21
177 Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study at Tokopedia.com and Bukalapak.com) Oleh: Mochamad Malik Akbar Rohandi Fakultas Ekonomi dan Bisnis-Manajemen, Universitas Islam Bandung (Unisba) E-mail: [email protected] ABSTRAK Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat membuka suatu peluang baru dari pasar yang telah ada, tanpa disadari semua kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi tanpa harus keluar rumah, terdapat berbagai pengaruh yang mempengaruhi kualitas e-commerce yang pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan pembelian customer. E-commerce berbasis C2C yang ada saat ini perlu untuk dilakukan evaluasi dan diketahui tingkat keefektifannya terutama dalam melakukan tinjauan literatur secara menyeluruh mengenai masalah ini untuk membantu mengidentifikasi aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas e commerce sehingga dapat terjadi transaksi yang efektif terutama bagi para start up. Penelitian ini menggunakan explanatory research yang bersifat verifikatif dideskripsikan secara langsung dengan total sampel 183 responden pengguna e-commerce di Kota Bandung. Pembahasan pertama menggunakan total penilaian jawaban kriteria baik dan baik sekali, kedua dengan menggunakan analisis garis kontinum. Hasil penelitian menunjukan pengguna jual-beli online didominasi oleh wanita 56%, rentang usia antara 17-24 tahun, dengan alasan Praktis, Kemudahan, Variatif, Kecepatan dan Murah. Sementara itu hasil yang berbeda ditunjukan dalam dua pembahasan tersebut yakni pertama Bukalapak sebagai media e-commerce yang lebih baik 90,30%, sementara pembahasan kedua Tokopedia lebih baik dengan nilai 75,60%. Kata Kunci: internet, e commerce, C2C, kualitas, pemasaran online ABSTRACT The rapid development of information technology makes new opportunities from existing markets, without realizing all the daily needs can be fulfilled without having to leave the house, there are various influences affecting the quality of an e-commerce can affect customer purchasing decisions. Current C2C based e-commerce needs to be evaluated and known for their effectiveness, especially in conducting a thorough review of the literature on this issue to help identify aspects affecting the quality of e-commerce, it can make transactions more effective especially for start-ups. This research uses explanatory research that is verificative described directly with total sample of 183 respondent e- commerce user in Bandung. The first discussion uses the total assessment of good and excellent criteria, second by using continuum line analysis. The result of the research shows that online trading users are dominated by 56% women, age range 17-24 years old, with reason Practical, Convenience, Variative, Speed and Cheap. Meanwhile, different results are shown in the two discussions, namely the first Bukalapak as a better e-commerce media 90.30%, while the second discussion Tokopedia better with a value of 75.60%. Keywords: internet, e commerce, C2C, quality, online marketing I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin canggih berakibat pada berubahnya pola interaksi masyarakat, baik interaksi sosial, ekonomi, bisnis, pendidikan dan budaya. Dari seluruh aspek kehidupan manusia yang terkena dampak terbesar kehadiran internet adalah dalam sektor bisnis melalui e commerce.

Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

177

Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung

(Case study at Tokopedia.com and Bukalapak.com)

Oleh:

Mochamad Malik Akbar Rohandi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis-Manajemen, Universitas Islam Bandung (Unisba)

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat membuka suatu peluang baru dari pasar

yang telah ada, tanpa disadari semua kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi tanpa harus keluar rumah,

terdapat berbagai pengaruh yang mempengaruhi kualitas e-commerce yang pada akhirnya akan

mempengaruhi keputusan pembelian customer. E-commerce berbasis C2C yang ada saat ini perlu untuk

dilakukan evaluasi dan diketahui tingkat keefektifannya terutama dalam melakukan tinjauan literatur

secara menyeluruh mengenai masalah ini untuk membantu mengidentifikasi aspek-aspek yang

mempengaruhi kualitas e commerce sehingga dapat terjadi transaksi yang efektif terutama bagi para

start up. Penelitian ini menggunakan explanatory research yang bersifat verifikatif dideskripsikan

secara langsung dengan total sampel 183 responden pengguna e-commerce di Kota Bandung.

Pembahasan pertama menggunakan total penilaian jawaban kriteria baik dan baik sekali, kedua dengan

menggunakan analisis garis kontinum. Hasil penelitian menunjukan pengguna jual-beli online

didominasi oleh wanita 56%, rentang usia antara 17-24 tahun, dengan alasan Praktis, Kemudahan,

Variatif, Kecepatan dan Murah. Sementara itu hasil yang berbeda ditunjukan dalam dua pembahasan

tersebut yakni pertama Bukalapak sebagai media e-commerce yang lebih baik 90,30%, sementara

pembahasan kedua Tokopedia lebih baik dengan nilai 75,60%.

Kata Kunci: internet, e commerce, C2C, kualitas, pemasaran online

ABSTRACT

The rapid development of information technology makes new opportunities from existing

markets, without realizing all the daily needs can be fulfilled without having to leave the house, there

are various influences affecting the quality of an e-commerce can affect customer purchasing decisions.

Current C2C based e-commerce needs to be evaluated and known for their effectiveness, especially in

conducting a thorough review of the literature on this issue to help identify aspects affecting the quality

of e-commerce, it can make transactions more effective especially for start-ups. This research uses

explanatory research that is verificative described directly with total sample of 183 respondent e-

commerce user in Bandung. The first discussion uses the total assessment of good and excellent criteria,

second by using continuum line analysis. The result of the research shows that online trading users are

dominated by 56% women, age range 17-24 years old, with reason Practical, Convenience, Variative,

Speed and Cheap. Meanwhile, different results are shown in the two discussions, namely the first

Bukalapak as a better e-commerce media 90.30%, while the second discussion Tokopedia better with a

value of 75.60%.

Keywords: internet, e commerce, C2C, quality, online marketing

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin canggih berakibat pada berubahnya pola

interaksi masyarakat, baik interaksi sosial, ekonomi, bisnis, pendidikan dan budaya. Dari

seluruh aspek kehidupan manusia yang terkena dampak terbesar kehadiran internet adalah

dalam sektor bisnis melalui e commerce.

Page 2: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

178

Internet membuka pasar baru untuk bisnis yang ada. Ini juga menciptakan model bisnis

baru, seperti organisasi virtual. Internet adalah alat pemasaran yang berharga untuk baik di

industri maupun akademisi. Dengan interaksi tatap muka menjadi bentuk komunikasi yang

menyita waktu dan merepotkan, Internet menyediakan beragam pengguna dengan interaksi

tatap muka yang mudah dan murah (Singh: 2003).

Dalam era digital sekarang ini peran e-commerce sangat penting untuk meningkatkan

perekonomian seseorang seiring dengan meningkatnya penggunaan teknologi internet dan

smartphone. Perkembangannya sangat memudahkan umat manusia sekarang ini dengan

berdiam diri di tempat atau rumah kita dapat melakukan apapun ke seluruh dunia tanpa perlu

mendatangi tempat-tempat tersebut. Perkembangan transaksi online tidak hanya terbatas oleh

suatu wilayah geografis tapi dapat menyentuh sampai ke pelosok daerah suatu negara.

Peran penting internet perlu ditunjang dengan pengetahuan mengenai keuntungan yang

akan diperoleh jika kita dapat memaksimalkan peran media e-commerce yang telah ada tanpa

perlu membangun suatu web khusus hanya untuk produk kita saja. Hal itu dikarenakan dengan

membuat media web sendiri perlu ditunjang dengan cara melakukan media promosi pada media

massa baik itu berbasis web maupun media tradisional.

Berdasarkan data yang didapat dari www.internetworldstats.com pengguna internet

dunia sampai dengan Quarter kedua tahun 2015 telah mencapai tiga juta pengguna internet hal

ini semakin menarik karena dengan semakin berkembangnya pengguna internet di seluruh

dunia maka akan semakin bertambah pula market size yang terbentuk. Sampai dengan saat ini

benua Asia merupakan benua dengan tingkat pengguna internet terbesar yakni sebesar 47.8%

pengguna internet dunia ada di wilayah Asia mengalahkan benua Eropa bahkan Amerika yang

memiliki basis google di Silicon Valley.

Melihat Asia sebagai pengguna internet terbesar dunia menjadikannya sebagai target

pasar yang baik untuk memasarkan berbagai produk. Salah satu target pasar utama saat ini

adalah Indonesia yang memiliki jumlah penduduk sebesar 255 juta jiwa penetrasi pengguna

internet Indonesia baru mencapai 28.5% dari total penduduk yang ada, dengan begitu Indonesia

masih berada di bawah negara Jepang dengan pengguna 90.6% dari total penduduk bahkan

Tiongkok yang memiliki jumlah penduduk 1.3 Milliar orang dengan tingkat penetrasi mencapai

49.5%. Pengguna internet terbesar dunia ada di benua Asia akan tetapi tingkat penetrasi

pengguna internet benua Asia berada dibawah rata-rata pengguna internet dunia. Penetrasi

pengguna internet di Amerika Utara telah mencapai 87.9% hal tersebut dapat mengindikasikan

bahwa sebanyak delapan dari 10 orang penduduk amerika utara telah memanfaatkan media

Internet untuk keperluan sehari-harinya.

