Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
177
Effectiveness C2C E-Commerce Media In Bandung
(Case study at Tokopedia.com and Bukalapak.com)
Oleh:
Mochamad Malik Akbar Rohandi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis-Manajemen, Universitas Islam Bandung (Unisba)
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat membuka suatu peluang baru dari pasar
yang telah ada, tanpa disadari semua kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi tanpa harus keluar rumah,
terdapat berbagai pengaruh yang mempengaruhi kualitas e-commerce yang pada akhirnya akan
mempengaruhi keputusan pembelian customer. E-commerce berbasis C2C yang ada saat ini perlu untuk
dilakukan evaluasi dan diketahui tingkat keefektifannya terutama dalam melakukan tinjauan literatur
secara menyeluruh mengenai masalah ini untuk membantu mengidentifikasi aspek-aspek yang
mempengaruhi kualitas e commerce sehingga dapat terjadi transaksi yang efektif terutama bagi para
start up. Penelitian ini menggunakan explanatory research yang bersifat verifikatif dideskripsikan
secara langsung dengan total sampel 183 responden pengguna e-commerce di Kota Bandung.
Pembahasan pertama menggunakan total penilaian jawaban kriteria baik dan baik sekali, kedua dengan
menggunakan analisis garis kontinum. Hasil penelitian menunjukan pengguna jual-beli online
didominasi oleh wanita 56%, rentang usia antara 17-24 tahun, dengan alasan Praktis, Kemudahan,
Variatif, Kecepatan dan Murah. Sementara itu hasil yang berbeda ditunjukan dalam dua pembahasan
tersebut yakni pertama Bukalapak sebagai media e-commerce yang lebih baik 90,30%, sementara
pembahasan kedua Tokopedia lebih baik dengan nilai 75,60%.
Kata Kunci: internet, e commerce, C2C, kualitas, pemasaran online
ABSTRACT
The rapid development of information technology makes new opportunities from existing
markets, without realizing all the daily needs can be fulfilled without having to leave the house, there
are various influences affecting the quality of an e-commerce can affect customer purchasing decisions.
Current C2C based e-commerce needs to be evaluated and known for their effectiveness, especially in
conducting a thorough review of the literature on this issue to help identify aspects affecting the quality
of e-commerce, it can make transactions more effective especially for start-ups. This research uses
explanatory research that is verificative described directly with total sample of 183 respondent e-
commerce user in Bandung. The first discussion uses the total assessment of good and excellent criteria,
second by using continuum line analysis. The result of the research shows that online trading users are
dominated by 56% women, age range 17-24 years old, with reason Practical, Convenience, Variative,
Speed and Cheap. Meanwhile, different results are shown in the two discussions, namely the first
Bukalapak as a better e-commerce media 90.30%, while the second discussion Tokopedia better with a
value of 75.60%.
Keywords: internet, e commerce, C2C, quality, online marketing
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang semakin canggih berakibat pada berubahnya pola
interaksi masyarakat, baik interaksi sosial, ekonomi, bisnis, pendidikan dan budaya. Dari
seluruh aspek kehidupan manusia yang terkena dampak terbesar kehadiran internet adalah
dalam sektor bisnis melalui e commerce.
178
Internet membuka pasar baru untuk bisnis yang ada. Ini juga menciptakan model bisnis
baru, seperti organisasi virtual. Internet adalah alat pemasaran yang berharga untuk baik di
industri maupun akademisi. Dengan interaksi tatap muka menjadi bentuk komunikasi yang
menyita waktu dan merepotkan, Internet menyediakan beragam pengguna dengan interaksi
tatap muka yang mudah dan murah (Singh: 2003).
Dalam era digital sekarang ini peran e-commerce sangat penting untuk meningkatkan
perekonomian seseorang seiring dengan meningkatnya penggunaan teknologi internet dan
smartphone. Perkembangannya sangat memudahkan umat manusia sekarang ini dengan
berdiam diri di tempat atau rumah kita dapat melakukan apapun ke seluruh dunia tanpa perlu
mendatangi tempat-tempat tersebut. Perkembangan transaksi online tidak hanya terbatas oleh
suatu wilayah geografis tapi dapat menyentuh sampai ke pelosok daerah suatu negara.
Peran penting internet perlu ditunjang dengan pengetahuan mengenai keuntungan yang
akan diperoleh jika kita dapat memaksimalkan peran media e-commerce yang telah ada tanpa
perlu membangun suatu web khusus hanya untuk produk kita saja. Hal itu dikarenakan dengan
membuat media web sendiri perlu ditunjang dengan cara melakukan media promosi pada media
massa baik itu berbasis web maupun media tradisional.
Berdasarkan data yang didapat dari www.internetworldstats.com pengguna internet
dunia sampai dengan Quarter kedua tahun 2015 telah mencapai tiga juta pengguna internet hal
ini semakin menarik karena dengan semakin berkembangnya pengguna internet di seluruh
dunia maka akan semakin bertambah pula market size yang terbentuk. Sampai dengan saat ini
benua Asia merupakan benua dengan tingkat pengguna internet terbesar yakni sebesar 47.8%
pengguna internet dunia ada di wilayah Asia mengalahkan benua Eropa bahkan Amerika yang
memiliki basis google di Silicon Valley.
Melihat Asia sebagai pengguna internet terbesar dunia menjadikannya sebagai target
pasar yang baik untuk memasarkan berbagai produk. Salah satu target pasar utama saat ini
adalah Indonesia yang memiliki jumlah penduduk sebesar 255 juta jiwa penetrasi pengguna
internet Indonesia baru mencapai 28.5% dari total penduduk yang ada, dengan begitu Indonesia
masih berada di bawah negara Jepang dengan pengguna 90.6% dari total penduduk bahkan
Tiongkok yang memiliki jumlah penduduk 1.3 Milliar orang dengan tingkat penetrasi mencapai
49.5%. Pengguna internet terbesar dunia ada di benua Asia akan tetapi tingkat penetrasi
pengguna internet benua Asia berada dibawah rata-rata pengguna internet dunia. Penetrasi
pengguna internet di Amerika Utara telah mencapai 87.9% hal tersebut dapat mengindikasikan
bahwa sebanyak delapan dari 10 orang penduduk amerika utara telah memanfaatkan media
Internet untuk keperluan sehari-harinya.
Media e commerce dengan hosting dari luar negeri seperti Shopee (Jepang), Lazada dan
Zalora (Hongkong, Tiongkok) menargetkan Indonesia sebagai customer akhir, dan jika
diperingkat berdasarkan data yang diperoleh dari alexa.com bahwa peringkat Lazada saat ini
berada di atas dari media-media e-commerce lokal yang hosting di dalam negeri.
Dengan melihat kondisi tersebut di atas perlu adanya peran Pemerintah sebagai
regulator, perusahaan Telekomunikasi sebagai operator dan dunia Pendidikan sebagai
educator untuk meningkatkan peran aktif dari masyarakat maupun mahasiswa untuk dapat
meningkatkan perannya tidak lagi sebagai konsumen akhir tapi bertransformasi menjadi
seorang producer yang profit oriented.
179
E-commerce merupakan media pemasaran yang menggunakan website untuk
bertransaksi atau memfasilitasi suatu penjualan produk secara online (Kotler, 2016:536) atau
keseluruhan media elektronik yang memberikan transaksi informasi antara organisasi dan
stakeholder eksternal lainnya (Chaffey, 2016:xv). Sementara itu media internet terutama e-
commerce calon konsumen dapat melakukan pencarian informasi mengenai suatu produk yang
dibutuhkannya secara real time dengan begitu dapat mengurangi usaha dan biaya yang
dikeluarkan untuk mencari informasi produk.
Dalam dunia pemasaran online para penjual berkompetisi dalam tiga aspek penting
bertransaksi yaitu: interaksi calon customer dengan website, pengiriman dan kemampuan untuk
memecahkan masalah.
Media-media e-commerce seperti OLX, Tokopedia, Bukalapak dan lain-lain saling
berkompetisi untuk dapat terus meningkatkan jumlah penjualan setiap harinya, dengan semakin
tingginya nilai penjualan dalam suatu situs akan memberikan efek positif bagi perusahaan
tersebut seperti tingginya tingkat kepercayaan, user friendly, kemudahan pembayaran dan lain-
lain sehingga meningkatkan nilai jual dari website tersebut.
