 16-17

Page 39: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

30

yang bermanfaat untuk masyarakat, seperti pendidikan, perlindungan

lingkungan, penelitian, dan pembangunan, pada tingkat mikro, karena

korupsi inilah meningkatnya ketidakpastian adanya pelayanan yang baik

dari pemerintah kepada masyarakat.

Dampak korupsi berupa :

1) Runtuhnya akhlak, moral, integritas, dan religiusitas bangsa.

2) Adanya efek buruk bagi perekonomian negara.

3) Korupsi memberi kontribusi bagi matinya etos kerja masyarakat.

4) Terjadinya eksploitasi sumber daya alam oleh segelintir orang.

5) Memiliki dampak sosial dengan merosotnya Human Capital.

d) Perundang-undangan yang berkaitan dengan korupsi

5. Tap MPR No XI Tahun 1998 Tentang Penyelenggaraan Negara yang

bebas dari KKN.

6. Undang-Undang (UU) :

a. Undang-Undang Nomor 31 Tahun1999 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi. Undang-Undang ini telah diperbarui

dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi.

c. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2001

d. Undang-Undang Nomor 11 Tahun1980 Tentang Anti Suap.

e. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana

Anti Pencucian Uang. Dirubah menjadi Undang-Undang Nomor

25 Tahun 2003 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.

f. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan

Negara yang bersih dan bebas dari KKN.

g. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Pengesahan

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi.

Page 40: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

31

h. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Bantuan Timbal

Balik Masalah Pidana.

6. Tindak Pidana Korupsi

Tindak pidana korupsi merupakan salah satu bagian dari tindak

pidana khusus di samping mempunyai spesifikasi tertentu yang berbeda

dengan hukum pidana umum, seperti adanya penyimpangan hukum acara

serta apabila ditinjau dari materi yang diatur, karena itu tindak pidana

korupsi secara langsung maupun tidak langsung dimaksud untuk

menekankan seminimal mungkin terjadinya kebocoran dan penyimpangan

terhadap keuangan dan perekonomian negara. Dengan diantisiapsi sedini

dan semaksimal mungkin penyimpangan tersebut, diharapkan roda

perekonomian dan pembangunan dapat dilaksanakan sebagaimana

semestinya sehingga lambat laun akan membawa dampak dan

kesejeahteraan masyarakat umumnya.41

Tindak Pidana Korupsi yang merupakan Extra Ordinary Crime,

dalam hal ini terdapat beberapa institusi penyidik yang bewenang untuk

menangani proses penyidikan terhadap tindak pidana korupsi ini, termasuk

berbagai institusi PPNS jika dikaitkan dengan berbagai berbagai kejahatan

yang terkandung unsur-unsur korupsi sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang menjadi dasar hukum masing-masing.42

B. Kerangka Teori

Kerangka teoritis adalah identifikasi teori-teori yang dijadikan

sebagai landasan berfikir untuk melaksanakan suatu penelitian atau dengan

kata lain untuk mendiskripsikan kerangka teori yang digunakan untuk

mengkaji permasalahannya. Pada hakekatnya memecahkan masalah adalah

dengan menggunakan pengetahuan ilmiah sebagai dasar argumen dalam

mengkaji persoalan agar kita mendapatkan jawaban yang dapat

41

Lilik Mulyadi, Tindak Pidana Korupsi di Indonesia (Normatif, Teoritis, Praktik dan

Masalahnya, Bandung : PT. Alumni , 2001, h. 2

42 IGM Nurdjana, Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupsi (Problematika

Sistem Hukum Pidana dan Implikasi pada Penegakan Hukum), Yogyakarta : Total media, 2009,

h. 164

Page 41: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

32

diandalkan. Dalam hal ini kita mempergunakan teori-teori ilmiah sebagai

alat bantu kita dalam memecahkan permasalahan.

Terminologi teori adalah istilah yang berasal dari bahasa inggris

“Theroy” diartikan sebagai temuan hasil penelitian. 43

Kata teori berasal

dari kata theoria dalam bahasa latin yang berarti perenungan. Kata theoria

itu sendiri berasal dari kata thea yang dalam bahasa Yunani berarti cara

atau hasil pandang.44

Sandaran teori sangat perlu untuk ditegakkan agar penelitian ini

mempunyai dasar yang kuat dan kokoh dan bukan sekedar coba-coba.

Oleh karena itu seorang peneliti hendaknya melakukan telaah pustaka,

karena teori-teori dapat ditemukan berdasarkan bacaan.45

Tujuan dari teori adalah :

a. Teori mempersempit/membatasi ruang atau kawasan dari fakta yang

akan kita pelajari.

b. Teori menyarankan sistem perkataan penelitian yang disuakai untuk

mendapatkan makna yang sesungguhnya.

c. Teori menyaran sistem penelitian sehingga diklafikasikan dalam jalan

yang lebih bermakna.

d. Teori merangkum suatu pengetahuan tentang sebuah objek kajian dan

pernyataan yang tidak diinformasikan yang diluar observasi yang

segera.46

Teori sangat berguna untuk kerangka kerja penelitian, terutama

untuk mencegah praktik-praktik pengumpulan data yang tidak

memberikan sumber dari pemahaman peristiwa. Adapun teori yang

43

Faried Ali, Teori Konsep Administrasi (dari Pemikiran Paradigmatik dan Menuju

Redefinisi), Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011, h. 1-2

44 Soetandyo Wigjosoebroto, Hukum, Pradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya,

Jakarta : Elsam HuMa, 2002, h. 184

45 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 1997, h. 78

46 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Bandung : Alfabeta, 2014

h. 23-24

Page 42: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

33

digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Teori Eektivitas Hukum

a. Teori efektivitas hukum

Menurut Soejono soekanto adalah bahwa efektif atau

tidaknya hukum ditentukan oleh 5 (Lima) faktor, yaitu :47

1) Faktor hukumnya sendiri (Undang-Undang)

2) Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk

menerapkan hukum.

3) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegak hukum.

4) Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut

berlaku atau diterapkan.

5) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor diatas saling berkaitan dengan eratnya, oleh

karena merupakan esensi dari penegakan hukum, pada elemen

pertama yang menetukan dapat berfungsinya hukum tertulis tersebut

dengan baik atau tidak adalah tergantung dari aturan hukum itu

sendiri. Sedangkan efektivitas hukum yang dikemukan oleh Anthoni

Allot sebagaiman dikutip Felik adalah sebgai berikut :

Hukum akan menjadi efektif jika tujuan keberadaannya dapat

mencegah perbuatan-perbuatan yang tidak dinginkan dapat

menghilangkan kekacaun. Hukum yang efektif secara umum dapat

membuat apa yang dirancang dapat mewujudkan. Jika suatu

kegelapan kemungkinan terjadi pembelutan secara gampang jika

terjadi keharusan untuk melaksankan atau menrapkan huk dalam

suasana yang berbeda, hukum akan sanggup menyelesaikan.

Keberlakuan hukum berarti bahwa orang bertindak sebagaimana

seharusnya sebagai bentuk kepatuhan dan pelaksanaan norma jika

47

Soejono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta :

PT. Raja Grafindo Persada, 2008 h. 5

Page 43: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

34

validitas adalah kualitas hukum, maka keberlakuan adalah kualitas

perbuatan manusia sebenarnya bukan tentang hukum itu sendiri.48

Berdasarkan urain diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas

adalah suatu kejadian yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat

tercapai, semakin banyak rencana yang dapat dicapai, semakin

efektif pula kegiatan tersebut sehingga tingkat keberhasilan dapat

dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang

hendak dicapai.

Bahwa agar hukum dapat berfungsi secara efektif selain harus

memperhatikan kesadaran hukum yang tumbuh di masyarakat, juga

hukum itu hendaknya dilegalisasi oleh kekuasaan negara secara

tertulis sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang belaku,

karena hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan dan kekuasaan

tanpa hukum adalah kezaliman. Dapat kita ketahui, bahwa hukum

yang dibuat dari norma yang tumbuh di masyarakat, selain berfungsi

untuk mencegah dan memberi sanksi kepada yang melanggar, juga

sebagai kontrol sosial, mengawasi, dan mengarahkan anggota

masyarakat untuk bertingkahlaku yang baik dan tidak melanggar

serta tetap menjaga keutuhan masyarakat.49

C. Tinjaun (Review) Kajian Terdahulu

Sistematika penulisan merupakan pola dasar pembahasan skripsi

ini, dalam bentuk bab dan sub bab yang secara logis saling berhubungan

dan merupakan suatu masalah yang diteliti, adapun sistem penulisan

skripsi ini sebagai berikut :

Dalam penelitian ini peneliti mengangkat judul Efektivitas Operasi

Tangkap Tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam Upaya

48

Hans Kelsen, General Teory of Law and State, Translate by Anders Wedbeg, New

York : Russel and Russel, 1991, dikutip dari Jimly Ashidiqqie dan M Ali Safa’at, Teori Hans

Kelsen tentang Hukum, Cet 2, Konstitusi Press, Jakarta, 2012, h. 39-40

49 A. Salman Maggalatung, Dekrit Presiden RI 5 Juli 1959 dan Politik Hukum di

Indonesia, Jakarta : Focus GrahaMedia, 2012, h. 28

Page 44: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

35

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Setelah mencari referensi terkait

dengan penelitian di atas, maka sebagai bahan pembanding, sebagai

keaslian, dan juga pembeda antara peneliti dengan penelitian yang sudah

ada, peneliti menemukan beberapa karya ilmiah yang berkaitan dengan

Tindak Pidana Korupsi melalui Operasi Tangkap Tangan, diantaranya:

Skipsi Nurdiansyah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 yang berjudul “Kewenangan Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam Penuntutan Tindak Pidana Korupsi

Pencucian Uang”.

Perbedaan dalam penelitian ini adalah membahas kewenangan

Komisi Pemberantasan Korupsi dalam penuntutan tindak pidana

pencucian uang, khususnya dalam penuntutan tindak pidana pencucian

uang dan dissenting opinion hakim tindak pidana korupsi dalam

penuntutan tindak pidana pencucian uang sebagai bahan pertimbangan

analisis permasalahan dalam penelitian tersebut.

Dalam peneilitiannya menggunakan penelitian hukum normatif,

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

perundang-undangan dan pendekatan kasus. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang terkait tindak

pidana pencucian uang tidak dijelaskan bahwa Komisi Pemberantasan

Korupsi berwenang dalam penuntutan tindak pidana pencuciang uang.50

Bedanya dengan penelitian ini adalah penelitian ini meneliti

Bagaimana Prosedural KPK melakukan Operasi Tangkap Tangan

terahadap pelaku Tindak Pidana Korupsi dan Faktor KPK melakukan

Operasi Tangkap Tangkap terhadap para tindak pidana korupsi.

Persamaannya adalah sama-sama menyinggung lembaga KPK.

Skripsi Muhammad Rizal Akbar, Fakultas Hukum Universitas

Bandar Lampung 2016 yang berjudul :”Kebijakan Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam Penanggulangan Tindak Pidana

50

Nurdiansyah, Berjudul Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam

Penuntutan Tindak Pidana Korupsi Pencucian Uang, skripsi Tahun 2012

Page 45: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

36

Korupsi Melalui Operasi Tangkap Tangan”. Perbedaan dalam skripsi

ini perumusan masalahnya tentang Bagaimana Kebijakan Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam Penanggulangan tindak pidana korupsi

melalui Operasi Tangkap Tangan.? Apakah faktor penghambat dari

kebijakan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam penanggulangan tindak

pidana korupsi melalui Operasi Tangkap Tangan?.51

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, sumber

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan.

Data diperoleh dari peneliti dari penelitian kemudian akan diolah data,

sistemalisasi data. Data yang diolah dianalisis secara deskriptif kualitatif

untuk selanjtnya ditarik kesimpulan guna menjawab permasalahan dalam

penelitian.

Hasil temuan dalam skripsi ini adalah penyadapan merupakan

kegiatan mendegarkan, merekam, membelokkan, menghambat, atau

mencatat transmisi informasi elektronik dan dokumen elektronik, baik

menggunakan jaringan kabel komunikasi maupun jaringan nirkabel,

seperti pancaran elektronik atau radio frekuensi, termasuk memeriksa

paket, pos, surat menyurat dan dokumen lainnya dan penyadapan dan

penjebakan rentan terhadap pelanggaran ham.