Media e commerce dengan hosting dari luar negeri seperti Shopee (Jepang), Lazada dan

Zalora (Hongkong, Tiongkok) menargetkan Indonesia sebagai customer akhir, dan jika

diperingkat berdasarkan data yang diperoleh dari alexa.com bahwa peringkat Lazada saat ini

berada di atas dari media-media e-commerce lokal yang hosting di dalam negeri.

Dengan melihat kondisi tersebut di atas perlu adanya peran Pemerintah sebagai

regulator, perusahaan Telekomunikasi sebagai operator dan dunia Pendidikan sebagai

educator untuk meningkatkan peran aktif dari masyarakat maupun mahasiswa untuk dapat

meningkatkan perannya tidak lagi sebagai konsumen akhir tapi bertransformasi menjadi

seorang producer yang profit oriented.

Page 3: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

179

E-commerce merupakan media pemasaran yang menggunakan website untuk

bertransaksi atau memfasilitasi suatu penjualan produk secara online (Kotler, 2016:536) atau

keseluruhan media elektronik yang memberikan transaksi informasi antara organisasi dan

stakeholder eksternal lainnya (Chaffey, 2016:xv). Sementara itu media internet terutama e-

commerce calon konsumen dapat melakukan pencarian informasi mengenai suatu produk yang

dibutuhkannya secara real time dengan begitu dapat mengurangi usaha dan biaya yang

dikeluarkan untuk mencari informasi produk.

Dalam dunia pemasaran online para penjual berkompetisi dalam tiga aspek penting

bertransaksi yaitu: interaksi calon customer dengan website, pengiriman dan kemampuan untuk

memecahkan masalah.

Media-media e-commerce seperti OLX, Tokopedia, Bukalapak dan lain-lain saling

berkompetisi untuk dapat terus meningkatkan jumlah penjualan setiap harinya, dengan semakin

tingginya nilai penjualan dalam suatu situs akan memberikan efek positif bagi perusahaan

tersebut seperti tingginya tingkat kepercayaan, user friendly, kemudahan pembayaran dan lain-

lain sehingga meningkatkan nilai jual dari website tersebut.

Melihat perkembangan media e-commerce yang hampir sama dan sejenis dalam content

sehingga diperlukan suatu penilaian mengenai keefektifan media e-commerce tersebut dan

dapat menjadi panduan bagi para start up untuk dapat mengembangkan usahanya melalui media

e commerce yang akan dikembangkan. Selain hal tersebut terdapat pertumbuhan yang tinggi

dalam hal penggunaan smartphone dengan mobile internetnya yang akan menjadi suatu pondasi

m-commerce dalam hal menciptakan kemudahan terjadinya suatu transaksi (Lee dan Benbassat:

2004) sehingga perlu adanya penyesuaian terhadap konten-konten yang akan disajikan dalam

tampilan utamanya.

Pengembangan konten yang dilakukan oleh masing-masing pelaku usaha untuk

mempermudah terjadinya suatu transaksi menjadi hal menarik yang patut dicermati ditunjang

dengan peran media yang begitu gencar dalam melakukan promosi memberikan pengaruh kuat

bagi seseorang untuk menentukan dalam memutuskan keputusan pembelian suatu produk.

1.2.Tujuan Penelitian

Media e-commerce berbasis C2C yang ada saat ini perlu untuk dilakukan evaluasi dan

diketahui tingkat keefektifannya terutama dalam melakukan tinjauan literatur secara

menyeluruh, untuk membantu mengidentifikasi aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas e-

commerce sehingga dapat terjadi transaksi yang efektif terutama bagi para start up.

II. LANDASAN TEORI

2.1.Electronic Commerce

Laudon dan Traver (2017:50) menyatakan bahwa Electronic Business (e-business)

adalah definisi e-commerce yang lebih luas mencakup lebih dari sekedar jual beli barang dan

jasa. E-business mencakup pelayanan pelanggan, kolaborasi antara partner bisnis dan

penggunaan transaksi elektronik di dalam sebuah organisasi.

E-business menggunakan Information and Communication Technology (ICT) hanya

untuk satu jenis bisnis yang memiliki banyak proses dalam suatu organisasi bisnis. Ada tiga

Page 4: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

180

proses utama dalam e-business yaitu production processes, customer focused processes dan

internal management processes.

Berbeda halnya dengan e-commerce dimana ICT digunakan antar transaksi bisnis atau

organisasi dan dalam transaksi bisnis kepada konsumen. Transaksi jual-beli melalui media

online baik itu produk maupun jasa. Transaksi ini menggunakan sistem elektronik seperti

internet dan berbagai jaringan komputer lainnya.

Menurut Kotler dan Keller (2012:439) e-commerce merupakan media pemasaran yang

menggunakan website untuk bertransaksi atau memfasilitasi suatu penjualan produk secara

online. Dalam Mohapatra (2013:8) definisi dari e-commerce modern adalah suatu aktifitas

transaksi yang menggunakan media elektronik world wide web (www) dalam setiap siklus

transaksinya. Sedangkan menurut Laudon (2012:373) e-commerce adalah mengenai transaksi

perdagangan yang memungkinkan melalui media Internet maupun Jaringan diantara organisasi

dan individu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa e-commerce merupakan media pemasaran

elektronik menggunakan jaringan internet yang dapat menciptakan terjadinya suatu transaksi

antara organisasi maupun individu.

Perkembangan teknologi ini membawa masyarakat menuju suatu era baru yang

dinamakan Techno Class Community, Menurut Schiffman dan Kanuk (2008:350) komunitas

ini merupakan suatu kelas sosial dalam masyarakat dimana orang-orang mulai ketergantungan

dengan teknologi, dan bila tidak biasa dalam memanfaatkan hal ini maka akan disebut orang

yang ketinggalan teknologi. Para pendidik, pemimpin perusahaan dan pejabat pemerintah telah

memperingatkan bahwa ketidakmampuan dalam menggunakan teknologi ini secara memadai

akan berdampak negatif terhadap gaya hidup dan kualitas hidup mereka.

Para konsumen di seluruh dunia mempercayai bahwa memperoleh pengertian

fungsional mengenai teknologi komputer dan internet sudah mendesak sekali untuk menjamin

agar mereka tidak tersingkir atau merintangi diri mereka secara sosial atau profesional. Mereka

yang tidak mempunyai keterampilan komputer yang diperlukan akan semakin merasa diri

mereka “ketinggalan” dan “tidak berguna”.

Jumlah transaksi yang terjadi melalui online ini tumbuh sangat cepat. Sekarang ini jenis

transaksi bisnis yang telah menggunakan cara ini seperti pengiriman uang, supply chain

management, Internet marketing, online transaction processing, Electronic Data Interchange,

inventory management systems, dan automated data collection systems.

Setiap pembayaran yang menggunakan kartu debit atau kredit dapat dikatakan sebagai

bagian dari definisi e-commerce. Bahkan Setiap transaksi yang menggunakan transportasi

menggunakan jasa logistik, yang menggunakan pengiriman uang melalui portal online

dikatakan sebagai e-commerce.

Proses jual beli tradisional membutuhkan produk fisik dan jasa. Ini berarti pembeli harus

melihat fisik barang di dalam toko untuk dapat membeli barang. Akan tetapi dengan e-

commerce model bisnis tersebut telah berubah.

2.2.Business to Business (B2B)

Didefinisikan sebagai e-commerce diantara perusahaan (Sanjay, 2013:74). Merupakan

tipe e-commerce yang memiliki hubungan kerja sama antara para organisasi bisnis. Hampir

Page 5: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

181

80% e-commerce merupakan tipe ini, dan beberapa ahli memprediksi bahwa B2B e-commerce

akan terus tumbuh lebih cepat daripada segmen B2C.

Terdapat dua komponen utama dalam pasar B2B: e-frastructure dan e-markets. E-

frastructure adalah arsitektur atau pondasi dar B2B, dengan menggantungkannya pada:

a. logistics

b. application service provider

c. outsourcing of functions in the process of e-commerce

d. software for the operation and maintenance

e. content management software

f. web based commerce enablers

e-markets secara sederhana dapat didefinisikan sebagai situs jaringan tempat

berkumpulnya para penjual dan pembeli yang dapat berinteraksi satu sama lain dan

menghasilkan suatu transaksi.