Melihat perkembangan media e-commerce yang hampir sama dan sejenis dalam content
sehingga diperlukan suatu penilaian mengenai keefektifan media e-commerce tersebut dan
dapat menjadi panduan bagi para start up untuk dapat mengembangkan usahanya melalui media
e commerce yang akan dikembangkan. Selain hal tersebut terdapat pertumbuhan yang tinggi
dalam hal penggunaan smartphone dengan mobile internetnya yang akan menjadi suatu pondasi
m-commerce dalam hal menciptakan kemudahan terjadinya suatu transaksi (Lee dan Benbassat:
2004) sehingga perlu adanya penyesuaian terhadap konten-konten yang akan disajikan dalam
tampilan utamanya.
Pengembangan konten yang dilakukan oleh masing-masing pelaku usaha untuk
mempermudah terjadinya suatu transaksi menjadi hal menarik yang patut dicermati ditunjang
dengan peran media yang begitu gencar dalam melakukan promosi memberikan pengaruh kuat
bagi seseorang untuk menentukan dalam memutuskan keputusan pembelian suatu produk.
1.2.Tujuan Penelitian
Media e-commerce berbasis C2C yang ada saat ini perlu untuk dilakukan evaluasi dan
diketahui tingkat keefektifannya terutama dalam melakukan tinjauan literatur secara
menyeluruh, untuk membantu mengidentifikasi aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas e-
commerce sehingga dapat terjadi transaksi yang efektif terutama bagi para start up.
II. LANDASAN TEORI
2.1.Electronic Commerce
Laudon dan Traver (2017:50) menyatakan bahwa Electronic Business (e-business)
adalah definisi e-commerce yang lebih luas mencakup lebih dari sekedar jual beli barang dan
jasa. E-business mencakup pelayanan pelanggan, kolaborasi antara partner bisnis dan
penggunaan transaksi elektronik di dalam sebuah organisasi.
E-business menggunakan Information and Communication Technology (ICT) hanya
untuk satu jenis bisnis yang memiliki banyak proses dalam suatu organisasi bisnis. Ada tiga
180
proses utama dalam e-business yaitu production processes, customer focused processes dan
internal management processes.
Berbeda halnya dengan e-commerce dimana ICT digunakan antar transaksi bisnis atau
organisasi dan dalam transaksi bisnis kepada konsumen. Transaksi jual-beli melalui media
online baik itu produk maupun jasa. Transaksi ini menggunakan sistem elektronik seperti
internet dan berbagai jaringan komputer lainnya.
Menurut Kotler dan Keller (2012:439) e-commerce merupakan media pemasaran yang
menggunakan website untuk bertransaksi atau memfasilitasi suatu penjualan produk secara
online. Dalam Mohapatra (2013:8) definisi dari e-commerce modern adalah suatu aktifitas
transaksi yang menggunakan media elektronik world wide web (www) dalam setiap siklus
transaksinya. Sedangkan menurut Laudon (2012:373) e-commerce adalah mengenai transaksi
perdagangan yang memungkinkan melalui media Internet maupun Jaringan diantara organisasi
dan individu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa e-commerce merupakan media pemasaran
elektronik menggunakan jaringan internet yang dapat menciptakan terjadinya suatu transaksi
antara organisasi maupun individu.
Perkembangan teknologi ini membawa masyarakat menuju suatu era baru yang
dinamakan Techno Class Community, Menurut Schiffman dan Kanuk (2008:350) komunitas
ini merupakan suatu kelas sosial dalam masyarakat dimana orang-orang mulai ketergantungan
dengan teknologi, dan bila tidak biasa dalam memanfaatkan hal ini maka akan disebut orang
yang ketinggalan teknologi. Para pendidik, pemimpin perusahaan dan pejabat pemerintah telah
memperingatkan bahwa ketidakmampuan dalam menggunakan teknologi ini secara memadai
akan berdampak negatif terhadap gaya hidup dan kualitas hidup mereka.
Para konsumen di seluruh dunia mempercayai bahwa memperoleh pengertian
fungsional mengenai teknologi komputer dan internet sudah mendesak sekali untuk menjamin
agar mereka tidak tersingkir atau merintangi diri mereka secara sosial atau profesional. Mereka
yang tidak mempunyai keterampilan komputer yang diperlukan akan semakin merasa diri
mereka “ketinggalan” dan “tidak berguna”.
Jumlah transaksi yang terjadi melalui online ini tumbuh sangat cepat. Sekarang ini jenis
transaksi bisnis yang telah menggunakan cara ini seperti pengiriman uang, supply chain
management, Internet marketing, online transaction processing, Electronic Data Interchange,
inventory management systems, dan automated data collection systems.
Setiap pembayaran yang menggunakan kartu debit atau kredit dapat dikatakan sebagai
bagian dari definisi e-commerce. Bahkan Setiap transaksi yang menggunakan transportasi
menggunakan jasa logistik, yang menggunakan pengiriman uang melalui portal online
dikatakan sebagai e-commerce.
Proses jual beli tradisional membutuhkan produk fisik dan jasa. Ini berarti pembeli harus
melihat fisik barang di dalam toko untuk dapat membeli barang. Akan tetapi dengan e-
commerce model bisnis tersebut telah berubah.
2.2.Business to Business (B2B)
Didefinisikan sebagai e-commerce diantara perusahaan (Sanjay, 2013:74). Merupakan
tipe e-commerce yang memiliki hubungan kerja sama antara para organisasi bisnis. Hampir
181
80% e-commerce merupakan tipe ini, dan beberapa ahli memprediksi bahwa B2B e-commerce
akan terus tumbuh lebih cepat daripada segmen B2C.
Terdapat dua komponen utama dalam pasar B2B: e-frastructure dan e-markets. E-
frastructure adalah arsitektur atau pondasi dar B2B, dengan menggantungkannya pada:
a. logistics
b. application service provider
c. outsourcing of functions in the process of e-commerce
d. software for the operation and maintenance
e. content management software
f. web based commerce enablers
e-markets secara sederhana dapat didefinisikan sebagai situs jaringan tempat
berkumpulnya para penjual dan pembeli yang dapat berinteraksi satu sama lain dan
menghasilkan suatu transaksi.
2.3.Business-To-Consumer (B2C)
Perdagangan antara perusahaan dengan konsumen, pengumpulan informasi konsumen
mempengaruhi pada saat pembelian barang-barang yang memiliki wujud atau informasi barang
dan untuk informasi mengenai barang, cara menerima produk melalui jaringan media
elektronik.
B2C merupakan hal kedua terbesar dan paling awal dari perdagangan elektronik (Sanjay
, 2013:74). Dapat dibilang juga sebagai online retailing (e-tailing), merupakan model bisnis
B2C yang paling sering dilakukan oleh setiap orang yang sedang dalam start up business.
Aplikasi e-commerce yang sering digunakan dalam area ini seperti membeli produk dan
informasi, dan manajemen keuangan pribadi, dimana hal yang bersinggungan dengan
manajemen adalah investasi keuangan pribadi yang melibatkan dunia perbankan.
Dalam kasus pencarian mengenai informasi produk, B2C e-commerce ini lebih menarik
karena perusahaan menjadi lebih hemat sebagai dampak dari berkurangnya biaya jaringan
distribusi.
2.4.Business-To-Government (B2G)
B2G yang secara umum biasa disebut sebagai perdagangan yang dilakukan antara para
pelaku bisnis dengan pemerintah pada sektor publik (Sanjay, 2013:74). Seperti pengadaan
internet untuk publik, prosedur perijinan dan hal-hal lainnya dari pemerintah yang berhubungan
dengan sektor operasi. Terdapat dua fitur e-commerce dalam B2G: pertama sektor publik
memiliki peran sebagai pemimpin dalam menetapkan e-commerce, dan yang kedua
diasumsikan bahwa sektor publik memiliki kebutuhan yang paling besar dalam sistem
pengadaan untuk menjadi lebih efektif.
2.5. Consumer to Consumer (C2C)
Merupakan perdagangan sederhana yang dilakukan antara para individu konsumen.
Karakteristik perdagangan ini pertumbuhannya dipengaruhi oleh pasar dan lelang online,
beberapa bagian dari suatu industri dimana perusahaan dapat memesan apa yang mereka
182
inginkan diantara para supplier yang ada. Menjadi pertumbuhan yang potensial dalam
mengembangkan pasar baru.