Beda dengan penelitian ini membahas tentang Prosedural Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam melakukan Operasi Tangkap Tangan

terhadap para tindak pidana korupsi dan faktor penyebab Komisi

Pemberantasan Korupsi melakukan Operasi Tangkap Tangan terhadap

Tindak Pidana Korupsi. Persamaan sama-sama menyinggung OTT KPK.

Jurnal Luthvi Febryka Nola, Jurnal Vol,V,24/II/P3DII/Desember /2103,

yang berjudul : “Operasi Tangkap Tangan Oleh KPK’. Persamaan

51

Rizal Akbar, berjudul Kebijakan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam

Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi Melalui Operasi Tangkap Tangan, skripsi Tahun 2016

Page 46: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

37

dalam skripsi ini sama-sama membahas mengenai Operasi Tangkap

Tangan KPK.52

Sedikit mempunyai kemiripan dengan penelitian saya, bedanya

dengan penelitian ini adalah penelitian saya mencari tau apa faktor

penyebab Komisi Pemberantasn Korupsi melakukan Operasi Tangkap

Tangan terhadap Tindak Pidana korupsi. Dan faktor penyebab

diberlakukannya operasi Tangkap Tangan terhadap para Tindak Pidana

Korupsi.

Tesis I G B P Ananda Yoga, Universitas Gadjah Mada, yang

berjudul “Pembaharuan Hukum Pidana Materiil dalam Rangka

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”. Perbedaan dalam Tesis ini

masalah penelitiannya adalah menganalisis dan merumuskan pembaharuan

hukum pidana materiil tindak pidana korupsi terkait dengan jenis-jenis

tindak pidana, sanksi pidana dan pertanggungjawaban pidana dalam

rangka pemberantasan tindak pidana korupsi di masa datang. 53

Penelitian ini menggunkan jenis penelitian hukum normatif yang

didukung data primer bersifat deskriptif, dan bentuk preskriptif. Data yang

digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari data sekunder, primer,

tersier serta data primer berupa wawancara.

Kesimpulan temuan dalam penelitian ini adalah 1. Memaksimalkan

pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia perlu segera diadakan

pembaharuan hukum pidana materiil terkait dengan jenis perbuatannya, 2.

Sanksi tindak pidana dalam UUPTPK tidak lagi memadai, sehingga perlu

dilakukan pembaharuan hukum. 3. Masih belum jelasnya bagaimanakah

pertanggungjawaban terhadap korporasi dalam UUPTPK.

Sangat berbeda beda dengan penelitian saya, membahas tentang

Prosedural Komisi Pemberantasan Korupsi dalam melakukan Operasi

52

Luthvi Febryka Nola, Operasi Tangkap Tangan Oleh KPK, Jurnal Vol.V,

No.24/II/P3DII/Desember/2013

53 I G B P Ananda Yoga, Pembaharuan Hukum Pidana materiil dalam Rangka

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Tesis Tahun 2017

Page 47: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

38

Tangkap Tangan terhadap para tindak pidana korupsi dan faktor penyebab

Komisi Pemberantasan Korupsi melakukan Operasi Tangkap Tangan

terhadap Tindak Pidana Korupsi. Persamaan dalam penelitian ini sama-

sama menyinggung tindak pidana korupsi

Buku Herlambang “Tindak Pidana Penerima Hasil Korupsi”

Perbedaan dalam buku ini berdasarkan Latar Belakang pemikiran dan

kenyataan tidak adanya ketentuan hukum (Kevakuman hukum) yang dapat

dikenakkan terhadap mereka yang menerima manfaat hasil korupsi yang

dilakukan oleh orang lain.54

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk perbuatan

yang dapat dikategorikan sebagai penerima hasil korupsi adalah setiap

orang baik diri sendiri atau bersama-bersama, melakukan perbuatan

menerima manfaat dan atau mendapatkan keuntungan dari suatu yang

diberikan atau dikirimkan kepadanya, yang diketahui atau patut diduga

sebagai hasil tindak pidana korupsi.

Tentu sangat berbeda dengan skripsi saya yang membahas

bagaimana Prosedural Komisi Pemberantasan Korupsi dalam melakukan

Operasi Tangkap Tangan terhadap para tindak pidana korupsi dan faktor

penyebab Komisi Pemberantasan Korupsi melakukan Operasi Tangkap

Tangan terhadap Tindak Pidana Korupsi. Persamaan sama-sama

menyinggung tindak pidana korupsi.

54

Herlambang,Tindak Pidana Penerima Hasil Korupsi,

Page 48: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

39

BAB III

Eksistensi Operasi Tangkap Tangan Komisi Pemberantasan Korupsi

A. Sejarah Komisi Pemberantasan Korupsi1

Rezim berganti rezim, orde berganti orde, partai berkuasa yang

satu berganti dengan partai berkuasa yang lain, korupsi tetap menjadi

masalah yang sulit diatasi sampai saat ini. Korupsi di Indonesia sudah

membudaya sejak dulu, sebelum dan sesudah kemerdekaan. Era Orde

Lama, Orde Baru, berlanjut hingga era Reformasi. Berbagai upaya telah

dilakukan untuk memberantas korupsi, namun hasilnya masih jauh

panggang dari api.

Periode Pra Kemerdekaan di Indonesia, dari catatan sejarah,

kehancuran kerajan-kerajaan besar di Indonesia disebakan perilaku korup

sebagian besar tokoh elite bangsa pada masa itu, sebut saja Sriwijaya yang

hancur karena tidak ada penerus setelah mangkatnya Raja Bala Putra

Dewa dan Majapahit karena perang saudara (Paregreg) setelah

mangkatnya Maha Patih Gajah Mada. Sedangkan kerajaan Mataram di

Jawa Tengah semakin melemah karena ditekan politik pecah belah serta

adanya perjanjian Giyanti pada Tahun 1975 yang membelah dua wilayah

Mataram menjadi kesultanan Yogyakarta dan kesunaan Surakarta. Pada

Tahun 1799 asosiasi dagang VOC (Verenigde Indische Compagnie)

menjadi Verhaan Onder Corruptie, runtuh karena Korupsi.

Priode Pasca Kemerdekaan, pada masa kepemimpinan Soekarno

korupsi merajalela meskipun negara RI baru terbentuk dan belum stabil.

Pada masa ini ada dua badan yang dibentuk untuk pemberantasan korupsi;

PARAN (Panitia Retooling Aparatur Negara) dan “Operasi Budhi”.

Masa Orde Baru, dimasa ini dibentuk Tim Pemberantasan Korupsi

(TPK) sebagai tindak lanjut pidato Pj. Presiden Soharto di depan

DPR/MPR 16 Agustus 1967, karena selalu gagal, maka dibentuk Opstib

1 Masa Kolonial Sampai Era Reformasi, Malang : Dinamika Hukum Universitas Islam

Malang 2001, h.20-25

Page 49: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

40

(Operasi Tertib) yang di komandoni Soedomo. Akhirnya Optsib tidak

bertahan lama, Opstib juga hilang tanpa bekas sama sekali.

Masa Reformasi, korupsi yang ada pada jaman orde baru hanya

melingkar di pusat kalangan elit kekuasaan, dengan adanya desentralisasi

maka semua pemerintahan terjangkit virus korupsi. Usaha pemberantasan

korupsi dilakukan dijaman Presiden Bj. Habibie, Gusdur, Megawati dan

SBY berbagai peraturan dan badan atau lembaga dibentuk diantaranya :

Komisi Penyelidik Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN), Komisi

Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU), Ombudsman, Tim Gabungan

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK). Dari semua lembaga

tersebut hasil tetap tidak berubah.

Perjalan panjang memberantas korupsi seperti mendapatkan angin

segar ketika muncul sebuah lembaga negara yang memiliki tugas dan

kewenangan yang jelas untuk memberantas korupsi, meskipun sebelumnya

ini dibilang terlambat dari agenda yang diamanatkan oleh ketentuan Pasal

43 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana yang telah

diubah dengan Undang-Undang 20 Tahun 2001 yang sekarang Undang-

Undang No 30 Tahun 2002, pembahasan RUU KPK (Rancangan Undang-

Undang Komisi Pemberantasan Korupsi) dapat dikatakan merupakan

bentuk keseriusan pemerintah Megawati Soekarno Putri dalam

pemberantasan korupsi, keterlambatan pembahasan RUU tersebut

dilatarbelakangi oleh banyak sebab, pertama, perubahan konstitusi uang

berimplikasi pada perubahan peta ketatanegaraan, kedua kecenderungan

legislative heavy pada DPR. Ketiga kecenderungan tirani DPR.

Keterlambatan perubahan RUU KPK salah satunya juga disebabkan oleh

persoalan internal yang melanda sistem politik di Indoensia pada era

reformasi.2

KPK adalah sebuah lembaga baru dengan kewenangan yang sering

disebut sebagai lembaga superbody yang memiliki kewenangan ekstra

2 http://acch.kpk.go.id diakses Tanggal 17 Juli 2018 jam 09:34 BBWI

Page 50: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

41

dibanding dengan lembaga lain berdasarkan Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pada

permulaan KPK mendapat sambutan yang cukup baik dari masyarakat.

Berbagai kasus korupsi mampu diselesaikan oleh KPK. Keadaan

mendorong suatu opini publik untuk mempermanen eksistensi KPK.

Bahkan beberapa ahli menyarankan agar kedudukan KPK diatur dalam

konsitusi seperti negara-negara lain seperti Afrika Selatan.3

Tujuan dibentuknya lembaga tersebut adalah untuk meningkatkan

daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana

korupsi yang sudah merajalela keseluruh lapisan masyarakat. Perang

terhadap korupsi merupakan fokus yang sangat signifikasi dalam suatu

negara berdasarkan hukum, bahkan merupakan tolak ukur keberhasilan

suatu pemerintahan. Salah satu yang sangat penting dalam penegakan

hukum dalam suatu negara adalah perang terhadap korupsi, karena korupsi

merupakan suatu penyakit dan merusak sendi kehidupan berbangsa dan

bernegara termasuk perekonomian serta penataan ruang wilayah.

KPK sendiri resmi dibentuk pada Desember 2003 berdasarkan

Undang-Undang Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.

Dalam Undang-Undang tersebut disebutkan bahawa KPK dibentuk karena

lembaga pemerintah yang menangani perkara tindak pidana korupsi.

Gagasan pembentukan KPK sebenarnya diawali oleh Tap MPR

Nomor 11 Tahun 1998 Tentang Pemerintahan yang Bersih dari Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme (KKN). Menindaklanjuti amanat itu, DPR dan

pemerintah kemudian membuat Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Tentang Tindak Pidana Korupsi ketika pembahasan Undang-Undang

itulah, muncul gagasan dari beberapa orang Fraksi PPP, seperti Zein

Badjeber, Ali Marwan Hanan dkk. Mereka mengusulkan untuk menambah

bab tentang KPK.

3 Fitria, Eksistensi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai Lembaga Negara

Penunjang dalam sistem Ketatanegaraan Indonesia , h. 2

Page 51: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

42

Tetapi usulan itu ditolak oleh Fraksi ABRI, argumentasinya adalah

tidak logis menambahkan bab dalam RUU. Tapi soal pembentukan KPK,

mereka setuju, kemudian disepakati amanat pembentukan KPK akan

dimuat dalam aturan peralihan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.

Akhirnya aturan peralihan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

mengamanatkan agar paling lambat 2 tahun setelah Undang-Undang itu

disahkan , KPK sudah dibentuk.

B. Tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi

Tugas dan wewenang KPK terdapat dalam Bab II Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2001 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi pada

Pasal 6- 14, mencakup wilayah yang sangat luas. Menurut ketentuan Pasal

6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2001 Tentang Komisi Pemberantasan

Korupsi tersebut KPK mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :

a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan

pemberantasan tindak pidana korupsi.

b. Supervise terhadap instansi yang berwenang melakukan

pemberantasan tindak pidana korupsi.

c. Melakukan Penyelidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana

korupsi.

d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.

e. Melakukan monitoring terhadap pelanggaran pemerintah negara.