2.3.Business-To-Consumer (B2C)

Perdagangan antara perusahaan dengan konsumen, pengumpulan informasi konsumen

mempengaruhi pada saat pembelian barang-barang yang memiliki wujud atau informasi barang

dan untuk informasi mengenai barang, cara menerima produk melalui jaringan media

elektronik.

B2C merupakan hal kedua terbesar dan paling awal dari perdagangan elektronik (Sanjay

, 2013:74). Dapat dibilang juga sebagai online retailing (e-tailing), merupakan model bisnis

B2C yang paling sering dilakukan oleh setiap orang yang sedang dalam start up business.

Aplikasi e-commerce yang sering digunakan dalam area ini seperti membeli produk dan

informasi, dan manajemen keuangan pribadi, dimana hal yang bersinggungan dengan

manajemen adalah investasi keuangan pribadi yang melibatkan dunia perbankan.

Dalam kasus pencarian mengenai informasi produk, B2C e-commerce ini lebih menarik

karena perusahaan menjadi lebih hemat sebagai dampak dari berkurangnya biaya jaringan

distribusi.

2.4.Business-To-Government (B2G)

B2G yang secara umum biasa disebut sebagai perdagangan yang dilakukan antara para

pelaku bisnis dengan pemerintah pada sektor publik (Sanjay, 2013:74). Seperti pengadaan

internet untuk publik, prosedur perijinan dan hal-hal lainnya dari pemerintah yang berhubungan

dengan sektor operasi. Terdapat dua fitur e-commerce dalam B2G: pertama sektor publik

memiliki peran sebagai pemimpin dalam menetapkan e-commerce, dan yang kedua

diasumsikan bahwa sektor publik memiliki kebutuhan yang paling besar dalam sistem

pengadaan untuk menjadi lebih efektif.

2.5. Consumer to Consumer (C2C)

Merupakan perdagangan sederhana yang dilakukan antara para individu konsumen.

Karakteristik perdagangan ini pertumbuhannya dipengaruhi oleh pasar dan lelang online,

beberapa bagian dari suatu industri dimana perusahaan dapat memesan apa yang mereka

Page 6: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

182

inginkan diantara para supplier yang ada. Menjadi pertumbuhan yang potensial dalam

mengembangkan pasar baru.

Tipe perdagangan C2C seperti yang tercantum di bawah ini:

a. Lelang yang difasilitasi oleh suatu portal, seperti eBay

b. Menggunakan sistem peer to peer

c. Situs portal yang telah diklasifikasikan tertentu

d. Transaksi Consumer to Business (C2B) mempengaruhi proses lelang

e. Terdapat sedikit informasi global mengenai C2C e-commerce

2.6.Mobile Commerce (m-commerce)

Mobile commerce adalah suatu kegiatan jual-beli dari barang dan jasa dengan

menggunakan teknologi nirkabel seperti telepon selular. Jepang saat ini merupakan pemimpin

global dalam m-commerce. Pengiriman konten melalui perangkat nirkabel menjadi lebih cepat,

aman dan terpetakan. Beberapa orang percaya bahwa metode transaksi digital m-commerce

akan mengalahkan metode e-commerce.

Di asia pasifik ini pengguna mobile phone jauh lebih besar daripada pengguna internet.

Dampak m-commerce bagi industri seperti yang terlihat pada pelayanan sektor keuangan,

termasuk mobile banking dan berbagai jasa perantara.

Perkembangan perdagangan secara online ini akan dapat meningkatkan customer base

jika dapat memberikan jaminan kualitas pelayanan dan tanpa ada batasan layanan secara

geografis. Untuk dapat bertahan para pelaku usaha harus dapat beradaptasi secara cepat pada

kondisi baru yang terus berubah dengan cepat.

Untuk dapat menarik lebih banyak konsumen, para pemilik toko virtual tidak hanya

meningkatkan jumlah kemungkinan layanan, tapi harus membuat lebih menarik seperti pada

design interface, mudah digunakan, menjajakan barang dagangan dengan baik dan adanya

jaminan terhadap produk yang kita tawarkan. Hanya solusi e-commerce yang tepat untuk dapat

dikombinasikan dengan e-marketing dan periklanan yang dapat dijadikan jaminan bisnis.

E commerce dapat tumbuh dengan cepat dikarenakan memiliki suatu kondisi unik yang

terdapat pada internet dan jaringannya. Secara sederhana, teknologi internet dan e-commerce

akan lebih kaya dan lebih kuat daripada revolusi teknologi sebelumnya seperti radio, televisi

dan telepon. Gambar di bawah ini akan menunjukan perkembangan e-commerce B2C sejak

tahun 1995 sampai dengan 2016. (Laudon, 2014:404)

Gambar 2.1. Pertumbuhan e-commerce B2C

Page 7: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

183

Pendapatan e-commerce tumbuh 15-25 persen per tahun sampai terjadi resesi pada

tahun 2008-2009 yang salah satunya diakibatkan oleh subprime mortgage. Tahun 2012,

Pendapatan e-commerce tumbuh kembali pada perkiraan 15 persen per tahun.

2.7.E Commerce Website Evaluation

Tujuan dari melakukan evaluasi ini adalah untuk melihat kinerja website secara

keseluruhan dengan cara melihat proses pembelian konsumen yang digunakan sebagai

kerangka dalam evaluasi e-commerce. Hal ini memiliki dua alasan yaitu:

1. Evaluasi secara menyeluruh dari berbagai aspek website e-commerce. Aktivitas seorang

konsumen akan terlihat ketika terjadi proses pembelian, keseluruhan hal yang terjadi dalam

siklus pembelian akan dievaluasi dalam tiap-tiap bagiannya.

2. Fokus konsumen total. Siklus pembelian konsumen yang terjadi akan terfokuskan pada

proses pembayaran barang/ jasa. Kerangka evaluasi akan fokus pada pengalaman konsumen

terhadap suatu situs tertentu.

Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa hal ini menyangkut pada kegiatan proses

pembelian. Dimana menurut Kotler (2016:166) terdapat lima tahapan yang akan dilalui oleh

konsumen dalam kegiatan proses pembelian.

1. Problem Recognition, dimulai dengan pengenalan masalah yang akan dihadapi ketika

kebutuhan dipicu oleh kondisi internal maupun eksternal.

2. Information Search, mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai sumber mengenai

produk yang dibutuhkan oleh konsumen.

3. Evaluation of Alternative, melakukan evaluasi terhadap produk yang dibutuhkan

berdasarkan hasil pencarian informasi sebelumnya.

4. Purchase Decision, hal ini dilakukan ketika telah memastikan kebutuhan dari produk yang

akan dibeli dan merupakan hasil akhir.

5. Postpurchase Behaviour, perilaku pasca pembelian akan diketahui ketika konsumen telah

merasakan produk hasil pembelian tadi.

Pada penelitian ini dalam proses perilaku pasca pembelian, tidak dapat terlihat secara

langsung karena media yang digunakan bersifat terbuka yakni media internet dimana semua

konsumen dapat mencari informasi dengan mudah untuk melakukan churn terhadap produk

lain.

Untuk menggunakan proses pembelian sebagai kerangka dalam mengevaluasi situs e-

commerce, hal ini diperlukan untuk mencari suatu hubungan antara setiap fase pembelian dan

Page 8: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

184

setiap aspek yang paling penting secara spesifik dalam setiap fasenya. (Merwe dan Bekker,

2003).

Gambar 2.2. Kerangka Evaluasi E-Commerce

Gambar di atas memperlihatkan bagaimana kerangka evaluasi dapat terbentuk. Adapun

penjelasan setiap tahapannya adalah sebagai berikut:

Fase pengenalan masalah atau kebutuhan, konsumen potensial akan mengunjungi

website dan percaya akan menemukan untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Tampilan website

menjadi hal yang paling penting karena akan memperlihatkan ketertarikan saat pertama kali

membuka situs tersebut. Tampilan website merupakan aspek visual dari situs, bagaimana visual

dan background, font, warna dan hal lainnya yang digunakan untuk menarik minat para

pembuka situs tersebut.

Kedua merupakan fase pencarian informasi, konsumen menjelajahi berbagai situs untuk

mendapatkan informasi mengenai kebutuhan akan suatu produk yang menarik. Dalam fase ini

melakukan navigasi terhadap suatu website merupakan hal yang paling penting. Hal ini

tergantung dari proses dalam pencarian informasi dari berbagai situs yang dikunjungi. Berbagai

aspek seperti konten yang menjelaskan secara jelas mengenai produk, struktur logika yang

digunakan dan menu yang mudah dimengerti merupakan hal yang paling penting dalam fase

ini.