Tipe perdagangan C2C seperti yang tercantum di bawah ini:
a. Lelang yang difasilitasi oleh suatu portal, seperti eBay
b. Menggunakan sistem peer to peer
c. Situs portal yang telah diklasifikasikan tertentu
d. Transaksi Consumer to Business (C2B) mempengaruhi proses lelang
e. Terdapat sedikit informasi global mengenai C2C e-commerce
2.6.Mobile Commerce (m-commerce)
Mobile commerce adalah suatu kegiatan jual-beli dari barang dan jasa dengan
menggunakan teknologi nirkabel seperti telepon selular. Jepang saat ini merupakan pemimpin
global dalam m-commerce. Pengiriman konten melalui perangkat nirkabel menjadi lebih cepat,
aman dan terpetakan. Beberapa orang percaya bahwa metode transaksi digital m-commerce
akan mengalahkan metode e-commerce.
Di asia pasifik ini pengguna mobile phone jauh lebih besar daripada pengguna internet.
Dampak m-commerce bagi industri seperti yang terlihat pada pelayanan sektor keuangan,
termasuk mobile banking dan berbagai jasa perantara.
Perkembangan perdagangan secara online ini akan dapat meningkatkan customer base
jika dapat memberikan jaminan kualitas pelayanan dan tanpa ada batasan layanan secara
geografis. Untuk dapat bertahan para pelaku usaha harus dapat beradaptasi secara cepat pada
kondisi baru yang terus berubah dengan cepat.
Untuk dapat menarik lebih banyak konsumen, para pemilik toko virtual tidak hanya
meningkatkan jumlah kemungkinan layanan, tapi harus membuat lebih menarik seperti pada
design interface, mudah digunakan, menjajakan barang dagangan dengan baik dan adanya
jaminan terhadap produk yang kita tawarkan. Hanya solusi e-commerce yang tepat untuk dapat
dikombinasikan dengan e-marketing dan periklanan yang dapat dijadikan jaminan bisnis.
E commerce dapat tumbuh dengan cepat dikarenakan memiliki suatu kondisi unik yang
terdapat pada internet dan jaringannya. Secara sederhana, teknologi internet dan e-commerce
akan lebih kaya dan lebih kuat daripada revolusi teknologi sebelumnya seperti radio, televisi
dan telepon. Gambar di bawah ini akan menunjukan perkembangan e-commerce B2C sejak
tahun 1995 sampai dengan 2016. (Laudon, 2014:404)
Gambar 2.1. Pertumbuhan e-commerce B2C
183
Pendapatan e-commerce tumbuh 15-25 persen per tahun sampai terjadi resesi pada
tahun 2008-2009 yang salah satunya diakibatkan oleh subprime mortgage. Tahun 2012,
Pendapatan e-commerce tumbuh kembali pada perkiraan 15 persen per tahun.
2.7.E Commerce Website Evaluation
Tujuan dari melakukan evaluasi ini adalah untuk melihat kinerja website secara
keseluruhan dengan cara melihat proses pembelian konsumen yang digunakan sebagai
kerangka dalam evaluasi e-commerce. Hal ini memiliki dua alasan yaitu:
1. Evaluasi secara menyeluruh dari berbagai aspek website e-commerce. Aktivitas seorang
konsumen akan terlihat ketika terjadi proses pembelian, keseluruhan hal yang terjadi dalam
siklus pembelian akan dievaluasi dalam tiap-tiap bagiannya.
2. Fokus konsumen total. Siklus pembelian konsumen yang terjadi akan terfokuskan pada
proses pembayaran barang/ jasa. Kerangka evaluasi akan fokus pada pengalaman konsumen
terhadap suatu situs tertentu.
Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa hal ini menyangkut pada kegiatan proses
pembelian. Dimana menurut Kotler (2016:166) terdapat lima tahapan yang akan dilalui oleh
konsumen dalam kegiatan proses pembelian.
1. Problem Recognition, dimulai dengan pengenalan masalah yang akan dihadapi ketika
kebutuhan dipicu oleh kondisi internal maupun eksternal.
2. Information Search, mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai sumber mengenai
produk yang dibutuhkan oleh konsumen.
3. Evaluation of Alternative, melakukan evaluasi terhadap produk yang dibutuhkan
berdasarkan hasil pencarian informasi sebelumnya.
4. Purchase Decision, hal ini dilakukan ketika telah memastikan kebutuhan dari produk yang
akan dibeli dan merupakan hasil akhir.
5. Postpurchase Behaviour, perilaku pasca pembelian akan diketahui ketika konsumen telah
merasakan produk hasil pembelian tadi.
Pada penelitian ini dalam proses perilaku pasca pembelian, tidak dapat terlihat secara
langsung karena media yang digunakan bersifat terbuka yakni media internet dimana semua
konsumen dapat mencari informasi dengan mudah untuk melakukan churn terhadap produk
lain.
Untuk menggunakan proses pembelian sebagai kerangka dalam mengevaluasi situs e-
commerce, hal ini diperlukan untuk mencari suatu hubungan antara setiap fase pembelian dan
184
setiap aspek yang paling penting secara spesifik dalam setiap fasenya. (Merwe dan Bekker,
2003).
Gambar 2.2. Kerangka Evaluasi E-Commerce
Gambar di atas memperlihatkan bagaimana kerangka evaluasi dapat terbentuk. Adapun
penjelasan setiap tahapannya adalah sebagai berikut:
Fase pengenalan masalah atau kebutuhan, konsumen potensial akan mengunjungi
website dan percaya akan menemukan untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Tampilan website
menjadi hal yang paling penting karena akan memperlihatkan ketertarikan saat pertama kali
membuka situs tersebut. Tampilan website merupakan aspek visual dari situs, bagaimana visual
dan background, font, warna dan hal lainnya yang digunakan untuk menarik minat para
pembuka situs tersebut.
Kedua merupakan fase pencarian informasi, konsumen menjelajahi berbagai situs untuk
mendapatkan informasi mengenai kebutuhan akan suatu produk yang menarik. Dalam fase ini
melakukan navigasi terhadap suatu website merupakan hal yang paling penting. Hal ini
tergantung dari proses dalam pencarian informasi dari berbagai situs yang dikunjungi. Berbagai
aspek seperti konten yang menjelaskan secara jelas mengenai produk, struktur logika yang
digunakan dan menu yang mudah dimengerti merupakan hal yang paling penting dalam fase
ini.
Fase ketiga merupakan fase untuk mengevaluasi hasil pencarian secara mendalam
terhadap kebutuhan yang diperlukan oleh konsumen, konsumen membuat suatu pilihan
mengenai produk yang akan dibeli. Konten yang paling penting dalam fase ini adalah mengenai
informasi terkini dari produk mengenai jumlah dan kualitas yang terdapat dalam situs.
Fase terakhir dalam siklus pembelian adalah konsumen membuat keputusan akhir
pembelian yang telah melewati fase-fase sebelumnya. Kehandalan situs sangat penting dalam
tahapan ini dan hal ini dapat didefinisikan menjadi dua aspek:
1. Tingkat dimana konsumen dapat dengan mudah melakukan proses pemesanan secara mudah
dan efektif.
2. Tingkatan dimana perusahaan mampu untuk memenuhi janji dan kewajibannya kepada
konsumen setiap terjadi proses pembelian.
Hal terakhir yang akan diukur dalam evaluasi website ini adalah mengenai aspek teknis
dari website yang mendukung fungsinya secara langsung. Seperti yang terlihat, aspek ini tidak
kalah penting dari aspek-aspek pada fase proses pembelian karena aspek teknis ini merupakan
tulang punggung dari suatu website.
185
Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk mempertegas mengenai
cara evaluasi e-commerce adalah dengan membuat kriteria pada setiap kategori. Pengkategorian
ini berdasarkan dari beberapa literatur penulis seperti Berthon, Abels, Cunliffe dan lain-lain.
Kriteria ini telah dinilai dan diklasifikasikan oleh para peneliti berdasarkan kategori yang telah
ada sebelumnya. Pengkategorian itu dilakukan untuk meminimalisir subjektifitas selama proses
evaluasi. Ada lima kriteria yang dikembangkan dengan jumlah total ada 20 indikator yang akan
dinilai dalam proses evaluasi ini. (Merwe dan Bekker, 2003).