Dalam jurnal Nody Mohede kedudukan, tugas dan wewenang

Komisi Pemberantasan Korupsi:4

a. KPK adalah lembaga negara yang dalam menjalankan tugas dan

wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan

apapun. KPK dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan

hasil guna terhadap Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

b. Dalam menjalanan tugasnya, KPK berdasarkan pada : kepastian

hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum dan

proposionalitas.

Wewenang KPK :

1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan

tindak pidana korupsi.

4 Nody Mohede, Tugas dan Peranan Komisi Pemberantasan Korupsi di Indonesia,

Jurnal Vol.XX/No.1/Januari- Maret 2012, h. 78

Page 52: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

43

2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak

pidana korupsi.

3. Meninta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana

korupsi kepada instani yang terkait.

4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi

yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.

5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak

pidana korupsi.

KPK bewenang melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan

tindak pidana korupsi yang :

1. Melibatkan aparat penegak hukum, penyelengaraan negara, dan

orang lain yang ada kaitannnya dengan tindak pidana korupsi yang

dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara.

2. Mendapatkan perhatian yang meresahkan masyarakat, dan/ atau,

3. Menyangkut kerugian negara paling sedikit 1.000.000.000 (Satu

Milyar).

C. Kelembagaan Komisi Pemberantasan Korupsi

Lembaga negara yang diatur dan dibentuk oleh Undang-Undang

Dasar (UUD) merupakan organ konstitusi, sedangkan yang dibentuk

berdasarkan Undang-Undang merupakan organ Undang-Undang,

sementara yang hanya dibentuk karena keputusan presiden tentunya lebih

rendah lagi tingkat dan derajat perlakuan hukum terhadap pejabat yang

duduk didalamnya. Demikian pula jika lembaga yang dimaksud dibentuk

dan diberi kekuasaan berdasarkan peraturan daerah, tentu lebih rendah lagi

tingkatnya.5

Lembaga negara kerap dipersamakan dengan organisasi negara,

dalam setiap pembicaraan mengenai organisasi negara, ada dua unsur

pokok yang saling berkaitan, yaitu organ dan functie. Organ adalah bentuk

atau wadahnya, sedangkan functie adalah isinya, organ dalam bahasa

inggris form, dalam bahasa jerman vorm, sedangkan functie adalah

gerakan wadah itu sesuai maksud pembentukannya.6

5 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Tata Negara Jilid 1, Jakarta : Konstitusi Press, h. 35

6 Jimly Assiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

Cet, II, Jakarta : Sinar Grafika, 2012, h. 84

Page 53: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

44

Lembaga negara adalah organ negara yang menjalankan fungsi

negara untuk mewujudkan tujuan negara.7 Lembaga negara dapat

dibedakan berdasarkan.

1. Fungsi yang dimilikinya,

2. Kedudukan, atau

3. Peraturan yang menjadi dasar pembentukannya.

Dalam sistem ketatatanegaraan, lembaga negara harus memiliki status dan

wewenang yang jelas. Hal ini untuk menunjukkan keberadaan lembaga

tersebut memang meiliki kedudukan yang jelas dalam ketetanegaraan.

Khususnya di Indonesia, Lembaga negara berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang mebentuknya dapat dibedakan.

1. KPK Lembaga negara yang diberikan wewenang oleh undang-undang

2. Lembaga negara yang dibentuk atau diberi wewenang oleh Keputusan

Presiden.8

Salah satu lembaga negara penunjang yang dibentuk pada era

reformasi di Indonesia adalah KPK. Lembaga ini dibentuk salah satu

bagian agenda pemberantasan korupsi yang merupakan salah satu agenda

terpenting dalam pembenahan tata pemerintahan di Indonesia. Dengan

demikian, kedudukan lembaga Penunjang dalam sistem ketatanegaraan RI,

tidak hanya ditinjau dari Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945,

tetapi juga berdarkan berbagai pendapat para ahli dibidang hukum tata

negara, dengan menjadikan KPK sebagai contoh lembaga negara

penunjang.

KPK adalah lembaga negara yang bersifat independen dan

berkaitan dengan kekuasaan kehakiman tetapi tidak berada di bawah

kekuasaan kehakiman. KPK dibutuhkan sebagai trigger mechanism untuk

7 Ahmad Roestandi, Mahkamah Konstitusi dalam Tanya Jawab, Sekretariat Jenderal

dan Kepaniteraan Mahkamah K onstitusi, Jakarta, h. 53

8 Firmansyah Arifin Et, All, lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan Antar Lembaga

Negara, Konsorium Reformasi Hukum Nasional (KRHN), Jakarta h. 66-67

Page 54: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

45

mendorong lembaga-lembaga penegak hukum yang selain ini belum

berfungsi secara efektif dan efisien dalam memberantas korupsi.

Dengan demikian KPK dapat dikatakan sebagai lembaga negara

pembantu (Auxiliary Organs), secara konseptual, tujuan diadakannya

lembaga negara atau alat-alat kelengkapan negara adalah selain untuk

menjalankan fungsi negara, juga untuk menjalankan fungsi pemerintahan

secara aktual. Dengan kata lain lembaga-lembaga itu harus membentuk

suatu kesatuan proses satu sama lain saling berhubungan dalam rangka

penyelenggaraan negara, fungsi negara atau istilah yang digunakan oleh

Sri Soemantri adalah Actual Govermental Process.9

Dalam hirarki peraturan perundang-undangan disebutkan bahwa

undang-undang sebagai peraturan perundang-undangan yang

kedudukannya dibawah Undang_Undang Dasar. Ketentuan demikian

dapat dipahami dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Pasal 7

Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai berikut :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c. Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

d. Peraturan Pemerintah

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah Provinsi;

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

D. Struktur Organisasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Berdasarkan lampiran Peraturan Pimpinan Komisi Pemberantasan

Korupsi No.PER-08/XII/2018 Tanggal 30 Desember 2008 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja KPK.10

9 Sri Soemantri, Eksistensi Sistem Kelembagaan Negara Pasca Amandemen UUD 1945,

Makalah Proseeding diskusi Publik, Komisi Reformasi Hukum Nasional (KRHN), Jakarta

10https://googleweblight.com/i?u=https://www.kpk.go.id/tentang-kpk/struktur-

organisasi7hl=id-ID diakses pada Tanggal 29 Agustus 2018 Jam 11:30 BBWI

Page 55: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

46

Pimpinan KPK

Pimpinan KPK adalah pejabat negara yang terdiri dari 5 anggota

yakni ketua merangkap Anggota, serta Wakil ketua yang terdiri dari 4

(empat) orang masing-masing merangkap Anggota.

Ketua KPK

Ketua KPK adalah salah satu dari lima pimpinan di KPK. Ketua

Komisi Pemberantasan Korupsi juga merangkap sebagai anggota KPK.

Wakil Ketua KPK

Wakil ketua KPK merupakan pimpinan KPK, wakil ketua KPK terdiri

dari :

1. Wakil Ketua Bidang Pencegahan.

2. Wakil Ketua Bidang Penindakan.

3. Wakil ketua Bidang Informasi dan Data; dan

4. Wakil ketua Bidang Pengawasan dan Pengaduan Masyarakat.

Page 56: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

47

Tim penasihat

Tim penasihat berfungsi memberikan nasihat dan pertimbangan

sesuai dengan kepakarannya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi

dalam pelaksanaan tugas dan wewenang Komisi Pemberantsan Korupsi.

Tim penasihat terdiri dari 4 (empat) anggota.

Pelaksanaan Tugas

Berdasarkan lampiran Peraturan Pimpinan Komisi Pemberantasan

Korupsi No.PER-08/XII/2008 Tanggal 30 Desember 2008 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja KPK, pelaksana tugas KPK terdiri dari :

1. Deputi Bidang Pencegahan

Deputi Bidang pencegahan KPK RI atau Deputi Bidang

Pencegahan KPK adalah unit eselon I di KPK yang mempunyai tugas

menyiapkan rumusan kebijakan dan melaksanakan kebijakan dibidang

pencegahan tindak pidana korupsi. Deputi Bidang pencegahan

dipimpin oleh Deputi Bidang Pencegahan dan bertanggungjawab atas

pelaksana tugasnya kepada Pimpinan KPK.

2. Deputi Bidang Penindakan

Deputi Bidang penindakan KPK RI mempunyai tugas

menyiapkan rumusan kebijakan dan melaksanakan kebijakan di bidang

penindakan tindak pidana korupsi, deputi bidang pencegahan dipimpin

oleh deputi bidang penindakan dan bertanggungjawab atas

pelaksanaanya tugas kepada pimpinan KPK.

3. Deputi Bidang Informasi dan Data

Deputi Bidang Informasi dan Data adalah unit eselon I di KPK

yang mempunnyai tugas menyiapkan rumusan kebijakan pada Bidang

Informasi dan Data. Deputi Bidang Informasi dan Data dipimpin oleh

Deputi Bidang penindakan dan bertanggungjawab atas pelaksanaan

tugas kepada pimpinan KPK.

4. Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat

Deputi Bidang pengawasan Internal dan Pengaduan

Masyarakat adalah unit eselon 1 di KPK yang mempunyai tugas

Page 57: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

48

menyiapkan kebijakan dan melaksanakan kebijakan dibidang

Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat. Deputi ini dipimpin

oleh Deputi Bidang Penindakan dan bertanggung jawab atas

pelaksanaan tugasnya kepada pimpinan KPK.

5. Sekretaris Jenderal Komisi Pemberantasan Korupsi Republik

Indonesia Sekretaris Jenderal KPK RI atau cukup disebut

Sekretarian Jenderal KPK adalah aparatur pemerintah yang dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya berada dibawah dan

bertanggungjawab kepada Pimpinan KPK. Setjen KPK dipimpin oleh

seorang Sekretaris Jenderal diangkat dan diberhentikan oleh Presiden

Republik Indoensia.

E. Peraturan Peundang-undangan yang terkait dengan Komisi

Pemberantasan Korupsi11

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun1981 Tentang Undang-Undang

Hukum Acara Pidana.

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan

Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2002 Tentang Tata cara

Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan

dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi.

6. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Korupsi.

7. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Tindak Pidana

Pencucian Uang.

11

https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/undang-undang-terkait diakses pada Tanggal 10

Agustus 2018 Jam 9:59 BBWI

Page 58: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

49

8. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2005 Tentang Sistem

Managemen Sumber Daya Manusia KPK.

9. Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak

Pidana Korupsi.

10. Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun Tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2005 Tentang Sistem

Managemen Sumber Daya KPK.

11. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimgrasian.

Sejumlah Peraturan Pemberantasan Korupsi antara lain :

a. Organisasi dan tata Kerja Komisi Pemberantasan Korupsi.

b. Pedoman Pelaporan dan Penetapan Status Gratifikasi.

Page 59: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

50

BAB IV

EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DALAM UPAYA

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

A. Faktor Yang Menjadi Penyebab Diberlakukannya Operasi Tangkap

Tangan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi (TPK)

Operasi Tangkap tangan atau yang dikenal dengan OTT menjadi

senjata andalan KPK, prestasi KPK memang ada di bagian OTT, bisa kita

lihat sudah banyak pejabat daerah yang tertangkap basah sedang melakukan

tindakan korupsi atau penyuapan, dibandingkan dengan lembaga hukum

lainnya. Faktor yang menjadi penyebab diberlakukaannya OTT. Pertama,

pejabat daerah masih banyak yang korup. Kedua,‎ ‎lese e‎iai‎ emeie‎ emele‎

aidei‎aemeeeli‎tit.1

Keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi selama 15 tahun terakhir

telah membawa angin perbaikan dalam hal pemberantasan korupsi, namun

memberantas korupsi akan selalu berhadapan dengan reaksi balik dari para

pelaku tindak pidana korupsi. Maka kita bercita-cita Indonesia kedepan lebih

bersih dari praktik korupsi harus mengawal Komisi Pemberantasan Korupsi

menjadi lembaga yang efektif, dan membentanginya dari setiap serangan

balik yang berkehendak melemahkannya atau membubarkannya.