Fase ketiga merupakan fase untuk mengevaluasi hasil pencarian secara mendalam

terhadap kebutuhan yang diperlukan oleh konsumen, konsumen membuat suatu pilihan

mengenai produk yang akan dibeli. Konten yang paling penting dalam fase ini adalah mengenai

informasi terkini dari produk mengenai jumlah dan kualitas yang terdapat dalam situs.

Fase terakhir dalam siklus pembelian adalah konsumen membuat keputusan akhir

pembelian yang telah melewati fase-fase sebelumnya. Kehandalan situs sangat penting dalam

tahapan ini dan hal ini dapat didefinisikan menjadi dua aspek:

1. Tingkat dimana konsumen dapat dengan mudah melakukan proses pemesanan secara mudah

dan efektif.

2. Tingkatan dimana perusahaan mampu untuk memenuhi janji dan kewajibannya kepada

konsumen setiap terjadi proses pembelian.

Hal terakhir yang akan diukur dalam evaluasi website ini adalah mengenai aspek teknis

dari website yang mendukung fungsinya secara langsung. Seperti yang terlihat, aspek ini tidak

kalah penting dari aspek-aspek pada fase proses pembelian karena aspek teknis ini merupakan

tulang punggung dari suatu website.

Page 9: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

185

Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk mempertegas mengenai

cara evaluasi e-commerce adalah dengan membuat kriteria pada setiap kategori. Pengkategorian

ini berdasarkan dari beberapa literatur penulis seperti Berthon, Abels, Cunliffe dan lain-lain.

Kriteria ini telah dinilai dan diklasifikasikan oleh para peneliti berdasarkan kategori yang telah

ada sebelumnya. Pengkategorian itu dilakukan untuk meminimalisir subjektifitas selama proses

evaluasi. Ada lima kriteria yang dikembangkan dengan jumlah total ada 20 indikator yang akan

dinilai dalam proses evaluasi ini. (Merwe dan Bekker, 2003).

Gambar 2.3. Kerangka evaluasi dan grup kriteria

Evaluasi data dari suatu website akan digabungkan antara daftar kriteria evaluasi dan

mencari nilai yang terkandung dalam masing-masing kriteria. Nilai yang terkandung akan

memberikan suatu indikasi bagaimana suatu nilai akan melekat pada website. Seluruh nilai-

nilai yang tersendiri untuk kriteria dalam kelompok tertentu akan dijumlahkan untuk menjadi

suatu skor yang unik dalam setiap grup.

2.7.Profil Media E Commerce

Media e-commerce yang dijadikan objek penelitian dikarenakan memiliki model bisnis

yang sama yang terfokus pada marketplace dengan tipe C2C. Berikut merupakan media e-

commerce tersebut:

2.7.1.Tokopedia

Tokopedia.com secara resmi diluncurkan ke publik pada 17 Agustus 2009 di bawah

naungan P.T. Tokopedia yang didirikan oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha

Edison pada 6 Februari 2009.

P.T. Tokopedia mendapatkan seed funding (pendanaan awal) dari P.T. Indonusa

Dwitama pada tahun 2009. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya, Tokopedia kembali

mendapatkan suntikan dana dari pemodal ventura global seperti East Ventures (2010), Cyber

Agent Ventures (2011), Netprice (2012), dan SoftBank Ventures Korea (2013). Hingga pada

Page 10: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

186

Oktober 2014, Tokopedia berhasil mencetak sejarah sebagai perusahaan teknologi pertama di

Asia Tenggara, yang menerima investasi sebesar USD 100 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun

dari Sequoia Capital dan SoftBank Internet dan Media Inc (SIMI). SoftBank merupakan

investor di balik kesuksesan Alibaba, sementara Sequoia Capital merupakan investor di balik

kesuksesan Apple & Google.

Sistem pembayaran di Tokopedia.com menggunakan sistem Rekening Bersama

atau menggunakan rekening escrow sebagai media perantara aliran dana antara pihak penjual

dengan pembeli.

2.7.2.Bukalapak

Bukalapak didirikan oleh Muhammad Khuslul pada awal tahun 2010 sebagai

divisi agensi digital bernama Suitmedia yang berbasis di Jakarta. September 2011 berstatus

menjadi Perseroan Terbatas (P.T.) dan dikelola oleh manajemen yang dipimpin oleh Achmad

Zaky sebagai CEO (Chief Executive Office) dan Nugroho Herucahyono sebagai CTO (Chief

Technology Officer).

Setelah berdiri kurang lebih setahun, Bukalapak mendapat penambahan modal dari

Batavia Incubator (perusahaan gabungan dari Rebright Partners yang dipimpin oleh Takeshi

Ebihara, Japanese Incubator dan Corfina Group. Di tahun 2012, Bukalapak menerima

tambahan investasi dari GREE Ventures perusahaan asal Jepang yang dipimpin oleh Kuan Hsu.

Pada bulan Maret 2014, Bukalapak mengumumkan investasi oleh Aucfan, IREP, 500

Startups, dan GREE Ventures. Tidak berselang lama dari pemberitaan tersebut, di tanggal 18

Maret 2014 Bukalapak pun meluncurkan aplikasi selular untuk Android.

2.8.Kerangka Pemikiran

Elemen kunci dari pencapaian suatu bisnis adalah kualitas. Tanpa pendekatan

manajemen kualitas yang dapat memberikan jaminan terhadap suatu sistem, staff dan supplier,

suatu usaha tidak akan dapat menyampaikan pesan pada level yang tepat untuk dapat

memberikan kepuasan konsumen (Gotzamani dan Tzavlopoulos:2009).

Kerangka berpikir yang dibuat pada penelitian ini dimulai dengan mengenali berbagai

atribut evaluasi website pada beberapa media e-commerce sehingga muncul suatu penjelasan

sementara yang menjadi objek permasalahan. Berdasarkan Parasuraman et. al. (2005) untuk

mengukur tingkat kepuasan konsumen dilakukan dengan menggunakan dua tingkat pengukuran

yaitu penilaian minimum berdasarkan kondisi real yang terjadi yang dibandingkan dengan

kondisi yang diharapkan oleh konsumen, hal ini perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan

perbaikan pelayanan menjadi lebih baik.

Berbagai atribut yang terdapat pada website ini akan disusun dari berbagai teori yang

telah dideskripsikan yang selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga dapat

diketahui seberapa besar tingkat keputusan penggunaan website e-commerce oleh calon

konsumen.

Hasil akhir dari analisis ini bertujuan mengetahui keputusan nasabah dalam

menggunakan media e-commerce. Atribut-atribut tersebut akan mempengaruhi tingkat

keputusan nasabah serta memperlihatkan hasil kinerja pelayanan media e-commerce. Dengan

demikian, para pemilik media e-commerce dapat menilai kinerja website nya meskipun

Page 11: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

187

terdapat dari pihak luar dalam melayani konsumen sehingga dapat melakukan perbaikan

kinerja perusahaannya yang disesuaikan dengan regulasi yang ada dalam upaya mendorong

perbaikan pemasaran dan peningkatan kualitas pelayanan.

Berdasarkan kerangkan pemikiran di atas dapat digambarkan paradigma penelitian

sebagai berikut:

Gambar 2.4. Paradigma Penelitian

Evaluasi

LayananKeputusan Pembelian

Media E Commerce

III. METODE PENELITIAN

3.1.Metode yang Digunakan

Berdasarkan tujuan penelitian maka jenis penelitian yang dilakukan adalah dengan

menggunakan explanatory research (Singh, 2006:9) digunakan untuk menjelaskan fenomena

yang terjadi secara alami dalam konteks melakukan suatu keputusan pembelian dalam

menggunakan jasa jual-beli dengan menggunakan media online. Metode ini menjelaskan

fenomena yang disertai dengan penjelasan dari sifat sesuatu yang sedang terjadi pada saat riset

dilakukan, sifat dari penelitian ini sendiri adalah kuantitatif yang merupakan penyampaian

perasaan atau wawasan yang datanya diambil berdasarkan hasil survey lapangan.

Arikunto (2006) mengemukakan bahwa, penelitian verifikatif pada dasarnya ingin

menguji kebenaran pengumpulan data di lapangan. Penelitian ini dilakukan dengan

memberikan kuesioner kepada responden yaitu para calon pembeli dengan mencatat keterangan

dan jawaban dari responden untuk mendapatkan deskripsi secara menyeluruh tentang objek

yang diteliti.

Unit observasi dalam penelitian ini adalah para pengguna e-commerce yang pernah

merasakan manfaat dari membeli suatu produk secara online di wilayah Kota Bandung, Jawa

Barat. Untuk mengungkapkan tujuan penelitian, dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif

yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat situasi-situasi tertentu termasuk tentang

hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang

sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena.