Gambar 2.3. Kerangka evaluasi dan grup kriteria
Evaluasi data dari suatu website akan digabungkan antara daftar kriteria evaluasi dan
mencari nilai yang terkandung dalam masing-masing kriteria. Nilai yang terkandung akan
memberikan suatu indikasi bagaimana suatu nilai akan melekat pada website. Seluruh nilai-
nilai yang tersendiri untuk kriteria dalam kelompok tertentu akan dijumlahkan untuk menjadi
suatu skor yang unik dalam setiap grup.
2.7.Profil Media E Commerce
Media e-commerce yang dijadikan objek penelitian dikarenakan memiliki model bisnis
yang sama yang terfokus pada marketplace dengan tipe C2C. Berikut merupakan media e-
commerce tersebut:
2.7.1.Tokopedia
Tokopedia.com secara resmi diluncurkan ke publik pada 17 Agustus 2009 di bawah
naungan P.T. Tokopedia yang didirikan oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha
Edison pada 6 Februari 2009.
P.T. Tokopedia mendapatkan seed funding (pendanaan awal) dari P.T. Indonusa
Dwitama pada tahun 2009. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya, Tokopedia kembali
mendapatkan suntikan dana dari pemodal ventura global seperti East Ventures (2010), Cyber
Agent Ventures (2011), Netprice (2012), dan SoftBank Ventures Korea (2013). Hingga pada
186
Oktober 2014, Tokopedia berhasil mencetak sejarah sebagai perusahaan teknologi pertama di
Asia Tenggara, yang menerima investasi sebesar USD 100 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun
dari Sequoia Capital dan SoftBank Internet dan Media Inc (SIMI). SoftBank merupakan
investor di balik kesuksesan Alibaba, sementara Sequoia Capital merupakan investor di balik
kesuksesan Apple & Google.
Sistem pembayaran di Tokopedia.com menggunakan sistem Rekening Bersama
atau menggunakan rekening escrow sebagai media perantara aliran dana antara pihak penjual
dengan pembeli.
2.7.2.Bukalapak
Bukalapak didirikan oleh Muhammad Khuslul pada awal tahun 2010 sebagai
divisi agensi digital bernama Suitmedia yang berbasis di Jakarta. September 2011 berstatus
menjadi Perseroan Terbatas (P.T.) dan dikelola oleh manajemen yang dipimpin oleh Achmad
Zaky sebagai CEO (Chief Executive Office) dan Nugroho Herucahyono sebagai CTO (Chief
Technology Officer).
Setelah berdiri kurang lebih setahun, Bukalapak mendapat penambahan modal dari
Batavia Incubator (perusahaan gabungan dari Rebright Partners yang dipimpin oleh Takeshi
Ebihara, Japanese Incubator dan Corfina Group. Di tahun 2012, Bukalapak menerima
tambahan investasi dari GREE Ventures perusahaan asal Jepang yang dipimpin oleh Kuan Hsu.
Pada bulan Maret 2014, Bukalapak mengumumkan investasi oleh Aucfan, IREP, 500
Startups, dan GREE Ventures. Tidak berselang lama dari pemberitaan tersebut, di tanggal 18
Maret 2014 Bukalapak pun meluncurkan aplikasi selular untuk Android.
2.8.Kerangka Pemikiran
Elemen kunci dari pencapaian suatu bisnis adalah kualitas. Tanpa pendekatan
manajemen kualitas yang dapat memberikan jaminan terhadap suatu sistem, staff dan supplier,
suatu usaha tidak akan dapat menyampaikan pesan pada level yang tepat untuk dapat
memberikan kepuasan konsumen (Gotzamani dan Tzavlopoulos:2009).
Kerangka berpikir yang dibuat pada penelitian ini dimulai dengan mengenali berbagai
atribut evaluasi website pada beberapa media e-commerce sehingga muncul suatu penjelasan
sementara yang menjadi objek permasalahan. Berdasarkan Parasuraman et. al. (2005) untuk
mengukur tingkat kepuasan konsumen dilakukan dengan menggunakan dua tingkat pengukuran
yaitu penilaian minimum berdasarkan kondisi real yang terjadi yang dibandingkan dengan
kondisi yang diharapkan oleh konsumen, hal ini perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan
perbaikan pelayanan menjadi lebih baik.
Berbagai atribut yang terdapat pada website ini akan disusun dari berbagai teori yang
telah dideskripsikan yang selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga dapat
diketahui seberapa besar tingkat keputusan penggunaan website e-commerce oleh calon
konsumen.
Hasil akhir dari analisis ini bertujuan mengetahui keputusan nasabah dalam
menggunakan media e-commerce. Atribut-atribut tersebut akan mempengaruhi tingkat
keputusan nasabah serta memperlihatkan hasil kinerja pelayanan media e-commerce. Dengan
demikian, para pemilik media e-commerce dapat menilai kinerja website nya meskipun
187
terdapat dari pihak luar dalam melayani konsumen sehingga dapat melakukan perbaikan
kinerja perusahaannya yang disesuaikan dengan regulasi yang ada dalam upaya mendorong
perbaikan pemasaran dan peningkatan kualitas pelayanan.
Berdasarkan kerangkan pemikiran di atas dapat digambarkan paradigma penelitian
sebagai berikut:
Gambar 2.4. Paradigma Penelitian
Evaluasi
LayananKeputusan Pembelian
Media E Commerce
III. METODE PENELITIAN
3.1.Metode yang Digunakan
Berdasarkan tujuan penelitian maka jenis penelitian yang dilakukan adalah dengan
menggunakan explanatory research (Singh, 2006:9) digunakan untuk menjelaskan fenomena
yang terjadi secara alami dalam konteks melakukan suatu keputusan pembelian dalam
menggunakan jasa jual-beli dengan menggunakan media online. Metode ini menjelaskan
fenomena yang disertai dengan penjelasan dari sifat sesuatu yang sedang terjadi pada saat riset
dilakukan, sifat dari penelitian ini sendiri adalah kuantitatif yang merupakan penyampaian
perasaan atau wawasan yang datanya diambil berdasarkan hasil survey lapangan.
Arikunto (2006) mengemukakan bahwa, penelitian verifikatif pada dasarnya ingin
menguji kebenaran pengumpulan data di lapangan. Penelitian ini dilakukan dengan
memberikan kuesioner kepada responden yaitu para calon pembeli dengan mencatat keterangan
dan jawaban dari responden untuk mendapatkan deskripsi secara menyeluruh tentang objek
yang diteliti.
Unit observasi dalam penelitian ini adalah para pengguna e-commerce yang pernah
merasakan manfaat dari membeli suatu produk secara online di wilayah Kota Bandung, Jawa
Barat. Untuk mengungkapkan tujuan penelitian, dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif
yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat situasi-situasi tertentu termasuk tentang
hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang
sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena.
3.2.Sumber Data
188
Untuk memperoleh sumber data yang akurat, maka peneliti melakukan penelusuran
dengan menggunakan data primer dan data sekunder melalui beberapa kegiatan dengan
mempelajari beberapa penelitian terdahulu. Penelitian ini dilakukan kepada para customer
pengguna e-commerce yang ada di Kota Bandung.
3.3.Penentuan Data
3.3.1. Sampel
Dalam mengumpulkan dan menganalisa suatu data, menentukan populasi merupakan
langkah yang penting dalam melakukan suatu penelitian. Menurut Zikmund et.al. (2010:387)
populasi merupakan suatu kelompok atau grup yang memiliki karakteristik yang telah
ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari. Sedangkan sampel adalah suatu bagian yang dianggap
dapat mewakili suatu populasi. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
populasi dalam penelitian ini adalah para pengguna produk e-commerce yang ada di Kota
Bandung, untuk sementara ini jumlah populasi tersebut belum dapat diketahui.