Upaya pemberantasan korupsi bukan persoalan yang mudah, upaya

untuk memberantas korupsi sudah dilakukan sejak pertengahan tahun

1950an, oleh Jaksa Agung Suproto, yang melakukan berbagai tindakan

terhadap para koruptor, dengan upaya pemberantasan korupsi baik secara

preventif maupun secara represif.2 Tindak pidana korupsi yang selama ini

1 https://news.okezone.com/read/2017/06/22/337/1722309/kpk-beberkan-2-faktor-

penyebab-maraknya-ott-terhadap-pejabat-daerah di akses tgl 7 November 2018 Jam 08;00 BBW1

2 Ganjar Laksamana, Laporan Tim Pengkajian tentang Partisifasi Aktif Publik dalam

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, Pusat penelitian dan Pengembangan Sistem Nasional

Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Tahun 20Z15,

h. 2

Page 60: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

51

terjadi secara meluas tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga

merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat

secara meluas, karena itu tindak pidana korupsi digolongkan sebagai

kejahatan yang pemberantasannya harus dilakukan secara luar biasa.3

Pemberantasan korupsi merupakan salah satu agenda penting

pemerintah dalam rangka membersihkan dari Korupsi, Kolusi, dan

Nepotisme. Korupsi merupakan kejahatan luar biasa dan sistematis sehingga

diperlukan upaya yang luar biasa pula dalam memberantasnya. Upaya

pemberantasan korupsi di Indonesia pada dasarnya dimulai sejak tahun 1957,

dalam perjalannya, upaya tersebut merupakan sebuah proses pelembagaan

yang cukup lama dalam penangan korupsi, upaya-upaya tersebut :4

a. Operasi Militer khusus dilakukan pada tahun 1957 untuk memberantas

korupsi di bidang logistik.

b. Dibentuknya tim Pemberantasan Korupsi (TPK) pada tahun 1967 dengan

tujuan melaksanakan pencegahan dan pemberantasan korupsi.

c. Pada Tahun 1970 dibentuk tim advokasi yang lebih dikenal dengan nama

tim empat, yang bertugas memberikan rekomendasi penindakan korupsi

kepada pemerintah.

d. Operasi Penerbitan (Opstib) dibentuk pada tahun 1977 untuk memberantas

korupsi melalui aksi pendisplinan administrasi dan operasional.

e. Pada tahun 1987 dibentuk Pemsus Restitusi yang khusus menangani

pemberantasan korupsi dibidang pajak.

f. Pada tahun 1999 dibentuk tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi (TGPTPK) dibawah naungan kejaksaan Agung, pada tahun yang

sama juga dibentuk Komisi Pemeriksa Kekayaan Pejabat Negara

(KPKPN).

3 Hariadi Kartodiharjo, Lingkaran Korupsi Sumber Daya Alam, Prisma Vol, 37, No,3,

2018 h. 113

4 Achmad Badjuri, Peranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai Lembaga

Anti Korupsi di Indonesia, Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE) Vol.18,No.1 Maret 2011, h. 87

Page 61: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

52

Pemberantasan korupsi memerlukan kemauan politik luar biasa

sehingga Presiden sebagai kepala negara menjadi figure penting dalam

menggerakkan dan mengkoordinasikan peran Polisi, Kaksa, pengadilan dan

KPK menjadi keutamaan yang dahsyat, sehingga praktek KKN dapat

dipersempit ruang geraknya melalui cara-cara penegakan luar biasa dan

terpadu.

Penindakan korupsi tetap dilanjutkan sebagai salah salah satu upaya

untuk menimbulkan efek jera kepada pelaku dan efek pencegehan bagi orang

lain, sejarah membuktikan pemberantasan korupsi yang dilakukan hanya

dengan penindakan dan tidak disertai pencegahan berupa perbaikan sistem

tidak akan pernah memberantas korupsi dengan baik.

Penanganan korupsi selama ini mengahadapi berbagai hambatan

serius. Pertama, hambatan struktural, yaitu hambatan yang bersumber dari

praktik-praktik pelanggaran negara dan pemerintahan yang membuat

penanganan tindak pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Termasuk dalam kelompok ini diantaranya meliputi egoisme sektoral dan

institusional yang menjurus pada pengajuan dan sebanyak-banyaknya untuk

sektor dan instansinya tanpa memperhatikan kebutuhan nasional secara

keseluruhan serta berupaya menutup-nutupi penyimpangan-penyimpangan

yang terdapat di sektor dan instansi yang bersangkutan belum efektif,

lemahnya koordinasi antara aparat penegakan hukum, serta lemahnya

pengendalian intern. Kedua, hambatan kultural, yaitu hambatan yang

bersumber dari kebiasaan yang berkembang di masyarakat.5

Termasuk dalam kelompok ini diantaranya meliputi : masih adanya

sikap sungkan dan toleran diantara aparatur pemerintah yang dapat

menghambat penanganan tindak pidana korupsi, kurang terbukannya

pimpinan instansi sehingga sering terkesan toleran dan melindungi pelaku

korupsi, campur tangan eksekutif dalam penangan tindak pidana korupsi,

5 Agung Djoyokarto, Fiani Sadiawati, Hera Setiawati, Membangun Sistem Integritas

dalam Pemberantasan Korupsi di Daerah, 2008, Jakarta : kemitraan, h. 51

Page 62: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

53

rendahnya komitmen untuk menangani korupsi secara tegas dan tuntas, serta

sikap masa bodoh sebagian besar masyarakat terhadap upaya pemberantasan

korupsi. Ketiga, hambatan instrumental yaitu bersumber dari kurangnya

instrumen pendukung dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang

membuat penangan tindak pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana

mestinya. Empat, hambatan manajemen, yaitu hambatan yang bersumber dari

diabaikannya atau tidak diterapkannnya prinsip-prinsip manajemen yang baik

yang membuat penangan tindak pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana

mestinya.6

Menurut wakil ketua KPK Laoede M Syarif ada empat hal utama

yang dilakukan KPK untuk pencegahan7. Pertama, upaya perbaikan dalam

pengadaan barang dan jasa pemerintah, agar lebih akuntabel dan transparan.

Sektor ini menurut KPK rawan terjadinya tindak pidana korupsi, pengadaan

barang dan jasa memakai layanan e-procurement agar akuntabel dan

transparan. Kedua, KPK membantu melakukan perbaikan masalah perizinan,

sistem prizinan harus satu pintu agar mudah untuk dikontrol. Sistem yang

sudah berjalan juga harus diperbaiki agar akuntabel dan transparan.

Ketiga, dalam sistem penangan harus ada sistem e planning dan e

budgeting, hal itu terjadi untuk mencegah mark up yang biasa terjadi pada

saat perencanaan anggaran. Misalnya seharusnya penggaran barang dan jasa

Rp 4 Milyar, karena dipikir harus ada fee untuk kepala daerah, akhirnya jadi

mark up lebih mahal. Dengan sistem e-planning dan e-budgeting hal ini

dihemepiea‎ bile‎ dicegeh.‎ “sayangnya sampai hari ini belum semuanya

menerapkan itu.

6 Agung Djoyokarto, Fiani Sadiawati, Hera Setiawati, Membangun Sistem Integritas

dalam Pemberantasan Korupsi di Daerah, h.51

7 https://nasional.kompas.com/read/2017/17480601/empat-hal-yang-diupayakan-kpk-

untuk-mencegah-korupsi diakses pada 31 Agustus 2018 Jam 09:40 BBWI

Page 63: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

54

Keempet, yakni penguatan peran Aparat pengawasan intern

pemerintah (APIP), sekarang ini, APIP punya tugas melapor ke kepala derah,

APIP juga masih dibawah kepala daerah, hal ini dinilai masih kurang efektif,

karena KPK bekerja sama dengan Kemendagri membuat peraturan baru,

supaya inspektorat di kabupaten kota dan provinsi itu adalah perwakilan

kemendagri, sehingga APIP nantinya bukan lagi lapor ke Bupati atau lapor ke

Gubernur, sebernya awalnya mau lapor ke Presiden atau DPKP tapi undang-

undangnya harus diubah dan lama.

Berbagai upaya atau startegi yang dilakukasn untuk memberantas

korupsi yang dikembangkan oleh United Nations yang dinamakan The

Global Program Againt Corruption dan dibuat dalam bentuk United Nations

Anti Corruption Toolkit :8

a. Pembentukan lembaga Anti Korupsi

b. Untuk memberantas korupsi salah satu cara adalah dengan membentuk

lembaga yang independen yang khusus menangani kasus korupsi, dan di

Indonesia lembaga tersebut dinamakan Komisi Pemberantasan korupsi

(KPK).

c. Memperhatikan dan memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari

tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga permasyarakan.

d. Di tingkat departemen, kinerja lembaga-lembaga audit seperti Inspektoral

jenderal harus ditingkatkan. Selama ini ada kesan bahwa lembaga ini sama

leiesi‎ „aidei‎ puaye‎ gigi‟‎ ietika berhadapan dengan korupsi yang

melibatkan pejabat tinggi.

e. Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik adalah salah satu cara

untuk mencegah korupsi, salah satu cara menghindari praktek suap

menyuap dalam rangka pelayanan publik adalah dengan mengumumkan

secara resmi biaya yang harus dikeluarkan oleh sesorang usaha atau ijin

mendirikan bangunan (IMB).

f. Memperbaiki dan memantau kinerja pemerintah daerah. Sebelum otonomi

daerah diberlakukan, umunya semua kebijakan dari pemeintah pusat.

8 Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi, 2017, h. 93-94

Page 64: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

55

g. Hati- hati dalam memilih calon dalam pemilihan umum.

Korupsi sebagai kejahatan yang luar biasa (extra ordinary crime)

karena itulah memerlukan upaya yang luar biasa pula untuk memberantasnya.

Upaya korupsi yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu penindakan, dan

pencegahan tidak akan pernah berhasil optimal jika hanya dilakukan oleh

pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta masyarakat. Oleh karena itu

mahasiswa bagian dari masyarakat merupakan pewaris masa depan

diharapkan dapat terlibat aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di

Indonesia.

Sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi Presiden

Republik Indonesia telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun

2012 Tentang Stranas PPK jangka Panjang 2012-2025 dan Stranas jangka

menengah tahun 2012 -2014, sebagai tindak lanjut atas rumusan strategi

tersebut pemerintah menyusun aksi pencegahan dan pemberantsan korupsi

yang di impelementasikan dan dievaluasi setiap tahun. Dalam rencana aksi

pencegahan dan pemberantasan korupsi (Renaksi PPK) tersebut. Presiden

secara tegas menginstruksikan kepada semua jajaran pemerintahan baik di

tingkat nasional maupun tingkat daerah (Gubernur dan Bupati/Walikota)

untuk mengimplementasikan Stranas PPK.

Seharusnya korupsi dapat dicegah dengan kejujuran, diberantas

dengan penegakan hukum yang efektif. Namun pendidikan kejujuran kita

sendiri sudah koruptif. Berbohong, menyontek, berlaku curang adalah bagian

dari tingkah perilaku yang masih marak kita dengar dibanyak pemberitaan.

Di sisi lain, pilar pemberantasan korupsi juga mandul, praktik korupsi juga

mewabah dengan luas pada profesi penegakan hukum. Dapat kita simpulkan

bahwa upaya pemberantasan korupsi harus dilihat dari sisi kuantitasnya, jika

hanya dilihat dari kualitasnya, maka kasus korupsi besar bisa terabaikan.

Bangsa ini sedang dilanda bencana korupsi yang amat dahsyat,

korupsi merebak disegala aspek kehidupan dan merusak kehormatan tatanan

sosial. Hal ini tentu sangat ironis sekali, mengingat bangsa ini dikenal sebagai

bangsa yang religious, penuh rumah ibadah dan ramainya hari keagaaman

Page 65: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

56

ternyata berbanding terbaik dengan realitas korupsi yang semakin menjadi-

jadi.