3.2.Sumber Data

Page 12: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

188

Untuk memperoleh sumber data yang akurat, maka peneliti melakukan penelusuran

dengan menggunakan data primer dan data sekunder melalui beberapa kegiatan dengan

mempelajari beberapa penelitian terdahulu. Penelitian ini dilakukan kepada para customer

pengguna e-commerce yang ada di Kota Bandung.

3.3.Penentuan Data

3.3.1. Sampel

Dalam mengumpulkan dan menganalisa suatu data, menentukan populasi merupakan

langkah yang penting dalam melakukan suatu penelitian. Menurut Zikmund et.al. (2010:387)

populasi merupakan suatu kelompok atau grup yang memiliki karakteristik yang telah

ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari. Sedangkan sampel adalah suatu bagian yang dianggap

dapat mewakili suatu populasi. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

populasi dalam penelitian ini adalah para pengguna produk e-commerce yang ada di Kota

Bandung, untuk sementara ini jumlah populasi tersebut belum dapat diketahui.

Dalam menentukan jumlah sampel yang dapat mewakili populasi yang jumlahnya tidak

diketahui tersebut maka peneliti menggunakan metode Bernoulli, dengan menggunakan rumus

seperti di bawah ini:

𝑛 =(𝑍α/2)2𝑥 𝑝 𝑥 𝑞

𝑒2

Keterangan:

n = jumlah sampel p = probabilitas ditolak

Z = nilai standar distribusi normal q = probabilitas diterima (1-q)

α = tingkat ketelitian e = tingkat kesalahan (error)

dalam penelitian ini menggunakan α = 5%, tingkat kepercayaan sebesar 95% sehingga

diperoleh nilai Z = 1.96, e = 10%, p = 0.5 dan q = 1-p =0.5, maka diperoleh jumlah

sampel minimum sebesar 96,04 (Riduwan, 2007).

3.3.2.Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan non probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan peluang

atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota (zikmund et.al., 2010:395). Dengan

menerapkan judgement (purposive sampling) berdasarkan hasil penilaian terhadap karakteristik

dan tujuan yang dibutuhkan untuk menjadi sampel.

3.4.Uji Validitas dan reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan penulis dalam penelitian ini dilakukan

kepada responden yaitu Pengguna media e-commerce. Seperti yang diungkapkan oleh (Umar,

2008) yaitu jumlah responden yang diambil dalam uji coba kuesioner disarankan minimal 30

orang jika sampelnya besar dimana n > 10. Data itu akan valid bila terdapat kesamaan data yang

terkumpul dengan data yang sesungguhnya pada objek yang diteliti (Sugiyono, 2010).

Menurut Umar (2008) uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan

pada kuesioner yang harus diganti/buang karena dianggap tidak relevan. Alat ukur yang

digunakan untuk menguji validitas dari setiap butir pertanyaan yang ada dalam kuesioner

menggunakan perhitungan korelasi Product Moment Pearson.

Page 13: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

189

Uji reliabilitas diperlukan untuk mengukur derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan

yang ditunjuk oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Pengujian reliabilitas dalam

penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach yang digunakan untuk jenis data interval.

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman responden terhadap pernyataan–

pernyataan dalam kuesioner yang diajukan. Metode Alpha Cronbach sangat sesuai digunakan

pada skor berbentuk skala atau skor rentangan. Untuk penentuan apakah instrumen reliable atau

tidak, bisa digunakan batasan tertentu seperti 0,6. (Priyatno, 2011) sementara itu Kaplan &

Saccuzo (2001) menyatakan bahwa sekumpulan pernyataan untuk mengukur suatu variabel

dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel tersebut jika koefisien reliabilitasnya lebih

dari atau sama dengan 0.700.

3.5.Rancangan Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif dan metode kuantitatif.

Metode kualitatif dilakukan untuk menganalisis yang dilakukan dengan cara mengelompokkan

data yang diperoleh dari responden kemudian mentabulasikan dan menjelaskan secara

mendalam. Analisis ini cenderung mengakomodasi setiap data atau tanggapan responden yang

diperoleh melalui pengumpulan data sehingga mampu memberikan gambaran produk menurut

pengguna produk.

Untuk memudahkan penilaian dari jawaban responden, maka dibuat kriteria penilaian

berdasarkan empat bobot penilaian. Dengan empat alternatif jawaban dirasakan sebagai hal

yang paling tepat dalam penarikan kesimpulan, hasil penelitian yang diperoleh menjadi kurang

akurat bila terdapat kriteria penilaian pada jawaban netral (Sarjono & Julianita, 2011).

Data pengukuran yang dipakai dalam penelitian ini adalah data interval, yaitu data yang

memiliki jarak yang sama dari suatu objek yang diukur dimana hasil pengukuran dapat

diurutkan atas dasar ranking atau tingkatan kriteria tertentu selama interval nilainya sama.

Teknik pengukuran dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan correspondence

analysis yang merupakan bagian dari multidimensional scaling yaitu seperangkat teknik

matematika yang memiliki fokus utama terhadap keterwakilan sebagian terhadap suatu

hubungan diantara data dan sikap. (Green et al, 1989). Teknik ini digunakan untuk mencari

pemahaman visual dari persamaan, ketidaksamaan atau pemeringkatan antara titik-titik data

yang berbeda. Keseluruhan hal ini dibutuhkan untuk dapat menampilkan skala multidimensi

dalam suatu matriks yang memperlihatkan persamaan, ketidaksamaan atau suatu peringkat

terhadap grup dari suatu objek.

Analisis koresponden yang digunakan dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai

suatu teknik untuk memperlihatkan baris dan kolom dari suatu matriks data sebagai titik dalam

dua dimensi vector (Greenacre, 1984). Kekuatan dari teknik ini adalah tidak hanya melihat

keterikatan masing-masing kolom atau baris akan tetapi dapat melihat kedua variabel tersebut

secara bersamaan. Dapat dinyatakan secara tidak langsung bahwa untuk menggunakan teknik

ini dalam mengukur dan membandingkan persamaan atau perbedaan dalam mengukur suatu

website dapat dilakukan.

Korespondensi analisis membolehkan untuk menguji data dan visual yang menunjukan

hubungan yang kompleks antara website yang berbeda, berbeda kriteria dan antara situs dan

kriteria dalam suatu skala dimensi yang rendah.

Page 14: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

190

IV. PEMBAHASAN

Berdasarkan sampel data hasil kuesioner yang didapatkan secara langsung di lapangan

sebanyak 183 responden dengan responden yang disebar menggunakan berbagai media sosial

dalam kurun waktu satu minggu mulai dari tanggal 25 Maret 2016 sampai dengan 1 April 2016.

Perbandingan kedua e-commerce tersebut dapat dideskripsikan bahwa berdasarkan data

tersebut didapatkan data bahwa pengguna wanita lebih banyak daripada pria dengan

perbandingan 56% (103 orang) berbanding dengan 44% (80 orang). Hal ini dapat

memperlihatkan bahwa wanita memiliki kecendrungan untuk berbelanja menggunakan e-

commerce yang lebih besar daripada pria.

Pada umumnya yang sering belanja dengan memanfaatkan media e-commerce ini

adalah masyarakat dengan rentang usia antara 17-24 tahun yang termasuk pada generasi “Y”

dan millennial dengan persentase mencapai 82%, sesuai dengan karakteristiknya yaitu generasi

yang tidak dapat terpisahkan dengan teknologi dengan tingkat lulusan SMA atau yang sedang

melakukan studi Strata-1 mencapai 53%, sementara lulusan Strata 1 sebesar 29% dan lulusan

Strata 2 sebesar 13%.

Mahasiswa/i adalah elemen masyarakat terbesar yang menggunakan media e-commerce

untuk melakukan transaksi jual-beli yakni sebesar 67%, berdasarkan hasil wawancara dengan

sebagian responden mereka menyatakan bahwa dengan menggunakan media e-commerce ini

mereka mendapatkan berbagai kemudahan terutama dalam melakukan transaksi jual-beli,

karena mereka dapat melakukan berbagai transaksi tanpa batas baik waktu maupun ruang

sehingga dapat memberikan penghasilan tambahan dan membuat mereka belajar dalam

melakukan usaha, rata-rata mereka telah menggunakan media e-commerce ini > 3 kali atau

mencapai 61% dari jumlah keseluruhan.

Terdapat banyak alasan bagi masyarakat untuk dapat memanfaat media e-commerce ini

yakni Kemudahan, Kecepatan, Praktis, Variatif, Murah dan lainnya, akan tetapi alasan Praktis

merupakan hal pertama yang masyarakat cari dalam pemanfaatan media ini lalu disusul dengan

Kemudahan dan alasan ketiga adalah Variatif dengan penawaran produk yang beraneka ragam.