Dalam menentukan jumlah sampel yang dapat mewakili populasi yang jumlahnya tidak
diketahui tersebut maka peneliti menggunakan metode Bernoulli, dengan menggunakan rumus
seperti di bawah ini:
𝑛 =(𝑍α/2)2𝑥 𝑝 𝑥 𝑞
𝑒2
Keterangan:
n = jumlah sampel p = probabilitas ditolak
Z = nilai standar distribusi normal q = probabilitas diterima (1-q)
α = tingkat ketelitian e = tingkat kesalahan (error)
dalam penelitian ini menggunakan α = 5%, tingkat kepercayaan sebesar 95% sehingga
diperoleh nilai Z = 1.96, e = 10%, p = 0.5 dan q = 1-p =0.5, maka diperoleh jumlah
sampel minimum sebesar 96,04 (Riduwan, 2007).
3.3.2.Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan non probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan peluang
atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota (zikmund et.al., 2010:395). Dengan
menerapkan judgement (purposive sampling) berdasarkan hasil penilaian terhadap karakteristik
dan tujuan yang dibutuhkan untuk menjadi sampel.
3.4.Uji Validitas dan reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan penulis dalam penelitian ini dilakukan
kepada responden yaitu Pengguna media e-commerce. Seperti yang diungkapkan oleh (Umar,
2008) yaitu jumlah responden yang diambil dalam uji coba kuesioner disarankan minimal 30
orang jika sampelnya besar dimana n > 10. Data itu akan valid bila terdapat kesamaan data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya pada objek yang diteliti (Sugiyono, 2010).
Menurut Umar (2008) uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan
pada kuesioner yang harus diganti/buang karena dianggap tidak relevan. Alat ukur yang
digunakan untuk menguji validitas dari setiap butir pertanyaan yang ada dalam kuesioner
menggunakan perhitungan korelasi Product Moment Pearson.
189
Uji reliabilitas diperlukan untuk mengukur derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan
yang ditunjuk oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Pengujian reliabilitas dalam
penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach yang digunakan untuk jenis data interval.
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman responden terhadap pernyataan–
pernyataan dalam kuesioner yang diajukan. Metode Alpha Cronbach sangat sesuai digunakan
pada skor berbentuk skala atau skor rentangan. Untuk penentuan apakah instrumen reliable atau
tidak, bisa digunakan batasan tertentu seperti 0,6. (Priyatno, 2011) sementara itu Kaplan &
Saccuzo (2001) menyatakan bahwa sekumpulan pernyataan untuk mengukur suatu variabel
dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel tersebut jika koefisien reliabilitasnya lebih
dari atau sama dengan 0.700.
3.5.Rancangan Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif dan metode kuantitatif.
Metode kualitatif dilakukan untuk menganalisis yang dilakukan dengan cara mengelompokkan
data yang diperoleh dari responden kemudian mentabulasikan dan menjelaskan secara
mendalam. Analisis ini cenderung mengakomodasi setiap data atau tanggapan responden yang
diperoleh melalui pengumpulan data sehingga mampu memberikan gambaran produk menurut
pengguna produk.
Untuk memudahkan penilaian dari jawaban responden, maka dibuat kriteria penilaian
berdasarkan empat bobot penilaian. Dengan empat alternatif jawaban dirasakan sebagai hal
yang paling tepat dalam penarikan kesimpulan, hasil penelitian yang diperoleh menjadi kurang
akurat bila terdapat kriteria penilaian pada jawaban netral (Sarjono & Julianita, 2011).
Data pengukuran yang dipakai dalam penelitian ini adalah data interval, yaitu data yang
memiliki jarak yang sama dari suatu objek yang diukur dimana hasil pengukuran dapat
diurutkan atas dasar ranking atau tingkatan kriteria tertentu selama interval nilainya sama.
Teknik pengukuran dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan correspondence
analysis yang merupakan bagian dari multidimensional scaling yaitu seperangkat teknik
matematika yang memiliki fokus utama terhadap keterwakilan sebagian terhadap suatu
hubungan diantara data dan sikap. (Green et al, 1989). Teknik ini digunakan untuk mencari
pemahaman visual dari persamaan, ketidaksamaan atau pemeringkatan antara titik-titik data
yang berbeda. Keseluruhan hal ini dibutuhkan untuk dapat menampilkan skala multidimensi
dalam suatu matriks yang memperlihatkan persamaan, ketidaksamaan atau suatu peringkat
terhadap grup dari suatu objek.
Analisis koresponden yang digunakan dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai
suatu teknik untuk memperlihatkan baris dan kolom dari suatu matriks data sebagai titik dalam
dua dimensi vector (Greenacre, 1984). Kekuatan dari teknik ini adalah tidak hanya melihat
keterikatan masing-masing kolom atau baris akan tetapi dapat melihat kedua variabel tersebut
secara bersamaan. Dapat dinyatakan secara tidak langsung bahwa untuk menggunakan teknik
ini dalam mengukur dan membandingkan persamaan atau perbedaan dalam mengukur suatu
website dapat dilakukan.
Korespondensi analisis membolehkan untuk menguji data dan visual yang menunjukan
hubungan yang kompleks antara website yang berbeda, berbeda kriteria dan antara situs dan
kriteria dalam suatu skala dimensi yang rendah.
190
IV. PEMBAHASAN
Berdasarkan sampel data hasil kuesioner yang didapatkan secara langsung di lapangan
sebanyak 183 responden dengan responden yang disebar menggunakan berbagai media sosial
dalam kurun waktu satu minggu mulai dari tanggal 25 Maret 2016 sampai dengan 1 April 2016.
Perbandingan kedua e-commerce tersebut dapat dideskripsikan bahwa berdasarkan data
tersebut didapatkan data bahwa pengguna wanita lebih banyak daripada pria dengan
perbandingan 56% (103 orang) berbanding dengan 44% (80 orang). Hal ini dapat
memperlihatkan bahwa wanita memiliki kecendrungan untuk berbelanja menggunakan e-
commerce yang lebih besar daripada pria.
Pada umumnya yang sering belanja dengan memanfaatkan media e-commerce ini
adalah masyarakat dengan rentang usia antara 17-24 tahun yang termasuk pada generasi “Y”
dan millennial dengan persentase mencapai 82%, sesuai dengan karakteristiknya yaitu generasi
yang tidak dapat terpisahkan dengan teknologi dengan tingkat lulusan SMA atau yang sedang
melakukan studi Strata-1 mencapai 53%, sementara lulusan Strata 1 sebesar 29% dan lulusan
Strata 2 sebesar 13%.
Mahasiswa/i adalah elemen masyarakat terbesar yang menggunakan media e-commerce
untuk melakukan transaksi jual-beli yakni sebesar 67%, berdasarkan hasil wawancara dengan
sebagian responden mereka menyatakan bahwa dengan menggunakan media e-commerce ini
mereka mendapatkan berbagai kemudahan terutama dalam melakukan transaksi jual-beli,
karena mereka dapat melakukan berbagai transaksi tanpa batas baik waktu maupun ruang
sehingga dapat memberikan penghasilan tambahan dan membuat mereka belajar dalam
melakukan usaha, rata-rata mereka telah menggunakan media e-commerce ini > 3 kali atau
mencapai 61% dari jumlah keseluruhan.
Terdapat banyak alasan bagi masyarakat untuk dapat memanfaat media e-commerce ini
yakni Kemudahan, Kecepatan, Praktis, Variatif, Murah dan lainnya, akan tetapi alasan Praktis
merupakan hal pertama yang masyarakat cari dalam pemanfaatan media ini lalu disusul dengan
Kemudahan dan alasan ketiga adalah Variatif dengan penawaran produk yang beraneka ragam.
Total sampel sebanyak 183 responden telah menggunakan e-commerce berbasis C2C
Tokopedia dan Bukalapak, selain kedua e-commerce tersebut masih ada beberapa e-commerce
yang sering digunakan oleh para responden seperti Lazada, OLX, Zalora, Matahari Mall dan
Elevania, sementara itu yang paling sering digunakan untuk bertransaksi adalah Lazada dengan
persentase mencapai 53%. Objek penelitian kali ini adalah e-commerce yang berbasis C2C
yakni Tokopedia dan Bukalapak.
Pada penelitian ini akan dibahas dengan menggunakan penilaian berdasarkan total
penggunaan yang dilihat dari seberapa besar jawaban responden yang menjawab baik dan baik
sekali serta penilaian berdasarkan kriteria dengan menggunakan garis kontinum.