Tidak dipungkiri, banyak sistem di Indonesia yang justru membuka

celah terjadinya Tindak Pidana Korupsi, misalnya prosedur publik yang

menjadi rumit, sehingga memicu terjadinya penyuapan. Tidak saja yang

berkaitan dengan pelayanan publik, tetapi juga perizinan, pengadaan barang

dan jasa, dan sebagainya. Dengan hal tersebut harus dilakukan perbaikan,

karena sistem yang baik, bisa meminimalisir terjadi praktek tindak pidana

korupsi, dengan penataan layanan publik melalui koordinasi dan supervisi

pencegahan serta mendorong transparansi penyelenggara negara.

Undang-Undang Nomor Pasal 6 No 30 Tahun 2002 Tentang

Komisi Pemberantsaan Korupsi ada 5 tugas yang dilakukan KPK. Pertama,

KPK melakukan koordinasi dengan intansi yang berwenang melakukan

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Kedua, KPK dapat melakukan upaya

supervisi atau pendampingan terhadap instansi yang berwenang melakukan

pemberantasan tindak pidana korupsi. Ketiga, KPK melakukan penyelidikan,

penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana. Keempat, KPK kemudian

melakukan tindakan pencegahan tindak pidana korupsi, tekhir yakni

melakukan mentoring terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Tugas dan kewenangan yang dimiliki KPK sebagai lembaga yang

independen negara yang cukup luas mencakup banyak hal tersebut tidak

berbanding lurus dengan munculnya kasus korupsi di Indonesia. Kasus,

korupsi Indonesia sudah merjalela ini merupakan masalah serius, teorganisir

yang telah menimbulkan masalah dan ancaman serius. Secara

konstitusionalitas kesejahteran rakyatlah merupakan hak asasi manusia yang

harus diwujudkan oleh pemerintah sebagai penyelenggara negara, salah satu

upayanya adalah pemanfaatan sumber daya alam yang ada, dalam

pemenfaatannya sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.9

9 Ridwan, Peningkatan Kesejahteraan Rakyat melalui Pendekatan Ekonomi Kerakyatan

di Kabupaten Serang”,‎ Majalah Dinamika, Vol.34.No.4,2009, h. 32

Page 66: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

57

Korupsi yang dilakukan oleh orang yang mempunyai kuasa pada

intinya dilakukan oleh lemah kontrol sosial lingkungan sosial yang

membentuknya demikian.10

Dampak korupsi yang dilakukan oleh para

koruptor sangat berdampak buruk, yang hasilnya rakyat yang menjadi

korban, untuk itulah peran masyarakat juga dibutuhkan dalam pencegahan

Tindak Pidana Korupsi (TPK) sangat dibutuhkan dan memiliki peran penting

sebagai bentuk dari kontrol sosial, tingginya kontrol sosial akan mampu

mempersulit ruang gerak bagi korupsi dan memperlebar ruang anti korupsi.

Dapat kita ketahui bahwa, KPK merupakan lembaga yang bersifat ad

hoc dalam melaksanakan fungsi pemberantasan korupsi. Pembentukan KPK

berdasarkan alasan yang kuat, bahwa penegak hukum Polri dan Kejaksaan

tidak berdaya dalam pemberantasan korupsi, dalam aspek peraturan

perundang-undangan, KPK tidak menemui kendala yang berarti. Undang-

Undang yang sangat efektif untuk melakukan tindakan memberantas

korupsi.11

Bisa kita lihat diawal 2018 KPK beberapa kali melakukan OTT

diataranya :12

1. Bupati Subang Imas Aryuningsih

KPK sudah menetapkan bupati subang, Imas Ayu Ningsih,

sebagai tersangka kasus suap terkait pengurusan izin dari dua perusaan di

Subang, Jawa Barat, sebelumnya tim KPK menjaring delapan orang, satu

diantaranya adalah Bupati Subang (14/2/2018) dini hari. OTT yang

melibatkan Bupati Subang, Penyidik Pemberantasan Korupsi menemukan

uang sebesar Rp 337.378.000 yang berasal dari beberapa orang.

10

Topo Sentoso dan Eva Achzani Zulfa, Krimonologi, Jakarta :Radja Grafindo Persada,

2003, h. 23

11 Suharyo, Optimalisasi Pemberantasan Korupsi dalam Era Desentralisasi di Indonesia,

Vol.3, No.3 Desember 2014, h. 377

12 http://wartakota.tribunnews.com/2018/02/15/inilah-7-pejabat-yang-tertangkap-tangan-

kpk-diawal-2018 diakses pada 2 September 2018 Jam 18:46 BBWI

Page 67: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

58

Jumlah tersebut merupakan total dari pengumpulan barang bukti

tim KPK di tiga tempat di Rest Area Cileunyi Bandung mengamankan

data dan mengaman uang Rp 62.278.000. dari tangan kepala bidang

Perizinan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(DPMPTSP) Asep Santika Rp 225.050.000 dan sementara dari Kepala

Seksi Pelayanan Perizinan DPMPTSP, Sutiana diamankan uang senilai

Rp 50 Juta.

Uang tersebut diduga untuk memuluskan perizinan pendirian

pabrik di lingkungan Pemerintah Kabupaten Subang Jawa Barat, izin

tersebut diajukan dua perusahaan yaitu PT.ASP dan PT.PBM senilai

Rp.1,4 Miliar.

2. Bupati Ngada, Nusa Tenggara Timur, Marianus Sae

Bupati Ngada, Marianus sae, yang terjaring dalam OTT Komisi

Pemberantasan Korupsi diketahui maju dalam Pilkada Nusa Tenggara

Timur (NTT), KPK menduga aliran suap dari Direktur PT.Sinar 99

Permai, Wihemus Iwan Ulumbu tersebut akan digunakan untuk biaya

kampanye oleh Marianus.

Wakil ketua KPK, Basaria Panjaitan mengatakan prediksi dari tim

kemungkinan besar dia butuh uang untuk kampanye, namun Basaria

belum dapat memastikan hal tersebut. Saat ini tim dari KPK masih

menelusuri aliran dana dari Marianus untuk biaya Pilkada.

3. Bupati Hulu Sungai Tengah (HST) Abdul Latif

Mengawali Tahun 2018, KPK bergerak cepat melakukan OTT

(Operasi Tangkap Tangan) Kepala Daerah, kali ini KPK menangakap

Bupati Hulu Sungai Tengah Abdul Latif dan sejumlah orang Hulu Sungai

Tengah Kalimantan Selatan, dan Surabaya, Jawa Timur (3/1/2018)

hingga kamis (4/1/2018) Juru Bicara KPK Febri Diansyah menjelaskan

bahwa kedua Operasi Tangkap Tangan itu masih dalam satu perkara,

Bupati ini diduga melakukan praktik dugaan suap di HST.

4. Bupati Halmahera Timur Rudi Erawan

Page 68: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

59

KPK menetapkan Bupati Halmahera Timur Rudi Erawan sebagai

tersangka kasus suap proyek Kementrian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat tahun 2016, penetapan tersangka tersebut disampaikan

Wakil Ketua KPK Saut Situmorang dalam Jumpa Pers di gedung KPK

Kuningan Jakarta.

Saut menyatakan, Rudi Erawan ditetapkan menjadi tersangka

setelah KPK melakukan pengembangan penyidikan kasus tersebut,

dalam kasus ini KPK sudah memproses 10 orang baik dari unsur swasta,

pemerintahan, maupun DPR. Sebagian sudah diproses hingga

pengadilan, Saut mengatakan, selaku Bupati, Rudi menerima hadiah atau

janji suap yang bertentangan dengan kewajibannya.

Suap diduga diberikan mantan Kepala Bali Pelaksana Jalan

Nasional (BPJN) IX Maluku dan Maluku Utara Amran HI Mustary.

Amran disuga menerima sejumlah uang pada Proyek di PUPR tersebut

dari beberapa kontraktor, salah satunya Dirut PT WTU Abdul Khoir.

5. Bupati Kabumen, Mohammda Yahya Fuad

KPK menetapkan Bupati Kabumen sebagai tersangka, Fuad

diduga menerima suap dan gratifikasi terkait sejumlah Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2016. MYF bersama HA

diduga menerima hadiah atau janji terkait pengadaan barang dan jasa

yang menggunakan APBD Kabupaten tahun 2016, ujar Juru Bicara KPK

Febri Diansyah di Gedung KPK, menurut KPK Fuad menerima Suap

bersama Hojin senilai Rp 2,3 Miliar. Suap tersebut terkait proyek

pengadaan barang dan jasa yang anggarannya diperoleh APBD

Kabupaten Kebumen.

6. Gubernur Jambi Zumi Zola

Wakil ketua KPK, Basaria Panjaitan, mengungkapkan bahwa

Gubernur Jambi, Zumi Zola diduga menerima hadiah atau janji sebesar

Rp 6 Miliar dari sejumlah proyek yang ada di Provinsi Jambi. Jumlah

gratifikasi yang diterima Zumi Zola sekitar 6 milar, Zumi Zola sendiri

ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penerimaan hadiah atau janji

Page 69: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

60

terkait sejumlah proyek di Provinsi Jambi bersama dua tersangka lainnya

yakni ARN (Kabid Bidang Bina Marga Jambi) dan Arfan (Kadis PUPR

Jambi). Atas kedua tersangka tersebut disangkakan melanggar Pasal 12 b

atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan

Juncto Undang-Undang Nomor 20 Juncto Pasal 55 Ayat (1) KUHP.

7. Bupati Jombang Nyono Suharli Wihandoko

KPK mengamankan Bupati Jombang ini dalam Operasi Tangkap

Tangan, KPK telah menetapkan Nyono sebagai tersangka dan seorang

lainnya yakni pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Pemkab

Jombang Inna Silestyowati. Semuanya diamankan bersama lima orang

lainnya yakni, Kepala puskesmas perak sekaligus bendahara penguyuban

puskesmas sejombang Oisatin (OST). Kepala penguyuban puskesmas

sejombang Didi Rijadi, Ajudan Bupati Jombang Munir, serta S, dan A.

Bupati Jombang ini ditangkap saat tengah berada di sebuah restoran siap

saji di Satisun Solo Balapan, saat sedang menunggu kereta yang akan

membawanya kejombang. Ia ditangkap dengan uang sitaan sebesar Rp

25.550.000 dan US$ 9.500.

Dari beberapa kasus diatas ada kosus korupsi yang lebih

mengejutkan yang terjadi dikota Malang, sebanyak 41 dari 45 Anggota

DPRD Kota Malang Jawa Timur, ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK

dalam kasus dugaan suap pembahasan APBD-P Pemkot Malang Tahun

Anggaran 2015. Kasus ini mengkhawatirkan dan menjadi cerminan

kejahatan korupsi dilakukan secara massal. Pasalnya, selain anggota DPRD

sebagai pihak legisaltif, kepala daerah dan pejabat pemerintahan daerah

selaku eksekutif ikut terlibat.13

Sering kita saksikan setiap saat berita-berita yang memaparkan

tentang kedzaliman para pejabat negeri ini tentang tindak pidana korupsi

yang mereka lakukan sudah sangat melanggar norma-norma Agama dan

13

https://nasional.kompas.com/read/2018/09/04/08512451/kasus-dprd-kota-malang-

korupsi-massal-yang-mengkhawatirkan diakses pada 31 September 2018 Jam 07: 30 BBWI

Page 70: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

61

norma-norma hukum dan peraturan di negeri ini. Dalam Al- Qum‟ea‎

terkandung mengenai larangan korupsi sebagaimana tercantum pada Surah

Q.S Ali-Imran ayat 161 :

Artinya : “Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan

harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan

rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa

apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap diri akan diberi

pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan)

setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.” ( Ali Imran : 161 )

Q.S Al-Baqarah ayat 188

Artinya : “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta

sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan

(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu

dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan

(jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui."( Al-Baqarah :188)

Banyaknya kasus Operasi Tangkap Tangan yang dilakukan KPK

jelas bahwa KPK didirikan untuk memberantas korupsi di Indonesia, KPK

sebagai lembaga Superbody belum ada organ pemberantasan korupsi yang

sangat powerfull seperti KPK, KPK berwenang menyadap pembicaraan

telepon, mencekal orang yang hendak berpergian keluar negeri, meminta

informasi dari Bank, memblokir rekening bank, meminta terduga korupsi

untuk diberhentikan untuk sementara, memperoleh data dari kantor pajak,

memberhentikan transaksi bisnis, meminta bantuan Interpol dan kepolisian

serta lembaga lainnya melakukan penangkapan dan penahanan.