Total sampel sebanyak 183 responden telah menggunakan e-commerce berbasis C2C

Tokopedia dan Bukalapak, selain kedua e-commerce tersebut masih ada beberapa e-commerce

yang sering digunakan oleh para responden seperti Lazada, OLX, Zalora, Matahari Mall dan

Elevania, sementara itu yang paling sering digunakan untuk bertransaksi adalah Lazada dengan

persentase mencapai 53%. Objek penelitian kali ini adalah e-commerce yang berbasis C2C

yakni Tokopedia dan Bukalapak.

Pada penelitian ini akan dibahas dengan menggunakan penilaian berdasarkan total

penggunaan yang dilihat dari seberapa besar jawaban responden yang menjawab baik dan baik

sekali serta penilaian berdasarkan kriteria dengan menggunakan garis kontinum.

4.1.Penilaian berdasarkan Kriteria

Terdapat lima Variabel yang akan dibahas pada penelitian ini yakni mengenai

permasalahan Interface, Navigation, Content, Reliability dan Technical. Variabel Interface ini

terdiri dari empat dimensi, yang pertama adalah mengenai graphic design principles menilai

mengenai kemudahan pengoperasian, penggunaan warna, latar belakang dan penggunaan grafik

dan tulisan dimana Bukalapak memiliki nilai rata-rata 95,77% mengungguli Tokopedia yang

Page 15: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

191

memiliki nilai rata-rata 93,85%. Kedua Graphics and Multimedia dengan indikator tampilan

situs menarik, navigasi, web icon, kesederhanaan tampilan dan kecepatan akses antar halaman,

Tokopedia secara rata-rata memiliki nilai rata-rata yang lebih baik yakni sebesar 93,55%

sementara itu Bukalapak sebesar 92,46%, akan tetapi dalam indikator kemudahan navigasi

Bukalapak memiliki nilai yang lebih besar. Ketiga Style and Text, penggunaan gaya bahasa

dan text yang digunakan oleh Tokopedia lebih baik sehingga mudah dimengerti dan dipahami

oleh netizen daripada Bukalapak dengan nilai rata-rata 96,72% berbanding 95,36%. Keempat

Flexibility and compatibility yang menilai mengenai kesesuaian ukuran halaman dengan layar,

akses home sites dalam bentuk text, ketersediaan bahasa pendukung lainnya dan kemudahan

para disabilitas dalam menggunakan interface C2C ini, penilaian rata-rata dengan nilai terbesar

adalah Tokopedia dengan nilai 84,02% sementara Bukalapak 83,47%. Untuk Variabel Interface

ini Tokopedia lebih baik daripada Bukalapak dengan mengungguli pada tiga dimensi penilaian

dengan total nilai rata-rata 92,04% berbanding 91,76%.

Pembahasan kedua mengenai variabel Navigation, dalam variabel ini terdapat lima

dimensi yang menjadi bahan penilaian, pertama mengenai logical structure dari kedua media

e-commerce mengenai tampilan menu dan kemudahan cara untuk pemetaan dari situs e-

commerce Tokopedia memiliki nilai 89,62% lebih baik 2,19% daripada Bukalapak. Dimensi

kedua yaitu ease of use, Tokopedia lebih baik dari Bukalapak dengan nilai yang terpaut 2,19%

dikarenakan Tokopedia memberikan kemudahan dalam pencarian secara detail dan memiliki

reputasi yang lebih baik dengan menempati ranking situs ke-8 terbaik di Indonesia, sementara

itu Bukalapak menempati ranking 12 menurut alexa.com. Dimensi ketiga adalah ketersediaan

mesin pencarian untuk kemudahan dalam mencari suatu produk yang dibutuhkan, dalam

dimensi ini keduanya memiliki nilai yang sama yaitu 89,44%, dengan nilai yang sama persis

seperti itu menandakan bahwa keduanya telah berhasil menyesuaikan dengan ekspektasi dari

calon customer. Dimensi keempat adalah Navigational Necessities, dimana semua link dalam

situs dapat berfungsi dengan baik, halaman pelapak mudah untuk diperbaharui dan label tiap

halaman harus sangat jelas serta mudah dipahami, baik Tokopedia maupun Bukalapak telah

dapat memenuhi keinginan dari para pelapak karena keduanya memiliki nilai yang sama

89,07%, nilai ini dapat terus ditingkatkan bila perusahaan dapat terus fokus pada target

customer, mengenali lebih jauh mengenai siapa pelanggan kita dan mempersingkat dan

mempermudah alur transaksi. Bila dilihat secara keseluruhan mengenai variabel ini Tokopedia

memiliki nilai rata-rata yang lebih baik daripada Bukalapak yaitu 90,66% berbanding 89,57%.

Pembahasan ketiga yakni Content, dalam variabel ini terdapat empat pembahasan dalam

melakukan penilaian terhadap dua media E-commerce C2C, pertama Informasi yang terkait

dengan produk yang ditawarkan dan terdapat pada display setiap menu yang ada terutama

mengenai detail spesifikasi, harga dan iklan produk, untuk penilaian masing-masing dalam

variabel ini memperlihatkan bahwa Bukalapak memiliki nilai 93,44% dan Tokopedia 91,80%,

keunggulan Bukalapak ini karena tampilan dan informasi iklan yang ditawarkan lebih jelas

sehingga calon customer tidak perlu mencari informasi dengan membuka menu tambahan

lainnya. Kedua mengenai ketersediaan dan kemudahan akses layanan informasi dan kontak dari

perusahaan penyedia, dengan adanya akses yang jelas serta lengkap akan membuat perusahaan

lebih responsif dalam menanggapi setiap keluhan para pelapak atau mitra kerja, berdasarkan

penilaian yang diberikan Tokopedia lebih baik daripada Bukalapak dengan perbandingan nilai

87,21% berbanding 85,90%, ini mengindikasikan bahwa informasi yang diberikan kepara para

mitra terkait dengan kerjasama yang dilakukan mudah untuk diakses. Ketiga mengenai kualitas

informasi yang ditawarkan kepada para calon customer, dalam setiap perusahaan memiliki

suatu aturan dan ketentuan tersendiri yang mengikat para mitra untuk dapat memberikan suatu

deskripsi produk yang selalu dapat diperbaharui dan adanya fasilitas iklan promo secara gratis

Page 16: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

192

yang diberikan, Bukalapak memiliki penilaian yang lebih baik daripada Tokopedia dengan nilai

88,52% berbanding 82,51% hal ini dikarenakan saat tampilan awal atau home Bukalapak telah

dapat memberikan informasi kepada calon customernya mengenai produk-produk yang sedang

promo dan ada juga yang memberikan potongan harga pada setiap produk yang ditawarkan lain

halnya dengan Tokopedia yang harus masuk terlebih dahulu pada kategori yang dituju baru

terlihat produk promo yang ditawarkannya. Bahasan keempat adalah masalah interactivity

antara customer dengan penyedia jasa, personalisasi tampilan, dan kemudahan dalam

mengakses suatu komunitas. Dalam hal ini Tokopedia mempunyai penilaian yang lebih baik

daripada Bukalapak yaitu 79,05% dan 77,96%, hal ini dikarenakan Tokopedia berhasil

melakukan kerja sama dengan pihak pemerintah dan BUMN terutama mengenai peningkatan

layanan e-commerce UMKM di setiap kota seperti Bandung, Semarang dan DKI Jakarta dengan

menyediakan halaman khusus bagi UMKM yang berasal dari ketiga kota tersebut, sementara

itu Bukalapak dapat menjadi suatu pemain e-commerce yang besar seperti saat ini karena

merupakan hasil dari menggandeng komunitas sepeda untuk dapat melakukan transaksi seputar

kebutuhan sepeda yang dibutuhkan sampai akhirnya komunitas sepeda memiliki keinginan

untuk memenuhi semua kebutuhan kesehariannya pada Bukalapak. Dengan begitu secara

keseluruhan Bukalapak mengungguli Tokopedia dalam hal konten dengan nilai total 86,46%

berbanding 85,15%.