4.1.Penilaian berdasarkan Kriteria
Terdapat lima Variabel yang akan dibahas pada penelitian ini yakni mengenai
permasalahan Interface, Navigation, Content, Reliability dan Technical. Variabel Interface ini
terdiri dari empat dimensi, yang pertama adalah mengenai graphic design principles menilai
mengenai kemudahan pengoperasian, penggunaan warna, latar belakang dan penggunaan grafik
dan tulisan dimana Bukalapak memiliki nilai rata-rata 95,77% mengungguli Tokopedia yang
191
memiliki nilai rata-rata 93,85%. Kedua Graphics and Multimedia dengan indikator tampilan
situs menarik, navigasi, web icon, kesederhanaan tampilan dan kecepatan akses antar halaman,
Tokopedia secara rata-rata memiliki nilai rata-rata yang lebih baik yakni sebesar 93,55%
sementara itu Bukalapak sebesar 92,46%, akan tetapi dalam indikator kemudahan navigasi
Bukalapak memiliki nilai yang lebih besar. Ketiga Style and Text, penggunaan gaya bahasa
dan text yang digunakan oleh Tokopedia lebih baik sehingga mudah dimengerti dan dipahami
oleh netizen daripada Bukalapak dengan nilai rata-rata 96,72% berbanding 95,36%. Keempat
Flexibility and compatibility yang menilai mengenai kesesuaian ukuran halaman dengan layar,
akses home sites dalam bentuk text, ketersediaan bahasa pendukung lainnya dan kemudahan
para disabilitas dalam menggunakan interface C2C ini, penilaian rata-rata dengan nilai terbesar
adalah Tokopedia dengan nilai 84,02% sementara Bukalapak 83,47%. Untuk Variabel Interface
ini Tokopedia lebih baik daripada Bukalapak dengan mengungguli pada tiga dimensi penilaian
dengan total nilai rata-rata 92,04% berbanding 91,76%.
Pembahasan kedua mengenai variabel Navigation, dalam variabel ini terdapat lima
dimensi yang menjadi bahan penilaian, pertama mengenai logical structure dari kedua media
e-commerce mengenai tampilan menu dan kemudahan cara untuk pemetaan dari situs e-
commerce Tokopedia memiliki nilai 89,62% lebih baik 2,19% daripada Bukalapak. Dimensi
kedua yaitu ease of use, Tokopedia lebih baik dari Bukalapak dengan nilai yang terpaut 2,19%
dikarenakan Tokopedia memberikan kemudahan dalam pencarian secara detail dan memiliki
reputasi yang lebih baik dengan menempati ranking situs ke-8 terbaik di Indonesia, sementara
itu Bukalapak menempati ranking 12 menurut alexa.com. Dimensi ketiga adalah ketersediaan
mesin pencarian untuk kemudahan dalam mencari suatu produk yang dibutuhkan, dalam
dimensi ini keduanya memiliki nilai yang sama yaitu 89,44%, dengan nilai yang sama persis
seperti itu menandakan bahwa keduanya telah berhasil menyesuaikan dengan ekspektasi dari
calon customer. Dimensi keempat adalah Navigational Necessities, dimana semua link dalam
situs dapat berfungsi dengan baik, halaman pelapak mudah untuk diperbaharui dan label tiap
halaman harus sangat jelas serta mudah dipahami, baik Tokopedia maupun Bukalapak telah
dapat memenuhi keinginan dari para pelapak karena keduanya memiliki nilai yang sama
89,07%, nilai ini dapat terus ditingkatkan bila perusahaan dapat terus fokus pada target
customer, mengenali lebih jauh mengenai siapa pelanggan kita dan mempersingkat dan
mempermudah alur transaksi. Bila dilihat secara keseluruhan mengenai variabel ini Tokopedia
memiliki nilai rata-rata yang lebih baik daripada Bukalapak yaitu 90,66% berbanding 89,57%.
Pembahasan ketiga yakni Content, dalam variabel ini terdapat empat pembahasan dalam
melakukan penilaian terhadap dua media E-commerce C2C, pertama Informasi yang terkait
dengan produk yang ditawarkan dan terdapat pada display setiap menu yang ada terutama
mengenai detail spesifikasi, harga dan iklan produk, untuk penilaian masing-masing dalam
variabel ini memperlihatkan bahwa Bukalapak memiliki nilai 93,44% dan Tokopedia 91,80%,
keunggulan Bukalapak ini karena tampilan dan informasi iklan yang ditawarkan lebih jelas
sehingga calon customer tidak perlu mencari informasi dengan membuka menu tambahan
lainnya. Kedua mengenai ketersediaan dan kemudahan akses layanan informasi dan kontak dari
perusahaan penyedia, dengan adanya akses yang jelas serta lengkap akan membuat perusahaan
lebih responsif dalam menanggapi setiap keluhan para pelapak atau mitra kerja, berdasarkan
penilaian yang diberikan Tokopedia lebih baik daripada Bukalapak dengan perbandingan nilai
87,21% berbanding 85,90%, ini mengindikasikan bahwa informasi yang diberikan kepara para
mitra terkait dengan kerjasama yang dilakukan mudah untuk diakses. Ketiga mengenai kualitas
informasi yang ditawarkan kepada para calon customer, dalam setiap perusahaan memiliki
suatu aturan dan ketentuan tersendiri yang mengikat para mitra untuk dapat memberikan suatu
deskripsi produk yang selalu dapat diperbaharui dan adanya fasilitas iklan promo secara gratis
192
yang diberikan, Bukalapak memiliki penilaian yang lebih baik daripada Tokopedia dengan nilai
88,52% berbanding 82,51% hal ini dikarenakan saat tampilan awal atau home Bukalapak telah
dapat memberikan informasi kepada calon customernya mengenai produk-produk yang sedang
promo dan ada juga yang memberikan potongan harga pada setiap produk yang ditawarkan lain
halnya dengan Tokopedia yang harus masuk terlebih dahulu pada kategori yang dituju baru
terlihat produk promo yang ditawarkannya. Bahasan keempat adalah masalah interactivity
antara customer dengan penyedia jasa, personalisasi tampilan, dan kemudahan dalam
mengakses suatu komunitas. Dalam hal ini Tokopedia mempunyai penilaian yang lebih baik
daripada Bukalapak yaitu 79,05% dan 77,96%, hal ini dikarenakan Tokopedia berhasil
melakukan kerja sama dengan pihak pemerintah dan BUMN terutama mengenai peningkatan
layanan e-commerce UMKM di setiap kota seperti Bandung, Semarang dan DKI Jakarta dengan
menyediakan halaman khusus bagi UMKM yang berasal dari ketiga kota tersebut, sementara
itu Bukalapak dapat menjadi suatu pemain e-commerce yang besar seperti saat ini karena
merupakan hasil dari menggandeng komunitas sepeda untuk dapat melakukan transaksi seputar
kebutuhan sepeda yang dibutuhkan sampai akhirnya komunitas sepeda memiliki keinginan
untuk memenuhi semua kebutuhan kesehariannya pada Bukalapak. Dengan begitu secara
keseluruhan Bukalapak mengungguli Tokopedia dalam hal konten dengan nilai total 86,46%
berbanding 85,15%.
Pembahasan keempat evaluasi media e-commerce C2C ini adalah mengenai Reliability
Analysis yang diwakili oleh empat sub pembahasan dengan total sebelas pertanyaan. Pertama
adalah masalah stored customer profile Bukalapak memiliki nilai lebih baik 89,34% sementara
Tokopedia 88,66%, dari keseluruhan perntanyaan mengenai hal tersebut Bukalapak memiliki
nilai lebih baik seperti kemudahan registrasi, “log in”, panduan pengisian profile dan value
added yang ditawarkan. Bukalapak saat ini tidak hanya fokus pada transaksi e-commerce C2C
semata akan tetapi saat ini telah merambah pada layanan Financial Technology dan yang paling
menonjol untuk saat ini adalah dengan dilakukannya kerja sama antara Bukalapak dengan
Bareksa dengan menciptakan produk yang bernama bukareksa khusus mengenai layanan
Reksadana. Kedua mengenai proses pemesanan, mulai dari kegiatan pemesanan, pembayaran
dan pengiriman, Tokopedia memiliki keunggulan 93,26% berbanding 92,53% pada Bukalapak,
Bukalapak memiliki keunggulan saat melakukan suatu transaksi dimana customer dapat
melakukan pembelian suatu produk tanpa harus membuka account dan menjadi anggota dari
Bukalapak terlebih dahulu sehingga bagi siapapun yang ingin melakukan transaksi dapat
dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa terbatas suatu kebijakan yang mempersulit
seseorang untuk mendapatkan suatu produk. Ketiga adalah pelayanan setelah pemesanan
sampai dengan produk tersebut diterima oleh customer dengan nilai yang sama yakni 90,71%,
dengan nilai yang sama persis dapat dikatakan bahwa pelayanan yang ditawarkan oleh kedua
belah pihak relatif hampir sama satu sama lainnya. Keempat adalah mengenai ketersediaan
customer service untuk melakukan review terhadap suatu permasalahan produk dimana
Tokopedia memiliki nilai yang lebih baik dari Bukalapak dengan nilai yang tidak berbeda jauh
yakni 87,98% berbanding 87,43%. Secara nilai total keseluruhan untuk reliability analysis ini
menempatkan Tokopedia sedikit lebih baik daripada Bukalapak dengan nilai yang tidak terpaut
jauh yaitu 90,15 berbanding 90,00%.