Baik tersurat maupun tersirat tak bisa dibantah bahwa Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga superbody mengharapkan

Page 71: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

62

bahwa gebrakan KPK akan spektakuler, tanpa takut dan tak kenal mundur,

dan pada akhirnya akan menyapu bersih korupsi di Indonesia. harapan itu

bisa dilihat dari dua pengertian, yaitu dari sisi membasmi semua tikus

korupsi, baik besar maupun kecil. Disi lain membangun sistem tata kelola

pe emiaaehea‎ yeag‎ beii,‎ yeag‎ lese e‎ iai‎ iiae‎ ieaes‎ lebegei‎ “good

governance”14

Tujuan utama dilakukan pemberantasan korupsi disuatu negara

umunya adalah menjadikan negara tersebut sebagai negara yang bersih

dari perilaku koruptif warga negraranya, sekaligus menghilangkan

persepsi sebagai negara terkorup, naik turunnya CPI secara tidak langsung

menunjukkan fluktuasi efektivitas pemberantasan korupsi di suatu negara.

Adanya lembaga independen sejenis KPK diasumsikan akan

meningkatkan efektivitas pemberantasan korupsi yang pada akhirnya

mampu memperbaiki persepsi akan tingkat korupsi di suatu negara.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh Lembaga Independen ini

dalam membersihkan suatu negara dari penyakit korupsi amat tergantung

kepada faktor utama yang berpengaruh, misalnya dukungan politik dan

dukungan masyarakat. Dapat kita simpulkan bahwa Komisi

Pemberantasan Korupsi melakukan Operasi Tangkap Tangan dalam

upaya pemberantasan tindak korupsi yang dilakukan para korupor yang

rakus dan tidak bersyukur atas apa yang telah mereka miliki hingga

mempunyai nafsu untuk maling uang rakyat dengan kesempatan dan

jabatan yang mereka miliki. Jika KPK tidak melakukan Operasi Tangkap

Tangan terhadap pelaku tindak pidana korupsi, maka lembaga itu akan

dinilai membiarkan akan terjadinya korupsi.

B. Prosedural Operasi Tangkap Tangan yang dapat dilakukan Komisi

Pemberantasan Korupsi terhadap Tindak Pidana Korupsi (TPK)

14

Todung Mulya Lubis, Peta Korupsi : Jalan Berlubang di mana-mana, Prisma Vol,37

No.3, 2018, h.83

Page 72: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

63

Prosedur yang digunakan KPK dalam melakukan operasi tangkap

tangan ada dua teknik yaitu teknik penyadapan dan penjebakan. Penyadapan

di Indonesia memang sudah sering dilakukan, karena penyadapan memang

selalu dibutuhkan untuk dijadikan salah satu jenis alat bukti di Pengadilan

mengenai suatu tindak pidana, pembuktian sangat dibutuhkan dalam

menentukan apakah suatu perbuatan itu termasuk dalam perbuatan pidana

atau bukan hal ini juga berkaitan dengan pembuktian negatif yang dianut oleh

indonesia, yaitu sistem pembuktian yang menitik beratkan pada hakim dalam

mengambil keputusan tentang salah satu atau tidaknya seorang terdakwa

berdasarkan alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang dan ditambah

keyakinan (nurani) hakim sendiri.15

Hasil rekaman dari penyadapan tidak dapat menjadi alat bukti, namun

informasi dalam rekaman hasil penyadapan tersebut terbukti sangat efektif

untuk dapat memperoleh alat bukti menurut KUHAP sehingga mampu

mengungkap adanya tindak pidana korupsi. Sebagian pihak menganggap

bahwa penyadan adalalah pelanggaran hukum, bahkan justru dianggap

sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia karena orang merasa dizalimi

dengan adanya penyadapan KPK tersebut.

Rekaman ini mempunyai kekuatan pembuktian berdasarkan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, karena hasil

penyadapan tersebut merupakan bagian dari informasi elektronik, sehingga

hasil penyadapan tersebut merupakan bagian dari informasi elektronik,

sehingga penyadapan menjadi alat bukti yang sah secara hukum sebagaina

ditegaskan dalam Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang ITE, selain itu disebut

pula dalam Pasal 5 Ayat (2) Undang-Undang ITE bahwa hasil penyadapan

sebagai informasi elektronik yang dianggap sah secara hukum sebagai alat

bukti merupakan perluasan dari ketentuan alat bukti sesuai hukum acara yang

berlaku, dalam Pasal 284 KUHAP, khususnya sebagai alat bukti petunjuk,

sehingga hasil penyadapan yang dilakukan oleh KPK memiliki kekuatan

15

Hari Sasangka, Lily Rosita, Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana, Bandung :

Mandar Maju, 2003, h. 3

Page 73: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

64

pembuktian menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum

Acara Pidana (KUHAP) yang dimaksudkan.

Dalam rangka pemberantasan korupsi, Undang-Undang yang

memberi kewenangan Kepada KPK untuk melakukan penyadapan,

sebagaimana diatur dalam Pasal 12 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi yang menyatakan

behee‎ :‎ “dese ‎ eseileaeiea‎ augel‎ peayesidiiea,‎ peayidiiea,‎ dea‎

penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf huruf c, Komisi

Pemberantasan Korupsi berwenang : a. melakukan penyadapan dan merekan

pe bicemeea”,16

Tetapi dalam Undang-Undang tersebut, tidak menjelaskan dengan

rinci mekanisme dan batasan mengenai pelaksanaan penyadapan tersebut.

Berbeda dengan Pasal 31 Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Terorisme sebagaimana telah disahkan sebagai Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang No.1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Terorisme telah diatur secara rinci pelaksanaannya sebagai berikut :

1) Berdasarkan bukti permulaan yang cukup sebagaimana dimaksud dalam

pasal 26 Ayat (4), penyidik berhak :

a) Membuka, memeriksa, dan menyita surat dan kiriman melalui pos

atau jasa pengiriman lainnya yang mempunyai hubungan dengan

perkara tindak pidana terorisme yang sedang diperiksa.

b) Menyadap pembicaraan melalui telepon atau alat komunikasi lain

yang digunakan untuk mempersiapkan, merencanakan, dan

melakukan tindak pidana terorisme.

2) Tindakan penyadapan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) huruf b,

hanya dapat dilakukan atas perintah Ketua Pengadilan Negeri untuk

jangka waktu paling lama 1 Tahun.

3) Tindakan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat (2) harus

dilaporkan atau dipertanggungjwabakan kepada atasan penyidik.

16

Citra Mandiri, Himpunan Peraturan Perundang-udangan Republik Indonesia, Jakarta

: CV.Citra Mandiri (Jilid III), 2002, h. 245

Page 74: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

65

Kewenangan penyadapan oleh KPK menuai banyak kontropersi

protes dari kalangan DPR RI hingga para koruptor yang terjaring

penyadapan, koruptor berdalih mengatakan bahwa penyadapan yang

dilakukan KPK adalah melanggar Hak Asasi Manusia, Pasal 7 Ayat (1) UUD

1945 semua orang mempunyai hak atas kebebasan dan keamanan pribadi.

Tentu tidak sembarangan penyadapan yang dilakukan KPK karena ini

menyakut Hak Asasi Manusia yang kita tahu bahwa hak harus dijunjung

tinggi.

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Agus Raharjo menjelaskan

rangkain proses Operasi Tangkap Tangan (OTT) termasuk penyadapan, Agus

menjelaskan, KPK bertugas menangani kasus yang di dalamnya terdapat

penyelenggara negara, ketika Direktorat Pengaduan masyarakat (DIT Dumas)

KPK mendapatkan aduan, maka pengumpulan bahan keterangan (Pulbaket),

saat tim pulbaket bekerja dan ditemukan bukti permulaan kuat akan adanya

indikasi transaksi, maka mereka melaporakn ke pimpinan KPK. lalu

pimpinan KPK melakukan gelar perkara, baru dikeluarkan sprindik (surat

perintah penyelidikan).

Wakil ketua KPK Basaria Panjaitan mengatakan, direktorat

penyidikan tidak bisa mengintervensi direktorat penyelidikan, saat tingkat

penyelidikan, tentu kewenangan berada direktorat penyelidikan, sedangkan

ditingkat penyidikan, kewenangan berada di direktorat penyidikan, namun

kata Basaria didalam suatu satgas itu ada penyelidik, penyidik dan jaksa.17

Sebelum KPK melakukan penyadapan terlebih dahulu KPK

melakukan :

1. Penyelidikan

Penyelidik adalah penyelidik KPK yang diangkat dan diberhentikan oleh

Komisi Pemberantasan Korupsi (Pasal 43 Ayat (1) Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 jika penyelidik dalam melakukan penyelidikan

17

Baca lebih jelas https://www.jpnn.com/news/kpk-beberkan-cara-lakukan-ott diakses

pada 12 September 2018 Jam 09:00 BBWI

Page 75: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

66

menemukan bukti permulaan yang cukup adanya tindak pidana korupsi

dalam waktu paling lambat tujuh hari kerja terhitung sejak tanggal

ditemukan bukti permulaan yang cukup dianggap telah ada apabila

ditemuka sekurang-kurang 2 alat bukti. Namu jika penyelidik tidak

menemukan bukti permulaan yang cukup maka penyelidik melaporkan ke

KPK, dan KPK menghentikan penyelidikan, dan jika KPK berpendapat

bahwa perkara itu diteruskan maka KPK melaksanakan penyelidikan

sendiri atau dapat melimpahkan perkara tersebut kepada penyidik

kepolisian atau kejaksaan.

Konsep peneyelidikan yang ideal dari aspek hukum dalam

pemberantasan korupsi sebagai berikut :18

a. Pendidikan hukum dan penelitian hukum memadai bagi penyidik,

dilakukan secara periodik dan terstruktur serta dinamis mengikuti

perkembangan kejahatan korupsi itu sendiri.

b. Organisasi profesi hukum, memiliki visi dan misi yang sama dalam

pemberantasan tindak pidana korupsi, dengan demikian, dalam

prosedur dan sistem kerja yang dibangun mendukung proses

penegakan hukum yang dilakukan oleh penyidik.

c. Orientasi kerja birokrasi penyidik polri, tidak ditentukan dengan target

tertentu atau ABS, akan tetapi mengacu pada due procces of law

dengan mengedepankan profesionalisme, transparasi dan akuntabilitas.

d. Etika profesi hukum tetap harus dikedepankan dengan didasarkan pada

konsep civilian police (polisi sipil) yang humanis dan religious.

e. Dana pembangunan di bidang hukum memadai serta mengakomodir

semua perkara yang ditangani.

f. Koordinasi antar aparat penegak hukum, sinergis dan harmonis dalam

suatu sistem yang integral.

g. Koordinasi dengan instansi pemerintah lainnya juga terbangun secara

sinergis dan harmonis, namun tetap independen (tanpa interpensi)

18

M Aris Purnomo, Eko Soponyono, Rekonseptualisasi Penyidikan Tindak Pidana

Korupsi oleh Polri dalam Rangka Efektivitas Pemberantasan Korupsi, Vol.11, No.2, 2015, h. 236

Page 76: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

67

h. Sarana dan prasarana yang memadai hingga pelosok-pelosok daerah

diseluruh indonesia.

i. Tidak ada tumpang tindih kewenangan antar penyidik, tetapi institusi

penyidik integral, sinegis, dan harmonis.

j. Kesatuan Penafsiran masing-masing institusi penyidik, dalam satu visi

dan misi yang integral, saling melengkapi dan saling mendukung.

2. Penyidikan

Penyidik adalah penyidik pada KPK yang diangkat dan diberhentikan

oleh KPK Pasal 45 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002.

Penyidik melaksanakan fungsi penyelidikan tindak pidana korupsi. Atas

dasar dugaan yang kuat adanya bukti permulaan yang cukup.

Sedangkan dalam Pasal 1 KUHAP dinyatakan bahwa penyidik

adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau pegawai negeri sipil

tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk

melakukan penyidikan.