Pembahasan keempat evaluasi media e-commerce C2C ini adalah mengenai Reliability

Analysis yang diwakili oleh empat sub pembahasan dengan total sebelas pertanyaan. Pertama

adalah masalah stored customer profile Bukalapak memiliki nilai lebih baik 89,34% sementara

Tokopedia 88,66%, dari keseluruhan perntanyaan mengenai hal tersebut Bukalapak memiliki

nilai lebih baik seperti kemudahan registrasi, “log in”, panduan pengisian profile dan value

added yang ditawarkan. Bukalapak saat ini tidak hanya fokus pada transaksi e-commerce C2C

semata akan tetapi saat ini telah merambah pada layanan Financial Technology dan yang paling

menonjol untuk saat ini adalah dengan dilakukannya kerja sama antara Bukalapak dengan

Bareksa dengan menciptakan produk yang bernama bukareksa khusus mengenai layanan

Reksadana. Kedua mengenai proses pemesanan, mulai dari kegiatan pemesanan, pembayaran

dan pengiriman, Tokopedia memiliki keunggulan 93,26% berbanding 92,53% pada Bukalapak,

Bukalapak memiliki keunggulan saat melakukan suatu transaksi dimana customer dapat

melakukan pembelian suatu produk tanpa harus membuka account dan menjadi anggota dari

Bukalapak terlebih dahulu sehingga bagi siapapun yang ingin melakukan transaksi dapat

dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa terbatas suatu kebijakan yang mempersulit

seseorang untuk mendapatkan suatu produk. Ketiga adalah pelayanan setelah pemesanan

sampai dengan produk tersebut diterima oleh customer dengan nilai yang sama yakni 90,71%,

dengan nilai yang sama persis dapat dikatakan bahwa pelayanan yang ditawarkan oleh kedua

belah pihak relatif hampir sama satu sama lainnya. Keempat adalah mengenai ketersediaan

customer service untuk melakukan review terhadap suatu permasalahan produk dimana

Tokopedia memiliki nilai yang lebih baik dari Bukalapak dengan nilai yang tidak berbeda jauh

yakni 87,98% berbanding 87,43%. Secara nilai total keseluruhan untuk reliability analysis ini

menempatkan Tokopedia sedikit lebih baik daripada Bukalapak dengan nilai yang tidak terpaut

jauh yaitu 90,15 berbanding 90,00%.

Hal terakhir dalam melakukan evaluasi marketplace ini adalah mengenai variabel

Technical yang terdiri dari empat sub pembahasan dan sebelas pertanyaan. Pertama Speed,

dalam hal ini yang dievaluasi adalah bagaimana kecepatan proses suatu sistem untuk dapat

membuka menu utama, sub menu, penyimpanan history, pemanggilan database sebelumnya

dan suatu pertimbangan mengenai penggunaan broadband. Penilaian rata-rata yang dilakukan

terhadap kelima pertanyaan tersebut menyatakan bahwa Bukalapak memiliki nilai lebih baik

Page 17: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

193

yakni 89,84% dan Tokopedia 88,85% dimana penilaian mengenai kecepatan untuk masuk ke

dalam menu utama yang lebih baik yakni mencapai nilai 95,08%. Kedua Security, untuk menilai

masalah keamanan ini diwakili oleh pertanyaan keamanan data, keamanan sistem pembayaran

dan perlindungan privacy dari user. Berdasarkan rata-rata penilaian ketiga hal tersebut

Bukalapak memiliki keamanan yang lebih baik daripada Tokopedia dengan nilai 93,08% dan

91,62%. Ketiga software dan database yang diwakili oleh satu pertanyaan yakni tersedianya

versi mobile application dengan penilaian Bukalapak 97,27% dan Tokopedia 94,54%,

Bukalapak lebih baik dalam hal ini kaitannya dengan faktor kecepatan untuk masuk kedalam

menu tampilan utama yang dapat langsung dilihat oleh para calon customer. Keempat system

design, hal ini diwakili oleh dua pertanyaan yaitu mengenai operasi perhitungan dan resolusi

yang digunakannya, dari kedua pertanyaan tersebut Tokopedia memiliki nilai rata-rata 95,90%

dan Bukalapak 94,54%, dimana Tokopedia unggul dalam hal memberikan resolusi yang tepat

dan baik bagi para calon customer dan dapat memberikan kenyamanan dalam melihat produk-

produk yang ditampilkan dalam marketplace tersebut. Bila dirata-ratakan secara keseluruhan

dalam variabel ini Bukalapak memiliki nilai yang lebih baik daripada Tokopedia 93,68% dan

92,73%.

Dengan memperhatikan keseluruhan penilaian dari lima variabel tersebut Tokopedia

unggul dalam variabel Interface, Navigation dan Reliability, sementara Bukalapak unggul

dalam segi Content dan Technical. Bila memperhatikan rata-rata nilai keseluruhan maka

Bukalapak unggul tipis dari Tokopedia yakni 90,30% berbanding 90,15%, dengan nilai yang

perbedaannya sangat tipis dapat disimpulkan bahwa kedua marketplace telah mampu

memenuhi ekspektasi calon customer penyedia jasa perantara jual-beli online, persaingan ini

akan terus berlanjut seiring dengan terus berkembangnya technology terutama trend saat ini

mengenai financial technology yang mulai diterapkan oleh masing-masing marketplace mulai

dari penyedia jasa payment point, pembiayaan dan penampungan dana.

4.2.Analisis Garis Kontinum

Dalam kuesioner penelitian ini peneliti memberikan empat pilihan jawaban kepada

responden sehingga diperoleh rentang kriteria penilaian menggunakan garis kontinum.

Penilaian yang didasarkan pada perhitungan garis kontinum menunjukan bahwa kedua

marketplace Tokopedia dan Bukalapak memiliki kriteria penilaian baik dengan perbedaan nilai

total rata-rata secara keseluruhan tidak terpaut terlalu jauh hanya 0,95%, dimana Tokopedia

memiliki kinerja yang sedikit lebih unggul daripada Bukalapak dengan nilai 75,60% dan

74,65%. Responden memberikan penilaian yang hampir seimbang sehingga proses layanan

yang diberikan serta tingkat kemajuan teknologi untuk selalu di update yang disesuaikan

dengan perkembangannya termasuk masalah database dan kegiatan operasional web yang

harus melakukan perawatan terhadap para stakeholder dan shareholder yang dimiliki oleh

masing-masing marketplace.

Dengan tingkat persaingan yang sangat ketat ini tidak menutup kemungkinan para

konsumen yang cerdas dapat dengan mudah untuk berpindah ke produk yang ditawarkan oleh

kompetitornya selain hanya digunakan untuk melakukan perbandingan harga secara transparan

dan penggunaan affiliate oleh para pelapak.

Tokopedia memiliki kriteria penilaian sangat baik dalam penggunaan bahasa dan

kemudahan dalam menggunakan mesin pencarian disamping keseluruhan pertanyaan yang

memiliki kriteria baik. Bukalapak sendiri tidak dalam posisi yang minoritas dalam keseluruhan

aspek terkalahkan oleh Tokopedia, ada beberapa hal yang menjadikan Bukalapak unggul seperti

Page 18: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

194

kemudahan dalam mengoperasikan halaman web, efektifitas background, back to main menu,

memberikan iklan yang lebih jelas, content update, update informasi promo dan mobile apps

yang lebih mudah digunakan.

Pemasaran dalam suatu skala yang besar memiliki tanggung jawab untuk membantu

masyarakat mencapai standar hidup dan kualitas hidup terbaik yang harus terus ditingkatkan

pada tingkatan tertinggi dari suatu organiasasi (Webster. 2013).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Peran penting internet perlu ditunjang dengan pengetahuan mengenai keuntungan yang

akan diperoleh jika kita dapat memaksimalkan peran media e-commerce yang telah ada tanpa

perlu membangun suatu web khusus hanya untuk menjual produk. Perkembangan transaksi

online tidak hanya terbatas oleh suatu wilayah geografis tapi dapat menyentuh sampai ke

pelosok daerah suatu negara.

Evaluasi tahapan membuat suatu keputusan dalam e-commerce dengan melihat

bagaimana karakteristik dan kinerja system dari e-commerce yang digunakan dan bagaimana

tahapan awal sampai dengan technical aspect semuanya dapat terintegrasi dengan baik

termasuk didalamnya kerja sama yang dilakukan dengan berbagai pihak.

Berdasarkan tujuan penelitian maka jenis penelitian yang dilakukan adalah dengan

menggunakan explanatory research, unit observasi dalam penelitian ini adalah para pengguna

e-commerce yang pernah merasakan manfaat dari membeli suatu produk secara online pada

Tokopedia dan Bukalapak di wilayah Kota Bandung Jawa Barat.

Peneliti melakukan penelusuran dengan menggunakan data primer dan data sekunder,

dalam menentukan jumlah sampel yang dapat mewakili populasi penduduk yang menggunakan

internet untuk memanfaatkan layanan perdagangan online di kota Bandung yang jumlahnya

tidak diketahui tersebut maka peneliti menggunakan metode Bernoulli sehingga didapatlah

jumlah sampel minimum 97 responden, pengambilan sampel akan dilakukan dengan

menggunakan metode non probability sampling yakni judgement (purposive) sampling.