Hal terakhir dalam melakukan evaluasi marketplace ini adalah mengenai variabel
Technical yang terdiri dari empat sub pembahasan dan sebelas pertanyaan. Pertama Speed,
dalam hal ini yang dievaluasi adalah bagaimana kecepatan proses suatu sistem untuk dapat
membuka menu utama, sub menu, penyimpanan history, pemanggilan database sebelumnya
dan suatu pertimbangan mengenai penggunaan broadband. Penilaian rata-rata yang dilakukan
terhadap kelima pertanyaan tersebut menyatakan bahwa Bukalapak memiliki nilai lebih baik
193
yakni 89,84% dan Tokopedia 88,85% dimana penilaian mengenai kecepatan untuk masuk ke
dalam menu utama yang lebih baik yakni mencapai nilai 95,08%. Kedua Security, untuk menilai
masalah keamanan ini diwakili oleh pertanyaan keamanan data, keamanan sistem pembayaran
dan perlindungan privacy dari user. Berdasarkan rata-rata penilaian ketiga hal tersebut
Bukalapak memiliki keamanan yang lebih baik daripada Tokopedia dengan nilai 93,08% dan
91,62%. Ketiga software dan database yang diwakili oleh satu pertanyaan yakni tersedianya
versi mobile application dengan penilaian Bukalapak 97,27% dan Tokopedia 94,54%,
Bukalapak lebih baik dalam hal ini kaitannya dengan faktor kecepatan untuk masuk kedalam
menu tampilan utama yang dapat langsung dilihat oleh para calon customer. Keempat system
design, hal ini diwakili oleh dua pertanyaan yaitu mengenai operasi perhitungan dan resolusi
yang digunakannya, dari kedua pertanyaan tersebut Tokopedia memiliki nilai rata-rata 95,90%
dan Bukalapak 94,54%, dimana Tokopedia unggul dalam hal memberikan resolusi yang tepat
dan baik bagi para calon customer dan dapat memberikan kenyamanan dalam melihat produk-
produk yang ditampilkan dalam marketplace tersebut. Bila dirata-ratakan secara keseluruhan
dalam variabel ini Bukalapak memiliki nilai yang lebih baik daripada Tokopedia 93,68% dan
92,73%.
Dengan memperhatikan keseluruhan penilaian dari lima variabel tersebut Tokopedia
unggul dalam variabel Interface, Navigation dan Reliability, sementara Bukalapak unggul
dalam segi Content dan Technical. Bila memperhatikan rata-rata nilai keseluruhan maka
Bukalapak unggul tipis dari Tokopedia yakni 90,30% berbanding 90,15%, dengan nilai yang
perbedaannya sangat tipis dapat disimpulkan bahwa kedua marketplace telah mampu
memenuhi ekspektasi calon customer penyedia jasa perantara jual-beli online, persaingan ini
akan terus berlanjut seiring dengan terus berkembangnya technology terutama trend saat ini
mengenai financial technology yang mulai diterapkan oleh masing-masing marketplace mulai
dari penyedia jasa payment point, pembiayaan dan penampungan dana.
4.2.Analisis Garis Kontinum
Dalam kuesioner penelitian ini peneliti memberikan empat pilihan jawaban kepada
responden sehingga diperoleh rentang kriteria penilaian menggunakan garis kontinum.
Penilaian yang didasarkan pada perhitungan garis kontinum menunjukan bahwa kedua
marketplace Tokopedia dan Bukalapak memiliki kriteria penilaian baik dengan perbedaan nilai
total rata-rata secara keseluruhan tidak terpaut terlalu jauh hanya 0,95%, dimana Tokopedia
memiliki kinerja yang sedikit lebih unggul daripada Bukalapak dengan nilai 75,60% dan
74,65%. Responden memberikan penilaian yang hampir seimbang sehingga proses layanan
yang diberikan serta tingkat kemajuan teknologi untuk selalu di update yang disesuaikan
dengan perkembangannya termasuk masalah database dan kegiatan operasional web yang
harus melakukan perawatan terhadap para stakeholder dan shareholder yang dimiliki oleh
masing-masing marketplace.
Dengan tingkat persaingan yang sangat ketat ini tidak menutup kemungkinan para
konsumen yang cerdas dapat dengan mudah untuk berpindah ke produk yang ditawarkan oleh
kompetitornya selain hanya digunakan untuk melakukan perbandingan harga secara transparan
dan penggunaan affiliate oleh para pelapak.
Tokopedia memiliki kriteria penilaian sangat baik dalam penggunaan bahasa dan
kemudahan dalam menggunakan mesin pencarian disamping keseluruhan pertanyaan yang
memiliki kriteria baik. Bukalapak sendiri tidak dalam posisi yang minoritas dalam keseluruhan
aspek terkalahkan oleh Tokopedia, ada beberapa hal yang menjadikan Bukalapak unggul seperti
194
kemudahan dalam mengoperasikan halaman web, efektifitas background, back to main menu,
memberikan iklan yang lebih jelas, content update, update informasi promo dan mobile apps
yang lebih mudah digunakan.
Pemasaran dalam suatu skala yang besar memiliki tanggung jawab untuk membantu
masyarakat mencapai standar hidup dan kualitas hidup terbaik yang harus terus ditingkatkan
pada tingkatan tertinggi dari suatu organiasasi (Webster. 2013).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Peran penting internet perlu ditunjang dengan pengetahuan mengenai keuntungan yang
akan diperoleh jika kita dapat memaksimalkan peran media e-commerce yang telah ada tanpa
perlu membangun suatu web khusus hanya untuk menjual produk. Perkembangan transaksi
online tidak hanya terbatas oleh suatu wilayah geografis tapi dapat menyentuh sampai ke
pelosok daerah suatu negara.
Evaluasi tahapan membuat suatu keputusan dalam e-commerce dengan melihat
bagaimana karakteristik dan kinerja system dari e-commerce yang digunakan dan bagaimana
tahapan awal sampai dengan technical aspect semuanya dapat terintegrasi dengan baik
termasuk didalamnya kerja sama yang dilakukan dengan berbagai pihak.
Berdasarkan tujuan penelitian maka jenis penelitian yang dilakukan adalah dengan
menggunakan explanatory research, unit observasi dalam penelitian ini adalah para pengguna
e-commerce yang pernah merasakan manfaat dari membeli suatu produk secara online pada
Tokopedia dan Bukalapak di wilayah Kota Bandung Jawa Barat.
Peneliti melakukan penelusuran dengan menggunakan data primer dan data sekunder,
dalam menentukan jumlah sampel yang dapat mewakili populasi penduduk yang menggunakan
internet untuk memanfaatkan layanan perdagangan online di kota Bandung yang jumlahnya
tidak diketahui tersebut maka peneliti menggunakan metode Bernoulli sehingga didapatlah
jumlah sampel minimum 97 responden, pengambilan sampel akan dilakukan dengan
menggunakan metode non probability sampling yakni judgement (purposive) sampling.