3. Penuntutan

Penuntut adalah penuntut umum di KPK yang diangkat dan diberhentikan

oleh KPK. Penuntut adalah jaksa penuntut umum. Penuntut umum,

setelah menerima berkas perkara dari penyidik, paling lambat 14 (empat

belas) hari kerja wajib melimpahkan berkas perkara tersebut kepada

pengadilan negeri. Wewenang penyadapan dilakukan dalam proses

penyidikan, penyelidikan dan penuntutan sesuai Pasal 12 huruf (a).

perlunya penyadapan melalui media rekaman dan media lainnya ini

melihat dari realita yang ada bahwa pelaku tindak pidana korupsi telah

semakin canggih dalam menjalankan perbuatan korupsi. Oleh sebab itu

kebijakan penyadapan yang dimilki KPK harus didukung oleh semua

pihak.

Bentuk tindakan dan wewenang yang diberikan undang-undang

(KUHAP) kepada penyidik bukan dalam rangka pembatasan kebebasan

dan hak asasi seseorang. Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 54

KUHAP, guna kepentingan pembela, tersangka atau terdakwa berhak

Page 77: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

68

mendapatkan bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat hukum

selama dalam waktu dari seseorang atau lebih penasihat hukum selama

dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang

ditentukan dalam undang-undang. Hak didampingi penasihat hukum ini

dapat dilakukan sejak tersangka ditangkap, bahkan sejak dimulainya

penyidikan, yakni ketika dilakukan pemanggilan pro justitia terhadap diri

tersangka. Semua itu dilakukan pemanggilan untuk kepentingan

pemeriksaan dan penegakan hukum.19

Untuk kepentingan penyelidikan, penyidik atas perintah penyidik

yang berwenang melakukan penangkapan Pasal 16 Ayat (1) KUHAP.

Sebagaimana diungkapkan dalam Bab IV Pasal 7 Ayat (1) KUHAP

bahwa penyidik mempunyai kewajiban wewenang untuk melakukan

tindakan berupa sebagai berikut :

4. Penangkapan

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 butir 20 Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP), penangkapan adalah suatu tindakan

penydik, berupa penangkapan sementara waktu kebebasan tersangka atau

terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidik atau

penuntutan dan atau badan peradilan dalam hal serta menurut cara yang

diatur dalam undang-undang. Kemudian yang berhak untuk melakukan

penangkapan diatur dalam Pasal 5 Ayat (1) dan (2) KUHAP, penyidik

sebagaiman dimaksud dalam ketentuan Pasal 4 mempunyai ketentuan

sebagai berikut :

a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang :

1) Menerima laporan pengaduan dari seseorang terhadapnya adanya

tindak pidana.

2) Mencari keterangan dan barang bukti;

3) Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta

memeriksa tanda pengenal diri;

19

Fachmi, Kepastian Hukum mengenai Putusan Batal Demi Hukum dalam Sistem

Peradilan Pidana Indonesia, Jakarta : PT.Ghalia Indonesia Publishing, 2011.,h.. 135

Page 78: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

69

4) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertangung jawab.

b. Atas perintah penyidik, dapat dilakukan tindakan berupa:

1) Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, pengeledahan dan

penyitaan;

2) Pemeriksaan dan penyitaan;

3) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

4) Membawa dan membawa seorang pada penyidik.20

Dasar atau alasan penangkapan, dalam Pasal 17 KUHAP

menyatakan bahwa perintah penagkapan dilakukan terhadap seorang yang

diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang

cukup. Dalam tugas penangkapan, penyidik memperlihatkan surat perintah

penangkapan serta memberikan kepada tersangka surat perintah

penangkapan yang berisikan identitas tersangka dan menyebut alasan

penangkapan serta urain singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan

serta tempat ia diperiksa (Pasal 18 Ayat (1) KUHAP), namun dalam hal

tertangkap tangan, tidak diperlukan adanya surat tugas, karena tertangkap

tangan adalah tertangkapnya seseorang pada waktu sedang melakukan

tindak pidana, atau dngan segera sesudah beberapa saat melakukan tindak

pidana itu dilakukan (Pasal 1 Butir 19 KUHAP).21

Dalam Pasal 19 KUHAP lamanya penahanan :

1) Penangkapan senagaimana dimaksud dalam pasal 17 dalam

dilakukan untuk paling lama satu hari.

2) Terhadap tersangka pelaku pelanggaran tidak diadakan

penagkapan, kecuali dalam hal ia telah dipanggil secara sah dua

kali berturut-turut tidak memenunhi panggilan itu tanpa alasan

yang sah.

5. Penahan

Pasal 1 Butir 21 KUHAP menyebutkan, penahan adalah

penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh penyidik atau

penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut

20

Fachmi, Kepastian Hukum mengenai Putusan Batal Demi Hukum dalam Sistem

Peradilan Pidana Indonesia, h. 135-136

21 Fachmi, kepatian Hukum mengenai Putusan Batal Demi Hukum dalam Sitem Peradilan

Pidana Indonesia, h. 137

Page 79: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

70

cara yang diatur dalam undang-undang. Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 Tentang KUHAP menentukan bahwa ada tiga macam pejabat atau

instansi yang berwenang melakukan penahanan, yaitu penyidik atau

penyidik pembantu, penuntut umum dan hakim yang menurut tingkat

pemeriksaan terdiri atas hakim pengadilan negeri, pengadilan tinggi, dan

Mahkamah Agung (Pasal 20 sampai Pasal 31 KUHAP).

Untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu

atas perintah penyidik sebagaimana dimaksud (Pasal 20 Ayat (1)

KUHAP). Perintah penahanan lanjutan dilakukan terhadap sesorang

tersangka atau terdakwa diduga keras melakukan tindak pidana

berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaaan yang

menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka/terdakwa akan melarikan

diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi

tindak pidana (Pasal 21 KUHAP).

Apablia diperlukan, demi untuk kepentingan pemeriksaan

penyidikan yang belum selesai, dapat meminta perpanjangan kepada

penuntut umum yang berwenang paling lama 40 hari (Pasal 24 Ayat (2)

KUHAP). Untuk perparpanjangan penahanan 30 hari ditambah 30 hari lagi

diatur dalam Pasal (29 Ayat (2) KUHAP).

1) Guna kepentingan pemeriksaaan, penahan terhadap tersangka atau

terdakwa dapat diperpanjang berdasarkan alasan yang patut dan tidak

dapat dihindari karena perkara yang sedang diperiksa diancam dengan

pidana penjara 9 tahun atau lebih.

2) Perpanjangan penahanan diberi untuk paling lama 30 hari, dalam hal

penahanan tersebut masih diperlukan, dapat diperpanjang lagi untuk

paling lama 30 hari (Pasal 29 Ayat (2) KUHAP).

6. Penggeledahan

Untuk menemukan bukti yang cukup untuk permulaan atau untuk

menemukan bukti penunjang lainnya, dengan izin dari ketua pengadilan,

penyidik dapat melakukan penggeledahan sebagaimana diatur dalam

Pasal 1 butir 17 18 KUHAP.

“Penggeledahan rumah adalah tindakan penyidik untuk memasuki

tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk melakukan tindakan

pemeriksaaan dan atau penyitaan dan atau penangkapan dalam hal dan

menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. Penggeledahan badan

adalah tindakan penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan dan atau

Page 80: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

71

pakain tersangka untuk mencari benda yang diduga keras ada pada

bedeaaye‎eaeu‎dibeee‎lemae,‎uaaui‎diliae.”

Dalam Pasal 33 KUHAP, dalam melaksanakan penggeledahan,

penyidik harus dilengkapi dengan surat izin dari ketua pengadilan negeri.

Kecuali dalam keadaan yang sangat mendesak, bilamana penyidik harus

segera bertindak dan tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih

dahulu, maka penyidik dapat melakukan penggeledahan tanpa surat izin

tertulis dari ketua pengadilan negeri (Pasal 34 KUHAP).22

7. Penyitaan

Penyitaan dalam Pasal 1 Butir 16 KUHAP adalah serangkain tindakan

penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan dibawah

penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak

berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan,

peradilan.

Penyitaan pada hakikatnya termasuk wewenang dan fungsi

penyidik, penyidik melakukan penyitaan untuk dipergunakan sebagai

barang bukti dalam proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan

persidangan pengadilan. Penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik

dengan surat izin Ketua Pengadilan Negeri setempat (Pasal 38 Ayat (1),

bila mana penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin untuk

mendapatkan surat izin terlebih dahulu, tanpa mengurangi ketentuan pada

ayat (1) penyidik dapat melakukan penyitaan hanya atas benda bergerak

dan untuk itu, wajib segera melaporakan kepada ketua pengadilan negeri

setempat guna memperoleh persetujuan (Pasal 38 Ayat (2)).

Selanjutnya tujuan dari penyitaan adalah untuk kepentingan

pembuktian, terutama ditunjukkan sebagai barang bukti dimuka sidang.

Hakim ketua siding memperlihatkan segala barang bukti kepada terdakwa

dan menanyakan apakah ia mengenal benda itu, apabila perlu

diperlihatkan pula kepada saksi (Pasal 181 (1) (2) KUHAP).23

22

Fachmi, Kepastian Hukum mengenai Putusan Batal Demi Hukum dalam Sistem

Peradilan Pidana Indonesia, h. 139

23 Fachmi, Kepastian Hukum Mengenai Putusan Batal Demi Hukum dalam Sistem

Peradilan Pidana Indonesia, h 139

Page 81: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

72

Selanjutnya adalah teknik penjebakan, Penjebakan adalah kegiatan

penjebakan yang dilakukan oleh penegak hukum untuk menemukan proses

pidana, untuk menangani tindak pidana korupsi. cara-cara penjebakan dan

penyamaran (Under Cover) dari sisi sosiologi adalah cara-cara yang secara

etika belum dapat diterima dari sisi kepatuhan masyarakat. Disamping itu

dari sisi yuridis perbuatan penjebakan boleh dikatan sebagai kegiatan yang

tidak sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku perbuatan yang

tidak dapat dibenarkan.24

Lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, terkait dengan Pasal

12 Undang-undang itu juga tidak dimaksud yang tidak mengatur secara

jelas mengenai aktivitas penjebakan atau penyamaran tersebut.

Di Indonesia , teknik penjebakan telah dikenal dalam mengungkap

terjadinya tindak pidana narkotika yang biasa disebut pidana narkotika

yang bias disebut dengan teknik penyelidikan yang diawasi dan teknik

pembelian terselubung, teknik penyidikan penyerahan yang diawasi dan

teknik pembelian terselubung secara tegas diatur dalam Pasal 55 Undang-

undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika) jo. Pasal 75 Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009, Tentang Narkotika. Dengan demikian,

pelaksanaan teknik penjebakan oleh penyidik dalam rangka penyidikan

yang ditujukan untuk mengungkap terjadinya tindak pidana narkotika

merupakan suatu tindakan yang sah dan tidak melawan hukum (Lawful).

Sedangkan dalam tindak pidana korupsi, tidak ada satu peraturan

perundang-undangan pun yang memberikan ligitimasi bagi penyidik (baik

Polri maupun KPK) untuk melakukan penjebakan dalam mengungkapkan

terjadinya tindak pidana korupsi, apabila kita merujuk pada Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, tidak ada satu pasal pun

24

Antonius Ketut D, Makalah yang di Sampaikan Dalam Panel Diskusi Program Pasca

Sarjana Magister Hukum –UPH, 2008, h.1

Page 82: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

73

yang memberikan legitimasi bagi penyelidik/penyidik untuk melakukan

penjebakan dalam mengungkapkan suatu tindak pidana korupsi. 25

25

lihat http://m.hukumonline.com/berita/baca/lt509a4b3e/penjebakan-pada-operasi-

tertangkap-tangan-kpk-proses-hukum-atau-tindakan-melawan-hukum-broleh--tiur-henny-monica--

sh- diakses pada tgl 10 September 2018 jam 13:00 BBWI

Page 83: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan sebelumnya disimpulkan bahwa :

1. Faktor yang menjadi penyebab diberlakukaannya OTT pertama, pejabat

daerah masih banyak yang korup, kedua,‎ ‎inimam‎ses‎ananem‎anamim‎aseme‎

anamsmis‎ete . Tujuan utama dilakukan pemberantasan korupsi disuatu

negara umunya dalah menjadikan negara tersebut sebagai negara yang

bersih dari perilku koruptif warga negaranya. Prosedur Operasi Tangkap

Tangan menuai banyak kontroversi dan protes dari kalangan DPR RI

hingga para koruptor yang terajaring penyadapan. Dalam melakukan

Operasi Tangkap Tangan terhadap para pelaku tindak pidana korupsi,

ada dua teknik yang digunakan Komisi Pemberantasan Korupsi, yaitu

penyadapan dan penjebakan. Tentu KPK tidak sembarangan dalam

melakukan OTT dan melakukan taktik yang tidak mungkin melanggar

HAM seperti yang dikatakan para pelaku tindak pidana korupsi.