Data hasil penyebaran kuesioner diperoeh jumlah sampel sebanyak 183 responden,

penyebaran dilakukan menggunakan berbagai media sosial dan social network. Berdasarkan

data tersebut didapatkan data bahwa pengguna jual beli online didominasi oleh wanita daripada

pria dengan perbandingan 56% (103 orang) berbanding dengan 44% (80 orang) dengan rentang

usia antara 17-24 tahun, tingkat lulusan SMA atau yang sedang melakukan studi Strata-1

mencapai 53%. Terdapat berbagai alasan masyarakat memanfaatkan media e-commerce ini

diantaranya adalah Kemudahan, Kecepatan, Praktis, Variatif, Murah dan lainnya, akan tetapi

alasan Praktis merupakan hal pertama yang masyarakat cari dalam pemanfaatan media, kedua

adalah Kemudahan dan ketiga adalah Variatif dengan penawaran produk yang beraneka ragam.

Selain kedua e-commerce yang menjadi objek penelitian tersebut masih ada beberapa

e-commerce yang sering digunakan oleh para responden seperti Lazada, OLX, Zalora, Matahari

Mall, Blibli dan Elevania, Lazada merupakan media e-commerce yang paling sering digunakan

untuk bertransaksi dengan persentase mencapai 53%.

Page 19: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

195

Pembahasan pertama dalam penelitian ini adalah menggunakan penilaian berdasarkan

total penggunaan yang dilihat dari seberapa besar jawaban responden yang menjawab baik dan

baik sekali pada semua variabel yang diteliti, dengan hasil sebagai berikut: Variabel Interface

di Tokopedia lebih baik daripada Bukalapak dengan mengungguli pada tiga dimensi penilaian

dengan total nilai rata-rata 92,04% berbanding 91,76%. Variabel Navigation di Tokopedia

memiliki nilai rata-rata yang lebih baik daripada Bukalapak yaitu 90,66% berbanding 89,57%.

Variabel Content secara keseluruhan Bukalapak mengungguli Tokopedia dengan nilai total

86,46% berbanding 85,15%. Variabel reliability analysis menempatkan Tokopedia sedikit

lebih baik daripada Bukalapak dengan nilai yang tidak terpaut jauh yaitu 90,15 berbanding

90,00%. Dan bila dirata-ratakan secara keseluruhan dalam variabel ini Bukalapak memiliki

nilai yang lebih baik daripada Tokopedia 93,68% dan 92,73%. Meskipun Tokopedia unggul

dalam variabel Interface, Navigation dan Reliability, sementara Bukalapak sendiri unggul

dalam segi Content dan Technical. Bila memperhatikan rata-rata nilai keseluruhan maka

Bukalapak unggul tipis dari Tokopedia yakni 90,30% berbanding 90,15%, dengan nilai yang

perbedaannya sangat tipis dapat disimpulkan bahwa kedua marketplace telah mampu

memenuhi ekspektasi calon customer penyedia jasa perantara jual-beli online, persaingan ini

akan terus berlanjut seiring dengan terus berkembangnya technology terutama trend saat ini

mengenai financial technology yang mulai diterapkan oleh masing-masing marketplace mulai

dari penyedia jasa payment point, pembiayaan dan penampungan dana.

Pembahasan kedua dalam penelitian ini adalah penilaian berdasarkan kriteria yang

menggunakan garis kontinum, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut: Berdasarkan hal

tersebut penilaian ini menunjukan bahwa kedua marketplace Tokopedia dan Bukalapak

memiliki kriteria penilaian baik dengan perbedaan nilai total rata-rata secara keseluruhan tidak

terpaut terlalu jauh hanya 0,95%, dimana Tokopedia memiliki kinerja yang sedikit lebih unggul

daripada Bukalapak dengan nilai 75,60% dan 74,65%. Responden memberikan penilaian yang

hampir seimbang sehingga proses layanan yang berikan serta tingkat kemajuan teknologi untuk

selalu diupdate yang disesuaikan dengan perkembangannya termasuk masalah database dan

kegiatan operasional web yang harus melakukan perawatan terhadap para stakeholder dan

shareholder yang dimiliki oleh masing-masing marketplace.

Dengan menggunakan dua cara penilaian yang dilakukan secara keseluruhan,

memberikan hasil yang berbeda yakni penilaian dengan menggunakan pembahasan pertama

memberikan hasil Bukalapak sebagai media e-commerce yang lebih baik dalam hal cara

customer membuat suatu keputusan pembelian atau penggunaan akan suatu service yang

diberikan, sementara dengan menggunakan cara pembahasan kedua memberikan penilaian

bahwa Tokopedia memiliki kriteria kinerja yang lebih baik dan menunjukan bahwa kriteria ini

sesuai dengan peringkat alexa.com bahwa Tokopedia berada pada positioning yang lebih baik

daripada Bukalapak.

5.2.Saran

Untuk memperdalam pembahasan dari penelitian ini dapat ditindaklanjuti dengan

melakukan penelitian berikutnya dengan mengukur E-core service quality (E-S Qual) pada

masing-masing objek. Melengkapi dan menyempurnakan hasil penelitan ini, peneliti

selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian pada objek yang memiliki model bisnis

B2C sehingga dapat terkumpul penelitian mengenai evaluasi media e-commerce yang

Page 20: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

196

komprehensif dan dilakukan tidak hanya di Kota Bandung akan tetapi dengan cakupan yang

lebih besar seperti di lima kota besar atau seluruh wilayah indonesia.

Dalam hal memaksimalkan layanan e-commerce yang telah ada sebaiknya perusahaan

menerapkan fitur social search (geo information, geo social dan geo advertising) dengan

memaksimalkan peran GPS (Global Positioning System) dari masyarakat yang selalu aktif,

dengan hal tersebut diharapkan informasi mengenai pola penggunaan produk masyarakat akan

semakin diketahui sehingga suspect dapat langsung termonitor dan semakin mengerti akan

kebutuhan konsumen dengan cara behavioral targeting.

DAFTAR PUSTAKA

Akdon dan Riduwan. 2007. Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika. Bandung. Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV.

Jakarta: Rineka Cipta.

Gotzamani, Katerina D. Dan Tzavlopoulos, Yannis E. 2009. Measuring E Commerce Quality:

An Exploratory Review. International Journal of Quality and Service sciences, Vol 1 Iss 3

pp. 271-279.

Green et al. 1989. Multidimensional Scaling: Concept and Applications. Allyn and Bacon.

Greenacre, M.J. (1984). Theory and Applications of Correspondence Analysis. Academic Press.

London.

Haryadi Sarjono, Winda Julianita. 2011. SPSS vs LISREL sebuah pengantar Aplikasi untuk

Riset. Penerbit Salemba Empat. Jakarta

http://www.alexa.com/siteinfo/Tokopedia.com

http://www.alexa.com/siteinfo/bukalapak.com

https://www.bukalapak.com/about

http://www.internetworldstats.com/stats.htm

http://www.internetworldstats.com/stats3.htm

http://www.internetworldstats.com/asia/id.htm

https://www.Tokopedia.com/about

Page 21: Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung (Case study

197

Kaplan, M. Robert, & Saccuzo, P. Dennis.2001. Psychological Testing Principles and Issues,

2nd Edition. Woodsworth Publishing.

Kotler, Philip and Keller, Kevin L. 2016. Marketing Management. New Jersey. Prentice Hall.

Laudon, Kenneth C dan Traver, Carol Guercio. 2017. E-Commerce 2016: Business,

Technology and Society. Pearson Global edition.

Laudon, Kenneth C. dan Laudon, Jane P. 2012. Management Information System. Prentice Hall.

Mohapatra, Sanjay. 2013. E-commerce Strategy. Springer.

Lee, Young Eun dan Bensabat, Izak. 2004. A Framework For The Study Of Customer Interface

Design For Mobile Commerce. International Journal of Electronic Commerce Vol. 8, No.

3, pp 79-102.

Merwe, Rian van der dan Bekker, James. 2003. A Framework and Methodology for Evaluating

E-Commerce Websites.

Parasuraman, et al. 2005. ESQUAL A Multiple Item Scale For Assessing Electronic Service

Quality. Journal of Service Research Vol. 7 No X 2015.

Schiffman dan Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Edisi 7. Jakarta: Indeks

Singh, I.K. 2003. Criteria for the Development of Effective University Websites. South african

Journal of Information Management Vol. 5 September 2003.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Umar, Husein. 2008. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Webster, Frederick E. Dan Lusch, Robert F. 2013. Elevating marketing: marketing is dead!

Long live marketing. Journal of the Academy of Marketing Science Vol. 41 No. 4.

Zikmund et al. 2010. Business Research Methods. Canada. South Western.