Data hasil penyebaran kuesioner diperoeh jumlah sampel sebanyak 183 responden,
penyebaran dilakukan menggunakan berbagai media sosial dan social network. Berdasarkan
data tersebut didapatkan data bahwa pengguna jual beli online didominasi oleh wanita daripada
pria dengan perbandingan 56% (103 orang) berbanding dengan 44% (80 orang) dengan rentang
usia antara 17-24 tahun, tingkat lulusan SMA atau yang sedang melakukan studi Strata-1
mencapai 53%. Terdapat berbagai alasan masyarakat memanfaatkan media e-commerce ini
diantaranya adalah Kemudahan, Kecepatan, Praktis, Variatif, Murah dan lainnya, akan tetapi
alasan Praktis merupakan hal pertama yang masyarakat cari dalam pemanfaatan media, kedua
adalah Kemudahan dan ketiga adalah Variatif dengan penawaran produk yang beraneka ragam.
Selain kedua e-commerce yang menjadi objek penelitian tersebut masih ada beberapa
e-commerce yang sering digunakan oleh para responden seperti Lazada, OLX, Zalora, Matahari
Mall, Blibli dan Elevania, Lazada merupakan media e-commerce yang paling sering digunakan
untuk bertransaksi dengan persentase mencapai 53%.
195
Pembahasan pertama dalam penelitian ini adalah menggunakan penilaian berdasarkan
total penggunaan yang dilihat dari seberapa besar jawaban responden yang menjawab baik dan
baik sekali pada semua variabel yang diteliti, dengan hasil sebagai berikut: Variabel Interface
di Tokopedia lebih baik daripada Bukalapak dengan mengungguli pada tiga dimensi penilaian
dengan total nilai rata-rata 92,04% berbanding 91,76%. Variabel Navigation di Tokopedia
memiliki nilai rata-rata yang lebih baik daripada Bukalapak yaitu 90,66% berbanding 89,57%.
Variabel Content secara keseluruhan Bukalapak mengungguli Tokopedia dengan nilai total
86,46% berbanding 85,15%. Variabel reliability analysis menempatkan Tokopedia sedikit
lebih baik daripada Bukalapak dengan nilai yang tidak terpaut jauh yaitu 90,15 berbanding
90,00%. Dan bila dirata-ratakan secara keseluruhan dalam variabel ini Bukalapak memiliki
nilai yang lebih baik daripada Tokopedia 93,68% dan 92,73%. Meskipun Tokopedia unggul
dalam variabel Interface, Navigation dan Reliability, sementara Bukalapak sendiri unggul
dalam segi Content dan Technical. Bila memperhatikan rata-rata nilai keseluruhan maka
Bukalapak unggul tipis dari Tokopedia yakni 90,30% berbanding 90,15%, dengan nilai yang
perbedaannya sangat tipis dapat disimpulkan bahwa kedua marketplace telah mampu
memenuhi ekspektasi calon customer penyedia jasa perantara jual-beli online, persaingan ini
akan terus berlanjut seiring dengan terus berkembangnya technology terutama trend saat ini
mengenai financial technology yang mulai diterapkan oleh masing-masing marketplace mulai
dari penyedia jasa payment point, pembiayaan dan penampungan dana.
Pembahasan kedua dalam penelitian ini adalah penilaian berdasarkan kriteria yang
menggunakan garis kontinum, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut: Berdasarkan hal
tersebut penilaian ini menunjukan bahwa kedua marketplace Tokopedia dan Bukalapak
memiliki kriteria penilaian baik dengan perbedaan nilai total rata-rata secara keseluruhan tidak
terpaut terlalu jauh hanya 0,95%, dimana Tokopedia memiliki kinerja yang sedikit lebih unggul
daripada Bukalapak dengan nilai 75,60% dan 74,65%. Responden memberikan penilaian yang
hampir seimbang sehingga proses layanan yang berikan serta tingkat kemajuan teknologi untuk
selalu diupdate yang disesuaikan dengan perkembangannya termasuk masalah database dan
kegiatan operasional web yang harus melakukan perawatan terhadap para stakeholder dan
shareholder yang dimiliki oleh masing-masing marketplace.
Dengan menggunakan dua cara penilaian yang dilakukan secara keseluruhan,
memberikan hasil yang berbeda yakni penilaian dengan menggunakan pembahasan pertama
memberikan hasil Bukalapak sebagai media e-commerce yang lebih baik dalam hal cara
customer membuat suatu keputusan pembelian atau penggunaan akan suatu service yang
diberikan, sementara dengan menggunakan cara pembahasan kedua memberikan penilaian
bahwa Tokopedia memiliki kriteria kinerja yang lebih baik dan menunjukan bahwa kriteria ini
sesuai dengan peringkat alexa.com bahwa Tokopedia berada pada positioning yang lebih baik
daripada Bukalapak.
5.2.Saran
Untuk memperdalam pembahasan dari penelitian ini dapat ditindaklanjuti dengan
melakukan penelitian berikutnya dengan mengukur E-core service quality (E-S Qual) pada
masing-masing objek. Melengkapi dan menyempurnakan hasil penelitan ini, peneliti
selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian pada objek yang memiliki model bisnis
B2C sehingga dapat terkumpul penelitian mengenai evaluasi media e-commerce yang
196
komprehensif dan dilakukan tidak hanya di Kota Bandung akan tetapi dengan cakupan yang
lebih besar seperti di lima kota besar atau seluruh wilayah indonesia.
Dalam hal memaksimalkan layanan e-commerce yang telah ada sebaiknya perusahaan
menerapkan fitur social search (geo information, geo social dan geo advertising) dengan
memaksimalkan peran GPS (Global Positioning System) dari masyarakat yang selalu aktif,
dengan hal tersebut diharapkan informasi mengenai pola penggunaan produk masyarakat akan
semakin diketahui sehingga suspect dapat langsung termonitor dan semakin mengerti akan
kebutuhan konsumen dengan cara behavioral targeting.
DAFTAR PUSTAKA
Akdon dan Riduwan. 2007. Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika. Bandung. Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV.
Jakarta: Rineka Cipta.
Gotzamani, Katerina D. Dan Tzavlopoulos, Yannis E. 2009. Measuring E Commerce Quality:
An Exploratory Review. International Journal of Quality and Service sciences, Vol 1 Iss 3
pp. 271-279.
Green et al. 1989. Multidimensional Scaling: Concept and Applications. Allyn and Bacon.
Greenacre, M.J. (1984). Theory and Applications of Correspondence Analysis. Academic Press.
London.
Haryadi Sarjono, Winda Julianita. 2011. SPSS vs LISREL sebuah pengantar Aplikasi untuk
Riset. Penerbit Salemba Empat. Jakarta
http://www.alexa.com/siteinfo/Tokopedia.com
http://www.alexa.com/siteinfo/bukalapak.com
https://www.bukalapak.com/about
http://www.internetworldstats.com/stats.htm
http://www.internetworldstats.com/stats3.htm
http://www.internetworldstats.com/asia/id.htm
https://www.Tokopedia.com/about
197
Kaplan, M. Robert, & Saccuzo, P. Dennis.2001. Psychological Testing Principles and Issues,
2nd Edition. Woodsworth Publishing.
Kotler, Philip and Keller, Kevin L. 2016. Marketing Management. New Jersey. Prentice Hall.
Laudon, Kenneth C dan Traver, Carol Guercio. 2017. E-Commerce 2016: Business,
Technology and Society. Pearson Global edition.
Laudon, Kenneth C. dan Laudon, Jane P. 2012. Management Information System. Prentice Hall.
Mohapatra, Sanjay. 2013. E-commerce Strategy. Springer.
Lee, Young Eun dan Bensabat, Izak. 2004. A Framework For The Study Of Customer Interface
Design For Mobile Commerce. International Journal of Electronic Commerce Vol. 8, No.
3, pp 79-102.
Merwe, Rian van der dan Bekker, James. 2003. A Framework and Methodology for Evaluating
E-Commerce Websites.
Parasuraman, et al. 2005. ESQUAL A Multiple Item Scale For Assessing Electronic Service
Quality. Journal of Service Research Vol. 7 No X 2015.
Schiffman dan Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Edisi 7. Jakarta: Indeks
Singh, I.K. 2003. Criteria for the Development of Effective University Websites. South african
Journal of Information Management Vol. 5 September 2003.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.
Umar, Husein. 2008. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Webster, Frederick E. Dan Lusch, Robert F. 2013. Elevating marketing: marketing is dead!
Long live marketing. Journal of the Academy of Marketing Science Vol. 41 No. 4.
Zikmund et al. 2010. Business Research Methods. Canada. South Western.