2. OTT yang dilakukan oleh KPK dengan cara melakukan penyadapan

dianggap sangat efektif, dengan terbukti banyaknya pejabat negara baik

pusat maupun daerah yang terjaring OTT KPK.

Page 84: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

75

B. Rekomendasi

Berdasarkan pembahasan yang telah di uraikan dan disimpulkan,

rekomendasi yang diberikan oleh peneliti sebagai berikut :

1. Korupsi harus segera diberantas, dengan cara memberikan hukuman berat

terhadap koruptor, seperti memberlakukan hukuman mati terhadap

Tindak Pidana Korupsi agar dapat memberi efek jera. Vietnam salah satu

negara yang memberlakukan hukuman mati terhadap koruptor. KPK

harus kita dukung, karena Operasi Tangkap Tangan yang terus dilakukan

KPK sangat penting guna membersihkan dunia penegakan hukum kita

dari suap menyuap, dan mengajak rakyat Indonesia untuk menyuarakan

kepeduliannya pada pemberantas korupsi, dan mendukung penuh

terbentuknya generasi masa depan yang bersih dari korupsi.

2. Adanya komitmen yang kuat dari pejabat negara dan aparatur pemerintah

untuk tidak melakukan korupsi, disamping itu masyarakat agar

melaporkarkan dugaan tindak pidana korupsi kepada KPK bagian

pengaduan masayarakat.

Page 85: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

76

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Ali, Faried, Teori Konsep Administrasi (dari Pemikiran Paragdigmatik

dan Menuju Redefinisi), Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011

Arifin, Firmansyah, Et, all, lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan

Antar Lembaga Negara, Konsorium Reformasi Hukum Nasional

(KRHN), Jakarta

Asshiddiqie, Jimly, Pengantar Ilmu Tata Negara Jilid 1, Jakarta :

Konstitusi Press

Alatas, Syed Hussen, Sosiologi Korupsi, Jakarta : LP3ES, 1975

Assiddiqie, Jimly, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara

Pasca Reformasi, Cet, II, Jakarta : Sinar Grafika, 2012

Chazawi, Adami, Hukum Pidana Materiil dan Formil di Indonesia.

Cetakan ke II ,Malang, Jawa Timur-Indonesia : Bayu Media

Publishing 2005

____________, Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi,

2017

Djaja, Ermansyah, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Jakarta : Sinar

Grafika, 2011

Djoyokarto, Agung, Dkk, Membangun Sistem Integritas dalam

Pemberantasan Korupsi di Daerah, Jakarta : Kemitraan, 2008

Effendi, Erdianto, Hukum Pidana Indonesia, suatu pengantar, Bandung :

Rafika Aditama, 2010

Fachmi, Kepastian Hukum mengenai Putusan Batal Demi Hukum dalam

Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Jakarta : PT.Ghalia Indonesia

Publishing, 2011

Hamzah, Andi, Bunga Rampai Hukum dan Acara Pidana, Jakarta : Ghalia

Indonesia 2001

Page 86: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

77

Ibrahim, Jhonny, Teori Tentang Metodelogi Penelitian Hukum Normatif,

Malang : Banyumedia Publishing, 2006

Kligaard, Robert, at all, Penuntutan Pemberantasan Korupsi dalam

Pemerintahan Daerah, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2002

Kelsen, Hans, General Teory of Law and State, Translate by Anders

Wedbeg, New York : Russel and Russel, 1991, dikutip dari Jimly

Ashidiqqie dan M ali Safa’at, Teori Hans Kelsen tentang Hukum,

Cet 2, Konstitusi Press, Jakarta, 2012

Lubis, Mochtar, dan James C.Scott, Bunga Rampai Korupsi, Jakarta :

LP3ES, 1985

Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, Jakarta : Rineka Cipta, 1993

Mulyadi, Lilik, Tindak Pidana Korupsi di Indonesia Normatif, Teoritis,

Praktik dan Masalahnya, Bandung : PT. Alumni , 2001

Maggalatung, Salman, Dekrit Presiden RI 5 Juli 1959 dan Politik Hukum

di Indonesia, Jakarta : Focus Graha Media, 2012

_________________, Masa Kolonial sampai Era Reformasi,

Malang : Dinamika Hukum Universitas Islam Malang 2001

Mahmud, Metode Penelitian, Bandung : Pustaka Setia, 2011

Mandiri, Citra, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik

Indonesia, Jakarta : CV. Citra Mandiri, Jilid III, 2002

Mahmud Marzuki, Peter, Penelitian Hukum, Jakarta : Prenada Media,

2005

Nurdjana, IGM Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupsi

(Problematik Sistem Hukum Pidana dan Implikasi pada

Penegakan Hukum), Yogyakarta : Total media, 2009

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional, 2008

Poernomo, Bambang, Pertumbuhan Hukum Penyimpangan di Luar

Kodifikasi Hukum Pidana, Jakarta : Bina Aksara, 1997

Page 87: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

78

Prodjodikoro, Wiryono, Tindak Pidana Tertentu di Indoensia, Bandung.

Refika Aditama, 2003

____________, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017

Poernomo, Soen’an Hadi, Berani Korupsi itu memalukan! Bunga Rampai

Filosofi, Masalah, Solusi Negeri Kelautan dan Upaya

Pemberantasan Korupsi, Depok : Ki Town House, 2013

Roestandi, Ahmad, Mahkamah Konstitusi dalam Tanya Jawab,

Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi,

Jakarta

Sopyan, Yayan, Pengantar Metode Penelitian, (Ciputat, Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarih Hidayahtullah

Jakarta)

Soemantri, Sri, Eksistensi Sistem Kelembagaan Negara Pasca

Amandemen UUD 1945, makalah Proseeding diskusi Publik,

Komisi Revormasi Hukum Nasional (KRHN), Jakarta

Sugiyono, Metode, Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Bandung :

Alfabeta, 2014 h. 23-24 Soejono Soekanto, Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2008

Sentoso, Topo, dan Eva Achzani Zulfa, Kriminologi, Jakarta : Radja

Grafindo Persada, 2003

Sasangka, Hari dan Lily Rosita, Hukum Pembuktian dalam Perkara

Pidana, Bandung : Mandar Maju, 2003

Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Bagian Satu, Balai Lektur

Mahasiwa

Wahid, Marzuki dkk, Jihad Nahdatul Ulama Melawan Korupsi,

Lakspedam PBNU : Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber

Daya Manusia Pengurus Besar Nahdatul Ulama, Cet : 3, 2017

Wiyono, R, Pembahasan Undang-Undang Pemberantasan Korupsi

Tindak Pidana Korupsi, edisi ke.2 Jakarta : Sinar Grafika, 2008

Page 88: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

79

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Nomor 10 Tahun

1946

KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) Nomor 8

Tahun 1981

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Korupsi

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi,

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektonik (ITE)

Lembaran Negara Republik Indonesia No.31 Tahun, Peraturan

Pemerintahh Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1

Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

C. JURNAL HUKUM

Badjuri, Achmad, Peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai

lembaga anti korupsi di Indonesia, Maret 2011

Bidari, Ashinta Sekar, Fenomena Korupsi Sebagai Patologi di Indonesia

Fitria, Eksistensi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai Lembaga

Negara Penunjang dalam sistem Ketatanegaraan Indonesia, T.T

Hariadi, Kartodiharjo, Lingkungan Korupsi Sumber Daya Alam, Vol.37,

No.3, 2018

Ketut D, Antonius, Makalah yang disampikan dalam diskusi Program

Pasca sarjana Megister Hukum, UPH, 2008

Page 89: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

80

Lubis, Todung Mulya Peta Korupsi : Jalan Berlubang di Mana-mana,

Prisma Vol, 37 No.3, 2018

Mohede, Nody Tugas dan Peranan Komisi Pemberantasan Korupsi di

Indonesia, Jurnal Vol.XX/No.1/Januari-Maret 2012

Maheka, Arya , Menganali dan Memberantas Korupsi, Jakarta. T.T

Nola, Febryka Luthvi, Operasi Tangkap Tangan Oleh KPK, Jurnal Vol.V,

NO.24/II/P3DII/Desember/2013

Purwanto, Yedi & Ridwan Fauzy, Analisis Terhadap Hukum Islam dan

Hukum Positif dalam pemberantasan korupsi di Indonesia, Jurnal

Pendidikan Agama Islam-Ta,alim Vol.15 No.2, 2017

Pascha, Werner, Corruption in Japan-An Economist’s Perspective. T.T

Purnomo, M Aris, Eko Soponyono, Rekonseptualisasi Penyidik Tindak

Pidana Korupsi Oleh Polri dalam Rangka Efektivitas

Pemberantasan Korupsi, Vol.11,No.2, 2015

Rahman, Fatur dkk, Pola Jaringan Korupsi di Tingkat Pemerintah Desa

(Studi Kasus Korupsi DD dan ADD Tahun 2014-2015 di Jawa

Timur, Jurnal Volume 4 No.1 Juni 2018

Ridwan, Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Melalui Pendekatan Ekonomi

Kerakyatan di Kabupaten Serang, Vol.34,No.4, 2009

Salama,Wer Nadia Fenomena Korupsi Indonesia (Kajian Mengenai Motif

dan Proses Terjadinya Korupsi), Pusat Penelitian IAIN Walisongo

Semarang, 2010

Suharyo, Optimalisasi Pemberantasan Korupsi dalam Era Desentralisasi

di Indonesia, Vol.3,No. 2014

Umar, Haryono, Menghitung kembali dampak Korupsi, Jurnal Bisnis dan

manajemen, Maret, Volume XII, 2011

Wattie, Andre Johanes, Sifat Eksesional Tertangkap Tangan dalam

Penangkapan Pelaku Tindak Pidana, Lex Crime Vol.IV/No.5 Juli

2015

Page 90: EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43791/1...i EFEKTIVITAS OPERASI TANGKAP TANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM UPAYA

81

D. INTERNET

https://m.republika.co.id/amp/p1vv1h409

http://wartakota.tribunnews.com/2018/02/15/inilah-7-pejabat-yang-

tertangkap-tangan-kpk-di-awal-2018

http://acch.kpk.go.id

https://googleweblight.com/i?u=https://www.kpk.go.id/tentang-

kpk/struktur-organisasi7hl=id-ID

https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/undang-undang-terkait

https://m.cnnindonesia.com/teknologi/20170201175140-185-190637/aksi-

penyadapan-dan-a

https://nasional.kompas.com/read/2013/10/07/1116524/Operasi.Tangkap.T

angan

http://m.hukumonline.com/berita/baca/lt509a4b3e/penjebakan-pada-

operasi-tertangkap-tangan-kpk-proses-hukum-atau-tindakan-

melawan-hukum-broleh--tiur-henny-monica--sh-

https://nasional.kompas.com/read/2017/17480601/empat-hal-yang-diupayakan-

kpk-untuk-mencegah-korupsi

http://wartakota.tribunnews.com/2018/02/15/inilah-7-pejabat-yang-tertangkap-

tangan-kpk-diawal-2018

https://www.jpnn.com/news/kpk-beberkan-cara-lakukan-ott

https://nasional.kompas.com/read/2018/09/04/08512451/kasus-dprd-kota-

malang-korupsi-massal-yang-mengkhawatirkan